1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Percepatan pendaftaran tanah atau yang dikenal sebagai Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL) merupakan kuncimengatasi masalah pertanahan di
Indonesia. Percepatan yang dimaksud adalah suatu akselerasi sasaran kinerja sebesar
lima kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Percepatan dalam penelitian ini meliputi
pembenahan secara teknispenyelenggaraan pendaftaran tanah. Percepatan
pendaftaran tanah memiliki target pendaftaran sekitar 63.193.000 bidang tanah untuk
mewujudkan seluruh bidang tanah terdaftar hingga tahun 2025 (Anonim, 2017).
UAV merupakan jenis model pesawat yang memiliki sistem kendali jarak jauh
menggunakan gelombang radio (Rokhmana, 2015). Model pesawat dengan radio
kontrol bekerja menggunakan instruksi operator yang terbatas, yaitu instruksi naik
atau turun dan berbelok ke kiri atau ke kanan (Austin, 2010 dan Rokhmana, 2015).
Fotogrametri konvensional menggunakan pesawat berawak dan instrument
profesionalsedangkan UAV menggunakan instrument yang banyak dipasaran dengan
kualitas lebih rendah (Rokhmana, 2013). UAV memiliki beberapa kelemahan dan
kelebihan dalam akuisisi data spasial. Salah satu kelemahan UAV, yaitu
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi kunci
penyelenggaraan pendaftaran tanah karena survei dan pemetaan dipengaruhi
teknologi baru (Achmad, 2004). Selain penerapan teknologi baru, keterlibatan
masyarakat dalam pengumpulan data fisik dan data yuridis pertanahan juga mampu
mempercepat pendaftaran tanah (Rokhmana, 2013).Percepatan yang dimaksud
adalah untuk memproduksi Peta Dasar Pendaftaran skala 1:1.000 untuk daerah
permukiman, skala 1:2.500 untuk daerah pertanian, dan skala 1:10.000untuk daerah
perkebunan. Jika ketelitian planimetris Peta Dasar Pendaftaran yang dihasilkan ≤ 0,3
mm x skala peta maka Peta Dasar Pendaftaran dapat berlaku sebagai Peta
Pendaftaran (Juknis PP nomor 24 tahun 1997). Oleh karena itu, Unmanned Aerial
Vehicle (UAV)sebagai inovasi teknologi akuisisi data batas bidang tanah mampu
mempercepat penyelenggaraan pendaftaran tanah di Indonesia.
2
keterbatasan merekam bidang tanah yang tertutup objek lain (Rokhmana, 2013 dan
Eisenbeiss, 2004).
Menurut Pasal 26 PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997, batas bidang tanah
yang tidak teridentifikasi pada orthophoto karena tertutup objek lain diselesaikan
dengan pengukuran titik-titik batas yang berdekatan atau titik-titik lain yang
teridentifikasi pada orthophoto. Akibatnya batas bidang dapat ditandai diatas
orthophoto dengan metode pemotongan ke muka. UAV juga memiliki beberapa
kelebihan, yaitu mampu mendukung penyelenggaraan peta skala besar dengan
cakupan area yang luas. Foto udara format kecil umumnya memiliki ketelitian
horisontal 2 kali ukuran Ground Sampling Distance (GSD) atau berkisar 15–60 cm
tergantung nilai GSD saat pemotretan dilakukan (Rokhmana, 2013). Kondisi tersebut
memenuhi spesifikasi pembuatan Peta Dasar Pendaftaran skala 1:1.000 untuk daerah
permukiman dan skala 1:2.500 untuk wilayah persawahan.
Pekerjaan di bidang pertanahan semakin meningkat dengan adanya Rencana
Strategis Kementrian Pertanian (RENSTRA) tahun 2015-2019 terkait perluasan area
lahan pertanian. Perluasan area lahan pertanian meliputi area sawah seluas 1.000.000
ha, area holtikultura seluas 45.000 ha, area perkebunan rakyat seluas 95.000 ha, dan
area peternakan seluas 25.000 ha (Anonim, 2015). Kebijakan tersebut merupakan
implementasi undang-undang nomor 41 tahun 2009 yang diarahkan untuk mencegah
alih fungsi lahan subur ke lahan non-pertanian serta program pengembangan melalui
pencetakan lahan pertanian baru yang potensial. Perluasan lahan pertanian
menyebabkan adanya perubahan status hukum kepemilikan maupun hak pengelolaan
bidang tanah (Permatasari, 2008). Perlu adanya kegiatan pengukuran dan pemetaan
lahan-lahan baru untuk memperbaharui status hukum dan hak pengelolaannya.
Akibatnya volume pekerjaan pembuatan Peta Dasar Pendaftaran skala besar
semakin banyak.Oleh karena itu, teknologi UAV menjadi harapan baru penyelesaian
masalah pertanahan di Indonesia.
Penyelenggaraan Peta Dasar Pendaftaran memanfaatkan teknologi UAV
mampu mendukung percepatan pendaftaran tanah Indonesia. Alasannya Peta Dasar
Pendaftaran dapat digunakan sebagai Peta Pendaftaran jika memenuhi kriteria yang
tercantum pada Juknis PMNA nomor3 tahun 1997. Apabila belum tersedia Peta
Dasar Pendaftaran ataupun peta lain, maka pembuatan Peta Pendaftaran dilakukan
3
bersamaan dengan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah (Pasal 20 ayat 3 PP
nomor 24 tahun 1997). Oleh karena itu, Peta Dasar Pendaftaran merupakan dasar
pembuatan Peta Pendaftaran (Pasal 16 ayat 4 Peraturan Pemerintah nomor24 tahun
1997). Peta Dasar Pendaftaran memuat titik-titik dasar teknik dan unsur-unsur
geografis seperti sungai, jalan, bangunan dan batas-batas fisik bidang tanah (Pasal 1
ayat 14 Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997). Selain sebagai dasar pembuatan
Peta Pendaftaran, Peta Dasar Pendaftaran juga digunakan untuk memetakan batas
bidang tanah yang sudah terdaftar. Kondisi tersebut menunjukkan Peta Dasar
Pendaftaran mampu memenuhi berbagai kebutuhan peta dalam kegiatan pendaftaran
tanah di Indonesia.
Penyelenggaraan Peta Dasar Pendaftaran dapat diwujudkan dengan penerapan
pendekatan fit-for-purpose. Pendekatan fit-for-purpose diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan saat ini. Fit-for-purposemerupakan kerangka kerja spasial sistem
administrasi pertahanan yang mendasari pemetaan skala besar(Enemark, dkk.,
2014).Salah satu prinsip kerangka kerja spasial yang digunakan, yaitu “Aerial
imageries rather than field surveys”, yaitu penggunaan citra resolusi tinggi (termasuk
teknologi UAV) atau citra orthophoto mampu memenuhi sebagian besar tujuan
administrasi pertanahan (Enemark, dkk., 2014). Orthophoto hasil pengolahan foto
udara format kecil teknologi UAVmempermudah identifikasi bidang tanah
dalamberbagai kasus. Proses identifikasi tergantung tingkat visibilitas objek fisik.
Orthophotodapat diterapkan sebagai peta dasar untuk penyelenggaraan Peta Dasar
Pendaftaran dengan skala 1:1.000 untuk daerah permukiman dan skala 1:2500 untuk
daerah pertanian. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisis ketelitian
planimetri orthophoto dalam identifikasi batas bidang tanahdiwilayah permukiman
dan persawahan.
I.2. Perumusan Masalah
Menurut Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional,Program percepatan pendafatarn tanah mentargetkan 63.193.000 bidang
tanah terdaftar sampai tahun 2025 (Anonim, 2017).Di Indonesia, akuisisi data spasial
bidang tanah menggunakan teknologi survei dan pemetaan terestris belum
mampumendukung percepatan pendaftaran tanah karena waktu yang dibutuhkan
4
lama dan biaya yang mahal. Perlu metode yang mampu mempercepat proses akuisisi
data spasial bidang tanah. UAVmerupakan inovasi teknologi akuisisi data spasial
bidang tanah untuk Pemetaan Dasar Pendaftaran. Namun demikian belum diketahui
secara pasti apakah orthophotodari data foto udara format kecil hasil perekaman
teknologi UAV mampu mengidentifikasi batasbidang tanah secara teliti dengan
berbagai kondisi di lapangan sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997.
I.3. Pertanyaan Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian yang menyeluruh, maka pertanyaan penelitian
didefinisikan sebagai berikut.
1. Bagaimana cara mengidentifikasi batas bidang tanah di wilayah permukiman
dan persawahan dengan orthophoto dari data foto udara format kecil teknologi
UAV ?
2. Berapa ketelitian planimetri orthophoto dari data foto udara format kecil
teknologiUAV yang digunakan untuk identifikasi bidang tanah di wilayah
permukiman dan persawahan?
3. Bagaimana potensi implementasi teknologi UAV dalam penyelenggaraan Peta
Dasar Pendaftaran berdasarkan ketelitian orthophoto dan ketelitian luas bidang
tanah yang dihasilkan?
I.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi. Tujuannya adalah untuk
menganalisis ketelitian planimetriorthophotomemanfaatkan teknologi
UAV.Ketelitian yang diperoleh melalui identifikasi batas bidang bisa digunakan
sebagai acuan pembuatan Peta Dasar Pendaftaran.
Tujuan spesifik yang ingin dicapai sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi batas bidang tanah di wilayah permukiman dan persawahan
sesuai ketetapan PMNA/kepala BPN nomor3 tahun 1997.
2. Menghitung ketelitian planimetri orthophoto dari data foto udara format kecil
teknologi UAV yang digunakan untuk mengidentifikasi bidang tanah.
3. Mengetahui potensiimplementasi teknologi UAV dalam penyelenggaraan Peta
Dasar Pendaftaran sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997.
5
I.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Orthophoto dari data foto udara format kecil teknologi UAV diharapkan
mampu menghasilkan peta kadastral dengan tingkat akurasi yang memadai
sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997.
2. Memberikan strategi implementasi pengukuran batas bidang tanah yang lebih
sederhana dan mudah dilakukan terutama oleh komunitas pengguna UAV
untuk mendukung Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Indonesia.
3. Meningkatkan kerjasama pemerintah dan masyarakat lokal dalam
pengumpulan data batas bidang tanah menggunakan teknologi UAV.
I.6. Cakupan Penelitian
Cakupan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Area kajian berada diwilayah permukiman dan di wilayah persawahan.
2. Identifikasi batas bidang tanah dilakukan pada tiga kondisi yang berbeda
dilapangan, yakni bidang tanah dengan premark, bidang tanah tanpa premark,
bidang tanah tertutup objek lain.
3. Perhitungan luas bidang tanah pada orthophotodari data foto udara format kecil
teknologi UAV sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997.
4. Batas bidang tanah yang tidak teridentifikasi pada orthophoto karena tertutup
objek lain diidentifikasi berdasarkan ketentuan yang ditetapkan PMNA/Kepala
BPN nomor3 tahun 1997.
5. Perhitungan ketelitian luas bidang tanah sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3
tahun 1997 untuk menunjukan data yang diuji memiliki kebenaran dan ketelitian
yang dapat dipertanggungjawabkan.
6. Ketelitian luas bidang tanah hasil pemrosesan orthophotomengacu pada data
luasan hasil pengukuran GPS.
7. Uji ketelitian luas di wilayah permukiman tidak dapat dilakukan karena data
semua sisi bidang tanah tidak diperoleh secara lengkap.
8. Ketelitian identifikasi batas bidang merujuk pada pembuatan Peta Dasar
Pendaftaran skala 1:1.000 untuk daerah permukiman, skala 1:2.500 untuk daerah
pertanian sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997.
6
I.7. Tinjauan Pustaka
Unmanned Air Vehicle (UAV) mampu memiliki tingkat intelligence yang lebih
rendah maupun tinggidari “automaticintelligence”. UAV dikendalikan controller
remote yang memberikan informasi kondisi UAV saat terbang (Austin, 2010). Remot
kontrol dikendalikan pilot yang berada distasiun pengendali supaya berat muatan dan
kompleksitas berkurang secara siginifikan serta meningkatkan lama terbang
(Everaerts, 2008). UAV memiliki data kondisi atau data housekeeping yang
memberikan informasi jumlah bahan bakar dan suhu komponen UAV. Selain itu
UAV juga mampu merespon kesalahan secara otomatis (Austin, 2010). UAV juga
menjadi solusi alternatif pengumpulan foto udara format kecil yang sesuai
dibandingkan wahana udara lainnya karena biaya rendah dan fleksibel (Eisenbeiss,
2004 dan Everaerts, 2008). Data foto udara format kecil direkam memanfaatkan
UAV dengan berbagai kondisi, seperti tinggi terbang UAV rendah yang
memungkinkan mencapai resolusi tinggi dan stabilitas instrumen saat perekaman
foto (Everaerts, 2008 dan Kurczyaski, dkk., 2016).
Data foto udara format kecil yang direkam memanfaatkan teknologi UAV
diaplikasikan oleh pengguna sipil maupun militer. Pengguna sipil mengaplikasikan
teknologi UAV dalam bidangfoto udara, pertanian, kebencanaan, pemantauan garis
pantai dan jalur laut, konservasi, pemantauan polusi tanah, deteksi kebakaran hutan,
dan perikanan (Austin, 2010). Pemanfaatan UAV dalam berbagai bidang membuka
peluang penelitian baru terutama penelitian yang memiliki pertimbangan resolusi
spasial dan resolusi temporal yang dihasilkan. Saat ini penelitian terkait penggunaan
citra resolusi tinggi (termasuk teknologi UAV) untuk menyelesaikan masalah
pertanahan menjadi isu mendesak (Enemark, dkk., 2014). Tabel 1.1. menunjukkan
beberapa penelitian yang pernah dilakukan, memanfaatan teknologi UAV untuk
keperluan pendaftaran tanah.
Salah satu penerapan teknologi UAV adalah untuk menyelesaikan masalah
akuisis data batas bidang tanah (Ramadhani, 2016). Pada proses akuisis data batas
bidang tanah, teknologi UAV mampu memberikan perbaikan dalam sisi efisiensi
biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan citra orthophoto dan peta orthophoto
sebesar Rp 1.078.200,00 per paket dengan akurasi horisontal 2,8 cm.Ramadhani
(2016), berfokus pada pemanfaatan teknologi UAV untuk menghasilkan citra
7
orthophoto dan peta orthophoto dengan ketelitian tinggi. Kedua data tersebut sebagai
hasil dari akuisisi data batas bidang tanah. Sedangkan, Penelitian ini lebih
mengutamakan pemanfaatan orthophoto dari foto udara format kecil teknologi UAV
untuk identifikasi batas bidang tanah dalam berbagai kondisi di lapangan. Identifikasi
batas bidang tanah di wilayah permukiman dan persawahan dilakukan berdasarkan
tiga kondisi, yakni bidang tanah dengan premark(target), bidang tanah tanpa
premark(target), dan bidang tanah tertutup objek lain. Serta penerapan dua metode
alternatifidentifikasi batas bidang, yaitu pengukuran GPS dan pengukuran
pemotongan ke muka menggunakan pita ukur. Metode alternatif diterapkan untuk
mengatasi keterbatasan orthophoto saat identifikasi batas bidang. Analisis potensi
pemanfaatan orthophotodalam mengidentifikasi bidang tanah didasarkan pada
ketelitian planimetris orthophoto dan ketelitian luas bidang tanah yang dihasilkan.
8
Tabel 1.1 Penelitian terkait aplikasi UAV untuk keperluan kadaster
JudulSpesifikasi Alat dan
Spesifikasi TerbangKasus Hasil dan Rekomendasi
“Pemanfaatan Foto Udara
Format Kecil Daerah Datar
Untuk Pengukuran Luas
Bidang Tanah Guna
Pendataan Objek Pajak
Bumi dan Bangunan :: Studi
Kasus Di Wiayah Kerja
Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan
Sleman”, (Setiawan, 2004)
-
-
-
Foto udara format kecil untuk
pendataan objek pajak bumi
dan bangunan (PBB) dengan
metode mosaik citra foto
terkontrol yang dihasilkan dan
mosaik citra foto yang belum
terkontrol.
nilai RMSE rata-rata mosaikcitra foto
terkontrol sebesar 7,606 m, dan mosaik citra
foto tidak terkontrol sebesar 8,311 m
(foto 1) dan 6,485 m (foto 2).
“Assessment of Low
Altitude Aerial Data For
Large Scale Urban
Environmental Mapping”
(Hashim, dkk., 2013)
UAV dengankamera
digitalPentax-Optio W90
resolusi 12 megapixel
(small format aerial
photograph).
Pemetaan Skala Besar
terutama pada daerah yang
terlalu kecil untuk survei
fotogrametri menggunakan
pesawat berawak.
(studi kasus : wilayah urban)
Akurasi :
RMSE hasil triangulasi udara berdasar 19
TKT dan 5 titik uji sebesar ± 0,0168 m.
Perbandingan check point pengukuran
GPS dan koordinat hasil pengolahan citra
± 0,565 m.
9
Rekomendasi :
UAV mampu memecahkan masalah waktu,
biaya, dan tenaga yang terbatas untuk
pemetaan skala besar daerah yang sempit
dan akurasi peta orthopotho yang dihasilkan
tinggi.
“Innovation in Boundary
Mapping : Namibia
Customary Land and
UAV’s”(Mumbone, 2015)
Fix wing drone
Kamera Sony resolusi 16
megapixel
V-Map differential GPS
system (dual frequency
receivers)
GSD 45 mm
Tinggi terbang 150 m
Kecepatan udara rata-rata
14m/s
Lateral overlap 70 % dan
forward overlap 80%
Pemetaan batas bidang tanah
adat (daerah pedesaan) di
Namibia memanfaatkan Foto
Udara UAV berdasarkan
persyaratan hukum dan
teknis yang berlaku.
Eksplorasi metode yang
memberikan foto udara
tergeoreferensi yang terbaru
dengan biaya rendah
(perbaikan produksi peta
orthophoto)
Akurasi :
Akurasi orthophoto : 4 cm (arah absis)
dan 5 cm (arah ordinat).
Peta kadaster 2D memiliki akurasi posisi
4-5 cm dengan akurasi ketinggian 21 cm.
Rekomendasi :
Data ketinggian dihasilkan UAV tipe
receiverReal-Time Kinematic (RTK) dual
frekuensi. Aplikasi UAV dianjurkan
untuk:
Farm assessments and monitoring
activities
Building of 3D cadastre in urban areas
10
Informal settlement planning and
upgrading
“Using Unmanned Aircraft
System Images to Support
Cadastral Boundary Data
Acquisition In
Indonesia”(Ramadhani,
2016).
-
-
-
Akuisisi batas kadaster (secara
cepat, murah, dan akurat) di
Indonesia yang berdasarkan fit-
for-purpose land
administration di Indonesia.
Akurasi :
Hasil uji akurasi planimetris peta
orthophoto 2,8 cm yang dilakukan selama
720 menit untuk 5 persil dan biaya Rp
1.078.200 ≈ USD 80 setiap persilnya.
Rekomendasi :
Di masa depan, UAV mampu
memecahkan isu rendahnya jumlah tanah
yang bersertifikat dan jaminan kepastian
batas antara hutan dan non-hutan yang
ditentukan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Indonesia
(2015-2019).
UAS menjanjikan representasi model 3D
properti.
“The Possibility Of Using
Images Obtained From The
Kamera Sony α 7R
dengan FE 2/28 lens
Pemutakhiran data kadaster
Akuisisi data foto udara
Akurasi :
Pengukuran stereoscopic menghasilkan
11
UAS In Cadastral Works”
(Kurczynski dkk, 2016)
resolusi 7380 x4912 (36
Megapixel)
Ukuran sensor CMOS
35,8 mm x 23,9 mm
End Overlap 80% dan
side overlap 60%
GSD 3 cm
Jumlah foto 1660 foto.
Teknologi GNSS (GPS-
RTK) dengan KOLIDA
K-9T GNSS ROVER
dan kontroler KOLIDA
S10
dengan altitude rendah untuk
memperbaharui data
kadaster.
Akurasi ditingkatkan dengan
2 metode pengukuran yakni
stereoscopic dan multi-foto
untuk pengukuran sudut
bangunan dan batas bidang
tanah.
akurasi posisi titik 0,19 m dan pengukuran
multi-foto nilainya RMSE 0,10 m dengan
akurasi posisi planimetris 0,09 m.
Rekomendasi :
Pengukuran dengan latitude rendah bukan
untuk meningkatkan akurasi pengukuran
melainkan meningkatkan kemampuan
identifikasi fitur kadaster yang diukur.
12
I.8. Hipotesis
Orthophoto dari foto udara format kecil teknologi UAV menghasilkan ketelitian
planimetri dalam fraksi sentimeter. Mengacu subbab I.7., foto udara format kecil
mampu menghasilkan orthophoto dengan ketelitian horisontal 5-20 cm (Hashim
dkk., 2013; Mumbone, 2015; Ramadhani, 2016; dan Kurczynski, dkk., 2016).
Dengan demikian, orthophoto dapat dijadikan sebagai peta dasar dalam identifikasi
batas bidang tanah sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997. Perbedaan luas
bidang tanah hasilidentifikasi orthophoto terhadap pengukuran GPSmasih memenuhi
toleransi pada PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997.
Top Related