Bab I Pendahuluan -...
Transcript of Bab I Pendahuluan -...
1
Bab I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan potensi pariwisata yang besar. Potensi
pariwisata ini telah memberikan kontribusi yang besar bagi PDB (Produk Domestik
Bruto). Berdasarkan data yang disediakan oleh Badan Pusat Statistik (Badan Pusat
Statistik, 2017) terlihat bahwa pada tahun 2016, total wisatawan asing yang masuk
ke dalam negeri mencapai 11,519 juta jiwa. Setiap wisatawan yang berkunjung
biasanya menghabiskan rata-rata 1.100 hingga 1.200 Dolar AS di Indonesia
(Indonesia Investments, 2016). Hal ini tentu menjadikan pariwisata sebuah
pendorong pembangunan ekonomi di dalam negeri. Lebih lagi, Indonesia
Investments (2016) dalam artikelnya yang berjudul “Industri Pariwisata Indonesia”
menyebutkan bahwa 9% angkatan kerja di Indonesia bekerja di bidang industri
pariwisata.
Potensi pariwisata yang ditawarkan oleh Indonesia tersebut terdiri dari
wisata alam dan wisata tempat-tempat bersejarah. Potensi wisata alam dapat berupa
Raja Ampat, Pulau Bali, Pulau Nias, sedangkan potensi pariwisata yang berupa
tempat bersejarah biasanya berupa bangunan peninggalan masa kerajaan yang
pernah berdiri di Nusantara. Salah satu peninggalan bersejarah kerajaan yang
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
pernah berdiri di Nusantara adalah Candi Borobudur yang terletak di Provinsi Jawa
Tengah.
Candi Borobudur merupakan daya tarik wisata bagi wisatawan lokal bahkan
dunia. Kementrian pariwisata pada tahun 2016 telah menetapkan candi ini sebagai
salah satu dari 10 destinasi pariwisata utama berdampingan dengan Danau Toba,
Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger –
Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi dan Morotai (Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia, 2016). Keindahan arsitektur dan nilai estetika yang terdapat
dalam candi ini menarik perhatian UNESCO untuk menjadikan candi ini salah satu
warisan dunia. Dikarenakan perhatian yang didapat oleh candi ini sangat besar,
yakni mencapai cakupan dunia, maka jumlah wisatawan pun juga banyak.
Berdasarkan data yang disediakan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten
Magelang, jumlah wisatawan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Data dari
Badan Pusat Statistik Magelang (2015) menunjukkan bahwa pada tahun 2013
tercatat sebanyak 3.147.164 wisatawan domestik dan 224.287 wisatawan
mancanegara mengunjungi candi ini dan pada tahun 2014, tercatat sebanyak
3.157.166 wisatawan domestik dan 241.814 wisatawan mancanegara. Dengan
melihat perkembangan informasi yang semakin meluas, peningkatan jumlah
wisatawan ini dapat diasumsikan sebagai dampak dari perluasan jaringan informasi,
kemudahan orang untuk bepergian ke luar negeri, dan peningkatan gaya hidup
berwisata. Lebih lagi, dengan dana APBN yang direncanakan mencapai Rp 20
Miliar pada tahun 2017, Kementrian Pariwisata Indonesia melalui Arief Yahya
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
berencana mengembangkan kawasan Candi Borobudur dengan target wisatawan
asing mencapai 2 juta per tahun mulai tahun 2019 (Tribun Batam, 2016).
Peningkatan jumlah wisatawan ini mengakibatkan meningkatnya jumlah
permintaan untuk akomodasi pendukung seperti penginapan, jasa penyedia tur,
tempat wisata sekunder, rumah makan, dan lain-lain. Potensi yang ditimbulkan dari
meningkatnya kebutuhan akomodasi dari para turis ini ini tentunya disambut pihak-
pihak yang memanfaatkan keberadaan kawasan wisata ini. Berbagai macam
penginapan disediakan baik oleh BUMN maupun pihak swasta. Kawasan-kawasan
wisata pendukung lainnya juga mulai bermunculan. Tak hanya itu, penyedia parkir,
penyedia jasa persewaan kendaraan bermotor, penyedia jasa tur juga mengambil
keuntungan dari adanya peningkatan jumlah wisatawan ini.
Dusun Jowahan adalah salah satu daerah yang berpotensi tinggi untuk
memanfaatkan potensi yang disediakan oleh Candi Borobudur. Dusun ini terletak
tidak jauh dari kompleks wisata Candi Borobudur, yakni hanya berjarak ± 975 m
jika ditarik garis lurus ke arah tenggara Candi. Hal ini memungkinkan para
wisatawan menginap di dusun ini. Selain karena jaraknya yang cukup dekat dengan
kawasan wisata candi, kunjungan wisatawan juga dipengaruhi oleh tersedianya
suasana pedesaan lengkap dengan vegetasi yang cukup rapat serta kehidupan para
warganya. Kehidupan di desa ini diwarnai dengan kesenian dan tradisi khas, yakni
kesenian pitutur. Kesenian ini dikembangkan oleh Kepala Desa Wanurejo tahun
1927-1933 yang bernama R. Nitihardjo. Salah satu keturunan R. Nitihardjo
mengembangkan usaha penginapan rumah bernama “Ndalem Nitihardjan” yang
dapat dibilang memiliki kualitas setara dengan hotel bintang.
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
Sebelum tahun 1999, dusun ini merupakan dusun yang tidak dialiri arus
listrik. Begitu pula usaha pariwisata tidak berkembang di daerah ini. Awalnya,
usaha pariwisata dimulai oleh seseorang yang berasal dari daerah ini, yaitu
Noeryanto. Ia menjalankan usaha kerajinan di Dusun Jowahan juga. Usaha
kerajinan yang ia miliki ini sering mendatangkan tamu baik tamu pelatihan, magang,
workshop, maupun praktek kerja lapangan. Asal tamunya pun beragam, mulai dari
sekolahan hingga Dinas Ketenagakerjaan. Tamu-tamu dari Noeryanto ini
melakukan kegiatannya selama beberapa hari. Bahkan, beberapa kegiatan
membutuhkan waktu hingga satu bulan. Oleh karena itu, Noeryanto membutuhkan
penginapan untuk tamu-tamunya menginap yang mana biasanya tamu-tamu
tersebut memilih untuk menginap di homestay.
Atas adanya kebutuhan ini, akhirnya Noeryanto mengajak warga Dusun
Jowahan untuk menyediakan usaha homestay bagi para tamunya. Kemudian ia
melakukan beberapa pelatihan pariwisata ke Bali, dan beberapa kali di pendapa
milik keluarga besar R. Nitihardjo untuk warga di dalam dan sekitar Dusun
Jowahan. Pada awalnya, hanya ada satu hingga dua orang yang tertarik dan
mendukung ide dari Noeryanto untuk mengembangkan usaha penginapan berupa
homestay di dusun ini. Beberapa warga justru iri dan merasa tidak diajak untuk
berpartisipasi dalam pengembangan usaha penginapan di dusun ini. Akan tetapi,
dengan adanya campur tangan dari pihak eksternal, usaha homestay menjamur di
daerah ini.
Perkembangan homestay di dusun ini berkembang secara terpisah-pisah.
Artinya, pengembang berusaha secara sendiri-sendiri untuk mengembangkan
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
homestay. Meskipun tercakup dalam satu entitas Desa Wisata Jowahan, nyatanya
belum ada kesinambungan antar homestay dalam melakukan usahanya. Persatuan
dari antar homestay semata-mata berasal dari faktor tamu yang disediakan oleh
Noeryanto melalui program-programnya seperti magang, workshop, dan lain-lain.
Selain itu, homestay berusaha secara mandiri untuk mencari tamu. Hal ini
menyebabkan persaingan bebas antar pengelola homestay. Tidak adanya organisasi
atau komunitas yang menyatukan homestay-homestay tersebut menyebabkan
keragaman kualitas, pelayanan, serta harga homestay. Akibatnya, pengelolaan yang
mencakup keseluruhan homestay tidak berjalan lebih baik, padahal pengelolaan
secara komunitas dapat pula mengembangkan usaha kelompok menjadi lebih baik,
baik dari sisi pemasaran, pemerataan, serta pelayanan.
Dusun Jowahan sendiri tercatat memiliki kurang lebih 15 usaha homestay
(Rohadi, wawancara, 23 Juli 2017) dengan berbagai macam nama. Informasi ini
didapatkan dari pengamatan langsung peneliti di lapangan yang berupa penunjuk
jalan untuk menuju ke beberapa homestay di lingkungan ini. Penunjuk jalan yang
berdiri tersebut tidak serta-merta dibangun oleh aparat desa untuk mengembangkan
usaha-usaha penginapan tersebut, tetapi penunjuk jalan tersebut merupakan hasil
kerja sama antara dusun dengan BUMN yakni BNI (Bank Negara Indonesia).
Selain penunjuk jalan, BNI menyediakan memberikan kredit ringan bagi pengusaha
homestay. Tak kurang pula mereka memberikan barang berupa selimut, seprei,
serta handuk untuk seluruh homestay di Dusun Jowahan tanpa terkecuali. Kerja
sama ini adalah bentuk dari perwujudan CSR dari BNI untuk pengembangan
“Kampoeng Wisata” di Dusun Borobudur.
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
Tidak hanya BNI saja BUMN yang masuk ke dusun ini untuk
mengembangkan pariwisata, masuk pula BUMN lainnya yaitu PT. Telekomunikasi
Indonesia. Melalui program UKM digital, Indihome dari PT. Telekomunikasi
Indonesia menyediakan akses internet fiber untuk dusun. Internet tersebut ditujukan
bagi penduduk dusun serta tamu yang menginap di dusun ini. Namun sayangnya,
penempatan pemancar tersebut masih hanya berada di pendapa milik Noeryanto
yang merupakan lahan milik pribadi. Selain di tempat Noeryanto, internet juga
terpasang di “Ndalem Nitihardjan” serta “Homestay Nitihardjo”. Selain itu belum
ada pemasangan internet yang dapat dimiliki warga dusun secara percuma.
Pada pertengahan 2016, homestay-homestay lainnya mulai muncul di desa
lain termasuk di dalamnya di daerah yang lebih strategis. Akibatnya, arus tamu
yang berasal dari wisatawan Borobudur (Dapat berupa wisatawan candi, punthuk
setumbu, kegiatan adat, dan wilayah-wilayah wisata lainnya di Kecamatan
Borobudur) mulai mengalami penyurutan. Pengurangan jumlah itu dapat dilihat
dari homestay sekarang yang terkadang sama sekali tidak menerima tamu dalam
satu bulan. Tamu yang tetap hanya berasal dari acara besar seperti Waisak dan tamu
yang disediakan oleh Noeryanto. Ia terlanjur menjadi tonggak ketergantungan
pengusaha homestay dan ini membuatnya dapat mendominasi lebih dalam di dalam
ranah ini. Kelangkaan konsumen ini dapat memunculkan dua hal: Pertama,
ketergantungan yang diciptakan oleh Noeryanto terhadap pengusaha homestay di
Dusun Jowahan tidak dapat secara penuh memberikan jalan keluar; Kedua,
perkembangan industri di jalan ini memunculkan sebuah persaingan di dalamnya.
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
Sebuah tatanan masyarakat yang didasarkan oleh persaingan antar aktornya
merupakan sebuah arena.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, peneliti memunculkan
dua rumusan masalah di dalam penelitian ini:
1. Apa bentuk/arena pertarungan ekonomi yang terjadi di Dusun Jowahan
sebagai sebuah bentuk dari wilayah industri pariwisata?
2. Bagaimana pola dominasi simbolik yang terjadi dalam pertarungan?
3. Bagaimana keberlanjutan industri kampung wisata Dusun Jowahan?
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa aktor, kapital, dan dominasi di
arena industri kampung wisata di Dusun Jowahan dalam kaitannya dengan
persaingan atau kompetisi antar aktor di dalamnya. Penelitian ini berusaha
menggambarkan hubungan di antara pengelola homestay serta hubungannya
dengan aktor yang merupakan pihak dominan. Penggambaran tersebut diharapkan
dapat menjadi sebuah penjelas bagi bagaimana arena pertarungan terjadi melalui
kapital masing-masing aktor. Maka dari itu, penggambaran juga dilakukan terhadap
karakteristik arena serta kapital yang dimiliki oleh pengelola homestay serta pihak
dominan di daerah ini.
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
Lebih lagi, penelitian juga berusaha menggambarkan bentuk dominasi
simbolik yang terjadi terhadap pengelola homestay kelompok menengah ke bawah.
Hal ini berkaitan dengan peran pengrajin kesenian yang berpengaruh terhadap
pengembangan usaha homestay di dusun ini. Pemaparan di atas bertujuan agar
terungkapnya model pengelolaan homestay di dusun serta bagaimana ia melakukan
hubungan antar sesama pengelola homestay dan juga dengan pihak lainnya seperti
Taman Wisata, pengusaha pariwisata, BUMN, dan aktor-aktor lainnya di dalam
arena maupun di dalam arena yang berkaitan dengan kasus tersebut.
I.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pelajaran baik bagi
pemerintah maupun penduduk dan pihak lain yang bergerak di bidang usaha di
dalam industri kampung wisata Dusun Jowahan. Pelajaran ini memungkinkan agar
semua unsur dapat mencegah timbulnya sebuah sistem yang mengacu kepada
sistem pasar karena dari sistem pasar tersebutlah asal mula dari persaingan yang
menimbulkan sebuah arena. Di dalam arena terdapat aktor yang menguasai sumber
daya dan melakukan kekuasaan simbolik terhadap aktor yang lainnya. Tentunya,
pemerintah dan warga desa tidak menginginkan ini dan kemudian dapat mencari
cara untuk mencegahnya maupun mengobatinya.
I.5 Tinjauan Pustaka
Latar belakang masalah yang diperoleh dari dusun ini dapat kita pahami
melalui karya tulis sebelumnya yang berbicara tentang komunitas lokal pariwisata
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
di sekitar kawasan Candi Borobudur. Dalam jurnal “Annals of Tourism Research,
“Hampton (Hampton, 2004, p. 740), pariwisata Indonesia disebutkan memiliki
pandangan top-down dengan menekankan pengembangan akomodasi untuk turis
kelas atas. Meskipun demikian, bentuk pariwisata baru muncul dengan arah dan
sifat yang berbeda. Pariwisata baru ini tidak memandang sebelah mata para turis
dari kalangan menengah ke bawah, yakni seperti backpacker serta turis lokal.
Bentuk-bentuk dari pariwisata baru tersebut terdiri dari guesthouse, homestay,
warung, becak, dan lain-lain. Dalam kesimpulan risetnya yang berjudul “Heritage,
Local Communities and Economic Development”, Hampton menyebutkan bahwa
ini merupakan bentuk dari usaha masyarakat yang ingin berusaha di bidang
pariwisata di tengah ramainya usaha kelas atas. Pemerintah perlu menanggapi hal
ini dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mengembangkan usaha pariwisata
berbasis masyarakat.
Penelitian yang berkaitan juga ditulis oleh Masanori Nagaoka. Dalam jurnal
“Journal of Cultural Heritage Management and Sustainable Development”,
Nagaoka (2015, p. 132) melalui tulisan hasil risetnya yang berjudul “Buffering
Borobudur for Socio-economic Development, An Approach Away from European
Values Based Heritage Management” menegaskan kepada pengembangan wilayah
ekonomi di sekitar Borobudur yang bertolak belakang dengan nilai-nilai
pengembangan yang dimiliki oleh negara-negara di Eropa. Menurutnya,
pengembangan kawasan pariwisata perlu memperkuat keterkaitan antara situs
pariwisata dengan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Hal ini perlu dilakukan
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
agar masyarakat dapat terkena dampak positif pada aspek sosial, pendidikan, serta
ekonomi.
Pada penelitian serupa tentang dominasi dalam industri kecil, Suyatna (2013,
p. 98) menyatakan bahwa di era desentralisasi, aktor-aktor atau aktor-aktor lokal
memiliki potensi yang lebih untuk mengembangkan potensi industri kecil di
wilayahnya daripada pemerintah karena mereka memiliki pengetahuan yang lebih
akan potensi serta permasalahan yang dihadapi oleh para pengusaha industri kecil.
Pihak dominan dalam habitus-nya akan selalu mempertahankan legitimasi
kekuasaannya atas aktor-aktor lokal dengan memanfaatkan kapital sosialnya.
Pengembangan dengan aktor pengusaha industri kecil dapat menciptakan kondisi
yang ideal. Hal ini mengingat bahwa dengan adanya desentralisasi, arah
pembangunan yang sebelumnya ditentukan oleh pemerintah secara sepihak akan
berganti menjadi penentuan arah pembangunan oleh aktor-aktor lokal.
I.6 Kerangka Teori
Penelitian ini berusaha menjelaskan secara mendalam tentang situasi serta
kondisi pergulatan yang ada di Dusun Jowahan dalam ranah penginapan homestay.
Hubungan-hubungan antar homestay beserta bentuk tatanan antar aktor dalam
dusun dijelaskan melalui perspektif arena. Arena adalah jaringan relasi antarposisi
objektif di dalamnya (Bourdieu dan Wacquant dalam Ritzer, 2008: 582). “Konsep
habitus tidak dapat dipisahkan dari konsep arena perjuangan (champ)”
(Haryatmoko, 2016, p. 43). Kedua unsur tersebut saling mengandaikan satu dengan
yang lain, struktur-struktur obyektif dan struktur-struktur habitus (Bourdieu dalam
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
Haryatmoko 2016, p. 43). Arena ini memunculkan habitus terhadap aktor-aktor
yang berada di dalamnya. Di sini, habitus yang cirinya dapat distruktur dan dapat
menstruktur mengambil perannya. Di satu sisi, sistem yang dibentuk dari awal oleh
pihak dominan dan aktor-aktor lainnya menstruktur sebuah habitus baru.
Sebelumnya tidak dikenal habitus semacam ini di Dusun Jowahan, yang mana
adalah habitus pasar pariwisata. Kemudian, setelah sistem ini berjalan selama
bertahun-tahun, habitus ini menstruktur aktor-aktor dengan habitus yang tetap,
yakni habitus pasar industri pariwisata.
Subjek penelitian dipandang sebagai sebuah arena dengan berbagai macam
pandangan para aktornya dalam memandang realitas sosial. Hal ini merujuk pada
penelitian ini yang memandang subjek penelitian memiliki berbagai macam aktor
dari sebuah struktur yang memiliki relasi antarposisi sebagai bentuk dari sebuah
struktur masyarakat. Penelitian ini mengantisipasi akan adanya kemungkinan sudut
pandang berbeda yang bertolak belakang antara satu dengan yang lainnya. Dalam
kata lain, dalam sebuah ruangan, visi setiap aktor akan dipengaruhi dari mana ia
memandang, serta bagaimana ia mendapatkan posisi tersebut dapat dijelaskan
melalui penjelasan dari mana ia berasal (Bourdieu, 2011, p. 173).
Dalam pemikiran Pierre Bourdieu (2011) mengenai ruang sosial, setiap
anggota dari sebuah ruang sosial memiliki pandangan yang beragam tergantung
konstruksi yang dialami dirinya baik melalui peran, latar belakang, serta status yang
dimilikinya. Penelitian ini menyajikan pandangan-pandangan serta perilaku dari
setiap individu, kelompok, maupun institusi untuk menjelaskan pergulatan dalam
arena tersebut terutama pada aktor.
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
Berbicara mengenai arena, kapital-kapital yang dimiliki oleh setiap aktor
akan menentukan posisi mereka dalam sebuah struktur masyarakat. Kapital yang
digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan aktor dari sebuah struktur
tersebut adalah kapital sosial, ekonomi, budaya, serta simbolis (Ritzer, 2008).
Empat kapital ini tidak sama dengan kapital yang ditawarkan oleh Karl Marx, yakni
hanya menekankan pada kapital ekonomi terutama pada alat produksi (mode of
production) berupa tanah maupun harta sebagai satu-satunya faktor penentu posisi
sosial dan kekuasaan. Bourdieu menawarkan pandangan budaya yang dianggap
minor oleh Karl Marx (Haryatmoko, 2016, p. 39). Akan tetapi, dalam peneltian ini,
kapital ekonomi tetap menempati posisi paling penting dalam menentukan seorang
aktor berada di tingkatan posisi sosial yang mana sehingga dalam kaitannya dengan
analisa posisi, kapital ekonomi menjadi rujukan yang pertama. Selain itu,
keutamaan kapital ekonomi terletak pada kemampuannya dalam menentukan
kapital-kapital lainnya. Meskipun demikian, kapital ekonomi tidak selalu menjadi
modal utama dari sebuah aktor, maka kapital-kapital lain juga memiliki kekuatan
untuk menentukan kekuatan sebuah aktor di dalam arena.
Pihak yang dominan dalam sebuah arena memanfaatkan arena sebagai pasar
kompetitif dengan berbagai macam jenis kapital yang sudah disebutkan
sebelumnya. Karena arena dipandang oleh Bourdieu (Bourdieu & Wacquant, 1992,
p. 101) sebagai arena pertempuran dan arena perjuangan, pihak dominan memiliki
keinginan untuk tetap mempertahankan posisinya (status quo) serta pihak yang
terdominasi berlomba-lomba untuk mengambil status tersebut dengan
memanfaatkan kapital yang mereka miliki. Masing-masing dari kapital yang
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
dimiliki oleh pihak dominan akan dijelaskan satu per satu oleh penelitian ini. Begitu
pula kapital yang dimiliki oleh pihak yang terdominasi melalui konsep habitus.
I.7 Metode Penelitian
I.7.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Dusun Jowahan, Kelurahan Wanurejo,
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Sebuah
dusun yang terletak tidak lebih dari 1 km secara jarak geografis dan 1,76 km secara
jarak tempuh jalur darat dari pusat Candi Borobudur. Dusun ini memiliki daya tarik
tersendiri terhadap para turis karena di samping posisinya yang tidak jauh dari pusat
pariwisata Candi Borobudur, dusun ini menawarkan keramahan bagi pengunjung
yang menginap di homestay-homestay milik warga. Di tempat ini, pengunjung
dapat merasakan suasana desa di daerah Jawa pada umumnya namun dikemas
secara sedemikian rupa agar ramah turis. Selain menawarkan jasa akomodasi,
usaha-usaha di dusun ini juga menawarkan jasa pemandu wisata untuk wisata-
wisata pendukung wisata Candi Borobudur.
I.7.2 Informan
Informan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan orang yang
memiliki keterkaitan secara langsung terhadap perkembangan usaha homestay
maupun terhadap pemerintahan dan adat di dusun ini. Informan dipilih secara
bertingkat yang berarti informan satu merekomendasikan informan lainnya yang
dianggap memiliki kapasitas untuk menjelaskan hal yang berkaitan dengan usaha
homestay di dusun ini. Untuk menghindari subjektivitas informan dalam memilih
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
informan potensial lainnya, peneliti tidak hanya mengambil satu informan kunci.
Hal ini diakibatkan oleh sentimen-sentimen yang terdapat dalam masyarakat
terhadap kompetitor internal dalam dusun.
Para informan yang dipandang dipandang memiliki keterkaitan langsung
terhadap perkembangan industri kampung wisata yakni, pengrajin kesenian,
beberapa pengusaha homestay, kepala dusun. Di samping itu, peneliti juga
mengambil beberapa informan tambahan yang dirasa dapat memberi informasi
terkait arena industri kampung wisata di daerah ini, seperti, kepala kelurahan, PT.
Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero), CSR (BNI
dan Telkom Indonesia), serta warga dusun yang bukan pengusaha homestay.
Adapun beberapa informan secara terdaftar sebagai berikut:
1. Noeryanto – Pengusaha industri kerajinan “Lidiah Art” serta usaha lainnya
2. Heni – Pengusaha Homestay “Sosrodihardjo” (Dusun Jowahan)
3. Tatik – Pengusaha Homestay “Pendowo” (Dusun Jowahan)
4. Indarto – Pengusaha Homestay “Cokro Menggolo” (Dusun Jowahan)
5. Ahimsa – Pengusaha Homestay “Omahé Simbok” (Dusun Jowahan)
6. Slamet – Warga/Mantan Kepala Dusun Jowahan
7. Rohadi – Kepala Dusun Jowahan (Sekaligus pengusaha Homestay
“Suroparngat” di Dusun Jowahan)
8. Bendrat – Ketua Badan Pariwisata Desa (Bapardes) Wanurejo
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
9. Jatmiko – Staf Bagian Operasional PT. Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan & Ratu Boko (Persero)
10. Chrisnamurti A. – General Manager Unit Borobudur PT. Taman Wisata
Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero)
11. Kuswoyo – Pengelola Perkumpulan Ojek sekitar Candi Borobudur
I.7.3 Metode Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengumpulan data
adalah dengan dua cara, yakni wawancara dan observasi. Karena merupakan
penelitian studi kasus, penelitian ini berfokus pada pengumpulan data terutama
kualitatif, namun tidak menutup kemungkinan untuk pengumpulan data kuantitatif
yang dapat membantu analisa empiris.
Wawancara dilakukan pertama guna membentuk kerangka pada latar
belakang masalah, meskipun dalam menyusun latar belakang masalah tidak hanya
digunakan data dari wawancara tahap pertama. Wawancara ini digunakan untuk
mengais data permukaan terhadap permasalahan yang ada di lapangan. Setelah
pengumpulan data lapangan untuk latar belakang masalah sudah dilakukan, peneliti
melanjutkan pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara mendalam serta
observasi terhadap aktor-aktor yang berperan di dalam arena, dalam hal ini adalah
pengelola homestay serta pengrajin kesenian. Wawancara mendalam dilakukan
terhadap kedua aktor ini karena keduanya memiliki peranan langsung di dalam
arena selain menjadi titik utama pembahasan. Selain itu, melalui wawancara
mendalam dan observasi ini, peneliti dapat memperoleh data tentang subyektivitas
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
dari keduanya dengan lebih mendalam. Namun, dalam rentang waktu 7 hari yang
dilaksanakan untuk wawancara mendalam serta observasi terhadap kedua aktor ini
tidak menutup kemungkinan untuk peneliti juga mengklarifikasi sebagian data yang
diperoleh terhadap aktor-aktor lainnya yang bersangkutan. Peneliti juga melakukan
wawancara terhadap mantan kepala Dusun Jowahan sebagai warga yang mengerti
tentang aspek historis Dusun Jowahan.
Setelah itu, wawancara dilanjutkan beberapa minggu setelah proses
wawancara mendalam yang sebelumnya sudah dilakukan selama tujuh hari.
Interval ini muncul akibat adanya proses analisis data sebelum melanjutkan
pengumpulan data terhadap aktor-aktor lainnya. Di tahap wawancara mendalam
yang ketiga ini, peneliti mewawancarai berbagai macam aktor termasuk di
dalamnya tambahan data tentang pengelola homestay, ketua Bapardes, serta pihak
perwakilan dari PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko
(Persero). Pengumpulan data ini dilakukan guna menambah gambaran mengenai
arena yang ada berserta dengan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Di seluruh
wawancara, mulai dari tahap pertama hingga ketiga, peneliti melakukan proses
perekaman suara guna menghindari adanya distorsi antara informasi yang
ditangkap oleh peneliti pada saat wawancara berlangsung dengan informasi yang
sebenarnya dimaksudkan oleh pihak yang diwawancarai.
Di luar wawancara dan observasi, peneliti juga melakukan pengumpulan
data dengan metode data sekunder. Data tersebut diperoleh melalui berkas
elektronik (seperti file *.docx dan *.pptx) yang diberikan oleh aktor terkait. Data
sekunder lainnya diperoleh melalui internet dengan menelusuri halaman atau
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
website resmi dari aktor terkait. Keresmian dari halaman dan website dipastikan
dengan cara melihat copyright yang tertera di bawah halaman internet serta
klarifikasi dengan aktor melalui wawancara sehingga tidak terjadi kesalahan
perolehan sumber. Untuk memperkuat data, peneliti juga mengambil foto terkait
dengan pembahasan seperti gambar keadaan di lapangan yang sebelumnya sudah
dijelaskan melalui kalimat di dalam penjelas.
Di luar pengumpulan data di lapangan yang direncanakan, peneliti juga
memperoleh data yang sifatnya tidak sekuat sumber yang pengumpulannya sudah
direncanakan. Data tersebut diperoleh melalui obrolan dengan orang-orang yang
berada di dekat tempat peneliti tinggal selama melakukan wawancara mendalam
dan observasi lapangan. Data ini tidak dimasukkan untuk kemudian di analisa,
tetapi digunakan untuk membantu peneliti dalam merancang proses penelitian di
lapangan.
Untuk kembali memperkuat data penelitian dari sisi teoritis dan akademis,
peneliti melakukan pengumpulan data melalui literatur yang sudah ditulis atau
dibuat terlebih dahulu. Bentuk dari sumber data untuk studi literatur bisa berupa
jurnal, skripsi, tesis, maupun disertasi yang memiliki keterkaitan tema dengan
penelitian yang dilakukan. Pengambilan data tidak serta-merta menjiplak konsep
dan temuan guna menghindari plagiasi.
I.7.4 Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif
di mana data yang diperoleh oleh peneliti dianalisa dengan berusaha memahami
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
sudut pandang pelaku usaha homestay dalam menyikapi tantangan. Selain itu,
peneliti juga melakukan pemeriksaan kembali terhadap data terkait tentang satu
bahasan yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Hal tersebut dilakukan guna
memperoleh keabsahan data di mana satu sumber lebih kuat dalam memberikan
data. Data-data yang dianalisa tersebut merupakan ide pokok dari pembahasan
dalam penelitian. Tahap-tahap analisa data ada 3 (tiga), yakni; reduksi data,
penyajian data, serta kesimpulan.
Reduksi data dilakukan guna memilah data yang relevan serta juga
mengklasifikasi data yang kemudian disusun secara sistematis dalam pembahasan.
Hal ini terutama berkaitan dengan metode pengumpulan data yang bersifat subjektif.
Data yang kurang relevan dengan fokus penelitian akan diseleksi kembali.
Penyajian data dilakukan dalam bab deskripsi subjek penelitian dan
pembahasan. Data yang disajikan di dalam bagian tersebut sudah melalui reduksi.
Proses penyajian data disusun secara sistematis menurut sub bab bahasan tertentu
yang sebelumnya sudah dibentuk kerangkanya.
Proses penarikan kesimpulan dilakukan pada setiap temuan yang disajikan
di dalam tiap-tiap bab kecuali bab pertama dan terakhir. Kemudian pada bab
terakhir, peneliti menarik kesimpulan dari tiap-tiap bab dan disusun secara
sistematis agar pertemuan antara kesimpulan satu dengan yang lainnya dapat
membentuk sebuah kesatuan yang dapat dijadikan sebuah kesimpulan penelitian.
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
I.7.5 Limitasi Penelitian
Penelitian studi kasus yang memerlukan wawancara serta observasi di
dalamnya tentu memakan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. Teknik
pengumpulan data tersebut membutuhkan peneliti datang langsung ke lapangan di
mana tempat tersebut bukan merupakan domisili peneliti. Maka dari itu, limitasi
penelitian pertama berdasar pada kemampuan pribadi peneliti dalam
mengumpulkan data.
Pariwisata di Dusun Jowahan tidak terlepas dari dinamika di dalam
perkembangan pariwisata di Kecamatan Borobudur maupun Kabupaten Magelang,
bahkan Nasional dan Internasional. Pembahasan sebuah penelitian memerlukan
batasan tertentu agar keakuratan data dapat diperoleh tanpa membebani peneliti
secara berlebih. Kompleksitas dan histori yang terdapat pada Desa Wanurejo dirasa
terlalu kompleks untuk dijadikan batasan penelitian. Tiap dusun memerlukan
perhatian yang khusus untuk menggambarkan Desa Wanurejo secara keseluruhan.
Lebih lagi, luas wilayah Desa Wanurejo memerlukan penelitian dengan bantuan
tenaga riset tambahan. Pada hal ini, peneliti tidak mampu untuk mengelola tenaga
riset tambahan di samping memerlukan biaya dan koordinasi. Maka dari itu, peneliti
memilih salah satu Dusun di dalam Desa Wanurejo yang memiliki keunikan dan
polemik paling menarik melalui pandangan orang awam serta peneliti pada saat
pertama kali mengunjungi dan mengamati secara sekilas pariwisata di Dusun
Jowahan.
Limitasi lainnya terletak pada pertanyaan dan pembahasan yang ditekankan
dalam penelitian ini. Dusun Jowahan tidak hanya hidup dalam spektrum pariwisata
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
saja, bahkan tidak hanya pariwisata homestay secara khusus. Kompleksitas tersebut
menimbang terdapatnya unsur-unsur pembentuk dusun secara keseluruhan. Selain
aspek pariwisata, dusun ini memiliki aspek lainnya seperti budaya, kesenian, sosio-
kultural, sosial, politik, dan lain-lain. Di dalam penelitian ini, pembatasan dibentuk
pada bahasan pariwisata dalam spektrum politik, sosial, dan ekonomi. Kemudian,
batasan tersebut diperkecil lagi melalui teori yang digunakan serta titik berat
pembahasan yang terletak di dalam sub bab di setiap bab.
Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/