Bab I Pendahuluan -...

20
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan potensi pariwisata yang besar. Potensi pariwisata ini telah memberikan kontribusi yang besar bagi PDB (Produk Domestik Bruto). Berdasarkan data yang disediakan oleh Badan Pusat Statistik (Badan Pusat Statistik, 2017) terlihat bahwa pada tahun 2016, total wisatawan asing yang masuk ke dalam negeri mencapai 11,519 juta jiwa. Setiap wisatawan yang berkunjung biasanya menghabiskan rata-rata 1.100 hingga 1.200 Dolar AS di Indonesia (Indonesia Investments, 2016). Hal ini tentu menjadikan pariwisata sebuah pendorong pembangunan ekonomi di dalam negeri. Lebih lagi, Indonesia Investments (2016) dalam artikelnya yang berjudul “Industri Pariwisata Indonesia” menyebutkan bahwa 9% angkatan kerja di Indonesia bekerja di bidang industri pariwisata. Potensi pariwisata yang ditawarkan oleh Indonesia tersebut terdiri dari wisata alam dan wisata tempat-tempat bersejarah. Potensi wisata alam dapat berupa Raja Ampat, Pulau Bali, Pulau Nias, sedangkan potensi pariwisata yang berupa tempat bersejarah biasanya berupa bangunan peninggalan masa kerajaan yang pernah berdiri di Nusantara. Salah satu peninggalan bersejarah kerajaan yang Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di Dusun Jowahan, Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang) RASYID AGAM FUDHAIL Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Transcript of Bab I Pendahuluan -...

Page 1: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

1

Bab I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan potensi pariwisata yang besar. Potensi

pariwisata ini telah memberikan kontribusi yang besar bagi PDB (Produk Domestik

Bruto). Berdasarkan data yang disediakan oleh Badan Pusat Statistik (Badan Pusat

Statistik, 2017) terlihat bahwa pada tahun 2016, total wisatawan asing yang masuk

ke dalam negeri mencapai 11,519 juta jiwa. Setiap wisatawan yang berkunjung

biasanya menghabiskan rata-rata 1.100 hingga 1.200 Dolar AS di Indonesia

(Indonesia Investments, 2016). Hal ini tentu menjadikan pariwisata sebuah

pendorong pembangunan ekonomi di dalam negeri. Lebih lagi, Indonesia

Investments (2016) dalam artikelnya yang berjudul “Industri Pariwisata Indonesia”

menyebutkan bahwa 9% angkatan kerja di Indonesia bekerja di bidang industri

pariwisata.

Potensi pariwisata yang ditawarkan oleh Indonesia tersebut terdiri dari

wisata alam dan wisata tempat-tempat bersejarah. Potensi wisata alam dapat berupa

Raja Ampat, Pulau Bali, Pulau Nias, sedangkan potensi pariwisata yang berupa

tempat bersejarah biasanya berupa bangunan peninggalan masa kerajaan yang

pernah berdiri di Nusantara. Salah satu peninggalan bersejarah kerajaan yang

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

2

pernah berdiri di Nusantara adalah Candi Borobudur yang terletak di Provinsi Jawa

Tengah.

Candi Borobudur merupakan daya tarik wisata bagi wisatawan lokal bahkan

dunia. Kementrian pariwisata pada tahun 2016 telah menetapkan candi ini sebagai

salah satu dari 10 destinasi pariwisata utama berdampingan dengan Danau Toba,

Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger –

Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi dan Morotai (Kementerian Pariwisata

Republik Indonesia, 2016). Keindahan arsitektur dan nilai estetika yang terdapat

dalam candi ini menarik perhatian UNESCO untuk menjadikan candi ini salah satu

warisan dunia. Dikarenakan perhatian yang didapat oleh candi ini sangat besar,

yakni mencapai cakupan dunia, maka jumlah wisatawan pun juga banyak.

Berdasarkan data yang disediakan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten

Magelang, jumlah wisatawan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Data dari

Badan Pusat Statistik Magelang (2015) menunjukkan bahwa pada tahun 2013

tercatat sebanyak 3.147.164 wisatawan domestik dan 224.287 wisatawan

mancanegara mengunjungi candi ini dan pada tahun 2014, tercatat sebanyak

3.157.166 wisatawan domestik dan 241.814 wisatawan mancanegara. Dengan

melihat perkembangan informasi yang semakin meluas, peningkatan jumlah

wisatawan ini dapat diasumsikan sebagai dampak dari perluasan jaringan informasi,

kemudahan orang untuk bepergian ke luar negeri, dan peningkatan gaya hidup

berwisata. Lebih lagi, dengan dana APBN yang direncanakan mencapai Rp 20

Miliar pada tahun 2017, Kementrian Pariwisata Indonesia melalui Arief Yahya

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

3

berencana mengembangkan kawasan Candi Borobudur dengan target wisatawan

asing mencapai 2 juta per tahun mulai tahun 2019 (Tribun Batam, 2016).

Peningkatan jumlah wisatawan ini mengakibatkan meningkatnya jumlah

permintaan untuk akomodasi pendukung seperti penginapan, jasa penyedia tur,

tempat wisata sekunder, rumah makan, dan lain-lain. Potensi yang ditimbulkan dari

meningkatnya kebutuhan akomodasi dari para turis ini ini tentunya disambut pihak-

pihak yang memanfaatkan keberadaan kawasan wisata ini. Berbagai macam

penginapan disediakan baik oleh BUMN maupun pihak swasta. Kawasan-kawasan

wisata pendukung lainnya juga mulai bermunculan. Tak hanya itu, penyedia parkir,

penyedia jasa persewaan kendaraan bermotor, penyedia jasa tur juga mengambil

keuntungan dari adanya peningkatan jumlah wisatawan ini.

Dusun Jowahan adalah salah satu daerah yang berpotensi tinggi untuk

memanfaatkan potensi yang disediakan oleh Candi Borobudur. Dusun ini terletak

tidak jauh dari kompleks wisata Candi Borobudur, yakni hanya berjarak ± 975 m

jika ditarik garis lurus ke arah tenggara Candi. Hal ini memungkinkan para

wisatawan menginap di dusun ini. Selain karena jaraknya yang cukup dekat dengan

kawasan wisata candi, kunjungan wisatawan juga dipengaruhi oleh tersedianya

suasana pedesaan lengkap dengan vegetasi yang cukup rapat serta kehidupan para

warganya. Kehidupan di desa ini diwarnai dengan kesenian dan tradisi khas, yakni

kesenian pitutur. Kesenian ini dikembangkan oleh Kepala Desa Wanurejo tahun

1927-1933 yang bernama R. Nitihardjo. Salah satu keturunan R. Nitihardjo

mengembangkan usaha penginapan rumah bernama “Ndalem Nitihardjan” yang

dapat dibilang memiliki kualitas setara dengan hotel bintang.

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

4

Sebelum tahun 1999, dusun ini merupakan dusun yang tidak dialiri arus

listrik. Begitu pula usaha pariwisata tidak berkembang di daerah ini. Awalnya,

usaha pariwisata dimulai oleh seseorang yang berasal dari daerah ini, yaitu

Noeryanto. Ia menjalankan usaha kerajinan di Dusun Jowahan juga. Usaha

kerajinan yang ia miliki ini sering mendatangkan tamu baik tamu pelatihan, magang,

workshop, maupun praktek kerja lapangan. Asal tamunya pun beragam, mulai dari

sekolahan hingga Dinas Ketenagakerjaan. Tamu-tamu dari Noeryanto ini

melakukan kegiatannya selama beberapa hari. Bahkan, beberapa kegiatan

membutuhkan waktu hingga satu bulan. Oleh karena itu, Noeryanto membutuhkan

penginapan untuk tamu-tamunya menginap yang mana biasanya tamu-tamu

tersebut memilih untuk menginap di homestay.

Atas adanya kebutuhan ini, akhirnya Noeryanto mengajak warga Dusun

Jowahan untuk menyediakan usaha homestay bagi para tamunya. Kemudian ia

melakukan beberapa pelatihan pariwisata ke Bali, dan beberapa kali di pendapa

milik keluarga besar R. Nitihardjo untuk warga di dalam dan sekitar Dusun

Jowahan. Pada awalnya, hanya ada satu hingga dua orang yang tertarik dan

mendukung ide dari Noeryanto untuk mengembangkan usaha penginapan berupa

homestay di dusun ini. Beberapa warga justru iri dan merasa tidak diajak untuk

berpartisipasi dalam pengembangan usaha penginapan di dusun ini. Akan tetapi,

dengan adanya campur tangan dari pihak eksternal, usaha homestay menjamur di

daerah ini.

Perkembangan homestay di dusun ini berkembang secara terpisah-pisah.

Artinya, pengembang berusaha secara sendiri-sendiri untuk mengembangkan

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

5

homestay. Meskipun tercakup dalam satu entitas Desa Wisata Jowahan, nyatanya

belum ada kesinambungan antar homestay dalam melakukan usahanya. Persatuan

dari antar homestay semata-mata berasal dari faktor tamu yang disediakan oleh

Noeryanto melalui program-programnya seperti magang, workshop, dan lain-lain.

Selain itu, homestay berusaha secara mandiri untuk mencari tamu. Hal ini

menyebabkan persaingan bebas antar pengelola homestay. Tidak adanya organisasi

atau komunitas yang menyatukan homestay-homestay tersebut menyebabkan

keragaman kualitas, pelayanan, serta harga homestay. Akibatnya, pengelolaan yang

mencakup keseluruhan homestay tidak berjalan lebih baik, padahal pengelolaan

secara komunitas dapat pula mengembangkan usaha kelompok menjadi lebih baik,

baik dari sisi pemasaran, pemerataan, serta pelayanan.

Dusun Jowahan sendiri tercatat memiliki kurang lebih 15 usaha homestay

(Rohadi, wawancara, 23 Juli 2017) dengan berbagai macam nama. Informasi ini

didapatkan dari pengamatan langsung peneliti di lapangan yang berupa penunjuk

jalan untuk menuju ke beberapa homestay di lingkungan ini. Penunjuk jalan yang

berdiri tersebut tidak serta-merta dibangun oleh aparat desa untuk mengembangkan

usaha-usaha penginapan tersebut, tetapi penunjuk jalan tersebut merupakan hasil

kerja sama antara dusun dengan BUMN yakni BNI (Bank Negara Indonesia).

Selain penunjuk jalan, BNI menyediakan memberikan kredit ringan bagi pengusaha

homestay. Tak kurang pula mereka memberikan barang berupa selimut, seprei,

serta handuk untuk seluruh homestay di Dusun Jowahan tanpa terkecuali. Kerja

sama ini adalah bentuk dari perwujudan CSR dari BNI untuk pengembangan

“Kampoeng Wisata” di Dusun Borobudur.

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

6

Tidak hanya BNI saja BUMN yang masuk ke dusun ini untuk

mengembangkan pariwisata, masuk pula BUMN lainnya yaitu PT. Telekomunikasi

Indonesia. Melalui program UKM digital, Indihome dari PT. Telekomunikasi

Indonesia menyediakan akses internet fiber untuk dusun. Internet tersebut ditujukan

bagi penduduk dusun serta tamu yang menginap di dusun ini. Namun sayangnya,

penempatan pemancar tersebut masih hanya berada di pendapa milik Noeryanto

yang merupakan lahan milik pribadi. Selain di tempat Noeryanto, internet juga

terpasang di “Ndalem Nitihardjan” serta “Homestay Nitihardjo”. Selain itu belum

ada pemasangan internet yang dapat dimiliki warga dusun secara percuma.

Pada pertengahan 2016, homestay-homestay lainnya mulai muncul di desa

lain termasuk di dalamnya di daerah yang lebih strategis. Akibatnya, arus tamu

yang berasal dari wisatawan Borobudur (Dapat berupa wisatawan candi, punthuk

setumbu, kegiatan adat, dan wilayah-wilayah wisata lainnya di Kecamatan

Borobudur) mulai mengalami penyurutan. Pengurangan jumlah itu dapat dilihat

dari homestay sekarang yang terkadang sama sekali tidak menerima tamu dalam

satu bulan. Tamu yang tetap hanya berasal dari acara besar seperti Waisak dan tamu

yang disediakan oleh Noeryanto. Ia terlanjur menjadi tonggak ketergantungan

pengusaha homestay dan ini membuatnya dapat mendominasi lebih dalam di dalam

ranah ini. Kelangkaan konsumen ini dapat memunculkan dua hal: Pertama,

ketergantungan yang diciptakan oleh Noeryanto terhadap pengusaha homestay di

Dusun Jowahan tidak dapat secara penuh memberikan jalan keluar; Kedua,

perkembangan industri di jalan ini memunculkan sebuah persaingan di dalamnya.

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

7

Sebuah tatanan masyarakat yang didasarkan oleh persaingan antar aktornya

merupakan sebuah arena.

I.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, peneliti memunculkan

dua rumusan masalah di dalam penelitian ini:

1. Apa bentuk/arena pertarungan ekonomi yang terjadi di Dusun Jowahan

sebagai sebuah bentuk dari wilayah industri pariwisata?

2. Bagaimana pola dominasi simbolik yang terjadi dalam pertarungan?

3. Bagaimana keberlanjutan industri kampung wisata Dusun Jowahan?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisa aktor, kapital, dan dominasi di

arena industri kampung wisata di Dusun Jowahan dalam kaitannya dengan

persaingan atau kompetisi antar aktor di dalamnya. Penelitian ini berusaha

menggambarkan hubungan di antara pengelola homestay serta hubungannya

dengan aktor yang merupakan pihak dominan. Penggambaran tersebut diharapkan

dapat menjadi sebuah penjelas bagi bagaimana arena pertarungan terjadi melalui

kapital masing-masing aktor. Maka dari itu, penggambaran juga dilakukan terhadap

karakteristik arena serta kapital yang dimiliki oleh pengelola homestay serta pihak

dominan di daerah ini.

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

8

Lebih lagi, penelitian juga berusaha menggambarkan bentuk dominasi

simbolik yang terjadi terhadap pengelola homestay kelompok menengah ke bawah.

Hal ini berkaitan dengan peran pengrajin kesenian yang berpengaruh terhadap

pengembangan usaha homestay di dusun ini. Pemaparan di atas bertujuan agar

terungkapnya model pengelolaan homestay di dusun serta bagaimana ia melakukan

hubungan antar sesama pengelola homestay dan juga dengan pihak lainnya seperti

Taman Wisata, pengusaha pariwisata, BUMN, dan aktor-aktor lainnya di dalam

arena maupun di dalam arena yang berkaitan dengan kasus tersebut.

I.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pelajaran baik bagi

pemerintah maupun penduduk dan pihak lain yang bergerak di bidang usaha di

dalam industri kampung wisata Dusun Jowahan. Pelajaran ini memungkinkan agar

semua unsur dapat mencegah timbulnya sebuah sistem yang mengacu kepada

sistem pasar karena dari sistem pasar tersebutlah asal mula dari persaingan yang

menimbulkan sebuah arena. Di dalam arena terdapat aktor yang menguasai sumber

daya dan melakukan kekuasaan simbolik terhadap aktor yang lainnya. Tentunya,

pemerintah dan warga desa tidak menginginkan ini dan kemudian dapat mencari

cara untuk mencegahnya maupun mengobatinya.

I.5 Tinjauan Pustaka

Latar belakang masalah yang diperoleh dari dusun ini dapat kita pahami

melalui karya tulis sebelumnya yang berbicara tentang komunitas lokal pariwisata

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

9

di sekitar kawasan Candi Borobudur. Dalam jurnal “Annals of Tourism Research,

“Hampton (Hampton, 2004, p. 740), pariwisata Indonesia disebutkan memiliki

pandangan top-down dengan menekankan pengembangan akomodasi untuk turis

kelas atas. Meskipun demikian, bentuk pariwisata baru muncul dengan arah dan

sifat yang berbeda. Pariwisata baru ini tidak memandang sebelah mata para turis

dari kalangan menengah ke bawah, yakni seperti backpacker serta turis lokal.

Bentuk-bentuk dari pariwisata baru tersebut terdiri dari guesthouse, homestay,

warung, becak, dan lain-lain. Dalam kesimpulan risetnya yang berjudul “Heritage,

Local Communities and Economic Development”, Hampton menyebutkan bahwa

ini merupakan bentuk dari usaha masyarakat yang ingin berusaha di bidang

pariwisata di tengah ramainya usaha kelas atas. Pemerintah perlu menanggapi hal

ini dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mengembangkan usaha pariwisata

berbasis masyarakat.

Penelitian yang berkaitan juga ditulis oleh Masanori Nagaoka. Dalam jurnal

“Journal of Cultural Heritage Management and Sustainable Development”,

Nagaoka (2015, p. 132) melalui tulisan hasil risetnya yang berjudul “Buffering

Borobudur for Socio-economic Development, An Approach Away from European

Values Based Heritage Management” menegaskan kepada pengembangan wilayah

ekonomi di sekitar Borobudur yang bertolak belakang dengan nilai-nilai

pengembangan yang dimiliki oleh negara-negara di Eropa. Menurutnya,

pengembangan kawasan pariwisata perlu memperkuat keterkaitan antara situs

pariwisata dengan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Hal ini perlu dilakukan

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

10

agar masyarakat dapat terkena dampak positif pada aspek sosial, pendidikan, serta

ekonomi.

Pada penelitian serupa tentang dominasi dalam industri kecil, Suyatna (2013,

p. 98) menyatakan bahwa di era desentralisasi, aktor-aktor atau aktor-aktor lokal

memiliki potensi yang lebih untuk mengembangkan potensi industri kecil di

wilayahnya daripada pemerintah karena mereka memiliki pengetahuan yang lebih

akan potensi serta permasalahan yang dihadapi oleh para pengusaha industri kecil.

Pihak dominan dalam habitus-nya akan selalu mempertahankan legitimasi

kekuasaannya atas aktor-aktor lokal dengan memanfaatkan kapital sosialnya.

Pengembangan dengan aktor pengusaha industri kecil dapat menciptakan kondisi

yang ideal. Hal ini mengingat bahwa dengan adanya desentralisasi, arah

pembangunan yang sebelumnya ditentukan oleh pemerintah secara sepihak akan

berganti menjadi penentuan arah pembangunan oleh aktor-aktor lokal.

I.6 Kerangka Teori

Penelitian ini berusaha menjelaskan secara mendalam tentang situasi serta

kondisi pergulatan yang ada di Dusun Jowahan dalam ranah penginapan homestay.

Hubungan-hubungan antar homestay beserta bentuk tatanan antar aktor dalam

dusun dijelaskan melalui perspektif arena. Arena adalah jaringan relasi antarposisi

objektif di dalamnya (Bourdieu dan Wacquant dalam Ritzer, 2008: 582). “Konsep

habitus tidak dapat dipisahkan dari konsep arena perjuangan (champ)”

(Haryatmoko, 2016, p. 43). Kedua unsur tersebut saling mengandaikan satu dengan

yang lain, struktur-struktur obyektif dan struktur-struktur habitus (Bourdieu dalam

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

11

Haryatmoko 2016, p. 43). Arena ini memunculkan habitus terhadap aktor-aktor

yang berada di dalamnya. Di sini, habitus yang cirinya dapat distruktur dan dapat

menstruktur mengambil perannya. Di satu sisi, sistem yang dibentuk dari awal oleh

pihak dominan dan aktor-aktor lainnya menstruktur sebuah habitus baru.

Sebelumnya tidak dikenal habitus semacam ini di Dusun Jowahan, yang mana

adalah habitus pasar pariwisata. Kemudian, setelah sistem ini berjalan selama

bertahun-tahun, habitus ini menstruktur aktor-aktor dengan habitus yang tetap,

yakni habitus pasar industri pariwisata.

Subjek penelitian dipandang sebagai sebuah arena dengan berbagai macam

pandangan para aktornya dalam memandang realitas sosial. Hal ini merujuk pada

penelitian ini yang memandang subjek penelitian memiliki berbagai macam aktor

dari sebuah struktur yang memiliki relasi antarposisi sebagai bentuk dari sebuah

struktur masyarakat. Penelitian ini mengantisipasi akan adanya kemungkinan sudut

pandang berbeda yang bertolak belakang antara satu dengan yang lainnya. Dalam

kata lain, dalam sebuah ruangan, visi setiap aktor akan dipengaruhi dari mana ia

memandang, serta bagaimana ia mendapatkan posisi tersebut dapat dijelaskan

melalui penjelasan dari mana ia berasal (Bourdieu, 2011, p. 173).

Dalam pemikiran Pierre Bourdieu (2011) mengenai ruang sosial, setiap

anggota dari sebuah ruang sosial memiliki pandangan yang beragam tergantung

konstruksi yang dialami dirinya baik melalui peran, latar belakang, serta status yang

dimilikinya. Penelitian ini menyajikan pandangan-pandangan serta perilaku dari

setiap individu, kelompok, maupun institusi untuk menjelaskan pergulatan dalam

arena tersebut terutama pada aktor.

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

12

Berbicara mengenai arena, kapital-kapital yang dimiliki oleh setiap aktor

akan menentukan posisi mereka dalam sebuah struktur masyarakat. Kapital yang

digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan aktor dari sebuah struktur

tersebut adalah kapital sosial, ekonomi, budaya, serta simbolis (Ritzer, 2008).

Empat kapital ini tidak sama dengan kapital yang ditawarkan oleh Karl Marx, yakni

hanya menekankan pada kapital ekonomi terutama pada alat produksi (mode of

production) berupa tanah maupun harta sebagai satu-satunya faktor penentu posisi

sosial dan kekuasaan. Bourdieu menawarkan pandangan budaya yang dianggap

minor oleh Karl Marx (Haryatmoko, 2016, p. 39). Akan tetapi, dalam peneltian ini,

kapital ekonomi tetap menempati posisi paling penting dalam menentukan seorang

aktor berada di tingkatan posisi sosial yang mana sehingga dalam kaitannya dengan

analisa posisi, kapital ekonomi menjadi rujukan yang pertama. Selain itu,

keutamaan kapital ekonomi terletak pada kemampuannya dalam menentukan

kapital-kapital lainnya. Meskipun demikian, kapital ekonomi tidak selalu menjadi

modal utama dari sebuah aktor, maka kapital-kapital lain juga memiliki kekuatan

untuk menentukan kekuatan sebuah aktor di dalam arena.

Pihak yang dominan dalam sebuah arena memanfaatkan arena sebagai pasar

kompetitif dengan berbagai macam jenis kapital yang sudah disebutkan

sebelumnya. Karena arena dipandang oleh Bourdieu (Bourdieu & Wacquant, 1992,

p. 101) sebagai arena pertempuran dan arena perjuangan, pihak dominan memiliki

keinginan untuk tetap mempertahankan posisinya (status quo) serta pihak yang

terdominasi berlomba-lomba untuk mengambil status tersebut dengan

memanfaatkan kapital yang mereka miliki. Masing-masing dari kapital yang

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

13

dimiliki oleh pihak dominan akan dijelaskan satu per satu oleh penelitian ini. Begitu

pula kapital yang dimiliki oleh pihak yang terdominasi melalui konsep habitus.

I.7 Metode Penelitian

I.7.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Dusun Jowahan, Kelurahan Wanurejo,

Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Sebuah

dusun yang terletak tidak lebih dari 1 km secara jarak geografis dan 1,76 km secara

jarak tempuh jalur darat dari pusat Candi Borobudur. Dusun ini memiliki daya tarik

tersendiri terhadap para turis karena di samping posisinya yang tidak jauh dari pusat

pariwisata Candi Borobudur, dusun ini menawarkan keramahan bagi pengunjung

yang menginap di homestay-homestay milik warga. Di tempat ini, pengunjung

dapat merasakan suasana desa di daerah Jawa pada umumnya namun dikemas

secara sedemikian rupa agar ramah turis. Selain menawarkan jasa akomodasi,

usaha-usaha di dusun ini juga menawarkan jasa pemandu wisata untuk wisata-

wisata pendukung wisata Candi Borobudur.

I.7.2 Informan

Informan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan orang yang

memiliki keterkaitan secara langsung terhadap perkembangan usaha homestay

maupun terhadap pemerintahan dan adat di dusun ini. Informan dipilih secara

bertingkat yang berarti informan satu merekomendasikan informan lainnya yang

dianggap memiliki kapasitas untuk menjelaskan hal yang berkaitan dengan usaha

homestay di dusun ini. Untuk menghindari subjektivitas informan dalam memilih

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

14

informan potensial lainnya, peneliti tidak hanya mengambil satu informan kunci.

Hal ini diakibatkan oleh sentimen-sentimen yang terdapat dalam masyarakat

terhadap kompetitor internal dalam dusun.

Para informan yang dipandang dipandang memiliki keterkaitan langsung

terhadap perkembangan industri kampung wisata yakni, pengrajin kesenian,

beberapa pengusaha homestay, kepala dusun. Di samping itu, peneliti juga

mengambil beberapa informan tambahan yang dirasa dapat memberi informasi

terkait arena industri kampung wisata di daerah ini, seperti, kepala kelurahan, PT.

Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero), CSR (BNI

dan Telkom Indonesia), serta warga dusun yang bukan pengusaha homestay.

Adapun beberapa informan secara terdaftar sebagai berikut:

1. Noeryanto – Pengusaha industri kerajinan “Lidiah Art” serta usaha lainnya

2. Heni – Pengusaha Homestay “Sosrodihardjo” (Dusun Jowahan)

3. Tatik – Pengusaha Homestay “Pendowo” (Dusun Jowahan)

4. Indarto – Pengusaha Homestay “Cokro Menggolo” (Dusun Jowahan)

5. Ahimsa – Pengusaha Homestay “Omahé Simbok” (Dusun Jowahan)

6. Slamet – Warga/Mantan Kepala Dusun Jowahan

7. Rohadi – Kepala Dusun Jowahan (Sekaligus pengusaha Homestay

“Suroparngat” di Dusun Jowahan)

8. Bendrat – Ketua Badan Pariwisata Desa (Bapardes) Wanurejo

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

15

9. Jatmiko – Staf Bagian Operasional PT. Taman Wisata Candi Borobudur,

Prambanan & Ratu Boko (Persero)

10. Chrisnamurti A. – General Manager Unit Borobudur PT. Taman Wisata

Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero)

11. Kuswoyo – Pengelola Perkumpulan Ojek sekitar Candi Borobudur

I.7.3 Metode Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengumpulan data

adalah dengan dua cara, yakni wawancara dan observasi. Karena merupakan

penelitian studi kasus, penelitian ini berfokus pada pengumpulan data terutama

kualitatif, namun tidak menutup kemungkinan untuk pengumpulan data kuantitatif

yang dapat membantu analisa empiris.

Wawancara dilakukan pertama guna membentuk kerangka pada latar

belakang masalah, meskipun dalam menyusun latar belakang masalah tidak hanya

digunakan data dari wawancara tahap pertama. Wawancara ini digunakan untuk

mengais data permukaan terhadap permasalahan yang ada di lapangan. Setelah

pengumpulan data lapangan untuk latar belakang masalah sudah dilakukan, peneliti

melanjutkan pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara mendalam serta

observasi terhadap aktor-aktor yang berperan di dalam arena, dalam hal ini adalah

pengelola homestay serta pengrajin kesenian. Wawancara mendalam dilakukan

terhadap kedua aktor ini karena keduanya memiliki peranan langsung di dalam

arena selain menjadi titik utama pembahasan. Selain itu, melalui wawancara

mendalam dan observasi ini, peneliti dapat memperoleh data tentang subyektivitas

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

16

dari keduanya dengan lebih mendalam. Namun, dalam rentang waktu 7 hari yang

dilaksanakan untuk wawancara mendalam serta observasi terhadap kedua aktor ini

tidak menutup kemungkinan untuk peneliti juga mengklarifikasi sebagian data yang

diperoleh terhadap aktor-aktor lainnya yang bersangkutan. Peneliti juga melakukan

wawancara terhadap mantan kepala Dusun Jowahan sebagai warga yang mengerti

tentang aspek historis Dusun Jowahan.

Setelah itu, wawancara dilanjutkan beberapa minggu setelah proses

wawancara mendalam yang sebelumnya sudah dilakukan selama tujuh hari.

Interval ini muncul akibat adanya proses analisis data sebelum melanjutkan

pengumpulan data terhadap aktor-aktor lainnya. Di tahap wawancara mendalam

yang ketiga ini, peneliti mewawancarai berbagai macam aktor termasuk di

dalamnya tambahan data tentang pengelola homestay, ketua Bapardes, serta pihak

perwakilan dari PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko

(Persero). Pengumpulan data ini dilakukan guna menambah gambaran mengenai

arena yang ada berserta dengan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Di seluruh

wawancara, mulai dari tahap pertama hingga ketiga, peneliti melakukan proses

perekaman suara guna menghindari adanya distorsi antara informasi yang

ditangkap oleh peneliti pada saat wawancara berlangsung dengan informasi yang

sebenarnya dimaksudkan oleh pihak yang diwawancarai.

Di luar wawancara dan observasi, peneliti juga melakukan pengumpulan

data dengan metode data sekunder. Data tersebut diperoleh melalui berkas

elektronik (seperti file *.docx dan *.pptx) yang diberikan oleh aktor terkait. Data

sekunder lainnya diperoleh melalui internet dengan menelusuri halaman atau

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 17: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

17

website resmi dari aktor terkait. Keresmian dari halaman dan website dipastikan

dengan cara melihat copyright yang tertera di bawah halaman internet serta

klarifikasi dengan aktor melalui wawancara sehingga tidak terjadi kesalahan

perolehan sumber. Untuk memperkuat data, peneliti juga mengambil foto terkait

dengan pembahasan seperti gambar keadaan di lapangan yang sebelumnya sudah

dijelaskan melalui kalimat di dalam penjelas.

Di luar pengumpulan data di lapangan yang direncanakan, peneliti juga

memperoleh data yang sifatnya tidak sekuat sumber yang pengumpulannya sudah

direncanakan. Data tersebut diperoleh melalui obrolan dengan orang-orang yang

berada di dekat tempat peneliti tinggal selama melakukan wawancara mendalam

dan observasi lapangan. Data ini tidak dimasukkan untuk kemudian di analisa,

tetapi digunakan untuk membantu peneliti dalam merancang proses penelitian di

lapangan.

Untuk kembali memperkuat data penelitian dari sisi teoritis dan akademis,

peneliti melakukan pengumpulan data melalui literatur yang sudah ditulis atau

dibuat terlebih dahulu. Bentuk dari sumber data untuk studi literatur bisa berupa

jurnal, skripsi, tesis, maupun disertasi yang memiliki keterkaitan tema dengan

penelitian yang dilakukan. Pengambilan data tidak serta-merta menjiplak konsep

dan temuan guna menghindari plagiasi.

I.7.4 Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif

di mana data yang diperoleh oleh peneliti dianalisa dengan berusaha memahami

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 18: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

18

sudut pandang pelaku usaha homestay dalam menyikapi tantangan. Selain itu,

peneliti juga melakukan pemeriksaan kembali terhadap data terkait tentang satu

bahasan yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Hal tersebut dilakukan guna

memperoleh keabsahan data di mana satu sumber lebih kuat dalam memberikan

data. Data-data yang dianalisa tersebut merupakan ide pokok dari pembahasan

dalam penelitian. Tahap-tahap analisa data ada 3 (tiga), yakni; reduksi data,

penyajian data, serta kesimpulan.

Reduksi data dilakukan guna memilah data yang relevan serta juga

mengklasifikasi data yang kemudian disusun secara sistematis dalam pembahasan.

Hal ini terutama berkaitan dengan metode pengumpulan data yang bersifat subjektif.

Data yang kurang relevan dengan fokus penelitian akan diseleksi kembali.

Penyajian data dilakukan dalam bab deskripsi subjek penelitian dan

pembahasan. Data yang disajikan di dalam bagian tersebut sudah melalui reduksi.

Proses penyajian data disusun secara sistematis menurut sub bab bahasan tertentu

yang sebelumnya sudah dibentuk kerangkanya.

Proses penarikan kesimpulan dilakukan pada setiap temuan yang disajikan

di dalam tiap-tiap bab kecuali bab pertama dan terakhir. Kemudian pada bab

terakhir, peneliti menarik kesimpulan dari tiap-tiap bab dan disusun secara

sistematis agar pertemuan antara kesimpulan satu dengan yang lainnya dapat

membentuk sebuah kesatuan yang dapat dijadikan sebuah kesimpulan penelitian.

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 19: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

19

I.7.5 Limitasi Penelitian

Penelitian studi kasus yang memerlukan wawancara serta observasi di

dalamnya tentu memakan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. Teknik

pengumpulan data tersebut membutuhkan peneliti datang langsung ke lapangan di

mana tempat tersebut bukan merupakan domisili peneliti. Maka dari itu, limitasi

penelitian pertama berdasar pada kemampuan pribadi peneliti dalam

mengumpulkan data.

Pariwisata di Dusun Jowahan tidak terlepas dari dinamika di dalam

perkembangan pariwisata di Kecamatan Borobudur maupun Kabupaten Magelang,

bahkan Nasional dan Internasional. Pembahasan sebuah penelitian memerlukan

batasan tertentu agar keakuratan data dapat diperoleh tanpa membebani peneliti

secara berlebih. Kompleksitas dan histori yang terdapat pada Desa Wanurejo dirasa

terlalu kompleks untuk dijadikan batasan penelitian. Tiap dusun memerlukan

perhatian yang khusus untuk menggambarkan Desa Wanurejo secara keseluruhan.

Lebih lagi, luas wilayah Desa Wanurejo memerlukan penelitian dengan bantuan

tenaga riset tambahan. Pada hal ini, peneliti tidak mampu untuk mengelola tenaga

riset tambahan di samping memerlukan biaya dan koordinasi. Maka dari itu, peneliti

memilih salah satu Dusun di dalam Desa Wanurejo yang memiliki keunikan dan

polemik paling menarik melalui pandangan orang awam serta peneliti pada saat

pertama kali mengunjungi dan mengamati secara sekilas pariwisata di Dusun

Jowahan.

Limitasi lainnya terletak pada pertanyaan dan pembahasan yang ditekankan

dalam penelitian ini. Dusun Jowahan tidak hanya hidup dalam spektrum pariwisata

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 20: Bab I Pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129545/potongan/S1-2017-347906...Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo – Tengger

20

saja, bahkan tidak hanya pariwisata homestay secara khusus. Kompleksitas tersebut

menimbang terdapatnya unsur-unsur pembentuk dusun secara keseluruhan. Selain

aspek pariwisata, dusun ini memiliki aspek lainnya seperti budaya, kesenian, sosio-

kultural, sosial, politik, dan lain-lain. Di dalam penelitian ini, pembatasan dibentuk

pada bahasan pariwisata dalam spektrum politik, sosial, dan ekonomi. Kemudian,

batasan tersebut diperkecil lagi melalui teori yang digunakan serta titik berat

pembahasan yang terletak di dalam sub bab di setiap bab.

Relasi Kuasa dalam Arena Industri Kampung Wisata (Studi Kasus Dominasi Kelas di DusunJowahan,Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang)RASYID AGAM FUDHAILUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/