Ustek-DED Jembatan Kedung Lesung Taktakan

174
  Usulan Teknis : Pembuatan DED Jembatan Kedung Lesung Kec. Taktakan Kota Serang PT. SKETSA KARYA MANDIRI  1 1.1 LATAR BELAKANG BERDIRINYA PERUSAHAAN Motivasi pendirian perusahaan ini berawal dari keinginan beberapa Sarjana di bidang disiplin ilmu yang dimiliki untuk menjadi Wiraswastawan yang baik dan berhasil dalam membangun daerah pada khususnya dan bangsa pada umumnya. Merupakan suatu tantangan yang memerlukan perjuangan dan keuletan. Motivasi tersebut kami pikir cukup mendasar bagi langkah awal perusahaan untuk mewujudkan cita- cita diatas dengan bekerja keras dan berusaha memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada seluruh rekanan. PT. Sketsa Karya Mandiri didirikan dengan dilandasi tekad dan semangat Profesionalisme untuk memenuhi tantangan untuk berpartisipasi dalam pembangunan di masa sekarang dan masa mendatang.

description

Perencanaan

Transcript of Ustek-DED Jembatan Kedung Lesung Taktakan

1.1 LATAR BELAKANG BERDIRINYA PERUSAHAAN

Motivasi pendirian perusahaan ini berawal dari keinginan beberapa Sarjana di bidang disiplin ilmu yang dimiliki untuk menjadi Wiraswastawan yang baik dan berhasil dalam membangun daerah pada khususnya dan bangsa pada umumnya. Merupakan suatu tantangan yang memerlukan perjuangan dan keuletan. Motivasi tersebut kami pikir cukup mendasar bagi langkah awal perusahaan untuk mewujudkan cita-cita diatas dengan bekerja keras dan berusaha memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada seluruh rekanan.PT. Sketsa Karya Mandiri didirikan dengan dilandasi tekad dan semangat Profesionalisme untuk memenuhi tantangan untuk berpartisipasi dalam pembangunan di masa sekarang dan masa mendatang.Berdiri untuk memberikan suatu hasil yang berhubungan dengan semua hasil jasa konsultansi yang berorientasi pada pencapaian produk yang optimal dan memuaskan pemberi kerja.

1.1 UmumBerbekal motivasi yang kuat dan disiplin ilmu yang dimiliki untuk berpartisipasi dan memberi kontribusi dalam pembangunan di bumi pertiwi, kami sepakat untuk berkelompok dalam suatu wadah berbentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konsultansi sebagai wahana untuk dapat berperan serta dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Kepercayaan dalam arti luas yakni kepercayaan akan kemampuan diri, kepercayaan dari pemberi tugas serta kepercayaan dari rekan-rekan seprofesi, diharapkan akan mematangkan kami dalam bidang ini.PT. Sketsa Karya Mandiri memiliki visi Membangun Sistem Perusahaan yang Berkualitas, Produktif, dan user oriented. Visi ini diturunkan dalam tiga misi yaitu : 1) Membangun Sistem Perusahaan yang Berkualitas dan Profesional, 2) Mengembangkan Kemampuan Personil yang lebih Efesien, Efektif, dan Produktif, dan 3) Meningkatkan Kepercayaan luas kepada para rekanan kerja

PT. Sketsa Karya Mandiri sebagai suatu komunitas telah berkembang, beragam kegiatan baik dimensi sosial dan dimensi bisnis dilakukan dalam bentuk komunitas/studio/sub kon. Gagasan pendirian PT. Sketsa Karya Mandiri dalam suatu badan usaha oleh keadaan dan peluang yang memandang perlunya usaha jasa konsultansi dan manajemen yang tersistematisasi dalam suatu Badan Usaha Formal. Harapan untuk menjadi besar tidaklah ditentukan pada bayangan yang indah tetapi semata-mata bertumpu pada pertimbangan rasioanal atas kemampuan dan semangat yang dimiliki.PT. Sketsa Karya Mandiri menyadari sepenuhnya akan kemampuan dalam memberikan pelayanan menuju kesempurnaan, untuk itu kami tak henti-hentinya berbenah diri dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas demi terwujudnya visi dan misi perusahaan.

2. LINGKUP LAYANANSesuai dengan SIUP yang dimiliki lingkup pelayanan jasa konsultansi yang ada dibawah naungan PT. Sketsa Karya Mandiri juga bergerak di bidang jasa telematika, konsultansi, bisnis manajemen, teknologi informatika, instalasi (air, listrik, gas, Telkom), jasa konsultansi instalasi computer network. Layanan bidang jasa konsultansi, meliputi Jasa Konsultansi Non Konstruksi : Pengembangan Pertanian dan Pedesaan, Transportasi, Telematika, Keuangan, Pendidikan,Kesehatan, Kependudukan, Jasa Survey, Pemetaan wilayah, Jasa Studi, Penelitian, dan Bantuan Teknik, dan Jasa Konsultansi Manajemen. Serta Jasa Konsultansi Konstruksi meliputi bidang Arsitektural, Sipil, dan Tata Lingkungan 3. STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLAUntuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan baik yang diberikan olehistansi swasta maupun pemerintah makaPT. Sketsa Karya Mandiri membuat suatu bagan/struktur organisasi perusahaan danstruktur organisasi pelaksanaan pekerjaan. Untuk struktur organisasi perusahaanPT. Sketsa Karya Mandiri dipimpin oleh Direktur yang membawahi beberapa bagian, seperti dijelaskan pada Gambar berikut :

Usulan Teknis :Pembuatan DED Jembatan Kedung Lesung Kec. TaktakanKota Serang

PT. SKETSA KARYA MANDIRI 107

2.1. Daftar Pengalaman Sejenis 10 Tahun Terakhir

Dengan berbekal pada pengalaman - pengalaman tersebut di atas PT. Sketsa Karya Mandiri akan lebih percaya diri dalam mengemban tugas yang dipercayakan oleh Pemberi Tugas dalam menangani pekerjaan jalan baik berupa studi, kajian teknis, perencanaan maupun pengawasan.

Pengalaman perusahaan Konsultan khususnya dalam bidang jalan dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir dapat dilihat pada lampiran berikut ini.

(Terlampir)

TERLAMPIR

D. TANGGAPAN TERHADAP KAK/PERSONIL DAN FASILITAS PENDUKUNG DARI PPK

Setelah mempelajari semua dokumen lelang kami menyatakan mampu dan sanggup unruk mengikuti Pekerjaan Pembuatan DED Jembatan Kedung Lesung Kec. Taktakan sesuai dengan yang tertera pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang terdapat dalam Dokumen Lelang secara garis besar sudah cukup jelas. Namun demikian untuk perbaikan semua pihak, kami akan memberikan beberapa tangapan terhadap hal-hal sebagai berikut :

D.1.LATAR BELAKANG PEKERJAANDinas Pekerjaan Umum Kota Serang adalah Institusi Pemerintah yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalam pengembangan prasarana jalan terutama jalan dan jembatan yang menghubungkan daerah-daerah terisolasi atau pun akses yang sulit untuk menuju pusat perekonomian, sehingga distribusi hasil bumi dapat dengan mudah disalurkan tanpa harus memakan biaya yang sangat mahal, pertumbuhan penduduk dan perekonomian akan berkembang pesat seiring dengan pertambahan prasarana jalan.

Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Banten pada umumnya dan Pemerintah Kota Serang pada khususnya selama ini telah berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat. Konsekuensi atas keberhasilan tersebut, salah satunya adalah tuntutan terhadap pelayanan jasa transportasi, khususnya terhadap kinerja prasarana jalan yang semakin meningkat, baik dari segi kapsitas dan kualitasnya maupun penambahan jaringan jalan uang sudah ada dan jaringan jalan baru.

D.2. TANGGAPAN TERHADAP KAK /PERSONIL DAN FASILITAS PENDUKUNGPada saat ini tingkat pelayanan jalan dirasa masih kurang, sehingga perlu dibangun, pembangunan jalan baru maupun peningkatan jalan dan jembatan perlu direncanakan dengan matang agar dapat menghasilkan suatu perencanaan yang efisien serta ramah lingkungan.Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang adalah Institusi Pemerintah yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab pembinaan prasarana jalan. Kebutuhan akan prasarana jalan dan jembatan yang baik merupakan sesuatu yang diharapkan oleh masyarakat dan merupakan faktor penunjang lancarnya perekonomian.Mengingat kondisi prasarana jalan yang ada saat ini banyak kerusakan baik yang diakibatkan oleh faktor alam, maupun faktor manusia dalam hal ini kendaraan sehingga perlu diadakan perbaikan dan peningkatan guna memenuhi kebutuhan lalu lintas yang makin tinggi, di dalam proses perencanaan sebagai dasar untuk pelaksanaan perlu diperhatikan faktor-faktor diantaranya kenyamanan, keamanan, lingkungan serta faktor lain yang mendukung perencanaan yang matang dan terencana.Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang untuk pekerjaan Perencanaan dan Pengawasan Jalan Kota Serang dengan bantuan jasa Penyedia Jasa Konsultansi, bermaksud membuat perencanaan teknis untuk beberapa ruas jalan di Propinsi Banten yang kondisinya sudah memerlukan penanganan segera dan/atau pembangunan jalan baru.

D.3. MAKSUD DAN TUJUAN PEKERJAANMaksud pekerjaan ini adalah mempersiapkan suatu disain jalan lengkap pada ruas jalan yang akan segera ditindak lanjuti dengan pelaksanaan kontruksinya. Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan suatu Pembuatan DED Jembatan Kedung Lesung Kec. Taktakan lengkap yang memenuhi semua persyaratan teknis Dinas Pekerjaan Umum , efisien, ramah lingkungan serta dapat dilaksanakan dilapangan. Pembuatan rencana sisitem dari drainase, gorong-gorong, marka jalan dll sampai dengan penyiapan desain dan dokumen pelelangan untuk ruas jalan nasional.

Selain itu tujuan dari pekerjaan ini adalah mendapatkan suatu sistem jaringan jalan dan jembatan yang handal dalam periode tertentu dan menentukan strategi investasi prasarana jalan/jembatan guna kesinambungan pembangunan regional baik jangka pendek, menengah maupun panjang.

D.4. SASARAN PEKERJAANSelaras dengan maksud dan tujuan di atas, maka sasaran pokok dari pekerjaan ini, adalah untuk mendapatkan suatu produk dokumen lengkap Pembuatan DED Jembatan Kedung Lesung Kec. Taktakan.Dokumen dimaksud, terdiri dari dokumen lelang yang dilengkapi dengan gambar-gambar rencana dan spesifikasi teknis, serta dokumen laporan akhir yang berupa laporan hasil perencanaan dan laporan hasil penelitian/penyelidikan/ pengumpulan data di lapangan di sekitar lokasi jalan yang bersangkutan, serta lokasi-lokasi sumber material yang di perlukan untuk melaksanakan konstruksinya.

D.5. PENGETAHUAN TENTANG PEKERJAANSebagaimana disebutkan pada point D.2 diatas, nama-nama persimpangan dan ruas jalan yang akan di desain sudah diketahui, tetapi untuk kepastiannya akan ditentukan pada waktu peninjauan lapangan bersama dengan konsultan dan petugas dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang.Dari hasil peninjauan lapangan, konsultan akan menjelaskan kondisi masing-masing kondisi eksisiting lahan bagi pembangunan jembatan dan bila perlu disertai foto-foto/dokumentasi yang menggambarkan kendaraan/lokasi persimpangan tersebut.

D.6. LINGKUP PEKERJAAN KONSULTANa. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan perencanaan teknik persimpangan jalan dan perencanaan teknik jalan pada lokasi yang menjadi skala prioritas seperti tersebut diatas.b. Bagian-bagian pekerjaan yang mencakup dalam proyek ini meliputi :i. Survey lapangan1. Survey Pendahuluan.2. Survei Topographi.3. Survei Penelitian Kondidi Lahan Eksisting.4. Survei Hidrologi dan Hidrolika.5. Survei Penyelidikan Geologi dan Geoteknik.ii. Pengujian Laboratoriumiii. Perencanaan Teknik persimpangan dan perencanaan teknik jembatan berupa perencanaan struktur jembatan termasuk volume dan biaya pekerjaannya serta penggambaran.iv. Pembuatan Laporan dan Penyiapan Dokumen Tender

Ruang lingkup pekerjaan/pengadaan jasa konsultansi sebagai berikut;1). Survey Pendahuluan. 2). Survey Hidrologi. 3). Survey Lingkungan. 4). Topografi dan Pemetaan. 5). Penyelidikan Tanah. 6). Final Detailed Design.

D.7. DETAIL PENDEKATAN MASALAH DAN METODOLOGIBerdasarkan pengetahuan tentang kondisi proyek dan pemahaman terhadap tujuan utama pekerjaan yang akan dilakukan, maka Konsultan akan mengembangkan suatu pendekatan masalah dan metodologi dalam melaksanakan pekerjaan ini secara sistematis dan tepat waktu sesuai ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja.

D.7.1. Detail Pendekatan MasalahDalam pendekatan masalah pekerjaan Pembuatan DED Jembatan Kedung Lesung Kec. Taktakan ini ada 2 (dua) pertimbangan pokok yang melandasinya, yaitu :1. Pertimbangan KewilayahanHal ini dilakukan agar dapat meningkatkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan fisik alam, sosial ekonomi penduduk, kelancaran lalu lintas dan lainnya yang dimulai dari tahap perencanaan, konstruksi maupun pasca kontruksi.

2. Pertimbangan TeknisHal ini dilakukan agar dapat memenuhi kriteria standard desain yang ada, sehingga dapat tercipta keamanan dan kenyamanan lalu lintas pemakai jembatan.

D.7.2. Metodologi Rencana TeknikKonsultan akan melaksanakan detail pendekatan masalah terhadap hal-hal yang utama dalam pengaturan tahapan terhadap sasaran pekerjaan secara efisien dan efektif, serta menerapkan metodologi perencanaan yang ditetapkan agar tercapai hasil yang dikehendaki.Pengalaman Konsultan dalam penanganan pekerjaan yang sejenis akan sangat bermanfaat dalam pendekatan masalah dan metodologi yang dihadapi.

Berikut ini akan diuraikan beberapa hal yang akan menjadi dasar pertimbangan rencana teknik yang akan dilakukan yaitu :a. Pengumpulan dan Kajian Data SekunderSebelum melaksanakan pengkajian data, Konsultan akan melaksanakan kunjungan lapangan (survai pendahuluan), sehingga benar-benar dapat memahami kondisi yang ada.Dalam survai pendahuluan ini juga dilakukan penentuan titik panjang bentang jembatan, lokasi titik bor dan sondir, penentuan tipe bangunan atas, pengambilan data-data curah hujan dari stasiun hujan terdekat dan penentuan / pengukuran penampang sungai.Berdasarkan hasil survai pendahuluan dan kajian terhadap data-data sekunder, Konsultan akan melakukan survai lapangan dan mengembangkan konsep-konsep rencana teknik yang akan diajukan kepada Pemberi Tugas. Setelah konsep rencana teknik tersebut mendapat persetujuan, maka akan dilanjutkan dengan kegiatan rencana teknik. Disamping itu akan dilakukan pula kegiatan studi lingkungan untuk menganalisa pengaruh proyek baik pada masa pra konstruksi, konstruksi maupun pasca konstruksi yang mungkin dapat menimbulkan dampak bagi kondisi lingkungan disekitar proyek.

b. Konsep PerencanaanSuatu perencanaan teknis harus memenuhi pokok-pokok persyaratan yang ditetapkan oleh Kerangka Acuan Kerja dan kondisi lain yang ditentukan oleh Pemberi Tugas.Pokok-pokok perencanaan yang harus dipenuhi adalah : Teknis : fungsi, keamanan, kenyamanan, keawetan, kemudahan pelaksanaan dan pemeliharaan. Ekonomis : Penggunaan biaya yang efisien dan efektif. Estetika : Memberi nuansa yang indah bagi daerah sekitarnya. Pemanfaatan komponen lokal yang maksimal.

Masing-masing pokok perencanaan tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut : TeknisSuatu perencanaan teknik harus : Sesuai dengan rencana pengembangan jaringan jalan dan jembatan secara keseluruhan. Tidak bertentangan dengan aspek apapun dalam Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi/Kabupaten. Tidak berbenturan dengan aspek-aspek yang ada dalam Program Pengembangan Prasarana Kota Terpadu. Tidak mengganggu rencana daerah yang sudah dituangkan dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota dan sinkron dengan transportasi lainnya.

Kriteria teknis untuk perencanaan akan mengacu kepada fungsi jalan dan jembatan yang ditetapkan, terkait dengan masalah keamanan pemakai jalan yang diatur dalam persyaratan geometrik dan kekuatan struktur untuk menerima beban rencana. Pelayanan struktural harus memenuhi kelayakan untuk penggunaan struktur jembatan sesuai beban lalu lintas rencana. Pemakaian bahan dipilih sesuai kondisi lingkungan agar keawetan (usia pakai) tetap terpelihara, sedang pemilihan struktur yang mudah pelaksanaannya dapat menghindari keterlambatan pelaksanaan ataupun peningkatan biaya konstruksi. EkonomisPerencanaan juga harus mempertimbangkan aspek pendanaan yang tersedia dan pokok-pokok perencanaan dalam pemilihan struktur yang paling ekonomis, namun masih memenuhi semua aspek yang telah ditetapkan. EstetikaPerhatian khusus perlu diberikan, dalam penampilan struktur, agar mempunyai nilai estetika yang optimal. Pemanfaatan Elemen Lokal yang OptimalPenggunaan produksi dalam negeri diprioritaskan dalam perencanaan elemen-elemen, khususnya struktur jembatan.

D.8. BATASAN PEKERJAAND.8.1. Batasan ProyekSebagaimana telah dijelaskan dalam rapat penjelasan pekerjaan, bahwa panjang jalan serta serta type pekerjaan yang akan direncanakan sudah ditentukan oleh Pemberi Tugas. Dalam Kerangka Acuan Kerja belum ada penjelasan mengenai batasan awal dan akhir proyek setiap jembatan. Konsultan akan mengarahkan peninjauan ke lapangan dan mendiskusikan dengan Pemberi tugas tentang panjang bentang dan tipe bangunan bawah dan bangunan atas yang akan dipakai.Ada beberapa alternatif yang konsultan usulkan untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan ini yaitu :1. Memperbaiki geometric jembatan baik alinyemen horizontal maupun vertical, terutama untuk jalan yang akan masuk ke jembatan.2. Memperbaiki geometric persimpangan jalan baik alinyemen horizontal maupun vertical.3. Merencanakan ketebalan perkerasan jalan yang diperlukan dengan perkerasan Asbuton.

D.8.2. Jangka Waktu PelaksanaanSebagaimana disebutkan dalam Kerangka Acuan jangka waktu pelaksanaan untuk pekerjaan ini adalah 3 (tiga), menurut Konsultan sudah lebih dari cukup untuk melaksanakan pekerjaan Rencana Teknik Jalan ini.

D.8.3. Personil KonsultanDengan mengacu masa pelaksanaan selama 3 (tiga) bulan dengan kebutuhan Tenaga Ahli yang diminta dalam KAK baik jumlah maupun masa tugasnya sudah lebih dari cukup.Dengan demikian untuk mengoptimalkan pelaksanaan pekerjaan rencana teknik, konsultan akan menyediakan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan KAK.

D.9. ARESIASI DAN INOVASISetelah mempelajari dan memahami Kerangka Acuan Kerja (KAK) Konsultan menyampaikan usulan bahwa dalam kegiatan perencanaan system drainase perlu penerapan prinsip-prinsip keselamatan dalam suatu system Manajemen Keselamatan Jalan yang merupakan strategi peningkatan keselamatan jalan.Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian sebagai salah satu dampak negative dari pertumbuhan lalulintas selain kemacetan, polusi udara dan kebisingan.Kecelakaan lalulintas ditengarai disebabkan oleh beberapa factor antara lain dari aspek-aspek :a. Prasarana Jalan, jembatan dan Lingkunganb. Sarana (kendaraan)c. Manusia (pengguna jalan)

Kegiatan perencanaan jalan dan jembatan seharusnya melakukan/mencakup penelitian (survai) lokasi rawan kecelakaan lalulintas (black spot) pada ruas jalan dan jembatan yang menjadi prioritas pekerjaan. Penelitian / survai tersebut mencakup pendataan kecelakaan lalulintas kemudian disertai dengan identitas permasalahan di lapangan yang selanjutnya dilakukan diagnosa terhadap factor penyebab kecelakaan yang dominan.Upaya tersebut dilakukan bertujuan untuk mengoptimalkan tingkat pelayanan jembatan utamanya dari aspek keamanan dan keselamatan pengguna jembatan. Disamping itu mengingat relatif cukup panjang ruas jembatan yang akan direncanakan, dimana dalam memperkirakan kebutuhan pemenuhan standar geometrik baik horizontal maupun vertikal, perlu dilaksanakn secara cermat, Konsultan mengusulkan Inovasi dalam pelaksanaan pengumpulan data lapangan akan menggunakan Handheld GPS. Kemampuan alat ini adalah bisa melakukan Tracking dengan melakukan pembacaan posisi Easting (E) dan Northing (N) pada titik-titik yang diinginkan, seperti menandai daerah tikungan yang memiliki radius kecil ataupun yang memiliki gradien yang tajam atau menandai bangunanbangunan pelengkap yang membutuhkan perbaikkan dll, selain akan memudahkan pada waktu penggambaran.Kegunaan Handheld GPS, selain untuk tracking, hasil pembacaan Easting (E) dan Northing (N) nya juga dapat digunakan sebagai referensi azimuth: titik awal dan akhir pada pengukuran poligon, sehingga metoda yang menggunakan Pengamatan Matahari untuk mendapatkan nilai azimuth bisa diganti dengan menggunakan Handheld GPS.

5.1. TUGAS DAN LINGKUP JASA KONSULTANTujuan utama dari pekerjaan Jasa Konsultansi ini adalah melakukan penyusunan rencana teknik yang optimum dari segi teknis dan biaya serta berwawasan lingkungan dengan produk akhir berupa Rencana Teknis Jembatan lengkap dengan dokumen pelelangan.

5.2. KONSEP PEMBUATAN DED JEMBATAN KEDUNG LESUNG KEC. TAKTAKANLingkup jasa konsultan secara garis besar dibagi dalam 5 tahap kegiatan antara lain :

5.2.1 Tahap Peninjauan LokasiUntuk pelaksanaan survey ini Konsultan diwajibkan untuk mengamati kondisi lapangan dan permasalah disain yang mungkin timbul.Petugas yang ditugaskan diharuskan berkonsultasi dengan Pemimpin Proyek atau Pembantu Pemimpin Proyek (Project Officer/PO) dan pejabat dari Dinas Bina Marga setempat untuk mendiskusikan segala hal yang bersangkutan dengan jembatan-jembatan yang ditangani.Konsultan diwajibkan mengumpulkan sebanyak mungkin data-data yang diperlukan untuk penentuan langkah-langkah disain.Data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut :a. Data mengenai kondisi jembatan dan bagian-bagian yang rusak.b. Data banjir dan erosi.c. Bahan yang tersedia yang menentukan macam konstruksi yang paling menguntungkan.d. Data lain yang diperlukan dan dianggap penting.e. Usulan lainnya dari Pemberi TugasSelama survey ini Konsultan diwajibkan mengecek semua data-data diatas, di lapangan dan memberi koreksi-koreksi seperlunya serta mengambil keputusan apa yang harus dilakukan pada segi disain.Petugas diwajibkan untuk :a. Mencatat keadaan dan kondisi jembatan lama.b. Menentukan tipe pondasi yang paling baik untuk lokasi tersebut sehubungan dengan material dan kondisi tanah.c. Menentukan letak, jumlah dan panjang bentang serta elevasi dan lokasi jembatan baru (apabila ada relokasi).d. Mencatat banjir dan erosi yang terjadi serta kondisi sungai dan pola alirannya.e. Menetapkan titik referensif. Mencatat material yang tersedia.g. Membuat sketsa situasi jembatan yang baru terhadap jembatan yang lama.h. Data lain yang diperlukan.

5.2.2 Tahap Pengukuran TopographiPengukuran topographi pada daerah lintasan jalan harus meliputi lebar daerah pemilikan jalan (DMJ). Pengukuran topographi dilakukan sepanjang lokasi as jalan dan jembatan baru dengan mengadakan penambahan pengukuran detail pada tempat yang memerlukannya atau pemindahan lokasi jembatan sehingga memungkinkan didapat realinemen as jalan jembatan yang sesuai dengan standard yang dikehendaki.Jenis pengukuran ini meliputi pekerjaan pekerjaan sebagai berikut :a. Pengukuran Khusus Jembatan Pengukuran titik kontrol horizontal dan vertical (kordinat dan elevasi) Pengukuran situasi jembatan Pengukuran penampang memanjang dan melintang Perhitungan dan penggambaran peta Pengukuran ditempat realinemen jembatan (kalau ada)Daerah yang diukur : 200 meter panjang masing masing oprit dari pangkal jembatan 200 meter panjang masing-masing ke arah hilir dan hulu sungai dari as jembatan 100 meter pada kiri dan kanan as jalan pada daerah sungai 50 meter kiri dan kanan as jalan yang mencakup patok DMJ.

b. Pengukuran Titik Kontrol Pengukuran titik kontrol disini berupa jaringan poligon Titik kontrol tersebut diletakan antara 50 sampai dengan 100 meter.

c. Pengukuran Situasi Jembatan Pengukuran situasi daerah sepanjang jembatan harus mencakup semua keterangan yang ada di daerah sepanjang jalan dan jembatan, misalnya :rumah, pohon, pohon pelindung jalan, pinggir selokan, letak gorong-gorong serta dimensinya, tiang listrik, tiang telepon, jembatan, batas sawah, batas kebutn, arah aliran air dan lain sebagainya. Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan dihitung koordinatnya. Ini maksudnya untuk memperbanyak titik referensi pada penemuan kembali sumbu jalan yang direncanakan. Pada tempat sumber material jalan yang terdapat disekitar jalur jalan perlu diberi tanda pada peta.

d. Pengukuran PenampangPengukuran penampang memanjang dan melintang dilakukan sepanjang trase jalan/jembatan meliputi daerah pemilikan jalan (DMJ). Pengukuran Penampang MemanjangPengukuran penampang memanjang adalah memanjang sumbu jembatan jalan yang ada, kecuali pada tempat dimana kemungkinan diadakan tambahan.Untuk pengukuran penampang memanjang ini peralatan yang digunakan sama dengan yang dipakai untuk pengukuran kontrol vertikal. Pengukuran Penampang MelintangPengukuran penampang melintang diambil setiap jarak 50 meter pada bagian jalan dan sungai yang lurus, landa dan setiap jarak 25 meter untuk daerahdaerah tikungan dan berbukit.Lebar pengukuran harus meliputi daerah sejauh 50 meter sebelah kiri kanan sumbu jalan pada bagian yang lurus dan 25 meter kesisi luar dan 75 meter ke sisi dalam pada daerah tikungan.Titik yang perlu diperhatikan adalah tepi perkerasan, dasar dan atas gorong-gorong, tepi bahu jalan, dasar dan permukaan selokan, saluran irigasi, lantai kendaraan jembatan dan tebing sungai.Peralatan yang digunakan untuk pengukuran situasi dapat dipergunakan untuk pengukuran penampang melintang ini.

e. Patok PatokPatok beton dengan ukuran 15 x 15 x 60 cm harus ditanam sedemikian rupa sehingga patok berada diatas tanah adalah kurang lebih 20 cm.Patok kayu dengan ukuran 5 x 7 60 cm dipergunakan untuk patok pengukuran poligon dan profil. Pada patok beton harus diberi tanda Bench Mark dan nomor urut. Untuk memperbanyak titik tinggi yang tetap, perlu ditempatkan titik tinggi referensi pada pokok pohon atau tempat lain yang permanen dan mudah diketemukan kembali.Baik patok poligon maupun profil diberi tanda cat kuning dengan tulisan merah yang diletakkan disebelah kiri ke arah jalannya pengukuran.Khusus untuk profil memanjang, titik yang terletak disumbu jalan diberi paku dengan dilingkari cat kuning sebagai tanda.

f. Perhitungan dan Penggambaran Peta Titik poligon utama harus dihitung koordinatnya berdasarkan titik referensi. Perhitungan harus berdasarkan Bowdith Methode. Penggambaran titik poligon harus berdasarkan pada hasil perhitungan koordinat. Penggambaran titik poligon tersebut sam sekali tidak diperkenankan secara grafis. Gambar ukur berupa gambar situasi harus digambar pada kertas millimeter dengan skala 1 : 500 dan garis tinggi dengan interval 0,50 meter. Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur, begitu pula semua keterangan-keterangan yang penting. Titik ikat atau titik mati serta titik-titik ikat baru harus dimasukkan dalam gambar dengan diberi tanda khusus dan ketinggian titik tersebut harus pula dicantumkan. Daftar koordinat beserta ketinggian dari titik-titik poligon utama harus dilampirkan pada penyerahan hasil pekerjaan.

5.2.3 Tahap Penyelidikan Tanah dan Material JembatanKegiatan yang dilakukan sebagai berikut :a. Mengadakan peninjauan kembali terhadap semua data tanah dan material yang ada, selanjutnya mengadakan penyelidikan tanah dan material sepanjang proyek jembatan tersebut yang akan dilakukan berdasarkan survey langsung di lapangan maupun dengan pemeriksaan di laboratorium.b. Menyelidiki lokasi sumber material yang ada disekitar lokasi proyek beserta perkiraan jumlahnya (bila mungkin) untuk pekerjaan struktur jembatan dan bangunan pelengkap lainnya, termasuk pembuatan jalan pendekat jembatan yang kemudian harus dibuatkan petanya.

Uraian PelaksanaanJembatan mempunyai ciri-ciri khusus yaitu mempunyai Bangunan atas, Bangunan bawah dan Bangunan pelengkap. Bangunan atas adalah komponen jembatan yang menerima beban kendaraan di atas perlekatan.Termasuk katagori Bangunan atas adalah : Balok, Rangka, Dek yang terdiri atas plat, dsb. Perletakan.

Bangunan bawah adalah bangunan untuk meneruskan beban ke tanah dasar. Bangunan bawah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kepala jembatan (abutment) atau pilar (pier) dan pondasi.Termasuk katagori Bangunan bawah adalah : Kepala jembatan/pilar Pondasi untuk kepala jembatan/pilar

Termasuk katagori Bangunan pelengkap adalah :- Perkuatan lereng dan apron pada dasar sungai.- Jalan pendekat jembatan.- Guard rails dan pasangan batu pengaman

5.3. Survey JembatanAda pun tahapan perencanaan jembatan, sebagai berikut : Pekerjaan lapangan, meliputi semua survei yang diperlukan. Kriteria Perencanaan, meliputi klasifikasi jembatan, karakteristik lalu-lintas, kondisi lapangan, pertimbangan ekonomi, dll. Penyiapan Peta Planimetris, yang merupakan peta hasil survei topografi yang diperlukan sebagai peta dasar perencanaan geometrik. Perencanaan Geometrik, meliputi perencanaan glagar, pondasi dan pilar Geoteknik dan Material jembatan, menguraikan pengolahan data geoteknik dan material untuk keperluan konstruksi perkerasan jalan/glagar, podasi dan tiang/pilar. Hidrologi sungai, menguraikan analisis material yang terbawa Perkiraan Biaya, meliputi perhitungan kwantitas, analisis harga satuan dan dokumen pelelangan.

5.4. PEMBAHASANI. Pekerjaan LapanganPekerjaan lapangan ini mencakup keseluruhan kegiatan survei dan investigasi di lapangan untuk memperoleh data-data akurat yang diperlukan dalam proses perencanaan jembatan, yaitu : Kegiatan lapangan yang perlu dilakukan meliputi beberapa item, yaitu : Data Penunjang Survei Pendahuluan Survei AMDAL (bila diperlukan) Survei Topografi Survei Hidrologi Survei Lalu lintas Survei Geoteknik

Data Penunjang : data penunjang dan data dasar yang tersedia, yang diperlukan sebagai referensi pada saat pelaksanaan survei.Kegiatan pengumpulan data penunjang dan analisis atau studi data awal (desk study) ini sangat diperlukan agar regu survei mendapatkan gambaran tentang kondisi lokasi dan pencapaian lokasi, serta gambaran rencana.Data-data yang perlu di kumpulkan:1. Peta : Peta Jaringan Jalan : dari DPU, info.jaringan jalan yang sudah ada di sekitar loasi rencana jembatan & batas-batas wilayah, skala peta antara 1:1.000.000 1:1.500.000 Peta Topografi : dari Direktorat Geologi dan Jawatan Topografi A.D. (JANTOP), data yang paling fundamental, karena merupakan peta dasar sebagai pedoman route survei, skala peta antara 1:250.000 1:25.000 Peta Geologi Regional : dari Direktorat Geologi, info.kondisi geologi (formasi batuan, proses pembentukan, umur geologi suatu lapisan, struktur geologi, dll.), skala peta 1:250.000 Photo Udara / citra satelit : info.batuan dasar dan kelembabannnya dengan mengamati jenis vegetasi, penyebaran serta kesuburannya serta memperkirakan lokasi rawan gerakan tanah dan patahan serta lipatan. Peta Rupa Bumi : dari BAKOSURTANAL, info.tata guna lahan, skala peta 1:50.000 (peta topografi/peta dasar).

2. Data dan Informasi Data Curah Hujan : dari BMG / Dinas Pertanian di daerah-daerah, bila data tersedia maka dapat menggunakan peta hujan sebagai pendekatan. Informasi : sarana transportasi untuk menuju lokasi, biaya hidup dilokasi survei, & cuaca dan suhu di lokasi, dll.Data dan peta yang terkumpul, dipilah pilah dan dipelajari agar data dan peta yang benar-benar diperlukan saja yang digunakan sebagai dasar.

5.5. Survai Pendahuluan Jembatan (Bridge Reconnaissance Survey) dan Survai TopografiSurvai ini dimaksudkan untuk mengumpulkan secara visual di lapangan guna mendukung usulan penanganan jembatan baik penggantian jembatan maupun pembangunan jembatan baru berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis. Ruang lingkup survai pendahuluan jembatan meliputi survai untuk menentukan :- Perlu tidaknya jembatan diganti atau dibangun,- Penempatan jembatan baru atau jembatan lama yang akan direlokasi Data penunjang :Peta IndeksPeta Indeks digambar dengan skala yang cukup (biasanya 1:50000), dan pada peta tersebut diplotkan dengan jelas lokasi jembatan yang diusulkan atau alternative jembatan yang akan diselidiki, lokasi jembatan yang mungkin, jalur komunikasi yang ada, topografi umum dari daerah, dan kota-kota penting.Peta TopografiPeta Topografi dengan skala 1:5000 yang disertai penggambaran perkiraan jalannya arus air (sungai dan anak-anak sungai) dan perkiraan luas daerah yang mempengaruhi debit anak-anak sungai dan debit sungai yang akhirnya akan mempengaruhi debit sungai di lokasi jembatan yang diusulkan, yang kesemuanya ini diplotkan di peta tersebut. Jarak garis batas daerah pengaruh ini diambil dari ketinggian garis tinggi kontur terhadap sungai/anak-anak sungai, dengan melihat keadaan tanah, kondisi curah hujan yang tidak merata. Garis batas ini dapat dipertimbangkan dalam jarak 100 m, 300 m, 1500m dari tepi sungai dan Daerah Tangkapan Hujan (catchment area)dapat dipertimbangkan seluas 3 Km, 15 Km, dan di atas 15 Km sesuai dengan keperluan.

5.6. Gambar Rencana LapanganGambar Rencana lapangan digambar dengan skala yang cukup yang menunjukkan detail dari lokasi yang dipilih dan detail dari arus sungai pada jarak 100 sampai 200 m ke arah hulu dan hilir dari lokasi yang dipilih.Rencana tersebut harus menggambarkan detail hal-hal berikut :1. Nama sungai/jalan dan tanda Km terdekat.2. Gambaran garis besar keadaan tepi sungai sewaktu air rendah/tinggi.3. Arah mengalirnya arus air4. Alinemen jembatan lama dan usulan dari pertemuan dengan alinemen yang diusulkan.5. Sudut dan arah miringnya lintasan (skew), apabila alinemen yang diusulkan tidak tegak lurus arah sungai.6. Nama desa terdekat.7. Lokasi dan reduksi dari patok (Bench Mark) yang kelak akan dipakai sebagai peil 00.00.8. Lokasi potongan memanjang dan potongan melintang jalan dan sungai9. Lokasi sumur dan boring dengan nomor identifikasinya.10. Lokasi seluruh bangunan-bangunan, tumbuh - tumbuhan, batu, dan rintangan-rintangan yang mungkin berpengaruh pada alinemen jalan.

5.7. Potongan MelintangPotongan Melintang sungai pada lokasi jembatan dibuat dengan skala horizontal 1:1000 dan vertikal 1:100. Potongan melintang tersebut harus mengandung informasi sebagai berikut :1. Nama sungai, jalan atau pertemuan.2. Garis dasar sungai dan tepi sungai sampai level di atas ketinggian air banjir tertinggi.3. Gambaran dari keadaan struktur lapisan tanah (subsoil)4. Muka air terendah, permukaan banjir rata-rata, permukaan banjir tertinggi.5. Bila terjadi arus pasang - surut, maka diperlukan informasi tentang pasang terendah dan pasang tertinggi, serta muka air laut rata - rata.

5.8. Potongan MemanjangPotongan memanjang menunjukkan lokasi jembatan dengan muka air terendah, muka air rata-rata dan tertinggi, dan garis dasar sungai dengan jarak yang cukup, sepanjang garis sumbu jalan. Skala horisontal dapat dipakai secukupnya, sedangkan skala vertikal tidak boleh kurang dari 1 : 1000

5.9. Potongan Melintang TambahanPotongan Melintang Tambahan arus pada jarak yang tepat, arah hilir dan hulu dari lokasi jembatan yang diusulkan. Harus ditunjukkan juga jarak dari lokasi jembatan, ketinggian banjir dan ketinggian air terendah, dan bila ada potongan melintang dimana muka air banjir sedikit lebih tinggi dari tepi sungai.

5.10. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS)Peta Daerah Aliran Sungai di daerah lokasi usulan jembatan garisnya digambarkan pada peta topografi, dan bisa dihitung luas daerahnya dengan cara membandingkannya dengan jumlah bujur sangkar yang dicakupnya.5.11. ProfilTanah, bisa ditentukan dengan cara visual.Data-data Yang DikumpulkanDiusahakan untuk mendapatkan data-data berikut :1. Nama sungai/Jalan/Jalan Kereta Api/lain-lain yang dilintasi oleh Jembatan2. Lokasi B.M (Bench Mark) terdekat berikut reduksi ketinggian dilokasi jembatan terhadap B.M (Bench Mark) tersebut.3. Volume kendaraan sekarang dan prediksi volume kendaraan yang akan datang (20 tahun) yang menggunakan jembatan tersebut.4. Data-data hidraulis sungai antara laina. Potongan melintang sungai tiap - tiap 5 M', masing-masing 20 m kearah hulu dan 20 m kearah hilir dari lokasi jembatan.b. Muka air banjir tertinggi (Banjir 20 th)c. Muka air rata-ratad. Muka air terendahe. Benda hanyutan yang dihanyutkan (kayu besar, lahar dingin, dan lain - lain)f. Kontur tanah di lokasi jembatan / potongan melintang tanah sepanjang rencana lokasi jembatan.g. Catatan navigasi/lalu-lintas (jenis kapal/perahu/kereta api/bis/truk dalam hal ini yang dimaksudkan guna profil ruang bebas)h. Catatan dari pekerjaan air yang besar (dam, bendung, saluran pengairan dll)5. Kemungkinan adanya daerah patahan pada lokasi6. Ketersediaan quarry (kualitas dan kuantitas) seperti batu, tanah, pasir, kapur, dll.7. Tempat tersedianya semen, baja, kayu yang terdekat.8. Kemudahan transportasi material.9. Ketersediaan tenaga kerja terampil dan tidak terampil10. Fasilitas rumah/bedeng untuk pekerja selama pekerjaan11. Detail-detail dari jembatan lain yang melompati sungai / rintangan yang sama, dalam jarak yang terdekat (kalau ada)12. Ketersediaan tenaga listrik13. Ketersediaan fasilitas pelayanan (telepon, sumber tenaga, suplai air, dll) dan cara mendapatkannya.5.12. Pemilihan LokasiLokasi jembatan baru yang akan dibangun agar mempertimbangkan segi-segi teknis, ekonomis, sosial, dampak lingkungan, serta estetika yang mencakup alinemen jalan dan kecepatan rencana. Disamping itu perlu diperhatikan masalah yang berkaitan dengan pembebasan tanah dan bangunan, adanya timbunan atau galian yang terjadi sesuai dengan kondisi tanah ash (existing ground) yang ada dan masalah - masalah lainnya, sehingga lokasi jembatan dapat terletak pada tempat yang ideal dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut :1. Arah jembatan sedapat mungkin tegak lurus arah aliran sungai.2. Pilih arus sungai yang tenang, sedapat mungkin hindari arus sungai yang deras / mengikis3. Di daerah alur sungai yang pendek dengan tepi yang kuat.4. Kedua tepi yang ada sedapat mungkin lebih tinggi dari muka air banjir dan kuat.5. Lapisan keras (rock) sedapat mungkin tidak terlalu jauh dari dasar sungai.6. Jaian pendekat (oprit) dari jembatan sedapat mungkin ekonomis, antara lain dilakukan dengan cara : Hindari penyempitan profil sungai. Oprit jembatan harus mempunyai daerah bebas pandang yang sesuai. Sedapat mungkin lokasi jangan berdekatan dengan percabangan aliran. Hindari tempat-tempat bersejarah, yang dianggap keramat, dan tempat-tempat penting lainnya, yang kira-kira nantinya sulit dalam pembebasan tanahnya.7. Hindari tikungan tajam dari oprit

5.13. Bentang, Lebar dan Tipe JembatanDalam menetapkan panjang bentang, lebar dan tipe jembatan harus memperhatikan stabilitas tebing, profil sungai, arah aliran, sifat-sifat sungai, bahan-bahan yang terbawa akibat arus pengerasan vertikal dan horizontal, kepadatan dan pembebanan lalu-lintas. Apabila jalan pendekat jembatan terletak pada daerah rawa, di atas tanah lembek dan tanah hasil pemadatan (compressible) yang akan menimbulkan masalah stabilitas dan penurunan, maka dapat disarankan penambahan panjang bentang, perbaikan tanah atau kemungkinan penanggulangan lainnya. Pada pelebaran jembatan lama, tipe dan jenis jembatan hendaknya disesuaikan dengan tipe dan jenis jembatan lama dan arah pelebaran disesuaikan dengan kondisi setempat.

5.14. HidrologiData hidrologi yang perlu dikumpulkan dalam survai pendahuluan jembatan adalah data yang dapat digunakan langsung untuk perencanaan meliputi antara lain :sifat morfologi sungai, periode banjir, serta banjir terbesar yang pernah terjadi dalam kurun waktu 50 tahun dan data curah hujan pada pos-pos pengamatan yang mempengaruhi.

5.15. Penentuan Lokasi dan Jenis Penyelidikan TanahPenentuan tanah diperlukan untuk menetapkan jenis dan lokasi penyelidikan tanah yang diperlukan (sondir, bor, SPT, test pit, stabilitas). Dalam menentukan perkiraan jenis pondasi jembatan, dapat dipergunakan cara dengan membandingkannya dengan jenis pondasi jembatan lama, jenis lapisan tanah dasar serta sifat-sifat tebing.5.15.1. DataJembatan LamaDalam hal jembatan lama akan digunakan sebagai jembatan darurat selama pembangunan jembatan baru, maka perlu data kekuatan serta kondisi jembatan lama.

5.16. Material/QuarryUntuk menghindari harga material yang tinggi diperlukan adanya data/tempat pengambilan material (quarry) yang dekat dengan lokasi jembatan yang akan dibangun. Dalam hal ini perlu ditentukan lokasi pengambilan material dengan perkiraan mutu sesuai dengan persyaratan. Biasanya peta quarry dapat diperoleh di DPUP setempat.

5.17. Foto DokumentasiDalam survai pendahuluan dibuat foto dokumentasi mengenai keadaan jembatan lama, keadaan sungai dan keadaan lokasi perkiraan jembatan baru.a. Pengambilan foto pada jembatan lama meliputi : Foto jembatan dari arah hulu Foto jembatan dari arah hilir Foto jembatan dari arah jalan masuk Foto jembatan dari arah jalan. keluar Foto-foto lain yang dianggap diperlukan perhatian khusus dalam perencanaan Untuk foto jembatan lama sebaiknya diberikan identitas yang jelas tertulis dalam Foto.b. Pengambilan foto rencana lokasi jembatan baru/relokasi meliputi Dari hulu kearah hilir. Dari hilir kearah hulu. Dari jalan masuk kearah jalan keluar (rencana lokasi kepala jembatan). Dari jalan keluar kearah jalan masuk (rencana lokasi kepala jembatan). Foto perspektif rencana lokasi jembatan . Foto lainnya yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan.Pada foto tersebut di atas agar dicantumkan tanda-tanda antara lain, arah aliran sungai, rencana sumbu jembatan, rencana lokasi kepala jembatan, dan lain-lain.

5.18. Survei TopogafiMerupakan pengukuran yang bertujuan memindahkan kondisi permukaan bumi dari lokasi yang diukur pada kertas yang berupa peta planimetri. Peta ini akan digunakan sebagai peta dasar untuk plotting perencanaan geometrik jembatan.Hal-hal yang perlu di perhatikan :1. penempatan lokasi titik silang dan titik-titik perpanjangan garis lurus2. penempatan garis sumbuh, yang meliputi penempatan garis-garis lurus dan lokasi belokan-belokan3. pengukuran topografi4. sipat-datar profil dan potongan melintang5. pembuatan gambar-gambar pengukuran : Peta planimetris, potongan melintang & profil.

a. Kegiatan Umum1. Konsultan harus melengkapi teamnya yang akan ditugaskan di lapangan dengan alat-alat yang menurut keperluannya agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan sempurna.2. Team tersebut harus dipimpin oleh seorang yang terpercaya, yang ahli pada bidangnya dan bekerja penuh tanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang optimal.3. Cara melaksanakan pemboran dan pengambilan contoh tanah hendaknya dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku dengan ketelitian yang tinggi agar iterprestrasi atau percobaan yang akan dilakukan nati tidak akan menjumpai kesulitan.4. Cara klarifikasi jenis tanah hendaknya dilakukan menurut ASTM/AASHTO. Penamaan jenis tanah hendaknya diberi penjelasan istilah dalam bahasa inggrisnya dengan cara menulis dalam kurung. Dalam hal ini dimaksudkan untuk keseragaman penggunaan istilah.5. Pada tiap lobang bor yang dikerjakan harus dilakukan pencatatan lokasi, elevasi permukaan pemboran, tanggal dimulainya pemboran, tanggal selesai dan alat yang digunakan.

b. Sondir1. Untuk menyelidiki tanah di lapangan, di jembatan, digunakan alat sondir.2. Kapasitas sondir yang digunakan adalah mesin sondir ringan (2 ton)3. Sondir dilaksanakan dengan mata sondir bikonus.4. Pembacaan tekanan konus dilaksanakan setiap interval 20 cm sampai nilai tekanan konus lebih besar dari 150 kg/cm2.5. Bilamana angka tersebut diatas pada butir (4) tidak tercapai, penyondiran diberhentikan sampai kedalaman 30 meter.6. Penyondiran masing-masing 2 titik setiap kepala dan pilar jembatan.7. Penggambaran hasil penyondiran dibuat pada kertas standard.

c. Bor Mesina. Untuk jembatan dengan bentang lebih besar atau sama dengan 60 meter :1. Boring harus dikerjakan dengan alat bor yang digerakan dengan mesin yang mampu mencapai kedalaman yang ditentukan. Mata bor harus mempunyai diameter cukup besar sehingga undistrurb sample yang diinginkan dapat diambil dengan baik. Untuk tanah clay, slit atau tanah lainnya yang tidak terlalu padat, dipakai steel bit sebagai mata bor.Untuk lapisan yang keras atau cemented harus dipakai core barrel sehingga dapat juga diambil undisturb samplenya dari lapisan keras tersebut.

2. Pada setiap interval keadalaman 1,5 meter harus dilakukan StandardPenetrometer Test (SPT) dan harus diambil contoh tanahnya (tidak perlu undisturb), kemudian disimpan pada tempat yang dapat menjaga kadar air aslinya.Contoh tanah tersebut diperlukan untuk menyusun Geological Description lapisan tanah.

3. Pada setiap interval kedalaman yang ditentukan (bila tidak ditentukan lainmaka rata-rata kedalaman diambil kurang lebih 3 meter), pada tanah lunakharus diambil undisturb sample untuk test dilaboratorium guna mendapatkanharga index dan structural properties lapisan tanah.Undisturb sample harus diambil dengan cara sebagai berikut : Tabung sample yang dibuat dari baja tipis keras dan berbentuk silinder dengan diameternya rata-rata 7 cm panjang minimal 70 cm, dimasukkan ke dalam tanah pada kedalaman dimana undisturb sample akan diambil, kemudian ditekan perlahan-lahan sehingga tabung tersebut penuh terisi tanah. Tanah tersebut harus tetap berada dalam tabung sample tersebut sampai saatnya ditest di laboratorium. Tabung yang berisi contoh tanah tersebut harus segera ditutup dengan paraffin setelah dikeluarkan dari lubang bor.

1. Sebagai hasil boring harus dibor log yang paling sedikit dilengkapi lithologi (geological description) harga SPT, letak muka kedalaman lapisan tanah yang bersangkutan.

2. Penanaman dari masing-masing tanah harus dilakukan pada saat itu juga, sesuai dengan kedalaman maupun sifat tanah tersebut yang dapat dilihat secara visual.

3. Apabila tanah yang dibor dalam hal ini cenderung untuk mudah runtuh, maka persiapan untuk (casing) harus segera dilakukan.

d. Boring dan SamplingUntuk mendapatkan informasi yang lebih teliti mengenai : Jenis tanah Struktur lapisan tanah Index dan structural properties sub surface, perlu dilaksanakan pemboran.1. Boring harus dikerjakan sampai kedalaman maksimal 10 meter atau setelah di dapat informasi yang cukup mengenai letak lapisan tanah keras, jenis batuan dan tebalnya atau setelah mata bor tidak dapat menembus lapisan tanah.2. Undisturb sample harus diambil dengan cara sebagai berikut : Tabung sample (yang terbuat dari baja tipis tetapi keras dan berbentuk silinder dengan diameter minimal 7 cm, panjang 50 cm) dimasukkan kedalam tanah pada kedalaman dimana undisturb sample akan diambil kemudian ditekan perlahan-perlahan sehingga tabung tersebut padat penuh terisi tanah. Tanah tersebut harus tetap berada di dalam tabung dengan ujungnya ditutup paraffin sampai saatnya untuk ditest di laboratorium. Tabung yang berisi contoh tanah tersebut harus segera ditutup dengan paraffin setelah dikeluarkan dari lubang bor.3. Pada hasil boring harus dibuat bor log yang dilengkapi deskripsi tanah sesuai standard, kedalaman lapisan tanah, letak muka air tanah dan sebagainya yang diperlukan.4. Penanaman masing-masing harus dilakukan pada saat itu juga sesuai dengan kedalaman maupun sifat tanah tersebut yang dapat dilihat secara visual.5. Apabila tanah yang di bor cenderung untuk mudah runtuh, maka pemakaian casing harus dilakukan.6. Terhadap undisturb sample harus dikerjakan laboratory test untuk menentukan index dan structural properties tanah. Besaran IndexBesaran index dimaksudkan untuk menetapkan klasifikasi, konsistensi dan sensitiviy dan sensitivity tanah.Data tersebut meliputi : Spesific gravity Moisture content Atterberg limits Grain size analisys

Besaran-besaran structural tanah Uncofined Compressive StrenghtMaksud dari test ini adalah untuk memperoleh besarnya kekuatan tanah yang kohesif. Direct Shear TestTest ini dikerjakan untuk tanah tanpa kohesif. Consolidation TestDimaksudkan untuk mendapatkan besaran-besaran yang dipergunakan untuk memperhitungkan settlement bangunan bawah jembatan.

E.2.4 Tahap Penyelidikan HidrologisKonsultan harus memberikan perhatian khusus dalam pengumpulan dan pengujian data yang didapat untuk digunakan analisa persoalan drainase jalan (misalnya : gejala arah dan kecepatan aliran, jenis sifat erosi maupun pengendapan, daerah pengaruh banjir, tinggi air banjir/air rendah/air normal, dll).1. Daerah aliran (catchment area dari setiap gejalan aliran air harus dipelajari dengan cermat dari peta topographi/geologis maupun pemeriksaan langsung ditempat.2. Untuk analisa hydrologi ditetapkan return period 5 tahun untuk jalan.3. Data hujan dari BMG minimal : 10 tahun pengamatan.E.2.5 Tahap Perencanaan Akhir, Laporan dan Dokumen TenderDalam phase Perencanaan Detail dan Laporan Akhir, Konsultan wajib melaksanakan proses sebagai berikut :1. Penyusunan konsep detail perencanaan untuk selanjutnya dimintakan persetujuan pemberi tugas.2. Pembuatan perencanaan akhir dilakukan setelah konsep tersebut butir 1 (satu) diatas mendapat persetujuan pemberi tugas dengan mencantumkan koreksi-koreksi dan saran dari pemberi tugas.3. Semua perencanaan harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam standard perencanaan.

B. KONSEP PEMBUATAN DED JEMBATAN KEDUNG LESUNG KEC. TAKTAKAN1. Dalam proses ini konsultan menentukan semua kesimpulan hasil survey lapangan, antara lain menyangkut : Penetapan lokasi berdasarkan peta topography dan elevasi hasil survey pendahuluan pada ruas jalan yang direncanakan dengan memperhatikan standard perencanaan yang telah ditetapkan. Untuk realinemen harus dicantumkan titik pada tiap jarak 50 meter sepanjang as baru, tangent point, SC, CS dan beberapa titik lainnya yang perlu, rencana bangunanbangunan drainase harus ditetapkan konsultan berdasarkan pertimbangan yang sesuai dengan keadaan setempat. Untuk perhitungan konstruksi pondasi (subbase maupun subgrade) harus disesuaikan dengan hasil-hasil penyelidikan tanah.

2. Konsultan mengasistensikan kepada pemberi tugas untuk detail perencanaan yang berisi kesimpulan dan saran atas semua bagian perencanaan untuk setiap ruas jalan, terutama yang menyangkut hal-hal sebagai berikut : Denah diatas peta situasi.Digambar pada skala 1 : 500 berisi antara lain : Lokasi dan nomor titik kontrol horizontal dan vertical Lokasi dan nomor potongan melintang Elemen-elemen lengkung horizontal Batas daerah penguasaan (ROW) dan penggunaannya Semua batas-batas topographi yang penting (seperti rumah, jalan lama, jenis-jenis tanaman utama, dll) Patok-patok pengukuran Potongan Memanjang :Digambar dibawah plan tersebut pada butir 1 diatas dengan skala horizontal 1 : 500 dan skala vertical 1 : 100 yang berisi hal-hal sebagai berikut : Tinggi muka tanah asli, muka air normal, muka air banjir serta elevansi. Nomor potongan melintang Jarak partial progressive Elemen-elemen/data-data lengkung vertical dan horizontal Elemen-elemen data jalan pendekat. Potongan Melintang (Cross Section)Gambar potongan melintang dibuat menurut letak topographi sesuai dengan keadaan lokasi yang ditentukan diatas kertas dengan skala horizontal 1 : 100 skala vertical 1 : 50 serta stationing yang dilakukan pada jarak 25 meter. Bangunan JembatanUntuk tiap jembatan perlu dibuat gambar sebagai berikut : Denah serta potongan-potongan seperti pada butir a, b, c diatas. Dena potongan memanjang dan melintang jembatan (pada potongan memanjang harus digambarkan grafik SPT, grafik sondir, bor log untuk pondasi yang diselidiki struktur tanahnya). Detail detail bangunan konstruksi jembatan. Keterangan-keterangan mengenai kelas pembebanan dan mutu bahan yang harus dicantumkan pada tiap gambar jembatan. Kelengkapan-kelengkapan lainnya berupa : Title sheet, lengkap dengan lokasi proyek. Gambar lokasi jembatan, lengkap dengan nama jembatan dan lokasinya. Simbol dan singkatan Jadual pelaksanaan dan perkiraan kuantitas Tipikal potongan melintang, dll-nya.

3. Perhitungan VolumeProgram penggantian, perbaikan/peningkatan jembatan ini akan dibagi dalam satu atau beberapa paket pelaksanaan sesuai dengan lokasi dan kemampuan pelaksanaan pembangunan.Untuk tiap jembatan harus dihitung jumlah pekerjaan untuk tiap bagian dengan masing-masing kontrak pelaksanaannya dan diringkas dalam beberapa pekerjaan sebagai berikut: Pekerjaan umum Pekerjaan subgader (bila ada) Pekerjaan struktur Pekerjaan drainase (bila ada) Pekerjaan jalan pendekat (bila ada) Pekerjaan aspal Lain-lain

4. Perkiraan Biaya dan Dokumen TenderSupaya didapat perkiraan biaya yang tetap dan sesuai, maka konsultan harus menyiapkan analisa harga satuan dari setiap jenis pekerjaan berdasarkan factor-faktor material, peralatan, social, pajak, overhead, keuntungan dan pengawasan yang didapat dari keterangan-keterangan daerah setempat.Perkiraan yang didapat dari analisa ini dibandingkan dengan proyek-proyek sebelumnya atau pekerjaan-pekerjaan sejenis di daerah itu. Bila terjadi perbedaan maka harus dicari sebabnya dan diadakan penelitian kembali hingga didapatkannya harga yang sesuai untuk pekerjaan tersebut.Perkiraan biaya pembebasan tanah (RWO) harus dibuat berdasarkan harga satuan yang ditentukan oleh pemerintah untuk setiap jenis penggunaan tanah.Dokumen-dokumen yang harus disiapkan adalah sebagai berikut : Engineer estimate untuk seluruh butir pembayaran Jumlah pekerjaan dari setiap cara pelaksanaan yang bersangkutanKonsep perencanaan ini agar dikonsultasikan kepada pemberi tugas untuk mendapatkan saran-saran tambahan yang perlu agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan kondisi yang ada.

5. Perencanaan Akhir1. Setiap revisi/variasi atas detail perencanaan sementara yang dilakukan pemberi tugas harus dimasukan ke dalam Final Design melalui penelitian Konsultan.2. Cetakan perencanaan akhir pada kertas standar Ditjen Bina Marga harus diserahkan oleh Konsultan kepada pemberi tugas dalam waktu yang telah ditetapkan.3. Semua catatan dan perhitungan pada survey lapangan dan semua kalkir perencanaan proyek ini harus diserahkan kepada pemberi tugas bersamaan dengan penyerahan perencanaan akhir.4. Semua gambar hasil perencanaan menggunakan program CAD.

Tahapan-tahapan survai lapangan yang akan dilaksanakan meliputi :1.1. Survai PendahuluanSurvei Pendahuluan bertujuan mengumpulkan data pendukung sebagai pertimbangan untuk menetapkan desain jalan baik perkerasan, drainase maupun geometrik jalan dan bangunan pelengkap jalan serta hal lain yang menunjang pekerjaan ini.Untuk pelaksanaan survei ini , Tenaga Ahli untuk mengamati kondisi lapangan, mengumpulkan data sebanyak mungkin untuk menentukan langkah desain dan permasalahan desain yang mungkin timbul.Data-data yang diperlukan dan kegunaannya antara lain : Peta dasar yang berupa Peta Topographi skal 1 : 50.000 atau 1 : 100.000 dan peta-peta pendukung lainnya untuk mengetahui kondisi terrain dan kemungkinan alinemen. Mempelajari lokasi trase jalan lama dan atau rencana jalan baru sesuai dengan target dan aspek perencanaan. Inventarisasi jalan secara terinci.Dalam melaksanakan survai pendahuluan Konsultan akan mengumpulkan sebanyak mungkin data-data yang diperlukan untuk perencanaan, baik yang di lapangan maupun hasil studi terdahulu yangada, hal-hal yang dilakukan meliputi :1. Mengumpulkan dan mereview data mengenai alinyemen jalan, situasinya serta informasi lain secara umum termasuk didalamnya konfirmasi ruas yang akan ditangani.2. Mengumpulkan dan mereview data lalu lintas.3. Mengumpulkan dan mereview data banjir, erosi dan daerah tergenang pada lokasi.4. Mengumpulkan dan mereview pemilihan lokasi atau daerah-daerah khusus yang diperkirakan banyak membantu dalam tahapan selanjutnya.5. Mengumpulkan dan mereview data mengenai bahan-bahan material maupun peralatan myang tersedia yang dapat menentukan jenis konstruksi.6. Mengumpulkan dan mereview data harga satuan upah, bahan dan material dan peralatan di lokasi.7. Mengumpulkan data-data sekunder lainnya yang diperlukan.8. Membuat foto-foto dokumentasi mengenai kondisi lapangan yang bersangkutan dan khusus untuk kepentingan pekerjaan lanskap jalan, perlu direkam situasi lokasi dan sekitarnya dengan foto panaramik.9. Memperhatikan usulan lainnya yang baik dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang.10. Menyusun rencana jadual pelaksanaan pekerjaan.

Survei ini meliputi :a. Inventori Geometrik JalanTujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan data umum mengenai kondisi badan jalan/perkerasan yang ada dan dimensi/geometrik jalan yang bersangkutan.Pemeriksaan dilakukan dengan metode sederhana, yaiut cukup mencatat kondisi rata-rata setiap 1,0 km pencataan selama berkendaraan tidak diperkenankan karena akan mendapatkan data yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :a) Lebar perkerasan, bahu jalan, saluran samping yang ada.b) Jenis perkerasan lapis permukaan yang ada.c) Nilai kekasaran jalan (Road Condition Index) yang dapat diperoleh dari hasil Survei NAASRA Roughness Meter atausecara visual dengan ketentuan skala sebagai berikut:

R.C.I.KONDISIVISUALTYPE PERMUKAAN

8 10Sangat Rata dan HalusHotmix (AC dan HRS) yang baru dibuat/ ditinggalkan dengan beberapa lapisan aspal

7 8Sangat Baik dan RataHotmix setelah dipakaibeberapa tahun atau lapisan tipis hotmix di atas PenetrasiMacadam

6 7BaikHotmix lama, Nacas/ Lasbutag baru

5 6Cukup,sedikit/tidak ada lubang, tetapi permukaanjalan tidak rataPenetrasi Macadam, Latasbum baru, Lasbutog baru

4 5Jelek, kadang-kadangAda lubang, permukaanjalan tidak rataPenetrasi Macadam setelah pemakaian 2 atau 3 tahun, Jalan kerikil yang tidak terpelihara

3 4Rusak, bergelombang,banyak lubangPenetrasi Macadam lama, Latasbum lama, Jalan kerikil yang tidak terpelihara

d) Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas/bangunan pelengkap jalan yang ada seperti saluran samping, goronggorong, kerb, kondisi drainase samping, jarak pagar/bangunan penduduk/tebing ke pinggir perkerasan.e) Kondisi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi yang ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.f) Data yang diperoleh dicatat dalam formulir terlampir.g) Membuat foto dokumentasi geometrik jalan sekurangkurangnya 1 (satu) buah foto per seratus meter tergantung pertimbangan kebutuhan atau yang dianggap penting. Foto ditempel pada formulir yang tersedia dengan mencantumkan hal-hal yang diperoleh seperti nomor dan ruas jalan, arah pengambilan foto, tanggal pengambilan foto dan tinggi petugas yang memegang pada foto.b. Inventory JembatanTujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang akan ditangani.Informasi yang diperoleh/dicatat, yaitu sebagai berikut :1. Nama dan lokasi jembatan.2. Dimensi jembatan meliputi bentang, lebar, tinggi bebas, jenis bangunan atas dan bangunan bawah jembatan.3. Perkiraan jenis perkerasan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan.4. Data yang diperoleh dicatat dalam formulir terlampir.5. Foto dokumentasi sebanyak 4 (empat) lembar untuk setiap jembatan yang diambil dari arah memanjang dan melintang foto dipasang pada formulir terlampir.6. Sketsa jembatan (denah potongan memanjang/melintang)Dari hasil survai pendahuluan, dikoordinasikan dengan Project Officer untuk memperoleh masukan-masukan dan point-point penting yang perlu dilaksanakan dalam melaksanakan survai detail. Dalam melaksanakan survai detail perlu pengaturan waktu agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas yang ada.1.2. Survai dan Analisa Data1. Survai Lalu lintasSurvai lalu lintas dilakukan untuk mengetahui volume komposisi lalu lintas yang akan dilayani oleh jalan tersebut selama masa pelayanannya untuk merencanakan struktur perkerasan dan geometric jalan.Survai persimpangan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi persimpangan/ pertemuan jalan, baik situasi fisik maupun kondisi lalu lintas., antara alin komposisi, distribusi menurut waktu dan arah.Pelaksanaan survai ini harus sesuai dengan pedoman survai lalu lintas yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum No. 016/T/BNKT/1990 dan pedoman yang berlaku lainnya serta sesuai dengan permintaan Pemberi Tugas sebagai berikut :a. Dalam melakukan survai, teknisi/petugas lapangan membawa perlengkapan guna perlindungan terhadap cuaca, petunjuk waktu dan datang tepat waktu + 15 menit sebelum pelaksanaan dan atau pergantian periode selanjutnya.b. Dalam pelaksanaan, pencacahan dilakukan dengan tidak mengganggu kelancaran lalu lintas yang ada, dan diusahakan agar bebas pandang terhadap gangguan apapun.c. Kendaraan yang dicacah antara lain ; Sepeda motor, scooter - Micro truck Kendaraan bermotor roda 3 - Truck dengan 2 as Mobil penumpang - Truck dengan 3 as Micro bus - Mobil gandengan dan trailer Bus - Kendaraan tak bermotor Pick Up dan mobil hantarand. Kendaraan yang tidak dicacah, diantaranya : Mesin Gilas - Kendaraan Militer (tank) Konvoi mobil jenasah dan konvoi kendaraan lainnya.e. Waktu pelaksanaane.1. Pada ruas jalanSurvai dilakukan selama tujuh hari berturut-turut dan survai ditetapkan oleh Project Officer. Bila kurang dari tujuh hari perlu ditetapkan hari-hari pelaksanaan survai (hari kerja dan hari libur), dimana diperkirakan volumedan kondisi lalu lintas stabil, sehingga dapat diperkirakan gambaran volume dan kondisi lalu lintas yang maksimum. Jika dilakukan dalam satu hari, maka dilakukan dalam waktu dua puluh empat jam untuk pos-pos gerbang kota (batas kota), sedangkan untuk pos-pos dalam kota dilakukan selama delapan belas jam.Dalam pelaksanaan survai dapat dibagi beberapa periode waktu, sebagai berikut :a. Survai 24 jam, untuk Pos Gerbang Kota :Periode I : Pkl. 06.00 12.00Periode II : Pkl. 12.00 18.00Periode III : Pkl. 18.00 00.00Periode IV : Pkl. 00.00 06.00b. Survai 18 jam , untuk Pos Dalam Kota :Periode I : Pkl. 06.00 12.00Periode II : Pkl. 12.00 18.00Periode III : Pkl. 18.00 00.00e.2. Pada PersimpanganSurvai dilakukan selama tiga hari dan hari survai ditetapkan oleh Project Officer dan diperkirakan volume dan kondisi lalu lintas stabil, sehingga dapat diperkirakan gambaran volume dan kondisi lalu lintas maksimum.Survai tersebut dilakukan pada jam-jam sibuk (pagi, siang dan sore).- Pagi : 06.30 09.30- Siang : 12.30 14.30- Sore : 16.30 18.30e.3. Lokasi pos-pos pengamatan lalu lintasDitentukan berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu : Jalan-jalan masuk dan jalan-jalan luar kota Jalan-jalan arteri dan kolektor (primer dan sekunder) Jalan persimpangan yang dianggap penting dalam kotae.4. Organisasai PelaksanaanUntuk menjaga agas pelaksanaan survai berjalan lancar, maka diperlukan suatu organisasi lapangan yang terdiri dari : Koordinator Ketua Kelompok/Pos Pembantu Umum Surveyore.5. Analisa Lalu LintasPenyedia jasa harus melakukan analisis data lalu-lintas (LHR yang dikonversi kedalam nilai ESA) sampai akhir umur rencana, umur rencana untuk pekerjaan Pembangunan/Peningkatan jalan selama 10 tahun, sedangkan untuk pekerjaan Pemeliharaan Berkala jalan selama 5 tahun.

2. Pengukuran TopographiPekerjaan in adalah suatu kegiatan pengumpulan data permukaan bumi, perhitungan dan pemetakannya dengan skala tertentu serta disajikan pada lembaran kertas.Pengukuran Topographi dilakukan untuk kriteria penanganan A dan B. Pengukuran topographi untuk perencanaan jalan dibagi atas beberapa bagian pekerjaan :a. Pekerjaan Perintisan dan Pengukuran Merupakan pekerjaan perintisan atau membuka sebagian daerah yang akan diukur, sehingga pengukuran dapat berjalan lancer dan tidak terhalang oleh pohon, semak belukar atau tanaman pada umumnya.Perintisan diusahakan mengikuti jalur atau koridor yang telah diplot diatas peta topographi atau yang telah direncanakan topographi, sebagai trase yang dipilih atau atas petunjuk kepala Satker atau yang mewakilinya.b. Pekerjaan Pengukuran dilakukan di sepanjang sumbu (as jalan)/rencana jalan dan jalan masuk/keluar serta derahdaerah sekitarnya yang diperlukan dalam pembuatan rencana detail, meliputi lebar Daerah Milik Jalan (DMJ) ditambah dengan daerah sebelah kiri dan kanan dari daerah pengawasan jalan, sesuai dengan kebutuhan untuk perencanaan teknis.

Pekerjaan Pengukuran dibagi menjadi :1.1. Pengukuran Titik Kontrol Horizontal dan Vertikala. Pengukuran Titik Kontrol Horizontal Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk poligon tertutup. Sisi poligon atau jarak titik poligon maksimal 100 m, diukur dengan pegas ukur atau alat ukur jarak elektronis pada sumbu jalan yang dimaksud. Patok-patok untuk titik-titik poligon adalah patok kayu,sedangkan patok-patok untuk titik ikat adalah patok dari beton (BM). Sudut-sudut poligon dikur dengan alat ukur Theodolit dengan ketelitian dalam second (yang mudah/umum dipakai adalah theodolit jenis T2 Wildz atau setingkat). Ketelitian untuk poligonnya adalah sebagai berikut ; Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 100 (detik) kali akar jumlah titik poligon. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih 50 (detik). Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal proyek, dan pada setiap jarak 5 km (kurang lebih 60 titik poligon) serta pada titik akhir pengukuran. Setiap pengamatan matahari dilakukan dalam 4 seri rangkap (4biasa dan 4 luar biasa).

b. Pengukuran Titik Kontrol Vertikal Jenis alat yang dipergunakan untuk pegukuran ketinggian adalah Water Pass jenis NAK-2 atau yang setingkat (orde II). Pelaksanaan pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand yaitu dilakukan 2 (dua) kali berdiri alat (pergi dan pulang). Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti pembagian skala jelas terbaca dan sama Untuk pengukuran ketinggian tidak boleh lebih besar dari 10 akar D mm. Dimana D adalah panjang pengukuran (km) dalam 1 (satu) hari. Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti pembagian skala jenis sama. Setiap kali pengukuran dilakukan pembacaan 3 (tiga) benang dalam satuan millimeter (mm). Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB). Kontrol pembacaan : 2 BT = BA + BB. Referensi leveling menggunakan referensi koordinat alat GPS

1.2. Pengukuran SituasiPengukuran situasi harus dilakukan secara cermat, semua data lapangan/ bangunan permanen harus diukur misalnya :bangunan-bangunan gedung, rumah-rumah permanen, pingir bahu jalan, pinggir selokan, letak gorong-gorong serta dimensinya, tiang-tiang listrik, tiang-tiang telepon serta bangunan lainnya yang dianggap perlu.Patok km dan hm jika ada, serta patok-patok tanda tanda penting lainnya yang ada di tepi jalan harus diambil dan dihitung koordinatnya. Pengukuran situasi dilakukan dengan Sistem Tachimetry. Ketelitian alat yang dipakai adalah 100/detik (sejenis dengan Theodolit To). Pengukran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup semua keterangan-keterangan yang ada di daerah sepanang rencana jalan tersebut. Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan lain pengukuran harus diperluas. Untuk membentuk gambar tikungan yang sesuai dengan kenyataannya (untuk jalan yang sudah ada), maka pada daerah tikungan/lengkungnya harus mempunyai paling sedikit 3 (tiga) titik koordinat sumbu jalan (jaraknya kurang dari 25 m). Tempat-tempat yang merupakan sumber material jalan yang terdapat disekitar jalur pengukuran, dilakukan pengukuran dan dicatat untuk dipetakan dan difoto (lokasi dan jenis material).1.3. Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintanga. Pengukuran Penampang MemanjangPengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu jalan rencana (periksa pengukuran situasi) Pengukuran penampang memanjang diambil pada sumbu dari lintasan yang diusulkan. Pengukuran beda tinggi titik-titik stasiun diambil untuk setiap jarak 50 m. Titik tersebut harus diberi tanda patok di lapangan. Peralatan yang dipakai untuk pengukuran penampang sama dengan yang dipakai untuk pengukuran titik control vertikal.b. Pengukuran Penampang Melintang Pengukuran penampang diambil setiap jarak 50 m pada bagian yang lurus dan landai dan setiap 25 m untuk daerah-daerah tikungan/miring terjal (pegunungan). Lebar pengukuran harus meliputi daerah seluas/sejauh 50 m sebelah kanan-kiri sumbu jalan pada bagian yang lurus dan 25 m ke sisi luar dan 75m ke sisi dalam pada bagian jalan yang menikung atau sesuai dengan kebutuhan. Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran penampang melintang sama dengan yang dipakai pengukuran situasi. Khusus untuk perpotongan dengan sungai/jalan dilakukan secara khusus.

1.4. Pemasangan Patok-patok Titik awal dan titik akhir sumbu jalan/jembatan harus diikat pada titik poligon yang telah dibuat sebelumnya dan diikat pada masing-masing dua buah patok ikat beton yang diletakkan di tepi kiri dan kanan daerah penguasaan jalan sebagai titik-titik ikat/BM penolongnya. Patok-patok beton (BM) dibuat dengan ukuran 20 x 20 x 75 cm dan harus dipasang pada tempat yang cukup aman dari kegiatan konstruksi dikemudian hari dengan jarak setiap interval 1 Kilometer. Pada awal dan akhir ruas jalan, serta perpotongan rencana jalan dengan sungai, masing-masing dipasang 2 (dua) buah seberangmenyeberang. Patok beton tersebut harus ditanam kedalam tanah sepanjang kurang lebih 65 cm (kelihatan diatas tanah kurang lebih 10 cm). Patok-patok kayu yang digunakan untuk pengukuran poligon, sifat datar dan detail-detail situas, dan lurus dengan diameter sekitar 5 cm, panjang 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, sedangkan bagian atas dan tengahnya diratakan untuk menulis nomor patok. Patok harus ditanam cukup kuat sedalam lebih kurang 30 cm. Baik patok-patok beton (BM) maupun patok-patok kayu diberi tanda cat kuning, dan diberi nomor urut dengan tulisan hitam. Untuk memudahkan pencarian patok kembali, sebaiknya pada pohon-pohon disekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda patok tertentu yang dapat terlihat dengan jelas, misalnya (nomor urut patok/2007). Khusus untuk profil memanjang yang titik-titknya terletak disumbu jalan diberi paku yang dilingkari cat kuning sebagai tanda dan nomor urut (bila badan jalannya sudah beraspal). Untuk memperbanyak titik tinggi yang tetap, perlu ditempatkan titik tinggi referensi pada tempat lain yang permanen dan mudah ditemukan kembali. Patok beton, patok tanda referensi dan titik tinggi referensi di dokumentasi- kan dan dijadikan acuan dalam penggambaran.

1.5. Pengukuran Khusus Pengukuran sekitar perpotongan dengan sungai, Daerah sungai diukur : 150 m di kiri-kanan sungai sepanjang jalan, 150 m di kiri-kanan dari as jalan/pada daerah sungai, Pengukuran sekitar perpotongan dengan jalan lainnya, Daerah persilangan jalan yang diukur 75 meter di kirikanan jalan dimaksud. Pengukuran titik kontrol horisontal berupa poligon tertutup yang terikat sempurna. Pengukuran titik kontrol vertikal dengan alat waterpass. Pengukuran penampang memanjang dibuat dengan sumbu jalan yang bersangkutan. Pengukuran melintang dibuat untuk setiap 25 meter dengan profil 75 m ke kiri-kanan jalan. Pengukuran situasi sama dengan pengukuran jalan utama, dengan pengambilan data yang lengkap terutama bangunan-bangunan yang permanan.

1.6. Perhitungan dan Penggambaran Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik-titik ikat yang digunakan. Penggambaran titik-titik poligon harus didasarkan pada hasil perhitungan koordinat yang dihitung berdasarkan metode kwadrat terkecil. Penggambaran titik-titik polygon tersebut sama sekali tidak boleh secara grafis. Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur dihitung berdasarkan ketinggian patok yang dipakai sebagai titik pengukuran detail, begitu juga dengan keterangan yang lain (dihitung secara tachymetris). Titik ikat atau titik mati serta titktitk baru harus dimasukkan dalam gambar dan diberi tanda khusus. Koordinat beserta ketinggian titik poligon utama harus dicantumkan dalam gambar dan dilampiri daftar data koordinat dan ketinggiannya dilampirkan. Gambar ukur yang berupa gambar situasi harus digambar pada kertas millimeter (mm) berdasarakn titik-titk poligon dengan skala 1:1000 dan garis ketinggian (interval kontur) dengan interval 1m.Pekerjaan pengukuran topographi dilakukan sepanjang rencana sumbu jalan (mengikuti koridor rintisan) dengan mengadakan pengukuran-pengukuran tambahan pada daerah persilangan dengan sungai dan jalan lain, sehingga memungkinkan diperoleh sumbu jalan yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenali dan aman. Awal dan akhir proyek hendaknya diikatkan pada titik-titik tetap (BM), dan untuk menentukan titik koordinatnya agar digunakan alat GPS.1.3. Survai Kondisi JalanSurvai kondisi jalan (SKJ/RCS : Road Condition Survey) dilakukan untuk mengetahui jenis konstruksi, struktur jenis kerusakan yang terjadi dan seberapa berat kerusakannya dan kondisi lainnya, untuk mendapatkan data yang diperlukan guna perencanaan lebih lanjut.Pelaksanaan survai harus sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum No. 05/T/BNKT/1991 maupun peraturan-peraturan yang berlaku serta sesuai dengan petunjuk Pemberi Tugas, sebagai berikut :a. Survai terhadap kondisi jalan dilakukan dengan berjalan kaki dan pengamatan dilakukan setiap interval 25m.b. Survai yang dilakukan terhadap perkerasan jalan mencakup : kekasaran permukaan, lubang-lubang, tambalan, alur dan amblas.c. Dalam formulir survai kondisi jalan dijelaskan tipe kekasaran, tambalan (jumlah dan luas), alur (panjang dan dalam), lubang (jumlah dan luas), retak (panjang dan lebar), amblas (jumlah dan dalam).d. Survai yang dilakukan terhadap drainase dan pelengkap jalan meliputi : Saluran samping, bak kontrol, trotoar, bahu jalan dan median (kerb).e. Peralatan dan perlengkapan :a) Kendaraan roda empatb) Pita Ukurc) Formulir Survey Kondisi Jalan dan Penunjang.d) Peta Jaringan Jalan yang aka disurvai.e) Fotof) Alat gali untuk mengetahui tebal lapisan dalam pelaksanaan survai pada jalan kerikil.

f. Cara Pelaksanaan :1. Petugas survai mengamati kondisi jalan dari dalam kendaraan yang dijalankan perlahan tidak lebih dari 20 km/jam dan mengisi formulir penunjang yang telah disiapkan dengan interval 1 KM segmen jalan, khusus untuk jalan kerikil diadakan penggalian untuk mengetahui ketebalan lapisan kerikil dengan interval 1 KM.2. Setiap formulir mencatat data kondisi jalan sepanjang 1KM segmen jalan dari awal STA sampai akhir STA, dengan dibedakan jalan aspal dan jalan yang tidak beraspal.3. Foto dokumentasi dibuat pada awal ruas dan akhir ruas, pada setiap patok km/tanda dengan cat/tanda sementara lainnya.4. Ruas jalan yang mempunyai patok KM yang diukur lebih dari satu kota asal atau mempunyai patok ganda disebabkan oleh pemasangan patok baru dan atok lama belum dicabut atau perbedaan kota asal pengukuran jarak, maka survai dilakukan berdasarkan data titik referensi.

1.4. Survai Inventarisasi JalanSurvai Invenarisasi Jalan/SIJ (Road Network Inventory : RNI) ini dilakukan untuk menginventarisasi atau mencatat keadaan jalan saat ini dan juga saat lampau sebagai data searah perkembangan jalan. Data yang dicatat ialah situasi, panjang jalan, lebar perkerasan, lebar bahu, trotoar, median, drainase, persimpangan-persimpangan dengan jalan lain, bangunan-bangunan pelengkap jalan dan tepi jalan, lapis permukaan, bahu, terain, alinyemen horizontal maupun vertikal dan tata guna lahan.Pencatatan tidak didasarkan pada interval melainkan berdasarkan homogenitas keadaan dasar jalan seperti tipe jalan, jenis lapis permukaan, terain dll.Periode waktu survai adalah 5 Tahun, mengingat kondisi dasar jalan relatif tidak mudah berubah dalam dimensi maupun jenisnya. Pengulangan survai dilaksanakan bila ada perubahan panjang ruas jalan, perubahan titik referensi, tipe jalan, relokasi jalan atau tata guna lahan.

Formulir yang dipakai adalah :a. SIJ SAAT INI : Untuk mencatat keadaan dasar saat ini yaitu jenis dan dimensi.b. SIJ-DATA SEJARAH : Untuk mencatat keadaan dasar lampau yaitu dimensi dan jenis lapis permukaan dan pelapisan pemeliharaan yang dilakukan termasuk tahun pelaksanaannya.

Pelaksanaan survai ini harus sesuai dengan pedoman survai inventarisasi jalan yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum No. 017/T/BNKT/1990 dan pedoman yang berlaku lainnya serta sesuai deengan permintaan Pemberi Tugas.a. Peralatan dan Perlengkapan Pita Ukur Formulir SIJ-SAAT INI dan SIJ-DATA SEJARAH Hasil Survai Data Titik Referensi Foto Alat Gali Kendaraan untuk survai Tripmeter/odometerb. Cara Pelaksanaan1. Petugas Survai mengamati keadaan dasar jalan dari dalam kendaraan yang dijalankan perlahan (20 km/jam) dan mengisi lembar formulir yang telah disiapkan, dengan menentukan keadaan dasar yang mewakili segmen jalan tersebut serta mencatat dengan teliti. Dalam kondisi khusus dimana tidak memungkinkan untuk diamati dari dalam kendaraan, maka pengamatan dilakukan dari luar kendaraan dan dilakukan pengukuran-pengukuran terhadap jenis lapis permukaan, bahu, drainase dll.2. Pencatatan dilakukan secara berututan dan menerus sepanjang jalan yang disurvai dan pencatatan bedakan berdasarkan formulir yang telah disiapkan.3. Foto dokumentasi dibuat pada keadaan dasar yang mewakili dari ruas jalan itu, disesuaikan dengan urutan dalam daftar pengambla foto.4. Jalan yang banyak lajur dan ada median pemisah, maka jalan tersebut mempunyai nama dua nomor ruas yang berbeda, tipe jalan adalah D (Devided) dan keadaan dasar yang dilaporkan adalah bahu dan lainya dari satu sisi yang sama, sedangkan Jalan yang banyak lajur an tidak ada pemisah maka jalan tersebut mempunyai nama satu nomor ruas saja, tipe jalan adalah UD (Undevided) dan keadaan dasar yang dilaporkan baik bahu dan elemen lainnya dari kedua sisi jalan tersebut.5. Bila ruas jalan tersebut mempunyai patok kilometer yang diukur lebih dari satu kota asal atau mempunyai patok kilometer ganda baik disebabkan pemasangan patok baru atau patok lama belum dicabut atau dikarenakan perbedaan kota asal pengukuran maka survai berdasarkan data titik referensi.

1.5. Survai Data Titik ReferensiSurvai Data Referensi/STR (DRPS : Data Reference Point Suvey) dimasudkan untuk menentukan titik-titik referensi pada satu ruas jalan yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan survai sehingga dapat ditentukan jarak titik referensi terhadap kota awal kilometer sehingga dapat ditentukan panjang sebenarnya ruas jalan tersebut, juga berfungsi sebagai data masukan leger jalan dan data jalan (data base).Survai ini dilaksanakan setip 5 tahun atau apabila ada perubahan-perubahan panjang ruas jalan atau perubahan titik referensi.

a. Batasan Survai Titik ReferensiBatasan Survai Titik Referensi adalah :1. Titik Referensi Sebagai Titik Tetap Titik tetap yang ditentukan sepanjang ruas jalan dan dapat digunakan sebagai referensi dalam pelaksanaan survai jalan, dapat berupa patok kilometer, patok hektometer, jembatan, gorong-gorong, persimpangan jalan/kereta api, serta bangunan permanen yang mudah dikenal.2. Titik Bantu Sebagai Titik SementaraTitik sementara yang dibat sebagai pembantu dalam penentuan titik-titik referensi, dapat berupa tanda cat atau tanda lainnya yang sengaja dibuat.3. Titik Awal Sebagai Permulaan Suatu Ruas JalanTitik referensi yang ditentukan sebagai permulaan suatu ruas jalan.4. Titik Akhir Sebagai Akhir Suatu Ruas JalanTitik referensi yang ditentukan sebagai akhir dari suatu ruas jalan.b. Peralatan dan PerlengkanPeralatan dan perlengkapan yang dipakai adalah :1. Kendaraan Survei dilengkapi dengan tripmeter/odometer2. Pita Ukur3. Formulir Survai4. Peta Jaringan Jalan5. Cat, Kuas, Patok dan Palu6. Foto.

c. Kalibrasi Tripmeter/Odometer1. PersiapanPeralatan dan Segmen Jalan mempunyai persyaratan :a. Tripmeter/Odometer pada kondisi 0 (nol).b. Lurusc. Kondisi Permukaan jalur lalu lintas mewakili kondisi permukaan jalan lalu lintas yang disurvai.d. Mempunyai 3 (tiga) patok kilometer yang berurutan sepanjang 2 kilometer (dicek ketepatan jarakanya), bila tidak dapat dipenuhi makan setiap 1 kilometer diberi tanda pada permukaan jalan dengan cat atau patok darurat ditepi jalan yang mudah dilihat.

2. Prosedur Pelaksanaana. Kalibrasi dilakukan pada saat lalu lintas tidak padat.b. Sumbu roda depan diatur tepat pada garis patok awal kilometer (garis yang ditarik dari patok yang bersangkutan, tegak lurus terhadap sumbu jalan) dan angka tripmeter/odometer menunjuk pada kedudukan angka 0 (nol).c. Kendaraan dijalankan menurut :1) Lima kali bila menggunakan tripmeter2) Sepuluh kali bila menggunakan odometer.d. Kendaraan yang dijalankan tidak boleh mengalami pembelokan, karena dapat mempengaruhi ketepatan jarak yang ditunjukkan oleh alat ukur tersebut.e. Angka tripmeter/odometer dicatat pada formulir kalibrasi yang telah disiapkan, pada setiap saat kendaraan akan berangkat dari patok awal hingga patok akhir dan pada saat berangkat dan berhenti letak sumbu roda depan tepat pada garis patok kilometer.f. Faktor kalibrasi alat tripmeter/odometer menggunakan angka antara 0,9 s.d. 1,05.

d. Cara Pelaksanaan1. Penentuan Titik Awal dan Akhira. Menentukan titik awal dan titik akhir pada ruas jala yang akan disurvai, dengan berkonsultasi kepada Pembina Jalan Propinsi setempat atau dapat ditentukan bersama-sama Pemberi Kerja di lapangan.b. Survai data titik referensi tidak terputus dengan adanya batas kota.c. Pada awal titik awal yang ditentukan ditandai dengan tanda TL (titik awal) yang menuliskan angka kilometer jarak terhadap kota awal (kilometer nol), pada permukaan jalan dengan cat.d. Pembacaan tripmeter/odometer pada kekduduka 0 (nol, bila tidak dapat dilakukan maka angka tripmeter/odometer dicatat secara lengkap untuk diperhitungkan dalam penentuan jarak dari pembacaam angka tripmeter/ odometer pada titik referensi berikutnya.e. Survai dilakukan dari patok kilometer kecil ke patok kilometer besar sampai survai selesai dilaksanakan pada titik akhir (TR).

2. Ruas Jalan Mempunyai Patok Kilometer Yang Diukur Lebih Dari Satu Kota Asal Survai dilakukan sebagai berikut :

(C) = Batas pergantian patokContoh :Ruas Jalan Kota A dan B dengan titik awal A Km 44 dengan titk akhir B Km 32, dimana ada perubahan patok pengukur kota asal titik C (A Km 47 yang identik dengan B Km 35).

Survai dilakukan dengan menganggap A C adalah ruas baru dengan nomor ruas X1 dan C B sebgai nomor ruas baru dengan nomor ruas X2 :a. Survai untuk X1 dilakukan sesuai prosedur yang biasa dengan mengisi formulir DTR sebagaimana mestinya, yaitu titik simpul awal adalah A Km 44 dan titik simpul akhir adalah C (A Km 47) serta isian kota asal adalah A. Selanjutnya titik referensi dicatat adalah A Km 44 dan seterusnya sampai A Km 47.b. Survai untuk X2 dilakukan dengan prosedur sama namun formulir isian berbeda, disini titik awal C ( BKm 35) dan titik akhir B Km 32, formulir disesuaikan kota asalnya yaitu B (bukan A), titik-titikreferensi yang dicatat B Km 35 s.d. B Km 32 , selanjutnya formulir isian ditulis kembali dengan urutan titik referensi kecil ke titik referensi besar.3. Ruas Jalan Mempunyai Patok Kilometer Ganda. Disurvai dilakukan dengan minta petunjuk pembina jalan setempat patok kilometer mana yang akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan survai.4. Pemanfaatan Pita UkurApabila tripmeter/odometer tidak dapat menunjukkan angka jara sampai dengan satuan puluhan meter, maka jarak selisih angka yang ditunjukkan diukur dengan pita ukur.5. Tanda SementaraPada ruas jalan dengan permukaan tanah dimana sult dibuat tanda cat, maka dilakuka dengan pembuatan tanda sementara, isian formulir disesuaikan6. Pengukuran JarakPengukuran jarak pada beberapa bangunan sebagai itik referensi :a. Gedung/Tugu Batas AdministrasiRoda pertama menyentuh awal bangunan terdekatdengan sumbu jalan.b. Rel KeretaRoda pertama yang menyentuh rel kereta api.c. JembatanRoda pertama yang menyentuh batas jembatan.d. Persimpangan JalanRoda pertama yang menyentuh sumbu (as) jalan simpang.7. Jarak KilometerJarak kilometer yang dicantumkan pada formulir adalah jarak kilometer berdasarkan angka yang ditujukkan oleh tripmeter/odometer, tidak diper-hitungkan faktor kalibrasi, faktor kalibrasi digunakan saat memasukkan data.8. Titik Referensia. Jembatan/Gorong-gorong (nama/nomor, tipe/jenis, identias lainnya).b. Bangunan-bangunan(nama/nomor, jumlah lantiai, sisi jalan (kiri/kanan)).c. Persimpangan Jalan (nama simpang, jenis simpangan, kota tujuan simpang yang dikenal).9. Ruas Jalan Yang Mempunyai CabangRuas jalan yang mempunyai cabang namun pangkal dan ujungnya masih berada pada ruas jalan induknya (yang disurvai) survai dilakukan secara terpisah dengan memberikan nomor ruas jalan sementara cabang jalan tersebut dengan memgganti nomor digit dibelakangnya.

1.6. Survai Lendutan Perkerasan Lentur Dengan Benkelman BeamPengujian ini dapat digunakan untuk mengukur lendutan dan lendutan balik dari lapisan perkerasan jalan, hasil pengujian dapat digunakan dalam perencanaan pelapisan (overlay) perkerasan jalan dan sebagai quality control. Persyarata-persyaratan dalam melakaukan survey antara alian : Truck yang dipakai harus dibebani sehingga mencapai beban gandar belakang sebesar 8,2 ton dengan tekanan angin ban sebesar 80 psi atau 5,5 kg/cm2. Pengukuran beban gandar belakang harus dilakukan dengan menggunakan jembatan timbang atau dengan alat yang telah terbukti dapat dipakai untuk pengukuran beban gandar, dan hasil pengukuran beban gandar ahrus dicatat dengan jelas pada formulir pemeriksaan Benkelman Beam Terlampir. Alat Benkelman Beam yang dipakai harus mempunya ukuran yang standar, misalnya perbandingan batang 1 : 2. Alat pembacaan (dial Gauge) lendutan harus dalam kondisi yang baik dan skala ketelitian pembacaan jarum petunjuk harus dicatat (ketelitian 0,01 mm). Pemeriksaan balik dilakukan dengan interval pemeriksaan setiap 100 meter sepanjang ruas jalan beraspal yang telah ditetapkan. Selama pemeriksaan, konsultan harus mencatat hal-hal khusus yang dijumpai seperti kondisi drainase, nama daerah yang dilalui, cuaca, waktu, peninggian permukaan jalan dan sebagainya. Semua data hasil pemeriksaan yang diperoleh dicatat dalam formulir pemeriksaan Benkelman Beam.Tata cara pelaksanaan survai ini mengikuti buku petunjuk yang telah dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum No. 01/MN/B/1983, SK SNI M-01-1990-F dan SNI 03-2416-1991.

Ketentuan-ketentuan lain yang harus dilakukan adalah :a. Pemeriksanaan dilakukan dengan interval 100 m zigzag sepanjang ruas jalan beraspal yang telah ditetapkan.b. Lokasi awal dan akhis pemeriksaan harus dicatat dengan jelas (patok km, STA).c. Cara Pelaksanaan1. Peralatana. Truk dengan spesifikasi sebagai berikut :1. Berat kosong ( 5 + 0,1) Ton.2. Jumlah as 2 buah, dengan rosa belakang ganda.3. Beban masing-masing roda belakang ban ganda (4,08 + 0,045) Ton atau (9.000 + 100) lbs.4. Ban dalam kondisi baik dan dari jenis kembang halus (zigzag) dengan ukuran : 25,4 x 50,8 cm atau 10 x 20 inch 12 ply.5. Tekanan angin ban (5,5 + 0,07) kg/cm2 atau (80+1) psi.6. Jarak sisi kedua bidang kontak ban dengan permukaan jala antara 10 15 cm atau 4 6 inch.b. Alat timbang muatan praktis yang dapat dibawabawa (portable weight bridge), kapasitas 10 Ton.c. Alat Benkelman Beam terdiri dari dua batang, mempunyai panjang total pad umumnya (366 +0,16)cm, yang terbadi menjadi dua bangian dengan perbandingan 1 : 2 oleh sumbu O, dengan perlengkapan sebagai berikut :1. Arloji pengukur (dial gauge), berskala mm dengan ketelitian 0,01 mm.2. Alat penggertas (buzzer)3. Alat pendatar (water pass)d. Pengukur tekanan yang dapat mengukur tekanan angin ban minimum 5 kg/cm2 atau 80 psi.e. Termometer (5oC 70oC) dengan pembagaian skala 1oC atau (40oF 140oF)f. Rolmeter 30 m atau 3 m (100 ft dan 10 f).g. Formulir-formulir lapangan dan handboard.h. Minyak arloji pengukur dan alkohol murni untuk membersihkan batang arloji pengukur.i. Perlengkapan keamanan bagi petugas penguji :1. Tanda batas kecepatan lalu-lintas pada saat melewati tempat pengujian ditempatkan + 50 m didepan dan belakang truk.2. Tanda penunjuk lalu-lintas yang dapat dilewati.3. Tanda lamu peringatan terutama bila pengujian dilakukan pada malam hari.4. Bendera merah kuning yang selalu dipasang pada truk selama pengujian.5. Tanda pengenal pada kain yang dipasang pada truk di bagian depang dan bagian belakang.6. Tanda pengamanan lalu-lintas yang dipegang oleh petugas (tanda STOP/JALAN).7. Pakaian khusus petugas yang warnanya dapat dengan mudah dilihat oleh pengendara lalulintas.

2. Persiapan Alat Sebelum Pengujiana. Truk dimuati hingga beban masing-masing roda belakang ban ganda (4,08 + 0,045) Ton atau (9.000 + 100) lbs.b. Ban belakang diperiksa dan tekanan pada ban dibuat(5,5 + 0,07) kg/cm2 atau (80 + 1) psi, dan ukur setiap 4 jam sekali.c. Periksa arloji pengukur, bila perlu batang arloji dibersihkan dengan minyak arloji/alkohol murni guna memperkecil gesekan, untuk mengurangi terjadinya karat, hindari pemakian air sebagai pembersih.d. Pasang arloji pengukur pada tangkai sedemikian rupa sehingga batang arloji pengukur arahnya vertikal pada tangkai Benkelman Beam.e. Bila tidak atau belum dilakukan pengujian dan truk berhenti lebih dari 40 jam, selama masih dimuati beban, maka sebaiknya beban truk ditahan dengan balok-balok kayu untuk menghindari rusaknya pertruk.

3. Cara Menyetel Alat Benkelman Beam.Di dalam penggunaan alat Benkelman Beam untuk mengukur lendutan perkerasan jalan, diperlukan ketelitian, oleh arena itu perlu diadakan penyetelan terlebih dahulu sebelum dipakai. Benkelman Beam yang masih berada di dalam batas-batas toleransi bias langsung digunakan, jika menunjukkan kelainan-kelainan di luar batas toleransi perlu diadakan perbaikan.a. Alat Penyetel Benkelman Beam1. Pelat landasan (L) untuk ladasan pelat penyetel dan tiang arloji pengukur.2. Pelat penyetel (T) yang dapat turun naik pada salah satu sisi (S)3. Engsel (E) untuk menghubungkan pelat L dan T.4. Sekrup Pengatur (SP1) untuk menggerakkan pelat landasan (L) dalam kedudukan yang stabil.5. Sekrup Pengatur (SP2) untuk menggerakkan pelat penyetel (T) turun naik pada bagian sisi (S), yang dihubungkan oleh engsel (E).6. Tiang (TA), untuk kedudukan arloji pengukur alat penyetel.7. Arloji pengukur alat penyetel (AP1)b. Cara Mengukur Ketelitian1. Pasang batang pegukur Benkelman Beam sehingga menjadi sambungan kaku.2. Dengan batang pengukur dalm keadaan terkunci, tempatkan Benkelman Beam pada bidang yang datar kokoh dan rata.3. Atur kaki (K) sehingga Benkelma Beam datar.4. Tempatkan alat penyetel dalm bidang yang sama dan atur sehingga alat penyetel berada di bawah tumit batang (TB) dari batang pengukur, kemudian atur landasan hingga datar dan mantap.5. Lepaskan pengunci (P) atau batang pengukur dan turunkan ujung batang perlahan-lahan hingga tumit batang terletak pada pelat penyetel (T).6. Atur arloji pengukur (AP2) Benkelman Beam pada dudukannya hingga batang ujung arloji pengukur bersinggungan dengan bagian belakang batang pengukur, lalu dikunci dengan erat.7. Atur arloji pengukur (AP1) Benkelman Beam pada dudukannya hingga batang ujung arloji pengukur bersinggungan dengan bagian batang pengukur (TB), lalu dikunci dengan erat.8. Atur kedudukan batang arloji pengukur Benkelman Beam dan Batang arloji alat penyetel, sehingga batang arloji bisa bergerak + 5 mm.9. Atur kedua jarum arloji pengukur pada angka 0 (nol).10. Hidupkan alat penggetar (B), kemudian turunkan pelat penyetel dengan memutar sekrup pengatur (SP2), sehingga jarum arloji pengukur alat tera menujukkan penurunan batang arloji pengukur 0,25 mm catat pembacaan kedua arloji pengukur pada formulir yang tersedia.11. Lakukan pada No. 10 berturut-turut pada setiap penurunan batang arloji pengukur 0,25 mm sampai mencapai penurunan 2,50 mm, catat pembacaan arloji pada setiap penurunan.12. Dalam kedudukan terakhir No. 11, naikkan pelat penyetel berturut-turut pada setiap kenaikkan batang arloji pengukur 0,25 mm sampai mencapai kenaikkan 2,50 mm (kembali ke semula).13. Hasil pembacaan arloji Benkelman Beam dikalikan dengan faktor pembanding batang Benkelman Beam (perbandingan jarak antara tumit batang sampai sumbu O terhadap jarak sum