Slides Tanjung Lesung
-
Upload
putri-mushandri-pratami -
Category
Documents
-
view
189 -
download
7
Transcript of Slides Tanjung Lesung
EkosistemPesisir
TANJUNG LESUNG
Kelompok 5
Latar belakang
Praktikum lapang ekosistem pesisir perlu dilakukan untuk
mengetahui secara langsung jenis-jenis individu dan interaksi yang
terjadi di lamun, terumbu karang, dan mangrove di Tanjung Lesung.
Selain itu, mengetahui baik buruknya suatu lingkungan tempat tinggal
organisme berdasar adanya flora dan fauna yang hidup pada habitat
tersebut .
Tujuan
Tujuan dari praktikum adalah untuk mengamati ekologi laut
tropis di wilayah pesisir Tanjung Lesung melalui pengambilan data
lamun, terumbu karang, dan mangrove, serta untuk mengetahui
karakteristik ekosistem pesisir, dan untuk memahami pengolahan data
lamun, terumbu karang, dan mangrove.
Ekositem Pesisir
Ekositem pesisir merupakan daerah peraliahan antara
ekosistem darat dengan ekosistem laut, dimana organisme
penghuninya berbaur antara organisme dari darat dan dari laut.
Organisme tersebut berkumpul dalam suatu tempat untuk saling
berinteraksi, seperti pada daerah estuari, pantai berbatu, pantai
berpasir, hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang .
Ekosistem pesisir mencakup berbagai macam ekosistem yang
berada pada daerah tropis. Aspek yang ditelaah mengenai mangrove,
lamun, dan terumbu karang. yang terpenting dari ketiga ekosistem
tersebut yakni fisik, bahan organik terlarut, bahan organic partikel,
migrasi fauna, dan dampak manusia. Struktur dan sifat fisik ketiga
ekosistem tersebut saling mendukung.
Cakupan
EKOSISTEM MANGROVE
Ekosistem Mangrove
Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.
Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas (pasang surut air laut); dan kedua sebagai individu spesies (Macnae,1968 dalam Supriharyono, 2000).
Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup
panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika
dan sedikit di subtropika. Luas hutan bakau indonesia antara 2,5
hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia.
Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di
seputar Dangkalan Sunda Sumatra, dan pantai barat serta selatan
Kalimantan. Di bagian timur Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul,
hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya
Papua, terutama di sekitar Teluk bintuni. Mangrove di Papua
mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau
Indonesia.
Luas dan Penyebarannya
Jenis-jenis bakau (Rhizophora spp.) biasanya tumbuh di
bagian terluar yang kerap digempur ombak. Bakau Rhizophora
apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan
bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir
berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup api-api hitam
(Avicennia alba) di zona terluar atau zona pionir ini.
Jenis dan Sebarannya
Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang
tinggi, biasa ditemui campuran bakau R. mucronata dengan jenis-jenis
kendeka (Bruguiera spp.), kaboa (Aegiceras corniculata) dan lain-lain.
Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasa ditemui
nipah (Nypa fruticans), pidada (Sonneratia caseolaris) dan bintaro
(Cerbera spp.).
Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan
nirih (Xylocarpus spp.), teruntum (Lumnitzera racemosa), dungun
(Heritiera littoralis) dan kayu buta-buta (Excoecaria agallocha).
Jenis dan Sebarannya
Aneka bentuk akar dan kelenjar garam di daun. Pohon-pohon bakau (Rhizophora spp.), yang biasanya tumbuh di
zona terluar, mengembangkan akar tunjang(stilt root). Jenis-jenis api-api (Avicennia spp.) dan pidada (Sonneratia spp.) Pohon kendeka (Bruguiera spp.) mempunyai akar lutut (knee root), Pohon-pohon nirih (Xylocarpus spp.) berakar papan yang
memanjang berkelok-kelok; Untuk mengatasi salinitas yang tinggi, api-api mengeluarkan
kelebihan garam melalui kelenjar di bawah daunnya. Rhizophora mangle, mengembangkan sistem perakaran yang
hampir tak tertembus air garam. Garam yang sempat terkandung di tubuh tumbuhan, diakumulasikan di daun tua dan akan terbuang bersama gugurnya daun.
Mampu mengatur bukaan mulut daun (stomata) dan arah hadap permukaan daun di siang hari terik, sehingga mengurangi evaporasi dari daun.
Bentuk-bentuk Adaptasi
Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat
mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari
jenis-jenis mangrove yang bersifat vivipar: yakni biji atau benihnya telah berkecambah
sebelum buahnya gugur dari pohon. Contoh yang paling dikenal barangkali adalah
perkecambahan buah-buah bakau (Rhizophora), tengar (Ceriops) atau kendeka
(Bruguiera). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang
serupa tombak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh,
buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air
pasang, tersangkut dan tumbuh pada bagian lain dari hutan. Buah nipah (Nypa fruticans)
telah muncul pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah api-
api, kaboa (Aegiceras), jeruju (Acanthus) dan beberapa lainnya telah pula berkecambah
di pohon, meski tak nampak dari sebelah luarnya.
Perkembangbiakan
1. Jenis tanah.
Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa
sangat berbeda. Yang paling umum adalah hutan bakau tumbuh di
atas lumpur tanah liat bercampur dengan bahan organik.
Substrat yang lain adalah lumpur dengan kandungan pasir yang
tinggi, atau bahkan dominan pecahan karang, di pantai-pantai yang
berdekatan dengan terumbu karang.
Sifat fisik lingkungan
2. Terpaan ombak
Bagian luar atau bagian depan hutan bakau yang berhadapan
dengan laut terbuka sering harus mengalami terpaan ombak yang
keras dan aliran air yang kuat. Tidak seperti bagian dalamnya yang
lebih tenang. Yang agak serupa adalah bagian-bagian hutan yang
berhadapan langsung dengan aliran air sungai, yakni yang terletak di
tepi sungai.
Sifat fisik lingkungan
3. Penggenangan oleh air pasang
Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang
paling lama dibandingkan bagian yang lainnya, bahkan terkadang
terus menerus terendam. Pada pihak lain, bagian-bagian di
pedalaman hutan mungkin hanya terendam air laut manakala terjadi
pasang tertinggi sekali dua kali dalam sebulan.
Menghadapi variasi-variasi kondisi lingkungan seperti ini,
secara alami terbentuk zonasi vegetasi mangrove; yang biasanya
berlapis-lapis mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut,
hingga ke pedalaman yang relatif kering.
Sifat fisik lingkungan
Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam yang memberikan banyak
keuntungan bagi manusia, berjasa untuk produktivitasnya yang tinggi serta
kemampuannya memelihara alam. Mangrove banyak memberikan fungsi ekologis
dan karena itulah mangrove menjadi salah satu produsen utama perikanan laut.
Mangrove memproduksi nutrien yang dapat menyuburkan perairan laut, mangrove
membantu dalam perputaran karbon, nitrogen dan sulfur, serta perairan mengrove
kaya akan nutrien baik nutrien organik maupun anorganik. Dengan rata-rata
produksi primer yang tinggi mangrove dapat menjaga keberlangsungan populasi
ikan, kerang dan lainnya. Mangrove menyediakan tempat perkembangbiakan dan
pembesaran bagi beberapa spesies hewan khususnya udang, sehingga biasa
disebut “tidak ada mangrove tidak ada udang” (Macnae,1968).
Fungsi dan Peranan Mangrove
Fungsi dan Peranan Mangrove Mangrove membantu dalam pengembangan dalam bidang sosial dan ekonomi
masyarakat sekitar pantai dengan mensuplai benih untuk industri perikanan. Selain itu
telah diketemukan bahwa tumbuhan mangrove mampu mengontrol aktivitas nyamuk,
karena ekstrak yang dikeluarkan oleh tumbuhan mangrove mampu membunuh larva
dari nyamuk Aedes aegypti (Thangam and Kathiresan,1989). Itulah fungsi dari hutan
mangrove yang ada di India, fungsi fungsi tersebut tidak jauh berbeda dengan fungsi
yang ada di indonesia baik secara fisika kimia, biologi, maupun secara ekonomis.
Secara biologi fungsi dari pada hutan mangrove antara lain sebagai daerah asuhan
(nursery ground) bagi biota yang hidup pada ekosisitem mengrove, fungsi yang lain
sebagai daerah mencari makan (feeding ground) karena mangrove merupakan
produsen primer yang mampu menghasilkan sejumlah besar detritus dari daun dan
dahan pohon mangrove dimana dari sana tersedia banyak makanan bagi biota-biota
yang mencari makan pada ekosistem mangrove tersebut, dan fungsi yang ketiga
adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground) bagi ikan-ikan tertentu agar
terlindungi dari ikan predator, sekaligus mencari lingkungan yang optimal untuk
memisah dan membesarkan anaknya. Selain itupun merupakan pemasok larva
udang, ikan dan biota lainnya. (Claridge dan Burnett,1993)
Secara fisik mangrove berfungsi dalam peredam angin badai dan gelombang,
pelindung dari abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen.
Fungsi dan Peranan Mangrove
Manfaat / Fungsi Fisik :
1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil
2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3. Menahan badai/angin kencang dari laut
4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga
memungkinkan terbentuknya lahan baru.
5. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut
menjadi air daratan yang tawar
6. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2
Manfaat Ekologi
Manfaat / Fungsi Biologis :
1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan
penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan
rantai makanan.
2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang,
kepiting dan udang.
3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung
dan satwa lain.
4. Sumber plasma nutfah & sumber genetik.
5. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.
Manfaat Ekologi
Manfaat / Fungsi Ekonomis :
1. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan.
2. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil,
makanan, obat-obatan, kosmetik, dll
3. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui
pola tambak silvofishery
4. Tempat wisata, penelitian & pendidikan.
Manfaat Ekologi
Turner (1975) menyatakan bahwa disamping fungsi hutan mangrove sebagai 'waste land' juga
berfungsi sebagai kesatuan fungsi dari ekosistem estuari yang bersifat:
Sebagai daerah yang menyediakan habitat untuk ikan dan udang muda serta biota air lainnya
dalam suatu daerah dangkal yang kaya akan makanan dengan predator yang sangat jarang.
Sebagai tumbuhan halofita, mangrove merupakan pusat penghisapan zat-zat hara dari dalam
tanah, memberikan bahan organik pada ekosistem perairan. Merupakan proses yang penting
dimana tumbuhan menjadi seimbang dengan tekanan garam di akar dan mengeluarkannya.
Hutan mangrove sebagai penghasil detritus atau bahan organik dalam jumlah yang besar dan
bermanfaat bag! mikroba dan dapat langsung dimakan oleh biota yang lebih tinggi tingkat.
Pentingnya 'detritus food web' ini diakui oleh para ahli dan sangat berguna dilingkungannya.
Detritus mangrove menunjang populasi ikan setelah terbawa arus sepanjang pantai.
Berdasarkan hal tersebut diatas, hutan mangrove memegang peranan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan biota air dalam kesatuan fungsi ekosistem.
Manfaat Ekologi
Hasil Pengamatan
Sampel mangrove yang terdapat di Tanjung Lesung
Hasil Pengamatan
Jenis Species Jumlah individu jenis ke-i
Bruguiera spp. 2
Avicennia spp. 1
Sonneratia 1
Ceriops spp. 14
Tabel Pohon
Hasil Pengamatan
Jenis Species Jumlah individu
jenis ke-i
Ceriops,spp 4
Avicennia,sp
p
1
Jumlah 5
Tabel Anakan
Suhu 27oC
Salinitas 5 o/oo
pH 6
EKOSISTEM LAMUN
Ekosistem Lamun
PENGERTIAN LAMUNLamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae) (Wood et al. 1969;
MANFAAT LAMUN sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi biota perairan dan melindungi mereka dari serangan predator. Lamun juga menyokong rantai makanan dan penting dalam proses siklus nutrien serta sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi (Romimohtarto dan Juwana, 1999).
Ekosistem Lamun
Faktor –faktor yang mempengaruhi pertumbuhan padang lamun adalah perairan laut dangkal berlumpur dan berpasir, kedelaman tidak lebih dari sepuluh meter agar matahari dapat menembus, suhu antara 20-300C, kadar garam antara 25-35/mil, kecepatan arus 0,5 m/detik.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Gambar aliran energy ekosistem padang lamunAliran energi pada ekosistem padang lamun (padang zostera) relatif tinggi dikarenakan adanya proses sedimentasi, pencahayaan dan adanya pasang surut pada ekosistem padang lamun (Kiswara , 1999).
Ekosistem Lamun
Menurut (Basmi, J. 1990) Jaring-jaring padang lamun dibagi menjadi dua, yaitu:1. Rantai grassing yaitu rantai makanan oleh herbivor
yang memakan tumbuhan hidup dengan predator dan pemangsanya,
2. Rantai detritus atau rantai makanan oleh herbivor yang memakan bahan-bahan yang telah mati.
Ekosistem Lamun
Dengan rumus penutupan :
Cymodocea rotundata (13,50 %)
Cymodocea serrulata (7,62 %) Thalassia hemprichii (9,25 %)
HASIL PERHITUNGAN
EKOSISTEM KARANG
Ekosistem Karang
Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama
sumber daya pesisir dan laut utama.Terumbu karang merupakan
kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu
membentukterumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium
dan karbon. Hewan ini hidup dengan memakan berbagai
mikroorganisme yang hidup melayang di kolom perairan laut.
Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan
tertua di dunia. Untuk sampai kekondisi yang sekarang, terumbu
karang membutuhkan waktu berjuta tahun. Tergantung darijenis, dan
kondisi perairannya, terumbu karang umumnya hanya tumbuh
beberapa milimeter sajaper tahunnya. Yang ada di perairan Indonesia
saja saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam.
Terumbu Karang menjadi rumah bagi ribuan spesies makhluk hidup.
Jikarumahnya saja dalam kondisi tidak baik atau bahkan hancur, bisa
dibayangkan berapa banyakmakhluk hidup yang terancam punah.
Ekosistem Karang
Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit
kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hew an karang.
Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam
Filum Coelenterata (hewan berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut
sebagai karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan
Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa.
Satu individu karang atau disebut polip karang memiliki
ukuran yang bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1 mm hingga yang
sangat besar yaitu lebih dari 50 cm. Namun yang pada umumnya
polip karang berukuran kecil. Polip dengan ukuran besar dijumpai
pada karang yang soliter.
Ekosistem Karang
Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat penting
sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah asuhan bagi biota
laut dan sebagai sumber plasma nutfah. Terumbu karang juga
merupakan sumber makanan dan bahan baku substansi-substansi
bioaktif yang berguna dalam farmasi dan kedokteran. Selain itu
terumbu karang juga mempunyai fungsi yang tidak kalah pentingnya
yaitu sebagai pelindung pantai dari degradasi dan abrasi.
Fungsi Terumbu Karang
Beberapa Spesies Terumbu Karang di Indonesia
Acropora cervicorni
Acropora acuminata
Acropora micropthalma
Acropora millepora
Acropora palmatae
Acropora hyacinthus
Acropora echinata
Acropora humilis
Acropora cytherea
Siderastrea sidereal
1. Suhu
Menurut Nybakken (1988), pertumbuhan karang mencapai
maksimumpada suhu optimum 25-29 °C dan bertahan hidup
sampai suhu minimum 15°Cdan maksimum 36°C. Pertumbuhan
optimal terjadi di perairan yang memiliki rata-ratasuhu tahunan 23-
25°C .Suhu ekstrim yang masih dapat ditoleransi adalah36-40°C.
Faktor pembatas
2. Kecerahan dan Kedalaman
Hewan karang pembentuk terumbu membutuhkan sinar
matahari bagizooxanthellae untuk berfotosintesisMenurut Nybakken
(1988), terumbu karang tidak dapat berkembang di perairan yang
lebihdalam dari 50-70 meter. Zooxanthellae sebagai alga simbiotik
yang memerlukancahaya matahari sehingga terjadi sedikit
pertumbuhan di bawah kedalaman 46 meter dan di bawah
kedalaman 90 meter terumbu karang sudah sangat jarang.
Faktor pembatas
3. Salinitas
Salinitas rata-rata di daerah tropis adalah 35 ‰ dimana masih
beradapada kisaran optimum untuk pertumbuhan karang yaitu 34-
36‰ (Hill, Jos and Clive Wilkinson. 2004).Nybakken (1988)
menyatakan bahwa toleransi organisme karangterhadap salinitas
berkisar antara 32-35‰.
Faktor pembatas
4. pH
Derajat keasaman menunjukkan aktivitas ion H+ dalam air.
MenurutTomascik (1997), habitat yang cocok bagi pertumbuhan
karang memiliki kisaranpH 8,2-8,5.
5.Pergerakan Arus
Pergerakan arus sangat diperlukan untuk tersedianya aliran
suplaimakanan (dalam bentuk jasad renik) dan suplai oksigen yang
segar, sertamenjaga agar terumbu karang terhindar dari timbunan
kotoran/endapan (Soegiarto, 1980).
Faktor pembatas
6. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan salah satu pembatas pertumbuhan
karang.Daerah yang memiliki sedimentasi yang tinggi akan sulit untuk
menjadi tempatyang baik bagi pertumbuhan karang. Tingginya
sedimentasi menyebabkanpenetrasi cahaya di air laut akan berkurang
dan hewan karang (polip) akanbekerja keras untuk membersihkan
partikel yang menutupi tubuhnya (Nybakken,1988).
Faktor pembatas
Parameter fisik dan kimia yang dikur pada saat praktikum di
Pantai Tanjung Lesung diantaranya suhu, salinitas, dan
pH.Sedangkan parameter biologi berupa petumbuhan karang dan
persen peutupan karang dihitung berdasarkan lifeform karang
tersebut.
Parameter
Transek Jenis C (%) Kesimpulan
1 CampuranKarang mati
75 Sangat rapat
2 CM 10,65 Jarang
ACB 9,63 Jarang
3 CM 17,88 Jarang
4 CS 18 Jarang
CE 19,75 Jarang
5 CM 29,63 Sedang
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
Sampel karang yang terdapat di Tanjung Lesung
Suhu perairan Tanjung Lesung berkisar anatara 28-30oC.
Salinitas pantai Tanjung Lesung adalah 30o/oo..
Faktor-faktor pembatas diatas merupakan faktor lingkungan
penentu mampu tidaknya karang tumbuh disuatu perairan.Perairan
Tanjung Lesung terdapat berbagai jenis terumbu karang yang artinya
faktor pembatas ditas tidak dilampaui sehingga karang dapat tumbuh
di perairan tersebut.Namun saat ini keberadaan terumbu karang di
pantai Tanjung Lesung terancam keberadaannya akibat pencemaran
yang dikarenkan daerah patai yang dijadikan objek
wisata.Keberadaan ekosistem terumbu karang penting karena
produktivitasnya berpengaruh besar terhadap perairan disekitarnya.
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
Ekosistem pesisir meliputi berbagai biota laut yang beragam, adanya terumbu karang dan padang lamun sebagai tempat tinggal bagi biota perairan yang juga menyokong rantai makanan, disamping itu terdapatnya ekosistem mangrove yaitu komunitas tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap salinitas karena dipengaruhi pasang surut air laut, baik terumbu karang, padang lamun, dan ekosistem mangrovememiliki peranan penting dalam kelestarian flora faunanya.
TERIMA KASIH