KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung...

175
KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA TANJUNG LESUNG DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT WAWANUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung...

Page 1: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA TANJUNG LESUNG

DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

WAWANUDIN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.
Page 3: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Pengembangan

Pariwisata Tanjung Lesung dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, 25 Juli 2013

Wawanudin

NIM H152090011

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar

IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

Page 4: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

RINGKASAN WAWANUDIN. Kajian Pengembangan Pariwisata Tanjung Lesung dalam Rangka

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI dan

BAMBANG JUANDA.

Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan dengan manfaat ganda

yang ditimbulkannya, dapat diarahkan sebagai sumber pendapatan pemerintah serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pariwisata menjadi prioritas pembangunan

di Kabupaten Pandeglang, salah satunya kawasan wisata Tanjung Lesung yang

berlokasi di Kecamatan Panimbang. Tujuan umum dari penelitian ini adalah

diperolehnya gagasan alternatif pengembangan pariwisata dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan wisata melalui (1)

Mengkaji keragaan pariwisata Tanjung Lesung khususnya pasokan komoditi dan

keterkaitan wilayah (2) Menganalisis secara deskriptif peranan pariwisata Tanjung

Lesung terhadap kesejahteraan masyarakat dengan menghitung nilai statistiknya,

menganalisis uji beda pendapatan dengan menggunakan uji beda Mann Whitney.

Selain itu dilakukan analisis deskriftif terhadap dampak dari aktivitas kepariwisataan

Tanjung Lesung selama ini pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (3)

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan per kapita masyarakat

dengan menggunakan analisis regresi OLS dan (4) Menetapkan gagasan alternatif

pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sekitar kawasan wisata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pengeluaran belanja komoditi

untuk aktivitas kepariwisataan Tanjung Lesung sebesar 4,1 milyar rupiah per tahun.

Jakarta merupakan wilayah yang mendapatkan aliran uang untuk belanja komoditi

paling besar yakni 2,5 milyar rupiah per tahun atau 62,4 persen, sementara wilayah

sekitar kawasan wisata (Kecamatan Panimbang, Desa Citeureup dan Desa

Tanjungjaya) mendapatkan lebih kecil yakni sebesar Rp. 447.115.608,- per tahun atau

10,8 persen. Belanja kelompok komoditi paling banyak untuk keperluan logistik

dengan atau 79,5 persen. Kondisi kesejahteraan masyarakat sekitar Kawasan Wisata

Tanjung Lesung saat ini berada pada tingkat kesejahteraan sedang dan tinggi. Selain

mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dilakukan pula uji statistiknya, hasilnya,

tidak terdapat perbedaan signifikan tingkat kesejahteraan kelompok responden yang

beraktivitas di Kawasan Wisata dengan yang tidak beraktivitas di Kawasan Wisata

Tanjung Lesung. Diketahui pula bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

pendapatan per kapita diantara kedua kelompok responden tersebut. Hasil analisis

regresi menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan per kapita (Y)

berdasarkan hasil penelitian ini adalah peubah tanggungan keluarga (X2) dan dummy

pekerjaan sampingan (D_Pekerj.Sampingan). Menurut persepsi responden bahwa pariwisata

Tanjung Lesung selama ini telah memberikan dampak meningkatkan perekonomian

masyarakat dan wilayah terutama pada aspek peluang usaha dan investasi,

berkontribusi terhadap terjadinya masalah sosial dan dianggap telah menjaga

kelestarian lingkungan sekitar kawasan wisata. Arah pengembangan pariwisata

ditargetkan untuk mencapai resolusi strategis dalam aspek ekonomi, sosial dan

lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Hasil

penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi stakeholder terkait pengembangan

pariwisata Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata.

Kata kunci: Pariwisata, Tanjung Lesung, Komoditi, Kesejahteraan, Pendapatan

Page 5: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

SUMMARY

WAWANUDIN. Assesment of Developing Tanjung Lesung Tourism in order to

increase society welfare. Under guidance of AKHMAD FAUZI and BAMBANG

JUANDA.

Tourism as one of the development sectors with multiple benefit can be driven

as a source of government revenue as well as a means of increasing society welfare.

One of the tourism priorities is Tanjung Lesung area which is located in Panimbang

Sub District, Pandeglang District. The general objectives of the study was to get an

alternative idea in developing tourism in order to increase society welfare through: (1)

assesment of Tanjung Lesung tourism figure, especially commodity suppy and

regional linkage using descriptive analysis, (2) analyzing the role of Tanjung Lesung

tourism in society welfare using descriptive analysis and statistic value, analyzing

income gap using Mann Whitney. In addition, effect of Tanjung Lesung activities to

economic, social and environment aspects also done using descriptive analysis, (3)

analyzing factors that influence society per capita income using OLS regression

alanysis, and (4) deciding an alternative idea in developing Tanjung Lesung tourism

area.

The result shown that potency of commodity expenditure of Tanjung Lesung

tourism activities reach Rp. 4,1 billion annually. Jakarta is the area that got the highest

money flow for the commodity expenditure, i.e Rp. 2,5 billion annually 62,4 percent,

while other surrounding area (Panimbang Sub District, Citeureup and Tanjungjaya

Villages) got the lower of Rp. 447.115.608 annually 10,8 percent. The highest

expenditure of commodities groups was for logistic 79,5 percent. Condition of society

welfare around Tanjung Lesung Tourism Area is in level of middle and high.

Statistical test shown that there was no significant difference in level of welfare and

percapita income between groups of respondents who take activities in Tangjung

Lesung Tourism Area and who do not. Regression analysis shown that factors that

effect per capita income (Y) were family burden (X2) and dummy of side jobs

(D_pekerjaan sampingan). Respondents’ perception said that Tanjung Lesung tourism

economically had effected society and regional economy especially in business

opportunity and investation as well as social problems. So far, Tanjung Lesung

tourism has been kept the environment. Tourism development had been targetted to

increased surrounding welfare. This research hopefully can be input of related

stakeholders in developing Tanjung Lesung tourism as Special Economic Zone in the

future.

Key words: tourism, Tanjung Lesung, commodity, welfare, income

Page 6: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk laporan apapun tanpa izin IPB

Page 7: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA TANJUNG LESUNG

DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

WAWANUDIN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 8: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr Ir Setia Hadi, MS

Page 9: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Judul Tesis : Kajian Pengembangan Pariwisata Tanjung Lesung dalam Rangka

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Nama : Wawanudin

NIM : H152090011

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Akhmad Fauzi, MSc

Ketua

Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS

Anggota

Diketahui Oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Perdesaan

Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

25 Juli 2013

Page 10: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.
Page 11: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian

yang dilaksanakan sejak Bulan Januari sampai Juli 2013 ini ialah kesejahteraan,

dengan judul Kajian Pengembangan Pariwisata Tanjung Lesung dalam Rangka

Meningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Panimbang Kabupaten

Pandeglang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Akhmad Fauzi Msc

dan Bapak Prof Dr Ir Bambang Juanda MS selaku pembimbing yang telah bersedia

mencurahkan waktu, pemikiran serta sabar memberi pengarahan dan masukkan bagi

kelengkapan penulisan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof Dr Ir

Bambang Juanda, MS sebagai ketua program studi PWD, Ibu Dr Ir Eka Intan Kumala

Putri, MS sebagai sekretaris program studi PWD dan Dr Ir Setia Hadi, MS sebagai

penguji luar komisi yang memberi masukan bagi kelengkapan penulisan ini. Terima

kasih penulis sampaikan pula kepada Mbak Puput dan Mbak Nisa selaku staf program

studi PWD yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian penelitan ini. Terima

kasih penulis kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, terutama kepada:

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata, Kepala Dinas Pendapatan Daerah, Camat Panimbang, Kepala Desa

Citeuruep, Kepala Desa Tanjungjaya dan Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten

Pandeglang. Penulis mengucapkan terima kasih pula kepada pihak pengelola

Kawasan Wisata Tanjung Lesung khususnya kepada Ibu Ria dan Bapak Safruddin

atas nama PT. BWJ dan semua General Manager (GM) operator wisata di Tanjung

Lesung khususnya kepada Bapak Benny Zola, Ibu Sofi, Bapak Rizal, Bapak Weweng,

Ibu Lia dan Bapak Abdul Fatah serta pihak lain yang telah bekerjasama dalam

penelitian ini.

Penulis persembahkan karya ilmiah ini kepada Almarhumah Ibunda tercinta

Urfi dan yang penulis kasihi Istiqomatunnisa. Terima kasih kepada Abah Selamet

sekeluarga, Bang Anis sekeluarga, Teteh Itah sekeluarga, Bang Sofei, Udiet dan adik-

adik di Kalianda atas dukungan moril dan doa yang tak terbatas. Terima kasih pula

kepada Abi, Umi, Teh Iis, Dini, Oleh, Azis, Kia, Silmi dan adik-adik di Menes

Pandeglang atas segala bimbingan dan doa yang telah diberikan. Semoga Allah SWT

senantiasa meridhoi dan memberkahi setiap langkah hidup kita. Terima kasih pula

penulis sampaikan kepada Kang Sad Dian Utomo selaku Direktrur Pattiro dan teman-

teman atas segala dukungannya. Kepada keluarga dan saudaraku PWD Angkatan

2009 (Pak Firman, Pak Puji, Pak Endang, Tabrani, Ibu Hj Linda, Ibu Nina, Pak Dede,

Pak Adam, Pak Masril, Pak Alex, Pak Eni, Ibu Luh, Pak H Untung) terima kasih atas

semua sharing pengetahuannya dan kebersamaan dalam perjalanan episode hidup

yang telah kita lalui bersama semoga social capital yang kita bina tetap terjaga hingga

nanti dan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Keluarga Mahasiswa

Banten (KMB). Penulis senantiasa mendoakan untuk kesuksesan dan kelulusan

teman-teman.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 25 Juli 2013

Wawanudin

Page 12: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.
Page 13: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

DAFTAR RIWAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda Lampung Selatan pada tanggal 10 April 1976

sebagai anak ke tiga dari delapan bersaudara dari pasangan Misri Ali (Almarhum) dan

Urfi (Almarhumah).

Penulis menyelesaikan pendidikan jenjang SD di SDN 05 Kalianda Lampung

Selatan, jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Ahlus

lulus tahun 1999 di Menes Pandeglang. Penulis melanjutkan kuliah S1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Ilmu Perpustakaan dan

Informasi lulus tahun 2006.

Penulis berkesempatan menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Jurusan Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah

dan Perdesaan tahun 2009 hingga lulus atas biaya sendiri.

Penulis bekerja di Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) sejak

tahun 2005 hingga sekarang.

Page 14: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.
Page 15: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 9

Tujuan Penelitian 10

Manfaat Penelitian 10

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan dan Perencanaan Pembangunan 11

Pengembangan Pariwisata 12

Ekowisata 14

Dampak Pariwisata 18

Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pariwisata 21

Kesejahteraan Masyarakat 22

Konsep Kelembagaan 26

Penelitian Terdahulu 29

Kerangka Pemikiran 31

Hipotesis Penelitian 32

3 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian 33

Definisi Operasional 33

Metode Pengumpulan Data 35

Jenis dan Sumber Data 37

Metode Analisis:

Analisis Keragaan Pengelolaan Pariwisata

Anaslisis Deskriptif 38

Analisis Beda Tingkat Pendapatan Masyarakat

Analisis Uji Mann-Mhitney 39

Analisis Tingkat Kesejahteraan

Analisis Deskriptif 40

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Analisis Regresi Berganda 40

Implikasi Terhadap Kebijakan dan Gagasan Alternatif

Pengembangan Pariwisata Tanjung Lesung yang Mensejahterakan

Analisis Deskriptif 42

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi Goegrafis dan Wilayah Administratif Kabupaten Pandeglang 43

Perekonomian Kabupaten Pandeglang 44

Kondisi Sisial dan Budaya Daerah Kabupaten Pandeglang 46

Kondisi Potensi Pariwisata Pandeglang 47

Kondisi Alam Kecamatan Panimbang 49

Page 16: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

DAFTAR ISI (Lanjutan)

Kondisi Penduduk di Kecamatan Panimbang 51

Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kecamatan Panimbang 52

Fasilitas Pendukung Kecamatan Panimbang 52

Utilitas Publik di Kecamatan Panimbang 54

Potensi Pariwisata di Kecamatan Panimbang dan Sekitar 56

Gambaran Umum Sekitar Kawasan Tanjung Lesung 57

Potensi Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung 58

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan Pariwisata Tanjung Lesung 60

Keragaan Operator Wisata di Tangjung Lesung 64

Peran Pariwisata Tanjung Lesung Terhadap Kesejahteraan Masyarakat 75

Peresepsi Masyarakat Atas Dampak Pariwisata Tanjung Lesung

Terhadap Ekonomi, Sosial dan Lingkungan Sekitar Kawasan 78

Tingkat Kesejahteraan Masyarakat 109

Uji Beda Pendapatan 116

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan per Kapita

Rumah Tangga 117

Implikasi Terhadap Kebijakan dan Gagasan Alternatif Pengembangan

Pariwisata Tanjung Lesung yang Mensejahterakan 121

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 126

Saran 126

DAFTAR PUSTAKA 128

LAMPIRAN 132

Page 17: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

DAFTAR TABEL

1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Provinsi Banten Tahun 2008 – 2009 2

2 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Pandeglang menurut lapangan usaha

tahun 2009 - 2011 3

3 Data jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pandeglang tahun 1996 -

2012 4

4 Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pandeglang tahun 2012 5

5 Jumlah kunjungan wisatawan ke Tanjung Lesung tahun 2006 - 2012 7

6 Penerimaan sektor pariwisata dan kontribusinya terhadap PAD Kabupaten

Pandeglang tahun 2007 – 2011 8

7 Jumlah keluarga menurut tahap kesejahteraan dan desa di Kecamatan

Panimbang tahun 2010 9

8 Dampak pariwisata terhadap masyarakat dan budaya 20

9 Angka penduduk miskin dan garis kemiskinan Kabupaten Padeglang tahun

2007 - 2012 23

10 Sebaran lokasi sampel responden yang beraktivitas di pariwisata dan tidak

beraktivtis di pariwisata Tanjung Lesung 36

11 Jumlah responden masyarakat dan operator wisata di Tanjung Lesung 37

12 Matrik tujuan, metode, data dan sumber data dalam penelitian 38

13 Indikator kesejahteraan 40

14 Luas wilayah administrasi kecamatan Se-Kabupaten Pandeglang tahun 2009 43

15 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Pandeglang tahun 2006 - 2009 45

16 Struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang menurut sektor tahun 2000-

2009 45

17 Jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang tahun 2006-2011 46

18 Jumlah sekolah di Kabupaten Pandeglang tahun 2006 - 2010 47

19 Jumlah rasio murid/guru di Kabupaten Pandeglang tahun 2006 – 2010 47

20 Jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata di Pandeglang tahun 2012 48

21 Persentase jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Kecamatan Panimbang

tahun 2011 51

22 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat kesejahteraan Kecamatan Panimbang

tahun 2011 51

23 Jumlah dan jenis rumah Kecamatan Panimbang tahun 2011 52

24 Jenis pelanggan dan jumlah sambungan langsung PDAM di Kabupaten

Pandeglang tahun 2008 - 2009 55

19 Jumlah dan jenis fasilitas perdagangan dan jasa Kecamatan Panimbang tahun

2011 56

20 Jumlah dan jenis lembaga keuangan Kecamatan Panimbang tahun 2011 56

21 Jumlah fasilitas pendidikan Kecamatan Panimbang tahun 2011 58

22 Jumlah fasilitas kesehatan Kecamatan Panimbang tahun 2011 58

23 Penggunaan penerangan kelistrikan Kecamatan Panimbang tahun 2011 60

24 Jenis pelanggan dan jumlah sambungan langsung PDAM di Kabupaten

Pandeglang tahun 2008 - 2009 62

26 Operator dan bentuk pengelolaan pariwisata di Tanjung Lesung 62

27 Pasokan komoditi semua operator wisata di Tangjung Lesung 65

28 Jumlah tenaga kerja operator Beach Club 68

Page 18: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

DAFTAR TABEL (Lanjutan..)

29 Pasokan komoditi operator Beach Club tahun 2012 68

30 Jumlah tenaga kerja operator Hotel Bay Villas 69

31 Pasokan komoditi operator Hotel Bay Villas tahun 2013 70

32 Jumlah tenaga kerja operator Sailing Club tahun 71

33 Jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke Sailing

Club tahun 2010 – 2012 71

34 Pasokan komoditi di operator Sailing Club 72

35 Jumlah tenaga kerja operator Blue Fish 73

36 Pasokan komoditi di operator Blue Fish tahun 2012 73

37 Jumlah tenaga kerja operator wisata Villa Kalicaa 74

38 Pasokan komoditi di operator Villa Calicaa tahun 2012 75

39 Umur responden yang beraktivitas di pariwisata dan yang tidak beraktivitas di

pariwisata Tanjung Lesung 76

40 Kondisi pendidikan responden yang beraktivitas di pariwisata dan yang tidak

beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung 77

41 Jumlah tanggungan keluarga responden yang beraktivitas di pariwisata dan

tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung 78

42 Persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung Lesung dalam

menigkatkan pendapatan untuk membiayai keperluan dasar 78

43 Persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung Lesung dalam

meningkatkan peluang usaha bagi masyarakat setempat 81

44 Persepsi masyarakat tentang pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan

dampak menyerap tenaga kerja lokal 84

45 Persepsi masyarakat tentang dampak pariwisata Tanjung Lesung terhadap

meningkatkan investasi di wilayah 86

46 Rencana alokasi trayek di Kecamatan Panimbang 91

47 Persepsi masyarakat tentang dampak pengembangan Kawasan Tanjung Lesung

terhadap penggusuran lahan 92

48 Persepsi masyarakat mengenai dampak pariwisata Tanjung Lesung terhadap

perubahan pola hidup masyarakat sekitar 94

49 Persepsi masyarakat mengenai dampak pariwisata Tanjung Lesung terhadap

pergeseran budaya masyarakat setempat 96

50 Persepsi masyarakat mengenai dampak pariwisata Tanjung Lesung terhadap

meningkatnya kriminalitas 99

51 Persepsi masyarakat mengenai dampak pengembangan Tanjung Lesung

terhadap rusaknya kondisi lingkungan sekitar kawasan wisata 101

52 Persepsi masyarakat mengenai dampak pengembangan Tanjung Lesung

terhadap kerusakan fungsi lahan sekitar kawasan wisata 103

53 Persepsi masyarakat mengenai pengembangan Tanjung Lesung telah menjaga

kelestarian pohon 106

54 Persepsi masyarakat mengenai pengembangan Tanjung Lesung berdampak

mencemari lingkungan sekitar kawasan wisata 107

Page 19: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

DAFTAR TABEL (Lanjutan..)

55 Indikator pendapatan rumah tangga yang beraktivitas di pariwisata dengan

rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung 110

56 Distribusi tingkat pendidikan rumah tangga yang beraktivitas di pariwisata

dengan rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung 111

57 Distribusi tingkat kesehatan rumah tangga yang beraktivitas di pariwisata

dengan rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung 112

58 Distribusi kondisi tempat tinggal rumah tangga yang beraktivitas di pariwisata

dengan rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung 113

59 Distribusi fasilitas tempat tinggal rumah tangga yang beraktivitas di pariwisata

dengan rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung 115

60 Distribusi tingkat kesejahteran rumah tangga yang beraktivitas di pariwisata

dengan rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung 116

61 Hasil analisis uji beda pendapatan keluarga responden yang beraktivitas dan

tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung 117

62 Hasil analisis data dari peubah yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga

yang beraktivitas di pariwisata dan tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung

Lesung 118

63 Rencana aksi daerah Kabupaten Pandeglang pembangunan di kawasan

penyangga (buffer zone) sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung 122

Page 20: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

DAFTAR GAMBAR

1 Tren kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pandeglang tahun 1996 - 2012 5

2 Tren kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pandeglang tahun 2012 6

3 Diagram alir kerangka pikir penelitian 31

4 Peta lokasi dan sebaran sampel di Desa Tanjungjaya dan Citeurep Kecamatan

Panimbang 36

5 Kondisi land use Kawasan Tanjung 61

6 Lahan di dalam Kawasan Tanjung Lesung yang dimanfaatkan masyarakat 63

7 Area berdagang Pantai Bodur di dalam Kawasan Tanjung Lesung 64

8 Sumber dan persentase nilai pasokan komoditi Pariwisata Tanjung Lesung

dari wilayah 66

9 Persentase persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung Lesung

dalam menigkatkan pendapatan untuk membiayai keperluan dasar 79

10 Persentase persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung Lesung

dalam meningkatkan peluang usaha masyarakat setempat 81

11 Persentase persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung Lesung

telah memberikan dampak menyerap tenaga kerja lokal 84

12 Persentase persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung Lesung

dalam meningkatkan investasi di wilayah 87

13 Gedung sekolah SMK Karya Wisata dan Asyifa di Desa Cikadu 87

14 Home stay di Kampung Cipanon sekitar jalan menuju Kawasan Tanjung

Lesung 88

15 Persentase persepsi masyarakat tentang dampak pengembangan Kawasan

Tanjung Lesung terhadap penggusuran lahan 92

16 Persentase persepsi masyarakat mengenai dampak pengembangan Kawasan

Tanjung Lesung terhadap perubahan pola hidup masyarakat sekitar 94

17 Persentase persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung Lesung

pada pergeseran budaya masyarakat setempat 97

18 Persentase persepsi masyarakat mengenai dampak pariwisata Tanjung Lesung

terhadap meningkatnya kriminalitas 99

19 Persentase persepsi masyarakat mengenai dampak pariwisata Tanjung Lesung

terhadap rusaknya kondisi lingkungan sekitar kawasan wisata 101

20 Persentase persepsi masyarakat mengenai dampak pariwisata Tanjung Lesung

terhadap kerusakan fungsi lahan sekitar kawasan wisata 104

21 Persentase persepsi masyarakat mengenai pengembangan pariwisata Tanjung

Lesung telah menjaga kelestarian pohon 106

22 Persentase persepsi masyarakat mengenai pengembangan pariwisata Tanjung

Lesung telah menimbulkan pencemaran 107

Page 21: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta wilayah administrasi Kabupaten Pandeglang 132

2 Daftar perbandingan harga komoditi sayuran antara harga di supermarket

dengan harga di pasar lokal Citeuruep dan Panimbang 133

3 Daftar purchasing kelompok komoditi logistik pada operator wisata Beach

Club - Tanjung Lesung per tahun 2012 (sampel 1) 134

4 Daftar purchasing kelompok komoditi atraksi pada operator wisata Beach

Club - Tanjung Lesung per tahun 2012 (sampel 1) 137

5 Daftar purchasing kelompok komoditi logistik pada operator wisata Blue

Fish - Tanjung Lesung data bulan Februari tahun 2012 (sampel 2) 138

6 Daftar purchasing kelompok komoditi akomodasi pada operator wisata Blue

Fish - Tanjung Lesung data bulan Februari tahun 2012 (sampel 2) 139

7 Daftar purchasing kelompok komoditi atraksi pada operator wisata Blue Fish

- Tanjung Lesung data bulan Februari tahun 2012 (sampel 2) 140

8 Hasil analisis uji beda pendapatan per kapita menggunakan Fisher's Exact

Test pada responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di pariwisata

Tanjung Lesung 141

9 Hasil analisis uji beda tingkat pendidikan keluarga menggunakan Fisher's

Exact Test pada responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di

pariwisata Tanjung Lesung 142

10 Hasil analisis uji beda tingkat kesehatan keluarga menggunakan Fisher's

Exact Test pada responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di

pariwisata Tanjung Lesung 142

11 Hasil analisis uji beda kondisi rumah menggunakan Fisher's Exact Test pada

responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung

Lesung 143

12 Hasil analisis uji beda fasilitas rumah menggunakan Fisher's Exact Test pada

responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung

Lesung 143

13 Karakteristik responden yang beraktivitas di kawasan wisata Tanjung Lesung

Kecamatan Panimbang 144

14 Karakteristik responden yang tidak beraktivitas di kawasan wisata Tanjung

Lesung Kecamatan Panimbang 145

15 Indikator pengukuran tingkat kesejahteraan rumah tangga yang beraktivitas di

kawasan wisata Tanjung Lesung 146

16 Indikator pengukuran tingkat kesejahteraan rumah tangga yang tidak

beraktivitas di kawasan wisata Tanjung Lesung 147

17 Hasil analisis perbedaan pendapatan responden yang beraktivitas dan tidak

beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung dengan analisis uji Mann-Whitney 148

18 Hasil analisis regresi linier berganda pada responden yang beraktivitas dan

tidak berkativitas di pariwisata Tanjung Lesung Kecamatan Panimbang 149

19 Peubah-peubah yang diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda

terhadap responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di pariwisata

Tanjung Lesung Kecamatan Panimbang 152

Page 22: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.
Page 23: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,

menjelaskan bahwa tujuan kepariwisataaan antara lain adalah; meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus

kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan, dan sumber

daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta

tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan mempererat

persahabatan antar bangsa. Sumber daya pariwisata merupakan salah satu bentuk potensi sumber daya

yang dapat dikembangkan menjadi satu unit ekonomi melalui kegiatan pariwisata.

Melalui kegiatan pariwisata ini akan terjadi interaksi antara satu sektor dengan sektor

lainnya. Selanjutnya kegiatan pariwisata ini, apabila dikelola dan dikembangkan

secara profesional, maka akan dapat menciptakan efek pengganda (multiplier effect)

dalam perekonomian daerah yang bersangkutan (Ross, 1998 diacu Rompon, 2006).

Menurut Fauzi (2004), sumber daya alam merupakan faktor input dalam

kegiatan ekonomi yang juga menghasilkan output karena proses produksi. Satu hal

yang paling mendasar dari aspek ekonomi sumber daya alam adalah bagaimana

ekstraksi sumber daya alam tersebut dapat memberikan manfaat atau kesejahteraan

kepada masyarakat secara keseluruhan.

Sebagai salah satu sektor pembangunan, kepariwisataan Indonesia

merupakan penggerak perekonomian nasional memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap capaian Produk Domestik Bruto (PDB) nasional serta berpotensial untuk

memacu pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi di masa yang akan datang.

Sumber resmi Kementerian Pariwisata menyebutkan, pada tahun 2008

kepariwisataan indonesia berkontribusi terhadap PDB sebesar 153,25 triliyun atau

3,09 persen dari total PDB Indonesia (BPS, 2010). Pada tahun 2009,

kontribusinya meningkat menjadi 3,25 persen. Pertumbuhan PDB pariwisata pun

sejak tahun 2001 selalu menunjukkan angka pertumbuhan yang lebih tinggi

dibandingkan PDB nasional. Walaupun masih menunjukkan angka sementara,

pada tahun 2009 pertumbuhan PDB pariwisata mencapai 8,18 persen, sedangkan

PDB nasional hanya 4,37 persen. Pada tahun yang sama, devisa dari pariwisata

merupakan kontributor terbesar ketiga devisa negara, setelah minyak dan gas

bumi serta minyak kelapa sawit. Peringkat ini menunjukkan kecenderungan yang

terus meningkat sejak tahun 2006 yang hanya menempati peringkat ke-6 dari 11

komoditi sumber devisa negara.

Dampak ekonomi pariwisata 2010 terhadap produksi barang dan jasa

secara nasional mencapai 4,73 persen, kontribusi terhadap PDB sebesar 4,06

persen, sedangkan terhadap tenaga kerja secara nasional sebesar 6,87 persen. Pada

tahun 2010 sektor pariwisata menciptakan lapangan kerja bagi 7,43 juta orang

(Wardiatmo, 2012).

Berdasarkan data resmi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (2012)

jumlah total wisatawan manca negara yang berkunjung ke Indonesia melalui

semua pintu masuk di tahun 2010 sebanyak 7.002.944 orang dan tahun 2011

sebanyak 7.649.733 orang, jumlah ini meningkat 9,14 persen.

Page 24: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

2

Daerah sesuai dengan hak otonominya, diharapkan untuk mengembangkan

potensi destinasi dan ragam wisatanya, sehingga sektor pariwisata dapat

memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Di Provinsi Banten, kunjungan wisatawan baik manca negara maupun

nusantara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPS

Propinsi Banten tahun 2011 menyebutkan bahwa wisatawan yang berkunjung

tahun 2008 sebanyak 2.888.589 orang, di tahun 2009 meningkat menjadi

3.031.833 orang dan 3.222.763 orang di tahun 2010. Komposisi wisatawan

mayoritas berasal dari nusantara (wisnus) sebanyak 99,55 persen, sementara

wisatawan manca negara (wisman) hanya 0,45 persen. Data jumlah kunjungan

wisatawan nampak pada Table 1.

Tabel 1 Jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi Banten tahun 2008-2010

Tahun Wisatawan

Jumlah Nusantara Mancanegara

2008 2.878.000 10.589 2.888.589

2009 3.022.000 9.838 3.031.838

2010 3.202.159 20.604 3.222.763

Rataan 3.034.053 13.677 3.047.730

Sumber: BPS Provinsi Banten tahun 2011

Tingkat kunjungan wisatawan di Propinisi Banten telah memberikan

dampak terhadap meningkatnya investasi, nilai konsumsi total, upah/gaji disemua

sektor dan serapan tenaga kerja. Investasi pada sektor pariwisata tidak saja

dilakukan oleh swasta, akan tetapi termasuk juga dilakukan oleh pemerintah. Nilai

investasi yang dikeluarkan pemerintah Provinsi Banten tahun 2010 mencapai Rp.

148 milyar, terdiri atas nilai investasi berupa barang dan jasa, meliputi; bangunan

fisik, kendaraan, komputer, alat komunikasi generator, barang elektronik, mebeler

dan kegiatan pendukung lainnya.

Dampak konsumsi wisnus pada tahun 2010 mencapai Rp 5,70 triliun

sedangkan konsumsi wisman mencapai Rp 124,63 milyar. Sementara itu, total

konsumsi pemerintah untuk pariwisata mencapai Rp 75,06 milyar dan investasi

pada sektor pariwisata mencapai Rp 148,07 Milyar. Jika ditotal, belanja

pariwisata di Banten pada tahun 2010 mencapai Rp 6,04 triliun.

Pada upah/gaji baik pekerja pariwisata maupun pekerja tidak pariwisata

seperti; hotel, restoran, angkutan wisata dan jasa hiburan akan menikmati

langsung upah/gaji yang berasal dari belanja wisata. Sedangkan pekerja yang

bekerja di industri yang mendukung pariwisata seperti pertanian, industri kimia

dan lainnya juga menikmati upah/gaji yang tercipta dari belanja pariwisata. Nilai

total bruto (NTB) yang tercipta sebanyak Rp 6,04 triliun sebanyak Rp 1,60 triliun

berupa upah/gaji untuk pekerja. Nilai tersebut setara dengan 26,4 persen dari

NTB yang tercipta.

Kesempatan kerja yang tercipta dari aktivitas pariwisata, hasil perhitungan

yang dilakukan pada tahun 2009, konsumsi wisatawan di wilayah Banten telah

mendorong terciptanya kesempatan kerja untuk 123.416 orang. Tahun 2010

kesempatan kerja tersebut meningkat menjadi 155.187 orang yang tidak hanya

Page 25: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

3

didorong oleh konsumsi wisatawan akan tetapi juga oleh konsumsi pemerintah

dan investasi pariwisata

Melalui pengembangan pariwisata banyak keuntungan dapat diperoleh,

namun semua berpulang kepada kesiapan daerah masing-masing dalam upaya

mengembangkan daerahnya menjadi salah satu daerah pariwisata. Ada beberapa

kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan pariwisata yaitu; promosi,

peningkatan mutu pelayanan dan produk wisata, pengembangan kawasan-

kawasan pariwisata dan produk-produk baru serta dan peningkatan kualitas

sumber daya manusia dibidang kepariwisataan serta kampanye nasional yang

berkesinambungan (Karyono, 1997).

Kehadiran pariwisata pada dasarnya dapat membuka peluang kerja bagi

masyarakat. Lebih lanjut Karyono (1997) menjelaskan, dalam menjalankan usaha

yang tumbuh dibutuhkan tenaga kerja. Semakin banyak wisatawan yang

berkunjung makin banyak pula jenis usaha yang tumbuh sehingga makin luas pula

lapangan kerja yang tercipta, baik yang langsung maupun yang tidak langsung

berhubungan dengan pariwisata. Dengan demikian, pariwisata mempunyai potensi

besar dalam menyediakan lapangan kerja.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dirumuskan dalam

visi dan misi Pemerintah Kabupaten Pandeglang sebagai landasan kebijakan

pembangunan ke depan. Sebagaimana dijelaskan dalam dokumen RPJMD

Kabupaten Pandeglang tentang Visi Kabupaten Pandeglang periode 2011-2016

adalah “Kabupaten Pandeglang sebagai daerah mandiri dan berkembang dibidang

agribisnis dan pariwisata berbasis pembangunan perdesaan”. Penjelasan dari Visi

Kabupaten Pandeglang khususnya pada bidang pariwisata yakni mewujudkan

kemandirian dan perkembangan dibidang pariwisata. Sebagai pusat kegiatan

pariwisata dapat diartikan bahwa Kabupaten Pandeglang akan menjadikan

pariwisata sebagai sektor pendukung bagi peningkatan perekonomian daerah.

Konstruksi PRDB Kabupaten Pandeglang sektor pariwisata memberikan

share yang cukup signifikan, sebagaimana diuraikan pada Table 2.

Tabel 2 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Pandeglang menurut lapangan

usaha tahun 2009 – 2011

LAPANGAN USAHA PDRB ADHB (jutaan rupiah)

Rataan persen 2009 2010 2011

Pertanian 2.300.011,38 2.684.794,53 2.778.830,91 2.587.878,94 30,11

Pertambangan & Penggalian 16.204,94 11.839,90 10.259,04 12.767,96 0,15 Industri Pengolahan 818.031,93 881.858,24 975.445,12 891.778,43 10,38

Listrik, Gas dan Air Bersih 55.155,15 208,815.29 296.445,12 186.805,19 2,17

Bangunan 367.247,97 465.071,10 530.166,31 454.161,79 5,28

Perdangan, Hotel dan Restoran

1.774.247,97 1.967030,66 2.211.366,32 1.984.214,98 23,08

Pengangkutan dan

Komunikasi 595.449,03 666.131.34 741.149,83 667.576,73 7,77

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

441.173,25 514.022,69 563.125,53 506.107,16 5,89

Jasa-jasa 1.105.046,17 1.294.937,08 1.512.036,24 1.304.006,50 15,17 Jumlah 7.472.567,79 8.694.500,83 9.618.824,42 8.595.297,68 100

Sumber: BPS Kabupaten Pandeglang tahun 2010 - 2012

Berdasarkan Tabel 2, kontribusi pariwisata terhadap PDRB Kabupaten

Pandeglang periode 2009 – 2011 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010

struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang masih didominasi oleh sektor

Page 26: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

4

pertanian, dengan share sebesar Rp. 2.553,805 juta atau 30,32 persen. Kemudian

diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan sumbangan sebesar Rp.

1.978,450 juta atau 23,49 persen. Sektor jasa‐jasa dan sektor industri pengolahan

berada pada urutan berikutnya dengan kontribusi masing-masing sebesar 14,45

persen dan 10,47 persen terhadap total PDRB Kabupaten Pandeglang.

Jika penentuan share sektor pariwisata didekati dengan menjumlahkan

nilai tambah bruto PDRB dari sub-sektor hotel, restoran sub sektor hiburan dan

rekreasi berdasarkan harga konstan tahun 2000, maka nilai 23,49 persen pada

sektor perdagangan, hotel dan restoran (pariwisata) akan terkoreksi lebih rendah

menjadi 7,3 persen.

Dilihat dari tren kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pandeglang

mengalami fluktuasi, namun cenderung meningkat. Berdasarkan data dari Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang tahun 2013, tercatat jumlah

kunjungan sejak tahun 1995 – 2012, diuraikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Data jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pandeglang Tahun

1996 – 2012

Tahun Wisman

Wisnus Jumlah

1995 16.713 1.495.849 1.512.562

1996 56.291 1.665.952 1.722.243

1997 62.380 1.777.542 1.839.922

1998 2.477 1.066.586 1.069.063

1999 1.165 299.204 300.369

2000 13.336 479.181 492.517

2001 26.670 546.862 573.532

2002 48.725 588.670 637.395

2003 56.787 722.309 779.096

2004 5.137 480.631 485.768

2005 1.949 431.150 433.099

2006 1.614 717.309 718.923

2007 4.093 646.469 650.562

2008 6.190 798.586 804.776

2009 20.643 1.472.558 1.493.201

2010 15.408 1.647.549 1.662.957

2011 13.437 2.017.223 2.030.660

2012 11.837 2.410.584 2.422.421

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang tahun 2013

Page 27: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

5

16.713 1.165 56.787 1.614 11.837

1.777.542

299.204

722.309

1.647.549

2.410.584

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000Wisnus Wisman

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2013

Gambar 1 Tren kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pandeglang tahun 1996-2012

Berdasarkan Gambar 1, tren jumlah kunjungan wisnus dan wisman tahun

1997 mencapai angka 1,8 juta orang kemudian cenderung menurun hingga di

tahun 1999 mencapai angka terendah yakni hanya 300.369 orang. Pasca tahun

1999, jumlah wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Pandeglang cenderung

meningkat terutama setelah tahun 2005 hingga mencapai 2,4 juta orang tahun

2012. Terjadinya penurunan wisatawan di tahun 1999 merupakan pengaruh dari

kondisi perekonomian makro Indonesia yang tengah mengalami krisis moneter

serta kejadian bencana alam seperti gempa dan aktivitas Gunung Krakatau yang

sering meningkat sehingga resisten terhadap rasa kenyamanan dan keselamatan

wisatawan.

Tabel 4 Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pandeglang tahun 2012

Bulan Wisman Wisnus Jumlah

Januari 5.235 171.560 176.795

Februari 274 140.837 141.111

Maret 416 150.837 151.253

April 392 136.014 136.406

Mei 504 166.554 167.058

Juni 701 201.240 201.941

Juli 616 181.161 181.777

Agustus 1.574 369.814 371.388

September 786 246.892 247.678

Oktober 466 153.702 154.168

November 427 157.946 158.373

Desember 446 334.034 334.480

Jumlah 11.837 2.410.591 2.422.428

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang tahun 2013

Page 28: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

6

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

Wisnus

Wisman

Tabel 4 di atas menjelaskan bahwa kunjungan wisatawan terutama wisnus

ke Kabupaten Pandeglang bila dilihat dari pola waktunya, tidak terjadi sepanjang

bulan selalu ramai, atau pun sebaliknya. Tingkat kunjungan puncaknya terjadi

pada bulan Juli hingga Agustus dan Desember. Dilihat dari trennya kunjungan

wisatawan amat dipengaruhi oleh musim liburan panjang, seperti liburan sekolah,

hari raya dan akhir tahun. Tren kunjungan wisatawan menurut bulannya di tahun

2012 dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2013

Gambar 2 Tren kunjungan wisatawan ke Kabupaten Pandeglang tahun 2012

Potensi pariwisata di Kabupaten Pandeglang tersebar di beberapa wilayah

kecamatan dengan jumlah potensi yang cukup banyak yakni 214 objek wisata,

namun yang telah dimafaatkan sebagai destinasi wisata baru 18 titik (Dinarsih,

2012). Beberapa objek yang ada dan berpontesi untuk dikembangkan diantaranya

(a) Pariwisata pantai, pasir dan laut (contoh: Pantai Carita, Pantai Tanjung Lesung

dan Pulau Liwungan). (b) Pariwisata sejarah, ziarah, atraksi budaya dan wisata

kota (contoh: Batu Qur‟an, Penziarahan Cikadueun) (c) Agrowisata (contoh:

Agrowisata Akarsari dan Agrowisata Cihunjuran) (d) Ekowisata dan edutourism

(contoh: taman rekreasi Tamansari, bumi perkemahan Perhutani)

Terkait dengan pengembangan kawasan pariwisata, Pemerintah Kabupaten

Pandeglang melalui Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 26 Tahun 2010 tentang

Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Kabupaten Pandeglang, menetapkan

Kawasan Panimbang sebagai kawasan cepat tumbuh dengan potensi pariwisata.

Salah satu objek pariwisata yang ada di Kecamatan Panimbang adalah

wisata bahari di Kawasan Tanjung Lesung. Kawasan pariwisata Tanjung Lesung

merupakan kawasan khusus dan telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor

2 Tahun 2002 tentang Rencana Pengembangan Pariwisata Tanjung Lesung.

Tujuan dari rencana pengembangan kawasan pariwisata Tanjung Lesung adalah

memberikan arahan pengembangan agar semua kawasan investasi dapat

terjangkau oleh infrastruktur kawasan dengan sasaran pengembangan, meliputi;

(i) Tertatanya kawasan yang berfungsi lindung dan budidaya (ii) Tertatanya

sistem transportasi (iii) Tertatanya sarana dan prasarana fasilitas ekonomi, sosial

dan budaya dan (iv) Tertatanya pemukiman penduduk pedesaan. Mekanisme

pengolaan kawasan pariwisata bersifat terpadu dengan melibatkan beberapa

Page 29: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

7

investor yang mengelola kawasan wisata tanjung lesung yakni PT. Banten West

Java dengan luas 1.500 ha, PT. Pradita Prima dengan luas 200 ha, PT. Rumpun

Bambu 30 ha, PT. Andalan Bhakti 100 ha, PT. Bina Pusaka 150 ha, PT. Catur

Karyasa 50 ha, PT. Kalapa Koneng 50 ha, dan PT. Syafira Amalia 270 ha, dengan

lokasi di Kecamatan Panimbang dan Cigeulis yang memiliki jarak tempuh dari

ibu kota Jakarta sepanjang 160 km.

Kawasan Tanjung Lesung memiliki potensi yang sangat menarik dan

potensial dimanfaatkan untuk pengembangan daerah. Pantai Tanjung Lesung

memiliki luas 1500 ha. dengan keistimewaan berupa pasir putih yang lembut,

sepoi-sepoi dengan ombak tidak terlalu besar, aman untuk bermain jet ski,

berperahu maupun memancing. Tanjung Lesung memiliki panjang pantai

mencapai 15 km. wisatawan dapat memanfaatkan untuk aktivitas berjemur,

football pantai, volleyball, bermain pasir dan off road.

Terdapat pula Tanjung Lesung Bay Villass hotel dan resort yang

menyediakan fasilitas 61 cottage yang berkonsep tradisional ala sunda. Kegiatan

yang dapat dinikmati wisatawan meliputi: spa, diving, kayak laut, perahu pedal,

bersepeda, memancing, jet ski, berlayar, jalan kaki, berkuda, bermain teknis, volly

pantai, kegiatan ekowisata, off road, lapangan golf, ruang rapat dan pusat

pelatihan.

Mengacu pada data wisatawan baik dari mancanegara maupun nusantara

yang berkunjung ke kawasan wisata Tanjung Lesung sejak tahun 2006 - 2012,

secara angka mengalami fluktuasi, hal ini tampak pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah kunjungan wisatawan ke Tanjung Lesung Kecamatan Panimbang

tahun 2006 – 2012

Bulan Tahun 2006 - 2012

Rataan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Januari 2.851 2.896 2.921 5.720 5.232 6.476 10.215 5.187

Februari 4.451 4.643 3.004 1.255 5.307 4.181 3.869 3.816

Maret 7.385 6.587 5.189 3.195 3.766 3.712 6.450 5.183

April 10.265 8,788 2.888 3.380 5.255 4.556 5.954 5.869

Mei 12.923 11.230 5.174 4.094 7.269 5.157 7.538 7.626

Juni 14.989 13.960 3.894 5.771 6.457 7.369 8.967 8.772

Juli 17.554 17.695 6.884 8.949 8.101 8.545 9.073 10.972

Agustus 20.775 22.161 6.791 6.578 4.255 9.598 26.919 13.868

September 22.882 24.764 2.335 14.145 19.512 23.522 9.105 16.609

Oktober 26.804 28.746 13.858 3.670 7.043 6.817 8.004 13.563

November 28.976 32.224 3.534 3.049 2.024 4.878 9.358 12.006

Desember 31.433 38.233 6.983 9.637 7.397 12.560 18.723 17.852

Jumlah 203.294 213.934 65.463 71.452 81.618 97.371 124.175 122.472

Sumber: PT Banten West Java tahun 2012

Data pada Tabel 5 di atas menunjukan jumlah kunjungan wisata ke

Tanjung Lesung sempat mengalami penurunan yang sangat signifikan pada tahun

2008 – 2009 dengan jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 65.463 dan 71.452

orang dibandingkan dengan tahun 2006 dan 2007 mencapai 203.294 dan 213.994

orang. Secara perlahan setiap tahun kunjungan wisatawan mengalami

peningkatan, hingga tahun 2012 mencapai 122.472 orang.

Kondisi menurunnya jumlah kunjungan pariwisata di Tanjung Lesung

diperlukan strategi yang efektif untuk menarik kembali animo wisatawan agar

Page 30: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

8

berkunjung ke Tanjung Lesung, mengingat sumber daya dan potensi pariwisata di

kawasan ini sangat banyak dan indah sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW).

Dalam rangka mencapai tujuan pengembangan tersebut maka diperlukan

kebijakan pengembangan pariwisata terpadu yang menjamin keberlanjutan

pembangunan pariwisata di Kabupaten Pandeglang. Pemerintah daerah Kabupaten

Pandeglang telah menempuh stategi pengembangan dengan telah keluarnya

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung. Menurut PP ini, kawasan ekonomi

khusus dimaksud terdiri atas satu zona pariwisata dengan kebutuhan lahan seluas

1.500 ha. yang terletak di Kecamatan Panimbang. Ditetapkannya KEK pariwisata

Tanjung Lesung akan sangat potensial bagi perkembangan industri pariwisata di

Kabupaten Pandeglang.

Namun demikian KEK Pariwisata Tanjung Lesung sebagai cikal bakal

pertumbuhan industri pariwisata di Kabupaten Pandeglang khususnya, harus

mendapat perhatian dari pemerintah daerah dan seluruh stakeholders yang terlibat

agar dapat berbanding lurus memberikan kontribusi meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan pelestarian lingkungan.

Sebagaimana harapan pengembangan sektor pariwisata adalah agar sektor

ini dapat memberikan multiplier effect bagi masyarakatnya seperti perluasan

kesempatan kerja dibidang pariwisata melalui pengembangan kawasan pariwisata

dan industri pariwisata, meningkatkan PAD, meningkatkan angka kunjungan

wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

Penerimaan pajak dan retribusi daerah Kabupaten Pandeglang sektor

pariwisata rata-rata sebesar Rp. 1.201.771 ribu atau rata-rata 3,09 persen dari

total PAD kisaran di tahun 2007 hingga 2011. Penerimaan sektor pariwisata ini

merupakan penjumlahan dari jenis pajak hotel, restoran dan hiburan, serta

retribusi ijin kepariwisataan dan ijin tempat rekreasi dan olah raga. Uraian

kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD nampak pada Tabel 6.

Tabel 6 Penerimaan sektor pariwisata dan kontribusinya terhadap PAD

Kabupaten Pandeglang tahun 2007 – 2011

Tahun Sektor Pariwisata PAD Pandeglang Pariwisata

thd PAD Rp (000) Perubahan Rp (000) Perubahan

2007 1.064.155 41.863.429 2,54 %

2008 1.142.579 7,37 % 33.503.746 -19,97 % 3,41 %

2009 1.055.843 -7,59 % 31.783.224 -5,14 % 3,32 %

2010 1.213.043 14,89 % 31.855.280 0,23 % 3,81 %

2011 1.533.237 26,40 % 55.730.249 74,95 % 2,75 %

Rataan 1.201.771 10,27 % 38.947.186 12,52 % 3,09 %

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang tahun 2012

Keberadaan pariwisata Tanjung Lesung Kecamatan Panimbang selama ini

dimungkinkan telah menimbulkan dampak baik pada sosial, ekonomi, dan budaya

masyarakat sekitar. Pada aspek ekonomi dampak yang sangat erat kaitannya

adalah tingkat kesejahteraan masyarakat lokal. Pada aspek kondisi tingkat

kesejahteraan masyarakat setempat, kondisi kesejahteraan keluarga menurut data

BPS 2010 menunjukan angka pra-sejahtera di Kecamatan Panimbang sebanyak

Page 31: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

9

5.973 Kepala Keluarga (KK) atau 41,24 persen dari jumlah kepala keluarga yakni

sebanyak 14.469 KK, termasuk di dalamnya Desa Citeureup dan Tanjungjaya

yang secara langsung berdekatan dengan Kawasan Tanjung Lesung. Sementara,

kondisi keluarga pra-sejahtera di Desa Citeuruep dan Tanjungjaya masing masing

pada angka 40,97 dan 41 persen. Uraian kondisi tingkat kesejahteraan keluarga di

Kecamatan Panimbang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah keluarga menurut tahap kesejahteraan dan desa di Kecamatan

Panimbang tahun 2010

Desa Pra Sejahtera

Sejahtera Tahap I

Sejahtera Tahap II

Sejahtera Tahap III

Sejahtera III+

Jumlah

KK

Pra Sejahtera

Mekarjaya 549 184 247 179 13 1.172 46,8%

Gembong 472 348 224 174 25 1.243 37,9%

Panimbangjaya 2.070 1.414 909 606 50 5.049 41%

Mekarsari 1.205 823 529 353 30 2.940 40,9%

Citeureup 887 606 390 259 23 2.165 40,9%

Tanjung Jaya 790 539 346 234 18 1.927 41%

Jumlah 5.973 3.914 2.645 1.805 159 14.496 41,2%

Sumber Data: BPS Kecamatan Panimbang Dalam Angka tahun 2011

Rumusan Masalah

Pengembangan kawasan pariwisata sebagai penggerak untuk tercapainya

tujuan KEK Pariwisata Tanjung Lesung dan Kabupaten Pandeglang dihadapkan

beberapa persoalan, diantaranya adalah; (a) kondisi eksisting keragaan pariwisata

Tanjung Lesung masih belum banyak dipahami oleh berbagai pihak terutama

terkait input/pasokan komoditi untuk kegiatan pariwisata dilihat dari keterkaitan

antar sektor dan wilayah (b) angka keluarga pra-sejahtera di sekitar kawasan

pariwisata Tanjung Lesung masih relatif tinggi (c) masih rendahnya kontribusi

bagi pendapatan daerah dari aktivitas wisata dibandingkan dengan potensi

pariwisata di Kabupaten Pandeglang dan di kawasan wisata Tanjung Lesung (d)

terbatasnya infrastruktur dalam mendukung pengembangan pariwisata di

Kabupaten Pandeglang dan kawasan wisata Tanjung Lesung baik kuantitas dan

kualitasnya (e) belum dikembangkannya potensi pariwisata lain secara optimal, (f)

kelembagaan pengelolaan pariwisata masih belum terintegrasi antara pihak

pengelola kawasan dengan masyarakat sekitar jika dilihat dari masih terbatasnya

masyarakat yang terlibat dalam pengembangan kawasan dan pengelolaan

kepariwisataan di kawasan wisata Tanjung Lesung.

Penelitian ini mengkaji kondisi eksisting keragaan pengelolaan kawasan

pariwisata Tanjung Lesung dilihat dari aspek input komoditi untuk aktivitas

kepariwisataan, menganalisis tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan

wisata dan mengalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat

serta merumuskan gagasan alternatif pengembangan kawasan pariwisata yang

lebih mensejahterakan. Oleh karena itu menarik untuk dilakukan studi mengenai

analisis pengembangan pariwisata Tanjung Lesung dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana penjelasan di atas maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Page 32: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

10

1. Bagaimana kondisi eksisting keragaan pariwisata Tanjung Lesung

2. Bagaimana peranan pariwisata Tanjung Lesung terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan masyarakat sekitar

kawasan wisata Tanjung Lesung.

4. Bagaimana gagasan alternatif pengembangan pariwisata Tanjung Lesung

yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengkaji pengembangan pariwisata Tanjung Lesung

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan:

1. Mengkaji kondisi eksiting keragaan pariwisata Tanjung Lesung

2. Menganalisis peranan pariwisata Tanjung Lesung terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat

sekitar kawasan Tanjung Lesung.

4. Menetapkan gagasan alternatif pengembangan pariwisata Tanjung Lesung

yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Masukan kepada pihak terkait dalam perencanaan pengembangan

pariwisata dalam rangka meningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar

kawasan Tanjung Lesung.

2. Bahan masukan dan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam

menetapkan kebijakan pengembangan parisata Tanjung Lesung yang

berkelanjutan.

3. Bagi penelitian lebih lanjut tentang manfaat pengembangan kawasan

wisata bagi daerah.

Page 33: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

11

2 TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis

Pembangunan dan Perencanaan Pembangunan

Sebenarnya dalam banyak hal istilah pembangunan dan pengembangan

banyak digunakan untuk hal sama dalam bahasa inggrisnya adalah development.

Secara filosifis suatu proses pembangunan dapat diartikan sebagai “upaya yang

sistematis dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat

menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga

yang humanistik” Dengan perkatan lain proses pembangunan merupakan proses

memanusiakan manusia (Rustiadi, Saefulhakim dan Panuju, 2009) Pengembangan

adalah sesuatu yang tidak dari nol melainkan melakukan sesuatu yang sebelumnya

sudah ada namun kualitas dan kuantitasnya saja yang ditingkatkan atau diperluas

(Rustiadi dan Saefulhakim, 2007).

Menurut Todaro (2004), pembangunan merupakan suatu proses

multidimensional yang mencakup beberapa perubahan mendasar atas struktur

sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusional-institusional nasional, disamping

tetap mengejar akselarasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan

pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakekatnya pembangunan itu

harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atas perubahan sistem

sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan

keinginan individual maupun kelompok sosial di dalamnya untuk bergerak maju

menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara matrial maupun

spiritual.

Sedangkan Amarta dan Sen dalam Todaro (2004) mengungkapkan bahwa

pertumbuhan ekonomi dengan sendirinya tidak dapat sebagai tujuan akhir.

Pengembangan haruslah lebih memperhatikan peningkatan kualitas hidup yang

dijalani dan kebebasan yang dimiliki. Sen juga menyatakan bahwa kapabilitas

untuk berfungsi adalah yang paling menentukan status miskin dan tidaknya

seseorang, dimana kapabilitas adalah sebagai kebebasan yang dimiliki seseorang

dalam arti pilihan function dengan control yang dimiliki terhadap komoditi.

Nilai dasar dalam pembangunan yang paling hakiki adalah kecukupan

(sustenance), harga diri (self-esteem) dan kebebasan (freedom). Adapun tiga

tujuan inti pembangunan adalah (1) peningkatan ketersedian serta perluasan

distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup (2) peningkatan standar hidup

dan (3) perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap indvindu dan

bangsa.

Menurut Key dan Alder (1999) dalam Rustiadi dan Saefulhakim (2007)

perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin kita capai di masa

yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk

mencapainya. Proses perencanaan dilakukan dengan menguji arah pencapaian serta mengkaji berbagai ketidakpastian yang ada, mengukur kemampuan

(capability) kita untuk mencapainya.

Perencanaan pembangunan dimaksudkan untuk membangun perekonomian

suatu wilayah secara keseluruhan yang mencakup penerapan sistem pemilihan

yang rasional terhadap sejumlah bidang investasi dan kekuatan pembangunan

Page 34: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

12

lainnya yang layak. Di bawah perencanaan pembangunan pemerintah

merumuskan rencana pembangunan bagi perekonomian secara keseluruhan.

Perencanaan pembangunan ekonomi mempertimbangkan semua agregat ekonomi

yang penting perubahan total, investasi, output, pengeluaran pemerintah dan

transaksi luar negeri. Investasi negara mencakup keseluruhan sarana dan

prasarana perekonomian termasuk investasi dibidang kesehatan, pendidikan dan

pelatihan. Dalam melaksanakan rencana pemerintah tidak memaksa sektor swasta

malah memberi rangsangan melalui kebijakan moneter, fiskal dan pengawasan

langsung.

Pengembangan Pariwisata

Pariwisata diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan

untuk rekreasi, pelancongan dan turism. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

wisata didefinisikan sebagi kegiatan bepergian bersama untuk memperluas

pengetahuan, bersenang-senang dan sebagainya. Hilyana (2001) ditentukan oleh

baik buruknya lingkungan dan selanjutnya disebutkan bahwa tujuan pariwisata

pada hakikatnya adalah untuk mendapatkan rekreasi. Menciptakan kondisi wisata

yang baik maka diperlukan kegiatan pengelolaan yang dikembangkan secara

profesional. Macki et al (1986) dalam Hilyana (2001) menyatakan bahwa faktor-

faktor yang membuat kawasan menarik bagi pengunjung adalah:

1. Letaknya dekat, cukup dekat atau jauh terhadap bandara internasional atau

pusat wisata.

2. Perjalanan ke kawasan tersebut mudah dan nyaman, perlu sedikit usaha, tidak

sulit atau berbahaya.

3. Kawasan tersebut memiliki atraksi yang menonjol misalnya satwa liar yang

menarik atau khas tertentu

4. Kemudahan untuk memelihara atraksi atau satwa terjamin

5. Memiliki beberapa keistimewaan yang berbeda

6. Memiliki budaya yang menarik

7. Unik dalam penampilannya

8. Mempunyai objek rekreasi pantai, danau, sungai, air terjun, kolam renang atau

rekreasi lainnya

9. Cukup dekat dengan lokasi lain yang menarik bagi wisatawan sehingga dapat

menjadi bagian dari wisata lain

10. Sekitar kawasan memiliki pemandangan yang indah

11. Keadaan makan dan akomodasi tersedia

Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, tujuan kepariwisataan adalah untuk menciptakan multiplier

effect, meliputi adalah:

a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;

c. menghapus kemiskinan;

d. mengatasi pengangguran;

e. melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya;

f. memajukan kebudayaan;

g. mengangkat citra bangsa;

h. memupuk rasa cinta tanah air;

Page 35: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

13

i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan

j. mempererat persahabatan antarbangsa.

Pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan

diperhitungkan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak. Melihat begitu

banyaknya unsur yang berinteraksi dalam sesuatu kegiatan pariwisata serta

beratnya misi yang diembannya, maka dalam pengembangan pariwisata

diperlukan campur tangan pemerintah untuk mengantisipasi terjadinya berbagai

dampak negatif dari mekanisme pasar terhadap pembangunan daerah serta

menjaga agar pembangunan dan hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat,

khususnya pada masyarakat yang bermukim di wilayah objek pariwisata dan

tentunya melalui pengembangan pariwisata kesejahteraan masyarakat di sekitar

lokasi dapat ditingkatkan.

Pariwisata berpengaruh positif terhadap peluang usaha dan kesempatan

kerja. Peluang usaha atau kesempatan kerja tersebut terlahir adanya permintaan

wisatawan. Sehingga kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka

peluang bagi masyarakat daerah tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma,

homestay, restoran, cafe, warung, angkutan, perdagangan, sarana olahraga dan

jasa lainnya. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk berkerja sekaligus dapat meningkatkan pendapatan untuk

menunjang kehidupan rumah tangganya.

Sosial budaya juga merupakan satu aspek penunjang karakteristik suatu

kawasan wisata sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Sosial budaya dapat

memberikan ruang bagi kelestarian sumber daya alam memiliki keterkaitan yang

erat. Oleh karena itu, kemampuan melestarikan dan mengembangkan yang ada

harus menjadi perhatian pemerintah dan lapisan sosial masyarakat.

Permintaan (demand) dan Penawaran (supply) Pariwisata

Merencanakan suatu pengelolaan areal rekreasi atau pariwisata dapat

dilakukan analisis terhadap permintaan dan penawaran parawisata (Gold, 1980

dalam Hilyana, 2004). Ketersediaan rekreasi merupakan gambaran tentang ruang,

fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan, sedangkan permintaan rekreasi

merupakan gambaran tentang permintaan akan kegiatan dan prilaku rekreasi.

Konsep perencanaan wisata adalah sistem hubungan interaksi antara faktor

permintaan (demand) dan penawaran (supply). Faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan wisatawan domestik dan internasional serta penduduk lokal

diantaranya adalah atraksi wisatawan, fasilitas dan pelayanan. Sedangkan faktor-

faktor yang mempengaruhi penawaran parawisata diantaranya atraksi dan

aktivitasnya, akomodasi, pelayanan dan aktivitas lain. Atraksi wisata termasuk

atraksi alam, budaya dan pemandangan spesial serta aktivitas yang berhubungan

dengan atraksi tersebut.

Adapun bentuk-bentuk akomodasi parawisata diantaranya adalah tempat

wisatawan bermalam seperti hotel, motel, guest house dan tipe penginapan

lainnya. Tempat perbelanjaan, money changer, bank, fasilitas kesehatan dan

pelayanan. Elemen lain yang berhubungan dengan faktor penawaran termasuk

infrastruktur separti tranportasi (udara, air dan darat), jaringan air, energi listrik,

telekomunikasi dan pembuangan limbah. Elemen lainnya adalah institusi, legislasi

dan regulasi, ketersediaan dana, pemasaran dan promosi (WTO,1995 dalam

Winarno, 2004)

Page 36: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

14

Ekowisata Ekowisata Sebagai Pariwisata Berkelanjutan

Berbicara mengenai pariwisata terutama selalu identik dengan adanya hotel-

hotel berbintang di pesisir pantai yang memiliki fasilitas serba lengkap, yang dapat

memanjakan pengunjungnya ketika sedang berwisata serta jumlah wisatawan yang

banyak. Artinya yang berkembang selama ini adalah pariwisata dengan label industri

yang memanfaatkan keberadaaan sumberdaya alam untuk mendapat keuntungan

sebesar–besarnya. Dampak yang muncul dari pariwisata berbasis industri tersebut

adalah terjadi perubahan bentang alam, serta tekanan terhadap keberadaan ekosistem

setempat.

Mencermati berbagai dampak negatif terhadap lingkungan tersebut, sebagai

konsekuensinya dewasa ini telah dibangun konsep pariwisata yang lembut (soft

tourism) sebagai perlawanan terhadap pariwisata masal (mass tourism). Istilah yang

lain seperti suara lingkungan, perjalanan yang bertanggung jawab dan pariwisata

yang berkelanjutan (sustainable tourism) termasuk di dalamnya. Pariwisata

berkelanjutan merupakan jenis pariwisata yang menyenangkan orang dan alam dalam

suatu arah yang bertanggung jawab (Fennel, 1999).

Menurut Moscardo dan Kim (1990) dalam Yudasmara (2004), pariwisata

yang berkelanjutan harus memperhatikan: (1) peningkatan kesejahteraan masyarakat

lokal, (2) menjamin keadilan antar generasi dan intragenerasi, (3) melindungi

keanekaragaman biologi dan mempertahankan sistem ekologi yang ada serta (4)

menjamin integritas budaya.

Pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan memiliki kesamaan dengan

konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), sehingga

pariwisata yang berkelanjutan harus memenuhi kriteria – kriteria sebagai berikut ini

(Hadiyati et al., 2003):

1. Secara ekologis berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata tidak menimbulkan

efek negatif bagi ekosistem setempat. Konservasi pada daerah wisata harus

diupayakan secara maksimal untuk melindungi sumberdaya alam dan lingkungan

dari efek negatif kegiatan wisata.

2. Secara sosial dan kebudayan dapat diterima, yaitu mengacu pada kemampuan

penduduk lokal menyerap usaha pariwisata tanpa menimbulkan konflik sosial dan

masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan budaya turis yang berbeda sehingga

tidak merubah budaya masyarakat lokal.

3. Secara ekonomis menguntungkan, yaitu keuntungan yang diperoleh dari kegiatan

wisata yang ada dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat

setempat.

Saat ini ekowisata merupakan istilah yang telah dipergunakan secara

internasional untuk mempertegas konsep pariwisata yang berkelanjutan. Perlu diingat

bahwa ekowisata merupakan suatu konsep wisata yang menjunjung tinggi keaslian

alam dan berorientasi ekologi. Ekowisata merupakan bagian integral dari pariwisata

berkelanjutan artinya bahwa ekowisata tidak menggambarkan bagian lain dalam pasar

wisata komersial sebagaimana yang dilakukan oleh industri pariwisata, tetapi

menggambarkan suatu filosofi perjalanan yang meliputi kriteria pariwisata

berkelanjutan dengan mempromosikan/memajukan perjalanan secara harmonis dan

bertanggung jawab khususnya di alam.

Ekowisata pertama kali diperkenalkan oleh The International Ecotourism

Society (TIES) pada tahun 1991. TIES (1991) mendefenisikan ekowisata sebagai

perjalanan bertanggungjawab ke daerah-daerah yang masih alami yang dapat

mengkonservasi lingkungan dan memelihara kesejahteraan masyarakat setempat.

Page 37: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

15

Fennel (1999) mendefenisikan ekowisata sebagai wisata berbasis alam yang

berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendidikan tentang alam, dikelola

dengan sistem tertentu dan memberikan dampak negatif paling rendah pada

lingkungan, tidak bersifat konsumtif serta berorientasi lokal (dalam hal kontrol,

manfaat/keuntungan yang didapat dan skala usaha), berada dilokasi wisata alam dan

berkotribusi pada konservasi dan preservasi lokasi tersebut. Menurut Bruce et al.

(2002) ekowisata merupakan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk

menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri

kepariwisataan. Ekowisata adalah wisata yang berbasis pada memperbolehkan orang

untuk menikmati lingkungan alam dalam arah yang sesuai dengan prinsip

pembangunan berkelanjutan.

Konsep pengelolaan ekowisata tidak hanya beriorientasi pada keberlanjutan

tetapi lebih daripada itu yaitu mempertahankan nilai sumberdaya dan manusia. Agar

nilai-nilai tersebut terjaga maka pengusahaan ekowisata tidak melakukan eksploitasi

sumberdaya alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan budaya masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan fisik, pengetahuan dan psikologis pengunjung. Dengan

demikian ekowisata bukan menjual tempat (destinasi) atau kawasan melainkan

filosofi. Hal inilah yang membuat ekowisata mempunyai nilai lestari dan tidak akan

mengenal kejenuhan pasar (Yulianda, 2007).

Prinsip Ekowisata

Ekowisata dan konservasi bagaikan dua sisi uang logam yang tak dapat

dipisahkan satu dengan lainnya. Yulianda (2007) menjelaskan bahwa konsep

pengembangan ekowisata sejalan dengan misi konservasi yang mempunyai tujuan (1)

menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung system

kehidupan, (2) melindungi keanekaragaman hayati, (3) menjamin kelestarian dan

pemanfaatan spesies dan ekosistemnya dan (4) memberikan kontribusi kepada

kesejahteraan masyarakat.

Lebih lanjut menurut Yulianda (2007), konsep pengembangan ekowisata

hendaknya dilandasi pada prinsip dasar ekowisata yang meliputi :

(1) Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam

dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan

karakter alam dan budaya setempat

(2) Pendidikan konservasi lingkungan; mendidik pengunjung dan masyarakat akan

pentingnya konservasi

(3) Pendapatan langsung untuk kawasan; retribusi atau pajak konservasi

(conversation tax) dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan

(4) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan; merangsang masyarakat agar terlibat

dalam perencanaan dan pengawasan kawasan

(5) Penghasilan bagi masyarakat; masyarakat mendapat keuntungan ekonomi

sehingga terdorong untuk menjaga kelestarian kawasan

(6) Menjaga keharmonisan dengan alam; kegiatan dan pengembangan fasilitas tetap

mempertahankan keserasian dan keaslian alam

(7) Daya dukung sebagai batas pemanfaatan; daya tampung dan pengembangan

fasilitas hendaknya mempertimbangkan daya dukung lingkungan.

(8) Kontribusi pendapatan bagi Negara (pemerintah daerah dan pusat).

Ada 7 butir prinsip–prinsip ekowisata menurut Ecotourism and Sustainable

Development dalam Bahar (2004) antara lain :

Page 38: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

16

(1) Menyangkut perjalanan ke suatu tempat yang alami (involves travel to natural

destinations).

Sering tempat tersebut jauh, ada penduduk atau tidak ada penduduk, dan biasanya

lingkungan tersebut dilindungi.

(2) Meminimalkan dampak negatif (minimized negative impact)

Pariwisata menyebakan kerusakan tetapi ekowisata berusaha untuk

meminimalkan dampak negatif yang bersumber dari hotel, jalan atau infrastruktur

lainnya. Meminimalkan dampak negatif dapat dilakukan melalui pemanfaatan

material/sumberdaya setempat yang dapat didaur ulang, sumber energi yang

terbaharui, pembuangan dan pengelolaan limbah dan sampah yang aman, dan

menggunakan arsitektur yang sesuai dengan lingkungan (landscape) dan budaya

setempat, serta memberikan batas/jumlah wisatawan sesuai daya dukung objek

dan pengaturan perilakunya.

(3) Membangun kepedulian terhadap lingkungan (build environmental awareness)

Unsur paling penting dalam ekowisata adalah pendidikan, baik kepada wisatawan

maupun masyarakat penyangga objek. Sebelumnya semua pihak yang terintegrasi

dalam perjalanan wisata alam harus dibekali informasi tentang karakteristik objek

dan kode etik sehingga dampak negatif dapat diminimalkan.

(4) Memberikan beberapa manfaat finansial secara langsung kepada kegiatan

konservasi (provides direct financial benefits for conservation)

Ekowisata dapat membantu meningkatkan perlindungan lingkungan, penelitian

dan pendidikan melalui mekanisme penarikan biaya masuk dan sebagainya.

(5) Memberikan manfaat/keuntungan finansial dan pemberdayaan pada masyarakat

lokal (provides financial benefits and empowerment for local people)

Masyarakat akan merasa memiliki dan peduli kepada kawasan konservasi apabila

mereka mendapatkan manfaat yang menguntungkan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Keberadaan ekowisata disuatu kawasan harus mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (local community walfare).

Manfaat finansial dapat dimaksimalkan melalui pemberdayaan atau peningkatan

kapasitas masyarakat lokal baik dalam pendidikan, wirausaha, permodalan dan

manajemen.

Ekowisata Bahari

Terminologi ekowisata bahari akhir-akhir ini semakin popular di seluruh

dunia. Kebanyakan negara–negara yang memiliki wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil termasuk Indonesia mulai mendengungkan ekowisata bahari sebagai suatu

bentuk baru dari pariwisata yang berlawanan dengan bentuk pariwisata masal yang

tradisional dan berbasis industri. Hal ini tentu saja selain didasarkan atas tuntutan dari

para pecinta lingkungan bahwa kegiatan wisata seharusnya memperkecil dampak

negarif terhadap lingkungan melalui kegiatan konservasi, tetapi lebih dari itu adalah

bentuk kesadaran dan tanggung jawab manusia dalam memelihara keberlanjutan

sumberdaya alam.

Terminologi ekowisata bahari (marine ecotourism) merupakan

pengembangan dari wisata bahari (marine tourism). Orams, (1999) mendefenisikan

wisata bahari sebagai aktivitas rekreasi yang meliputi perjalanan jauh dari suatu

tempat tinggal menuju lingkungan laut (dimana yang dimaksud dengan lingkungan

laut sendiri adalah perairan yang bergaram dan dipengaruhi oleh pasang surut).

Secara lebih spesifik, Yulianda (2007) mendefenisikan ekowisata bahari sebagai

ekowisata yang memanfaatkan karakter sumberdaya pesisir dan laut. Sumberdaya

ekowisata terdiri dari sumberdaya alam dan manusia yang dapat diintegrasikan

Page 39: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

17

menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan wisata. Ekowisata bahari merupakan

kegiatan pesisir dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi laut.

Menurut Bruce et al. (2002), ekowisata bahari adalah ekowisata yang terdapat

di wilayah pesisir dan lingkungan laut. Aktivitas ekowisata bahari dapat berbasis

perairan (water-based), berbasis daratan (land-based) atau gabungan keduanya yang

meliputi pengamatan ikan paus, lumba-lumba, hiu, anjing laut dan hewan laut

lainnya, burung laut, selam (diving) dan snorkling, perjalanan mengamati dasar laut

dengan perahu di permukaan, berjalan kaki di pesisir dan pantai serta mengunjungi

laut lepas dan pusat kehidupan di laut.

Zonasi Kawasan Ekowisata

Sebagai upaya melindungi suatu kawasan wisata dari pengunjung wisata

maka perlu dilakukan zonasi. Hal ini untuk untuk melindungi sumberdaya maupun

memberikan keragaman pengalaman bagi pengunjung.

Zonasi merupakan pembagian kawasan berdasarkan potensi dan karakteristik

sumberdaya alam untuk kepentingan perlindungan dan pelestarian serta pemanfaatan

guna memenuhi kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Zonasi merupakan alat

yang paling umum bagi pengelolaan kawasan yang dilindungi untuk memisahkan

kawasan yang pemanfaatannya bertentangan, serta untuk pengelolaan kawasan

dengan manfaat ganda (Mac Kinnon et al. 1986 dalam Purnama, 2005). Penetapan

zonasi kawasan adalah pengelompokan areal suatu kawasan ke dalam zona-zona

sesuai dengan kondisi fisik dan fungsinya. Zonasi bertujuan untuk mengoptimalkan

fungsi ekologi dan ekonomi ekosistem suatu kawasan sehingga dapat dilakukan

pengelolaan dan pemanfaatan kawasan secara berkelanjutan.

Menurut MCRMP-DKP (2004) dalam Helmi (2007) zona merupakan suatu

kawasan yang mempunyai kemampuan dan karakteristik yang sama untuk suatu

peruntukan yang sesuai di daratan dan laut. Zonasi bertujuan untuk membagi wilayah

darat dan laut dalam kawasan yang sesuai dengan peruntukan dan kegiatan yang

bersifat saling mendukung (compatible) serta memisahkannya dari kegiatan yang

bersifat bertentangan (incompatible).

Prinsip penetapan zonasi adalah: 1) Sumberdaya alam maupun budaya

memiliki karakteristik dan toleransi tertentu untuk dapat dintervensi dan 2) Pengelola

harus dapat melakukan sesuatu untuk memelihara dan mempertahankan karakteristik

dan kemampuan tersebut untuk menjamin tercapainya tujuan pengelolaan dari

penggunaan sekarang maupun yang akan datang (Basuni 1987 dalam Purnama,

2005).

Menurut Yulianda (2007), zonasi di kawasan ekowisata bahari terbagi atas

empat bagian. Pertama, zona inti yang bertujuan melindungi satwa dan ekosistem

yang sangat rentan sehingga pengunjung dilarang untuk masuk ke dalam. Kedua,

zona khusus atau pemanfaatan terbatas dengan tujuan khusus bagi peneliti, pencinta

alam, petualang dan penyelam. Jumlah pengunjung terbatas dengan ijin dan aturan-

aturan khusus agar tidak menimbulkan gangguan terhadap ekosistem. Ketiga, zona

penyangga. Merupakan kawasan penyangga yang dibuat untuk perlindungan terhadap

zona-zona inti dan khusus. Dapat dimanfaatkan terbatas untuk ekowisata dengan

batasan minimal gangguan terhadap zona inti dan khusus. Keempat, zona

pemanfaatan. Ditujukan untuk pengembangan kepariwisataan alam, termasuk

pengembangan fasilitas-fasilitas wisata alam dengan syarat kestabilan bentang alam

dan ekosistem, resisten terhadap berbagai kegiatan manusia yang berlangsung di

dalamnya.

Page 40: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

18

Dampak Pariwisata

Menurut kamus Bahasa Besar Bahasa Indonesia (1994), dampak berarti

pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif); secara

ekonomi dampak berarti pengaruh suatu penyelenggaraan kegiatan terhadap

perekonomian; yaitu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Secara sosial mendatangkan akibat; atau melanggar; menumbuk; membentur

aturan aturan yang sudah baik menjadi rusak.

Dampak Ekonomi Pariwisata

Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional

adalah suatu pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat meningkatkan

pendapatan dan kesempatan kerja. Hal ini berarti bahwa pembangunan ekonomi

diarahkan pada pendayagunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia

seefisien dan seefektif mungkin sehingga menghasilkan produksi yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan adalah suatu proses

multidimensional yang meliputi perubahan dasar atas struktur sosial dan sikap

masyarakat serta institusi-institusi nasional disamping tetap mengejar percepatan

pertumbuhan ekonomi, mengatasi kesenjangan pendapatan dan hasil-hasil

pembangunan serta mengurangi kasus kemiskinan (Todaro, 2000). Perkembangan suatu daerah tujuan wisata sangat dipengaruhi oleh keadaan

ekonomi daerahnya. Majunya perekonomian daerah tersebut dan berkembangnya

berbagai sektor yang ada di daerah sekitarnya, maka pembangunan sarana dan

prasarana pariwisata pun akan semakin berkembang. Sehingga dapat meningkatan

kenyamanan wisatawan. Demikian juga sebaliknya, pariwisata pun mampu

mengangkat sektor-sektor ekonomi lainnya berkembang menjadi lebih baik. Kegiatan

pariwisata akan menimbulkan permintaan (demand) akan barang dan jasa yang

selanjutnya akan merangsang pertumbuhan produksi sehingga bertambahnya

lapangan kerja yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat (Yoety, 2008). Menurut Wahab (dalam Yoeti, 2008), pariwisata merupakan faktor penting

dalam pembangunan ekonomi suatu negara, karena mendorong perkembangan

beberapa sektor perekonomian nasional, misalnya :

a. Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunnya sarana dan

prasarana demi pengembangan pariwisata, sehingga memungkinkan orang-

orang melakukan aktivitas ekonominya dari suatu tempat ke tempat lainnya,

baik dalam satu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan

internasional sekalipun.

b. Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan pariwisata

seperti misalnya, transportasi, akomodasi (hotel, motel, vila dan restoran)

yang akan menciptakan permintaan-permintaan baru bagi wisatawan.

c. Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan

restoran seperti sayur, buah-buahan, telur, daging, dan lain-lain karena

semakin banyaknya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata.

d. Meningkatkan permintaan terhadap: kerajinan tangan, souvenir, goods dan art

painting.

e. Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia internasional

termasuk makanan dan minuman, barang-barang kerajinan seperti ukiran

Jepara, patung Bali, batik Pekalongan, sulaman Tasikmalaya, dan lain

sebagainya.

Page 41: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

19

f. Meningkatkan perolehan devisa negara, sehingga dapat mengurangi beban

defisit neraca pembayaran.

g. Memberikan kesempatan berusaha., kesempatan kerja, peningkatan

penerimaan pajak bagi pemerintah, dan peningkatan pendapatan nasional.

h. Membantu membangun daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak

tersentuh pembangunan.

i. Mempercepat perputaran perekonomian pada negara-negara penerima

kunjungan wisatawan (tourist receiving countries)

j. Dampak penggandaan yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan, sehingga

memberi dampak positif bagi pertumbuhan daerah tujuan wisata (DTW) yang

dikunjungi wisatawan.

Pada kondisi krisis ekonomi, sektor pariwisata diharapkan berperan sebagai

penyelamat ekonomi, karena mampu menghasilkan pendapatan yang cukup tinggi.

Pariwisata memiliki efek pengganda (multiplier effect) yang tinggi dibandingkan

dengan sektor-sektor lainnya. Keberlanjutan kegiatan wisata di suatu daerah sangat

dipengaruhi oleh kelangsungan hidup perekonomiannya. Oleh karena itu perlu

adanya wawasan tentang pengelolaan sumberdaya yang menghasilkan manfaat

ekonomi secara langsung bagi masyarakat sekitar (local community), yaitu

pertumbuhan ekonomi yang dinikmati oleh masyarakat (Mulyaningrum, 2005).

Wisatawan yang datang berkunjung pada suatu negara atau DTW merupakan

sumber pendapatan (income generation) dan sekaligus juga berfungsi sebagai alat

pemerataan (redistribution of income) bagi penduduk suatu negara, sedikitnya bagi

orang-orang dalam bisnis pariwisata di DTW yang dikunjungi (Yoeti, 2008:243).

Menurut Clement (dalam Yoeti, 2008:248), setelah wisatawan datang pada suatu

negara atau DTW, mereka pasti akan membelanjakan dollarnya pada perusahaan-

perusahaan kelompok industri seperti: Accommodations, Food and Beverages,

Purchases, Local Transportation, dan lain sebagainya untuk memenuhi kebutuhan

(needs) dan keinginan (wants) selama mereka tinggal di daerah tersebut. Uang yang

dibelanjakan oleh wisatawan itu, setelah dibelanjakan tidak berhenti beredar, akan

tetapi berpindah dari satu tangan ke tangan orang lain atau dari satu perusahaan ke

perusahaan lainnya. Ini akan menciptakan keterkaitan berbagai sektor terhadap sektor

pariwisata. Satu hal yang perlu diketahui bahwa penglipatgandaan (multiplier effect)

yang terjadi tidak sama, akan tetapi bervariasi dari suatu sektor ke sektor lainnya.

Selain dampak ekonomi secara nasional, pada tingkatan daerah dan desa

industri pariwisata mempengaruhi ekomomi daerah. Menurut Anna Spencele,

Coroline Ashely dan Melissa De Kock (2009) kepariwisataan dapat secara potisif

mempengaruhi pembangunan ekonomi daerah/desa melalui cara-cara sebagai

berikut:

a. Stimulasi pembentukan pertumbuhan perusahaan

b. Membawa pasar ekspor tepat untuk banyak sektor (bisnis yang mulai menjual

produk-produk baru kepada wisatawan dan mencapai kesuksesan dapat

berakhir menjadi pengespor sehingga dapat membantu diversifikasi ekonomi).

c. Menstimulasi pembangunan infrastruktur baru dan layanan transportasi

d. Bersama-sama meningkatkan keterampilan tenaga kerja (menyediakan insentif untuk rakyat daerah/desa untuk belajar bahasa baru dan keterampilan dalam

melayani konsumen)

e. Berkontribusi pada pajak di pemerintahan pusat, termasuk membayar biaya

atau ijin kepada pemerintah daerah

Page 42: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

20

f. Menyediakan insentif dan dana untuk sumber daya alam, budaya dan sejarah

yang harus ditangani dengan cara yang lebih berkesinambungan.

Dampak Sosial dan Budaya

Pariwisata pun menimbulkan dampak sosial dan budaya bagi masyarakat

setempat. Dampak sosial adalah mereka yang berdampak yang mempengaruhi

kehidupan suatu masyarakat, seperti adanya kejahatan, lapangan pekerjaan,

prostitusi, agama, perjudian, efek demonstrasi, perasaan takut bertemu dengan

orang asing (xenophobia), terganggunya ikatan sosial dalam masyarakat, migrasi,

perubahan pakaian dan bahasa, padatnya infrastruktur, akomodasi, jasa dan

standar dampak kesehatan. Dampak pada budaya adalah yang mempengaruhi

pola, norma, aturan dan standar yang diekspresi dalam perilaku, hubungan sosial

dan budaya, dan artefak. Dampak ini mencakup barang-barang kerajinan, bahasa,

tradisi, makanan, seni, musik, sejarah, arsitektur, pendidikan, pakaian dan

aktivitas waktu luang Mathieson dan Wall, (1982) dalam Spenceley, Anna (2009).

Lebih lanjut Spenceley (2009) menjelaskan dampak kepariwisataan

mempengaruhi masyarakat dan budaya tanpa dapat dihindari, baik secara positif

mapupn negatif. Meskipun perlu menghargai perubahan-perubahan positif yang

terjadi, upaya juga harus diarahkan untuk meminimalkan perubahan-perubahan

negatif. Aspek dampak positif dan negatif bagi masyarakat dan budaya yang

dimungkinkan terjadi dapat dijelaskan pada Tabel 8.

Tabel 8 Dampak pariwisata terhadap masyarakat dan budaya

Masyarakat Budaya

Dampak Positif

Infrastruktur yang baik dan peningkatan

akses terhadap infrastruktur dan fasilitas.

Peningkatan akses terhadap informasi

(melalui peningakatan infrastruktur dan

komunikasi)

Peningkatan kapasitas dan pendidikan.

Pemberdayaan

Kesetaraan gender

Memperoleh pengetahuan mengenai cara

pandangan dan pengalaman dunia.

Belajar mengenai masyarakat dan budaya

lain serta meningkatkan toleransi terhadap

orang-orang dengan budaya yang berbeda.

Meningkatnya kebanggaan atas budaya

Revitalisasi budaya

Peningkatan pelestarian dan pemulihan

lokasi warisan budaya

Peningkatan penjualan kerajinan setempat

sehingga mampu meningkatkan rasa

bangga dan percaya diri

Dampak Negatif

Pengikisan nilai-nilai masyarakat

Kejahatan, protitusi dan ekploitasi anak

Kebencian masyarakat setempat, ketika

tidak boleh masuk ke lokasi kepariwisataan

dan penduduk setempat dalam hal kekayaan

Hilangnya akses terhadap sumberdaya

Perilaku yang tidak sesuai dengan

masyarakat setempat akan menyebabkan

tekanan di antara penduduk setempat.

Pengikisan budaya setempat

Hilangnya budaya

Degradasi lokasi-lokasi kebudayaan

Sumber: Kreag, 2001; WTO, 2002; UNEP dan WTO 2005; Robinson dan Picard; 2006; Mbalwa,

2008; Cooper at.all. 2008

Page 43: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

21

Dampak Lingkungan

Kepariwisataan dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan

dan pelestarian keanekaragaman biologis untuk beberapa alasan termasuk alasan-

alasan sebagai berikut:

a. Kepariwisataan dapat menciptakan penghasilan-penghasilan di daerah

dengan keragaman biologis yang tinggi seperti di daerah-daerah yang

dilindungi, dan membantu membuat keanekaragaman itu menjadi berharga

secara ekonomis

b. Kepariwisataan dapat meningkatkan dukungan publik untuk pelestarian

karena dapat memberikan pendidikan lingkungan kepada pengunjung dan

masyarakat daerah/desa

c. Kepariwisataan juga dapat menghasilkan lapangan kerja langsung dan

melahirkan kesematan-kesempatan ekonomis untuk masyarakat

daerah/desa. Pihak yang memperoleh manfaat mungkin akan

mempersepsikan nilai langsung dari keanekaragaman biologis, yang

mungkin memberikan insentif untuk melestarikan daerah alamiah

d. Kepariwisataan bisa menjadi industri yang tidak terlalu merusak

lingkungan dari pada industri penghasil uang lainnya yang menggunakan

sumber daya alam termasuk kehutanan, pertanian yang berpindah-pindah,

peternakan dan pengumpulan kayu

e. Kepariwisataan bisa jadi merupakan salah satu dari beberapa aktivitas

ekonomi yang cocok untuk dilakukan di daerah pelestarian yang terletak

dilokasi pinggiran

f. Kepariwisataan yang berdasarkan sumber daya alam secara teoritis dapat

bertahan lama jika dampaknya ditangani dan dimitigasi

Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pariwisata

Soemarwoto dalam Sulaksmi (2006) menyatakan bahwa masyarakat

adalah orang-orang yang hidup bersama menghasilkan kebudayaannya,

mempunyai hubungan yang erat antar warganya yang di dalamnya terdiri dari

struktur dan stratifikasi yang khusus serta sadar sebagai satu kesatuan. Dikaitkan

antara masyarakat dengan wisata, masyarakat lokal adalah sekumpulan orang

yang terkait secara langsung (masyarakat di sekitar objek wisata) maupun

masyarakat yang tidak terkait secara langsung, yaitu masyarakat yang dipengaruhi

oleh lokasi dan jarak.

Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap

orang didalam memahami informasi tentang lingkungan baik melalui penglihatan,

pengeindaraan, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami

persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu

penafsiran yang unik terhadap situasi dan buahnnya suatu pencacatan yang benar

terhadap situasi (Thoha, 1999).

Menurut Litterer (Asngari, 1984), persepsi adalah ‟‟the understanding or

view people of things in the world around them“. Dalam hal ini berarti bahwa

persepsi adalah pemahaman atau pandangan seseorang tentang segala sesuatu

yang ada disekitarnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa persepsi orang

dipengaruhi oleh pandangan seseorang pada suatu keadaan, fakta atau tindakan.

Page 44: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

22

Karena itu indivindu perlu mengerti dengan jelas tugas dan tanggung jawab yang

dipikulkan kepadanya.

Theodorson (1979) menyatakan persepsi adalah „‟the selection,

organization, and prior learning, activities, interest, perception is a process and

pattern of response to stimuli, it is an function of situstional field, that is, of total

configuration or of stimuli, as well as of previous social and cultural

conditioning.recognition or awareness of an object or event through the sense

organs” yang berarti bahwa persepsi merupakan pemilihan, pengorganisasian,

dan penafsiran oleh seseorang indivindu dari stimuli yang spesifik disatu situasi,

menurut hasil belajar sebelumnya, aktifitas dan minat. Persepsi adalah suatu

proses dan dari pola tanggapan pada stimuli. Satu fungsi yang bersifat situasional,

yang merupakan konfigurasi total dari stimuli, seperti juga dari kondisi sosial

budaya sebelumnya. Persepsi merupakan pengenalan atau kesadaran dari suatu

objek atau parawisata melalui panca indra.

Desirato dalam Rahmat (2000), mengatakan bahwa persepsi adalah

pengalaman tentang objek, peristiwa dan hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan

stimulasi indrawi (sensory stimulation). Persepsi ditentukan oleh faktor personal

dan faktor situasi nasional.

Partisipasi oleh banyak ahli dinyatakan sebagai keikutsertaan masyarakat

dalam satu kegiatan, yang apabila dikaitkan dengan pembangunan, maka berati

keikutsertaan dalam pembangunan. Slamet (1990) dalam Winarto (2003)

mengatakan bahwa partisipasi masyarakat sangatlah mutlak demi berhasilnya

suatu program pembangunan. Dapat dikatakan bahwa tanpa adanya partisipasi

masyarakat maka setiap pembangunan akan kurang berhasil. Lebih lanjut

dikatakan bahwa masyarakat yang berpastisipasi dalam kegiatan pembangunan

akan melalui suatu proses belajar. Oleh karena itu, masyarakat perlu belajar untuk

mengetahui kesempatan-kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan dan

seringkali kemampuan dan keterampilan mereka harus ditingkatkan agar dapat

memanfaatkan kesempatan-kesempatan tersebut.

Sastroputro (1998) berpendapat bahwa secara umum faktor yang dapat

mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan adalah (1)

keadaan sosial masyarakat, (2) kegiatan program pembangunan dan (3) keadaan

alam sekitar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa keadaan sosial masyarakat berupa

pendidikan, pendapatan, kebiasaan, kepemimpinan, keadaan keluarga,

kemiskinan, kedudukan, sosial dan sebagainya. Bentuk program pembangunan

merupakan kegiatan yang dirumuskan serta dikendalikan oleh pemerintah dapat

berupa organisasi kemasyarakatan dan tindakan-tindakan kebijaksanaan.

Sedangkan keadaan alam sekitar adalah faktor fisik daerah yang ada pada

lingkungan tempat dimana masyarakat hidup dan berada.

Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat kesejahteraan seorang penduduk disuatu wilayah dapat

digambarkan melalui pendapatan maupun pengeluarannya. Namun demikian,

tidaklah mudah untuk mendapatkan data tentang pendapatan suatu penduduk.

Oleh sebab itu, sampai dengan saat ini perkiraan tentang pendapatan suatu rumah

tangga dilakukan melalui pendekatan pengeluaran rumah tangga dibedakan atas

Page 45: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

23

pengeluaran makan dan bukan makanan. Kedua jenis pengeluaran ini, dapat

dilihat bagaimana pola konsumsi masyarakat.

Menggunakan data pengeluaran dapat terlihat pola konsumsi rumah tangga

secara umum melalui indikator proporsi pengeluaran untuk makanan dan non

makanan. Komposisi pengeluaran rumah tangga dapat dijadikan ukuran guna

menilai tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk. Pada umumnya makin rendah

persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran maka semakin

baik tingkat kesejahteraan penduduk. Pada kelompok penduduk dengan tingkat

pendapatan rendah biasanya pengeluaran akan lebih difokuskan untuk memenuhi

kebutuhan dasar, yaitu makanan. Penduduk yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan standar minimum tertentu biasanya dikategorikan sebagai penduduk

miskin.

Di Indonesia, penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang

pendapatannya (didekati dengan pengeluaran) tidak mencukupi untuk dapat

memenuhi kebutuhan hidup secara layak. Standar kebutuhan hidup layak sesuai

hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978 diterjemahkan sebagai suatu jumlah

rupiah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi makanan setara 2.100 kalori

sehari, ditambah sejumlah pengeluaran untuk bukan makanan seperti perumahan,

pakaian, kesehatan, pendidikan dan lainnya. Jumlah uang tersebut kemudian

dikatakan sebagai batas garis kemiskinan. Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di

suatu wilayah mencerminkan tingkat pendapatan penduduk pada wilayah tersebut.

Semakin banyak jumlah penduduk miskin mengindikasikan rendahnya tingkat

pendapatan penduduk (BPS Pandeglang, 2011). Selanjutnya, BPS Kabupaten

Pandeglang menetapkan garis kemiskinan di kabupaten Pandeglang dengan nilai

nominal Rp. 202,483,- tahun 2010, kemudian ditetapkan nominal Rp. 229,661

tahun 2012 sebagai angka proyeksi dengan asumsi tingkat pertumbunan 6,5

persen per tahun. Angka penduduk miskin dan garis kemiskinan dapat dilihat

pada Tabel 9.

Tabel 9 Angka penduduk miskin dan garis kemiskinan Kabupaten Padeglang

tahun 2007 – 2012

Tahun Penduduk Miskin Penduduk Miskin

(%)

Garis Kemiskinan

(Rp/kapita/bulan)

(1) (2) (3) (4)

2007 176.812 15,64 151.763

2008 165.242 14,49 162.059

2009 138.003 12,01 190.256

2010 127.800 11,14 202.483

2011 114.874 9,80 215.644*

2012 - - 229.661* Sumber: BPS Kabupaten Pandeglang 2011 dan hasil olah tahun 2013

Keterangan: *Angka proyeksi dengan asumsi pertumbuhan 6,50 persen per tahun.

Menurut Spenceley (2011) Kepariwisataan semakin menjadi sumber

pertumbuhan utama, sumber lapangan kerja, pendapatan dan penghasilan bagi

banyak negara berkembang di dunia. Sektor ini kini berada di peringkat pertama

atau kedua dalam pendapatan ekspor di 20 dari 48 negara paling kurang

berkembang (LDC) dan memperlihatkan pertumbuhan yang tetap setidaknya pada

Page 46: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

24

10 negara paling kurang berkembang lainnya. Dengan demikian, kepariwisataan

telah menjadi salah satu mesin kemajuan sosio-ekonomi utama untuk banyak

negara dan merupakan prioritas pembangunan untuk mayoritas negara paling

kurang berkembang.

Lebih lanjut Spenceley (2011) menjelaskan bahwa sektor pariwisata telah

diakui mampu mengurangi kemiskinan dan memfasilitasi pembangunan di dalam

ekonomi yang kurang berkembang dan baru muncul melalui multiplier effect yang

ditimbulkannya berupa penyerapan tenaga kerja, pasokan komoditi dan kebutuhan

terhadap sarana pendukung kepariwisataan baik yang dikelola oleh perusahan

maupun masyarakat setempat secara perseorangan serta uang baru yang

dibelanjakan wisatawan di DTW. Sehingga serangkaian aktivitas kepariwisataan

itu dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi keluarga khususnya rumah

tangga miskin. Kendatipun demikian, meski pariwisata menciptakan pekerjaan

dan memberikan kontribusi bermakna terhadap pertumbuhan ekonomi, sektor ini

tidak secara otomatis menjadi suatu formula dalam menurunkan kemiskinan.

Kepariwisata sebagai strategi penuntasan kemiskinan erat kaitanya dengan

aspek lainnya dalam penurunan kemiskinan. Aspek tersebut antara lain;

pertumbuhan yang pro-kemiskinan, menggalakkan komoditas non-pertanian,

peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan, tersedia kelompok UKM yang

kuat, kualitas layanan kesehatan, kondisi infrastruktur dan jasa yang memadai,

manajemen lingkungan yang berkelanjutan, adanya tanggung jawab sosial

perusahaan, pemerataan pekerjaan; ketenagakerjaan dan pemberdayaan,

terbukanya akses terhadap pasar bagi kaum miskin, mendorong pertumbuhan dan

diversifikasi di daerah marjinal atau terpencil dan tersedianya sumber mata

pencarian yang layak. Langkah untuk mencapai keberhasilan tujuan pembangunan

khususnya pengentasan kemiskinan, perlu melakukan pergerakan dari model

kepariwisataan niche ke kepariwisataan arus utama (mainstreaming).

Membicarakan kesejahteraan tidak terlepas dari konsep kemiskinan

karena dengan demikian dapat ditentukan tingkat taraf hidup rumah tangga.

Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai situasi serba kekurangan dari penduduk

dan disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan

keterampilan, rendahnya produktifitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai

hasil tukar produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan dalam

pembangunan (Haughton, 2012).

Pendekatan kesejahteraan menurut Sen (1979) dalam Haughton (2012)

berupaya mengukur utilitas rumah tangga yang pada gilirannya diperkirakan

menurut pengeluaran konsumsi rumah tangga atau pendapatan rumah tangga; hal

ini dapat dianggap sebagai masukan untuk menghasilkan utilitas. Dengan

pendapatan yang cukup, rumah tangga dianggap paling mengetahui cara terbaik

untuk memanfaatkan sumber daya ini, baik untuk makanan, pakaian, perumahan

atau sejenisnya. Apabila dibagi menurut jumlah anggota rumah tangga, maka akan

diperoleh ukuran pengeluaran konsumsi atau pendapatan per kapita. Tentu saja

pengeluaran atau pendapatan rumah tangga tidak sempurna untuk mewakili

ulititas; contohnya, pengeluaran atau pendapatan rumah tangga tidak mencakup

kemungkinan kontributor penting terhadap utilitas seperti barang atau fasilitas

yang disediakan secara umum.

Menurut Adam Smith dalam Asdi (2006) ekonomi kesejahteraan

menggunakan ukuran fisik, berdasarkan pada jumlah barang yang dikonsumsi dan

Page 47: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

25

menggunakan produk per kapita sebagai ukuran kesejahteraan. Bila produk

perkapita meningkat, kesejahteraan pun meningkat yang disini berarti bahwa

kesejahteraan berkorelasi positif dengan produk per kapita, dalam hal ini berarti

bahwa dengan adanya peningkatan kesejahteraan maka terjadi pertumbuhan

ekonomi.

Pendekatan yang lebih bersifat paternalistik atau non kesejahteraan

mungkin berfokus pada apakah rumah tangga telah mencapai tingkat minimal

tertentu, misalnya tingkat gizi atau kesehatan. Pendekatan kesejahteraan berfokus

pada pengeluaran konsumsi atau pendapatan perkapita, ukuran-ukuran (non

kesejahteraan) lainnya terhadap kesejahteraan individu dapat mencakup indikator-

indikator seperti angka kematian bayi di daerah bersangkutan, angka harapan

hidup, bagian pengeluaran yag dialokasikan untuk makanan, kondisi perumahan,

atau pendidikan sekolah anak-anak; hal ini dapat dianggap sebagai ukuran

keluaran, cerminan utilitas dibanding sebagai masukan untuk menghasilkan

utilitas.

BPS (1998) dalam menganalisis kesejahteraan rumah tangga berdasarkan

kepada komponen-komponen kebutuhan hidup antara lain pendapatan, pemilikan

barang tahan lama berikut fasilitasnya, tingkat kesehatan, kondisi lingkungan dan

tempat tinggal, gizi, pendidikan, pangan dan pakaian dan kebutuhan dasar

manusia lainnya. Sedangkan Supriatna (1997) menyatakan bahwa strategi

kesejahteraan pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki taraf hidup atau

kesejahteraan penduduk perdesaan melalui pelayanan dan peningkatan program-

program pembangunan sosial yang berskala besar atau nasional seperti

peningkatan pendidikan, perbaikan kesehatan dan gizi, penanggulangan

urbanisasi, perbaikan pemukiman penduduk, pembuatan sarana dan prasaran

sosial lainnya seperti transportasi, pendidikan, tampat ibadah dan fasilitas umum

lainnya di perdesaan.

Menurut Soetjipto (1992), kesejahteraan keluarga adalah terciptanya

suatu keadaan yang harmonis dan terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial

bagi anggota keluarga, tanpa mengalami hambatan yang serius di dalam keluarga,

dan dalam menghadapi masalah-masalah keluarga akan mudah untuk diatasi

secara bersama oleh anggota keluarga, sehingga standar kehidupan keluarga dapat

terwujud. Konsepsi tersebut mengandung arti bahwa, kesejahteraan keluarga

adalah suatu kondisi yang harus diciptakan oleh keluarga dalam membentuk

keluarga yang sejahtera. Adapun keluarga sejahtera merupakan model yang

dihasilkan dari usaha kesejahteraan keluarga.

Mengingat kesejahteraan keluarga sifatnya kondisional, tentu perlu

adanya ukuran-ukuran dari keadaan tersebut. terdapat indikator-indikator

minimal yang harus dicapai oleh setiap keluarga. Sebuah keluarga yang dapat

memenuhi indikator-indikator yang ada, yaitu indikator-indikator yang digunakan

untuk mencapai taraf keluarga sejahtera seperti apa yang tercantum dalam Buku

Panduan Pembangunan Keluarga Sejahtera (seperti yang ditetapkan oleh

BKKBN, terdapat 22 indikator), maka keluarga tersebut dapat dikatakan keluarga

yang sejahtera (Achir, Agus at.all. 1994).

Page 48: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

26

Konsep Kelembagaan

Pengertian

Definsi tentang kelembagaan sangatlah beragam, akan tetapi secara umum

kelembagaan dapat diartikan sebagai aturan yang dianut oleh masyarakat atau

organisasi yang dijadikan pegangan oleh seluruh masyarakat atau anggota

organisasi dalam mengadakan transaksi satu sama lainnya (Hayami dan Ruttan

1984). Menurut Poloma (2000), yang dimaksud dengan kelembagaan adalah

organisasi atau tindakan anggota masyarakat tertentu, baik dalam kegiatan rutin

sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Lembaga-

lembaga dalam masyarakat ada yang baru diciptakan baik dari dalam maupun

dari luar masyarakat desa tersebut.

Menurut Anwar (2000), institusi atau kelembagaan merupakan aturan

main (the rule of the game) dalam masyarakat yang secara lebih formal dapat

dikatakan sebagai alat manusia guna mengatur perilaku individu anggotanya yang

membangun pengaturan dalam interaksi antar anggota-anggota dalam masyarakat

tersebut melalui norma-norma tertentu. Dalam beberapa hal institusi merupakan

kendala-kendala terhadap kebebasan individual anggota-anggotanya dalam

masyarakat. Mengingat individu sering membuat tindakan yang menimbulkan

eksternalitas (terutama yang negative) yang sering mengancam kepentingan

masyarakat keseluruhan, sehingga masyarakat perlu membatasi kebebasan

individual-individual tersebut agar perilakunya sesuai dengan kepentingan

masyarakat. Agar institusi ini dapat berjalan dan ditaati oleh para anggota-

anggotanya, maka dalam institusi tersebut harus ada struktur insentif yang

mengandung pahala (reward) dan sanksi (sanctions), sehingga masyarakat akan

mentaatinya. Dalam kegiatan ekonomi, institusi yang mempertukarkan barang dan

jasa atau tenaga (economic exchange) dapat dilakukan dalam sistem ekonomi

pasar maupun luar pasar (non-market economy). Demikian juga jika pertukaran

dalam kegiatan sosial dan politik ingin berjalan, maka harus mengandung struktur

insentif agar tujuan-tujuan sosial dan politik dapat berjalan dengan baik. Oleh

karena itu institusi yang berbentuk hukum (legal) sekalipun, tanpa adanya struktur

insentif yang cukup, tidak akan jalan, sehingga hukum tertulis hanya di atas

kertas.

Lebih lanjut menurut Anwar (2000) menyatakan bahwa kelembagaan

(institusion) sebagai atauran main (rule of the game) dan organisasi berperan

penting dalam mengatur penggunaan/alokasi seumberdaya secara efisien, merata

dan berkelanjutan (sustainable).

Kelembagaan itu sendiri sebagian besar muncul dari kehidupan bersama

dan merupakan hal yang tidak direncanakan. Para warga masyarakat pada

awalnya mencari cara-cara yang dapat digunakan sebagai wadah memenuhi

kebutuhan hidup mereka, kemudian mereka menentukan beberapa pola yang

dapat digunakan sebagai wadah memenuhi kebutuhan hidup mereka, kemudian

mereka menentukan beberapa pola yang dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidup dan dalam proses selanjutnya diperkuat melalui kebiasaan yang

dibakukan. Kelembagaan dapat berfungsi melancarkan pembangunan, tetapi dapat

pula menghambat pembanguan. Kelembagaan member ketentuan-ketentuan

terhadap anggota masyarakat mengenai hak-hak, kewajiban dan tanggung

jawabnya. Disamping itu, tiap anggota mendapat suatu jaminan hak dan

perlindungan dari masyarakat. Kelembagaan memberikan suatu kondisi bahwa

Page 49: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

27

tiap-tiap anggota menerima sesuatu yang menjadi ketentuan dan tiap anggota

merasa aman, merasa sewajarnya. Arti ekonomi utama dari kelembagaan adalah

memberikan kepastian tentang siapa memperoleh apa dan berapa banyaknya.

Dengan kata lain kelembagaan menurunkan derajat ketidakpatian dari aliran

manfaat atau ongkos yang akan diterima oleh partisipan dalam suatu system

ekonomi. Kelembagaan dapat diartikan sebagai organisasi atau aturan main.

Kelembagaan sebagai organisasi biasanya merujuk pada lembaga-lembaga formal

seperti Departemen Pertambangan dan Energi, Departemen Perindustrian dan

pedangan, Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, Koprasi Unit Desa, Bank dan

sejenisnya. Melalui perspektif ekonomi, lembaga dalam artian organisasi biasanya

menggambarkan aktivitas ekonomi yang dikoordinasikan bukan oleh maekanisme

pasar tetapi melalui mekanisme administrasi atau komando. Pasar dapat menjadi

batas ekstenalitas dari suatu organisasi, akan tetapi secara internal aktivitas

ekonomi dikoordinasikan secara administratif (Pakpahan 1991).

Selanjutnya dijelaskan kembali oleh Pakpahan (1991), bahwa

kelembagaan dicirikan oleh tiga hal yaitu: Hak-hak kepemilikan (property right)

yang berupa hak atas benda materi maupun non materi, batas, yuridiksi, aturan

repsentasi (rule of representation). Perubahan kelembagaan dicirikan oleh

perubahan satu atau lebih unsur-unsur kelembagaan tersebut.

a. Batas yuridiksi, menentukan siapa dan apa yang mencakup dalam

kelembagaan suatu masyarakat. Konsep batas yuridiksi dapat berarti batas

wilayah kekeuasaan dan atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu

kelembagaan, sehingga terkandung makna bagaimana batas yuridiksi berperan

dalam mengatur alokasi sumberdaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan batas yuridiksi antara lain:

Pesaran sebagai suatu masyarakat. Menentukan siapa yang termasuk kita

dan siapa yang termasuk mereka. Hal ini erat kaitannya dengan konsep

jarak sosial yang akan menentukan kadar komitmen yang dimiliki oleh

suatu masyarakat terhadap suatu kebijaksanaan.

Eksternalitas. Satuan analisis dalam mempelajari institusi adalah transaksi

yang mencakup transaksi melalui mekanisme pasar, administarasi atau

hibah. Setiap transaksi selalu menjadi transfer sesuatu yang dapat berupa

manfaat, ongkos, informasi, hak-hak istimewa, kewajiban dan lain-lain.

Sesuatu yang ditransaksikan apakah bersifat internal atau eksternal

ditentukan oleh batas yuridiksi. Perubahan batas yuridiksi akan merubah

struktur eksternalitas yang akhirnya merubah siapa menanggung apa.

Homogenitas. Homogenitas preferensi dan kepekaan politik ekonomi

terhadap perbedaan preferensi merupakan hal yang penting dalam

menentukan batas yuridiksi, terutam dalam hal mereflesksikan permintaan

terhadap barang dan jasa. Apabila barang dan jasa harus dikonsumsi

secara kolektif, maka isu batas yuriksi menjadi penting dalam merefleksi

preferensi konsumen dalam aturan pengambilan keputusan. Homogenitas

preferensi dan distribusi individu masyarakat yang memiliki preferensi

yang berbeda akan mempengaruhi jawaban ats pertanyaan siapa yang

memutuskan.

Skala ekonomi, Konsep ini memegang peranan penting dalam menelaah

permasalahan batas yuridiksi. Dalam pengertian ekonomi, skala ekonomi

Page 50: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

28

menunjukan suatu situasi dimana ongkos persatuan terus menurun apabila

output ditingkatkan. Batas yuridiksi yang sesuai akan menghasilkan

ongkos persatuan yang lebih rendah dibanding dengan alternatif batas

yuridiksi yang lainnya.

b. Property Right. Mengandung pengertian tentang hak dan kewajiban yang

didefinisikan dan diatur oleh hukum, adat dan tradisi atau konsensus yang

mengatur hubungan antara anggota masyarakat dalam hal pentingnya terhadap

sumber daya, situasi atau kondisi. Dalam bentuk formal, property right

merupakan produk dari sistem hukum formal. Dalam bentuk lainnya

merupakan produk dari tradisi atau adat kebiasaan dalam suatu masyarakat.

Oleh karena itu tidak seorang pun yang dapat menyatakan hak milik tanpa

pengesahan dari masyarakat dimana dia berada. Implikasi dari hal ini adalah:

(1) hal seseorang adalah kewajiban orang lain, (2) hak seperti dicerminkan

oleh kepemilikan adalah sumber kekuatan untuk akses dan kontrol terhadap

hak miliknya. Hak tersebut dapat diperoleh melalui berbagai cara seperti

melalui pembelian apabila barang dan jasa dimaksud boleh dijualbelikan,

melaui pemberian atau hadiah dan melalui pengaturan administrasi. Memiliki

property right berarti memiliki kekuasaan untuk berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan penggunaan sumberdaya untuk menciptakan ongkos

bagi orang lain apabila ia menginginkan sumberdaya yang dimilik tersebut.

c. Aturan repsentasi mengatur permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi

dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan dnegna sumberdaya

yang dibicararakan. Keputusan apa yang diambil dan apa akibatnya terhadap

performance akan ditentukan oleh kaidah repsentasi yang digunakan dalam

proses pengambilan keputusan. Aturan repsentasi menentukan jenis keputusan

yang dibuat, oleh karena itu berperanan penting dalam menentukan alokasi

dan distribusi sumberdaya yang langka. Sehingga aturan representasi

merupakan subjek analisis ekonomi (Pahpahan, 1991).

Menurut anwar (1995), selama ini sering terjadi kesalahpahaman bahwa

kelembagaan diartikan identik atau dicampur-adukan dengan sistem organisasi.

Dalam konsep ekonomi kelembagaan (institutional economic), maka organisasi

merupakan suatu bagian (unit) pengambilan kepututusan yang didalammnya

diatur oleh sistem kelembagaan atau aturan main (behavior rule). Aturan main

mencakup kisaran yang luas dari bentuk yang berupa konstitusi dari suatu negara,

sampai kepada kesepakatan antara dua pihak (individu) yang menyepakati suatu

aturan secara bersama mengenai pembagian manfaat dan beban (biaya) yang

harus ditanggung oleh masing-masing pihak guna mencapai tujuan tertentu. Oleh

kaerena itu, unsur-unsur kelembagaan yang mengatur transaksi pertukaran

manfaat-biaya diantara para perserta menjadi sangat penting.

Kelembagaan Pariwisata

Kelembagaan di sini diartikan baik sebagai kebijakan maupun kegiatan-

kegiatan yang mendukung perkembangan pariwisata (Damanik dan Weber, 2006).

Kebijakan mecakup politik pariwisata yang digagas oleh pemerintah, seperti

kebijakan pemasaran, keamanan, pembebasan visa, dukungan-dukungan terhadap

event-event budaya, standarisasi produk dan jasa wisata, sertifikasi kompetensi

sumberdaya manusia, dan sebagainya. Perluasan jaringan jalan raya, rel kereta

Page 51: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

29

api, jalur pelayanan dan penerbangan lokal maupun internasional termasuk bagian

dari kebijakan pengembangan kelembagaaan pariwisata. Pemerintah

berkepentingan melakukan hal itu agar peluang orang semakin terbuka lebar

untuk berwisata dan berkesempatan berusaha untuk memperlancar kegiatan

kepariwisataan. Dengan demikian pemerintah juga dapat menarik keuntungan

dalam bentuk pajak dan retribusi.

Lebih lanjut Damanik dan Weber (2006) menjelaskan bahwa masyarakat

juga menjadi bagian dari kelembagaan pariwisata. Hal itu tampak ketika mereka

membentuk organisasi yang menangani kegiatan wisata, baik dalam penyediaan

produk maupun informasi dan promosi. Jejaring lembaga swadaya masyarakat

yang mengorganisasi kegiatan ekowisata, desa wisata, wisata bahari dan

sebagainya ikut meramaikan kelembagaan pariwisata. Disektor penyiapan sumber

daya manusia banyak didirikan lembaga pendidikan dan pelatihan. Demikian pula

pusat-pusat studi yang berkonsentrasi dalam kajian pengembangan

kepariwisataan.

Penelitian Terdahulu

Penilitian tentang pariwisata pada umumnya telah banyak dilakukan, baik

penelitian wisata alam, bahari dan budaya. Terbukti dibeberapa daerah sektor

pariwisata cukup berperan dalam menopang perekonomian. Menurut Putra (2006)

dalam penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap ekowisata perkampungan

budaya betawi sebagai pelestarian situs dan cagar budaya menyimpulkan adanya

persepsi yang berbeda antara warga asli betawi dan non betawi, dimana warga asli

kawasan memiliki persepsi yang cukup baik terhadap ekowisata perkampungan

budaya betawi sedangkan pemudik dan pemerhati memiliki persepsi yang baik,

namun warga pendatang masih kurang baik. Kurang baiknya persepsi warga

pendatang diduga karena kurangnya intensitas kontrak dan kawasan akibat

intensitas pesan ekotourisme kawasan yang diterima warga pendatang menjadi

sangat terbatas dan menyebabkan ekotourisme tidak menarik perhatian warga

pendatang. Hal lain karena mereka kurang dilibatkan dalam berbagai kegiatan

yang dilakukan di kawasan.

Penelitian lainnya yang berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap

pengembangan wisata adalah penelitian dari Hastari (2005) yang membahas

karakteristik objek wisata dan persepsi masyarakat sebagai dasar dalam

pengembangan wisata alam yang dilakukan di Arboretum Nyaru Menteng (ANM)

Palangkaraya. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa persepsi masyarakat pada

umumnya baik dan positif terhadap kegiatan wisata yang berlangsung di ANM

maupun pengembangannya di masa depan, meskipun tingkat partisipasi

masyarakat dalam mendukung kegiatan wisata masih rendah yang ditunjukan

dengan masih sedikitnya pekerjaan sampingan yang ditekuni masyarakat yang

berhubungan dengan wisata. Hal ini perlu menjadi motivasi dalam pengembangan

dan pengelolaan wisata ANM yang lebih baik di masa yang akan datang.

Prawiranegara (2002) dalam penelitiannya tentang kajian tentang

hubungan kesejahteraan nelayan dengan keterlibatan nelayan pada indusri

pariwisata pesisir pantai carita di Kecamatan Labuan menyimpulkan bahwa

industri pariwisata berdasarkan skor dari indikator kesejahteraan keluarga

Page 52: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

30

berhubungan nyata terhadap kesejahteraan masyarakat yang berarti industri

pariwsata memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap kesejahteraan

masyarakat.

Manfaat lebih besar daripada kerugian, bahwa faktor ekternal sangat

berpengaruh terhadap masyarakat lokal terutama peluang. Peluang tersebut belum

dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat setempat, hal ini berkaitan dengan

sumber daya manusia yang masih rendah dan perlu ditingkatkan. Oleh karena itu

strategi bagaimana memaksimalkan kekuatan dan peluang suatu kegiatan industri

pariwisata dan secara bersamaan meminimalkan kelemahan dan ancaman pada

kegiatan tersebut.

Penelitian Wulaningsih (2004) menemukan bahwa dalam kegiatan

pengembangan pariwisata di Kawasan Gunung Salak Endah (GSE), kemauan

masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kepariwisataan cukup

tinggi. Masyarakat lokal GSE sangat tergantung pada kawasan ini untuk dapat

melangsungkan kehidupannya. Tingkat partisipasi masyarakat lokal GSE dalam

pengembangan pariwisata cukup tinggi (aktif dan sangat aktif) pada tahap

pelaksanaan.

Penelitian lain yang berhubungan dengan kepariwisataan adalah yang

membahas dampak pariwisata terhadap perekonomian wilayah. Penelitian yang

dilakukan oleh Safri (1996) di Kabupaten Dati II Batang Hari Jambi menyatakan

bahwa berdasarkan nilai location question atas dasar indikator pendapatan

maupun tenaga kerja masih kecil sumbangan pariwisata ini terhadap

perekonomian wilayah dan juga terdapat perbedaan rata-rata pendapatan

masyarakat pariwisata dengan tidak pariwisata. Adapun Sari (2007) dalam

penelitiannya tentang dampak multiplier ekonomi sektor pariwisata dalam

perekonomian Jawa Tangah relatif kecil. Dari sektor pembentukan struktur

permintaan, total permintaan sektor pariwisata menduduki peringkat ke empat

setelah sektor pertambangan.

Rompon (2006) menyatakan bahwa sektor pariwisata di Tana Toraja

berada pada kelompok tersier dan merupakan sektor basis. Partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan pengembangan objek Londa Lembang Sandai Wai relatif

kurang, hal ini dipengaruhi oleh terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang

peluang yang ada, mengakibatkan keputusan yang ada belum aspiratif dan

terbatasnya waktu anggota masyarakat mengakibatkan kurangnya kesempatan

masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan objek wisata.

Pengembangan pariwisata di Kabupaten Tana Toraja secara kumulatif

menunjukkan bahwa hanya dampak ekonomi yang relatif memberikan manfaat,

karena angka rasionya lebih besar dari satu.

Barika (2009) dalam penelitiannya bahwa pentingnya partisipasi

masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak

Paderi Kota Bengkulu. Keterlibatan masyarakat lokal lebih kepada manfaat hasil,

sementara perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dilakukan oleh pemerintah dan

swasta. Selain itu, keikutsertaan masyarakat dalam memanfaatkan potensi

pariwisata mampu meningkatkan pendapatan, variable pendidikan, tanggungan

keluarga dan pengeluaran adalah varibel yang mempengaruhi pendapatan

masyarakat sekitar lokasi pariwisata. Berdasarkan analisis AHP, diperoleh

kesimpulan bahwa pengembangan pariwisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi

Page 53: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

31

Kota Bengkulu menjadi prioritas dan disetujui oleh pemerintah, swasta dan

masyarakat karena mampu meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.

Bedasarkan hasil penelitian-penelitian tentang pariwisata tersebut di atas

dapat disimpulkan bahwa persepsi yang positif dari masyarakat terhadap kegiatan

pembangunan akan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam

memanfaatkan pembangunan serta akan ada tanggung jawab dari masyarakat

untuk menjaga pembangunan tersebut.

Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 3 Diagram alir kerangka pikir penelitian

Pelaksanaan kebijakan pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten

Pandeglang salah satunya tercermin dari pengembangan kawasan Tanjung Lesung

menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bidang pariwisata. Sebagaimana

tujuan pengembangan pariwisata diantaranya diharapkan dapat memberikan

dampak meningkatkan kesejahteraan sekaligus menghapus kemiskinan

masyarakat di sekitar kawasan wisata. Maka diperlukan pendekatan yang tepat

dalam implementasi proses pengembangan KEK pariwisata Tanjung Lesung

dengan cara mengkaji secara objektif kondisi eksisting terkait dengan pengelolaan

Pengembangan Pariwisata Tanjung

Lesung yang Mensejahterakan

Sosial Lingkungan Ekonomi

Kesejahteraan

Masyarakat

(Beraktivitas

di pariwisata

dan tidak)

Pengembangan Wilayah

Keserasian Komponen

Pendukung

Indikator:

• Pendapatan

• Pendidikan

• Kesehatan

• Kondisi rumah

• Fasilitas rumah

• Keragaan Pengelolaan

Tanjung Lesung

• Pasokan Komoditi dan

Keterkaitan Wilayah

Pengembangan

Pariwisata

Potensi Pariwisata

Tanjung Lesung

Eksisting Pengelolaan

Pariwisata Tanjung

Lesung

Page 54: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

32

pariwisata Tanjung Lesung dilihat dari kontribusinya terhadap peningkatan

ekonomi masyarakat dan wilayah, dampak dari keberadaan pariwisata

menyangkut aspek ekonomi, sosial dan lingkungan yang dimungkinkan telah

ditimbulkan dari keberadaan pariwisata Tanjung Lesung selama ini. Maka

berdasarkan analisis terhadap fakta-fakta yang ada, dilakukan perumusan gagasan

alternatif bagi pengembangan pariwisata yang lebih mensejahterakan dan

berkelanjutan bagi masyarakat sekitar kawasan wisata dan daerah Kabupaten

Pandeglang. Berdasarkan ulasan tersebut, maka penelitian ini disederhanakan

dalam kerangka pemikiran sebagaimana nampak pada Gambar 3 di atas.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan, kerangka teori dan kerangka

pemikiran di atas maka diperoleh hipotesis:

1. Pasokan komoditi untuk aktivtias pariwisata Tanjung Lesung lebih banyak

bersumber dari wilayah luar Kecamatan Panimbang.

2. Masyarakat yang berada paling dekat menerima dampak ekonomi lebih besar

dengan adanya aktivitas wisata daripada masyarakat yang berada jauh dari

kawasan wisata Tanjung Lesung.

3. Rata-rata pendapatan perkapita di sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung

yang beraktivitas dipariwisata sama dengan rata-rata yang tidak beraktivitas di

pariwisata.

4. Keberadaan pariwisata Tanjung Lesung selama ini telah memberikan dampak

meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat lokal.

5. Pengembangan kawasan wisata Tanjung Lesung menjadi Kawasan Ekonomi

Khusus yang direncakan telah dapat memenuhi kebutuhan dan harapan

masyarakat lokal.

Page 55: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

33

3 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

Lokasi penelitian dilaksanakan di dalam kawasan wisata Tanjung Lesung dan

sekitar Kecamatan Panimbang. Penentuan Kawasan Tanjung Lesung Kecamatan

Panimbang sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan

pertimbangan bahwa kawasan wisata Tanjung Lesung Kecamatan Panimbang

telah ditetapkan sebagai penggerak (trigger) bagi perkembangan pariwisata di

Kabupaten Pandeglang dan Provinsi Banten melalui Peraturan Pemerintah Nomor

29 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung

Lesung. Penetapan kawasan wisata Tanjung Lesung sebagai KEK tentu

memerlukan pertimbangan dan kesiapan yang mendasar terkait dengan dampak

dan prospek yang akan ditimbulkan ke depan bagi masyarakat setempat,

Pemerintah Kabupaten Pandeglang dan Pemerintah Provinsi Banten agar tujuan

dari ditetapknya KEK Tanjung Lesung dapat tercapai yakni peningkatan investasi,

penyerapan tenaga kerja, penerimaan devisa, meningkatkan keunggulan

kompetitif produk ekpor dan meningkatkan kualitas SDM melalui alih teknologi

(Syamsulbahri et.all dalam Hidayat, 2010).

Durasi penelitian dilakukan selama empat bulan dari akhir Februari 2013

hingga Mei 2013, meliputi tahapan persiapan hingga penyusunan hasil penelitian.

Definisi Operasional

1. Masyarakat lokal/setempat adalah masyarakat yang menetap di sekitar

kawasan wisata Tanjung Lesung baik yang beraktivitas di pariwisata maupun

tidak.

2. Masyarakat lokal/setempat yang beraktivitas dipariwisata Tanjung Lesung

dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki aktivitas (usaha) di

dalam kawasan wisata Tanjung baik sebagai karyawan, pedagang maupun

pemasok komoditi.

3. Masyarakat lokal/setempat yang tidak beraktivitas dipariwisata Tanjung

Lesung dalam penelitian ini adalah masyarakat pada umumnya yang tidak

memiliki aktivitas ekonomi (berusaha) di dalam kawasan wisata Tanjung

Lesung, namum mereka bekerja atau beraktivitas ekonomi di luar kawasan

wisata Tanjung Lesung.

4. Tingkat kesejahteraan yang akan diukur adalah tingkat pendapatan perkapita,

pendidikan, kesehatan, kondisi perumahan dan fasilitas yang ada di rumah.

5. Pendapatan adalah semua pendapatan yang diperoleh seluruh anggota

keluarga dalam rumah tangga baik dari hasil beraktivitas (berusaha)

dipariwisata maupun bukan, yang dinyatakan dalam rupiah. Pendapatan

perkapita adalah pendapatan dalam keluarga yang dibagi dengan jumlah

anggota keluarga.

6. Pengeluaran/konsumsi adalah seluruh pengeluaran untuk makanan maupun

non-makanan dalam sebulan yang dinyatakan dalam rupiah, pengeluaran

Page 56: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

34

perkapita adalah pengeluaran sebulan dari rumah tangga yang dibagi dengan

jumlah anggota keluarga.

7. Pendidikan adalah pendidikan formal responden yang diperoleh secara resmi

yang dinyatakan dalam lamanya tahun pendidikan yang dienyam. Tingkat

pendidikan rumah tangga dilihat dari persentase tamat Sekolah Dasar.

8. Kesehatan adalah kondisi kesehatan anggota keluarga selama 3 bulan terakhir

yang dinyatakan dalam persentase sering sakit.

9. Kondisi perumahan adalah kondisi rumah responden baik yang bersifat

permanen, semi permanen, mapun non permanen.

10. Persepsi adalah pemahaman atau pandangan seseorang tentang objek wisata

Tanjung Lesung. Dalam hal ini persepsi diukur berdasarkan persentase dari

pertanyaan tentang:

a) Penilaian terhadap aspek ekonomi dari adanya pengembangan kawasan

wisata Tanjung Lesung bagi masyarakat

b) Penilaian terhadap aspek sosial budaya dari adanya pengembangan

kawasan wisata Tanjung Lesung bagi masyarakat

c) Penilaian terhadap aspek lingkungan dari adanya pengembangan wisata

Tanjung Lesung bagi masyarakat

11. Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang

diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lainnya dengan tujuan bukan

untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tetapi semata-

mata menikmati perjalanan tersebut.

12. Daerah tujuan wisata adalah suatu daerah yang memiliki daerah-daerah

wisata yang ditunjang dengan sarana dan prasarana wisata.

13. Objek wisata adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya

serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

tarik untuk dikunjungi.

14. Wisatawan adalah pengujung objek wisata dengan motivasi tertentu seperti

memperoleh kesenangan, kepuasan, pengujian, observasi dan penelitian.

15. Wisatawan mancanegara (wisman) adalah wisatawan yang berasal dari

negara lain yang melakukan perjalanan melampaui batas wilayah negaranya.

16. Wisatawan nusantara (wisnus) adalah wisatawan dalam negeri yaitu

seseorang warga negara melakukan perjalanan di wilayah negaranya sendiri

tanpa melewati batas negara lain.

17. Partisipasi adalah keterlibatan emosi dan mental seseorang dalam situasi

kelompok yaitu adanya ketersediaan untuk mengambil bagian dalam

menetapkan tujuan bersama, serta kesediaan memikul tanggung jawab demi

pencapaian tujuan bersama.

18. Pasokan komoditi dalam penelitian ini adalah segala input (supply) berupa

barang atau jasa baik untuk kebutuhan logistik, akomodasi dan atraksi wisata

untuk menunjang pelayanan (services) bagi tamu di Kawasan Tanjung

Lesung.

19. Komoditi logistik dalam penelitian ini adalah barang atau jasa berupa;

makanan, minuman, sayuran, daging, semua jenis ikan, sembako (groseries),

ATK, benda material, keperluan engineering barang kimia, obat-obatan,

semua jenis pembersih dan BBM yang digunakan oleh operator wisata

Tanjung Lesung.

Page 57: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

35

20. Komoditi akomodasi dalam penelitian ini adalah barang atau jasa yang

digunakan untuk perlengkapan hotel berupa; barang-barang untuk kamar

mandi hotel, sandal hotel, handuk, bantal dan sarung bantal dan plastik room

bag yang digunakan oleh operator wisata Tanjung Lesung yang menyediakan

hotel atau villa.

21. Komoditi atraksi dalam penelitian ini adalah barang atau jasa yang digunakan

untuk menunjang fasilitas wisata khas masing-masing operator wisata berupa;

semua barang untuk alat pancing, boat (perahu mesin dan non mesin), sepeda,

alat snorkling, alat menyelam, alat pelampung, perlengkapan out bond dan

lain-lain yang digunakan oleh operator wisata.

22. Operator wisata dalam penelitian ini ialah masing-masing pengelola wisata

komersil yang ada di Tanjung Lesung yakni: Beach Club, Hotel Bay Villas

Tanjung Lesung, Sailing Club, Villa Kalicaa Tanjung Lesung dan Blue Fish.

Metode Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data pada penelitian ini tidak hanya memerlukan data

sekunder namun juga memerlukan data primer. Hal ini dapat digunakan untuk

memperoleh data dan informasi mengenai kondisi studi penelitian. Pengumpulan

data dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dapat dilakukan dengan

observasi/pengamatan dan dokumentasi. Sehingga untuk mereduksi suatu data

berupa angka-angka yang digunakan pada penelitian dengan pendekatan

kuantitatif juga digunakan pada penelitian dengan pendekatan kualitatif.

Sampel Penelitian

Desa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 2 (dua) desa

dari 6 (enam) desa yang ada di Kecamatan Panimbang yakni Desa Citeureup

dengan 11 RW dan 41 RT dan Desa Tanjung Jaya dengan 14 RW dan 48 RT.

Ditetapkanya dua desa dan tiga titik lokasi sampel pada penelitian ini

berdasarkan jarak kedekatan dari kawasan wisata Tanjung Lesung selain juga

diasumsikan karena wilayah yang paling besar menerima dampak langsung

maupun tak lansung dari aktivitas pariwisata Tanjung Lesung. Penetapan lokasi

menggunakan stratified sampling, kategori dekat diwakili pada lokasi responden

1, kategori sedang diwakili pada lokasi sampel 2 dan kategori jauh diwakili pada

lokasi sampel 3, dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Peta sebaran lokasi

sampel dapat dilihat pada Gambar 4 dan Tabel 10.

Responden dalam penelitian ini dibagi dua kelompok yakni, kelompok

responden yang beraktivitas di pariwisata dan kelompok responden yang tidak

beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung (sebagai kontrol), masing-masing 30

respoden. Pemilihan responden untuk masing-masing strata melalui purposive

sampling dengan pertimbangan karena tidak diperolehnya daftar lengkap

kerangka sampling terutama kelompok responden yang beraktivitas di pariwisata

Tanjung Lesung. Penentuan responden terpilih dengan menggunakan incidental

sampling, mula-mula mencari responden yang beraktivtias di pariwisata,

kemudian mencari responden yang tidak beraktivitas di pariwisata dengan

karekteristik responden yang sama melalui pendekatan (proksi) tingkat pendidikan

kedua kelompok responden yang relatif setara.

Page 58: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

36

Sumber: RTRW Kecamatan Panimbang tahun 2011, dimodifikasi Gambar 4 Peta lokasi dan sebaran sampel di Desa Tanjungjaya dan Citeurep

Kecamatan Panimbang

Kelompok responden yang beraktivitas di pariwisata dalam penelitian ini

dimaksudkan sebagai anggota keluarga (sasaran responden) yang bekerja,

berdagang maupun memiliki kegiatan ekonomi yang dilaksanakan secara intensif

di dalam kawasan wisata Tanjung Lesung. Sementara kelompok responden yang

tidak beraktivitas di kawasan wisata adalah anggota keluarga yang tidak

melaksanakan kegiatan ekonomi di dalam kawasan wisata Tanjung Lesung

sebagai kontrolnya.

Tabel 10 Sebaran lokasi sampel responden yang beraktivitas di pariwisata dan

tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung

Desa (Lokasi) Beraktivitas di Pariwisata

Jumlah Ya Tidak

Tanjungjaya (Lokasi I) 8 8 16

Tanjungjaya (Lokasi II) 7 7 14

Citeureup (Lokasi III) 15 15 30

Total 60 Sumber : Data hasil olah tahun 2013

Selain sampel responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas

dipariwisata, dalam penelitian ini mengambil responden untuk indept interview

Page 59: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

37

kepada lima operator wisata di Tanjung Lesung. Uraian kelima operator wisata

untuk responden indept interview dan jumlah total seluruh responden dapat dilihat

pada Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah responden masyarakat dan operator wisata di Tanjung Lesung

No Jenis Responden Desa

Jumlah Tj. Jaya Citeureup

Masyarakat

1 Masyarakat yang beraktivitas di pariwisata 15 15 30

Masyarakat yang tidak beraktivitas di

pariwisata 15 15 30

Jumlah I 30 30 60

Pengelola (Operator) Wisata di Tanjung Lesung

2

Pengelola Tanjung Lesung Beach Hotel (BayVillas) 1 1

Pengelola Villa Kalicaa 1 1

Pengelola Beach Club 1 1

Pengelola Sailing Club 1 1

Pengelola Blue Fish 1 1

Jumlah II 5

Total Responden 65 Sumber : Data hasil olah tahun 2013

Jenis dan Sumber Data

Studi Literatur

Studi literatur merupakan sumber data dan informasi bersifat skunder yang

berasal dari berbagai sumber seperti buku, majalah, jurnal, bulletin, makalah,

seminar, laporan kolokium, seminar, Skripsi, Tesis yang digunakan untuk kajian

teoritis serta penambahan pemahaman terhadap penanganan permasalahan-

permasalah sejenis yang perrnah dilakukan di wilayah-wilayah lain, baik itu

perumusan masalah, penggunaan alat analisis maupun penyusunan rencana atau

pun rekomendasi studi.

Data Primer

Data primer diperoleh melalui pengamatan degan cara observasi dan

wawancara dengan menggunakan kuesioner dan daftar pertanyaan mendalam.

Survey dilakukan terhadap sejumlah responden terpilih serta yang dianggap

mempunyai kemampuan dan memahami permasalahan sebagi orang kunci key

persons, baik pada responden masyarakat sekitar kawasan maupun responden

stakeholdes lainnya, seperti; Bappeda Kabupaten Pandeglang, Dinas Pariwisata

Kabupaten Pandeglang, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi

Kabupaten Pandeglang, pengelola pariwisata, pelaku usaha pariwisata dan

masyarakat sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung.

Page 60: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

38

Data Sekunder

Data sekunder yang terkait dalam penelitian ini diambil dari dokumen-

dokumen atau monografi yang diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti; BPS

Kabupaten Pandeglang, Bappeda, Dinas Pariwisata Seni dan Budaya, Dinas

Pendapatan dan Aset Daerah, Kecamatan Panimbang, Desa Tanjung Jaya, Desa

Citeureup dan dokumen pengelolaan kawasan wisata yang dikeluarkan oleh pihak

pengelola PT. Banten West Java maupun pelaku usaha pariwisata di Tanjung

Lesung, serta sumber-sumber pustaka lain yang relevan dengan topik penelitian.

Selain itu juga digunakan peta administrasi wilayah Kabupaten Pandeglang dan

peta administrasi Kecamatan Panimbang. Adapun rincian dari tujuan, metode,

data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 12.

Tabel 12 Matrik tujuan, metode, data dan sumber data penelitian

Sumber: Hasil olah tahun 2013

Metode Analisis

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif ini merupakan salah satu bentuk analisis yang bertujuan

memberikan deskripsi data yang meliputi tabulasi, peringkasan dan penyajian

dalam bentuk grafis dan gambar-gambar serta menghitung ukuran-ukuran

deskripsinya. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan, menguraikan,

menggambarkan, menganalisis, mensintesis dan menjabarkan fenomena-

fenomena yang diperoleh dari hasil analisis lainnya, sehingga dapat diperoleh

pemahaman yang lebih obyektif terhadap keadaan yang sebenarnya.

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi eksisting

keragaan pengelolaan pariwisata Tanjung Lesung serta input komoditinya,

mengkaji kondisi masyarakat setempat terhadap tingkat kesejahteraannya baik

yang memanfaatkan potensi pariwisata maupun yang tidak dengan juga

Tujuan Metode Analisis Variabel/ Komponen Data/Sumber

Mengkaji kondisi eksisting

keragaan wisata Tanjung

Lesung

Alisisis

Deskriptif • SDA, SDM, SDSosial, SD

Buatan / infrastruktur, dan

Kelembagaan Tanjung Lesung

• Kebocoran atas belanja komoditi (jumlah, Rp. dan wilayah) untuk

aktivitas pariwisata

• Dokumen pengeloaan Tanjung Lesung

• Data primer wawancara dengan pelaku usaha

pariwisata

Menganalisis peranan

pariwisata Tanjung Lesung

terhadap tingkat

kesejahteraan masyarakat.

• Analisis Deskriptif

• Uji beda

pendapatan (U Mann -

Whithney)

• 5 indikator kesejahteraan masyarakat

• 5 indikator. Uji beda

kesejahteraan

• Analisis persepsi : Aspek

ekonomi, sosial dan lingkungan.

• Wawancara mendalam

• Data kuesioner

Menganalisis Faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat

kesejahteraan masyarakat

• Analisis

Deskriptif

• Analisis Regresi Berganda

• 6 variabel: Umur, Tk. pendidikan,

tanggungan keluarga, jarak,

pekerjaan dan aktivitas

dipariwisata.

• Data primer

• Hasil Data Kuesioner

Merumuskan gagaran

alternatif pengembangan

pariwisata yang dapat

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat

Analisis Deskriptif Sintesis atas hasil analisis • Hasil analisis sebelumnya

Page 61: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

39

menghitung nilai statistiknya

dan mengkaji persepsi masyarakat setempat

terhadap dampak dan harapan dari pengembangan pariwisata di kawasan Tanjung

Lesung.

Analisis Beda Tingkat Kesejahteraan (Uji U Mann Whitney)

Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi dua sampel independen (Two

Independent Sample Tests) dengan bentuk data ordinal. Apa bila data berbentuk

interval seharusnya tidak terdistribusi normal atau sebaliknya dikonversi dahulu

dalam bentuk ordinal. Uji Mann Whitney merupakan alternatif dari uji t dua

sampel independen. Uji ini berdasarkan peringkat data. Data dari kedua sampel

digabungkan dengan diberi peringkat dari terkecil hingga terbesar. Prosedur

pengujian dapat dilakukan sebagai berikut :

Menghitung nilai U dengan menggunakan rumus :

Dimana :

n1 = jumlah sampel 1

n2 = jumlah sampel 2

R1 = jumlah jenjang pada sampel 1

R2 = jumlah jenjang pada sampel 2

Diantara nilai U1 dan U2 yang lebih kecil digunakan sebagai U hitung

untuk dibandingkan dengan U tabel. Jika nilai U hitung lebih besar dari n1 n2/2

maka nilai tersebut adalah nilai U‟, dan nilai U dapat dihitung dengan rumus :

H0 : Tidak ada perbedaan pendapatan antara kedua kelompok (masyarakat

yang beraktivitas di pariwisata dan tidak beraktivitas di pariwisata

Tanjung Lesung)

H1 : Ada perbedaan pendapatan antara kedua kelompok (masyarakat

yang beraktivitas di pariwisata dan tidak beraktivitas di pariwisata

Tanjung Lesung)

Dengan kriteria Pengambilan keputusan :

H0 diterima bila U hitung ≥ U tabel ( α ; n1,n2 )

H0 ditolak bila U hitung ≤ Utabel ( α; n1,n2 )

Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat kesejahteraan rumah tangga yang beraktivitas dan tidak

beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung dilihat berdasarkan indikator-indikator

U = n1 n2 - U‟

Page 62: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

40

kesejahteraan, dianalisis secara deskriptif dengan sistem skoring dan uji statistik.

Dalam hal penelitian ini dibedakan atas 3 (tiga) kelompok yang tinggi, sedang dan

rendah serta digunakan indikator SUSENAS. Indikator yang digunakan adalah

pendapatan per kapita rumah tangga (di atas atau di bawah garis kemiskinan),

pendidikan keluarga, kesehatan keluarga, kondisi rumah serta kelengkapan

fasilitas rumah. Uraian indikator kesejahteraan dapat dilihat pada Tabel 13

berikut.

Tabel 13 Indikator kesejahteraan

No. INDIKATOR TINGKAT KESEJAHTERAAN SKOR

1.

Pendapatan perkapita per bulan dibagi menjadi 2 kategori

a. Pendapatan perkapita/bulan Rp. 229.661,- (Tidak Miskin)*

b. Pendapatan perkapita/bulan Rp. 229.661,- (Miskin)

Skor 2

Skor 1

2.

Pendidikan keluarga dibagi menjadi 3 kategori :

a. > 60 persen jumlah keluarga tamat SD (tamat SD)

b. 30 persen - 60 persen jumlah keluarga tamat SD (tidak tamat SD)

c. < 30 persen jumlah keluarga tamat SD (tidak tamat SD)

Skor 3

Skor 2

Skor 1

3.

Kesehatan keluarga dibagi menjadi 3 kategori :

a. > 25 persen jumlah keluarga sering sakit (baik)

b. 25 persen - 50 persen jumlah keluarga sering sakit (sedang)

c. < 50 persen jumlah keluarga sering sakit (buruk)

Skor 3

Skor 2

Skor 1

4.

Kondisi perumahan keluarga dibagi menjadi 3 kategori :

a. Keadaan permanen (skor 15 - 19)

b. Keadaan semi permanen (skor 10 - 14)

c. Keadaan tidak permanen (skor 5 - 9)

Skor 3

Skor 2

Skor 1

5.

Fasilitas perumahan keluarga dibagi menjadi 3 kategori :

a. Lengkap (skor 15 - 19)

b. Semi Lengkap (skor 10 - 14)

c. Tidak lengkap (skor 5 - 9)

Skor 3

Skor 2

Skor 1

Keterangan: *Angka proyeksi garis kemiskinan Kabupaten Pandeglang tahun 2012

Kemudian membandingkan dengan klasifikasi berikut ini:

a. Tingkat kesejahteraan tinggi jika skor antara 12 – 14

b. Tingkat kesejahteraan sedang jika skor antara 9 – 11

c. Tingkat kesejahteraan rendah jika skor 6 – 8

Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Pendapatan per Kapita Rumah Tangga

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat

kesejahteraan masyarakat lokal/setempat digunakan pendekatan bentuk fungsi

regresi. Menurut Sumodiningrat (1994), fungsi regresi terdiri dari regresi linier

berganda, regresi log -Linier ( double-log), dan regresi semilog. Berdasarkan

ketiga bentuk fungsi regresi tersebut akan dipilih fungsi yang cocok yang sesuai

dengan beberapa kriteria yang ada dalam teori ekonomi, seperti goodness of fit

dan kesederhanaan. Penelitian ini menggunakan fungsi regresi linier berganda.

Fungsi regresi tersebut digunakan untuk menganalisis pengaruh dari

peubah bebas terhadap peubah terikat. Analisis ini akan diuji pada kelompok

Page 63: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

41

rumah tangga yang beraktivitas di pariwisata dan kelompok rumah tangga yang

tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung. Pada analisis ke dua kelompok

responden ini nilai pendapatan per kapita (Y) dipandang sebagai peubah tak

bebas (dependent variable), sedangkan tingkat pendidikan, jumlah tanggungan

keluarga, lokasi tempat tinggal ke kawasan Tanjung Lesung, jenis pekerjaan,

pekerjaan sampingan dan partisipasi di pariwisata sebagai peubah bebas

(independent variable). Untuk mengetahui pengaruh dari kegiatan pariwisata

terhadap masyarakat sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung juga dilakukan

analisis serupa, pada analisis ini kedua kelompok responden digabung. Peubah

(varibel) yang diuji meliputi, tingkat pendidikan kepala keluarga, jumlah

tanggungan keluarga dan variabel dummy diantaranya; lokasi tempat tinggal ke

kawasan wisata, kepemilikan pekerjaan sampingan, jenis pekerjaan KK dan

keikutsertaan responden dalam memanfaatkan potensi obyek wisata (peubah

dummy) dengan persamaan sebagai berikut:

Dimana :

Y = Tingkat pendapatan rumah tangga per kapita (rupiah)

X1 = Jenjang pendidikan kepala keluarga (tahun)

X2 = Jumlah tanggungan keluarga (orang)

D1 = Dummy Lokasi responden ke-i

DSdng = 1, jika lokasi sedang

= 0, jika selainnya

DJauh = 1, jika lokasi jauh

= 0, jika selainnya

D2 = Dummy pekerjaan kepala keluarga

Bernilai 1, jika memiliki pekerjaan sampingan

Bernilai 0, jika tidak memiliki pekerjaan sampingan

D3 = Dummy jenis pekerjaan responden ke-i

DJasa = 1, jika usaha disektor jasa

= 0, jika selainnya

DDagang = 1, jika usaha dagang

= 0, jika selainnya

D4 = Dummy keikutsertaan responden dalam kegiatan pariwisata

Bernilai 1, jika beraktivitas di pariwisata

Bernilai 0, jika tidak beraktivitas di pariwisata

α = konstanta

ß1 - ß7 = koefisien regresi

ε = error term

Tingkat kepercayaan (level of significant) α, kriteria yang digunakan untuk

menguji hipotesis adalah jika Fhitung = F tabel pada level α = 0,05 maka kegiatan

pariwisata di Tanjung Lesung berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat

sekitar kawasan. Jika F hitung < F tabel pada level α = 0,05 maka kegiatan

pariwisata di Tanjung Lesung tidak berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat

sekitar kawasan.

𝑌𝑖 = 𝛼 + 𝛽 𝑋 + 𝛽 𝑋 + 𝛽3𝐷Sdng + 𝛽4𝐷jauh +𝛽5𝐷𝑝𝑘𝑗 𝑠𝑚𝑝𝑛𝑔𝑛

+𝛽6𝐷𝐽𝑎𝑠𝑎 + 𝛽7𝐷𝐷𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔 + 𝛽8𝐷𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣 + 𝜀

Page 64: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

42

Implikasi Terhadap Kebijakan dan Gagasan Alternatif Pengembangan

Pariwisata Tanjung Lesung yang Mensejahterakan

Kebijakan pengembangan pariwisata sebagaimana tujuan dasarnya yakni

memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar dan perekonomian

wilayah. Dalam hal ini kebijakan pengembangan pariwisata diharapkan mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat baik secara langsung maupun

tidak langsung sekaligus memperhatikan dampak negatif yang mungkin

ditimbulkannya baik pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan sekitar kawasan

wisata.

Analisis deskriptif dilakukan sebagai sintesis dari hasil analisis sebelumnya

dengan merumuskan gagasan alternatif yang dapat ditempuh oleh pihak-pihak

pengambil kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan kawasan

pariwisata Tanjung Lesung ke depan.

Page 65: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

43

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Wilayah Kabupaten Pandeglang

Keadaan Alam

Kondisi Geografis dan Wilayah Adminstratif Kabupaten Pandeglang

Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kabupaten dari 8

Kabupaten/Kota di Provinsi Banten yang berada di ujung barat Pulau Jawa.

Secara geografis terletak antara 6º21‟- 7º10‟ Lintang Selatan dan 104º48‟-

106º11‟ Bujur Timur, memiliki luas wilayah 2.747 km2 (

274.689,91 ha), atau

sebesar 29,98 persen dari luas Provinsi Banten dengan panjang pantai mencapai

307 km. Secara administratif dibagi menjadi 335 desa/kelurahan dan 35

kecamatan dengan batas-batas administrasi:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serang;

2. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda;

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia;

4. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak.

Adapun secara rinci luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten

Pandeglang diuraikan pada Tabel 14.

Tabel 14

Luas wilayah admnistrasi kecamatan Se-Kabupaten Pandeglang

tahun 2009

Nama Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Nama Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Sumur 258,54 Mandalawangi 80,19

Cimanggu 259,73 Cimanuk 23,64 Cibaliung 221,88 Cipeucang 21,16

Cikeusik 322,76 Banjar 30,50

Cigeulis 199,65 Kaduhejo 33,57

Panimbang 132,84 Pandeglang 16,85

Munjul 75,25 Cadasari 29,20

Angsana 64,84 Karangtanjung 19,07

Picung 56,74 Cibitung 180,72

Bojong 50,72 Carita 41,87 Saketi 54,13 Sukaresmi 57,30

Cisata 44,81 Mekarjaya 31,34

Pagelaran 42,76 Sindangrestmi 65,20

Patia 45,48 Koroncong 17,86

Labuan 15,66 PSSSulosari 31,33

Jiput 53,04 Majasari 19,57

Cikedal 26,00 Sobang 138,88

Menes 34,89

Jumlah 2.746,89

Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang tahun 2010

Secara geologi, wilayah Kabupaten Pandeglang termasuk kedalam zona

Bogor yang merupakan jalur perbukitan. Sedangkan jika dilihat dari topografi

daerah Kabupaten Pandeglang memiliki variasi ketinggian antara 0 - 1.778 meter

di atas permukaan laut (dpl). Sebagian besar topografi daerah Kabupaten

Pandeglang adalah dataran rendah yang berada di daerah tengah dan selatan yang

memiliki luas (85,07%) dari luas keseluruhan Kabupaten Pandeglang. Daerah

utara memiliki luas (14,93%) dari luas Kabupaten Pandeglang yang merupakan

Page 66: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

44

dataran tinggi, yang ditandai dengan karakteristik utamanya adalah ketinggian

gunung yang relatif tinggi, seperti Gunung Karang 1.778 meter, Gunung Pulosari

1.346 meter dan Gunung Aseupan 1.174 meter.

Suhu udara di Kabupaten Pandeglang berkisar antara 22,5 0C – 27,9

0C.

Pada daerah pantai, suhu udara bisa mencapai 22 0C – 32

0C, sedangkan di daerah

pegunungan berkisar antara 18 0C – 29

0C. Kabupaten Pandeglang memiliki

curah hujan antara 2.000 – 4.000 milimeter per tahun dengan rata-rata curah hujan

3.814 milimeter dan mempunyai 177 hari hujan rata-rata per tahun serta memiliki

tekanan udara rata-rata 1.010 milibar.

Jenis tanah yang ada di Kabupaten Pandeglang dapat dikelompokan dalam

beberapa jenis dengan tingkat kesuburan dari rendah sampai dengan sedang.

Diantara jenis tanah tersebut adalah :

1. Alluvial, terdapat di Kecamatan Panimbang, Sumur, Cikeusik, Pagelaran,

Picung, Labuan dan Munjul;

2. Grumosol, yang tersebar di Kecamatan Sumur dan Cimanggu;

3. Regosol, terdapat di Kecamatan Sumur, Labuan, Pagelaran, Cikeusik dan

Cimanggu;

4. Latosol, terdapat di sekitar Gunung Karang, Kecamatan Pandeglang, Saketi,

Cadasari, Banjar, Cimanuk, Mandalawangi, Bojong, Menes, Jiput, Labuan dan

Sumur;

5. Podsolik, terdapat di Kecamatan Labuan, Menes, Saketi, Bojong, Munjul,

Cikeusik, Cibaliung, Cimanggu, Cigeulis, Sumur, Panimbang dan Angsana.

Perekonomian Daerah Kabupaten Pandeglang

Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB)

Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pandeglang Atas

Dasar Harga Berlaku pada Tahun 2009 adalah sebesar 7,472 triliun rupiah,

sedangkan pada Tahun 2010 sebesar 8,694 triliun rupiah. Seperti pada periode

tahun sebelumnya, sektor-sektor yang dominan memberi andil dalam

pertumbuhan ekonomi yaitu sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran

serta sektor jasa-jasa. Sampai dengan tahun 2011 dengan nilai 9,618 triliun

rupiah, sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar dalam pencapaian

nilai PDRB Kabupaten Pandeglang.

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Pandeglang selama kurun

waktu 2006-2009 cenderung fluktuatif, pada tahun 2006 laju pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Pandeglang berkisar pada angka 3,96 persen. Pada tahun

2007 mengalami kenaikan menjadi 4,48 persen dan pada tahun 2008 menjadi 4,29

persen. Namun pada tahun 2009 perekonomian Kabupaten Pandeglang hanya

tumbuh sebesar 3,97 persen, lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan

ekonomi tahun 2008, yang mencapai 4,29 persen. Hal ini sejalan dengan lesunya

situasi perekonomian regional sebagai imbas krisis sektor finansial pada

perekonomian nasional dan global. Sementara itu, beberapa sektor ekonomi

unggulan mampu tumbuh lebih pesat dibandingkan tahun sebelumnya, seperti

sektor pertanian (dari 1,93 persen ke 2,20 persen) dan industri pengolahan (dari

3,05 persen ke 4,06 persen), sehingga mampu menjaga angka LPE Pandeglang

Page 67: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

45

tetap berkisar pada level ± 4 persen. Gambaran Laju Pertumbuhan Ekonomi

(LPE) Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Pandeglang tahun 2006 -

2009

Lapangan Usaha LPE (%)

2006 2007 2008 2009

Pertanian -1,12 2,73 1,93 2,20

Pertambangan & Penggalian 5,30 5,50 2,77 -69,81

Industri Pengolahan 5,08 3,16 3,05 4,06

Listrik, Gas dan Air Bersih -0,77 4,90 -2,77 16,63

Bangunan 7,50 6,50 9,50 7,05

Perdagangan, hotel dan restoran 7,18 4,24 5,39 4,97

Pengangkutan dan komunikasi 8,44 9,59 7,62 7,15

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 7,17 7,00 5,45 5,93

Jasa-jasa 8,22 6,98 3,68 4,89

LPE Kabupaten 3,96 4,48 4,29 3,97

Sumber: BPS Kabupaten Pandeglang tahun 2010

Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang selama ini didominasi

sektor pertanian dengan padi sebagai komoditas unggulan. Pada tahun 2009

peranan sektor ini terhadap total pembentukan nilai tambah di Kabupaten

Pandeglang mencapai 30,81 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran

memberikan peranan terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 23,77 persen

sedangkan sektor jasa-jasa mampu menyumbang sebesar 14,80 persen dari total

pembentukan nilai tambah di Pandeglang pada tahun 2009. Secara detail,

gambaran struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang menurut sektor dapat

dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang menurut sektor tahun

2000-2009

Sektor Share (%)

2000 2009

Sektor Primer (Agriculture)

- Pertanian - Pertambangan dan Penggalian

Sektor Sekunder (Manufacture)

- Industri Pengolahan

- Listrik, Gas dan Air Bersih - Bangunan

Sektor Tersier (Services)

- Perdagangan, Hotel dan Restoran

- Angkutan dan Komunikasi

- Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

- Jasa-jasa

39,27

39,16 0,11

16,92

12,03

0,68 4,21

43,74

22,91

5,11

3,72

12,00

30,39

30,81 0,12

16,62

10,96

0,74 4,92

52,46

23,77

7,98

5,91

14,80

Jumlah 100 100

Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang tahun 2001-2010

Jika diperhatikan dalam sembilan tahun terakhir, kecenderungan peranan

sektor-sektor berbasis jasa meningkat setiap tahunnya. Hal ini dipengaruhi

perubahan kultur, perkembangan teknologi dan peningkatan daya beli masyarakat.

Page 68: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

46

Kondisi Sosial dan Budaya Daerah Kabupaten Pandeglang

Kependudukan

Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang mengalami

peningkatan dari tahun 2006 sebesar 1,124 juta jiwa sampai dengan tahun 2011

menjadi 1,162 juta jiwa. Terdapat perkembangan penduduk selama periode 6

tahun sebanyak 37.626 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang dapat

dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang tahun 2006-2011

Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah

2006 577.244 547.253 1.124.497

2007 578.375 552.139 1.130.514

2008 584.503 561.564 1.146.067

2009 588.126 560.938 1.149.064

2010 589.056 560.554 1.149610

2011 595.524 566.599 1.162.123

Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang tahun 2007-2012

Penyebaran penduduk pada setiap kecamatan cenderung tidak merata.

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Pandeglang berdasarkan hasil

sensus penduduk tahun 1961-1971 sebesar 2,71 persen, periode 1971-1980

sebesar 2,15 persen, periode 1980-1990 sebesar 2,14 persen, dan periode 1990-

2000 sebesar 1,64 persen. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000

sampai dengan 2009 mencapai 1,41 persen.

Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar masyarakat dapat

memperoleh pelayanan kesehatan secara, mudah, merata dengan biaya yang

relatif terjangkau. Upaya tersebut diharapkan dapat tercapai tingkat derajat

kesehatan masyarakat yang lebih baik, sehingga akan meningkatkan produktifitas.

Untuk itu instansi terkait mengupayakan perbaikan kesehatan masyarakat dengan

menambah saran kesehatan maupun kualitas pelayanan kesehatan. Untuk

mengetahui tingkat kesehatan suatu daerah umumnya dilihat dari tingkat harapan

hidup masyarakatnya.

Angka Harapan Hidup Kabupaten Pandeglang pada tahun 2009 relatif

meningkat dari 63,3 tahun 2008 menjadi 63,5 tahun 2009, angka ini memberi

makna bahwa setiap bayi di Kabupaten Pandeglang yang lahir pada tahun 2009

mempunyai harapan hidup selama 63,5 tahun.

Upaya meningkatkan AHH merupakan hal penting yang perlu dicermati

melalui upaya-upaya peningkatan kegiatan program yang berdampak pada tingkat

kesejahteraan masyarakat seperti penurunan resiko kesakitan, pada keluarga

rentan, trend penyakit degeneratif dan tidak menular, serta peningkatan kesehatan

pra usila yang dapat hidup produktif dan mandiri.

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu basic needs bagi setiap manusia,

sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan merupakan

bagian upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ketersedian sarana dan

prasarana pendidikan sebagaimana terlihat pada Tabel 18 dan Tabel 19

Page 69: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

47

merupakan syarat mutlak dalam proses pembangunan sumber daya manusia yang

handal di Kabupaten Pandeglang, juga sebagai salah satu indikator keseriusan

Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.

Tabel 18 Jumlah sekolah di Kabupaten Pandeglang tahun 2006 - 2010

Sekolah Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

TK 276 270 282 354 395

SD Sederajat 1.006 1.013 1.012 1.015 1020

SMP Sederajat 183 211 224 265 274

SMA Sederajat 94 92 111 131 144

Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang tahun 2007-2010

Tabel 18 menggambarkan bahwa sarana pendidikan yaitu jumlah sekolah

dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 secara umum mengalami peningkatan.

Meskipun ada penurunan pada tahun 2007 terutama sekolah TK dan SMA

sederajat namun hal tersebut sangatlah tidak signifikan dibandingkan dengan

trend kenaikan sampai dengan kondisi tahun 2010.

Tabel 19 Jumlah rasio murid/guru di Kabupaten Pandeglang tahun 2006–2010

No Sekolah Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

1 TK 8,93 11,16 7,48 6,72 8,90

2 SD Sederajat 18,39 18,37 18,03 15,93 16,24

3 SMP Sederajat 12,34 13,07 13,57 12,27 12,75

4 SMA Sederajat 10,55 11,60 10,43 9,78 9,96

Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang tahun 2007-2010

Tabel 19 menunjukan bahwa rasio murid/guru di Kabupaten Pandeglang

dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 secara umum mengalami perbaikan.

Gambaran ini membuktikan bahwa Pemerintah Daerah sangat concern terhadap

upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia semenjak usia dini melalui

pendidikan formal.

Kondisi Potensi Pariwisata Pandeglang

Sektor pariwisata merupakan salah satu andalan Kabupaten Pandeglang

untuk meningkatkan perekonomian daerah khususnya dalam peningkatan

penerimaan PAD serta daya efek berantai (multiplayer effect) yang positif

terhadap sektor pembangunan lainnya. Pengembangan pariwisata diarahkan pada

peningkatan destinasi wisata berupa kawasan wisata, objek wisata, akomodasi

yang mendukung serta pemasaran wisata yang akhirnya ukuran keberhasilan

pembangunan pariwisata tercermin melalui jumlah kunjungan wisata. Secara

umum Kabupaten Pandeglang memiliki potensi dalam hal kepariwisataan,

khususnya wisata pantai, wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan:

a. Pariwisata pantai dan selam

Daerah-daerah yang dianggap sesuai untuk kegiatan pariwisata pantai

adalah Pantai Carita, pantai Bama, Pantai Popole, Pantai Penimbang, Pantai

Tanjung Lesung, Pulau Liwungan, Pantai Cipanon, Pantai Cimahpar,

Pantai/Muara Cijalarang, Pantai Ciputih, Pantai Cikeruh Wetan, Pantai

Tanjungan, Pantai Citeluk dan Pantai Sindangkerta. Selain potensi pariwisata

Page 70: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

48

pantai, beberapa lokasi wisata pantai juga memiliki eksotisme bawah laut yang

dapat dikembangkan sebagai lokasi wisata selam. Beberapa daerah tersebut antara

lain Kawasan Tanjung Lesung, Pulau Liwungan, Pulau Handeuleum, Pulau

Panaitan, Pulau Umang dan Pulau Deli.

b. Pariwisata sejarah, ziarah dan kota

Beberapa lokasi yang memenuhi syarat sebagai lokasi wisata ziarah dan wisata

kota antara lain Makam Simpeureun, Kota Pandeglang, Penziarahan Cibulakan,

Batu Qur‟an, Penziarahan Cikadueun, Prasasti Muruy, Masjid Caringin dan

Penziarah Mantiung.

c. Agrowisata

Mengingat potensi pertanian dan perikanan yang begitu besar di kabupaten

Pandeglang disertai dengan industi pengolahannya maka tidak salah jika

agrowisata juga merupakan salah satu aspek wisata Kabupaten Pandeglang.

Daerah-daerah yang dapat dijadikan tujuan agrowisata antara lain Agrowisata

Akarsari, Agrowisata Cihunjuran, Agrowisata Gunung Honje, dan daerah

Agrowisata Kutakarang.

d. Ekowisata dan edutourism

Daerah-daerah yang sesuai untuk kegiatan ekowisata dan edutourism adalah

taman rekreasi Tamansari, bumi perkemahan Perhutani, taman rekreasi

Perhutani, Desa wisata Cikadu, dan tentu saja Taman Nasional Ujung Kulon.

Data kunjungan wisatawan ke sebagian objek wisata yang ada di

Kabupaten Pandeglang tahun 2012 diuraikan pada Tabel 20.

Tabel 20 Jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata di pandeglang tahun

2012

Nama Objek Wisata Jumlah Pengunjung Persentase

Air Panas Cisolong Pemkab 4.963 0,4%

Air panas Gunung Torong 29.141 2,2%

Air Panas Alam Sari 34.287 2,6%

CAS Water park 267.278 20,2%

Pemandian Lebak Seureuh 41.844 3,2%

Pemandian Alami Cikoromoi 21.7525 16,5%

Karangsari Carita 22.3122 16,9%

Pasir Putih Carita 11.8382 9,0%

Perum Perhutani Carita 36.760 2,8%

Matahari Carita 193.892 14,7%

Curug Putri Pulosari 31.700 2,4%

Kawasan Tanjung Lesung 115.807 8,8%

Kawasan TN Ujung Kulon 6.598 0,5%

Jumlah 1.321.299 100%

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang tahun 2013

Selain jumlah kunjungan objek wisata pantai dan air, sebagaimana

dijelaskan pada tabel 20, kunjungan wisatawan pada objek wisata religius juga

sangat tinggi. Tercatat jumlah kujungan wisatawan jiarah ke Kabupaten

Pandeglang tahun 2012 sebanyak 656.742 orang dari berbagai daerah di

Indonesia. Lokasi jiarah paling besar adalah Makam Syeh Mansyur di Cikadueun

Kecamatan Cipacung Kabupaten Pandeglang dengan jumlah kunjungan 160.924

orang tahun 2012.

Page 71: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

49

Wilayah Kecamatan Panimbang dan Kawasa Wisata Tanjung Lesung

Kondisi Alam Kecamatan Panimbang

Batas Geografis dan Administrasi

Wilayah Kecamatan Panimbang secara geografis terletak pada 06°29‟00”-

06°36‟00” Lintang Selatan dan 105°38‟00”- 105°50‟00” Bujur Timur. Luas

wilayah 97,75 km² atau sebesar 3,56 persen dari luas Kabupaten Pandeglang.

Kecamatan Panimbang berjarak 60 km dari Kabupaten Pandeglang dengan batas

administrasi sebagai berikut :

Sebelah Utara : Selat Sunda dan Kecamatan Pagelaran

Sebelah Selatan : Kecamatan Cigeulis

Sebelah Timur : Kecamatan Sobang

Sebelah Barat : Kecamatan Selat Sunda

Kecamatan Panimbang secara administrasi terdiri dari 6 desa, 70 rukun

warga (RW) dan 230 rukun tetangga (RT). Desa Mekarjaya merupakan desa

terkecil dengan luas 6,06 km2, sedangkan Desa Tanjungjaya merupakan desa

terbesar dengan luas 33,0 km2.

Kondisi Topografi

Berdasarkan kondisi topografi Kecamatan Panimbang merupakan tipe

wilayah berbukit pada daerah sekitar Tanjung Lesung dan dimanfaatkan sebagai

lahan perkebunan dan relatif datar. Wilayah ibu kota kecamatan dan sekitarnya

dimanfaatkan sebagai lahan permukiman, pertanian dan sedikit perkebunan.

Dari data yang ada diperoleh bahwa 92 persen wilayah merupakan

kawasan datar sampai bergelombang untuk dataran tinggi dan berbukit sebesar 2

persen dengan fungsi dominan untuk semak belukar dan bukit landai 6 persen

fungsi semak belukar dan pohon. Berdasarkan ketinggian Kecamatan Panimbang

berada pada 3 meter di atas permukaan laut (DPL).

Keadaan Topografi wilayah Kecamatan Panimbang secara garis besar

dapat dikelompokan menjadi 2 (dua), yaitu :

a) Dataran rendah, berdasarkan aspek morfogenetik bentuk lahan dataran

rendah dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu alluvial dan diocena.

b) Perbukitan, kelompok perbukitan adalah batuan basal yang tergolong

batuan vulkanik. Bentuk-bentuk lahan yang tergolong ke dalam kelompok

perbukitan.

Kondisi Klimatologi

Secara umum kondisi klimatologi Kecamatan Panimbang mempunyai iklim tropis basah sehingga seperti umumnya mempunyai musim kemarau dan

musim penghujan. Berdasarkan curah hujan kondisinya hampir sama dengan

kondisi wilayah lain di Kabupaten Pandeglang, untuk rata-rata hari hujan pada

tahun 2011 adalah 115 Hari dengan curah hujan 1911, 00 mm. Kondisi curah

hujan tertinggi adalah pada bulan Maret dengan jumlah hari hujan adalah 20 hari

dan curah hujan 308,00 mm sedangkan yang terendah adalah pada bulan Juni

dengan jumlah hari hujan adalah 5 hari dan curah hujan 54 mm.

Page 72: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

50

Suhu udara berkisar antara 22,5 0C – 27,9

0C. Pada daerah pantai, suhu

udara bisa mencapai 22 0C – 32

0C, sedangkan di daerah pegunungan dengan

ketinggian 400 – 1.350 meter suhu dapat mencapai hingga 18 0C – 29

0C.

Kondisi Hidrologi

Kondisi hidrologi atau sumber daya air yang ada di Kecamatan Panimbang

dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :

a. Air Permukaan.

Untuk air permukaan yang ada di Kecamatan Panimbang tidak dijumpai

sumber air yang berupa sungai yang mengalir sepanjang tahun. Hal ini

mengindikasikan sumber air permukaan kawasan ini terbatas. Diketahui

bahwa air permukaan di wilayah ini memiliki akuifer produktif dimana luas

penyebarannya mempunyai debit kurang dari 5 liter per detik, dengan kondisi

ini maka kualitas airnya terasa payau sehingga tidak dapat dipergunakan

sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan pokok.

b. Air Tanah Dangkal

Keadaan air tanah dangkal berupa sumur-sumur galian yang dipergunakan

masyarakat sebagai sumber air bersih memiliki debit 2 liter per detik dengan

kedalaman 5-10 m. Air tanah tersebut sangat sulit untuk didapatkan pada

musim kemarau.

c. Air Tanah Dalam.

Air tanah dalam adalah air yang terdapat didalam lapisan batuan yang dibagi

atas dan bawahnya dibatasi oleh batuan lain yang relatif kedap air.

Berdasarkan kondisi geologi di Kecamatan Panimbang, diperkirakan terdapat

air tanah tertekan pada kedalaman di bawah 15 m, sedangkan di kawasan

batuan vulkanik tua tidak terdapat air tanah.

Kondisi Geologi dan Jenis Tanah

Faktor fisik dasar dalam penentuan fungsi kawasan adalah daya dukung

berdasarkan struktur batuan. Struktur batuan di Kecamatan Panimbang dari segi

Geomorfologi terbentuk dan termasuk jenis batuan sedimen formasi Bojongmanik

yaitu perselingkuhan batu pasir dan batu lempung menyerpih bersisipan napal,

konglomerat, batu gamping tuf, dan ligit (Tmb), endapan permukaan alluvium,

kerikil, pasir, lanau, lempung dan kerakal batu apung (Qa), batuan sedimen

formasi honje breksi gunung api, tuf lava, andesit basal, kayu kersikan (Tmh),

batuan sedimen formasi Cipancar, tuf, batu apung, batu pasir tufan, batu lempung

tufan, tuf breksi dan napal (Tpc).

Dilihat dari daya dukung tanah terhadap bangunan di Kecamatan

Panimbang, terdapat 3 (tiga) kelas kemampuan daya dukung tanah yakni :

1. Jenis tanah berkerikil yang terdapat dibagian selatan membujur kearah barat di

sekitar perbukitan Desa Tanjungjaya.

2. Jenis tanah berpasir, yang terdapat dibagian utara dan timur menyebar hingga

ke bagian barat kecamatan.

3. Jenis tanah pasir tanau berada di sebagian barat Kecamatan Panimbang yaitu

di Desa Tanjungjaya dan Mekarsari.

Dilihat dari jenis tanah yang ada di wilayah ini terdiri atas; alluvial,

grumosol, regosol, latosol, dan podsolik, khusus di Kecamatan Panimbang jenis

tanah yang ada disini adalah alluvial dan podsolik.

Page 73: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

51

Kondisi Penduduk di Kecamatan Panimbang

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Kondisi penduduk tahun 2011 berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan

perempuan Di Kecamatan Panimbang secara umum tidak memiliki perbedaan

yang signifikan. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 25.409 jiwa atau sebesar 51,3

persen sedangkan untuk jumlah penduduk perempuan sebesar 24.147 jiwa atau

sebesar 48,7 persen. Jumlah rumah tangga dan penduduk berdasarkan jenis

kelamin diuraikan pada Tabel 21.

Tabel 21 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Kecamatan Panimbang

tahun 2011

Desa/Kelurahan Jumlah

Rumah

Penduduk Jumlah

Laki-Laki Perempuan

Mekarjaya 1.166 2.424 2.197 4.621

Gombong 1.001 1.842 1.791 3.633

Panimbangjaya 3.420 7.799 7.183 14.982

Mekarsari 2.939 5.450 5.487 10.937

Citeureup 2.070 4.327 4.179 8.506

Tanjungjaya 1.826 3.566 3.310 6.876

Jumlah 12.422 25.408 24.147 49.555

Sumber: Panimbang Dalam Angka tahun 2012

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tahap Kesejahteraan

Berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Panimbang

terbagi menjadi 5 kategori yaitu: Keluarga Prasejahtera sebanyak 5973 jiwa atau

41persen, Sejahtera Tahap I sebanyak 3914 jiwa atau 27 persen, Sejahtera Tahap I

sebanyak 2645 jiwa atau 18 persen, Sejahtera Tahap III sebanyak 1805 atau 12

persen penduduk yang berada pada tahap Sejahtera III+ sebanyak 159 atau

sebesar 1 persen.

Berdasarkan persentase masing-masing Kelurahan dan Desa di Kecamatan

Panimbang penduduk prasejahtera paling rendah adalah Desa/Kelurahan

Mekarjaya yaitu 9 persen dan tertinggi adalah Desa/Kelurahan Panimbangjaya,

sedangkan untuk masyarakat Sejahtera III+, tertinggi adalah Desa/Kelurahan

Panimbangjaya yaitu sebesar 34 persen sedangkan terendah adalah Desa

Mekarjaya dan Gombong masing-masing 10 persen. Untuk lebih jelasnya

mengenai persentase tingkat kesejahteraan penduduk Kecamatan Panimbang

dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Persentase penduduk berdasarkan tingkat kesejahteraan Kecamatan

Panimbang tahun 2011

Desa/Kelurahan

Persentase (%) Tingkat Kesejahteraan Keluarga

Prasejahtera Sejahtera

Tahap I

Sejahtera

Tahap II

Sejahtera

Tahap III

Sejahtera

Tahap III+

Mekarjaya 9 5 9 10 8

Gembong 8 9 8 10 16

Panimbang 35 36 34 34 31

Mekarsari 20 21 20 20 19

Citeureup 15 15 15 14 14

Tanjungjaya 13 14 13 13 11

Sumber: Panimbang Dalam Angka tahun 2012

Page 74: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

52

Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kecamatan Panimbang

Kondisi sosial masyarakat Kecamatan Panimbang nilai-nilai budaya masih

tersimpan, hal ini masih aktifnya kesenian masyarakat seperti Debus yang sering

ditampilkan untuk atraksi wisatawan, berdasarkan nilai religius mayoritas

penduduk adalah beragama islam, nilai-nilai ini dapat terlihat di daerah-daearah

pinggiran Kecamatan Panimbang seperti Citeureup, Bodur anak-anak masih

banyak yang mengisi surau-surau untuk belajar agama.

Dari sisi mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Panimbang di

golongkan menjadi dua yaitu nelayan dan bertani. Sektor ini merupakan hal yang

dapat dijadikan sebuah objek yang bernilai untuk wisatawan. Masih menjadi

terkendala dari faktor sosial budaya adalah masalah kenakalan remaja dengan

munculnya geng-geng motor yang berdampak pada kebisingan lingkungan.

Apabila hal ini tidak segera diantisipasi akan mengganggu wisatawan yang datang

dan berkunjung ke wilayah tersebut.

Fasilitas Pendukung Kecamatan Panimbang

Fasilitas Perumahan

Keberadaan fasilitas perumahan merupakan kebutuhan yang utama dimana

berfungsi sebagai tempat untuk berlindung dan meneruskan kehidupan.

Berdasarkan kondisi yang ada fasilitas perumahan di Kecamatan Panimbang

sebagian besar menempati wilayah-wilayah yang dekat dengan kawawasan

ekonomi, seperti Panimpangjaya, Citeureup di daerah sekitar pasar. Perumahan-

perumahan ini pembangunanya mengikuti perkembangan jalan atau tipe radial.

Di daerah-daerah pinggiran terdapat perumahan masyarakat yang sifatnya

sporadis hal ini disebabkan oleh faktor kedekatan dengan mata pencaharian,

kondisi rumah-rumah yang ada berada disekitar jalan menuju kawasan Tanjung

Lesung, selain itu ada pula rumah-rumah ini adalah tidak permanen dimana

dinding-dindingnya berbahan dasar dari kayu. Kondisi rumah di Kecamatan

Panimbang dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Jumlah dan jenis rumah Kecamatan Panimbang tahun 2011

Desa/Kelurahan

Jenis Bangunan

Pemanen Semi

Permanen Sederhana Jumlah

Mekarjaya 314 357 532 1.203

Gembong 314 388 456 1.158

Panimbang 1.063 943 1904 3.910

Mekarsari 842 852 1396 3.090

Citeureup 718 652 957 2.327

Tanjungjaya 384 427 643 1.454

Jumlah 3.635 3.619 5.888 13.142 Sumber : Panimbang Dalam Angka tahun 2012.

Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Untuk menunjang pengembangan ekonomi wilayah perlu didukung oleh

adanya sarana dan prasaran pendukung yang menunjang dan sesuai dengan

kebutuhan wilayah yang bersangkutan. Dalam mendukung perkembangan

ekonomi Kecamatan Panimbang sudah terdapat fasilitas ekonomi diantaranya

adalah adanya pasar yang terletak di Desa/Kelurahan Panimbangjaya dan

Page 75: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

53

Citeureup, selain itu terdapat fasilitas pendukung lainnya yaitu mini market, ruko,

Rumah Potong Hewan (RPH) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Fasilitas pendukung perekonomian banyak ditempatkan di Desa/Kelurahan

Panimbangjaya hal ini disebabkan oleh wilayah tersebut adalah Ibu Kota

Kecamatan (IKK) yang merupakan orientasi ekonomi wilayah Desa/Kelurahan

lain yang berada di Kecamatan Panimbang. Untuk tiga (3) Desa/Kelurahan lain

tidak didukung oleh fasilitas ini seperti Mekarjaya, Gombong dan Tanjungjaya. Di

wilayah Desa Citeureup terdapat 2 TPI dan 1 RPH.

Sarana dan prasarana pendukung perekonomian lainnya adalah adanya

lembaga keuangan sebagai sarana untuk pinjam dan menabung bagi masyarakat

yang ada. Berdasarkan jenisnya lembaga keuangan yang ada di Kecamatan

Panimbang yaitu; bank sebanyak 5 unit, Lembaga Pengeloaan Keuangan (LPK)

Kecamatan Panimbang sebanyak 1 unit, Baitul Maal wa Tanwil (BMT) sebanyak

1 unit, dan Koperasi Simpan Pinjam sebanyak 11 unit.

Keberadaan lembaga keuangan terpusatkan di Kelurahan Panimbangjaya

dengan jumlah 10 unit, sementara di Desa Tanjungjaya tidak terdapat LKP.

Fasilitas Pendidikan

Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu

indikator dalam upaya meningkatkan kualitas SDM. Khusus di Kecamatan

Panimbang pelayanan pendidikan kepada masyarakat sudah terlayani dengan

adanya berbagai jenis fasilitas pendidikan mulai dari TK, SLTP, sampai SLTA.

Berdasarkan data BPS tahun 2012 jumlah Sekolah Negeri sebesar 40 Unit

atau 43 persen, sedangkan jumlah Sekolah Swasta sebesar 52 unit atau 57 persen.

Berdasarkan data ini nampak bahwa peran swasta dalam pembangunan fasilitas

pendidikan lebih besar dibandingkan pemerintah daerah.

Fasilitas Kesehatan

Keberadaan fasilitas kesehatan sangat diperlukan. Akses pelayanan terhadap

masyarakat perlu juga diperhatikan, seperti jarak aksesilibitas. Di Kecamatan

Panimbang keberadaan fasilitas kesehatan sudah ada, berdasarkan data yang ada

terdapat 37 sarana kesehatan hanya saja masyarakat belum terlayani oleh fasilitas

kesehatan berupa puskesmas keliling.

Berdasarkan akses jarak, masih menjadi kendala bagi masyarakat, seperti

akses menuju puskesmas yang terkendala oleh jalan dan transportasi yang belum

tersedia kendaraan umum, namun hanya dapat dijangkau menggunakan kendaraan

pribadi. Sementara lokasi puskesmas yang letaknya di pusat Desa Citeuruep untuk

Kampung Bodur dirasakan masih sangat jauh baik jaraknya. Sumberdaya

kesehatan yang ada di Kecamatan Panimbang diantaranya; puskesmas umum 2

unit, puskesmas pembantu 1 unit, dokter umum 1 orang, dokter gigi 1 orang, para

medis perawatan 31 orang dan non medis 1 orang (BPS, Panimbang Dalam

Angka tahun 2012).

Utilitas Publik Di Kecamatan Panimbang

Utilitas Listrik

Terkait dengan penerangan kelistrikan yang ada di Kecamatan Panimbang

sebagian besar penduduk sudah menggunakan fasilitas penerangan PLN.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa sebanyak 7573 Rumah

Page 76: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

54

Tangga dari total 14.422 Rumah Tangga sudah menggunakan jasa PLN tersebut

sebagai alat untuk penerangan. Desa Tanjungjaya merupakan pengguna terkecil

yaitu 663 rumah tangga dari total 1826 rumah tangga yang ada di Desa tersebut.

Secara persentase Kelurahan Panimbangjaya merupakan wilayah dengan

pengguna fasilitas listrik PLN terbesar yaitu 77 persen, sedangkan yang terkecil

adalah Desa Tanjungjaya yaitu hanya sebesar 36 persen dari total jumlah rumah

tangga yang ada. Sedangkan untuk wilayah lain seperti Desa Gombong sebesar 70

persen, Mekarjaya sebesar 71 persen, Mekarsari sebesar 53 persen dan Citeureup

sebesar 58 persen. Jika dilihat dari persentase rumah tangga yang ada berdasarkan

uraian sebelumnya, maka masih terdapat rumah tangga yang belum memperoleh

akses listrik.

Utilitas Komunikasi

Utilitas komunikasi di Kecamatan Panimbang sudah terlayani dengan

dibangunnya tower komunikasi. Jumlah tower yang ada saat ini adalah sebanyak

23 unit. Selain fasilitas komunikasi, di Kecamatan Panimbang terdapat 1 unit

Kantor Pos yang terletak di ibukota Kecamatan Panimbang.

Berdasarkan kondisi operasionalnya terdapat 4 operator telepon seluler yang

beroperasi, antara lain Telkomsel, Indosat, XL dan Flexy, namun kondisi

sambungan masih buruk yang menyebabkan tidak lancarnya komunikasi.

Sedangkan untuk jaringan internet yang menggunakan telepon seluler kondisi

sambungan (sinyal) masih buruk.

Utilitas Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem

guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam

perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase

didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi

dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan

dapat difungsikan secara optimal,

Kecamatan Panimbang secara umum keberadaan saluran drainase, seperti

saluran sekunder yang menghubungkan limbah air ke saluran primer tidak begitu

optimal, begitu pula untuk saluran tersier yang berfungsi membuang limbah air

dari rumah tangga langsung, keberadaan saluran drainase hanya berada di wilayah

IKK dan pasar Citereup namun kondisinya sangat buruk hal disebabkan oleh

keberadaan sampah yang bertumpukan disaluran tersebut. Kondisi akan

berdampak meluapnya air ke badan jalan dan mengganggu aktifitas transportasi.

Didaerah sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung, tidak ada pelayanan

saluran drainase yang sifatnya teknis atau permanen, dengan kondisi topografi

sekitar yang berbukit air hujan yang ada akan cepat merembat ke badan jalan dan

akan mengganggu aktivitas yang ada.

Utilitas Air Bersih

Ketersediaan air bersih merupakan hal yang perlu karena sangat dibutuhkan

oleh masyarakat. Cakupan layanan air bersih oleh PDAM saat ini kondisinya

masih terbatas, baru menjangkau desa-desa yang berada di pusat ibukota

kecamatan, sementara desa-desa yang jauh belum mendapatkan askses air bersih

dari PDAM. Berdasarkan data dari PDAM Kabupaten Pandeglang tahun 2008

Page 77: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

55

hingga 2009 jumlah konsumen air menurut klasifikasinya diuraikan pada Tabel

24.

Tabel 24 Jenis pelanggan dan kumlah sambungan langsung PDAM di Kabupaten

Pandeglang tahun 2008 – 2009

Jenis Pelanggan Tahun

2008 2009

Ruta Biasa / Tempat Tinggal 10.045 10.656

Instansi Pemerintah 166 185

Masjid, Tempat Peribadatan dan badan Sosial 275 289

Umum 16 14

Perusahaan, Perdagangan dan Industri 465 509 Sumber : PDAM Kabupaten Pandeglang tahun 2010

Penyediaan air bersih untuk keperluan yang ada tidak terlepas dari potensi

air baku, di wilayah pandeglang terdapat 18 aliran sungai dengan panjang total

835 km. Berdasarkan prioritas pengelolaannya sumber air bersih terbagi dalam 3

prioritas yaitu :

1. DAS Cibaliung, dengan prioritas 2

2. DAS Cibungur, dengan prioritas 3

3. DAS Cidanau, dengan prioritas 0

4. DAS Ciliman, dengan prioritas 2

5. DAS Ciujung, dengan prioritas 1 dan

6. DAS Ujung Kulon, dengan prioritas 0

Pemenuhan kebutuahan air bersih bagi sebagian masyarakat di Kecamatan

Panimbang telah dipenuhi dari PDAM dan sebagian masyarakat lainnya masih

menggunakan sumur gali untuk keperluan konsumsi dan kebutuhan rumah tangga

lainnya.

Jalan dan Transportasi

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk

memperlancar kegiatan perekonomian masyarakat. Tersedianya jalan yang

berkualitas akan memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar arus lalu

lintas barang dan jasa dari satu daerah ke daerah lain, terutama komoditas hasil

pertanian dari perdesaan.

Panjang jalan diseluruh wilayah Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010

mencapai 1.043,48 km dan dibawah wewenang negara sepanjang 169,27 km dan

dibawah wewenang Pemerintahan Provinsi Banten 151,18 km, sedangkan sisanya

sepanjang 723,03 km dibawah wewenang Pemerintahan Kabupaten Pandeglang.

Jalan dibagi menjadi 3 kategori, berdasarkan perkerasan yaitu

menggunakan aspal sepanjang 95 km, diperkeras/kerikil sepanjang 147 km,

sedangkan jalan tanah sepanjang 39 km dengan total panjang jalan sebanyak 281

km. Kondisi jalan di Kecamtan Panimbang dapat dilihat pada Tabel 25.

Berdasarkan Tabel 25 kondisi jalan di Kecamatan Panimbang masih

banyak yang tanah, sehingga perlu diperkeras mengingat jalan-jalan terutama

jalan kerikil dan jalan tanah merupakan akses utama yang berhubungan langsung

dengan sumber daya bahan baku hasil produksi mayarakat yang perlu

didistribusikan.

Page 78: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

56

Tabel 25

Kondisi dan luas jalan di Kecamtan Panimbang

Desa/Kelurahan Aspal (km2) Kerikil (km

2) Tanah (km) Jumlah

Mekarjaya 14 16 4 34

Gembong 7 18 7 32

Panimbangjaya 26 9 - 35

Mekarsari 18 34 7 59

Citeureup 16 32 9 57

Tanjungjaya 14 38 12 64

Jumlah 95 147 39 281

Sumber: Panimbang Dalam Angka tahun 2012

Transportasi yang menuju wilayah Kecamatan Panimbang sudah terlayani

dengan adanya berbagai jenis kendaraan umum yang melewati wilayah tersebut,

seperti mobil bis, angkot, mini bis, mikro bis dan oto bis sedang untuk

pengangkutan barang dilewati oleh mobil barang, pick up dan truk, trayek dari

dan ke Kecamatan Panimbang adalah :

1. Tarogong – Panimbang

2. Panimbang – Cigeulis

3. Paimbang – Tanjung Lesung

4. Panimbang – Ciseukeut – Citeureup dan Panimbang – Munjul

Selain potensi transportasi darat di Kecamatan Panimbang memiliki

transportasi laut, dimana terdapat pelabuhan ikan yaitu di wilayah Desa Citeureup

dan Desa Panimbangjaya (Pasar Panimbang).

Potensi Pariwisata di Kecamatan Panimbang dan Sekitarnya

Ketersediaan sumberdaya alam sangat berpotensi untuk dikembangkan

sebagai sumber daya pariwisata, mengingat daerah sekitar panimbang merupakan

daerah yang berada disepanjang jalur pantai Selat Sunda yang memiliki bentangan

pantai yang panjang dan wilayah daratan yang panjang yang bersinggungan

dengan pantai sehingga menawarkan wisata pantai yang sangat indah. Potensi

sumber daya alam, budaya dan buatan dalam kepariwisataan yang tersedia belum

dikelola dan dimanfaatkan oleh pemerintah dan masyarakat secara optimal.

Bentuk potensi pariwisata alam dan pendidikan (ecotourism and

edutourism) yang ada di Kecamatan Panimbang dan sekitarnya meliputi; kegiatan

wisata Tamansari, bumi perkemahan Perhutani, taman rekreasi Perhutani, Desa

Wisata Cikadu dan wisata ziarah.

Disisi lain, ada beberapa potensi sumber daya alam yang merupakan daerah

kawasan serta objek daya tarik wisata di daerah Panimbang dan sekitarnya antara

lain:

1. Pantai Tanjung Lesung di Kecamatan Panimbang

2. Pantai Sumur di Kecamatan Sumur

3. Pantai Carita di Kecamatan Carita

4. Kawasan wisata alam Pantai Selatan Pandeglang 5. Kawasan pantai berhutan bakau terletak di Kecamatan Sumur dan

Kecamatan Panimbang. Kawasan pantai berhutan bakau merupakan

kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove)

yang berfungsi memberi perlindungan kepada biota pantai dan laut.

Page 79: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

57

6. Pariwisata pantai dan selam. Daerah-daerah yang dianggap sesuai untuk

kegiatan pariwisata pantai adalah Pantai Carita, Pantai Bama, Pantai

Popole, Pantai Panimbang, Pantai Tanjung Lesung, Pulau Liwungan, Pantai

Cipanon, Pantai Cimahpar, Pantai/Muara Cijalarang, Pantai Ciputih, Pantai

Cikeuru Wetan, Pantai Tanjung, Pantai Citeluk, dan Pantai Sindangkerta.

Selain potensi wisata pantai, beberapa lokasi wisata pantai juga memiliki

ekosistem bawah laut yang dapat dikembangkan sebagai lokasi wisata

selam. Beberapa daerah tersebut antara lain Kawasan Tanjung Lesung,

Pulau Liwungan, Pulau Handeuleum, Pulau Panaitan, Pulau Umang dan

Pulau Deli.

Gambaran Umum Sekitar Kawasan Tanjung Lesung

Letak Geografis dan Aksebilitas

Secara geologi wilayah Kabupaten Pandeglang termasuk dalam zona Bogor

yang merupakan jalur perbukitan. Variasi ketinggian atau kondisi topografi di

wilayah kabupaten ini adalah berada diantara 0 -1.778 meter diatas permukaan

laut (mdpl). Adapun kawasan Tanjung Lesung berada di kawasan tengah dan

selatan Kabupaten Pandeglang yang secara umum adalah dataran rendah.

Jika ditinjau dari jenis bebatuan, kawasan pariwisata Tanjung Lesung

memiliki jenis batuan yakni Alluvium, terdapat di daerah gunung dan pinggiran

pantai. Jenis tanah yang berada di kawasan Tanjung Lesung dikelompokkan

dalam beberapa jenis dengan tingkat kesuburan dari rendah sampai dengan

sedang. Diantara jenis tersebut adalah sebagai berikut:

Alluvial, terdapat di Kecamatan Panimbang;

Podsolik, terdapat di Kecamatan Panimbang, dan Kecamatan Cigeulis.

Tanjung Lesung berada di Desa Tanjungjaya Kecamatan Panimbang

Kabupaten Pandeglang Provinsi Baten. Dari Jakarta, terdapat dua alternatif rute

menuju Pantai Tanjung Lesung. Pertama, mengambil rute jalan tol Jakarta-Merak,

lalu keluar melalui pintu gerbang tol Serang Timur. Setelah melewati Kota

Serang, perjalanan dilanjutkan ke arah pusat kota Kabupaten Pandeglang dan

Kecamatan Labuan, dan berakhir di Pantai Tanjung Lesung. Kedua, mengambil

rute jalan tol Jakarta-Merak, lalu keluar melalui gerbang tol Kota Cilegon.

Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri pesisir Anyer-Carita, lalu ke

arah Kecamatan Labuan, dan berakhir di pantai Tanjung Lesung. Jakarta - Pantai

Tanjung Lesung berjarak sekitar 160 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 2,5-

3 jam perjalanan dengan menggunakan bus atau kendaraan pribadi. Sejak

pertengahan Juni 2003, akses ke kawasan ini semakin mudah karena pemerintah

daerah setempat telah mengoperasikan tiga bus DAMRI setiap harinya dari Kota

Serang ibu kota Provinsi Banten, menuju Pantai Tanjung Lesung, hanya saja sejak

tahun 2011 armada DAMRI sudah tidak beroperasi lagi.

Kawasan wisata Tanjung Lesung Terletak di pusat pengembangan

pariwisata di wilayah barat Kabupaten Pandeglang antara Carita dan Ujung

Kulon, terhubung dengan DTW lainnya seperti Pulau Umang, Gunung Krakatau

dan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai ikon wisata Provinsi Banten dalam

lingkup pantai barat. Jarak tempuh dari Tanjung Lesung menuju Gunung Krakatau

1 – 1,5 jam dan 2 jam ke Taman Nasional Ujung Kulon dengan menggunakan

speed boat atau kapal motor biasa.

Page 80: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

58

Secara administrasi Tanjung Lesung masuk dalam wisalyah administrasi

Desa Tanjungjaya Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang. Batas-batas

desanya antara lain :

Sebelah barat : Selat Sunda

Sebelah timur : Desa Citeureup

Sebelah utara : Selat Sunda

Sebelah selatan : Desa Tarumanggara Luas desa meliputi ± 4817 hektar dengan penduduk yang tersebar

dibeberapa kampung atau dengan tingkat kepadatan sekitar 132 jiwa/km2. Tingkat

pertumbuhan penduduknya adalah 2,6 persen per tahun. Sebagian besar mata

pencaharian penduduk adalah petani 82 persen yang menggarap sawah dan lahan

kering (seluas ± 93,4 persen) di Desa Tanjungjaya. Tingkat pendidikan

masyarakatnya masih rendah, 89 persen diantaranya berpendidikan sampai

dengan tamat SD. Kondisi prasarana dan sarana umum yang ada di desa ini masih

sangat terbatas. Jalan masuk ke desa dalam keadaan buruk (kendaraan roda 4 sulit

masuk pada waktu musim hujan).

Hasil survei Lapmi ITB dalam Bappeda Pandeglang (2010) menunjukan

bahwa sebagian besar responden mempunyai mata pencarian sebagai petani 82

persen, baik itu sebagai petani pemilik maupun petani penggarap baik sawah

maupun peladang dimana persentase antara petani penggarap hampir sama dengan

petani pemilik. berdasarkan proporsi petani tersebut ± 48 persen diantaranya

mempunyai pekerjaan lain. Responden yang mempunyai mata pencaharian

sebagai nelayan ada 11 persen, dan 10 persen diantaranya mempunyai pekerjaan

lain. Adapun responden yang mempunyai pekerjaan sebagai pedagang 2 persen,

pekerjaan sebagai tukang ada 1 persen dan lain-lain ada 2 persen (termasuk yang

bermata pencaharian tukang ojeg/jasa angkutan), responden yang memiliki

pekerjaan ganda adalah 61,1 persen.

Potensi Wisata di Kawasan Tanjung Lesung

Potensi wisata yang ada di Kawasan Tanjung Lesung dan sekitar kawasan

wisata, diantaranya:

1. Kawasan pariwisata Tanjung Lesung.

Memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan daerah.

Melalui pertimbangan dan penilaian yang dilakukan oleh pihak PT. BWJ dan

Dewan KEK Nasional, Tanjung Lesung terpilih sebagai proyek yang

diprioritaskan. Pantai Tanjung Lesung ini luasnya mencapai 150 ha dari 1.500

ha luas wilayah perencanaan, memiliki keistimewaan berupa pasir putihnya

yang lembut, angin sepoi-sepoi dengan ombak yang tidak terlalu besar, relatif

aman untuk bermain jetski, snorkling, berperahu ataupun memancing.

Didukung dengan panjang pantai yang hampir mencapai 15 km memberikan

ruang keleluasaan yang cukup bagi para wisatawannya untuk melakukan

berbagai kegiatan seperti berjemur, football pantai, volly, bermain pasir dan

offroad.

2. Kawasan Sepanjang Pantai Karang meungpeuk - Legon Penyu/Teluk

Cikujang.

Kawasan sepanjang Pantai Karangmeungpeuk Legon Penyu/Teluk Cikujang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kawasan pariwisata Tanjung

Page 81: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

59

Lesung dimana pada kawasan ini terdapat pengembang yang telah lama

berinvestasi. Pada tahun 2009 akses jalan telah dibuka dengan program TMD

dan dilanjutkan dengan perkerasan jalan. Kawasan ini cukup indah dan

menarik dengan latar belakang arah kiri bukit terjal dengan mata air dan

sungai kecil mengalir jernih dan disebelah kanan jalan terdapat pantai berpasir

putih dengan vegetasi asli karena baru dibuka untuk umum dan yang cukup

menonjol adalah Pantai Karangmengpeuk, Legon Penyu, Batu Hideung dan

Muara Cikujang.

3. Desa Wisata Cikadu.

Desa wisata Cikadu merupakan kawasan wisata bemuansa permukiman wisata

dan dilokasi ini disediakan fasilitas untuk berkemah, cross country, outbond

dengan latar belakang permukiman teratur. Kawasan permukiman ini

merupakan relokasi penduduk yang terkena pembebasan kawasan pariwisata

Tanjung Lesung.

Page 82: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

60

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan Pariwisata Tanjung Lesung

Pengembangan Pariwisata Tanjung Lesung

Departeman Pariwisata, POS dan Telekomunikas, Direktoral Jenderal

Pariwisata dan berdasarkan studi JICA tahun 1986 yang melakukan studi

inventarisasi potensi-potensi yang dapat dikembangkan sebagai DTW. Hasilnya,

terdapat suatu kawasan yang sangat potensial di Jawa Barat (sekarang menjadi

Provinsi Banten) untuk dikembangkan sebagai kawasan pariwisata, salah satunya

adalah kawasan pantai Tanjung Lesung.

Lokasi potensial untuk pengembangan pariwisata ini kemudian didorong

kepada pihak swasta agar berpartisipasi untuk melaksanakan pengembangan

bidang kepariwisataan. Dilakukannya pengembangan sektor pariwisata ini secara

visi diharapkan dapat menciptakan DTW yang terdepan di Indonesia dalam

meraih kunjungan wisatawan domestik dan bersaing di mancanegara, melalui

pembangun Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung di Kabupaten Pandeglang.

Pembukaan pariwisata Tanjung Lesung dimulai sejak tahun 1994.

Pengelolaan pariwisata Tanjung Lesung dilaksanakan oleh perusahaan

pengembang berbadan hukum PT. Banten West Java (BWJ) TDC. PT. Banten

West Java melaksanakan kegiatan usaha dibidang objek wisata, kawasan

pariwisata dan pembangunan rumah susun (kondominium), pusat pendidikan dan

latihan pariwisata.

PT Banten West Java mendapatkan ijin prinsip dari pemerintah, berupa:

1) Surat Gubernur Jawa Barat No. 593/1603/PKPMD/1990 tanggal 22 Mei

1990;

2) SK Bupati Kepala Daerah Tingkat II Pandeglang No. 503.3/132-Huk/90

tanggal 2 Juli 1990;

3) SK Bupati Kepala Daerah Tingkat II Pandeglang No. 593/SK.287-

HUK/1995 tanggal 27 Oktober 1995;

4) Surat No. 59/D.2/VI/90 tanggal 7 Juni 1990 tentang dukungan dari

Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Direktorat Jenderal

Pariwisata melalui surat, dimana BWJ diberikan status Tourism

Development Coorporation (TDC) untuk melakukan pembangunan dan

pengelolaan Kawasan Pariwisata Terpadu di Tanjung Lesung.

BWJ memiliki ijin lokasi untuk melakukan pengembangan Kawasan

Pariwisata Terpadu di Tanjung Lesung dengan luas lahan 1.500 ha. Saat ini BWJ

telah mengembangkan kawasan pariwisa ta di Tanjung Lesung yang terdiri dari:

1) Pembangunan dan pengelolaan kawasan wisata dan fasilitas

pendukungnya, antara lain: pembangunan jalan, jaringan listrik, jaringan

telepon, water treatment, waste water treatment. 2) Pembangunan dan pengusahaan perumahan, hotel, villa, dan resort, antara

lain: pembangunan penginapan The Bay Villass, Tanjung Lesung Sailing

Club, Legon Dadap Village, Green Coral dan The Blue Fish;

3) Pembangunan dan pengelolaan objek wisata, antara lain: Beach Club,

Sailing Club, dan Desa Wisata Cikadu.

Page 83: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

61

Izin pengembangan pariwisata dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten

Pandeglang tahun 1994 dengan status kepemilikan Lahan berupa Hak Guna

Bangunan (HBG). Diteruskan dengan ditetapkannya AMDAL Masterplan

Existing Tahun 1997.

Pada tahap awal PT. Banten West Java membangunan operator-operator

wisata; Beach Club tahun 1997, dilanjutkan dengan pembangunan Hotel Bay

Villas tahun 1998 dan Sailing Club di Tahun 2000. Pengembangan sempat terhenti

dikarenakan belum ada lagi investor yang berminat menanamkan investasinya di

kawasan ini.

Seiring berjalannya waktu, Pemeritah Daerah Kabupaten Pandeglang

mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2002 tentang Rencana

Pengembangan Kawasan Tanjung Lesung. Perda ini mengatur tentang wilayah

perencanaan pengembangan kawasan pariwisata Tanjung Lesung seluas 4.000 Ha

yang meliputi Desa Tanjungjaya Kecamatan Panimbang dan Desa Banyuasih

Kecamatan Cigeulis. Tujuan dari rencana pengembangan kawasan pariwisata

Tanjung Lesung adalah memberikan arahan pengembangan agar semua kawasan

investasi dapat terjangkau oleh infrastruktur kawasan dengan sasaran

pengembangan, meliputi; (i) Tertatanya kawasan yang berfungsi lindung dan

budidaya (ii) Tertatanya sistem transportasi (iii) Tertatanya sarana dan prasarana

fasiltitas ekonomi, sosial, dan budaya dan (iv) tertatanya pemukiman penduduk

pedesaan. peran pemerintah daerah berkontribusi dalam pengembangan Tanjung

Lesung merupakan bentuk komitmen pemerintah daerah akan pentingnya

pengembangan pariwisata. Selain memperjelas posisi Tanjung Lesung sebagai

sebuah kawasan wisata, juga dimaksudkan agar dapat menarik investor masuk ke

Tanjung Lesung. Setelah keluarnya Perda ini, setidaknya ada penambahan 3

operator yang masuk yakni, Villa Legon di tahun 2008, Blue Fish di tahun 2009

dan Villa Kalicaa di tahun 2011. Gambaran kondisi land use kawasan Tanjung

Lesung saat ini, dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Kondisi land use Kawasan Tanjung Lesung

Page 84: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

62

Kawasan wisata Tanjung Lesung yang dikembangkan oleh PT. Banten

West Java TDC seluas 1500 Ha saat ini memiliki berbagai fasilitas yang sudah

dijalankan oleh operator-operator sebagai berikut :

a) Tanjung Lesung Bay Villass Hotel and Resort (115 Kamar)

b) Kalicaa Villa (63 Kamar)

c) Sailing Club (18 Kamar)

d) Legon Dadap Village (11 Kamar).

e) Blue Fish Hotel (18 Kamar)

f) Fasilitas penunjang berupa Beach Club (watersport), camping ground,

driving range, Bodur Garden (Children Play Ground) dan The Bodur

Beach (Natural Beach)

Fasilitas wisata yang ada dikawasan Tanjug Lesung dikelola oleh operator

dengan kepemilikan dan status pengelolaan yang beragam satu dengan yang

lainnya. Pada umumnya pemilik dan pengelola operator wisata di Tanjung Lesung

adalah investor dari dalam negeri namun umumnya tidak ada investor dari

wilayah Kabupaten Pandeglang sendiri. Selain pengelolaan wisata untuk

disewakan, pihak operator juga menjual unit villa kepada perorangan sebagai

kepemilikan pribadi, misalnya Villa Legon Dadap dan beberapa unit villa di

operator wisata Villa Kalicaa. Gambaran pengelolaan dan kepemilikan dijelaskan

pada Tabel 26.

Tabel 26 Operator dan bentuk pengelolaan pariwisata di Tanjung Lesung

Bentuk

Wisata/

Operator

Bentuk Pengelolaan/

Kepemilikan Luas Lahan Atraksi (Ragam)

Operasi

(Tahun)

Beach Club Kerjasama Investor

Dalam Negeri dengan PT. BWJ

2 Ha. Beach activities, Trip ke Ujung

Kulon dan ke Gunung Krakatau

1997

Hotel Bay

Villas

Investor Swasta Dalam

Negeri

10 Ha. Room, general facility, sport &

leasure dan dinning

1998

Sailing Club Kerjasama Investor Dalam Negeri dengan

PT. BWJ

2 Ha. Room, general facility, sport & sailing activities, beach activities

2000

Blue Fish Investor Swasta

Dalam Negeri

3000 m2 Room, general facility, sport &

fishing activities

2009

Villa

Kalicaa

Investor Swasta

Dalam Negeri

12 Ha. Room, general facility, sport &

leasure dan dinning

2011

Legon

Dadap

Kepemiliki pribadi

Investor Dalam Negeri

4 Ha. Villa -

Pantai Bodur PT. BWJ - Beach activities, sunset viewes,

lokasi pedagang kecil

-

Sumber: PT. Banten West Java Tahun 2013

Pemanfaatan Lahan di Kawasan Tanjung Lesung

Total luas lahan yang ada di kawasan Tanjung Lesung ditargetkan

mencapai 1.500 ha, saat ini yang telah dikuasai atau dimiliki PT. Banten West

Java baru mencapai 1.250 ha, sisanya masih dalam tahap penyelesaian

pembebasan. Selain pemanfaatan lahan untuk operator wisata sebagai fasilitas

wisata utama, lahan yang ada digunakan juga untuk kantor estate office Banten

West Java, terbangun sarana penunjang lainnya, lokasi sistem pengelolaan air

bersih dan limbah, lahan Pantai Bodur, lahan perkebunan vegetasi berupa pohon-

pohon seperti; sengon, jabon dan jati, serta lahan persawahan tadah hujan.

Page 85: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

63

Lahan terbangun untuk pemanfaatan pariwisata relatif masih sedikit,

kurang dari 200 ha, sisanya lahan kosong yang sebagian digunakan sebagai

fasilitas penunjang pariwisata setiap operator wisata, sebagian besar lainnya lahan

yang belum termanfaatkan. Lokasi lahan yang di manfaatkan masyarakat setempat

seperti perkebunan kayu, Pantai Bodur dan persawahan nampak pada Gambar 6.

Gambar 6 Lahan di dalam Kawasan Tanjung Lesung yang dimanfaatkan

masyarakat

Lahan untuk pantai Bodur, lokasi vegetasi pohon dan persawahan, secara

keseluruhannya telah dimanfaatkan oleh masyaratakat sekitar dengan persetujuan

dari pihak Banten West Java. Lokasi perkebunan kayu dimanfaatkan karena lahan

kosong masih sangat luas. Penanaman pohon dilakukan perusahaan Banten West

Java bekerjasama dengan masyarakat setempat. Bentuk kerjasamanya ada yang

dilaksanakan dengan pola bagi hasil setelah panen dan ada juga sebagian digarap

oleh warga dengan mendapatkan upah dari pemilik modal.

Pantai Bodur merupakan lokasi yang banyak dikunjungi oleh wisatawan

terutama dari nusantara dan lokal utuk menikmati pantai yang tenang dan bersih

juga pemandangan sunset yang bagus dan bulat sempurna. Wisatawan datang

kepantai ini sebagai alternatif dari fasilitas berwisata yang ada di kawasan

Tanjung Lesung selain atraksi wisata utama. Di Pantai Bodur, masyarakat sekitar

memanfaatkan untuk aktivitas berdagang makanan, minuman, penjualan souvenir

dan manchandise. Lokasi Pantai Bodur dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Area berdagang Pantai Bodur di dalam Kawasan Tanjung Lesung

Page 86: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

64

Pedagang tidak dipungut biaya apapun oleh pihak Banten West Java untuk

aktivitas berdagang dia area ini. Jumlah pedangan di Pantai Bodur/Kalicaah ini

ada 30 orang dan jika pada pada moment hari besar mencapai 100 pedagang,

terdiri dari pedangan makanan dan minuman, baju pantai, sovenir, juga berdagang

hasil kebun seperti petai, emping melinjo, buah-buahan dan lain sebagainya.

Pantai Bodur dipersiapkan oleh pihak PT BWJ bagi masyarakat sebagai bentuk

kepedulian dan peberdayaan masyarakat sekitar pada aspek ekonomi. Aktivitas

berdagang di pantai ini memiliki waktu-waktu puncak kunjungan misalnya waktu

liburan sekolah, libur panjang, libur hari raya, libur nasional dan tahun baru. Pada

musim tahun baru dan hari raya, perolehan omset pedagang kain dan baju

mencapai 1 sampai 2 juta rupiah per hari sepanjang liburan hari raya dan waktu

long weekend. Demikian halnya dengan pedangan makanan dan minuman, omset

mereka bisa mencapai Rp. 300 – 500 ribu per hari jika pada hari biasa, saat

pengunjug jarang yang datang, para pedagang tidak melakukan aktivitas

berdagang secara masif, hanya ada 3 – 5 pedagang makanan saja yang bertahan

untuk berdagang dengan perolehan omset hanya Rp. 50.000 – 100.000 ribu per

hari.

Pada aspek pertanian, pihak Banten West Java menyediakan lahan sawah

seluas 200 ha. untuk digarap oleh masyarakakat sekitar. Setiap keluarga dapat

memanfaatkan lahan persawahan minimal 2500 m2 dan

sebagian besar masyarakat

yang mengelola lahan persawahan ini adalah warga yang dahulunya merupakan

pemilik lahan di dalam kawasan yang telah menjual tanahnya ke Banten West

Java untuk pengembangan pariwisata tahun 1990-an. Mereka adalah warga

kampung Cikadu, kampung Bojen, Kalicaah, Bodur dan lain-lain. Pemanfaatan

lahan untuk persawahan sudah berjalan sejak adanya kawasan Tanjung Lesung

hingga sekarang. Ijin mengelola lahan sawah yang diberikan oleh pengelola

Tanjung Lesung hanya diperuntukan kepada warga eks dalam kawasan serta

berlaku turun-temurun kepada anak-anaknya, kendati pun ada saja beberapa

diantaranya sudah beralih penggarap di luar warga eks dalam kawasan Tanjung

Lesung.

Ketentuan yang mengikat adalah bahwa masyarakat boleh mengelola

lahan sawah atas sepengetahuan dan ijin pihak Banten West Java. Oleh pihak

pengelola Banten West Java, warga diminta kontribusinya sebesar Rp. 150.000 –

250.000,- per panen. Musim tanam padi di kawasan ini hanya satu tahun sekali

terutama pada musim penghujan. Persahawan di dalam kawasan Tanjung Lesung

masih dengan pola tadah hujan karena tidak ada sistem pengairan yang memadai.

Jika hasil padi tidak terkena penyakit serius hingga waktu panen, penggarap

memperoleh laba bersih 1,2 juta rupiah per petak (2500 m2).

Keragaan Operator Wisata di Tanjung Lesung

Pasokan (Input) Komoditi Semua Operator Wisata Di Tanjung Lesung

Data yang disajikan pada analisis biaya pembelian pasokan komoditi ini

merupakan sampel dari beragamnya jenis komoditi ataupun pengeluaran lain

setiap operator wisata di Tanjung Lesung. Data yang disajikan bersumber dari

lima operator wisata, terdiri atas; (1) Beach Club, (2) Tanjung Lesung Beach

Hotel (Bay Villas), (3) Sailing Club, (4) Blue Fish dan (5) Villa Kalicaa.

Page 87: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

65

Pasokan komoditi untuk aktivitas pariwisata Tanjung Lesung di semua

operator diperoleh dari beberapa wilayah seperti; Desa Tanjungjaya, Pasar

Citeureup, Pasar Panimbang, Pasar Labuan, Serang, Cilegon, Tangerang, Jakarta

dan Bali. Pasokan komoditi untuk seluruh operator wisata di Tanjung Lesung

dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27 Pasokan komoditi semua operator wisata di Tanjung Lesung

Sumber: Data diolah dari 5 operator wisata di Tanjung Lesung tahun 2013

Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dijelaskan bahwa ada pasokan komoditi

diperoleh dari wilayah sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung sendiri seperti,

Desa Tanjungjaya, Desa Citeureup, dan Kecamatan Panimbang (Pasar dan

Tempat Pelelangan Ikan Panimbang), sementara ada pula jenis komoditi yang

diperoleh dari luar Kecamatan Panimbang, yakni Kecamatan Labuan, Kota

Cilegon, Kabupaten Tangerang, Jakarta dan Bali.

Kelompok komoditi logistik menyerap porsi biaya yang paling besar

dengan total Rp. 273.568.057,- per bulan atau 79,5% persen. Jenis komoditi pada

kelompok logistik meliputi; sembako (groseries), makanan dan minuman (food

and beverage), perawatan (maintanance), engineering (BBM, electrical dan

matrial bangunan), alat kantor (stationary), keperluan pembersih (cleaning

supply) dan lain-lain. Disusul dengan komoditi untuk keperluan akomodasi (hotel

amenities & goods) sebesar Rp 56.086.100,- per bulan atau 16,3 persen dan

komoditi untuk atraksi (misalnya keperluan alat untuk memancing, diving,

snorkling dan lain-lain) sebesar Rp. 14.322.277,- per bulan atau 4,16 persen.

Pengeluaran untuk belanja komoditi pariwisata lebih banyak ke luar

wilayah sekitar kawasan Tanjung Lesung, uang banyak mengalir ke Jakarta

dengan total Rp. 214.714.967,- per bulan atau Rp. 2,5 milyar per tahun atau 62,4

persen, disusul ke wilayah Kecamatan Labuan dengan Rp. 51.020.542,- per bulan

atau Rp. 612.246.504,- per tahun 14,8 persen. Selanjutnya, belanja komoditi

paling banyak juga mengalir ke wilayah Tangerang dengan Rp. 39.636.625,- per

bulan atau Rp. 475.639.500,- per tahun atau 11,5 persen. Sementara belanja

No Wilayah

Pembelian Kelompok Komoditi (Rp/Bulan) Total

(Rp/Bulan) Total

(Rp/Tahun) %

Logistik Akomodasi Atraksi

1 Ds.Tanjungjaya 10.403.333 - -

10.403.333

124.839.996 3,0

2 Ds. Citeureup 4.071.166 - -

4.071.166

48.853.992 1,2

3 Kec. Panimbang 22.785.135 - -

22.785.135

273.421.620 6,6

4 Kec. Labuan 51.020.542 - -

51.020.542

612.246.504 14,8

5 Kota Cilegon 1.078.000 - 100.000

1.178.000

14.136.000 0,3

6 Tangerang 36.534.275

3.102.350 -

39.636.625

475.639.500 11,5

7 Jakarta 147.675.606

52.983.750 14.055.611

214.714.967

2.576.579.601 62,4

8 Bali - - 166.666

166.666

1.999.992 0,05

JUMAH (%) 273.568.057 56.086.100 14.322.277 343.976.434 4.127.717.205 100

79,5% 16,3% 4,16%

Page 88: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

66

komoditi di sekitar kawasan masuk di dalamnya Kecamatan Panimbang, Desa

Tanjungjaya dan Desa Cituereup, masing-masing secara berturut-turut dengan 6,6

persen, 3 persen dan 1,2 persen. Selain itu ada belanja jenis komoditi (atraksi)

juga mengalir ke Bali dengan nilai relatif sangat kecil yakni 0,05 persen. Proposi

belanja komoditi pariwisata Tanjung Lesung antar wilayah dapat dilihat pada

Gambar 8.

Sumber: Data Hasil Olah tahun 2013

Gambar 8 Sumber dan persentase nilai pasokan komoditi pariwisata Tanjung

Lesung dari wilayah

Secara umum potensi nilai input komoditi untuk keperluan aktivitas

pariwisata Tanjung Lesung sangat besar yakni 4,1 milyar per tahun. Kondisi saat

ini uang untuk membeli komoditi banyak mengalir ke luar wilayah kawasan

Tanjung Lesung, wilayah setempat (sekitar kawasan) memperoleh aliran uang

hanya sebesar Rp. 447.115.608,- per tahun.

Latar belakang mengapa pihak operator wisata membeli komoditi dari luar

wilayah Panimbang khususnya di supermarket berdasarkan pada pertimbangan

ekonomis, kualitas komoditi yang berstandar dan efisiensi. Secara ekonomi

karena harga komoditi di supermarket rata-rata dapat lebih murah dari pada harga

di pasar lokal. Kualitas produk di supermarket lebih baik dan berstandar, selain itu

menjadi efisien karena ketersediaan jenis komoditi yang lebih lengkap dan

beragam sehingga dimungkinkan untuk membeli dalam partai besar dan dilakukan

di satu tempat. Selain itu, lebih banyak jenis komoditi yang diperlukan untuk

keperluan pariwisata tidak tersedia di lokal, baik untuk keperluan logistik,

akomodasi dan atraksi.

Berdasarkan hasil pengamatan, tidak sepenuhnya harga semua jenis

komoditi lebih murah di supermarket. Harga di pasar lokal (Pasar Panimbang dan

Citeureup) yang diperbandingkan dengan harga supermarket khususnya pada

komoditi sayuran -setidaknya ada 28 jenis komoditi sayuran- lebih murah di

wilayah setempat dari pada komoditi yang dibeli supermarket (mall) dengan

3,0% 1,2%

6,6%

14,8%

0,3%

11,5%

62,4%

0,05% 0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

Desa

Tanjungjaya

Desa

Citeureup

Kec.

Panimbang

Kec. Labuan Kota Cilegon Tangerang Jakarta Bali

% Nilai Komoditi

Page 89: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

67

selisih rata-rata 42,9 persen. Jenis komoditi tersebut berupa jenis rempah, palawija

termasuk sayur-mayur, sebagian buah-buahan, dan jenis olahan dari kedelai.

Sementara untuk beberapa jenis komoditi lainnya harga di lokal dengan di

supermarket tidak berbeda atau tidak terlampau jauh berbeda.

Berdasarkan penelitan ini, dapat dijelaskan bahwa tidak sepenuhnya

penyelenggaraan kepariwisataan berdampak ekonomi secara optimal bagi

masyarakat setempat, namun justru wilayah yang secara lokasi jauh yakni pusat-

pusat ekonomi seperti di Jakarta, Tangerang, Cilegon dan termasuk juga

Kecamatan Labuan, menerima dampak ekonomi (rente) yang lebih besar dari

pada wilayah setempat. Selain karena faktor daya dukung sumber daya yang ada

di lokal masih terbatas kualitas dan kuantitas komoditasnya, juga faktor

kurangnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan jenis komoditi tertentu

yang dapat diupayakan dari wilayah setempat misalnya; hasil pertanian,

perkebunan, budidaya, dan hasil laut. Selain itu, faktor belum terbangunnya

kelembagaan antara pemerintah, pengelola kawasan dan masyarakat dalam sebuah

konteks kerjasama terkait dengan pasokan komoditi untuk aktivitas

kepariwisataan Tanjung Lesung.

Pasokan Komoditi Masing-masing Opertator Wisata di Tanjung Lesung

Pasokasan komoditi dari lima operator wisata yakni operator Beach Club,

Hotel Tanjung Lesung Bech hotel (Bay Villas), Sailing Club, Blue Fish dan Villa

Kalicaa dapat diuraikan pada pembahasan berikut:

Operator Beach Club (BC)

Tanjung Lesung Beach Club menawarkan berbagai macam olah raga air

dan kegiatan di pantai. Aktivitas atraksi air BC memiliki fasilitas jet ski, banana

boat, glass bottom boat, kayak, atau snorkling, berlayar atau fishing. Selain itu,

operator ini menawarkan trip ke DTW lainnya, seperti; Gunung Krakatau, Pulau

Umang, dan Taman Nasional Ujung Kulon.

Tingkat kunjugan wisatawawan musim ramai (peak season), pada

umumnya terjadi di bulan Mei, Juni, Juli, September, Oktober dan Desember.

Sementara kunjungan rendah (low seasons) terjadi di Bulan Januari sampai April

Kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh waktu liburan, terutama long weekend.

Jumlah wisatawan yang berkunjung mengalami peningkatan setiap tahunnya,

sebanyak 8.759 orang ditahun 2010, meningkat menjadi 8.759 dan 9.374 orang

ditahun 2011 dan 20112.

Jumlah tenaga kerja di operator Beach Club sebanyak 26 karyawan yang

terdiri dari tenaga kerja tetap dan kontrak, dengan proporsi 92,3 persen tenaga

kerja dari wilayah sekitar (Desa Citeureup dan Tanjungjaya) sisanya dari 7,3

persen dari wilayah luar sekitar kawasan wisata. Gambaran tenaga kerja pada

operator Beach Club diuraikan pada Tabel 28.

Page 90: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

68

Tabel 28 Jumlah tenaga kerja Beach Club

Departement Person Sex

Male Female

Manager Club 1 1

Accounting Officer 2 1 1

Boat and beach crew 7 7 -

Maintenance crew 2 2 -

Restaurat crew 8 2 6

waiterss & Houseman 6 3 3

Total 26 16 10

Sumber: Operator wisata Beach Club tahun 2013

Pasokan komoditi untuk aktivitas wisata Beach Club diperoleh dari

beberapa wilayah. Untuk jenis komoditi yang tidak tersedia di wilayah sekitar

kawasan, pihak managemen membelinya di luar wilayah lainnya seperti

Kecamatan Labuan, Kota Cilegon, Jakarta hingga Bali. Pasokan komoditi

operator Beach Club diuraikan pada Tabel 29.

Tabel 29 Pasokan Komoditi Operator Beach Club tahun 2012

No Wilayah

Pembelian

Kelompok Komoditi

(Rp/Bulan)

Total

(Rp/Bulan)

Total

(Rp/Tahun) %

Logistik Atraksi

1 Tanjungjaya 4.603.333 - 4.603.333 55.240.000 17,0

2 Citeureup 3.455.167 - 3.455.167 41.462.000 12,8

3 Panimbang 5.349.125 - 5.349.125 64.189.500 19,8

4 Labuan 1.427.500 - 1.427.500 17.130.000 5,3

5 Cilegon 853.000 100.000 953.000 10.436.000 3,2

6 Jakarta - 9.690.833 9.690.833 116.290.000 35,8

7 Bali - 166.667 166.667 20.000.000 6,2

JUMAH (%) 15.688.125 9.957.500

25.645.625 324.747.500 100 61,2% 38,8%

Sumber: Operator Beach Club diolah tahun 2013

Komoditi yang yang butuhkan di Beach Club meliputi kelompok logistik

(jenis barang untuk keperluan dapur, operasional, maintanance, BBM dan lain-

lain) dan atraksi (jenis komoditi untuk keperluan aktivitas laut). Berdasarkan

pengelompokan ini, alokasi biaya untuk keperluan logistik lebih besar mencapai

61,2 persen, berikutnya alokasi untuk keperluan atraksi dengan 38,8 persen,

sementara biaya untuk keperluan akomodasi tidak ada, karena operator Beach

Club tidak menyediakan fasilitas penginapan baik hotel atau villa.

Besaran biaya untuk pembelian komoditi di operator Beach Club mencapai

Rp. 8.210.978,- per bulan atau Rp. 98.531.229,- per tahun. Dari total biaya

tersebut, untuk keperluan komoditi yang dibeli dari wilayah sekitar kawasan

seperti Desa Tanjungjaya, Citeureup, dan pasar Panimbang masing masing sebesar

Rp 4.603.333,- per bulan, Rp. 3.455.167,- per bulan dan Rp. 5.349.125,- per

bulan. Sementara pembelian komoditi dari luar wilayah sekitar kawasan lebih

Page 91: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

69

banyak dari wilayah Jakarta dengan total anggaran Rp. 9.690.833,- per bulan atau

35,8 persen dari total anggaran yang dikeluarkan setiap bulannya.

Operator Tanjung Lesung Beach Hotel (Bay Villas)

Lesung Bay Villass Hotel & Resort terletak di semenanjung bagian barat

kawasan Tanjung Lesung, menghadap Selat Sunda dengan pemandangan

langsung Gunung Krakatau dan dekat dekat Pulau Panaitan di Taman Nasional

Ujung Kulon. Suasana di operator wisata ini mengutamakan privasi yang tinggi

bagi tamu-tamunya dengan fasilitas pendukung yang sangat baik, berupa sarana

prasarana, panorama alam, masakan terbaik dan suasana yang alami. Tingkat

kunjungan tamu umumnya akan tinggi (peak) pada bulan Mei, Juni, Juli,

September, Oktober dan Desember. Sementara kunjungan rendah (low seasons)

terjadi di Bulan Januari hingga April.

Tingkat kunjugan wisatawan musim ramai (peak season), pada umumnya

terjadi di bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober dan Desember.

Terutama pada Agustus dan Desember kunjungan wisatawan mencapai masing-

masing 1108 dan 954 orang. Sementara kunjungan rendah (low seasons) terjadi di

bulan Januari hingga April, terutama di bulan Februari hanya 159 orang. Dalam

satu tahun jumlah wisatawan yang berkunjung ke operator ini sebanyak 6.261

orang di tahun 2012. Pada umumnya kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh

waktu liburan, terutama long weekend.

Operator Bay Villas merekrut tenaga kerja mayoritas dari masyarakat

sekitar Desa Tanjungjaya dan Desa Citeuruep, selain juga tenaga kerja dari luar

wilayah sekitar kawasan wisata. Uraian tenaga kerja di operator wisata Hotel Bay

Villas dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30 Jumlah tenaga kerja operator Hotel Bay Villas

Departement Person Sex

Male Female

Executive Office 1 1 -

Jakarta Sales Office 6 3 3

Front Office 8 6 2

House Keeping 11 11 -

Food & Beverage Service 10 8 2

Food & Beverage Product 13 12 1

Engineering 11 11 -

Accounting Office 9 8 1

Personal Office 2 2 -

Security Section 6 6 -

Sport & Leasure 5 4 1

Total 82 72 10 Sumber: Operator Beach Club diolah tahun 2013

Komoditi untuk operator wisata Hotel Bay Villas diperoleh dari beberapa

wilayah seperti Serang, Cilegon dan Jakarta. Data pasokan dari serang dan

Cilegon tidak diuraikan pada pembahasan ini, karena ketidaklengkapan dan

keterbatasan data yang diperoleh, namun pada umumnya pasokan komoditi

diperoleh dari pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta.

Pihak operator menetapkan pasokan komoditi berdasarkan ketersediaan

Page 92: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

70

jenis komoditi di supermarket dengan terlebih dahulu melakukan bidding untuk

menentukan harga penawaran terbaik. Sehingga pasokan tidak hanya bersumber

dari satu tempat, namun dari beberapa supermarket. Pihak operator dapat

melakukan pemesanan lebih awal, sehingga barang dapat dipersiapkan oleh pihak

supermarket.

Supermarket dijadikan sebagai tempat untuk membeli keperluan komidi di

operator wisata Hotel Bay Villas berdasarkan pertimbangan ekonomis, efisiensi

dan efektivitas selain juga kualitas produk yang berstandar. Pasokan komoditi

operator Hotel Bay Villas diuraikan pada Tabel 31.

Tabel 31 Pasokan komoditi operator Bay Villas Hotel tahun 2012

Wilayah Pembelian

Kelompok Komoditi

(Rp/Bulan) Total

(Rp/Bulan)

Total

(Rp/Tahun) %

Logistik Akomodasi

Ds. Tanjungjaya 72.000

72.000 864.000 0,05

Kec. Panimbang 5.235.000

5.175.000 62.100.000 3,3

Kec. Labuan 49.593.042

49.593.042 595.116.504 31,7

Jakarta 89.002.546 12.418.450 101.420.996 1.217.051.950 64,9

Jumlah (%) 143.902.588 12.418.450

156.321.038 1.875.132.454 100 92,1% 7,9%

Sumber: Operator Hotel Bay Villas diolah tahun 2013

Berdasarkan Tabel 31 menjelaskan bahwa pembelian pasokan komoditi

operator Hotel Bay Villas terdiri atas, Rp. 143.902.588 atau 92.1 persen untuk

keperluan logistik dan Rp. 12.418.450 atau 7.9 persen untuk akomodasi,

sementara tidak ada belanja untuk komoditi aktraksi. Perputaran uang untuk

belanja pasokan komoditi di opertor ini sebesar Rp. 156,3 juta per bulan atau Rp.

1,875 milyar per tahun.

Wilayah yang menerima aliran uang dari belanja komoditi ini masing-

masing adalah; Jakarta dengan 64,9 persen, Kecamatan Labuan 31,7 persen,

Kecamatan Panimbang 3,3 persen dan Desa Tanjungjaya dengan 0.05 persen.

Desa Tanjungjaya memperoleh supply komoditi berupa pengisian air kemasan

ulang, selain juga komoditi ikan segar dan ikan hidup. Kecamatan Panimbang,

khususnya stasiun POM bensin dan pasar, mensuplai kebutuhan BBM jenis solar

termasuk pula komoditi berupa sembako (goseries) untuk belanja keperluan

konsumsi karyawan, termasuk di dalamnya pembelian beras lokal.

Komoditi yang dibeli dari wilayah Kecamatan Labuan lebih banyak untuk

keperluan material bangunan dan perlengkapan engineering untuk keperluan

renovasi dan pembangunan sarana kepariwisataan di Villa Kalicaa, selain juga

untuk pembelian BBM jenis solar.

Operator Sailing Club

Sailing Club and Resort menawarkan atraksi wisata laut dengan sarana

perahu layar yang dimiliki seperti; klub Picos, Laser dan Optimis. Didukung

kondisi hembusan udara yang baik sangat cocok untuk aktivitas berlayar. Selain

itu, pihak pengelola menyediakan fasilitas penginapan dan perawatan berkala

perahu terutama milik anggota club sailing. Operator Sailing Club juga

menawarkan wisata memancing di dan sekitar Selat Sunda. Disediakan pula

snorkling dan area laut untuk berenang. Selain aktivitas di laut, tersedia pula

Page 93: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

71

trekking melintasi hutan setempat dengan segala panorama dan habitat hewannya

dan terdapat trek bersepeda 'di jalan' dan 'off road'.

Saat ini Sailing Club memiliki tenaga kerja (81,8%) dari masyarakat

sekitar kawasan yakni warga Desa Tanjungjaya dan Desa Citeureup, sisanya dari

luar wilayah. Uraian jumlah tenaga kerja di jelaskan pada Tabel 32.

Tabel 32 Jumlah tenaga kerja operator Sailing Club.

Departement Person Sex

Male Female

Manager Club 1

1

Accounting Officer 1 1

Kasir reservasi 1

1

House Keeping 2 1 1

Drink area/ Waiters 3 3

Kitchen 3 3

Boat boy 5 5

Maintenance 1 1

Security 3 3

Driver 2 2

Total 22 19 3 Sumber: Data Operator Sailing Club tahun 2013.

Sailing Club merupakan operator wisata yang banyak dikunjungi

wisatawan nusantara dan mancanegara. Tingkat kunjungan wisatawan paling

banyak dari mancanegara ke Sailing Club bila dibandingkan dengan operator-

operator lainnya di kawasan Tanjung Lesung. Selain perorangan dan klub perahu

layar, Sailing Club juga memiliki anggota (member) dari sekolah-sekolah (anak-

anak) internasional. Jumlah kunjungan wisatawan ke Sailing Club dapat dilihat

pada Tabel 33.

Tabel 33 Jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara

ke Sailing Club tahun 2010 – 2012

Tahun Wisnus Wisman Total

2010 8388 986 9374

2011 7912 847 8759

2012 7373 1008 8381 Sumber: Data Operator Sailing Club tahun 2013

Pihak pengelola Sailing Club sering menggunakan jasa sewa perahu dari

warga di sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung bagi tamunya untuk aktivitas

memancing dan trip ke Taman Nasional Ujung Kulon dan objek DTW lainnya.

Hingga saat ini sewa perahu sudah menjadi aktivitas yang melembaga antara

pihak operator sailing club dengan warga sekitar.

Komoditi untuk operator wisata Sailing Club diperoleh dari beberapa

wilayah seperti Desa Tanjungjaya, Kecamatan Panimbang, Cilegon dan

Tangerang. Pihak operator membeli pasokan komoditi di supermarket yang

berlokasi di Karawaci Tangerang. Supermarket dijadikan sebagai tempat untuk

membeli keperluan komidi di operator wisata Sailing Club karena di supermarket

produk yang diperlukan tersedia dengan lengkap. Pihak pengelola kesulitan untuk

Page 94: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

72

memperoleh jenis produk yang diperlukan dari pasar di lokal, karena tidak

tersedia. Terutama jenis komoditi yang diperuntukan sebagai bahan membuat

masakan atau makanan ala western.

Tidak semua komoditi dibeli di Tangerang, ada juga yang dibeli di pasar

Panimbang, terutama jenis komoditi yang umum tersedia dan bersifat sebagai

tambahan jika ketersediaan stok telah habis. Pasokan komoditi operator Sailing

Club diuraikan pada Tabel 34.

Tabel 34 Pasokan komoditi di operator Sailing Club tahun 2012

Wilayah

Pembelian

Kelompok Komoditi (Rp/Bulan) Total

(Rp/Bulan)

Total

(Rp/Tahun) %

Logistik Akomodasi Atraksi

Ds. Tanjungjaya 5.728.000 -

5.728.000 68.736.000 10,2

Kec. Panimbang

10.439.010 -

10.439.010 125.268.120 18,6

Kota Cilegon

225.000 -

225.000 2.700.000 0,4

Tangerang

36.534.275

3.102.350

39.636.625 475.639.500 70,7

TOTAL (%)

52.926.285

3.102.350

- 56.028.635 672.343.620 100

94,5% 5,5% 0,0%

Sumber : Data Operator Sailing Club tahun 2013

Berdasarkan Tabel 34, pembelian pasokan komoditi operator Sailing Club

terdiri atas: Rp. 52.926.275 atau 94,5 persen untuk keperluan logistik dan Rp.

3.102.350 atau 5,5 persen untuk akomodasi, sementara tidak ada belanja untuk

komoditi aktraksi. Belanja untuk keperluan atraksi tidak disajikan dalam

penelitian ini karena keterbatasan data. Jika dihitung total pengeluaran uang yang

digunakan untuk belanja pasokan komoditi di operator ini sebesar Rp. 56.028.635

per bulan atau Rp. 672.343.620 per tahun.

Wilayah yang menerima aliran uang dari belanja komoditi ini masing-

masing adalah: Tangerang dengan 70,7 persen, Kecamatan Panimbang 18,6

persen, Desa Tanjungjaya dengan 10 persen dan sedikit saja 0,4 persen mengalir

ke Cilegon. Desa Tanjungjaya memasok komoditi berupa ikan hidup, ikan mati

namun segar dan sewa perahu untuk tamu wisatawan yang menginap di Sailing

Club. Alasan wisatawan mau menggunakan perahu dari warga sekitar, karena

perahu warga berbahan kayu akan lebih aman jika dibandingkan dengan perahu

(boat) yang umumnya terbuat dari bahan fiber.

Operator Blue Fish

Operator Blue Fish merupakan salah satu hotel di kluster Tanjung Lesung

ini memiliki aktivitas khusus berupa memancing dan outbound untuk segala usia

selain fasilitas kamar untuk menginap dengan 16 kamar lengkap dengan fasilitas

pendukung lainnya, seperti kolam renang dan aktaksi outbond. Operator wisata

Blue Fish yang memilih konsep aktivitas yang kental dengan atmosfer kegiatan

laut. Selain wisatawan nusantara yang terhimpun dalam keanggotaan group

memancing, juga banyak diminiati oleh wisatawan manca neraga dengan latar

belakang hobi memancing.

Page 95: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

73

Blue Fish memiliki 17 karyawan, 14 orang atau 82,4 persen diantaranya

adalah tenaga kerja dari masyarakat setempat, sisanya dari luar daerah seperti dari

Jawa Tengah. Gambaran tenaga kerja dapat di uraikan pada tabel 35.

Tabel 35 Jumlah tenaga kerja operator Blue Fish

Departement Person Sex

Male Female

Manager 1 1

Accounting Officer 1 1

House Keeping 2 1 1

Drink area/ Waiters 3 3

Kitchen 2 1 1

Boat boy 4 4

Maintenance 1 1

Security 2 2

Driver 1 1

Jumlah 17 14 3 Sumber: Data operator Blue Fish tahun 2013

Berdasarkan sumber data dari pihak pengelola operator Blue Fish, pasokan

komoditi ada yang dikirim (supply) langsung oleh pihak managemen yang

berkantor di Jakarta dan ada juga jenis komoditi yang pasoknnya ditentukan oleh

pengelola operator Blue Fish di Tanjung Lesung sendiri. Data yang terkait dengan

pembelian komoditi yang di-supply oleh pihak management (owner), pihak

pengelola tidak menyimpan catatannya, sehingga data yang dapat diolah hanya

bersumber dari pihak operator Blue Fish di Tanjung Lesung saja. Gambaran

pasokan komoditi di operator Blue Fish yang disajikan merupakan data satu

bulan, kemudian diproyeksikan menjadi satu tahun (2012). Uraian pasokan

komoditi di operator Blue Fish dapat dilihat pada Tabel 36.

Tabel 36 Pasokan komoditi operator Blue Fish tahun 2012

Kelompok

Komoditi

Wilayah Pembelian (Rp/Bulan) TOTAL

(Rp/Bulan)

TOTAL

(Rp/Tahun) %

Jakarta Panimbang Citeureup

Logistik

915.400 1.582.000 16.000

3.113.400

37.360.800 37,9

Akomodasi

732.800 - -

732.800

8.793.600 8,9

Atraksi

4.364.778 - -

4.364.778

52.377.333 53,2

Jumlah Rp. (%) 6.012.978 1.582.000 616.000

8.210.978 98.531.733 100 73,2% 19,3% 7,5%

Sumber: Data Operator Blue Fish diolah tahun 2013

Dapat dijelaskan bahwa keperluan komoditi dikelompokan menjadi;

logistik (jenis barang untuk keperluan dapur (makanan dan muniman), akomodasi

(jenis barang berupa alat-alat untuk keperluan hotel) dan atraksi (jenis komoditi

untuk keperluan memancing). Berdasarkan pengelompokan ini, alokasi biaya

untuk keperluan atraksi lebih besar mencapai Rp. 4.364.778 per bulan atau

52.377.333 per tahun atau 53,2 persen, berikutnya alokasi untuk keperluan

Page 96: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

74

logistik dengan Rp. 37.360.800 per tahun atau 37,9 persen dan alokasi untuk

keperluan akomodasi Rp. 8.793.600 per tahun atau 12,2 persen.

Tingginya uang yang dialokasikan untuk keperluan akomoditi atraksi

karena tamu yang datang ke Blue Fish merupakan para penghobi memancing,

perorangan maupun berkelompok yang tergabung dalam komunitas memancing

sehingga item komoditi lebih banyak untuk keperluan memancing.

Dari Tabel 38 di atas dapat diketahui sebaran aliran uang untuk belanja

komoditi pariwisata di opertor ini adalah Jakarta merupakan wilayah yang paling

besar dengan nilai uang Rp. 6.012.978 per bulan, disusul Kecamatan Panimbang

(pasar) dengan Rp. 1.582.000 per bulan dan Desa Citeureup (pasar) dengan nilai

uang Rp. 616.000 per bulan.

Operator Villa Kalicaa

Villa Kalicaa Tanjung Lesung merupakan tempat yang nyaman karena

fasilitas yang luas dan kegiatan pendukung sangat banyak. Fasiltias yang

disediakan berupa pesta kebun barbekyu, dilengkapi kitchen set dan peralatan

yang disediakan di dalam villa selain juga terdapat bungalow. Fasilitas yang

disediakan sesuai untuk tamu keluarga maupun paket bulan madu.

Saat ini Villa Kalicaa mempekerjakan karyawan mayoritas dari

masyarakat sekitar kawasan wisata. Gambaran jumlah tenaga kerja di operator

Villa Kalicaa diuraikan pada Tabel 37.

Tabel 37 Jumlah tenaga kerja operator wisata Villa Kalicaa

Departement Person Sex

Male Female

Executive Office 1 1 -

Jakarta Sales Office 5 4 1

Front Office 7 5 2

House Keeping 23 22 1

Food & Beverage Service 9 9 -

Food & Beverage Product 14 14 -

Engineering 9 9 -

Accounting Office 3 1 2

Personal Office - - -

Security Section - - -

Sport & Leasure 4 4 -

Total 75 69 6 Sumber: Operator Villa Kalicaa tahun 2013

Komoditi operator wisata Villa Kalicaa diperoleh dari beberapa wilayah

seperti Cilegon dan Jakarta. Data pasokan dari Cilegon tidak diuraikan pada

pembahasan ini, karena ketidaklengkapan dan keterbatasan data yang diperoleh,

namun pada umumnya pasokan komoditi diperoleh dari pusat-pusat perbelanjaan

di Jakarta. Pihak operator menetapkan pasokan komoditi berdasarkan ketersediaan

jenis komoditi di supermarket dengan terlebih dahulu melakukan penawaran

(bidding) untuk menentukan harga penawaran terbaik. Supermarket dijadikan

sebagai tempat untuk membeli keperluan komidi pada operator wisata Villa

Calicaa berdasarkan pertimbangan ekonomis, efisiensi dan afektivitas selain juga

Page 97: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

75

kualitas produk yang berstandar. Pasokan komoditi di operator wisata Villa

Calicaa diuraikan pada Tabel 38.

Tabel 38 Pasokan komoditi di operator Villa Calicaa tahun 2012

Jenis Komoditi Wilayah Pembelian (Rp/bulan) Total

(Rp/Bulan)

Total

(Rp/ Tahun) %

Panimbang Jakarta

Logistik 180.000 57.757.660 57.937.660 693.271.920 59,2

Akomodasi - 39.832.500 39.832.500 477.990.000 40,8

Jumlah (%) 180.000 97.590.160

97.770.160 1.171.261.920 100 0,2% 99,8%

Sumber: Operator Villa Kalicaa tahun 2013.

Tabel 38 menjelaskan bahwa pembelian pasokan komoditi operator Villa

Calicaa terdiri atas 59,2 persen untuk keperluan logistik dan 40,8 persen untuk

akomodasi dengan omset belanja Rp. 1,1 milyar per tahun atau Rp. 97.770.160

per bulan. Jakarta memperoleh persentase uang lebih besar 99,8 persen dan

wilayah Panimbang hanya memperoleh 0,2 persen dari alokasi pembelian

(purchasing) komoditi di operator Villa Calicaa.

Data komoditi dari bagian pembelian (purchest) yang disajikan dalam

penelitian ini merupakan sebagian data yang belum menggambarkan secara

keseluruhan kebutuhan dan total belanja komoditi di operator ini.

Kebutuhan logistik yang diperoleh dari Panimbang adalah jenis komoditi

emping mentah dan emping pedas dengan volume masing-masing 5 kg per bulan,

sementara keperluan komoditi logistik dan akomodasi lainnya diperoleh dari

Cilegon, Serang, dan Jakarta. Secara umum pasokan komoditi diperoleh dari

Jakarta, namun pihak pengelola operator Villa Kalicaa terlebih dahulu mencari

ketersediaan jenis komoditi yang diperlukan di supermarket sekitar Kota Serang

dan Kota Cilegon Propinsi Banten.

Jenis komoditi lain seperti ikan segar, BBM dan sebagian buah-buahan

pada umumnya diperoleh dari Panimbang, hanya saja tidak tercantum dalam

daftar komoditi karena keterbatasan data.

Peran Pariwisata Tangjung Lesung Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Karakteristik Rumah Tangga Responden

Responden dalam penelitian ini terdiri dari 60 kepala keluarga dari

masyarakat yang tinggal di dua desa sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung.

rumah tangga yang menjadi responden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu rumah

tangga yang beraktivitas di pariwisata sebanyak 30 orang dan rumah tangga yang

tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung sebanyak 30 orang.

Karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, jenis

pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga, dan pendapatan dan lokasi merupakan

faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga. Karakteristik

tersebut akan berpengaruh terhadap kegiatan, keterampilan, dan kemampuan

responden dalam menelaah dan mengambil suatu keputusan yang menyangkut dirinya, keluarga, dan lingkungan sekitarnya yang kesemuanya ini bertujuan

untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan layak.

Page 98: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

76

Menurut ukuran nasional, usia penduduk yang kerja adalah mulai dari 15

tahun sampai 65 tahun. Semakin muda usia penduduk dalam memasuki dunia

kerja bisa menjadi salah satu indikator bahwa kondisi sosial ekonominya berada

di bawah garis kemiskinan. Kesimpulan teoritis tersebut berdasarkan pada asumsi

bahwa semakin tinggi taraf hidup penduduk maka semakin tinggi pula

kemampuan orang tua dalam membiayai anak-anaknya terutama untuk tingkat

pendidikan yang dicapai sehingga berpengaruh pada umur anak dalam memasuki

dunia kerja. Umur akan mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berpikir dalam

mengambil suatu keputusan seseorang yang berhubungan dengan dirinya dan

lingkungannya. Umur responden di daerah penelitian dapat mencerminkan pada

kelompok umur mana mayoritas usia responden yang bekerja sebagai nelayan,

petani, jasa, berdagang karyawan atau pegawai.

Penelitian ini, responden dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok

responden yang beraktivitas di pariwisata yakni masyarakat sekitar kawasan yang

bekerja, berdagang, dan atau melaksanakan bisnis atau usaha di atau ke dalam

kawasan wisata Tanjung Lesung. Pada umunmya responden ini bekerja sebagai

karyawan state office Banten West Java, hotel/villa dan operator aktraksi wisata

lainnya pada posisi sebagai keamanan (security), pegawai di operator wisata,

pedagang di pantai dan pemasok komoditi ke dalam kawasan wisata Tanjung

Lesung. Kedua, kelompok responden yang tidak beraktivitas di pariwisata

Tanjung Lesung adalah warga yang tidak melaksanakan kegiatan baik sebagai

karyawan, pedagang ataupun pemasok ke dalam kawasan wisata Tangjung

Lesung mau pun lainnya. Jenis pekerjaan responden yang tidak beraktivitas di

pariwisata berlatar belakang beragam, diantaranya; petani, nelayan, pedagang dan

jasa (termasuk di dalamnya buruh, karyawan, pegawai swasta/negeri, bisnis

layanan dan lain-lain).

Berdasarkan hasil penelitian, komposisi umur responden terlihat adanya

perbedaan yang tidak signifikan. Umur responden pada rumah tangga yang

beraktivitas lebih banyak usia muda dibanding responden yang tidak beraktivitas

di pariwisata. Proporsi kelompok umur responden dapat dilihat pada Tabel 39.

Tabel 39 Umur responden yang beraktivitas di pariwisata dan tidak

beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung tahun 2012.

Umur Responden

(Tahun)

Beraktivitas Tidak Beraktivitas

di Pariwisata di Pariwisata

Jumlah % Jumlah %

22 – 29 3 10 1 3,30

30 – 37 14 46,7 9 30

38 – 45 9 30 8 26,7

46 – 53 3 10 6 20

54 – 61 1 3,3 4 13,3

62 – 67 0 0 2 6,7

Jumlah 30 100 100 100 Sumber: Data hasil olah tahun 2013.

Tabel 39 menunjukkan bahwa umur kepala keluarga kedua kelompok

responden ini dalam usia yang beragam, lebih banyak usia produktif, yaitu

berkisar dari 22 sampai 53 tahun, sementara usia lanjut jumlahnya hanya sedikit

saja 6,7 persen. Rata-rata umur kelompok responden yang beraktivitas di

Page 99: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

77

pariwisata adalah 37 tahun, sedangkan untuk responden yang tidak beraktivitas di

pariwisata rata-rata umurnya 44 tahun.

Pengambilan keputusan merupakan satu hal yang sangat penting dalam

setiap kegiatan, berhasil tidaknya suatu kegiatan tidak terlepas dari keputusan

yang diambil. Pengambil keputusan dalam rumah tangga biasanya ditentukan oleh

kepala keluarga yang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman.

Makin tinggi pendidikan dan makin banyak pengalaman akan sangat berpengaruh

pada keputusan yang akan diambil agar sesuai dengan harapan.

Pendidikan formal merupakan salah satu indikator sosial yang merupakan

tolok ukur untuk menentukan indeks kemajuan pembangunan suatu negara. Selain

tiu juga merupakan satu-satunya sistem pendidikan yang mendapat pengakuan

secara (administrasi) universal sebagai indikator tingkat pengetahuan dan keahlian

seseorang. Tingkat pendidikan yang pernah diikuti oleh responden bervariasi

mulai dari 6 tahun atau tamat sekolah dasar sampai lulus perguruan tinggi 16

tahun. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh komposisi keadaan pendidikan

respoden seperti terlihat pada Tabel 40.

Tabel 40 Kondisi pendidikan responden yang beraktivitas di pariwisata dan

yang tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung tahun 2012

No Pendidikan Responden

(Tahun)

Beraktivitas Tidak Beraktivitas di

Pariwisata di Pariwisata

Jumlah % Jumlah %

1 6 (SD) 1 3,3 2 6,7

2 9 (SLTP) 3 10 8 26,7

3 12 (SLA) 23 76,7 15 50

4 16 (PT) 3 10 5 16,7

Jumlah 30 100 30 100

Sumber: Data hasil olah Tahun 2013.

Tabel 40 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mayoritas responden yang

beraktivitas di pariwisata adalah SLTA dengan angka 76,7persen, kemudian

tingkat PT dengan 10%, jika dirata-ratakan berpendidikan SLTA (12 tahun).

Sedangkan pendidikan responden yang tidak beraktivitas di pariwisata sebanyak

50% merupakan lulusan sekolah menengah lanjutan tingakt atas dan 16,7 persen

lulus perguruan tinggi, jika dirata-ratakan berpendidikan SLTA (11 tahun).

Jumlah anggota keluarga merupakan jumlah seluruh dari anggota rumah

tangga yang ditanggung oleh kepala keluarga. Besarnya tanggungan kepala

keluarga sangat ditentukan oleh jumlah anggota keluarga. Semakin banyak jumlah

anggota keluarga maka semakin banyak pula biaya hidup rumah tangga tersebut,

seBaliknya semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka semakin sedikit pula

beban kepala rumah tangga. Di sisi lain jumlah anggota keluarga yang yang besar

juga merupakan sumber pendapatan apabila anggota keluarga tersebut bekerja dan

pendapatannya ditambahkan ke dalam pendapatan rumah tangga.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki anggota

keluarga berkisar 4 – 6 orang. Terdapat 73,3 persen responden yang beraktvitas di

pariwisata memiliki anggota keluarga 4 - 6 orang, sedangkan pada kelompok

yang tidak beraktivitas di pariwisata ada 66,7 persen. Bila dilihat dari rata-rata

kedua kelompok responden ini menunjukkan bahwa jumlah anggota rumah tangga

Page 100: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

78

tidak ada perbedaan yaitu masing-masing memiliki 5 anggota rumah tangga.

Untuk melihat distribusi jumlah anggota keluarga pada kedua kelompok

responden ini dapat dilihat pada Tabel 41.

Tabel 41 Jumlah tanggungan keluarga responden yang beraktivitas di pariwisata

dan yang tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung

No Tanggungan

Keluarga (jiwa)

Beraktivitas Tidak Beraktivitas di

Pariwisata di Pariwisata

Jumlah % Jumlah %

1 < 4 6 20 6 20

2 4 – 6 22 73,3 20 66,7

3 7 – 8 2 6,7 4 13,3

Jumlah 30 100 30 100%

Sumber: Data hasil olah tahun 2013.

Persepsi Masyarakat atas Dampak Pariwisata Tanjung Lesung Terhadap

Ekonomi, Sosial dan Lingkungan Sekitar Kawasan

Dampak Ekonomi

Pariwisata berdampak meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui

meningkatnya pendapatan keluarga. Untuk mengetahui dampak dari adanya

pariwisata Tanjung Lesung dalam meningkatkan pendapatan keluarga dilihat dari

kemampuan untuk membiayai kebutuhan dasar yang meliputi; kemampuan untuk

menyekolahkan anak, berobat, menabung, membeli aset dan keperluan konsumsi

standar cukup. Uraian hasil dari jawaban responden yang beraktivitas di

pariwisata Tanjung Lesung maupun yang tidak dapat dilihat pada Tabel 42 dan

Gambar 9.

Tabel 42 Persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata tanjung lesung dalam

menigkatkan pendapatan untuk membiayai keperluan dasar

Meningkatkan Pendapatan

Beraktivitas di

Pariwisata

Tdk Beraktivtias di

Pariwisata

Ya Tidak Ya Tidak

Menyekolahkan anak 69,0% 31% 77,8% 22,2%

Berobat 89,3% 10,7% 76,9% 23,1%

Menabung 55.2% 44,8% 75,0% 25,0%

Membeli aset 72,4% 27,6% 68,0% 32,0%

Konsumsi standar 92,9% 7,1% 85,7% 13,8% Sumber: Hasil olah tahun 2013

Responden yang beraktivias di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan

pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak meningkatkan pendapatan

keluarga untuk membiayai keperluan menyekolahkan anak dengan 69 persen

responden dan 31 persen responden lainnya menyatakan tidak memberikan

dampak. Sementara responden yang tidak beraktivitas di pariwisata menyatakan

bahwa pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak meningkatkan

pendapatan keluarga untuk membiayai keperluan menyekolahkan anak dengan

Page 101: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

79

77,8 persen responden dan 22,2 persen responden lainnya menyatakan tidak

memberikan dampak.

Gambar 9 Persentase persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung

Lesung dalam meningkatkan pendapatan untuk membiayai

keperluan dasar

Pernyataan responden yang beraktivitas di pariwisata terkait kemampuan

untuk meyekolahkan anak, lebih rendah dari pada responden yang tidak

beraktvitas di pariwisata. Pada umumnya responden baik yang beraktivitas di

pariwisata maupun yang tidak memberikan alasan bahwa memang ada

peningkatan pendapatan setelah adanya pariwisata Tanjung Lesung sehingga

mampu menyekolahkan anak hingga jenjang pendidikan dasar. Menyekolahkan

anak pada tingkat dasar relatif tidak ada kendala, karena juga terbantu dengan

adanya program BOS dari pemerintah. Lain halnya untuk memenuhi keperluan

menyekolahkan anak pada jenjang tingkat menengah, sebagian responden yang

beraktivitas di pariwisata dan tidak beraktivitas di pariwisata mengatakan perlu

usaha tambahan dan tidak bisa mengandalkan dari hasil di pariwisata saja, terlebih

untuk menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi pendapatan dari sektor

pariwisata yang diperoleh dirasa kurang mencukupi.

Pertanyaan apakah pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak

meningkatkan pendapatan keluarga untuk membiayai keperluan berobat anggota

keluarga, responden yang beraktivias di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan

pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak meningkatkan pendapatan

keluarga untuk membiayai keperluan berobat 89,3 persen responden dan sebanyak

10,7 persen responden menyatakan tidak memberikan dampak. Sementara

responden yang tidak beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan

pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak meningkatkan pendapatan

keluarga untuk membiayai keperluan berobat anggota keluarga jika ada yang sakit

dengan 76,9 persen responden dan 22,2 persen responden lainnya menyatakan

tidak memberikan dampak.

Pada umumnya responden baik yang beraktivitas di pariwisata maupun yang

tidak, menyatakan bahwa pendapatan mereka meningkat sebagai dampak manfaat

adanya pariwisata Tanjung Lesung, sehingga memungkinkan mereka dapat

berobat setidaknya di puskesmas. Bagi responden yang beraktivitas di Tanjung

Menyekolahkan

Anak

Berobat Menabung Membeli Aset Konsumsi

Standar

69%

89,3%

55,2%

72,4%

92,9%

77,8% 76,9% 75,0%

68,0%

85,7%

Beraktivitas di Pariwisata Tidak Beraktivitas di Pariwisata

Page 102: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

80

Lesung, pada umumnya mereka telah terbantu untuk pembiayaan berobat, karena

pihak PT. Banten West Java selaku pengelola kawasan wisata Tanjung Lesung

memberikan tunjangan kesehatan meringankan biaya kesehatan anggota keluarga

untuk berobat di klinik. Lain halnya pada keluarga yang tidak beraktivitas di

pariwisata khususnya yang berkerja bukan sebagai pegawai, mereka harus

mengeluarkan biaya sendiri untuk keperluan berobat jika ada anggota keluarganya

yang sakit.

Pertanyaan tentang apakah pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan

dampak meningkatkan pendapatan keluarga untuk ditabung, responden yang

beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung

Lesung telah memberikan dampak meningkatkan pendapatan keluarga untuk

menabung dengan jumlah 55,2 persen responden dan ada 44,8 persen responden

menyatakan tidak memberikan dampak. Sementara responden yang tidak

beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung

Lesung memberikan dampak meningkatkan pendapatan keluarga untuk menabung

sebanyak 75 persen responden dan ada 25 persen responden lainnya menyatakan

tidak memberikan dampak.

Jawaban responden khususnya yang beraktivtias di pariwisata tentang

kemampuan untuk menabung nilainya rendah yakni 55,7 persen, karena menurut

penjelasan respoden pendapatan mereka rata-rata dalam satu bulan tidak

memungkinkan untuk menabung, karena pendapatan mereka akan habis untuk

keperluan konsumsi keluarga. Pada dasarnya responden baik yang beraktivitas di

pariwisata maupun tidak, menganggap menabung adalah kondisi keuangan sisa,

setelah keperluan konsumsi utama tercukupi. Sehingga mereka merasa tidak ada

lagi sisa uang yang dapat ditabung.

Pertanyaan apakah pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak

manfaat meningkatkan pendapatan keluarga untuk membiayai keperluan membeli

aset berupa kendaraan, rumah dan tanah, Responden yang beraktivitas di

Pariwisata menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung telah

memberikan dampak meningkatkan pendapatan keluarga untuk membiayai

keperluan membeli aset 72,4 persen responden dan sebanyak 27,5 persen

responden menyatakan tidak memberikan dampak. Sementara responden yang

tidak beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan pariwisata

Tanjung Lesung telah memberikan dampak meningkatkan pendapatan keluarga

untuk membiayai keperluan membeli aset 68 persen responden, disusul dengan 32

persen responden lainnya menyatakan tidak memberikan dampak.

Responden baik yang beraktivitas di pariwisata maupun yang tidak, secara

umum menyatakan bahwa keberadaan Tanjung Lesung salama ini memberikan

dampak meningkatkan pendapatan untuk keperluan membeli aset. Kemampuan

untuk membuat/membeli rumah dan kredit motor juga bagian dari pendapatan

yang diperoleh dari adanya aktivitas pariwisata Tanjung Lesung baik secara

langsung maupun tidak, selain ditopang dari usaha-usaha sampingan lainnya.

Pertanyaan apakah pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak

manfaat meningkatkan pendapatan keluarga untuk keperluan konsumsi, ada 92,9

persen responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan

pariwisata Tanjung Lesung sangat memberikan dampak meningkatkan

pendapatan keluarga untuk membiayai keperluan konsumsi standar cukup dan

sebanyak 7,1 persen responden lainnya menyatakan tidak memberikan dampak.

Page 103: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

81

Sementara responden yang tidak beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa

keberadaan pariwisata Tanjung Lesung memberikan dampak meningkatkan

pendapatan keluarga untuk membiayai keperluan konsumsi standar cukup ada

85,7 persen responden dan 13,8 persen lainnya menyatakan tidak memberikan

dampak.

Mayoritas responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan

keberadaan Tanjung Lesung sangat memberikan dampak meningkatkan

pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Pendapatan

dari pariwisata sangat membantu keluarga untuk mencukupi kebutuhan konsumsi

standar cukup. Sama halnya dengan responden yang tidak berkativitas di

pariwisata menyatakan keberadaan pariwisata berdampak meningkatkan pendapat

keluarga baik secara langsung maupun tidak langsung sehinga dapat memenuhi

kebutuhan konsumsi standar.

Dampak Meningkatkan Peluang Usaha Bagi Masyarakat Setempat

Pada pembahasan ini menjelaskan tanggapan responden yang beraktivitas

maupun tidak di kawasan pariwisata, tentang apakah keberadaan pariwisata

Tanjung Lesung berdampak pada meningkatkan peluang usaha bagi masyarakat

setempat dilihat dari beberapa hal seperti; berdagang, pemasok komoditi, hasil

kerajinan, kuliner dan jasa hiburan masyarakat. Persespsi responden terhadap

dampak pariwisata Tanjung Lesung dalam meningkatkan peluang usaha nampak

pada tabel 43 dan Gambar 10.

Tabel 43. Persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung Lesung

dalam meningkatkan peluang usaha bagi masyarakat setempat

Meningkatkan Peluang Usaha

Beraktivitas di

Pariwisata

Tidak Beraktivtias di

Pariwisata

Ya Tidak Ya Tidak

Berdagang 75,9% 24,1% 60,7% 39,3%

Pemasok Komoditi 89,7% 10,3% 64,3% 35,7%

Hasl Kerajinan 72,4% 27,6% 60,7% 39,3%

Kuliner 64,3% 35,7% 72,0% 28,0%

Jasa Hiburan Masyarakat 79,3% 20,7% 67,9% 32,1% Sumber: Hasil olah tahun 2013

Gambar 10 Persentase persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata

Tanjung Lesung dalam meningkatkan peluang usaha masyarakat

0.0%

50.0%

100.0%

Bedagang PemasokKomoditi

HasilKerajinan

Kuliner JasaHiburan

Masy

75,9% 89,7%

72,4% 64,3% 79,3%

60,7% 64,3% 60,7% 72,0% 67,9%

Beraktivitas di Pariwisata Tdk Beraktivitas di Pariwisata

Page 104: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

82

Pertanyaan tentang apakah pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan

dampak membuka peluang usaha bagi masyarakat setempat, responden yang

beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung

Lesung telah memberikan dampak membuka peluang usaha bagi masyarakat

setempat untuk berdagang sebanyak 75,9 persen responden dan sisanya sebanyak

24,1 persen responden menyatakan tidak memberikan dampak. Sementara

responden yang tidak beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan

pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak membuka peluang usaha

bagi masyarakat setempat untuk berdagang sebanyak 60,7 persen responden dan

sisanya dengan 39,3 persen responden menyatakan tidak memberikan dampak.

Bagi responden yang beraktivitas pariwisata menyatakan bahwa keberadaan

pariwisata Tanjung Lesung membuka peluang usaha untuk berdagang di dalam

kawasan. Lokasi yang digunakan adalah Pantai Bodur/Kalicaah. Di pantai ini ada

sekitar 30 pedagang makanan, pakaian, cinderamata, baju/kain pantai termasuk

hasil olahan laut dan hasil perkebunan yang membuka dagangannya, terutama

pada waktu week end dan long week end. Sementara bagi responden yang tidak

beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung mengatakan bahwa pedagang tidak

diperbolehkan berdagang di sekitar hotel/villa, mamun harus di Pantai Bodur.

Sementara wisatawan dari mancanegara lebih banyak berada di lokasi hotel dan

villa, sehingga wisatawan mancanegara jarang yang datang ke Pantai Bodur,

mengikat lokasi Pantai Bodur dan lokasi setiap operator wisata (hotel/villa/atraksi

pantai) letaknya terpisah-pisah dan berjauhan satu dengan yang lainnya.

Menurut penjelasan pihak pengelola Tanjung Lesung bahwa untuk pedagang

yang berjualan di Pantai Bodur/Kalicaah, tidak diperkenankan masuk kedalam

hotel/villa karena akan menggangu kenyamanan wisatawan. Konsep wisata yang

ada di Tanjung Lesung mengedepankan kenyamanan dan tingkat privasi yang

tinggi bagi tamu-tamunya karena para tamu membutuhkan suasana yang tenang.

Memang konsep ini mengandung kelemahan, yakni tidak membebaskan warga

utnuk berjualan area dalam hotel/villa, namun hal ini juga untuk memastikan

keberlanjutan kunjungan tamu agar terpuaskan tanpa ada gangguan kenyamanan,

sehingga mereka akan datang kembali untuk berwisata ke Tanjung Lesung.

Seiring dengan pengembangan KEK, ke depan pihak pengelola Tanjung Lesung

akan membuat sentra perdagangan di setiap hotel/villa dengan penataan yang

lebih rapih dan estetis. Tempat usaha ini akan memprioritaskan pedagang yang

saat ini sudah berjualan di Pantai Bodur/Kalicaah dan juga mengakomodasi warga

di sekitar kawasan lainnya untuk berjualan di dalam kawasan.

Pertanyaan tentang apakah pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan

dampak meningkatkan peluang usaha masyarakat setempat sebagai pemasok

komoditi, responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa

keberadaan pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak meningkatkan

peluang usaha masyarakat setempat sebagai pemasok komoditi dengan 89,7

persen rdan sebanyak 10,3 persen responden menyatakan tidak memberikan

dampak. Sementara responden yang tidak beraktivitas di pariwisata menyatakan

bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak

meningkatkan peluang usaha masyarakat setempat sebagai pemasok komoditi

64,3 persen responden dan responden lainnya 35,7 persen menyatakan sangat

tidak memberikan dampak.

Page 105: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

83

Berbeda dengan responden yang beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung

yang menyatakan bahwa pariwisata Tanjung lesung menerima pasokan komoditi

dari masyarakat sekitar kawasan, responden yang tidak beraktivitas di pariwisata

menyatakan tidak semua komoditi dapat dipasok dari wilayah sekitar kawasan

wisata. Jenis komoditi yang memungkinkan untuk dipasok diantaranya adalah

ikan hidup dan ikan segar dan air isi ulang. Justeru konponen jenis komoditas

yang paling banyak dipasok dari di luar Kabupaten Pandeglang, baik di-supply

atau pun pihak operator wisata membelinya sendiri ke wilayah luar.

Pertanyaan apakah pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak

manfaat meningkatkan peluang usaha bagi masyarakat setempat untuk

menampung dan membeli hasil kerajinan, responden yang beraktivitas di

pariwisata menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung telah

memberikan dampak meningkatkan peluang usaha untuk menyerap hasil

kerajinan dengan 72,4 persen dan sebanyak 27,6 persen responden lainnya

menyatakan tidak memberikan dampak. Sementara responden yang tidak

beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung

Lesung memberikan dampak meningkatkan peluang usaha untuk menyerap hasil

kerajinan dengan 60,7 persen responden dan ada 39,3 persen responden lainnya

menyatakan tidak memberikan dampak.

Jenis kerajian bentuknya beragam, baik berbahan dasar kayu seperti

miniatur badak, ukiran dari kayu, jenis anyaman dan jenis cindaramata berbahan

dasar hisan hasil laut dan lain-lain. Sementara responden yang tidak beraktivitas

di pariwisata mengatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung selama

ini memberikan dampak dalam menyerap hasil kerajian tangan dari masyarakat

setempat. Hanya saja, jumlah yang terserap masih relatif sedikit karena masih

rendahnya pembeli, sehingga sebagai alternatifnya pengrajin menjual produknya

ke tempat wisata di luar Kecamatan Panimbang, misalnya ke Pantai Carita yang

berlokasi di Kecamatan Labuan. Selain itu, warga pengrajin merasa kurangnya

promosi serta pembinaan dari Pemerintah Daerah untuk membatu pemasaran hasil

kerajinan.

Responden yang beraktivitas di pariwisata memberikan jawaban terkait

pertanyaan apakah pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak

meningkatkan peluang usaha bagi masyarakat setempat dalam hal kuliner ada

64,3 persen responden dan sebanyak 35,7 persen responden menyatakan tidak

memberikan dampak. Sementara responden yang tidak beraktivitas di pariwisata

menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan

dampak meningkatkan peluang usaha bagi masyarakat setempat dalam hal kuliner

sebanyak 72 persen responden dan ada 28 persen responden lainnya menyatakan

tidak memberikan dampak.

Baik responden yang beraktivitas maupun tidak menyatakan pariwisata

Tanjung Lesung telah memberikan dampak terhadap meningkatnya ragam dan

jumlah pedangan kuliner yang berada di sepanjang jalan menuju kawasan Tanjung

Lesung. Jenis kuliner lebih banyak yang berbasis olahan hasil laut seperti sea

food, selain juga masakan khas Sunda Banten pun tersedia. Responden juga

mengaharapkan kepada pemda untuk membantu dalam pengembangan masakan

tradisi sekaligus tempat yang terpusatkan letaknya tidak jauh dari kawasan

Tanjung Lesung.

Page 106: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

84

Pertanyaan tentang apakah pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan

dampak meningkatkan peluang usaha memanfaatkan jasa hiburan dari masyarakat

setempat, ada 79,3 persen responden yang beraktivias di pariwisata menyatakan

telah memberikan dampak dan sebanyak 20,7 persen responden menyatakan tidak

memberikan dampak. Sementara responden yang tidak beraktivitas di pariwisata

menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan

dampak meningkatkan peluang usaha memanfaatkan jasa hiburan dari masyarakat

setempat dengan 67,9 persen dan ada 32,1 persen responden lainnya menyatakan

tidak memberikan dampak.

Sebagian responden yang beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung

menjelaskan bahwa, pihak operator pariwisata Tanjung Lesung terkadang

mengundang kelompok seni yang ada disekitar kawasan untuk melakukan

pertunjukan seni selain juga mengajak tamu untuk berkujung ke Desa Wisata

Cikadu. Pertunjukan seni yang biasanya dipentaskan adalah rampak bedug, debus

dan suling. Sementara responden yang tidak berkativitas di pariwisata menyatakan

bahwa sejauh ini pembinaan terhadap kelompok seni kurang mendapatkan

perhatian kembali dari pemda maupun dari pihak PT. Banten West Java.

Dampak Penyerapan Tenaga Kerja

Rekrutmen tenaga kerja pada umumnya dipengaruhi oleh bagian-bagian

bidang pekerjaan yang dibutuhkan, tentu saja menyesuaikan dengan latarbelakang

pedidikan dan kecakapan karyawan. Para pekerja di kawasan pariwisata Tanjung

Lesung berlatarbelakang pendidikan beragam, mulai pendidikan dasar, menengah,

dan tinggi. Jawaban responden tentang penyerapan tenaga kerja yang meliputi;

menyerap tenaga kerja dari masyarakat setempat dan menyerap tenaga kerja

disemua jenjang pendidikan, sebagaimana pada uraian Tabel 44 dan Gambar 11.

Tabel 44 Persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung Lesung telah

memberikan dampak menyerap tenaga kerja lokal

Meningkatkan Peluang Usaha

Beraktivitas di

Pariwisata

Tidak Beraktivtias di

Pariwisata

Ya Tidak Ya Tidak

Tenaga kerja masyarakat setempat 75,9% 24,1% 60,7% 39,3%

Semua jenjang pendidikan 89,7% 10,3% 64,3% 35,7% Sumber: Data diolah tahun 2013

Gambar 11 Persentase persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung

Lesung telah memberikan dampak menyerap tenaga kerja lokal

0.0%

100.0%

Beraktivitas di

Pariwisata

Tdk Beraktivitas di

Pariwisata

75,9% 60,7%

89,7% 64,3%

T Kerj. Masy Setempat T Kerj. Semua Jenjang Penddkan

Page 107: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

85

Pada aspek penyerapan tenaga kerja, responden yang beraktivitas di

kawasan pariwisata menyatakan bahwa pariwisata Tanjung Lesung telah

berdampak menyerap tenaga kerja dari masyarakat setempat dengan 75,9 persen

dan 24,1 persen responden lainnya menyatakan tidak berdampak.

Responden yang beraktivitas di pariwisata, pada umumnya berpendapat

bahwa pihak pengelola pariwisata Tanjung Lesung telah melaksanakan rekrutmen

tenaga kerja dengan memperioritaskan masyarakat sekitar, terutama masyarakat

Desa Tanjungjaya dan Desa Citeuruep. Hal ini sejalan dengan kondisi dilapangan

berdasarkan data riil dan pengamatan diperoleh jumlah tenaga kerja disetiap

operator wisata terdapat 80 hingga 90 persen pekerjanya dari dua desa tersebut,

sisanya ada yang dari sekitar dalam dan luar Kecamatan Panimbang, dalam

Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Jakarta dan daerah lainnya. Sementara

bagi renponden yang tidak beraktivitas di kawasan pariwisata menyatakan bahwa

pariwisata Tanjung Lesung memberikan dampak dalam menyerap tenaga kerja

dari masyarakat setempat dengan jumlah 66,7 persen dan ada 33,3 persen

responden menyatakan tidak berdampak.

Menurut pandangan rensponden yang tidak beraktivitas di pariwisata,

kondisi sekarang ini pihak pengelola pariwisa Tanjung Lesung melakukan

rekrutmen tenaga kerja sangat selektif, sehingga terkesan sulit bagi masyarakat

untuk dapat bekerja di Tanjung Lesung berbeda dengan proses rekrutmen dahulu,

lebih mudah.

Pihak pengelola operator di Tanjung Lesung mengaku bahwa, saat ini

jumlah tenaga kerja tetap sudah sangat memadai, namun jika ada lonjakan tamu,

pihak operator Tanjung Lesung akan meminta warga sekitar untuk bekerja path

time dengan upah harian sebesar Rp. 25.000 hingga 50.000,- (delapan jam). Pada

umumnya mereka dilibatkan untuk membantu pada posisi house keeping, waiters,

kitchen crew, landscape crew tenaga tekhnisi atraksi pantai dan laut dan lain

sebagainya. Kondisi kebutuhan tenaga kerja akan berbeda untuk masa yang akan

datang dimana kawasan pariwisata Tanjung Lesung akan menyerap tenaga kerja

baru dalam jumlah sangat besar, secara bertahap. Hal ini terkait dengan

implementasi pengembangan Tanjung Lesung menjadi Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK) Pariwisata.

Terkait dengan kesempatan bekerja dari semua jenjang pendidikan, ada

85,2 persen responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa

keberadaan pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak membuka

kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar dari semua jenjang pendidikan dan

sisanya ada 11,1 persen responden menyatakan tidak memberikan dampak.

Sementara pada responden yang tidak beraktivitas di pariwisata terdapat 65,4

persen responden menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung

memberikan dampak membuka kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar dari

semua jenjang pendidikan. Kemudian ada 34,6 persen responden menyatakan

tidak memberikan dampak.

Sebagian responden yang tidak beraktivitas di pariwisata menyatakan,

bahwa masih banyak warga yang tidak dapat berkerja di pariwisata Tanjung

Lesung. Berdasarkan hasil pengamatan, tenaga kerja di pariwisata Tanjung

Lesung terdistribusi ke dua area, 1) tenaga kerja untuk site/estate office PT.

Banten West Java selaku pengelola kawasan wisata atau pengembang, 2) tenaga

Page 108: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

86

kerja di lima operator wisata yang berada di kawasan wisata Tanjung Lesung.

Kedua area ini memanfaatkan tenaga kerja dengan berbagai macam jenjang

penidikan, untuk jenjang pendidikan SD atau tidak tamat SD umumnya bekerja

dibagian landscape/taman dan kebersihan, selain juga ada yang bekerja di dalam

hotel/villa. Demikian halnya dengan jenjang pendidikan menengah umumnya

bekerja di hotel/villa, petugas keamanan (security), teknisi atraksi laut dan pantai.

Jenjang pendidikan tinggi, umumnya mereka bekerja di dalam hotel/villa, selain

juga menduduki posisi penting, misalnya HRD dan general manager (GM).

Persoalan kualitas tenaga kerja menjadi perhatian pihak pengelola Tanjung

Lesung saat ini, terutama di operator-operator wisata, karena berhubungan dengan

kemampuan untuk memberikan pelayanan kepada tamu. Faktor bahasa menjadi

kendala, karena masih banyak dari karyawan di pariwisata Tanjung Lesung belum

cakap berbahasa inggris atau pun bahasa internasional lainnya.

Upaya yang dilakukan oleh pihak PT. Banten West Java ialah selain

melakukan pembekalan dan capacity building karyawan di internal masing-

masing operator, juga sejak tahun 2007 telah melakukan kerjasama dengan pihak

penyelenggaran pendidikan SMK Pariwisata di Kampung Cikadu Desa

Tanjungjaya untuk memenuhi supply tenaga kerja. Selain itu, pihak PT. Banten

West Java telah mendirikan sarana pendidikan dasar bagi warga di sekitar

Kampung Cikadu secara cuma-cuma untuk menunjang tercapainya kualitas

sumber daya dibidang pariwisata sejak dini.

Dampak Meningkatkan Investasi di Wilayah

Keberadaan kawasan pariwisata Tanjung Lesung dimungkinkan

memberikan dampak meningkatnya investasi di wilayah terhadap sektor-sektor

lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pada sub pembahasan ini menjelaskan persepsi responden yang

beraktivitas maupun tidak di kawasan pariwisata, tentang apakah keberadaan

Tanjung Lesung berdampak meningkatkan investasi di wilayah dilihat dari

beberapa hal seperti; investasi disektor pendidikan, perdagangan, akomodasi

kepariwisataan, pertanian, jasa, budidaya, transportasi dan bisnis kelautan

(perikanan tangkap). Hasil jawaban responden nampak pada Tabel 45 dan

Gambar 12.

Tabel 45 Persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung Lesung

dalam meningkatkan investasi di wilayah

Meningkatkan Peluang Usaha

Beraktivitas di

Pariwisata

Tidak Beraktivitas

di Pariwisata

Ya Tidak Ya Tidak

Sektor Pendidikan 88% 12% 92,3% 7,7%

Sektor Perdangan 96,2% 3,8% 88% 12%

Akomodasi Kepariwisataan 88,5 11,5% 80,8% 19,2%

Pertanian 77,8% 22,2% 66,7% 33,3%

Jasa 77,8% 22,2% 91,3% 8,7%

Budidaya 82,1% 17,9% 86,2% 13,8%

Transportasi 78,6% 21,4% 85,2% 14,8%

Bisnis Kelautan 79,3% 20,7% 96,3% 3,7%

Sumber: Data diolah tahun 2013

Page 109: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

87

Berdasarkan Tabel 53 dan Gambar 12 terdapat 88 persen responden yang

beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung

Lesung telah memberikan dampak meningkatnya investasi sektor pendidikan di

wilayah. Selanjutnya ada 12 persen responden menyatakan tidak memberikan

dampak. Sementara pada responden yang tidak beraktivitas di pariwisata terdapat

92,3 persen menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung telah

memberikan dampak meningkatnya investasi sektor pendidikan di wilayah.

Kemudian ada 7,7 persen responden menyatakan tidak berdampak.

Gambar 12 Persentase persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata

Tanjung Lesung dalam meningkatkan investasi di wilayah

Baik responden yang beraktivitas di pariwisata maupun yang tidak,

memberikan pernyataan bahwa pariwisata Tanjung Lesung berdampak pada

meningkatnya investasi sektor pendidikan, seiring dengan perkembangan kawasan

wisata. Investasi pada sektor pendidikan sudah berlangsung dengan

memberdayakan pelaku investasi berasal dari masyarakat lokal. Salah satunya

adalah adanya sarana pendidikan SMK Karya Wisata di Desa Cikadu dimana

sekolah ini membuka jurusan khusus pariwisata selain pendidikan dasar

keagamaan. Lulusan dari sekolah ini diorientasikan berkerja di kawasan wisata

Tanjung Lesung. Selain itu, dalam waktu dekat ada pihak swasta yang lain

berencana membuka akademi pendidikan kepariwisataan Strata Diploma dan S1

di sekitar Desa Citeureup. Salah satu sekolah yang berlokasi di Kampung Cikadu

dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Gedung sekolah SMK Karya Wisata dan Asyifa di Desa Cikadu

Pendidikan Perdagangan Hotel/Home

Stay

Pertanian Jasa Budidaya Transportasi Bisnis

Kelautan

88,0%

96,2% 88,5%

77,8% 77,8% 82,1%

78,6% 79,3%

92,3% 88,0% 80,8%

66,7%

91,3% 86,2% 85,2%

96,3%

Beraktivitas di Pariwisata Tdk Beraktivitas di Pariwisata

Page 110: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

88

Investasi disektor perdagangan terus mengalami peningkatan. Hal ini

diakui oleh sebanyak 96,2 persen responden yang beraktivitas di pariwisata

menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung memberikan dampak

pada meningkatnya investasi disektor perdagangan dan ada 3,8 persen responden

menyatakan tidak memberikan dampak. Demikian halnya pada responden yang

tidak beraktivitas di pariwisata, ada 88 persen responden menyatakan bahwa

keberadaan pariwisata Tanjung Lesung memberikan dampak pada meningkatnya

investasi disektor perdagangan. Kemudian ada 12 persen responden menyatakan

tidak memberikan dampak.

Sektor perdagangan yang tumbuh di sekitar kawasan wisata diantaranya

adalah; perdagangan pasar tradisional Citeureup, warungan grabat, toko elektronik

dan mesin, waralaba mini market, alat nelayan dan lain-lain. Selain perdangan di

sekitar kawasan Tanjung Lesung, perdagangan dalam skala lebih besar terdapat di

pusat kota Kecamatan Panimbang. Komoditi yang didagangkan di pasar

Panimbang ini jauh lebih lengkap dari pada yang berada di pasar Citeuruep.

Kondisi ramainya pasar Panimbang dan pasar Citeuruep saat ini diakui

responden juga bagian dari adanya kawasan Tanjung Lesung. Sebagian komoditi

yang ada di pasar-pasar sekitar kawasan wisata dibeli oleh pihak pengelola

pariwisata untuk kebutuhan wisata. Selain itu juga tamu-tamu yang berkunjung

ke kawasan Tanjung Lesung ada yang berbelanja untuk kebutuhan konsumsi

maupun non konsumsi pribadi.

Investasi pada sektor akomodasi pariwisata juga mengalami peningkatan.

Menurut responden yang beraktivitas di pariwisata 88,5 persen menyatakan

bahwa keberadaan pariwisata memberikan dampak pada meningkatnya investasi

pada sektor pembangunan sarana akomodasi baik yang dimiliki oleh warga sekitar

maupun investor dari luar wilayah dan sisanya 11,5 persen responden menyatakan

tidak memberikan dampak. Hampir sejalan dengan pernyataan responden yang

beraktivitas di pariwisata, dimana terdapat 80,8 persen responden tidak

beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung

Lesung memberikan dampak meningkatnya investasi bidang akomodasi di

wilayah sekitar kawasan dan ada 19,2 persen responden menyatakan tidak

memberikan dampak.

Gambar 14 Home stay di Kampung Cipanon sekitar jalan menuju

Kawasan Tanjung Lesung

Page 111: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

89

Bentuk akomodasi tersebut diantaranya hotel dan villa di sekitar

Kecamatan Panimbang, sementara bentuk villa dan home stay banyak tersebar di

Desa Citeureup dan Desa Tanjungjaya. Salah satunya home stay yang berada di

kampung Cipanon Desa Tanjungjaya yang secara lokasi berada dipinggir jalan

disepanjang perlintasan menuju kawasan wisata Tanjung Lesung dapat dilihat

pada Gambar 14.

Menurut penuturan salah seorang responden pemilik home stay di

Cipanon, dahulu sebelum ada pariwisata Tanjung Lesung tidak ada home stay,

sejak tahun 2000 keberadaannya mulai berkembang. Dia merupakan orang

pertama yang membangun home stay di sekitar kampung Cipanon, namun seiring

berjalannya waktu, saat ini sudah ada lebih dari 12 unit home stay khusus dan 20

rumah warga yang biasa dijadikan home stay yang berada di sekitar kampung

Cipanon. Jika pada tahun 2000, harga menginap per malam berkisar antara

Rp.30.000 - 50.000, maka ditahun 2012 kemarin sudah mencapai 350.000-

400.000/malam/room, dengan kondisi non AC. Satu kamar dapat ditinggali 4

sampai 5 orang. Jika lengkap dengan AC pedingin harganya mencapai Rp.

500.000,-/malam/room. Tarif dapat berubah-ubah mengikuti kondisi musim

ramai. Mengacu pada moment pergantian tahun 2013 lalu, harga home stay

mencapai Rp. 1.000.000/malam/room, hal ini terjadi karena tingginya permintaan

di sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung.

Pihak pengelola Banten West Java memberikan penjelasan bahwa,

keberadaan home stay milik warga itu menjadi suatu keniscayaan dan karenanya

sejak awal pembangunan Tanjung Lesung pihak pengelola Banten West Java

mendorong warga setempat untuk membangun home stay. Selain warga

memperoleh manfaat ekonomi dari hasil sewa, keberadaan home stay sangat

mendukung pengembangan kawasan wisata, manakala jumlah tamu yang

berkunjung ke kawasan Tanjung Lesung tidak bisa tertampung lagi. Selain itu,

keberadaan home stay milik warga dinilai membatu bagi tamu dengan segment

menengah ke bawah untuk dapat menikmati suasana pantai Tanjung Lesung

dengan harga akomodasi yang lebih rendah.

Pada bidang pertanian ada 77,8 persen responden yang beraktivitas di

pariwisata menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung telah

memberikan dampak meningkatnya investasi disektor pertanian, dan sebanyak

22,2 persen responden lainnya menyatakan tidak memberikan dampak.

Sementara responden yang tidak beraktivitas di pariwisata ada 66 persen

responden menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung

memberikan dampak meningkatnya investasi sektor pertanian di wilayah sekitar

kawasan wisata dan sisanya ada 33,3 persen responden menyatakan tidak

memberikan dampak.

Berbeda dengan pendapat responden yang beraktivitas pariwisata yang

menyatakan bahwa pariwisata Tanjung Lesung berdampak meningkatkan

investasi dibidang pertanian, responden yang tidak beraktivitas di pariwisata

cenderung lebih sedikit yang menyatakan berdampak 66 persen, karena sebagian

responden berpendapat sektor pertanian selain padi, hasil kebun, dan hasil

budidaya kayu sengon, jenis pertanian lainnya belum dikembangkan secara

optimal oleh masyarakat sebagai peluang investasi.

Pembangunan investasi pertanian pada jenis holtikultura sayur dan buah

sebenarnya sangat memiliki prospek cukup bagus kedepan, karena demand nya

Page 112: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

90

ada yakni pihak pengelola pariwisata membuka peluang untuk di supply sayuran

dan buah berkualitas berstandar dari warga sekitar, terlebih untuk memenuhi

keperluan pengembangan KEK ke depan. Sebagai program pemberdayaan pihak

pengelola Banten West Java bersama dengan warga di kampung Cikadu tengah

mengembangkan tanaman salak jenis Birus yang dapat dijadikan buah unggulan,

hanya saja program pengembangan tanaman salak ini belum membuahkan hasil di

tahun ini.

Dibidang investasi disektor jasa, ada 77,8 persen responden yang

beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung

Lesung memberikan dampak meningkatkan investasi disektor jasa dan sisanya

ada 22,2 persen responden lainnya menyatakan tidak memberikan dampak.

Sementara responden yang tidak beraktivitas di pariwisata, ada 91,3 persen

responden menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung

memberikan dampak meningkatkan investasi disektor jasa dan lainnya ada 8,7

persen responden menyatakan tidak memberikan dampak.

Responden yang beraktivitas di pariwisata dan tidak beraktivtias di

pariwisata memandang bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung

memberikan dampak dalam meningkatkan investasi disektor jasa seperti

perbankan, bisnis sewa, telekomunikasi dan lain sebagainya.

Dibidang investasi budidaya, sebanyak 82,1 persen responden yang

beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung

Lesung telah memberikan dampak meningkatkan investasi di bidang budidaya

terutama ikan tambak. Disusul dengan yang menyatakan tidak memberikan

dampak sebanyak 17,9 persen. Sementara pada responden yang tidak beraktivitas

di pariwisata terdapat 86,2 persen responden menyatakan bahwa keberadaan

pariwisata Tanjung Lesung memberikan dampak meningkatkan investasi disektor

budidaya dan sisanya ada 13,3 persen responden menyatakan tidak memberikan

dampak.

Baik responden yang beraktivitas maupun tidak di kawasan wisata

menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung selama ini dirasakan

telah memberikan dampak terhadap meningkatnya investasi di bidang budidaya.

Di Desa Citeureup, Cisekeut dan desa-desa lainnya dalam Kecamatan Panimbang,

lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya terutama perikanan cukup banyak baik

milik warga setempat maupun warga di luar Kecamatan Panimbang termasuk

orang Jakarta yang berinvestasi membuka tambak. Selain itu, di laut sekitar

kampung Cipanon Desa Tanjungjaya terdapat budidaya ikan terapung. Jenis ikan

laut yang di budidayakan adalah kakap dan kerapu lumpur.

Budidaya perikanan terutama ikan laut sangat diperlukan sebagai pasokan

ke kawasan Tanjung Lesung. Tidak kurang dari 50 kg/minggu ikan hidup di pasok

oleh warga sekitar ke Tanjung Lesung, seperti jenis; lobster Rp. 500.000/kg,

kepiting rajungan Rp. 50.000/kg, kerang kampak Rp. 20.000/ekor, kerang hijau

Rp. 20.000/5kg, udang besar Rp. 80.000/kg, ikan kakap Rp. 80.000/kg dan kerapu

lumpur Rp. 100.000/kg. Selain ikan laut, ikan air tawar hidup juga di pasok ke

Tanjung Lesung.

Ketika ditanyakan kepada responden yang beraktivitas di pariwisata

mengenai investasi dibidang transportasi, ada 78,6 persen responden menyatakan

bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak

meningkatkan investasi dibidang transportasi dan sisanya ada 21,4 persen

Page 113: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

91

responden menyatakan tidak memberikan dampak. Sementara pada responden

yang tidak beraktivitas di pariwisata ada 86,2 persen responden menyatakan

bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung memberikan dampak dalam

meningkatkan investasi dibidang transportasi dan sebagian lagi 14,8 persen

responden menyatakan tidak memberikan dampak.

Baik responden yang beraktivtias dan tidak di pariwisata pada umumnya

menyatakan bahwa pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan dampak

meningkatnya investasi di bidang transportasi. Hal ini beralasan mengingat sekitar

tahun-tahun sebelum 2012 lalu, armada bus arimbi menempuh rute langsung

menuju dan melalui kawasan wisata Tanjung Lesung. Hanya saja, ada perubahan

kebijakan sehingga rute tersebut kini dialihkan ke jalan utama yang melintasi

Kecamatan Cigeulis hingga berakhir di Kecamatan Cibaliung.

Selain itu, untuk mendukung pengembangan KEK pariwisata Tanjung

Lesung, Pemda Pandeglang telah mengalokasi trayek dan alokasi jumlah armada,

dari dan ke terminal Panimbang. Alokasi trayek diuraikan pada Tabel 46.

Tabel 46 Rencana alokasi trayek di Kecamatan Panimbang

Pada aspek investasi bidang bisnis kelautan, ada 79,3 persen responden

yang beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung

Lesung telah memberikan dampak membuka investasi bidang bisnis kelautan dan

sisanya ada 20,7 persen responden menyatakan tidak memberikan dampak.

Sementara pada responden yang tidak beraktivitas di pariwisata ada 96,3 persen

responden menyatakan bahwa keberadaan pariwisata Tanjung Lesung

memberikan dampak membuka investasi pada bidang bisnis kelautan dan sisanya

ada 3,7 persen responden menyatakan tidak memberikan dampak.

Responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan berdampaknya

investasi dibidang bisnis kelautan, di pengaruhi oleh tingginya nilai jual hasil laut

jika dibandingkan dengan nelayan yang jauh dari pariwisata. Mengingat selama

ini, hasil laut dengan kualitas baik diserap untuk aktivitas pariwisata Tanjung

Lesung. Harga beli yang diterima nelayan pun lebih tinggi bila dibandingkan

dengan menjual dipasaran pada umumnya.

Bagi responden yang tidak beraktivitas dipariwisata berpandangan bahwa

tidak sedikit orang luar daerah Panimbang yang sengaja menginvestasikan

perlengkapan tangkap ikan seperti perahu dan bagan bambu di daerah Desa

Citeureup dan Tanjungjaya karena hasil tangkapnya lumayan baik. Selain itu,

jenis kapal dapat disewakan untuk kebutuhan pariwisata yang sengaja di dipesan

oleh pihak pengelola operator pariwisata Tanjung Lesung untuk melayani

tamunya yang menginginkan aktivitas memancing atau trip ke pulau yang

berdekatan dengan Tanjung Lesung seperti Pulau Haliwungan, Pulau Umang,

Kratau ataupun ke Taman Nasional Ujung Kulon.

Jurusan/ Trayek Rencana Alokasi Trayek (Unit)

Panimbang – Tarogong 50

Panimbang – Cigeulis 20

Panimbang – Tanjung Lesung 20 Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Pandeglang tahun 2011

Page 114: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

92

Dampak Sosial Wisata Tanjung Lesung

Penggusuran Lahan

Aspek yang dilihat pada pembahasan dampak sosial yang ditimbulkan dari

aktivitas pariwisata Tanjung Lesung meliputi; dampak pada penggusuran lahan,

perubahan pola hidup masyarakat, pergeseran budaya dan meningkatnya angka

kriminalitas. Uraian dampak penggusuran lahan dapat dilihat pada Tabel 47 dan

Gambar 15.

Sumber: Data diolah tahun 2013

Pengembangan suatu kawasan memerlukan lahan yang tidak sedikit,

demikian halnya dengan kawasan pariwisata Tanjung Lesung dengan luas lahan

yang direncanakan 1.500 ha. Pembahasan ini mendeskripsikan persepsi responden

tentang apakah perluasan kawasan pariwisata Tanjung Lesung berdampak pada

penggusuran lahan sekitar kawasan.

Pertanyaan tentang ada atau tidaknya penggusuran lahan warga terkait

dengan pengembangan kawasan pariwisata Tanjung Lesung selama ini, responden

yang beraktivitas di pariwisata ada 39,3 persen responden yang menyatakan

pengembangan kawasan Tanjung Lesung berdampak pada penggusuran lahan

warga. Kemudian ada 60,7 persen responden mengatakan bahwa tidak berdampak

pada penggusuran lahan warga. Sementara responden yang tidak beraktivitas di

pariwisata yang menyatakan pariwisata Tanjung Lesung berdampak pada

penggusuran lahan warga ada 71,4 persen. Kemudian disusul dengan ada 28,6

persen responden yang mengatakan tidak berdampak pada penggusuran lahan

warga.

Tabel 47 Persepsi masyarakat tentang dampak pengembangan kawasan wisata

Tanjung Lesung terhadap penggusuran lahan

Dampak penggusuran Lahan

Beraktivitas di

Pariwisata

Tidak Beraktivitas

di Pariwisata

Ya Tidak Ya Tidak

Lahan Milik Warga 39,3% 60,7% 71,4% 28,6%

Lahan Adat 0% 100% 0% 100%

Lahan Masyarakat Umum 10,7% 89,3% 10,7% 89,3%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

Lahan Milik

Warga

Lahan Adat Lahan Masyarakat

Umum

39.3%

0%

10.7%

71.4%

0%

10.7%

Aktivitas di Pariwisata Tdk Beraktivitas di Pariwisata

Gambar 15 Persentase persepsi masyarakat tentang dampak pengembangan

kawasan wisata Tanjung Lesung terhadap penggusuran lahan

Page 115: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

93

Menurut penjelasan responden yang beraktivitas di pariwisata, secara umum

mengatakan bahwa pengembangan Tanjung Lesung dilaksanakan dengan cara

melakukan pembebasan lahan milik warga yakni dibeli sesuai dengan harga dan luas bidang lahannya dan juga ditambah dengan tukar guling lahan (relokasi) yang

dipusatkan di Kampung Cikadu. Dalam pengertian ini, bukan digusur tanpa

konpensasi.

Demikian halnya dengan responden yang tidak beraktivitas di pariwisata,

mengatakan bahwa pengembangan kawasan pariwisata Tanjung Lesung tidak

dilakukan dengan penggusuran, namun pemindahan ke tempat di luar kawasan.

Ada sebagian kecil responden yang mengatakan bahwa proses relokasi lahan

warga di dalam kawasan ke luar kawasan pada tahun antara 1994 – 1996 yang lalu

kurang begitu terbuka, sehingga ada saja warga yang merasa belum puas dengan

kopensasi yang diterimanya. Bagi responden baik yang beraktivitas ataupun tidak

di kawasan pariwisata Tanjung Lesung mengharapkan agar proses pembebasan

lahan kali ini dapat dilakukan bukan dengan skema ganti-rugi, namun ganti-

untung untuk kepentingan warga.

Saat ini, untuk kebutuhan pengembangan pariwisata menjadi KEK, pihak

pengelola kawasan pariwisata kembali akan melakukan proses pembebasan lahan

milik warga dengan luar sekitar 100 ha dan pihak swasta lainnya seluas sekitar

150 ha, sehingga total yang akan dibebaskan mejadi 250 ha. Pihak PT Banten

West Java selaku pengelola kawasan dibantu oleh Pemerintah Daerah sebagai

mediator, tengah melaksanakan proses pembebasan lahan warga yang masih

berada di dalam kawasan. Pihak pengelola pariwisata Tanjung Lesung berharap

dapat tercapai kesepakatan terbaik terkait dengan konpensasi harga yang diminta

oleh warga dengan tanpa ada pihak yang dirugikan dalam waktu yang tidak lama

lagi. Pihak pengelola Banten West Java mengatakan bahwa proses pembebasan

lahan akan dilakukan lebih terbuka, agar terbangun rasa saling percaya.

Pertanyaan tentang ada atau tidaknya penggusuran lahan adat terkait dengan

pengembangan kawasan pariwisata Tanjung Lesung selama ini, responden yang

beraktivitas di pariwisata dan tidak beraktivitas di pariwisata menyatakan 100

persen pengembangan pariwisata tidak berdampak pada penggusuran lahan adat.

Baik responden yang beraktivtas atau tidak di pariwisata menyatakan bahwa tidak

ada penggusan lahan adat, karena tidak ada lahan adat di kawasan pariwisata

Tanjung Lesung.

Pertanyaan tentang ada atau tidaknya penggusuran lahan masyarakat umum

terkait dengan pengembangan kawasan pariwisata Tanjung Lesung selama ini,

responden yang beraktivitas di pariwisata ada 10,7 persen yang menyatakan

pengembangan kawasan Tanjung Lesung berdampak pada penggusuran lahan

masyarakat umum dan sisanya ada 89.3 persen mengatakan bahwa tidak

memberikan dampak pada penggusuran lahan masyarakat umum. Sementara

responden yang tidak beraktivitas di pariwisata yang menyatakan pariwisata

Tanjung Lesung berdampak pada penggusuran lahan masyarakat umum ada 3

10,7 persen dan sisanya menyoritas 90.0 persen responden yang mengatakan tidak

berdampak pada penggusuran lahan masyarakat.

Baik responden yang beraktivtas atau tidak di pariwisata menyatakan bahwa

pengembangan pariwisata Tanjung Lesung tidak berdampak pada penggusuran

lahan masyarakat umum. Bagi responden yang mengatakan ada penggusuran

Page 116: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

94

lahan umumnya terkait adanya kekhawatiran lahan akses jalan dari gerbang

masuk kawasan menuju Kampung Camara akan dialihkan, karena tanah jalan ini

masuk dalam rencana pengembangan KEK. Jika kondisi lahan umum ini jadi

dipindahkan, penduduk yang masih menetap di dalam kawasan akan tidak

memiliki akses jalan.

Dampak Perubahan Pola Hidup

Pembahasan tentang persepsi responden terhadap dampak perubahan pola

hidup masyarakat disekitar kawasan sebagai konsekwensi dari adanya aktivitas

pariwisata di lihat dari; pola aktivitas, kecenderungan masyarak menjadi berkelas-

kelas dan konsumtif. Pertanyaan ini disampaikan kepada responden yang

beraktivitas dan tidak di kawasan pariwisata, sebagaimana diuraikan pada Tabel

48 dan Gambar 16.

Tabel 48 Persepsi masyarakat mengenai dampak pengembangan kawasan wisata

Tanjung Lesung Terhadap perubahan pola hidup masyarakat sekitar

Dampak Pola Hidup

Beraktivitas di

Pariwisata

Tidak Beraktivitas di

Pariwisata

Ya Tidak Ya Tidak

Pola kativitas 83,1% 17,9% 39,3% 60,7%

Berkelas-Kelas 51,7% 48,3% 65,5% 34,5%

Konsumtif 65,4% 34,6% 57,1% 42,9% Sumber: Data olah tahun 2013

Gambar 16 Persentase persepsi masyarakat mengenai dampak pengembangan

kawasan wisata Tanjung Lesung terhadap perubahan pola hidup

masyarakat sekitar

Dampak perubahan pola hidup, terutama perubahan aktivitas masyarakat

sekitar kawasan dijelaskan sebagai berikut, ada 82,1 persen responden yang

beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa pengembangan kawasan wisata

berdampak pada perubahan pola aktivitas masyarakat sekitar kawasan wisata dan

sisanya ada 17,9 persen responden yang lainnya mengatakan bahwa

pengembangan kawasan pariwisata Tanjung Lesung tidak memberikan dampak

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

Pola Aktivitas Masyarakat

Menjadi Berkelas

Konsumtif

82,1%

51,7%

65,4%

39,3%

65,5% 57,1%

Aktivitas di Pariwisata Tdk Beraktivitas pariwisata

Page 117: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

95

pada perubahan pola aktivitas. Sementara responden yang tidak beraktivitas di

pariwisata menyatakan pariwisata bahwa pariwisata Tanjung Lesung berdampak

pada perubahan pola aktivitas masyarakat sekitar kawasan dengan 39,3 persen

responden dan kemudian disusul dengan ada 60.7 persen responden yang

mengatakan tidak berdampak.

Bagi responden yang beraktivitas di pariwisata memberikan penjelasan

bahwa pola aktivitas dikeluarganya ada yang berubah, dimana pada waktu

sebelum bekerja di pariwisata Tanjung Lesung cenderung mayoritas keluarganya

masih nelayan, berkebun atau bertani, sebagian sebagai penggarap. Namun

dengan adanya pariwisata Tanjung Lesung, anggota keluarga banyak sudah

beralih pola aktivitasnya tidak saja nelayan, bertani dan berkebun namun kini

banyak yang memiliki keterampilan dalam hal kepariwisataan.

Bagi respondenyang tidak beraktivitas di pariwisata lebih banyak yang

mengatakan 60,7 persen tidak berdampak karena mereka memilih untuk tetap

pada aktivitasnya seperti bertani, berkebun dan nelayan. Dilihat dari

kecenderunganya justru kini banyak masyarakat berada pada aktivitas berdagang

dan jasa yang mendukung kepariwisataan. Diakui oleh ke dua kelompok

responden bahwa perubahan pola aktivitas ini, sedikit banyak dipengaruhi oleh

keberadaan pariwisata Tanjung Lesung.

Pertanyaan tentang apakah keberdaan pariwisata selama ini menimbulkan

dampak pada perubahan pola hidup terutama perubahan kondisi masyarakat

menjadi berkelas-kelas. Ada 51,7 persen responden yang beraktivitas di

pariwisata menyatakan bahwa pariwisata berdampak pada perubahan pola hidup

terutama perubahan kondisi masyarakat menjadi berkelas-kelas dan sisanya ada

48,3 persen responden yang lainnya mengatakan bahwa pariwisata Tanjung

Lesung tidak memberikan dampak kondisi masyarakat menjadi berkelas-kelas.

Sementara responden yang tidak beraktivitas di pariwisata yang menyatakan

pariwisata berdampak pada perubahan pola hipup masyarakat sekitar kawasan

menjadi berkelas-kelas ada 65,5 persen responden dan sisanya ada 34,5 persen

responden yang mengatakan tidak berdampak pada perubahan masyarakat

menjadi berkelas-kelas.

Baik resonden yang beraktivitas di pariwisata maupun tidak, memiliki

kecenderungan yang sama yakni menjawab memberikan dampak, karena memang

kondisinya ada saja yang terpolakan menjadi berkelas-kelas; kaya miskin, suku

tertentu, bekerja di pariwisata dan tidak, namun semuanya dianggap masih

berjalan normal tidak menimbulkan gap antara kelompok masyarakat. Responden

lebih mempercayai bahwa adanya kelas-kelas dalam masyarakat juga dipengaruhi

oleh faktor-faktor di luar pariwisata, misalnya sudah menjadi kecenderungan

umum terjadi di mana-mana.

Pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata selama ini

menimbulkan dampak pada perubahan pola hidup menjadi lebih konsumtif, ada

65,7 persen responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa

pengembangan kawasan Tanjung Lesung berdampak pada perubahan pola hidup

masyarakat lebih konsumtif dan ada 34,6 persen responden lainnya mengatakan

bahwa pengembangan kawasan pariwisata tidak memberikan dampak perubahan

masyarakat lebih konsumtif. Sementara responden yang tidak beraktivitas di

pariwisata yang menyatakan pariwisata Tanjung Lesung berdampak pada

perubahan pola hidup masyarakat sekitar kawasan menjadi lebih konsumtif ada

Page 118: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

96

57,1 persen responden dan sisanya ada 42,9 persen responden yang mengatakan

tidak berdampak perubahan masyarakat menjadi lebih konsumtif.

Bagi responden yang beraktivitas di pariwisata lebih dari setengahnya

mengatakan pengembangan pariwisata Tanjung Lesung cukup berdampak pada

pola konsumsi masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan

responden yang beraktivitas di pariwisata cenderung membeli makanan jadi baik

makan pokok maupun sekedar cemilan, karena faktor cepat dan mudah. Selain itu,

tempat membeli barang untuk konsumsi pun lebih sering berbelanja di minimarket

yang ada sekitar pemukiman warga dari pada belanja di warung sebelah rumah

atau di pasar tradisional. Sementara sebagian responden yang lain mengatakan

tidak ada dampaknya, karena perubahan pola konsumsi juga dipengaruhi oleh tren

saat ini.

Bagi responden yang tidak beraktivitas di pariwisata mengatakan bahwa

dampak dari adanya pengembangan kawasan wisata Tanjung Lesung diantaranya

adalah konsumsi untuk bahan bakar kendaraan motor lebih banyak, karena

mobilisasi yang tinggi seiring dengan keperluan aktivitas untuk bekerja. Untuk

konsumsi rumah tangga ada juga sebagian responden yang lebih suka belanja ke

minimarket dari pada di warungan sebelah rumah ataupun ke pasar. Selain itu

juga, perubahan pada jenis dan kuantitas konsumsi rokok bagi para suaminya

banyak yang berubah di bandingkan sebelum ada pengembangan kawasan

Tanjung Lesung. Namun, sama halnya dengan responden yang beraktivitas di

pariwisata, mereka mengatakan ada kecenderungan perubahan pola konsumsi

warga ini lebih banyak dipengaruhi oleh tren jaman selain juga fasilitas

sumberdaya yang dahulu menjadi andalan untuk konsumsi keluarga (misalnya

hasil kebun; papaya, ubi, padi dan sayur-mayur), perlahan semakin berkurang.

Dampak Pergeseran Budaya

Selain dampak baik, ada dampak buruk yang ditimbulkan dari pariwisata itu

sendiri terhadap masyarakat setempat, dimana penyaringan kebudayaan yang tak

bisa dikendalikan sering menimbulkan dampak buruk terhadap pola hidup

masyarakat itu sendiri serta tanpa disadari mulai terkikisnya kebudayaan dan

kearifan lokal masyarakat.

Gambaran jawaban responden tentang dampak dari pengembangan

pariwisata terhadap pergeseran budaya masyarakat setempat meliputi; gaya

berpakian, tidak bergotong royong, lebih individualis, dan gaya hidup bermewah

diuraikan pada Tabel 49 dan Gambar 17.

Tabel 49 Persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung Lesung pada

pergeseran budaya masyarakat setempat

Dampak Pergeseran Budaya

Beraktivitas di

Pariwisata

Tidak Beraktivitas

di Pariwisata

Ya Tidak Ya Tidak

Gaya berpakaian 35,7% 64,3% 42,9% 57,1%

Tidak bergotong royong 46,2% 53,8% 39,3% 60,7%

Individualis 26,9% 73,1% 34,5% 65,5%

Bermewah 30,8% 69,2% 31% 69% Sumber: Hasil olah tahun 2013

Page 119: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

97

Gambar 17 Persentase persepsi masyarakat terhadap dampak pariwisata Tanjung

Lesung pada pergeseran budaya masyarakat setempat

Pariwisata Tanjung Lesung selama ini menimbulkan dampak pada

pergeseran budaya masyarakat setempat, ada 35.3 persen responden yang

beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa pengembangan kawasan wisata

berdampak pada gaya berpakaian masyarakat dan ada 64,3 persen responden

yang lainnya mengatakan tidak memberikan dampak perubahan gara gaya

berpakaian. Sementara responden yang tidak beraktivitas di pariwisata ada 42,9

persen yang menyatakan pariwisata berdampak pada perubahan pola hidup dalam

gaya berpakaian dan sisanya ada 57,1 persen responden menyatakan tidak

berdampak.

Diakui oleh ke dua kelompok responden bahwa, ada pengaruh yang

ditimbulkan dari aktivitas pariwisata terhadap gaya berpakaian masyarakat

setempat, hanya saja pengaruhnya kecil. Perubahan gaya berpakaian lebih

disebabkan karena kondisi tren jaman baik yang dibawa oleh wisatawan maupun

yang dibawa oleh masyarakat setempat setelah pernah menetap di kota besar

untuk bekerja.

Pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung

selama ini menimbulkan dampak pada hilangnya aktivitas gotong royong di

masyarakat, ada 46,2 persen responden yang beraktivitas di pariwisata

menyatakan berdampak pada tidak ada aktivitas gotong royong di masyarakat

dan sisanya ada 53,8 persen responden yang lainnya mengatakan bahwa

pengembangan kawasan pariwisata tidak memberikan dampak pada tidak ada

aktivitas gotong royong di masyarakat. Sementara, responden yang tidak

beraktivitas di pariwisata yang menyatakan pariwisata berdampak pada tidak ada

aktivitas gotong royong di masyarakat ada 39,3 persen responden dan sisanya

60,7 persen responden yang mengatakan tidak berdampak pada tidak adanya

aktivitas gotong royong di masyarakat.

Kedua kelompok responden secara umum menyatakan aktivitas gotong

royong warga sekitar kawasan wisata mengalami penurunan, namun tidak hilang.

Hal ini disebabkan oleh tingkat kesibukan masing-masing warganya. Keberadaan

pariwisata Tanjung Lesung bukan faktor tunggal dari menurunya aktivitas gotong

royong warga sekitar kawasan wisata.

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

GayaBerpakaian

Tidak Gotong-royong

Individualis Bermewah

35,7%

46,2%

26,9% 30,8%

42,9% 39,3%

34,5% 31,0%

Beraktivitas di Pariwisata Tdk Beraktivitas di Pariwisata

Page 120: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

98

Pada pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung

selama ini menimbulkan dampak pada sikap individualis pada anggota

masyarakat, ada 26,9 persen responden yang beraktivitas di pariwisata

menyatakan bahwa pengembangan kawasan Tanjung Lesung berdampak pada

sikap individualis antara anggota masyarakat dan ada 73.1 persen responden yang

lainnya mengatakan bahwa pengembangan kawasan pariwisata Tanjung Lesung

tidak memberikan dampak pada sikap individualis antar anggota masyarakat.

Sementara bagi responden yang tidak beraktivitas di pariwisata yang menyatakan

pariwisata berdampak pada sikap individualis antara anggota masyarakat ada 34,5

persen responden dan ada 65,5 persen responden yang mengatakan tidak

berdampak pada sikap individualis antara anggota masyarakat.

Kedua kelompok responden secara umum menyatakan bahwa sikap

individualis warga sekitar kawasan wisata sudah nampak, hanya dalam sekala

kecil. Nilai kekeluargaan dan budaya guyub masih terasa di wilayah ini.

Keberadaan pariwisata Tanjung Lesung bukan faktor tunggal dari adanya sikap

individualis warga sekitar kawasan wisata.

Pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung

selama ini menimbulkan dampak pada sikap hidup bermewah (hedonis), ada 30,8

persen responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan berdampak pada

sikap individualis antara anggota masyarakat dan ada 69,2 persen responden yang

lainnya mengatakan bahwa pariwisata Tanjung Lesung tidak memberikan dampak

pada sikap hidup bermewah. Sementara, responden yang tidak beraktivitas di

pariwisata yang menyatakan pariwisata Tanjung Lesung berdampak pada sikap

hidup bermewah ada 31 persen responden dan ada 69 persen responden lainnya

mengatakan tidak berdampak pada sikap hidup bermewah masyarakat sekitar

kawasan wisata.

Kedua kelompok responden secara umum menyatakan bahwa memang ada

sikap hidup bermewah warga sekitar kawasan wisata hal ini dipengaruhi dengan

semakin tingginya tingkat kesejahteraan sebagian masyarakat, hanya saja tidak

semua warga bersikap mewah. Sikap mewah tersebut ditandai dengan bangunan

rumah yang megah, kendaraan mewah dan gaya hidup individunya. Keberadaan

pariwisata Tanjung Lesung tidak terlalu mempengaruhi sikap bermewah warga,

namun lebih banyak karena faktor ikutan gaya hidup masyarakat di kota besar.

Dampak Meningkatnya Kriminalitas

Gambaran jawaban responden tentang apakah ada dampak pariwisata

Tanjung Lesung dalam aspek meningkatnya kriminalitas, berupa; pelacuran,

pencurian dan minuman keras atau narkoba. Uraian persepsi terhadap dampak

pariwisata Tanjung Lesung terhadap meningkatnya kriminalitas Tabel 50 dan

Gambar 18.

Page 121: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

99

Tabel 50 Persepsi masyarakat mengenai dampak pariwisata Tanjung Lesung

terhadap meningkatnya kriminalitas

Dampak Kriminalitas

Meningkat

Beraktivitas di

Pariwisata

Tidak Beraktivitas

di Pariwisata

Ya tidak Ya Tidak

Pelacuran 25% 75% 35,7% 64,3%

Pencurian 23,1% 76,9% 17,9% 82,1%

Minuman keras/narkoba 14,8% 85,2% 27,6% 72,4% Sumber: Hasil olah tahun 2013

Gambar 18 Persentase persepsi masyarakat mengenai dampak pariwisata

Tanjung Lesung terhadap meningkatnya kriminalitas

Pengembangan pariwisata Tanjung Lesung selama ini menimbulkan

dampak pada meningkatnya jumlah kriminalitas terutama pelacuran di wilayah,

ada 25 persen responden yang menyatakan bahwa berdampak dan ada 75 persen

yang lainnya mengatakan bahwa tidak memberikan dampak pada meningkatnya

jumlah pelacuran di wilayah. Sementara responden yang tidak beraktivitas di

pariwisata yang menyatakan pariwisata Tanjung Lesung berdampak pada

meningkatnya jumlah pelacuran ada 35,7 persen responden dan ada 64,3 persen

yang mengatakan tidak berdampak pada meningkatnya jumlah pelacuran di

wilayah.

Baik responden yang beraktivitas di pariwisata maupun tidak, pada

umumnya menyatakan bahwa pariwisata Tanjung Lesung tidak berdampak

langsung pada meningkatnya pelacuran. Sementara bagi responden yang

menyatakan ada baik yang beraktivitas di pariwisata maupun tidak, pernah ada

praktek palacuran berupa warung remang-remang di luar kawasan. Namun kini,

lokasi itu telah dihilangkan dengan dilakukannya penertiban oleh masyarakat dan

pihak kepolisian.

Pihak pengelola Banten West Java dan semua operator wisata memastikan

di Kawasan Tanjung Lesung tidak ada aktivitas yang mengarah pelacuran, karena

tidak ada fasilitas seperti itu di dalam kawasan. Termasuk larangan kepada

seluruh karyawan agar tidak memfasilitasi pelacuran, karena sanksi atas ini akan

diberhentikan dari perusahan. Peran serta kontrol dari masyarakat terhadap

persoalan pelacuran sangat ketat. Namun diakui oleh operator wisata bahwa

pihaknya tidak dalam kapasitas memastikan tamu yang berkunjung ke Tanjung

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

Pelacuran Pencurian Minuman Keras

atau Narkoba

25,0% 23,1%

14,8%

35,7%

17,9%

27,6%

Beraktivitas di Pariwisata Tdk Beraktivitas di Pariwisata

Page 122: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

100

Lesung apakah seluruhnya pasang sah atau tidak, karena pada umumnya tamu

yang berkunjung adalah group dan keluarga.

Pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata selama ini

menimbulkan dampak pada meningkatnya pencurian di wilayah, ada 23,1 persen

responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa pengembangan

kawasan wisata Tanjung Lesung berdampak pada meningkatnya pencurian di

wilayah dan ada 76,9 persen responden yang lainnya mengatakan tidak

memberikan dampak pada meningkatnya pencurian di wilayah. Sementara

responden yang tidak beraktivitas di pariwisata yang menyatakan pariwisata

berdampak pada meningkatnya pencurian di wilayah ada 17,9 persen responden

dan ada 82,1 persen responden yang mengatakan tidak berdampak pada

meningkatnya pencurian di wilayah.

Baik responden yang beraktivitas di pariwisata maupun tidak menyatakan

bahwa pada umumnya pengembangan pariwisata Tanjung Lesung tidak

berdampak pada meningkatnya pencurian khususnya di dalam kawasan wisata,

karena keamanan di dalam sangat ketat. Kejahatan pencurian banyak terjadi di

luar kawasan. Maraknya kejahatan pencurian tidak serta merta berkaitan secara

langsung dengan adanya pengambangan Tanjung Lesung, namun lebih

disebabkan oleh faktor-faktor kondisi kesenjangan sosial ekonomi antar wilayah.

Pada pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung

selama ini menimbulkan dampak pada maraknya konsumsi minuman beralkohol

atau narkoba, ada 14,8 persen responden yang beraktivitas di pariwisata

menyatakan bahwa pengembangan kawasan Tanjung Lesung berdampak dan ada

85,2 persen responden yang lainnya mengatakan bahwa pengembangan kawasan

pariwisata Tanjung Lesung tidak memberikan dampak pada maraknya konsumsi

minuman beralkohol atau narkoba. Sementara responden yang tidak beraktivitas

di pariwisata yang menyatakan pariwisata Tanjung Lesung berdampak pada

maraknya konsumsi minuman beralkohol atau narkoba ada 27,6 persen responden

dan ada 72,4 persen responden yang mengatakan tidak berdampak.

Baik responden yang beraktivitas dan tidak di pariwisata menyatakan bahwa

pengembangan pariwisata Tanjung Lesung tidak memberikan dampak pada pada

maraknya konsumsi minuman beralkohol atau narkoba di wilayah sekitar

kawasan. Hanya sedikit saja dari responden yang mengatakan secara kasus per

kasus ada, tetapi tidak banyak dan tidak terjadi secara bebas di sekitar kawasan

wisata. Sementara bagi responden yang menyatakan tidak, memberikan berasalan

bahwa di dalam kawasan mungkin saja ada minuman beralkohol, karena tamu

yang berkunjung ke pariwisata Tanjung Lesung juga banyak dari luar negeri yang

memiliki budaya yang tidak bisa lepas dari minuman beralkohol.

Dampak Lingkungan

Dampak Rusaknya Kondisi Lingkungan

Gambaran jawaban responden tentang apakah ada dampak pariwisata

Tanjung Lesung dalam aspek; Kebersihan tidak terjaga, berkurangnya air bersih,

tidak ada tempat pembuangan sampah dan kondisi jalan lingkungan rusak di

uraikan pada Tabel 51 dan Gambar 19.

Page 123: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

101

Tabel 51 Persepsi masyarakat mengenai dampak pariwisata Tanjung Lesung

terhadap rusaknya kondisi lingkungan sekitar kawasan wisata

Rusaknya Kondisi

Lingkungan

Beraktivitas di

Pariwisata

Tidak Beraktivitas

di Pariwisata

Ya Tidak Ya Tidak

Kebersihan tidak terjaga 13,8% 86,2% 24,1% 75,9%

Berkurangnya air bersih 10,3% 89,7% 17,2% 82,8%

Tidak ada tempat sampah 17,9% 82,1% 40% 60%

Kondisi jalan lingkungan rusak 14,3% 85,7% 42,1% 75,9% Sumber: Hasil olah tahun 2013

Gambar 19 Persentase persepsi masyarakat mengenai dampak pariwisata

Tanjung Lesung terhadap rusaknya kondisi lingkungan sekitar

kawasan wisata

Pengembangan pariwisata Tanjung Lesung selama ini dimungkinkan

menimbulkan dampak pada kebersihan tidak terjaga. Ada 13,3 persen responden

yang beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa pengembangan kawasan wisata

berdampak pada kebersihan tidak terjaga dan ada 86,2 persen responden yang

lainnya menyatakan pengembangan kawasan pariwisata Tanjung Lesung tidak

memberikan dampak pada kebersihan tidak terjaga. Sementara responden yang

tidak beraktivitas di pariwisata yang menyatakan pariwisata Tanjung Lesung

berdampak pada kebersihan tidak terjaga ada 24,1 persen responden dan disusul

dengan ada 75,9 persen responden yang mengatakan tidak berdampak pada

kebersihan tidak terjaga.

Kedua kelompok responden pada umumnya mengatakan bahwa

pengembangan pariwisata Tanjung Lesung masih menjaga kebersihan lingungan,

terutama kebersihan dalam kawasan karena ada pertugas khusus. Kebersihan

kurang terjaga di luar kawasan, kondisinya nampak masih kurang bersih. Hal ini

di sebabkan karena tidak ada petugas khusus yang melakukan pembersihan dari

pihak Tanjung Lesung untuk wilayah sekitar kawasan.

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

KebersihanTidak Terjaga

Berkurangnyaair Bersih

Tidak adaTempat

Sampah

JalanLinkungan

Rusak

13,8%

10,3%

17,9% 14,3%

24,1%

17,2%

40%

24,1%

Beraktivitas di Pariwisata Tdk Beraktvitas di Pariwisata

Page 124: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

102

Pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung

selama ini menimbulkan dampak pada berkurangnya air bersih di sekitar kawasan

wisata ada 10,3 persen responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan

bahwa pengembangan kawasan wisata berdampak pada berkurangnya air bersih di

sekitar kawasan wisata dan ada 89 persen responden yang lainnya mengatakan

bahwa pengembangan kawasan pariwisata tidak memberikan dampak pada

berkurangnya air bersih di sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung. Sementara

responden yang tidak beraktivitas di pariwisata yang menyatakan pariwisata

Tanjung Lesung berdampak pada berkurangnya air bersih, ada 17,2 persen

responden dan ada 82,8 persen responden mengatakan tidak berdampak pada

berkurangnya air bersih di sekitar kawasan wisata.

Pernyataan dua kelompok responden tentang keberadaan air bersih di sekitar

pemukiman warga, pada umumnya mereka mengatakan pengembangan pariwisata

Tanjung Lesung tidak berdampak pada berkurangnya air bersih. kondisi saat ini

kebutuhan air bersih masih tersedia di sekitar kawasan, baik dari air bawah tanah

mau pun air permukaan. Hanya saja untuk masa yang akan datang diperkirakan

kebutuhan air bersih akan mengalami penurunan kuantitas, seiring

berkembangnya wilayah di sekitar kawasan Tanjung Lesung. Pihak pengembang

Banten West Java mengatakan, persoalan yang sangat mungkin terjadi

diantaranya adalah terbatasnya ketersediaan air bersih untuk mendukung

pengembanga pariwisata. Sebagai salah satu solusinya, pihak Tanjung Lesung

berencana akan membangun instalasi penyulingan air laut menjadi air tawar

mengingat air baku yang banyak tersedia adalah air laut dan tidak lagi

mengandalkan ketersediaan air bawah tanah karena volumenya sangat terbatas.

Upaya ini perlu dilakukan tidak saja untuk mendukung aktivitas di pariwisata

Tanjung Lesung, namun juga untuk melindungi akses air bersih bagi warga sekitar

karena bisa saja produksi air hasil penyulingan didistribusikan bagi warga sekitar

kawasan khususnya yang belum mendapatkan akses air bersih. Pihak pengembang

Banten West Java mengharapkan peran serta Pemerintah Daerah untuk

mendukung upaya ini dengan cara memberikan insentif berupa pengurangan pajak

dan retribusi yang terkait dengan perijinan pengolahan air bersih.

Pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung

selama ini menimbulkan dampak pada tidak ada tempat pembuangan sampah, ada

17,9 persen responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa

pengembangan kawasan Tanjung Lesung tidak ada tempat pembuangan sampah

dan 82,1 persen responden yang lainnya mengatakan bahwa pengembangan

kawasan pariwisata Tanjung Lesung ada tempat pembuangan sampahnya.

sementara responden tidak beraktivitas di pariwisata yang menyatakan pariwisata

Tanjung Lesung tidak ada tempat pembuangan sampah, ada 40 persen responden

dan ada 60 persen responden sisanya mengatakan ada tempat pembuangan

sampah.

Berbeda dengan kelompok responden yang beraktivitas di pariwisata yang

mayoritas menjawab ada tempat sampah, bagi responden yang tidak beraktivitas

di pariwisata berpendapat bahwa pengembangan pariwisata Tanjung Lesung tidak

tersedia tempat sampahnya khususnya di sekitar kawasan luar wisata, namun

tersedia di dalam kawasan Tanjung Lesung saja. Padahal keberadaan sampah di

sekitar kawasan tidak terlepas dari aktivitas di dalam pariwisata Tanjung Lesung.

Page 125: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

103

Oleh karenanya, tempat sampah perlu disediakan terutama dilingkungan

masyarakat sekitar Kawasan Tanjung Lesung.

Pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung

selama ini menimbulkan dampak rusaknya kondisi jalan lingkungan sekitar

kawasan wisata, ada 14,3 persen responden yang beraktivitas di pariwisata

menyatakan bahwa pengembangan kawasan Tanjung Lesung berdampak

rusaknya kondisi jalan lingkungan dan ada 85,7 persen responden yang lainnya

mengatakan tidak memberikan dampak pada rusaknya kondisi jalan lingkungan

sekitar kawasan wisata. Sementara responden tidak beraktivitas di pariwisata

yang menyatakan pariwisata Tanjung Lesung berdampak pada rusaknya kondisi

jalan lingkungan sekitar kawasan wisata, ada 24,1 persen responden dan ada 75,9

persen responden sisanya yang mengatakan tidak berdampak pada rusaknya

kondisi jalan lingkungan.

Kedua kelompok renponden cenderung mengatakan bahwa pengembangan

pariwisata Tanjung Lesung berdampak kecil terhadap rusaknya jalan lingkungan,

bahkan karena ada pariwisata Tanjung Lesung jalan utama lebih bagus. Kondisi

jalan lingkungan saat ini mengalami kerusakan yang cukup parah dengan jumlah

titiknya banyak. Kerusakan jalan lingkungan lebih disebabkan oleh belum adanya

program pembangunan jalan desa dari pihak Pemerintah Daerah. Salah satunya,

jalan desa/lingkungan di Kampung Cikadu yang notabene merupakan kampung

wisata, kondisi jalannya mengalami kerusakan yang sangat parah. Warga

setempat sudah mengajukan usulan pembangunan kepada Pemda, hanya saja

haingga kini belum ada realisasi pembangunan.

Dampak Rusaknya Fungsi Lahan

Gambaran jawaban responden tentang ada atau tidak ada dampak pariwisata

Tanjung Lesung terhadap fungsi lahan; lahan pertanian, lahan perkebunan, lahan

permukiman dan pantai. Uraian persepsi responden mengenai dampak pariwisata

Tanjung Lesung terhadap rusaknya fungsi lahan dapat dilihat pada Tabel 52 dan

Gambar 20.

Tabel 52 Pesepsi masyarakat mengenai dampak pariwisata Tanjung Lesung

terhadap kerusakan fungsi lahan sekitar kawasan wisata

Rusaknya Fungsi Lahan

Beraktivitas di

Pariwisata

Tidak Beraktivitas

di Pariwisata

Ya tidak Ya Tidak

Lahan pertanian 14,3% 85,7% 24,1% 75,9%

Lahan perkebunan 3,7% 96,3% 7,7% 92,3%

Lahan permukiman 7,4% 92,6% 24,1% 75,9%

Pantai 7,1% 92,9% 34,5% 65,5% Sumber: Hasil olah tahun 2013

Page 126: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

104

Gambar 20 Persentase persepsi masyarakat mengenai dampak pariwisata

Tanjung Lesung terhadap kerusakan fungsi lahan sekitar

kawasan wisata

Terkait dengan pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata

Tanjung Lesung selama ini menimbulkan dampak rusaknya fungsi lahan pertanian

warga sekitar kawasan wisata, ada 14,3 persen responden yang beraktivitas di

pariwisata menyatakan bahwa pengembangan kawasan Tanjung Lesung

berdampak rusaknya fungsi lahan pertanian dan ada 85,7 persen responden yang

lainnya mengatakan bahwa pengembangan kawasan pariwisata Tanjung Lesung

tidak memberikan dampak pada rusaknya fungsi lahan pertanian warga sekitar

kawasan wisata. Sementara responden yang tidak beraktivitas di pariwisata yang

menyatakan pariwisata Tanjung Lesung berdampak pada rusaknya fungsi lahan

pertanian warga sekitar kawasan wisata, ada 24,1 persen responden dan ada 75,9

persen responden yang mengatakan tidak berdampak.

Kedua kelompok responden secara mayoritas mengatakan tidak ada dampak

kerusakan fungsi lahan sekitar kawasan dari adanya aktivitas pariwisata Tanjung

Lesung karena aktivitas wisata berlangsung didalam kawasan. Bagi sebagian

responden yang menyatakan ada kerusakan lahan pertanian dari aktivitas

pariwisata Tanjung Lesung beralasan bahwa lahan persawahan yang berada di

dalam kawasan milik PT Banten West Java yang selama ini digarap warga untuk

menanam padi kondisinya telah diratakan sebagian untuk di jadikan landasan pacu

pesawat komersil sebagai fasilitas bagi tamu yang berkunjung ke Tanjung Lesung,

sehingga di lahan tersebut sudah tidak bisa lagi ditanam padi. Pihak pengembang

mengatakan bahwa pembangunan landasan pacu pesawat merupakan bagian dari

rencana pengembangan pariwisata Tanjung Lesung, sehingga lahan yang semula

dimanfaatkan untuk menanam padi oleh warga, terpaksa harus dibuka untuk

proyek pembangunan landasan pesawat. Pihak pengembang Banten West Java

sudah memberikan surat pemberitahuan kepada warga yang menggarap sawah di

area itu untuk tidak menanam padi untuk menghindari kerugian yang timbul.

Pada pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung

selama ini menimbulkan dampak rusaknya lahan perkebunan sekitar kawasan

wisata, ada 3,7 persen responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan

bahwa pengembangan kawasan wisata berdampak pada rusaknya lahan

perkebunan sekitar kawasan dan ada 96,3 persen responden yang lainnya

mengatakan bahwa pengembangan kawasan pariwisata tidak memberikan dampak

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

Lahan

Pertanian

Lahan

Perkembunan

Lahan

Permukiman

Pantai

14,3%

3,7% 7,4% 7,1%

24,1%

7,7%

24,1%

34,5%

Beraktivitas di Pariwisata Tdk Beraktvitas di Pariwisata

Page 127: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

105

pada rusaknya lahan perkebunan sekitar kawasan wisata. Sementara pada

responden yang tidak beraktivitas di pariwisata yang menyatakan pariwisata

Tanjung Lesung berdampak pada rusaknya lahan perkebunan sekitar kawasan

wisata, ada 7,73 persen responden dan ada 93,3 persen responden yang

mengatakan tidak berdampak pada rusaknya lahan perkebunan.

Hampir seluruh responden menyatakan bahwa pengembangan Tanjung

Lesung tidak merusak lahan perkebunan warga. Hal ini beralasan karena

pengembangan pariwisata tidak dilakukan di luar kawasan atau lahan perkebunan

milik warga, namun dilakukan diatas lahan dan dalam area kawasan milik PT

Banten West Java.

Terkait dengan pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata

Tanjung Lesung selama ini menimbulkan dampak rusaknya lahan permukiman

warga sekitar kawasan wisata, ada 7,4 persen responden yang beraktivitas di

pariwisata menyatakan bahwa pengembangan kawasan wisata berdampak pada

rusaknya lahan permukiman warga dan ada 92,6 persen responden lainnya

mengatakan bahwa pengembangan kawasan pariwisata tidak memberikan dampak

rusaknya lahan permukiman warga. Sementara responden yang tidak beraktivitas

di pariwisata yang menyatakan pariwisata Tanjung Lesung berdampak pada

rusaknya lahan permukiman warga sekitar kawasan wisata, ada 24,1 persen

responden dan ada 75,9 persen responden yang mengatakan tidak berdampak pada

rusaknya lahan permukiman warga.

Mayoritas responden menyatakan bahwa pengembangan Tanjung Lesung

tidak merusak lahan permukiman warga. Hanya saja bagi responden yang tidak

beraktivitas di pariwisata yakni sebesar 24,1 persen menyatakan telah

menimbulkan rusaknya lahan permukinan. Hal ini terkait dengan rencana

pengembangan pariwisata yang akan membebaskan lahan warga yang masih

masuk dalam lingkup kawasan pengembangan dan masih ditempati oleh warga di

Kampung Bodur.

Terkait dengan pertanyaan apakah pengembangan pariwisata Tanjung

Lesung selama ini menimbulkan dampak rusaknya kondisi pantai sekitar kawasan

wisata, ada 7,1 persen responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan

bahwa pengembangan kawasan wisata berdampak pada rusaknya kondisi pantai

dan ada 92,9 persen responden lainnya mengatakan bahwa pengembangan

pariwisata tidak menimbulkan dampak pada rusaknya kondisi pantai sekitar

kawasan wisata Tanjung Lesung. Sementara responden yang tidak beraktivitas di

pariwisata yang menyatakan pariwisata Tanjung Lesung berdampak pada

rusaknya kondisi pantai, ada 34.5 persen responden dan ada 63.3 persen

responden yang mengatakan tidak berdampak pada rusaknya kondisi pantai.

Kedua kelompok responden cenderung menyatakan bahwa tidak terjadi

kerusakan pantai sekitar kawasan Tanjung Lesung. Selama ini aktivitas pariwisata

Tanjung Lesung telah menjaga keasrian pantai, baik di dalam maupun di luar

kawasan. Menurut penjelasan pihak pengelola Banten West Java, justeru

keindahan pantai harus terus dijaga karena pantai dan keindahannya merupakan

objek yang ditawarkan kepada wisatawan, jika kondisi pantai tidak bagus, maka

akan menurunkan minat bagi wisatawan untuk berkunjung. Untuk ini, pihak PT.

Banten West Java dan operator wisata Tanjung Lesung melaksanakan rangkaian

program pelestarian lingkungan baik di pinggir pantai maupun di laut bekerjasama

dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat.

Page 128: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

106

Dampak Menjaga Kelestarian Pohon

Keberadaan pohon sangat penting bagi kehidupan dan lingungan karena

fungsi pohon dapat memberikan manfaat yang besar berupa, produsen sumber

makanan, menjaga erosi tanah, penghasil oksigen dan mengurangi karbon,

menciptakan lingkungan yang nyaman, menjaga kesuburan tanah dan lainnya.

Peryataan bahwa aktivitas pariwisata Tanjung Lesung selama ini menjaga

kelestarian pohon seperti pohon pelindung pantai dan pohon budidaya dari

jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 53 dan Gambar 21.

Tabel 53 Persepsi masyarakat mengenai pengembangan pariwisata Tanjung

Lesung telah menjaga kelestarian pohon

Menjaga Kelestarian

Pohon

Beraktivitas di

Pariwisata

Tidak Beraktivitas

di Pariwisata

Ya Tidak Ya Tidak

Pohon Pelindung Pantai 93,1% 6,9% 79,3% 20,7%

Pohon Budidaya 93,1% 6.9% 65,5% 34,5% Sumber: Hasil olah tahun 2013

Gambar 21 Persentase persepsi masyarakat mengenai pengembangan

pariwisata Tanjung Lesung telah menjaga kelestarian pohon

Pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung

selama ini telah menjaga kelestarian pohon pelindung pantai sekitar kawasan

wisata, ada 93,1 persen responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan

telah menjaga dan ada 6,9 persen responden lainnya menyatakan pengembangan

kawasan pariwisata tidak menjaga kelestarian pohon pelindung pantai. Sementara

responden yang tidak beraktivitas di pariwisata yang menyatakan pengembangan

pariwisata Tanjung Lesung menjaga kelestarian pohon pelindung dengan 79,3

persen dan ada 20,7 persen responden lainnya menyatakan tidak menjaga

kelestarian pohon pelindung pantai.

Kedua kelompok responden mayoritas menyatakan bahwa tidak terjadi

kerusakan pohon pelindung pantai (mangruf) sebagai dampak dari pengembangan

pariwisata di Tanjung Lesung. Bahkan, pihak pengembang PT. Banten West Java

telah memiliki program dan melakukan kerjasama dengan masyarakat sekitar

dalam penanaman pohon mangruf untuk melindungi pantai dari kerusakan dan

abrasi.

0.0%

50.0%

100.0%

Pohon Pelindung

Pantai

Pohon Budidaya

93,1% 93,1% 79,3%

65,5%

Beraktivitas di Pariwisata Tidak Beraktivitas di Pariwisata

Page 129: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

107

Pertanyaan tentang apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung

selama ini telah menjaga kelestarian pohon budi daya sekitar kawasan wisata, ada

93,1 persen responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan telah menjaga

dan ada 6,9 persen responden lainnya menyatakan tidak menjaga. Sementara

responden yang tidak beraktivitas di pariwisata ada 65,5 persen yang menyatakan

telah menjaga dan ada 34,5 persen responden lainnya mengatakan bahwa

pengembangan kawasan pariwisata tidak menjaga kelestarian pohon budidaya.

Berbeda dengan kelompok responden yang beraktivitas di pariwisata yang

mayoritas menjawab menjaga kelestarian pohon budi daya, ada sejumlah 34,5

persen responden yang tidak beraktivitas di pariwisata menyatakan bahwa sebagai

akibat dari pengembangan kawasan Tanjung Lesung menimbulkan kerusakan

pohon budi daya disekitar kawasan. Pohon budi daya sudah mulai berkurang

jumlahnya di luar kawasan wisata. Hal ini terjadi sebagai akibat telah berubahnya

fungsi lahan menjadi pemukiman dan bangunan komersil khususnya di luar

kawasan wisata Tanjung Lesung, sehingga pohon budi daya dihilangkan dan

tergantikan dengan bangunan.

Dampak Mencemari Lingkungan

Gambaran jawaban responden tentang apakah ada dampak pariwisata

Tanjung Lesung telah mencemari lingkungan sekitar; menimbulkan polusi udara,

pencemaran laut, pencemaran tanah dan limbah. Uraian persepsi terhadap dampak

pariwisata Tanjung Lesung telah mencemari lingkungan sekitar dapat dilihat pada

Tabel 54 dan Gambar 22.

Tabel 54 Persepsi masyarakat mengenai pengembangan pariwisata Tanjung

Lesung berdampak mencemari lingkungan sekitar kawasan wisata

Dampak Mencemari

Lingkungan

Beraktivitas di

Pariwisata

Tidak Beraktivitas di

Pariwisata

Ya Tidak Ya Tidak

Polusi Udara 3,4% 96,6% 6,9% 93,1%

Pencemaran Laut 3,4% 96,6% 24,1% 75,9%

Pencemaran Tanah 0% 100% 6,9% 93,1%

Limbah 3,4% 96,6% 6,9% 93,1% Sumber: Hasil olah tahun 2013

Gambar 22 Persentase persepsi masyarakat mengenai pengembangan pariwisata

Tanjung Lesung telah menimbulkan pencemaran

0.0%

50.0%

100.0%

Polusi Udara PencemaranLaut

PencemaranTanah

Limbah

96,6% 96,6% 100% 96,6% 93,1% 79,3%

93,1% 93,1%

Responden yang Menjawab "Tidak"

Beraktivitas di Pariwisata Tdk Beraktivitas di Pariwisata

Page 130: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

108

Pertanyaan apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung selama ini

telah menibulkan polusi udara di sekitar kawasan wisata, ada 96,6 persen

responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan tidak menimbulkan polusi

udara dan ada 3,4 persen responden lainnya menyatakan menimbulkan polusi

udara. Sementara 93,1 persen responden yang tidak beraktivitas di pariwisata

yang menyatakan pengembangan pariwisata Tanjung Lesung tidak menimbulkan

polusi udara dan 6,9 persen responden lainnya menyatakan menimbulkan polusi

udara. Kedua kelompok responden menyatakan bahwa pengembangan pariwisata

Tanjung Lesung tidak menimbulkan polusi udara yang ditimbulkan dari

pengembangan pariwisata Tanjung Lesung karena aktivitas pembangunan terjadi

di dalam kawasan sehingga tidak berpengaruh pada polusi udara bagi masyarakat

sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung.

Pada pertanyaan apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung selama

ini telah menimbulkan pencemaran laut di sekitar kawasan wisata, ada 96,6

persen responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan tidak menimbulkan

pencemaran laut dan ada 3,3 persen responden lainnya menyatakan

pengembangan kawasan pariwisata berdampak pada pencemaran laut. Sementara

responden yang tidak beraktivitas di pariwisata yang menyatakan pariwisata

Tanjung Lesung tidak menimbulkan pencemaran laut, ada 79,3 persen responden

dan ada 21,7 persen responden lainnya mengatakan bahwa pengembangan

kawasan telah mencemari laut sekitar kawasan wisata.

Berbeda dengan kelompok responden yang beraktivitas di pariwisata

Tanjung Lesung yang secara mayoritas mengatakan pengembangan pariwisata

tidak menimbulkan pencemaran laut, bagi kelompok responden yang tidak

beraktivitas di pariwisata ada yang mengatakan pencemaran laut terjadi pada pada

aktivitas perahu baik disebabkan oleh sisa buang bahan bakar maupun sampah

dari wisatawan maupun nelayan yang terbuang ke laut.

Pada pertanyaan apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung selama

ini telah menimbulkan pencemaran tanah di sekitar kawasan wisata, 100 persen

responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan tidak menimbulkan

pencemaran tanah. Sementara 93,1 persen responden yang tidak beraktivitas di

pariwisata yang menyatakan pengembangan pariwisata Tanjung Lesung tidak

menimbulkan pencemaran tanah di sekitar kawasan wisata dan sisanya ada 6,9

persen menyatakan menimbulkan pencemaran tanah. Kedua kelompok responden

mayoritas mengatakan tidak terjadi pencemaran tanah dari aktivitas pariwisata

Tanjung Lesung.

Pertanyaan apakah pengembangan pariwisata Tanjung Lesung selama ini

telah menimbulkan pencemaran limbah di sekitar kawasan wisata, ada 96,6

persen responden yang beraktivitas di pariwisata menyatakan tidak menimbulkan

pencemaran limbah dan ada 3,3 persen responden lainnya menyatakan

berdampak. Sementara responden yang tidak beraktivitas di pariwisata yang

menyatakan pariwisata Tanjung Lesung tidak menimbulkan pencemaran limbah, ada 93,1 persen responden dan ada 6,9 persen responden lainnya mengatakan

telah menimbulkan pencemaran libah. Secara mayoritas kedua kelompok

responden menyatakan pengembangan pariwisata tidak menimbulkan pencemaran

limbah. Hal ini beralasan karena pengembang Kawasan Tanjung Lesung telah

Page 131: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

109

membangun instalasi pengolahan air bersih dan pengelolaan limbah cair di dalam

kawasan Tanjung Lesung secara mandiri.

Tingkat Kesejahteraan Mayarakat Sekitar Kawasan Wisata Tanjung Lesung

Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan

wisata Tanjung Lesung menggunakan indikator yang dikeluarkan oleh BPS

(Susenas) dan angka garis kemiskinan menggunakan data proyeksi tahun 2012

BPS Kabupaten Pandeglang. Indikator-indikator tersebut antara lain tingkat

pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan keluarga, tingkat kesehatan

keluarga, kondisi rumah dan fasilitas rumah.

Tingkat Pendapatan per Kapita Rumah Tangga

Tingkat kesejahteraan seorang penduduk disuatu wilayah dapat

digambarkan melalui pendapatan maupun pengeluarannya. Namun demikian,

tidaklah mudah untuk mendapatkan data tentang pendapatan suatu penduduk.

Oleh sebab itu, sampai dengan saat ini perkiraan tentang pendapatan suatu rumah

tangga dilakukan melalui pendekatan pengeluaran rumah tangga dibedakan atas

pengeluaran makan dan bukan makanan. Kedua jenis pengeluaran ini, dapat

dilihat bagaimana pola konsumsi masyarakat.

Menggunakan data pengeluaran dapat terlihat pola konsumsi rumah tangga

secara umum melalui indikator proporsi pengeluaran untuk makanan dan non

makanan. Komposisi pengeluaran rumah tangga dapat dijadikan ukuran guna

menilai tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk. Pada umumnya makin rendah

persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran maka semakin

baik tingkat kesejahteraan penduduk.

Kelompok penduduk dengan tingkat pendapatan rendah biasanya

pengeluaran akan lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dasar, yaitu

makanan. Penduduk yang tidak dapat memenuhi kebutuhan standar minimum

tertentu biasanya dikategorikan sebagai penduduk miskin. Di Indonesia, penduduk

miskin didefinisikan sebagai penduduk yang pendapatannya tidak mencukupi

untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup secara layak. Standar kebutuhan hidup

layak sesuai hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978 diterjemahkan sebagai suatu

jumlah rupiah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi makanan setara 2.100

kalori sehari, ditambah sejumlah pengeluaran untuk bukan makanan seperti

perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan dan lainnya. Jumlah uang tersebut

kemudian dikatakan sebagai batas garis kemiskinan. Tinggi rendahnya tingkat

kemiskinan di suatu wilayah mencerminkan tingkat pendapatan penduduk pada

wilayah tersebut. Semakin banyak jumlah penduduk miskin mengindikasikan

rendahnya tingkat pendapatan penduduk.

Pendapatan per kapita rumah tangga responden diukur melalui kriteria

yang diterapkan oleh BPS Kabupaten Pandeglang dimana kriteria tesebut adalah

rumah tangga tidak miskin jika pendapatan per kapita per bulan bernilai lebih dari

Rp. 229,661,- dan masuk dalam kriteria rumah tangga miskin jika pendapatan di

bawah atau sama dengan Rp. 229,661,-.

Pendapatan per kapita rumah tangga adalah seluruh pendapatan baik yang

berasal dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga yang diterima oleh

Page 132: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

110

kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga yang beraktivitas di pariwisata

sebagian besar 29 responden 96,7 persen berada di atas garis kemiskinan (diatas

Rp. 229.661,-) dan hanya ada seorang responden 3,3 persen yang berpendapatan

di bawah garis kemiskinan (kurang dari Rp. 229.661,-). Jika dirata-ratakan

pendapatan keluarga yang beraktivitas di pariwisata adalah Rp. 669,444,- per

kapita per bulan. Tingkat pendapatan per kapita antara kelompok responden dapat

dilihat pada Tabel 55.

Tabel 55 Indikator pendapatan per kapita rumah tangga yang beraktivitas dengan

rumah tangga tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung

Tingkat Pendapatan

Beraktivitas

di Pariwisata

Tidak Beraktivitas

di Pariwisata P-Value

Jumlah % Jumlah %

Di atas garis kemiskinan 29 96,6 24 80

0,102790 Dibawah Garis Kemiskinan 1 3,3 6 20

Jumlah total (N) 30 100 30 100 Sumber: Data hasil olah tahun 2013

Bentukan pendapatan dari keluarga yang beraktivitas di pariwisata, dapat

dilihat dari pemisahan pendapatan dari aktivitas di pariwiata dan pendapatan dari

pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh keluarganya. Pendapatan total rata-rata

keluarga responden yang beraktivitas di pariwisata Rp. 646,472 per kapita per

bulan. Nilai total pendapatan ini merupakan gabungan dari kontribusi pendapatan

dari aktivitas di pariwisata secara rata-rata sebesar Rp. 387,222 59,9 persen per

kapita per bulan dan rata-rata pendapatan dari pekerjaan sampingan Rp. 259,250

40,1 persen per kapita per bulan. Selain pekerjaan di pariwisata sebagai pekerjaan

utama, jenis pekerjaan sampingan pada responden yang beraktivitas di pariwisata

secara umum dalam bentuk jasa, dagang dan agri (bertani dan nelayan) yang

dilakukan oleh anggota keluarganya baik oleh suami bekerja ganda, istri maupun

putra atau kerabatnya yang masih menjadi tanggungan kepala keluarga.

Sementara pada rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata ada 24

responden 80 persen yang berpendapatan di atas garis kemisninan (diatas Rp.

229.661,) dan terdapat 6 responden 20 persen berpendapatan di bawah garis

kemiskinan (dibawah Rp. 229.661,-) jika dirata-ratakan pendapatan keluarga

yang tidak beraktivtias di pariwisata adalah Rp. 683,451,- per kapita per bulan.

Kondisi ini menggambarkan pendapatan responden yang tidak beraktivias di

pariwisata lebih besar dibanding dengan yang beraktivitas di pariwisata Tanjung

Lesung.

Hasil uji Fisher Exact Test (digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis

komparatif dua sampel independen dengan susun data dalam tabel kontingensi 2 x

2) antara dua kelompok responden baik yang di atas garis kemiskinan maupun di

bawah garis kemiskinan melalui proksi pendapatan per kapita keluarga yang

beraktivitas di pariwisata dan tidak terbukti tidak ada perbedaan signifikan, hal ini

ditunjukkan dengan nilia P-Value 0.102790, dimana nilai P-value dari nilai α = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam

tingkat pendapatan per kapita rumah tangga dua kelompok responden.

Page 133: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

111

Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan

dan keterampilan manusia. Peningkatan dalam bidang pendidikan dapat

mengentaskan penduduk dari kemiskinan baik secara langsung maupun tidak

langsung yaitu melalui perbaikan pendapatan per kapita. Tingkat pendidikan

kelompok responden yang beraktivitas dipariwisata dan tidak beraktivitas di

pariwisata dapat dilihat pada Tabel 56.

Tabel 56 Distribusi tingkat pendidikan rumah tangga yang beraktivitas dengan

rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung

Tingkat Pendidikan

Beraktivitas di

Pariwisata

Tdk Beraktivitas

di pariwisata P-Value

Jumlah % Jumlah %

Tinggi ( 60 % Jumlah anggota

keluarga tamat SD)

16 53,3 16 53,3

0.102790 Sedang (30 – 60% Jumlah

anggota keluarga tamat SD)

14 46,7 14 46,7

Jumlah total (N) 30 100 30 100 Sumber: Data hasil olah tahun 2013.

Tabel 56 menjelaskan bahwa secara umum tingkat pendidikan keluarga

yang beraktivitas maupun tidak berkativitas di pariwisata memiliki kecenderungan

tingkat pendidikan yang setara, yakni 53 persen tingkat pendidikan anggota

keluarga dalam kategori tinggi (60 persen anggota keluarga tamat SD) dan 46

persen tingkat pendidikan anggota keluarga dalam kategori sedang (30 – 60

persen anggota keluarga tamat SD). Tidak ada dari ke dua kelompok responden

ini masuk dalam kategori rendah.

Hasil uji Fisher Exact Test antara tingkat pendidikan anggota keluarga yang

beraktivitas di pariwisata dan tidak di pariwisata tidak ada perbedaan signifikan

dalam tingkat pendidikan anggota kelurganya, hal ini ditunjukkan dengan nilia P-

Value 0.102790, dimana nilia P-value dari nilai α = 0,05. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat pendidikan anggota keluarga dua kelompok

responden ini karena tingkat pendidikannya sama.

Faktor sudah membaiknya tingkat pendidikan anggota keluarga ini di

pengaruhi dengan sudah terbukanya wawasan masyarakat di sekitar kawasan

wisata Tanjung Lesung tentang arti pentingnya pendidikan bagi anggota keluarga

mereka. Selain itu, kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang menggratiskan

pendidikan, khususnya untuk pendidikan dasar telah mampu meningkatkan

partisipasi masyarakat untuk bersekolah dan melanjutkan kejenjang pendidikan

yang lebih tinggi.

Tingkat Kesehatan

Tingkat kesehatan masyarakat adalah salah satu indikator tingkat

kesejahteraan masyarakat. Kesehatan sangat mempengaruhi tingkat produktivitas

kerja. Tingkat kesehatan dalam penelitian ini di kelompokan dalam tiga kelompok

yakni baik jika kurang dari 25 persen anggota keluarga sakit dalam sebulan,

antara 25 – 50 persen sering sakit termasuk kategori sedang dan jika lebih dari 50

persen sering sakit masuk dalam kategori kurang.

Page 134: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

112

Rumah tangga yang beraktivitas di pariwisata ada 27 kepala keluarga 90

persen menyatakan kesehatan anggota keluarganya baik karena ada kurang dari 25

persen dari anggota keluarganya yang sakit dan sebanyak 3 kepala keluarga 10

persen menyatakan kesehatan anggota keluarganya sedang, karena ada 25 – 50

persen dari anggota keluarganya yang sakit. Sementara tidak ada responden

menyatakan anggota keluarganya yang sering sakit.

Pada rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata ada 20 kepala

keluarga 66,7 persen menyatakan kesehatan anggota keluarganya baik karena ada

kurang dari 25 persen dari anggota keluarganya yang sakit dan sebanyak 10

kepala keluarga 33,3 persen menyatakan kesehatan anggota keluarganya sedang,

karena ada 25 – 50 persen dari anggota keluarganya yang sakit. Sementara tidak

ada responden menyatakan anggota keluarganya yang sering sakit. Tingkat

kesehatan responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di pariwisata

dijelaskan pada Tabel 57.

Tabel 57 Distribusi tingkat kesehatan rumah tangga yang beraktivitas dengan

rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung

Tingkat Kesehatan

Beraktivitas

di Pariwisata

Tdk Beraktivitas

di pariwisata P-Value

Jumlah % Jumlah %

Baik ( > 25% jumlah anggota

keluarga sakit)

27 90 20 66,7

0,0574663 Sedang (25 – 50% jumlah anggota

keluarga sakit)

3 10 10 33,3

Jumlah total (N) 30 100 30 100 Sumber: Data hasil olah tahun 2013

Kondisi kesehatan rumah tangga responden yang beraktivitas dan tidak

beraktivitas di pariwisata secara mayoritas dalam tingkat yang baik, hal ini

disebabkan sudah tingginya kesadaran warga sekitar kawasan wisata Tanjung

Lesung tentang budaya sehat dan pentingnya menjaga prilaku bersih. Berdasarkan

hasil wawancara kepada kelompok responden rumah tangga yang beraktivitas di

pariwisata, khususnya yang bekerja sebagai karyawan di Tanjung Lesung pada

umumnya mereka memiliki tunjangan kesehatan dari perusahan operator wisata

tempat mereka bekerja yang diberikan untuk membiayai jika ada anggota keluarga

ada yang sakit.

Sementara pada kelompok responden yang tidak beraktivitas di pariwisata

harus mengeluarkan biaya sendiri jika ada anggota keluarga yang sakit kecuali

pada responden yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta yang telah

dijamin atau ditanggung asuransi dari tempat mereka bekerja.

Berdasarkan hasil uji Fisher Exact Test antara tingkat kesehatan anggota

keluarga yang beraktivitas di pariwisata dan tidak di pariwisata ada perbedaan

signifikan dalam tingkat kesehatan anggota keluarganya, hal ini ditunjukkan

dengan nilia P-Value 0.0574663, dimana nilia P-value nilai α = 0,05. Baik responden yang beraktivitas di pariwisata maupun tidak pada pada

umumnya menggunakan fasilitas pelayanan klinik yang ada di wilayah

Kecamatan Panimbang. Pelayanan puskesmas juga telah dimanfaatkan. Jika

kondisi sakit yang kategori berat, responden memanfaatkan RSUD Pandeglang.

Responden menuturkan alasan menggunakan pelayanan klinik karena secara

Page 135: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

113

kualitas lebih baik dari pada puskesmas bahkan RSUD Pandeglang terutama pada

aspek pelayanan kepada pasien. Selain itu warga sangat mengeluhkan jauhnya

akses ke RSUD, jaraknya puluhan kilo meter dari Kecamatan Panimbang. Oleh

karenanya mereka mengharapkan ada sumah sakit yang dibangun di Kecamatan

Panimbang atau wilayah sekitarnya untuk memudahkan akses berobat.

Kondisi Tempat Tinggal

Kondisi dan keadaan rumah atau tempat tinggal yang ditempati dapat

dijadikan salah satu indikator untuk menunjukan keadaan sosial ekonomi rumah

tangga seseorang. Penilaian terhadap tempat tinggal meliputi; kondisi atap rumah,

bilik rumah, lantai rumah, dan status kepemilikan.

Keadaan tempat tinggal reponden yang beraktivtias dipariwisata sebanyak

3,3 persen menggunkan atap asbes/seng dan 96,7 persen mengunakan atap

genting. Sebanyak 30 persen bilik rumah menggunakan semi tembok dan ada 70

persen bilik rumahnya dari terbuat tembok. Lantai rumah sebanyak 11,7 persen

menggunakan lantai kayu atau plester dan 88,3 persen menggunakan lantai ubin.

Status kepemilikan rumah sebanyak 3,3 persen menumpang, ada 13,3 persen

berstatus sewa dan 83,3 persen rumah milik sendiri.

Sementara keadaan tempat tinggal reponden yang tidak beraktivtias

dipariwisata sebanyak 6,7 persen menggunkan atap asbes/seng dan 93,3 persen

mengunakan atap genting. Sebanyak 16,7 persen bilik rumah terbuat dari kayu

dan ada 83,3 persen bilik rumah dari terbuat tembok. Lantai rumah sebanyak 13,3

persen menggunakan lantai kayu atau plester dan 86,7 persen menggunakan lantai

ubin. Status kepemilikan rumah sebanyak 10 persen menumpang, ada 3,3 persen

timpat tinggalnya berstatus sewa dan 86,7 persen rumah milik sendiri.

Perbandingan kondisi tempat tinggal kedua kelompok responden dapat dilihat

pada Tabel 58.

Tabel 58 Distribusi kondisi tempat tinggal rumah tangga yang beraktivitas

dengan rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung

Lesung

Kondisi Tempat Tinggal

Beraktivitas

di Pariwisata

Tidak Beraktivitas

di pariwisata P-Value

Jumlah % Jumlah %

Permanen (Skor 11 - 12) 17 56,7 24 80

0,0946108 Semi Pemanen (Skor 8 - 10) 13 43,3 6 20

Jumlah Total (N) 30 100 30 100 Sumber: Data hasil olah tahun 2013

Berdasarkan hasil uji Fisher Exact Test dapat dijelaskan bahwa antara

kondisi tempat tinggal pada responden yang beraktivitas di pariwisata dan tidak di

pariwisata terdapat perbedaan signifikan, hal ini ditunjukkan dengan nilai P-Value

0,0946108, dimana nilai P-value nilai α = 0,10. Bedasarkan Tabel 58 di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari setengahnya

56,7 persen responden yang beraktivitas di pariwisata memiliki tempat tinggal

permanen dan kurang dari setengahnya memiliki tempat tinggal semi permanen

dengan 43,3 persen. Adapun responden yang tidak beraktivitas di pariwisata yang

Page 136: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

114

memiliki tempat tinggal permanen sebanyak 80 persen dan yang memililiki

tempat tinggal semi permanen 20 persen.

Adanya perbedaan kondisi tempat tinggal pada kelompok responden ini

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan ke dua kelompok responden, dimana pada

rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata secara rata-rata lebih besar

dari pada rumah tangga yang beraktivitas di pariwisata.

Fasilitas Tempat Tinggal

Kelengkapan fasilitas pokok suatu rumah atau tempat tinggal menentukan

kenyamanan suatu rumah tinggal, yang juga menentukan kualitas rumah tinggal.

Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk

tinggal adalah tersedianya listrik, air bersih, air bersih serta jamban dengan tengki

(BPS Pandeglang 2010). Fasilitas perumahan yang lengkap merupakan cerminan

dari status sosial masyarakat di sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung. Fasilitas

tempat tinggal yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi; luas pekarangan,

hiburan, penerangan, bahan bakar untuk memasak, sumber air, sarana MCK dan

kepemilikan kendaraan. Kondisi fasilitas tempat tinggal keluarga responden dapat

di lihat pada Tabel 59.

Pada umumnya responden yang beraktivitas di pariwisata memiliki

pekarangan luas sebanyak 73,3 persen, sementara 20 persen memilik pekarangan

sedang dan 6,7 persen pekarangan sempit. Hiburan yang dimiliki oleh responden

sebanyak 96,7 persen memiliki TV dan ada 3,3 persen memiliki tape/radio.

Sarana pendingin yang dimiliki keluarga responden sebanyak 60 persen memiliki

kulkas, ada 26,7 persen memiliki kipas angin dan 13,3 persen menggunakan

pendingin alami. Adapun untuk penerangan, 100 persen keluarga responden

menggunakan listrik. Untuk aktivitas memasak makanan, bahan bakar yang

digunakan adalah kompor gas dengan 76,7 persen dan 13,3 persen menggunakan

kompor minyak dan ada 3,3 responden menggunakan kayu bakar. Sumber air

bersih yang digunakan adalah sumur gali dengan mesin pompa air ada 53,5 persen

dan ada 46,7 persen menggunakan PAM. Untuk sarana MCK sebanyak 80 persen

mempunyai2 MCK sendiri dan 13,3 persen tidak memiliki MCK.

Sementara pada responden yang beraktivitas di pariwisata memiliki

pekarangan luas sebanyak 56,7 persen, sementara 26,7 persen memilik

pekarangan sedang dan 16,7 persen berpekarangan sempit. Hiburan yang dimiliki

oleh responden sebanyak 93,3 persen memiliki TV, ada 3,3 persen memilik tape

dan ada 3,3 persen memiliki radio. Sarana pendingin yang dimiliki keluarga

responden sebanyak 33,3 persen memiliki kulkas, ada 43,3 persen memiliki kipas

angin dan 23,3 persen meggunakan pendingin alami. Adapun untuk penerangan,

100 persen keluarga responden menggunakan listrik. Untuk aktivitas memasak

makanan, bahan bakar yang digunakan adalah kompor gas dengan 93,3 persen

dan 3,3 persen menggunakan kompor minyak dan ada 3,3 persen responden

menggunakan kayu bakar. Sumber air bersih yang digunakan adalah sumur gali

dengan mesin pompa air ada 63,3 persen dan ada 36,7 persen menggunakan PAM.

Untuk sarana MCK sebanyak 83,3 persen mempunya MCK sendiri dan 16,7

persen tidak memiliki MCK.

Kondisi fasilitas tempat tinggal dua kelompok responden ini yang penting

untuk mendapatkan perhatian adalah ternyata masih ada (kendati pun jumlahnya

sedikit) rumah tanggal yang tidak memiliki MCK, mereka pada umumnya

Page 137: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

115

menggunakan sarana sungai dan laut untuk membuang hajat. Faktor kekurangan

biaya menjadi hambatan mengapa responden belum membuat jamban sendiri,

mengingat harga material untuk membuat MCK sangat mahal.

Terkait dengan sarana air bersih, sebagian responden yang menggunakan

fasilitas PAM untuk memenuhi kebutuhan air besih. Air PAM yang dimakud

merupakan air yang distribusikan dari instalasi air bor besar yang di bangun oleh

PT BWJ di Kampung Cikadu. Layanan air PAM ini baru dapat mengaliri air

bersih ke puluhan rumah tangga saja yang di kampung cikadu (sebagai kampung

wisata) dan belum dapat menjangkau kampug kampung lainnya di Desa

Tanjungjaya. Rumah tangga yang memanfaatkan air PAM ini ditarik retribusi

oleh pengelola PAM sebesar minimal 20 ribu per bulan. Sebagian rumah tangga

yang lain membuat sumur atau bor sendiri yang disedot dengan pompa air.

Tabel 59 Distribusi fasilitas tempat tinggal rumah tangga yang beraktivitas

dengan rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung

Lesung

Fasilitas Tempat Tinggal

Beraktivitas

di Pariwisata

Tdk Beraktivitas

di pariwisata P-Value

Jumlah % Jumlah %

Lengkap (Skor 20 - 24) 25 83.3 23 76.7

0,748050 Semi Lengkap (Skor 14 – 19) 5 16.7 7 23.3

Jumlah Total (N) 30 100 30 100 Sumber: Data hasil olah tahun 2013

Berdasarkan hasil uji Fisher Exact Test dapat di jelaskan bahwa antara

kondisi fasilitas respoden yang beraktivitas dan tidak di pariwisata tidak terdapat

perbedaan yang signifikan, hal ini ditunjukkan dengan nilai P-Value 0,748050,

dimana nilai P-value nilai α = 0,05. Tabel 59 menunjukan bahwa pada umumnya 83,3 persen responden yang

beraktivitas di pariwisata memiliki fasiltias tempat tinggal lengkap dan semi

lengkap 16,7 persen. Adapun responden yang tidak beraktivitas di pariwisata

yang memiliki fasilitas tempat tinggal lengkap sebanyak 76,7 persen dan yang

memililiki fasilitas tempat tinggal semi lengkap 23,3 persen.

Tingkat Kesejahteraan

Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah,

digunakan indikator kesejahteraan menurut Susenas. Selanjutnya, nilai skor

masing-masing indikator kesejahteraan meliputi; pendapatan (diatas garis miskin

& dibawah garis kemiskinan), kondisi kesehatan keluarga, kondisi pendidikan

keluarga, kondisi rumah dan kondisi fasilitas rumah –sebagaimana telah di

uraikan sebelumnya- disatukan menjadi nilai komposit kesejahteraan.

Berdasarkan hasil data primer yang diperoleh, kesejahteraan keluarga

yang beraktivitas di pariwisata pada tingkat kesejahteraan tinggi dengan 90

persen dan 10 persen rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan sedang.

Sementara kesejahteraan keluarga yang tidak beraktivitas di pariwisata tingkat

kesejahteraan tinggi 80 persen dan tingkat kesejahteraan sedang 20 persen. Uraian

distribusi tingkat kesejahteraan keluarga dua kelompok responden dapat di lihat

pada Tabel 60.

Page 138: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

116

Tabel 60 Distribusi tingkat kesejahteran rumah tangga yang beraktivitas

dengan yang tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung

No Tingkat Kesejahteraan

Beraktivitas

di Pariwisata

Tidak Beraktivitas

di pariwisata P-Value

Jumlah % Jumlah %

1 Tinggi ( Skor 12 – 14) 27 90% 24 80%

0,471645 2 Sedang (Sekor 9 – 11) 3 10% 6 20%

Jumlah total (N) 30 100% 30 100% Sumber: Data hasil olah tahun 2013

Berdasarkan Tabel 60, dari hasil analisis Fisher's Exact Test menunjukan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat kesejahteraan antara rumah

tangga yang beraktivitas di pariwisata dengan yang tidak beraktivitas di pariwisata

Tanjung Lesung. Hal ini dapat dilihat dari nilai P-Value = 0,471645 α = 0,05 pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Dapat dijelaskan bahwa antara rumah tangga yang beraktivitas dan tidak

beraktivitas di pariwisata memiliki tingkat kesejahteraan yang relatif setara,

artinya keberadaan pariwisata tidak terbukti secara signifikan dapat

mempengaruhi tingkat kesejahteraan rumah tangga yang beraktivitas di pariwisata

secara langsung jika dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak beraktivitas di

pariwisata Tangjung Lesung. Namun demikian pariwisata Tanjung Lesung selama

ini telah memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja tetap mayoritas

dari lokal dalam jumlah 267 orang serta ratusan tenaga kerja tidak tetap lainnya,

sehingga aktivitas kepariwisataan Tanjung Lesung dapat dijadikan alternatif

pekerjaan bagi warga di sekitar kawasan. Jumlah penyerapan tenaga kerja ke

depan akan meningkat seiring dengan implementasi pengembangan pariwisata

Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bidang pariwisata.

Uji Beda Pendapatan (U Mann-Whitney)

Menguji perbedaan tingkat pendapatan partisipasi keluarga di pariwisata

dilakukan analisis uji beda tingkat pendapatan dengan menggunakan uji u mann-

whitney. Berdasarkan hasil uji diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perdedaan

tingkat pendapatan rsponden yang beraktivitas di pariwisata dengan keluarga yang

tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung.

Jumlah responden yang di uji 60 sampel yang terdiri dari 30 responden

yang beraktivitas di pariwisata dan 30 responden yang tidak beraktivitas di

pariwisata. Diperoleh nilai rata-rata peringkat (mean) masing yakni beraktivitas di

pariwisata 32,33 tidak beraktivitas di pariwisata 28,67. Hasil analisis dapat dilihat

pada Tabel 61.

Page 139: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

117

Tabel 61 Hasil analisis uji beda pendapatan keluarga responden yang beraktivitas

dan tidak beraktivitas di kawasan wisata Tanjung Lesung

Partisipasi di

Pariwisata N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

U Mann

Whitney

Wilcoxon

W

Asymp. Sig.

(2-tailed)

Tidak Beraktivitas

di pariwisata 30 28,67 860.00

395.000 860.000 0,415 Beraktivitas

Pariwiasta 30 32,33 970.00

Sumber: Data hasil olah tahun 2013

Berdasarkan Tabel 61 di atas diperoleh hasil nilai u mann-whitney sebesar

395.000 dengan tingkat sig. 0,415 nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yang lebih besar

dari α (0,05), artinya tidak terdapat perbedaan signifikan antara tingkat

pendapatan responden yang beraktivitas di pariwisata dibandingkan dengan yang

tidak beraktivitas di pariwisata. Demikian halnya dengan nilai Wilcoxon W, yang

nilainya sama dengan nilai Sum of Ranks kategori tidak beraktivitas di pariwisata

wisata = 860.000.

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan per Kapita

Rumah Tangga

Bila mengacu pada kesimpulan hasil analisis sebelumnya (uji Fisher's Exact

Test dan uji beda Mann Whitney) bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

tingkat pendapatan per kapita keluarga dan pendapatan rumah tangga antara

keluarga responden yang beraktivtias di pariwisata dengan yang tidak beraktivitas

di pariwisata. Sehingga pembahasan pada uji regresi berikut ini tidak dilakukan

secara terpisah antara responden yang beraktivitas maupun tidak di pariwisata

Tanjung Lesung karena dianggap sama secara kondisi tingkat pendapatan

keluarga dan pendapatan per kapita kedua kelompok responden tersebut.

Pada proses analisis data akan di kaji faktor-faktor (peubah) apa saja yang

mempengaruhi pendapatan per kapita kemudian diolah ke dalam bentuk regresi

linier berganda. Proses analisis data menggunakan program SPSS versi 17,

dengan 6 peubah bebas. Keenam peubah bebas yang dimasukkan ke dalam

pengolahan data meliputi:

1. Pendidikan KK (jenjang pendidikan)

2. Tanggungan keluarga (jiwa)

3. Jenis pekerjaan (jasa, dagang, agri)

4. Pekerjaan sampingan ( ada dan tidak ada)

5. Lokasi ke kawasan wisata Tanjung Lesung (dekat, sedang dan jauh)

6. Berpartisipasi di pariwisata (beraktivitas dan tidak beraktivitas di

pariwisata)

Regresi linier berganda merupakan alat analisis yang digunakan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan per kapita rumah

tangga yang tinggal di sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung. Berdasarkan hasil

analisis, maka faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan per kapita kelompok

rumah tangga yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di kawasan wisata Tanjung

Page 140: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

118

Lesung antara lain; Pendidikan (X1), Tanggungan keluarga (X2), Jenis usaha

(D_usah jasa dan D_usaha dagang), Pekerjaan sampingan (D_pekerjaan sampingan),

lokasi dari kawasan wisata (D_lokasi sedang dan D_lokasi jauh) dan berpartisipasi di

pariwisata (D_partisipasi di pariwisata). Untuk lebih jelasnya hasil pengolahan data

dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, dapat dilihat pada Tabel 62.

Tabel 62 Hasil analisis data peubah yang mempengaruhi pendapatan per kapita

keluarga yang beraktivitas di pariwisata dan tidak beraktivitas di

pariwisata Tanjung Lesung

Peubah Penduga Std. Error T Sig. (P)

(Constant) 854883,100 482127,875 1,773 ,082

PendidikanKK (X1) 113148,455 98270,117 1,151 ,255

Tanggungan Kel (X2) -166408,825 43611,578 -3,816 ,000

D_Usah Jasa -167053,234 209191,175 -0,799 ,428

D_Usaha Dagang -212634,728 243428,243 -0,874 ,386

D_Pekerjaan Sampingan 325672,684 150433,122 2,165 ,035

D_Lokasi Sedang 237219,095 189984,331 1,249 ,218

D_Lokasi Jauh 291382,160 179225,223 1,626 ,110

D_Partisipasi di Pariwisata -78997,055 149961,652 -0,527 ,601

R2 = 0,377

F = 3,855 (Sig. 0,001) α 0,05 Sumber: Hasil olah tahun 2013

Berdasarkan hasil analisis sebagaimana diuraikan pada tabel 62 di atas,

diketahui bahwa nilai F hitung 3,855 dengan tingkat signifikansi 0,001 < dari α

0,05 dengan dua peubah bebas berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pendapatan. Nilai koefisien (R2) diperoleh sebesar 0,377 yang berarti bahwa

seluruh peubah bebas mampu menjelaskan 37,7% dari keragaman pendapatan per

kapita, sisanya dijelaskan oleh peubah lain di luar model.

Model yang dibangun tidak ada indikasi terjadi pelanggaran asumsi

autokorelasi dilihat dari nilai Durbin-Watson 1,912 yang mendekati nilai 2.

Sementara nilai DW tabel dengan 5 (lima) peubah bebas untuk 60 responden

(jumlah observasi) adalah dL 1,41 dU 1,77 dengan tingkat kesalahan 5 persen

(Bambang Juanda, 2009). Dengan memperhatikan nilai dL dan dU, diketahui

bahwa nilai statistik DW yang dihasilkan berada pada interval antara nilai dU

dengan nilai 4-dU, sehingga dengan tingkat kesalahan 5 persen disimpulkan

bahwa tidak ada permasalahan autokorelasi dalam model regresi. Tidak ada

indikasi terjadi pelanggaran asumsi multikolinearitas dilihat dari nilai VIF pada

tabel koefisien yang kurang dari 10.

Seluruh peubah bebas yang diuji meliputi; pendidikan KK, tanggungan

keluarga, dummy jenis pekerjaan jasa, dummy jenis pekerjaan dagang, dummy

pekerjaan sampingan keluarga, dummy lokasi dekat, dummy lokasi sedang dan

dummy partisipasi di wisata, hanya peubah tanggungan keluarga (X2) dan peubah

dummy pekerjaan sampingan (D_Pekerjaan Sampingan) yang berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan per kapita (Y).

Peubah tanggungan keluarga (X2) memiliki nilai koefisien sebesar -166408

dengan nilai Sig. 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,05. Artinya bertambahnya satu

anggota keluarga berpengaruh menurunkan pendapatan per kapita keluarga

Page 141: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

119

sebesar Rp. 166.408,-. Secara asumtif bertambahnya anggota keluarga

memungkinkan pendapatan keluarga menjadi bertambah terakumulasi lebih besar,

namun berdasarkan hasil penelitian menunjukan kondisi yang berbeda. Secara

umum, kendatipun ada anggota keluarga selain orang tua yang telah bekerja dan

memiliki penghasilan namun tidak secara langsung mengakumulasi pendapatan

per kapita keluarga menjadi lebih besar, karena pendapatan anggota keluarga

tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan personal dirinya. Bertambahnya

anggota keluarga berarti bertambahnya pembagi pendapatan rumah tangga,

sehingga akan menurunkan pendapatan per kapita rumah tangga resonden.

Rata-rata jumlah anggota keluarga responden baik yang beraktivitas

maupun tidak di pariwisata yaitu berjumlah 5 (lima) orang. Jumlah tanggungan

atau anggota keluarga responden paling banyak 8 (delapan) orang, jumlah anggota

keluarga responden minimal 2 (dua) orang dengan angka modus 5 (lima) orang.

Banyaknya jumlah anggota keluarga tersebut secara signifikan berpengaruh

negatif terhadap pendapatan per kapita keluarga, sehingga mempengaruhi tingkat

kesejahteraan keluarga. Pada kondisi pendidikan, jenis pekerjaan, jarak lokasi ke

wisata dan partisipasi pariwisata tetap (fixed), kenaikan atau bertambahnya satu

orang anggota keluarga akan mempengaruhi berkurangnya pendapatan per kapita

sebesar Rp. 166,408,- .

Tingginya jumlah anggota keluarga di wilayah sekitar kawasan Tanjung

Lesung dipengaruhi dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap

program Keluarga Berencana (KB). Isu tentang ledakan penduduk di pedesaan

menjadi persoalan pembangunan yang harus ditangani. Akan menjadi persoalan

manakala sumber daya di desa sudah tidak lagi memadai untuk dieksplor secara

ekonomi. Kemudian secara sistematis terjadi ledakan penggangguran di desa

sebagai dampak dari tingginya tingkat pertambahan penduduk, peluang pekerjaan

pun semakin sedikit. Akibatnya jumlah keluarga kemiskinan semakin meningkat

sebagai akibat tidak memperoleh pekerjaan dan sehingga tidak memiliki

pendapatan yang memadai. Sebagai salah satu pilihan, maka keberadaan industri

(pariwisata) dapat dijadikan alternatif bagi terbukanya peluang terserapnya tenaga

kerja manakala terjadi surplus tenaga kerja sektor pertanian di perdesaan. Mereka

akan beralih ke sektor industri (pariwisata yang berkelanjutan) sepanjang upah

disektor industri pariwisata itu lebih tinggi daripada tingkat subsistensi.

Pada peubah pekerjaan sampingan (dummy) dengan nilai koefisien 325.672

nilai Sig. 0,035 lebih kecil dari nilai α 0,05. Artinya, pekerjaan sampingan secara

siginifikan berpengaruh positif terhadap pendapatan per kapita keluarga. Setiap

keluarga yang memiliki pekerjaan sampingan dapat meningkatkan pendapatan per

kapita sebesar Rp. 325.672,- per bulan.

Tidak seluruh responden memiliki pekerjaan sampingan, hal ini karena

tidak mudahnya mencari atau menciptakan pekerjaan terutama dalam lingkup di

perdesaan. Bagi responden yang beraktivitas di pariwisata, pada umumnya

memiliki pekerjaan sampingan berupa dagang (warungan, kantin, makanan, ikan

dan lain-lain), usaha jasa (kredit, cuci steam kendaraan, guru honorer, supir dan

buruh) dan bertani/nelayan (berkebun, menggarap sawah dan menangkap ikan)

yang dilakukan oleh anggota keluarga baik istri maupun anaknya. Mencari

pekerjaan sampingan dilakukan merupakan keharusan dalam rangka memenuhi

kebutuhan rumah tangga yang semakin tinggi baik untuk konsumsi maupun non

konsumsi.

Page 142: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

120

Sementara peubah yang lain seperti; pendidikan KK, dummy jarak (dekat,

sedang dan jauh) dummy jenis pekerjaan (jasa, dagang dan tani) dan dummy

partisipasi di pariwisata (beraktivitas dan tidak beraktivitas di pariwisata) tidak

berpengaruh ginifikan. Namun peubah-peubah tersebut menunjukan fenomena

kencenderungan baik mengarah positif dan negatif.

Kendatipun tidak signifikan, terdapat kecenderungan pengaruh peubah

pendidikan kepala keluarga (X1) terhadap pendapatan per kapita (Y), yakni

berpengaruh positif. Artinya, pertambahan satu jenjang pendidikan akan

berpengaruh positif meningkatkan pendapatan per kapita rumah tangga.

Kendatipun tidak signifikan, jika melihat kecenderungan fenomenanya

peubah dummy jenis usaha berpengaruh negarif terhadap pendapatan per kapita.

Bahwa jenis Usaha Dagang (DDadang) berpengaruh negarif lebih tinggi dari pada

jenis usaha jasa (DJasa) dan jenis usaha tani/nelayan (DAgri) lebih rendah negatifnya

dengan koefien 0 dari pada jenis usaha dagang dan jasa. Artinya, jika dilihat

kecenderunganya –berdasarkan penelitian ini-, pilihan usaha dibidang pertanian

dan nelayan memiliki kecenderungan lebih baik mempengaruhi pendapatan per

kapita dibandingkan dengan jenis usaha jasa dan dagang.

Kendatipun tidak signifikan, jika dilihat kecenderungannya peubah dummy

jarak (DLokasi) berpengaruh positif terhadap pendapatan per kapita (Y). Bahwa

semakin jauh jarak responden ke lokasi kawasan wisata Tanjung Lesung (DJauh)

berpengaruh positif lebih besar nilainya dari pada jarak sedang (DSedang) dan

semakin dekat responden dengan lokasi kawasan wisata Tanjung Lesung (DDekat)

pengaruhnya semakin kecil bila dibandingkan dengan rumah tangga (responden)

berlokasi jauh dan sedang dari kawasan wisata Tanjung Lesung.

Jika melihat kecenderungan ini, bahwa semakin jauh rumah tangga dari

lokasi kawasan wisata Tanjung Lesung (lokasi 3, Desa Citereurep) akan memiliki

pendapatan per kapita lebih besar dari pada rumah tangga di lokasi sedang dan

dekat (lokasi 2 dan 1 Desa Tanjungjaya) dari kawasan wisata Tanjung Lesung.

Hal ini dapat dijelaskan karena lokasi jauh (lokasi 3) dari kawasan wisata, secara

akses sangat berdekatan dengan perlintasan jalan utama menuju Kecamatan

Cigeulis, Cibaliung dan Sumur. Selain itu, secara lokasi dekat dengan pusat

ekonomi (pasar Citeureup), dimana aktivitas keramaian dan usaha rutin tumbuh.

Berbeda kondisinya dengan di lokasi sedang dan dekat dari kawasan wisata

Tanjung Lesung. Sehingga jika dihubungkan dengan kepemiliki pekerjaan

sampingan, lebih memungkinkan rumah tangga (responden) yang berlokasi jauh

dari kawasan wisata Tanjung Lesung memiliki kesempatan untuk mencari atau

mendapatkan variasi usaha atau pekerjaan sampingan dari pada responden yang

berlokasi sedang dan dekat dari kawasan wisata Tanjung Lesung.

Peubah lain yang tidak signifikan mempengaruhi pendapatan per kapita

adalah dummy partisipasi di pariwisata Tanjung Lesung. Jika melihat

kecenderungannya, rumah tangga (responden) yang beraktivitas di pariwisata

Tanjung Tesung memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan perkapita

dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak beraktivitas di pariwisata.

Artinya, peluang rumah tangga yang bekerja namun tidak beraktivitas di

pariwisata berpotensi lebih besar mempengaruhi pendapatan per kapita. Namun

demikian, pilihan beraktivitas di pariwisata memiliki kelebihan dilihat dari

kepastian perolehan pendapatan (income) karena dengan sistem gaji dinilai lebih

ada kepastian.

Page 143: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

121

Implikasi Terhadap Kebijakan dan Gagasan Alternatif Pengembangan

Pariwisata Tanjung Lesung yang Mensejahterakan.

Rencana Model Pengembangan Pariwisata Tanjung Lesung

Sesuai dengan kondisi dan isu-isu strategis dalam rencana pengembangan

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di Tanjung Lesung, pihak

pengembangan PT BWJ menetapkan model pengembangan invest-tourism, yang

memadukan konsep ekowisata dan investasi di bidang properti kepariwisataan

yang memiliki kerangka dasar konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Melalui model invest-touris memberikan kesempatan bagi pihak–pihak tertentu

(masyarakat luas) untuk berpartisipasi dalam pembangunan pariwisata

berkelanjutan yang diturunkan dari konsep strategi investasi kepemilikan properti

di wilayah yang akan dikembangkan.

Proyek yang akan dikembangankan di Tanjung Lesung, diantaranya: 26

hotel, resort dan kondominium, hotel/resort projects, low density (bvlgari styled

resorts.), 1.000 kanal utama (water front allotments) dengan luas masing-masing

600m2, A Venetian Styled City Centre 20% larger then Brisbane CBD. Inner City

Waterside Apartments. 18 holed Championship Golf Course, Bungalows, Golf

Apartments, Golf Villas, Pusat Kesehatan (health city), pusat pendidikan

(education city) dan 15.000 hunian tingggal.

Sebagai pendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Pariwisata Tanjung Lesung, di wilayah Panimbang - Sobang direncanakan

permbangunan Bandara Banten Selatan, rencana jalan tol Balaraja - Panimbang

dan pengembangan pelabuhan laut antar pulau. Selain itu, di kawasan Kecamatan

Panimbang – Kecamatan Sobang akan dijadikan water front city.

Implikasi Kebijakan Pemerintah Daerah Terhadap KEK Pariwisata

Tanjung Lesung

Sejalan dengan pengembangan kawasan wisata Tanjung Lesung menjadi

KEK, pemerintah daerah Provinsi Banten dan Kabupaten Pandeglang telah

menyusun serangkaian program dan kegiatan strategis yang di diformulasikan ke

dalam rencana aksi daerah (RAD) yang akan diimplementasikan mulai tahun

2014. Rencana aksi daerah ini merupakan bentuk implementasi pembangunan

yang terfokus pada wilayah penyangga kawasan wisata Tanjung Lesung (sekitar

Kecamatan Panimbang, Sobang dan Cigeulis) khususnya dipusatkan di kampung

wisata Cikadu Desa Tanjungjaya Kecamatan Panimbang dengan tujuan

mengimbangi pembangunan kepariwisataan di dalam kasawasan wisata Tanjung

Lesung. Uraian rencana aksi daerah Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada

tabel 63.

Dilevel Pemerintah Provinsi Banten, program RAD diarahkan pada

menetapkan kelembagaan pengembangan KEK meliputi; Dewan Kawasan KEK,

Pembentukan Administrator KEK, Badan Usaha KEK, dan berfungsinya

kelembagaan perizinan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) KEK. Selain itu,

program teknis pembanguan jalan tol Citeurep – Tanjug Lesung dan menyusun

studi yang terkait dengan pengembangan KEK.

Page 144: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

122

Tabel 63 Rencana Aksi Daerah Kabupaten Pandeglang Pembangunan di kawasan

penyangga (buffer zone) sekitar kawasan wisata Tanjung Lesung

Pendidikan Ekonomi Sosial Lain-lain

Pendirian sekolah

pariwisata

(setingkat Diploma

III/Akademi

Pariwisata) dan

Peningkatan

kualitas SMK

Penididikan dan

pelatihan sanggar

seni dan budaya,

kerajinan, sadar

wisata, pemandu

wisata dan bahasa

asing.

Pembangunan Rest

area.

Penataan taman

bermain anak

Peningkatan kualitas

pasar Panimbang

Pembangunan sub

terminal Panimbang

Peningkatan jalan

lingkar dan desa

Pembangunan

rambu-rambu lalin

Pemasangan PJU

Peningkatan sarana

air bersih

Pembinaan usaha

ekonomi desa

Pengembangan

teknologi tepat

guna

Intensifikasi usaha

hutan rakyat

Penanaman hutan

mangrove &

terumbu karang

Mengoptimalkan

pengolahan hasil

dan pemasaran ikan

Sosialisasi KEK

Tanjung Lesung

Pembentukan TIM

pelaksana relokasi

penduduk

(kampung Cipanon,

Bunar, Kalicaah,

Bodur, Legon

Dadap, Sumberjaya,

Karang

Meungpuek, Sawah

dan Cebong)

Terbentuknya

kampung-kampung

wisata (prioritas kp.

Cikadu Desa

Tanjungjaya)

Sumber: Bappeda Kabupaten Pandeglang tahun 2013

Selain melakukan keseimbangan pembangunan khususnya di daerah

penyangga (buffer zone) sebagai implikasi dari ditetapkannya KEK Tanjung

Lesung, pemerintah perlu memperhatikan implikasi lain dari sisi hukum, sosial

budaya dan lingkungan. Implikasi bidang hukum misalnya, pembentukan KEK

dapat menimbulkan persoalan jika tidak ada atau tidak berjalannya kelembagaan

sebagai basis aturan mainnya. Persoalan yang mungkin timbul diantaranya adalah:

(1) Tumpang tindih dan benturan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah dan Dewan Kawasan (2) Aliran barang, uang dan orang yang sangat bebas

dapat berimplikasi pada meningkatnya illegal trafficking (3) hak ekonomi warga

lokal, termasuk hal ketenagakerjaan dan hak lainnya (4) akses terhadap lahan,

perebutan lahan antara investor dengan warga lokal dan (5) penyelesaian sengketa

yang bersifat khusus (Mulyani, 2010 dalam Hidayat, 2010).

Respon Masyarakat Terhadap Pengembangan Pariwisata Tanjung Lesung

Pengembangan kawan wisata Tanjung Lesung tidak sepenuhnya diketahui

masyarakat secara seragam. Hal ini di ketahui, bagi respoden yang beraktivitas di

pariwisata hampir seluruhnya 90 persen telah mengetahui pengembangan KEK

pariwisata Tanjung Lesung, sementara pada responden tidak beraktivitas di

pariwisata hanya setengahnya 53,3 persen responden yang mengetahui

pengembangan KEK. Pengetahuan tentang pengembangan KEK lebih banyak

diterima oleh responden yang beraktivitas di pariwisata karena akses memperoleh

informasi dari tempat mereka bekerja.

Kondisi asimetris informasi terkait pengambangan pariwisata melalui

program KEK pada level masyarakat menandakan kurangnya sosialisasi tentang

KEK secara penuh kepada masyarakat, terutama masyarakat yang tidak

beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung. Kendatipun terjadi informasi asimetris

tentang KEK, responden yang beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung 100

persen menyatakan setuju dan 90 persen responden yang tidak beraktivitas di

Page 145: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

123

pariwisata menyatakan setuju dengan ditetapkannya kawasan wisata Tanjung

Lesung menjadi KEK pariwisata.

Respon positif masyarakat sekitar terkait dengan pengembangan KEK

Tanjung Lesung merupakan modal dasar yang baik untuk tercapainya

keberhasilan KEK di masa mendatang. Hubungan timbal balik antara pihak

pengembang pariwisata Tanjung Lesung dengan masyarakat perlu dikuatkan

dengan memberikan ruang partisipasi masyarakat yang memadai baik pada proses

perencanaan, pelaksanan dan monitoring atas implementasi pengembangan KEK.

Partisipasi akan menjadi efektif manakala kepentingan dan harapan masyarakat

sekitar dari adanya aktivitas pariwisata Tanjung Lesung dapat terakomodasi.

Pengembangan Pariwisata sebagai KEK diharapkan memberikan dampak

manfaat mengingkatkan kesejahteraan masyarakat selain pula meningkatkan

perekonomian wilayah. Harapan masyarakat sekitar kawasan Tanjung Lesung

kepada Pemda dan pengembang Banten West Java terkait dengan pengembangan

Kawasan Tanjung Lesung menjadi KEK antara lain;

Pemerintah Deaerah, (1) KEK diharapkan mampu memajukan perekonomian dengan cara membuka peluang usaha yang seluas-luasnya kepada masyarakat

untuk terlibat aktif dalam aktivitas pariwisata Tanjung Lesung, mendorong

peluang investasi disemua sektor dan tumbuhnya ekonomi lokal melalui

keterkaitan dengan pengembangan wisata Tanjung Lesung (2) KEK pariwisata

diharapkan berkontribusi memajukan sektor pendidikan khususnya di wilayah

setempat baik sarana prasaran, kuantitas lembaga pendidikan di semua jenjang

pendidikan dengan memperhatikan aspek kualitas dari keluaran pendidikan,

tersedia sarana kesehatan Rumah Sakit Umum (RSU) dan meningkatkan

sarana parasarana infrastuktur seperti drainase, jalan lingkungan, jembatan

penghubung antar desa atau kampung, akses air bersih dan penyediaan

fasilitas MCK/WC bagi warga yang kurang mampu (3) Peningkatan SDM

melalui pembinaan dan pelatihan keterampilan masyarakat sekitar melalui

program yang terarah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

misalnya: kerajinan, pengolahan, pengembangan ternak dan budidaya sektor

pertanian dan konsep pemberdayaan masyarakat wisata (4) Menyerap tenaga

kerja sekitar secara optimal dan mendukung program konservasi trumbu

karang (5) Melibatkan peran serta masyarakat dalam aspek perencanaan

daerah sehingga masyarakat mudah mendapatkan informasi dan dapat

berkontribusi dalam segala aspek pembangunan di wilayah dan daerah.

Pengembang kawasan (PT. Baten West Java), (1) Meningkatkan pendapatan

karyawan dengan cara menaikan gaji di atas upah minimum kabupaten

Pandeglang, yang semula pada kisaran Rp. 900.000 – 1.300.000, ditambah

dengan upah sektoral. Sehingga menungkinkan bagi pekerja pariwisata di

Tanjung Lesung untuk dapat meningkatkan taraf perekoniman keluarga (2)

Memperbanyak spot wisata yang dapat dikelola oleh masyarakat setempat (3)

Merekrut tenaga kerja dipriortas dari lokal dan melaksanakan pelatihan tenaga

kerja (4) Memberikan ruang bagi masyarakat untuk mengontrol pelaksanaan

pengembangan KEK (5) Mendukung masyarakat dalam pengembangan

potensi sumber daya yang ada di lokal khususnya bidang pertanian, disertai

dengan penyuluhannya serta ada lembaga yang mengelola potensi tersebut (6)

Pembebasan lahan masyarakat yang saat ini masih berada di dalam kawasan

Tanjung Lesung dengan konsep ganti untung, maka diperlukan sosialisasi

Page 146: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

124

yang jelas tentang relokasi (7) Program peningkatan pendidikan masyarakat

terutama pendidikan non formal dan peningkatan sarana prasarana air bersih

bagi masyarakat (8) Adanya sosialisasi tentang KEK dan mengupayakan

kerjasama serta modal usaha kepariwisataan untuk masyarakat (9) Dana

Corporate Social Responsibility (CSR) diprioritaskan untuk masyarakat

terutama untuk mendorong optimalisasi hasil kerajinan dan program

pemberdayaan masyakat sekitar.

Gagasan Alternatif Pengembangan Pariwisata yang Mensejahterakan

Kebijakan, peraturan dan strategi yang jelas merupakan dasar dari

pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan, penurunan kemiskinan dalam

skala besar, perlindungan sumber daya alam dan gaya hidup serta promosi

pembangunan ekonomi. Selain itu, kebijakan, peraturan dan strategi tersebut juga

membantu mempertahankan kohesi sosial dan identitas masyarakat daerah/desa.

Pemerintah memegang peranan penting dalam menetapkan strategi

pembangunan, program/kegiatan, kebijakan dan regulasi hukum terkait dengan

kesejahteran masyarakat, pertumbuhan ekonomi di wilayah, keamanan, sanitasi

dan lingkugan, ketenagakerjaan, infrastruktur, saran pendidikan dan kesehatan.

Arahan operasional kerangka kerja kebijakan ini merupakan dasar bagi para

pihak, yakni Pemerintah Daerah, pengelola Tanjung Lesung dan masyarakat

setempat berdasarkan kondisi dilapangan.

a. Pemerintah Daerah perlu mendorong kepada pihak pengelola Tanjung Lesung

agar input pasokan (supply) komoditi untuk keperluan kepariwisata Tanjung

Lesung menggunakan sumber lokal secara optimal dan mengurangi

ketergantungan terhadap barang impor atau supply dari luar wilayah sekitar

kawasan wisata terutama pada jenis komoditi yang tersedia di lokal atau

mengupayakan subtitusi jenis komoditi yang semula dibeli dari luar wilayah.

Mengingat potensi untuk belanja total komoditi sangat besar nilainya, yakni

lebih dari 4,1 milyar rupiah per tahun. Jika nilai uang ini banyak beredar di

lokal, maka secara langsung dapat menggerakan perekonomian masyarakat

setempat, sehingga dapat mempengaruhi meningkatnya kesejahteraan

masyarakat. Upaya ini perlu dilakukan untuk menimalisasi kebocoran

pariwisata terhadap perekonomian masyarakat dan wilayah setempat.

Kebocoran pariwisata terjadi ketika uang itu dibelanjakan di luar kegiatan

ekonomi daerah tujuan wisata (DTW) (yang digunakan untuk membeli

barang-barang impor atau diinvestasikan di luar negeri), sehingga uang itu

tidak memberikan pengaruh terhadap kegiatan perekonomian pada negara

atau DTW yang dikunjungi wisatawan. Jadi Karena uang tidak beredar di

DTW tersebut atau tidak lagi memberikan pengaruh terhadap kegiatan

ekonomi setempat, disebut kebocoran. Dalam teori ilmu wilayah, jika nilai

uang dari aktivitas ekonomi (industri dan lainnya) di lokal banyak mengalir

keluar wilayah maka diistilahkan dengan kebocoran wilayah, demikian

halnya terjadi pada industri pariwisata (Oka, 2008). Lebih lanjut Anwar

(2000) menjelaskan bahwa beberapa hal yang menyebabkan terjadinya

kebocoran wilayah antara lain karena (1) Sifat komoditas yang bersifat

eksploitatif seperti pada umumnya natural resources mempunyai

kecenderungan mengalami kebocoran wilayah yang tinggi apabila dalam

Page 147: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

125

sistem produksinya membutuhkan persyaratan-persyaratan tertentu, baik

kualitas sumber daya manusia, teknologi yang dipakai, kedekatan dengan

pasar maupun persyaratan lainnya yang mengakibatkan aktivitas ekonomi

suatu komoditas yang berasal dari suatu wilayah dilaksanakan di wilayah

lain, sehingga sebagian besar nilai tambah ditangkap wilayah lainnya, (2)

Sifat kelembagaan yang menyangkut kepemilikan (oweners). Kebocoran

wilayah memiliki peran dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi disuatu

wilayah, dengan kata lain semakin besar kebocoran yang terjadi maka

semakin besar potensi multiplier pendapatan bagi suatu wilayah yang hilang.

Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi wilayah maka perlu

menekan tingkat kebocoran wilayah (Rustiadi, 2009).

b. Memperkuat kerja sama dan komunikasi antara industri kepariwisataan dan

masyarakat untuk memfasilitasi penyediaan makanan, barang, jasa atau

infrastruktur oleh masyarakat dan untuk membantu mereka agar lebih

memahami kebutuhan industri pariwisata maupun lainnya. Kerjasama

dituangkan dalam kelembagaan yang jelas dengan melibatkan institusi

pemeritah daerah dan institusi masyarakat di level desa. Dukungan program

pembangunan pemerintah daerah harus mengarah bagaimana pada masa

mendatang wilayah setempat mampu menghasilkan/men-supply komoditi

yang berkualitas standar (sayuran, ikan, daging, buah-buah, beras, sembako

(groseries), jasa reparasi, jasa kepariwisataan dan lain sebagainya) dengan

cara membangun sarana dan prasarana dan kelembagaan yang diperlukan.

c. Pemerintah Daerah dan Lembaga Keuangan di wilayah dan pihak

pengembang Banten West Java perlu memfasilitasi akses terhadap bantuan

finansial melalui fasilitas kredit dan pinjaman modal usaha bagi masyarakat

sekitar dalam rangka penciptaan lapangan pekerjaan khususnya bagi

kelompok miskin setempat, menjamin keuntungan ekonomi yang adil atas

sumber daya yang ditangani oleh masyarakat terutama bagi masyarakat yang

berdagang di dalam kawasan Tanjung Lesung.

d. Pemerintah Daerah memastikan tenaga kerja dari masyarakat setempat agar

bekerja secara formal di pariwisata Tanjung Lesung melalui pengembangan

program penjangkauan kesempatan kerja dan memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai prospek pekerjaan dibidang industri pariwisata.

e. Pemerintah Daerah melaksanakan evaluasi serta bersama masyarakat

melaksanakan pemantauan dampak lingkungan secara berkesinambungan

serta bersama-sama menimalisasi dampak negarif pada aspek sosial dan

budaya yang mungkin timbul dari pengembangan pariwisata (KEK) Tanjung

Lesung.

Page 148: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

126

6 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian lapangan baik kepada masyarakat dan pengelola operator

wisata di kawasan pariwisata Tanjung Lesung dapat disimpulkan bahwa:

1. Pasokan komoditi untuk aktivitas pariwisata Tanjung Lesung adalah

logistik, akomodasi dan atraksi. Sebagian besar jenis komoditi diperoleh

dari Jakarta, juga menerima uang (value added) paling besar. Penyerapan

komoditi dari wilayah setempat masih sangat kecil baik ragam komoditi

maupun kuantitas volumenya.

2. Berdasarkan lima indikator kesejahteraan (pendapatan per kapita, tingkat

pendidikan keluarga, tingkat kesehatan keluarga, kondisi rumah dan

fasilitas rumah) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rumah

tangga yang beraktivitas dalam kegiatan pariwisata dan rumah tangga

yang tidak beraktivitas dalam kegiatan pariwisata di Kawasan Tanjung

Lesung. Mayoritas, dua kelompok responden berada dalam kondisi tingkat

kesejahteraan tinggi. Demikian halnya dengan pendapatan antara rumah

tangga yang beraktivitas di pariwisata dengan rumah tangga yang tidak

beraktivitas dalam kegiatan pariwisata tidak terdapat perbedaan yang

signifikan. Rata-rata pendapatan per kapita per bulan rumah tangga yang

tidak beraktivitas dalam kegiatan pariwisata sedikit lebih tinggi dibanding

rata-rata pendapatan per kapita per bulan rumah tangga yang beraktivitas

di pariwisata Tanjung Lesung.

3. Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan diperoleh

hasil bahwa faktor jumlah tanggungan keluarga dan memiliki pekerjaan

sampingan selain pekerjaan utama mempunyai pengaruh signifikan

terhadap pendapatan rumah tangga yang beraktivitas dan tidak beraktivitas

di pariwisata Tanjung Lesung.

Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian berdasarkan kondisi di

lapangan adalah:

1. Pemerintah daerah perlu mendorong kerjasama dengan pihak pengelola

Tanjung Lesung melalui regulasi dan sistem kelembagaanya agar input

pasokan (supply) komoditi untuk keperluan kepariwisataan Tanjung

Lesung menggunakan sumber lokal (dalam Kecamatan Panimbang) secara

optimal dan mengurangi ketergantungan terhadap barang impor atau pasokan komoditi dari luar wilayah sekitar kawasan wisata terutama pada

jenis komoditi yang tersedia di wilayah setempat atau mengupayakan

subtitusi jenis komoditi yang semula dibeli dari luar wilayah.

2. Pihak pengelola pariwisata Tanjung Lesung perlu memperhatikan

kesejahteraan karyawannya dengan cara memberikan kompensasi gaji di

Page 149: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

127

atas standar Upah Minimum Kabupaten (UMK), serta menjamin

terbukannya akses bagi para pedagang kecil dalam kawasan untuk tetap

berdagang dengan menyediakan fasilitas usaha yang layak dan strategis

terintegrasi dengan pengembangan Kawasan Tanjung Lesung ke depan.

3. Agar masyarakat yang beraktivitas dan tidak dalam kegiatan pariwisata

lebih meningkatkan lagi kapasitasnya dengan cara mengusahakan

(menciptakan atau mencari) pekerjaan tambahan atau sampingan terutama

jenis pekerjaan sektor agri (pertanian dan perikanan) sehingga mampu

meningkatkan pendapatan rumah tangganya. Selain itu, pemerintah dan

pihak pengelolaan Tanjung Lesung perlu memberikan pemahaman,

pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat setempat sebagai upaya

meningkatkan kapasitas kepada warga angkatan kerja khususnya

karyawan Tanjung Lesung dan memberikan akses peluang usaha diindustri

kepariwisataan yang dapat dikembangkan oleh masyarakat setempat.

Page 150: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

128

DAFTAR PUSTAKA

Agus Achir, Yaumil C. 1994. Pembangunan Keluarga Sejahtera Sebagai Wahana

Pembangunan Bangsa, Prisma, Nomor 6 Tahun 1994. LP3ES. Jakarta

Anwar, A. 1995. Masalah Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Kebijaksanaan

Pengendalian Terhadap Kerusakannya, (Makalah Pada Pertemuan Diskusi

Pembahasan RPP tentang Kewenangan Daerah di Wilayah Laut dan RPP

Pedoman Daerah dalam Pengeloaan Sumberdaya Nasional di Jakarta

tanggal 21 Desember 2001.

Anwar, A. 2000. Kumpulan Bahan Kuliah Ekonomi Sumberdaya Alam. Program

Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Progam

Pascasarjana IPB.Bogor

Anwar, A. dan Rustiadi, E. 2000. Perspektif Pembangunan Tata Ruang (spasial)

Wilayah Perdesaan dalam Rangka Pembangunan Wilayah dan Perdesaan.

Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Asdi, Moch. 2006. Dampak Pengembangan Wilayah Teluk Palu Sebagai Kawasan

Wisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana

IPB. Bogor

Asngari PS. 1984. Persepsi Direktur Penyuluhan Tingkat Karesidenan dan Kepala

Penyuluh Pertanian terhadap Peranan dan Fungsi Lembaga Penyuluh

Pertanian di Negara bagian Texas Amerika Serikat . Media Peternakan Vol

9 No. 2 Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Badan Pusat Statistik [BPS] Kabupaten Kabupaten Pandeglang, Kecamatan

Panimbang Dalam Angka 2011. Pandeglang

Badan Pusat Statistik [BPS] Kabupaten Kabupaten Pandeglang, Pandeglang

Dalam Angka 2012. Pandeglang

Badan Pusat Statistik [BPS] Kabupaten Pandeglang. 2011. Indikator

Kesejahteraan Rakyat Pandeglang Tahun 2011. PBS dan Bappeda.

Pandeglang.

Badan Pusat Statistik [BPS] Provinsi Banten. Neraca Satelit Pariwisata Provinsi

Banten Tahun 2011

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kabupaten Pandeglang, PDRB Kabupaten

Pandeglang 2007-2010. Pandeglang

Bahar A. 2004. Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk

Pengembangan Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar,

Sulawesi Selatan [thesis]. Bogor: Program Pascasarjana IPB. Bogor

Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah [BAPPEDA] Kabupaten

Pandeglang. 2011. Pandeglang RTRW Kabupaten Pandeglang 2010.

Pandeglang

Barika. 2009. Kajian Dampak Pengembangan Sektor Pariwisata di Kota Bengkulu

(Studi Kasus Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak

Paderi). [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor

Bruce D, Hoctor Z, Garrod B, Wilson J. 2002. Planning for Marine Ecotourism in

the UE Atlantic Area. META-Project.University of the Weat England.

Bristol England

Damanik Janianto & F. Weber Helmut, 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori

dan Aplikasi. Andi Jogja & Puspar-UGM, Yogyakarta.

Page 151: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

129

Dinarsih, Indah. 2012. Pandeglang Akan Punya Venesia (Pengembangan

Pariwisata di Pandeglang) [internet] [diunduh 11 November 2012]

http://www.mipi.or.id/ component/k2/item/43-nn-papvppdp.html

Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah

Mada. [diunduh 11 November 2012 ] www.goecities.com/roykapat/konsep

_ekowisata.pdf

Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia

Pustaka. Jakarta

Fennel DA. 1999. Ecotourisme: An Introduction. Routledge. London

Gunardi, Djoko. 2004. Kajian Pengembangan Wisata di Taman Hutan Raya Wan

Abdul Rahman Provinsi Lampung [Tesis] Sekolah Pascasarjana IPB.

Bogor

Hastari, Belinda. 2005. Karakteristik Objek Wisata dan Peesepsi Masyarakat

Sebagai Dasar Dalam Pengembangan Wisata Alam Studi Kasus

Arboretum Nyaru MentengPalangkaraya.[Tesis]. Sekolah Pascasarjana

IPB.Bogor

Haughton, Jhonatan dan Khander R. Shahidur. 2012. Pedoman Tentang

Kemiskinan dan Ketimpangan (Handbook On Poverty and Inequaity).

Salemba Empat. Jakarta

Hayami, Y dan V.W. Ruttan. 1984. Agricultural Devlopment. An International

Perspektif. The Jhon Hopkins University Press, Baltimore and London.

London

Helmi M. 2007. Analisis Zonasi Ekosistem Alami Pulau Kecil dengan Pendekatan

Ekologi Lanskap di Puau Karimunjawa dan Kemujan Taman Nasional

Karimujawa, Kabupaten Jepara Jawa Tengah [thesis]. Program

Pascasarjana IPB. Bogor

Hidayat, S dan Hidayat, Agus Syarif (editor). 2010. Qou Vadis Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK). Rajawali Pers. Jakarta

Hidayati D, Mujiyani L, Rachmawati, Zaelani A. 2003. Ekowisata: Pembelajaran

dari Kalimantan Timur. Pustakan Sinar Harapan. Jakarta

Hilyana, Siti 2004. Dampak Pembangunan Pariwisata terhadap karakterristik

kultural dan struktural Masyarakat lokal Studi Kasus di kawasan Wisata

Bahari Lombok Barat Provini NTB. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB.

Bogor

International Labor Organization [ILO]. 2011. Toolkit Mengenai Pengentasan

Kemiskinan Melalui Sektor Pariwisata. ILO. Jakarta.

Janianto, D & F. Weber Helmut. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori dan

Aplikasi. Andi Jogja & Puspar-UGM. Yogyakarta

Juanda, Bambang. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis. [edisi ke dua].

IPB Press. Bogor

Karyono, H. 1997. Kepariwisataan. PT. Gramedia Widisauna. Jakarta

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2011. Jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara menurut pintu masuk dan kebangsaan Bulan Januari 2011.

Jakarta. [diunduh 18 September 2012].

http://www.budpar.go.id/userfiles/file/ Wismanpersen20Desember

202011-2.pdf

Mulyaningrum. 2005. Eksternalitas Ekonomi dalam Pembangunan Wisata Alam

Berkelanjutan. Studi Kasus pada Kawasan Wisata Alam Baturaden-

Page 152: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

130

Purwokerto, Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Jurnal

Penelitian UNIB, Vol. XI, No. 1 Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu.

Bengkulu

Orams M. 1999. Marine Tourism: Development, Impacts and Managemet.

Routledge. London and New York

Pakpahan. 1991. Kelembagaan Lahan dan Konservasi Tanah dan Air. Penelitian

Sosial Okonomi Pertanian Balitbang. Bogor.

Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Rencana

Pengembangan Pariwisata Tanjung Lesung. Poloma, Margaret. 2000. Sosiologi Kontemporer. PT Raja Gafindo. Jakarta

Prawiranegara, E. Prayitna. 2002. Kajian Hubungan Kesejahteraan Nelayan

dengan Keterlibatan Nelayan Pada Industri Pariwisata Pantai Carita Di

Kecamatan Labuan. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB.Bogor

Purnama SIS. 2005. Penyusunan Zonasi Taman Nasional Manupeu Tanadaru

Sumba Berdasarkan Kerentanan Kawasan Dan Aktivitas Mayarakat

[thesis]. Program Pascasarjana IPBogor. Bogor

Putra, Adisha. 2006. Persepsi Masyarakat Terhadap Ekowisata Perkampungan

Budaya Betawi Sebagai Pelestarian Situ dan Cagar Budaya. [Tesis].

Sekolah Pascasarjana.Bogor

Rahmat, Djalaludin. 2000. Psikologi Komunikasi. Jakarta

Rompon, M.S. 2006. Kajian Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Rangka

Meningkatkan Keragaan Perekonomian Wilayah Kabupaten Tanah Toraja.

[Tesis] Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Rustiadi E, et al. 2009. Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah. Crestpent Press

dan Yayasan Obor Indonesia. Bogor

Rustiadi, Ernan, Saefulhakim dan S. panuju, D. 2007. Dikat Perencanaan dan

Pembangunan wilayah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Sastropoetro, S. 1998. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin Dalam

Pembangunan Nasional. Alumni. Bandung.

Soemarwoto, Otto. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.

Djambatan. Jakarta

Soetjipto. 1992. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Satya Wacana Press.

Semarang

Spenceley, Anna and Ashley, Caroline et.al. 2009. Tourism and Local

Development: An Introductory Guide. International Trade Centre. New

York

Sulaksmi, Rita. 2004. Analisis Dampak Pariwisata Terhadap Pendapatan dan

Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kawasan Wisata Alam Laut Pulau Weh

Kota Sabang. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor Supriatna, J., A. Sanjaya., I. Setiawati dan M. R. Syachrizal.2000. Ekowisata Sebagai

Usaha Pemanfaatan yang Berkelanjutan di Kawasan Lindung. Workshop

Komisi Koordinasi Pemanfaatan Obyek Wisata Alam 6-8 Maret

2000.[makalah]. Balikpapan The International Ecotourism Society [TEIS]. 1991. Regional Prepatory. [diunduh

pada Agustus 2012] tersedia di http://www.ecotourism.org/

Theodorson, G.A. and Theodorson, A.G, 1979. A Modern Dictionary of

Sociology. Banner and Nobel Books. New York

Thoha, M. 1999. Prilaku Organisasi. Rosdakarya. Bandung

Page 153: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

131

Todaro, Michael P. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit

Erlangga. Jakata

Todaro. 2000. Perkembangan Ekonomi, Edisi Kelima Jakarta: Bumi Aksara.

Wardiatmo. 2012. Sektor pariwisata turut dongkrak perekonomian [internet].

Jakarta. [diunduh 18 September 2010] tersedia pada:

http://www.suarapembaruan.com/ ekonomi danbisnis/ sektor-pariwisata-

turut-dongkrak-perekonomian/19621

Warpani, Suwardjoko P & Warpani, Indira P. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang

Wilayah. Penerbit ITB. Bandung

Winarto, H. 2003. Partisipasi Masyarakat Dalam Agroforestri. [Tesis]. Sekolah

Pascasarjana IPB. Bogor

Yoeti, O A. 2008. Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi dan Implementasi.

Kompas. Jakarta

Yudasmara GA. 2004. Analsis Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari dalam

Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Secara Berkelanjutan. Studi Kasus Pulau

Menjangan Kab. Buleleng Bali [Tesis]. Program Pascasarjana IPB. Bogor

Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya

Pesisir Berbasis Konservasi [Makalah]. Disampaikan pada seminar Sains,

21 Pebruari 2007. Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya perairan

FPIK. IPB. Bogor

Page 154: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 1 Peta wilayah administrasi Kabupaten Pandeglang

Sumber : RTRW Pandeglang Tahun 2011-2031

132

Page 155: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 2 Daftar perbandingan harga komoditi sayuran antara harga di supermarket dengan harga di pasar lokal Citeuruep dan

Panimbang

No Product (Vegetable) Unit

List Price

(Harga Kontrol/

Supermarket)

Harga di

Pasar

Citeureup

Harga di

Pasar

Panimbang

Selisih Harga

dengan Pasar

Citeureup

Selisih harga

dengan Pasar

Panimbang

Selisih

Harga (Rp)

Selisih

(%)

1 Bayam Ikat 7300 2000 1500 -5300 -5800 5800 79.5%

2 Brokoli kg 18000 14000 -4000 4000 22.2%

3 Buncis kg 12950 8000 -4950 4950 38.2%

4 Cabe Hijau Besar kg 15000 12000 12000 -3000 -3000 3000 20.0%

5 Cabe Rawit kg 28000 20000 25000 -8000 -3000 8000 28.6%

6 Daun Kemangi ikat 10000 4000 -10000 -6000 6000 60.0%

7 Daun Ketumbar kg 37000 20000 -37000 -17000 17000 45.9%

8 Daun Melinjo kg 12000 2000 6000 -10000 -6000 10000 83.3%

9 Daun Pisang Ikat 2500 1000 -2500 1500 60.0%

10 Daun Salam Ikat 4000 1000 500 -3000 -3500 3500 87.5%

11 Jagung Acar kg 17900 8000 -9900 9900 55.3%

12 Jagung Manis Kupas kg 9000 8000 8000 -1000 -1000 1000 11.1%

13 Jahe kg 21900 20000 12000 -1900 -9900 9900 45.2%

14 Jamur Putih kg 24000 30000 14000 6000 -10000 10000 41.7%

15 Jeruk Limo kg 33800 10000 20000 -23800 -13800 13800 40.8%

16 Kacang Panjang kg 12000 4000 -8000 8000 66.7%

17 Kangkung kg 7000 3000 7000 -4000 0 4000 57.1%

18 Kembang Kol kg 15450 14000 12000 -1450 -3450 3500 22.7%

19 Kol Putih kg 6950 6000 5000 -950 -1950 1950 28.1%

20 Kunyit kg 12000 4000 8000 -8000 -4000 4000 33.3%

21 Lengkuas kg 14850 12000 8000 -2850 -6850 6850 46.1%

22 Melinjo kg 12000 16000 5000 4000 -7000 7000 58.3%

23 Nangka Muda kg 8000 5000 6000 -3000 -2000 3000 37.5%

24 Sawi Putih kg 7900 8000 6000 100 ` 1900 24.1%

25 Tauge Panjang kg 8500 8000 6000 -500 -2500 2000 23.5%

26 Tempe Papan 5500 5000 4000 -500 -1500 1500 27.3%

27 Timun Lalap kg 5950 3000 5000 -2950 -950 2950 49.6%

28 Semangka kg 6400 6000 -400 400 6.3%

Rataan Selisih (%)

Beberapa item komoditi sayuran menujukan harga lebih rendah (murah) di pasar lokal Citeuruep dan Panimbang dibandingkan dengan harga di

supermarket

42.9%

Page 156: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 3 Daftar purchasing kelompok komoditi logistik pada operator wisata Beach Club

- Tanjung Lesung per tahun 2012 (sampel 1)

Kelompok Komoditi : Logistik

No Jenis Komoditi Wilayah

Pembelian Satuan

Jumlah

Unit Harga/Unit Per bulan Per tahun

1 Ayam Panimbang Kg 168 28000 392000 4704000

2 Air Galon Labuan gln 1440 10000 1200000 14400000

3 Angciu Labuan btl 75 30000 187500 2250000

4 Asem Jawa panimbang bks 88 12000 88000 1056000

5 Baso panimbang kg 100 100000 833333 10000000

6 Bawabg Bombay panimbang kg 76 15000 95000 1140000

7 Bawang Merah panimbang kg 70 19000 110833 1330000

8 Bawang Putih panimbang kg 85 20000 141667 1700000

9 Beras panimbang kg 1200 11000 1100000 13200000

10 Bihun Citeureup pck 240 7000 140000 1680000

11 Blue Band Citeureup kg 48 54000 216000 2592000

12 Cabe Keriting panimbang kg 30 30000 75000 900000

13 Cabe Lombok panimbang kg 30 35000 87500 1050000

14 Cabe Rawit panimbang kg 24 25000 50000 600000

15 Cappucino Citeureup pcs 880 1800 132000 1584000

16 Cesim panimbang kg 76 7000 44333 532000

17 Chiken Karage panimbang bks 40 35000 116667 1400000

18 Chiken Nuggets panimbang pcs 44 35000 128333 1540000

19 Chiken Wings panimbang pcs 45 40000 150000 1800000

20 Cuka Citeureup btl 40 7000 23333 280000

21 Cumi Cipanon kg 150 40000 500000 6000000

22 Daun Bawang panimbang kg 45 17000 63750 765000

23 Emping panimbang kg 30 30000 75000 900000

24 Garam Citeureup bks 50 2000 8333 100000

25 Gula Jawa Citeureup kg 30 12000 30000 360000

26 Gula Pasir Citeureup kg 100 17000 141667 1700000

27 Ikan Bawal Cipanon kg 50 70000 291667 3500000

28 Ikan Kakap/kuwe Cipanon kg 192 70000 1120000 13440000

29 Ikan Kerapu Cipanon kg 150 90000 1125000 13500000

30 Jagung Muda panimbang kg 48 8000 32000 384000

31 Jahe panimbang kg 24 15000 30000 360000

32 Jamur Kancing Cilegon klg 96 14000 112000 1344000

33 Jeruk Jus panimbang kg 60 8000 40000 480000

34 Jeruk Lemon panimbang kg 35 15000 43750 525000

35 Jeruk Nipis panimbang kg 36 17000 51000 612000

36 Kacang Polong Cilegon klg 48 12000 48000 576000

37 Kangkung panimbang kg 70 2000 11667 140000

38 Kantong Plastik Citeureup pck 50 8000 33333 400000

39 Kecap Asin Cilegon drgn 12 85000 85000 1020000

Page 157: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

No Jenis Komoditi Wilayah

Pembelian Satuan

Jumlah

Unit Harga/Unit Per bulan Per tahun

40 Kecap Ikan Cilegon btl 48 35000 140000 1680000

41 Kecap Manis Citeureup drgn 12 125000 125000 1500000

42 Keju Parut Panimbang pack 30 20000 50000 600000

43 Kembang Kol Panimbang kg 52 14000 60667 728000

44 Kemiri Panimbang kg 12 35000 35000 420000

45 Kentang Frech Fries Panimbang bks 40 30000 100000 1200000

46 Kerang Kampak Cikadu kg 90 2000 15000 180000

47 Kertas Nasi Citeureup pack 30 25000 62500 750000

48 Ketumbar panimbang kg 10 20000 16667 200000

49 Kol panimbang kg 42 7000 24500 294000

50 Kopi Labuan kg 87 60000 435000 5220000

51 Kopi Karyawan Citeureup kg 100 30000 250000 3000000

52 Kunyit panimbang kg 15 6000 7500 90000

53 Kwetiau Labuan pcs 80 6000 40000 480000

54 Lengkuas panimbang kg 22 5000 9167 110000

55 Lobster Cipanon kg 14 450000 525000 6300000

56 Melon panimbang kg 35 8000 23333 280000

57 Merica Bubuk panimbang kg 10 120000 100000 1200000

58 Mie Telor Citeureup pack 300 4200 105000 1260000

59 Minyak Goreng Citeureup kg 480 15600 624000 7488000

60 Minyak Tanah Citeureup ltr 96 12000 96000 1152000

61 Pisang panimbang kg 121 3500 35292 423500

62 Pop Mie panimbang cup 760 3500 221667 2660000

63 Rajuangan Cipanon kg 50 50000 208333 2500000

64 Roti Tawar panimbang pack 48 11000 44000 528000

65 Sagu Citeureup kg 40 8000 26667 320000

66 Sawi Putih panimbang kg 30 6000 15000 180000

67 Saus Inggris Cilegon btl 48 25000 100000 1200000

68 Saos Sambel Cilegon drgn 12 102000 102000 1224000

69 Saos Sambel Sachet Cilegon pack 48 8000 32000 384000

70 Saos Tiram Cilegon btl 40 25000 83333 1000000

71 Saos Tomat Cilegon drgn 12 102000 102000 1224000

72 Saos Tomat Sachet Cilegon pack 48 8000 32000 384000

73 Sawi Asin Cilegon kg 20 10000 16667 200000

74 Seledri panimbang kg 12 20000 20000 240000

75 Susu Kental Coklat panimbang klg 70 10000 58333 700000

76 Susu Kental Putih panimbang klg 85 10000 70833 850000

77 Tahu Panimbang pack 350 500 14583 175000

78 Teh Sari Wangi Citeureup pack 48 6000 24000 288000

79 Telor Citeureup kg 140 23000 268333 3220000

80 Tempe Citeureup pack 92 5000 38333 460000

Page 158: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

No Jenis Komoditi Wilayah

Pembelian Satuan

Jumlah

Unit Harga/Unit Per bulan Per tahun

81 Terasi Panimbang bks 50 8000 33333 400000

82 Terigu Citeureup kg 40 8000 26667 320000

83 Timun Panimbang kg 128 4000 42667 512000

84 Tomat Panimbang kg 95 8000 63333 760000

85 Tpg. Maizena panimbang kg 41 12000 41000 492000

86 Udang Peci Cipanon kg 45 80000 300000 3600000

87 Udang Umpan Cipanon kg 25 40000 83333 1000000

88 Vetsin Citeureup kg 12 34000 34000 408000

89 Wortel panimbang kg 42 15000 52500 630000

90 Alpukat panimbang kg 52 12000 52000 624000

91 Apel Merah panimbang kg 36 25000 75000 900000

92 Strawberi panimbang kg 25 25000 52083 625000

93 Spoon panimbang pcs 55 6000 27500 330000

94 Sunlight panimbang bks 100 12000 100000 1200000

95 Sabut Stainless panimbang pcs 30 6000 15000 180000

96 Plastik Kiloan panimbang pack 80 8000 53333 640000

97 LPG (15) Citeureup tbg 120 100000 1000000 12000000

98 Box Nasi Stirofoam Citeureup pcs 1000 600 50000 600000

99 Arang panimbang krg 20 45000 75000 900000

100 Bensin Pertamax Cipanon ltr 15000 10200 12750000 153000000

101 Oli Samping Cipanon ltr 600 26000 1300000 15600000

Page 159: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 4 Daftar purchasing kelompok komoditi atraksi pada operator wisata Beach Club - Tanjung Lesung per tahun 2012 (sampel 1)

Kelompok Komoditi : Atraksi

No Jenis Komoditi Wilayah

Pembelian Satuan

Jumlah

Unit

Harga/

Unit Total

Jumlah/

Bulan

Jumlah/

Tahun Frekwensi

1 Jetski Jakarta unit 5 87000000 435000000 7250000 87000000 per 5 tahun

2 Glass bottom boat mesin 60 pk Benoa, Bali unit 1 20000000 20000000 166667 2000000 per 10 tahun

3 Boat patroli mesin 85 PK Jakarta unit 1 30000000 30000000 250000 3000000 per 10 tahun

4 Boat TBLC Mesin 85PK Carita unit 1 35000000 35000000 291667 3500000 per 10 tahun

5 Slider Boat Jakarta unit 1 17000000 17000000 472222 5666667 per 3 tahun

6 Donut Boat Jakarta unit 1 7000000 7000000 194444 2333333 per 3 tahun

7 Banana Boat Jakarta unit 2 9000000 18000000 500000 6000000 per 3 tahun

8 Kayak Jakarta unit 9 2000000 18000000 300000 3600000 per 5 tahun

9 Pedal Boat Jakarta unit 1 4000000 4000000 66667 800000 per 5 tahun

10 Snorkeling Set Jakarta unit 30 450000 13500000 562500 6750000 per 2 tahun

11 Papan Surfing Jakarta unit 1 500000 500000 8333 100000 per 5 tahun

12 Water Ski Jakarta unit 1 500000 500000 8333 100000 per 5 tahun

13 Wake Board Jakarta unit 1 500000 500000 8333 100000 per 5 tahun

14 Tabung Dive Jakarta unit 3 1000000 3000000 50000 600000 per 5 tahun

15 Regulator Scuba Dive Jakarta unit 2 600000 1200000 20000 240000 per 5 tahun

16 Pelampung Carita unit 70 75000 5250000 437500 5250000 per tahun

17 Alat Pancing Cilegon unit 6 200000 1200000 100000 1200000 per tahun

Page 160: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 5 Daftar purchasing kelompok komoditi logistik pada operator wisata Blue Fish - Tanjung Lesung data bulan Februari tahun

2012 (sampel 2)

No Jenis Komoditi Wilayah Pembelian Jumlah

Unit Satuan Harga/Unit

Jumlah Rp

(per minggu)

Jumlah Rp

(per bulan)

Jumlah Rp

(per tahun)

Kelompok Komoditi : Logistik

1 Ayam Pasar Panimbang 3 kg 26000 78000 312000 3744000

2 Buncis Pasar Panimbang 2 Kg 14000 28000 112000 1344000

3 Kacang Panjang Pasar Panimbang 2 kg 8000 16000 64000 768000

4 Wortel Pasar Panimbang 1 kg 12000 12000 48000 576000

5 Bawang putih Pasar Panimbang 1 kg 20000 20000 80000 960000

6 Bawang bombay Pasar Panimbang 1 kg 20000 20000 80000 960000

7 Bawang merah Pasar Panimbang 0.5 kg 22000 11000 44000 528000

8 Daun bawang Pasar Panimbang 0.25 kg 12000 3000 12000 144000

9 Pokcoy Jakarta 2 kg 4750 9500 38000 456000

10 Topi koki beras Jakarta 1 kg 219350 219350 877400 10528800

11 Aqua botol Citereup 1 dus 42000 42000 168000 2016000

12 Aqua galon Citereup 2 glon 15000 30000 120000 1440000

13 Jeruk nipis Pasar Panimbang 1 kg 14000 14000 56000 672000

14 Jeruk peras Pasar Panimbang 2 kg 15000 30000 120000 1440000

15 Timun Pasar Panimbang 1 kg 5000 5000 20000 240000

16 Tomat Pasar Panimbang 1 kg 8000 8000 32000 384000

17 Cabe Keriting Pasar Panimbang 0.25 kg 36000 9000 36000 432000

18 Cabe Rawit Pasar Panimbang 0.25 kg 30000 7500 30000 360000

19 Telur Citeureup 2 kg 20000 40000 160000 1920000

20 Terigu Pasar Panimbang 1 kg 12000 12000 48000 576000

21 Minyak bimoli Pasar Panimbang 2 bks 22000 44000 176000 2112000

Page 161: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 6 Daftar purchasing kelompok komoditi akomodasi pada operator wisata Blue Fish - Tanjung Lesung data bulan Februari

tahun 2012 (sampel 2)

No Jenis Komoditi Wilayah Pembelian Jumlah

Unit Satuan Harga/Unit

Jumlah Rp

(per minggu)

Jumlah Rp

(per bulan)

Jumlah Rp

(per tahun)

Kelompok Komoditi : Akomodasi

22 Bay fress Jakarta 2 bks 12000 0 24000 288000

23 Baygon bakar jumbo Jakarta 1 pk 24000 24000 24000 288000

24 Bagus kamper Jakarta 4 pk 15500 62000 62000 744000

25 Bladge spray Jakarta 1 pcs 32800 32800 32800 393600

26 Save toilet tisu Jakarta 1 pk 36000 36000 36000 432000

27 Pembersih kaca Jakarta 1 pcs 5800 5800 5800 69600

28 Wing supersol puch Jakarta 2 pcs 19000 38000 38000 456000

29 Pizzi pembersih lantai Jakarta 1 bks 22500 22500 22500 270000

30 Klimpak kantong (K) Jakarta 2 pk 16200 32400 32400 388800

31 Klimpak kantong (s) Jakarta 2 pk 14700 29400 29400 352800

32 Klimpak kantong (B) Jakarta 2 pk 19400 38800 38800 465600

33 Dahlia naptatene toilet Jakarta 2 pk 10600 21200 21200 254400

34 Yuri hands shop Jakarta 1 pcs 56000 56000 56000 672000

35 Wing proslen clin Jakarta 4 pcs 19700 78800 78800 945600

36 Shampoo Jakarta 32 pcs 1000 32000 32000 384000

37 Bath gel Jakarta 32 pcs 1000 32000 32000 384000

38 Tooth brush Jakarta 16 pcs 1000 16000 16000 192000

39 Baygon aeroso Jakarta 1 pcs 25000 25000 25000 300000

40 Dahlian toilet ball Jakarta 2 pcs 21100 42200 42200 506400

41 Nagata sapu plastik Jakarta 1 bh 53500 53500 53500 642000

42 Bay clean reguler Jakarta 1 btl 30400 30400 30400 364800

Page 162: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 7 Daftar purchasing kelompok komoditi atraksi pada operator wisata Blue Fish - Tanjung Lesung data bulan Februari tahun

2012 (sampel 2)

No Jenis Komoditi Wilayah Pembelian Jumlah

Unit Satuan Harga/Unit

Jumlah Rp

(per minggu)

Jumlah Rp

(per bulan)

Jumlah Rp

(per tahun)

Kelompok Komoditi : Atraksi

43 Joran jiging Jakarta 2 unit 3000000 0 0

44 Joran poping Jakarta 2 unit 3000000 0 0

45 Joran Troling Jakarta 3 unit 3000000 0 0

49 Reel troling Jakarta 3 unit 7000000 0 0

50 Reel Jigging Jakarta 5 unit 3000000 0 0

51 Metal jiging Jakarta 10 bh 150000 1500000 25000 300000

52 Poper Jakarta 7 bh 150000 1050000 17500 210000

53 Nona hit Jakarta 7 bh 500000 3500000 58333.33333 700000

54 Pemberat kail Jakarta 2 kg 60000 120000 2000 24000

55 Serat PE Jakarta 1 paket 1000000 1000000 16666.66667 200000

56 Rapala Jakarta 4 unit 125000 500000 8400 100800

57 Ikan Umpan Pancing Panimbang, labuan, 50 kg 20000 7670000 127900 1534800

Page 163: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 8 Daftar perbandingan harga komoditi sayuran antara harga di supermarket dengan harga di pasar lokal Citeuruep dan

Panimbang

No Product (Vegetable) Unit

List Price

(Harga Kontrol/

Supermarket)

Harga di

Pasar

Citeureup

Harga di

Pasar

Panimbang

Selisih Harga

dengan Pasar

Citeureup

Selisih harga

dengan Pasar

Panimbang

Selisih

Harga (Rp)

Selisih

(%)

1 Bayam Ikat 7300 2000 1500 -5300 -5800 5800 79.5%

2 Brokoli kg 18000 14000 -4000 4000 22.2%

3 Buncis kg 12950 8000 -4950 4950 38.2%

4 Cabe Hijau Besar kg 15000 12000 12000 -3000 -3000 3000 20.0%

5 Cabe Rawit kg 28000 20000 25000 -8000 -3000 8000 28.6%

6 Daun Kemangi ikat 10000 4000 -10000 -6000 6000 60.0%

7 Daun Ketumbar kg 37000 20000 -37000 -17000 17000 45.9%

8 Daun Melinjo kg 12000 2000 6000 -10000 -6000 10000 83.3%

9 Daun Pisang Ikat 2500 1000 -2500 1500 60.0%

10 Daun Salam Ikat 4000 1000 500 -3000 -3500 3500 87.5%

11 Jagung Acar kg 17900 8000 -9900 9900 55.3%

12 Jagung Manis Kupas kg 9000 8000 8000 -1000 -1000 1000 11.1%

13 Jahe kg 21900 20000 12000 -1900 -9900 9900 45.2%

14 Jamur Putih kg 24000 30000 14000 6000 -10000 10000 41.7%

15 Jeruk Limo kg 33800 10000 20000 -23800 -13800 13800 40.8%

16 Kacang Panjang kg 12000 4000 -8000 8000 66.7%

17 Kangkung kg 7000 3000 7000 -4000 0 4000 57.1%

18 Kembang Kol kg 15450 14000 12000 -1450 -3450 3500 22.7%

19 Kol Putih kg 6950 6000 5000 -950 -1950 1950 28.1%

20 Kunyit kg 12000 4000 8000 -8000 -4000 4000 33.3%

21 Lengkuas kg 14850 12000 8000 -2850 -6850 6850 46.1%

22 Melinjo kg 12000 16000 5000 4000 -7000 7000 58.3%

23 Nangka Muda kg 8000 5000 6000 -3000 -2000 3000 37.5%

24 Sawi Putih kg 7900 8000 6000 100 ` 1900 24.1%

25 Tauge Panjang kg 8500 8000 6000 -500 -2500 2000 23.5%

26 Tempe Papan 5500 5000 4000 -500 -1500 1500 27.3%

27 Timun Lalap kg 5950 3000 5000 -2950 -950 2950 49.6%

28 Semangka kg 6400 6000 -400 400 6.3%

Rataan Selisih (%)

Beberapa item komoditi sayuran menujukan harga lebih rendah (murah) di pasar lokal Citeuruep dan Panimbang dibandingkan dengan harga di

supermarket

42.9%

Page 164: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 9 Hasil analisis uji beda pendapatan per kapita menggunakan Fisher's exact test

pada responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung

Lesung

Tabulated statistics: Pendapatan Per Kapita (Garis Kemiskinan), Aktivitas di Pariwisata Using frequencies in F

Rows: Kemiskinan Columns: Aktivitas

T Y All

M 6 1 7

20.00 3.33 11.67

TM 24 29 53

80.00 96.67 88.33

All 30 30 60

100.00 100.00 100.00

Cell Contents: Count

% of Column

Fisher's exact test: P-Value = 0.102790

Lampiran 10 Hasil analisis uji beda tingkat pendidikan keluarga menggunakan Fisher's

exact test pada responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di pariwisata

Tanjung Lesung

Tabulated statistics: Tingkat Pendidikan, Aktivitas di Pariwisata Using frequencies in F

Rows: Tingkat Pendidikan Columns: Aktivitas

T Y All

Sedang 14 14 28

46.67 46.67 46.67

Tinggi 16 16 32

53.33 53.33 53.33

All 30 30 60

100.00 100.00 100.00

Cell Contents: Count

% of Column

Fisher's exact test: P-Value = 1

Page 165: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 11 Hasil analisis uji beda tingkat kesehatan keluarga menggunakan Fisher's exact

test pada responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di pariwisata

Tanjung Lesung

Tabulated statistics: Tingkat Kesehatan, Aktivitas di Pariwisata Using frequencies in F

Rows: Tingkat Kesehatan Columns: Aktivitas

T Y All

Baik 20 27 47

66.67 90.00 78.33

Sedang 10 3 13

33.33 10.00 21.67

All 30 30 60

100.00 100.00 100.00

Cell Contents: Count

% of Column

Fisher's exact test: P-Value = 0.0574663

Lampiran 12 Hasil analisis uji beda kondisi rumah menggunakan Fisher's exact test pada

responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung

Lesung

Tabulated statistics: Kondisi Rumah, Aktivitas di Pariwisata Using frequencies in F

Rows: Kondisi Rumah Columns: Aktivitas

T Y All

Permanen 24 17 41

80.00 56.67 68.33

Semi Permanen 6 13 19

20.00 43.33 31.67

All 30 30 60

100.00 100.00 100.00

Cell Contents: Count

% of Column

Fisher's exact test: P-Value = 0.0946108

Page 166: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 13 Hasil analisis uji beda fasilitas rumah menggunakan Fisher's exact test pada

responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung

Lesung Tabulated statistics: Fasilitas, Aktivitas di Pariwisata Using frequencies in F

Rows: Faslitas Columns: Aktivitas

T Y All

Lengkap 23 25 48

76.67 83.33 80.00

Semi Lengkap 7 5 12

23.33 16.67 20.00

All 30 30 60

100.00 100.00 100.00

Cell Contents: Count

% of Column

Fisher's exact test: P-Value = 0.748050

Page 167: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 14

Karakteristik responden yang beraktivitas di kawasan wisata Tanjung Lesung

Kecamatan Panimbang

No Umur

(Th)

Tingkat

Pendidikan

(1=SD,

2=SMP

3=SMA,

4=PT)

Jumlah

AK

(Jiwa)

Pendapatan

RT/bulan (Rp)

Pendapatan

Perkapita/bulan

(Rp)

Pendapatan

RT/tahun

(Rp)

Pendapatan RT

perkapita/tahun

(Rp)

1 43 3 4 2.000.000 500.000 24.000.000 6.000.000

2 43 3 8 4.000.000 687.500 48.000.000 6.000.000

3 35 3 5 1.500.000 300.000 18.000.000 3.600.000

4 33 2 4 1.300.000 325.000 15.600.000 3.900.000

5 51 3 5 3.300.000 660.000 39.600.000 7.920.000

6 47 2 5 4.000.000 800.000 48.000.000 9.600.000

7 41 4 5 5.000.000 1.000.000 60.000.000 12.000.000

8 54 3 5 2.100.000 420.000 25.200.000 5.040.000

9 43 3 8 3.000.000 375.000 36.000.000 4.500.000

10 35 3 4 3.000.000 750.000 36.000.000 9.000.000

11 36 3 5 5.000.000 1.000.000 60.000.000 12.000.000

12 33 3 4 2.150.000 537.500 25.800.000 6.450.000

13 33 3 4 3.000.000 750.000 36.000.000 9.000.000

14 31 3 4 2.800.000 700.000 33.600.000 8.400.000

15 30 4 3 1.400.000 466.666 16.800.000 5.600.000

16 24 3 2 1.280.000 640.000 15.360.000 7.680.000

17 39 3 5 3.000.000 600.000 36.000.000 7.200.000

18 30 3 3 1.600.000 533.333 19.200.000 6.400.000

19 38 4 5 4.000.000 800.000 48.000.000 9.600.000

20 39 3 5 2.900.000 580.000 34.800.000 6.960.000

21 35 1 6 500.000 83.333 6.000.000 1.000.000

22 27 3 5 2.700.000 540.000 32.400.000 6.480.000

23 40 3 4 3.500.000 875.000 42.000.000 10.500.000

24 33 2 4 3.000.000 750.000 36.000.000 9.000.000

25 35 3 2 4.600.000 2.300.000 55.200.000 27.600.000

26 34 3 5 1.700.000 340.000 20.400.000 4.080.000

27 37 3 6 3.100.000 516.666 37.200.000 6.200.000

28 48 3 3 1.095.000 866.667 13.140.000 4.380.000

29 44 3 5 2.600.000 520.000 31.200.000 6.240.000

30 37 3 3 2.600.000 866.666 31.200.000 10.400.000

Jlh 1128 88 136 81.725.000 20.083.331 980.700.000 23.2730.000

Rataan 37,8 2,9 4,6 2.724.166 669.444 32.690.000 77.57.666

Page 168: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 15 Karakteristik responden yang tidak beraktivitas di kawasan wisata Tanjung

Lesung Kecamatan Panimbang

No Umur

(Th)

Tingkat

Pendidikan

(1=SD,

2=SMP

3=SMA,

4=PT)

Jumlah

AK

(Jiwa)

Pendapatan

RT/bulan (Rp)

Pendapatan

Perkapita/bulan

(Rp)

Pendapatan

RT/tahun (Rp)

Pendapatan RT

perkapita/tahun

(Rp)

1 48 3 6 3.500.000 583.333 42.000.000 7.000.000

2 35 3 6 1.200.000 200.000 14.400.000 2.400.000

3 35 3 2 4.750.000 2.375.000 57.000.000 28.500.000

4 63 1 8 615.000 76.875 7.380.000 922.500

5 40 2 5 3.000.000 700.000 36.000.000 7.200.000

6 53 4 4 2.000.000 500.000 24.000.000 6.000.000

7 30 3 2 6.000.000 3.000.000 72,000,000 36.000.000

8 45 3 7 3.500.000 500.000 42.000.000 6.000.000

9 35 4 4 4.500.000 1.125.000 54,000,000 13.500.000

10 42 3 6 1.950.000 325.000 23.400.000 3.900.000

11 33 3 3 2.000.000 666.666 24.000.000 8.000.000

12 40 3 6 600.000 100.000 7.200.000 1.200.000

13 43 4 4 3.000.000 750.000 36.000.000 9.000.000

14 45 3 5 4.000.000 800.000 48.000.000 9.600.000

15 54 4 5 10.000.000 2.000.000 120.000.000 24.000.000

16 29 3 4 2.700.000 675.000 32,400,000 8.100.000

17 37 3 3 3.000.000 1,000,000 36.000.000 12.000.000

18 55 3 7 6.000.000 857.142 72.000.000 10.285.714

19 56 2 6 900.000 150.000 10.800.000 1.800.000

20 37 3 5 600.000 120.000 7.200.000 1.440.000

21 35 2 4 1.300.000 325.000 15.600.000 3.900.000

22 30 3 2 700.000 350.000 8.400.000 4.200.000

23 67 1 5 2.000.000 400.000 24.000.000 4.800.000

24 54 2 5 2.000.000 400.000 24.000.000 4.800.000

25 48 2 4 2.500.000 625.000 30.000.000 7.500.000

26 44 2 7 2.400.000 342.857 28.800.000 4,114,286

27 45 3 5 950.000 190.000 11.400.000 2.280.000

28 53 2 6 3.700.000 616.666 44.400.000 7.400.000

29 52 2 4 1.800.000 450.000 21.600.000 5,400,000

30 50 4 3 900.000 300.000 10.800.000 3.600.000

Jlh 1333 83 143 8.206.500 20.503.539 984.780.000 244.842.500

Rataan 44,5 2,7 4,7 2.734.500 683.451 32.826.000 8.161.416

Page 169: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 16 Indikator pengukuran tingkat kesejahteraan rumahtangga yang beraktivitas di kawasan wisata Tanjung Lesung

No

Pedapatan

Perkapita

(Rp/bulan)

Skor

Kondisi

Pendidikan

Keluarga (%)

Skor

Kondisi

Kesehatan

Keluarga (%)

Skor

Nilai

Kondisi

Rumah

Skor

Nilai

Fasilitas

Rumah

Skor Total Skor Jenjang

Kesejahteraan

1 500000 2 50% 2 0% 3 10 2 23 3 12 Sedang

2 687500 2 33% 2 25% 3 12 3 23 3 13 Sedang

3 300000 2 60% 2 20% 3 11 3 21 3 13 Tinggi

4 325000 2 50% 2 25% 3 11 3 23 3 13 Tinggi

5 660000 2 60% 2 20% 3 9 2 22 3 12 Sedang

6 800000 2 60% 2 20% 3 9 2 20 3 12 Sedang

7 1000000 2 60% 2 20% 3 12 3 23 3 13 Tinggi

8 420000 2 80% 3 0% 3 12 3 24 3 14 Tinggi

9 375000 2 62% 3 0% 3 12 3 23 3 14 Tinggi

10 750000 2 75% 3 25% 3 12 3 23 3 14 Tinggi

11 1000000 2 60% 3 0% 3 12 3 24 3 14 Tinggi

12 537500 2 50% 2 0% 3 9 2 17 2 11 Sedang

13 750000 2 50% 2 25% 3 9 2 22 3 12 Sedang

14 700000 2 75% 3 0% 3 12 3 21 3 14 Tinggi

15 466667 2 66% 3 33% 3 12 3 21 3 14 Tinggi

16 640000 2 100% 3 0% 3 10 2 24 3 13 Tinggi

17 600000 2 40% 2 0% 3 10 2 20 3 12 Sedang

18 533333 2 66% 3 67% 2 8 2 17 2 11 Sedang

19 800000 2 80% 3 0% 3 10 2 24 3 13 Tinggi

20 580000 2 40% 2 40% 3 9 2 17 2 11 Sedang

21 83333 1 50% 2 0% 3 10 2 19 2 10 Sedang

22 540000 2 40% 2 0% 3 12 3 24 3 13 Tinggi

23 875000 2 75% 3 25% 3 12 3 23 3 14 Tinggi

24 750000 2 50% 2 0% 3 12 3 22 3 13 Tinggi

25 2300000 2 50% 2 0% 3 9 2 19 2 11 Sedang

26 340000 2 40% 2 40% 3 12 3 24 3 13 Tinggi

27 516667 2 50% 2 0% 3 12 3 24 3 13 Tinggi

28 866667 2 33% 2 33% 2 10 2 24 3 11 Sedang

29 520000 2 60% 2 0% 3 12 3 24 3 13 Tinggi

30 866667 2 33% 2 0% 3 12 3 24 3 13 Tinggi

Page 170: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 17 Indikator pengukuran tingkat kesejahteraan rumahtangga yang tidak beraktivitas di kawasan wisata Tanjung

Lesung

No

Pedapatan

Perkapita

(Rp/bulan)

Skor

Kondisi

Pendidikan

Keluarga (%)

Skor

Kondisi

Kesehatan

Keluarga (%)

Skor

Nilai

Kondisi

Rumah

Skor

Nilai

Fasilitas

Rumah

Skor Total

Skor

Jenjang

Kesejahteraan

1 583333 2 33% 2 17% 3 12 3 22 3 13 Tinggi

2 200000 1 50% 2 17% 3 4 1 14 2 9 Sedang

3 2375000 2 100% 3 0% 3 12 3 22 3 14 Tinggi

4 76875 1 50% 2 25% 3 4 1 14 2 9 Sedang

5 700000 2 40% 2 0% 3 12 3 22 3 13 Tinggi

6 500000 2 75% 3 25% 3 12 3 23 3 14 Tinggi

7 3000000 2 100% 3 50% 3 12 3 22 3 14 Tinggi

8 500000 2 57% 2 14% 3 12 3 23 3 13 Tinggi

9 1125000 2 75% 2 0% 3 12 3 23 3 13 Tinggi

10 325000 2 50% 2 17% 3 10 2 18 2 11 Sedang

11 666667 2 66% 3 33% 2 10 2 20 3 12 Sedang

12 100000 1 50% 2 0% 3 9 2 20 3 11 Sedang

13 750000 2 50% 2 0% 3 12 3 23 3 13 Tinggi

14 800000 2 40% 2 0% 3 12 3 23 3 13 Tinggi

15 2000000 2 60% 2 20% 3 12 3 24 3 13 Tinggi

16 675000 2 50% 2 0% 3 12 3 20 3 13 Tinggi

17 1000000 2 66% 3 0% 3 12 3 21 3 14 Tinggi

18 857143 2 71% 3 14% 3 12 3 23 3 14 Tinggi

19 150000 1 33% 2 0% 3 12 3 11 1 10 Sedang

20 120000 1 40% 2 20% 3 12 3 20 3 12 Sedang

21 325000 2 50% 2 0% 3 12 3 17 2 12 Sedang

22 350000 2 100% 2 0% 3 12 3 20 3 13 Tinggi

23 400000 2 40% 2 0% 3 9 2 19 2 11 Sedang

24 400000 2 60% 2 40% 3 12 3 24 3 13 Tinggi

25 625000 2 50% 2 25% 3 12 3 24 3 13 Tinggi

26 342857 2 42% 2 14% 3 12 3 16 2 12 Sedang

27 190000 1 40% 2 40% 2 11 3 21 3 11 Sedang

28 616667 2 66% 3 0% 3 12 3 23 3 14 Tinggi

29 450000 2 75% 2 0% 3 12 3 24 3 13 Tinggi

30 300000 2 33% 2 0% 3 12 3 24 3 13 Tinggi

Page 171: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 18 Hasil analisis perbedaan pendapatan responden yang beraktivitas dan tidak

beraktivitas di pariwisata dengan analisis uji Mann-Whitney

Ranks

Wisata N Mean Rank Sum of Ranks

Pendapatan (Rp) 0 = Tidak beraktivitas di pariwisata 30 28,67 860,00

1 = Beraktivitas di pariwisata 30 32,33 970,00

Total 60

Test Statisticsa

Pendapatan per Kapita_(Rp)

Mann-Whitney U 395.500

Wilcoxon W 860.000

Z -0,815

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,415

a. Grouping Variable: wisata

Page 172: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 19 Hasil analisis regresi linier berganda pada responden yang beraktivitas dan tidak berkativitas di pariwisata Tanjung Lesung

Kecamatan Panimbang

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .614a .377 .279 457328.862 .377 3.855 8 51 .001 1.912

a. Predictors: (Constant), D_Partispsi, D_PS, D_Jauh, Tangg_kel, Pnddikn_KK, D_PU_Dagang, D_Lok_sdng, D_PU_Jasa

b. Dependent Variable: Income_Kel

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.451E12 8 8.063E11 3.855 .001a

Residual 1.067E13 51 2.091E11

Total 1.712E13 59

a. Predictors: (Constant), D_Partispsi, D_PS, D_Jauh, Tangg_kel, Pnddikn_KK,

D_PU_Dagang, D_Lok_sdng, D_PU_Jasa

b. Dependent Variable: Income_Per Kapita Keluarga

Page 173: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 20 Hasil analisis regresi linier berganda pada responden yang beraktivitas dan tidak berkativitas di pariwisata Tanjung Lesung

Kecamatan Panimbang (lanjutan)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Zero-

order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 854883.100 482127.875 1.773 .082

Pnddikn_KK 113148.455 98270.117 .149 1.151 .255 .285 .159 .127 .730 1.369

Tangg_kel -166408.825 43611.578 -.454 -3.816 .000 -.459 -.471 -.422 .861 1.161

D_Usaha_Jasa -167053.234 209191.175 -.147 -.799 .428 .031 -.111 -.088 .358 2.790

D_Usaha_Dagang -212634.728 243428.243 -.154 -.874 .386 -.226 -.121 -.097 .393 2.545

D_Pekerjaan

Sampingan

325672.684 150433.122 .251 2.165 .035 .215 .290 .239 .908 1.102

D_Loksi_sedang 237219.095 189984.331 .196 1.249 .218 -.033 .172 .138 .494 2.025

D_Lokasi_Jauh 291382.160 179225.223 .273 1.626 .110 .167 .222 .180 .434 2.304

D_Partispsi di

Pariwisata

-78997.055 149961.652 -.074 -.527 .601 -.037 -.074 -.058 .621 1.611

a. Dependent Variable: Income_Per Kapita Keluarga

Page 174: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

Lampiran 21 Peubah-peubah yang diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda terhadap

responden yang beraktivitas dan tidak beraktivitas di pariwisata Tanjung Lesung

Kecamatan Panimbang

No Penidikan

KK

D_Lokasi

Jauh

D_Lokasi

Sedang Partisipasi

Tanggungan

Keluarga D_Jasa D_Dagang

D_Pekej_

Smpingan

Pendapat

an

1 3 1 0 0 6 1 0 0 583333

2 3 1 0 0 6 1 0 1 200000

3 3 1 0 0 2 1 0 1 2375000

4 1 1 0 0 8 0 1 1 76875

5 2 1 0 0 5 0 0 1 700000

6 4 1 0 0 4 1 0 0 500000

7 3 1 0 0 2 0 0 1 3000000

8 3 1 0 0 7 0 0 1 500000

9 4 1 0 0 4 1 0 1 1125000

10 3 1 0 0 6 0 0 1 325000

11 3 1 0 0 3 0 0 1 666667

12 3 1 0 0 6 0 0 0 100000

13 4 1 0 0 4 1 0 1 750000

14 3 1 0 0 5 0 0 1 800000

15 4 1 0 0 5 0 0 1 2000000

16 3 0 0 0 4 0 1 1 675000

17 3 0 0 0 3 0 1 1 1000000

18 3 0 0 0 7 0 1 1 857143

19 2 0 0 0 6 0 1 0 150000

20 3 0 0 0 5 0 1 1 120000

21 2 0 0 0 4 0 0 1 325000

22 3 0 0 0 2 0 1 1 350000

23 1 0 1 0 5 0 1 0 400000

24 2 0 1 0 5 1 0 1 400000

25 2 0 1 0 4 0 1 1 625000

26 2 0 1 0 7 1 0 1 342857

27 3 0 1 0 5 1 0 1 190000

28 2 0 1 0 6 1 0 1 616667

29 2 0 1 0 4 1 0 0 450000

30 4 0 1 1 3 0 1 0 300000

31 3 1 0 1 4 1 0 0 500000

32 3 1 0 1 8 1 0 1 687500

33 3 1 0 1 5 1 0 1 300000

34 2 1 0 1 4 1 0 1 325000

35 3 1 0 1 5 1 0 1 660000

36 2 1 0 1 5 1 0 1 800000

37 4 1 0 1 5 1 0 0 1000000

38 3 1 0 1 5 1 0 0 420000

39 3 1 0 1 8 1 0 1 375000

40 3 1 0 1 4 1 0 1 750000

41 3 1 0 1 5 1 0 1 1000000

42 3 1 0 1 4 1 0 1 537500

43 3 1 0 1 4 1 0 1 750000

44 3 1 0 1 4 1 0 1 700000

45 4 1 0 1 3 1 0 0 466667

46 3 0 0 1 2 1 0 1 640000

47 3 0 0 1 5 1 0 1 600000

48 3 0 0 1 3 1 0 1 533333

49 4 0 0 1 5 1 0 1 800000

50 3 0 0 1 5 1 0 1 580000

Page 175: KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA ... - repository.ipb.ac.id · pengembangan pariwisata Tanjung Lesung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata. Hasil.

No Penidikan

KK

D_Lokasi

Jauh

D_Lokasi

Sedang

Partisipasi

di

Pariwisata

Tanggungan

Keluarga D_Jasa D_Dagang

D_Pekej_

Sampingan Pendapat

an

51 1 0 0 1 6 0 1 1 83333

52 3 0 0 1 5 1 0 1 540000

53 3 0 1 1 4 1 0 1 875000

54 2 0 1 1 4 1 0 0 750000

55 3 0 1 1 2 1 0 1 2300000

56 3 0 1 1 5 1 0 0 340000

57 3 0 1 1 6 1 0 1 516667

58 3 0 1 1 3 1 0 1 866667

59 3 0 1 1 5 1 0 1 520000

60 3 0 1 1 3 1 0 1 866667