BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

70
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, setiap individu dapat memiliki perasaan negatif seperti kesedihan, kemarahan, murung, dan merasa tidak memiliki harapan mengenai masa depan. Namun, jika perasaan negatif tersebut terjadi secara terus menerus dan tidak segera diatasi, maka dapat menimbulkan depresi (Hale, 1997). Depresi adalah gangguan suasana perasaan berupa munculnya perasaaan negatif yang berlebihan dan dalam waktu yang lama. Beck (1985) mengatakan bahwa penderita gangguan depresi masuk dalam keadaan yang abnormal sehingga memiliki suasana hati yang murung, pesimis terhadap masa depan, dan kehilangan perilaku spontanitas. Individu yang depresi memiliki emosi negatif yang berlebihan dan dapat memicu dirinya untuk memiliki keinginan merusak diri sendiri (Sue,Sue, Sue, & Sue, 2013). Banyak dijumpai bahwa individu yang mengalami depresi tidak memiliki pandangan diri yang positif dan merasa tidak ada harapan pada hidup mereka sehingga memicu munculnya pikiran untuk bunuh diri sebagai bentuk usaha untuk mengakhiri hidup. Individu yang menderita depresi disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya faktor keturunan, lingkungan sekitar, permasalahan yang dihadapi, tekanan hidup, ekonomi, dan sosial budaya. Hal tersebut juga dikatakan oleh Parker (2002) yang mengatakan bahwa depresi dipengaruhi oleh faktor biologic, faktor psychological, dan faktor social. Menurut Oltmans dan Emery (2013), depresi disebabkan karena adanya faktor genetik, kehilangan teman atau keluarga, dan berbagai kejadian hidup yang memicu stress. Sue et al (2013) mengemukakan bahwa penyebab individu dapat mengalami depresi adalah antara lain

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya, setiap individu dapat memiliki perasaan negatif seperti kesedihan,

kemarahan, murung, dan merasa tidak memiliki harapan mengenai masa depan. Namun,

jika perasaan negatif tersebut terjadi secara terus menerus dan tidak segera diatasi, maka

dapat menimbulkan depresi (Hale, 1997). Depresi adalah gangguan suasana perasaan

berupa munculnya perasaaan negatif yang berlebihan dan dalam waktu yang lama. Beck

(1985) mengatakan bahwa penderita gangguan depresi masuk dalam keadaan yang

abnormal sehingga memiliki suasana hati yang murung, pesimis terhadap masa depan, dan

kehilangan perilaku spontanitas. Individu yang depresi memiliki emosi negatif yang

berlebihan dan dapat memicu dirinya untuk memiliki keinginan merusak diri sendiri

(Sue,Sue, Sue, & Sue, 2013). Banyak dijumpai bahwa individu yang mengalami depresi

tidak memiliki pandangan diri yang positif dan merasa tidak ada harapan pada hidup

mereka sehingga memicu munculnya pikiran untuk bunuh diri sebagai bentuk usaha untuk

mengakhiri hidup.

Individu yang menderita depresi disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya faktor

keturunan, lingkungan sekitar, permasalahan yang dihadapi, tekanan hidup, ekonomi, dan

sosial budaya. Hal tersebut juga dikatakan oleh Parker (2002) yang mengatakan bahwa

depresi dipengaruhi oleh faktor biologic, faktor psychological, dan faktor social. Menurut

Oltmans dan Emery (2013), depresi disebabkan karena adanya faktor genetik, kehilangan

teman atau keluarga, dan berbagai kejadian hidup yang memicu stress. Sue et al (2013)

mengemukakan bahwa penyebab individu dapat mengalami depresi adalah antara lain

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

2

pengangguaran, perceraian, kematian teman atau keluarga, dan beberapa hal yang memicu

stress (Sue et al., 2013).

Depresi dapat dialami oleh setiap individu wanita maupun pria. Simtom depresi yang

dialami oleh pria berbeda dengan yang dialami oleh wanita. Menurut National Institute

Mental Health (2011) mengungkapkan bahwa pria yang mengalami depresi cenderung

merasa mudah lelah, kehilangan minat untuk melakukan hal-hal yang mereka senangi,

adanya gangguan tidur, dan cepat marah. Berbeda dengan pria, perempuan yang depresi

lebih ditandai dengan munculnya perasaan-perasaan negatif, seperti munculnya perasaan

sedih, merasa bersalah, dan merasa dirinya tidak bernilai atau berharga.

Kondisi depresi yang dialami individu dapat semakin meningkat dengan kondisi

zaman yang semakin berkembang karena hal ini dipengaruhi semakin banyaknya tuntutan

dalam setiap aspek kehidupan, misalnya tuntutan baik dalam segi pendidikan maupun

sosial ekonomi. Menurut Andrade (2010, dalam Sue et al., 2013) depresi adalah satu dari

banyaknya prevalent psychiatric disorder dan penyebab utama disabilitas di dunia.

Berdasarkan data dari Moussavi (2007, dalam Oltmans & Emery, 2013) juga menunjukkan

bahwa penyebab utama disabilitas diseluruh dunia adalah depresi. Dalam data tersebut

menyatakan bahwa depresi menjelaskan hampir dari sepuluh persen dari seluruh

disabilitas. World Health Organization menyatakan bahwa gangguan depresi berada pada

urutan keempat penyakit di dunia (Depkes RI, 2007). Diperkirakan pada tahun 2020

depresi dapat dialami oleh generasi yang lebih muda sehingga jumlahnya dapat semakin

meningkat dan akan menempati urutan kedua penyakit di dunia (Depkes RI, 2007;

Oltmans & Emery, 2013). Berdasarkan data-data di atas dapat disimpulkan bahwa

gangguan depresi merupakan gangguan yang banyak diderita oleh banyak individu di

dunia. Salah satu individu yang rentan mengalami depresi adalah narapidana.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

3

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tentang

pemsyarakatan Pasal 1 ayat 7 mengemukakan bahwa narapidana adalah terpidana yang

menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Individu yang sudah

melakukan tindak kriminal dan sudah terbukti bersalah akan dijatuhi hukuman berdasarkan

putusan pengadilan (Gunakarya, 1988 dalam Muntaha, 2003). Narapidana tersebut

kemudian akan masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Menurut Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1995, Lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan

narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Lapas adalah suatu tempat untuk

melaksanakan pembinaan terhadap orang-orang yang dijatuhi hukuman penjara

(narapidana) berdasarkan keputusan pengadilan (Noorsifa, 2013). Sistem pemasyarakatan

adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan

Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina,

yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan

agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga

dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam

pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung

jawab (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 2). Untuk

memenuhi tungas dan tanggungjawab, lapas dibuat dengan bangunan yang tertutup dengan

tembok yang tinggi dan kawat berduri dan dengan pengawasan yang ketat beserta

peraturan-peraturan yang harus ditaati.

Seiring dengan jumlah kriminalitas yang semakin meningkat, maka jumlah

narapidana di Indonesia juga semakin meningkat. Berdasarkan data dari

smslap.ditjenpas.go.id, jumlah narapidana di Indonesia sudah melebihi kapasitas yang

seharusnya (smslap.ditjenpas.go.id, 2014). Data pada tanggal 1 Oktober 2014, jumlah

narapidana di Indonesia mencapai 100.994 orang. Padahal, jumlah kapasitas tahanan dan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

4

narapidana di Lapas di seluruh Indonesia hanya 100.794 orang sedangkan jumlah

narapidana di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 902 orang dan khususnya di Lapas

Wirogunan Yogyakarta berjumlah kurang lebih 400 narapidana (320 narapidana pria dan

80 narapidana wanita (wawancara dengan staff Lapas Wirogunan Yogyakarta).

Terdapat berbagai macam sumber stressor pada narapidana antara lain, ketakutan

terhadap hukuman yang akan dijalani (Douglas, Plugge, dan Fitzpatrick, 2009), perasaan

tidak ada harapan, dan berbagai kesulitan selama di dalam penjara atau Lapas (Liebling,

1992 dalam Liebling, 1999). Narapidana yang ditahan di dalam Lapas memiliki

keterbatasan ruang gerak karena ketatnya penjagaan dan peraturan yang wajib untuk

dipatuhi. Di dalam Lapas, para narapidana harus tinggal bersama orang lain yang tidak

mereka kenal sebelumnya di dalam satu ruang (sel) dan hanya boleh keluar ke ruangan lain

dalam waktu tertentu dengan pengawasan ketat. Lapas di kelilingi oleh tembok yang

sangat tinggi dan kawat berduri di atas tembok. Selain itu, Lapas merupakan tempat yang

membuat narapidana akan kehilangan otonomi, menjalankan kehidupan yang terbatas, dan

berkumpul dengan orang baru yang tidak diinginkan sehingga secara kumulatif hal-hal

tersebut merupakan stressor yang menekan (Charlotte & Jane, 2012 dalam Noorsifa, 2013).

Keterbatasan untuk mengekspresikan diri dan ruang gerak membuat narapidana

dapat mengalami depresi. Setiap narapidana yang masuk ke dalam Lapas bukanlah hal

yang mudah untuk dihadapi. Ketika masuk ke dalam Lapas, narpidana harus melakukan

penyesuaian pada kondisi fisik, psikologis, dan sosial karena lingkungan di dalam Lapas

sangat berbeda dengan lingkungan yang ada di luar Lapas. Narapidana yang berada di

Lapas harus membiasakan diri untuk berada dalam ruangan sel, bangunan penjara yang

„mencekam‟, teman satu sel, sipir, tim medis, dan rohaniawan. Selain itu, narapidana tidak

diperbolehkan keluar dari Lapas dan adanya pembatasan untuk berkomunikasi dengan

orang lain yang berada di luar Lapas. Bahkan, ada beberapa Lapas yang memiliki

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

5

peraturan untuk tidak memperbolehkan narapidana berbicara dengan narapidana lain yang

lawan jenis.

Semua tekanan menjadi stressor sehingga narapidana di dalam Lapas dapat

mengalami beberapa penyakit fisik dan juga gangguan kesehatan mental (Smith, 1984).

Gangguan kesehatan mental tersebut meliputi kecemasan, depresi, dan gangguan

kepribadian. Gangguan tersebut ditandai dengan kondisi narapidana yang sering diam dan

melamun, mudah tersinggung, bersikap agresif dengan orang lain, dan bahkan adanya

keinginan untuk mengakhiri hidup. Menurut Prison Reform Trust (2005 dalam Wilkins,

2009) terdapat 90% narapidana yang menderita gangguan kesehatan mental. Gangguan

kesehatan mental mengakibatkan percobaan bunuh diri pada narapidana khususnya

narapidana pria. Narapidana pria memiliki percobaan bunuh diri lima kali lebih besar

daripada pria yang ada di luar lapas (Wilkins, 2009).

Berdasarkan Bureau of Justice Statistic yang ditulis oleh James dan Glaze (2006)

menyatakan bahwa banyak narapidana yang menderita gangguan mental berupa gangguan

psikotik, mania, dan depresi. Penelitian di Florida menyatakan bahwa depresi merupakan

salah satu masalah utama dalam penjara (Gussak, 2009 dalam Mukhlis, 2009). Hasil

penelitian tersebut mengungkapkan bahwa sebanyak 25% narapidana terindikasi menderita

depresi berat dan 30% menderita depresi ringan sampai sedang. Beberapa penelitian juga

mengungkapkan bahwa banyak narapidana yang menderita depresi. Hal ini diperkuat

dengan keterangan dari subjek berinisial N yang diwawancarai oleh peneliti ketika

observasi di Lapas Wirogunan Yogyakarta. Ia mengaku bahwa akhir-akhir ini mengalami

gangguan tidur dan sering sakit. Berikut cuplikan wawancara dengan subjek N :

“...mbak, saya akhir-akhir ini susah banget tidur. Kalau habis maghrib tidur bentar

trus nanti bangun. Trus saya gak bisa tidur sampai jam 3 pagi baru bisa tidur, trus saya

bangun lagi jam 5. Saya udah sering kayak gitu semenjak dipindah dari Grhasia ke Lapas.

Saya juga sering sakit mbak di sini. Kalau gak minum obat ya susah tidur. Sampai-sampai

teman saya prihatin lihat saya kok baru bisa tidur kalau udah minum obat...” (N, 18

Oktober 2014)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

6

Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

dapat muncul pada narapidana karena berbagai perubahan dalam hidup yang terjadi secara

tiba-tiba, menanggung rasa malu, kehilangan kepercayaan, harga diri menjadi rendah,

kehilangan pekerjaan, bertemu dengan orang-orang yang tidak diinginkan, dan berpisah

dengan keluarga. Menurut Ng, Shen, Sim, Sarri, Stoffregen, dan Shook (2011) dalam

jurnal “Criminal Behavior Mental Health” menunjukkan jika depresi dipicu karena

memenjarakan anak yang masih muda ke dalam penjara dewasa. Salah satu faktor yang

mempengaruhi depresi pada narapidana adalah kurangnya dukungan sosial. Hal tersebut

didukung oleh pernyataan dari Lindquist (2000) yang membuktikan bahwa kesehatan

mental narapidana dipengaruhi oleh dukungan sosial baik dari luar penjara maupun dari

dalam penjara. Muntaha (2003) juga mengatakan bahwa harga diri dan dukungan sosial

dapat memengaruhi tingkat depresi narapidana. Semakin tinggi harga diri dan dukungan

sosial, maka semakin rendah depresi narapidana. Namun, semakin rendah harga diri dan

dukungan sosial, maka semakin tinggi tingkat depresinya. Jenis dukungan yang paling

besar berpengaruh adalah dukungan penghargaan (2,5%) dan dukungan emosional (2,4%)

Berdasarkan hal tersebut, maka salah satu penyebab narapidana menderita gangguan

depresi adalah dukungan sosial yang rendah.

Dukungan sosial didefinisikan sebagai suatu sumber daya yang disediakan oleh

orang lain (Cohen & Syme, 1985). Dukungan sosial merupakan bentuk hubungan yang

memberikan bantuan kepada individu berupa perhatian emosi (perasaan suka, cinta, dan

empati), bantuan intrumental (berupa barang dan jasa), informasi, dan penghargaan (House

& Kahn, 1985). Setiap individu memerlukan dukungan sosial dalam setiap kehidupan

mereka. Namun, kebutuhan individu terhadap dukungan sosial juga berbeda-beda

tergantung pada persepsi (Cohen & Syme, 1985). Dukungan sosial dapat berdampak pada

kehidupan individu bila diberikan pada waktu yang tepat. Dukungan sosial melibatkan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

7

proses sosial yang dapat memengaruhi kondisi mental (Cornwell, 2003). Dukungan sosial

yang berada dalam level tinggi serta tepat sasaran dapat berdampak positif terhadap

kondisi mental individu. Dukungan sosial tersebut dapat diperoleh dari keluarga, pasangan,

teman, dan orang lain disekitar (Dean, Kolody, & Wood, 1990; Jackson, 1992).

Berbagai tantangan dan proses adaptasi terhadap lingkungan Lapas yang berbeda

dari lingkungan di luar Lapas membuat setiap narapidana juga membutuhkan dukungan

sosial. Dukungan sosial tersebut berasal dari keluarga, teman di luar Lapas, teman di dalam

Lapas, sipir, dan juga masyarakat luas. Bentuk dukungan sosial tersebut bisa dengan

memberi bantuan barang berupa makanan dan minuman ketika berkunjung ke Lapas,

pemberian motivasi agar mampu bertahan menjalani masa hukuman, dan empati.

Salah satu bentuk dukungan sosial yang dapat memengaruhi depresi pada narapidana

adalah dukungan sosial dari lingkungan keluarga. Keluarga memiliki peran penting dalam

proses hidup seseorang karena pertama kali tempat individu bertumbuh dan berkembang

adalah di lingkungan keluarga. Narapidana yang masuk ke dalam Lapas, memiliki hak

untuk menerima kunjungan keluarga (Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 14

ayat 1). Namun, narapidana memiliki waktu yang sangat terbatas untuk dapat bertemu

dengan keluarga mereka. Padahal, dukungan keluarga merupakan salah satu hal yang

dibutuhkan oleh narapidana. Narapidana hanya boleh dikunjungi oleh keluarga dalam

jadwal kunjung yang sudah ditetapkan dan dengan waktu kunjung yang terbatas. Namun,

ada juga keluarga yang tidak peduli terhadap kondisi anggota keluarganya yang masuk ke

dalam Lapas. Alasan keluarga tidak mau mengunjungi anggota keluarganya yang berada di

Lapas misalnya karena malu memiliki anggota keluarga yang menjadi narapidana, rumah

yang berada jauh dengan lokasi Lapas, dan kesibukan lainnya yang menjadi prioritas

utama. Kurangnya dukungan dari keluarga dan dicampur berbagai masalah yang sedang

menjadi beban diri, membuat para narapidana menjadi semakin tertekan. Tekanan tersebut

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

8

menjadi stressor yang dapat memicu munculnya depresi. Pada awalnya, depresi yang dapat

dialami oleh narapidana biasanya dirasakan dengan munculnya keluhan pada kesehatan

dan merasa memiliki beban pikiran yang berat. Hal ini semakin diperkuat oleh pengakuan

dua subjek yang diwawancarai oleh peneliti yang mengatakan bahwa pertemuan mereka

dengan anggota keluarga sangat terbatas. Selain itu, ada juga subjek yang mengaku bahwa

ia jarang dikunjungi oleh keluarga. Berikut petikan wawancara dengan subjek berinisial ID

dan N ketika peneliti melakukan observasi untuk menemukan permasalahan :

“...iya mbak saya mumet rasane. Saya kangen sama anak dan suami. Barusan

ketemu suami saya tapi cuman bentar. Kasihan dia udah nunggu antrian buat

ketemu saja lebih dari satu jam trus cuman bisa ngobrol bentar. Trus tadi cepet-

cepet soalnya mau kerja..” (ID, 14 Oktober 2014)

“...wah kalau saya jarang dikunjungi mbak. Pernah dua tahun sekali dikunjungi

soalnya asli saya dari Jakarta tapi saya ditangkap waktu saya di bandara Jogja.

Nah, keluarga saya kan di Jakarta jadi ya jarang ngunjungin saya. Saya suka iri gitu

kalau lihat teman-teman saya dikunjungi...” (N, 18 Oktober 2014)

Berdasarkan permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa berbagai tekanan yang

harus ditanggung oleh narapidana terutama narapidana di Lapas IIA Wirogunan

Yogyakarta. Narapidana dapat mengalami depresi dan salah satu pemicu munculnya

depresi tersebut adalah akibat kurangnya dukungan sosial terutama dukungan sosial dari

keluarga. Maka dari itu, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara

dukungan sosial keluarga dengan depresi pada narapidana tanpa mengesampingkan faktor-

faktor lain yang memengaruhi depresi.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris hubungan antara

dukungan sosial keluarga dengan depresi pada narapidana.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

9

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan memperkaya

pengetahuan dan informasi berkenaan dengan ilmu psikologi terutama yang hubungan

antara depresi dan dukungan sosial keluarga pada narapidana.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat

atau kategori depresi dan dukungan sosial keluarga pada narapidana serta hubungan

antara dukungan sosial keluarga dengan depresi pada narapidana kepada pihak terkait

seperti Lembaga Pemasyarakatan dan keluarga narapidana. Selain itu, informasi

tersebut juga dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Depresi

1. Pengertian Depresi

Beberapa pengertian depresi antara lain :

a. Beck (1985) mengatakan bahwa depresi didefinisikan sebagai suatu perubahan yang

spesifik terhadap suasana perasaan, vegetatif, dan level kegiatan sehari-hari, konsep

diri yang negatif, dan adanya keinginan untuk menghukum diri sendiri. Individu

yang menderita gangguan depresi melihat bahwa diri mereka memiliki suasana

perasaan yang berada di bawah garis normal yang ditandai dengan suatu kesedihan,

kesendirian, tidak memiliki harapan, dan tidak sedang berbahagia. Maka dari itu,

depresi sering digunakan untuk menunjukkan bentuk kompleks dari penyimpangan

dalam perasaan, kognisi, dan perilaku.

b. Menurut Davison dan Neale (2001) depresi merupakan keadaan emosional yang

ditandai oleh kesedihan yang luar biasa, perasaan bersalah dan tidak berharga,

menarik diri dari orang lain, kesulitan untuk tidur, penurunan berat badan dan nafsu

seksual, serta adanya tekanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

c. Depresi mengacu pada gangguan suasana perasaaan, yaitu kombinasi simtom

emosional, kognitif, dan perilaku. Ketika individu mengalami depresi, individu

tersebut dapat merasakan kekecewaan, keputusasaan, dan kesedihan yang mendalam

(Oltmans & Emery, 2013).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

depresi merupakan gangguan suasana perasaan yang ditandai dengan adanya perubahan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

11

pada suasana perasaan, penurunan level aktivitas, kemampuan kognitif yang menurun

sehingga memunculkan pikiran untuk merusak diri. Individu yang mengalami depresi

menunjukkan penyimpangan yang kompleks dalam afeksi, kognisi, dan perilaku.

2. Simtom Depresi

National Institute of Mental Health (NIMH) mengemukakan bahwa gejala depresi

meliputi adanya kecemasan, kekosongan diri, perasaan sedih yang terus menerus,

pesimis, perasaan bersalah, mudah marah, mudah lelah, kekurangan energi, gangguan

tidur, gangguan makan, dan pemikiran untuk bunuh diri (NIMH, 2011). Judith Norman

(2004) mengategorikan depresi menjadi tiga gejala utama, yaitu :

a. Biological

Individu yang mengalami depresi ditandai dengan penurunan berat badan, gangguan

tidur, gerakan yang melambat dan perubahan aktivitas seksual.

b. Environmental

Individu yang mengalami depresi memiliki perubahan pada interaksi dengan

lingkungan sekitar, yaitu keinginan untuk menarik diri dari lingkungan dan

penurunan minat untuk berhubungan dengan orang lain ataupun melakukan berbagai

aktivitas.

c. Psychological

Individu yang mengalami depresi memiliki perubahan pada kognitif dan afektif

mereka. Secara kognitif individu yang depresi mengalami kesulitan untuk

berkonsentrasi dan munculnya pikiran-pikiran negatif dan pikiran untuk bunuh dri.

Secara afektif, individu yang depresi memiliki perasaan negatif yang meliputi

perasaan sedih yang mendalam, merasa bersalah, merasa tidak berguna, merasa tidak

berharga, dan merasa tidak memiliki harapan.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

12

Gejala depresi dapat dikelompokkan menjadi beberapa simtom, yaitu simtom

emosional, simtom kognitif, simtom perilaku, dan simtom somatik (Nolen &

Hoeksema, 2001; Sue et al., 2013; Oltmans & Emery, 2013). Beck (1985)

menambahkan dua simtom depresi yaitu, adanya delusi dan halusinasi. Berikut adalah

penjelasan mengenai simtom-simtom tersebut:

a. Simtom emosional

Depresi erat kaitannya dengan emosi negatif. Simtom emosional yang dimiliki oleh

penderita gangguan depresi ditandai oleh adanya depressed mood (Sue et al., 2013).

Depressed mood meliputi kesedihan yang mendalam yang terjadi dalam waktu yang

lama, tidak memiliki harapan, putus asa, perasaan tidak berharga, harga diri rendah,

cemas, murung, dan masa bodoh. Simtom yang paling jelas adalah adanya suasana

perasaan dysphoric (tidak menyenangkan).

b. Simtom kognitif

Individu yang memiliki gangguan depresi cenderung memikirkan tentang dirinya

dan sekitarnya secara negatif. Oltmans dan Emery (2013) mengatakan bahwa

individu yang depresi memiliki pemikiran yang lambat, sulit berkonsentrasi, dan

mudah untuk terdistraksi. Memory dan decision making yang dimiliki juga menjadi

semakin buruk. Selain itu, mereka akan berpikir bahwa masa depan mereka suram,

menyalahkan diri sendiri terhadap berbagai hal yang terjadi dalam hidup mereka,

berpikir bahwa dirinya tidak mampu, dan pada akhirnya memiliki pemikiran untuk

bunuh diri yang dipicu karena kurangnya motivasi dan minat (Sue et al., 2013).

Keinginan untuk bunuh diri merupakan ide yang datang sebagai bentuk keinginan

untuk merusak diri pada individu yang depresi.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

13

c. Simtom perilaku

Simtom perilaku yang paling terlihat jelas dimiliki oleh penderita gangguan depresi

adalah adanya psychomotor retardation (Oltmans & Emery, 2013). Depresi erat

kaitannya dengan gerakan yang melambat dalam pergerakan fisik maupun berbicara.

Penderita dapat merespon dengan kalimat-kalimat yang singkat. Psychomotor

retardation ini disebabkan oleh karena penderita merasa mudah lelah, lesu,

kurangnya motivasi, dan anhedonia. Anhedonia adalah berkurangnya minat karena

adanya tekanan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Davison & Neale, 2001).

Psychomotor retardation ini menyebabkan penurunan kinerja produktivitas dan tidak

memperhatikan penampilan diri.

d. Simtom somatik

Depresi yang dialami individu berkaitan dengan fungsi fisiologis. Terdapat berbagai

perubahan yang dapat terjadi seperti perubahan berat badan dan perubahan aktivitas

seksual (Sue et al, 2013). Perubahan berat badan dapat naik maupun turun karena

penderita yang depresi dapat makan lebih banyak dari biasanya atau tidak nafsu

makan sama sekali. Depresi juga dapat memengaruhi penuruan minat terhadap

aktivitas seksual.

Selain itu, depresi ditandai dengan adanya gangguan tidur. Gangguan tidur

berhubungan dengan kognitif (Oltmans & Emery, 2013). Individu yang depresi dapat

memikirkan berbagai hal yang membuat diri mereka khawatir dan tidak santai. Hal

tersebut menyebabkan kesulitan tidur dan dapat bangun lebih awal dari biasanya.

e. Delusi

Delusi berkaitan dengan adanya distorsi kognitif pada individu yang mengalami

depresi. Beck (1967) membagi delusi menjadi lima jenis, yaitu delusions of

wothlessness, crime and punishment, nihilistic delusions, somatic delusions, dan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

14

delusions of poverty. Bentuk delusi yang dirasakan oleh penderita depresi seperti

adanya kepercayaan bahwa diri tidak berguna, merasa tidak mampu melakukan

berbagai hal, percaya bahwa diri sendiri merupakan iblis, adanya kepercayaan bahwa

sudah mati, merasa dunia kosong, kehilangan organ tubuh, merasa tubuh sudah

membusuk, memiliki kepercayaan bahwa memiliki penyakit yang fatal, dan percaya

bahwa sudah kehilangan berbagai barang.

f. Halusinasi

Halusinasi pada penderita depresi dibuktikan dengan kepercayaan mereka bahwa

mereka sudah bertemu dengan Tuhan, berbicara dengan Tuhan dan malaikat, serta

percaya bahwa ada orang yang berbicara melalui perut mereka.

Berdasarkan beberapa pernyataan mengenai gejala depresi, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat empat simtom utama pada depresi yaitu simtom emosional,

simtom kognitif, simtom perilaku, dan simtom somatis. Individu yang depresi memiliki

perasaan-perasaan negatif pada diri mereka, pemikiran diri yang negatif, perubahan

perilaku yang abnormal, serta munculnya keluhan-keluhan pada kesehatan mereka.

Selain itu, individu yang mengalami depresi juga dapat memiliki simtom tambahan

yaitu berupa delusi dan halusinasi pada diri mereka.

3. Tingkat Depresi

Menurut Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorder Fifth Edition

(DSM-V) menunjukkan bahwa terdapat tiga tingkat atau level depresi yang terdiri dari

depresi ringan (mild), depresi sedang (moderate), dan depresi berat (severe). Pada level

depresi ringan, individu mengalami gejala distress namun masih dapat dikontrol dan

adanya penurunan aktivitas dan fungsi sosial. Individu yang mengalami depresi pada

level moderate, memiliki penurunan fungsi sosial dan aktivitas yang lebih intens

daripada individu pada depresi ringan. Individu yang memiliki depresi berat lebih

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

15

banyak mengalami distress dan semakin sulit untuk dikontrol. Selain itu, pada depresi

berat, individu memiliki gejala yang menyolok pada gangguan untuk melakukan

kegiatan sehari-hari dan interaksi sosial.

Beck (1985) menunjukkan bahwa terdapat tiga level depresi, yaitu depresi ringan

(mild), depresi sedang (moderate), dan depresi berat (severe). Yang membedakan setiap

level depresi tersebut adalah simtom-simtomnya. Berikut simtom depresi berdasarkan

tingkat depresi (Beck, 1985) :

a. Depresi ringan (mild) memiliki simtom-simtom antara lain, perasaan sedih atau

tidak menyenangkan yang berubah-ubah dan masih dapat merespon hal-hal yang

bersifat humor; merasa kecewa dengan diri sendiri; merasa tidak sukacita terhadap

hidupnya namun masih bisa merasa bahagia kembali melalui rekreasi, relaksasi,

atau beristirahat; merasa tidak mendapatkan rasa cinta dari lingkungan sekitar dan

adanya ketergantungan; meningkatnya kecenderungan untuk menangis;

menunjukkan reaksi berlebihan pada kesalahan diri dan mudah untuk

memandangnya sebagai refleksi kekurangan atau ketidaksempurnaan serta

membandingkan diri dengan orang lain; mudah menyalahkan dan mengkritisi diri

sendiri karena standar yang perfect dalam diri; berpikir bahwa penampilan kurang

menarik dan bertambah gemuk; merasa makan tanpa nafsu dan kenikmatan; bangun

beberapa menit atau setengah jam atau satu jam lebih awal dari biasanya;

berkurangnya nafsu seksual yang spontan bahkan terhadap respon seksual. Namun,

dalam beberapa kasus nafsu seksual bisa meningkat dan mudah lelah dari biasanya.

b. Depresi sedang (moderate) memiliki simtom-simtom antara lain, perasaan yang

tidak menyenangkan cenderung lebih sering terucap; penderita sering merasa lebih

buruk pada pagi hari namun dapat cenderung merasa lebih baik pada siang hari;

perasaan yang kuat untuk tidak menyukai dan muak terhadap diri sendiri; merasa

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

16

bosan sepanjang waktu walaupun sudah melakukan berbagai hal yang disukai; rasa

bosan masih bisa diturunkan dengan liburan; merasa ada “dinding” antara diri

sendiri dengan orang lain sehingga membuat penderita tidak peduli terhadap orang

lain; menangis selama menceritakan masalah; humor atau lelucon hanya membuat

penderita tersenyum namun tidak terhibur karena penderita cenderung membuat

semuanya tampak serius; menilai masa depan tidak menjanjikan; mudah

memikirkan kekurangan dan mengidentifikasikan situasi yang normal sebagai

indikasi kekurangan mereka; suka mengkritik diri sendiri dengan keras dalam

beberapa aspek kepribadian atau perilaku; khawatir dengan penampilan, dan

terkadang mencari jalan melalui operasi plastik untuk dapat mengubah penampilan;

tidak ada lagi nafsu makan dan tanpa sadar adanya penurunan berat badan; bangun

satu jam atau dua jam lebih awal dari biasanya serta merasa tidur kurang

berkualitas; nafsu seksual berkurang banyak dan bisa tergugah bila stimulus dari

luar banyak; dan penderita merasa sudah lelah ketika bangun di pagi hari.

c. Depresi berat (severe) memiliki simtom antara lain, merasa sedih dan sengsara

sepanjang waktu; membenci diri sendiri; semua tampak membosankan dan tidak

memuaskan; penderita merasa kehilangan kelekatan (attachment) sehingga

membuat mereka merasa masa bodoh, mudah menangis dan munculnya “dry

depression”; tidak merespon humor atau lelucon dari orang lain dan terkadang

meresponnya dengan agresif dan merasa terlukai; menilai diri tidak berharga, tidak

layak, dan gagal total; melihat masa depan yang gelap, tidak ada harapan, masalah

tidak akan selesai, dan keadaan tidak semakin membaik; melihat kesalahan dan

mengkritik diri dengan lebih ekstrim sehingga memandang diri sebagai kriminal dan

menginterpretasikan stimulus dari luar sebagai celaan publik; berpikiran bahwa diri

tidak menarik, jelek, dan menjijikan sehingga berpikir orang lain menjauhi diri

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

17

mereka; penderita memaksa diri mereka makan namun setelah beberapa minggu

mereka kehilangan banyaknya berat tubuh; bangun 4 atau 5 jam lebih awal dan tidak

bisa tidur kembali; hilangnya respon terhadap stimulus seksual; dan sangat lelah

untuk melakukan berbagai hal.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga tingkat

depresi yaitu depresi ringan, depresi sedang, dan depresi berat. Pada individu yang

mengalami depresi berat memiliki berbagai macam perasaan negatif yang lebih

kompleks yang disertai dengan kesulitan untuk melakukan berbagai macam kegiatan

serta keluhan-keluhan kesehatan lainnya yang lebih berat.

4. Faktor Penyebab Depresi

Depresi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor keturunan (genetik),

biologis, lingkungan di sekitar, dan faktor psikologi (NIMH, 2011). Oltmans dan Emery

(2013) mengemukakan bahwa terdapat tiga penyebab depresi yaitu, faktor biologis,

psikologis, dan sosial. Selain ketiga faktor tersebut, terdapat faktor lain yang dapat

memengaruhi depresi, yaitu faktor sosiokultural (Sue et al, 2013). Berikut adalah

penjelasan setiap faktor penyebab depresi :

a. Faktor Biologis

Salah satu faktor biologis yang menyebabkan depresi adalah genetik (Lau & Eley,

2010 dalam Oltmans & Emery, 2013). Gen memainkan peran yang penting dalam

gangguan suasana perasaan. Gangguan suasana perasaan bersifat poligenik yang

artinya bahwa dipengaruhi oleh gen yang berbeda dan gen ini masing-masing hanya

mengubah resiko untuk gangguan sedikit saja. Genetik saling berkaitan dengan

kejadian stres yang dialami oleh penderita gangguan depresi. Dalam tubuh manusia

terdapat gen pengangkut serotonin (5-HTT) yang masing-masing terdapat dua allele

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

18

(panjang dan pendek) (Oltmans & Emery, 2013). Individu yang homozigus untuk

allele pendek berisiko tinggi terhadap depresi jika adanya peristiwa yang stressful.

Faktor biologis lain yang menyebabkan depresi adalah adanya disfungsi dalam

neurotransmission dalam otak, perbedaan struktur otak, gangguan tidur (REM), dan

level kortisol yang abnormal (Sue et al., 2013). Bagian otak yang berpengaruh

terhadap depresi adalah amigdala, striatum, hipokampus, dan korteks prefontal

(Pinel, 2009). Individu yang mengalami depresi memiliki metabolisme amigdala

yang tidak normal (Oltmans & Emery, 2013). Amigdala bertanggung jawab

terhadap sirkuit neural yang terlibat dalam emosi (Canli, 2009 dalam Oltmans &

Emery, 2013). Pinel (2009) mengatakan bahwa depresi berhubungan dengan

kurangnya aktivitas pada sinapsis-sinapsis serotogenik dan noradrenergik (teori

monoamin untuk depresi). Individu yang mengalami depresi memiliki serotonin dan

reseptor-reseptor noarepinefrin dalam jumlah yang banyak sehingga menyebabkan

pelepasan monoamin yang defisit. Hal tersebt membuat neurotransmitter dalam

jumlah yang tidak cukup dilepaskan di sebuah sinapsis.

b. Faktor psikologis

Depresi berkaitan dengan kejadian stressful yang terjadi dalam hidup yang

mengakibatkan perubahan terhadap kognitif. Kejadian yang menjadi sumber

stressor tersebut dapat memicu munculnya depresi karena tidak mendapatkan

coping yang tepat. Beberapa kejadian stressful menurut Lejuez, Hopko, Acierno,

Daughters, & Pagoto (2011 dalam Sue et al.,2013) adalah ketidakcukupan social

reinforcement karena pengangguran, cerai, kematian teman, dan keluarga. Kejadian

tersebut dapat memengaruhi kognitif individu karena individu akan memikirkan,

mempersepsi, dan mengingat berbagai peristiwa yang dapat memengaruhi suasana

perasaan. Pada umumnya, individu dapat mengingat berbagai peristiwa yang dapat

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

19

memunculkan emosi-emosi tertentu sehingga berkesan bagi individu tersebut. Teori

kognitif mengenai asal depresi menegaskan bahwa kegiatan kognitif akan berkaitan

dengan pengalaman yang melibatkan kehilangan, kegagalan, dan kekecewaan

(Oltmans & Emery, 2013). Perspektif kognitif mengemukakan bahwa pikiran

negatif yang pervasif dan persisten memainkan peran sentral dalam onset dan

maintenance depresi selanjutnya setelah pikiran ini diaktifkan oleh pengalaman

peristiwa hidup yang negatif (Gotlib & Joormann, 2010l Mathews & McLeod, 2005

dalam Oltmans & Emery, 2013). Gotlib dan Joorman (2010) menegaskan bahwa hal

tersebut menyebabkan penderita depresi yang memikirkan peristiwa yang tidak

menyenangkan dapat mengalami kesulitan untuk keluar dari pikiran tersebut (sulit

untuk dialihkan) (dalam Oltmans & Emery, 2013).

c. Faktor sosiokultur

Sue et al (2013) mengemukakan bahwa faktor sosiokultur yang memicu munculnya

depresi adalah rendahnya status ekonomi, perbedaan kultur, dan gender.

Lingkungan yang memicu individu dapat mengalami depresi adalah hidup di dalam

komunitas yang memiliki level kemiskinan yang tinggi dan gangguan sosial seperti

kenakalan yang tinggi dan penggunaan obat terlarang (Cutrona et al., 2005 dalam

Sue et al., 2013).

d. Faktor sosial

Faktor sosial yang dapat menyebabkan depresi adalah stres, kurangnya sumber

penghasilan, dan kurangnya dukungan sosial (Sue et al., 2013). Kebutuhan akan

semakin meningkat seiring dengan majunya perkembangan jaman sehingga

kurangnya sumber penghasilan dapat menjadi beban setiap individu. Dukungan

sosial berperan penting untuk melindungi individu ketika mengalami kejadian yang

stressful. Ketika individu mendapat dukungan sosial yang tepat, mereka merasa

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

20

mendapatkan bantuan dan dapat melakukan coping. Jika dukungan sosial rendah,

maka dapat memicu individu merasakan kurangnya bantuan untuk dapat

memecahkan masalah sehingga munculnya gejala depresi. Salah satu bentuk

dukungan sosial yang paling berperan adalah dukungan sosial dari keluarga karena

keluarga merupakan sumber utama terhadap perlindungan, perawatan, dan

dukungan (Fuhrmann, 1990). Dukungan sosial keluarga dapat membantu individu

untuk menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap stres yang dialami (Holahan &

Moos, 1991 dalam Sue et al., 2013).

Keempat faktor penyebab depresi tersebut saling berinteraksi. Faktor biologis,

psikologis, sosiokultural, dan sosial tidak dapat terpisahkan dan saling terkait. Interaksi

tersebut digambarkan melalui skema seperti dibawah ini :

Gambar

Multipath Model For Depression (Sumber: Sue, D., Sue, D.W., Sue, D., & Sue, S. 2013. Foundations of

Abnormal Behavior 10th Edition. Belmont: Wadsworth Publishing Company.)

Beberapa penelitian membuktikan bahwa depresi dapat dipengaruhi oleh faktor

biologis, psikologis, sosial, dan sosiokultural saling berinteraksi dalam jalur yang

Biological

Dimension

Sociocultural

Dimension

Social Dimension

Psychological

Dimension

DEPRESSION

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

21

kompleks (NIMH, 2011; Sue et al., 2013). Depresi dapat dialami oleh individu yang

dipengaruhi oleh interaksi dari genetik, kejadian yang stressful, kepribadian, dan

lingkungan yang kurang mendukung. Depresi dapat disebabkan karena adanya interaksi

antara gen dan lingkungan atau faktor lain (Tsuang & Faraone, 1990 dalam NIMH,

2011). Penelitian yang dilakukan oleh Cornwell (2003) yang membuktikan bahwa

lingkungan sosial berpengaruh terhadap depresi yang dialami oleh individu dewasa.

Maka dari itu, individu dewasa memiliki berbagai faktor yang lebih kompleks untuk

memicu depresi.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa depresi dipengaruhi

oleh empat faktor, yaitu faktor biologis dan keturunan, faktor sosiokultural, faktor

psikologis, dan faktor sosial. Keempat faktor tersebut saling memengaruhi satu dengan

lainnya. Individu yang memiliki kerentanan terhadap depresi karena faktor biologis,

keturunan, serta kepribadian, dapat meningkatkan memungkinan untuk dapat

mengalami depresi jika lingkungan disekitarnya semakin tidak mendukung. Individu

yang mendapat dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dan dukungan

material dapat membantu individu mempertahankan kesehatan mentalnya dalam

menghadapi kejadian yang stressful (Lin, Ye, Ensel, 1999). Namun, jika individu tidak

dapat melakukan coping yang tepat terhadap stress dan tanpa dukungan dari lingkungan

seperti keluarga, teman, dan masyarakat sekitar, maka individu dapat mengalami

depresi. Maka dari itu, penelitian ini berfokus pada pengaruh antara dukungan sosial

keluarga dan depresi.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

22

B. Dukungan Sosial Keluarga

1. Pengertian Dukungan Sosial

Beberapa pengertian dukungan sosial :

a. Cohen dan Syme (1985) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan suatu

sumber daya yang disediakan oleh orang lain. Dukungan sosial tersebut dapat

berdampak positif dan negatif sehingga memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan

tergantung pada ketepatan pemberian dukungan sosial. Penerimaan dukungan sosial

memiliki dampak positif yaitu meningkatkan self-esteem dan self-confidence

(Schilling, 1987).

b. Dukungan sosial merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk

membantu (House & Khan, 1985). Dukungan sosial melibatkan emosi, pemberian

bantuan berupa instrumen dan informasi, serta pemberian penilaian pada individu

yang sedang mengalami masalah.

c. Menurut Pearlin (1985) mengungkapkan bahwa dukungan sosial merupakan suatu

bentuk dukungan terhadap individu yang sedang menghadapi masalah yang meliputi

bentuk pemberian dan penerimaan dari orang lain. Dukungan sosial adalah bentuk

dari hubungan interpersonal yang memerlukan suatu interaksi antara pemberi

dengan penerima (Rudkin, 2003).

d. Smeth (1994) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu hubungan

interpersonal yang memiliki fungsi positif yaitu melindungi penerima dukungan

sosial terhadap konsekuensi dari stress.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

dukungan sosial merupakan suatu sumber daya dengan memberikan bantuan dalam

bentuk apresiasi, emosi, informasi, material dan kenyamanan yang disediakan oleh

orang lain sehingga dapat memberi dampak positif dan melindungi individu terhadap

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

23

konsekuensi negatif dari stress. Dukungan sosial memerlukan interaksi antara pemberi

dengan penerima. Individu yang merasa mendapatkan dukungan sosial yang tepat

merasa dihargai dan diterima.

2. Jenis Dukungan Sosial

Menurut House dan Khan (1985) terdapat empat jenis dukungan sosial, yaitu :

a. Dukungan emosional (emotional support) meliputi empati, perlindungan, perhatian,

dan kepercayaan yang membuat individu merasa nyaman, dimiliki, dan dicintai.

b. Dukungan penghargaan (appraisal support) meliputi dukungan berupa penghargaan

dan feedback atas usaha yang telah dilakukan.

c. Dukungan informasi (informational support) meliputi pemberian nasehat, arahan,

pertimbangan, dan informasi.

d. Dukungan instrumental (instrumental support) meliputi dukungan yang berbentuk

barang atau jasa untuk mempermudah tujuan yang ingin dicapai. Bentuk dukungan

instrumental misalnya adalah waktu, uang, tenaga, pekerjaan, kesempatan, peluang,

dan modifikasi lingkungan.

Wills (1985) mengemukakan bahwa terdapat lima bentuk dukungan sosial

berdasarkan dengan fungsinya, yaitu :

a. Esteem support

Dukungan sosial diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan self-esteem pada

individu yang berperan sebagai penerima dukungan sosial. Dukungan sosial yang

tepat dapat menimbulkan perasaan diterima dan dihargai oleh orang lain sehingga

membuat penerima merasa percaya. Rasa percaya tersebut membuat individu yang

menerima dukungan sosial mampu bercerita tentang masalah yang dihadapi.

Bentuk dukungan yang dapat dilakukan seperti mendengarkan, refleksi atas

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

24

statement yang diceritakan, pemberian simpati, dan saling bercerita mengenai

pengalaman masing-masing.

b. Informational support

Individu yang sedang menghadapi masalah memerlukan berbagai informasi untuk

dapat memecahkan masalahnya. Dukungan informasi memerlukan proses antara

pemberi informasi dengan penerima informasi. Dalam proses pemberian dukungan

informasi, diperlukan tiga hal, yaitu provide, advice, dan guidance. Pemberi

dukungan sosial berperan sebagai penyedia informasi yang kemudian dapat

memberi nasehat serta membimbing.

c. Instrumental support

Pemberian dukungan instrumen dapat berupa pemberian bantuan barang, jasa,

uang, dan transportasi. Dukungan instrumen diberikan sesuai dengan bantuan yang

diperlukan oleh penerima dukungan.

d. Social companionship

Hubungan sosial dapat memberikan fungsi yang penting bagi penerima dukungan

sosial. Dengan adanya hubungan sosial yang baik dengan orang lain, maka individu

akan merasa diterima dan tidak memunculkan perasaan terkucilkan atau merasa

sendiri. Bentuk social companionship dapat berupa makan bersama, pergi ke suatu

tempat hiburan bersama, dan beberapa aktivitas lain yang dilakukan bersama orang

lain atau orang terdekat.

e. Motivational support

Setiap individu yang menghadapi masalah memerlukan dukungan yang dapat

memberi motivasi untuk dapat memecahkan masalah. Dukungan berupa pemberian

motivasi dapat membuat individu menjadi bersemangat untuk menghadapi

permasalahan.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

25

Menurut Rudkin (2003) dukungan sosial dapat membantu individu untuk

melakukan coping terhadap stress melalui respon secara emosional, sehingga terdapat

dua jenis dukungan sosial yaitu emotional support dan tangiable support. Dukungan

emosional mengacu pada pemenuhan kebutuhan emosional setiap individu. Individu

yang memiliki hubungan sosial yang baik dengan orang lain dapat menerima dukungan

emosional sehingga individu tidak merasa sendiri. Gottlieb dan Todd (1985 dalam

Rudkin, 2003) mengemukakan bahwa ketika individu menerima dukungan emosional,

maka dapat memunculkan perasaan dipercayai dan dihargai oleh orang lain. Dampak

positif yang dapat dirasakan adalah meningkatnya kepercayaan diri, harga diri, serta

kemampuan untuk dapat menceritakan masalah yang sedang dihadapi. Selain dukungan

emosional, individu juga membutuhkan tangiable support (dukungan material dan

dukungan informasi). Dukungan material dapat berupa bantuan barang, jasa,

transportasi, dan tempat tinggal. Untuk melakukan coping terhadap stress, individu juga

membutuhkan berbagai macam informasi agar dapat memecahkan masalah secara tepat.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

jenis-jenis dukungan sosial meliputi, dukungan emosional, dukungan penghargaan,

dukungan informasi, dukungan instrumental, dan dukungan motivasi.

3. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Faktor yang dapat mempengaruhi dukungan sosial menurut Cohen dan Syme

(1985) antara lain :

a. Penyedia atau pemberi dukungan sosial

Dukungan sosial dapat diberikan oleh satu orang pemberi atau lebih. Setiap individu

dapat menerima dukungan sosial dari keluarga, teman, atau pasangan. Ketepatan

individu atau kelompok pemberi dukungan sosial tergantung pada permasalahan.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

26

Misalnya, seorang pegawai dapat lebih termotivasi untuk bekerja jika dukungan

diberikan oleh atasan atau teman kantor daripada teman di luar kantor.

b. Jenis dukungan sosial yang diberikan

Terdapat beberapa jenis dukungan sosial, seperti dukungan emosional, dukungan

informasi, dukungan penghargaan, dan dukungan material. Jenis dukungan sosial

tersebut dapat diberikan berdasarkan kebutuhan yang diperlukan oleh penerima

dukungan sosial. Ketepatan pemberian jenis dukungan sosial tergantung pada situasi

dan person.

c. Penerima dukungan sosial

Dukungan sosial dipengaruhi oleh karakteristik penerima dukungan, seperti

kepribadian, sosial, dan budaya.

d. Permasalahan

Permasalahan setiap individu berbeda-beda sehingga membutuhkan dukungan sosial

yang tidak sama. Ketepatan pemberian dukungan sosial tergantung pada tipe

dukungan yang ditawarkan dan tipe masalah yang ditemui.

e. Waktu pemberian dukungan sosial

Ketepatan pemberian dukungan sosial tergantung pada waktu penerima

membutuhkan dukungan tersebut. Dukungan sosial dapat memberi efek yang

optimal namun dapat juga tidak berpengaruh terhadap penerima dukungan. Jika

pemberian dukungan tidak tepat waktu, maka dukungan tersebut tidak banyak

berpengaruh.

f. Jangka waktu pemberikan dukungan sosial

Terdapat dua jenis jangka waktu pemberian sosial, yaitu jangka waktu pendek dan

jangka waktu yang panjang.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

27

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

dipengaruhi oleh pemberi dukungan sosial, jenis dukungan sosial, penerima dukungan

sosial, permasalahan, dan waktu.

4. Dukungan Sosial Keluarga

Dukungan sosial dapat diperoleh melalui keluarga, teman, pasangan, dan

komunitas (Sarafino, 1998). Salah satu dukungan yang paling berpengaruh terhadap

hidup setiap individu adalah dukungan sosial keluarga. Keluarga merupakan suatu unit

terkecil yang tinggal di dalam satu atap, di dalamnya terdapat kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan saling membutuhkan satu sama lain. Pada

umumnya, di dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Fuhrmann (1990)

mengatakan bahwa keluarga merupakan sumber utama perlindungan, perawatan, dan

dukungan sehingga memiliki peran yang penting terhadap perkembangan individu.

Peran psikologis keluarga (Megawangi, 1995 dalam Faturochman, 2001) antara lain,

berperan dalam pengembangan personal, berperan sebagai arena menjalin hubungan

dan arena belajar untuk mengembangkan jaringan sosial, dan berperan untuk

mengorganisir, mengontrol, dan memelihara keberlangsungan hidup keluarga. Selain

itu, di dalam keluarga yang ideal terdapat suatu interaksi yang saling memberi feedback

antarnggota keluarga, adanya suatu perlindungan, terdapat penanaman nilai dan perilaku

(Rudkin, 2003). Rudkin (2003) juga mengatakan bahwa keluarga adalah tempat yang

dapat menjadi tujuan ketika individu merasa lelah, sedih, dan terluka. Ketika individu

merasa sedih dan mengalami kejadian yang stressful, mereka biasanya akan kembali

kepada keluarga, meminta bantuan pada keluarga, dan berbagi cerita dengan keluarga.

Dukungan sosial keluarga sangat penting dan bermanfaat karena keluarga

merupakan lingkungan pertama kali yang ditemui oleh individu untuk bertumbuh dan

berkembang. Dukungan sosial keluarga adalah suatu bentuk bantuan yang diberikan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

28

oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik dan

psikologis pada individu yang dihadapkan pada situasi stres (Kusuma, 2011). Menurut

beberapa ahli, Brehm dan Kassin (1990) dukungan sosial memiliki pengaruh untuk

melindungi individu dari efek negatif stress, mendukung kesehatan fisik, dan

meningkatkan perasaan positif. Selain itu, Johnson dan Johnson (1991) juga

mengemukakan bahwa salah satu manfaat dukungan sosial adalah meningkatkan

kesejahteraan psikologis. Individu yang menerima dukungan sosial, terutama dukungan

sosial keluarga, merasa diri dihargai, diperhatikan, dicintai, dan merasa bahwa masuk

dalam bagian keluarga (Cobb, 1976 dalam Sarafino,1990). Individu yang memiliki

dukungan sosial yang tinggi dapat menghadapi kejadian yang stressful dengan baik

(Taylor, 1995). Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial keluarga

memiliki peran penting untuk membantu individu dalam coping dengan stress yang

dialami, meningkatkan perasaan positif, dan membantu individu untuk memelihara

kesehatan secara mental maupun fisik.

C. Narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan

1. Pengertian Narapidana

Menurut Poernomo (1986) narapidana merupakan seorang anggota masyarakat

yang dipisahkan dari lingkungan induknya dalam waktu tertentu dengan sistem

pemasyarakatan. Selama berada pada sistem pemasyarakatan, narapidana berada dalam

lingkungan yang berbeda dengan lingkungan yang pernah dikenal sebelumnya. Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tentang pemsyarakatan

Pasal 1 ayat 7 mengemukakan bahwa narapidana adalah terpidana yang menjalani

pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Narapidana yang

ditahan di dalam Lapas memiliki keterbatasan ruang gerak karena ketatnya penjagaan

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

29

dan peraturan yang wajib untuk dipatuhi. Narapidana berbeda dengan tahanan walaupun

tidak sedikit ada tahanan yang juga tinggal di dalam Lapas. Tahanan adalah individu

yang belum diputuskan hukumannya, sehingga masih masih berada dalam proses

pengadilan (Nugrahenny, 1996). Ketika narapidana sudah menyelesaikan masa

hukuman dan melakukan berbagai proses di dalam Lapas, mereka akan kembali kepada

masyarakat yang harus taat pada hukum (Poernomo, 1986).

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa narapidana

merupakan individu yang sudah terbukti melakukan tindak pidana yang kemudian

diproses secara hukum, dijatuhi hukuman, dan pidana oleh pengadilan.

2. Faktor Penyebab Pelanggaran Hukum

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku melanggar

hukum. Menurut Coleman & Cressey (1987) terdapat tiga penyebab utama individu

dapat melanggar hukum yaitu faktor biologis, faktor sosial, dan faktor kepribadian.

Secara biologis, individu dapat melakukan tindakan kriminal karena adanya faktor

keturunan dan jenis kromosom. Selain itu, faktor sosial yang memengaruhi adalah

faktor kelas sosial, struktur sosial, dan masalah budaya. Feldman (1993)

mengungkapkan bahwa terdapat empat penyebab individu dapat melakukan

pelanggaran hukum, yaitu :

a. Biological factors. Secara biologis, penyebab individu melanggar hukum

adalah perbedaan jenis kelamin, kromosom yang tidak normal (abnormal), dan

adanya faktor keturunan.

b. Individual differences. Penyebab individu dapat melakukan pelanggaran

hukum dipengaruhi oleh kepribadian, tingkat inteligensi, serta gangguan

mental yang sedang dialami.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

30

c. Childhood development. Perkembangan masa kanak-kanak individu dapat

memengaruhi munculnya perilaku melanggar hukum. Hal yang dapat

memengaruhi semasa perkembangan kanak-kanak yaitu proses penanaman

moral, pelatihan dimasa perkembangan, proses selama bersekolah, pengaruh

teman sebaya, dan media massa yang mempertontonkan berbagai macam

perilaku kriminalitas.

d. Social economic factors. Faktor sosial dan ekonomi yang dapat memengaruhi

munculnya perilaku pelanggaran hukum adalah pegaruh budaya di tempat

tinggal, komunitas, etnis, dan keadaan ekonomi.

Menurut Nugrahenny (1996) terdapat tiga faktor yang menyebabkan timbulnya

perilaku melanggar hukum antara lain :

a. Faktor biologis

Faktor biologis yang dapat memengaruhi individu untuk melakukan

pelanggaran hukum adalah faktor keturunan atau hereditas. Hereditas

dikendalikan oleh kromosom yang ada dalam tubuh individu.

b. Faktor sosiologis

Faktor sosiologis yang memengaruhi individu melakukan pelanggaran hukum

adalah kondisi ekonomi yang menyebabkan kemiskinan, diskriminasi,

pengesampingan norma lama, dan hidup dalam lingkungan yang menganggap

bahwa pelanggaran hukum adalah hal yang biasa.

c. Faktor psikologis

Faktor psikologis yang memengaruhi individu melakukan pelanggaran

hukum adalah kepribadian. Kepribadian yang tidak adekuat dan adanya

gangguan moral tertentu memunculkan perilaku pelanggaran hukum.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

31

Berdasarkan berbagai pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berbagai

faktor saling terkait sehingga memunculkan perilaku pelanggaran hukum. Faktor-faktor

yang dapat memengaruhi perilaku pelanggaran hukum yaitu faktor biologis, faktor

psikologis, faktor perkembangan semasa masih kanak-kanak, faktor sosial, dan faktor

ekonomi.

3. Lembaga Pemasyarakatan

Menurut Sahardjo (1963) mengemukakan bahwa pidana penjara memiliki tujuan

untuk menimbulkan rasa derita bagi terpidana karena hilangnya kemerdekaan bergerak

dan membimbing narapidana semakin lebih baik (dalam Riyadin, 2012). Tujuan

dimasukannya individu yang melanggar hukum ke dalam penjara adalah untuk

mendapat bimbingan dan didikan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

12 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 2, sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai

arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan

Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan

masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar

menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga

dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam

pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung

jawab.

Terdapat dua kategori penjara di Indonesia, yaitu Lembaga Pemasyarakatan

(Lapas) dan Rumah Tahanan (Rutan). Menurut Peraturan Pemerintahan No 27 Tahun

1983, Rutan merupakan tempat tersangka atau terdakwa yang ditahan selama proses

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Lapas adalah suatu

tempat untuk melaksanakan pembinaan terhadap orang-orang yang dijatuhi hukuman

penjara (narapidana) berdasarkan keputusan pengadilan (Noorsifa, 2013). Lapas

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

32

merupakan tempat yang membuat narapidana akan kehilangan otonomi, menjalankan

kehidupan yang terbatas, dan berkumpul dengan orang baru yang tidak diinginkan

sehingga secara kumulatif (Charlotte & Jane, 2012 dalam Noorsifa, 2013).

Sistem pemasyarakatan memiliki tugas utama untuk membimbing dan membina

narapidana supaya dapat mencapai keberhasilan peranan negara mengeluarkan

narapidana kembali menjadi anggota masyarakat (Poernomo, 1986). Kegiatan

pembinaan yang dilakukan berupa bimbingan mental, sosial, ketrampilan, pemeliharaan

rasa aman dan damai, perawatan kesehatan, seni, dan budaya. Menurut Poernomo

(1986) terdapat dua arah bimbingan pokok yaitu :

a. Membina pribadi narapidana agar menaati hukum dan tidak melakukan

kejahatan.

b. Membina narapidana agar dapat masuk ke dalam lingkungan masyarakat dan

dapat diterima oleh masayarakat kembali.

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Lembaga

Pemasyarakatan (Lapas) merupakan suatu tempat atau lingkungan untuk membina dan

mendidik narapidana supaya menjadi lebih baik, tidak mengulangi kesalahan, dan dapat

diterima kembali oleh masyarakat. Di dalam Lapas, narapidana diberi keterbatasan

ruang gerak serta terdapat pengawasan yang ketat sehingga lingkungan di dalam Lapas

jauh berbeda dengan lingkungan di luar Lapas.

4. Sumber Stressor pada Narapidana

Perubahan status menjadi narapidana bukan hal yang mudah untuk dijalani dan

terima. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan, narapidana memiliki berbagai macam

stressor yang menekan. Stressor yang tidak mendapatkan coping secara tepat dapat

menimbulkan keadaan yang semakin memburuk sehingga membuat narapidana dapat

mengalami berbagai macam penyakit kesehatan mental, misalnya gangguan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

33

kepribadian, efek dari ketergantungan pada obat terlarang/alkoho, kecemasan, depresi

(Skegg&Cox, 1993 dalam Liebling, 1999), dan gangguan tidur (Elger, 2004).

Alison Liebling (1999) menemukan bahwa depresi merupakan salah satu

penyebab narapidana dapat berpikir untuk bunuh diri sampai melakukan tindakan bunuh

diri. Selain itu, gangguan tidur yang dialami oleh narapidana juga berawal dari

penyalahgunaan obat terlarang, depresi, dan kecemasan (Elger, 2004). Berbagai

gangguan kesehatan mental dipicu oleh stress yang dialami oleh narapidana. Douglas,

Plugge, dan Fitzpatrick (2009) menemukan bahwa perubahan kondisi menjadi

narapidana membuat narapidana menjadi kaget dan ketakutan. Hal tersebut disebabkan

karena adanya ketakutan terhadap hukuman penjara yang akan mereka jalani. Hukuman

di penjara membuat narapidana jauh dari keluarga dan kehilangan kontrol terhadap

kehidupan mereka. Penjara atau Lembaga Pemasyarakatan juga dapat menjadi sumber

stressor bagi narapidana karena efek dari kurangnya aktivitas dan isolasi (Nurse,

Woodcock, & Ormsby, 2003). Beberapa sumber stressor pada narapidana menurut

Alison Liebling (1992 dalam Liebling, 1999) antara lain :

a. Latar belakang yang dimiliki sebelum menjadi narapidana, misalnya

pengalaman yang tidak menyenangan sewaktu bersekolah (bullying), masalah

keluarga (kekerasan dalam keluarga dan perilaku menyakitkan dalam

keluarga), dan ketergantungan pada obat terlarang.

b. Pengalaman selama berada di penjara, misalnya tidak aktif di sel, tidak

mampu untuk mengurangi kejenuhan di dalam penjara, teman sesama

narapidana yang sedikit, kesulitan untuk berhubungan dengan narapidana lain,

tidak disiplin, masalah kesehatan, dan merasa tidak ada harapan.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

34

c. Keterbatasan dalam berhubungan dengan keluarga dan orang lain, misalnya

jarang dikunjungi oleh keluarga atau orang lain, jarang menulis surat untuk

keluarga atau orang lain, serta kerinduan pada keluarga.

Terdapat beberapa perbedaan sumber stressor pada narapidana wanita dan pria.

Douglas, Plugge, dan Fitzpatrick (2009) menemukan bahwa narapidana wanita

memiliki ketakutan karena jauh dari keluarga dan teman, kekhawatiran terhadap

pengasuhan anak-anak, ketakutan terhadap bullying dan kekerasan dari narapidana lain,

kehilangan autonomi pada diri sendiri karena harus mengikuti berbagai peraturan

sebagai narapidana, dan kehilangan kontak dengan orang yang berada di luar penjara.

Selain itu, ketidakbersihan fasilitas juga dapat menjadi stressor bagi narapidana wanita.

Woolredge (1999 dalam Picken, 2012) menemukan bahwa terdapat tiga penyebab

utama narapidana dapat mengalami depresi, kecemasan, dan stress, yaitu penurunan

tingkat aktivitas, kunjungan dari keluarga atau orang lain yang sedikit disetiap

bulannya, dan menjadi korban penyerangan di penjara.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat

berbagai macam sumber stressor pada narapinda, yaitu perubahan lingkungan,

ketakutan terhadap status narapidana, ketakutan terhadap berbagai hal negatif yang

dapat terjadi secara tiba-tiba, aktivitas yang menurun, berada jauh dari keluarga, jarang

dikunjungi, dan kekhawatiran terhadap anggota keluarga lain.

D. Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga

dengan Depresi pada Narapidana

Depresi dapat disebabkan karena terjadinya peristiwa yang stresful dan bertubi-tubi

dalam jangka waktu yang lama. Hale (1997) mengemukakan bahwa depresi muncul akibat

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

35

dari stressor yang tidak diatasi dengan tepat dan memunculkan emosi negatif yang terus

menerus. Sumber stressor tersebut meliputi lingkungan, perubahan hidup, keluarga,

penyakit, masyarakat, pekerjaan, keputusan, bentuk fisik, dan hukuman (Charlesworth &

Nathan dalam Schafer, 2000). Selain itu, Wills (1985) menemukan bahwa sumber stressor

meliputi kesulitan berhubungan dengan orang lain, adanya masalah dengan legal system,

pertikaian dengan orang lain, pekerjaan, penyakit serius, dan pendapatan yang rendah.

Stress memiliki beberapa konsekuensi yaitu rendahnya harga diri dan persepsi self-efficacy

yang rendah sehingga diperlukan dukungan sosial untuk mengurangi efek stres tersebut

(Wills, 1985).

Setiap individu dapat mengalami depresi. Salah satu individu yang rentan mengalami

depresi dan stress adalah narapidana (Birmingham, 2004; Gunter, 2004; Drapalski,

Youman, Stuewig, & Tangney, 2009; Lafortune, 2010 dalam Ahmad & Mazlan, 2014).

Penyebab narapidana dapat mengalami depresi adalah karena terdapat stressor yang berat.

Salah satu sumber stressor adalah menjalani suatu proses hukuman atau sedang dihukum

(Charlesworth & Nathan dalam Schafer, 2000). Bagi narapidana, proses dalam menjalani

suatu bentuk hukuman merupakan salah satu sumber stressor yang berat. Penyebab lain

yang menimbulkan depresi pada narapidana adalah merasakan dan menjalani berbagai

kejadian yang tidak diinginkan atau tidak menyenangkan. Hal tersebut dibuktikan oleh

hasil penelitian Dean, Kolody, dan Wood (1990) yang membuktikan bahwa salah satu

penyebab depresi adalah munculnya kejadian yang tidak menyenangkan atau tidak

diinginkan. Narapidana juga harus menjalani berbagai perubahan dan penyesuaian

terhadap lingkungan yang baru. Terdapat dua penyesuaian yang harus dilalui oleh

narapidana yaitu penyesuaian terhadap perubahan peran dan penyesuaian terhadap

perubahan lingkungan (Nugrahenny, 1996). Berbagai perubahan peran tersebut antara lain,

tersangka, tahanan, terdakwa, terpidana, dan narapidana. Perubahan lingkungan yang

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

36

dialami narapidana adalah perubahan dari lingkungan yang bebas tanpa banyaknya batasan

yang kemudian berubah menjadi lingkungan penajara yang memiliki banyak aturan dan

batasan sehingga menjauhkan narapidana dari dunia luar (Nugrahenny, 1996). Semua

bentuk perubahan lingkungan dan peran memicu munculnya stress dan depresi pada

narapidana. Hal tersebut diperkuat oleh hasil beberapa peneliti yang menunjukkan bahwa

perubahan kondisi lingkungan dan lingkungan yang stressful merupakan salah satu stressor

(Sehnert, 1981; Smeth, 1994 ). Nurse, Woodcock, dan Ormsby (2003) dalam penelitiannya

membuktikan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan depresi pada narapidana adalah

isolasi, penurunan aktivitas, obat-obatan, hubungan yang negatif antara narapidana dengan

staff, bullying, dan menurunnya hubungan dengan keluarga.

Suto dan Arnaut (2010) melakukan penelitian pada 24 narapidana di United States

dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut adalah salah satu gangguan

mental yang dialami oleh narapidana adalah depresi. Simtom depresi yang paling banyak

dialami oleh narapidana antara lain, perasaan negatif, berpikiran depresi, merasa tidak

memiliki harapan, merasa sendiri, dan merasa malu atau bersalah pada tindak kriminal

yang telah dilakukan. Narapidana yang depresi cenderung murung dan putus asa terhadap

masa depan mereka. Keadaan terkurung dan jauh dari dunia luar membuat narapidana

merasa jauh dan susah berkomunikasi dengan banyak orang terutama dengan keluarga

(Suto & Arnaut, 2010).

Keller dan Nesse (2006) menemukan bahwa salah satu gejala depresi adalah

munculnya kebutuhan dukungan sosial yang tinggi. Ketika individu sedang mengalami

masalah, individu merasa membutuhkan orang lain untuk saling bercerita sehingga

diperlukan dukungan sosial yang tinggi dari lingkungan sekitar. Individu yang memiliki

faktor biologis dan psikologis yang rentan terhadap depresi dapat semakin dipicu dengan

permasalahan atau kejadian stressful (Oltmans & Emery, 2013). Maka dari itu, ketika

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

37

individu sedang mengalami kejadian yang stressful diperlukan dukungan sosial terutama

dukungan sosial keluarga. Sementara itu, dukungan sosial dapat memberi dampak positif

dan negatif (Cohen & Syme, 1985; Lindquist, 2000). Dukungan sosial yang tepat dapat

memberi dampak positif dan sebaliknya bila pemberian dukungan sosial tidak tepat dapat

memberi dampak negatif. Dukungan sosial penting untuk diberikan pada narapidana

karena menurut Schilling (1987) dukungan sosial yang diberikan secara langsung maupun

tidak langsung dapat melindungi individu dari gangguan kesehatan dan gangguan mental.

Smeth (1994) juga menunjukkan bahwa dukungan sosial yang tepat dapat memengaruhi

kesehatan dan melindungi dari efek negatif stressor yang berat. Narapidana yang menerima

dukungan sosial secara tepat dapat melihat situasi yang penuh stres bukan hal yang berat

karena mereka merasa bahwa ada orang lain yang akan membantu.

Dukungan sosial yang tepat juga diperlukan oleh narapidana karena berbagai

perubahan yang harus dilalui oleh narapidana. Penelitian yang dilakukan Muntaha (2003)

mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang rendah dapat memicu depresi pada

narapidana. Menurut Suto dan Arnaut (2010) mengemukakan bahwa dukungan sosial yang

rendah berpengaruh terhadap peningkatan keinginan untuk bunuh diri pada narapidana.

Dukungan sosial yang rendah membuat narapidana merasa sendiri dan tidak memiliki

harapan karena merasa bahwa tidak ada yang dapat membantu segala permasalahan

mereka. Dukungan sosial tersebut bisa berasal dari keluarga, teman di luar penjara, teman

di dalam penjara, dan petugas di dalam penjara. Salah satu bentuk dukungan sosial yang

diperlukan oleh narapidana yang depresi adalah dukungan sosial keluarga. Hal tersebut

diperkuat dengan hasil penelitian Wetzel dan Redmond (1980) yang membuktikan bahwa

rendahnya dukungan sosial keluarga dapat menyebabkan depresi. Narapidana yang

kehilangan atau kekurangan suatu keintiman dengan keluarga dapat membuat narapidana

depresi berpikir untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri (Suto & Arnaut, 2010).

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

38

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hubungan negatif antara

dukungan sosial keluarga dengan depresi pada narapidana. Semakin tinggi dukungan sosial

keluarga maka semakin rendah depresi pada narapidana. Sebaliknya, semakin rendah

dukungan sosial keluarga maka semakin tinggi depresi pada narapidana.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel tergatung

(dependen) dan variabel bebas (independen). Kedua variabel tersebut yaitu :

Variabel tergantung : Depresi

Variabel bebas : Dukungan sosial keluarga

Definisi kedua variabel di atas adalah sebagai berikut :

1. Depresi adalah gangguan suasana perasaan yang ditandai dengan adanya perubahan

pada suasana perasaan, penurunan level aktivitas, kemampuan kognitif yang menurun

sehingga memunculkan pikiran untuk merusak diri. Depresi diukur dengan

menggunakan skala Beck Depression Inventory II. Beck (1967) mengatakan bahwa

depresi adalah suatu perubahan yang spesifik terhadap suasana perasaan, vegetatif, dan

level kegiatan sehari-hari, konsep diri yang negatif, dan adanya keinginan untuk

menghukum diri sendiri. Skala terdiri dari 21 kategori yang mencakup aspek afeksi,

kognitif, dan perilaku. Semakin besar skor total yang diperoleh maka menunjukkan

bahwa tingkat depresi yang dialami semakin tinggi. Sebaliknya, semakin kecil skor

yang diperoleh, maka menunjukkan semakin rendahnya tingkat depresi.

2. Dukungan sosial keluarga didefinisikan sebagai suatu bentuk bantuan yang diterima

dari lingkungan keluarga kepada individu (narapidana) yang berupa dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

40

Dukungan sosial keluarga diukur dengan menggunakan skala dukungan sosial yang

mengacu pada teori House dan Kahn (1985) yang memiliki aspek berupa dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan informatif, dan dukungan instrumental.

Skor yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya dukungan sosial keluarga. Semakin

besar skor yang diperoleh menunjukkan tingkat dukungan sosial keluarga yang tinggi.

Sebaliknya, semakin kecil skor yang diperoleh maka semakin rendah tingkat dukungan

sosial keluarga.

B. Subjek Penelitian

Subjek pengukuran psikologi adalah manusia yang secara fitra memiliki kehendak

dan dapat memilih perilakunya (Azwar, 2012). Subjek pada penelitian ini adalah

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan IIA Wirogunan Yogyakarta. Subjek bukan

merupakan tahanan dan bukan narapidana kasus narkoba. Penetapan subjek ini

dikarenakan narapidana merupakan sekelompok individu yang rentan terhadap depresi

karena harus menjalani masa hukuman serta tidak dapat melakukan segala aktivitas secara

bebas. Pemilihan narapidana yang tidak berkasus narkoba karena narapidana yang

berkasus narkoba diasumsikan dapat melakukan faking good yang tinggi dan berada dalam

pengaruh obat terlarang daripada narapidana lainnya. Selain itu, peneliti berasumsi bahwa

narapidana jauh dari lingkungan dan jangkauan keluarga. Subjek juga minimal

berpendidikan SMP dan sudah menjalani minimal 2 bulan masa pidana.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Alat pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah menggunakan skala psikologi. Skala psikologi adalah

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

41

kumpulan aitem yang telah ditulis dengan mengikuti kaidah penulisan aitem dan telah

disusun berdasarkan indikator keperilakuan (Azwar, 2012). Menurut Azwar (2012) aitem

berasal dari bangunan konstrak teoretik yang telah diuraikan dalam beberapa indikator

perilakuan yang jelas identifikasi dan definisi secara operasional. Peneliti menggunakan

dua skala, yaitu skala Beck Depression Inventory II untuk mengukur depresi dan skala

dukungan sosial keluarga untuk mengukur tingkat dukungan sosial keluarga.

D. Instrumen Pengukuran

Dua skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Beck Depression Inventory II

Beck Depression Inventory disusun oleh Aaron Beck (Beck, 1967). Skala ini

digunakan untuk mengukur tingkat depresi individu yang dapat diidentifikasi

menjadi empat level depresi yaitu, normal, depresi ringan (mild), depresi sedang

(moderate), dan depresi berat (severe). BDI-II merupakan skala pengembangan

dari BDI-I. BDI-II dikembangkan pada tahun 1996 dan ada beberapa perbedaan

yaitu, pada BDI-II dicantumkan waktu (selama 2 minggu terakhir) dan mengacu

pada DSM-IV. Perbedaan lain juga terdapat pada aitem yang dihilangkan dan

ditambahkan (Groth-Marnat, 2010). Aitem yang ditambahkan adalah agitasi,

perasaan kurang berharga, kehilangan energi, dan sukar berkonsentrasi

sedangangkan aitem yang dihilangkan adalah penyimpangan citra tubuh,

kemunduran dalam bekerja, penurunan berat badan, dan preokupasi somatisasi.

Maka dari itu, aitem dalam skala ini berjumlah 21 yang terdiri dari beberapa

pernyataan yang bisa dipilih oleh subjek. Aitem-aitem tersebut merupakan 21

kategori simtom di dalam BDI yaitu kesedihan, pesimis, kegagalan masa lalu,

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

42

kehilangan gairah, perasaan bersalah, perasaan dihukum, tidak menyukai diri

sendiri, mengkritik diri sendiri, pikiran-pikiran atau keinginan bunuh diri,

menangis, gelisah kehilangan minat, sulit mengambil keputusan, merasa tidak

layak, kehilangan tenaga, perubahan pola tidur, mudah marah, perubahan selera

makan, sulit berkonsentrasi, capek atau kelelahan, dan kehilangan gairah seksual.

Skala ini tidak dilakukan uji coba karena merupakan skala yang sudah memiliki

reliabilitas yang tinggi. Skala BDI-I memiliki koefisien biserial dari Pearson

sebesar 0,65 pada penelitian pertama dan koefisien biserial dari Pearson sebesar

0,67 pada penelitian kedua (Beck, 1985). Uji reliabilitas BDI-I menggunakan

reliabilitas belah dua antara nomer genap dan ganjil yang menunjukkan koefisien

reliabilitas dengan Pearson sebesar 0,86 dan koefisiean reliabilitas Spearman-

Brown sebesar 0,93 (Beck 1985). Skala BDI-II yang digunakan dalam penelitian

ini adalah skala BDI-II versi bahasa Indonesia yang memiliki reliabilitas Alpha

dari Cronbach sebesar 0,90 (Ginting, Naring, Veld, Srisayekti, & Becker, 2013).

Skala BDI-II ini diadaptasi dari skala BDI-II versi Indonesia dari Hasanat (2015).

Skor dari pernyataan tersebut terdiri dari 0, 1, 2, dan 3. Pada beberapa pernyataan

terdapat label a dan b untuk menunjukkan pernyataan tersebut memiliki skor

yang sama. Skor-skor yang diperoleh kemudian dijumlahkan dan disesuaikan

dengan tingkat depresi. Berikut adalah tabel tingkat depresi BDI (Groth-Marnat,

2003) :

Tabel 1

Tingkat Depresi Beck Depression Inventory

Skor BDI Tingkat Depresi

0 – 13 Normal

14 – 19 Depresi Ringan (Mild)

20 – 28 Depresi Sedang (Moderate)

29 – 63 Depresi Berat (Severe)

< 4 Faking good atau kemungkinan untuk denial of

depression

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

43

b. Skala Dukungan Sosial Keluarga

Skala Dukungan Sosial Keluarga digunakan untuk mengkur tinggi dan rendahnya

dukungan sosial keluarga terhadap subjek. Skala ini mengacu pada konsep

dukungan sosial keluarga House dan Kahn (1985). Aspek-aspek pada skala

dukungan sosial keluarga berupa dukungan emosional, dukungan penilaian atau

umpan balik, dukungan instrumental, dan dukungan informasi. Dukungan

emosional meliputi empati, cinta, kasih sayang, perhatian, mendengarkan,

kepercayaan, dan penghargaan; dukungan penilaian meliputi penilaian pada

prestasi, umpan balik, dan peranan sosial; dukungan informasi meliputi

pemberian nasehat, arahan atau petunjuk untuk pemecahan masalah, dan saran;

dukungan instrumental meliputi dukungan berupa barang, jasa, uang dan waktu.

Berikut adalah tabel aspek dan indikator skala dukungan sosial keluarga :

Tabel 2

Blue Print Skala Dukungan Sosial Keluarga

No. Aspek Indikator Bobot

1. Dukungan Emosional a. Empati

b. Cinta dan kasih

sayang

c. Perhatian

d. Mendengarkan

e. Kepercayaan

f. Esteem

29,3 %

2. Dukungan Informasi a. Pemberian

nasehat dan

saran

b. Mendapat

informasi yang

dibutuhkan

c. Pemecahan

masalah

20,7 %

3. Dukungan Penilaian a. Penilaian pada

prestasi

b. Umpan balik

c. Peranan sosial

24,1 %

4. Dukungan Instrumental a. Barang dan

jasa

b. Waktu

25,9 %

Total 100 %

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

44

Skala ini terdiri dari 58 pernyataan yang setiap pernyataannya memiliki empat

pilihan jawaban yang sudah disediakan yaitu, sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak

sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor pada pilihan jawaban terdiri dari

4, 3, 2, dan 1. Pernyataan disajikan dalam bentuk pernyataan favorable dan

unfavorable. Pernyataan favorable yaitu suatu pernyataan yang memihak pada

objek ukur sedangkan pernyataan unfavorable ialah pernyataan yang tidak

memihak pada objek ukur (Azwar, 2013). Pada aitem favorable, jawaban SS

diberi skor 4, S diberikan skor 3, TS diberikan skor 2, dan STS diberikan skor 1.

Pada aitem unfavorable, jawaban SS diberikan skor 1, S diberikan skor 2, TS

diberikan skor 3, dan STS diberikan skor 4. Sebaran aitem Skala Dukungan Sosial

Keluarga yang akan diuji coba dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3

Distribusi Aitem Skala Dukungan Sosial Keluarga Sebelum Uji Coba

No

. Aspek

Aitem Jumla

h Favorable Unfavorable

1

Dukungan

Emosional

1,5,13,17,25,33,41,42,50,

53

9,21,29,37,43,47,5

6 17

2

Dukungan

Informasional 2,10,14,18,26,44 6,22,30,34,38,48 12

3

Dukungan

penilaian/ump

an balik 3,15,19,27,35,39,57

7,11,23,31,45,51,5

4 14

4

Dukungan

instrumental 4,8,20,28,36,46,49,55

12,16,24,32,40,52,

58 15

Jumlah 31 27 58

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas dan reliabilitas merupakan dua syarat yang harus dimiliki oleh sebuah alat

ukur. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan kecermatan sebuah

alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Azwar (2013) mengatakan bahwa alat ukur

memerlukan pengujian validitas untuk mengetahui apakah skala mampu menghasilkan

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

45

data yang akurat sesuai dengan tujuan alat ukur. Alat ukur dapat dikatakan sahih apabila

mampu mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan (Hadi, 1991). Validitas terbagi

menjadi beberapa macam, yaitu validitas isi, validitas konstrak, dan validitas berdasar

kriteria (Azwar, 2012). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi

(content validity), yaitu validitas yang diestimasi melalui analisis rasional atau profesional

judgement untuk melihat kelayakan atau relevansi isi tes (Azwar, 2012). Professional

judgement untuk Skala Dukungan Sosial Keluarga berasal dari dosen pembimbing

penelitian ini.

Reliabilitas diartikan sebagai suatu stabilitas alat ukur atau konsistensi. Menurut

Azwar (2013) pengertian reliabilitas mengacu pada konsistensi alat ukur yang mengandung

makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran. Reliabilitas suatu alat ukur menunjukkan

bahwa alat ukur tersebut memiliki kemantapan, keajegan, atau stabilitas (Hadi, 1991). Uji

reliabilitas menggunakan koefisien Alpha dari Cronbach. Koefisien reliabilitas berada pada

rentang 0 sampai 1,00. Semakin angka koefisien mendekati 1,00 maka pengukuran

semakin reliabel (Azwar, 2013).

F. Metode Pengolahan Data

Metode analisis data penelitian ini menggunakan analisis statistik. Analisis statistik

yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan

depresi pada narapidana adalah dengan teknik korelasi product moment dari Pearson

karena data berbentuk skor dan mencari hubungan antara 2 variabel. Untuk memenuhi

syarat analisis, sebelum dilakukan uji hipotesisi, perlu dilakukan uji asumsi yang terdiri

dari uji normalitas dan uji linearitas. Keseluruhan pengolahan data pada penelitian ini

menggunakan program IBM SPSS (Statistical Package for Social Science ) 19.0 Statistic

for Windows.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

46

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL ANALISIS

A. Orientasi Kancah

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas

II A Yogyakarta yang berlokasi di Jalan Tamansiswa Nomor 6 Yogyakarta. Lembaga

Pemasyarakatan ini dikenal dengan LP Wirogunan. Jumlah narapidana yang ada dalam

Lapas Wirogunan sebanyak kurang lebih 400 orang. Jumlah tersebut dapat berubah

sewaktu-waktu karena setiap harinya terdapat narapidana yang masuk dan keluar sehingga

jumlah narapidana tidak selalu sama dan tetap dari waktu ke waktu.

Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan memiliki visi dan misi. Visi Lapas Wirogunan

adalah mengedepankan Lembaga Pemasyarakatan yang bersih, kondusif, tertib, dan

transparan dengan dukungan petugas yang berintegritas dan berkompeten dalam

pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Warga Binaan Pemsyarakatan atau

WBP merupakan sebutan untuk narapidana di Lapas Wirogunan. Misi dari Lapas ini

adalah :

2. Mewujudkan tertib pelaksanaan tupoksi Pemasyarakatan secara konsisten dengan

mengedepankan penghormatan terhadap hukum dan HAM serta transparansi publik.

3. Membangun kerja sama dengan mengoptimalkan keterlibatan stake holder dan

masyarakat dalam upaya pembinaan WBP.

4. Mendayagunakan potensi sumber daya manusia petugas dengan kemampuan

penguasaan tugas yang tinggi dan inovatif serta berakhlak mulia.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

47

Lapas Wirogunan memiliki 7 (tujuh) blok yaitu blok A, C, D, E, F, G, dan H. Blok A

diperuntukkan sebagai blok pengamanan bagi tahanan TNI dan Polri, blok C

diperuntukkan bagi narapidana wanita, blok D sampai G diperuntukkan narapidana

berkasus kriminal, sedangkan blok H diperuntukkan bagi narapidana dengan kasus korupsi.

Narapidana yang ditemui telah melakukan tindakan yang tidak mematuhi peraturan selama

di Lapas (misal, berkelahi dan membuat keributan) dapat dimasukkan ke dalam sel khusus

sehingga narapidana tersebut tidak diperbolehkan untuk keluar dan melakukan berbagai

aktivitas di luar sel dalam jangka waktu tertentu.

Terdapat 2 (dua) macam pembinaan pokok yang diberikan oleh Lapas Wirogunan,

yaitu pembinaan dalam hal kepribadian dan kemandirian. Pembinaan kepribadian meliputi

pembinaan secara jasmani, rohani, intelektual, dan kesehatan. Pembinaan kemandirian

terdiri dari dua hal pokok yaitu pembinaan bakat dan ketrampilan yang meliputi pelatihan

kerja, kegiatan yang menunjang produktivitas, serta pembekalan kerja. Pembinaan secara

jasmani terdiri atas perawatan kesehatan dan balai kesehatan. Pembinaan dalam bidang

kerohanian dengan menyediakan fasilitas ruang ibadah serta mendatangkan ahli agama.

Pelatihan kerja yang diberikan oleh Lapas Wirogunan meliputi pelatihan pembuatan

mebel, sablon, menjahit, membatik, membuat sepatu, membuat keset, dan merajut.

Terdapat lima sasaran utama terhadap pembinaan dan pembimbingan di Lapas

Wirogunan yaitu antara lain :

1. Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Meningkatkan kualitas intelektual

3. Meningkatkan kualitas sikap dan perilaku ke arah yang lebih baik

4. Meningkatkan ketrampilan dan profesionalisme

5. Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

48

Pembinaan-pembinaan diupayakan untuk diberikan kepada narapidana dengan harapan

dapat mencapai suatu tujuan yang positif serta dapat mempersiapkan narapidana agar dapat

diterima kembali di tengah masyarakat ketika sudah menyelesaikan masa hukuman.

Keberhasilan dari pembinaan tersebut dapat dilihat melalui dua sisi yaitu dari sisi

pembianaan dan keamanan. Keberhasilan dari sisi pembinaan ditunjukkan dengan

penurunan jumlah narapidana residivis sedangkan dari sisi keamanan ditunjukkan dengan

tidak adanya narapidana yang melarikan diri.

Pembinaan untuk narapidana ditunjang dengan berbagai fasilitas yang telah

disediakan oleh Lapas Wirogunan. Fasilitas-fasilitas tersebut meliputi ruang kesehatan,

dokter, perpustakaan, koperasi, tempat ibadah, lapangan, dapur, toilet, ruang bermusik, alat

musik, ruang konsultasi serta bengkel kerja. Walaupun sudah terdapat ruang konsultasi,

namun beberapa tahun terakhir Lapas Wirogunan belum memiliki Psikolog. Hal tersebut

disebabkan oleh Psikolog yang sebelumnya dimutasi ke luar Pulau Jawa.

Narapidana yang berada di Lapas Wirogunan memiliki kesempatan untuk dapat

dikunjungi oleh keluarga, teman, maupun orang lain. Jadwal layanan kunjungan di Lapas

Wirogunan adalah setiap hari Senin, Rabu, Kamis, dan Sabtu. Prosedur untuk berkunjung

adalah dengan mengambil nomor antrian dan daftar registrasi. Setelah mendapat panggilan

dari petugas, pengunjung harus melakukan pemeriksaan barang dan badan dan kemudian

dapat bertemu dengan narapidana yang ingin ditemui. Pertemuan antara narapidana dengan

keluarga diberi waktu selama 30 menit dengan pengawasan dari petugas keamanan yang

berjaga di ruang pertemuan.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

49

B. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Penelitian

a. Pengurusan Izin. Proses perizinan dimulai dengan pembuatan surat izin dari Dekan

Fakultas Psikologi UGM yang ditujukan kepada Kepala Biro Administrasi

Pembangunan Setda DIY, Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM

DIY, dan Kepala Lembaga Pemasyarakatan IIA Wirogunan Yogyakarta. Setelah

mendapat tiga surat pengantar, peneliti memasukan surat pengantar beserta proposal

kepada Kepala Biro Administrasi Pembangunan Setda DIY yang berlokasi di

Komplek Kepatihan, Danurejan, Yogyakarta. Kepala Biro Administrasi

Pembangunan Setda DIY memberikan surat ijin penelitian yang ditujukan kepada

Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM, Kepala Lembaga

Pemasyarakatan IIA Wirogunan Yogyakarta, serta Wakil Dekan Bidang Akademik

dan Kemahasiswaan Fakultas Psikologi Yogyakarta. Setelah itu, peneliti

mengantarkan surat perijinan dari Dekan Fakultas Psikologi UGM dan surat

perijinan dari Kepala Biro Administrasi Pembangunan Setda DIY kepada Kepala

Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM DIY. Tiga hari kemudian, peneliti

mendapat surat perijinan dari Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM

DIY dan menyerahkannya kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan IIA Wirogunan

Yogyakarta yang disertai surat ijin dari Kepala Biro Administrasi Pembangunan

Setda DIY dan surat ijin dari Dekan Fakultas Psikologi UGM. Empat hari kemudian,

peneliti datang ke Lapas IIA Wirogunan Yogyakarta dan dibawa ke BIMASWAT

(Bimbingan Pemasyarakatan dan Perawatan) untuk mendiskusikan penelitian

sebelum melakukan uji coba.

b. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur. Dua hari sebelum dilakukan uji coba, peneliti

berdiskusi dengan staff lapas mengenai karakteristik subjek yang diperlukan untuk

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

50

penelitian. Untuk mempermudah penentuan subjek, staff memberikan ijin peneliti

untuk melihat data narapidana dan memilih narapidana yang akan ikut untuk

pengisian skala uji coba. Uji coba alat ukur berlangsung dalam satu hari dengan

meminta staff untuk “mengebon” 20 narapidana wanita dan 18 narapidana laki-laki

untuk mengisi skala. Uji coba alat ukur ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 2

April 2015 di koridor BIMASWAT pukul 09.30 – 12.00 WIB. Jumlah subjek yang

memenuhi karakteristik dan dapat dilakukan uji coba berjumlah 32 orang dari 38

subjek yang bersedia untuk mengisi skala.

c. Hasil Uji Coba Alat Ukur. Skala yang dianalisis adalah skala dukungan sosial

keluarga. Peneliti melakukan olah data uji coba untuk seleksi aitem dan mengetahui

koefisien reliabilitas skala dengan bantuan program IBM SPSS 19.0. Berikut adalah

hasil uji coba Skala Dukungan Sosial Keluarga :

1) Hasil uji coba Skala Dukungan Sosial Keluarga menghasilkan 58 aitem yang

dapat diterima sehingga tidak terdapat aitem yang gugur. Nilai koefisien korelasi

aitem-total bergerak dari 0,273 sampai 0,898. Terdapat 1 aitem yaitu aitem nomor

9 yang memiliki koefisien korelasi aitem-total 0,273 (< 0,30). Pengguguran aitem

tersebut tidak dilakukan karena aitem masih memiliki koefisien korelasi aitem-

total di atas 0,25. Azwar (2013) mengatakan bahwa aitem yang memiliki

koefisien korelasi aitem-total di atas 0,25 masih dapat dipertimbangkan. Selain

itu, pengaruh pengguguran aitem nomor 9 tidak banyak berpengaruh pada

reliabilitas sehingga semua aitem yang berjumlah 58 tetap dipakai.

2) Hasil uji reliabilitas menghasilkan nilai koefisien Alpha sebesar 0,976 sehingga

skala ini dianggap reliabel. Azwar (2013) mengatakan bahwa jika angka koefisien

mendekati 1,00 maka pengukuran semakin reliabel. Berikut adalah sebaran aitem

Skala Dukungan Sosial Keluarga setelah dilakukan uji coba :

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

51

Tabel 4

Distribusi Aitem Skala Dukungan Sosial Keluarga Setelah Uji Coba

No Aspek Aitem

Jumlah Favorable Unfavorable

1

Dukungan

Emosional

1,5,13,17,25,33,41,42,50

,53

9 (*)

,21,29,37,43,47,56 17

2

Dukungan

Informasional 2,10,14,18,26,44 6,22,30,34,38,48 12

3

Dukungan

penilaian/ump

an balik 3,15,19,27,35,39,57

7,11,23,31,45,51,5

4 14

4

Dukungan

instrumental 4,8,20,28,36,46,49,55

12,16,24,32,40,52,

58 15

Jumlah 31 27 58

2. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian berlangsung selama tiga hari yaitu tanggal 8 April

2015 pukul 09.30 – 11.00 WIB, 15 April 2015 pukul 09.30 – 14.00 WIB, dan 16 April

2015 pukul 09.45 – 14.15 WIB. Penentuan subjek dilakukan oleh peneliti setelah

mendapat ijin untuk melihat data narapidana untuk memastikan narapidana yang

dijadikan subjek penelitian sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan. Pada hari

pertama, subjek yang datang dan bersedia untuk mengisi skala berjumlah 21 orang,

pada hari kedua berjumlah 31 orang, dan pada hari ketiga berjumlah 25 orang.

Pengambilan data dilakukan di koridor BIMASWAT dan ruangan konseling supaya

narapidana bisa dipantau oleh staff Lapas. Subjek datang ke lokasi pelaksanaan

penelitian satu per satu dan terkadang berkelompok (maksimal 3 orang) karena subjek

memiliki aktivitas yang berbeda-beda. Untuk menghemat waktu, peneliti melakukan

instruksi pada masing-masing subjek yang sudah datang secara satu per satu atau setiap

kelompok kecil. Dari 77 subjek yang berpartisipasi, hanya data dari 60 subjek yang

dapat dianalisis. Hal ini disebabkan karena terdapat 15 subjek yang tidak menjawab

lengkap semua aitem yang disajikan dan terburu-buru dalam mengerjakan. Selama

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

52

melakukan pengisian skala, tidak sedikit narapidana yang kemudian mendekati peneliti

dan bercerita singkat mengenai kehidupan sebelum menjadi narapidana dan setelah

menjadi narapidana.

C. Deskripsi Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah narapidana di Lembaga Pemasyarakatan IIA

Wirogunan Yogyakarta yang berjumlah 60 orang. Narapidana yang menjadi subjek

penelitian terdiri atas narapidana wanita dan narapidana pria yang memiliki berbagai latar

belakang pendidikan, kota asal, usia, jenis pidana, dan lamanya masa pidana. Berikut

adalah perincian karakteristik subjek penelitian :

a. Jenis Kelamin Subjek

Tabel 5

Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Pria 52 86,6 %

Wanita 8 13,34 %

Total 60 100 %

Subjek dalam penelitian ini yang berjenis kelamin pria sebanyak 52 orang (86,8 %)

dan berjenis kelamin wanita sebanyak 8 orang (13,34%). Narapidana pria yang berada

di dalam Lapas Wirogunan memiliki jumlah yang lebih banyak daripada narapidana

wanita sehingga jumlah narapidana pria yang dapat menjadi subjek penelitian lebih

banyak daripada narapidana wanita.

b. Usia Subjek

Subjek dalam penelitian ini merupakan narapidana yang berusia 20 sampai 58

tahun. Narapidana pria yang berusia 18-21 tahun berjumlah 6 orang (10%), berusia 21-

40 tahun berjumlah 36 orang (60%), dan berusia 40-60 tahun berjumlah 10 orang

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

53

(16,6%). Narapidana wanita yang berusia 21-40 tahun berjumlah 4 orang (6,7%)

sedangkan yang berusia 40-60 tahun berjumlah 4 orang (6,7%). Jumlah paling banyak

adalah narapidana yang berusia 21-40 tahun yaitu berjumlah 40 orang narapidana.

Berikut adalah tabel subjek penelitian berdasarkan usia subjek :

Tabel 6

Deskripsi Usia Subjek Penelitian

Jenis

Kelamin

Usia Jumlah Presentase

Pria Remaja Akhir (18-21 tahun) 6 10 %

Dewasa Awal (21-40 tahun) 36 60 %

Dewasa Madya (40-60 tahun) 10 16,6 %

Wanita Remaja Akhir (18-21 tahun) 0 0 %

Dewasa Awal (21-40 tahun) 4 6,7 %

Dewasa Madya (40-60 tahun) 4 6,7 %

Total 60 100%

c. Pendidikan Terakhir Subjek

Subjek dalam penelitian ini memiliki pendidikan terakhir minimal SMP.

Pemilihan subjek dengan memiliki minimal pendidikan SMP karena individu yang

sudah menempuh pendidikan SMP diharapkan sudah mampu memahami setiap aitem

pada skala. Berdasarkan tabel di atas, subjek yang berpendidikan SMP sebanyak

21,67%, berpendidikan SMA 53,33%, dan Perguruan Tinggi sebanyak 25%. Subjek

yang paling banyak terlibat dalam penelitian ini adalah narapidana yang memiliki

pendidikan minimal SMA. Berikut adalah tabel deskripsi pendidikan subjek penelitian:

Tabel 7

Deskripsi Pendidikan Subjek Penelitian

Pendidikan Terakhir Jumlah Presentase

SMP 13 21,67 %

SMA 32 53,33 %

Perguruan Tinggi 15 25 %

Total 60 100

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

54

d. Kota Asal Subjek

Subjek dalam penelitian ini tidak hanya berasal dari Yogyakarta, namun juga ada

yang berasal dari luar provinsi. Subjek yang berasal dari luar provinsi DIY sebanyak

48,33% dan yang berasal dari provinsi DIY sebanyak 51,67%. Subjek yang berasal dari

luar provinsi DIY adalah subjek yang memiliki asal dari Tulungagung, Magelang,

Bekasi, Surabaya, Surakarta, Lampung, Jakarta, Salatiga, Ambon, Indramayu, Klaten,

Bandung, Bojonegoro, Temanggung, Purworejo, Pacitan, Demak, Pekalongan, Muntila,

dan Semarang. Lokasi Lapas yang jauh dari kota asal membuat sebagian keluarga

narapidana berada semakin jauh dengan narapidana.

Tabel 8

Deskripsi Kota Asal Subjek Penelitian

Kota Asal Jumlah Presentase

Dalam Provinsi DIY 31 51,67 %

Luar Provinsi DIY 29 48,33 %

Total 60 100 %

e. Jenis Tindak Pidana Subjek

Subjek penelitian terdiri dari berbagai jenis kasus yaitu antara lain, kasus penipuan,

pencurian, penggelapan, kekerasan, pembunuhan, pengedaran uang palsu, pencabulan,

perlindungan anak, korupsi, dan kasus lainnya. Kasus yang paling banyak dilakukan

oleh subjek penelitian adalah kasus pembunuhan sebesar 20 % dan kasus pencurian

sebesar 13,3%. Sebanyak 16,7% subjek masuk dalam kasus lain-lainnya karena subjek

tidak berkenan menuliskan jenis pidana. Berdasarkan pemilihan subjek, tidak ada

subjek yang terlibat dalam kasus narkoba. Berikut adalah tabel jenis pidana subjek

penelitian :

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

55

Tabel 9

Deskripsi Jenis Tindak Pidana Subjek Penelitian

Kasus Jumlah Presentase

Penipuan 5 8,3 %

Pencurian 8 13,3 %

Penggelapan 7 11,7 %

Kekerasan 3 5 %

Pembunuhan 12 20 %

Pengedaran uang palsu 4 6,7 %

Pencabulan 2 3,3 %

Perlindungan anak 5 8,3 %

Korupsi 4 6,7 %

Kasus lain-lain 10 16,7 %

Jumlah 60 100 %

f. Lama Masa Pidana Subjek

Subjek dalam penelitian ini memiliki masa pidana minimal 12 bulan dan sudah

menjalani 2 bulan masa pidana. Subjek yang paling banyak adalah narapidana yang

memiliki masa pidana antara satu hingga lima tahun. Berdasarkan tabel di atas,

narapidana yang memiliki antara satu hingga lima tahun masa pidana berjumlah 26

orang (sebesar 43,33%), yang memiliki antara lima hingga sepuluh tahun masa pidana

berjumlah 21 orang (sebesar 35%), dan yang memiliki lebih dari sepuluh tahun masa

pidana berjumlah 13 orang (sebesar 21,67%). Masa pidana yang harus dijalani subjek

penelitian paling rendah adalah 12 bulan dan yang paling tinggi adalah 240 bulan.

Berikut adalah tabel deskripsi lama masa pidana subjek penelitian:

Tabel 10

Deskripsi Lama Masa Pidana Subjek Penelitian

Lama Masa Pidana Jumlah Presentase

< 5 Tahun 26 43,33 %

5-10 Tahun 21 35 %

>10 Tahun 13 21,67 %

Total 60 100

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

56

D. Uji Asumsi

Uji asumsi merupakan uji yang harus dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis

karena merupakan prasyarat dalam analisis Product Moment. Adapun uji asumsi yang

dilakukan ialah uji normalitas dan uji linearitas. Pengujian asumsi dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS 19.0.

1. Uji Normalitas

Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data dari

variabel-variabel penelitian mengikuti kaidah kurva normal atau tidak. Variabel

tergantung dan variabel bebas dari data penelitian harus berdistribusi normal sehingga

memenuhi prasyarat analisis. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan tes

Kolmogorov-Smirnov. Variabel yang memiliki disribusi normal ditunjukkan dengan

nilai p > 0,05. Jika p maka sebaran dianggap tidak normal. Berikut adalah tabel

hasil uji normalitas :

Tabel 11

Hasil Uji Normalitas

Variabel K-S Z Signifikansi Keterangan

Dukungan Sosial Keluarga 0,642 0,805 (p > 0,05) Distribusi Normal

Depresi 0,805 0,536 (p > 0,05) Distribusi Normal

Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa variabel dukungan

sosial keluarga dan variabel depresi memiliki distribusi normal. Nilai K-S Z pada

variabel dukungan sosial keluarga sebesar 0.642 dengan p = 0,805(p > 0,05) sedangkan

nilai K-S Z pada variabel depresi sebesar 0,805 dengan p = 0,536(p > 0,05).

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dalam penelitian bertujuan untuk melihat apakah kedua variabel

dalam penelitian ini berhubungan secara linear. Uji linearitas dilakukan dengan formasi

test for linearity dengan menggunakan teknik analisis varians (uji F). Variabel dapat

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

57

dikatakan linear jika memiliki taraf signifikansi linearitas dengan p < 0,05 dan taraf

signifikansi deviation from linearity dengan p > 0,05.

Uji Linearitas hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan depresi

menunjukkan Flinierity sebesar 17,333 dengan p < 0,05 dan Fdeviation from linearity sebesar

1,570 dengan p > 0,05. Berdasarkan hasil uji linearitas tersebut menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang linear antara dukungan sosial keluarga dengan depresi sehingga

analisis Product Moment dapat dilakukan.

E. Analisis Data

Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap-

tahap tersebut sebagai berikut :

1. Analisis Data Deskriptif

Analisis data deskriptif dilakukan untuk mengetahui tingkat dukungan sosial

keluarga dan tingkat depresi yang dimiliki subjek penelitian. Deskripsi data penelitian

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12

Analisis Data Deskriptif

Variabel Skor Hipotetik Skor Empirik

Min. Maks. Mean Range Min. Maks. Mean SD

Depresi 0 63 31,5 63 4 40 22,08 10,044

Dukungan

Sosial

Keluarga

58 232 145 174 90 230 190,60 26,033

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa variabel depresi memiliki mean

hipotetik lebih besar daripada mean empirik. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata skor

hipotetik lebih tinggi daripada rata-rata skor subjek. Variabel dukungan sosial keluarga

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

58

memiliki mean hipotetik yang lebih kecil daripada mean empirik sehingga

menunjukkan bahwa rata-rata skor hipotetik lebih kecil daripada rata-rata skor subjek.

Deskripsi hasil penelitian tersebut dapat berfungsi untuk memudahkan

pangategorisasian skor subjek. Norma kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini

mengacu pada kategorisasi dari Azwar (2013).

Pengategorisasian tersebut sebagai berikut :

Tabel 13

Norma Kategorisasi

Luas Interval Kategorisasi

X ( Sangat Rendah

( Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

Berdasarkan skor empirik, maka kategorisasi skor dukungan sosial keluarga adalah

sebagai berikut :

Tabel 14

Kategorisasi Skor Dukungan Sosial Keluarga

Kategorisasi Komposisi

Luas Interval Kategorisasi Jumlah Presentase

Sangat Rendah 4 6,67 %

Rendah 12 20 %

Sedang 24 40 %

Tinggi 20 33,33 %

Sangat Tinggi 0 0 %

Berdasarkan tabel 13 di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang tergolong memiliki

dukungan sosial keluarga yang sangat rendah sebersar 6,67%, subjek yang memiliki

dukungan sosial keluarga yang rendah sebesar 20%, 40% subjek memilki dukungan

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

59

sosial keluarga yang sedang, 33,33% subjek memiliki dukungan sosial yang tinggi, serta

sebesar 0% (tidak ada) subjek yang memiliki dukungan sosial yang sangat tinggi.

Penyusunan kategori depresi pada subjek penelitian dikategorisasikan berdasarkan

ketetapan yang telah disusun Beck (Groth-Marnat, 2003) yaitu sebagai berikut :

Tabel 15

Kategorisasi Skor Depresi

Kategorisasi Komposisi

Skor

BDI

Tingkat Depresi Jumlah Presentase

0 - 13 Normal 15 25 %

14 - 19 Depresi Ringan (Mild) 14 23,33 %

20 - 28 Depresi Sedang

(Moderate)

11 18,33 %

29 – 63 Depresi Berat (Severe) 20 33,34 %

< 4 Faking good atau

kemungkinan untuk

denial of depression

0 0 %

Berdasarkan tabel 14 di atas, maka dapat dilihat bahwa sebesar 33,34% subjek

memiliki depresi yang berat, 18,33% subjek memiliki depresi sedang, 23,33% subjek

memiliki depresi ringan, dan sebesar 25% subjek masih dalam kategori depresi yang

normal. Maka dari itu, kategori depresi yang paling banyak dialami oleh subjek

penelitian adalah kategori depresi berat.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

dukungan sosial keluarga dengan depresi pada narapidana. Uji hipotesis menggunakan

teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson yang diolah dengan IBM SPSS 19.0.

Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui Product Moment diketahui bahwa

korelasi variabel dukungan sosial keluarga dengan variabel depresi sebesar r = -0,419

dengan p < 0,01. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang

signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan depresi. Semakin tinggi dukungan

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

60

sosial keluarga maka semakin rendah depresi pada narapidana. Sebaliknya, semakin

rendah dukungan sosial keluarga maka semakin tinggi depresi.

Koefisien determinasi dari korelasi tersebut adalah sebesar 0,176. Sumbangan

efektif atau kontribusi dukungan sosial keluarga terhadap depresi pada narapidana

adalah sebesar 17,6%. Hal tersebut menandakan bahwa sebesar 82,4% depresi pada

narapidana disebabkan oleh faktor-faktor lain selain dukungan sosial keluarga.

3. Analisis Tambahan

Dalam penelitian ini, didapatkan juga hasil penelitian yang tidak dihipotesiskan.

Hal-hal tersebut meskipun tidak dihipotesiskan namun masih erat kaitannya dengan

depresi sehingga hasil penelitian ini ingin mengetahui pula hubungan antara variabel

lain dengan depresi. Variabel tersebut yaitu jenis pidana narapidana, lama hukuman di

penjara, dan pendidikan. Analisis tambahan menggunakan One Way Anova, jika p <

0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan dan jika p > 0,05 maka tidak terdapat

perbedaan yang signifikan.

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa:

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada depresi narapidana ditinjau dari jenis

pidana narapidana, koefisien F sebesar 0,871 (p > 0,05). Jenis pidana tersebut yaitu

pencurian, penipuan, penggelapan, kekerasan, pembunuhan, pengedaran uang palsu,

pencabulan, perlindungan anak, dan korupsi.

2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada depresi narapidana ditinjau dari lama

hukuman pidana, koefisien F sebesar 0,590 (p > 0,05). Terdapat tiga kategori lama

hukuman narapidana, yaitu kurang dari lima tahun, antara lima hingga sepuluh tahun,

dan lebih dari sepuluh tahun.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

61

3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada depresi narapidana ditinjau dari

pendidikan narapidana, koefisien F sebesar 1,852 (p > 0,05). Kategori pendidikan

tersebut adalah SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

pada depresi narapidana yang ditinjau dari pendidikan, jenis pidana, dan lama hukuman

pidana narapidana.

F. Kesimpulan Analisis

1. Dukungan sosial keluarga memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan

depresi (r = -0,419 dengan p < 0,01).

2. Sumbangan efektif dukungan sosial keluarga terhadap depresi sebesar 17,6 %

sementara 82,4 % dipengaruhi oleh faktor lainnya.

3. Berdasarkan data lapangan menunjukkan bahwa sebanyak 33,34% narapidana

memiliki tingkat depresi yang berat dan sebanyak 40% narapidana memiliki

tingkat dukungan sosial keluarga dalam kategori sedang.

4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada depresi narapidana yang ditinjau

dari pendidikan, jenis pidana, dan lama hukuman pidana narapidana.

G. Pembahasan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara

dukungan sosial keluarga dengan depresi pada narapidana Lembaga Pemasyarakatan IIA

Wirogunan Yogyakarta. Hasil analisis statistika dengan menggunakan teknik korelasi

Product Moment dari Karl Pearson menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara

dukungan sosial keluarga dengan depresi pada narapidana adalah r = -0,419 dengan p <

0,01. Hasil tersebut membuktikan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, ada

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

62

hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan depresi pada

narapidana. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka

semakin rendah depresi pada narapidana dan semakin rendah dukungan sosial keluarga

maka semakin tinggi depresi pada narapidana.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti.

Wetzel dan Redmond (1980) melakukan penelitian pada subjek yang mengalami depresi

dan yang tidak mengalami depresi. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa salah

satu penyebab individu dapat mengalami depresi adalah kurangnya dukungan sosial

keluarga. Selain itu, dalam penelitian Muntaha (2003) membuktikan bahwa dukungan

sosial yang berasal dari keluarga, orang lain di luar Lapas, staff Lapas, dan teman sesama

narapidana dapat mempengaruhi depresi pada narapidana. Sue et al. (2013)

mengungkapkan bahwa dukungan sosial keluarga merupakan faktor sosial yang

berpengaruh pada depresi. Maka dari itu, hasil analisis untuk dua variabel pada penelitian

ini sejalan dengan tinjauan pustaka yang telah diulas pada Bab II bahwa dukungan sosial

keluarga berpengaruh terhadap depresi. Pentingnya dukungan sosial keluarga dinyatakan

oleh Furhmann (1990) yang mengatakan bahwa keluarga merupakan sumber utama

perlindungan, perawatan, dan dukungan sehingga berperan penting pada perkembangan

individu.

Narapidana yang menjadi subjek dalam penelitian ini memiliki beberapa

karakteristik. Narapidana yang menjadi subjek penelitian berjumlah 60 orang yang terdiri

dari berbagai jenis pidana, lama hukuman, dan jenjang pendidikan. Jenis kasus yang

dimiliki oleh subjek antara lain kasus penipuan, pencurian, penggelapan, kekerasan,

pembunuhan, pengedaran uang palsu, pencabulan, perdagangan manusia, perlindungan

anak, korupsi, dan kasus lainnya. Subjek memiliki masa hukuman pidana di atas satu tahun

dan sudah menjalani dua bulan masa pidana. Tiga kategori pendidikan subjek penelitian

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

63

adalah SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Pemilihan pendidikan akhir minimal SMP

karena subjek yang memiliki pendidikan akhir SD terlihat kesulitan untuk membaca dan

memahami skala yang diberikan. Dengan melihat hasil analisis tambahan, tidak terdapat

perbedaan yang signifikan pada depresi narapidana ditinjau dari pendidikan, jenis pidana,

dan lama hukuman pidana narapidana. Hal tersebut disebabkan karena narapidana merasa

pasrah terhadap jenis pidana dan lama hukuman yang harus mereka jalani. Untuk berubah

status menjadi narapidana merupakan waktu yang tidak pendek karena mereka harus

berubah status dari tersangka, tahanan, terdakwa, terpidana, dan narapidana sehingga

dalam waktu perubahan status tersebut, narapidana mengalami dinamika psikologis untuk

menerima hukuman yang harus dijalani di dalam Lapas. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Muntaha (2003) dan Nugraheny (1996) yang membuktikan

bahwa tidak terdapat hubungan antara lama hukuman narapidana terhadap depresi.

Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial

keluarga memberikan sumbangan efektif sebesar 17,6 % sementara 82,4% dipengaruhi

oleh faktor-faktor lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa rendahnya dukungan sosial

keluarga dapat menjadi salah satu sumber stressor bagi narapidana yang dapat

menyebabkan depresi. Semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang diterima oleh

narapidana maka semakin rendah depresi yang dialami oleh narapidana.

Berdasarkan hasil pengategorisasian, menunjukkan bahwa narapidana yang memiliki

tingkat depresi berat sebanyak 20 orang (33,34%), narapidana dengan depresi sedang

sebanyak 11 orang (18,33%), narapidana dengan depresi ringan sebanyak 14 orang

(23,33%), dan narapidana dengan depresi pada tingkat normal sebanyak 15 orang (25%).

Berdasarkan hasil kategorisasi tersebut menunjukkan bahwa kategori depresi yang paling

banyak dialami oleh narapidana adalah depresi berat. Hal ini mendukung pernyataan

beberapa ahli yang mengatakan bahwa sumber stressor yang tidak mendapatkan coping

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

64

yang tepat dan terjadi secara terus menerus dapat memicu munculnya gangguan kesehatan

mental, yaitu gangguan tidur (Elger, 2004), gangguan kepribadian, kecemasan, dan depresi

(Skegg & Cox, 1993 dalam Liebling, 1999). Terdapat beberapa sumber stressor pada

narapidana antara lain, latar belakang pada diri narapidana yang ditunjukkan dengan

pengalaman-pengalaman narapidana sebelum menjalani proses hukum, pengalaman selama

di penjara, dan keterbatasan berhubungan dengan keluarga maupun orang lain di luar

penjara (Alison Liebling, 1992 dalam Liebling, 1999). Subjek dalam penelitian ini terdiri

dari 52 narapidana pria dan 8 narapidana wanita yang memiliki rentang usia dari 20 hingga

58 tahun. Narapidana yang ikut serta dalam penelitian ini paling banyak adalah narapidana

yang berusia 21 hingga 40 tahun yang berjumlah 40 orang. Dari 8 subjek narapidana

wanita, yang memiliki kategori depresi berat sebanyak 5 orang dan kategori depresi ringan

berjumlah 3 orang. Dari 52 subjek narapidana pria, yang memiliki kategori depresi berat

sebanyak 15 orang, depresi sedang sebanyak 11 orang, dan depresi ringan sebanyak 11

orang. Berdasarkan umur, subjek yang paling banyak mengalami depresi berat adalah

subjek yang berusia 21 – 40 tahun (dewasa awal) sebanyak 13 orang dan subjek yang

berusia 40 – 60 tahun sebanyak 6 orang sedangkan subjek yang berusia 18-21 tahun

berjumlah 1 orang. Hal tersebut mendukung hasil peneitian Cornwell (2003) yang

membuktikan bahwa depresi yang dialami oleh individu dewasa lebih banyak disebabkan

oleh lingkungan sosial. Berdasarkan hasil di atas, maka depresi merupakan salah satu

gangguan mental yang dapat dialami oleh narapidana. Hal ini mendukung penelitian Suto

dan Arnaut (2010) yang dalam penelitiannya pada 24 narapidana juga membuktikan bahwa

salah satu gangguan mental yang dialami oleh narapidana adalah depresi.

Terdapat tiga hal utama yang menjadi stressor pada narapidana yaitu penurunan

tingkat aktivitas, kunjungan keluarga atau orang lain yang sedikit setiap bulannya, dan

menjadi korban bullying di dalam penjara (Woolredge, 1999 dalam Picken, 2012). Suto

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

65

dan Arnaut (2010) juga membuktikan bahwa hubungan yang tidak baik antara narapidana

dengan keluarga dan orang-orang di dalam lingkungan penjara dapat mengakibatkan

depresi. Permasalahan-permasalahan yang ditemui antara lain, permasalahan dengan

anggota keluarga atau pasangan, masalah dengan sesama narapidana, dan masalah dengan

staff penajara. Berdasarkan pernyataan tersebut, salah satu penyebab depresi pada

narapidana adalah rendahnya pertemuan dan komunikasi antara narapidana dengan

anggota keluarga. Padahal, dukungan sosial keluarga pada narapidana dibutuhkan untuk

membantu narapidana menjalani proses hukuman. Dengan banyaknya batasan yang

diberikan pada narapidana terutama keterbatasan untuk berkomunikasi dengan orang di

luar Lapas membuat narapidana semakin sulit untuk mendapatkan dukungan sosial. Maka

dari itu, waktu berkunjung yang diberikan oleh pihak Lapas untuk keluarga dan teman-

teman narapidana menjadi waktu yang dinanti-nantikan oleh setiap narapidana. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Rudkin (2003) yang mengatakan bahwa keluarga

merupakan tempat yang menjadi tujuan akhir individu ketika merasa sedih, lelah, dan

terluka. Namun, tidak sedikit narapidana yang kecewa dan merasa sedih karena

kesempatan berkunjung tersebut tidak dipergunakan dengan baik oleh orang terdekat

terutama keluarga narapidana. Dengan menyandang status sebagai narapidana dan harus

mengalami berbagai kejadian stressful dapat membuat narapidana menjadi sedih dan

berkeinginan untuk bercerita dengan orang lain padahal disatu sisi mereka merasa

kesulitan untuk berbagi cerita dengan keluarga dan orang terdekat lainnya.

Berdasarkan hasil pengategorisasian, dukungan sosial keluarga yang dimiliki oleh

narapidana dikategorikan dalam lima tingkat. Narapidana yang memiliki dukungan sosial

keluarga dalam kategori sangat rendah sebanyak 4 orang (6,67%), kategori rendah

sebanyak 12 orang (20%), kategori sedang sebanyak 24 orang (40%), kategori tinggi

sebanyak 20 orang (33,33%), dan tidak ada narapidana yang memiliki dukungan sosial

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

66

keluarga dalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil pengategorisasian tersebut,

kategori dukungan sosial keluarga yang paling banyak dimiliki oleh narapidana adalah

kategori dukungan sosial keluarga yang sedang. Dari 60 subjek penelitian, terdapat 7

narapidana yang mengaku bahwa keluarga tidak pernah mengunjungi selama berada di

Lapas. Selain itu, terdapat sebanyak 48,33% narapidana yang berasal dari luar provinsi

DIY sehingga sebagian besar keluarga berada di luar provinsi. Selama berada di Lapas,

narapidana mendapat kunjungan dari keluarga dengan bermacam-macam intensitas

pertemuan. Ada narapidana yang mendapat kunjungan setiap minggu, setiap bulan, satu

tahun sekali dan tidak pernah dikunjungi oleh keluarga. Pertemuan narapidana dengan

keluarga dibatasi dengan waktu 30 menit setiap berkunjung sehingga beberapa narapidana

mengaku mempergunakan waktu tersebut dengan sebaik-baiknya. Beberapa narapidana

juga mengatakan bahwa sangat merindukan keluarga dan menantikan waktu pertemuan

dengan keluarga. Banyaknya narapidana yang masuk dalam kategori sedang karena

mereka mengatakan bahwa walaupun hanya 30 menit bertemu, hal tersebut merupakan

pertemuan yang sangat berharga padahal jika dibandingkan dengan keadaan sebelum

masuk ke dalam Lapas, pertemuan selama 30 menit merupakan pertemuan yang jauh dari

cukup. Hal tersebut membuktikan pernyataan dari Cohen & Syme (1985) yang mengatakan

bahwa kebutuhan individu terhadap dukungan sosial berbeda-beda tergantung pada

persepsi masing-masing individu. Selain itu, Wetzel & Redmond (1980) juga

membuktikan bahwa penerimaan dukungan sosial keluarga dan lingkungan kerja

merupakan hal yang subjektif tergantung pada persepsi terhadap pengalaman masing-

masing individu.

Dukungan sosial keluarga yang diberikan untuk narapidana terdiri atas berbagai

macam bentuk. Bentuk-bentuk dukungan sosial keluarga tersebut antara lain, dukungan

emosional, dukungan berupa penghargaan atau feedback atas usaha yang telah dilakukan,

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

67

dukungan informasi, serta dukungan instrumental. Ketika keluarga berkunjung ke Lapas,

narapidana dapat menceritakan keluh kesah yang mereka alami selama di dalam Lapas,

menanyakan mengenai berbagai macam informasi yang dibutuhkan, menerima uang,

menerima makanan, serta menceritakan kemajuan yang telah mereka capai selama

mengikuti pembinaan. Terdapat beberapa narapidana yang bercerita pada peneliti bahwa

mereka masih diakui di dalam keluarga sehingga ketika berkunjung, terkadang anggota

keluarga yang mencurahkan isi hatinya kepada narapidana. Namun, ada juga narapidana

yang merasa keluarga tidak peduli sehingga tidak pernah datang untuk menjenguk dan

sebagai gantinya, teman dekat mereka yang datang berkunjung. Maka dari itu, dukungan

sosial sangat diperlukan bagi narapidana karena mereka harus menjalani kejadian yang

stressful selama di dalam Lapas. Hal tersebut membuktikan pernyataan Taylor (1995) yang

mengatakan bahwa dukungan sosial yang tinggi dapat membantu individu menghadapi

masalah dengan baik.

Hasil uji hipotesis ini membuktikan bahwa masih terdapat 82,4% faktor lain yang

dapat mempengaruhi depresi pada narapidana. Depresi dapat dipicu karena suatu kejadian

stressful yang terus menerus sehingga menimbulkan perasaaan negatif yang berulang-

ulang (Hale, 1997; Pinel, 2009). Sue et al. (2013) mengatakan bahwa depresi dipengaruhi

oleh empat faktor utama yaitu faktor biologis, psikologis, sosial, dan sosiokultural yang

saling berinteraksi. Faktor psikologis meliputi kepribadian individu yang ditunjukkan

dengan kemampuan melakukan coping (Billings & Moos, 1984) dan kognitif (Hammond

& Romney, 1994). Fu dan Parahoo (2008) dalam penelitiannya membuktikan bahwa

depresi penyebab ketidakmampuan di dunia yang disebabkan karena sosial dan budaya di

tempat asal, hubungan yang tidak baik dengan pasangan, konflik dalam keluarga,

perubahan hidup, dan pengalaman hidup ketika kanak-kanak. Selain itu, faktor biologis

yang dapat mempengaruhi depresi adalah keturunan, usia, dan jenis kelamin. Menurut

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

68

Davison dan Neale (2001) depresi disebabkan oleh faktor keturunan. Blazet (1994 dalam

Davison & Neale, 2001) mengungkapkan bahwa depresi dipengaruhi oleh usia individu.

Individu yang paling banyak mengalami depresi adalah individu yang berusia antara 15-24

tahun dan usia 35-44 tahun. Rentang usia tersebut merupakan rentang usia dimana individu

sedang menjalani masa perkembangan remaja awal, remaja akhir, dan dewasa awal.

Depresi juga dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Beberapa ahli mengungkapkan bahwa

depresi lebih banyak dialami oleh wanita daripada pria karena adanya pengaruh hormon

(Sue et al., 2013; Abel & Kulkarni, 2006). Maka dari itu, faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi depresi antara lain faktor biologis, psikologis, sosiokultural, kognitif, dan

coping terhadap stress.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial

keluarga dengan depresi pada narapidana di Lapas IIA Wirogunan Yogyakarta.

Semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka akan semakin rendah depresi pada

narapidana dan begitu sebaliknya. Sumbangan efektif atau kontribusi dukungan sosial

keluarga terhadap depresi narapidana sebesar 17,6 %. Tidak terdapat perbedaan yang

signifikan pada depresi narapidana yang ditinjau dari pendidikan, jenis pidana, dan

lama hukuman pidana narapidana. Sebanyak 33,34% narapidana memiliki tingkat

depresi yang berat dan sebanyak 40% narapidana memiliki tingkat dukungan sosial

keluarga dalam kategori sedang.

B. Saran

Peneliti memperhatikan beberapa hal yang dapat menjadi catatan bagi peneliti

selanjutnya dan pihak Lapas berdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan. Beberapa

hal tersebut terangkum dalam saran-saran berikut :

1. Bagi Lembaga Pemasyarakatan

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk Lembaga

Pemasyarakatan Wirogunan supaya dapat lebih memperhatikan kesehatan mental

narapidana, khususnya depresi.

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86276/potongan/S1-2015... · Depresi yang diderita oleh narapidana disebabkan oleh berbagai hal. Depresi juga

70

b. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kurangnya dukungan sosial keluarga

dapat mempengaruhi kesehatan mental narapidana dan dapat mengakibatkan

depresi. Maka dari itu, keluarga narapidana diharapkan untuk dapat meningkatkan

dukungan sosial kepada narapidana.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa sumbangan efektif atau kontribusi

dukungan sosial keluarga terhadap depresi narapidana sebesar 17,6% sementara

82,6% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Maka dari itu, dapat dilihat bahwa masih

banyak variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi depresi narapidana.

Variabel-variabel lain tersebut dapat meliputi faktor biologis, sosiokultural,

psikologis, coping terhadap stress, dan faktor kognitif yang dapat dijadikan bahan

kajian untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain yang

belum diteliti dalam penelitian ini.