BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam1. Disini
jelas bagi kita bahwa segala macam aktivitas muamalah kita telah diatur dalam
Islam begitu pula segala aktivitas yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
keuangan haruslah benar-benar berprinsip syari’at islam.
Aktivitas yang dilakukan oleh lembaga keuangan biasanya berkisar pada
bagaimana mendapatkan dana serta membelanjakan nya. Adapun untuk
mendapatkan dana lembaga keuangan syari’ah biasa menawarkan pembiayaan
atau kredit. Aktivitas vital dari sebuah Unit Simpan Pinjam salah satunya
adalah pelemparan dana atau pembiayaan yang sering disebut juga dengan
lending-financing.
Adapun istilah yang dipakai di Unit simpan Pinjam Koperasi Pondok
Pesantren At-Taslim lebih dikenal dengan sebutan kredit. Mengapa kredit
bukan pembiayaan, karena kredit hanya sebutan saja, di USP ini lebih
menekankan pada prakteknya.
Adapun pengertian Kredit dan pembiayaan menurut Undang-Undang
Perbankan nomor 10 tahun 1998.
1Muhammad Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Terjemahan M.
Nastangin) Yogyakarta, Dana bakti Wakaf, 1993 hal. 19
2
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utang nya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.
Sedangkan menurut PP. no 9 tahun 1995, tentang pelaksanaan simpan
pinjam oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah;
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan disertai pembayaran sejumlah imbalan”.
Di saat lembaga-lembaga keuangan sibuk dengan metode bagi hasilnya
dengan teori-teori nya yang ideal, namun masih dipertanyakan prakteknya.
USP Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim membuat terobosan baru dengan
metode yang sangat inovatif dan kreatif serta tetap berbasis pada nilai-nilai
syari’ah yakni dengan metode Nazar hibah.
Pengembalian hutang dengan memberikan kelebihan tanpa dipersyaratkan
sebelumnya akan menjadi kebaikan /sedekah orang yang berhutang. Namun
kelebihan pengembalian yang dipersyaratkan dilarang oleh Islam karena
termasuk riba2.
Dalam sebuah hadist Nabi Muhammad SAW bersabda:
2 Muhammad Ridwan, MANAJEMEN Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII
Press, 2004, hlm. 105
3
3
“Dari Abu Rafi’ r.a.; Bahwasanya Nabi SAW. meminta pada seorang laki-laki supaya menghutangkan seekor unta muda, maka sampai lah kepada Nabi, seekor unta dari unta-unta shadaqah kepada beliau. Kemudian beliau menyuruh Abu Rafi supaya melunasi utang nya itu. Kata Abu Rafi’: Saya tidak mendapatkan selain unta yang baik dan telah sampai umur”. Beliau bersabda: “berikanlah padanya, karena sebaik-baiknya orang itu ialah yang terbaik dalam cara melunasi utangnya”.diriwayatkan oleh Muslim.”
Inilah yang menjadi referensi utama pelaksanaan metode nazar hibah yang
dilaksanakan oleh USP Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk membahas Metode Nazar hibah
baik itu secara teoritis maupun praktis yang ada di USP Koperasi Pondok
Pesantren At-Taslim, sehingga penulis mengangkat sebuah judul “STUDI
ANALISIS TERHADAP PENERAPAN KREDIT DENGAN METODE
NAZAR HIBAH DI UNIT SIMPAN PINJAM (USP) KOPERASI
PONDOK PESANTREN AT-TASLIM DEMAK”.
3 Bulughul Maram, Toha Putra,T.th
4
B. Perumusan Masalah
Dalam skripsi ini penulis akan mengangkat beberapa pokok permasalahan
yaitu:
1. Bagaimana Konsep Nazar hibah yang dilakukan terhadap USP Koperasi
Pondok Pesantren At-Taslim Demak?
2. Mengetahui seperti apakah realisasi Nazar hibah yang dipraktekkan
terhadap USP Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim?.
Fokus kajian dalam penulisan skripsi ini adalah tentang penerapan
kredit Nazar hibah pada Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Pondok
Pesantren At-Taslim, kaitannya dengan hukum Islam di Unit Simpan
Pinjam (USP) Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim.
C. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan suatu skripsi ini dimana skripsi harus mengandung
muatan penelitian dan membutuhkan kerja dan pikiran yang mendalam
sehingga penulisan skripsi ini mempunyai tujuan:
1. Tujuan Formal
a. Menambah kekayaan Ilmu Pengetahuan terutama syari’ah khususnya
Muamalah
b. Untuk memenuhi persyaratan meraih gelar kesarjanaan dalam disiplin
Ilmu Syari’ah pada Fakultas Syari’ah jurusan Muamalah Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
5
2. Tujuan Fungsional
a. Untuk mengetahui profil Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim, baik
secara teoritis dan prakteknya.
b. Untuk mengetahui seperti apakah sebenarnya konsep Nazar hibah
berikut realisasi yang dilakukan di Unit Simpan Pinjam Koperasi
Pondok Pesantren At-Taslim, apakah sudah sesuai dengan Hukum
Islam.
D. Telaah Pustaka dan Kerangka Teori
1. Telaah Pustaka
Penulis akan menggunakan literatur-literatur yang ada diantaranya
bisa dari buku-buku yang berhubungan dengan kegiatan muamalah
khususnya masalah hutang piutang, hibah dan nazar.
Skripsi Muhammad Adib Ghozali yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam terhadap Praktek Syirkah di Koperasi Pondok pesantren At-Taslim
Demak”, telah menguraikan secara singkat mengenai pengertian dan
dasar hukum syirkah, rukun dan syarat-syarat syirkah serta pelaksanaan
syirkah dalam sistem ekonomi Islam, akan tetapi dalam hal ini, ia hanya
memfokuskan syirkah dalam sistem ekonomi islam.
2. Kerangka Teori
Sesuai dengan fatwa MUI bahwa bunga bank adalah haram, maka
USP koperasi pondok pesantren At-Taslim membuat suatu metode yaitu
Nazar Hibah, karena menurut ulama memberi nilai lebih pada hutang
yang tanpa dipersyaratkan adalah Halalan Toyyiban..
6
Nazar (Ar: an-nazr = perjanjian) = Mewajibkan sesuatu yang tidak
wajib atas diri sendiri sehubungan dengan terjadinya suatu peristiwa;
menjadikan suatu ibadah yang pada mulanya tidak wajib sebagai
kewajiban bagi diri sendiri4, metode ber nazar berarti mewajibkan diri
berbuat baik kepada orang lain terhadap perbuatan yang sifatnya bukan
“WAJIB”.
Definisi Nazar menurut para ahli Hukum Islam antara lain :
Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa “Nazar” adalah: “iltizam
(mengkonsekuensikan diri) bertaqorrub pada hal-hal yang tidak
semestinya ada, menurut syari’at dengan suatu ungkapan kata yang
terasa”.5
Menurut pengarang Fathul Mu’in “Nazar” adalah: “Penetapan
pelaksanaan ibadah bukan fardlu ain baik sunnah atau fardlu Kifayah oleh
orang muslim Mukallaf yang Rasyid (= pandai berbuat) 6.
Definisi Hibah menurut para ahli Hukum Islam antara lain :
Sedangkan hibah (Ar.=berhembusnya atau berlalunya angin) = Menurut
bahasa berarti suatu pemberian terhadap orang lain, yang sebelumnya
orang lain itu tak punya hak terhadap benda tersebut7.
4 Abdul Azis Dahlan(et. al.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve,
1996, hal 1316-1317 5 Sayid Sabiq, Fikih Sunnah terjemah, jilid 12, Bandung: PT Al Ma’arif, 1987, hal. 31 6 Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibariy, Fathul Mu’in Terjamah, jilid 2, Kudus:
PT Menara, 1979, hal. 144 7 Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993,
hlm. 106
7
Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa “Hibah” adalah: “akad yang
pokok persoa lannya pemberian harta milik seseorang kepada orang lain
di waktu dia hidup, tanpa adanya imbalan” 8.
Menurut pengarang Fathul Mu’in “Hibah” adalah: “Memberikan
suatu barang yang pada ghalibnya syah dijual atau piutang, oleh orang
ahli Tabarru’, dengan tanpa ada penukarannya”.9
Sulaiman Rasyid memberikan definisi sebagai berikut : Hibah ialah
memberikan zat dengan tidak ada tukarnya”.10
Dari beberapa definisi yang disampaikan oleh para ahli hukum di atas,
dapat disimpulkan bahwa hibah ini adalah merupakan suatu
1. Pemberian yang bersifat suka rela (tidak ada sebab musababnya).
2. Tanpa ada kontra prestasi dari pihak penerima pemberian.
3. Pemberian itu dilangsungkan pada saat si pemberi masih hidup.
Inilah yang membedakannya dengan wasiat, yang mana wasiat
diberikan sesudah si pewasiat meninggal dunia).
Hibah adalah nilai lebih dari pokok hutang yang diambil, sebenarnya
hibah ini berasal dari konsep bank konvensional tapi di padu fiqh
(Syari’ah Islam) hingga lahirlah metode nazar hibah.
Definisi nazar hibah secara eksplisit memang belum ada dalam buku-
buku ekonomi, khususnya buku ekonomi Islam. Namun setelah sedikit
mengetahui definisi masing-masing dari nazar dan hibah maka dapat
diambil suatu kesimpulan.
8 Sayid Sabiq, Fikih Sunnah terjemah, jilid 14, Bandung: PT Al Ma’arif, 1988, hlm. 167 9 Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibariy, op.cit , jilid 2, hlm. 324 10 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Jakarta: At-thohiriyyah, 1990, cet XIII, hlm. 305
8
Nazar Hibah adalah “memberikan nilai lebih pada hutang atas
inisiatif peminjam sendiri yang tadinya sunnah karena di nazari menjadi
wajib” 11.
E. Metode Penelitian Skripsi
Dalam Penelitian ini penulis akan mengadakan penelitian di Unit Simpan
Pinjam (USP) Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim Demak, yang beralamat
di Jl. Kalijajar No.09 Bintoro Demak 59511.
Agar skripsi ini memenuhi kriteria sebagai karya ilmiah serta mengarah
kepada tujuan yang dimaksud, maka penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan mengkaji data-data lapangan (field research) sementara
literatur yang berkaitan dengan masalah ini digunakan sebagai data
pendukung.
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk membahas
masalah atau problematika yang terdapat pada judul skripsi ini adalah:
Field Research yaitu; penulis langsung kelapangan guna mengadakan
penelitian pada obyek yang ada kaitannya dengan masalah yang akan
dibahas.12
Untuk memperoleh data lapangan yang akan diperlukan oleh penulis
nanti maka penulis akan menggunakan metode sebagai berikut:
11 Wawancara dengan manajer USP Bp. Sa’id, di kantor USP, tanggal I Juli 2005 jam
10.00 WIB 12 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, Yogya: UGM University, cet ke-9, 2000,
hlm. 30
9
1. Observasi yaitu; Pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang akan diselidiki. Mengetahui
bagaimana konsep dan realisasi penerapan kredit nazar hibah
terhadap Unit Simpan Pinjam Kopontren At-Taslim Demak dan
terhadap nasabah yang melakukan kredit nazar hibah.
2. Wawancara/Interview yaitu; Proses tanya jawab dalam pengamatan
yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih
bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi
atau keterangan-keterangan13. Adapun responden yang akan
diwawancarai adalah Pengurus dan Anggota Koperasi Pondok
Pesantren At-taslim Demak.
3. Dokumentasi, dengan menggunakan metode ini kita akan mengutip
data-data yang bisa berupa dokumen yang ada hubungannya
dengan Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim Demak, baik
mengenai sejarah berdirinya, produk dan sistem pelayanannya.
2. Metode Analisis Data
Dalam analisis data ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode Deskriptif
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga,
13 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, Bumi Aksara, Cet ke-3 2001,
hal. 70
10
masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya.14
Metode ini digunakan untuk menganalisis teori-teori dan konsep-
konsep dalam menyusun bab III, yakni penulisan yang menyajikan
data hasil observasi di lapangan tentang konsep dan pelaksanaan kredit
nazar hibah di Unit Simpan Pinjam Koperasi Pondok Pesantren At-
Taslim Demak.
b. Metode Evaluatif dilakukan dalam upaya melakukan evaluasi dan
menganalisis data dengan mensinergikan data tersebut dengan sumber
hukum islam.15
F. Sistematika Penulisan
Di dalam penyusunan skripsi ini penulis akan menyusun sistematika
penulisan sebagai berikut:
Bab I Berisi Pendahuluan sub bab nya tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka dan kerangka teori,
Metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Membahas Sekilas tentang Nazar hibah, sub bab Nazar baik
pengertian dan landasan teori, syarat dan rukun, batal nya nazar, sub bab
hibah mengenai pengertian, landasan teori, syarat dan rukun, sub bab Nazar
hibah.
14 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1993, hlm. 63 15 Winarno Surachmad, Dasar dan Tehnik Research, Bandung: Tarsito, tth., 1986, hlm.
135.
11
Bab III Karena penelitian penulis bersifat lapangan maka bab III
cenderung membahas tentang Gambaran umum Koperasi pondok pesantren
At-Taslim Demak, Subbab: profil Kopontren At-Taslim, Organisasi dan
Manajemen, Unit Simpan Pinjam Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim,
Sejarah Perkembangan dan Badan Hukum USP Visi Misi USP, Motto USP,
Struktur Organisasi, Operasionalisasi Kredit Nazar Hibah.
Bab IV Membahas tentang Analisis Konseptual Nazar hibah dan Realisasi
Nazar hibah di Unit Simpan Pinjam Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim,
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Kredit Metode Nazar hibah di
Unit Simpan Pinjam Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim.
Bab V Berisi Penutup Sub Bab: Simpulan, Saran-saran, penutup
12
BAB II
SEKILAS TENTANG NAZAR HIBAH
A. Konsep Nazar
1. Pengertian Nazar
Kata Nazar berasal dari kata :…………..,…………,………..yang
artinya “bernazar”, dalam bahasa Inggris disebut “to vow”.16
Nazr wa niyaz ( ) “Vows and Oblations”. These are given
in the name of God, or in the name of Prophet ,or in the name of some
muslim saint.[Vows]17
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “Nazar” berarti: ”janji
hendak berbuat sesuatu apabila telah tercapai maksudnya; kaul;
membayar (melepasi, menunaikan), melakukan apa yang sudah
dijanjikan”.18
Dalam Ilmu Fiqh “Nazar” berarti “mengingat”, maksudnya ialah
mewajibkan kepada diri sendiri untuk melakukan atau tidak melakukan
suatu perbuatan dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan mengucapkan lafadz nazar, sesuai dengan ketentuan syara”.19
16 Abdullah bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus (Arab, Indonesia, Inggris), Jakarta:
PT.Mutiara Sumber Widya, cet. ke-4, 1974, hlm. 249
17 Thomas Patrick Hughes, Dictionary Of Islam (Being A Cyclopedia of the doctrines, Rites, Ceremonies, and Custom, together with the technical and theological terms, of Muhammadan Religion), India,: Cosmo Publications, 1982, hml. 431
18 W.J.S. Poerwadarminta, KAMUS UMUM BAHASA INDONESIA, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, hlm.667
19 Depag RI, Ilmu Fiqh, 1982, hlm. 474
13
2. Landasan Teori Nazar
Pentasyri’an Nazar termaktub dalam Kitabullah dan Sunnah.20Allah
SWT berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah:270 وما أنفقتم من نفقة أو نذرتم من نذر فإن الله يعلمه (سورة البقرة : ٢٧٠)
Artinya: “Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu
nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya..”21
Menurut tafsir Al-Misbah, ayat ini berbicara tentang nafkah, tetapi
diiringi dengan uraian tentang nazar, yaitu mengikat diri dengan
kewajiban melaksanakan suatu kebajikan yang tidak diwajibkan oleh
Allah. Apapun yang kita nafkahkan, sedikit atau banyak berdasar
kewajiban atau anjuran Allah, atau kewajiban yang kita tetapkan sendiri,
maka yakinlah bahwa Allah mengetahuinya. Allah mengetahui segala
motivasi, sikap dan ucapan kita, baik itu sebelum, ketika dan sesudah
menafkahkan, kadar dan jenis nafkah kita, demikian juga Allah
mengetahui sampai dimana ketulusan dan pelaksanaan nazar kita. Dan
juga ayat ini mengisyaratkan, bahwa yang bernafkah sesuai dengan
tuntunan Ilahi serta memenuhi nazar sebagaimana mestinya, akan
memperoleh banyak penolong.
Surat Al-Hajj: 29 berbunyi
)٢٩(تفثهم وليوفوا نذورهم وليطوفوا بالبيت العتيقثم ليقضوا “Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada di badan mereka dan hendaklah mereka memenuhi nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan thawaf di Baitullah yang tua itu (Al Hajj: 29).”22
20 Sayyid Sabiq, Terjemah Fikih Sunnah, jilid 12, Bandung: PT. Al-Ma’arif 1987,
hlm. 32 21 Depag. RI, Al-Quran dan terjemahnya, hlm.67
14
)٧( يوفون بالنذر ويخافون يوما آان شره مستطيرا “Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana(QS. Al Insaan: 7)”23 Di dalam As-sunnah, Rasulullah bersabda:
“Siapa yang bernadzar akan mentaati Allah, maka hendaklah ia taat. Dan siapa yang bernadzar akan bermaksiat kepada Allah, maka hendaklah jangan bermaksiat kepada-Nya.”24 Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah ra; sikap Islam,
sekalipun telah mensyari’atkan nadzar, akan tetapi tidak
mensunahkannya.25
3. Rukun dan Syarat Nazar
Para ulama fikih berbeda pendapat mengenai rukun nazar. Menurut
mazhab Hanafi, Unsur Nazar hanya ada satu yaitu: sighat (ucapan atau
pernyataan) yang menunjukkan adanya keinginan untuk bernazar.
Sedangkan menurut jumhur ulama fikih, unsur nazar ada tiga.
a. Subjek atau orang yang bernazar (an-nazir).
b. Objek atau yang dinazarkan (al-manzur).
c. Ungkapan atau pernyataan yang menyatakan adanya nazar (as-
sighah)26.
22 Depag. Ibid, hlm. 516 23 Depag. Ibid, hlm.1004 24 Sayyid Sabiq, op.cit, hlm. 33 25Sayyid Sabiq, Op.Cit, hlm. 33 26 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, cet.1, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996, hlm.1317
15
Begitu juga dalam penentuan syarat-syarat yang berkaitan dengan
unsur-unsur (rukun) nazar para ulama fikih juga berbeda pendapat.
Ad. a. Subjek
1. Muslim
Nazir haruslah muslim, maka tidak sah jika nazar diucapkan
oleh orang kafir. Sehingga apabila seorang kafir bernazar
kemudian masuk islam, maka nazarnya diwaktu kafir tersebut
dipandang tidak sah (mu’tabar) dan tidak harus dipenuhi setelah
yang bersangkutan masuk Islam.
2. Cakap bertindak
Yaitu berakal dan baligh, maka tidak sah nazar orang gila
atau anak-anak, sebab mereka tersebut dipandang sebagai orang
yang tidak cakap bertindak hukum sehingga tidak dapat
dibebani suatu kewajiban, sedangkan bernazar berarti membuat
suatu kewajiban tertentu yang akan dituntut pertanggung
jawabannya.
Ulama Mazhab Hanafi, sesuai dengan pandangan mereka bahwa rukun
nazar hanya sigah, tidak mengemukakan syarat-syarat nazar. ulama
mazhab Syafi’i berpendapat bahwa ikhtiar dan kemampuan merupakan
syarat bagi subyek atau orang yang bernazar. Dengan demikian, menurut
ulama Mazhab Hanafi, orang yang bernazar karena dipaksa oleh pihak
luar tetap dituntut untuk melaksanakannya, sedangkan menurut ulama
Mazhab Syafi’i, nazar yang mereka ucapkan dipandang tidak sah (ghairu
16
mu’tabar). Pendapat Mazhab Syafi’i ini didasarkan hadits: “Tidak akan
dituntut pertanggung jawaban dari tiga kelompok umatku, yaitu orang
yang tersalah, orang yang lupa, dan orang yang dipaksa”.(HR. at-
Tabrani)”.27
Ad. b. Objek (yang dinazarkan)
Jumhur ulama membagi objek (yang dinazarkan) menjadi dua
macam, yaitu:
1. Nazar yang tidak jelas
Nazar yang tidak jelas ialah nazar yang tidak menyebutkan
secara pasti apa yang akan dinazarkannya. Misalnya, seseorang
berkata: “Saya bernazar kepada Allah SWT”.
2. Nazar yang jelas
Nazar ini dibagi menjadi empat:
a. Nazar yang dapat menjadi media untuk mendekatkan diri
b. Nazar yang apabila dilakukan akan berakibat maksiat atau
durhaka kepada Allah SWT.
c. Nazar yang dibenci menurut syara’ sebaiknya tidak
dilaksanakan
d. Nazar yang mubah dilakukan, yaitu boleh dilaksanakan dan
boleh juga tidak karena menurut jumhur ulama
sesungguhnya ini bukan nazar.
27 Ibid, hlm. 1317
17
Dari segi wujudnya, objek nazar dapat dibagi kepada dua macam:
a. Nazar Aktif
b. Nazar Pasif
Adapun syarat-syarat bagi yang dinazarkan agar nazarnya dapat
diterima (mengikat) ialah sebagai berikut:
1. Yang dinazarkan itu dapat diterima akal dan mungkin terjadi
menurut pertimbangan syara’.
2. Yang dinazarkan itu merupakan ibadah (media untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT).
3. Yang dinazarkan itu, jika terdiri dari harta, harus dimiliki oleh
yang bernazar.
4. Yang dinazarkan bukan merupakan sesuatu yang memang
hukumnya wajib dikerjakan oleh yang bernazar.
5. Yang dinazarkan itu bukan berupa ibadah yang bersumber dari
adat. Syarat ini hanya diakui oleh ulama Mazhab Hanafi,
sedangkan ulama Mazhab Syafi’i tidak memasukkannya
sebagai syarat bagi yang dinazarkan.
Ad. c. Ungkapan atau pernyataan yang menyatakan adanya nazar (as-
sigah)
Sigah nazar, dari segi yang dinazarkan, ada dua macam.
a. Pernyataan (sigah) yang tidak mengandung penjelasan
(mutlaq).
18
b. Pernyataan (sigah) yang mengandung penjelasan (muqayyad).
Penjelasan ini biasanya berupa syarat, seperti “jika” dan
“apabila”.
4. Macam-macam Nazar
Pembagian nazar dapat ditinjau dari segi lafadz (sigat)nya dan dapat
pula dari segi isi nazar itu28.
Ditinjau dari segi lafadz (sigat),maka nazar itu terbagi menjadi dua
yaitu:
a. Nazar mutlak dan disebut juga nazar ghairu masyruth.
Yaitu nazar yang dilakukan semata-mata untuk mendekatkan diri
kepada Allah tanpa ada sesuatu sebab atau syarat, seperti seorang
bernazar, “karena Allah, aku mewajibkan atas diriku sembahyang dua
raka’at”. Nazar ini diucapkan tanpa sebab ataupun tanpa syarat, tetapi
diucapkan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah.
b. Nazar muqayyad dan disebut juga nazar masyruth.
Yaitu nazar yang dilakukan karena memperoleh sesuatu nikmat
atau karena terhindar dari sesuatu bahaya, seperti seorang bernazar,
”Jika aku lulus ujian yang akan datang ini, aku akan berpuasa tiga hari
karena Allah” atau seorang yang terhindar dari bahaya, seperti ia
selamat dan tidak cidera diwaktu bis yang ditumpanginya terguling, ia
bernazar, “karena saya selamat dan tidak cidera waktu bis yang saya
tumpangi terbalik, maka saya berpuasa selama lima hari”. Nazar ini
28 Depag RI, Op.Cit, hlm. 478
19
diucapkan karena ada sebab atau syarat, yaitu lulus ujian dan selamat,
tidak ada cidera karena bis terbalik, dan bersyukur kepada Allah atas
nikmat dan penjagaan-Nya itu.
Kedua macam nazar ini wajib dilaksanakan, berdasar hadist:
Artinya: “Bersabda Nabi saw, “Barangsiapa yang bernazar untuk menta’ati
Allah, maka hendaklah ia laksanakan”. Ditinjau dari segi isi, nazar terbagi menjadi dua yaitu:
a. Nazar untuk mengerjakan suatu perbuatan. Perbuatan itu berupa:
1. Perbuatan ibadah
2. Perbuatan Maksiat
3. Perbuatan Makruh
4. Perbuatan Mubah
Karena nazar itu harus berupa perbuatan taat kepada Allah, maka
yang dihukum sebagai nazar yang disyari’atkan, ialah nazar nomor 1
dan 4, yaitu nazar perbuatan ibadah dan nazar perbuatan mubah sedang
nazar perbuatan maksiat dan perbuatan makruh wajib dilanggar dengan
membayar kafarat.29
b. Nazar meninggalkan suatu perbuatan. Perbuatan itu berupa:
1. Perbuatan ibadah
2. Perbuatan Maksiat
3. Perbuatan Makruh
29 Depag. RI, Ilmu Fiqh, Op.Cit, hlm. 479.
20
4. Perbuatan Mubah
Yang termasuk nazar yang disyari’atkan, ialah nazar untuk
meninggalkan perbuatan maksiat dan perbuatan makruh. Sedang nazar
tidak akan melaksanakan perbuatan ibadah dan perbuatan mubah tidak
termasuk nazar yang disyari’atkan.
5. Hukum Bernazar
Sepakat para ulama bahwa bila seorang bernazar untuk melakukan taat
kepada Allah, maka ia wajib melaksanakan nazarnya jika ia tidak
melaksanakan nazarnya, berarti ia telah melanggar nazarnya, karena itu ia
wajib membayar kafarat seperti dan sebanyak kafarat sumpah.
Jika seorang bernazar untuk melakukan perbuatan maksiat maka ia
tidak wajib melaksanakan nazarnya itu.
Karena nazar untuk mendurhakai Allah itu pada hakekatnya tidak
termasuk nazar, maka orang yang melanggarnya tidak wajib membayar
kafarat. Sedang menurut Mazhab Hanafi, orang itu wajib melanggar
nazarnya dan wajib membayar kafarat.30
B. Konsep Hibah
1. Pengertian Hibah
Hibah berasal dari bahasa arab yaitu; akar kata
“ , , “Yang berarti “memberi”.31
30 Depag RI, Ilmu Fiqh, Op.Cit, hlm. 481. 31 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, Bandung: PT. Al-Ma’arif, t.th, hlm. 476.
21
Adapun pendapat lain dikatakan bahwa hibah berasal dari kata
, , , , , , artinya “memberikan”
dalam bahasa inggris disebut juga to grant, to give.32 Sehingga dari kata
tersebut dipakailah kata hibah dengan maksud memberikan sesuatu kepada
orang lain baik berupa harta ataupun benda lainnya.
Hibah ( ). A legal term in Muhammad law, which signifies a
deed of gift, a transfer of property, made immediately and without any
exchange.[Gifts]33
Di dalam Kamus Umum bahasa Indonesia “Hibah” berarti “pemberian;
Menghibahkan artinya: memberikan (pada ketika si pemberi masih
hidup)”.34
Menurut pendapat Abi Yahya Zakariyah Al-Anshori hibah adalah:
”Memberikan sesuatu dari hak milik yang bersifat sunat pada waktu
hidupnya.”35
Berikut pendapat Teungku Muhammad Hasbie Ash Shiddieqy hibah
ialah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan diadakan akad tanpa
diadakan bunga.36
Menurut M. Ali Hasan hibah artinya: pemberian atau hadiah, yaitu
suatu pemberian yang dilakukan secara sukarela dalam mendekatkan diri
32Abdullah bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus (Arab, Indonesia, Inggris), Op.Cit, hlm. 265.
33Thomas Patrick Hughes, Dictionary Of Islam (Being A Cyclopedia of the doctrines, Rites, Ceremonies, and Custom, together with the technical and theological terms, of Muhammadan Religion), op.cit, hlm. 431
34W.J.S. Poerwadarminta, KAMUS UMUM BAHASA INDONESIA, op.cit, hlm. 354 35 Abi Yahya Zakariyah Al-Anshori, Fath Al-Wahab, Semarang: Toha Putra, Juz I, t.th.,
hlm.259 36 Teungku Muhammad Hasbie Ash Shidieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, cet.2, Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra, 1997, hlm. 238
22
kepada Allah tanpa mengharapkan balasan apa pun.37 Senada dengan M.
Ali Hasan Drs. Hamid Farihi, M.A., juga berpendapat bahwa: Salah satu
bentuk taqorrub kepada Allah SWT dalam rangka mempersempit
kesenjangan sosial serta menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial adalah
hibah atau pemberian.38
Menurut Mustafa Al-Zarqa hibah adalah:
Artinya: “Suatu akad yang obyeknya adalah: Memberikan hak milik hartanya kepada orang lain secara gratis tanpa imbalan”. 39
Hibah dikatakan suatu akad yang menurut para fuqaha diartikan
dengan “perikatan antara ijab dengan qabul secara yang dibenarkan oleh
syara’(Hukum Islam), yang menerapkan kerelaan antara kedua belah
pihak.40
Dari pengertian-pengertian tersebut diatas dapat dipahami bahwa
pemberian hibah terdapat unsur kerelaan, artinya pemberi hibah dengan
cuma-cuma memberikan sesuatu dari hak miliknya kepada orang lain
tanpa imbalan. Oleh karena hibah merupakan suatu pemberian, maka
otomatis timbul adanya orang yang diberi. Dengan sebab itu maka timbul
akad antara pemberi dan penerima hibah.
37 M. Ali Hasan, Berbagai macam transaksi dalam Islam, cet.1,Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003, hlm. 76 38 Hamid Farihi, M.A Problematika Hukum Islam, Cet.3, Jakarta: Pustaka Firdaus
2004, hlm. 104-105. 39 TM. Hasbie Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Jakarta: Bulan Bintang, 1974,
hlm. 89. 40 Mustafa Ahmad Al-Zarqa, Al-Madkhal Al Fiqh Al’amm, Beirut: Dar Al-Fikr, juz. I,
hlm. 549.
23
Di dalam hukum islam secara jelas sebagai suatu akad, yakni suatu
perikatan yang didasarkan atas kerelaan kedua belah pihak.
2. Landasan Teori Hibah
Allah SWT mensyari’atkan hibah karena didalamnya terkandung
upaya menjinakkan hati dan memperkuat tali kasih sayang di antara
manusia, seperti hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a. ”Tahadau
tahabbu” yang artinya: “salinglah memberi, maka akan timbul kasih
sayang”41. Dalam hadist lain riwayat Abu Hurairah, Nabi SAW
mengatakan, “salinglah kalian memberi hadiah, karena hadiah itu dapat
menghilangkan iri hati, dan janganlah menganggap sepele atas pemberian
meskipun berupa kikil kambing”42. Dalam hukum islam terdapat beberapa
dalil hukum/dasar hukum yang pernah disepakati oleh jumhur ulama yaitu;
Al-Qur’an, Al- sunnah, ijma’ dan qiyas.43
Ayat-ayat yang menjadi landasan hukum dibolehkannya hibah
diantaranya adalah:
- QS. Al-Baqarah: 262
ن ما أنفقوا منا وال أذى لهم أجرهم عنديتبعو الذين ينفقون أموالهم في سبيل الله ثم ال
يحزنون ربهم وال خوف عليهم وال هم
Artinya: “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,
kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh
41 Hadis ini ditakhrij oleh al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, juga oleh al-Baihaqi.
Menurut al-Hafidh isnad Hadis ini hasan. Lihat Nailul Authar juz 6, hlm. 100. 42 Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, cet. Ke-4, 1983, juz 3, hlm. 389. 43 Prof. Dr. Abdul Wahhab khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada , 1994, hlm. 18.
24
pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”44
- QS. Al-Munafiqun:10
رزقناكم من قبل أن يأتي أحدكم الموت رب لولا أخرتني إلى أجل قريبو فيقول أنفقوا من ما
الحنيالص نأكن مو قدفأص
Artinya: “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata:
"Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"45
Dari kedua ayat tersebut diatas dapat diambil suatu pengertian hibah
secara implisit yaitu; memberikan sesuatu tanpa imbalan atas dasar
mengharap keridloan Allah SWT.
Di dalam ayat yang lain ditemukan lafadz-lafadz yang mencerminkan
pengertian hibah secara etimologi misalnya adalah QS. Ali Imran ayat 38
yang berbunyi;
سميع الدعاء لدنك ذرية طيبة إنك هنالك دعا زآريا ربه قال رب هب لي من
Artinya: “Disanalah Zakaria mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”.46
Dan juga ditemukan dalam QS. Shaad ayat 9, yang berbunyi ;
أم عندهم خزائن رحمة ربك العزيز الوهاب
44 Depag RI, Al Qur’an Terjemah. hlm. 66. 45 Depag RI, Al Qur’an Terjemah, hlm. 938 46 Depag RI, Al Qur’an Terjemah, hlm. 81.
25
Artinya: “Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi?”47
Didalam Tafsir Al-Misbah kata ( ) khaza’in/gudang-gudang
atau perbendaharaan, adalah bentuk jamak dari kata ( )
khazinah. Ia digunakan untuk menggambarkan aneka anugerah dan nikmat
Ilahi yang sangat berharga.48 Dan kata ( ) al-wahhab terambil
dari akar kata ( ) yang berarti memberi dan memilikkan sesuatu
yang dimiliki tanpa imbalan.
Dari kedua ayat tersebut dapat diketahui bahwa hibah berarti
pemberian. Dan dapatlah kiranya untuk diambil rumusan bahwa Allah
SWT telah memerintahkan kepada kita untuk memberikan dermanya
kepada orang lain dan saling tolong menolong, sebagai realisasi selama
hidup di dunia dan tidak mendiskreditkan terhadap orang yang menderita
atau memberikan bantuannya kepada orang yang membutuhkannya dan
memperhatikan kesulitan orang lain, hal ini sebagaimana hadist nabi yang
berbunyi:
47 Depag RI, Al Qur’an Terjemah, hlm. 734 48 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati,2004, hlm116
26
Artinya: “Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW. Bersabda, “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan di dunia, niscaya Allah melepaskan dia dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barang siapa memberi kelonggaran kepada seorang yang susah, niscaya Allah akan memberi kelonggaran baginya di dunia dan akhirat; dan barang siapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aib dia di dunia dan di akhirat. Dan Allah selamanya menolong hamba-Nya, selama hamba-Nya menolong saudaranya.”(H.R Muslim).49
Hadist di atas dengan jelas mengatakan, bahwa sikap menyanjung
orang lain dengan cara memberikan sesuatu (benda) atau membantu
saudaranya dengan melepaskannya dari kesusahan yang dialami
merupakan hal yang baik dan dianjurkan dalam tuntutan syari’at Islam.
Karena pada hakekatnya semua kekayaan dan rizki yang ada di dunia ini
adalah mutlak kepunyaan Allah SWT.
Pemberian hibah adalah sunat sebagaimana yang terdapat di dalam Al-
Qur’an dan Al-hadist serta kesepakatan para ulama. Demikian yang
ungkapkan Imam Taqyuddin Abi bakar bin Muhammad Al-Husaini.50
Dari beberapa penjelasan tersebut diatas baik dalil–dalil yang
mengatur tentang hibah ataupun pendapat para ulama dan ahli hukum
Islam yang ada korelasinya, maka dapat dipahami bahwa hibah adalah
perbuatan baik dan di anjurkan dalam islam yang cara kepemilikannya
harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
49 Rachmat Syafe’i, DR. H. M.A, AL-HADIS (Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan hukum),
Bandung: Pustaka Setia, 2000, hlm. 251-252. 50 ImamTakyuddin, Kifayatul Ahyar, Bandung: PT Al-Ma’rif, tth, Juz I, hlm. 323
27
3. Rukun dan Syarat
Adapun yang menjadi rukun hibah itu terdiri dari :
a. ada orang yang memberi (penghibah).
b. ada orang yang menerima pemberian (penerima hibah).
c. ada ijab dan kabul; dan
d. ada barang/benda yang diberikan (benda yang dihibahkan)51
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu hibah sah adalah
Ad. a. Syarat-syarat bagi penghibah
1. Barang yang dihibahkan adalah milik si penghibah; dengan
demikian tidaklah sah menghibahkan barang milik orang lain.
2. Penghibah bukan orang yang dibatasi haknya disebabkan oleh
sesuatu alasan.
3. Penghibah adalah orang yang cakap bertindak menurut hukum
(dewasa dan tidak kurang akal.
4. Penghibah tidak dipaksa untuk memberikan hibah, sebab hibah
itu akad yang mempersyaratkan keridhaan dalam
keabsahannya.52
Dengan demikian haruslah didasarkan kepada kesukarelaan.
Ad. b. Syarat-syarat bagi penerima hibah
Bahwa penerima hibah haruslah orang yang benar-benar ada
pada waktu hibah dilakukan. Adapun yang dimaksudkan dengan
51 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Jakarta: At-Thohiriyyah, tth, cet.XVII, hlm. 312 52 Sayyid Sabiq, Op.cit, hal 171
28
benar-benar ada ialah orang tersebut (penerima hibah) sudah lahir.
Dan tidak dipersoalkan apakah ia anak-anak, kurang akal, dewasa.
Dalam hal ini berarti setiap orang dapat menerima hibah, walau
bagaimanapun kondisi fisik dan keadaan mentalnya. Dengan
demikian memberi hibah kepada bayi yang masih ada dalam
kandungan adalah tidak sah.53dan adapun syarat benda yang
dihibahkan adalah:
Ad. c. Syarat benda yang dihibahkan.
Menyangkut benda yang dihibahkan haruslah memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Benda tersebut benar-benar ada
2. Benda tersebut mempunyai nilai
3. Benda tersebut dapat dimiliki zatnya, diterima peredarannya dan
pemilikannya dapat dialihkan
4. Benda yang dihibahkan itu dapat dipisahkan dan diserahkan
kepada penerima hibah.54
Ad. d. Ijab Qabul
Adanya ijab qabul yang menunjukkan pemindahan hak milik
dari seseorang (yang menghibahkan) kepada orang lain (yang
menerima hibah. Bentuk ijab bisa dengan kata-kata hadiah, atau
juga dengan kata-kata lain yang mengandung arti pemberian.
Terhadap kabul (penerimaan dari pemberian hibah),para ulama
53 Drs. H. Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, S.H., Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, cet. ke-2, hlm.115
54 Drs. H. Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, S.H., Ibid, hlm. 116
29
berbeda pendapat. Imam Malik dan Imam Syafi’i menyatakan
bahwa harus ada pernyataan menerima (qabul) dari orang yang
menerima hadiah, karena kabul ini termasuk rukun. Sedangkan bagi
segolongan ulama ulama Mazhab Hanafi, kabul bukan termasuk
rukun hibah. Dengan demikian sigat (bentuk) hibah itu cukup
dengan ijab (pernyataan pemberian) saja.
Adapun menyangkut ijab kabul yaitu adanya pernyataan, dalam
hal ini menurut penulis dapat saja dalam bentuk lisan atau tulisan.
Sebagaimana menurut pendapat Teungku Muhammad Hasbie
Ash Shiddieqy mengatakan bahwa: Mengucapkan dengan lidah,
bukanlah satu-satunya jalan yang harus ditempuh dalam
mengadakan akad. Ada beberapa cara untuk memperlihatkan
kesungguhan. Lantaran itu para fuqaha menerangkan cara-cara
yang harus kita ditempuh.
1. Kitabah (tertulis)
2. Isyarah
3. Ta’athi (beri memberi yang berlaku dalam bai’ul mu’athah =
jual beli secara beri memberi)55
4. Macam-macam Hibah
Hibah dalam pandangan hukum islam dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu:
55 Teungku Muhammad Hasbie Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra, 1997, hlm. 30
30
a. Hibah barang dan
Mengenai penghibahan barang pada kenyataannya ada yang bermaksud
mencari keridhaan Allah SWT ataupun mencari keridhaan Makhluk.
Dalam hal hibah barang yang tidak bermaksud memperoleh balasan,
dari kalangan fuqaha tidak ada perselisihan tentang kebolehannya.
Artinya dalam kondisi apapun dan dibolehkan. Karena mengingat
namanya hibah adalah memberikan barang kepada orang lain tanpa
adanya suatu imbalan apapun.
b. Hibah manfaat.
Adapun hibah manfaat adalah hibah yang memberikan manfaat (hak
guna) kepada orang lain. Hibah manfaat ini pada dasarnya sama dengan
hibah barang, yakni sebelum habis jangka waktunya maka tidak dapat
ditarik kembali.
C. Konsep Nazar Hibah
1. Konsep Nazar Hibah
Konsep Nazar Hibah secara eksplisit memang belum ada yang
membahas, namun penulis akan mencoba memberikan gambaran konsep
nazar hibah menurut pendapat pengelola/pengurus koperasi.
a. Pengertian Nazar Hibah
Pengertian Nazar : Mewajibkan diri untuk berbuat baik kepada
orang lain terhadap perbuatan yang sifatnya bukan wajib.
31
Pengertian Hibah : Nilai lebih dari jumlah (pokok) hutang yang
diambil.
Pengertian Nazar Hibah : “memberikan nilai lebih pada pokok
hutang atas inisiatif peminjam sendiri yang tadinya sunnah karena di
nazari menjadi wajib”, konsep bank konvensional yang dipadu dengan
fiqh (Syari’ah Islam).56
Pendapat lain dari Nurul Huda, MA. Nazar Hibah adalah: Sesuatu
yang harus diberikan kepada orang atau badan usaha dari orang yang
berhibah, karena orang yang berhibah itu telah mampu memberikan
apa yang telah diberikan kepada orang atau badan usaha tersebut.57
b. Rukun dan Syarat Nazar Hibah
Secara umum rukun dan syarat nazar hibah adalah sama dengan hibah
hanya di tambah lafaz Nazar :
Adapun yang menjadi rukun nazar hibah itu terdiri dari :
1. ada orang yang memberi (penghibah).
2. ada orang yang menerima pemberian (penerima hibah).
3. ada ijab dan kabul; dan
4. ada barang/benda yang diberikan (benda yang dihibahkan)
5. Nazar
Dari berbagai uraian mengenai nazar hibah diatas secara umum
dapatlah kita ambil suatu konsep mengenai nazar hibah.
56 Wawancara dengan Bp. Nur Said selaku Manajer USP Kopontren At-Taslim Demak
tanggal 23 November 2005 di kantor USP. 57 Wawancara dengan Bp. KH. Nurul Huda, MA, Pengasuh Pon.Pes At-Taslim Demak,
23 November 2005, di rumah Beliau.
32
Nazar hibah adalah: bernazar memberi hibah oleh penghutang kepada
yang memberi hutang yang berasal dari penghutang itu sendiri, yang mana
asal mula hibah adalah sunnah karena disini dinazari, maka bisa menjadi
wajib, hibah ini diberikan kepada yang memberi hutang sebagai ungkapan
rasa terima kasih.
6. Perhitungan Nazar Hibah
Model perhitungan nazar hibah ada dua macam yakni: model kredit biasa
dan model kredit R.C.58
a. Model Kredit Biasa
b. Model Kredit R.C
58 Wawancara dengan manajer USP Bp. Sa’id, di kantor USP, tanggal I Juli 2005 jam
10.00 WIB.
Angsuran: misal Rp. 1.00.000 terserah nasabah
Hibah: Saldo akhir kredit x 2%
Angsuran: misal Rp.1.00.000 terserah nasabah
Hibah: Saldo akhir kredit x 1.25%
33
BAB III
GAMBARAN UMUM KOPERASI PONDOK PESANTREN
AT-TASLIM DEMAK
A. Profil KOPONTREN At-Taslim Demak
Pondok Pesantren At-Taslim merupakan Lembaga Pendidikan yang
didirikan oleh Romo Sa’dullah Taslim Al-Hafidh sekaligus sebagai waqif
putra beliau Muhammad Nurul Huda, MA.
Pada tanggal 11 Maret 1986 Muhammad Nurul Huda, MA diangkat
Sebagai Nadhir, disamping bidang pendidikan keagamaan (tarbiyah
diniyah) yang dikembangkan oleh pesantren, pesantren juga melakukan
pengembangan di bidang pendidikan ekonomi (tarbiyyah iqtishodiyyah)
untuk meningkatkan kesejahteraan para santri dan masyarakat sekitarnya
dan sekaligus sebagai bekal ketrampilan berwirausaha bagi santri sendiri.59
Dalam pengembangan bidang ekonomi ini melalui usaha perkoperasian
(syirkah).pada awal pendirian KOPONTREN At-Taslim kegiatan usaha yang
didirikan adalah Pertokoan yang menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi
santri (1986-sekarang) dengan sistem penanaman saham senilai Rp.5.000,-
(lima ribu rupiah).
59 Brosur Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim Demak.
34
Pada akhir tahun 1995 tepatnya tanggal 6 Desember 1995 KOPONTREN
At-Taslim resmi terdaftar secara hukum dan telah mendapatkan Badan
Hukum Nomor. 1256/BH/KWK.11/XII/1995.
B. Kedudukan dan Keanggotaan
1. Kedudukan
KOPONTREN At-Taslim berkedudukan di jantung Kota Demak
tepatnya di Jl. Kalijajar No. 09 Bintoro Demak 59511 phone
(024)685742-681382.
2. Keanggotaan
Anggota KOPONTREN At-Taslim terdiri dari para santri, pengasuh,
dewan guru, karyawan, dan masyarakat sekitar. Sampai RAT ke-6
anggotanya sudah mencapai 358 orang (227 laki-laki, 131 perempuan).60
C. Unit Simpan Pinjam (USP) Syari’ah KOPONTREN At-Taslim Demak
Sebuah lembaga yang bergerak dibidang keuangan (finansial) yang
berlandaskan pada aturan-aturan syari’ah dan sebuah lembaga yang mencoba
membantu masyarakat luas dalam menggalang dan memberdayakan ekonomi
umat menuju masyarakat madani.
1. Sejarah Perkembangan dan Badan Hukum USP Syari’ah
Unit Simpan Pinjam KOPONTREN At-Taslim merupakan salah satu
unit usaha yang ada dibawah naungan KOPONTREN At-Taslim yang
60 Laporan RAT tahun 2004.
35
berdiri sejak tahun 1995 dengan Badan Hukum Nomor
12560/BH/KWK.11/1995.
Di saat orang sibuk membicarakan tentang hukum bunga bank,
KOPONTREN At- Taslim telah memberanikan diri membuat terobosan
dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan yang berbasis pada nilai-
nilai syariat yakni dengan metode nadzar hibah yang pada awalnya baru
berbentuk Laboratorium Keuangan dengan nama LKP. Akan tetapi setelah
dirasa sudah mantap dari beberapa metode yang diujicobakan barulah
dirubah namanya menjadi Unit Simpan Pinjam (USP).
USP KOPONTREN At-Taslim merasa terpanggil untuk membantu
umat, setelah dirasa banyaknya praktek-praktek akad utang piutang yang
sangat merugikan salah satu pihak dan hanya menguntungkan pihak yang
lain.61
Sehingga USP KOPONTREN At-Taslim memiliki visi dan misi yang
jelas dalam rangka membantu peningkatan ekonomi rakyat.
2. Visi dan Misi
- Visi : Terhapusnya praktek akad utang piutang yang tinggi bunganya
yang jauh dari nilai-nilai ta’awun.
- Misi : Terbentuknya lembaga keuangan yang benar-benar berprinsip
syari’ah.62
61 Brosur Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim Demak 62 ibid
36
3. Motto USP KOPONTREN At-Taslim Demak
“Mencari rizki halal adalah termasuk berjuang dijalan Allah SWT.”
“Pandai mengatur adalah separoh kesuksesan ekonomi”
“Sesungguhnya termasuk orang-orang pilihan di antara kalian semua adalah orang-orang yang paling bagus dalam membayar hutangnya”.
4. Struktur Organisasi KOPONTREN At-Taslim Demak
Penasehat/Pembina : KH. Muhammad Nurul Huda, MA
Pengawas : Rochwan, SE
Yatin,CH, Amd
Drs Murman
Ketua : Karyono
Sekretaris : Hariri
Bendahara/Manajer : Nur Sa’id MS.
Kabid. Penggalangan Dana : Abidin Noor
Kabid. Perkreditan : Noor Hadi
Kabid. Pemasaran dan Akt : Hariri GS.
Anggota : Markastin
5. Produk-produk Unit Simpan Pinjam KOPONTREN At-Taslim
1. Produk Simpanan
37
a. Tabungan A
Adalah salah satu produk tabungan yang ada pada USP
KOPONTREN At-Taslim Demak dan hanya dapat diambil setelah
simpanan/tabungan tersebut telah mengendap selama 1 (satu) bulan
penuh.
Manfaat :
a) Sebagai fasilitator bagi para penabung dalam rangka memenuhi
biaya hidup.
b) Sebagai sarana untuk hidup hemat.
c) Bisa dijadikan jaminan kredit.
d) Mendapatkan hibah yang memuaskan dan dihitung secara
hibah berhibah.
b. Tabungan
Adalah produk simpanan yang ada pada USP KOPONTREN
At-Taslim Demak yang dapat diambil setiap saat.
Keuntungan:
a) Mudah pengambilannya dan cepat prosesnya.
b) Hibah memuaskan dan dihitung secara hibah berhibah.
c) Tanpa biaya administrasi dan potongan lainnya serta dapat
fasilitas buku tabungan.
c. Tabungan Berjangka (Deposito)
Adalah produk tabungan yang hanya dapat diambil dalam
jangka waktu-waktu tertentu yaitu 3 bulan, 6 bulan, atau 12 bulan.
38
Manfaat:
a) hibah relatif lebih tinggi dari simpanan yang lain.
b) Dapat dijadikan sebagai jaminan kredit.
c) Tidak ada biaya administrasi atau potongan lainnya.
d) Sangat positif bagi masa depan keluarga63.
2. Produk Kredit
a. Kredit Komersial Biasa
Adalah produk kredit yang diperuntukkan bagi nasabah yang
membutuhkan tambahan modal untuk segala macam usaha
produktif dengan sistem Nazar Hibah.
Kelebihan:
a). Hibah relatif lebih ringan dan bersifat menurun.
b). Hanya biaya administrasi tanpa potongan lainnya.
c). Proses cepat dan persyaratan untuk mendapatkannya tidak
rumit.
b. Kredit RC (Rekening koran)
Adalah produk kredit yang perhitungan hibahnya bersifat harian.
Kelebihan:
a). Hibah relatif lebih ringan
b). Sangat cocok bagi para wiraswastawan yang setiap saat
membutuhkan tambahan dana
c). Biaya administrasi cukup ringan/murah
63 Brosur Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Pondok Pesantren At-Taslim Demak
39
d). Hibah hanya dikenakan sebesar jumlah saldo akhir kredit,
bukan dari plafond kredit yang disetujui.64
D. Operasionalisasi Kredit Nazar Hibah
1. Syarat-syarat Umum Permohonan menjadi Anggota
a. Mengisi dan menandatangani formulir permohonan menjadi anggota
KOPONTREN At-Taslim yang sudah disediakan.
b. Membawa identitas diri (KTP,SIM, dll)
c. Membayar simpanan pokok sebesar Rp.30.000;(tiga puluh ribu rupiah)
dan simpanan wajib minimal Rp.36.000; (tiga puluh enam ribu rupiah).
d. Tidak dipungut biaya administrasi.
2. Syarat-syarat Umum Permohonan Kredit
a. Sudah terdaftar sebagai anggota aktif KOPONTREN At-Taslim
sekurang-kurangnya 1 (satu) Tahun.
b. Memiliki rekening tabungan A minimal Rp.100.00; (seratus ribu
rupiah) dan tidak diambil selama 1 (satu) tahun atau memiliki rekening
tabungan/deposito sampai masa terlunasinya kredit.
c. Menyerahkan agunan (jaminan) yang memadai.
d. Menyerahkan foto copy identitas diri (KTP,SIM, dll).65
3. Perhitungan Kredit Nazar Hibah
a. Kredit Komersial Biasa
64 Brosur Unit Simpan Pinjam, Ibid. 65 Brosur Unit Simpan Pinjam, Ibid.
40
Misal: Hamam Nasiruddin melakukan pinjam sebesar Rp.
1.000.000; (satu juta Rupiah), petugas akan bertanya:
1. Berapa besar angsuran yang akan dibayar perbulannya?
Jawab: Rp. 100.000; (seratus ribu rupiah).
2. Anda mau memberi hibah berapa? (secara general hibah telah
disepakati dalam RAT Tahun 2004 yaitu sebesar 2 %)
Jawab: 2%
3. Mau diangsur secara harian atau bulanan?
Jawab: Bulanan
4. Kalau bulanan, berapa bulankah angsurannya?
Jawab: 10 bulan.
Model Perhitungan kredit komersial biasa bersifat Menurun yakni:
Semakin pokoknya dibayar banyak penurunan hibah banyak
Rp.100.000; x 2% = Rp. 2.000;
(Karena bersifat menurun maka tiap bulan berkurang 2%, jadi hibah
berkurang sebesar Rp. 2.000;/bulan). Berikut perhitungan hibahnya:
Januari hutang Rp. 1.000.000
Februari 2/100 x Rp. 1.000.000 = Rp. 20.000;
Maret 2/100 x Rp. 900.000 = Rp. 18.000;
April 2/100 x Rp. 800.000 = Rp. 16.000;
Mei 2/100 x Rp. 700.000 = Rp. 14.000;
Angsuran = misal Rp.100.000 (terserah nasabah)
Hibah = Saldo akhir kredit x 2%
41
Juni 2/100 x Rp. 600.000 = Rp. 12.000;
Juli 2/100 x Rp. 500.000 = Rp. 10.000;
Agustus 2/100 x Rp 400.000 = Rp. 8000;
September 2/100 x Rp 300.000 = Rp. 6000;
Oktober 2/100 x Rp. 200.000 = Rp. 4.000;
November 2/100 x Rp. 100.000 = Rp. 2.000;
Tabel.1
ANGSURAN TANGGAL D/K URAIAN Pokok Hibah SALDO
2004 5 Januari D 1.000.000 1.000.0005 Februari K 120.000 100.000 20.000 900.0005 Maret K 118.000 100.000 18.000 800.0005 April K 116.000 100.000 16.000 700.0005 Mei K 114.000 100.000 14.000 600.0005 Juni K 112.000 100.000 12.000 500.0005 Juli K 110.000 100.000 10.000 400.0005 Agustus K 108.000 100.000 8.000 300.0005 September K 106.000 100.000 6.000 200.0005 Oktober K 104.000 100.000 4.000 100.0005 November K 102.000 100.000 2.000 0
Jumlah 1.110.000 1.000.000 110.000 0
b. Kredit RC
Untuk nasabah kredit RC biasanya bukan pedagang (tidak
digunakan untuk usaha/tidak produktif), dan uang pinjaman ini biasa
digunakan untuk membayar uang sekolah.
Misal: Uli Wafi melakukan transaksi hutang sebesar Rp.
1.000.000; ( satu juta rupiah), petugas akan bertanya:
1. Diangsur secara harian/bulan ?
Jawab: harian, 10 bulan
42
2. Berapa besar angsuran yang akan dibayar perbulan?
Jawab: Rp.100.000;
3. Anda mau memberi hibah berapa? (secara general hibah telah
disepakati dalam RAT Tahun 2004 yaitu sebesar 1,25 %)
Jawab: 1.25%
Model Perhitungan kredit komersial biasa bersifat Tetap yakni:
Nominal hibah tetap perbulannya.
Misal pinjam bulan Oktober mulai mengangsur bulan November, berikut
contoh perhitungannya:
Oktober pinjam Rp. 1.000.000; (mulai mengangsur bulan November)
November (saldo awal) Rp. 1.000.000 x 1.25% = Rp. 12500;
Desember (sisa kredit november) Rp. 900.000 x 1.25% = Rp. 11.250;
Januari (sisa kredit) Rp. 800.000 x 1.25% = Rp. 10.000;
Februari (sisa kredit) Rp. 700.00 x 1.25% = Rp. 8.750;
Maret hanya membayar hibah Rp. 600.000 x 1.25% = Rp. 7.500;
April (sisa kredit) Rp. 400.000; x 1.25% = Rp. 5.000;
Mei (sisa kredit bulan April + Mei) Rp. 300.000; x 1.25% = Rp. 3750;
Juni (sisa kredit) Rp. 200.000; x 1.25% = Rp. 2.500;
Juli (sisa kredit); Rp. 100.00; x 1.25% = Rp. 1.250;
Angsuran = misal 100.000;(terserah nasabah)
Hibah = Saldo akhir kredit x 1.25%
43
Tabel. 2
ANGSURAN TANGGAL D/K URAIAN Pokok Hibah SALDO
5 Oktober 2004 D 1.000.000 1.000.0005 Nopember 2004 K 112.500 100.000 12.500 900.0005 Desember 2004 K 111.250 100.000 11.250 800.0005 Januari 2005 K 110.000 100.000 10.000 700.0005 Februari 2005 K 108.750 100.000 8.750 600.0005 Maret 2005 K 7.500 600.0005 April 2005 K 105.000 200.000 5.000 400.0005 Mei 2005 K 103.750 100.000 3.750 300.0005 Juni 2005 K 102.500 100.000 2.500 200.0005 Juli 2005 K 101.250 100.000 1.250 100.000
Jumlah 1.062.500 1.000.000 62.500 0
Namun terkadang dari semua jenis kredit diatas ada yang hanya membayar
hibahnya saja setiap bulannya. Adapun angsuran dibayar kemudian. Dan hal ini
tidak mengakibatkan membayar lagi hibah angsuran yang belum dibayar,
angsuran bulan berikutnya tetap dengan hibahnya, dan apabila bertambah itupun
dari angsuran nasabah sendiri yang belum dibayar di bulan lalu.66
Tujuan orang melakukan kredit nazar kredit hibah adalah bermacam-macam
bukan hanya untuk membuka usaha, mereka meminjam biasanya untuk membayar
uang sekolah anak mereka yang baru masuk perguruan tinggi, ada juga yang
untuk membangun rumah. Jatuh tempo pinjaman mereka pun beragam ada yang
hanya 3 hari saja dan ada juga yang sampai satu tahun.
Pelaksanaan kredit nazar hibah dilakukan secara tertulis diatas kertas ber-
materai, yang ditandatangani oleh peminjam dan pihak pengelola USP, serta di
ketahui oleh penasehat/pembina KOPONTREN At-Taslim.
66 Wawancara dengan nasabah Uli Wafi di rumahnya Jl. Bango Demak.
44
Pada umumnya para peminjam merasa sangat telah dibantu dengan adanya
kredit nazar hibah, mereka menganggap hibah yang mereka berikan kepada USP
adalah sebagai ungkapan terima kasih, karena USP telah membantu mereka
mengatasi kesulitan keuangan yang dihadapi.
Para nasabah berpendirian bahwa mengembalikan hutang itu dianjurkan: tepat
waktu, tepat jumlah dan lebih dari hutang.67
Berikut Transaksi-Transaksi yang Telah Dilakukan Oleh USP
1. Nomor akad : 573/KBBM/XI/ 04
Nama : SUNARTO
Alamat : Gg. Kutilang 03/8 Bintoro Demak
Hibah Kredit : 24% efektif
Tanggal Kredit : 01 November 2004
Jatuh Waktu : 10 Bulan
Jatuh Tempo : 01 September 2005
Angsuran Tanggal D/K Uraian Pokok Hibah Saldo
2004 11 Okt D 3.000.000 03 Nop K 300.000 240.000 60.000 2.760.00003 Des K 300.000 244.000 56.000 2.516.000
2005 K 05 Jan K 300.000 249.500 50.500 2.266.50003 Feb K 300.000 254.500 45.500 2.012.00005 Mar K 300.000 259.000 41.000 1.753.00004 Apr K 300.000 265.000 35.000 1.488.00004 Mei K 300.000 270.000 30.000 1.218.00003 Jun K 300.000 275.500 24.500 942.500
67 Wawancara dengan Bp. Sunarto yang juga melakukan pinjaman Di USP ini sejumlah
Rp. 3.000.000.
45
06 Jul K 300.000 281.000 19.000 661.50006 Agust K 300.000 286.500 13.500 375.00005 Okt K 400.000 375.000 25.000 0
Jumlah 3.400.000 3.000.000 400.000 0
2. Nomor akad : 581/KBBM/ XI/ 04
Nama : SUMANTO
Alamat : JL. Kyai Langgeng Bintoro Demak
Hibah Kredit : 24% efektif
Tanggal Kredit : 01 November 2004
Jatuh Waktu : 10 Bulan
Jatuh Tempo : 01 September 2005
ANGSURAN TANGGAL D/K URAIAN Pokok Hibah SALDO
2004 01 Nop D 1.000.000 1.000.00002 Des K 120.000 100.000 20.000 900.000
2005 04 Jan K 118.000 100.000 18.000 800.00001 Feb K 116.000 100.000 16.000 700.00007 Mar K 114.000 100.000 14.000 600.00004 Apr K 112.000 100.000 12.000 500.00007 Mei K 110.000 100.000 10.000 400.00002 Jun K 108.000 100.000 8.000 300.00004 Jul K 106.000 100.000 6.000 200.00005 Agust K 104.000 100.000 4.000 100.00006 Sept K 100.000 100.000 0 0
Jumlah 1.108.000 1.000.000 108.000 0
46
3. Nomor akad : 019/KRC/ VI/ 04
Nama : MARYANTO
Alamat : Gg. Cendrawasih 207 Bintoro Demak
Hibah Kredit : 1,25%
Tanggal Kredit : Desember 2004
Jatuh Waktu : 10 Bulan
Jatuh Tempo : 01 September 2005
ANGSURAN TANGGAL D/K URAIAN Pokok Hibah SALDO
1 Desember 2004 D 10.000.000 10.000.000 1 Januari 2005 K 1.125.000 1.000.000 125.000 9.000.0001 Februari 2005 K 1.112.500 1.000.000 112.000 8.000.0001 Maret 2005 K 1.100.000 1.000.000 100.000 7.000.0001 April 2005 K 1.087.500 1.000.000 87.500 6.000.0001 Mei 2005 K 1.075.000 1.000.000 75.000 5.000.0001 Juni 2005 K 1.062.500 1.000.000 62.500 4.000.0001 Juli 2005 K 1.050.000 1.000.000 50.000 3.000.0001 Agustus 2005 K 1.037.500 1.000.000 37.500 2.000.0001 September 2005 K 1.025.000 1.000.000 25.000 1.000.0001 Oktober 2005 K 1.012.500 1.000.000 12.500 0
Jumlah 10.687.000 10.000.000 687.000 0
47
BAB IV
ANALISIS KONSEPTUAL DAN PELAKSANAAN
KREDIT NAZAR HIBAH
DI USP KOPONTREN AT-TASLIM DEMAK
A. ANALISIS KONSEPTUAL KREDIT NAZAR HIBAH
Nazar hibah adalah kalimat majemuk, dimana makna sesungguhnya berarti
bernazar memberi hibah, maka tendensi dari kalimat ini adalah pemberian
hibah. Memberi hibah yang di-nazari.
Segolongan ulama para guru-guru kita berselisih pendapat mengenai
sahnya nazar penghutang memberikan harta tertentu kepada pemberi hutang
selama hutang masih ada di bawah tanggungannya. Sebagian ada yang
mengatakan sah dan sebagian lagi mengatakan tidak. Dikatakan sah karena
hibah dianggap sebagai ibadah dan dikatakan tidak sah karena dianggap
sebagai jembatan menuju riba.
Di dalam Fathul Mu’in dijelaskan:
Artinya: “Sebagian mereka berkata : Nazar tidak sah, sebab dari segi yang khusus ini, pemberian harta bukan sebagai ibadah tetapi justru penazar menggunakannya sebagai jembatan ke arah Riba Nasiah”.68
68 Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibariy, Fathul Mu’in Terjamah, jilid 2,
Kudus: PT Menara, 1979, hal. 156
48
Sebagian yang lain berkata: nazar tetap sah, sebab sebagai imbalan atas terjadinya kenikmatan berupa keuntungan hutang jika diperdagangkan, atau imbalan atas tersingkirkannya bencana penagihan jika ternyata hutang tersebut masih perlu diperpanjang dalam tanggungannya lantaran tengah kemelaratan atau untuk nafkah, dan juga adanya kesunahan bagi penghutang menambah jumlah pengembaliannya berarti kalau penambahannya ditetapkan dengan nazar maka wajib bukan sunnah lagi maka kalau begitu berarti imbalan jasa bukan jembatan riba, sebab riba terjadi hanya pada akad misalnya jual beli.69 Mengenai kebolehan memberi nilai lebih pada hutang juga diterangkan
dalam kitab Fathul Mu’in:
Jaiz bagi muqridl menerima kemanfaatan yang diberikan kepadanya oleh muqtaridl tanpa atas disyaratkannya sewaktu akad, misalnya kelebihan ukuran atau mutu barang pengembalian lebih bagus dari pada yang dihutangkan. Bahkan melebihkan pengembalian hutang adalah disunnahkan bagi muqtaridl, karena berdasarkan sabda Nabi SAW: sesungguhnya yang paling baik diantara kalian adalah yang paling bagus dalam membayar hutang.70 Menurut penulis Nazar Hibah bisa menjadi metode alternatif bagi mereka
yang kekurangan dana. Terlebih bagi mereka yang menggunakan dananya
tidak untuk usaha/tidak produktif, mengingat mereka hanya meminjam dalam
jangka waktu yang singkat, misal hanya pinjam 3 hari saja, mana mungkin
dalam jangka waktu 3 hari saja bisa menghasilkan keuntungan.
Munculnya konsep nazar hibah bukan tanpa proses, nazar hibah hadir di
saat masyarakat terlilit oleh banyaknya rentenir yang hanya menguntungkan
pihak rentenir saja, sedang pihak peminjam menjadi pihak yang sangat
69 Ibid. hal. 157. 70 Ibid, hal. 213.
49
dirugikan karena hutangnya terus dan terus bertambah, serta kesadaran
masyarakat sendiri untuk membayar hutang juga lemah.
Fenomena yang terjadi di masyarakat adalah ketika peminjam itu hutang
kepada rentenir dimana uang yang mereka pinjam setiap bulan akan
“nganaki” (red. jawa) atau berbunga (istilah perbankan), peminjam akan
berusaha untuk cepat-cepat melunasi tapi ketika peminjam hutang kepada
orang yang tidak memberi bunga/nganaki maka mereka membayarnya malas
dan kalau ditagih selalu menghindar atau mengatakan belum memiliki uang,
ini bisa berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bisa juga bertahun-tahun
tidak dibayar. Peminjam menganggap hutang kepada orang yang tanpa
memberi bunga itu orientasinya adalah Lillahita’ala, maka membayarnya juga
Lillahita’ala. Tentu saja ini sangatlah tidak fair mengingat hutang itu harus
dibayar, tidak boleh kita seenaknya, dalam hal ini penghutang sangat
dirugikan. Maka hadir sebuah metode kredit nazar hibah yang tidak merugikan
salah satu pihak saja.
Konsep nazar hibah memang tidak ada dalam Al Qur’an, konsep ini berasal
dari konsep konvensional yang dipadu dengan fiqh (Syari’ah Islam), tetapi
setelah USP At-Taslim melakukan uji coba, konsep nazar hibah ternyata
diterima di masyarakat dan bisa berjalan hingga sekarang. Hal ini terbukti
dengan antusiasme masyarakat melakukan transaksi kredit nazar hibah di USP
Kopontren At-Taslim.
Penulis mendukung adanya ijtihad maupun ide-ide baru inovatif yang
dilakukan oleh USP Kopontren At-Taslim Demak, dengan memunculkan
50
metode kredit nazar hibah dimana metode ini hadir sebagai metode alternatif
ke tengah-tengah masyarakat yang dapat berjalan dan diterima oleh
masyarakat.
Nazar hibah muncul ke tengah-ketengah masyarakat sebagai metode
alternatif yang memberikan manfaat bagi masyarakat, kalau memang sudah
terbukti dan bisa berjalan serta dapat diterima masyarakat why not. Dan nazar
hibah adalah solusi disaat orang sama khilaf tentang bunga bank.71
Hibah yang ditetapkan adalah 2 %, menurut penulis penetapan hibah ini
sudah dilakukan secara adil, karena penetapan hibah di lakukan secara
bersama-sama pada saat RAT, 2 % ini pada hakekatnya adalah 1% sebab 1%
untuk administrasi bisa kembali lagi di SHU.
Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam sistem perekonomian Islam
adalah akad atau perjanjian. Akad ini menjadi bagian penentu setiap transaksi
ekonomi. Oleh karenanya, akad harus dibuat oleh kedua belah pihak yang
bertransaksi. Karena dengan akad, transaksi itu menjadi sah atau tidak sah.72
Beberapa prinsip dasar yang harus terpenuhi dalam pembuatan akad yaitu:
1. Suka sama suka, akad harus dibuat atas dasar ridha kedua belah pihak
yang bertransaksi, karenanya tidak boleh ada paksaan. Sebagaimana
firman Allah SWT QS. An Nisa: 29
تقتلوا أنفسكم إن الله آانال تأآلوا أموالكم بينكم بالباطل إال أن تكون تجارة عن تراض منكم وال بكم رحيما
71 Wawancara dengan Abidin Noor selaku Kabid Penggalangan Dana di kantor USP
KOPONTREN At-Taslim Demak. Tanggal 2 Januari 2006. 72 Muhammad Ridwan, MANAJEMEN Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII
Press, 2004, hlm. 86.
51
Artinya; “ …janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu”.73
Dari hasil observasi dan wawancara penulis diketahui bahwa
penghutang tidak merasa dipaksa memberikan hibah kepada USP, hibah
yang ditetapkan juga tidak terlalu berat, hibah yang mereka berikan
mereka anggap sebagai wujud ungkapan terima kasih kepada USP yang
telah membantu mereka mengatasi kesulitan keuangan yang dihadapi.
Sebagaimana penuturan Bapak Sumanto yang telah melakukan
transaksi kredit nazar hibah sebesar Rp. 1.000.000; di USP KOPONTREN
At-Taslim Demak. Hibah disini lebih murah dan ringan, pembayarannya
juga lebih fleksibel. Kalau belum punya uang bisa mengangsur pokoknya
saja atau hibahnya saja sedangkan kekurangan pokok angsuran atau hibah
yang belum dibayar bisa dibayarkan pada bulan berikutnya dengan tidak
ada penambahan apapun lagi, yang terpenting utang harus dibayar.74
2. Tidak boleh menzalimi, prinsip ini menegaskan adanya kesetaraan posisi
sebelum terjadinya akad. Seseorang tidak boleh merasa dizalimi karena
kedudukannya yang karenanya terpaksa melepaskan hak miliknya.
Sebagaimana firman Allah SWT QS. Al-Baqarah: 278
وال تظلمون ال تظلمون
Artinya: “ ….dan janganlah kamu menzalimi atau dizalimi”.75
73 Depag RI. AlQuran dan Terjemahnya, hlm. 122 74 Wawancara dengan Bp Sumanto selaku nasabah di USP Kopontren At-Taslim Demak,
tanggal 2 Januari 2006 75 Depag. Ibid, RI, hlm. 69
52
Dalam akad kredit nazar hibah tidak ada satupun yang menzalimi atau
dizalimi, hal ini diamini oleh Uli Wafi yang telah melakukan transaksi di USP
KOPONTREN At-Taslim sebesar Rp. 1.000.000; saya rela memberi hibah
karena saya telah dibantu oleh pihak KOPONTREN, bahkan saya diberi
keringanan dengan hanya membayar hibahnya saja dulu ketika saya belum
memiliki cukup uang, demikian ungkap Uli Wafi.76
3. Keterbukaan/transparansi, prinsip ini menegaskan pentingnya pengetahuan
yang sama antar pihak yang bertransaksi terhadap obyek kerjasama.
Firman Allah SWT QS. An-Nisa: 5
قوال وقولوا لهم وال تؤتوا السفهاء أموالكم التي جعل الله لكم قياما وارزقوهم فيها واآسوهم معروفا
Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya , harta (orang yang dalam kekuasaanmu), yang dijadikan Allah pokok penghidupanmu, berilah mereka belanja”.77
Prinsip keterbukaan dijalankan oleh USP KOPONTREN, buktinya
adalah setiap satu tahun sekali, USP melakukan RAT, dan antusiasme para
anggota cukup besar dengan menghadiri RAT ini. Hal ini diungkapkan
oleh Abidin Noor selaku Kabid. Penggalangan Dana.78
76Wawancara dengan Uli Wafi selaku nasabah di Jl Bango Demak, tanggal 2 Januari
2006. 77 Depag RI, AlQuran dan Terjemahnya, hlm.115 78 Wawancara dengan Abidin Noor selaku Kabid Penggalangan Dana, di USP kopontren
At-Taslim Demak, Tanggal 2 Januari 2005.
53
4. Penulisan, prinsip menegaskan pentingnya dokumentasi yang
ditandatangani dan disaksikan oleh para pihak yang bekerjasama.
Firman Allah SWT QS. Al-Baqarah: 282
آاتب بالعدل يا أيها الذين آمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسمى فاآتبوه وليكتب بينكم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara
kamu menuliskannya dengan benar”.79
Penulisan akad kredit nazar hibah dilakukan diatas kertas bermaterai
yang ditandatangani oleh para pihak, dan telah memiliki kekuatan hukum.
Ada tiga macam akad yang diterapkan di USP Kopontren At-Taslim
Demak yaitu: Akad Kredit, Akad Nadzar Rekening Biasa, Akad Nadzar
Rekening Koran.80
Berikut contoh akad kredit dan akad nazar yang diterapkan oleh USP
KOPONTREN At-Taslim.
a. Akad Nazar hibah Komersial biasa
Yang bertanda tangan dibawah ini: 1. Nama : Hamam Nashiruddin
Alamat : Kel. Betokan RT/RW02/04Betokan Demak Pekerjaan : Pengajar/Guru No. Identitas diri : 0443/02182/111017 Nama Ahli Waris : Suwarno Alamat : Kel. Betokan RT/RW02/04Betokan Demak Pekerjaan : Wirswasta Hubungan Keluarga : Kakak
79 Depag, Al Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 70 80Brosur USPKopontren At-Taslim Demak.
54
Selanjutnya disebut pihak I (Pertama): 2. Nama : USP Kopontren At-Taslim Demak
Alamat : Jl. Kalijajar No. 9 Demak Selanjutnya disebut pihak II (Kedua):
Dengan ini menyatakan bahwa pihak I (pertama telah menerima plafond Kredit dari pihak II(Kedua) sebesar Rp 1.000.000;(Satu Juta Rupiah) untuk jangka waktu 10 bulan dengan perjanjian sebagai berikut: 1. Pihak I (Pertama) menyerahkan BORG/Rohn/Jaminan berupa BPKB
Yang dinilai sebesar Rp 2.500.000;Pihak I (Pertama) merelakan barang yang dijadikan jaminan untuk dijual oleh pihak yang kedua apabila kreditnya sudah jatuh tempo dan tidak mampu melunasinya.
2. Di dalam melaksanakan penjualan barang jaminan pihak II (kedua) telah terlebih dahulu memberitahukan kepada pihak I (Pertama) akan hal tersebut.
3. Penjualan barang jaminan tersebut diatas baru bisa dilaksanakan setelah pihak I(pertama) kreditnya sudah jatuh tempo dan diberi kelonggaran maksimal 2 bulan.
4. Apabila penjualan barang jaminan kredit melebihi saldo pokok kredit plus kewajiban membayar hibah, maka kelebihannya akan dikembalikan pada pihak I (Pertama).
5. Semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka penjualan jaminan kredit ditanggung sepenuhnya oleh pihak I(pertama).
6. Apabila pihak I (pertama) tidak mampu melunasi kreditnya akibat meninggal dunia, maka tanggung jawab pelunasan kredit dibebankan kepada ahli waris pihak I (Pertama) yang sudah ditunjuk.
7. Apabila terjadi perselisihan dalam perjanjian akibat akad kredit ini, pihak I (Pertama) maupun pihak II (Kedua) sepakat untuk diselesaikan secara musyawarah kekeluargaan sebelum ditentukan melalui jalur hukum.
8. Pihak I (Pertama) dengan keikhlasan hati menyatakan tunduk dan patuh pada ketentuan yang berlaku dan yang akan berlaku di Unit Simpan Pinjam (USP) Kopontren At-Taslim Demak.
Kemudian setelah diisi semua ditanda tangani oleh para pihak berikut daftar para pihak yang menandatangani surat perjanjian; 1. Pihak pertama, berisi;
a. Nama terang b. Tanda tangan c. Materai sebesar Rp. 6.000;
2. Pihak kedua, berisi; a. Nama terang b. Tanda tangan
3. Pembina Kopontren At-Taslim Demak 4. Para saksi terdiri dari dua orang
55
5. Keterangan
b. Akad Nazar hibah Rekening Koran (RC)
1. Nama : Uly Wafi 2. Alamat : Desa Bango RT/RW 02/01 Bango Demak 3. Pekerjaan : Wiraswasta 4. No. Identitas diri : 0190/00782/112002 5. Nama Ahli Waris : M. Arifin 6. Alamat : Desa Bango RT/RW 02/01 Bango Demak 7. Pekerjaan : Pedagang 8. Hubungan keluarga: Kakak
Selanjutnya disebut pihak I (Pertama):
1. Nama : USP KOPontren At-Taslim Demak 2. Alamat : Jl. Kalijajar No. 9 Demak
Selanjutnya disebut pihak II (Kedua): Dengan ini Pihak I (Pertama) bernadzar: a. Jika saya (pihak I)mendapat plafond Kredit sebesar Rp 1.000.000;
dari Pihak II (Kedua), maka saya memberikan hibah sebesar Rp 1,25% dari saldo akhir bulan kredit, yang akan saya berikan pada saat membayar angsuran kredit (angsuran pokok) setiap bulan kredit.
b. Kredit saya perhitungkan berdasarkan tanggal dan bulan Nasional (Masehi).
c. Jika pembayaran angsuran kredit saya laksanakan sebelum akhir bulan kredit, maka akan tetap memberikan hibah pada waktu seharusnya mengangsur, maka akumulasi akan saya berikan pada saat pembayaran angsuran kredit (angsuran pokok) berikutnya.
d. Saya akan melunasi kredit yang saya terima dari pihak II(kedua) dalam Jangka waktu maksimal 10 bulan (jatuh tempo tanggal:5 bulan Juli tahun 2005).
Kemudian setelah diisi semua ditanda tangani oleh para pihak berikut daftar para pihak yang menandatangani surat perjanjian; 1. Pihak pertama, berisi;
a. Nama terang b. Tanda tangan c. Materai sebesar Rp. 6.000;
2. Pihak kedua, berisi; a. Nama terang b. Tanda tangan
3. Pembina Kopontren At-Taslim Demak 4. Para saksi terdiri dari dua orang 5. Keterangan
56
Meskipun dalam konsep terdapat predetermined, namun prosentase yang
ditetapkan telah melalui kesepakatan bersama pada waktu RAT.
B. Analisis Pelaksanaan Kredit Nazar Hibah
USP KOPONTREN At-Taslim memiliki dua model pinjaman yakni;
1. Kredit Komersial Biasa
2. Kredit RC
Di dalam kredit komersial biasa hibah yang harus di berikan adalah 2%
seperti yang tertera di dalam Tabel 1 bab IV.
ANGSURAN TANGGAL D/K URAIAN Pokok Hibah SALDO
2004 5 Januari D 1.000.000 1.000.0005 Februari K 120.000 100.000 20.000 900.0005 Maret K 118.000 100.000 18.000 800.0005 April K 116.000 100.000 16.000 700.0005 Mei K 114.000 100.000 14.000 600.0005 Juni K 112.000 100.000 12.000 500.0005 Juli K 110.000 100.000 10.000 400.0005 Agustus K 108.000 100.000 8.000 300.0005 September K 106.000 100.000 6.000 200.0005 Oktober K 104.000 100.000 4.000 100.0005 November K 102.000 100.000 2.000 0
Jumlah 1.110.000 1.000.000 110.000 0
Hibah 2% ini adalah merupakan kesepakatan pada saat RAT, dan 2% ini
sebenarnya adalah 1% karena 1% akan kembali lagi kepada anggota berupa
SHU yang dibagikan pada waktu tutup buku.
Untuk kredit RC hibahnya adalah 1,25% tetap seperti diterangkan dalam
tabel.2 bab III hibah 1,25% ini sangatlah murah, menurut Uli Wafi81; pada
81 Wawancara dengan Uli Wafi selaku nasabah dan anggota KOPONTREN At-Taslim di
rumahnya Jl. Bango Demak. Tanggal 2 Januari 2006.
57
kredit RC peminjam diperbolehkan hanya mengangsur hibahnya saja
sedangkan pokoknya bisa diangsur di lain waktu, hal ini tidak akan menambah
hibah untuk angsuran selanjutnya. Berikut tabel 2 bab III.
Tabel. 2
ANGSURAN TANGGAL D/K URAIAN Pokok Hibah SALDO
5 Oktober 2004 D 1.000.000 1.000.0005 Nopember 2004 K 112.500 100.000 12.500 900.0005 Desember 2004 K 111.250 100.000 11.250 800.0005 Januari 2005 K 110.000 100.000 10.000 700.0005 Februari 2005 K 108.750 100.000 8.750 600.0005 Maret 2005 K 7.500 600.0005 April 2005 K 105.000 200.000 5.000 400.0005 Mei 2005 K 103.750 100.000 3.750 300.0005 Juni 2005 K 102.500 100.000 2.500 200.0005 Juli 2005 K 101.250 100.000 1.250 100.000
Jumlah 1.062.500 1.000.000 62.500 0
Dari hasil survey penulis ketahui bahwa pelaksanaan nazar hibah sudah
sesuai dengan konsep yang ditawarkan, tidak dilebihkan dan tidak dikurangi.
Kredit nazar hibah USP KOPONTREN At-Taslim mempunyai kelebihan
sen diri dibanding dengan pembiayaan/kredit yang ditawarkan oleh bank
maupun KSPS yang lain, dimana anggota diberi kesempatan menawar untuk
menentukan jangka waktu pengembalian dan jumlah angsuran yang akan
dibayarkan setiap bulan sesuai kemampuan pemohon yang telah disurvey oleh
petugas di USP KOPONTREN At-Taslim.
Tabel diatas menunjukkan bahwa nasabah lebih mendahulukan hibahnya
dibandingkan dengan hutangnya, padahal yang harus di bayar terlebih dahulu
adalah hutang karena membayar hutang itu hukumnya wajib. Memang ada
58
kelebihan dalam pengembalian hutang, namun kelebihan ini dianggap sebagai
ungkapan terima kasih karena kelebihan ini sangat ringan dibanding dengan
yang ada di bank/KSPS yang lain, menurut pengakuan Cak Asrofi82.
Dan pemohon tidak merasa memberikan kelebihan hutang itu sebagai
suatu keterpaksaan tetapi pemohon memberikan secara sukarela tambah Cak
Asrofi.
“Tidak pula termasuk dalam pengertian riba, jika seseorang yang memberikan kepada orang lain harta (uang) untuk diinvestasikan sambil menetapkan baginya dari hasil usaha tersebut kadar tertentu. Karena transaksi ini menguntungkan bagi pengelola dan bagi pemilik harta, sedangkan riba yang diharamkan merugikan salah seorang tanpa satu dosa (sebab) kecuali keterpaksaannya, serta menguntungkan pihak lain tanpa usaha kecuali penganiayaan dan kelobaan. Dengan demikian, tidak mungkin ketetapan hukumnya menjadi sama dalam pandangan keadilan Tuhan dan tidak pula kemudian dalam pandangan seorang yang berakal atau berlaku adil.”83
Penulis akan mencoba membandingkannya dengan contoh perhitungan
produk pembiayaan dari BMT yang penulis ketahui. Misalnya: seorang nasabah
meminjam uang sebesar Rp. 5.000.000; berikut perhitungannya; 86
Pokok = 5.000.000 = 416.700; 12 bulan Cadangan Resiko (biaya/insentif) = 5.000.000 x 1% = 50.000;
Bagi Hasil = 5.000.0000 x 2.5% =125.000;
82Wawancara dengan Cak Asrofi selaku nasabah dan anggota KOPONTREN At-TASlim
Demak di Pon.Pes At-Taslim Jl. Kalijajar No.9 Demak.Tanggal 2 Januari 2006. 83 Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Dar Al-Manar, Mesir, 1376 H, Jilid III,
hlm. 113. 86 Wawancara dengan Yuni, teller BMT, tanggal 20 Oktober 2004.
59
Tanggal D/K URAIAN POKOK CR BAGI HASIL SALDO
5 Oktober 2003 D 5.000.000 5.000.000 5 Nopember K 591.700 416.700 50.000 125.000 4.583.300 5 Desember K 581.282 416.700 50.000 114.582 4.166.600
2004 5 Januari K 570.865 416.700 50.000 104.165 3.749.900 5 Februari K 560.447 416.700 50.000 93.747 3.333.200 5 Maret K 550.038 416.700 50.000 83.330 2.916.500 5 april K 539.612 416.700 50.000 72.912 2.499.800 5 Mei K 529.195 416.700 50.000 62.495 2.083.100 5 Juni K 518.777 416.700 50.000 52.077 1.666.400 5 Juli K 508.360 416.700 50.000 41.660 1.249.700 5 Agustus K 497.942 416.700 50.000 31.242 833.000 5 September K 487.525 416.700 50.000 20.825 416.300 5 Oktober K 477.107 416.700 50.000 10.407 0 Total 6.287.967 5.000.400 600.000 687.567 0 Nazar hibah terlihat lebih ringan dan tidak memberatkan nasabah
dibandingkan dengan metode mudharobah. Menurut penulis nazar hibah
adalah suatu ide inovatif, yang hadir disaat orang-orang sama khilaf tentang
bunga bank dan diharapkan kredit nazar hibah bisa menjadi solusi alternatif
yang muncul selain metode bagi hasil yang sekarang ini sedang menjamur.
Dan penulis sangat mendukung adanya ide-ide baru yang inovatif, bisa
berjalan dan diterima oleh masyarakat.
Di dalam prinsip ekonomi Islam bahwa mengambil bunga dari utang
piutang tidak dibolehkan karena adanya larangan riba. Maka hilat atau fiksi
hukum yang dilakukan ialah dengan cara dimana orang yang berhutang
memberi hibah kepada USP Kopontren At-taslim (yang memberi hutang), dan
hibah yang diberikan menggunakan cara nazar.
Definisi fiksi hukum (hilat) = fiksi atas dasar sistem yang berlaku atas perkara tertentu, dan dipergunakannya buat hal baru dengan maksud untuk menetapkan kebenaran atau untuk menghilangkan kesamaran ataupun
60
untuk memudahkan karena dorongan kepentingan yang mendesak. Fiksi seperti ini tidak merusak kemaslahatan syari’at dan oleh sebab itu tentunya tidak ada mazhab atau mazhab-mazhab fiqh yang melarangnya. 84
Nazar hibah ini lebih mengarah kepada hilat/fiksi hukum, hilat ini
digunakan oleh Kopontren untuk mendapatkan suatu hak dan menolak
kelaliman, hak USP adalah menerima pembayaran hutang dari orang yang
berhutang dan mendapatkan balas jasa berupa hibah.
Nazar hibah ini dilakukan agar masyarakat memiliki rasa tanggung jawab
dan terikat untuk membayar hutangnya, nazar hibah dilakukan demi
kemashlahatan umat, lebih kepada menolak kerusakan dan mendahulukan
kebaikan. Di dalam fara idul bahiyyah disebut :
Artinya:” Menolak kerusakan itu didahulukan daripada menarik kebaikan.”85
84 Dr. Sobhi Mahmassani (alih bahasa Ahmad Sudjono, SH), Filsafat Hukum Islam: PT
Al Ma’rif, Bandung, 1976, hlm. 238 85 Drs. Adib Bisri, Terjamah Al-faraidul Bahiyyah: Menara Kudus, Kudus, 1977, hlm. 24
61
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian pembahasan “Studi analisis terhadap Penerapan Kredit
dengan Metode Nazar Hibah di USP Kopontren At-Taslim Demak”, dapat
penulis simpulkan bahwa;
1. Dalam penerapan kredit nazar hibah penulis mengetahui bahwa besarnya
prosentase hibah ditentukan bersama dalam RAT. Hal ini membuktikan
bahwa tambahan yang diberikan atas prakarsa peminjam yang besarnya
disepakati pada saat RAT, praktek kredit nazar hibah yang dilakukan telah
sesuai dengan konsep yang ada. Yakni untuk kredit komersial biasa
hibahnya sebesar 2% dan untuk kredit rekening koran sebesar 1.25%.
2. Konsep metode nazar hibah memang belum ada dalam Al-Qur’an, tetapi
nazar itu sendiri sudah ada dalam Al-Quran dan hadis sedangkan hibah
telah ada juga di dalam fiqh, adapun nazar hibah yang ditawarkan
memang sebuah produk yang kreatif dan inovatif.
Nazar hibah lebih mengarah kepada “dar u al mafasit muqoddimun ‘ala
jalbi al masolih”, menolak kerusakan dan menarik kebaikan. Dengan
adanya nazar hibah masyarakat diharapkan dapat terikat dan memiliki rasa
tanggung jawab untuk membayar hutangnya.
3. Pada dasarnya penulis mendukung suatu ide-ide yang kreatif dan inovatif,
tentunya dengan tetap mengedepankan nilai-nilai Islami dalam perilaku
62
bisnis kalaupun USP hadir dengan hilat nazar hibahnya harus kita lihat
dulu dari berbagai lini, bukan hanya men-judgment sesuatu atas dasar
emosi sesaat.
Nazar hibah ini lebih mengarah kepada hilat/fiksi hukum, hilat ini
digunakan oleh Kopontren untuk mendapatkan suatu hak dan menolak
kelaliman, hak USP adalah menerima pembayaran hutang dari orang yang
berhutang dan mendapatkan balas jasa berupa hibah.
Dimana kita ketahui bersama bahwa lembaga keuangan seperti Unit
Simpan Pinjam hanyalah berperan sebagai intermediaris, lembaga
keuangan ini mendapatkan pendapatannya dari hibah yang diberikan oleh
nasabah peminjam.
Unit Simpan Pinjam hadir sebagai suatu lembaga keuangan yang
dibutuhkan oleh masyarakat bahkan tidak mungkin dapat menjadi faktor
yang menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
63
B. Saran-saran
Saran-saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan konsep dan
pelaksanaan nazar hibah pada khususnya dan Kopontren At-Taslim pada
umumnya ialah;
1. Kepada Kopontren At-Taslim sebagai Koperasi yang telah berbadan
hukum dan telah memiliki unit-unit usaha, yang salah satu unit usahanya
adalah USP ini, diharapkan USP yang masih bernaung dibawah Badan
Hukum Koperasi bisa memiliki Badan Hukum sendiri dan menjadi Badan
Hukum Syari’ah, mengganti sebutan untuk transaksi yang dilakukan
misalnya: kredit diubah menjadi pinjaman, Hal ini tidak lain dan tidak
bukan untuk lebih membuat masyarakat lebih mantap melakukan berbagai
transaksi, agar benar-benar bersumber pada nilai-nilai Islam bukan hanya
secara praktis, namun juga teoritis.
2. Kepada USP untuk menambah hal-hal kurang dari produk pinjaman nazar
hibah juga menambah produk-produk pinjamannya, khususnya produk
kredit dengan metode nazar hibah dan menambah produknya dengan yang
telah ada sekarang yaitu; Mudharabah, Murabahah, Bai’u bitsamin ajil.
3. Kepada USP sebisa mungkin memberikan kredit RC bukan hanya kepada
orang-orang yang melalui rekomendasi penasehat Kopontren At-Taslim
saja, tetapi bisa memberikan kredit RC kepada masyarakat lain yang
benar-benar membutuhkan dana dan dianggap mampu untuk membayar
kembali dengan tanpa rekomendasi penasehat Kopontren.
64
4. Kepada masyarakat yang telah di beri kepercayaan oleh USP mohon
kejujurannya, karena hutang itu hukumnya wajib dibayar.
C. Penutup
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, berakhirnya penyusunan
skripsi ini bukanlah akhir dari sebuah perjuangan justru perjuangan baru
dimulai. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, tentunya kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi ini.
Dan penulis sadar sepenuhnya bahwa kesempurnaan yang sebenarnya
adalah hanya milik Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
65
DAFTAR PUSTAKA Abdullah bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus (Arab, Indonesia, Inggris),
Jakarta: PT.Mutiara Sumber Widya, cet. ke-4, 1974 Al-Anshori, Abi Yahya Zakariyah, Fath Al-Wahab, Semarang: Toha
Putra, Juz I, t.th. Al-Malibariy, Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz, Fathul Mu’in Terjamah,
jilid 2, Kudus: PT Menara, 1979 Al-Zarqa, Mustafa Ahmad, Al-Madkhal Al Fiqh Al’amm, Beirut: Dar Al-
Fikr, juz. I Ash Shidieqy, Teungku Muhammad Hasbie, Pengantar Ilmu Fiqh, cet.2,
Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997 -----------------------------------------------------, Pengantar Fiqh Muamalah,
Jakarta: Bulan Bintang, 1974 Bisri, Adib, Drs., Terjamah Al-faraidul Bahiyyah: Menara Kudus, Kudus,
1977
Bulughul Maram, Toha Putra,T.th Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, Bumi Aksara, Cet
ke-3, 2001 Dahlan, Abdul Azis (et. al.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar
Baru van Hoeve, 1996 Depag RI, Ilmu Fiqh, 1982 Depag. RI, Al-Quran dan terjemahnya Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1993, Drs. H. Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, S.H., Hukum
Perjanjian Dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, cet. ke-2 Farihi, Hamid M.A, Problematika Hukum Islam, Cet.3, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2004
66
Hasan, M. Ali, Berbagai macam transaksi dalam Islam, cet.1,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003
Hughes, Thomas Patrick, Dictionary Of Islam (Being A Cyclopedia of the doctrines, Rites, Ceremonies, and Custom, together with the technical and theological terms, of Muhammadan Religion), India,: Cosmo Publications, 1982
Khallaf, Prof. Dr. Abdul Wahhab, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta:
Raja Grafindo Persada , 1994 Mahmassani, Dr. Sobhi (alih bahasa Ahmad Sudjono, SH), Filsafat
Hukum Islam: PT Al Ma’rif, Bandung, 1976 Mannan, Muhammad Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Islam
(Terjemahan M. Nastangin) Yogyakarta, Dana bakti Wakaf, 1993 Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Sosial, Yogya: UGM University, cet
ke-9, 2000
--------------------, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993
Poerwadarminta, W.J.S., KAMUS UMUM BAHASA INDONESIA, Jakarta: Balai Pustaka, 1999
Ridwan, Muhammad, MANAJEMEN Baitul Maal Wa Tamwil (BMT),
Yogyakarta: UII Press, 2004 Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Jakarta: At-thohiriyyah, 1990, cet XIII Sabiq, Al-Sayyid, Fiqh al-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, cet. Ke-4, 1983, juz 3 -------------------, Fikih Sunnah terjemah, jilid 12, Bandung: PT Al Ma’arif,
1987 ---------------, Fikih Sunnah terjemah, jilid 14, Bandung: PT Al Ma’arif,
1988 Shihab, M. Quraish , Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2004
Surachmad, Winarno, Dasar dan Tehnik Research, Bandung: Tarsito, tth.,
1986 Syafe’i, Rachmat, DR. H. M.A, AL-HADIS (Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan
hukum), Bandung: Pustaka Setia, 2000
67
Takyuddin, Imam, Kifayatul Ahyar, Bandung: PT Al-Ma’rif, tth, Juz I Wawancara dengan Manajer USP Noor Sa’id, di kantor USP Wawancara dengan Muhammad Nurul Huda, MA, Pengasuh Pon.Pes At-
Taslim Demak, 23 November 2005, di rumah Beliau.
Wawancara dengan nasabah Uli Wafi di rumahnya Jl. Bango Demak Wawancara dengan Sumanto selaku nasabah di USP Kopontren At-Taslim
Demak, tanggal 2 Januari 2006 Wawancara dengan Abidin Noor selaku Kabid Penggalangan dana, di USP
kopontren At-Taslim Demak, Tanggal 2 Januari 2005. Wawancara dengan Cak Asrofi selaku nasabah dan anggota
KOPONTREN At-TASlim Demak di Pon.Pes At-Taslim Jl. Kalijajar No.9 Demak.Tanggal 2 Januari 2006.
Yunus, Muhammad, Kamus Arab Indonesia, Bandung: PT. Al-Ma’arif, t.th.