BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada lima kebutuhan yang diperhatikan dalam Islam, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta benda. (al-Uraini, 2003: 11). Islam membeberkan kebenaran dan menganjurkan untuk mengikutinya dan juga menampilkan pula kebalikannya sekaligus memperingatkan agar kita tidak terjerumus ke dalamnya. Hal ini bertujuan agar manusia memahami agama dan dunia secara lurus supaya mereka tunduk kepada Allah dalam ibadah dan adat kebiasaan mereka. Pada hekekatnya, manusia diciptakan dalam kondisi fitrah (memiliki potensi ketuhanan). Hal tersebut dinyatakan dalam al-Qur’an, bahwa sebelum ditiupkan ruh ke dalam jasad manusia, manusia terlebih dahulu disumpah mengakui eksistensi Allah sebagai Tuhannya. Firman Allah: ﹶﺧ ﻔﹸﺴ ﹶﻧ ﹶﻰ ﹶﺷ ﹸﺭ ﻮﺭ ﹸﻬ ﺍﺩ ﹶﺎﻓ ﹶﺍ ﹸﻨ ﺎﻣ ﹾﻘ ﺍﻟ ﹸﻮﺍ ﹸﻮﻟ ﹶﻥ ﹶﻰ ﹸﻮﺍ ﹶﺎﻟ ﻜﹸﻢ ﹶﺴ ﹶﻟ. ) ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ: 172 ( Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhamu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang- orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan). (Departemen Agama RI, 1985: 250)

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ada lima kebutuhan yang diperhatikan dalam Islam, yaitu agama, jiwa,

akal, keturunan dan harta benda. (al-Uraini, 2003: 11). Islam membeberkan

kebenaran dan menganjurkan untuk mengikutinya dan juga menampilkan pula

kebalikannya sekaligus memperingatkan agar kita tidak terjerumus ke dalamnya.

Hal ini bertujuan agar manusia memahami agama dan dunia secara lurus supaya

mereka tunduk kepada Allah dalam ibadah dan adat kebiasaan mereka.

Pada hekekatnya, manusia diciptakan dalam kondisi fitrah (memiliki

potensi ketuhanan). Hal tersebut dinyatakan dalam al-Qur’an, bahwa sebelum

ditiupkan ruh ke dalam jasad manusia, manusia terlebih dahulu disumpah

mengakui eksistensi Allah sebagai Tuhannya. Firman Allah:

بذ رإذ أخو فسهملى أنع مهدهأشو مهتيذر ورهمظه من مني ءادب من كذا غافلنيه نا عا كنة إنامالقي موقولوا يا أن تنهدلى شقالوا ب كمببر تألس .

)172:األعراف(Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhamu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan). (Departemen Agama RI, 1985: 250)

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

2

Untuk itulah, potensi baik yang mengarah kepada eksistensi ketuhanan

Allah sudah dinyatakan atau dipersaksikan sejak manusia pada sadar berada di

alam kandungan. Sehingga potensi kebaikan manusia mengarah kepada agama

(Islam) akan terus berlanjut. Namun demikian, lingkungan akan selalu

berpengaruh dalam diri manusia dan akan menentukan pembentukan pribadi

maupun psikologis (rohaniah) manusia sebagai makhluk individu, social,

berbudaya dan sebagai makhluk Tuhan (religius). (Murtadha, 2003: 2).

Pemenuhan kebutuhan psikologis manusia kadang tidak sepenuhnya

terpenuhi. Bila pemenuhan kebutuhan tersebut dicari dengan cara yang tidak

selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, maka manusia terjerumus dalam

kesesatan dan melakukan perbuatan dosa. Manusia memiliki alam sadar dan alam

tidak sadar. Dengan alam tidak sadar, manusia telah mengalami mimpi yang bisa

jadi muncul sebagai reaksi terhadap unsur-unsur penganggu yang ditimbulkan

oleh rangsangan yang menyebabkan mimpi. Klarifikasi rangsangan mimpi itu

bisa dikategorikan menjadi empat variabel: (1) rangsangan inderawi ekternal

(berorientasi pada objek); (2) rangsangan inderawi internal (berorientasi pada

subjek); (3) rangsangan fisik internal (berorientasi pada organ-organ tubuh); dan

(4) sumber-sumber rangsangan psikis murni. (Freud, 2001: 25).

Dalam kehidupan sehari-hari, mimpi biasa datang tidak terduga, kadang-

kadang kehadirannya diharapkan. Karena mimpi itu, indah dan menyenangkan.

Namun tidak jarang, mimpi itu tidak diharapkan. Artinya, mimpi bisa mendatangi

kita dalam sesuatu yang buruk, mencekam dan seram. (Sirin, 2004: v)

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

3

Al-Qur’an dan hadits banyak menjelaskan tentang mimpi, namun banyak

orang yang berpaling dari keduanya, yang mencoba mereka-reka dengan rekaan

yang tidak sesuai dari yang sebenarnya. Ada sebagian dari mereka yang mereka-

reka mimpi untuk minta hujan, mencari barang yang hilang, mengendus rahasia

nasib, pengobatan santet dan teluh atau hipnotis dan sebagainya (al-Ushaimy,

2004: 3). Semua itu justru berkembang disaat syari’at Islam mulai dipelajari

orang. Sementara ulama telah memberikan fatwa dan menjelaskan kekeliruan itu,

tetapi tidak mendapatkan sambutan dari masyarakat, maka jadilah pengobatan

“mimpi” menjadi tersebar. Sukses atau gagal dapat diterka dari mimpi dan

pertolongan melalui mimpi menjadi bisnis yang menggiurkan.

Allah juga memberikan ilham-Nya kepada manusia lewat mimpi. Namun

demikian, tidak semua mimpi menjadi ilham. Pada dasarnya ketika tidur, jiwa

seseorang berada dalam genggaman Allah. Bila jiwa seseorang bersih dan Allah

berkenan memberikan pengetahuan dan sebagian rahasia ini kepadanya, maka

orang tersebut akan mendapatkan ilham dari mimpinya itu (Nashori dan Diana

Mucharam, 2002: 124).

Melihat fenomena di atas, maka mimpi memiliki kedudukan yang tinggi

dalam Islam. Hal ini dibuktikan dengan perhatian kitabullah dan sunnah terhadap

mimpi. Dalam al-Qur’an dikisahkan tentang keinginan Ibrahim as. untuk

menyembelih putranya yang didasarkan atas mimpi yang ia alami, sedangkan

sang putra Ismail as. mematuhinya. (al-Uraini, 2003: 20). Hal ini sesuai dengan

Firman Allah SWT. Dalam surat ash-Shaffat ayat 102-105 yang berbunyi:

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

4

فلما بلغ معه السعي قال يابني إني أرى في المنام أني أذبحك فانظر ماذا ابرينالص اء اهللا منني إن شجدتس رمؤا تل مت افعاأبى قال ير102(ت (

للج لهتا ولما أس103(بنيفلم (اهيمراإبأن ي اهنيادنو)104 ( قتدص قدسننيحزي المجن ا كذلكا إنيؤ102- 105: الصافات). (105(الر(

Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintah kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar! Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya) (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Ash-Shaffat: 102-105) (Depag RI, 1985: 725)

Dalam surat lain, Allah SWT. menganugerahi nabi Yusuf pengajaran

bagaimana menta’wilkan mimpi, sebagaimana dalam Firman-Nya dalam surat

Yusuf ayat 6 yang berbunyi:

بر بيكتجي كذلكاديثوأويل األحت من كلمعيو لى كعو كليع هتمنع تميو ليمع كبإن ر اقحإسو اهيمرل إبقب من كيولى أبا عهما أتكم قوبعءال ي

كيم5: يوسف). (6(ح( Artinya: Dan demikianlah Tuhanmu memilih kamu (untuk menjadi Nabi)

dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari takbir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana. (QS. Yusuf: 6) (Depag RI, 1985: 348)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

5

Sementara itu, dalam surat al-Fath juga ditemukan kisah mimpi Nabi

Muhammad saw. tentang masuknya beliau ke Makah bersama para sahabatnya

dengan aman, dan ternyata mimpi itu terwujud dalam tahun pembukaan kota

Makah. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat al-Fath ayat 27

sebagai berikut:

أمنني لقد صدق اهللا رسوله الرؤيا بالحق لتدخلن المسجد الحرام إن شاء اهللامحلقني رءوسكم ومقصرين ال تخافون فعلم ما لم تعلموا فجعل من دون

)27: الفتح). (27(ذلك فتحا قريباArtinya: Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang

kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat (QS. Al-Fath: 27) (al-Ushaimy, 2004 : 7).1

Tidak jauh berbeda dari yang telah disebutkan al-Qur’an dalam hadits Nabi

pun juga banyak ditemukan hadits-hadits yang menyinggung masalah mimpi

serta keutamaannya. Misalnya hadits riwayat Anas bin Malik sebagai berikut:

1 Selang beberapa lama sebelum terjadi “Perdamaian Hudaibiyah”, nabi Muhammad saw.

bermimpi bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota Makkah dan Masjidil Haram dalam keadaan sebahagian mereka mencukur rambut dan sebahagian lagi bergunting. Nabi mengatakan bahwa mimpi beliau itu akan terjadi suatu nanti, kemudian berita ini tersiar di kalangan kaum muslimin, orang-orang munafik, orang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah terjadi Perdamaian Hudaibiyah dan kaum muslimin waktu itu tidak memasuki Makah, maka orang-orang munafik memperolok-olokkan Nabi dan menyatakan bahwa mimpi Nabi yang dikatakan beliau pasti akan terjadi itu adalah bohong belaka. Maka turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan di tahun yang akan datang. Dan sebelum itu, dalam waktu yang dekat Nabi akan menaklukkan kota Khaibar. Andaikata pada tahun terjadinya perdamaian Hudaibiyah itu kaum muslimin memasuki kota Makah, maka dikhawatirkan keselamatan orang-orang yang menyembunyikan imannya yang berada dalam kota Makah waktu itu. (Depag RI, 1998: 842).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

6

هناهللا ع ضىالك رن مس بأن نقال: ع لمسه وليلى اهللا عص بيا : أن النيؤالروبالن أ منزج نعيبأرة وست ء منزالح جل الصجالر ة مننةاحلس .

Artinya: “Dari Anas bin Malik ra.: bahwasanya Nabi saw. bersabda: Mimpi yang baik dari seorang yang shaleh adalah satu bagian dari 46 bagian kenabian” (HR. Anas bin Malik). (al-Uraini, 2003: 33)

Status manusia yang memiliki keberagamaan pengetahuan menimbulkan

perbedaan pula dalam menakwilkan mimpinya karena keragaman keadaannya.

Mimpi yang dialami seorang menteri tidak dapat ditafsirkan seperti mimpi yang

dialami oleh kebanyakan orang. Demikian pula penakwilan mimpi, juga

bervariasi sesuai dengan keadaan tempat, masa dan waktu. (Sirin, 2004: xii).

Sejalan dengan apa yang disebutkan oleh al-Qur’an dan sunnah tentang

mimpi, maka banyak dari tokoh psikologi mencoba mengungkapkan mimpi.

Beberapa di antaranya adalah Levin (1966), Ryantt (1951), Boyer (1960).

Setengah abad sebelum mereka, seorang tokoh psikoanalisa, Sigmund Freud juga

telah mencoba melakukan analisis terhadap mimpi dan menuliskan dalam buku

yang berjudul The Interpretation of Dream pada tahun 1900.2

Buku tersebut telah menjadi semacam kitab tafsir mimpi bagi mereka yang

menganut psikoanalisis. Freud mengasumsikan bahwa mimpi yang terjadi saat

tidur memiliki makna (meaning) psikologis yang dapat digali dengan suatu

interpretasi. Dalam pendekatan psikologis Freudian, pada dasarnya mimpi

memiliki formulasi orisinal, yakni: 1) a manifest content, yaitu sebagai

2 Sigmund Freud, (1900), The Interpretation of Dreams, 1953, London: Hugart Press. Suatu karya Arab praktek pemeriksaan neurosa yang telah diselesaikannya pada tahun 1896 dan baru ditulis tahun 1899. Buku yang dijadikan bahkan dalam penulisan ini adalah hasil alih bahasa ke dalam bahasa Inggris oleh AA. Brill, 1950, The Modern Library, New York.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

7

experienced, reported and remember. Biasanya mimpi yang demikian isinya

masih dapat kita ingat ketika pagi hari. 2) a latent content, yaitu yang dapat

ditemukan maknanya melalui interpretasi. Sebelum adanya penafsiran, arti mimpi

itu bisa dipakai secara jelas. (Purwanto, 2003: 19).

Belum ada faktor yang menjadikan mimpi memenuhi syarat-syarat yang

dapat dijadikan standar penyidikan yang tepat. Oleh karena itu, dalam

mempelajari mimpi, objek yang dipelajari, yaitu mimpi itu sendiri tidak bisa

ditentukan. Ketika seseorang menceritakan sebuah mimpi, tidak ada jaminan

apakah mimpi itu benar-benar seperti yang dia ceritakan, atau dia hanya

mengada-ngada saja. Karena orang yang bermimpi terpaksa harus menceritakan

mimpinya atau hanya sebagian yang dia ingat dari mimpinya. (Freud, 2002: 80).

Seseorang bisa mempelajari perbedaan-perbedaan mimpi dengan

mengasumsikan bahwa mimpi-mimpi itu berkaitan dengan perbedaan-perbedaan

tingkat sempurna tidaknya mimpi. Ketika pikiran mendekati keadaan bangun, ada

peningkatan persepsi bahwa apa yang terlihat hanya mimpi. Kendati seperti itu,

tidak selalu terjadi berurutan dengan jelas dan logis, kemudian diikuti dengan

potongan mimpi yang agak jelas. Pikiran seseorang tidak akan bisa membedakan

tingkat kondisi tidur secara berurutan dengan cepat seperti itu. (Freud, 2002: 88).

Aliran psikoanalisis juga mencoba menjelaskan mitos-mitos religius dan

kosmogoni-kosmogoni zaman purba melalui analisa mimpi. (Fromm, 1988: 10).

Freud menyatakan bahwa terdapat kesamaan antara mimpi-mimpi penyair,

seniman, pelukis dengan mimpi-mimpi kuno yang dianggap mimpi sejati. Dari

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

8

apa yang dilakukan Freud, yakni terinspirasinya dia oleh mitos-mitos Yunani,

maka boleh jadi karya-karya sastra dan seni lahir dari mimpi-mimpi abadi.

Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

(Purwanto, 2003: 115).

Freud meyakini bahwa struktur id, ego dan super ego memegang peranan

penting dalam kepribadian. Secara umum, mimpi diharapkan mampu memberi

solusi-solusi penting. Namun tidak semua mimpi bisa langsung dipahami, dan

mustahil untuk benar-benar yakin bahwa sebuah mimpi tidak sedang mencoba

untuk memberikan sesuatu yang bisa menjelaskan sekaligus memberi makna

(Freud, 2001: 4). Perilaku memiliki arti yang jelas tampak dan tersembunyi

merupakan dasar bagi bangunan pemikiran Freud (Ruber W., 1985 : 61).

Akhir-akhir ini, studi tentang mimpi menunjukkan bahwa mimpi itu dapat

dipelajari, baik secara objektif maupun secara subjektif. (M. Dimyati, 1990: 222).

Sebagai tambahan terhadap analisa mimpi, pengaruh mimpi itu dapat juga

dipakai sebagai suatu alat yang penting untuk penyembuhan dalam dunia medis.

Dalam penggunaan pengaruh mimpi, ahli terapi hanya menyarankan kepada

pasien supaya dia mengingat mimpinya dan menuliskannya (Bernard, 1990: 87).

Freud berpendapat bahwa keadaan itu dapat diperbaiki dengan menggunakan

prinsip-prinsip ilmu jiwa dalam membesarkan dan mendidik anak-anak (Calvin

S., 1995: 27).

Mimpi berangsur menghilang di pagi hari, demikian sebuah ungkapan.

Memang untuk mengingatnya kembali adalah hal yang mungkin. Kita mengenal

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

9

mimpi hanya dengan mengingatnya kembali setelah bangun. Namun seringkali

kita menganggap ingatan tersebut tidaklah lengkap, bahwa apa yang terjadi

semalam lebih banyak dari apa yang bisa kita ingat (Freud, 2001: 49).

Untuk menafsirkan mimpi, orang harus menelusuri proses terbentuknya

mimpi dalam jurusan yang berlawanan. Dengan bertolak dari yang terang, orang

harus kembali ke pikiran-pikiran tersembunyi yang telah didistorsi oleh sensor.

Setelah melewati berbagai distorsi, akhirnya orang dapat memperlihatkan

keinginan yang direpresi. Tetapi perlu dicatat lagi bahwa sesudah penafsiran,

mimpi tetaplah merupakan suatu produk ketidaksadaran dan harus diperlakukan

demikian (Freud, 1991: xxvi).

Penelitian tentang mimpi menjadi alasan bagi Freud untuk mengarahkan

perhatiannya kepada fenomena-fenomena psikis seperti lelucon, perbuatan keliru,

“keseleo” lidah, lupa dan lain sebagainya, pokoknya semua fenomena dari hidup

sehari-hari yang dapat diperlakukan dengan cara yang sama seperti isi mimpi

yang terang. Aliran Freudian selalu menekankan adanya arti laten yang mungkin

dilambangkan oleh sisi mimpi yang dilahirkan (Dimyati, 1990: 221). Menurut

aliran ini lambang-lambang itu hampir tidak berubah, artinya suatu objek atau

hubungan hanya memiliki sedikit sekali atau bahkan satu lambang khusus saja

yang dialami di dalam mimpi.

Dalam agama, mimpi merupakan wahyu Allah. Walaupun diakui bahwa

wahyu Allah itu benar, tetapi dalam penafsirannya bisa terjadi banyak perbedaan

antara berbagai ulama, sehingga muncul masalah-masalah khilafiyah. Ini kerap

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

10

kali bukan saja menimbulkan konflik sosial, tetapi juga menimbulkan konflik

batin dalam diri seseorang yang dapat menggoyahkan kehidupan dan

keimanannya. (Jumantoro, 2001: 20).

Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini semakin meledak.

Perkembangan ilmu dan teknologi ini seringkali tidak mampu dijelaskan secara

agamis oleh tokoh agama atau yang dianggap tokoh agama. Sehingga orang yang

memiliki banyak pengetahuan (ilmu) “umum”, tetapi pengetahuan dan keyakinan

agamanya sangat sedikit sekali dapat menjadi bimbang dengan ajaran agama

yang dianutnya. Karena menurut kaca matanya tampak ajaran agamanya itu tidak

rasional.

Konflik-konflik batin dalam diri manusia yang berkenaan dengan ajaran

agama (Islam maupun lainnya) banyak ragamnya. Oleh karenanya diperlukan

adanya bimbingan dan konseling Islami yang memberikan kehidupan keagamaan

kepada individu agar mampu mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan

akherat. Firman Allah :

)2:العنكبوت. (أحسب الناس أن يتركوا أن يقولوا ءامنا وهم ال يفتنونArtinya: Apakah menusia itu mengira bahwa dibiarkan (saja) menyatakan,

“kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. (QS. al-Ankabut: 2) . (Departemen Agama RI, 1985: 628).

Dari ayat di atas jelas, bahwa cobaan itu adalah ukuran bagi sempurna atau

tidaknya iman seseorang dalam melawan hawa nafsu yang tidak terkendali serta

diikuti oleh berbagai persoalan, sehingga fitrah tidak dapat berkembang

sebagaimana mestinya, bahkan bisa jadi manusia terjerumus ke perbuatan dan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

11

pelanggaran terhadap nilai-nilai agama ataupun melakukan perbuatan dosa dalam

masyarakat. (Jumantoro, 2001: 8)

Atas dasar inilah, potensi yang dimiliki manusia harus dikembangkan.

Oleh karena itu, kerangka preventif, bimbingan agama (khususnya Islam)

memegang peran yang penting untuk dapat membantu individu mengarahkan dan

mengembangkan pola perilaku yang baik dan mencegah terjadinya

penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai ajaran agama. (Faqih, 2001: 37).

Dalam uraian di atas, posisi ta’wil mimpi al-Qur’an dan tafsir mimpi dalam

kajian Islam sangat menarik sehingga bimbingan konseling Islam sangat

diperlukan di dalamnya.

Atas dasar pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengkaji ta’wil mimpi

sebagai materi bimbingan konseling Islam dengan studi komparasi pandangan

Ibnu Sirin dengan teori Psikoanalisis Sigmund Freud dan mengangkat masalah

tersebut menjadi skripsi dengan judul: “TA’WIL MIMPI SEBAGAI MATERI

BIMBINGAN KONSELING ISLAM (STUDI KOMPARASI PANDANGAN

IBNU SIRIN DENGAN TEORI PSIKOANALISA SIGMUND FREUD)”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang menjadi

fokus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Ibnu Sirin dan teori Psikoanalisa Sigmund Freud

tentang mimpi?

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

12

2. Bagaimana signifikansi ta’wil mimpi sebagai materi bimbingan konseling

Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan pandangan Ibnu Sirin dan teori Psikoanalisa Sigmund

Freud tentang mimpi.

b. Mendeskripsikan ta’wil mimpi sebagai materi bimbingan konseling Islam.

2. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam kajian-kajian

berikutnya yang berbentuk:

a. Orientasi Teoritis dalam Kajian Aksiologis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah keilmuan BPI

dalam memberikan pemahaman terhadap ta’wil mimpi sebagai materi

bimbingan konseling Islam.

b. Orientasi Praktis

1) Penelitian ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi kita semua

dalam memahami arti sebuah mimpi, sehingga kita dapat memperoleh

kebenaran mimpi yang riil dan berarti dalam kehidupan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

13

2) Menjadikan pijakan bagi agamawan, orang tua dan diri setiap insan

dalam upaya mengembangkan pemahaman terhadap penta’wilan

mimpi al-Qur’an dan tafsiran mimpi yang mengarah ke jalur

keagamaan yang mantap dan dinamis.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari adanya kesan pengulangan dalam melakukan penelitian

ini dan tidak terjadi pembahasan yang sama dengan penelitian lain, maka penulis

perlu memetakkan topik penelitian yang akan dikaji dengan penelitian yang

pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.

Sejauh ini, penulis belum menemukan penelitian yang membahas tentang

“Ta’wil Mimpi Sebagai Materi Bimbingan Konseling Islam (Studi Komparasi

Pandangan Ibnu Sirin dengan Teori Psikoanalisa Sigmund Freud)”. Adapun

penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan judul tersebut, antara lain:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yadi Purwanto (2003) dengan

judul Memahami Mimpi Perspektif Psikologi Islam. Penelitian ini mencoba

mengkaji berbagai permasalahan mimpi dengan menggunakan analisis psikologi

Islami, juga dalam pandangan-pandangan dari berbagai aliran, seperti pandangan

psikologi Barat sebagai alat komparatif untuk pendalaman pemahaman mimpi.

Salain paparan yang bersifat teoritis tentang hal-hal yang berkaitan dengan

berbagai persoalan mimpi, penelitian ini juga memaparkan beberapa hal yang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

14

bersifat aplikatif untuk terapi mimpi yang berkenaan dengan mimpi itu sendiri

ataupun orang lain.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Imam Ja’far Shadiq dengan judul

Menyingkap Rahasia Mimpi. Buku ini bertujuan untuk mengetahui tentang

tafsiran terhadap mimpi, sehingga orang lain mengenal akan tafsir mimpi yang

khusus (simbol-simbol), serta beberapa adab dan hal-hal yang disunnahkan

sebelum orang tidur yang berpengaruh dalam memperoleh mimpi yang baik dan

terhindar dari mimpi yang buruk.

Berdasarkan telaah dari dua buku yang disebutkan di atas, tidak ditemukan

tentang karya ilmiah Ibnu Sirin dan Sigmund Freud yang mengkaji Ta’wil Mimpi

Sebagai Materi Bimbingan Konseling Islam (Studi Komparasi Pandangan Ibnu

Sirin dengan Teori Psikoanalisa Sigmund Freud). Dalam konteks inilah, maka

kajian di atas sangat signifikan untuk diangkat dalam penelitian.

E. Kerangka Teoritik

Dakwah adalah suatu usaha untuk mengajak, menyeru dan mempengaruhi

manusia agar selalu berpegang pada ajaran Allah guna memperoleh kebahagiaan

hidup di dunia dan akherat. Mengajak ke jalan Allah adalah wajib hukumnya,

keberhasilan ajakannya mencerminkan prospek dan pelestarian perkembangan

Islam di masa mendatang. Sebab maju dan mundurnya agama terletak di tangan

penganut-penganutnya. Usaha mengajak dan mempengaruhi manusia agar pindah

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

15

dari satu situasi ke situasi yang lain, yaitu dari situasi yang jauh dari ajaran Allah

menuju situasi yang sesuai dengan petunjuk dan ajaran Allah merupakan

kewajiban bagi kaum muslim dan muslimat. (Aminuddin, 1985: 34).

Dakwah menurut Hafi Nashari adalah mengajak manusia dengan cara yang

bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah untuk

kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat (Nashari, 1993: 10),

sedangkan Asmuni Syukir mengartikan dakwah ialah mengajak umat manusia

dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya

(Syukir, 1983: 19).

Mengenai salah satu aktivitas psikologis yang terjadi di saat tidur adalah

mimpi. Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir (2001: 304) mengatakan bahwa:

“Mimpi merupakan keadaan kesadaran yang berubah, di mana citra dan fantasi yang teringat secara sementara dikacaukan dengan realitas eksternal, mimpi dapat dirasakan oleh setiap orang di saat tidur. Mimpi yang indah dan baik secara psikologsi akan berimplikasi positif bagi perilaku lahiriyah seseorang. Sebaliknya, mimpi yang buruk akan berpengaruh negatif pada perilaku seseorang.

Jadi, perilaku baik seseorang akan mengakibatkan mimpi yang indah dan

perilaku yang buruk akan berakibat negatif bagi mimpi seseorang.

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah sebagaimana dikutip Abdul Mujib dan

Yusuf Mudzakir bahwa hakikat tidur adalah tertahannya ruh dari badan dengan

penahanan kecil (wafat sughra), sedangkan hekekat mati adalah tertahannya ruh

dari badan dengan penahanan besar (wafat kubra). Ibnu Qayyim al-Jauziyah

membagi ruh dalam dua kategori. Pertama, ruh yang pemiliknya telah ditetapkan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

16

kematiannya, sehingga ruh tersebut tertahan selamanya (tidak dikembalikan ke

badan). Kedua, ruh yang pemiliknya masih memiliki sisa hidup sampai pada

batas yang ditentukan. Ruh ini ditahan untuk sementara waktu ketika pemiliknya

tertidur, namun ia segera dikembalikan saat terjaga. (Mujib dan Yusuf, 2001:

302).

Menurut Fahd, mimpi adalah keyakinan yang dibuat Allah di dalam hati

orang yang tertidur, seperti juga di dalam hati orang yang terjaga (tidak tidur).

Keyakinan itu dibuat Allah seakan sebagai pengetahuan (ilmu) untuk urusan-

urusan lain, dan untuk kondisi yang lain. Keyakinan itu bisa datang lewat

malaikat dan kejadian itu sesudahnya menyenangkan. Pada saat yang lain, bisa

datang dari setan dan kejadiannya menyusahkan. (al-Ushaimy, 2004: 10).

Teori-teori mimpi dalam Islam di atas, sangat berbeda dengan teori-teori

mimpi kepribadian Barat kontemporer saat ini. Freud melihat mimpi sebagai via

regia, yaitu jalan utama yang menghantarkan ke arah ketidaksadaran. Ia

merupakan produk psikis yang merupakan konflik-konflik daya psikis. Jadi,

mimpi itu merupakan perwujudan suatu konflik. (Freud, 1980: 24-25).

Freud lebih lanjut menjelaskan bahwa mimpi adalah salah satu dari gejala

patologis yang mengungkapkan kegiatan-kegiatan yang paling primitif dari jiwa

manusia. Dengan mimpi, seseorang berusaha memenuhi hasrat dan

menghilangkan ketegangan dengan menciptakan sesuatu gambaran tentang tujuan

yang diinginkan. (Hall and Gardner, 1993: 101-102).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

17

Sementara itu, Jung juga melihat mimpi sebagai kompetensi bagi aspek-

aspek pemimpi yang diabaikan dalam kehidupan sadar. Mimpi merupakan

produk psikis yang tidak sengaja, spontan dan sari dari alam. Jung membagi isi

mimpi dalam dua kategori, yaitu prospektif (mimpi yang berkaitan dengan

kejadian-kejadian di masa depan) dan retrospektif (mimpi yang berkaitan dengan

kejadian-kejadian di masa lalu). (Hall and Gardner, 1993: 219). Mimpi memberi

gambaran tentang kondisi dalam dan luar bagi pelakunya. Mimpi menjadi

objektif apabila diimpikan oleh sekelompok masyarakat tentang kegiatan sehari-

hari. (Mujib dan Yusuf, 2001: 305).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa tidur secara jasmaniah

merupakan kondisi istirahat manusia. Sewaktu tidur, komponen-komponen

biologis tertentu tidak aktif sampai ia terjaga. Secara ruhaniah, tidur adalah

pisahnya ruh dari jasad manusia. Jasad manusia tertidur, sementara ruh tetap

hidup (terjaga) dan dapat beraktivitas sesuai dengan sunnahnya.

Di saat tidur, ruh manusia dapat melepaskan diri dari ikatan sunnah badan

manusia untuk sementara waktu. Karena tidak terikat oleh sunnah badan, maka

ruh dapat memainkan fungsinya dan sunnahnya seluas-luasnya yang tidak

terbatasi oleh ruang dan waktu. Di dalam tidur, ruh mampu menembus segala

alam tanpa ada halangan yang berarti, baik alam empiris biologis maupun alam

arwah. (Mujib dan Yusuf, 2001: 307).

F. Metode Penelitian

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

18

Untuk mencari jawaban atas permasalahan pokok yang menjadi pertanyaan

dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan penelitian sebagai berikut:

Agar skripsi yang akan penulis tulis ini memenuhi syarat karya ilmiah,

maka penulis menggunakan metode:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, yaitu suatu

kegiatan penelitian yang berusaha untuk menggambarkan, melukiskan dan

mengungkapkan (Nawawi, 1991: 63). Sebuah ide pemikiran atau ungkapan

Ibnu Sirin dan Sigmund Freud. Jenis penelitian ini dipergunakan untuk

menggambarkan, melukiskan dan mengungkapkan pemikiran Ibnu Sirin dan

Sigmund Freud dalam tafsir mimpi.

2. Metode Pengumpulan Data

Di dalam penulisan ini, pengumpulan data yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas akan dilakukan dengan jalan penelitian kepustakaan

(library research), yaitu dengan jalan melakukan penelitian terhadap sumber-

sumber tertulis. (Irawan, 1999: 65). Yang bertujuan untuk menggumpulkan

data dan mencoba menggali sumber tulisan, baik yang berasal dari buku-buku

asli maupun terjemahan atau sumber yang relevan dengan materi yang terkait.

3. Sumber Data

a. Sumber primer

Sumber primer merupakan sumber pokok yang diperoleh langsung

dari sumbernya. Dalam hal ini adalah pemikiran Ibnu Sirin tentang ta’wil

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

19

mimpi yang menjadi objek pembahasan tersebut dalam kitab Tafsirul

Ahkam maupun terjemahnya dan teori Psikoanalisa Sigmund Freud

tentang tafsir mimpi dalam bukunya The Interpretation of Dream maupun

terjemahnya.

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder merupakan penunjang yang dijadikan alat bantu

dalam menganalisa terhadap permasalahan yang muncul. Sumber ini

berupa buku-buku bacaan, literatur-literatur al-Qur’an maupun ahdits yang

mendukung pembahasan ini.

Pembahasan tentang ta’wil mimpi, buku-buku yang penulis

gunakan antara lain: Muhammad Ibnu Sirin yang berjudul Ta’wil Mimpi

al-Qur’an dan Sunnah yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh

Muhammad Syihabuddin, Tafsir al-Ahkam al-Kabir Ta’wil Shahih 1001

Mimpi yang diterjemahkan oleh Alimin dan Rizki Matumara.

Buku-buku yang penulis gunakan dalam pembahasan psikoanalisa

di antaranya: Sigmund Freud dalam bukunya tafsir mimpi. Sigmund Freud

dalam bukunya psikoanalisis Sigmund Freud. Anthony Storr dalam

bukunya Memperkenalkan Psikoloanalisa dan juga Sigmund Freud

memperkenalkan psikoanalisa karangan K. Bertens.

Mengenai pembahasan tentang Bimbingan dan Konseling Islam,

buku yang penulis gunakan adalah karangan Aunur Rahim Faqih yang

berjudul Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Hamdani Bakran adz-

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

20

Dzaky dalam bukunya yang berjudul Konseling dan Psikoterapi Islam.

Priyatno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.

Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling

Islami. Harapan penulis buku-buku yang disebut di atas dapat menjadi

penunjang dalam penelitian skripsi ini.

4. Metode Analisa Data

Analisis ini memusatkan perhatiannya pada semua dokumen yang

berasal dari data yang terkumpul, untuk selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode deskriptif

Metode deskriptif adalah penyelidikan yang memaparkan,

menuturkan, menganalisis dan mengklasifikasi penyelidikan dengan

survei, dengan teknik interview, observasi atau test studi komparatif dan

operasional (Surakhmad, 1994: 136).

Secara aplikatif, penggunakan metode ini lebih ditekankan pada

deskripsi yang bersifat eksploratif dengan mendasarkan fenomena yang

ada. Di samping ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan

ta’wil mimpi dan tafsir mimpi dan mengkomparasikan antara ta’wil

mimpi al-Qur’an dan dan sunnah Ibnu Sirin dengan tafsir mimpi Sigmund

Freud dalam perspektif bimbingan konseling Islam.

b. Metode hermeneutik

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

21

Metode hermeneutik adalah berasal dari Yunani “hermenevein”,

yang berarti menafsirkan, dan “hermeneia” secara harfiah adalah

penafsiran. Jadi hermeneutik adalah “proses mengubah sesuatu atau

situasi dari ketidaktahuan menjadi mengerti”. (Palmer, 2003: 14).

Metode ini digunakan untuk menafsirkan teks mimpi al-Qur’an dan

sunnah Ibnu Sirin dengan tafsir mimpi Sigmund Freud yang berkaitan

dengan mimpi.

c. Metode komparatif

Metode komparatif adalah suatu metode yang digunakan untuk

memperoleh suatu kesimpulan dengan memperoleh faktor-faktor tertentu

yang berhubungan dengan situasi dan fenomena-fenomena yang diselidiki

dan dibandingkan dengan faktor lain di mana pertentangan berbagai

pendapat akan diakomodir menjadi konklusi (Surakhmad, 1972: 94).

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam rangka menguraikan pembahasan di atas, maka peneliti berusaha

menyusun kerangka penelitian secara sistematis, agar pembahasan lebih terarah

dan mudah dipahami, sehingga uraian-uraian yang disajikan nantinya mampu

menjawab permasalahan yang telah disebutkan. Sebelum menginjak bab pertama

dan bab berikutnya yang merupakan satu pokok pikiran yang utuh, maka

penulisan skripsi ini diawali dengan bagian muka, yang memuat: halaman judul,

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

22

nota pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar dan daftar

isi.

Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka teori dan metode penelitian yang meliputi: sumber data, metode

pengumpulan data dan analisis data.

Bab kedua adalah landasan teoritis yang menjelaskan tentang gambaran

umum ta’wil mimpi dan Bimbingan Konseling Islam. Bab kedua ini dibagi

menjadi dua sub bab. Sub bab pertama menjelaskan landasan kerangka teori yang

terdiri dari dari enam sub anak bab, yaitu: deskripsi teoritik ta’wil mimpi yang

meliputi: pengertian ta’wil mimpi, dasar hukum ta’wil mimpi, macam-macam

mimpi, kaidah umum ta’wil mimpi, masa/waktu bermimpi, prinsip-prinsip ta’wil

mimpi. Sub anak bab kedua berisi definisi teoritik Bimbingan Konseling islam

yang meliputi pengertian Bimbingan Konseling Islam, konsep dasar manusia

menurut Bimbingan Konseling Islam, tujuan dan fungsi Bimbingan Konseling

Islam. Sub anak bab ketiga menjelaskan tentang fungsi Bimbingan Konseling

Islam dalam mengembangkan pemahaman ta’wil mimpi dengan psikoanalisa

Sigmund Freud.

Bab ketiga berisi tentang teoritis Tafsir Mimpi Sigmund Freud. Dalam bab

ini terdiri dari metodologi tafsir mimpi, mimpi sebagai pemenuhan harapan,

distorsi dalam mimpi, pola kerja mimpi dan faktor psikologis dalam proses

mimpi.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/12/jtptiain-gdl-s1... · Mimpi merupakan dunia peralihan antara alam bawah sadar dan alam sadar.

23

Bab empat adalah analisis pemikiran mimpi Ibnu Sirin dan Sigmund Freud.

Dalam bab ini berisi tentang analisis penulis terhadap pemikiran mimpi Ibnu

Sirin dan Sigmund Freud dalam proses Bimbingan dan Konseling Islam.

Bab kelima adalah penutup. Dalam bab ini berisi kesimpulan yang ditarik

dari bab-bab sebelumnya yang merupakan jawaban dari permasalahan yang

dibahas dalam skripsi ini juga penulis kemukakan dalam saran-saran berikut

penutupnya.