BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf ·...

90
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program transmigrasi telah ada di Indonesia sejak jaman Kolonial Belanda yaitu pada awal abad ke-20 atau lebih tepatnya pada tahun 1905. Program transmigrasi dikenal dengan istilah kolonisasi. kolonisasi merupakan hasil dari adanya kebijakan politik etis yang berisi dengan tiga kebijakannya yaitu, educatie, irrigatie, dan emigrasi. Pada awal pelaksanaannya, program transmigrasi dilakukan Pemerintah Kolonial hanya bertujuan untuk mengurangi kepadatan penduduk dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa yang dianggap masih memiliki jumlah penduduk sedikit. Penduduk Pulau Jawa yang sangat padat dipandang sebagai penyebab meningkatnya petani tunawisma, pengangguran, fragmentasi tanah, deforestasi. Setelah masa kemerdekaan, program transmigrasi kolonial kembali dilanjutkan oleh pemerintahan Orde Lama. Keadaan negara yang tidak stabil dari segi ekonomi dan politik membuat banyak penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan berusaha untuk mencari daerah penghidupan baru sehingga timbul banyak transmigrasi spontan. Selain itu, banyak dari para pejuang yang tidak mempunyai tempat tinggal turut melakukan transmigrasi yang disebut Transmigrasi Corps Cadangan Nasional (CTN) dan juga Transmigrasi Biro rekontruksi Nasional

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Program transmigrasi telah ada di Indonesia sejak jaman Kolonial Belanda

yaitu pada awal abad ke-20 atau lebih tepatnya pada tahun 1905. Program

transmigrasi dikenal dengan istilah kolonisasi. kolonisasi merupakan hasil dari

adanya kebijakan politik etis yang berisi dengan tiga kebijakannya yaitu, educatie,

irrigatie, dan emigrasi. Pada awal pelaksanaannya, program transmigrasi dilakukan

Pemerintah Kolonial hanya bertujuan untuk mengurangi kepadatan penduduk dari

Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa yang dianggap masih memiliki jumlah penduduk

sedikit. Penduduk Pulau Jawa yang sangat padat dipandang sebagai penyebab

meningkatnya petani tunawisma, pengangguran, fragmentasi tanah, deforestasi.

Setelah masa kemerdekaan, program transmigrasi kolonial kembali dilanjutkan oleh

pemerintahan Orde Lama. Keadaan negara yang tidak stabil dari segi ekonomi dan

politik membuat banyak penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan

berusaha untuk mencari daerah penghidupan baru sehingga timbul banyak

transmigrasi spontan. Selain itu, banyak dari para pejuang yang tidak mempunyai

tempat tinggal turut melakukan transmigrasi yang disebut Transmigrasi Corps

Cadangan Nasional (CTN) dan juga Transmigrasi Biro rekontruksi Nasional

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

2

(BRN).1 Pada masa Orde Baru dicanangkan kebijakan transmigrasi yang berosientasi

pada ketahanan dan keamanan negara atau yang lebih sering disebut Transmigrasi

Ketahanan Nasional (Transtannas). Tujuan dari transmigrasi tersebut ialah

memperkuat pertahanan dan keamanan nasional, peningkatan taraf hidup dan untuk

penguatan idiologi negara. Dengan lahirnya Orde Baru, maka terjadi perubahan-

perubahan yang mendasar dalam pola penyelenggaraan transmigrasi. orientasi

transmigrasi lebih diperkuat dengan motivasi ekonomi, sehingga terjadi pendekatan

dari segi-segi kesejahteraan (Prospority Approach), dan segi-segi keamanan (Security

Approach).2

Perubahan dalam pola penyelenggaraan transmigrasi dipengaruhi oleh kondisi

keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tidak stabil di akhir

masa Orde Lama akibat hubungan antara Presiden, PKI, dan TNI AD yang saling

bersinggungan, terdapat perbedaan pendapat dan kepentingan diantara ke tiganya

dalam menyelesaikan permasalahan politik, terutama usaha dari PKI untuk

membentuk Angkatan ke-V di samping adanya AD, AL, AU, dan POLRI, dengan

cara mempersenjatai kaum buruh dan tani. Selain itu, TNI-AD juga merasa tertantang

untuk mengimbangi pergerakan dari PKI yang memiliki rencana untuk membentuk

1 Sri-Edi Swasono dan Masri Singarimbun, Sepuluh Windu Transmigrasi Di

Indonesia 1905-1985 (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1985), hlm. 7-8. 2 Badan Pembinaan Hukum Nasional. Seminar Segi-segi Hukum Pembangunan

dan Kependudukan. (Sumatera Barat: Bina Cipta, 1976), hlm. 21.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

3

basis baru di Lampung dengan memberangkatkan transmigran yang telah dibina oleh

PKI, kemudian diberangkatkan secara spontan maupun melalui saluran resmi.3

Masalah keamanan negara yang tidak stabil mencapai puncaknya di awal

bulan Oktober tahun 1965, Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) atau

yang dikenal dengan istilah G30S. PKI melakukan melakukan operasi penculikan

terhadap sejumlah jendral Angkatan Darat yang dianggap oleh PKI akan membentuk

“Dewan Jenderal” untuk mengambil alih kekuasaan Soekarno. Para Jenderal yang

diculik kemudian dibunuh dan disembunyikan di sebuah sumur yang kini dikenal

dengan nama “Lubang Buaya”.4

Pada tanggal 1 Oktober 1965, Mayjen Soeharto mengambil tindakan cepat

dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh Ahmad

Yani karena menjadi salah satu korban peristiwa G30S. Seoeharto mengutus Resimen

Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang dipimpin Kolonel Sarwo Edhie

Wibowo untuk melakukan operasi mencari, menangkap, dan mengeksekusi orang-

orang yang terlibat dalam kudeta serta memusnahkan orang-orang yang menjadi

anggota ataupun simpatisan PKI. Tidak pasti jumlah orang yang diksekusi kala itu,

operasi dilakukan di seluruh wilayah dan lapisan masyarakat di Indonesia.

3 Arsip Komando Daerah Militer IV Sriwijaya dan Komando Resor Militer 043

Garuda Hitam, “Laporan Singkat Perkembangan dan Permasalahan Proyek Desa

Transmigrasi Angkatan Darat Di Lampung”, (Lampung: Komando Resor Militer 043

Garuda Hitam, 1979), hlm. 4. 4 Julius Pour, Gerakan 30 September, Pelaku, Pahlawan, dan Petualang

(Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2010), hlm. 129-134.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

4

Pemerintahan Orde Lama berakhir, peralihan ini ditandai dengan

pengangkatan Soeharto menjadi presiden pada tanggal 12 Maret 1967, pengukuhan

kewenangan eksekutifnya dengan Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR)

yang ditandatangani oleh Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966. Surat tersebut

berisikan tentang mandat presiden kepada Soeharto selaku Panglima Kopkamtib

Angkatan Darat (sebelum menjadi presiden) untuk melakukan segala cara

memulihkan keamanan dan ketertiban nasional. Soeharto menggunakan kuasa ini

untuk memusnahkan PKI. Sejak saat itu segala hal yang berhubungan dengan

Komunis dilarang atas nama Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia. Soekarno

ataupun PKI sudah tidak memiliki kekuatan lagi untuk melawan atau sekedar

menahan infiltrasi politik yang dilakukan militer. sejak saat itu militer mendapatkan

tempat dalam sistem pemerintahan tertinggi di Indonesia.5

Penyebaran partai PKI dan paham komunis yang sudah menyebar ke berbagai

daerah di Indonesia, salah satunya di Provinsi Lampung yang telah terdapat cabang

Partai Komunis Indonesia (PKI) sejak tahun 1923.6 Berbagai cara dilakukan oleh

pemerintah Orde baru untuk mencegah munculnya kembali paham Komunis di

Indonesia, setelah menetralkan negara dari orang-orang yang berhubungan dengan

PKI ataupun komunis, militer membentuk pertahanan dengan membuat permukiman

para anggota Tentara Nasional Indonesia atau Angkatan Bersenjata Republik

5 Ibid., Hlm. 134.

6 Tim Penulis Naskah Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah,

Sejarah Daerah Lampung (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1981),

hlm. 105.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

5

Indonesia (TNI/ABRI) di tengah-tengah masyarakat untuk membangun citranya

mulai lapisan bawah yaitu, masyarakat pedesaan.7

Keterlibatan militer dalam penyusunan agenda Orde Baru sekaligus persiapan

untuk memimpin rezim ini berdampak terhadap berbagai sektor kehidupan, terutama

sektor keamanan, sosial, ekonomi, dan politik di masyarakat sepanjang masa Orde

Baru. Militer merambah jauh dalam dunia politik dan dilibatkan dalam setiap institusi

yang dibangun. Sengaja dilibatkan oleh Presiden Soeharto sebagai penunjang

menjalankan kekuasaannya.8 Pada masa Orde Baru Angkatan Darat seperti partai

politik.

Militer saat pemerintahan Orde Baru sangat diberperankan dalam segala

bidang pemerintahan, mulai dari tatanan birokrasi hingga tatanan sosial masyarakat,

sehingga militer dapat dengan mudah membaur dengan kehidupan masyarakat sipil.

Penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa Orde Baru, militer

memiliki pandangan bahwa hubungan sipil–militer yang harmonis merupakan hal

penting bagi suatu bangsa karena dapat berpengaruh terhadap ketahanan nasional dan

sosial ekonomi masyarakat, bahkan menjadi prasyarat utama yang menentukan maju

mundurnya suatu negara. Militer memerlukan dukungan pemerintah dalam hal

alokasi anggaran yang dibutuhkan untuk membangun kekuatan angkatan perang

7 Arsip Komando Daerah Militer IV Sriwijaya dan Komando Resor Militer 043

Garuda Hitam, “Laporan Singkat Perkembangan dan Permasalahan Proyek Desa

Transmigrasi Angkatan Darat Di Lampung”, (Lampung: Komando Resor Militer 043

Garuda Hitam, 1979), hlm. 4. 8 Eddy Budiarso, Menentang Tirani; Aksi Mahasiswa 77/78 (Jakarta: Grasindo,

2000), hlm. 2-3.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

6

dalam rangka mengatasi ancaman yang akan timbul.9 Sipil juga membutuhkan militer

sebagai perlindungan terhadap keamanan.

Di dalam tubuh TNI/ABRI terdapat anggota yang telah memasuki masa

pensiun yang perlu mendapatkan kesejahteraan, karena sebagian besar merupakan

angkatan pejuang kemerdekaan tahun 1945. Oleh karena itu, mereka

ditransmigrasikan ke tempat yang baru untuk mendapatkan kesejahteraan dan

menjalani kehidupannya yang lebih baik. Sebuah upaya membangun permukiman

untuk para purnawirawan TNI/ABRI oleh komando militer merupakan bentuk

penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.10

Transmigrasi yang dilaksanakan oleh Angkatan Darat (AD) merupakan

gagasan Jenderal Ahmad Yani, Menteri Panglima AD. Transmigrasi digagas sebagai

bentuk perwujudan pondasi prajurit TNI Angkatan Darat (TNI-AD) dalam memasuki

dunia poitik, membangun citra di masyarakat dengan menggunakan asas demokrasi

yaitu, dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat, dan kembali ke rakyat, kemudian

mengemasnya dalam perwujudan dari pola Pertahanan dan Keamanan Rakyat

Semesta (HANKAMRATA).11

Gagasan tersebut memiliki tujuan lain untuk anggota

9 Budi Santoso, Ketahanan Nasional Indonesia; Penangkal Disintegrasi

Bangsa dan negara (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000). Hlm.199. 10

Arsip Komando Daerah Militer IV Sriwijaya dan Komando Resor Militer

043 Garuda Hitam, “Laporan Singkat Perkembangan dan Permasalahan Proyek

Desa Transmigrasi Angkatan Darat Di Lampung”, (Lampung: Komando Resor

Militer 043 Garuda Hitam, 1979), Hlm. 4-5. 11

Arsip Komando Daerah Militer IV Sriwijaya dan Komando Resor Militer

043 Garuda Hitam, “Laporan Singkat Perkembangan dan Permasalahan Proyek

Desa Transmigrasi Angkatan Darat Di Lampung”, (Lampung: Komando Resor

Militer 043 Garuda Hitam, 1979), Hlm. 4.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

7

TNI-AD sendiri yaitu, memberikan peluang kesejahteraan bagi anggota TNI-AD

beserta keluarganya setelah memasuki Usia Bebas Tugas (UBT) dan pensiun, sebagai

bentuk peremajaan di lingkungan TNI-AD yaitu memindahkan anggota yang telah

berganti pangkat dan habis masa tinggalnya dalam asrama untuk kemudian diganti

dengan anggota lain yang memiliki hak untuk asrama. Melalui segala kemampuan

dana dan daya yang dimiliki Angkatan Darat, lahirlah Proyek Transmigrasi Angkatan

Darat (Trans-AD).

Transmigrasi Angkatan Darat II (Trans-AD II) Hanura merupakan Proyek

Transmigrasi Angkatan Darat yang ke-dua di Provinsi Lampung setelah Proyek

Transmigrasi Angkatan Darat pertama di Poncowati, Kecamatan Terbanggi Besar,

Kabupaten Lampung Tengah, tahun 1964. Proyek ini dibuka secara resmi oleh Mayor

Jenderal Alamsyah Ratu Prawira Negara selaku Assisten VII KASAD mewakili

Pimpinan Angkatan Darat pada tanggal 17 September 1966. Kemudian proyek ini

diberi nama Hanura yang merupakan kepanjangan dari “Hati Nurani Rakyat”.

Pemberian nama tersebut dimaksudkan agar Proyek tersebut menjadi pencerminan

keinginan para transmigran (Pensiunan TNI Angkatan Darat) membangun kehidupan

dengan masyarakat sipil.

Proyek Trans-AD II Hanura dibuka pada tanggal 17 September 1966, dengan

pemberangkatan keluarga transmigran yang dituntaskan pada Bulan April 1967.

Lokasi Proyek berada di titik antara Km 12 dan Km 14 Jalan Raya Teluk Betung–

Padang Cermin. Luas Proyek 600 Ha dengan pembagian area pekarangan keluarga

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

8

transmigran seluas 117,75 Ha, Perladangan/Perkebunan 196,25 Ha, Area Publik,

Kavling Guru dan Area Cadangan 286,00 Ha.12

Anggota Trans-AD II Hanura berjumlah 157 kepala keluarga yang berasal

dari enam Kodam berbeda yang terdiri atas Departemen Pertahanan Pusat empat

kepala keluarga, Kodam Sriwijaya 12 kepala keluarga, Kodam Siliwangi 14 kepala

keluarga, Kodam Diponegoro 86 kepala keluarga, Kodam Brawijaya 32 kepala

keluarga, dan veteran sembilan kepala keluarga.13

Fasilitas Proyek Trans-AD II Hanura menyediakan pendidikan tingkat SD,

SMP dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yaitu, sekolah setingkat SMA di Desa

Hanura yang kala itu telah berstatus negeri. Untuk lembaga Perekonomian yang

disediakan, hanya Proyek Trans-AD I Poncowati dan Hanura yang telah memiliki

Koperasi Unit Desa (KUD) yang berbadan Hukum. Pembinaan agama sebagai bentuk

kebhinekaan pada Proyek Trans-AD II Hanura disediakan sarana dan prasarana

tempat ibadah.

Proyek Transmigrasi Angkatan Darat II Hanura menjadi penting untuk diteliti,

karena terdapat unsur yang berbeda dengan transmigrasi umum dalam latar belakang

pelaksanaannya, yaitu adanya kepentingan politik dari Lembaga TNI-AD sebagai

pelaksana yang diwujudkan melalui motivasi perbaikan sosial ekonomi untuk

anggotanya. Keinginan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Proyek Trans-AD

12

http://hanura.desa.id/sejarah. diakses pada tanggal 25 Maret 2016 pukul

20:42 WIB, Surakarta. 13

http://hanura.desa.id/sejarah. diakses pada tanggal 25 Maret 2016 pukul

20:45 WIB, Surakarta.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

9

hingga Proses adaptasi antara militer sebagai masyarakat pendatang dengan

masyarakat asli serta mengetahui dampak yang ditimbulkan. Periodisasi dalam

penelitian ini mengambil tahun 1966-1990. Tahun 1966 merupakan proses awal

penempatan Trans-AD II Hanura dan untuk mendeskripsikan perubahan dan

perkembangan yang terjadi, maka ditarik periodisasi sampai tahun 1990.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka perumusan masalah dari

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana latar belakang dilaksanakannya Proyek Transmigrasi Angkatan Darat

II (Trans-AD II) Desa Hanura, Provinsi Lampung?

2. Bagaimana proses pelaksanaan Proyek Transmigrasi Angkatan Darat II (Trans-

AD II) Hanura Provinsi Lampung dan proses adaptasi masyarakat tahun 1966

sampai 1979?

3. Bagaimana pertumbuhan Desa Proyek Transmigrasi Angkatan Darat II (Trans-

AD II) Hanura setelah tahun 1979 dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial

ekonomi masyarakat Kecamatan Padang Cermin, Provinsi Lampung sampai

tahun 1990?

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

10

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang dilaksanakannya Transmigrasi Angkatan Darat II

(Trans-AD II) Desa Hanura, Provinsi Lampung.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan Proyek Transmigrasi Angkatan

Darat II (Trans-AD II) Hanura, Provinsi Lampung tahun 1966 sampai 1979.

3. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan Desa Proyek Transmigrasi Angkatan

Darat II (Trans-AD II) Hanura setelah tahun 1979 terhadap kehidupan Sosial

Ekonomi masyarakat Kecamatan Padang Cermin, Provinsi Lampung sampai tahun

1990.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain manfaat akademis, hasil

penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah literatur, khususnya bagi para

sejarawan yang berminat mempelajari dan melakukan studi-studi tentang militer dan

sosial ekonomi politik di dalam transmigrasi. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dilaksanakannya

program transmigrasi dan dampak yang terjadi di daerah tujuan Transmigrasi,

khususnya Transmigrasi Angkatan Darat ke-II Hanura, Lampung. Selain itu,

penelitian ini diharapkan menjadi salah satu pertimbangan bagi para pengambil

kebijakan dalam pelaksanaan transmigrasi yang memiliki tujuan untuk

mensejahterakan masyarakat.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

11

E. Metode Penelitian

Suatu penelitian ilmiah perlu didukung dengan metode, karena peranan

sebuah metode dalam suatu penelitian ilmiah sangat penting, karena berhasil atau

tidaknya tujuan yang dicapai, tergantung dari metode yang digunakan. Didalam hal

ini, suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan objek yang diteliti.

Sesuai dengan permasalahan yang dibahas, maka metode yang digunakan

adalah metode historis. Metode historis adalah proses menguji dan menganalisis

secara kritis rekaman dari pengalaman masa lampau.14

Dalam metode historis terdiri

atas empat tahap yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, yaitu

heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.

1. Heuristik

Heuristik adalah suatu proses pengumpulan bahan atau sumber-sumber

sejarah. Proses pengumpulan bahan dilakukan dengan penelusuran dokumen dan

melakukan wawancara terhadap narasumber yang merupakan pelaku atau saksi yang

hidup sejaman dengan tema penelitian dan terlibat secara langsung maupun tidak

langsung dengan peristiwa yang diteliti. Pengumpulan dokumen diperoleh dari

lembaga arsip, surat kabar dan majalah, perpustakaan, dan instansi pemerintah yang

berkaitan dengan penelitian, karena di tempat tersebut banyak terdapat sumber-

sumber primer yang sangat membantu penulisan penelitian ini.

14

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusanto,

(Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 32.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

12

Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode pengumpulan

data atau sumber berupa studi dokumen, wawancara, dan studi pustaka.

a. Studi dokumen

Studi ini yang menjadi fokus penelitian adalah peristiwa yang sudah lampau,

maka salah satu sumber yang digunakan adalah sumber dokumen. Dokumen yang

diperoleh berasal dari instansi militer, pemerintah pusat dan daerah.

Arsip Laporan Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya kepada Komando Resor

Militer 043 Garuda Hitam tentang Proyek Transmigrasi Angkatan Darat II Hanura,

yang berisi tentang pelaksanaan Proyek Trans-AD II Hanura dan fasilitas-fasilitas

yang telah dibangun serta penggunaannya.

Penyerahan Proyek Trans-AD di Lampung dan perintah untuk

mempersiapkan Acara Serah Terima Enam Proyek Trans-AD kepada Pemerintah

Daerah Provinsi Lampung pada tahun 1979 tertulis dalam Arsip Surat Departemen

Pertahanan Keamanan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia. Surat Perintah No:

SPRIN-560/V/1978, Arsip Surat Telegram dari KASAD Departemen Pertahanan

Keamanan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, dari KASAD

kepada PANGDAM IV/Sriwijaya dan KA DISLURJA TNI AD dan Arsip Surat

Perintah Nomer. SPRIN.2549/XII/1978. Kepada DANREM 043/ Garuda Hitam.

Disampaikan dalam upacara penyerahan, tertuang dalam Arsip Komando Daerah

Militer IV/Sriwijaya dan Komando Resor Militer 043 Garuda Hitam, berisi tentang

Laporan singkat perkembangan dan permasalahan Proyek Desa Transmigrasi

Angkatan Darat di Lampung dan Arsip Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, serta

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

13

Komando Resor Militer 043 Garuda Hitam, berisi tentang Sejarah Singkat Proyek-

proyek Transmigrasi Angkatan Darat (Trans-AD) di Daerah Lampung.

Proses musyawarah pengalihan tanah terdapat dalam Arsip Salinan Notulen

Hasil Rapat Antara Kepala Kampung Hurun, Trans-AD dan Pejabat Kabupaten

Lampung Seatan, Tanggal 26 Juli 1966.

Arsip Komando Pelaksana I Kementerian Angkatan Darat, yang berisi tentang

salinan notulen musyawarah dengan Rakyat Hurun tanggal 1 Agustus 1966.

Arsip Dinas Transmigrasi Angkatan Darat Komando Pelaksana I, Notulen

Sidang Segi Tiga antara Rakyat kampong Hurun, Pemerintah, Kabupaten Lampung

Selatan dan Trans-AD tanggal 2 Agustus 1966.

Arsip Salinan Keputusan Rapat Segi Tiga Antara Wakil Rakyat Kampung

Hurun dengan Pihak Pamong Praja dan Pihak Trans-AD sebagai sambungan Rapat

Umum di Kampung Hurun tanggal 12 Agustus 1966.

Arsip Salinan Hasil/Kesimpulan musyawarah antara Trans-AD dengan

Rakyat Kampung Hurun tentang penyelesaian ganti rugi tanah dan tanam tumbuh

yang terkena Proyek Trans-AD Hanura, tanggal 1 September 1971.

Arsip Laporan pelaksanaan pembayaran ganti rugi tanah dan tanam tumbuh

pada proyek II Trans-AD Hanura tanggal 15 November 1971 dan Arsip Berita acara

pembayaran kekurangan ganti rugi tanah Proyek Trans-AD Hanura kepada Warga

Hurun pada tanggal 4 November 1971.

Daftar nama-nama Anggota Transmigrasi Proyek Trans-AD Desa Hanura dan

Arsip Daftar Kekuatan Transmigrasi Proyek Hanura.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

14

Peta Perumahan Proyek Transmigrasi Angkatan Darat II Hanura, skala

1:10.000, direncanakan oleh Staf BABINTRANSJAWA, digambar oleh Toekidjo.

Arsip tekstual Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran mengenai jumlah

penduduk Kecamatan Padang Cermin tahun 1980, 1981, 1983, 1985, 1987 dan 1990.

Foto kepala Desa Hanura dan Foto-foto Infrastruktur Desa Hanura.

b. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan sebagai bahan pelengkap dalam sebuah penelitian.

Dalam penelitian ini sumber pustaka yang digunakan hanya yang berkaitan denga

tema penelitian. Tujuan dari studi pustaka adalah untuk menambah pemahaman teori

dari konsep yang diperlukan dalam penelitian. Sumber pustaka yang digunakan antara

lain: buku, skripsi, jurnal, majalah, surat kabar, artikel dan sumber lain yang

memberikan informasi yang diperoleh dari perpustakaan-perpustakaan yaitu,

Perpustakaan Jurusan Ilmu Sejarah UNS, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UNS,

Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Daerah Provinsi

Yogyakarta, Perpustakaan Badan Arsip Dan Dokumentasi Daerah Provinsi Lampung,

dan instansi yang ada di Desa Hanura yang menjadi daerah penelitian.

c. Wawancara

Metode wawancara adalah metode yang bertujuan mencari kebenaran atau

mencocokkan antara data dengan peristiwa yang sebenarnya. Wawancara yaitu

percakapan seseorang dengan orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

15

keterangan lisan dari informan.15

Wawancara dilakukan secara mendalam tanpa

terstruktur namun terfokus pada tema penelitian. Informan diberi kesempatan

sebesar-besarnya untuk memberikan keterangan yang lengkap dan mendalam. Proses

dalam wawancara dilakukan dengan orang-orang yang sangat mengetahui tentang

Proyek Transmigasi Angkatan Darat (TRANS-AD II) di Hanura tahun 1966 sampai

1990. Mereka yang menjadi narasumber merupakan pelaku ataupun saksi sejaman

dengan tema penelitian. Adapun informan tersebut antara lain: (1) Sitompul (81

tahun, Staf Komando pelaksana (kolak) Trans-AD II Hanura), (2) Leonardo (62

tahun, Anak dari Kapten Purn. J.C. Gleling, kodam IV Sriwijaya), (3) Sukarsono (68

tahun, Kepala Dusun A, Anak dari Pelda. Purn. Sankardi), (4) Pudiardjo (70 tahun,

anak dari Serka. Kariman, Kodam Diponegoro), (5) Chodri Cahyadi (40 tahun,

Kepala Desa Hanura), (6) Agus Guntoro (43 tahun, Sekretaris Desa Hanura), (7)

Sertu. Sunarto (79 tahun, Pensiunan TNI AD Kodam VIII/Brawijaya), (8) Suparno

(46 tahun, Pemilik Toko Kelontongan di Pasar Hanura), (9) Zubaidah (45 tahun,

Ketua KUD Harapan Jasa), (10) Ratno (39 tahun, Ketua Karang Taruna Swadiri),

(11) Wiyono (51 tahun, Guru SMAN 1 Padang Cermin), (12) Samid Mustafa (55

tahun, Pemilik Warung Makan Padang Puti Minang Desa Hanura), dan (13) Suhardjo

(50 tahun, Nelayan Tambak).

15

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gajah

Mada Press, 1983), hlm. 16.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

16

2. Kritik Sumber

Kritik sumber yang bertujuan untuk mencari keaslian dari sumber penelitian,

diperoleh melalui kritik intern dan kritik ekstern.16

Kritik Intern bertujuan untuk

mencari keaslian isi sumber atau data sejarah apakah isi, fakta, dan cerita dapat

dipercaya dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan, sedangkan kritik ektern

bertujuan untuk mencari keaslian sumber. Arsip yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan arsip asli. Arsip ini dimiliki atau disimpan oleh setiap instansi yang

bersangkutan seperti: Pemerintah Desa Hanura, Korem 043/ Garuda Hitam, dan juga

arsip daerah Provinsi Lampung.

Kritik interen merupakan pengujian terhadap aspek dalam yaitu isi sumber

yang didapat berupa arsip dicocokkan dengan data wawancara. Isi dari arsip-arsip

yang berhasil terkumpul merupakan karya asli yang ditulis oleh pihak-pihak terkait

dengan peristiwa Transmigrasi Angkatan Darat Desa Hanura.

3. Interpretasi

Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang diperoleh dan dari data

yang sudah diseleksi. Arsip-arsip yang diperoleh dapat ditafsirkan sebagai berikut.

Pertama merupakan kelompok arsip tahun 1966-1979 merupakan arsip yang berisikan

tentang pelaksanaan dan tentang perkembangan Proyek Transmigrasi AD II Hanura

oleh Dinas Trans-AD dan Staf Kolak KOREM 043/Garuda Hitam, serta arsip tentang

penyelesaian ganti rugi tanah milik Desa Hurun. Arsip tahun 1979 tantang

16

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta : Logos Wacana

Ilmu, 1999), hlm. 58.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

17

penyerahan proyek transmigrasi angkatan kepada Pemerintah Daerah Provinsi

Lampung dengan status Desa Swadaya. Data tahun 1980-1990 tentang perkembangan

Desa Hanura setelah diserahkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dan

dampaknya terhadap masyarakat di Kecamatan Padang Cermin.

4. Historiografi

Historiografi merupakan penulisan peristiwa sejarah. Historiografi

menyajikan hasil penelitian berupa penyusunan fakta-fakta menjadi suatu cerita yang

utuh, yaitu tulisan sejarah yang disusun dengan metode dan metodologi sejarah.

Pemahaman dan interpretasi tentang Proyek Trans-AD II Hanura sejak pendirian

tahun 1966 dan perkembangannya sampai tahun 1990 yang disajikan secara

deskriptif.

F. Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini banyak menggunakan literatur dan refrensi untuk

menunjang pokok permasalahan yang dikaji. Selain menggunakan sumber primer

juga banyak menggunakan sumber sekunder sebagai sebagai studi pustaka sesuai

dengan tema yang diangkat. Buku yang digunakan merupakan buku yang berisikan

mengenai gambaran umum persoalan sengketa tanah yang ada di Indonesia tetapi

buku-buku ini sangat membantu untuk menyusun skripsi ini. Adapun buku yang

sangat membantu penulis diantaranya:

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

18

Buku karangan Syah Djohan Darwis, Strategi Permukiman ABRI di Dalam

Transtannas dan Desa Sapta Marga Sebagai Dampak Positif Untuk

Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengkaji mengenai bentuk

transmigrasi pertahanan nasional dan desa Sapta Marga. Bahwa setelah jatuhnya

rezim Orde Lama banyak gangguan keamanan dan stabilitas politik terganggu, faktor

penyebabnya salah satunya adalah pemberontakan Partai Komunis Indonesia pada

tanggal 30 September 1965 atau lebih dikenal dengan Peristiwa G30S. Kehadiran

Orde Baru ditengah keadaan negara yang tidak menentu mengeluarkan kebijakan

mengenai pertahanan negara dan penguatan ideologi Pancasila. Salah satunya

penempatan anggota ABRI di tengah-tengah masyarakat Indonesia untuk menangkal

ideologi komunis hadir kembali.

Buku karya Soebijono, dkk., terbit tahun 1992 yang berjudul Dwifungsi ABRI,

Perkembangan dan Peranannya Dalam Kehidupan Politik di Indonesia. buku ini

memaparkan perkembangan dari Dwifungsi ABRI yang menjalankan fungsinya

dalam bidang Hankam negara maupun perannya dalam kehidupan politik. Buku ini

juga menjelaskan posisi ABRI dalam pemerintahan Indonesia masa Orde Baru.

keterkaitan buku ini dengan penelitian yang ditulis adalah untuk mendeskripsikan

bagaimana militer menjalankan fungsinya selain sebagai pertahanan dan keamanan

negara.

Buku karya Iswandi yang berjudul Bisnis Militer Orde Baru, Keterlibatan

ABRI DalamBidang Ekonomi dan Pengaruhnya Dalam Pembentukan Rezim Otoriter,

terbit pada tahun 1998. Buku ini menganalisis bagaimana keterlibatan militer dalam

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

19

bidang ekonomi pada masa Orde Baru dan memaparkan akibat yang timbul dari

keterlibatannya dalam bidang politik dan ekonomi dalam skala besar kemudian

memunculkan karakter ekonomi yang khas dalam satu masa di Indonesia. keterlibatan

buku ini dalam penelitian yang ditulis adalah sebagai pemberi penjelasan deskriptif

tentang ketrlibatan ABRI, khususnya Angkatan Darat dalam bidang ekonomi masa

Orde Baru di Indonesia.

Buku karya Sri Edi swassono dan Masri Singarimbun yang berjudul Sepuluh

Windu Transmigrasi di Indonesia 1905-1985 yang terbit pada tahun 1986. Buku ini

memuat 25 karangan tentang transmigrasi. Secara umum, buku ini menceritakan

perjalanan panjang transmigrasi yang telah berlangsung sekitar 80 tahun. Buku ini

memiliki tiga bagian isi, bagian pertama berisikan karangan-karangan mengenai

aspek historis dan mencakup priode lama maupun baru. Dijelaskan bahwa trasmigrasi

telah berlangsung sejak lama, bahkan sejak jaman prasejarah dan mulai

dikembangkan di Nusantara sejak pendudukan Kolonial. Bagian kedua dari buku ini

berisikan karangan-karangan yang bersifat studi kasus, yang menceritakan berbagai

masalah transmigrasi dalam pedesasan-pedesaan di Indonesia, bahkan diulas pula

bagaimana peranan transmigrasi dalam stabilitas sosial politik di daerah perbatasan

seperti kasus Irian Jaya dan Kalimantan Timur, sedangkan bagian ketiga memuat

karangan-karangan yang berorientasi pada kebijaksanaan. Di dalam buku ini yang

berkaitan dengan tema skripsi ini ialah, bagaimana mengungkapkan transmigrasi

pada masa Orde Baru dalam berbagai sisi. Mulai dari proses penempatan, perubahan

yang terjadi, sampai kendala dan persoalan yang dihadapi mulai dari Repelita I

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

20

hingga Repelita IV dan bagaimana transmigrasi dalam Orde Baru dapat dikatakan

sukses atau gagal.

Buku karya Joan Harjono, berjudul Transmigrasi Dari Kolonisasi Sampai

Swakarsa, terbit pada tahun 1982. Buku ini berisi 12 laporan tentang penelitian atas

masalah Transmigrasi di Indonesia. Buku ini berisi tentang sejarah perkembangan

transmigrasi di Indonesia, penggunaan tanah di daerah permukiman baru,

pengalaman-pengalaman di daerah transmigrasi dan masa depan program

transmigrasi. Keterkaitan buku ini dengan tema skripsi yang ditulis adalah sebagai

pemberi gambaran tentang transmigrasi, masalah, dan hubungan yang terjadi antara

masyarakat asli dengan masyarakat transmigran.

Tulisan Entang Sastraatmadja, Dampak Sosial Pembangunan, yang terbit

pada tahun 1987. Menjelaskan tentang dampak-dampak sosial yang terjadi dalam

pembangunan di Indonesia. Masalah sosial yang ditimbulkan akibat pembangunan

yang tidak merata dan meledaknya jumlah penduduk melahirkan masalah kemiskinan

ditengah masyarakat. Buku ini juga membahas tentang dampak sosial yang terjadi

akibat transmigrasi. Keterkaitan buku ini dengan tema yang ditulis adalah sebagai

salah satu acuan untuk melihat dampak sosial yang terjadi pada masyarakat pedesaan

akibat pembangunan, terutama oleh masyarakat transmigrasi.

Drajad Sujatmiko, Penguasaan Tanah Taman Nasional Baluran Oleh

Transmigrasi Lokal (Translok) TNI Angkatan Darat di Desa Wonorejo, Kabupaten

Situbondo (2012). Skripsi (koleksi Perpustakaan FIB UNS), membahas mengenai

latar belakang dilaksanakannya translok dan dampak yang terjadi, serta dinamika

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

21

kehidupan masyarakat transmigrasi lokal angkatan darat yang berada di Taman

Nasional Baluran yang mengalami sengketa tanah. Sengketa tanah antara pihak

Taman Nasional Baluran dengan masyarakat Translok terkait masalah perizinan lahan

tempat tinggal. Karya ini relevan dengan penulisan yang diteliti karena objek yang di

teliti yaitu, masyarakat transmigrasi yang berasal dari Instansi TNI Angkatan Darat

pada masa Orde Baru dan pembahasan tentang dampak transmigrasi terhadap aspek

sosial ekonomi masyarakat.

Yunar Kurniadi E.S., Migrasi Penduduk Desa Sambirejo Wonogiri Ke Jakarta

dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Masyarakat Tahun 1980-2000 (Studi Sejarah

Sosial Ekonomi) (2004). Skripsi (Koleksi Perpustakaan FIB UNS), membahas

mengenai dinamika migrasi penduduk Desa Sambirejo ke Jakarta yang berfokus pada

aspek sosial ekonomi. Penelitian tersebut memberikan informasi mengenai faktor-

faktor terjadinya perpindahan penduduk dan dampak yang dimunculkan karena

adanya migrasi masyarakat desa. Karya ini relevan dengan penelitian yang ditulis

karena bercerita seputar perpindahan penduduk dan dampak yang dimunculkan pada

aspek sosial ekonomi masyarakat.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

22

G. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini dilandasi keinginan agar skripsi ini dapat menyajikan

gambaran yang menunjukkan suatu kontinuitas perkembangan kejadian yang

beruntun.

Skripsi ini akan disusun ke dalam lima bab, yang kemudian terbagi lagi dalam

sub-sub bab yaitu :

Bab I berupa pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, teknik analisa data, dan

sistematika skripsi.

Bab II berisi pembahasan tentang faktor yang mempengaruhi dilaksanakanya

Proyek Trans-AD II Hanura yang terdiri atas, uraian tentang faktor pendorong dan

faktor penarik dilaksanakannya Proyek Trans-AD II Hanura.

Bab III membahasan mengenai kronologis pelaksanaan Proyek Trans-AD II

Hanura, proses adaptasi masyarakat, dan perkembangannya, periode 1966 sampai

diserahkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Lampung tahun 1979.

Bab IV berisi pembahasan tentang perkembangan Desa Hanura dan

dampaknya terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di Kecamatan Padang

Cerimin, setelah diserahkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Lampung tahun

1979 sampai 1990.

Bab V Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

23

BAB II

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PROYEK

TRANSMIGRASI ANGKATAN DARAT II HANURA LAMPUNG

Militer yang sejatinya memiliki fungsi sebagai pelaksana pertahanan dan

keamanan negara. Pada masa Orde Baru, militer di Indonesia ikut berfungsi dalam

bidang non-hankam (sosial, ekonomi, dan politik) sebagai implementasi dari konsep

profesionalisme baru (new professionalism), konsep yang sudah berkembang sejak

tahun 1960-an di negara-negara non-komunis. Menurut konsep ini, negara-negara di

dunia, terutama negara berkembang, berada dalam keadaan perang-semesta (total

war). Ancaman yang dimaksud dalam perang ini, bukan hanya ancaman yang datang

dari luar negara tetapi juga ancaman yang ada di dalam.17

Kekuasaan tertinggi negara telah dipegang oleh Soeharto yang memiliki latar

belakang militer, yaitu TNI-AD. Soeharto secara penuh mendukung TNI-AD untuk

mulai membangun citranya di masyarakat sebagai pendukung dalam pelaksanaan

fungsi non-hankam. Oleh karena itu masa Orde Baru pemerintahan di dominasi oleh

pihak militer. Perhatian pemerintah tertuju pada pembangunan yang belum merata,

pangan, ekonomi masyarakat desa, namun yang menjadi fokus utama untuk dibenahi

adalah pembenahan keamanan nasional. Kondisi keamanan yang kondusif akan

mendorong perbaikan ekonomi dan peningkatan taraf hidup masyarakat.

17

Soebijono, dkk., Dwifungsi ABRI, Perkembangan dan Perannya Dalam

Kehidupan Politik di Indonesia, (Yogyakarta: UGM Press, 1992), hlm. vi-vii.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

24

Pembangunan desa dan masyarakatnya yang banyak menjadi anggota PKI

menjadi masalah penting yang harus diselesaikan pemerintah Orde Baru. Pemerintah

mulai mengadakan usaha-usaha untuk mendirikan lembaga-lembaga sosial maupun

lembaga yang bergerak dalam bidang ekonomi. Selain itu, Pengawasan keamanan

dilaksanakan sampai ke wilayah desa, karena masyarakat desa dianggap mudah

dipengaruhi oleh orang-orang dari Parpol yang memprovokasi dan mencari dukungan

masa demi mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, TNI-AD oleh pemerintah ikut

dilibatkan dalam kebijakan pembangunan desa.

TNI-AD mengambil langkah dengan meneruskan sebuah program yang

pernah digagas dan dilaksanakan pada tahun 1964, oleh Jendral Ahmad Yani, yaitu

transmigrasi yang disebut Proyek Transmigrasi Angkatan Darat (Trans-AD). Proyek

ini dianggap mampu mendukung TNI-AD dalam menjalankan fungsi profesional dan

efektif dalam mengambil hati masyarakat, karena memiliki tujuan untuk

mensejahterakan anggota TNI-AD yang telah memasuki masa purna atau Usia Bebas

Tugas (UBT) bersama keluarganya dengan membaur dengan masyarakat sipil.

Berdasakan Surat Keputusan MEN/PANGAD Nomor: SKEP 670/6/1963 tanggal 17

Juni 1963 beserta perubahannya Nomor: KPTS-670 A/5/1964 tanggal 26 Mei 1964,

menjadi sebuah keharusan bagi TNI-AD untuk peremajaan, mempertinggi

ketangkasan anggota TNI-AD serta menjaga keamanan nasional. Angkatan Darat

melaksanakan Proyek Trans-AD yang pertama dengan nama Poncowati pada tahun

1964. Transmigrasi ini merupakan pilot proyek yang dibuka dan diresmikan oleh

Jenderal Ahmad Yani selaku MEN/PANGAD, pada tanggal 31 Oktober 1964.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

25

Anggota transmigrasi proyek ini berasal dari 6 KODAM yaitu KODAM IV,

KODAM V, KODAM VI, KODAM VII, dan KODAM VIII, serta dari Kesatuan

Pusat. Peresmian ditandai dengan penanaman pohon beringin yang diletakan

dihalaman SMEP Negeri Poncowati.18

Pembinaan Proyek berada dibawah Komandan

Komando Resort Militer 043/Garuda Hitam, Lampung. Pada tahun 1965 peristiwa

G30S meletus, Khusunya di daerah Lampung Tengah. Para transmigran AD di

proyek Poncowati dibawah Komando DANREM Garuda Hitam 043, berpartisipasi

dalam operasi-operasi penumpasan orang-orang yang ikut menjadi anggota dan

partisipan PKI. Beberapa orang anggota Trans-AD Poncowati sendiri ada yang

diamankan karena terindikasi sebagai kader ataupun simpatisan Komunis. Karena

kondisi yang tidak memungkinkan, pada tahun 1965 tidak ada pelaksanaan Proyek

Trans-AD.19

Proyek Trans-AD disetujui oleh presiden untuk dilanjutkan sebagai salah satu

program pembangunan oleh TNI-AD, maka dilaksanakanlah Proyek Trans-AD yang

ke-dua dengan nama “Hanura”. Hanura adalah singkatan dari “Hati Nurani Rakyat”,

yang dimaksudkan agar proyek Trans-AD dapat mencerminkan keinginan AD

membangun kesejahteraan untuk anggotanya dan masyarakat di wilayah tujuan.

18

Arsip Komando Daerah Militer IV Sriwijaya dan Komando Resor Militer

043 Garuda Hitam, “Sejarah Singkat Proyek-Proyek Transmigrasi Angkatan Darat

(Trans-AD) Di Daerah Lampung”, (Lampung: Komando Resor Militer 043 Garuda

Hitam, 1979), hlm. 14. 19

Arsip Komando Daerah Militer IV Sriwijaya dan Komando Resor Militer

043 Garuda Hitam, “Laporan Singkat Perkembangan dan Permasalahan Proyek

Desa Transmigrasi Angkatan Darat Di Lampung”, (Lampung: Komando Resor

Militer 043 Garuda Hitam, 1979), hlm. 5.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

26

Proyek Transmigras Angkatan Darat II (Trans-AD II) Hanura dibuka pada tanggal 17

september 1966 oleh mayor jenderal Alamsyah Ratu Prawira Negara selaku

ASISTEN VII/PANGAD. Lokasi Trans-AD II ditempatkan di Km 12 Jalan Raya

Teluk Betung-Padang Cermin yang sebelumnya merupakan wilayah dari Desa Hurun.

Proyek Trans-AD II Hanura dibangun diatas areal tanah yang telah direncanakan oleh

Dinas Transmigrasi AD. Pembinaan Proyek berada dibawah Komandan Komando

Resort Militer 043/Garuda Hitam. Peserta Proyek Trans-AD II Hanura berjumlah 157

KK yang berasal dari lima Kodam yaitu, Pusat, Kodam IV Sriwijaya, Kodam VI

Siliwangi, Kodam VII Diponegoro, Kodam VIII Brawijaya, dan Veteran.

A. Faktor Pendorong (Push Factor) Proyek Trans-AD II Hanura

Program transmigrasi sebagai bentuk kegiatan migrasi atau perpindahan

penduduk, dalam pelaksanaannya tidak dapat dilepaskan dari fakor-faktor yang

mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor pendorong (Push Factor)

dan faktor penarik (Pull Factor). Tanggapan lembaga atau masyarakat terhadap

faktor-faktor tersebut yang kemudian mempengaruhi keputusan untuk melakukan

migrasi.20

Faktor pendorong TNI AD untuk melaksanakan Proyek Trans-AD II

Hanura di lampung berhubungan dengan beberapa kondisi, antara lain:

20

Everett S. Lee, Suatu Teori Migrasi, (Yogyakarta: PPK UGM, 1976), hlm. 8.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

27

1. kondisi Sosial dan Politik

Proyek Trans-AD II terdiri atas beberapa anggota mantan pejuang tahun 1945

(kemerdekaan), 1948 (peristiwa pemberontakan PKI Madiun), dan 1965 (G30S),

terutama anggota dari KODAM VII Diponegoro. Anggota TNI-AD ketika

diberangkatkan mengikuti transmigrasi, ada sebagian yang sudah pensiun dan

adapula yang masih bertugas atau dinas, usianya sekitar 40-50 tahun. Kehidupan

mantan pejuang dan tentara yang masih bertugas sangatlah sederhana karena gaji-gaji

para ABRI pada masa itu belum terorganisir dengan baik, karena tidak semua

mantan-mantan pejuang terdata oleh pemerintah serta sarana prasarana yang kurang

sehingga informasi dan komunikasi berjalan dengan lamban. Para anggota tersebut

masih tinggal pada rumah dinas yang berada di dalam lingkungan KODAM. Kodam

perlu melakukan perbaikan dan peremajaan fasilitas. Rumah dinas dihuni oleh

anggota yang memiliki hak berdasarkan pangkat, telah diatur dalam undang-undang

milik TNI-AD, jika anggota telah berganti pangkat, maka hak atas rumah tersebut

harus berpindah kepada anggota yang memiliki pangkat dan hak untuk tinggal di

rumah tersebut. Ditambah lagi dengan gaji yang sedikit berdampak pada anggota

tidak tertarik untuk membeli rumah pribadi. Kehidupan anggota AD cukup

memprihatinkan dengan istri dan beberapa anak yang mereka nafkahi, lebih banyak

pengeluaran dibandingkan dengan pemasukan, sehingga kebutuhan primer, sekunder,

ataupun tersier tidak dapat terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu, keingin merubah

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

28

kehidupan lebih baik, sekaligus mendapat tugas untuk menjaga keutuhan wilayah

Indonesia, memilih untuk ikut dalam Proyek Trans-AD.21

TNI-AD menyusun program transmigrasi untuk mengimbangi gerakan PKI,

khususnya di daerah Lampung, dalam mempersiapkan daerah basis pengundurannya

dari Pulau Jawa. TNI AD diperintahkan untuk terus melakukan pembersihan terhadap

anggota PKI dan idiologi komunis di masyarakat diluar Jawa.

2. Kondisi Ekonomi

Membantu pemerintah dalam kebijaksanaan penyebaran penduduk dari Pulau

Jawa ke luar Pulau Jawa, khususnya ke daerah Lampung. Jumlah penduduk yang

semakin bertambah dan tidak tertangani dengan baik mengakibatkan masalah-

masalah sosial ekonomi yang perlu mendaatkan penanganan dengan segera. Masalah

lain yaitu, kondisi sejak akhir masa Orde Lama memasuki masa Orde Baru diwarnai

dengan demonstrasi besar-besaran diberbagai kota, khususnya Jakarta, dilakukan oleh

mahasiswa yang menuntut perbaikan dalam kondisi politik dan ekonomi Indonesia.

mahasiswa mengajukan Tri Tuntutan Rakyat (TRITURA) kepada pemerintah pada

tanggal 10 januari 1966 yaitu: (1) Bubarkan PKI, (2) Turunkan harga/perbaiki

ekonomi dan (3) Retool Kabinet Dwikora. Rakyat mulai tidak puas dengan kebijakan

yang dilakukan Soekarno yang dianggap telah melenceng dari Pancasila dan UUD

21

Wawancara dengan Pudiardjo (70 tahun, Anak dari Serka. Kariman, Kodam

Diponegoro), tanggal 18 April 2016.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

29

1945. Tuntutan ini disikapi langsung oleh Soeharto sebagai presiden untuk

melakukan reformasi birokratif untuk melancarkannya dalam menjalankan kebijakan-

kebijakan yang berorientasi pada pembangunan dan reformasi ekonomi.

TNI-AD berkeinginan membantu pemerintah dalam pelaksanaan

kebijaksanaan peningkatan produksi pangan, yaitu dengan membantu masyarakat

dalam memanfaatkan tanah-tanah yang masih non-produktif di luar Pulau Jawa,

khususnya di Lampung, dengan ditanami tanaman pangan dan lain sebagainya.

Kebijakan ini diharapkan mampu mengatasi masalah harga pangan dan memperbaiki

keadaan ekonomi indonesia yang mengalami krisis moneter. Pengawasan terhadap

penyelenggaraannya juga dilakukan oleh TNI-AD untuk menghindari adanya oknum-

oknum yang memanfaatkan berjalannya kebijakan dengan memberikan bantuan

seperti bibit, pupuk, ataupun lahan untuk mendapatkan masa dan melakukan

pemberontakan-pemberontakan. Kondisi ini sejalan dengan keadaan Kecamatan

Padang Cermin yang memiliki kondisi geografis yang produktif, namun belum

dimanfaatkan dengan maksimal karena kurangnya wawasan dan keahlian masyarakat

desa dalam memanfaatkan lahan.

3. Kondisi Keamanan Nasional

Pada tahun 1964 terdapat adanya aksi-aksi sepihak yang dilancarkan oleh PKI

dan Barisan Tani Indonesia (BTI) dengan dalih pelaksanaan Undang-Undang Agraria

dan Undang-Undang Bagi hasil. Aksi-aksi sepihak terjadi sejak bulan Mei 1964,

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

30

antara lain terjadi di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera, telah

menimbulkan bentrokan-bentrokan fisik antara para petani yang didorong oleh BTI

dan Pemuda Rakyat melawan golongan anti PKI dan ABRI. Hal tersebut mendorong

TNI-AD untuk Membentuk titik-titik kuat atau stronghold di daerah-daerah yang

diklasifikasikan rawan karena adanya kegiatan-kegiatan PKI dalam perebutan massa-

rakyat. Pemilihan wilayah Padang Cermin sebagai tujuan dilaksanakannya Trans-AD

II Hanura didasari oleh keadaan wilayah yang strategis, berada pada jalan yang

menghubungkan antara ibu kota provinsi dengan wilayah yang ada di pesisir barat,

jaraknya sekitar 12 km. Proyek Trans-AD II Hanura difungsikan sebagai filter

terhadap orang-orang yang keluar dari Ibu Kota menuju ke daerah-daerah lain yang

ada di pesisir barat dan untuk mengawasi desa-desa lain yang ada di Kecamatan

Padang Cermin.

Keinginan TNI-AD untuk berpartisipasi dalam pemerintahan dan

pembangunan tidak terlepas dari pengertiannya sebagai militer. Militer adalah

kelompok masyarakat terlatih yang dipersenjatai, memiliki kendali atas kekerasan

(Manager of Violence) yang digunakan untuk menyelenggarakan pertahanan dan

keamanan negara. Pada masa Orde Baru, militer Indonesia menjadi Pretorian.

Pretorian dirumuskan sebagai situasi dimana militer dalam suatu masyarakat tertentu

melaksanakan kekuasaan politik yang otonom dalam masyarakat tersebut berkat

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

31

penggunaan kekuatan aktual atau ancaman penggunaan kekuataan.22

Situasi tersebut

ditunjukan oleh keinginan TNI-AD untuk tidak hanya menjadi berfungsi sebagi

pasukan pertahanan dan keamanan negara, namun juga dapat merealisasi adanya

anggota yang mampu menjadi dinamisator dan stabilisator di daerah baru bagi

masyarakat pendatang, khususnya dalam kegiatan pembangunan di daerah tujuan

transmigrasi.23

Sebagai dinamisator dan karena TNI-AD telah terlatih dan memiliki

kemampuan dalam untuk berkomunikasi dengan rakyat, merasakan dinamika, dan

memahami serta merasakan aspirasi serta kebutuhan-kebutuhan masyarakat. alasan

yang memungkinkan TNI-AD untuk secara nyata membimbing menggugah dan

mendorong masyarakat utuk lebih giat melakukan pertisipasi dalam pembangunan.

Perannya sebagai dinamisator penting dalam rangka peningkatan disipin nasional

untuk melancarkan program-program pembangunan. Selain itu, Peran TNI-AD

sebagai stabilisator karena didukung oleh kemampuannya untuk menagkal pengaruh-

pengaruh sosial negatif dari budaya ataupun nilai-nilai lain yang muncul. Menjadi

pendorong masyarakat untuk menjaga secara mandiri sumber daya baik yang bersifat

fisik dan non-fisik.24

22

Amos Perlmutter, Militer dan Politik, (Jakarta: Rajawali Press, 1984), hlm.

141. 23

Arsip Komando Daerah Militer IV Sriwijaya dan Komando Resor Militer

043 Garuda Hitam, “Laporan Singkat Perkembangan dan Permasalahan Proyek

Desa Transmigrasi Angkatan Darat Di Lampung”, (Lampung: Komando Resor

Militer 043 Garuda Hitam, 1979), hlm. 4-5. 24

Soebijono, dkk., Dwifungsi ABRI, Perkembangan dan Perannya Dalam

Kehidupan Politik di Indonesia, (Yogyakarta: UGM Press, 1992), hlm. 92-93.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

32

Faktor-Faktor diatas menjadi mendorong anggota TNI-AD dan keluarganya

untuk berpartisipasi dalam Proyek Trans-AD sebagai tugas dari negara dan keinginan

untuk mewujudkan harapan untuk bergotong-royong dengan masyarakat membangun

kehidupan yang lebih baik.

B. Faktor Penarik (Pull Factor) Proyek Trans-AD II Hanura

Anggota TNI-AD memilih untuk ikut dalam Proyek Trans-AD dipengaruhi

oleh faktor-faktor keadaan tempat tujuan yang menarik, kemungkinkan mendapatkan

kehidupan yang lebih baik dan menjanjikan dalam jangka waktu yang panjang, baik

untuk lembaga TNI-AD dan anggota beserta keluarga. Faktor penarik

terlaksanakannya Trans-AD II Hanura, antara lain:

1. Kondisi Geografis Daerah Proyek Trans-AD II Hanura

Lampung sejak jaman kolonial telah direncanakan dan di klasifikasi sebagai

tempat yang cocok untuk pelaksanaan transmigrasi. Lampung tanahnya terdiri dari

jenis-jenis Latosol, yaitu jenis-jenis tanah yang memiliki tingkat kesuburan paling

tinggi. Jenis tanah ini terletak di dataran-dataran tinggi dan lembah-lembah serta

sekitar kaki-kaki Bukit Barisan, sehingga terbentuklah daerah-daerah transmigrasi

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

33

yang menjadi sentra produksi padi yang memudahkan masyarakat dalam mencari

bahan makanan.25

Daerah Proyek transmigrasi Angkata Darat II Hanura terletak di Kecamatan

Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, sebelumnya merupakan

bagian dari wilayah Desa Hurun. Desa Hurun merupakan telah ada sejak jaman

Kolonial Belanda yang dikenal dengan sebutan Eren yang berarti “Pemberhentian”,

disebut demikian karena menjadi desa pemberhentian para pendatang dari luar

Lampung melalui Pelabuhan Panjang.26

Diresmikan menjadi Desa Hurun pada tahun

1883. Sebagian besar wilayah Desa Hurun pada saat itu masih berupa hutan rimbun

dan perkebunan pisang milik penduduk Hurun.27

Wilayah desa hurun dipilih menjadi

daerah Proyek Trans-AD, karena jumlah penduduk yang masih sangat sedikit namun

menempati wilayah yang luas, tepatnya Km 9-14 Jalan Teluk Betung-Padang Cermin.

Desa Hurun memiliki daerah yang luas, mencakup sebagian besar wilayah

pesisir barat Lampung, sehingga Pemerintah Provinsi Lampung melakukan

pemekaran wilayah sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu pada tahun 1930, 1940, dan tahun

1966. Pada tahun 1930 dimekarkan menjadi 2 Desa, yaitu Hurun dan Sidodadi. Pada

tahun 1940 Desa Hurun dimekarkan menjadi 3 Desa yaitu Hurun, Sidodadi, dan

25

Sri Edi Swasono dan Masri Singarimbun, Transmigrasi di Indonesia 1905-

1985, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 22. 26

www.hurun.desa.id/sejarah Desa Hurun. Diakses pada tanggal 15 Apri 2016

Pukul 11.00, Bandar Lampung. 27

Wawancara dengan Karsono (68 tahun, Kepala Dusun A, Anak dari Pelda.

Purn. Sankardi), tanggal 12 Maret 2016

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

34

Sukajaya Lempasing. Kemudian di tahun 1966 dimekarkan kembali menjadi 4 Desa

yaitu Hurun, Sidodadi, Sukajaya Lempasing dan Proyek Trans-AD II Hanura.28

Proyek Trans-AD II Hanura terletak pada ketinggian 0-350 meter diatas

permukaan laut, memiliki suhu udara yang hangat berkisar rata-rata 30 derajat

Celcius, merupakan daerah perbukitan hijau dan sebagian merupakan daerah pesisir,

sehingga cukup ideal untuk dijadikan permukiman, perkebunan dan pemanfaatan

hasil laut.

Keadaan geografis diatas berpengaruh pada pola mata pencarian yang dipilih.

masyarakat berada di daerah pesisir memanfaatkan sumber daya sektor kelautan,

dengan membuat tambak-tambak ikan dan udang, atau menjadi nelayan pencari ikan

dan penduduk yang memiliki tempat tinggal di daerah perbukitan lebih memilih

menjadi petani padi atau perkebunan, seperti kopi, lada, pisang, kakao, dan kelapa.

Proyek Trans-AD II Hanura berada pada Wilayah perbukitan Desa Hurun yang

subur dan dilintasi oleh Sungai Way Cilimus. Aliran sungai Way Cilimus digunakan

untuk mengairi sebagian lahan persawahan dan perkebunan milik warga. Batas-batas

Desa Proyek Trans-AD II Hanura dengan wilayah lain adalah sebagai berikut:

1) Bagian Utara berbatasan dengan Desa Hurun.

2) Bagian Timur berbatasan dengan pesisir Padang Cermin.

3) Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Sidodadi, dan

4) Bagian Barat berbatasan dengan Desa Cilimus.

28

www.hurun.desa.id/sejarah Desa Hurun. Diakses pada tanggal 16 Apri 2016

Pukul 13.30, Bandar Lampung.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

35

Desa Proyek Trans-AD II Hanura dilintasi oleh jalan provinsi yang

menghubungkan kabupaten-kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Akses jalan

tersebut masih sangat buruk, masih berupa jalanan tanah dan batuan seadanya. Belum

ada sarana transportasi yang memadai untuk menunjang aktivitas penduduk.

Penduduk asli biasanya berjalan kaki sejauh kurang lebih 12,5 Km untuk sampai di

Kota Tanjung Karang. Desa Hanura berjarak sekitar 1 Km dari Kecamatan Teluk

Pandan, dan 45 Km dari Kabupaten Pesawaran.

Berdasarkan kondisi geografis Desa Proyek Trans-AD II Hanura yang berada

pada dataran perbukitan dan pesisir, memiliki dua musim seperti daerah-daerah lain

yang ada di Indonesia, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan jatuh

antara bulan September-Januari dan musim kemarau antara Februari-Agustus. Proyek

Trans-AD II Hanura berada pada daerah yang bersuhu udara sedang, suhu rata-rata

berkisar 28-30 derajat Celsius dengan curah hujan sedang. Curah hujan di Desa

Proyek Trans-AD II Hanura umumnya 2000-3000 Mm per-tahun, dengan jangka

waktu musim hujan kurang lebih selama enam bulan. Berdasarkan keadaan geografis

dan kontur tanah, daerah Proyek Trans-AD II Hanura cocok untuk ditanami tanaman

perkebunan seperti, kelapa, kopi, kakao dan cengkeh.

Keberadaan hutan yang luas di perbukitan menjadi daerah penyangga dan

daerah resapan air untuk Desa Proyek Trans-AD II Hanura. Meskipun berada di

daerah dekat garis pantai, Desa Proyek Trans-AD II Hanura memiliki sumber air

tawar yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sumber air tawar

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

36

berasal dari sungai Way Cilimus yang berhulu di perbukitan dekat Desa Proyek

Trans-AD II Hanura.

Kondisi geografis Proyek Trans-AD II Hanura yang potensial dan berada tidak

tidak terlalu jauh dari Ibu Kota Provinsi meyakinkan para anggota Trans-AD II

Hanura untuk hidup di tempat barunya, meskipun masih berupa hutan dan

perkebunan pisang, anggota TNI-AD mendapatkan kesempatan untuk memiliki tanah

dan rumah pribadi. Masing-masing anggota Trans-AD II Hanura mendapatkan tanah

seluas 2 Ha secara gratis, Luas tanah dibagi kegunaannya menjadi 1¼ Ha untuk

perkebunan dan ¾ Ha digunakan untuk tempat tinggal dan pekarangan.

2. Keadaan Penduduk di Daerah Tujuan

Desa Proyek Trans-AD II Desa Hanura berdiri diatas tanah milik Penduduk

Desa Hurun yang diambil alih melalui jalur ganti rugi oleh Dinas Transmigrasi

Angkatan Darat. Penduduk Desa Hurun sebagai warga asli, telah ada sejak abad ke-

18. Mayoritas penduduk Hurun merupakan orang Lampung Pesisir (Saibatin) dan

masih merupakan desa tradisional. Desa Hurun masih dipimpin oleh tokoh

masyarakat atau tetua adat. Desa Hurun pertama kali dipimpin oleh tetua adat

bernama Pangeran Mangku Negara pada tahun 1843-1883, tahun 1843-1883

dipimpin oleh Batin Semawa, tahun 1883-1919 dipimpin oleh Sulaiman, Gelar

Dalom Kusuma Ratu, tahun 1919-1923 oleh Raden Tumanggung, tahun 1923-1926

oleh Ahmad Pangeran Negara, tahun 1926-1927 oleh Usman Batin Pandji, tahun

1927-1953 oleh Kasim Raden Saleh, dan pada tahun 1953-1967 dipimpin oleh Husin

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

37

Dalom Kesuma Ratu.29

Tahun 1950, Dewan Pemerintah Daerah memutuskan untuk

menghapusmarga sebagai lembaga pemerintahanmarga sebagai lembaga adat dapat

terus hidup, tetapi generasi penerusnya tidak lagi memegang teguh. Pemerintah

marga dialihkan kepada aparat pemeritahan bentukan baru dengan mengambil pola

dari jawa.30

Masyarakat Lampung pada umumnya memiliki dasar genealogis yang tegas dan

menganggap faktor teritorial adalah sesuatu yang penting, menurut sifat dan

sejarahnya. Golongan Adat Lampung berasal dari daerah Bukit Barisan disekitar

Danau Ranau, Belalau (Skalaberak).31

Faktor tersebut mempengaruhi keadaan sosial

masyarakat Desa Hurun. Masyarakat Desa Hurun sangat memperhitungkan masalah

batas tanah dan memperhatikan segala bentuk perjanjian yang diajukan atas tanah

tersebut. Pengalihan tanah, bangunan, dan tanaman oleh Dinas Transmigrasi

Angkatan Darat dilakukan melalui proses musyawarah untuk menentukan nilai ganti

rugi yang harus dibayar kepada Warga Hurun yang tanahnya digunakan sebagai

Proyek Trans-AD II Hanura. Biaya dalam proses ganti rugi tanah tersebut

menggunakan anggaran milik Angkatan Darat.

Proyek Trans-AD II Hanura sebelum pelaksanaannya telah dilakukan survey di

wilayah Desa Hurun yang akan dijadikan tempat tujuan transmigrasi. Masyarakat asli

29

www.hurun.desa.id/sejarah Desa Hurun. Diakses pada tanggal 16 April 2016

Pukul 13.00, Bandar Lampung. 30

Sri Edi Swasono dan Masri Singarimbun, Transmigrasi di Indonesia 1905-

1985, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 19-20. 31

Joan Harjono, Transmigrasi dari kolonisasi sampai swakarsa, (Jakarta: PT

Gramedia, 1982), hlm. 16-17

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

38

diberikan penyuluhan dan musyawarah terbuka tentang tujuan transmigrasi dan

penggunaan lahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan proyek Tran-AD II

Hanura. Masyarakat menanggapi Proyek Trans-AD II Hanura dengan terbuka, karena

di dalamnya terdapat rencana pembangunan fasilitas-fasilitas yang dapat

dimanfaatkan bersama dan berdampak baik. Proses pengambil alihan tanah milik

warga Desa Hurun dilakukan dengan proses ganti rugi dengan batas dan harga yang

telah disepakati oleh pihak TNI-AD dengan masyarakat Desa Hurun. Anggota TNI-

AD sangat menghindari adanya konflik karena proses pengalihan lahan yang tidak

menguntungkan kedua belah pihak. Keterbukaan masyarakat Desa Hurun merupakan

angin segar untuk anggota Trans-AD, kesempatan untuk bekerja sama dalam

membangun kehidupan yang lebih baik tidak akan mengalami banyak hambatan.

3. Fasilitas Pendidikan dan Fasilitas Penunjang Lain

Fasilitas Pendidikan merupakan faktor penting yang mempengaruhi keputusan

Peserta Trans-AD II Hanura untuk melakukan transmigrasi. Kesempatan untuk

mendapatkan pendidikan memiliki arti penting dalam upaya peningkatan kualitas

hidup, membentuk golongan masyarakat yang terdiri atas orang-orang terpelajar, dan

membentuk tanaga kerja terlatih untuk menyelesaikan pekerjaan dalam rangkaian

produksi terutama untuk anak-anak mereka sebagai generasi penerus.32

32

Louis Maasih, Dunia Pedesaan: Pendidikan dan Perkembangannya,

(Jakarta: Gunung Agung, 1981), hlm. 47.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

39

Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan-

kemampuan lain. Pendidikan membuat masyarakat bisa berpikir kreatif dan mampu

mengikuti perubahan seperti penggunaan teknologi baru dan penerapan pola pikir

yang berorientasi pada pembangunan. Pendidikan menjadi faktor penentu dalam

upaya menciptakan manusia yang berkualitas. Suatu negara akan berhasil dalam

pembangunan dan tumbuh menjadi negara maju apabila telah berhasil meningkatkan

jumlah mutu pendidikan.

Peserta Trans-AD II Hanura memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan

terutama untuk anak-anak mereka sebagai generasi penerus, maka dalam proyek

Trans-AD II Hanura dibangun fasilitas pendidikan yang akan memenuhi

kebutuhannya tersebut. Sarana pendidikan yang dipersiapkan saat Proyek Trans-AD

pada tahun 1966 digunakan untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Setelah

mendapatkan pendidikan yang layak, anak-anak mereka diharapkan mampu

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhannya sendiri di

kemudian hari. Sarana sekolah yang disediakan antara lain, Taman Kanak-kanak

(TK), Sekolah Dasar (SD), sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah

Pendidikan Guru (SPG), Sekolah tingat SD sampai SPG telah berstatus Negeri. Guru-

guru yang menjadi tenaga pengajar ikut didatangkan dari Pulau Jawa bersama dengan

para anggota Trans-AD II Hanura.

Proyek Trans-AD telah mempersiapkan segala macam fasilitas yang

dibutuhkan dan bisa dimanfaatkan oleh anggotanya selain fasilitas pendidikan, salah

satunya kebutuhan fasilitas kesehatan. Kegiatan posyandu dilakukan untuk

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

40

menunjang kesehatan anggota Trans-AD II Hanura. Kegiatan posyandu dilaksanakan

oleh Ibu-ibu yang ergabung dalam organisasi PKK. PKK merupakan gerakan

pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah dengan wanita sebagai komponen

utamanya. PKK memiliki tujuan membangun keluarga sebagai unit atau kelompok

terkecil dalam masyarakat guna menumbuhkan, menghimpun, mengarahkan, dan

membina keluarga untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera. Anggota PKK berasal

dari para istri dari anggota Trans-AD II Hanura. PKK menjadi gerakan untuk

mendata beberapa aspek yang diperlukan seperti data warga, ibu hamil, bayi, dan

balita, kelahiran, kematian, sampai kegiatan masyarakat. Selain itu, Proyek Trans-AD

II Hanura membangun Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Sedangkan

HKTI dibentuk sebagai wadah Anggota Tran-AD II Hanura yang bertani untuk

bergotong royong dengan masyarakat lain mengelola lahan yang telah disediakan

sebagai pemenuh kebutuhan pangan desa dan sebagai mata pencaharian setelah

menjadi pensiunan TNI AD.

4. Kesempatan Memperbaikan Kondisi Ekonomi

Setiap kepala keluarga yang menjadi anggota Trans-AD II di Desa Hanura

mendapatkan bagian tanah seluas 2 Ha. Luas tanah tersebut dibagi kegunaannya

menjadi 1¼ Ha digunakan untuk perkebunan dan ¾ Ha digunakan untuk tempat

tinggal dan pekarangan. Para anggota Trans-AD menggarap lahan perkebunan

dengan menanam tanaman keras seperti kelapa dan cengkeh.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

41

Wilayah Proyek Trans-AD II Hanura memiliki sumber daya alam yang cukup

potensial. Komoditi sektor perkebunan Wilayah Proyek Trans-AD II Hanura yaitu

tanaman kakao, pala, kelapa dan cengkeh yang akan memberikan pendapatan bagi

petani dan masyarakat, kususnya untuk Desa Proyek Trans-AD II Hanura. Pemasaran

hasil perkebunan diharapkan tidak mengalami kesulitan karena adanya pedagang dan

pengepul maupun pasar di tingkat lokal, baik di Desa Proyek Trans-AD II Hanura

maupun di Kota Tanjung Karang. Selain itu, sektor peternakan juga memiliki

beberapa jenis populasi ternak yang dapat dikembangkan seperti, ayam, bebek,

kambing dan lain-lainnya. Peternakan yang telah ada di sekitar Wilayah Proyek

Trans-AD II Hanura dijalankan dengan skala rumahan, namun dapat berpotensi

menjadi komoditi unggulan desa, mengingat kondisi lingkungan yang mendukung.

Kegiatan ekonomi masyarakat akan dipusatkan di Pasar Hanura yang dibangun

sebagai salah satu fasilitas dalam Proyek Trans-AD II Hanura. Pasar Hanura dapat

menjadi penggerak kegiatan ekonomi masyarakat. Pasar Hanura tidak ada sistem hari

pasaran, yaitu melakukan aktivitas perdagangan berdasarkan penanggalan Jawa,

sehingga aktivitas perdagangan di Pasar Hanura dilakukan setiap hari. Sebagian

penduduk Desa Hanura sebagian menjadi pedagang di pasar selain bekerja menjadi

pegawai dan guru. Pasar Hanura menjual berbagai macam kebutuhan masyarakat,

mulai kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Pasar Hanura dibangun di pinggir jalan

utama Teluk Betung-Padang Cermin dan bersebelahan dengan Masjid Baithul Iqrar.

Banyak masyarakat dari kota mengekses jalan ini untuk melakukan perjalanan

menuju tempat-tempat wisata pantai yang ada di Pesisir Barat. Pasar Hanura

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

42

direncanakan menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat asli dan persinggahan para

wisatawan untuk membeli makanan ataupun barang-barang lain. Akses jalan yang

dibangun diimbangi dengan keberadaan sarana transportasi angkutan umum yang

akan semakin memadai dan menjadi faktor pendukung peningkatan aktivitas ekonomi

di Pasar Hanura.33

Peserta Trans-AD II mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki keadaan

ekonominya dengan terbukanya banyak lapangan pekerjaan baru untuk mereka.

Kesempatan untuk memiliki usaha sendiri terbuka lebar. Keberadaan fasilitas-fasilitas

memungkinkan para peserta menjadi pengelola didalamnya, mendapatkan pendapatan

tambahan selain gaji sebagai anggota TNI-AD.

33

Wawancara dengan Sitompul (81 tahun, Staf Komando pelaksana (kolak)

Trans-AD II Hanura), tanggal 18 April 2016.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

43

BAB III

PROYEK TRANSMIGRASI ANGKATAN DARAT II DESA HANURA DAN

PERKEMBANGANNYA TAHUN 1966 SAMPAI 1979

A. Proses Pelaksanaan Proyek Transmigrasi Angkatan Darat II Hanura

Tahun 1966

Gambar 1

Lambang Desa Hanura

(sumber: Dokumen Desa Hanura)

Pelaksanaan Proyek Trans-AD II Hanura telah direncanakan secara matang.

Diawali dengan survey yang dilakukan oleh TNI-AD lewat Dinas Transmigrasi

Angkatan Darat bekerjasama dengan Departemen Penerangan dan Dinas

Transmigrasi dan Tenaga Kerja Republik Indonesia. survey dilakukan sejak bulan

April, tahun 1966. Didalam kegiatan survey dilakukan pula mediasi dengan

masyaraka Hurun sebagai penduduk asli tentang masalah perizinan pemanfaatan

lahannya sebagai tempat pelaksanaan Proyek Trans-AD II Hanura. Masyarakat

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

44

mendapatkan sosialisasi tentang transmigrasi, alasan, dan dampak yang akan tibul

setelah adanya transmigrasi. Pihak TNI-AD dibantu mengambil jalan ganti rugi untuk

mengambil alih lahan milik warga Desa Hurun, agar tidak terjadi sengketa tanah di

kemudian hari yang dapat merugikan kedua belah pihak.

Pada hari Selasa, tanggal 26 Juli 1966, puku 09.00 WIB, setelah rapat pertama

pada tanggal 26 Mei 1966 dilaksanakanlah rapat kedua. Rapat lanjutan antara Kepala

Kampung Hurun, pihak Trans-AD Hanura dan Pejabat Kabupaten lampung Selatan.

Rapat dilaksanakan di Kantor Kabupaten Lampug Selatan. Rapat ini dihadiri oleh

Kepala Kampung Hurun, Hasan Besri (Bupati Lampung Selatan), Ridwan (Wakil

DPRGR Lamsel), Wedana Kantor Kabupaten Lamsel, Camat Teluk Betung, dan

Peltu Jusuf, Dari Pihak Trans-AD dihadiri oleh Mayor Ardan, Mayor Sugito, Letda

Ramadi, Letda Sutikno dan Sukatam. Rapat berjalan diawali pembukaan dari Bupati

yang menyampaikan dan menanggapi tentang adanya pernyataan dari Warga Hurun

yaitu; pertama, tanah yang dipakai untuk Proyek Trans-AD dan tanaman yang ada di

atasnya diganti rugi seluruhnya. Kedua, tentang danya larangan terhadap warga

Hurun yang ingin berladang namun dilarang oleh Kepala Negeri Teluk Betung.

Tanggapan Bupati Lamsel bahwa, Trans-AD akan memanfaatkan tanah di Kampung

Hurun yang belum digunakan atau masih tertutup dan Warga Hurun tetap berladang

dan berintegrasi dengan anggota Trans-AD, kecuali yang bersedia menyerahkannya

kepada pihak Trans-AD. Setelah itu, Kepala Kampung Hurun menyampaikan

pernyataan bahwa pada prinsipnya Warga Hurun menyetujui tanah yang di gunakan

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

45

untuk Proyek Trans-AD, tetapi hanya tanah yang masih kosong. Warga Hurun tetap

dapat berladang dan berkebun di tanahnya masig-masing walau di dalam batas milik

Trans-AD, serta meminta kepada pihak Trans-AD untuk tidak mengganggu gugat

tanah yang sudah ada hak milik Warga Hurun, jadi hanya tanah milik pemerintah saja

yang digunakan. Pernyataan selanjutnya disampaikan oleh Wakil DPRGR yang

menyatakan jika prinsip rakyat tetap seperti apa yang disampaikan oleh Kepala

Kampung, maka Trans-AD tidak akan mendapatkan lahan. Wakil DPRGR meminta

tanah larangan, tanah yang tidak boleh dijadikan Proyek Trans-AD, dua macam yaitu,

tanah berair dan tanah tidak berair. Terakhir pernyataan disampaikan oleh Mayor

Ardan yang menyampaikan bahwa pendirian Proyek Trans-AD tetap akan

dilaksanakan, tanah yang berada di Km 12-14 jalan Tanjung karang-Padang Cermin

seluruhnya akan diganti rugi. Mayor Ardan mempertanyakan dasar jika masyarakat

merasa keberatan dan mengapa Warga Hurun tidak mengajukan keberatannya sejak

saat survey dilaksanakan, sejak bulan april sampai Juli, tahun 1966. Mayor Ardan

juga menyampaikan bahwa keberadaan Trans-AD adalah demi kepentingan

masyarakat dan demi kemajuan, serta mengajak rakyat untuk andil dalam Revolusi.

Rapat berakhir pada pukul 12.00 WIB, rapat pada hari itu belum mendapatkan

keputusan, rapat dilanjutkan dengan musyawarah yang dilaksanakan pada 1 Agustus

1966 di tempat Kepala Kampung Hurun.34

34

Arsip Komando Pelaksana Transmigrasi Angkatan Darat Korem 043 Garuda

Hitam, “Salinan Notulen Hasil Rapat Antara Kepala Kampung Hurun, Trans-AD

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

46

Musyawarah sebagai kelanjutan rapat sebelumnya dilaksanakan pada hari

Senin, Tanggal 1 Agustus 1966, pukul 11.00 WIB, bertempat di rumah Kepala

kampung Hurun. musyawarah dihadiri oleh Moch. Isa (Kepala Negeri Teluk Betung),

Mayor Ardan (Pihak Trans-AD), Camat Teluk Betung, Bupati Lamsel, dan Wakil

DPRGR Lamsel. Musyawarah diawali dengan pembicaraan oleh Kepala Negeri yang

menyampaikan bahwa telah melakukan tiga kali musyawarah dengan Warga Hurun.

Pembukaan Trans-AD bukanlah kehendak Bupati, Mayor Ardan, Mayor Sugito,

ataupun kemauan Camat, tetapi proyek Trans-AD merupakan kehendak Pemerintah

atau Negara. Kepala Negeri juga menyampaikan, baik dirinya ataupun Kepala

Kampung tidak mendapatkan keuntungan atau menerima uang dari perizinan Proyek

Trans-AD. Pembicaraan dilanjutkan oleh Mayor Ardan yang menjelaskan tentang

perjalanan perjuangan TNI sejak tahun 1945 sampai dengan penumpasan Gestapu

PKI. Mayor Adnan juga menjelaskan tentang alasan dilaksanakannya Trans-Ad.

Tujuan dilaksanakannya Trans-Ad antara lain, untuk menjaga keamanan baik dalam

jangka waktu pendek maupun panjang, memanfaatkan hasil produksi untuk

membantu pemerintah dalam usaha meningkatkan produksi, dan memajukan daerah-

daerah yang masih tertinggal. Mayor Ardan juga berharap pengertian masyarakat

tentang perjuangan dan pengorbanan jiwa raga TNI yang tidak sedikit. Pembicaraan

dilanjutkan oleh Camat Teluk Betung, menyampaikan tentang usaha-usaha yang telah

ditempuh oleh pihak Trans-AD antara lain, proses merintis, pendirian barak-barak,

dan Pejabat Kabupaten Lampung Selatan, Tanggal 26 Juli 1966”, (Lampung: Korem

043 Garuda Hitam, 1966).

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

47

pendaftaran tanah/cek ganti rugi, dan pemetaan. Camat juga menyampaikan setuju

dan sebuah kewajaran jika dalam usaha-usaha Trans-AD tersebut terdapat pohon

yang ditebang. Bupati Lamsel dan Wakil DPRGR Lamsel dalam musyawarah ini

meyakinkan Warga Hanura bahwa pelaksanaan Trans-AD tidak akan merugikan

mereka, justru akan memberikan keuntungan-keuntungan moril dan materil. Oleh

karena itu, masyarakat harus membantu penyelenggaraannya. Musyawarah berakhir

pada pukul 13.30 WIB, tidak diadakan tanya jawab dan diputuskan pada tanggal 2

Agustus 1966 akan diadakan Sidang Segitiga antara Kampung Hurun, Trans-AD, dan

Pemerintah Daerah Tingkat II Lampung Selatan.35

Pada tanggal 2 Agustus 1966 yang jatuh pada hari Selasa, pukul 12.00 WIB,

dilaksanakan Rapat Segitiga antara Warga Kampung Hurun, Pemerintah Kabupaten

Lamsel, dan Trans-AD. Rapar dilaksanakan di Kantor Kabupaten Lampung Selatan

dan dihadiri oleh, perwakilan kampung Hurun, Wakil Pemerintah Daerah Tingkat II

Lamsel dan Perwakilan dari pihak Trans-AD. Bupati membuka jalannya rapat dengan

menjabarkan proses kegiatan Trans-AD sejak bulan April sampai dengan pelaksanaan

rapat tanggal 2 Agustus 1966. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

kegiatan Trans-AD yang disetujui antara lain, pemetaan, pendaftaran/cek ganti rugi,

dan pendiria barak-barak. Persetujuan dilaksanakannya Proyek Trans-AD dengan

syarat yaitu, hak-hak masyarakat tidak dinodai, masyarakat juga memiliki

35

Arsip Komando Pelaksana I Kementrian Angkatan Darat Korem 043 Garuda

Hitam, “salinan notulen musyawarah dengan Rakyat Hurun, Tanggal 1 Agustus

1966”, (Lampung: Korem 043 Garuda Hitam, 1966).

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

48

pengorbanan, masyarakat dapat hidup berintegrasi dengan Trans-AD, dan ada ganti

rugi atas lahan yang digunakan. Sempat terjadi kesalah pahaman antara Kepala

Kampung Hurun dengan warganya yang di dalam rapat disampaikan oleh Mad Nuh

sebagai perwakilan Kampung Hurun. Mad Nuh pertama menyampaikan prinsip

bahwa masyarakat menyetujui adanya Trans-AD di Kampung Hurun demi kemajuan.

Kedua, Mad Nuh menyampaikan bahwa Kepala Kampung Hurun tidak pernah

memberikan penjelasan-penjelasan tentang adanya Proyek Trans-AD dengan alasan

tidak tahu. Ketiga, meminta pertimbangan agar masyarakat Hurun tidak kehilangan

mata pencaharian bertani dan berkebun. Ditanggapi oleh bupati Lamsel, prinsip

rakyat yang setuju dengan diadakannya Proyek Trans-AD II Hanura namun tidak

ingin tanahnya diganggu gugat adalah masalah yang ingin diselesaikan dalam rapat

tersebut. Pernyataan keberatan masyarakat yang disampaikan oleh Mad Nuh

dianggap telah terlambat, mengingat pihak Trans-AD telah melangkah jauh untuk

melaksanakan proyek ini dan harus mengambil alih sebagian tanah milik masyarakat

Hurun untuk dikorbankan demi pembangunan. Peltu Jusuf menyampaikan pendapat

dari masyarakat Hurun yang berisi agar lahan yang terkena pembangunan jalan atau

bangunan mendapatkan ganti rugi dan sisanya tetap menjadi milik masyarakat.

penyelesaian masalah dalam rapat tersebut disampaikan oleh Perwakilan Pihak Trans-

AD, Mayor Ardan, keputusannya yaitu, Proyek Trans-AD II Hanura bertempat

diantara Km 12-14, jalan Teluk Betung-Padang Cermin. Setiap masyarakat

mendapatkan haknya, penduduk Hurun yang memiliki kebun dan tinggal di dalam

batas wilayah Trans-AD akan diajak hidup bersama, bergotong royong membangun

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

49

desa, namun penduduk tersebut hanya boleh memiliki tanah seluas 2 Ha, sebagian

tanahnya diganti rugi oleh Trans-AD. Masyarakat yang tinggal di luar batas Transad,

namun memiliki kebun di dalam wilayah Trans-AD, maka tanah kebun diganti rugi.

Masyarakat yang ada di dalam maupun di luar wilayah Trans-AD II Hanura tetap

mendapatkan hak yang sama, masyarakat akan menuai hasil dari apa yang telah

dikorbankan. Perjanjian, batas-batas lahan Trans-AD dan klasifikasi ganti rugi telah

jelas dalam rapat tersebut.36

Pada tanggal 12 Agustus 1966 dilaksanakan Acara

Penyelesaian Tanah-Tanah Masyarakat, diputuskan bahwa Km 12-14 di Kampung

Hurun yang secara resmi menjadi lahan untuk Proyek Trans-AD II Hanura.37

Pembayaran anti rugi tidak langsung dilaksanakan setelah keputusan, Trans-AD

masih melakukan pengukuran-pengukuran dan pembangunan barak-barak untuk

tempat tinggal sementara peserta Trans-AD.

Pada bulan September 1966, anggota Trans-AD II Hanura didatangkan

terlebih dahulu tanpa keluarga dan sementara tinggal di barak-barak untuk

membangun rumah dan fasilitas-fasilitas lain yang dibutuhkan untuk memulai

kehidupannya sendiri setelah didatangkan bersama keluarga dan mengenal keadaan

sekitar. Bangunan yang dibangun antara lain, rumah tempat tinggal Trans-AD,

36

Arsip Dinas Transmigrasi Angkatan Darat Komando Pelaksana I Korem 043

Garuda Hitam, “Salinan Notulen Sidang Segi Tiga Antara Rakyat kampong Hurun,

Pemerintah, Kabupaten Lampung Selatan dan Trans-AD, Tanggal 2 Agustus 1966”,

(Lampun, Korem 043 Garuda Hitam). 37

Arsip Kolak Korem 043 Garuda Hitam, ”Salinan Keputusan Rapat Segi Tiga

Antara Wakil Rakyat Kampung Hurun dengan Pemerintah Kabupaten Lamsel dan

Pihak Trans-AD sebagai sambungan Rapat Umum di Kampung Hurun, tanggal 12

Agustus 1966”, (Jakarta: Korem 043 Garuda Hitam, 1966).

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

50

masjid, sekolah SD sampai SMP, Sekolah Pendidikan Guru (SPG), jalan raya

sepanjang 12,5 Km dari Ibu Kota provinsi, kantor desa, dan lapangan. Pembangunan

rumah dan fasilitas-fasilitas lain dibangun secara gotong-royong.

Gambar 2

Rumah Anggota Trans-AD II Hanura

(sumber: Dokumen Desa Hanura)

Fasilitas dan permukiman di Desa Hanura pada awalnya dibangun oleh Para

Anggota Trans-AD dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Tembok,

jendela, dan pintu rumah dibuat dengan bahan kayu dan alas rumah masih berupa

tanah. Bangunan kantor kepala desa, sekolah, dan masjid masih menggunakan kayu.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

51

Pohon kelapa atau tanaman keras yang lain menjadi patok penanda batas tanah antar

rumah milik Anggota Trans-AD.38

Pada tahun 1967 para anggota Trans-AD II Hanura yang berasal dari Jawa

mulai diberangkatkan bersama keluarga. Pemberangkatan anggota Trans-AD yang

berasal dari Pusat, Kodam Siliwangi, Kodam Diponegoro, Kodam Brawijaya, dan

Veteran. Pemindahan para Anggota Proyek Transmigrasi Angkatan Darat II Hanura

dilakukan secara seremonial. Para anggota TNI-AD yang ikut dalam proyek

transmigrasi dilepas dari kesatuannya melalui upacara kemudian diberangkatkan

bersama keluarga menggunakan kereta yang disebut dengan Kereta Luar Biasa

(KLB). KLB merupakan kereta yang gerbongnya digunakan khusus untuk mengantar

para anggota Trans-AD dari bagian timur Pulau Jawa sampai ke pelabuhan. Anggota

Trans-AD diturunkan di sebuah pelabuhan yang berada di Provinsi Banten, yaitu

Pelabuhan Merak. Transmigran kemudian melanjutkan perjalanan dengan

menggunakan kapal motor. Kapal yang digunakan adalah Kapal Motor Krakatau,

Halimun, dan Bukit Barisan. Pada periode tersebut baru terdapat tiga kapal yang

digunakan untuk penyeberangan dari Pulau Jawa ke Sumatera. Kapal pengangkut

para transmigran bersandar di Pelabuhan Panjang Provinsi Lampung.

Menginjakan kaki di tanah Lampung, para transmigran melanjutkan

perjalanan dengan menggunakan kendaraan yang telah disediakan yaitu truk-truk

yang biasa digunakan untuk mengangkut para anggota TNI saat bertugas, milik

38

Wawancara dengan Sukarsono (68 tahun, Kepala Dusun A, Anak dari Pelda.

Purn. Sankardi), Tanggal 15 Maret 2016.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

52

KOREM 043/Garuda Hitam. Dengan mengendarai truk para transmigran melewati

jalanan tanah dan berbatu untuk sampai di lokasi proyek Trans-AD. Tak jarang para

transmigran harus turun dari kendaraan untuk mengeluarkan truk yang tidak dapat

berjalan karena bannya terjebak lumpur. Para anggota transmigran yang dipindahkan

masih cukup kuat berjalan kaki untuk sampai di Desa Hanura.39

Anggota Trans-AD yang berasal dari Kodam Sriwijaya diberangkatkan.

Beberapa anggota menggunakan bus dan sisanya menggunakan truk pasukan milik

TNI-AD. Para anggota Trans-AD yang berasal dari Kodam Sriwijaya didatangkan

sehari sebelum pemberangkatan Anggota Trans-AD dari Jawa. Anggota Trans-AD

Kodam Sriwijaya ditugaskan untuk menysun acara pembukaan Proyek Trans-AD II

Hanura sekaligus menyambut kedatangan para Trans-AD.

Setelah sampai di Desa Hanura pada tanggal 17 Maret 1967, para transmigran

disambut dengan upacara oleh kesatuan KOREM 043/Garuda Hitam di lapangan

Desa Hanura. Suasana haru menyelimuti keluarga anggota transmigran, karena pada

waktu itu Desa Hanura masih berupa wilayah yang dikelilingi oleh hutan lebat dan

tempat tinggal yang disediakan masih berupa bangunan yang terbuat dari kayu dan

material lain dari hutan.40

Tahun 1971 dilaksanakan prosesi ganti rugi oleh Pihak Trans-AD kepada

Warga Hurun yang Tanahnya Terkena Proyek Trans-AD II Hanura berdasarkan

39

Wawancara dengan Pudiardjo (70 tahun, anak dari Serka. kariman, Kodam

Diponegoro) tanggal 18 April 2016. 40

Wawancara dengan Sitompul (81 tahun, Staf Komando Pelaksana (Kolak)

Trans-AD II) tanggal 14 Maret 2016.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

53

ketentuan yang telah disepakati pada musyawarah yang pernah dilaksanakan

sebelumnya pada tahun 1968. Masyarakat Hurun pada waktu itu meminta peninjauan

kembali terhadap nilai ganti rugi tanah yang telah disepakati, karena telah melewati

masa dua tahun sejak keputusan tanggal 5 September 1966, maka nilai tanah ikut

mengalami perubahan. Pihak Trans-AD menanggapi permintaan masyarakat untuk

melakukan peninjauan kembali dengan diadakan sidang yang dilaksanakan pada

tanggal 6 Juli 1968. Sidang dilaksanakan di ruang DPRGR Lamsel. Pihak Kolak I

sebagai pelaksana Trans-AD menyetujui dan memutuskan adanya peninjauan ulang

untuk harga ganti rugi tanah. Hasil keputusan Kolak I yang disampaikan pada rapat

tersebut antara lain: pertama, Peninjauan kembali harga lama yang akan disesuaikan

dengan harga sekarang. Kedua, dipakai sebagai pedoman dalam penempatan harga

hak milik rakyat yaitu tarif penetapan harga panitia 5 September 1966 dinaikan 3 kali

lipat untuk semua jenis hak milik rakyat yang tanahnya terkena Proyek Trans-AD

dengan catatan bahwa harga-harga ini atau ketetapan panitia tersebut berlaku sampai

dengan akhir bulan September 1968, dengan ketentuan bahwa setelah batas waktu

tersebut berakhir maka ketetapan harga tersebut akan ditinjau kembali. Ketiga, semua

tanam tumbuh hak milik rakyat yang blum dibayar tidak dapat diganggu gugat oleh

Trans-AD dan masih tetap hak milik rakyat yang bersangkutan dengan ketentuan

bahwa pemilik tanah dapat mengambil hasilnya dari tanam tumbuh tersebut. Seluruh

anggota rapat menyepakati keputusan Kolak I Trans-AD.41

41

Arsip Kodam 043 Garuda Hitam, “Berita Acara Peninjauan Kembali Ganti

Rugi Harga-Harga Tanam Tumbuh Milik Rakyat Hurun Tanggal 6 Juli 1968”,

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

54

Gambar 3. Peta dan Pembagian Kavling Proyek Trans-AD II Hanura

(Sumber: Dokumen Korem 043 Garuda Hitam)

(Lampung: Korem 043 Garuda Hitam, 1968).

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

55

Desa Hanura berada di atas tanah seluas 600 Ha yang diperoleh melalui

proses ganti rugi dari Desa Hurun. Hampir sebagian areal tanah terdiri atas areal

perkebunan pisang dan bukit-bukit. Ganti rugi lahan dibayarkan oleh Proyek Trans-

AD II Hanura pada tanggal 1 September 1971, dilaksanakan di Madrasah Desa

Cilimus, diketuai oleh Mayor Burhanudin sebagai Kepala Petugas Lapangan Hanura,

dalam ganti rugi mengalami perubahan kenaikan harga menjadi 1,5 kali lipat dari

Harga yang disepakati sebelumnya pada tanggal 5 September 1966 dan peninjauan

kembali tahun 1968. Pembayaran diserahkan kepada 179 warga Hanura yang

tanahnya digunakan sebagai Proyek Trans-AD. Areal tanah yang terkena Proyek

seluas 606,40 Ha seharga Rp 13.268.639,67. Ganti rugi tanah baru menyelesaikan

498,65 Ha dan sisanya 107,75 Ha diselesaikan tanggal 2 September 1971.

Pembayaran ganti rugi telah selesai seluruhnya pada tanggal 6 Desember 1971 dan

tanah milik anggota Trans AD II Hanura didata untuk disertifikasi.

Anggota Proyek Trans-AD II Hanura yang didatangkan merupakan anggota

TNI-AD yang berasal dari enam KODAM dengan rician jumlah sebagai berikut:

KODAM Siliwangi sebanyak 14 KK, KODAM Diponegoro sebanyak 86 KK,

KODAM Brawijaya sebanyak 32 KK, KODAM IV Sriwijaya sebanyak 12 KK,

Departemen Pertahanan Pusat sebanyak 4 KK, dan Veteran sebanyak 9 KK.42

42

Arsip Komando Daerah Militer IV Sriwijaya dan Komando Resor Militer

043 Garuda Hitam, “Proyek Transad Hanura”, (Lampung: Komando Resor Militer

043 Garuda Hitam, 1979).

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

56

Tabel 1. Jumlah Penempatan Anggota Tiap Dusun Dari Masing-masing KODAM

KODAM KK/DUSUN

A B C D

PUSAT 1 2 1 -

IV SRIWIJAYA 5 2 2 5

VI SILIWANGI 7 4 1 3

VII DIPONEGORO 23 20 23 17

VIII BRAWIJAYA 3 9 10 8

VETERAN - 4 2 4

(Sumber: Dokumen Desa Hanura tahun 1966)

Pembagian tanah kavling untuk dijadikan rumah dan pekarangan milik

anggota Trans-AD di tiap dusun dilakukan secara acak. Hal ini bertujuan agar setiap

anggota Trans-AD bisa saling berbaur dan bergotong-royong membangun lingkungan

dusunnya. Berdasarkan tabel, anggota Trans-AD II Hanura paling banyak berasal

dari KODAM VII Diponegoro dan yang paling sedikit berasal dari Pusat.

B. Proses Adaptasi Masyarakat Proyek Trans-AD II Hanura dengan

Masyarakat Sekitar dan Penyerahan Kepada Pemerintah Daerah Provinsi

Lampung Tahun 1979

Para Anggota Trans-AD II Desa Hanura dalam kurun waktu 1967 sampai

1979 berhasil membangun permukiman dengan fasilitas-fasilitas yang memadai dan

membangun struktur birokrasi dan administrasi pemerintahan desa yang berstatus

berdiri sendiri dan bertingkat Desa Swadaya. Fasilitas yang dibangun oleh Proyek

Trans-AD II Desa Hanura yaitu rumah tempat tinggal Trans-AD yang berjumlah 157

unit, rumah guru 25 unit, rumah petugas 2 unit, masjid, poliklinik, sekolah SD sampai

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

57

SMP, Sekolah Pendidikan Guru (SPG), bangunan kapel, Bangunan buller, jalan raya

sepanjang 12,5 Km dari ibu kota provinsi, kantor desa, pasar, dan lapangan.43

Pada tahun 1969 di Sungai Way Cilimus pernah dibangun bendungan kecil

untuk mengairi sawah milik warga Hanura, namun tidak bisa digunakan dengan

maksimal karena debit air yang kecil. Oleh karena itu, Desa Hanura tidak memiliki

banyak lahan persawahan.44

Beraneka ketegangan dapat timbul di daerah transmigrasi karena perbedaan

pendidikan dan keterampilan,oleh karena para transmigran merebut kedudukan-

kedudukan yang lebih baik dan lebih menguntungkan daripada penduduk setempat.45

Ketegangan ataupun konflik antara masyarakat Trans-AD Hanura dengan masyarakat

asli tidak terjadi sama sekali sejak kedatangan para anggota Trans-AD. Konflik yang

terjadi di daerah transmigrasi biasanya disebabkan oleh pengambil alihan lahan yang

tidak tuntas dan perencanaan pembangunan hanya memperhatikan sektor pertanian,

namun kurang memperhatikan sektor keamanan dan pendidikan.

Sejak tahun pertama penempatan, anggota Trans-AD yang belum pensiun

masih melaksanakan apel dan patroli rutin setiap pagi dan sore hari untuk menjaga

keamanan. Patroli rutin dilakukan untuk mencegah adanya gerakan-gerakan yang

43

Arsip Komando Daerah Militer IV Sriwijaya dan Komando Resor Militer

043 Garuda Hitam, “Proyek Transad Hanura”, (Lampung: Komando Resor Militer

043 Garuda Hitam, 1979). 44

Wawancara dengan Sukarsono (68 tahun, Kepala Dusun A, Anak dari Pelda.

Purn. Sankardi), tanggal 12 Maret 2016. 45

Sri Edi Swasono dan Masri Singarimbun, Transmigrasi di Indonesia 1905-

1985, (Jakarta: UI Press, 1985). Hlm. 225.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

58

bersifat radikal yang dianggap mengancam kedaulatan NKRI di tengah masyarakat,

seperti lahirnya paham komunis.

Pembangunan infrastruktur seluruhnya selesai dibangun, fasilitas pendidikan

yang ada langsung digunakan oleh para anggota Trans-AD untuk menaikkan status

sosial keluarganya. Pada tahun 1968, dilakukan penambahan oleh pihak Trans-AD,

yaitu mendatangkan beberapa tenaga guru dan pegawai dari Jawa untuk menyokong

fasilitas yang telah dibangun. Jumlah Pegawai dan Guru di datangkan sebanyak 41

KK, dan pengikut (Panitia Trans-AD) 127 KK, jumlah total keseluruhan Peserta

Trans-AD II Hanura adalah 325 KK atau 2.234 jiwa. Sekolah Tingkat Kanak-kanak

yang masih berstatus swasta, dibina langsung oleh ibu-ibu anggota PKK. Tercatat 29

murid yang bersekolah dengan jumlah guru sebanyak dua orang. Sekolah Dasar yang

telah berstatus negeri mendapatkan murid sebanyak 700 orang dengan jumlah guru 15

orang. Sekolah Menengah Pertama Hanura mendapatkan 240 orang murid dengan

jumlah guru sebanyak 9 orang. Pada tahun awal pembangunan desa, Desa Hanura

belum memiliki Sekolah Menengah Atas (SMA). Sekolah Pendidikan Guru (SPG)

menjadi pilihan untuk masyarakat melanjutkan pendidikannya setelah lulus dari SMP.

SPG mendapatkan 103 murid dengan jumlah guru sebanyak 12 orang.

Terletak di Km 12 sampai Km 14 jalan raya Teluk Betung-Padang Cermin.

Desa Hanura pada masa awal Proyek Trans-AD masih termasuk dalam Kecamatan

Panjang, Kabupaten Lampung Selatan. Daerah territorial KODIM 0410/ Lampung

Selatan, KOREM 043/ Garuda Hitam, dan KODAM IV/Sriwijaya. Luas wilayahnya

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

59

dibagi menjadi, pekarangan 117,75 Ha, Tanah Publik kavling guru dan tanah

cadangan 286 Ha, dan perladangan 196,25 Ha. Sebagian desar wilayah merupakan

perkebunan, tanah kering, dan perbukitan.

Agama merupakan salah satu pengaruh dalam kebudayaan bangsa Indonesia.

Agama dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi individu dalam hubungan

sosialnya. Agama terdiri atas beberapa unsur pokok, yaitu kepercayaan agama

sebagai suatu prinsip yang dianggap benar dan tidak diragukan lagi. Simbol agama,

yaitu identitas agama yang dianut umatnya. Praktik keagamaan merupakan hubungan

vertikal antara manusia dengan Tuhan, dan hubungan horizintal antara manusia

dengan manusia sesuai dengan ajaran agama yang dianut. Pengalaman keagamaan,

yaitu berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh pemeluk agama

secara pribadi. Di Indonesia terdapat enam agama yang diakui secara resmi, yaitu

Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghuchu.46

Penduduk Lampung sudah mulai menganut Agama Islam sejak abad ke-16.

Agama Islam di Lampung berasal dari Sumatera Barat dan Aceh yang merupakan

pendatang yang melakukan perdagangan di daerah bagian Selatan Sumatera. Agama

lain yang sudah menyebar di Lampung adalah Kristen yang dibawa oleh saudagar-

saudagar dari Cina.47

Masyarakat transmigran dengan mudah hidup berdampingan

46

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan, (Jakarta:

Gramedia, 1974), hlm. 137-142. 47

Komando Daerah Militer IV Sriwijaya dan Komando Resor Militer 043

Garuda Hitam, “Proyek Transad Hanura”, (Lampung: Komando Resor Militer 043

Garuda Hitam, 1979), hlm. 28

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

60

dengan penduduk asli, karena masyarakat Desa Hurun mayoritas menganut agama

Islam.

Masyarakat Desa Hanura pada awal kedatangannya masih menerapkan

budaya tradisional yang dibawa dari Pulau Jawa dalam kesehariannya. Nilai budaya

yang berpengaruh disebut dengan adat istiadat. Adat istiadat merupakan kebiasaan

atau pola perilaku tradisional masyarakat yang menerapkan kebudayaan tertentu.

Adat adalah kebiasaan yang dilakukan dan menjadi norma dalam masyarakat. Adat

membentuk pola perilaku masyarakat di dalam suatu wilayah. Adat istiadat

mengandung aturan-aturan, nilai dan pengetahuan yang saling berkaitan. Adat istiadat

memiliki fungsi sebagai pedoman tertinggi dalam bersikap dan berprilaku bagi

seluruh masyarakat.

Masyarakat Desa Hanura masih melaksanakan beberapa upacara-upacara

tradisional. Upacara keagamaaan yang masih sering dilaksanakan di Desa Hanura

adalah Upacara Selametan. Upacara Selametan umumnya dapat digolongkan sesuai

dengan peristiwa atau kejadian dalam kehidupan sehari-hari seperti perkawinan,

kelahiran, kematian, bersih desa, tolak bala dan lain-lain.48

Pada tahun 1966 para transmigran menempati permukiman barunya, berbaur

dengan masyarakat dan mengembangkan kesenian yang dibawa dari jawa, pulau asal

penduduk Hanura. Alasan transmigran tetap melestarikan kesenian Jawa adalah untuk

memupuk rasa persaudaraan diantara para trasmigran sendiri dan masyarakat yang

48

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta:

Djambatan, 1979), hlm. 340.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

61

tinggal di sekitar desa. Pertunjukan seni juga menjadi sarana hiburan di tengah

aktivitas sehari-hari masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani dan nelayan.

Pertunjukan seni digelar disebuah bangunan balai desa yang telah dibangun

oleh anggota Trans-AD beserta fasilitas-fasilitas yang cukup mendukung. Gedung

balai desa berada tepat bersebelahan dengan Kantor Kepala Desa Hanura.

Pertunjukan yang ditampikan, yaitu karawitan khas Jawa Tengah oleh kelompok

kesenian yang dibentuk oleh anggota Trans-AD II. Balai desa pernah digunakan

menjadi tempat ibadah sementara untuk para anggota yang beragama Kristen dan

Katolik.

Kebudayaan dari daerah yang dibawa oleh masyarakat Trans-AD juga ikut

berkembang di tengah masyarakat khususnya kesenian. Masyarakat mengembangkan

kesenian Karawitan Jawa, Gendang Pencak dari Jawa Barat, dan Orkes keroncong. Di

Desa Hanura juga disediakan balai desa yang terletak disebelah kantor kepala desa.

Balai desa digunakan untuk mempertunjukan kesenian-kesenian yang ada dan sebagai

sarana pengakraban antara masyarakat asli dengan masyarakat Trans-AD.

Perekonomian transmigran semakin membaik, hanya ada beberapa anggota

yang memiliki ekonomi lemah, karena berasal dari veteran dengan uang pensiun yang

sangat kecil. Terkadang terjadi kegiatan perjudian yang dilakukan masyarakat akibat

terpengaruh budaya negatif dari kota atau desa sekitar. Masih terdapat perkebunan

penduduk yang administrasinya tunduk kepada Kepala Kampung di luar proyek. Hal

ini menyulitkan pembinaan desa. Belum adanya penegasan mengenai status tanah-

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

62

tanah pantai menyebabkan keraguan untuk mengolah tanah-tanah tersebut.49

Dibentuk pula sebuah lembaga sebagai pembantu sarana perekonomian masyarakat

yaitu Koperasi Unit Desa (KUD) yang bergerak pada bidang perdagangan, simpan

pinjam, pelayanan Bimas, Inmas, dan telah berbadan Hukum. Lembaga KUD hanya

terdapat pada Proyek Trans-AD I Poncowati dan Hanura.50

Pada tahun 1979, proses pembagian tanah, baik tanah pekarangan maupun

tanah garapan telah selesai seluruhnya dan masing-masing anggota transmigran telah

menerima sertifikat. Tanah kavling pekarangan dan garapan untuk Trans-AD II

Hanura adalah seluas 2 Ha per Kepala Keluarga, dan jumlah sertifikat yang

terbagikan adalah 319 buah sertifikat. Sertifikat tanah untuk warga Trans-AD II

Hanura dan batas-batas Desa dipasangi patok-patok oleh Direktorat Agraria. Proses

sertifikasi tanah terjadi melalui beberapa proses musyawarah yang cukup panjang

dengan warga Hurun, karena ada wilayah yang belum sepenuhnya mendapatkan ganti

rugi.

Rencana akan pembangunan pangkalan TNI Angkatan Laut di Padang Cermin

pada tahun 1980-an menjadi salah satu faktor bertambahnya jumlah penduduk di

Desa Hanura. Masyarakat Padang Cermin yang tanahnya diambil alih kebanyakan

memilih untuk pindah dan membeli tanah milik warga Hanura yang sebagian dijual

49

Arsip Komando Daerah Militer IV Sriwijaya dan Komando Resor Militer

043 Garuda Hitam, “Laporan Singkat Perkembangan dan Permasalahan Proyek

Desa Transmigrasi Angkatan Darat Di Lampung”, (Lampung: Komando Resor

Militer 043 Garuda Hitam, 1979), hlm. 7. 50

Arsip Komando Daerah Militer IV Sriwijaya dan Komando Resor Militer

043 Garuda Hitam, “Proyek Transad Hanura”, (Lampung: Komando Resor Militer

043 Garuda Hitam, 1979).

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

63

untuk dibangun tempat tinggal. Tanah-tanah tersebut dijual oleh penduduk Desa

Hanura setelah mendapatkan sertifikat tanah dari pemerintah.

Pada tahun 1979 terjadi kasus penyakit Malaria yang menyerang penduduk.

Akibat pengelolaan lingkungan yang kurang baik. Penyakit ini ditularkan oleh vektor

nyamuk (Anopheles betina) malaria yang semula banyak ditemukan di daerah rawa-

rawa. Tambak udang yang sudah tidak berfungsi karena pemilik berganti mata

pencaharian, kemudian terbengkalai dan menjadi sarang tempat berkembangbiak

Nyamuk Malaria. Dalam laporan tidak disebutkan secara pasti jumlah warga yang

terserang penyakit malaria, namun penyakit ini menjadi masalah yang serius di dalam

wilayah Kecamatan Padang Cermin. Dilakukan penanganan dan pengawasan oleh

Dinas Kesehatan kabupaten Lamsel untuk megurangi penyebaran penyakit malaria

tersebut agar tidak semakin meluas.51

Kordinator Pelaksana lapangan, KOREM 043 Garuda Hitam secara resmi

membentuk Pemerintahan Desa Trans-AD II Hanura. Sebagai Kepala Pemerintahan

Desa Pertama ditunjuklah Mayor Mariyo dengan mempertimbangkan umur dan

pangkat yang tertinggi kala itu dan sebagai sekretaris desa ditunjuk Soepriyanto.

Sebagai Kepala dusun diperintahkan kepada salah satu anggota yang memiliki

pangkat tertinggi di tiap dusun. Nama-nama kepala Dusun Desa Trans-AD II Hanura

antara Lain, Dusun A dipimpin oleh Mayor Marijo, Dusun B oleh Katriman, Dusun C

oleh Sarwan, dan Dusun D oleh Peltu ST. Sulaiman. Melihat usia dan kemampuanya

51

Mardiana dan Dwi Fibrianto, ”Hubungan Karakteristik Lingkungan Luar

Rumah Dengan Kejadian Penyakit Malaria”, Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 5

(1), (Semarang: Kemas, 2009), hlm. 12.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

64

telah menurun, maka Mayor Mariyo melepaskan jabatannya sebagai kepala Desa

Hanura pada tahun 1967 dan digantikan oleh Kapten William Corne sampai tahun

1969.

Pada tahuin 1969 merupakan proses awal Demokrasi dalam suksesi

Kepempinan Desa, pemilihan Kepala Desa Trans-AD II Hanura dilaksanakan, Kopral

satu Tugio terpilih Sebagai Kepala Desa, namun dalam perjalanan memimpin Desa

Hanura, pada bulan November tahun 1971, Kopral Satu Tugio meninggal dunia.

Kepemimpinan Desa diteruskan oleh bapak Pembantu Letnan Satu Sankardi sampai

tahun 1972. Periode 1972–1977 Desa Trans-AD II Hanura kembali melaksanakan

pemilihan kepala desa baru, dan terpilihlah sersan Mayor Sularno. Kemudian pada

Periode 1977–1982 diadakan pemilihan kepala desa yang ke tiga kalinya, terpilihlah

Pembantu Letnan Satu Enan Setiyadi untuk menjabat Kepala Desa Trans-AD II

Hanura. Namun ditengah perjalanan kepemimpinannya Pembantu Letnan Satu Enan

Setiyadi meninggal dunia pada bulan September 1978, dan Pemerintahan Desa

diteruskan oleh Sersan Mayor Supardi sebagai Pejabat Kepala Desa Trans-AD II

Hanura sampai tahun 1980.52

Pada tanggal 27 Desember 1978 berdasarkan Surat Perintah Panglima

Komando Daerah Militer II Sriwijaya Nomor: SPRIN/2549/XII/1978, seluruh Proyek

Transmigrasi Angkatan Darat di Propinsi Lampung (6 Proyek Transmigrasi) yaitu,

52

Arsip Komando Daerah Militer IV Sriwijaya dan Komando Resor Militer

043 Garuda Hitam, “Sejarah Singkat Proyek-Proyek Transmigrasi Angkatan Darat

(Trans-AD) Di Daerah Lampung”, (Lampung: Komando Resor Militer 043 Garuda

Hitam, 1979), hlm. 16.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

65

Poncowati, Hanura, Purnama Tungal, Bandar Agung, Bandar Sakti, dan Tanjung

Anom diserahkan pengelolaanya kepada Pemerintah Daerah Propinsi Lampung.

Serah terima Proyek Transmigrasi dilakukan secara seremonial pada tanggal 14

Februari 1979 di Desa Poncowati yang merupakan Proyek Trans-AD I. Di bawah

kepemimpinan Pembantu Letnan Dua M. Gunung dari tahun 1980–1990 Desa Trans-

AD II Hanura kemudian diserahkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Lampung,

dibawah pembinaan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan, dengan status Desa

Swadaya. Semenjak diberlakukannya pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah

Kabupaten Lampung Selatan, maka penyelenggaraan Pemerintah Desa mengacu pada

Undang-Undang No.5 tahun 1979, oleh karena itu suksesi kepemimpinan desa segera

dipersiapkan sesuai dengan UU yang berlaku.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

66

BAB IV

PERTUMBUHAN DESA PROYEK TRANSMIGRASI ANGKATAN DARAT II

(TRANS-AD II) HANURA DAN PENGARUH TERHADAP KEHIDUPAN

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN PADANG CERMIN

TAHUN 1980-1990

A. Desa Hanura Setelah Tahun 1980

Desa Hanura telah terbentuk sejak tahun 1966. Lahir sebagai hasil dari Proyek

Transmigrasi Angkatan Darat kedua di Provinsi Lampung, setelah Transmigrasi

Angkatan Darat pertama pada tahun 1964 yaitu Desa Poncowati. Seiring berjalannya

waktu perkembangan Desa Hanura semakin baik. Pembangunan dilakukan oleh para

anggota TNI yang menyertakan diri untuk ikut serta dalam Proyek Transmigrasi

Angkatan Darat II Hanura, kemudian secara bergotong royong mengarap lahan dan

menghasilkan beberapa produk sosial yang menunjang masyarakat, baik yang ada di

Desa Hanura maupun masyarakat desa lain yang berada di sekitarnya.

Desa Hanura dibekali inventaris desa berupa peralatan untuk menggarap lahan

dan membangun fasilitas. Peralatan yang diberikan sebagai inventaris antara lain,

Huller padi 1 unut, Hand Tractor 1 unit, alat kantor kepala desa (Lemari, meja dan

kursi), gambar-gambar piagam desa, senjada pinjaman Kodim setempat 6 buah, dan

traktor mini 2 buah. Alat-alat tersebut digunakan untuk mengolah lahan perkebunan

dan persawahan secara bergotong royong. Pada tahun pertama produksi pangan hasil

sawah Desa Hanura belum menunjukan hasil yang mencolok, sebagian lahan baru

digunakan untuk penyemaian bibit.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

67

Seiring dengan pembangunan yang dilakukan, Masyarakat selalu mengalami

perubahan-perubahan dalam kehidupannya. Proses perubahan yang terjadi menuju ke

arah kemajuan atau sebaliknya dalam berbagai aspek-aspek kehidupan masyarakat itu

sendiri. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dapat dilihat, yaitu

dengan menelaah keadaan yang ada pada periode tertentu kemudian

membandingkannya dengan susunan dan kehidupannya di periode sebelumnya.

Proses perubahan dalam suatu masyarakat merupakan hal yang terjadi secara

berkesinambungan. Proses yang terjadi antara masyarakat satu dengan masyarakat

yang lain tidak pernah sama. Sebab-sebab terjadinya perubahan pada umumnya

timbul dari dalam ataupun dari luar masyarakat. Di dalam suatu masyarakat terdapat

suatu kondisi primer, seperti kondisi ekonomis, teknologis, geografis, dan biologis

yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan. Oleh karena perubahan tersebut,

pada akhirnya menyebabkan pula terjadinya perubahan-perubahan pada aspek sosial

lainnya.53

Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan dalam masyarakat

khususnya masyarakat pedesaan adalah faktor pembangunan. Pembangunan desa di

Indonesia memiliki arti, yaitu sebuah pembangunan nasional yang ditujukan pada

usaha peningkatan taraf hidup masyarakat pedesaan, menumbuhkan partisipasi aktif

setiap anggota masyarakat terhadap pembangunan, dan menciptakan hubungan yang

53

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 1987),

hlm. 283.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

68

selaras antara masyarakat dengan lingkungannya (berdasarkan GBHN dan Repelita-

repelita).54

Desa Hanura diserahkan pengelolaannya kepada Pemerintah Daerah Provinsi

Lampung sejak tahun 1979 dengan status desa Swadaya. Sejak saat itu, desa hanura

tidak lagi menyandang predikat sebagai desa proyek Trans-AD. Segala sesuatu yang

berkenaan dengan pembangunan, seluruhnya telah ditanggung oleh pemerintah

provinsi. Pembangunan adalah perubahan yang disengaja atau direncanakan dengan

tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki ke arah yang dikehendaki.55

Pembangunan di Desa Hanura berlangsung secara cepat, terutama

pembangunan fasilitas untuk memenuhi aspek sosial masyarakat seperti sekolah,

posyandu, koperasi, kantor kepala desa, balai desa, dan jalan raya seluruhnya telah

rampung. Terjadi banyak perubahan sejak Proyek Transmigrasi Angkatan Darat

diserahkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Lampung. Anggaran pembangunan

desa tidak lagi ditanggung oleh TNI-AD. Segala bentuk kegiatan desa tidak lagi

dilaporkan melalui KOREM 043/Garuda Hitam.

Pada tahun 1979, Sukarsono ditunjuk sebagai Kepala Desa Hanura sampai

tahun 1993. Seiring perkembangan dan pengelolaan desa yang semakin baik. Kerja

sama antara penduduk Hanura yang memiliki latar belakang militer dengan penduduk

sekitar membuahkan hasil yang positif. Secara geografis Desa Hanura memiliki

54

Ibid, Hlm. 198. 55

Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, (Yogyakarta: Gajah

Mada Press, 2010), hlm. 196.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

69

banyak potensi karena berada di antara bukit dan laut dengan letak yang strategis,

terutama dari segi ekonomi.

Pada masa Orde Baru kedudukan militer sangat berpengaruh dalam

berjalannya pemerintahan kala itu. Daerah transmigrasi Angkatan Darat seperti

Hanura cukup mendapatkan perhatian dari pemerintah. Pembangunan tidak

mengalami banyak hambatan sehingga mampu menjadi desa yang maju dan

berpengaruh terhadap desa-desa lain yang ada di sekitarnya. Perhatian utama

pemerintah masa Orde Baru adalah sektor ekonomi masyarakat. Dengan fasilitas

pendidikan yang memadai, Desa Hanura mengalami peningkatan yang cukup

signifikan dalam status sosial penduduknya. Angka buta huruf dan pengangguran

semakin berkurang.

Pertumbuhan Ekonomi Sesuai dengan kondisi desa yang merupakan daerah

agraris maka struktur ekonominya lebih dominan kepada Sektor Pertanian dan Buruh,

di samping sektor-sektor lainnya baik berupa jasa industri, perikanan, peternakan, dan

pertukangan. Potensi ekonomi yang dikembangkan dan menjadi unggulan Desa

Hanura antara lain, komoditi sektor perkebunan berupa tanaman kakao, pala, dan

cengkeh, merupakan usaha produktif masyarakat Sektor Perkebunan yang

memberikan sumber pendapatan bagi petani dan masyarakat Desa Hanura pada

umumnya. Pemasaran hasil Perkebunan tidaklah menjadi kesulitan mengingat bahwa

pedagang dan pengepul tingkat lokal maupun pasar cukup menjanjikan baik di Desa

Hanura maupun di kota. Sektor Peternakan dengan beberapa jenis populasi ternak

yang mulai dikembangkan semisal, ayam, bebek, kambing dan lain-lainnya, masih

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

70

berskala rumahan, namun berpotensi menjadi komoditi unggulan desa, dan kondisi

lingkungan sangat mendukung prospek ke depan untuk desa maupun pemiliknya.

Sektor Perikanan merupakan kegiatan sampingan yang dimiliki oleh Rumah Tangga

baik berupa empang, kolam, karamba, dan pemeliharaan dengan bentuk kolam

terpal.56

Tingkat kepentingan usaha perikanan digunakan sebagai konsumsi keluarga

atau dijual sebagai tambahan penghasilan, latar belakang usaha ini adalah dengan

memanfaatkan tanah dan lingkungan sekitar rumah yang masih kosong. Sektor

industri Rumah Tangga dengan berbagai jenis kegiatan yang dikelola secara individu

atau dengan membentuk kelompok-kelompok usaha. Industri skala rumah tangga

yang terdapat di Desa Hanura yaitu, industri pengrajin kayu, industri paving blok,

makanan kecil atau kueh, dan kerajinan kain.

B. Dampak Pertumbuhan Desa Hanura Terhadap Aspek Sosial Masyarakat

Kecamatan Padang Cermin

Proyek Trans-AD II Desa Hanura melahirkan perubahan-perubahan pada

kehidupan masyarakat, terutama pada keluarga anggota Trans-AD. Perubahan-

perubahan tersebut meliputi perubahan dalam bidang sosial serta kehidupan ekonomi

masyarakat Trans-AD. Oleh karena itu, transmigrasi telah membawa pengaruh yang

luas terhadap perubahan kehidupan keluarga Trans-AD II Desa Hanura dan

kehidupan masyarakat yang ada Kecamatan Padang Cermin.

56 Wawancara dengan Leonardo (62 tahun, Anak dari Kapten Purn. J.C.

Gleling, kodam IV Sriwijaya), Tanggal 16 Maret 2016

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

71

Perubahan-perubahan sosial di sebuah desa terjadi karena adanya perencanaan

maupun terjadi secara alami atau tidak disengaja. Perubahan sosial yang terjadi di

dalam suatu masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola

prilaku, lapisan masyarakat, interaksi sosial dan lain sebagainya. Faktor penyebab

terjadinya perubahan sosial salah satunya adalah adanya rasa ketidakpuasan dari

suatu masyarakat dengan keadaan yang dialami, kemudian memunculkan usaha untuk

meningkatkan taraf hidupnya dengan menyesuaikan diri pada aspek-aspek kehidupan

lain yang telah mengalami perubahan lebih dahulu.57

Pertemuan antara unsur-unsur kebudayaan yang dibawa oleh masyarakat

Trans-AD Desa Hanura dan unsur kebudayaan lain yang ada di sekitar menyebabkan

terjadinya perubahan-perubahan pada kehidupan sosial masyarakat. Masyarakat

Trans-AD memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dan sangat dipengaruhi oleh pola

kehidupan militer. Pola kehidupan militer sangat mengutamakan unsur kedisiplinan

dan organisasi yang terstruktur dengan rapih dengan sistem kepangkatan, Sedangkan

pola kehidupan masyarakat di sekitarnya masih menjalani pola kehidupan yang

konvensional. Pola konvensional yaitu pembentukan struktur masyarakatnya masih

berdasarkan garis keturunan dan umur. Pada akhirnya unsur-unsur kebudayaan baru

yang muncul menyebabkan perubahan-perubahan dan pergeseran dalam nilai-nilai

dan norma-norma serta pola hubungan sosial dalam masyarakat. Pengaruh-pengaruh

tersebut membawa perubahan dalam tingkat pendidikan, gaya hidup, dan pergaulan

masyarakat, serta stratifikasi dalam masyarakat.

57

Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlm. 299.

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

72

Masyarakat Desa Hanura sebagai pendatang mendapatkan banyak pengaruh

budaya dari daerah sekitar yang mayoritas bersuku Lampung Saibatin atau orang

Lampung yang mendiami daerah pesisir. Akulturasi budaya antara masyarakat asli

dengan kebudayaan Jawa yang dibawa oleh Anggota Trans-AD dalam prosesi

upacara pernikahan. Masyarakat Desa Hanura umumnya menggunakan Tradisi

pernikahan Jawa. Setiap masyarakat yang mengadakan acara pernikahan di

kediamannya, masih memasang tanda berupa Janur Kuning yang diletakan di pintu

masuk gang atau jalan sebagai tanda sedang dilaksanakannya upacara pernikahan.

Pemasangan tanda berupa Janur Kuning yang terbuat dari daun kelapa yang masih

muda merupakan kebiasaan orang Jawa. Upacara pernikahan antara orang Hurun

yang merupakan penduduk asli Lampung dengan orang Hanura dilaksanakan

mengikuti prosesi Adat Jawa, namun busana yang digunakan menggunakan pakaian

adat Lampung Saibatin.

Perubahan yang terjadi pada masyarakat Desa Hanura dan masyarakat yang

ada di Kecamatan Padang Cermin dipengaruhi oleh kebudayaan yang berasal dari

kota. Pengaruh-pengaruh tersebut masuk melalui interaksi antara masyarakat desa

yang bekerja di kota dan juga akses dari desa menuju kota yang semakin mudah.

Perubahan dalam pergaulan antar masyarakat nampak pada bahasa yang digunakan

sebagai sarana komunikasi. Sebagian besar masyarakat menggunakan Bahasa

Indonesia dalam melakukan interaksi di antara masyarakat. Bahasa Indonesia sering

digunakan di sekolah, instansi pemerintahan dan lapangan pekerjaan lain yang ada di

Desa Hanura, sehingga bahasa daerah Lampung dan Jawa semakin jarang digunakan.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

73

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang penting dalam proses

pembangunan daerah. Pendidikan menjadi landasan utama untuk mencapai sebuah

kemajuan. Pada dasarnya pendidikan adalah sumber daya terbesar bagi umat

manusia. Lewat pendidikan manusia dapat berpikir secara logis dan sistematis,

memiliki wawasan yang luas dan manjadi lebih kritis untuk menghadapi masalah-

masalah yang terjadi. Proses pendidikan dan sarana pendidikan yang ada di

masyarakat sangat erat kaitannya dengan tingkat pendapatan masyarakat tersebut.

Tinggi atau rendah tingkat pendidikan yang dicapai sangat dipengaruhi oleh tingkat

kesadaran masyarakat tentang pendidikan. Semakin tinggi tingkat kesadaran

masyarakat diiringi dengan peningkatan pendapatan dan tersedianya sarana-sarana

pendidikan, maka semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat tersebut.

Tingkat pendidikan di Kecamatan Padang Cermin masih sangat rendah

sebelum adanya Trans-AD Desa Hanura. Hal ini disebabkan sarana pendidikan yang

belum tercukupi, belum adanya fasilitas sekolah, akses ke sekolah yang belum

mendukung, pendapatan keluarga yang rendah, dan jarak tempuh ke sekolah cukup

jauh. Faktor tersebut mengakibatkan banyak anak-anak tidak bisa bersekolah dan

pada akhirnya memilih untuk bekerja menggarap lahan perkebunan milik keluarga.

Sekolah yang ada terletak di wilayah Kecamatan Padang Cermin, berjarak 8 Km dari

desa dan masih setingkat Sekolah Dasar. Jika masyarakat ingin melanjutkan

pendidikan ke jenjang selanjutnya, maka harus pergi kota dan mengeluarkan biaya

lebih banyak.

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

74

Kesadaran orang tua di Desa Hurun dan Sidodadi akan pentingnya

pendidikan, terutama bagi anak-anak mereka, masih tergolong rendah. Situasi ini

dialami oleh kebanyakan orang tua yang enggan untuk menyekolahkan anaknya

karena alasan pekerjaan. Masyarakat Kecamatan Padang Cermin lebih memilih

anaknya untuk langsung menjadi petani, daripada menyekolahkannya dan pada

akhirnya tetap menjadi petani.58

Proyek Trans-AD II Desa Hanura sejak awal pendirian pada tahun 1966

berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat yang ada di Desa Hanura dan desa lain

di sekitarnya. Pembangunan fasilitas-fasilitas yang ada di Desa Hanura berimbas pada

terbukanya lahan mata pencarian baru untuk menambah pendapatan. Pembangunan

sarana pendidikan berupa sekolah dan fasilitas jalan penghubung antar desa

memudahkan masyarakat untuk pergi ke sekolah utuk mendapatkan pendidikan

formal. Sekolah yang ada di Desa Hanura seluruhnya telah berstatus Negeri. Sekolah

Pendidikan Guru (SPG) berganti statusnya menjadi Sekolah Menengah Atas Negeri

Satu Padang Cermin (SMAN I Padang Cermin) pada tahun 1979. Sekolah-sekolah

yang ada di Desa Hanura menjadi sekolah pertama yang berstatus negeri di wilayah

Kecamatan Padang Cermin. Hal ini berpengaruh pada tingkat pendidikan masyarakat

baik yang ada di Desa Hanura maupun desa-desa lain yang ada di Kecamatan Padang

Cermin.

58

Wawancara dengan Sitompul (81 tahun, Staf Komando Pelaksana (Kolak)

Trans-AD II) tanggal 14 Maret 2016.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

75

Tabel 2. Jumlah Masyarakat Terdidik Desa Hanura

No. Jenis

Pendidikan

Jumlah

1980 1985 1988 1990

1 SD 700 725 730 730

2 SMP 300 309 320

3 SMA - 98 102 114

4 D 1 - D 3 2 5 10 25

(Sumber: Dokumen Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pesawaran)

Jumlah masyarakat terdidik Kabupaten Padang Cermin cenderung mengalami

peningkatan tiap tahun. Masyarakat terdidik mengalami peningkatan bersamaan

dengan perbaikan-perbaikan fasilitas pendidikan di Desa Hanura dan kesadaran

masyarakat sekitar tentang pentingnya pendidikan. Pandangan Masyarakat bahwa

semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, maka semakin mudah masyarakat

mendapatkan pekerjaan, terutama pekerjaan yang berstatus pegawai negeri. Tingkat

pendidikan mempengaruhi jumlah pendapatan dan status sosial yang diperoleh

masyarakat. Sampai tahun 1990 di Desa Hanura belum ada masyarakat yang

menempuh pendidikan sampai ke tingkat sarjana karena mayoritas memilih menjadi

pekerja di Kota Bandar Lampung. Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dihapuskan pada

tahun 1979 dan meluluskan 103 siswa. SPG diganti statusnya menjadi SMA dan baru

menerima siswa pada tahun 1985 untuk menyesuaikan kurikulum sengan sekolah-

sekolah yang ada di Kecamatan Padang Cermin.59

59 Wawancara dengan Sunarto (79 tahun, Pensiunan TNI AD Kodam

VIII/Brawijaya). Tanggal 20 Maret 2016.

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

76

Pendidikan merupakan proses belajar yang dilakukan secara sadar baik formal

maupun informal.60

Dalam hal ini masyarakat Padang Cermin, Khususnya Desa

Hanura mengalami peningkatan pendidikan tidak hanya dalam pendidikan formal.

Masyarakat mengalami peningkatan keterampilan, yaitu keterampilan dalam

pemanfaatan lahan dan membangun rumah. Keterampilan tersebut diperoleh dari

pengalaman-pengalaman saat pelaksanaan Proyek Trans-AD pada tahun 1966. Para

anggota Trans-AD diberikan pembekalan dan pengetahuan tentang kehidupan

bermasyarakat, membangun tempat tinggal, dan menggarap lahan, selain

keterampilannya sebagai pasukan pertahanan dan pengamanan.61

Tingkat pendidikan terus mengalami peningkatan setiap tahun. Siswa sekolah

mulai beragam berasal dari berbagai desa yang ada di Kecamatan Padang Cermin.

Peningkatan paling mencolok terjadi pada jumlah masyarakat yang menempuh

pendidikan sampai tingkat sarjana strata satu (S-1). Peningkatan terjadi karena

banyak lapangan pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja dengan jenjang

pendidikan sampai sarjana S-1. Para lulusan SMA yang tidak melanjutkan pendidikan

memilih untuk bekerja menjadi pekerja di sektor pertanian dan nonpertanian, salah

satunya menjadi karyawan toko di Pasar Hanura atau di Kota Tanjung Karang.

Stratifikasi sosial, pelapisan sosial, atau struktur sosial vertikal adalah

penggambaran kelompok-kelompok sosial dalam susunan hierarkis dan berjenjang.

60

Khairuddin H., Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Liberty, 1992),

hlm. 104. 61

Wawancara dengan Sitompul (81 tahun, Staf Komando Pelaksana (Kolak)

Trans-AD II) tanggal 14 Maret 2016.

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

77

Setiap kelompok masyarakat memiliki strata sosial, karena pada dasarnya kehidupan

manusia sangat dipengaruhi oleh nilai. Keberadaan nilai selalu mengandung

kelangkaan, tidak mudah didapat dan oleh karena itu, memberikan “harga” pada

penyandangnya. Masyarakat yang memperoleh lebih banyak “hal yang bernilai”

maka semakin tinggi dan terpandang kedudukannya.62

Di dalam masyarakat Desa Hanura terjadi suatu sistem pelapisan masyarakat.

Kelas-kelas sosial paling tinggi diduduki oleh masyarakat yang memiliki

kesejahteraan ekonomi dan mempunyai status sosial berdasarkan gelar dan jabatan-

jabatan yang disandang. Masyarakat yang termasuk dalam golongan ini terdiri atas

pegawai negeri, juragan, kepala desa, dan para perangkat desa lainnya, termasuk di

dalamnya para pemuka agama. Masyarakat yang dianggap berada pada lapisan sosial

rendah umumnya terdiri atas para petani penggarap, buruh tani, kuli pasar, pedagang

kecil di pasar dan masyarakat tunawisma.

Proyek Trans-AD II Desa Hanura jika dilihat dari perkembangannya telah

mampu memperbaiki kehidupan masyarakat terutama kehidupan masyarakat

transmigran sendiri. Sebuah penghargaan untuk masyarakat Trans-AD yang berhasil

memperbaiki kondisi ekonominya dan mendapatkan status sosial yang lebih tinggi

dari sebelumnya. Salah satu indikator keberhasilan tersebut dapat terlihat dari

keadaan tempat tinggal yang telah dimiliki. Rumah-rumah, pasar dan pertokoan, serta

sarana ibadah yang lengkap sudah dibangun secara permanen dilengkapi dengan

perabotan rumah yang lengkap dan modern. Masyarakat Desa Hanura telah berperan

62

Rahardjo, Op. Cit., hlm. 104.

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

78

memobilitas status sosialnya beserta masyarakat yang ada di Kecamatan Padang

Cermin ke tingkat yang lebih baik. Desa Hanura sudah memiliki tiga masjid,

sembilan musala, dan tiga gereja sebagai fasilitas untuk masyarakat melaksanakan

kegiatan beragama. Kondisi kedidupan yang lebih baik tersebut menjadi simbol status

sosial dalam masyarakat.

Desa Hanura mengalami bentuk stratifikasi sosial yang tebuka (Open Social

Stratification) yang berarti setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk

berusaha dengan kemampuannya sendiri untuk memperbaiki strata sosialnya. Hal ini

terjadi pada masyarakat Trans-AD dan masyarakat desa yang ada di sekitarnya.

Berdasarkan uraian diatas Desa Hanura memperlihatkan gerak sosial vertikal, artinya

pergerakan kehidupan sosial yang mengarah naik (Social Climbing) atau menunjukan

sebuah kemajuan.63

Perkembangan dan pertumbuhan juga terlihat dari lahirnya berbagai lembaga-

lembaga sosial sebagai penunjang kehidupan masyarakat desa. Lembaga sosial atau

yang disebut juga lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan daripada norma-

norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam

kehidupan masyarakat.64

Lembaga-lembaga yang ada di Desa Hanura berkembang

seiring dengan kebutuhan masyarakat akan fasilitas-fasilitas desa yang semakin

meningkat. PKK menjadi salah satu lembaga yang berkembang di Desa Hanura.

63

Soerjono Soekanto, Op. Cit., hlm. 226. 64

Ibid., hlm. 178.

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

79

Sejak awal pembentukannya di Desa Hanura, PKK berperan dalam pengelolaan

Taman Kanak-kanak, posyandu, dan KUD.

Desa Hanura merupakan daerah yang terdiri dari pantai, laguna, sawah dan

rawa, serta pegunungan. Di sepanjang pantai terdapat tambak-tambak udang yang

aktif 6,5 Ha dan yang tidak aktif 34 Ha, bila dibandingkan dengan desa lain yang

memiliki karakteristik lingkungan sama (daerah pantai, tambak udang, laguna, dan

rawa), tingkat kejadian penyakit malaria lebih tinggi kejadiannya di Desa Hanura.

pengelolaan lingkungan yang kurang baik sangat berpotensial menjadi tempat

perindukan nyamuk malaria. Tambak udang yang sudah tidak aktif dibiarkan begitu

saja karena sudah tidak produktif lagi, menyebabkan masyarakat beralih mata

pencarian. Puskesmas Hanura berperan aktif dalam pengawasan kesehata masyarakat

desa. Pada tahun 1981 di Puskesmas Hanura terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)

dengan penderita malaria klinis 67 jiwa dan penderita malaria positif berjumlah 14

jiwa serta kematian 7 jiwa. Penyakit malaria juga menyebar ke desa lain yang ada di

sekitar desa hanura, tercatat oleh Puskesmas Hanura Desa Sukajaya dengan penderita

malaria klinis 462 jiwa dan malaria positif berjumlah 243 jiwa, Desa Hurun dengan

penderita malaria klinis 626 jiwa dan penderita malaria positif berjumlah 274 jiwa.65

Puskesmas Hanura tetap melakukan pemerikasaan dan pendataan rutin tiap tahun

terhadap masyarakat Kecamatan Padang Cermin, khususnya Desa Hanura.

65

Mardiana dan Dwi Fibrianto, ”Hubungan Karakteristik Lingkungan Luar

Rumah Dengan Kejadian Penyakit Malaria”, Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 5

(1), (Semarang: Kemas, 2009), hlm. 12.

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

80

B. Dampak Pertumbuhan Desa Hanura Terhadap Aspek Ekonomi Masyarakat

Kecamatan Padang Cermin

Latar belakang dilaksanakannya transmigrasi adalah untuk meratakan jumlah

penduduk dan melakukan pembangunan di wilayah-wilayah yang potensial namun

belum tergarap secara maksimal, bertujuan untuk meningkatkan kesejahtaraan sosial

dan ekonomi masyarakat. Proyek Transmigrasi Angkatan Darat II Desa Hanura

dalam proses pembangunannya berdampak pada terjadinya perubahan pada

masyarakat desa yang ada di sekitarnya, salah satunya perubahan pada tingkat

kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dengan demikian Trans-AD II telah membawa

pengaruh positif untuk masyarakat yang ada di dalam dan di luar Desa Hanura.

Kehadiran dan perkembangan Desa Proyek Trans-AD II Hanura mampu

membawa perubahan-perubahan di bidang ekonomi kearah yang lebih baik. Hal ini

terjadi pada peningkatan pendapatan masyarakat perkapita. Masyarakat dengan

mudah melakukan kegiatan ekonomi dari Desa Hanura menuju kota Tanjung Karang,

karena adanya pembangunan akses jalan yang semakin mendukung sarana

transportasi untuk mendistribusikan barang dan hasil pertanian.

Kemajuan teknologi yang semakin maju dan diikuti oleh kemajuan alat

transportasi yang semakin memudahkan kegiatan-kegatan masyarakat. Masyarakat

desa Hanura dapat menjangkau daerah lain dengan mudah dan cepat. Alat

transportasi roda dua dan empat menuju desa di pesisir barat semakin bertambah

seiring berjalannya waktu. Sarana transportasi Angkutan Kota atau yang disebut

Angkot oleh masyarakat pada umumnya yaitu berupa mobil colt/minibus yang

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

81

beroprasi melewati jalan-jalan desa yang ada di Kecamatan Teluk Pandan. Meskipun

jumlahnya masih sedikit, angkot sangat membantu masyarakat untuk bepergian. Jasa

angkutan untuk mengangkat barang-barang dagangan menuju Pasar Desa Hanura

juga ikut tersedia, yaitu mobil pick up, namun pada bagian bak yang sudah tertutup

menggunakan terpal agar terhindar dari air saat hujan dan dilengkapi dengan tempat

duduk memanjang seadanya.66

Pasar Hanura menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat yang ada di

Kecamatan Padang Cermin terutama Desa Hanura, Sidodadi dan Hurun. Pasar

Hanura sejak difungsikan tahun 1971, menjadi jalan pembuka banyak lapangan

pekerjaan baru seperti, menjadi pedagang, penjaga kios, karyawan toko, kuli, ojek,

dan petugas kebersihan pasar. Penduduk yang ada di Kecamatan Padang Cermin

tidak perlu lagi membawa jauh-jauh barang dagangannya menuju kota Tanjung

Karang untuk dijual. Hasil bumi berupa hasil laut dan pertanian dijual di Pasar

Hanura guna memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Pasar Hanura memiliki 30

kios dan 3 tempat makan. Selain itu, Pasar Hanura juga menjadi salah satu faktor

munculnya urbanisasi di Desa Hanura yang menyebabkan sedikit perubahan pada

gaya hidup masyarakat. Memenuhi kebutuhan dan meningkatkan daya beli agar dapat

hidup dengan layak merupakan keinginan setiap masyarakat. Daya beli masyarakat

dapat ditentukan oleh besar pendapatan yang diperoleh dari usaha-usaha yang

66

Wawancara dengan Supano (46 tahun, Pemilik Toko Kelontongan di Pasar

Hanura), Tanggal 15 Juni 2016.

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

82

dilakukan di segala bidang. Semakin tinggi daya beli berarti tinggi pula pendapatan

yang diperoleh masyarakat, begitupun sebaliknya.

Kemampuan daya beli masyarakat Padang Cermin mengalami perubahan

akibat meningkatnya tingkat pendapatan, khususnya Desa Hanura. Daya beli

masyarakat meningkat terhadap barang-barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

terutama pada kebutuhan pokok. Hal ini dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat

yang semakin meningkat. Hasil pertanian sudah sepenuhnya dimanfaatkan untuk

dijual di pasar. Sebelum terjadinya peningkatan pendapatan, masyarakat

memanfaatkan hasil pertanian berupa bahan pokok untuk dikonsumsi sehari-hari.

Keadaan ekonomi masyarakat yang semakin membaik di tunjukan oleh

keadaan rumah-rumah milik penduduk Desa Hanura dan desa-desa lain di sekitarnya

yang semakin baik dan jumlahnya semakin banyak. Rumah-rumah yang pada

awalnya dibangun dengan menggunakan kayu seadanya, berubah menjadi bangunan

permanen yang kokoh. Rumah-rumah sudah memiliki saluran sanitasi yang cukup

baik dan dilengkapi dengan perabotan-perabotan yang modern.

Tabel 4. Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Hanura tahun 1980

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

83

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Pensiunan 117

2 PNS Bukan Guru 342

3 TNI-POLRI 111

4 Petani 467

5 Buruh 304

6 Pegawai Swasta 158

7 Guru 127

Jumlah 1.626

(Sumber: Dokumen Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pesawaran tahun 1980)

Pendapatan perkapita mengalami perubahan dan mempengaruhi keadaan

ekonomi masyarakat. Hal ini disebebkan oleh mata pencarian yang bergeser ke sektor

nonpertanian. Masyarakat memilih bekerja menjadi pegawai negeri sebagai Perangkat

Desa, PNS, Guru, dan POLRI karena mendapatkan pendapatan berupa gaji dan

tunjangan-tunjangan lain setiap bulannya. Mereka tidak perlu lagi menggarap sawah

dan perkebunan. Lahan sawah dan perkebunan diserahkan pengerjaannya kepada para

buruh tani yang berasal dari golongan masyarakat kurang mampu yang ada di

kecamatan Padang Cermin. Masyarakat TNI jumlahnya sedikit mengalami penurunan

karena beberapa orang sudah pindah dari desa dan sebagian sudah meninggal. Para

anak-anak dari Trans-AD mayoritas bekerja sebagai guru.

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

84

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Transmigrasi yang dilaksanakan oleh Angkatan Darat (AD) merupakan

gagasan Jenderal Ahmad Yani, Menteri Panglima AD. Transmigrasi digagas sebagai

bentuk perwujudan pondasi prajurit TNI Angkatan Darat (TNI-AD) dalam memasuki

dunia poitik, membangun citra di masyarakat dengan menggunakan asas demokrasi

yaitu, dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat, dan kembali ke rakyat, kemudian

mengemasnya dalam perwujudan dari pola Pertahanan dan Keamanan Rakyat

Semesta (HANKAMRATA). Gagasan tersebut memiliki tujuan lain untuk anggota

TNI-AD sendiri yaitu, memberikan peluang kesejahteraan bagi anggota TNI-AD

beserta keluarganya setelah memasuki Usia Bebas Tugas (UBT) dan pensiun, sebagai

bentuk peremajaan di lingkungan TNI-AD yaitu memindahkan anggota yang telah

berganti pangkat dan habis masa tinggalnya dalam asrama untuk kemudian diganti

dengan anggota lain yang memiliki hak untuk asrama. Melalui segala kemampuan

dana dan daya yang dimiliki Angkatan Darat, lahirlah Proyek Transmigrasi Angkatan

Darat (Trans-AD).

Program transmigrasi sebagai bentuk kegiatan migrasi atau perpindahan

penduduk, dalam pelaksanaannya tidak dapat dilepaskan dari fakor-faktor yang

mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor pendorong (Push Factor)

dan faktor penarik (Pull Factor). Tanggapan lembaga atau masyarakat terhadap

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

85

faktor-faktor tersebut yang kemudian mempengaruhi keputusan untuk melakukan

migrasi. Faktor pendorong dan penarik pelaksanaan Proyek Trans-AD II Hanura di

lampung berhubungan dengan beberapa kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik Negara

Indonesia pada masa itu.

Transmigrasi Angkatan Darat II (Trans-AD II) Hanura merupakan Proyek

Transmigrasi Angkatan Darat yang ke-dua di Provinsi Lampung setelah Proyek

Transmigrasi Angkatan Darat pertama di Poncowati, Kecamatan Terbanggi Besar,

Kabupaten Lampung Tengah, tahun 1964. Proyek ini dibuka secara resmi oleh Mayor

Jenderal Alamsyah Ratu Prawira Negara selaku Assisten VII KASAD mewakili

Pimpinan Angkatan Darat pada tanggal 17 September 1966. Kemudian proyek ini

diberi nama Hanura yang merupakan kepanjangan dari “Hati Nurani Rakyat”.

Proyek Trans-AD II Hanura dibuka pada tanggal 17 September 1966, dengan

pemberangkatan keluarga transmigran yang dituntaskan pada Bulan April 1967.

Lokasi Proyek berada di titik antara Km 12 dan Km 14 Jalan Raya Teluk Betung–

Padang Cermin dengan luas Proyek 600 Ha. Anggota Trans-AD II Hanura berjumlah

157 kepala keluarga yang berasal dari enam Kodam berbeda yang terdiri atas

Departemen Pertahanan Pusat empat kepala keluarga, Kodam Sriwijaya 12 kepala

keluarga, Kodam Siliwangi 14 kepala keluarga, Kodam Diponegoro 86 kepala

keluarga, Kodam Brawijaya 32 kepala keluarga, dan veteran sembilan kepala

keluarga.

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

86

Pada tanggal 27 Desember 1978 seluruh Proyek Transmigrasi Angkatan Darat

di Propinsi Lampung (6 Proyek Transmigrasi) yaitu, Poncowati, Hanura, Purnama

Tungal, Bandar Agung, Bandar Sakti, dan Tanjung Anom diserahkan pengelolaanya

kepada Pemerintah Daerah Propinsi Lampung. Proyek Trans-AD II Hanura kemudian

diserahkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, dibawah pembinaan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan, dengan status Desa Swadaya. Semenjak

diberlakukannya pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung

Selatan, maka penyelenggaraan Pemerintah Desa mengacu pada Undang-Undang

No.5 tahun 1979, oleh karena itu suksesi kepemimpinan desa segera dipersiapkan

sesuai dengan UU yang berlaku.

Fasilitas Proyek Trans-AD II Hanura menyediakan pendidikan tingkat SD,

SMP dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yaitu, sekolah setingkat SMA di Desa

Hanura yang kala itu telah berstatus negeri. Lembaga Perekonomian yang disediakan

di Desa Hanura adalah Koperasi Unit Desa (KUD) yang berbadan Hukum dan Pasar

Hanura. Pembinaan agama sebagai bentuk kebhinekaan pada Proyek Trans-AD II

Hanura disediakan sarana dan prasarana tempat ibadah. Fasilitas yang dibangun

berdampak pada kehidupan masyarakat yang ada disekitar Desa Hanura dan

mengakibatkan banyak perubahan-perubahan di Kecamatan Padang Cermin.

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

87

DAFTAR PUSTAKA

A. Arsip

Laporan komando Daerah Militer IV/Sriwijaya kepada Komando Resor Militer 043

Garuda Hitam tentang Proyek Transmigrasi Angkatan Darat II Hanura.

Arsip surat Departemen Pertahanan Keamanan Markas Besar Tentara Nasional

Indonesia. Surat Perintah No: SPRIN-560/V/1978. Tentang perintah persiapan

penyerahan daerah Proyek Transmigrasi Angkatan Darat kepada Pemerintah

Daerah Provinsi Lampung.

Arsip Surat Telgram dari kasad Departemen Pertahanan Keamanan Markas Besar

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, dari KASAD kepada

PANGDAM IV/Sriwijaya dan KA DISLURJA TNI AD tentang penyerahan

proyek Trans-AD di Lampung.

Surat Perintah Nomer. SPRIN.2549/XII/1978. Kepada DANREM 043/ Garuda Hitam

tentang persiapan acara serah terima 6 proyek Trans-AD.

Arsip Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya dan Komando Resor Militer 043 Garuda

Hitam, Laporan singkat perkembangan dan permasalahan Proyek Desa

Transmigrasi Angkatan Darat di Lampung.

Arsip Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya dan Komando Resor Militer 043 Garuda

Hitam, Sejarah Singkat Proyek-proyek Transmigrasi Angkatan Darat (Trans-

AD) di Daerah Lampung.

Arsip Komando Pelaksana Transmigrasi Angkatan Darat Korem 043 Garuda Hitam,

Salinan Notulen Hasil Rapat Antara Kepala Kampung Hurun, Trans-AD dan

Pejabat Kabupaten Lampung Selatan, Tanggal 26 Juli 1966.

Arsip Komando Pelaksana I Kementrian Angkatan Darat Korem 043 Garuda Hitam,

salinan notulen musyawarah dengan Rakyat Hurun, tanggal 1 Agustus 1966.

Arsip Dinas Transmigrasi Angkatan Darat Komando Pelaksana I Korem 043 Garuda

Hitam, Notulen Sidang Segi Tiga Antara Rakyat kampong Hurun, Pemerintah,

Kabupaten Lampung Selatan dan Trans-AD, tanggal 2 Agustus 1966.

Arsip Salinan Keputusan Rapat Segi Tiga Antara Wakil Rakyat Kampung Hurun

dengan Pihak Pamong Praja dan Pihak Trans-AD sebagai sambungan Rapat

Umum di Kampung Hurun, tanggal 12 Agustus 1966.

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

88

Arsip Berita Acara Peninjauan Kembali Ganti Rugi Harga-Harga Tanam Tumbuh

Milik Rakyat Hurun, Tanggal 6 Juli 1968.

Arsip Laporan Pelaksanaan Pembayaran Ganti Rugi Tanah dan Tanam Tumbuh Pada

Proyek II Trans-AD Hanura, tanggal 15 November 1971.

Arsip Salinan Hasil/Kesimpulan Musyawarah Antara Trans-AD dengan Rakyat

Kampung Hurun Tentang Penyelesaian Ganti Rugi Tanah dan Tanam

Tumbuh yang Terkena Proyek Trans-AD Hanura, tanggal 1 September 1971.

Arsip Berita Acara Pembayaran Kekurangan Ganti Rugi Hanura, tanggal 4 November

1971.

Daftar nama-nama Anggota Transmigrasi Proyek Desa Hanura.

Daftar Kekuatan Transmigrasi Proyek Hanura.

Peta Perumahan Proyek Transmigrasi Angkatan Darat II Hanura, skala 1:10.000,

direncanakan oleh Staf BABINTRANSJAWA, digambar oleh Toekidjo.

1979.

Foto kepala Desa Hanura Pertama.

Foto-foto Infrastruktur Desa Hanura.

B. Buku

Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana

Ilmu.

Perlmutter, Amos. 1984. Militer dan Politik. Jakarta: Rajawali Press.

Eddy Budiarso. 2000. Menentang Tirani, Aksi Mahasiswa 77/78. Jakarta: Grasindo.

Lee, Everett S. 1976. Suatu Teori Migrasi. Yogyakarta: PPK UGM.

Joan Harjono. 1982. Transmigrasi dari kolonisasi sampai swakarsa. Jakarta: PT

Gramedia.

Sartono Kartodirdjo. 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia,

Suatu Alternatif. Jakarta: PT Gramedia.

Page 89: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

89

________________. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Khairuddin H,. 1992. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Liberty.

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: PT

Gramedia.

______________. 1979. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

______________. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gajah Mada

Press.

Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusanto,

Jakarta: UI Press.

Maasih, Louis. 1981. Dunia Pedesaan: Pendidikan dan Perkembangannya. Jakarta:

Gunung Agung.

Pour, Julius. 2010. Gerakan 30 September, Pelaku, Pahlawan, dan Petualang.

Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Rahardjo. 2010. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gajah

Mada Press.

Budi Santoso. 2000. Ketahanan Nasional Indonesia, Penangkal Disintegrasi Bangsa

dan negara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Entang Sastraatmadja. 1987. Dampak Sosial Pembangunan.Bandung: ANGKASA.

Soebijono, dkk. 1992. Dwifungsi ABRI, Perkembangan dan Perannya Dalam

Kehidupan Politik di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.

Soerjono Soekanto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Sri Edi Swasono dan Masri Singarimbun. 1985. sepuluh windu transmigrasi di

Indonesia 1905-1985. Jakarta: universitas Indonesia Press.

___________________________________. 1985. Transmigrasi di Indonesia 1905-

1985. Jakarta: UI Press.

Tim Penulis Naskah Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Derah. 1981.

Sejarah Daerah Lampung. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaaan.

Page 90: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512047_bab1.pdf · dengan mengambil alih Komando Angkatan Darat yang ditinggalkan oleh ... Seoeharto

90

C. Skripsi dan Hasil Penelitian

Drajad Sujatmiko. 2012. Penguasaan Tanah Taman Nasional Baluran Oleh

Transmigrasi Lokal (Translok) TNI Angkatan Darat di Desa Wonorejo,

Kabupaten Situbondo. Skripsi Program studi Ilmu Sejarah FIB UNS.

(Surakarta: Koleksi Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UNS).

Yunar Kurniadi E.S. 2004. Migrasi Penduduk Desa Sambirejo Wonogiri Ke Jakarta

Dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Masyarakat Tahun 1980-2000 (Studi

Sejarah Sosial Ekonomi). Skripsi Program studi Ilmu Sejarah FIB UNS.

(Surakarta: Koleksi Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UNS).

Mardiana dan Dwi Fibrianto, 2009, ”Hubungan Karakteristik Lingkungan Luar

Rumah Dengan Kejadian Penyakit Malaria”, Jurnal Kesehatan Masyarakat

Volume 5 (1), Semarang: Kemas.