BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf ·...

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang obyeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993: 8). Sastra merupakan gambaran nyata sebuah kehidupan tentang perjalanan manusia dengan berbagai problematika yang menyelimutinya. Sastra bermanfaat karena di dalamnya terkandung gagasan-gagasan yang berupa ajaran, petuah-petuah, dan pengetahuan. Karya sastra penuh dengan serangkaian makna dan fungsi (Endraswara, 2011:7). Penciptaan karya sastra bagi seorang pengarang tentu mengedepankan estetik, keaslian, keutuhan, dan ungkapan. Hal ini penting karena karya sastra tidak hanya dinikmati pengarangnya tetapi juga untuk dipahami, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat pembancanya (Damono, 1984:1). Sastra merupakan hasil ekspresi manusia yang indah, sama kedudukannya dengan seni, dan diciptakan untuk dinikmati penikmatnya. Pengertian sastra dalam kasus istilah sastra disebutkan bahwa karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorsinilan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Sudjiman, 1990:68). Karya sastra mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan erat yaitu pengarang, pembaca, dan masyarakat penikmatnya. Pengarang merupakan bagian 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang

obyeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai

mediumnya (Semi, 1993: 8). Sastra merupakan gambaran nyata sebuah kehidupan

tentang perjalanan manusia dengan berbagai problematika yang menyelimutinya.

Sastra bermanfaat karena di dalamnya terkandung gagasan-gagasan yang berupa

ajaran, petuah-petuah, dan pengetahuan. Karya sastra penuh dengan serangkaian

makna dan fungsi (Endraswara, 2011:7).

Penciptaan karya sastra bagi seorang pengarang tentu mengedepankan estetik,

keaslian, keutuhan, dan ungkapan. Hal ini penting karena karya sastra tidak hanya

dinikmati pengarangnya tetapi juga untuk dipahami, dihayati, dan dimanfaatkan oleh

masyarakat pembancanya (Damono, 1984:1). Sastra merupakan hasil ekspresi

manusia yang indah, sama kedudukannya dengan seni, dan diciptakan untuk

dinikmati penikmatnya. Pengertian sastra dalam kasus istilah sastra disebutkan bahwa

karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorsinilan,

keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Sudjiman, 1990:68).

Karya sastra mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan erat yaitu

pengarang, pembaca, dan masyarakat penikmatnya. Pengarang merupakan bagian

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

2

dari masyarakat yang menciptakan karya sastra dan inspirasi dari kehidupan

masyarakat, sehingga karya sastra terlahir terinpirasi dari masyarakat (Sayuti,

2000:126). Arti dari sebuah karya sastra ditentukan oleh maksud si pengarang

(Sugihastuti, 2011:13).

Karya sastra di Indonesia khususnya sastra Jawa telah banyak mengalami

perkembangan pesat, mulai dari sastra Jawa Kuna sampai karya sastra Jawa Baru

yang ditulis oleh pujangga. Karya sastra masa kini dinamakan karya sastra modern.

Munculnya karya sastra tersebut, terutama karya sastra modern tidak lepas dari

pengarang. Bahasa sastra adalah ciptaan pengarang, digali melalui aspek emosional

terdalam, sehingga gaya bahasa karya sastra tersebut tidak bisa dipisahkan oleh

pengarangnya.

Karya sastra Jawa tidak hanya terdiri dari karya tulis tetapi ada pula karya

lisan. Sastra lisan merupakan bentuk sastra yang penyebarannya melalui lisan atau

mulut ke mulut secara turun temurun. Sastra lisan contohnya foklor yang terdiri dari

dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang

menggunakan tulisan sehingga berbentuk teks yang dikemas dalam lembaran-

lembaran, episode, bab maupun buku. Karya sastra tulis dapat berupa cerpen, novel,

puisi, cerbung dan lain sebagainya yang merupakan suatu karya fiksi. Fungsi karya

sastra dibuat adalah untuk merefleksikan ide, gagasan dan pesan-pesan sosial yang

ingin di sampaikan pengarang melalui karya sastra tersebut.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

3

Cerita sambung atau disingkat cerbung merupakan bagian dari karya sastra

berbentuk prosa. Cerbung sesuai dengan namanya, merupakan cerita atau karangan

yang dimuat dalam sebuah majalah atau media lain secara bersambung atau

berkelanjutan, yang biasanya disebut seri. Cerbung dengan bahasa Jawa merupakan

hasil karya pengarang Jawa Modern dan menjadi genre sastra dalam khasanah

kesusastraan Jawa baru (Hutomo, 1975:5). Cerbung merupakan salah satu bentuk

cerita rekaan yang menggambarkan kehidupan nyata yang diceritakan secara jelas

dan penuh dengan lika-liku konflik ceritanya.

Cerbung umumnya mengangkat permasalahan dalam kehidupan pengarang itu

sendiri, individu satu dengan yang lain, dan individu dengan masyarakat. Secara garis

besar persoalan hidup dan kehidupan manusia dapat dibedakan ke dalam persoalan

manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dalam lingkungan

sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan Tuhan (Nurgiyantoro,

2012:323-324). Pengertian kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antar

masyarakat dengan orang-orang, antar manusia dan antar peristiwa yang terjadi dalam

batin seseorang merupakan pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau

masyarakat (Damono, 1984:1).

Salah satu cerbung berbahasa Jawa adalah Mulih Ndesa. Cerbung dengan

judul Mulih Ndesa ini merupakan refleksi pengarang terhadap kehidupan dan

lingkungan masyarakat saat ini. Cerbung ini karya salah satu sastrawan jawa yang

terkenal yaitu Suryadi WS. Cerbung ini terdiri dari 26 episode yang dimuat

bersambung di majalah Panjebar Semangat edisi 27 yaitu 4 Juli 2015 sampai edisi 52

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

4

pada 26 Desember 2015. Rubrik dalam cerbung ini dimuat sebanyak tiga halaman.

Setiap episode dilengkapi dengan gambar ilustrasi yang menunjukkan sebuah adegan

tertentu, sehingga pembaca lebih mudah memahami jalannya cerita.

Cerbung Mulih Ndesa ini akan digunakan peneliti sebagai obyek kajian

penelitian atas alasan sebagai berikut: Berdasarkan tinjauan dari segi pengarang,

Suryadi WS yang memiliki nama lengkap Drs. H. Suryadi Warnasukardja ini

merupakan salah satu sastrawan jawa senior yang sangat produktif. Terbukti dari

keaktifan beliau menulis pada tahun 1971 hingga sekarang. Banyak sekali hasil dari

karya sastra beliau yang dimuat di Majalah Panjebar Semangat dan Jaya Baya.

Karya-karya yang beliau ciptakan beragam bentuknya, seperti novel, cerkak,

cerbung, naskah drama, dan dalam bentuk artikel. Novel karya beliau berjudul

Penganten tahun 1980, Pusaka tahun1988, sintru Oh Sintru tahun 1993, Karya beliau

dalam bentuk cerkak hingga saat ini sudah sekitar 300-an diantaranya berjudul Anak

Lanang pada tahun 1982, Laire Jabang Bayi tahun 1982. Karya beliau berupa cerita

bersambung antara lain berjudul Pusaka diterbitkan Jaya Baya tahun 1988, Kinosek

ing Lindhu, diterbitkan Jaya Baya tahun 2009, Sing Kendhang lan sing Ngandhang

diterbitkan Panjebar Semangat tahun 2008 dan masih banyak lagi karya-karya beliau

baik berupa naskah drama dan dalam bentuk artikel.

Karya-karya yang telah diciptakan beliau menempatkan beliau menjadi salah

satu bagian dalam jajaran pengarang sastra Jawa yang masih aktif dan produktif.

Hasil karya beliau mampu memberikan inspirasi bagi para pembacanya, sehingga

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

5

karya-karya sastranya tidak hanya sebagai hiburan semata tetapi juga dapat

memberikan manfaat dalam kehidupan.

Berdasarkan isinya, cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS ini menceritakan

tentang perjuangan hidup tokoh Sekarwangi sebagai tokoh utama. Perjuanganya demi

meraih cita-cita dan impiannya untuk meningkatkan taraf hidup. Problem sosial selalu

muncul dalam kehidupan masyarakat. Begitu juga problem sosial yang muncul dalam

cerbung Mulih Ndesa.

Tokoh Sekarwangi sebagai tokoh utama menjadi satu-satunya tulang

punggung bagi keluarga. Seorang gadis yang hidup di desa dengan kehidupan yang

sangat sederhana. Cita-citanya untuk memiliki rumah makan membawanya pergi ke

kota besar untuk mencari modal. Bersama temannya Marsanti, ia bertekad merantau

ke Jakarta untuk bekerja dan berharap uang hasil upahnya ia kumpulkan untuk modal.

Setibanya di Jakarta kedua nasib wanita ini berbeda. Sekarwangi bekerja sebagai

pembantu dan temannya Marsanti, ia lebih memilih mencari uang dengan cara yang

haram yaitu memilih menjadi simpanan seorang laki-laki tua yang kaya. Mereka

berdua pun hidup dengan jalan hidup masing-masing.

Perjuangan dapat diartikan sebagai proses naik dan turunnya suatu usaha

seseorang dalam meraih keberhasilam atau kesusksesan dalam hidupnya. Bentuk

perjuangan beraneka ragam, ada perjuagan hidup, perjuangan cinta, perjuangan

meraih cita-cita, perjuangan meraih kemerdekaan, tetapi perjuangan juga dapat

dilakukam dengan menyelesaikan berbagai persoalan yang timbul. Seperti halnya

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

6

tokoh Sekarwangi dalam cerbung Mulih Ndesa. Setiap orang akan melakukan usaha

yang keras agar mampu mewujudkan apa yang menjadi keinginan dan cita-citanya.

Seperti halnya yang dilakukan Sekarwangi, ia membulatkan tekad untuk bekerja

sebagai pembantu rumah tangga yang upahnya ingin ia gunakan untuk modal

usahanya di kampung.

Perjuangan Sekarwangi sebagai tokoh utama sangatlah tidak mudah. Ia

mengalami banyak sekali masalah dalam hidupnya. Ia difitnah oleh majikannya

karena ia mengetahui bahwa majikannya melakukan tindak korupsi yang merugikan

negara. Karena majikannya tak ingin ketahuan, Sekarwangi diusir dengan cara

difitnah. Segala hinaanpun ia terima sampai akhirnya ia merasa bahwa Jakarta adalah

tempat yang tidak cocok baginya.

Waktu tiga tahun dirasanya sudah cukup untuk mencari modal dan diapun

memutuskan untuk Mulih Ndesa yaitu mulih yang artinya kembali atau pulang dan

ndesa yang berarti desa. Mulih Ndesa yang dimaksud dalam cerbung ini adalah

kembalinya Sekarwangi ke kampung halaman setelah ia berkerja keras dan

mendapatkan modal. kembali ke desa untuk membuka usaha warung makannya.

Berkat doa dan perjuangan usaha yang keras, impiannya pun terwujud. Ia berhasil

mendirikan warung makan yang besar di desanya.

Cerbung Mulih Ndesa menyajikan permasalahan tentang problematika

kehidupan manusia. Perjuangan yang dihadapi oleh Sekarwangi sebagai tokoh utama

mengalami perkembangan dan pengaruh terhadap aspek sosialnya. Konflik yang

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

7

terjadi dalam cerbung relevan dengan kehidupan sosial masyarakat sekarang. Dari

uraian di atas cerbung Mulih Ndesa dapat dilihat dari segi sosiologi, karena karya

sastra tersebut menampilkan kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat.

Pendekatan sosiologi sastra itu sendiri merupakan pendekatan yang menangkap karya

sastra sebagai bentuk pencerminan kehidupan masyarakat (Endraswara, 2011:77).

Maksudnya kehidupan sosial masyarakat menjadi pemicu lahirnya karya sastra.

Pengarang melalui karya sastra berharap agar pembaca dapat memahami gagasan

pengarang melalui tema maupun amanat dalam karya sastra tersebut.

Penelitian cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS akan diteliti menggunakan

pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra diklasifikasikan menjadi 3 komponen,

yaitu sosiologi pengarang sebagai penghasil karya sastra yang menyangkut

pendidikan, ideologi, status sosial dan sebagainya yang berkaitan dengan pengarang.

Kedua, yaitu sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri,

dan yang ketiga adalah sosilogi yang berkaitan dengan pembaca atau masyarakat

pengaruh sosial karya sastra. Sosiologi sastra adalah sebuah pendekatan yang

mengandung gejala-gejala sosial yang ada didalam masyarakat dari suatu karya

sastra.

Penelitian yang terkait dengan obyek penelitian ini yaitu skripsi yang berjudul

Masalah – Masalah Sosial dalam Cerbung Dalane isih Peteng Karya Sartono

Kusumaningrat (Tinjauan Sosiologi Sastra) oleh Setiyo Choirudin, Problem sosial

dalam cerbung Rajapati Ing Pereng Wilis karya Kukuh S. Wibowo(Tinjauan

Sosiologi Sastra) oleh Suryono, Ajaran Moral dalam Cerita Bersambung Enting-

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

8

Enting Karya Soetarno (Tinjauan Sosiologi Sastra) oleh Alfian Shidiq Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2014.

Penelitian cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS penting diteliti atas dasar:

pertama, dari segi pengarang, Suryadi WS merupakan pengarang yang aktif dan

produktif hingga sekarang terbukti dengan banyaknya karya sastra yang beliau

ciptakan. Kedua, cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS ini belum pernah dijadikan

obyek penelitian sebelumnya, baik dari segi isi maupun bentuk. Cerbung ini menarik

untuk dijadikan obyek penelitian ditinjau dari aspek sosiologi sastra, karena banyak

menggambarkan tentang permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat.

Beranjak dari pemaparan diatas maka dalam penelitian ini mengambil judul

“Potret Perjuangan Hidup Tokoh Sekarwangi dalam cerbung Mulih Ndesa

Karya Suryadi WS. (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra)”.

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni

manfaat praktis dan teoritis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberi kontribusi memperkaya ilmu

pengetahuan dan wawasan segi struktural dan memperkaya khasanah pengetahuan

sastra khususnya sosiologi sastra terkait aspek sosiologi yang terdapat dalam cerbung

Mulih Ndesa karya Suryadi WS.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

9

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan memberi manfaat kepada

masyarakat pembaca sebagai pengetahuan dalam memahami struktur cerbung

Mulih Ndesa yang berupa fakta cerita (alur, karakter, latar) tema, serta sarana

sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi). Serta

dapat memberi kontribusi kepada pembaca terkait dengan permasalahan sosial

dan memahami perjuangan hidup seorang wanita.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini berasal dari cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS.

Masalah masalah yang ada dirumuskan sebagai masalah yang akan dibahas secara

detail. Perumusan masalah ini bertujuan agar penelitian yang dilakukan terfokus pada

masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah unsur struktural dalam cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi

WS. menurut teori Robert Stanton yang berupa fakta cerita ( alur,

karakter, latar) tema, serta sarana sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya

dan tone, simbolisme, dan ironi)?

2. Bagaimanakah potret perjuangan hidup tokoh Sekarwangi dalam cerbung

Mulih Ndesa karya Suryadi WS.?

3. Bagaimanakah kondisi sosial masyarakat yang terdapat dalam cerbung

Mulih Ndesa karya Suryadi WS.?

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

10

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian terhadap cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS dapat

diperoleh dari rumusan masalah yang sudah ditulis diatas. Maka tujuan penelitiannya

adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan unsur struktural dalam cerbung Mulih Ndesa karya

Suryadi WS. menurut teori Robert Stanton yang berupa fakta cerita ( alur,

karakter, latar) tema, serta sarana sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya

dan tone, simbolisme, dan ironi).

2. Mendeskripsikan potret perjuangan tokoh Sekarwangi dalam cerbung

Mulih Ndesa karya Suryadi WS.

3. Mendeskripsikan kondisi sosial masyarakat yang terdapat dalam cerbung

Mulih Ndesa karya Suryadi WS.

D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan mengarahkan pada pokok persoalan agar tidak

meluas dari apa yang yang seharusnya dibicarakan, sehingga penelitian ini menjadi

jelas dan terarah. Penelitian terhadap cerbung yang berjudul Mulih Ndesa karya

Suryadi WS. dianalisis menggunakan pendekatan struktural menurut teori Robert

Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita ( alur, karakter, latar) tema, serta sarana

sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi). Langkah

selanjutnya menganalisis sosiologi sastra, dalam penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan potret perjuangan tokoh Sekarwangi dalam cerbung Mulih Ndesa

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

11

karya Suryadi WS. dan menganalisis kondisi sosial masyarakat yang terdapat dalam

cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS .

E. Landasan Teori

Karya sastra adalah fenomena yang komplek dan dalam (Endraswara,

2011:8). Karya sastra semakin digali semakin banyak makna dan problem yang

terkandung didalamnya. Maka dari itu sebagai parameternya sebuah karya sastra

membutuhkan suatu teori. Teori yang mampu menganalisis dan mengungkapkan

masalah yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Penelitian cerbung Mulih Ndesa

karya Suryadi WS ini membutuhkan teori yang digunakan terkait dengan masalah

yang akan dibahas. Teori yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Pengertian Cerita Bersambung

Cerbung merupakan awal perkembangan novel Jawa modern yang dimuat

dalam beberapa majalah dan surat kabar. Hakikat cerbung ialah adalah

mengungkapkan jiwa pengarang melalui proses imajinasi yang tepat berpangkal pada

kenyataan dan pengalaman (Hutomo, 1975: 5). Cerbung adalah cerita rekaan yang

memuat sebagian demi sebagian, cerita yang dikisahkan secara berturut-turut di

dalam surat kabar atau majalah. Cerbung merupakan cerita rekaan atau fiksi yang

dimuat tidak hanya sekali di dalam majalah ataau media lainnya akan tetapi yang

dimuat dalam beberapa episode (Nurlaela, 2006: 61).

Cerbung merupakan cerita atau karangan yang dimuat tidak hanya sekali saja

pada suatu majalah atau media masa, selain itu cerbung merupakan genre yang

berbentuk prosa. Cerbung memiliki struktur yang sama dengan novel, cerita pendek,

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

12

maupun roman yaitu memiliki tema, alur, penokohan, amanat dan sudut pandang.

Fungsi sosial cerita bersambung juga sama yaitu sebagai cermin dan respon

pengarang terhadap fenomena-fenomena sosial dalam masyarakat. Perbedaan novel

dan cerbung terletak pada penyajiannya, jika novel disajikan secara langsung utuh

satu kesatuan, sedangkan cerbung disajikan secara periodik sebagian demi sebagian

cerita. Pengungkapannya sebagian demi sebagian cerita, hal tersebut bertujuan agar

penikmat cerbung merasa penasaran dengan episode selanjutnya. Cerita bersambung

merupakan awal perkembangan novel Jawa Modern yang dimuat dalam beberapa

majalah dan surat kabar (Hutomo, 1985:5).

2. Teori Pendekatan Struktural

Teori struktural termasuk dalam pendekatan objektif, yaitu pendekatan yang

menganggap karya sastra sebagai makhluk yang berdiri sendiri, menganggap bahwa

karya sastra bersifat otonom, terlepas dari alam sekitarnya, baik pembaca, bahkan

pengarangnya sendiri (Wahyuningtyas, 2011:1). Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi ,

menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensi

oleh berbagai unsur pembangunnya. Disatu pihak, struktur karya sastra dapat

diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang

menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah

(Nurgiyantoro, 2010: 36).

Dipihak lain, struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian hubungan

antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling

mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Secara

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

13

sendiri, terisolasi dari keseluruhannya, bahan, unsur, atau bagian-bagian tersebut

tidak penting, bahkan tidak ada artinya. Tiap bagian akan menjadi penting dan bereti

setelah ada hubungan antar unsur serta sumbangannya terhadap keseluruhan wacana

(Nurgiyantoro, 2010: 36).

Analisis struktural karya sastra fiksi dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,

mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrisnsik.

Pendekatan struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar memahami unsur- unsur

tertentu karya sastra, namun lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan

antarunsur dan sumbangan apa yang diberikan terhadap sastra yaitu tema, amanat,

penokohan, setting dan alur memberikan sebuah gambaran bagi para pembaca

(Nurgiyantoro, 2010: 37). Kesimpulan dari pendapat – pendapat diatas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa pendekatan struktural merupakan pendekatan yang membongkar

unsur – unsur intrinsik sebuah karya sastra yang berupa tema, alur, penokohan, latar,

amanat, dan mencari hubungan antarunsur tersebut.

Teori yang digunakan dalam menganalisi struktur cerbung Mulih Ndesa karya

Suryadi WS dengan menggunakan teori fiksi dari Robert Stanton. Analisis

strukturnya yaitu fakta-fakta cerita yang meliputi karakter, alur, latar, tema, serta

sarana – sarana sastra yang meliputi judul, sudut pandang, gaya, dan tone,

simbolisme, dan ironi (Stanton, 2007: 20).

a. Fakta-fakta cerita

Karakter, alur dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini

berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

14

semua elemen ini dinamakan struktur faktual atau tingkatan faktual. Struktur

faktual merupakan aspek cerita (Stanton, 2007: 22).

1) Alur

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam

sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang

terhubung secara kasual saja. Peristiwa kasual merupakan peristiwa yang

menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat

diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya (Stanton, 2007: 26).

Menurut Stanton (2007: 28), alur merupakan tulang punggung cerita.

Berbeda dengan elemen-elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri

meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak

akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-

peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan

keberpengaruhannya. Sama halnya dengan elemen-elemen lain, alur memiliki

hukum-hukum sendiri, alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir

yang nyata, menyakinkan dan logis, dapat menciptakan bermacam kejutan, dan

memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan.

Dua elemen dasar yang membangun alur adalah konflik dan klimaks.

Setiap karya fiksi setidak tidaknya memiliki konflik internal (yang tampak jelas)

yang hadir melalui hasrat dua orang karakter atau hasrat seorang karakter dengan

lingkungannya. Klimaks adalah saat konflik terasa sangat intens sehingga ending

tidak dapat dihindari lagi. Klimaks merupakan titik yang mempertemukan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

15

kekuatan-kekuatan konflik dan menentukan bagaimana oposisi tersebut dapat

diselesaikan. Klimkas utama sering berwujud satu peristiwa yang tidak terlalu

spektakuler (Stanton, 2007: 31-32).

2) Karakter

Menurut Stanton (2007: 33), tema karakter biasanya dipakai dalam dua

konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul

dalam cerita. Karakter yang kedua, karakter yang merujuk pada percampuran dari

berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu.

Sebagian besar cerita dapat ditemukan satu karakter utama yaitu karakter

yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Karakter

seseorang mempunyai alasan untuk brrtindak sebagaimana yang ia lakukan

dinamakan motivasi. Motivasi spesifik seorang karakter adalah alasan spontan,

yang mungkin juga tidak disadari, yang ditunjukkan oleh adegan atau dialog

tetentu. Motivasi dasar adalah aspek umum dari satu karakter atau dengan kata

lain hasrat dan maksud yang memandu sang karakter dalam melewati keseluruhan

cerita. Karakter seseorang juga bisa diketahui dari nama, deskripsi eksplisit, dan

komentar pengarang tentang karakter yang bersangkutan (Stanton, 2007: 33)

Setiap tokoh mempunyai wataknya sendiri-sendiri. Tokoh berkaitan

dengan orang atau seseorang sehingga perlu menggambarkan yang jelas tentang

tokoh tersebut. Jenis-jenis tokoh dapat dibagi menjadi berikut:

a. Berdasarkan segi peranan dalam cerita, dapat dibedakan menjadi tokoh utama

dan tokoh tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang diutamakan dalam

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

16

cerita(yang paling banyak diceritakan), sedangkan tokoh tambahan

merupakan tokoh yang munculnya lebih sedikit.

b. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh

protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis merupakan tokoh hero yang

menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan/harapan kita(pembaca),

sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik.

c. Berdasarkan perkembangan karakter, dapat dibedakan menjadi tokoh bulat

dan pipih/sederhana. Tokoh bulat/tokoh kompleks yang memiliki dan

diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati

dirinya. Tingkah lakunya sering tak terduga dan memberikan efek kejutan

bagi pembaca, sedangkan tokoh pipih/sederhana merupakan tokoh yang hanya

memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu warak-watak yang tertentu saja.

Tidak memiliki sifat dan tingkah laku yang memberikan efek kejutan bagi

pembaca. Sifatnya datar, monoton, hanaya mencerminkan satu watak tertentu

( Nurgiyantoro, 2005:175-182).

3) Latar

Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita,

semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-pwristiwa yang sedang berlangsung.

Latar dapat berwujud waktu-waktu tertentu(hari, bulan, dan tahun), cuaca, atau

satu periode sajarah. Meski tidak langsung merangkum sang karakter utama, latar

dapat merangkum orang-orang yang menjadi dekor dalam cerita (Stanton, 2007:

35).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

17

b. Tema

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam

pengalaman manusia. Menjadikan sesuatu pengalaman menjadi diingat. Ada

banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi yang

dialami oleh manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan. Keyakinan,

penghiyanatan manusia terhadap diri sendiri, disilusi, dan bahkan usia tua

(Stanton, 2007: 36-37).

Menurut Stanton (2007: 37) tema merupakan pernyataan generalisasi,

akan sangat tidak tepat diterapkan untuk cerita-cerita yang mengolah emosi

karakter-karakternya. Istilah yang digunakan ada tiga, yaitu tema, gagasan utama,

dan maksud utama secara fleksibel, tergantung pada konteks yang ada. Tema

menyorot dan mengacu pada aspek-aspek kehidupan sehingga nantinya ada nilai-

nilai yang melengkapi cerita. Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu,

mengerucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan menjadi pas,

sesuai, dan memuaskan berkat keberadaan tema.

c. Sarana-sarana Sastra

Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode pengarang memilih

dan menyusun detail cerita agar tercapai pola pola yang bermakna. Metode

semacam ini perlu karena denganya pembaca dapat melihat berbagai fakta

melalui kacamata pengarang, memahami apa maksud fakta-fakta tersebut

sehingga pengalaman pun dapat dibagi. Sarana-sarana paling signifikan diantara

berbagai sarana-saranan yang kita kenal adalah karakter utama, konflik utama,

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

18

dan tema utama. Tiga sarana ini merupakan kesatuan organis cerita. Ketiga

tiganya terhubung demikian erat. Ketiga tiganya menjadi fokus cerita itu sendiri

(Stanton, 2007: 46-50).

1) Judul

Judul selalu relevan terhadap karya yang diampunya sehingga keduanya

membentuk satu kesatuan. Pendapat ini dapat diterima ketika judul mengacu

pada sang karakter utama atau satu latar tertentu. Sebuah judul kerap memiliki

tingkatan makna (Stanton, 2007: 52).

2) Sudut Pandang

Sudut pandat adalah pusat kesadaran tempat kita dapat memahami setiap

peristiwa dalam cerita. Posisi ini memiliki hubungan yang berbeda dengan tiap

peristiwa dalam tiap cerita: di dalam atau di luar satu karakter, menyatu atau

terpisah secara emosional.

Menurut Stanton (2007: 53) dari sisi tujuan, sudut pandang dibagi menjadi

empat tipe utama. Meski demikian, perlu diingat bahwa kombinasi dan variasi

dari keempat tipe tersebut bisa sangat tidak terbatas. Pada orang pertama-utama,

sang karakter utama bercerita dengan kata-katanya sendiri. Pada orang pertama-

sampingan, cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama sampingan). Pada

orang ketiga terbatas, pengarang mengacu pada semua karakter dan

memosisikannya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa yang

dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orang karakter. Pada orang ketiga-

tidak terbatas, pengarang mengacu pada setiap karakter dan memposisikannya

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

19

sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat beberapa karakter melihat,

mendengar, atau berpikir atau saat ketika tidak ada satu karakter pun hadir.

3) Gaya dan Tone

Gaya adalah cara pengarang menggunakan bahasa. Campuran dari

berbagai aspek seperti kerumitan, ritme, panjang pendek, kalimat, detail, humor,

kekonkretan, dan banyaknya imaji dan metafora(dengan kadar tetentu). Gaya

juga bisa terkait dengan maksud dan tujuan sebuah cerita. Seorang pengarang

mugkin tidak memilih gaya yang sesuai dengan dirinya akan tetapi gaya tersebut

justru pas dengan tema cerita.

Tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita.

Tone bisa menampak dalam berbagai wujud, baik yang ringan, romantik, ironis,

misterius, senyap, bagai mimpi, atau penuh perasaan. Ketika seorang pengarang

mampu berbagi perasaan dengan sang karakter dan ketika perasaan itu tercermin

pada lingkungan, tone menjadi identik dengan atmosfer. Pada porsi tertentu tone

dimunculkan oleh fakta (Stanton, 2007: 61-63).

4) Simbolisme

Salah satu cara untuk menampilkan gagasan dan emosi agar tampak nyata

adalah dengan menggunakan simbol. Simbol berwujud detail-detail konkret dan

faktual dan memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam

pikiran pembaca. Simbol dapat berwujud apa saja, dari sebutir telur hingga latar

cerita seperti satu obyek bertipe sama, subtansi fisis, bentuk, gerakan, warna,

suara, atau keharuman. Semua hal tersebut dapat menghadirkan satu fakta terkait

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

20

kepribadian seseorang manusia, ambisi yang semu, kewajiban manusia, atau

romantisme masa muda (Stanton, 2007: 46).

Menurut Stanton (2007: 64-65) simbolisme dapat memunculkan tiga efek

yang masing masing bergantung pada bagaimana simbol brrsangkutan

digunakan. Pertama, semua simbol yang muncul pada satu kejadian penting

dalam cerita menunjukkan makna peristiwa tersebut. Dua, satu simbol yang

ditampilkan berulang-ulang mengingatkan kita akan beberapa elemen konstan

dalam cerita. Tiga, simbol yang muncul pada konteks yang berbeda-beda akan

membantu menemukan tema.

5) Ironi

Secara umum ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa

sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. Ironi dapat

ditemukan dalam hampir semua cerita (terutama yang dikategorikan bagus). Bila

dimanfaatkan dengan benar ironi dapat memperkaya cerita seperti

menjadikannya menarik. Menghadirkan efek-efek tertentu, humor atau pathos,

memperdalam karakter, merekatkan struktur alur, menggambarkan sikap

pengarang dan menguatkan tema (Stanton, 2007: 71).

Menurut Stanton (2007: 71-72) ada dua jenis ironi yang dikenal luas.

Yaitu ironi dramatis dan tone ironis. Ironi dramatis atau ironi alur dan situasi

biasanya muncul melalui kontas diametik antara penampilan dan realitas, antara

maksud dan tujuan seorang karakter dengan aslinya, atau antara harapan dengan

apa yang sebenarnya terjadi. Pasangan elemen-elemen diatas terhubung satu

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

21

sama lain secara logis (biasanya melalui hubungan kausal atau sebab-akibat) tone

ironis atau ironi verba digunakan untuk menyebut cara berekspresi yang

mengungkapkan makna dengan cara berkebalikan.

3. Teori Pendekatan Sosiologi Sastra

Pendekatan sosiologi sastra merupakan pendekatan yang menganggap

karya sastra sebagai bentuk pencerminan kehidupan masyarakat. Karya sastra bisa

mengungkapkan berbagai hal. Pengarang bisa masuk dalam karyanya sendiri,

menceritakan hal-hal yang diketahui dan yang ingin disampaikan, dalam

penulisan suatu karya pengarang sering menerima pengaruh dari masyarakat

terutama masyarakat pembacanya dan sekaligus menanamkan pengaruh kepada

masyarakat. Masyarakat menentukan nilai karya sastra yang hidup disuatu jaman,

sementara sastrawan sendiri yang merupakan anggota masyarakat tidak dapat

mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang

membesarkannya dan sekaligus membentuknya (Semi, 1993:73).

Pendekatan sosiologi sastra merupakan cabang penelitian sastra yang

reflektif. Penelitian ini melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat

(Endraswara, 2011:77). Sosiologi sastra adalah ilmu yang mengkaji segala aspek

kehidupan manusia. Pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan yang bergerak

dari faktor-faktor sosial yang terdapat di dalam karya sastra dan selanjutnya

digunakan untuk memahami fenomena sosial yang ada di luar teks sastra.

Pendekatan ini melihat dunia sastra sebagai mayorya dan fenomena sosial sebagai

minornya (Sangidu, 2004:27).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

22

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara

keseluruhan, hubungan antar manusia, manusia dengan kelompok, dan hubungan

antar kelompok. Sosiologi merupakan disiplin ilmu tentang masyarakat yang

melandaskan pada tiga paradigma, paradigma fakta sosial yang berupa lembaga-

lembaga dan struktur sosial yang dianggap sebagai suatu yang nyata, yang berada

di luar individu, paradigma defisi sosial yang memusatkan perhatian pada cara-

cara individu dalam mendefinisikan situasi sosial dan efek-efek dari definisi itu

terhadap tindakan yang mengikutinya, dalam paradigm ini, yang dianggap sebagai

pokok persoalan sosiologi bukanlah fakta-fakta sosial yang obyektif, melainkan

cara pandang subyektif individu dalam menghayati fakta-fakta sosial tersebut,

paradigma perilaku manusia sebagai subyek yang nyata (Kurniawan, 2012:4).

Dasar filosofi pendekatan sosiologi adalah adanya hubungan antara karya

sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksud disebabkan oleh:

a) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, b) pengarang itu sendiri adalah anggota

masyarakat, c) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat

(Ratna, 2004: 60). Pengarang dengan masyarakat selalu berhubungan, karena

pengarang juga merupakan anggota masyarakat. Sehingga wajar saja bila

pengarang sebagai pencipta karya sastra menampilkan bentuk budaya pada

jamannya, bahkan pengarang juga merekam gejolak sosial yang terjadi di dalam

masyarakat. Masyarakat sebagai masalah sosiologi sastra dapat digolongan ke

dalam tiga macam antara lain: masyarakat yang merupakan latar belakang

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

23

produksi karya sastra, masyarakat yang terkandung dalam karya sastra,

masyarakat yang merupakan latar belakang pembaca (Ratna, 2004: 283-284).

Sosiologi sastra dibagi menjadi tiga macam yaitu: sosiologi pengarang,

pendekatan yang mempermasalahkan status sosial pengarang, ideology

pengarang, profesionalisme kepengarangan, dan lain sebagainya yang

menyangkut sebagai penghasil karya sastra. Sosiologi karya sastra, pendekatan

yang mempermasalahkan isi sastra itu sendiri. Sosiologi pembaca, pendekatan

yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra (wellek dan

Werren, 1990: 111). Hubungan anatara ketiga komponen diatas sangatlah erat,

karena pengarang merupakan anggota masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra

adalah pendekatan yang mengandung gejala-gejala sosial dari suatu karya sastra

yang meliputi sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra, dan sosiologi pembaca.

Penerapan pendekatan sosiologi sastra dalam penelitian ini lebih menekankan

pada permasalahan dalam karya sastra itu sendiri dan pengarang.

4. Teori Problem Sosial

Problem soaial atau masalah sosial adalah suatu kondisi yang terlahir dari

sebuah keadaan masyarakat yang tidak ideal, atau definisi masalah sosial yaitu

ketidak sesuaian unsur-unsur masyarakat yang dapat membahayakan kehidupan

kelompok sosial. Masalah sosial merupakan suatu kondisi yang dapat muncul dari

keadaan masyarakat yang kurang atau tidak ideal, maksudnya selama terdapat

kebutuhan dalam masyarakat yang tidak terpenuhi secara merata maka masalah

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

24

sosial akan tetap selalu ada didalam kehidupan. Problem sosial adalah perbedaan

antara harapan dan kenyataan atau sebagai kesenjangan antara situasi yang ada

dengan situasi yang seharusnya. Masalah sosial dipandang oleh sejumlah orang

dalam masyarakat sebagai sesuatu kondisi yang tidak diharapkan.

Problem sosial merupakan gejala abnormal, yaitu gejala yang tidak wajar

dalam masyarakat dan tidak dikendaki masyarakat yang bersangkutan. Hal itu

disebabkan karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagai mana

yang diharapkan masyarakat, sehingga menyebabkan kekecewakan-kekecewakan

dan penderitaan bagi masyarakat tersebut (Soekanto, 1982:395).

Problem-problem sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dari dalam

diri manusia atau kelompok manusia yang bersumber pada faktor-faktor

ekonomis, biologis, psikologis, dan kultural (Soekanto, 1982:401).

Klasifikasi sumber dari problem sosial secara umum ada 4 golongan:

1. Faktor Ekonomi

Masalah dalam ekonomi biasanya berupa masalah pengangguran,

kemiskinan dan lain-lain. Masalah ini biasanya yang harus bertanggung jawab

adalah pemerintah, karena pemerintah kurang menyediakan lapangan kerjan bagi

masyarakat. Jika masyarakat mengalami permasalahan ini akan mengakibatkan

sangat rentannya anggota masyarakat untuk melakukan tindakan krriminalitas dan

kekurangan ekonomi dapat dijadikan suatu alasan atau pembenaran dalam

melakukan tindakan tersebut. Faktor ekonomi juga dapat dijadikan sebagai acuan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

25

maju atau tidaknya suatu negara serta faktor ekonomi dapat mempengaruhi

masalah sosial pada aspek prikologis dan biologis masyarakat.

2. Faktor Budaya

Faktor ini maksudnya kebudayaan yang semakin berkembang pada

masyarakat akan mempunyai peran yang dapat memicu timbulnya masalah sosial.

Misalnya seperti pernikahan pada usia dini, kawin-cerai, kenakalan pada remaja

dan lain-lain atau seperti saat ini negara kita sedang terus menerus dimasuki

budaya asing. Faktor ini harus mendapat perhatian secara serius karena kebudaya

pada suatu negara dapat mencerminkan kebiasaan masyarakatnya. Dengan

mempelajari atau mendalami pendidikan agama mungkin dapat mencegah,

menyadarkan ataupun menyaring budaya asing yang masuk.

3. Faktor Biologis

Faktor biologis dapat menyebabkan timbulnya masalah sosial misalnya

seperti kurang gizi, penyakit menular dan lain-lain. Hal ini terjadi karena

kurangnya fasilitas-fasilitas kesehatan yang layak dan dapat terjadi juga karena

kondisi ekonomi maupun pendidikan masyarakat yang tidak mencukupi.

Sebagian besar kondisi dari biologis masyarakat mudah terjangkit penyakit, untuk

solusinya mungkin pada saat ini dengan cara meningkatkan fasilitas-fasilitas

kesehatan dan memberikan pengetahuan pada setiap anggota masyarakat tentang

pencegahan serta memberi pengetahuan tentang pentingnya pola hidup sehat

maupun pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

26

4. Faktor Psikologis

Faktor psikologis merupakan masalah seperti ini dapat muncul jika

psikologis suatu masyarakat sangat lemah. Faktor psikologis juga dapat juga

muncul jika beban hidup yang berat yang dirasakan oleh masyarakat khususnya

yang ada di daerah perkotaan, pekerjaaan yang menumpuk sehingga

menimbulkan stress lalu dapat menimbulkan luapan emosi yang nantinya dapat

memicu konflik antar anggota masyarakat.

Problem sosial yang dibahas dalam penelitian ini adalah masalah yang

bersumber dari faktor ekonomis, yang meliputi masalah pengangguran,

kemiskinan, serta perbuatan yang menyimpang seperti korupsi dan pelacuran

yang marak terjadi di masyarakat sekarang ini.

5. Konsep Perjuangan Hidup

Perjuangan merupakan suatu proses usaha seseorang dalam meraih

sesuatu yang diharapkan, dilandasi semangat dan tekad yang kuat untuk

mendapatkan hasil terbaik. Perjuangan atau pengorbanan dalam hidup seseorang

sangatlah di perlukan dalam kehidupan seorang manusia yang hidup di alam nyata

ini. Usaha dan perjuangan dilakukan untuk mencapai keinginan atau cita-cita

yang ingin dicapai baik materi maupun imateri. Hidu manusia sehari-hari

adakalanya sangat sulit, namun pada dasarnya tidak ada hal yang sulit untuk

dikerjakan. Bila seseorang telah mencapai kesadaran yang nyata akan pentingnya

perjuangan dalam kehidupan, maka seseorang akan sungguh-sungguh berjuang.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

27

Hidup ini harus ada sebuah usaha dari kita untuk bisa maju. Ketika

seseorang sudah tidak memiliki semangat untuk maju maka bisa dipastikan orang

itu akan menjadi pecundang seumur hidupnya. Orang tersebut hanya bisa

menyalahkan keadaan, diri sendiri dan orang lain. Perjuangan hidup ikhtiar untuk

mencapai kesuksesan di masa depan. Hal itu seperti yang dilakukan oleh

Sekarwangi selaku tokoh utama perempuan.

F. Metode dan Teknik

1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif menekankan pada makna,

lebih memfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya (Sutopo, 2006

: 48). Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati (Moleong, 2007: 3).

Bentuk deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian sastra diharapkan

dapat memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai kualitatif dari obyek yang

akan dijadikan penelitian yaitu cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS.

2. Sumber Data dan Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan, selebihnya merupakan data tambahan seperti dokumen dan lain-lain

(Moleong, 2010: 157). Sumber data dan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

28

a. Sumber Data dalam penelitian ini adalah:

Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerbung

Mulih Ndesa karya Suryadi WS yang dimuat oleh majalah Panjebar Semangat

edisi 27 yaitu 4 Juli 2015 sampai edisi 52 pada 26 Desember 2015. Sumber data

sekunder dari informan yaitu Suryadi WS selaku pengarang cerbung Mulih

Ndesa.

b. Data

Data primer dalam penelitian ini adalah isi teks cerbung Mulih Ndesa

berupa unsur-unsur intrinsik meliputi fakta-fakta cerita (alur, karakter, latar),

tema dan sarana-sarana cerita (judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme,

ironi), informasi perjuangan hidup tokoh Sekarwangi dan kondisi sosial

masyarakat dalam cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS. Data sekunder atau

data pendukung dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dengan pengarang

cerbung Mulih Ndesa yaitu Suryadi WS yang bertempat tinggal di Desa Mireng

RT 09 RW 03 Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten.

c. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Content Analysis atau analisis isi

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik content

analysis atau analisis isi, yaitu menganalisis isi yang terdapat dalam karya sastra.

Analisis isi merupakan metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat

prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

29

(Moleong, 2007: 163). Teknik ini kerjanya berupa analisis isi yang terdapat

dalam karya sastra.

Kumpulan-kumpulan data berupa teks isi yang didapatkan dengan cara

membaca, menyimak, mencatat, kemudian mengelompokkan ke dalam dua

kategori. Kategori pertama didapatkan dengan cara mengungkapkan unsur-unsur

struktur cerita dalam cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS. dengan

mengunakan teori struktural Robert Stanton sehingga mendapatkan data

katagoris yang berupa: fakta-fakta cerita(alur, karakter, latar), tema dan sarana-

sarana sastra(judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, ironi). Kategori

kedua adalah sosiologi sastra dengan mengungkapkan isi karya sastra terutama

potret perjuangan tokoh utama dalam cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS.

b. Teknik Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik yang dipakai untuk memperoleh

informasi melalui kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan narasumber.

Wawancara juga merupakan cara memperoleh data dengan percakapan. Yaitu

antara pewawancara dengan yang diwawancarai (Moleong, 2010:186).

Wawancara dilakukan kepada Bapak Suryadi WS. selaku pengarang cerbung

Mulih Ndesa. yang bertempat tinggal di Desa Mireng RT 09 RW 03 Kecamatan

Trucuk Kabupaten Klaten.

Wawancara dilakukan secara terstruktur, artinya penulis menyiapkan

pertanyaan berupa daftar pertanyaan sehingga nantinya akan bisa meluas dan

berkembang dengan sendirinya namun tetap terarah. Wawancara akan dilakukan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

30

dengan menggunakan alat yaitu berupa telepon genggam yang digunakan sebagai

alat perekam dan kamera yang akan digunakan utuk mendokumentasikan gambar

atau foto.

d. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya

ke dalam suatu pola, kategori, dan suatu uraian dasar (Moleong, 2007: 103).

Teknik analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan interpretasikan. Analisis dalam penelitian kualitatif

terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan

kesimpulan (Sutopo, 2002 : 94).

a. Reduksi data

Reduksi data dilakukan setelah data terkumpul dengan memilah-milah

data yang terpakai dan data yang tidak terpakai sebagai upaya penyaringan data

sesuai dengan tujuan penelitian (Moleong, 2007:247). Proses reduksi data

sebaiknya dikerjakan sedikit demi sedikit sejak awal dilakukan penelitian.

Reduksi data dalam penelitian ini dimulai setelah mengumpulkan data teks

cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS. yang meliputi unsur-unsur intrinsik

terdiri dari fakta-fakta cerita(alur, karakter, latar,) tema, dan sarana-sarana cerita

(judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, ironi). Selain itu data yang

lainnya diperoleh dari teknik wawancara dengan pengarang dan mencari

referensi dari buku, artikel-artikel yang terkait dengan masalah yang diangkat.

Hasil dari wawancara dan pencarian referensi tersebut dijadikan sebagai data

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

31

sosiologi sastra. Setelah semua data diperoleh, selanjutnya dilakukan reduksi

data. Reduksi data dilakukan dengan memilih data yang dipandang penting dan

mempunyai potensi dalam rangka analisis data. Selanjutnya membuang atau

menyingkirkan data yang kurang penting dalam rangka analisis data.

b. Penyajian Data

Sajian data adalah menyajikan data secara analitis dalam bentuk uraian

dari data-data yang terangkat disertai dengan bukti-bukti tekstual yang ada.

Analitis artinya menguraikan satu persatu unsur-unsur yang lainnya sehingga

dapat dibuat kesimpulan. Data-data yang terkumpul berupa catatan lapangan,

komentar peneliti, dokumen, biografi, artikel, hasil wawancara akan diatur,

diurutkan, dikelompokkan (Moleong, 2007 : 103).Tahap ini semua data yang

terkumpul dideskripsikan, diidentifikasikan dan diklasifikasikan. Tahapan ini

dimulai dengan membaca dan mengelompokkan data berdasarkan tahap reduksi

data.

Sajian data dalam penelitian ini mengenai unsur-unsur instrinsik cerbung

Mulih Ndesa karya Suryadi WS. menurut teori Robert Stanton yang berupa fakta

cerita (alur, karakter, latar) tema, serta sarana sarana sastra (judul, sudut pandang,

gaya dan tone, simbolisme, dan ironi), dan aspek sosiologi dalam sajian datanya

disertai dengan kutipan langsung yang sesuai dengan unsur struktural dan aspek

sosiologi, agar maksud dari data yang disajikan lebih jelas.

c. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

32

Pengumpulan data selesai, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik

kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat pada reduksi

maupun sajian datanya. Menurut Sutopo, proses ini disebut model analisis

interaktif (2002 : 95). Penarikan kesimpulan merumuskan apa yang sudah

didapatkan dari reduksi ataupun kegiatan pengumpulan data. Verifikasi dan

kesimpulan adalah mengecek kembali (diverifikasi) pada catatan yang telah

dibuat oleh peneliti dan selanjutnya membuat kesimpulan sementara (Sangidu,

2004 : 178). Proses penarikan kesimpulan tidak bisa sekali jadi, maka besar

kemungkinan terjadi pengulangan proses.

Proses penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dimulai dari melihat

keterkaitan antar unsur strukturalnya. Penarikan kesimpulan dapat dilihat dari

data-data struktural berupa berupa fakta cerita (alur, karakter, latar) tema, serta

sarana sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi).

Setelah data stukturalnya sudah lengkap maka dapat ditarik kesimpulan tentang

keterkaitan antar unsur pembangun cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS.

Selanjutnya penyimpulkan hasil analisis perjuangan hidup tokoh Sekarwangi

dalam cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS. Apabila proses ini dirasa kurang

memuaskan maka bisa dilakukan pengecekan ulang agar lebih tepat

kesimpulannya.

e. Validitas Data

Empat macam teknik triangulasi menurut Patton yang diungkapkan Sutopo

(2003,78) yaitu (1) triangulasi data, (2) triangulasi peneliti, (3) triangulasi metode,

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

33

dan (4) trianggulasi teori. Penelitian terhadap karya sastra yang dilakukan dalam

penelitian ini menggunakan triangulasi data. Teknik trianggulasi merupakan

teknik yang didasari oleh pola pikir femonologi yang bersifat multiperspektif,

artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara

pandang (Sutopo, 2003:78). Berhubungan hal tersebut berkaitan dengan hasil

yang diperoleh, maka diperlukan beberapa sudut pandang untuk menguji

keabsahan data agar data yang diperoleh benar-benar teruji kebenarannya.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik trianggulasi

sumber data. Teknik trianggulasi sumber data digunakan dengan cara menggali

sumber yang berupa catatan atau arsip dan dokumen yang memuat catatan yang

berkaitan dengan data yang dimaksud dan dapat berupa sumber di informan atau

narasumber.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk

memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun

sistematika penulisan dalam penulisan ini sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN :

Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan

masalah, teori, sumber data dan data, metode dan teknik, sistematika penulisan.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112016_bab1.pdf · dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan

34

BAB II. PEMBAHASAN :

Pembahasan meliputi analisis unsur struktural yang membangun cerbung Mulih

Ndesa karya Suryadi WS yang terdiri dari fakta-fakta cerita (karakter, alur, latar),

tema, sarana-sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme dan

ironi), mendeskripsikan potret perjuangan hidup tokoh Sekarwangi serta

mengungkap kondisi sosial masyarakat dalam cerbung Mulih Ndesa karya

Suryadi WS.

BAB III. PENUTUP :

Penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka memuat buku-buku referensi sebagai acuan dalam penelitian

LAMPIRAN

Lampiran terdiri atas sinopsis, riwayat hidup pengarang, bukti wawancara

dengan pengarang disertai foto, serta cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS.