BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberitaan kasus korupsi menjadi pemberitaan yang mewarnai media massa di Indonesia. Selama tahun 2013, pemberitaan media massa di Indonesia tentang kasus korupsi merajai media massa. Bahkan dari hasil survei sepanjang 2013, pemberitaan setiap bulan tidak pernah sepi dari kasus korupsi yang mencapai rata-rata 12.656 berita per bulan. 1 Jumlah berita tersebut jauh melampaui pemberitaan korupsi pada tahun sebelumnya. Salah satu kasus yang berperingkat tinggi dalam pemberitaan sepanjang 2013 adalah kasus terkait dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang melibatkan Luthfi Hasan Ishaaq sebagai mantan Presiden PKS, dan Ahmad Fathanah sebagai pihak yang disebut-sebut berperan sebagai makelar dalam kasus korupsi impor daging sapi. Hal yang menarik dari kasus ini, pemberitaan yang ada di media massa, tidak hanya memberitakan seputar kasus korupsinya saja, tetapi kemunculan perempuan-perempuan di seputar kasus korupsi impor daging sapi juga turut serta mewarnai pemberitaan media massa. Setiap media tentunya memiliki sifat dan ciri khas yang berbeda dalam pemberitaannya. Hal ini akan dapat terlihat dari produk berita yang mereka tampilkan pada masing-masing medianya. Media massa memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satunya adalah sebagai pemberi informasi kepada masyarakat. Melalui informasi yang diberikan media, masyarakat akan mengetahui peristiwa apa yang sedang terjadi sehingga media massa juga berperan dalam menambah pengetahuan bagi masyarakat. Akan tetapi, isi media sering dipandang sebagai alat komunikasi yang netral. Padahal media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan yang beragam. Media dapat dijadikan alat kekuasaan dan arena pergulatan ideologi. Dalam media pers, ideologi dapat dilihat dari tingkat bahasa, baik bahasa tulisan maupun bahasa visual. Ideologi pada tingkat bahasa melibatkan pilihan kata-kata, kosa kata, cara pengungkapan dan tingkat seleksi yaitu penentuan kata atau bahasa berdasarkan pada pertimbangan ideologis. Kembali pada esensi permasalahan dalam kasus korupsi PKS, pemberitaan perempuan dalam kasus ini menarik untuk diteliti. Dimana perempuan-perempuan yang 1 Palupi Annisa Auliani, “Anas dan Akil, Fenomena Berita Korupsi 2013”, Kompas.com, Jakarta, 10 Desember 2013, dalam http://nasional.kompas.com/read/2013/12/10/1151230/Anas.dan.Akil.Fenomena.Berita.Korupsi.2013., diakses pada 20 Maret 2014.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemberitaan kasus korupsi menjadi pemberitaan yang mewarnai media massa di

Indonesia. Selama tahun 2013, pemberitaan media massa di Indonesia tentang kasus korupsi

merajai media massa. Bahkan dari hasil survei sepanjang 2013, pemberitaan setiap bulan

tidak pernah sepi dari kasus korupsi yang mencapai rata-rata 12.656 berita per bulan.1 Jumlah

berita tersebut jauh melampaui pemberitaan korupsi pada tahun sebelumnya. Salah satu kasus

yang berperingkat tinggi dalam pemberitaan sepanjang 2013 adalah kasus terkait dengan

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang melibatkan Luthfi Hasan Ishaaq sebagai mantan

Presiden PKS, dan Ahmad Fathanah sebagai pihak yang disebut-sebut berperan sebagai

makelar dalam kasus korupsi impor daging sapi. Hal yang menarik dari kasus ini,

pemberitaan yang ada di media massa, tidak hanya memberitakan seputar kasus korupsinya

saja, tetapi kemunculan perempuan-perempuan di seputar kasus korupsi impor daging sapi

juga turut serta mewarnai pemberitaan media massa. Setiap media tentunya memiliki sifat

dan ciri khas yang berbeda dalam pemberitaannya. Hal ini akan dapat terlihat dari produk

berita yang mereka tampilkan pada masing-masing medianya.

Media massa memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satunya

adalah sebagai pemberi informasi kepada masyarakat. Melalui informasi yang diberikan

media, masyarakat akan mengetahui peristiwa apa yang sedang terjadi sehingga media massa

juga berperan dalam menambah pengetahuan bagi masyarakat. Akan tetapi, isi media sering

dipandang sebagai alat komunikasi yang netral. Padahal media sesungguhnya berada di

tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan yang beragam. Media dapat

dijadikan alat kekuasaan dan arena pergulatan ideologi. Dalam media pers, ideologi dapat

dilihat dari tingkat bahasa, baik bahasa tulisan maupun bahasa visual. Ideologi pada tingkat

bahasa melibatkan pilihan kata-kata, kosa kata, cara pengungkapan dan tingkat seleksi yaitu

penentuan kata atau bahasa berdasarkan pada pertimbangan ideologis.

Kembali pada esensi permasalahan dalam kasus korupsi PKS, pemberitaan

perempuan dalam kasus ini menarik untuk diteliti. Dimana perempuan-perempuan yang

1 Palupi Annisa Auliani, “Anas dan Akil, Fenomena Berita Korupsi 2013”, Kompas.com, Jakarta, 10

Desember 2013, dalam http://nasional.kompas.com/read/2013/12/10/1151230/Anas.dan.Akil.Fenomena.Berita.Korupsi.2013., diakses pada 20 Maret 2014.

2

diduga terlibat juga dalam kasus ini pada awalnya dikaitkan dengan gratifikasi seks.

Ramainya pemberitaan perempuan di seputar kasus korupsi impor daging sapi ini berawal

dari penangkapan Ahmad Fathanah yang disebut-sebut sebagai makelar yang ditangkap oleh

KPK bersama seorang perempuan bernama Maharani. Penangkapan tersebut di berbagai

media massa di Indonesia, lebih dominan memberitakan hal tersebut sebagai gratifikasi seks

dalam praktek suap. Seiring dengan perjalanan kasus tersebut, muncul nama mantan Presiden

PKS Luthfi Hasan Ishaaq yang juga merupakan teman Ahmad Fathanah yang juga

diberitakan sedemikian rupa oleh media dan melebar ke banyak orang dan perempuan.

Perempuan yang diberitakan berasal dari latar belakang yang beragam, mulai dari artis,

mahasiswa, foto model, pelajar, ibu rumah tangga dan sebagainya. Media massa, mulai dari

televisi, surat kabar hingga media berita online, berlomba-lomba dalam memberitakan kasus

tersebut. Akan tetapi, pemberitaan yang dilakukan oleh media memiliki kecenderungan

terjebak dalam pemberian label pada saat memberitakan tentang perempuan di seputar kasus

korupsi impor daging sapi ini. Salah contoh berita tersebut dapat dilihat dari salah satu berita

yang dimuat dalam okezone.com pada tanggal 31 Januari 2013 yang berjudul “Maharani

Dikenal Sebagai Cewek Nakal di Kampus”. Isi berita tersebut mengenai Maharani yang

dkenal bandel di tempatnya kuliah, Universitas Prof. Dr. Moestopo. Kutipan dari perkataan

humas Universitas Moestopo dalam berita tersebut: “sebelum ada kasus di KPK, kita sudah

pertimbangkan akan mengeluarkannya, Rani ini memiliki tabiat buruk, hampir seluruh mata

kuliah dia jarang masuk”. Isi berita tersebut diklarifikasi langsung oleh Universitas Moestopo

yang mengirimkan hak jawab ke redaksi okezone, yang dimuat pada tanggal 4 Februari 2013

karena merasa tidak memberikan pernyataan tersebut kepada okezone.com. Dari pernyataan

tersebut, okezone melakukan suatu konstruksi realitas yang dapat dilihat dari pemberitaan

yang demikian.

Proses framing tampaknya juga terjadi dalam media massa di Indonesia, khususnya

media berita online. Perkembangan media berita online ini merupakan hal yang dinamis yang

ada dalam dunia jurnalisme. Kehadiran media berita online ini tentu akan menjadi kajian

yang menarik bagi peneliti, karena seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi di

Indonesia, media berita online kini menjadi sumber bagi masyarakat dalam mengakses

informasi. Media berita online ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan media

konvensional dalam memberitakan suatu peristiwa. Salah satu kelebihan tersebut adalah

aspek kecepatan pemberitaan dalam media berita online, yang dapat memenuhi kebutuhan

informasi bagi masyarakat dengan tidak terhalang tempat dan waktu, karena media berita

online dapat diakses langsung oleh penggunanya dimana pun mereka berada. Akan tetapi

3

kelebihan ini juga dapat memberikan ruang bagi media berita online dalam hal aspek akurasi

pemberitaan karena mengejar kecepatan berita. Hal ini akan menjadi kajian bagi peneliti

dalam melihat hasil produksi berita berupa teks-teks media berita online okezone.com dan

kompas.com dalam pemberitaan perempuan di seputar kasus korupsi impor daging sapi yang

cukup banyak menyita perhatian publik. Peneliti akan melihat bagaimana framing yang

ditampilkan oleh okezone.com dan kompas.com, karena media berita online ini merupakan

media berita online yang memiliki banyak pengunjung dan menjadi sumber informasi bagi

masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini memfokuskan

pada pokok masalah yaitu bagaimana framing pemberitaan perempuan dalam kasus korupsi

impor daging sapi oleh okezone.com dan kompas.com?

Dari rumusan masalah tersebut, maka ditemukan beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

• Bagaimana bingkai berita perempuan dalam kasus korupsi impor daging sapi yang

ditampilkan dalam berita okezone.com?

• Bagaimana bingkai berita perempuan dalam kasus korupsi impor daging sapi yang

ditampilkan dalam berita kompas.com?

• Bagaimana penerapan jurnalisme berperspektif gender dalam pemberitaan perempuan di

okezone.com dan kompas.com?

C. Tujuan Penelitian

Dengan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

• Untuk mengetahui bagaimana bingkai berita perempuan dalam kasus korupsi impor

daging sapi yang ditampilkan dalam berita okezone.com.

• Untuk mengetahui bagaimana bingkai berita perempuan dalam kasus impor daging

sapi oleh kompas.com.

• Untuk mengetahui penerapan jurnalisme berperspektif gender dalam pemberitaan

perempuan di okezone.com dan kompas.com.

4

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dirancang untuk memiliki beberapa manfaat, diantaranya:

1. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini merupakan salah satu syarat peneliti dalam

memenuhi persyaratan dalam program pascasarjana berupa tesis dengan konsentrasi

jurusan ilmu komunikasi dan media di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2. Bagi okezone.com dan kompas.com, diharapkan penelitian ini bisa dijadikan bahan

tinjauan tentang cara kerja media dalam pemberitaannya terkait dengan berita

perempuan dalam kasus korupsi impor daging sapi.

3. Bagi jurusan ilmu komunikasi, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan referensi

untuk penelitian-penelitian lain yang berkaitan dengan analisis isi media dengan

teknik framing terhadap pemberitaan perempuan dalam media berita online.

4. Bagi masyarakat luas, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan bacaan oleh

masyarakat dalam melihat bagaimana pembingkaian media berita online terhadap

pemberitaan perempuan dalam kasus korupsi impor daging sapi, sehingga masyarakat

akan dapat melihat bahwa hasil produksi suatu berita dalam media merupakan produk

konstruksi dari medi itu sendiri. Hal ini akan menambah wawasan masyarakat

mengenai hasil produksi berita dari media berita online yang harus dicermati karena

media berita online sekarang ini merupakan salah satu sumber informasi bagi

masyarakat sekarang ini.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang dibuat dalam penelitian ini disusun untuk memberikan

landasan teori yang bertujuan untuk memberi cerminan struktur berfikir peneliti dalam

mendekati objek yang akan diteliti. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini

berfungsi untuk menjelaskan penelitian dengan baik. Pembahasan kerangka pemikiran ini

akan diawali dengan konstruksi sosial dalam berita media massa yang akan dijabarkan

sebagai berikut.

E.1 Konstruksi Sosial dalam Berita Media Massa

Istilah konstruksi realitas sosial pertama kali diperkenalkan oleh Peter L.Berger dan

Thomas Luckmann dalam sebuah buku yang berjudul The Social Construction of Reality: A

Treatise in the Sociology of Knowledge. Dalam bukunya, Peter L.Berger dan Thomas

Luckmann menyebutkan tentang realitas media massa yang merupakan realitas pengamatan

5

kedua yang dikutip sebagai berikut: “The reality of the mass media is the reality of second-

order observation. It replaces knowledge prescriptions which have been provided in other

social formations by excellent positions of observation: by sages, priest, the nobility, the city,

by religion or by politically and ethically distinguished ways of life”2.

Pekerjaan media adalah mengkonstruksikan realitas. Pembentukan konstruksi di

masyarakat memiliki tahapan yang terdiri dari konstruksi pembenaran, kesediaan

dikonstruksi oleh media massa, dan menjadikan konsumsi massa sebagai pilihan konsumtif.

Konstruksi pembenaran merupakan suatu bentuk konstruksi dimana media massa melakukan

konstruksi atas suatu peristiwa dan dibenarkan oleh masyarakat yang membaca peristiwa

tersebut di media massa. Kesediaan dikonstruksi oleh media massa merupakan pilihan dari

pembaca media massa tersebut, yang telah memilih media massa untuk dikonstruksi oleh

media massa melalui isi media massa yang telah dikonsumsinya. Menjadikan konsumsi

massa sebagai pilihan konsumtif merupakan kondisi dimana seseorang bergantung dan tidak

bisa lepas dari keberadaan media massa itu sendiri.3 Lebih lanjut dalam proses konstruksi

realitas dimulai, Peter L Berger dan Thomas Luckmann mengatakan bahwa bahasa sebagai

unsur utama.

“ Consciousness is always intentional, it always intends or is directed toward objects. We can never apprehend some putative substratum of consciousness as such, only consciousness of something or other. This is so regardless of whether the object of consciousness is experienced as belonging to an external physical world or apprehended as an element of an inward subjective reality. ... The reality of everyday life appears already objectified, that is constituted by an order of objects that have been designated as objects before my appearance on the scene. The language uses in everyday life continuously provides me with the necessary objectifications and posits the order within which these make sense and within which everyday life has meaning for me”4

Berger dan Luckman mengatakan proses konstruksi realitas dimulai ketika seorang

konstruktor melakukan objektivikasi terhadap suatu kenyataan yakni melakukan persepsi

terhadap suatu objek. Selanjutnya, hasil dan pemaknaan melalui proses persepsi itu

diinternalisasikan ke dalam diri seorang konstruktor. Dalam tahap inilah dilakukan

konseptualisasi terhadap suatu objek yang dipersepsi. Langkah terakhir adalah melakukan

eksternalisasi atas hasil dari proses secara internal tadi melalui pernyataan-pernyataan. Alat

membuat pernyataan tersebut adalah kata-kata atau bahasa.

2 Peter L.Berger and Thomas Luckmann., The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge (California: Stanford University Press, 2000), hlm.85.

3 Burhan Bungin., Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2007), hlm.198-199

4 Peter L Berger and Thomas Luckmann., Op.Cit., hlm 34-36.

6

Media massa dalam pandangan konstruksionis tidak dapat dipandang sebagai sekadar

penghubung antara pengirim dan penerima pesan saja, melainkan dapat dilihat juga sebagai

alat produksi dan pertukaran makna. Pesan atau teks akan dibentuk oleh orang yang

memproduksi makna berkaitan dengan peran teks dalam kebudayaan.5 Realitas tidak akan

diterima begitu saja oleh pelaku sosial yang lainnya. Seseorang akan memproses dan

menerima suatu makna dan citra sebagai realitas yang dipercayainya dimana hal ini dapat

terjadi setelah melalui suatu proses yang saling berpengaruh, baik dalam sistem kode atau

pandangan orang lain.6

Dalam lingkup redaksi media massa, berita yang akan ditampilkan dalam media

masing-masing sebelumnya melalui proses seleksi. Tidak semua peristiwa layak diangkat

menjadi sebuah berita di media massa untuk diketahui oleh khalayak. Hanya peristiwa yang

memiliki nilai berita yang layak untuk diketahui oleh khalayak. Meskipun setiap media massa

memiliki perbedaan dalam merumuskan nilai berita, setidaknya ada beberapa nilai berita

yang umum digunakan dalam media massa.7 Mengenai media, Andrew Hart memberikan

lima prinsip dasar tentang media, yaitu:

a. Media tidak secara sederhana merefleksikan atau mereplikasi dunia

b. Seleksi, kompresi, dan elaborasi terjadi pada tiap titik proses editing dan penghadiran

pesan

c. Khalayak tidak pasif dan dapat diprediksi, tetapi aktif dan bervariabel dalam

merespon

d. Pesan tidak semata-mata ditentukan oleh keputusan produser dan editor, juga tidak

oleh pemerintah, pengiklan dan pengusaha media

e. Media mengandung keberagaman dari bentuk-bentuk berbeda yang dibentuk oleh

perbedaan teknologi, bahasa dan kapasitas. 8

Prinsip Hart tersebut menjelaskan bahwa media bukanlah refleksi dari realitas, tetapi

hasil konstruksi dari media. Proses konstruksi dalam media ini terdiri atas penyeleksian isu

dan penonjolan berita yang dianggap memiliki nilai berita yang penting untuk ditampilkan

kepada khalayak. Hart menyebutkan bahwa khalayak juga katif dan bervariabel dalam

merespon pesan yang disampaikan oleh media tersebut, begitu juga dengan proses pembuatan

5 Alex Sobur., Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan

Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 93. 6 Iswandi Syahputra., Jurnalisme Damai (Yogyakarta: Nuanda Aksara, 2006), hlm.6-7. 7 Ana Nadhya Abrar., Pelecehan dan Kekerasan Seksual Analisis Isi Surat Kabar Indonesia (Yogyakarta:

Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada, 1997), hlm.27. 8 Andrew Hart., Understanding the Media: A Practical Guide (London: Routledge, 1997), hlm 8.

7

pesan dalam media juga dipengaruhi oleh pihak ekstrenal seperti pengiklan, pemerintah dan

pengusaha media. Dalam melakukan seleksi berita, Shoemaker dan Reese merumuskan

unsur-unsur karakteristik sebuah peristiwa dapat dijadikan sebuah berita. Shoemaker dan

Reese melihat peristiwa yang layak dijadikan sebuah berita mengandung enam unsur yang

akan dijelaskan di bawah ini:

1. Prominence/importance, penting atau tidaknya sebuah peristiwa diukur dari dampak

dan pengaruh yang ditimbulkannya. Peristiwa menjadi penting jika sebuah peristiwa

tersebut memiliki nilai berita yang penting bagi masyarakat umum.

2. Human interest, merupakan sebuah peristiwa yang menarik bagi masyarakat dan tidak

memiliki efek secara langsung bagi kehidupannya. Misalnya selebrita, gosip politik

dan drama manusia yang menjadi menarik untuk dijadikan menajdi sebuah berita.

3. Conflict/controversy, merupakan suatu peristiwa yang menggambarkan pertentangan

antara dua pihak atau lebih dimana hal tersebut menjadi menarik untuk diangkat

menjadi sebuah berita. Hal tersebut dapat berisi isu-isu penting yang berisi masalah-

masalah dari kehidupan manusia.

4. The unusual, merupakan suatu peristiwa yang tidak biasa. Hal ini akan menarik

diangkat menjadi sebuah berita dimana kejadian-kejadian yang tidak biasa dan jarang

terjadi menarik untuk diketahui oleh masyarakat.

5. Timeliness, merupakan sebuah peristiwa yang sedang terjadi sekarang. Peristiwa yang

sedang terjadi layak dijadikan sebuah berita karena masyarakat memiliki perhatian

yang terbatas tetapi juga ingin mengetahui peristiwa apa yang sedang terjadi saat ini

yang mungkin saja memerlukan tindakan.

6. Proximity, merupakan sebuah peristiwa yang memiliki hubungan kedekatan dengan

masyarakatnya. Contohnya acara lokal yang biasanya memiliki pengaruh yang lebih

kuat untuk disimak dibandingkan dengan acara yang jauh dari masyarakat tersebut.9

Lebih lanjut Herbet J.Gans menambahkan terkait dengan proses seleksi berita sebagai

berikut.

“Story selection is essentially composed of two processes: one determines the availability of news and relates journalists to sources; the other determines the suitability of news, which ties journalists to audiences. Sources and journalists, however, must have access to each other before information can become news; but that access is differentially distributed, depending in part on the social distance between sources and journalists, and even more so on their respective power...the crucial word is “limited”, because what distinguishes journalism

9 Pamela J.Shoemaker and Stephen D.Reese.,Mediating The Message Theories of Influences on Mass

Media Content (USA: Longman Publishers, 1996) ,hlm.106.

8

from literary and social-science studies of America is the deadline, which is immutable in television and can be extended at the magazines only by high additional expenditures. Lack of time and staff also require the use of quickly and easily applied methods of empirical inquiry, and limited air time and magazine space restrict the number of findings that can be presented.”10

Dari pernyataan Herbet J.Gans tersebut dapat dijabarkan bahwa seleksi berita secara

esensial terdiri dari dua proses dimana proses pertama menentukan ketersediaan berita dan

menghubungkan jurnalis kepada sumber. Proses kedua menentukan kesesuaian berita dan

mengkaitkan jurnalis kepada audiens. Sumber dan jurnalis harus memiliki akses satu sama

lain sebelum informasi tersebut menjadi sebuah berita, tetapi akses yang didistribusikan

secara berbeda, tergantung pada jarak sosial antara sumber dengan jurnalis. Kata yang krusial

adalah “terbatas”, karena adanya keterbatasan deadline yang tidak dapat diperpanjang di

televisi dan dapat diperluas di majalah hanya dengan tambahan pengeluaran yang besar.

Keterbatasan jam siaran dan ruang majalah membatasi jumlah temuan yang disajikan.

Menurut Fishman, ada dua kecenderungan studi bagaimana proses produksi berita dilihat.

Pandangan pertama sering disebut sebagai pandangan seleksi berita (selectivity of news).

Dalam bentuknya yang umum pandangan ini seringkali melahirkan teori sperti gatekeeper.

Intinya, proses produksi berita adalah proses seleksi. Seleksi ini dari wartawan di lapangan

yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak, mana peristiwa yang bisa

diberitakan dan mana yang tidak. Setelah berita itu masuk ke tangan redaktur, akan diseleksi

lagi dan disunting dengan menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana

yang perlu ditambah. Padangan ini mengandaikan seolah-olah ada realitas yang benar-benar

riil yang ada di luar diri wartawan. Realitas riil itulah yang akan diseleksi oleh wartawan

untuk kemudian dibentuk dalam sebuah berita. Pendekatan kedua adalah pendekatan

pembentukan berita (creation of news). Dalam perspektif ini, peristiwa itu bukan diseleksi,

melainkan sebaliknya, dibentuk. Wartawanlah yang membentuk peristiwa: mana yang

disebut berita dan mana yang tidak. Peristiwa dan realitas bukanlah diseleksi, melainkan

dikreasi oleh wartawan.11

E.2 Analisis Framing

Analisis framing merupakan perkembangan terbaru yang lahir dari elaborasi terus-

menerus terhadap pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menghasilkan suatu metode

10 Herbet J. Gans., Deciding What’s News (Ilinois: Northwestern University Press, 2004), hlm. 81-82. 11 Eriyanto., Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media(Yogyakarta: PT LkiS Printing

Cemerlang, 2012), hlm. 116-117.

9

yang up-to-date untuk memahami fenomena-fenomena media mutakhir.12 Ide tentang

framing, pertama kali dilontarkan oleh Baterson tahun 1955. Frame pada awalnya dimaknai

sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan

politik, kebijakan dan wacana, dan yang menyediakan kategori-kategori standar untuk

mengapresiasi realitas. konsep ini kemudian dikembangkan lebh jauh oleh Goffman (1974)

yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour) yang

membimbing individu dalam membaca realitas.13

Analisis framing tidak melihat presentasi media sebagai sesuatu hal yang bebas nilai.

Meminjam penjelasan Pan dan Kosicki, “...it accepts both assumptions of the rule-governed

nature of text formation and the multidimensional conception of news text that will allow for

cognitive shortcuts in both news production and consumption”.14

Dalam penelitian ini analisis framing yang digunakan adalah analisis framing Robert

N. Entman dan Urs Dahinden yang merupakan salah seorang ahli yang meletakkan dasar-

dasar bagi analisis framing untuk studi isi media. Konsep mengenai framing ditulis dalam

sebuah artikel untuk Journal of Communication oleh Robert N.Entman, Entman

mendefenisikan framing sebagai berikut. “To frame is to select some aspects of a perceived

reality and make them more salient in a communicating text, in such a way as to promote a

particular problem definition, causal interpretation, moral evauation, and/or treatment

recommendation for the item described”.15

Untuk melihat defenisi framing, berikut ini akan dijabarkan berbagai defenisi framing

menurut beberapa ahli yang akan dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1

Definisi Framing

Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.

William A. Gamson Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.

12 Agus Sudibyo., Citra Bung Karno Analisis Berita Pers Orde Baru (Yogyakarta: BIGRAF Publishing,

1999), hlm. 23. 13 Ibid., hlm. 23-24. 14 Agus Sudibyo, Op.Cit., hlm. 35. 15 Robert Entman, “Framing: Toward Clarification of a Fractured Paradigm”, dalam Journal of

Communication, Vol.43, No.4 (1993), hlm. 52.

10

Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.

Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.

David E. Snow and Robert Sanford

Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.

Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa

ZhongdanG Pan and Gerald M. Kosicki

Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.16

G.J. Aditjondro menambahkan defenisi framing sebagai berikut:

“...metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya”17

Dari berbagai defenisi framing diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa inti dari

framing merupakan konstruksi media atas sebuah peristiwa dimana ada aspek yang lebih

menonjol daripada aspek lainnya. Sebuah peristiwa yang dikonstruksi sedemikian rupa oleh

media dimana akan melahirkan makna dari sebuah peristiwa yang menjadi sebuah berita yang

akan dikonsumsi oleh masyarakat. Analisis framing ini memiliki fungsi untuk membantu kita

untuk melihat bagaimana realitas peristiwa yang sama itu dikemas secara berbeda oleh

16 Eriyanto, Op. Cit., hlm. 77-79. 17 Agus Sudibyo, Op.Cit., hlm. 26.

11

wartawan sehingga menghasilkan berita yang secara radikal berbeda.18 Jika melihat ke dalam

media itu sendiri, wartawan dan sistem redaksional berpengaruh pada kinerja sebuah redaksi

media. Hasil interaksi kerja antara wartawan dengan sistem redaksional dapat dilihat dari

berita yang dihasilkan. Setiap peristiwa yang terjadi akan dimaknai secara berbeda-beda oleh

masing-masing wartawan sehingga tidak semua peristiwa yang sama akan dianggap bisa

menjadi berita yang akan disampaikan kepada khalayak. Dalam menentukan pemilihan fakta

dan peristiwa, kebijakan redaksional juga akan turut serta dalam mempengaruhi hal

tersebut.19

Sebagai contoh dalam menunjukkan bagaimana perbedaan antara fakta yang

sebenarnya dan fakta setelah diberitakan adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurul Hasfi

yang berjudul Analisis Framing Pemberitaan Malinda Dee dimana teori representasi terbukti

dilakukan oleh media dalam hal ini Detikcom, Majalah Tempo dan Metro TV. Contohnya

Malinda Dee digambarkan sebagai Medusa oleh Majalah Tempo, dimana Medusa adalah

perempuan berambut ular yang ada dalam mitologi Yunani, ia adalah perempuan jahat yang

siapa pun yang menatap matanya akan berubah menjadi batu, sehingga orang lain tidak

berdaya jika melawannya. Jadi bisa dikatakan bahwa gambar Medusa mempresentasikan

Malinda Dee sebagai sosok yang jahat. Dalam hal ini representasi yang muncul ternyata

merugikan perempuan yang menjadi korban bias gender. Penelitian ini juga memperlihatkan

bagaimana jurnalis dan media telah mempraktekkan representasi negatif dengan cara

melakukan pembunuhan karakter terhadap Malinda Dee. Elemen jurnalistik seperti

penggunaan bahasa, sudut pandang, konteks, gambar, grafis dan karikatur masih kental

dengan praktek manipulasi yang mengaburkan fakta sehingga pemberitaan justru keluar dari

konteksnya.20

Dalam penelitian ini perangkat framing yang digunakan adalah perangkat framing

dari Robert N.Entman dan basic frame dari Urs Dahinden. Dalam konsepsi Entman, framing

pada dasarnya merujuk pada pemberian defenisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi

dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang

diwacanakan.21 Perangkat framing Robert N.Entman akan dijabarkan dalam tabel dibawah

ini:

18 Eriyanto, Op. Cit., hlm. 97. 19 Ashadi Siregar, dkk., Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa (Yogyakarta:

Kanisius, 1998),hlm.27. 20 Nurul Hasfi, “Analisis Framing Pemberitaan Malinda Dee di Detikcom, Majalah Tempo dan Metro

TV”, Laporan Penelitian dibiayai oleh Dana DIPA FISIP Universitas Diponegoro, 2011. 21 Eriyanto, Op. Cit., hlm. 222.

12

Tabel 1.2

Perangkat Framing Entman

Define Problems

(Pendefenisian masalah)

Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?

Diagnose causes

(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Make moral judgement

(Membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan?

Treatment recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?

Framing dimaknai berbeda-beda dalam berbagai kelompok obyek kajian. Misalnya

dalam psikologi, framing dimaknai sebagai skema, sedangkan dalam konteks ilmu informasi,

skema merupakan instrument representasi pengetahuan. Sosiolog Ervin Goffman, yang lebih

fokus pada objek kajian komunikasi interpersonal dan komunikasi langsung memaknai

framing sebagai pendefenisian tentang situasi yang sedang terjadi dan menjawab pertanyaan

“what is it that’s going on here?” dalam konteks ilmu politik frame dimaknai sebagai bentuk

dari sistem kepercayaan seperti diungkapkan oleh Gerhards/Rucht sebagai berikut: “we define

a belief system as a configuration of idea and attitudes in which the elements are bound

together by some form of constraint or functional interdependence”. 22

Dalam konteks studi media keberagaman perspektif coba diatasi oleh Dahinden

dengan menawarkan serangkaian kategori frame yang menurutnya dapat dijadikan sebagai

basis frame yang muncul dalam penelitian mengenai sebuah tema. Sebagai meta-analisis-

proporsional yang merupakan bangunan kategori berdasarkan hasil dari serangkaian

penelitian. Basis frame yang dimaksud adalah sebagai berikut:23

22 Hermin Indah Wahyuni, “Kecenderungan “Framing” Media Massa Indonesia dalam Meliput

Bencana Sebagai Media Event”(2008), hlm. 2. 23 Ibid., hlm. 3.

13

Tabel 1.3

Basic Frame Urs Dahinden

Basic frame Definisi

Konflik Tema yang dipilih berangkat dari konflik kepentingan antara kelompok sosial yang beragam

Ekonomi Tema diuraikan dari perspektif ekonomi

Kemajuan Tema dibahas dari konteks kemajuan dan pengetahuan

Moral, etika, hukum Tema dibahas dan didiskusikan dari perspektif moral, etika dan hukum

Personalisasi Tema dijelaskan dari perspektif personal dari individu

E.3 Journalism and New Media

Stuart Adam mendefenisikan jurnalisme sebagai berikut: “Journalism is an invention

or a form of expression used to report and comment in the public media on the events and

ideas of the here and now”.24 Dari defenisi yang dikemukakan oleh Stuart tersebut, ada lima

bagian didalamnya seperti, expression, reporting, judging, public voice, dan time.

Expression. Journalist speak individually (as writers) through a cultural format, the news story. “it is a creation a product of the imagination in both an individual and cultural sense. It is a form of expression in which the imaginative capacities both of individuals and culture are revealed”.25

Reporting. Journalist garher information on a variety of subjects (people, events, ideas) and the present that information to the public.

Judging. Journalist use their own judgement in choosing news and in writing it. “Like all storytellers, journalists inscribe meaning on the facts and events they decribe”26

Public voice. Journalist gather, write and report news to be seen by the public. Time. Journalists deal with subjects that are not only in present time, but are often

time sensitive. “journalism is concerned with events in time...events in the here and now”.27 McQuail membedakan media baru dan media konvensional berdasarkan esensinya

sebagai berikut: “traditional mass communication was essentially one-directional, while the

new forms of communication are essentially interactive”.28

24 Adam, Stuart., Notes toward a Defenition of Journalism. Understanding an Old Craft as an Art Form.

In R.Clark & C. Campbell (Eds) The Values and Craft of American Journalism (Gainesville: University of Florida Press, 2002), hlm. 10.

25 Ibid., hlm.12-13. 26 Ibid., hlm.30. 27 Ibid., hlm.19. 28 Denis McQuail., Mass Communication Theory 6 ed (Singapore: Sage Publications Asia-Pacific, 2012),

hlm. 138.

14

Menurut Chun konsep new media muncul sekitar tahun 1960-an, dan mulai sering

digunakan pada sekitar tahun 1990-an, menggantikan konsep multimedia, khususnya di

bidang bisnis dan seni, yang memiliki sifat-sifat yang cair, individual, dan media yang

digunakan untuk mendistribusikan kontrol dan kebebasan pada saat yang bersamaan. Tidak

jarang pula, karena new media sangat bergantung pada proses komputerisasi, maka sering

diidentikan dengan digital media, walaupun pada kenyataannya tidak bisa disederhanakan

seperti itu, sebab new media sesungguhnya tidak sekedar bentuk digitalisasi dari media-media

yang lebih dahulu ada seperti foto, film, gambar dan teks, akan tetapi merupakan sebuah

media yang interaktif atau suatu bentuk distribusi yang mandiri bagi suatu proses

penyampaian informasi.29

Berbicara mengenai new media, maka berkaitan juga dengan jurnalisme online.

Jurnalisme online merupakan jenis keempat dari jurnalisme yang sudah ada setelah

jurnalisme cetak, jurnalisme radio, dan jurnalisme televisi. Jurnalisme online dapat muncul

dalam bentuk teks seperti detiknews, kompas.com, atau tempo interaktif, namun juga bisa

melebur dalam berita video yang dapat ditemukan seperti dalam situs detik.com, vivanews,

com, metrotvnews.com dan kompas.com. jika melihat bagaimana batasan dari jurnalisme

online ini sendiri sampai sekarang masih menimbulkan perdebatan.30

Mike Ward dalam buku Online Journalism menjelaskan tentang rumusan jurnalisme

online sebagai berikut:

1. Online is a distinctive medium because it is user-driven and multifaceted. 2. All elements of the medium should support the offering of the content. 3. The application of core journalistic principles and processes should inform all stages of online content creation and presentation, from the original idea to the finished page or site. 4. Online journalism is a broad church embracing content creation across a wide range of types (e.g. news and information) and settings (e.g. commercial as well as news-based). 31

Jurnalisme online adalah proses pengumpulan, penulisan, penyuntingan, dan

penyebarluasan berita secara online di internet. Jurnalistik ini juga disebut dengan istilah

jurnalisme “generasi ketiga” setelah jurnalistik cetak dan jurnalistik elektronik yang terus

berkembang seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Deuze juga mengidentifikasi terkait dengan jurnalisme online yang bisa diidentifikasi

sebagai bahasa operasinya:

29 Wendy Hui Kyong Chun dan Thomas Keenan., New media, Old media: A History and Theory Reader (New York: Routledge, 2006), hlm.1.

30 Simak Mufti Nurlatifah., Jurnalisme Online dan Regulasi Media di Indonesia (Yogyakarta: Tesis S-2 Universitas Gadjah Mada, 2011), hlm 11.

31 Stephen Quinn. Convergent Journalism (Oxford: Focal Press, 2005), hlm.6.

15

1. Hypertextuality

Masalah dengan hypertext adalah, sebagai salah satu pendiri hypertext Ted

Nelson menuliskan bahwa “a delivery system for separate closed units – a system

which allows only embedded links pointing outward”. Teks saling berhubungan

melalui link – hyperlink, mempunyai hubungan secara internal, untuk teks-teks

lain yang ada dalam domain teks atau eksternal.

2. Multimediality

Designer web Tim Guay menuliskan tentang penerapan konten multimedia ke

situs web bahwa: “if multimedia is used with no thought as to the reasons why it is

being used, or it has poor lay-out or content it can result in a pointless aesthetic

fiasco that needlessly hogs bandwith”. Bandwith dan hak cipta merupakan dua

faktor struktural yang menghambat kemajuan dalam mengembangkan konten

multimedia yang inovatif, seseorang dapat mengamati permasalahan dalam

perusahaan media harus mengintegrasikan newsroom yang tradisional dengan tim

editorial web, juga dalam mengintegrasikan konten dengan penyedia konten yang

lainnya.

3. Interactivity

Pilihan interaktif dalam situs web terbagi tiga bentuk: Pertama, Navigational

interactivity ( melalui ‘Next page’ dan ‘Bact to Top’ buttons or scrolling

menubars), kedua, Functional interactivity (melalui direct mail, Bulletin Board

Systems (BBC) dan diskusi yang dimoderatori), ketiga, Adaptive interactivity

(menawarkan chatroom dan personal customization melalui ‘smart webdesign’).32

Pavlik dalam buku Journalism and New Media menyebutkan bahwa media baru

membawa perubahan di dunia jurnalistik dalam empat sisi.

“First, the nature of news content is inexorably changing as a result of emerging new media technology. Second, the way journalists do their work is being retooled in the digital age. Third, the structure of the newsroom and news industry is undergoing a fundamental transformation. And, fourth, new media are bringing about a realignment of the relationships between and among news organizations, journalists, and their many publics, including audiences, sources, competitors, advertisers, and governments”.33

Perubahan dalam dunia jurnalistik yang disinggung oleh Pavlik tersebut adalah

tentang media baru dan perubahan yang terjadi dalam dunia jurnalistik. Pertama,mengenai

32 Mark Deuze., Online Journalism: Modelling the First Generation of News Media on the World Wide

Web. Diunduh dari http://firstmonday.org/article/view/893/802 pada 16 April 2014 pukul 17.32 wib. 33 John Vernon Pavlik., Journalism and New Media (New York: Columbia University Press, 2001),

hlm.xiii.

16

sifat isi berita yang berubah sebagai akibat dari kemunculan teknologi media baru. Kedua,

mengenai cara wartawan melakukan pekerjaan mereka di era digital. Ketiga, mengenai

perubahan struktur ruang berita dan industri berita yang juga mengalami transformasi.

Keempat, media baru yang membawa tentang penataan antara hubungan dengan organisasi

berita, wartawan, dan masyarakat, termasuk juga audiens, sumber, kompetitor, pengiklan dan

pemerintah.

Menambahkan perkembangan media online yang sedemikian cepatnya karena sarat

dengan teknologi juga memiliki masalah tersendiri. Masalah kualitas, kredibilitas serta krisis

keuangan merupakan masalah umum yang dihadapi oleh media online sebagai salah satu

bentuk dari media baru (new media). 34

Johnson dan Kaye menambahkan bahwa sumber informasi akan berpengaruh

terhadap kredibilitas media. Hal ini disebabkan salah satu karakteristik dasar dari internet

adalah akses secara gratis yang dapat menyebabkan pengguna internet untuk memasukan

informasi tanpa adanya pengawasan.35

Aspek yang membedakan antara berita dalam media online dengan media massa yang

lainnya antara lain dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu breaking news, realtime, dan

running news yang menjadi karakteristik dalam media online. Mengkaji pemberitaan

perempuan dalam media berita online, peneliti akan menggunakan analisis isi media dengan

menggunakan teknik analisis framing. Peneliti melihat kajian berita perempuan di media

berita online.

E.4 Berita Perempuan

Ashadi Siregar mencoba membedakan pendekatan dalam melihat tema media dan

perempuan. Pendekatan pertama adalah dengan cara memperhatikan tentang “wacana

perempuan” dan pendekatan kedua adalah dengan memperhatikan “peranan kaum

perempuan” dalam tampilan sebuah media massa. Kedua pendekatan ini penting dalam

melihat orientasi isi media massa yang dipengaruhi oleh struktur yang tidak seimbang antara

pekerja media laki-laki dan perempuan. Hal ini akan dapat kita lihat dari isi dan tampilan

media massa tersebut.36 Contoh produk berita media massa yang menampilkan eksploitasi

terhadap perempuan dapat dilihat dari pemberitaan yang dilakukan oleh media tersebut,

dimana pemberitaan yang berkonotasi negatif, menarik dan sensasional selalu dicitrakan

34 Mahfud Anshori, “Kerangka Media Dalam Praktek Jurnalistik Online” , Tesis Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, hlm.5. 35 Michael B.Salwen, Bruce Garrison, and Paul D. Driscoll (Eds), Online News and the Public (New

Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers, 2005), hlm.148. 36 Priyo Soemandoyo., Wacana Gender & Layar Televisi (Yogyakarta: LP3y, 1999), hlm. 111.

17

dengan perempuan. Pemberitaan yang selalu berkonotasi negatif terhadap perempuan tidak

dapat kita pisahkan dari proses pencarian dan produksi berita. Berita yang sampai di

masyarakat tentunya tidak muncul begitu saja. Ada proses dan kebijakan redaksi serta tradisi

yang ada pada media tersebut akan berdampak pada hasil berita yang ditampilkan dalam

media.37

Peranan kaum perempuan juga berpengaruh pada tampilan media massa, hal ini

disebabkan dominasi media oleh pemilik, penulis, reporter, editor, dan sebagainya adalah

laki-laki. Dengan keadaan seperti ini, pemberitaan-pemberitaan perempuan yang sering

dikonotasikan negatif tidak akan bisa berubah banyak, karena pekerja medianya kebanyakan

adalah laki-laki.38

Isu perempuan dan media massa menjadi salah satu dari 12 bidang kritis sasaran

strategis landasan aksi hasil konferensi Beijing. Hal tersebut untuk meningkatkan partisipasi

dan kesempatan perempuan untuk berekspresi dan mengambil keputusan di dalam dan

melalui media massa serta teknologi-teknologi komunikasi yang baru dan memajukan

gambaran-gambaran yang seimbang dan tidak klise tentang perempuan dalam media.

Bila dilihat dari hasil sebuah konferensi tingkat dunia tentang perempuan, hal tersebut

menjadi sebuah isu yang serius melihat penggambaran perempuan yang selama ini cenderung

sebagai objek pemberitaan media massa.

Menurut Abrar, wartawan Indonesia lebih memiliki sensitifitas gender dalam

memahami masalah yang dihadapi perempuan. Meski citra perempuan dalam pandangan pers

Indonesia masih rendah, karena kebijakan keredaksian dapat dikalahkan oleh kebijakan

pemasaran yaitu segmentasi, kontribusi iklan dan keinginan pembaca.39 Penelitian yang

memiliki sensitifitas gender dapat dilhat dari penelitian M.A. Noya Letuna tentang

pemberitaan gender dalam media lokal. Peran media sebagai surat kabar daerah diharapkan

memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi dalam mencoba memberitakan upaya yang

dilakukan pemerintah dan masayarakat untuk memahami arti kesetaraan gender. Media

massa dalam perkembangannya dalam frekuensi pemberitaan mengenai perempuan dan

kesetaraan gender menjadi semakin gencar dan terus bergulir diberitakan secara kontinyu

oleh surat kabar lokal. SKH Pos Kupang yang menjadi objek dalam penelitian ini memiliki

peran tanggung jawab sosial yang sangat besar dalam pemberitaan kesetaraan gender di

provinsi NTT. Media menunjukkan kepeduliannya terhadap kaum perempuan dan membantu

37 Ibid., hlm. 115-116. 38 Ibrahim Marwah Daud dalam Idi Subandi Ibrahim dan Hanif Suranto., Konstruksi Ideologi Gender

dalam Ruang Publik (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 108. 39 Abrar

18

menjawab permasalahan kaum perempuan yang terjadi dengan membuatnya muncul

kepermukaan dan menjadi perhatian khalayak. Pemberitaan yang ditampilkn diawal

pemberitaan media ini lebih melibatkan pemerintah dan masyarakat sebagai bagian utama

penyelesaian permasalahan kesetaraan gender dengan dimensi hukum yang dianggap

mewakili pemberitaan yang disajikan.40

Hasil penelitian Yulia Agus Parina juga meneliti tentang media dalam pemberitaan

perempuan politik dalam media kompas yang cenderung memposisikan perempuan sebagai

narasumber untuk penguat dari nilai berita dimana media kompas memberikan dukungan-

dukungan positif, tetapi ketika tokoh perempuan terlibat aktivitas maskulin seperti olahraga,

media mengecilkan peran penting tokoh. Motivasi pemberitaan kompas adalah tokoh yang

memiliki peranan dalam memperhatikan kepentingan publik perempuan (kesehatan ibu anak),

tokoh mengalami degradasi moral akibat konflik hukum, perjuangan tokoh untuk

kepentingan politik kelompok maupun karir politik pribadinya, kepedulian tokoh terhadap

proses pendidikan, kepedulian tokoh terhadap kebijakan pemerintah melalui pemberian

alternatif yang dianggap lebih baik dari apa yang telah ditetapkan pemerintah, serta sekedar

memberikan informasi kepada publik. Sedangkan dalam media suara merdeka, memiliki cara

agak memihak dalam hal-hal urgent dengan memuat hal normatif , dan untuk hal-hal positif

normatif yang kurang urgent atau kurang banyak bermanfaat pada publik justru berpihak

secara kuat. Cara mendukung secara tidak hiperbolis dan menggunakan cara netral. Pla

pemberitaan media suara merdeka kurang jelas dalam aspek isu apa yang cenderung

didukungnya, atau dalam isu apa saja media akan bersikap netral. Motivasi pemberitaan suara

merdeka adalah tokoh melalukan proteksi kepada publik perempuan dan terhadap ancaman

moral dari media televisi dan entertainment, tokoh cukup memperhatikan nilai-nilai sakral-

religius yang umum dilakukan masyarakat, tokoh memperjuangkan reformasi (yang dikemas

seolah-olah untuk kepentingan publik), motivasi sekedar memberikan informasi politis

kepada masyarakat, motivasi informasi kondisi mentalitas tokoh dan keyakinan akan

kemampuan tokoh menggapai karir politiknya.41

40 Dapat dilihat dalam Tesis, M.A.Noya Letuna, “Pemberitaan Gender Dalam Media Lokal”, Tesis

Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2009. 41 Dapat dilihat dalam Tesis, Yulia Agus Parina, “Media dalam Pemberitaan Perempuan Politik”, Tesis

Program Pascasarjana Kajian Budaya dan media Universitas Gadjah Mada, 2009.

19

F. Model penelitian

Pemberitaan Perempuan dalam Kasus Korupsi Impor Daging Sapi

(Pada Media Berita Online Okezone.com dan Kompas.com periode Januari-Juni 2013)

Framing Teknis Kategori Bentuk Berita Online:

• Breaking News

• Realtime • Running

News

Framing Substansi:

• Peran Perempuan dalam Kasus Korupsi Impor Daging sapi - Perempuan dan

Tindak Pidana Pencucian Uang

- Perempuan dan Gratifikasi Seks

- Perempuan dan Saksi dalam Persidangan

• Pelabelan Perempuan dalam Berita Kasus Korupsi Impor Daging Sapi

Teknik Framing: Basic Frame: (Konflik, Ekonomi, Kemajuan, Moral etika hukum, Personalisasi)

Frame Analysis: (Define Problems, Diagnose causes, Causal Interpretation, treatment recommendation)

Berita Perempuan dalam Kasus Korupsi Impor Daging Sapi Okezone.com

Berita Perempuan dalam Kasus Korupsi Impor Daging Sapi Kompas.com

Jurnalisme Berperspektif Gender:

- Fakta - Posisi Media - Posisi Jurnalis - Hasil Peliputan

• Framing Berita Perempuan dalam Kasus Korupsi Impor Daging Sapi Okezone.com

• Framing Berita Perempuan dalam Kasus korupsi Impor Daging Sapi Kompas.com

• Berita yang Berperspektif Gender • Berita yang Bias Gender • Opini Publik yang Terbentuk dalam Berita

Perempuan

20

G. Kerangka Konsep

Dalam menganalisis suatu objek penelitian, dibutuhkan konsep-konsep yang dapat

memberikan batasan-batasan dalam penelitian tertentu. Dari penjabaran teori yang telah

dijelaskan sebelumnya, ada beberapa konsep utama yang akan dielaborasi secara lebih

mendalam dalam penelitian ini. Adapun konsep-konsep dalam penelitian ini adalah:

G.1 Konstruksi Berita

Dalam melakukan konstruksi berita, media massa akan memulai hal tersebut dengan

membuat berita dari suatu persitiwa yang memiliki nilai berita dan dianggap layak untuk

diketahui oleh khalayak. Dalam lingkup redaksi di media massa, berita akan melalui proses

seleksi dan proses penonjolan berita yang dianggap oleh redaksi penting untuk ditampilkan

kepada khalayak. Penelitian ini menggunakan pemahaman konstruksionis dimana menurut

Eriyanto pendekatan ini mempunyai penilaian sendiri bagaimana media, wartawan, dan berita

itu dilihat. Dalam pendekatan ini juga disimpulkan bahwa dalam pembuatan berita, opini

wartawan dalam meliput berita tidak dapat dihilangkan, karena berita bersifat subjektif.

Dalam pandangan konstruksionis, disebutkan juga bahwa nilai,etika, atau keberpihakan

wartawan tidak dapat dipisahkan dari proses pembuatan berita. Hal ini akan berdampak apada

khalayak yang meihat berita yang dibuat oleh wartawan tersebut yang juga memiliki

penafsiran sendiri yang bisa berbeda dari pembuat berita.

G.2 Model Analisis Framing

Penelitian ini menggunakan perpaduan antara model analisis framing dari Robert

N.Entman dan Urs Dahinden. Dalam model analisis yang ditawarkan oleh Robert N.Entman,

terdapat empat elemen framing yang ditawarkannya, yaitu: Define Problem (Pendefenisian

Masalah), Diagnose Causes (Memperkirakan masalah atau sumber masalah), Make Moral

Judgement (Membuat Keputusan Moral), dan Treatment Recommendation (Menekankan

Penyelesaian). Sedangkan framing dari Urs Dahinden lebih menangkap fenomena secara

makro yang ditawarkan dalam lima basic frame, yaitu: konflik, ekonomi, kemajuan, moral-

etika-hukum, dan personalisasi. Dalam penelitian ini tidak semua dari elemen framing Robert

N.Entman dan Urs Dahinden dipakai dalam penelitian. Elemen yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan dua elemen framing dari Robert N.Entman, yaitu: Define

Problem (Pendefenisian Masalah) dan Diagnose Causes (Memperkirakan masalah atau

sumber masalah). Sedangkan dari Urs Dahinden akan digunakan tiga basic frame, yaitu:

personalisasi, moral-etika-hukum, dan ekonomi. Berikut penjelasan dari masing-masing

elemen framing tersebut:

21

- Define Problem (Pendefenisian Masalah) dalam penelitian ini digunakan untuk melihat

sebuah isu atau peristiwa dilihat sebagai masalah apa. Pendefenisian masalah ini digunakan

sebagai identifikasi awal dalam melihat pemberitaan perempuan di seputar kasus korupsi

impor daging sapi dari sudut pandang media, dimana aspek ini berhubungan dengan

pemilihan fakta yang diseleksi untuk ditampilkan di media berita online okezone.com dan

kompas.com.

- Diagnose Causes (Memperkirakan masalah atau sumber masalah) dalam penelitian ini

digunakan untuk melihat suatu peristiwa itu disebabkan oleh apa dan siapa yang dianggap

sebagai penyebab masalah. Dalam pemberitaan perempuan di seputar kasus korupsi impor

daging sapi ini, perempuan yang diberitakan bisa saja dianggap berperan sebagai pelaku,

tetapi bisa juga dianggap berperan sebagai korban, hal tersebut tergantung bagaimana media

melihat peristiwa tersebut. Hal ini akan dianalisis dalam penelitian ini dimana peneliti akan

melihat bagaimana pemberitaan ini digambarkan oleh media berita online okezone.com dan

kompas.com.

- Personalisasi dalam penelitian ini akan menjelaskan tema yang dilihat dari perspektif

personal dari individu.

- Moral-etika-hukum dalam penelitian ini akan menjelaskan tema yang dibahas dan

didiskusikan dari perspektif moral, etika, dan hukum.

G.3 Berita Perempuan

Berita merupakan hasil produksi dari kerja jurnalistik yang berupa narasi atau gambar.

Dalam penelitian ini, berita yang digunakan adalah berita perempuan di seputar kasus korupsi

pada kurun waktu Januari 2013-Juni 2013 yang ada di okezone.com dan kompas.com. Berita

perempuan dalam kasus korupsi impor daging sapi ini akan dilihat dari dua bagian. Bagian

pertama mengenai peran perempuan dalam kasus korupsi impor daging sapi yang dibagi lagi

menjadi tiga bagian, yaitu: perempuan dan tindak pidana pencucian uang (TPPU), perempuan

dan gratifikasi seks, dan perempuan sebagai saksi. Bagian kedua akan melihat pelabelan

perempuan dalam berita kasus korupsi impor daging sapi di okezone.com dan kompas.com.

G.4 Berita Online

Berita online memiliki kategori yang membedakannya dengan media konvensional,

diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang ditulis ‘nyaris’

bersamaan dengan waktu peristiwa berlangsung. Realtime, yang merupakan berita yang

memiliki jeda antara kejadian atau epristiwa tidak jauh berbeda. Running news, yang

merupakan berita yang dilengkapi melalui link berita. Hal ini disebabkan karena berita online

22

menyajikan berita yang cepat dan akurat sehingga untuk tetap menghadirkan cover both side,

akan diperlukan konfimasi pada berita-berita selanjutnya.

H. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini akan membahas tentang jenis penelitian,

subjek penelitian, objek penelitian, teknis pengumpulan data dan analisis data yang akan

dijelaskan sebagai berikut:

H.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

analisis isi media dengan teknik analisis framing. Hal ini disebabkan penelitian ini ingin

menggambarkan bagaimana media berita online okezone.com dan kompas.com dalam

membingkai berita perempuan di seputar kasus korupsi impor daging sapi pada kurun waktu

Januari 2013-Juni 2013.

H.2 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan istilah untuk menjawab apa yang sebenarnya hendak

diteliti dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah berita-berita

perempuan di seputar kasus korupsi impor daging sapi di okezone.com dan kompas.com pada

kurun waktu Januari 2013-Juni 2013. Selama kurun waktu tersebut okezone memberitakan

tentang berita perempuan sebanyak 165 berita tentang perempuan di seputar kasus korupsi

impor daging sapi dan kompas memberitakan berita perempuan sebanyak 134 berita. Namun

dalam penelitian ini, tidak semua berita yang ada di okezone.com dan kompas.com digunakan

dalam penelitian ini. Peneliti akan menggunakan berita yang sesuai tema berita pemberitaan

perempuan yang telah dikategorikan sehingga berita yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 20 berita membahas tentang berita perempuan di okezone.com dan 14 berita

membahas berita perempuan di kompas.com. Pada visual images juga akan dibahas dalam

penelitian ini, dimana akan dibahas sebanyak 5 visual images di okezone.com dan sebanyak 3

visual images di kompas.com.

H.3 Teknis Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini didapatkan dengan mengumpulkan berita-berita perempuan

dalam kasus korupsi impor daging sapi di okezone.com dan kompas.com pada kurun waktu

Januari 2013-Juni 2013.

H.4 Analisis Data

Analisis framing merupakan pengembangan dari metode analisis isi media. Prinsip

analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi dan penajaman terhadap dimensi-

dimensi tertentu dari fakta yang diberitakan media. Data dikumpulkan dari okezone.com dan

23

kompas.com tentang berita perempuan perempuan di seputar kasus korupsi impor daging sapi

oleh peneliti. Kemudian data tersebut akan digunakan untuk dipilih dari codingsheet dari

berita-berita yang telah dipilih akan dianalisis menggunakan perangkat framing dari Robert

N.Entman dan Urs Dahinden. Analisis akan dilakukan berdasarkan tema substansi yang telah

ditetapkan oleh peneliti sebelumnya. Setelah dianalisis, isi berita akan dicermati untuk

menemukan temuan penting dalam penelitian ini. Setelah itu, peneliti juga akan

membandingkan frame okezone.com dan kompas.com dalam membingkai berita perempuan

tersebut. Setelah itu semua data temuan peneliti akan disimpulkan menjadi temuan tertentu.