BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara”.
Bidang pendidikan merupakan salah satu andalan untuk mempersiapkan
sumber daya manusia. Pada era modern seperti sekarang ini, pendidikan telah
menjadi kebutuhan yang utama, karena pendidikan ikut berperan penting dalam
kehidupan masyarakat. Dari mulai sekolah dasar, menengah hingga perguruan
tinggi, pendidikan menjadi perhatian utama. Dalam perkembangan jaman,
pendidikan mencoba memberikan solusi untuk membantu proses belajar siswa,
oleh karena itu perlunya model – model pembelajaran yang menyenangkan yang
perlu diterapkan untuk membangun semangat belajar siswa.
Mengingat bahwa siswa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pendidikan, perlu diupayakan adanya pembenahan terhadap berbagai hal yang
berkaitan dengan optimalisasi prestasi belajar siswa.Faktor – faktor yang
mempengaruhi belajar, dapat memberikan dukungan yang positif dalam
belajarmaupun dapat juga menghambat proses belajar. Hambatan yang terjadi
2
berakibat pada hasil belajar individu yang mengalami proses belajar tidak sesuai
dengan yang diinginkannya keadaan – keadaan tersebut berdampak pada
timbulnya masalah pada proses belajar selanjutnya. Minat belajar siswa yang
rendah akan menjadi hambatan yang sangat berarti pada proses pembelajaran,
karena dapat mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.
Hal ini ditunjukkkan dengan sikap siswa yang cenderung ramai sendiri,
mengobrol dengan teman, dan tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh
guru. Ketika siswa diberi latihan soal yang mempunyai tingkat kesukaran sedikit
sulit, siswa cenderung tidak mengerjakan soal tersebut dan jika siswa tersebut
mengerjakannya, siswa hanya mengerjakan dengan asal-asalan dan semaunya
sendiri, hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang kurang dari 75,00.
Berdasarkan pada permasalahan tersebut akan dilaksanakan penelitian
pembelajaran IPS menggunakan metode TGT untuk meningkatkan hasil belajar
IPS pada siswa. Metode TGT ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi
dalam mengatasi rendahnya prestasi belajar IPS yang dialami oleh siswa sehingga
prestasi belajar bisa maksimal.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Secara umum siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
2. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang aktif dan inovatif
dalam proses pembelajaran IPS agar memicu ketertarikan siswa.
3
3. Prestasi belajar siswa kelas VIII A SMP Kristen Satya Wacana Salatiga
belum maksimal. Oleh karena itu diperlukan solusi lain dalam
pembelajaran IPS untuk meningkatkan prestasi belajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
“Bagaimana hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Kristen Satya Wacana
Salatiga setelah menggunakan model pembelajaran TGT?”
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian
adalah :
Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar IPS menggunakan model
pembelajaran TGT pada siswa kelas VIII A SMP Kristen Satya Wacana
Salatiga Semester I Tahun 2016/ 2017.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara menyeluruh, hasil penelitian ini diharapkan mampu
memberikan suatu terobosan baru terhadap pembelajaran IPS terutama
pada kemampuan berfikir kritis dan keaktifan siswa melalui metote
pembelajaran TGT, selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam strategi pembelajran, khususnya IPS di
sekolah, serta mampu mengoptimalkan kemampuan siswa.
2. Manfaat Praktis
4
a. Manfaat Bagi Siswa :
1. Memberi suasana baru bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar
yang di harapkan memberi semangat baru dalam belajar.
2. Membantu mempermudah siswa dalam menguasai materi sesuai
standart kompetensi dasar
3. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
b. Manfaat Bagi Guru :
1. Meningkatkan profesionalitas dan kreatifitas guru.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi guru dalam
memilih strategi apa yang harus dilakukan saat menemui kendala
dengan hasil belajar siswa.
c. Manfaat Bagi Sekolah:
1. Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil
2. belajar IPS siswa.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dengan
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah
laku, ketrampilan, kecakapan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri
individu yang belajar (Nana Sudjana, 1989: 5)
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar
adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga muncul
perubahan tingkah laku. Winkel (2004:53) mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat
bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.
a. Faktor internal, merupakan faktor di dalam diri siswa yang meliputi faktor
fisik misalnya kesehatan dan faktor psikologis, misalnya motivasi,
kemampuan awal, kesiapan, bakat, minat dan lain-lain.
b. Faktor eksternal, merupakan faktor yang ada di luar diri siswa, misalnya
keluarga, masyarakat, sekolah dan lain-lain.
6
Herman Hudoyo (1988: 6-7)juga mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar sebagai berikut.
a. Peserta didik, meliputi: kemampuan, kesiapan, minat, motivasi, serta
kondisi siswa pada saat mengikuti kegiatan belajar.
b. Pengajar, meliputi: pengalaman, kepribadian, penguasaan materi dan cara
penyampaian yang diberikan oleh guru.
c. Prasarana dan sarana, meliputi ruangan, alat bantu belajar, buku tulis dan
sumber belajar yang membantu kelancaran proses belajar-mengajar.
d. Penilaian, digunakan untuk melihat hasil belajar siswa sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kegiatan belajar dan memperbaiki hasil
belajar selanjutnya.
Faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan prestasi belajar siswa salah
satunya adalah meningkatkan prestasi siswa dalam belajar. Berdasarkan observasi
peneliti di sekolah dan wawancara dengan guru IPS, 9 dari 24 siswanya kurang
memahami pelajaran IPS. Hal ini dilihat dari nilai tes IPS yang kurang dari 75.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku, karena pengalaman
dan latihan. Perubahan tingkah laku itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan
tetapi juga berbentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan,
minat, penyesuaian diri, atau secara singkat perubahan mengenai segala aspek
organisme atau pribadi seseorang. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari
tidak mengerti menjadi mengerti.
7
2. Pengertian Mengajar
Mengajaradalahsuatuaktivitasmengorganisasikanataumengaturling
kungansebaik-baiknyadanmenghubungkannyadengananak, sehinggaterjadi
proses mengajar (Nana Sudjana, 1989: 7). Mengajar merupakan bagian
dari proses belajar yang merupakan suatu upaya untuk menghasilkan
tingkah laku. Menurut Witherington pada hakikatnya mengajar adalah
proses yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kegiatan belajar
siswa ( Hamzah Uno B. 2007: 34 ) Dengan demikian, sebagai pembimbing
belajar, guru mendudukan diri untuk memberikan kemampuannya dalam
mempelajari bahan tertentu bagi pengembangan daya pikir.
3. Mata Pelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi,
sejarah, antropologi, sosiologi dan tata negara (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan,1993: 1). Sedangkan menurut Mulyono, J (1980: 2) Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah pengetahuan tentang perwujudan dari suatu
pendekatan interdisiplin (Interdisiplinary Approach) dari pelajaran ilmu-
ilmu sosial (Sosial Science). Hal ini merupakan integrasi dari berbagai
macam cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, antropologi, geografi,
ilmu politik, sejarah, psikologi, dan sebagainya yang dipilih dan
disesuaikan untuk keperluan pengajaran di sekolah-sekolah.
Menurut Nasution (1975: 12), yang dimaksud Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang
8
pada dasarnya mempersoalkan manusia dan lingkungan sosilanya dan
yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti : geografi, sejarah,
antropologi, sosiologi, ilmu politik dan psikologi.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah pengetahuan atau mata pelajaran yang
merupakan suatu program pendidikan yang diambil dari berbagai ilmu
sosil dari kejadian nyata di dalam masyarakat yang pada pokoknya
mempersoalkan manusia dan lingkungan fisik maupun sosialnya yang
bahannya dipilih dan disesuaikan untuk pengajaran di Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA).
4 .Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAIKEM)
Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya
bukanlah sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang
perlu disyukuri. Dengan demikian PAIKEM adalah pembelajaran yang
dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun
keterkaitan antara informasi baru dengan pengalaman yang telah dimiliki
dan dikuasai peserta didik. (Agus Suprijono,2011: 10-11).
PAIKEM adalah singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Aktif yang dimaksudkan adalah pembelajaran harus
menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
9
Inovasi adalah proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang
dipelajari, makna itu bisa dicapai apabila pembelajaran itu dapat
memfasilitasi kegiatan belajar yang memberi kesempatan kepada peserta
didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dijalankan.
Kreatif juga dimaksudkan menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan
pemikiran seperti itulah kreativitas dapat dikembangkan.
Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif yang
melibatkan evaluasi bukti. Efektif adalah jantungnya sekolah efektif.
Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh
komponen pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio
emotionalclimate positif.
5 Model Pembelajaran TGT
Slavin (2005:163) mengemukakan bahwa secara umum TGT ( Teams
Games Tiurnament) sama dengan STAD (Student Team Division
Achivement) kecuali satu hal yaitu TGT menggunakan turnamen akademik,
dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu dimana para
siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang
kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering
digunakan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada
struktur STAD yang biasanya. Deskripsi dari komponen-komponen TGT
adalah sebagai berikut.
10
a. Presentasi di Kelas. (Sama seperti dalam STAD) dalam presentasi kelas
ini, guru memberikan materi secara singkat kepada siswa.
b. Tim. (Sama seperti dalam STAD) guru membagi siswa menjadi 6
kelompok dimana terdiri acak dari siswa yang pintar, menengah dan
rendah.
c. Game. Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya
relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang
diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game
tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-
masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa
nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang
siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab
pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan
tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang
jawaban masing-masing.
d. Turnamen. Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung.
Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru
memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja
kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru
menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen. Tiga siswa
berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 2 dan seterusnya. Kompetisi
yang seimbang ini, seperti halnya sistem skor kemajuan individual dalam
STAD, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya
11
berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka
melakukan yang terbaik. Gambar 2.1 mengilustrasikan hubungan antara
tim heterogen dan meja turnamen homogen. Setelah turnamen pertama,
para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada
turnamen terakhir. Pemenangpada tiap meja “naik tingkat” ke meja
berikutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 6 ke meja 5): skor
tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama; dan yang skornya
paling rendah “diturunkan”. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa
sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan
atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang
sesungguhnya.
12
e. Skema TGT
TEAM A
A-1 A-2 A-3 A-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
B-1 B-2 B-3 B-4 C-1 C-2 C-3 C-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang Rendah
TEAM B TEAM C
Gambar 2.1. Penempatan Pada Meja Turnamen
Sumber:(Slavin:168)
f. Rekognisi Tim. (Sama seperti STAD)
Nasikan (2006) mengungkapkan Model pembelajaran kooperatif tipe
TGT adalah “Pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang
menyangkut strategi, tipe, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas” (Ridhaazza, 2012).
Meja
Turnamen
1
Meja
Turnamen
2
Meja
Turnamen
4
Meja
Turnamen
3
13
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu pembelajaran kooperatif
yang mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang
memiliki kemampuan homogen dalam pembelajaran di kelas.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari
beberapa tahap dan pada awal kegiatan, siswa terlebih dahulu mendapat
pemberitahuan bahwa pada akhir pembelajaran akan diadakan turnamen
antar kelompok berupa kegiatan tanya jawab seputar materi. Tahapan
pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Slavin dan De Vries (Slavin,
2008:69), antara lain:
a. Persiapan pembelajaran
Untuk tipe TGT penyusunan materi dibuat sedemikian rupa dengan
maksud agar dapat disajikan dalam presentasi kelas, belajar kelompok dan
turnamen akademik. Bentuk persiapan tersebut dapat dikemas dalam satu
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran, bahan ajar,
lembar kerja, persiapan turnamen akademik dan tes hasil belajar yang akan
diujikan setelah selesai pembelajaran.
b. Pelaksanaan pembelajaran
Pembelajaran TGT mempunyai beberapa komponen pendukung
pelaksanaan yaitu: presentasi kelas, kelompok belajar, turnamen,
penghargaan (Rahadi, 2002:16). Berikut ini dipaparkan masing-masing
komponen:
1. Presentasi kelas
14
Pada kegiatan ini guru memperkenalkan materi pelajaran yang akan
dibahas, yaitu dengan cara pengajaran langsung, diskusi atau dapat
dengan metode lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam presentasi kelas
ini berbeda dengan presentasi biasa, karena presntasi pada pembelajaran
kooperatif tipe TGT disampaikan hanya menyangkut pokok-pokok materi
dan penjelasan tentang teknik pembelajaran yang digunakan.
2. Kelompok belajar
Sebuah kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT dibentuk
dengan beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa, terdiri dari siswa yang
mempunyai kemampuan akademik berbeda dan mempertimbangkan
kriteria heterogen (jenis kelamin, kemampuan akademik, suku dan latar
belakang sosial).
a. Pelaksanaan belajar kelompok
Perangkat pembelajaran yang diperlukan yaitu bahan ajar,
kegiatan utama pada tahap ini adalah siswa mempelajari bahan ajar sesuai
materi yang sedang dipelajari dan mengerjakan lembar kerja secara
kelompok. Perlu ditekankan pada siswa bahwa ada aturan dasar dari
belajar kelompok agar tercapai dengan baik, yaitu:
1. Siswa mengatur bangku dan duduk sesuai kelompok.
2. Siswa diberikan waktu untuk memilih nama kelompok.
3. Siswa harus bekerja secara berkelompok.
4. Siswa menghentikan belajarnya jika semua anggota kelompok telah
memahami materi yang sedang dipelajari, atau telah menjawab semua
15
soal yang ditugaskan atau waktu yang telah digunakan untuk
mempelajari materi yang ditugaskan telah habis.
5. Ketika semua siswa sedang belajar bersama kelompok, sebaiknya
guru berkeliling dalam kelas memperhatikan cara keja mereka dan
memberikan bimbingan belajar jika memang diperlukan.
a. Turnamen akademik
Turnamen akademik dilakukan setiap akhir sesi pembelajaran,
bertujuan untuk menguji pemahaman siswa setelah belajar kelompok. Siswa
dalam satu kelas dibagi dalam meja-meja akademik. Setiap meja akademik
terdiri dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan akademik relatif
sama, tetapi mewakili kelompok-kelompok yang berbeda. Setiap meja
akademik memiliki tingkatan masing-masing dan diurutkan oleh guru mulai
dari meja akademik yang terdiri dari siswa-siswa pandai sampai dengan
meja akademik yag terdiri dari siswa-siswa berkemampuan akademik
kurang, hal ini dilakukan karena setiap akhir turnamen akan ada siswa yag
pindah meja akademiknya ke meja yang paling tinggi atau ke meja yang
paling rendah.
Pada awal periode permainan, umumkan penempatan meja turnamen
dan mintalah mereka memindahkan meja-meja bersama atau menyusun
meja sebagai meja turnamen. Acaklah nomor-nomornya supaya para siswa
tidak bisa tahu nama meja “atas” dan yang “bawah”. Mintalah salah satu
siswa yang akan dipilih untuk membagikan satu lembar permainan atau
16
lembar jawaban, satu kotak kartu nomor dan satu lembar skor permainan
pada tiap meja. Lalu mulailah permainan tersebut.
Pembaca pertama membaca kartu dan mengambil kartu yang teratas.
Dia lalu membacakan soal dengan keras yang berhubungan dengan nomor
yang ada pada kartu termasuk pilihan jawabannya, jika soalnya pilihan
ganda. Misalnya seorang siswa mengambil kartu nomor 21 membaca dan
menjawab soal nomor 21. Pembaca yang tidak yakin akan jawabannya
diperbolehkan menebak tanpa dikenai sanksi. Jika konten dari permainan
tersebut melibatkan permasalahan, semua siswa (bukan hanya si pembaca)
harus mengerjakan permasalahan tersebut siapa siap untuk ditantang.
Setelah si pembaca memberikan jawaban, siswa yag ada di sebelah kiri atau
kanannya (penantang pertama) punya opsi untuk menantang dan
memberikan jawaban yang berbeda. Jika dia ingin melewatinya, atau apabila
penantang kedua punya jawaban yang berbeda dengan dua peserta pertama,
maka penantang kedua boleh menantaang. Akan tetapi, penantang harus
berhati-hati karena mereka harus mengembalikan kartu yang telah
dimenangkan sebelumnya ke dalam kotak (jika ada) apabila jawaban mereka
salah. Apabila semua peserta mempunyai jawaban, ditantang atau melewati
pertanyaan, penantang kedua (atau peserta yang ada di sebelah kanan
pembaca) memeriksa jawaban dan membacakan jawaban yang benar dengan
keras. Si pemain yang memberikan jawaban benar menyimpan kartunya,
jika kedua penantang memberikan jawaban yang salah, dia harus
mengembalikan kartu yang dimenangkan ke dalam kotak.
17
Gambar 2.2. Aturan Permainan Slavin (2005:173)
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekuragannya
masing-masing, demikian juga dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT. Menurut Slavin (2005:175), kelebihannya adalah sebagai berikut:
1. Melalui interaksi dengan anggota kelompok, semua memiliki
kesempatan untuk belajar mengemukakan pendapatnya atau
memperoleh pengetahuan dari hasil diskusi dengan anggota
kelompoknya.
2. Pengelompokan siswa secara heterogen dalam tingkat kemampuan,
jenis kelamin, maupun ras diharapkan dapat membentuk rasa hormat
dan saling menghargai diantara siswa.
Pemain 1
1. Ambil kartu bernomor dan carilah soal yang
berhubungan dengan nomor tersebut pada
lembar permainan.
2. Bacalah pertanyaan dengan keras.
3. Cobalah untuk menjawab soal.
Pemain 2
Menantang jika dia mau (dan
memberikan jawaban yang
berbeda) atau boleh melewatinya.
Pemain 3
Boleh menantang jika pemain 2 melewati, dan jika dia
memang mau. Apabila semua pemain sudah
menantang atau melewati pemain 3 memeriksa
jawaban. Siapapun yang menjawab benar berhak
menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada
sanksi, tetapi jika kedua pemain 2 dan 3 salah, maka
dia harus mengembalikan kartu yang telah
dimenangkan ke dalam kotak (jika ada).
18
3. Dengan belajar kooperatif siswa mendapat keterampilan yang tidak
dimiliki dalam pembelajaran lain.
4. Dengan diadakannya turnamen, diharapkan dapat membangkitkan
motivasi siswa untuk berusaha lebih baik bagi diri sendiri maupun
kelompoknya.
5. Dengan turnamen dapat membentuk siswa mempunyai kebiasaan
bersaing sportif dan selanjutnya menumbuhkan keberanian dalam
berkompetisi, akibatnya siswa selalu dalam posisi unggul.
6. Dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT, dapat menanamkan
pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan belajar baik untuk
dirinya maupun seluruh anggota kelompok.
7. Kegiatan belajar mengajar berpusat pada siswa, sehingga dapat
menumbuhkan keaktifan siswa.
Adapun kelemahannya antara lain:
1. Penggunaan waktu yang relatif lama dan biaya yang besar.
2. Jika kemampuan guru sebagai motivator dan fasilitator kurang memadai
atau sarana pembelajaran tidak cukup tersedia, maka pembelajaran
kooperatif tipe TGT sulit dilaksanakan.
3. Apabila sportifitas siswa kurang, maka ketrampilan berkompetisi siswa
yang terbentuk bukanlah yang diharapkan.
2. Penelitian Yang Relevan
Lisa Putri Harmawati (2016) dalam penelitiannya yang dilakukan di SDN
Blotongan Salatiga, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
19
Games Turnamen Untuk Meningkatkan kemampuan Memecahkan Masalah
IPA Siswa Kelas IV SDN BLOTONGAN SALATIGA oleh mahasiswa
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas FKIP, Universitas Kristen
Satya Wacana menyatakan bahwa metode ini sangat efektif untuk
meningkatkan prestasi siswa. Terbukti bahwa hasil belajar siswa dapat
meningkat dari siklus I sampai siklus II.
Utaminingsih (2011) dalam penelitiannya yang dilakukan di MTs N
Ngablak dalam skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Dengan Metode Kooperatif TGT pada siswa
kelas VIIIc MTs N Ngablak Semester II Tahun Ajaran 2010/ 2011.
Dari penelitian diatas terdapat persamaan yaitu sama – sama menggunakan
model pembelajaran TGT yang saat ini juga sedang dilakukan oleh peneliti.
Perbedaan dari penelitian diatas dengan penelitian yang dilakukan saat ini
adalah, penelitian saat ini dilakukan di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga
pada siswa kelas VIII A semester I tahun 2016/2017
20
3. Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka di atas, maka dapat
disusun kerangka berfikir sebagai berikut.
Sumber : ( Sardiman A. M, 1996: 80 ).
4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, hipotesis tindakan
pada penelitian ini diduga hasil belajar siswa setelah menggunakan model TGT
diduga meningkat dari pada sebelum guru menerapkan model pembelajaran
TGT.
Siswa: hasil
belajar IPS
rendah
Guru : belum
menggunakan
metode TGT
KONDISI AWAL
Guru:
menggunakan
metode TGT
Siklus I: Ceramah,
penugasan, TGT TINDAKAN
Siklus II: pemberian
tugas dan TGT,
Pemberian penghargaan.
KONDISI AKHIR Hasil belajar
meningkat