BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan...

16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi Humas sebagai sumber informasi terpercaya saat ini sangatlah penting. Melalui berbagai programnya Humas dijadikan jembatan penghubung pemberian informasi dari suatu organisasi atau institusi kepada khalayak luas. Besarnya pengaruh penyebaran informasi menjadi tantangan tersendiri untuk Humas. Jika dilihat saat ini Indonesia telah memasuki era dimana keterbukaan informasi terjadi begitu penting hampir di seluluh pelosok Indonesia melalui berbagai media komunikasi, Seperti melalui media masa yang meliputi media cetak dan elektronik. Selain itu dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi, keterbukaan informasi juga mulai merambah ke media sosial yang melibatkan teknologi internet, sehingga keterbukaan informasi berjalan begitu cepat dan menyebar luas dikalangan masyarakat. Hal tersebut menyebabkan banyaknya informasi yang tidak dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya . Saat ini masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan berita hoax. Masalah yang selalu ditimbulkan dengan adanya berita hoax dikalangan masyarakat membuat banyaknya kepedulian untuk memberantas penyebaran berita hoax. Hal tersebut juga kerap kali dikaitkan dengan ujaran kebencian yang bertujuan pada tindak kejahatan terhadap individu, RAS atau kelompok tertentu, dalam undang-

Transcript of BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fungsi Humas sebagai sumber informasi terpercaya saat ini sangatlah

penting. Melalui berbagai programnya Humas dijadikan jembatan penghubung

pemberian informasi dari suatu organisasi atau institusi kepada khalayak luas.

Besarnya pengaruh penyebaran informasi menjadi tantangan tersendiri untuk

Humas.

Jika dilihat saat ini Indonesia telah memasuki era dimana keterbukaan

informasi terjadi begitu penting hampir di seluluh pelosok Indonesia melalui

berbagai media komunikasi, Seperti melalui media masa yang meliputi media cetak

dan elektronik. Selain itu dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi,

keterbukaan informasi juga mulai merambah ke media sosial yang melibatkan

teknologi internet, sehingga keterbukaan informasi berjalan begitu cepat dan

menyebar luas dikalangan masyarakat.

Hal tersebut menyebabkan banyaknya informasi yang tidak dapat di

pertanggung jawabkan kebenarannya . Saat ini masyarakat lebih mengenalnya

dengan sebutan berita hoax.

Masalah yang selalu ditimbulkan dengan adanya berita hoax dikalangan

masyarakat membuat banyaknya kepedulian untuk memberantas penyebaran berita

hoax. Hal tersebut juga kerap kali dikaitkan dengan ujaran kebencian yang

bertujuan pada tindak kejahatan terhadap individu, RAS atau kelompok tertentu,

dalam undang-

Page 2: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

2

undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai

landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia

No.19 tahun 2016 tentang perubahan atas undang-undang No.11 tahun 2008 tentang

informasi dan transaksi elektronik. Pada Undang-Undang tersebut terdapat pasal

khusus yang bermuatan tentang penyebaran hoax dan ujaran kebencian, pasal tersebut

adalah Pasal 27 ayat 3 yang menyebutkan melarang setiap orang dengan sengaja dan

tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat di

aksesnya informasi elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan

penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. (KEMENINFO, 2016)

Berdasarkan hal tersebut membuat semangat Polri sebagai lembaga yang

bertugas mengamankan dan mengayomi masyarakat Indonesia untuk ikut serta dalam

pemberantasan berita hoax dan ujaran kebencian yang marak di masyarakat. Maka

kepolisian Republik Indonesia menugaskan seluruh jajaran kepolisian untuk membuat

suatu program kampanye yang bertajuk “Memberantas Hoax Dan Ujaran Kebencian”.

Hal tersebut juga dilakukan oleh Humas Polres Tangerang Selatan yang merupakan

objek penelitian penulis.

Saat ini kasus peyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah menjadi

perhatian Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang disampaikan pada pidatonya

dalam rangka hari Pers Nasional yang jatuh pada 9 Februari 2018. Pada pidatonya

beliau menilai bahwa masyarakat Indonesia kini cenderung bergeser mengkonsumsi

berita di media sosial, bahkan isu hoax dan ujaran kebencian dapat menciptakan

perpecahan jika terus dibiarkan. Karena itu, Presiden telah memerintahkan Kapolri

Jenderal Tito Karnavian menindak tegas kasus-kasus penyebaran hoax dan ujaran

Page 3: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

3

kebencian, Presiden juga meminta seluruh pers dan masyarakat Indonesia bersama-

sama menghentikan penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian. (Detik.com, 2018)

Pada pelaksanaannya Polres Tangerang Selatan membidik beberapa target

sasaran diantaranya sekolah-sekolah, tokoh agama, Ormas (Organisasi Masyarakat)

dan masyarakat umum. Sebagai bentuk mencari dukungan Polres Tangerang Selatan

juga berkerjasama dengan beberapa media dalam mempublikasikan program

kampanye tersebut baik media lokal maupun media nasional.

Adapun tujuan dari program kampanye ini untuk membuka kesadaran

masyarakat bahwa menyebarkan berita hoax dan ujaran kebencian dapat memecah

belah NKRI, membuat masyarakat Indonesia lebih peduli dengan penyebaran berita

berita hoax. Serta membuat masyarakat sadar hukum atas undang-undang ITE, bahwa

setiap orang yang menyebarkan berita hoax dan ujaran kebencian dapat diperkarakan

ke jalur hukum.

Berdasarkan hal yang penulis kemukakan di atas program kampanye yang

dilakukan oleh Humas Polres (Kepolisian Resort) Tangerang Selatan dalam

memberantas berita hoax dan ujaran kebencian pada pelaksanaan kampanye akan

memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya penyebaran berita hoax dan

ujaran kebencian, yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2018 di Desa Lengkong

Kulon dan tanggal 06 April 2018 di Telaga Sefood BSD. Sehingga penulis

berkeinginan menjadikan Program kampanye tersebut sebagai fokus Tugas Akhir

dengan judul “Program Kampanye Humas Kepolisian Resort Tangerang Selatan

dalam Upaya Memberantas Berita Hoax dan Ujaran Kebencian”.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

4

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Maksud dari penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk Tugas Akhir sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk upaya Humas Polres Tangerang Selatan dalam

memberantas berita hoax dan ujaran kebencian di masyarakat.

2. Mengetahui cara penyampaian edukasi kepada masyarakat terhadap berita hoax

dan ujaran kebencian yang berpotensi memecah belah NKRI.

3. Mengetahui bagaimana cara Humas Polres Tangerang Selatan mengajak

masyarakat untuk berpartisipasi dan berperan aktif dalam pemberantasan berita

hoax dan ujaran kebencian.

1.2.2. Tujuan

Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program

Diploma Tiga program studi Hubungan Masyarakat Akademi Komunikasi Bina Sarana

Informatika Jakarta.

1.3. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono metode penelitian adalah “Metode penelitian merupakan

cara ilmiah mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan,

dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bisnis.” (Sugiyono,

2015)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

5

1.3.1. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono bahwa “teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.”(Sugiyono,

2015)

Sedangkan menurut Nazir menjelaskan bahwa “Pengumpulan data adalah

prosedur yang sistematik dan berstandar untuk memperoleh data yang diperlukan.

Secara umum metode mengumpulkan data dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu:

”Metode pengamatan langsung, metode dengan menggunakan pertanyaan, metode

khusus.” (Nazir, 2014)

Melalui penjabaran diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam

melakukan riset dan penelitian dibutuhkan teknik pengumpulan data untuk medapatkan

data yang memenuhi standar yang di tetapkan. Sehingga dalam melakukan penelitian

harus mendapatkan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan ke benarannya.

Pada Tugas Akhir ini penulis melakukan teknik pengumpulang data sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Widoyoko observasi merupakan “pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek

penelitian.” (Widoyoko, 2014)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

6

Sedangkan menurut Kartono mengatakan “observasi adalah studi yang

disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan

jalan pengamatan dan pencatatan.” (Abidin, 2015)

Menurut Siregar mengatakan teknik pengumpulan data dengan observasi dapat

dibedakan berdasarkan keterlibatan pengamat dan cara pengamatan. Jika berdasarkan

keterlibatan pengamat dibagi dua yaitu:

a. Observasi Partisipan

Teknik pengumpulan data dengan cara ini dimana pengamat ikut serta

terlibat kegiatan-kegiatan yang dilakukan subjek yang diteliti atau yang

sedang diamati.

b. Observasi tak partisipan

Dimana pengamat diluar subjek yang sedang diteliti atau diamati.

Berdasarkan cara pengamat dibagi dua:

1) Observasi Tersuktur

Teknik pengumpulan data dengan cara ini pengamat dalam proses

pengumpulan data menggunakan pedoman pengamatan.

2) Observasi tak berstruktur

Pengumpulan data dengan cara ini pengamat dalam proses

pengumpulan data tidak menggunakan pedoman pengamatan. (Siregar

2013)

Pada saat penulis melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk

penyusunan Tugas Akhir ini penulis menggunakan teknik observasi dengan

mengikuti kegiatan “Program Kampanye Humas Polres Tangerang Selatan dalam

Page 7: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

7

Memberantas Berita Hoax dan Ujaran Kebencian”. Penelitian yang dilakukan dengan

cara mendatangi sekolah-sekolah, ormas, dan tokoh masyarakat dan melakukan

edukasi bahwa berita hoax dan ujaran kebencian dapat memecah belah NKRI.

Jika dilihat berdasarkan jenis observasi maka penulis masuk dalam jenis

observasi partisipasi, dimana peneliti terlibat langsung dalam program kampanye

yang dilakukan Polres Tangerang Selatan.

2. Wawancara

Menurut Nazir yang dimaksud dengan wawancara adalah “proses memeperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka

antara sipenanya atau pewawancara dengan yang ditanya atau responden dengan

menggunakna alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)”. (Nazir,

2014)

Menurut Yusuf wawancara merupakan:

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu

kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer)dan

sumber informasi atau orang yang diwawancarai (interviwee) melalui

komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan bahwa wawancara merupakan

percakapan tatap muka (face to face) antara pewawancara dan sumber

informasi, dimana pewawancara bertanya langsung tentang suatu abjek yang

teliti dan telah dirancang sebelumnya. (Yusuf, 2014)

Sedangkan pendapat berbeda dikemukaan oleh Kriyantono menyatakan

wawancara adalah percakapan antara periset yang berharap mengumpulkan

infromasi dan informan seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting

tentang suatu objek. Sebagaimana pendapatnya wawancara terbagi dalam beberapa

jenis yaitu:

a. Wawancara Pendahuluan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

8

Wawancara tidak bersistematika, tidak terkontrol, informal, terjadi begitu

saja, tidak diorganisasikan atau terarah. Wawancara ini menjadi pembuka

yang bisa membuat informan terbujuk untuk menyampaikan informasi

kepada periset dan dilanjutkan pada wawancara mendalam.

b. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

Wawancara yang menuntut periset untuk mengajukan pertanyaan yang

susanannya telah disusun sebelumnya, jawaban biasanya sudah dibaku,

dan akan dipilih dari beberapa jawaban yang telah disediakan periset.

c. Wawancara Semistruktur (Semistructured Interview)

Pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis, akan tetapi

memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan secara bebas, yang terkait

dengan permasalahan.

d. Wawancara Mendalam (Depth Interview)

Suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung

bertatapmuka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan

mendalam. (Kriyantono, 2015)

Berdasarkan teknik wawancara terdapat dua jenis sumber informasi yaitu:

a. Key Informan

Menurut Ruslan key informan adalah “orang utama yang merupakan

kunci diharapkan menjadi narasumber atau informan kunci dalam suatu

penelitian.” (Ruslan, 2016)

Page 9: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

9

Sedangkan menurut Morissan “key informan adalah orang-orang yang

memiliki pengetahuan khusus dibidang tertentu dan memiliki posisi

pimpinan pada lingkungannya.” (Morissan, 2014)

b. Informan

Menurut Ardianto “informan adalah orang yang dapat memberikan

keterangan atau nformasi mengenai masalah yang sedang diteliti dan

dapat berperan sebagai narasumber selama proses penelitian”. (Ardianto,

2014)

Sedangkan menurut Ahmadi menyatakan:

Informan dalam penelitian kualitatif disebut dengan responden, yaitu

orang yang memberikan informasi terkait dalam penelitian yang

digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian, akan didapatkan

informasi yang diharapkan, dapat berupa tulisan atau perkataan, yang

disebut sebagai data primer, yaitu orang yang tahu dan dapat dipercaya

serta mengetahui secara mendalam mengenai data-data yang diperlukan.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini Peneliti memusatkan sumber data

pada subyek penelitian yaitu informan. (Ahmadi, 2014)

Berdasarkan penjabaran diatas maka penulis masuk dalam jenis wawancara

semistruktur (Semistructured Interview) dimana penulis sebelumnya telah

menyiapkan susunan wawancara, namun penulis juga menanyakan pertanyaan

kepada nasasumber diluar draf pertanyaan yang sudah dibuat.

Jenis informasi yang dimiliki yaitu, satu key informan dan dua informan. Key

informan yang dimiliki peneliti adalah Bapak IPTU Sarman, SH yang merupakan

KASUBBAG HUMAS di Polres Tangerang Selatan. Sedangkan informan 1 bernama

Alydaziah Nabila seorang warga Desa Lengkong Kulon dan informan 2 bernama

Riman Sidik wartawan dari media online Nawacita.com.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

10

3. Kepustakaan

Menurut Sugiyono studi kepustakaan merupakan langkah awal dalam metode

pengumpulan data. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang

diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen

tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung

dalam proses penulisan ilmiah. (Sugiyono, 2015)

Sedangkan menurut Nazir pengertian “studi kepustakaan adalah teknik

pengumpulan data dengan dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-

buku, literatur-literatur, catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan

masalah yang dipecahkan”. (Nazir, 2014)

Pada proses penyusunan Tugas Akhir ini penulis juga menggunakan proses

kepustakaan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam melengkapi hasil

penelitian yang dikerjakan oleh penulis. Kegiatan kepustakaan yang dilakukan

penulis ialah mencari buku referensi diberbagai tempat seperti toko buku,

perpustakaan, dan internet.

4. Dokumentasi

Menurut Kriyantono menyimpulkan bahwa dokumentasi dengan melakukan

analisis terhadap dokumen-dokumen: newsletters perusahaan, berita-berita

media, materi presentasi dari public relations yang berisi program-program PR,

buku, majalah dari perusahaan, VCD yang diproduksi korban, regulasi

pemerintah, dan artikel-artikel di internet. (Kriyantono, 2015)

Sedangkan menurut Ruslan dokumentasi ialah:

Dokumentasi (Documentation), dalam arti luas adalah yang terkaitan dengan

kegiatan menghimpun, mengolah, menyeleksi, dan menganalisis kemudian

mengevaluasi seluruh data, informasi dan dokumen tentang suatu kegiatan,

peristiwa, atau pekerjaan tertentu yang dipublikasikan baik melalui media

elelektronik maupun cetak dan kemudian disimpan secara teratur dan

sistematis. (Ruslan, 2016)

Berdasarkan teori diatas, selama melakukan penelitian penulis menggunakan

teknik dokumentasi berupa data-data mengenai Program Kampanye Humas Polres

Page 11: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

11

Tangerang Selatan dalam Upaya Memberantas Berita Hoax dan Ujaran Kebencian,

yang di dapatkan dari pihak Polres Tangerang Selatan. Adapun arikel-artikel yang

berkaitan dengan program kampanye tersebut hasil dari transkrip dari media online,

wawancara, serta foto-foto yang didapatkan penulis dari hasil mengikuti kegiatan

Kampanye tersebut.

1.3.2. Metode Analisa Data

Menurut Gunawan menyatakan bahwa:

Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian ini karena dari

analisis ini kan diperoleh temuan, baik temuan subtantif maupun formal. Pada

hakikinya, analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,

mengelompokan, member kode/tanda, dan mengkategorikannya sehingga

diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.

Analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola. (Gunawan, 2014)

Sedangkan menurut Sugiyono “Analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.” (Sugiyono, 2015)

Maka dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini penulis menggunakan

beberapa metode analisis data dalam upaya menemukan temuan-temuan baru melalui

kasus yang penulis teliti dan metode analisis data yang dipergunakan penulis sebagai

berikut:

1. Pendekatan Kualitatif

Menurut Bungin tentang Pendekatan Kualitatif adalah “hasil-hasil penelitian

kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahan ilmu penelitian

Page 12: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

12

kualitatif melampaui berbagi tahapan berfikir kritis-ilmiah, yang mana seorang

peneliti memulai berfikir secara induktif.” (Bungin, 2015)

Sedangkan menurut Ardianto “Penelitian kualitatif yang juga disebut penelitian

interpretatif atau penelitian lapangan adalah suatu metodelogi yang dipinjam dari

ilmu sosiologi dan antropologi dan diadaptasi kedalam setting pendidikan (termasuk

komunikasi pen).” (Ardianto, 2014)

Bila dilihat adanya kajian tersebut maka metode penelitian kualitatif adalah

metode yang sesuai dengan metode yang peneliti gunakan untuk memperdalam

penelitian yang dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir. Hal tersebut dikarenkan

peneliti ingin memahami secara keseluruhan dari fenomena yang diangkat oleh

peneliti.

2. Metode Analisa Deskriptif-Kualitatif

Terdapat beberapa pendapat mengenai metode analisa deskriptif-kualitatif

diantaranya ialah:

Menurut Ardianto menyatakan penelitian deskriptif-kualitatif yaitu:

Penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif

lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada angka. Hasil

penelitian berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan

menyediakan bukti presentasi. Data tersebut mencangkup transkip wawancara,

catatan lapangan, fotografi, video-tape, dokumen pribadi, memo, rekaman-

rekaman resmi lainnya. (Ardianto, 2014)

Sedangkan Agustina menjelaskan bahwa deskritif-kulaitatif adalah “rumusan

yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang

akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.” (Agustina, 2015)

Pendapat berbeda dikemukakan oleh Rakhmat menjelaskan bahwa:

metode desktiptif kualiatif sebagai penelitian insightmulating, yakini peneliti

tidak terjun langsung kelapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori dan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

13

tidak bermaksud menguji teori, bebas mengamati objek, menjelajah serta

menemukan wawasan baru. Peneliti terus mengalami reformulasi dan

redireaksi ketika informasi-informasi baru ditemukan. Hipotetis tidak datang

sebelum penelitian. Kendati Rakhmat menyebutkan metode deskritif namun

Ardianto menyebutkan metode deskriptif-kualitatif karena dari uraian

deskriptifnya, terlihat pula nuansa kualitatif walau peneliti tidak sepenuhnya

menjadi instrumen kunci penelitian seperti halnya dalam penelitian kualitatif.

(Ardianto, 2014)

Berdasarkan penjelasan diatas maka metode analisa deskriptif-kualitatif adalah

metode yang tepat penulis gunakan karena dalam melakukan penelitian karena

penulis berusaha mengumpulkan data, lalu mengolahnya dengan cara

menggambarkan dan menginterprestasikan dalam bentuk karya ilmiah sehingga

dapat membuka wawasan baru yang dapat dinyatakan kebenarannya.

1.3.3. Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian yang dilakukan pada 06 Maret 2018 sampai 10

Mei 2018 dan penulis dilibatkan langsung dalam proses kegiatan kampanye yang

dilakukan Polres Tangerang Selatan. Proses penyusunan Tugas Akhir ini penulis

membutuhkan waktu kurang lebih selama lima bulan yaitu pada bulan Maret 2018

hingga bulan Juli 2018.

Pada saat mengikuti proses program kampanye maka, penulis tertarik untuk

mengangkat program kampanye yang dilakukan oleh Polres Tangerang Selatan yaitu

“Memberantas berita Hoax dan Ujaran Kebencian” sebagai objek penelitian

penyusunan Tugas Akhir dalam rangka memenuhi syarat kelulusan dari Akademi

Komunikasi Bina Sarana Informatika (AKOM BSI) program studi Hubungan

Masyarakat.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

14

1.4. Ruang Lingkup

Pada proses penelitian ini penulis memfokuskan pembahasan hanya di

“Program Kampanye Memberantas Berita Hoax dan Ujaran Kebencian” yang

dilakukan Polres Tangerang Selatan, dimana penulis meneliti pada bagian tugas dari

divisi Humas Polres Tangerang Selatan yang belokasi di Jalan Promotor No. 1, Bumi

Serpong Damai, Tangerang Selatan.

Selain itu pengertian Humas, Ruang Lingkup, Peran Humas, Tujuan dan Fungsi

Humas serta Tugas Humas menjadi landasan teori untuk menunjang materi dalam

penyusunan Tugas Akhir ini. Adapun konsep yang digunakan yaitu Program Humas,

Kampanye, Special Event, Publik Eksternal, Hoax dan Ujaran Kebencian.

1.5. Pokok Pembahasan

Melihat perekambangan teknologi informasi dan makin luasnya penyebaran

internet di Indonesia yang semakin melesat, membuat masyarakat Indonesia semakin

mudah mengakses informasi di Indonesia maupun di mancanegara. Banyaknya

masyarakat Indonesia yang mencari informasi melalu internet membuat masyarakat

kurang memahami berita benar atau berita hoax, bahkan dengan menyebarkan berita

hoax dapat mengacu seseorang untuk menebar ujaran kebencian.

Bila dilihat dari banyaknya kasus berita Hoax dan Ujaran Kebencian dan

dengan semakin luasnya penyebaran informasi dimasyarakat, Polri (Kepolisian

Republik Indonesia) selaku penegak hukum memerintahkan seluruh jajaran Polres

(Kepolisian Resort) di Indonesia dan salah satunya ialah Polres Tangerang Selatan

untuk membuat program kampanye “Memberantas Berita Hoax dan Ujaran

Page 15: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

15

Kebencian” yang ditujukan untuk mengedukasi masyarakat agar lebih bijak dalam

mencari dan memahami informasi.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Bagaimana Program Kampanye Humas Polres Tangerang Selatan

dalam Upaya Memberantas Berita Hoax dan Ujaran Kebencian”.

1.6. Sistematika Penulisan

Pada penyusunan Tugas Akhir ini terdiri atas 4 (empat) bab dengan perincian

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan

tujuan, metode penelitian (Teknik pengumpulan data, metode analisa

data, waktu penelitian), ruang lingkup, permasalahan pokok, dan

sistematika penulisan yang diberi judul “Program Kampanye Humas

Polres Tangerang Selatan dalam Upaya Memberantas Berita Hoax

dan Ujaran Kebencian”.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini berisikan tentang landasan teori umum, Definisi Humas,

Ruang Lingkup Humas, Peran Humas, Fungsi Humas, Tujuan Humas

dan study Literature (Program Humas, Kampanye Humas, Special

Event, Hoax, Ujaran Kebencian dan Publik Ekternal).

BAB III PEMBAHASAN

Page 16: BAB I PENDAHULUAN...2 undang penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian telah mempunyai landasan hukum tersendiri yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No.19 tahun

16

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang tinjauan perusahaan didalam

Polres Tangerang Selatan.

Proses kerja program Public Relations (Perencanaan, Pelaksanaan, dan

Evaluasi), kendala dan pemecahan.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan dan saran – saran

kepada tempat riset berkaitan dengan masalah yang diteliti.