BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar...

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Wilayah perkotaan merupakan wilayah yang menjadi pusat dari segala aktivitas masyarakat yang ada disekitarnya. Wilayah perkotaan sendiri memiliki suatu daya tarik yang mengakibatkan banyaknya masyarakat yang berbondong- bondong untuk pindah kekota. Berbagai faktor yang terdapat dikota dapat mempengaruhi masyarakat desa untuk datang kekota terutama dalam faktor ekonomi. Kota Administrasi Jakarta Selatan yang termasuk ke dalam wilayah administrasi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tidak dapat dipungkiri daerah ini memiliki dampak yang sangat besar akibar dari lokasinya yang berada di DKI Jakarta. Semakin banyak pembangunan yang dilakukan pada daerah administrasi ini, misalnya kawasan untuk permukiman, perbelanjaan, industri, pariwisata, serta pendidikan yang berkembang. Perkembangan ini menyebabkan, semakin banyak pendatang-pendatang baru baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang berdatangan. Pertumbuhan penduduk perkotaan, baik secara alami maupun akibat adanya pendatang, masih menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, terutama penduduk perkotaan di negara-negara berkembang. Pertumbuhan penduduk tersebut banyak menimbulkan masalah pada wilayah itu sendiri. Misalnya seperti permasalahan kepadatan lalu-lintas, pencemaran udara, perumahan yang kurang sehat, dan pelayanan masyarakat yang kurang layak termasuk kriminalitas yang semakin meningkat. Sementara pelayanan kesehatan yang ada belum memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari keterjangkauan, pemerataan dan kemudahannya. Akibat-akibat peledakan penduduk menimbulkan sistem tata dan jumlah perumahan yang tidak memenuhi persyaratan higienis. Timbul kebiasaan terhadap “human excreta disposal” disembarang tempat. Terbatasnya sumber air lebih membawa pengotoran-pengotoran. Segala hal ini memiliki mata rantai dalam akibat-akibatnya (Ryadi, 1984). Pertambahan jumlah penduduk perkotaan tersebut semakin menuntut lingkungan wilayah perkotaan untuk menyediakan lahan bagi aktivitas

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Wilayah perkotaan merupakan wilayah yang menjadi pusat dari segala

aktivitas masyarakat yang ada disekitarnya. Wilayah perkotaan sendiri memiliki

suatu daya tarik yang mengakibatkan banyaknya masyarakat yang berbondong-

bondong untuk pindah kekota. Berbagai faktor yang terdapat dikota dapat

mempengaruhi masyarakat desa untuk datang kekota terutama dalam faktor

ekonomi. Kota Administrasi Jakarta Selatan yang termasuk ke dalam wilayah

administrasi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tidak dapat dipungkiri daerah ini

memiliki dampak yang sangat besar akibar dari lokasinya yang berada di DKI

Jakarta. Semakin banyak pembangunan yang dilakukan pada daerah administrasi

ini, misalnya kawasan untuk permukiman, perbelanjaan, industri, pariwisata, serta

pendidikan yang berkembang. Perkembangan ini menyebabkan, semakin banyak

pendatang-pendatang baru baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang

berdatangan.

Pertumbuhan penduduk perkotaan, baik secara alami maupun akibat

adanya pendatang, masih menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan,

terutama penduduk perkotaan di negara-negara berkembang. Pertumbuhan

penduduk tersebut banyak menimbulkan masalah pada wilayah itu sendiri.

Misalnya seperti permasalahan kepadatan lalu-lintas, pencemaran udara,

perumahan yang kurang sehat, dan pelayanan masyarakat yang kurang layak

termasuk kriminalitas yang semakin meningkat. Sementara pelayanan kesehatan

yang ada belum memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari keterjangkauan,

pemerataan dan kemudahannya. Akibat-akibat peledakan penduduk menimbulkan

sistem tata dan jumlah perumahan yang tidak memenuhi persyaratan higienis.

Timbul kebiasaan terhadap “human excreta disposal” disembarang tempat.

Terbatasnya sumber air lebih membawa pengotoran-pengotoran. Segala hal ini

memiliki mata rantai dalam akibat-akibatnya (Ryadi, 1984).

Pertambahan jumlah penduduk perkotaan tersebut semakin menuntut

lingkungan wilayah perkotaan untuk menyediakan lahan bagi aktivitas

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

2

masyarakatnya. Pesatnya pembangunan di wilayah perkotaan yang semakin

membutuhkan lahan semakin mengenyampingkan faktor kesehatan lingkungan.

Hal ini menjadikan lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya perkotaan

tersebut berada pada situasi yang rawan penurunan kualitas lingkungan hidup

yang sangat mempengaruhi kesehatan (Ernawi, 2012).

Sebagian besar aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari dilakukan

pada lingkungan yang sudah terbangun. Hal ini banyak ditemukan pada daerah

perkotaan. Kemungkinan aktivitas yang dilakukan pada lahan non-terbangun

sangatlah kecil pada daerah perkotaan. Oleh karena itu, kualitas yang baik pada

kondisi lahan terbangun ini dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat yang

beraktivitas didalamnya.

Faktor kesehatan sangatlah penting dalam kehidupan sebab kesehatan

dapat mendukung segala kegiatan dan aktivitas yang dilakukan manusia. Namun,

seperti yang telah diketahui, tingkat kesehatan lingkungan di Indonesia lebih

rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Hal ini dapat dilihat melalui

keadaan lingkungan sekitar, dimana masih banyak daerah dengan sanitasi yang

buruk, banyak daerah yang tercemar, pengelolaan kualitas lingkungan air, dan

masih banyak lagi masalah lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan.

Pembangunan akan terus berjalan sesuai dengan kebutuhan masyarakat

sekitar. Pembangunan ini pula yang semakin menjadi faktor penarik terjadinya

urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang

datang ke daerah perkotaan akibat lapangan pekerjaan yang melimpah di daerah

perkotaan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu teknologi yang dapat digunakan

dalam mengidentifikasi permasalahan-permasalahan tersebut sehingga dapat

diketahui tindakan-tindakan yang dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan

masalah tersebut. Perkembangan teknologi penginderaan jauh sudah semakin baik

dan berjalan begitu cepat. Saat ini, teknologi ini dapat digunakan untuk

mengidentifikasi suatu fenomena dengan skala yang rinci, yaitu dengan

menggunakan citra penginderaan jauh resolusi tinggi, pada penelitian kali ini citra

yang digunakan adalah Citra Quickbird. Salah satu kajian yang dapat

diaplikasikan adalah mengenai kondisi fisik lingkungan perkotaan.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

3

Penggunaan citra penginderaan jauh dapat memudahkan dilakukannya

pengidentifikasian suatu fenomena permukaan bumi. Selain itu juga dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan terhadap

penyelesaian suatu masalah. Termasuk ke dalam penelitian kali ini yaitu

identifikasi kesehatan lingkungan perkotaan yang faktornya dapat dilihat melalui

citra penginderaan jauh. Beberapa jenis citra yang dapat digunakan dalam

pengindentifkasian masalah perkotaan yaitu citra dengan resolusi tinggi seperti

Citra Quickbird, Citra Ikonos, dan lain sebagainya. Selain citra, juga dapat

menggunakan foto udara, namun hingga kini, penggunaan foto udara masih

mengalami hambatan karena harga dan pembuatan foto udara itu sendiri memakan

biaya yang mahal.

Karakteristik wilayah perkotaan cukup mudah untuk diidentifikasi

melalui citra penginderaan jauh, baik pada perkotaan yang besar maupun kota-

kota kecil. Perkotaan yang cukup besar biasanya memiliki ciri yaitu memiliki

heterogenitas jenis penggunaan lahan. Misalnya pada Kota Administrasi Jakarta

Selatan, dimana merupakan kota yang termasuk kepada wilayah perkotaan

Ibukota DKI Jakarta. Kota ini memiliki berbagai sarana dan prasarana pendukung

untuk menunjang kebutuhan hidup masyarakat didalamnya, misalnya ada

banyaknya pertokoan disepanjang jalan utama, maupun pertokoan dekat dengan

permukiman. Oleh karena itu, kondisi lingkungan seperti ini perlu dianalisis

kesehatannya agar dapat terjaga kelestarian wilayah perkotaan.

Identifikasi faktor-faktor yang berkaitan dengan kajian penelitian

dilakukan dengan menggunakan penginderaan jauh yang kemudian data tersebut

dianalisis menggunakan sistem informasi geografis. Beberapa proses yang

dilakukan menggunakan sistem informasi geografis yaitu mulai dari input, analisis

hingga penyajian data. Faktor yang digunakan pun ada yang memerlukan analisis

data tertentu untuk mencapai kriteria yang dibutuhkan. Sistem informasi geografis

dapat pula digunakan untuk melakukan pemetaan agar dapat memudahkan

penyampaian informasi untuk digunakan secara luas bagi pihak yang

membutuhkan.

Penelitian kali ini bertujuan untuk membuat peta tingkat kesehatan

lingkungan di Kecamatan Pasar Minggu, Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

4

Adanya peta tingkat kesehatan lingkungan dapat dijadikan bahan untuk

menganalisis fenomena lingkungan guna melakukan perbaikan-perbaikan dimasa

yang akan datang. Peta kesehatan lingkungan yang dibuat ini bertujuan untuk

memudahkan dalam analisis kondisi kesehatan lingkungan dimana agar lebih jelas

dan terlihat persebarannya.

1.2.Perumusan Masalah

Kesehatan lingkungan kabupaten/kota di Indonesia masih kurang

mendapatkan perhatian dari berbagai pihak baik pemerintah, investor, maupun

masyarakat sendiri terutama pada kota-kota besar. Banyak faktor yang perlu

diperhatikan dalam menganalisis permasalahan kesehatan yang ada pada

lingkungan hidup kabupaten/kota. Bukan hanya faktor ekonomi, sosial maupun

budaya saja yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisis kesehatan

lingkungan, namun faktor fisik lingkungan kabupaten/kota pun dapat dijadikan

tolak ukur untuk mengetahui kesehatan lingkungan. Faktor fisik juga dapat

dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui keadaan perekonomian lingkungan

sekitar. Misalnya dengan diketahui kualitas permukiman di suatu wilayah baik,

maka tingkat perekonomian pada wilayah tersebut dapat dikatakan menengah

keatas. Sebaliknya jika keadaan kualitas permukiman buruk, maka dapat

dikatakan perekonomian pada wilayah tersebut menengah kebawah. Oleh karena

itu teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu teknologi yang dapat

digunakan dalam analisis kesehatan lingkungan dimana dapat digunakan untuk

menyadap informasi berupa keadaan fisik suatu lingkungan.

Teknologi penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Citra Quickbird. Citra Quickbird merupakan salah satu citra yang memiliki

resolusi spasial tinggi yaitu 0,65 m, sehingga dengan menggunakan Citra

Quickbird dapat dilihat permukaan bumi dengan rinci atau mendetail, yaitu dapat

mendeteksi obyek minimal sebesar 65 x 65 cm. Selain itu, penggunaan Citra

Quickbird mampu menampilkan kenampakan permukaan bumi dalam skala besar

sehingga efisien dan tingkat akurasinya tinggi untuk digunakan dalam

mengidentifikasi kondisi lingkungan perkotaan. Melalui informasi tersebut dapat

dianalisis menggunakan sistem informasi geografis untuk melakukan pemetaan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

5

tingkat kesehatan lingkungan. Sistem informasi geografis itu sendiri membantu

dalam proses input, penyimpanan, manipulasi, analisis data, serta penyajian hasil

akhir yang berupa informasi spasial. Namun terdapat batasan-batasan dalam

kedua teknologi tersebut dalam menganalisis kesehatan lingkungan yang dapat

diketahui melalui penelitian ini.

Pemetaan yang dilakukan tersebut bermanfaat dalam analisis distribusi

tingkat kesehatan lingkungan. Dengan adanya peta, pembacaan terhadap distribusi

kesehatan lingkungan ini akan lebih mudah dilakukan, karena akan tergambar

pada peta sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Baik kesehatan lingkungan

pada kawasan permukiman, sarana dan prasarana sehat, kawasan tertib lalu lintas

dan pelayanan transportasi, kawasan pariwisata, kawasan industri dan

perkantoran, kawasan pertambangan serta kawasan hutan sehat. Masing-masing

fungsi kawasan ini memiliki kriteria yang tidak jauh berbeda untuk mencapai

tingkat kesehatan lingkungan yang baik. Oleh karena itu, perlu diketahui :

1. Bagaimana kemampuan Citra Quickbird dan sistem informasi

geografis dalam analisis dan melakukan pemetaan tingkat kesehatan

lingkungan?

2. Bagaimanakah distribusi tingkat kesehatan lingkungan di Kecamatan

Pasar Minggu, Kota Administrasi Jakarta Selatan?

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kemampuan Citra Quickbird untuk interpretasi

parameter pola bangunan, kepadatan bangunan, lebar jalan masuk,

kondisi permukaan jalan, pengaruh polusi, pohon pelindung, dan

genangan banjir dalam analisis dan pemetaan kesehatan lingkungan

di Kecamatan Pasar Minggu

2. Mengetahui distribusi tingkat kesehatan lingkungan di Kecamatan

Pasar Minggu, Kota Administrasi Jakarta Selatan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

6

1.4.Sasaran Penelitian

1. Deskripsi perhitungan persentase kemampuan Citra Quickbird dalam

analisis kesehatan lingkungan perkotaan

2. Peta tingkat kesehatan lingkungan di Kota Administrasi Jakarta

Selatan

1.5.Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan penyusunan skripsi dalam menempuh ujian akhir

tingkat sarjana Fakultas Geografi dan memberikan sumbangan atas

perkembangan ilmu geografi khususnya mengenai Kesehatan

lingkungan

2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah Kota Administrasi

Jakarta Selatan serta dinas terkait dengan kesehatan lingkungan

khususnya untuk mengetahui daerah dengan tingkat kesehatan

tertentu serta faktor penyebabnya.

3. Sebagai masukan dalam melakukan perbaikan-perbaikan

pembangunan dengan dasar kesehatan lingkungan.

4. Sebagai referensi untuk penelitian yang akan datang.

1.6.Tinjauan Pustaka

1.6.1. Penginderaan Jauh

Citra penginderaan jauh dapat digunakan dalam pengindentifikasian,

pemantauan dan pengendalian karakteristik fisik pada lingkungan secara mutakhir

atau up to date. Penginderaan jauh merupakan ilmu, seni, dan teknologi dalam

mengkaji obyek/fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung,

melainkan melalui analisis citra obyek/fenomena tersebut, yang direkam dengan

menggunakan gelombang elektromagnetik. Sistem penginderaan jauh merupakan

interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan obyek. (Danoedoro, 2007)

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh

dengan suatu alat tanpa kotak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

7

yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1979). Mereka juga menyatakan dalam

berbagai hal, penginderaan jauh dapat diartikan sebagai suatu proses membaca.

Melalui berbagai sensor, pengumpulan data dilakukan dari jarak jauh

yang dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi obyek, daerah ataupun

fenomena yang diteliti. Sensor digunakan untuk merekam berbagai variasi

pancaran dan pantulan energi elektromagnetik oleh kenampakan permukaan bumi.

Data yang telah terkumpul dianalisis melalui pengujian data dengan menggunakan

alat interpretasi dan alat pengamatan untuk menganalisis data piktorial, dan/atau

komputer untuk menganalisis data sensor numerik.

Gambar 1.1. Pantulan Spektral Beberapa Material (Danoedoro, 2007)

Penginderaan jauh memiliki beberapa komponen yang perlu

diperhatikan, berikut menurut Kusumowidagdo dkk, 2007:

1. Sumber tenaga : matahari dan buatan manusia

2. Atmosfer : atmosfer dapat mempengaruhi interaksi antara sumber tenaga

dan permukaan bumi yaitu diantaranya hambatan berupa hamburan dan

serapan

3. Interaksi tenaga elektromagnetik dengan obyek : semakin tinggi daya

serap pada obyek, maka semakin rendah daya pantulnya, dan bagitu pula

sebaliknya.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

8

4. Sensor dan wahana

5. Pengolahan data : data yang didapatkan perlu diolah, terutama untuk

tujuan koreksi, yaitu koreksi geometrik dan radiometrik.

6. Pengguna data

Data yang diperoleh melalui penginderaan jauh, yang salah satunya

merupakan citra digital, memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu yang

menentukan hasil kenampakan dalam citra, hal ini biasa disebut dengan resolusi.

Resolusi merupakan kemampuan suatu sistem optik-elektronik untuk

membedakan informasi yang secara spasial berdekatan atau secara spektral

mempunyai kemiripan (Swain dan Davis, 1978 dalam Danoedoro, 1996). Dalam

penginderaan jauh, terdapat 4 jenis konsep resolusi, yaitu resolusi spasial, resolusi

spektral, resolusi radiometrik dan resolusi temporal. Menurut Danoedoro, 1996,

keempat resolusi tersebut memiliki pengertian:

1. Resolusi spasial : ukuran terkecil obyek yang masih dapat dideteksi oleh

suatu sistem pencitraan.

2. Resolusi spektral : kemampuan suatu sistem optik-elektronik untuk

membedakan informasi (obyek) berdasarkan pantulan atau pancaran

spektralnya.

3. Resolusi radiometrik : kemampuan sensor dalam mencatat respons

spektral obyek.

4. Resolusi temporal : kemampuan suatu sistem untuk merekam ulang

daerah yang sama.

Pengetahuan mengenai kemampuan citra penginderaan jauh dapat

dijadikan penentuan data rujukan yang dibutuhkan untuk melengkapi informasi

yang dibutuhkan. Data rujukan tentang sumberdaya yang dipelajari seperti peta

tanah, data statistik, atau data uji medan digunakan dimana dan kapan saja bila

tersedia untuk membantu di dalam analisis data. Melalui bantuan data rujukan,

analisis mengambil informasi tentang jenis, bentangan, lokasi, dan kondisi

berbagai sumberdaya yang dikumpulkan oleh sensor. Informasi ini kemudian

disajikan biasanya dalam bentuk peta, tabel, dan suatu bahasan tertulis atau

laporan. Akhirnya informasi tersebut digunakan bagi para pengguna yang

memanfaatkan untuk proses pengambilan keputusan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

9

1.6.2. Citra Quickbird

Citra Quickbird merupakan salah satu citra penginderaan jauh yang

memiliki resolusi yang cukup tinggi. Citra satelit merupakan gambar yang

dihasilkan dari pemotretan menggunakan wahana satelit. Quickbird merupakan

satelit sumberdaya milik kerjasama Amerika dan Hitachi Jepang. Karakteristik

Citra Quickbird akan diperjelas melalui tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Karakteristik Citra Quickbird

Tanggal peluncuran 24 September 1999

Tempat peluncuran Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg, California,

Amerika Serikat

Pesawat peluncuran Boeing Delta II

Ketinggian orbit 450 Km

Inklinasi orbit 97,2o, sun-synchronous

Kecepatan pada orbit 7,1 Km/detik

Kecepatan diatas bumi 6,8 Km/detik

Waktu melintasi

khatulistiwa

10.30 am

Waktu orbit 93,5 menit

Waktu periode ulang 1 – 3,5hari tergantung pada garis lintang (30o off

nadir)

Cakupan citra 16,5 x 16,5 Km pada nadir

Akurasi metrik 23 meter horisontal ( CE 90% )

Digitasi 11 bit

Resolusi Pankromatik : 61 cm sampai 72 cm (25o off nadir)

MS : 2,44 m (nadir) sampai 2.88 m (25o off-nadir)

Saluran citra Pankromatik : 450-900 nm

Biru : 450-520 nm

Hijau : 520-600 nm

Merah : 630-690 nm

IR dekat : 760-900 nm

Sumber : Quickbird Imagery Product Guide : Longmont, Colorado, 2007

Citra Quickbird memiliki resolusi spasial tertinggi 0,65 m yang tergolong

dengan kategori resolusi sangat tinggi. Resolusi multispektral citra ini 2,44 m

sampai 2,88 m. Untuk hasil yang lebih baik dapat menggunakan citra pan

sharpened, dimana resolusi spasialnya mengikuti resolusi citra pankromatik

namun memiliki warna dari citra multispektral, sehingga kenampakan permukaan

bumi lebih jelas. Ketinggian terbang satelit sejauh 800 km dengan sudut inklinasi

97,2°. Sensor yang digunakan pada citra ini antara lain sensor dengan panjang

gelombang pankromatik dan saluran multispektral yaitu saluran biru, saluran

hijau, saluran merah, dan saluran inframerah dekat (Kusumowidagdo dkk, 2007).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

10

Dalam perkembangan ilmu kebumian yang lebih menggunakan data yang bersifat

rinci, citra ini banyak digunakan, salah satunya dalam kajian perkotaan.

1.6.3. Interpretasi Citra

Proses interpretasi citra merupakan proses dimana penafsir citra

mengkaji citra dan berupaya melalui proses penalaran untuk mendeteksi,

mengidentifikasi dan menilai arti pentingnya obyek yang tergambar pada citra

(Sutanto, 1994). Penafsir citra berupaya untuk mengenali obyek yang tergambar

pada citra dan menterjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi,

geografi, ekologi, dan disiplin ilmu lainnya.

Interpretasi citra dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu interpretasi

visual dan interpretasi digital. Interpretasi visual dilakukan pada citra baik dalam

bentuk citra cetak (hardcopy) maupun citra yang ditayangkan pada layar

komputer. Interpretasi digital sering kali disebut dengan pengolahan citra digital.

Interpretasi digital memerlukan nilai spektral ataupun nilai kecerahan suatu obyek

sehingga satu obyek dapat dibedakan dengan obyek lainnya.

Tiga jenis kegiatan yang diperlukan dalam proses interpretasi citra,

seperti yang sudah disebutkan tadi yaitu proses deteksi, identifikasi dan analisis.

Deteksi berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu obyek pada citra. Ini

merupakan tahap awal dalam interpretasi citra. Keterangan yang diperoleh pun

bersifat global. Identifikasi ialah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi

dengan menggunakan keterangan yang cukup. Sehubungan dengan contoh

tersebut maka berdasarkan bentuk, ukuran dan letaknya, obyek yang tampak pada

sungai tersebut disimpulkan sebagai perahu dayung. Keterangan yang didapat ini

bersifat setengah rinci. Untuk memperoleh keterangan yang lebih rinci diperlukan

proses analisis, yaitu proses penilaian arti pentingnya tiap-tiap obyek dan

kaitannya antar obyek tersebut.

Proses interpretasi citra memerlukan unsur-unsur interpretasi yang dapat

memudahkan dalam pengenalan obyek permukaan bumi. Unsur interpretasi ini

merupakan karakteristik atau atribut obyek pada citra dan digunakan untuk

mengenali obyek yang diselidiki melalui proses interpretasi.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

11

Unsur interpretasi yang dimaksud terdiri dari sembilan butir (Sutanto,

1994), yaitu:

1. Rona atau warna : tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada

citra. Contohnya dari hitam keputih ataupun sebaliknya. Warna

merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan

spekrtum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Contohnya obyek

tampak biru, hijau ataupun merah.

2. Bentuk : variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka

suatu obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak

obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja.

3. Ukuran : atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng

dan volume. Ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, dalam

memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu

diingat skalanya.

4. Tekstur : frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer,

1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk

dibedakan secara individual (Estes dan Simonett, 1975 dalam Sutanto,

1994).

5. Pola : ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan

bagi beberapa obyek alamiah.

6. Bayangan : menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah

gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada

umumnya tidak tampak sama sekali atau terkadang tampak samar.

7. Situs : letak suatu obyek terhadap obyek lain disekitarnya, misalnya

letak kota (fisik) terhadap wilayah kota (administratif), ataupun letak

obyek terhadap bentang darat, misalnya situs suatu obyek di rawa,

dipuncak bukit kering, dsb (Estes dan Simonett, 1975 dalam Sutanto,

1994).

8. Asosiasi : keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain.

Adanya keterkaitan ini maka akan terlihat suatu obyek pada citra yang

merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

12

9. Kovergensi bukti : dalam mengenali obyek tidak hanya dianjurkan

menggunakan satu unsur interpretasi citra, namun menggunakan unsur

interpretasi citra sebanyak mungkin.

1.6.4. Sistem Informasi Geografis

Definisi sistem informasi geografis (SIG) banyak dikemukakan oleh

berbagai pihak dari berbagai bidang yang menggunakan sistem informasi

geografis, sehingga sistem ini tidak memiliki definisi yang baku. Namun SIG

memiliki batasan-batasan tertentu yang membedakannya dengan sistem-sistem

informasi lain. Beberapa batasan tersebut yaitu SIG merupakan suatu sistem yang

menangani data keruangan (Marble et al, 1983 dalam Dulbahri 1993). SIG

merupakan sebuah alat yang bermanfaat dalam mengumpulkan, menimbun,

mengambil kembali data yang diinginkan, mengubah, dan menayangkan data

keruangan yang berasal dari dunia nyata (Burrough, 1986 dalam Dulbahri 1993).

SIG merupakan kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer,

perangkat lunak, data geografis dan personil yang secara efisien memperoleh,

menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua

bentuk informasi yang bereferensi geografi (Esri, 1990 dalam Prahasta, 2002).

SIG dapat diartikan sebagai kesatuan antara sistem, informasi dan geografi

dimana sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan obyek, ide, yang saling

berhubungan dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Prahasta, 2002).

Informasi merupakan analisis dan sintesis terhadap data, atau informasi

adalah data yang telah diorganisasikan ke dalam bentuk yang sesuai dengan

kebutuhan seseorang, manajer, staf, atau orang lain di dalam suatu organisasi atau

perusahaan (Kadir, 1999 dalam Prahasta, 2002). Geografi merupakan bagian dari

spasial atau keruangan (Prahasta, 2002). Secara sederhana dapat disimpulkan

bahwa SIG merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengetahui informasi

keruangan dengan proses tertentu. Berbagai definisi tersebut mengandung arti

yang tidak jauh berbeda, SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang

digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi.

SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis obyek-obyek

dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

13

kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang

memiliki kemampuan dalam menangani data yang bereferensi geografi yaitu

masukan data, pengelolaan data (menyimpan dan menampilkan kembali dari arsip

data), manipulasi dan analisis data, serta keluaran data (Aronoff, 1989 dalam

Prahasta 2002).

Beberapa komponen dalam sistem informasi geografis yang perlu

diketahui (Purwanto, 2008) yaitu :

1. Perangkat keras (hardware) : computer, mouse, digitizer, printer,

plotter, dan scanner yang dapat digunakan untuk pemasukan data,

pemrosesan data, penyajian hasil serta penyimpanan data / informasi.

2. Perangkat lunak (software) : syarat yang harus dipenuhi software SIG

adalah merupakan database management sistem (DBMS), fasilitas

untuk pemasukan dan manipulasi data geografis, fasilitas untuk

query, analisis dan visualisasi, graphical user interface (GUI) yang

baik untuk mempermudah akses fasilitas yang ada.

3. Data : keakurasian data dituntut dalam SIG.

4. Sumberdaya manusia (brainware) : teknologi SIG menjadi terbatas

kemampuannya jika tidak ada sumberdaya yang mengelola sistem

dan mengembangkan untuk aplikasi yang sesuai.

5. Metode : model dan teknik pemrosesan perlu dibuat untuk berbagai

aplikasi SIG.

1.6.5. Perkotaan

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman

perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial dan kegiatan ekonomi (Perda Provinsi DKI Jakarta No 1 Tahun 2012).

Daerah perkotaan merupakan suatu zona atau daerah yang merupakan pusat

kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan serta pemusatan penduduk dengan cara

hidup yang heterogen (Lindgren, 1974 dalam Suharyadi, 2001). Daerah perkotaan

adalah suatu zone atau daerah dengan berbagai macam bangunan teknis yang

berfungsi sebagai sarana dan prasarana kehidupan masyarakat kota, seperti :

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

14

gedung, perumahan, jalur transportasi dan komunikasi, industri, dan tempat

rekreasi (Suharyadi, 2001). Kota dapat terbentuk melalui beberapa cara,

diantaranya kota yang terbentuk secara administrasi, daerah yang ditetapkan

sebagai kota oleh undang-undang, maupun kota yang berawal dari kotamadya,

yang karena suatu hal dapat berubah menjadi suatu wilayah kota.

Pertumbuhan kota pada kebanyakan negara berkembang begitu cepat dan

sangat berimplikasi terhadap timbulnya berbagai permasalahan perkotaan seperti

kemacetan, banjir, permukiman kumuh, kesenjangan sosial, dan berkurangnya

luasan ruang terbuka hijau (Ernawi, 2012). Daya tarik daerah perkotaan dapat

dikatakan terlalu kuat untuk menyebabkan masyarakat desa berpindah ke daerah

perkotaan. Semakin banyak masyarakat yang berpindah, semakin banyak pula

penduduk yang tinggal di kota dan akibatnya semakin rumit permasalahan yang

timbul dan semakin sulit pula penyelesaiannya.

Selain permasalahan pada daerah perkotaan yang semakin padat akan

penduduk, pada daerah pedesaan pun semakin sulit menemukan sumber daya

manusia. Sebab, mayoritas masyarakat yang berminat untuk berpindah ke daerah

perkotaan adalah masyarakat dengan usia produktif yang seharusnya dapat

membangun desanya sendiri. Namun, akibat daya tarik lapangan pekerjaan yang

melimpah di kota, penduduk usia produktif ini lebih memilih untuk urbanisasi ke

kota. Permasalahan ini juga dapat mengakibatkan ketidak-merataan persebaran

penduduk dan ketidak-merataan pembangunan akibat kurangnya sumber daya

manusia yang ada. Pembangunan yang dilakukan secara besar-besaran pada

daerah perkotaan menyebabkan kurangnya perhatian pihak terkait terhadap

kondisi lingkungan yang ada.

1.6.6. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan. Kesehatan dapat

memiliki definisi yang berbeda-beda dari berbagai sudut pandang. Secara umum,

kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009). Selain itu, menurut WHO,

kesehatan adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yang

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

15

tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan

(Widayani, 2012). Kondisi kesehatan tidak pernah luput dari kajian aspek

lingkungan yang pada dasarnya sangat mempengaruhi kehidupan. Ekosistem yang

hidup pada suatu lingkungan sangat tergantung pada lingkungan itu sendiri, jika

kondisi lingkungan itu sendiri baik, maka kehidupan ekosistem yang ada akan

baik, dimana dapat lingkungan dapat menyediakan kebutuhan yang memadai dan

memenuhi syarat hidup yang layak sebagai makhluk hidup. Hal ini merupakan

akibat dari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya.

Lingkungan itu sendiri memiliki beberapa definisi yang berbeda-beda. Menurut

A.L. Slamet Riyadi (1976), lingkungan adalah tempat pemukiman dengan segala

sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang

secara langsung maupun tidak dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan

maupun kesehatan dari organisme itu.

Kesehatan lingkungan yaitu suatu keseimbangan ekologi yang harus ada

antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia

(WHO dalam Widayani, 2012). Menurut Walter R.L kesehatan lingkungan

merupakan hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan yang berakibat

/ mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Widayani, 2012). Oleh sebab itu,

kesehatan lingkungan ini penting untuk diaplikasikan dalam pembangunan suatu

negara. Bagi manusia, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya,

baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata maupun abstrak, termasuk

manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk arena terjadinya interaksi diantara

elemen-elemen di alam tersebut. (Slamet, 1994)

Menurut Ryadi (1984), kesehatan lingkungan merupakan bagian dari

dasar-dasar kesehatan masyarakat modern yang meliputi semua aspek manusia

dalam hubungannya dengan lingkungan, terkait dalam berbagai ekosistem, dengan

tujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai-nilai kesehatan manusia

(atau semua organisme hidup) pada tingkat setinggi-tingginya; dengan jalan

memodifikasi tidak hanya faktor sosial dan lingkungan fisik semata, tetapi juga

terhadap semua sifat-sifat dan kelakuan-kelakuan lingkungan yang dapat

membawa pengaruh terhadap ketenangan, kesehatan, dan keselamatan organisme

umat manusia.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

16

Kemampuan manusia dalam memodifikasi kondisi lingkungan

bergantung pada berbagai faktor, yaitu taraf perekonomian maupun taraf sosial

yang dimiliki. Masyarakat dengan taraf yang masih rendah hanya mampu

melakukan hal-hal yang mudah demi kepentingannya sendiri. Masyarakat yang

sudah maju, dapat mengubah atau memodifikasi lingkungan sampai taraf yang

irreversibel (Slamet, 1994). Beliau pun mengatakan modifikasi lingkungan hidup

dengan tujuan memperbaiki nasib manusia tidak selalu berhasil dengan baik bila

tidak diperhatikan proses-proses yang terjadi di dalam ekosistem yang mengikuti

perubahan-perubahan tersebut. Contoh yang tidak asing lagi ialah apabila area

hutan yang dibuka terlalu luas, banjir akan terjadi di waktu hujan karena tanah

tidak dapat lagi menahan air yang disebabkan oleh akar-akar tumbuhan sudah

terlalu banyak berkurang. Apabila laju pemanfaatan sumber daya alam meningkat

secara otomatis kualitas limbah pun bertambah, maka, dampak intensitas kegiatan

ini harus diperhatikan. Jika tidak, dapat terjadi peningkatan taraf pencemaran

lingkungan yang akan mengakibatkan turunnya kesehatan lingkungan, sehingga

dalam usaha-usaha dibidang kesehatan lingkungan perlu didasarkan atas

pengetahuan ekologi manusia sebagai proses pengendalian lingkungan hidup.

Permasalahan yang banyak dihadapi adalah dimana kesehatan

lingkungan tidak menjadi pertimbangan utama dalam pembangunan

berkelanjutan. Akibatnya kesehatan ekosistem terutama masyarakat yang menjadi

korbannya, sehingga kehidupan masyarakat dapat dikatakan tidak layak dengan

kondisi lingkungan yang telah rusak akibat pembangunan. Kerusakan lingkungan

yang terjadi ini dapat menyebabkan tingkat kesehatan masyarakat yang menurun,

misalnya akibat persediaan air bersih yang menurun, kondisi udara yang tidak

sehat, dan lain sebagainya. Berikut ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut

WHO (Widayani, 2012):

1) Penyediaan air minum,

2) Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran,

3) Pembuangan sampah padat,

4) Pengendalian vektor,

5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia,

6) Higiene makanan, termasuk higiene susu,

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

17

7) Pengendalian pencemaran udara,

8) Pengendalian radiasi,

9) Kesehatan kerja,

10) Pengendalian kebisingan,

11) Perumahan dan pemukiman,

12) Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara,

13) Perencanaan daerah dan perkotaan,

14) Pencegahan kecelakaan,

15) Rekreasi umum dan pariwisata,

16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan

epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk,

17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

1.6.7. Telaah Penelitian Sebelumnya

Muh. Hanafi Muslim (2004) meneliti mengenai Penggunaan Foto Udara

Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Kesehatan Lingkungan

Permukiman di Kecamatan Semarang Timur dan Kecamatan Semarang Tengah.

Pengindentifikasian terhadap setiap parameter yang digunakan disadap melalui

foto udara. Penelitian tersebut juga melakukan analisis regresi linier untuk

mendapatkan prioritas perbaikan kondisi kesehatan lingkungan permukiman.

Prioritas perbaikan ini terletak pada kondisi yang memungkinkan untuk diperbaiki

diantaranya adalah perbaikan kondisi saluran air hujan, air minum, tempat

sampah, saluran limbah, sanitasi, kondisi permukaan jalan dan pohon pelindung.

Arief Prasetyo (2005) meneliti mengenai Aplikasi Citra Ikonos Dan

Sistem Informasi Geografis Untuk Penentuan Tingkat Kesehatan Lingkungan

Permukiman Sebagian Kota Yogyakarta Bagian Tengah. Pengidentifikasian

parameter yang digunakan dalam penelitiannya menggunakan Citra Ikonos.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan Citra Ikonos dalam

mengidentifikasi fenomena dipermukaan bumi. Hasil dari penelitian ini adalah

Citra Ikonos dapat digunakan sebagai sumber data primer untuk menyadap

informasi parameter lahan penentu kualitas lingkungan permukiman sebagai dasar

menentukan tingkat kesehatan lingkungan permukiman.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

18

Romadhona (2010) meneliti mengenai Pemanfaatan Citra Satelit

Quickbird dan SIG Untuk Mengkaji Hubungan Permukiman Kumuh Dengan

Kondisi Kesehatan Lingkungan di Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Citra

satelit Quickbird digunakan untuk mengidentifikasi fenomena permukiman

kumuh yang ada di daerah kajian. Keberadaan permukiman kumuh tersebut

kemudian dihubungkan dengan keadaan kesehatan lingkungan dengan

menggunakan spasial statistik. Selain itu, juga diteliti pola persebaran serta

prediksi persebaran permukiman kumuh tersebut dimasa yang akan datang.

Adeline (2012) meneliti mengenai Penggunaan Citra Quickbird Dan SIG

Untuk Pemetaan Kesehatan Lingkungan Permukiman di Kecamatan Rawa

Lumbu. Citra Quickbird yang digunakan pada penelitian ini berguna dalam

mengekstrak informasi mengenai kesehatan lingkungan permukiman. Informasi

tersebut kemudian dianalisis menggunakan SIG untuk mendapatkan informasi

berupa peta yaitu peta kesehatan lingkungan permukiman.

Berangkat dari beberapa penelitian tersebut, penulis dengan penelitian

Pemanfaatan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografis Dalam Analisis

Kesehatan Lingkungan menggunakan citra resolusi tinggi dalam mengidentifikasi

parameter fisik untuk mengetahui tingkat kesehatan lingkungan di wilayah kajian.

Sistem informasi geografis pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis

distribusi serta melakukan pemetaan tingkat kesehatan lingkungan.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan

penelitian yang akan dilakukan. Persamaan yang terjadi yaitu pada beberapa

parameter fisik yang digunakan dan metode skoring dan bobot dengan Hanafi

Muslim (2004), Romadhona (2010) dan Adeline (2012) serta persamaan

penggunaan jenis citra dengan Romadhona (2012) dan Adeline (2012). Perbedaan

sangat terlihat pada tahun pengkajian dan daerah penelitian. Tahun dilakukannya

penelitian yaitu tahun 2013 pada daerah kajian Kecamatan Pasar Minggu, Kota

Administrasi Jakarta Selatan. Secara singkat perbedaan dan persamaan penelitian

tersaji dalam tabel 1.2 berikut:

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

19

Tabel 1.2. Karakteristik Penelitian Sebelumnya

Nama peneliti

(tahun)

Judul Daerah Tujuan Metode Hasil

Muh. Hanafi

Muslim (2004)

Penggunaan Foto

Udara dan Sistem

Informasi Geografis

Untuk Pemetaan

Kesehatan

Lingkungan

Permukiman

Kecamatan

Semarang

Timur dan

Kecamatan

Semarang

Tengah

- Pemetaan kesehatan

lingkungan

permukiman

- Mengetahui

persebaran kelas

kesehatan lingkungan

permukiman, fakto –

faktornya serta

- Mengetahui prioritas

perbaikan

Interpretasi pada

foto udara

pankromatik hitam

putih, surveri

terrestrial, analisis

statistik regresi

linier

- Foto udara pada

penelitian dapat

digunakan dengan hasil

ketelitian interpretasi

88,3%

- Prioritas dilakukan pada

perbaikan kondisi saluran

air hujan, air minum,

tempat sampah, saluran

limbah, sanitasi, kondisi

permukaan jalan dan

pohon pelindung.

Arief Prasetyo

(2005)

Aplikasi Citra

Ikonos dan Sistem

Informasi Geografis

Untuk Penentuan

Tingkat Kesehatan

Lingkungan

Permukiman

Sebagian

kota

Yogyakarta

bagian tengah

- Mengetahui

kemampuan citra

ikonos

- Mengetahui tingkat

kesehatan lingkungan

permukiman

Interpretasi citra

ikonos, kerja

lapangan, integrasi

dengan SIG

- Citra ikonos dapat

digunakan sebagai

sumber data primer untuk

menyadap informasi

parameter lahan penentu

kualitas lingkungan

permukiman

Fahrul

Romadhona

Nisau Sholihah

(2010)

Pemanfaatan Citra

Satelit Quickbird

dan SIG Untuk

Mengkaji Hubungan

Permukiman

Kecamatan

Serengan,

Kota

Surakarta

- Memanfaatkan Citra

Quickbird dan SIG

untuk mengkaji

hubungan

permukiman kumuh

Interpretasi citra

Quickbird, kerja

lapangan, analisis

statistik spasial

menggunakan SIG

- Adanya keterkaitan

/hubungan antara kondisi

permukiman kumuh

dengan kondisi kesehatan

lingkungan.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

20

Kumuh Dengan

Kondisi Kesehatan

Lingkungan

dengan kondisi

kesehatan lingkungan

- Analisis statistik

spasial untuk

mengetahui pola

sebaran permukiman

kumuh

- Pola persebaran

permukiman kumuh

terjadi mengelompok dan

mempunyai

kecenderungan kearah

barat daya dan tenggara

Veronica

Adeline (2012)

Penggunaan Citra

Quickbird dan SIG

Untuk Pemetaan

Kesehatan

Lingkungan

Permukiman

Kecamatan

Rawa

Lumbu,

Bekasi

- Mengkaji manfaat

dan ketelitian citra

Quickbird

- Memetakan

persebaran kelas

kesehatan lingkungan

permukiman

- Menentukan prioritas

perbaikan

Interpretasi,

wawancara, uji

interpretasi,

penentuan prioritas

perbaikan sesuai

dengan RDTR

- Tingkat ketelitian citra

Quickbird sebesar 81%

- Prioritas I di permukiman

padat penduduk, prioritas

II di permukiman yang

dikembangkan oleh

developer

Tri Wahyuni

Widjayanti

(penelitian ini)

Pemanfaatan Citra

Quickbird dan

Sistem Informasi

Geografis Dalam

Analisis Kesehatan

Lingkungan

Kecamatan

Pasar

Minggu,

Kota

Administrasi

Jakarta

Selatan

- Mengetahui

kemampuan Citra

Quickbird dapat

digunakan dalam

analisis dan

pemetaan kesehatan

lingkungan

- Mengetahui

distribusi tingkat

kesehatan

lingkungan

Interpretasi visual,

kerja lapangan,

wawancara

Hasil yang diharapkan :

- Deskripsi kemampuan

Citra Quickbird dalam

mengindentifikasi dan

analisa kesehatan

lingkungan

- Peta tingkat kesehatan

lingkungan

Sumber : Studi Pustaka 2013

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

21

1.7.Kerangka Pemikiran

Lingkungan perkotaan merupakan salah satu bagian penting dalam

sebuah Negara. Pada lingkungan perkotaan tersebut merupakan lokasi

terlaksananya kegiatan manusia yang sangat kompleks. Setiap kebutuhan hidup

diupayakan tercapai dalam lingkungan perkotaan, misalnya kawasan perkantoran,

industri, perdagangan dan jasa, permukiman, dan lain sebagainya. Permasalahan

yang terjadi pada lingkungan perkotaan itu sendiri sangatlah bervariasi, salah

satunya masalah kesehatan lingkungan. Permasalahan kesehatan lingkungan itu

sendiri dipicu dengan berbagai faktor yang saling berkaitan dan mempengaruhi.

Oleh karena itu, suatu teknologi diperlukan untuk mengidentifikasi pokok

permasalahan kesehatan lingkungan pada suatu wilayah berikut dengan berbagai

faktor pengaruhnya.

Penginderaan jauh merupakan salah satu teknologi yang semakin

mengalami perkembangan, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk

mengidentifikasi berbagai fenomena di permukaan bumi, salah satunya mengenai

kesehatan lingkungan. Teknologi penginderaan jauh dapat digunakan dalam

melakukan identifikasi permasalahan berikut dengan analisis pengambilan

keputusan untuk mengatasi masalah tersebut. Namun, tentunya terdapat batasan-

batasan dimana teknologi penginderaan jauh belum mampu untuk

mengidentifikasinya, yaitu faktor-faktor pengaruh kesehatan lingkungan yang

tidak dapat dilihat melalui permukaan bumi. Misalnya pola hidup masyarakat,

tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan, dan lain sebagainya.

Parameter kesehatan lingkungan yang dapat diperoleh melalui citra

penginderaan jauh diantaranya yaitu pola bangunan, kepadatan bangunan, lebar

jalan masuk, kondisi jalan masuk, pohon pelindung, serta sumber polusi. Masing-

masing parameter ini akan diidentifikasi menggunakan citra penginderaan jauh

resolusi tinggi yang salah satunya adalah Citra Quickbird. Parameter yang

didapatkan melalui data sekunder adalah persediaan air bersih, keberadaan tps,

genangan banjir, serta data kejadian penyakit. Data kejadian penyakit yang

dimaksudkan disini adalah data persebaran penyakit yang akan digunakan untuk

melakukan validasi hasil akhir penelitian. Berbagai parameter yang digunakan

dalam penelitian ini akan menjadi data yang akan dianalisis penggunakan sistem

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

22

penginderaan jauh. Analisis yang dilakukan diantaranya adalah dengan metode

overlay dan buffering. Analisis masing-masing parameter dengan metode tersebut

akan menjadi pertimbangan dalam peta akhir kesehatan lingkungan.

Data kejadian penyakit diare, malaria, DBD, TB paru, dan ISPA dapat

menjadi tolok ukur dalam terjaganya kesehatan lingkungan. Jika dilihat jenis

penyakit ini merupakan jenis penyakit yang timbul akibat pengaruh lingkungan

yang ada. Semakin sedikit kejadian penyakit yang terjadi, maka kemungkinan

semakin sehat lingkungan yang ada. Walaupun masih banyak faktor yang perlu

menjadi pertimbangan, misalnya tipe penularan yang diderita warga, apakah dari

lingkungan kerja, rumah atau dari lingkungan lain. Data kasus penyakit ini

dijadikan sebagai bahan untuk validasi terhadap metode yang digunakan. Validasi

tersebut bertujuan untuk membandingkan antara hasil yang didapatkan dalam

penelitian dengan kenyataan kejadian penyakit yang ada didaerah kajian. Jika

hasil penelitian sesuai dengan kondisi kejadian penyakit, maka dapat dinyatakan

penelitian ini dilakukan secara benar dan sesuai. Namun jika hasil penelitian tidak

sesuai dengan kondisi kejadian penyakit, maka dalam penelitian ini terdapat faktor

lain yang mempengaruhi kondisi kesehatan lingkungan diluar faktor-faktor yang

diteliti, seperti faktor sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya.

Lingkungan dikatakan sehat jika lingkungan itu sendiri tidak

mengakibatkan timbulnya kejadian penyakit dilingkungan sekitar. Penurunan

tingkat kesehatan lingkungan sangat sulit jika dilakukan hanya pada segelintir

manusia. Hanya perubahan-perubahan tingkah laku secara kolektif disamping

kebijaksanaan-kebijaksanaan umum yang efektif bisa menanggulangi polusi

udara, air, dan membebaskan tempat-tempat kerja serta rumah-rumah dari zat

yang berbahaya. Oleh karena itu, peran kerjasama antara masyarakat dan

pemerintah sangat penting demi menciptakan lingkungan yang sehat secara

kolektif dan terpadu (Eckholm, 1982).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

23

1.7.1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran

1.7.2. Batasan Istilah Operasional

Penginderaan jauh : Ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu

obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan

suatu alat tanpa kotak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang

dikaji. (Lillesand dan Kiefer, 1979)

Interpretasi citra : Upaya untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan

menterjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi,

geografi, ekologi, dan disiplin ilmu lainnya dengan mengkaji citra dan

melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan menilai

arti pentingnya obyek yang tergambar pada citra. (Sutanto, 1994)

Sistem informasi geografis : Sebuah alat yang bermanfaat dalam

mengumpulkan, menimbun, mengambil kembali data yang diinginkan,

Meningkatnya populasi

penduduk perkotaan

Meningkatnya kebutuhan

lahan

Pembangunan semakin tidak

terkendali

Kesehatan lingkungan

memburuk

Dibutuhkan teknologi untuk

membantu menyelesaikan

permasalahan kesehatan

lingkungan

Informasi spasial kesehatan

lingkungan kota

Penginderaan Jauh

Identifikasi faktor fisik

lingkungan :

- Pola bangunan

- Kepadatan bangunan

- Lebar jalan masuk

- Kondisi jalan masuk

- Pohon pelindung

- Pengaruh polusi

- Genangan banjir

Survei lapangan untuk

uji akurasi

Data sekunder :

- Persediaan air bersih

- Keberadaan TPS

- Data kejadian

penyakit (untuk

validasi)

Gambar 1.2. Diagram Alir

Kerangka Pemikiran

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69793/potongan/S1-2014... · urbanisasi yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah ... menggunakan gelombang

24

mengubah, dan menayangkan data keruangan yang berasal dari dunia nyata

(Burrough, 1986 dalam Dulbahri 1993)

Kawasan perkotaan : Wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian

dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan

kegiatan ekonomi (Perda Provinsi DKI Jakarta No 1 Tahun 2012 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah 2030).

Kesehatan : Keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. (Undang-undang tentang kesehatan Nomor 36 Tahun 2009)

Lingkungan : Bagi manusia, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada

disekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata maupun

abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk arena

terjadinya interaksi diantara elemen-elemen dialam tersebut. (Slamet, 1994)

Kesehatan lingkungan : Bagian dari dasar-dasar kesehatan masyarakat modern

yang meliputi semua aspek manusia dalam hubungannya dengan

lingkungan, terkait dalam berbagai ekosistem, dengan tujuan untuk

meningkatkan dan mempertahankan nilai-nilai kesehatan manusia (atau

semua organisme hidup) pada tingkat setinggi-tingginya. (Ryadi, 1984)

Penggunaan lahan : Jenis kenampakan yang ada di muka bumi yang berkaitan

dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tersebut (Suharyadi, 2001)

Permukiman : Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung berupa

kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan

penghidupan (Perda Prov. DKI Jakarta No.1, 2012)