BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...
-
Upload
truongduong -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan wilayah dan kota merupakan suatu gambaran perubahan
proses berkembangnya suatu wilayah dan kota yang dapat dilihat dari segi sudut
pandang secara kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas perkembangan wilayah
dapat dilihat dari pertumbuhan wilayah dan kota tersebut yang diindikasikan oleh
besaran sistem ekonomi wilayah dan kota. Jika dilihat secara kualitas
perkembangan wilayah dan kota dapat dilihat melalui struktur kegiatan ekonomi.
Secara umum perbahan perkembagan kota dipengaruhi melalui adanya
keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk
dan sumber daya alam dalam kota bersangkutan (Hendarto, 1997).
Pertumbuhan penduduk merupakan bagian dinamika dari perkembangan
kehidupan di muka bumi yang mendorong pertumbuhan segala aspek kehidupan
manusia, sehingga mengharuskan permintaan jasa fasilitas infrastruktur
perkotaan terutama ketersediaan fasilitas transportasi umum diminta untuk ikut
membantu berperan sebagai upaya mendorong kinerja segala bentuk kegiatan
manusia. Meningkatnya aktivitas penduduk perkotaan memiliki pengaruh
terhadap meningkatnya mobilitas kota terutama pada permasalahan pergerakan
antar kawasan meliputi pergerakan manusia dan pergerakan kendaraan.
Peningkatan permintaan fasilitas umum merupakan suatu bentuk akibat
adanya perkembangan wilayah dan kota seperti ketersediaan sarana dan prasarana
umum yang penting untuk ditingkatkan sebagai pelayanan kepada masyarakat.
Peranan sarana dan prasarana umum berperan sebagai fasilitas yang dibutuhkan
masyarakat luas yang penyediaannya dilakukan secara serentak atau massal (tidak
secara per individu) sehingga berorientasi kepada kepentingan umum (Mulyono,
2008).
Fasilitas transportasi merupakan bagian dari kebutuhan sarana dan prasarana
umum untuk pelayanan kepada masyarakat yang membantu dalam melakukan
mobilitas penduduk untuk beraktivitas. Munculnya transportasi didasari adanya
keterbatasan fisik manusia dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari baik
2
kehidupan sosial, politik, ekonomi dalam melangsungkan kehidupannya,
pengembangan iptek, budaya dan lain-lain. Tanpa adanya dukungan transportasi
manusia tidak dapat bergerak untuk jarak dekat sekalipun. Berjalan kaki merupakan
salah satu bentuk moda transportasi paling sederhana yang digunakan manusia
untuk bergerak. Keperluan bergerak tersebutlah yang dinamakan dengan
transportasi (Miro, 1997).
Keberadaan pejalan kaki pada pusat-pusat aktivitas perkotaan yang
berkembang seperti kawasan pusat perkotaan, kawasan pusat pendidikan, kawasan
pusat perbelanjaan, kawasan pusat pemerintahan dan kawasan tempat fasilitas
umum lainnya sangat memiliki peran dalam terjadinya pergerakan penduduk kota
untuk bergerak ke pusat kegiatan kota satu dengan lainnya. Munculnya pejalan kaki
sebagai bentuk hasil dari kegiatan masyarakat baik sosial dan ekonomi yang
memiliki hak atas pelayanan publik tentunya tidak selamanya berjalan dengan baik
karena pejalan kaki juga sebagai salah satu pelaku pengguna ruas jalan selain
kendaraan transportasi baik umum maupun pribadi. Adanya hubungan langsung
antara pejalan kaki dan pengguna ruas jalan seperti pengendara kendaraan
transportasi maka memicu terjadinya rawan konflik antara keduanya seperti
kecelakaan dan kemacetan sehingga kedua pihak tersebut harus difasilitasi seperti
penyediaan infrastruktur transportasi yang dibedakan jalur antar keduanya (Idris,
2007).
Pembangunan jembatan penyeberangan pejalan kaki menjadi salah satu
bentuk bagian dari infrastruktur transportasi perkotaan yang direkomendasikan
untuk menghindari dan menyelesaikan konflik antara pejalan kaki dan pengendara
kendaraan transportasi di ruas jalan perkotaan. Fungsi dari ketersediaan jembatan
penyeberangan pejalan kaki utamanya untuk memberikan kemudahan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan kepada pejalan kaki dan pengguna ruas
jalan lainnya agar tidak terjadi pertemuan secara langsung antara arus pejalan kaki
yang menyeberang dengan arus kendaraan lalu lintas yang melintas agar tidak
terjadi konflik di ruas jalan (Tanan, 2011).
3
Kota Pekanbaru merupakan Ibu Kota dari Provinsi Riau sekaligus menjadi
pusat pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau yang membutuhkan transportasi dan
sarana prasarana pendukung lainnya guna mendukung aktivitas sosial dan ekonomi
didaerahnya. Hal ini perlu diseimbangkan dengan kondisi pertumbuhan jumlah
penduduk yang semakin meningkat dengan jumlah penduduk Kota Pekanbaru
tahun 2011 sudah berjumlah 937.939 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai
1.483,47 jiwa/km2 (BPS Pekanbaru, 2012).
Pertumbuhan jumlah penduduk tersebut juga dibarengi dengan tingkat indeks
pembangunan manusia (IPM) di Kota Pekanbaru yang meningkat dari tahun 2010
sebesar 78,27 persen dan meningkat di tahun 2011 mencapai 78,72 persen yang
menurut kategori IPM berada pada status menengah keatas. Pesatnya pertumbuhan
Kota Pekanbaru dibuktikan dengan adanya nilai pertumbuhan ekonomi Kota
Pekanbaru tahun 2011 mencapai 9,05 persen dengan PDRB atas harga konstan
(ADHK) Kota Pekanbaru tahun 2011 mencapai 9,86 triliun. Maka dengan demikian
menjadikan Kota Pekanbaru semakin berkembang pesat dari segi aktivitas sosial,
ekonomi, infrastruktur dan teknologi (BPS Pekanbaru, 2012).
Meningkatnya pertumbuhan Kota Pekanbaru tidak berbanding sama dengan
perkembangan kinerja transportasi perkotaan yang terjadi di ruas jalan seperti
menurunnya kinerja jalan di Kota Pekanbaru yang disebabkan peningkatan volume
lalu lintas dan kinerja lalu lintas ruas jalan menyebabkan terjadinya permasalahan
seperti kemacetan lalu lintas yang saat ini mencapai 12 titik lokasi rawan
kemecetan. (Dishub Pekanbaru 2011). Permasalahan kecelakaan lalu lintas menjadi
bagian konflik permasalahan di ruas jalan lalu lintas perkotaan salah satunya
kecelakaan lalu lintas pengendara roda dua yang meningkat mencapai 16 persen
selama 4 tahun dan resiko kematian akibat kecelakaan naik drastis pada tahun 2005
hingga 2008 mencapai 38 persen (Polresta Pekanbaru, 2008)
Pembangunan jembatan penyeberangan pejalan kaki menjadi pilihan
pemerintah Kota Pekanbaru untuk mengatasi permasalahan lalu lintas tersebut,
seperti jembatan penyeberangan pejalan kaki yang dirancang untuk menciptakan
rasa aman, nyaman dan kelancaran lalu lintas bagi penggunaannya. Melihat kondisi
yang dirasakan saat ini, persebaran jembatan penyeberangan yang tersedia di Kota
4
Pekanbaru belum seluruhnya difungsikan dan dimanfaatkan secara optimal. Hal ini
dikarenakan menurut informasi pemberitaan dan kondisi dilapangan menyebutkan
bahwa masih ditemukan adanya fenomena pejalan kaki yang lebih memilih
melintasi ruas jalan ketimbang memanfaatkan fasilitas jembatan penyeberangan
yang telah disediakan. Adapun juga terdapat beberapa sebaran jembatan
penyeberangan pejalan kaki yang masih tergolong sepi pengguna dalam
memanfaatkan sarana fasiltias transportasi tersebut. Munculnya kegiatan diluar
fungsi pemanfaatkan jembatan penyeberangan pejalan kaki juga menjadi catatan
penting tersendiri, yang terjadi di beberapa jembatan yang ada seperti jembatan
penyeberangan dimanfaatkan oleh oknum tertentu secara ilegal sebagai kegiatan
komersil antara lain adanya keberadaan pedagang kaki lima, pengemis, iklan
reklame, dan sebagainya.
Melihat adanya permasalahan berkaitan dengan pemanfaatan jembatan
penyeberangan pejalan kaki di Kota Pekanbaru yang tidak dimanfaatkan secara
optimal dengan baik oleh pejalan kaki maka kajian mengenai sebaran dan faktor
yang menpengaruhi pemanfaatan jembatan penyeberangan pejalan kaki di Kota
Pekanbaru perlu dilakukan antara lain untuk mengetahui sebaran kondisi
karakteristi mengetahui kesesuaian lokasi jembatan penyeberangan pejalan kaki,
mengetahui karakteristik penyeberang jembatan penyeberangan pejalan kaki dan
faktor–faktor yang mempengaruhi pemanfaatan jembatan penyeberangan pejalan
kaki.
1.2.Perumusan Masalah
Sebagai Ibukota dari Provinsi Riau, Kota Pekanbaru berperan sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan, transportasi, dan juga peluang bisnis dan investasi
yang cukup menjanjikan sehingga menjadikan Kota Pekanbaru menjadi sasaran
dalam kegiatan sosial dan ekonomi yang didukung oleh kondisi geografis Kota
Pekanbaru yang strategis. Untuk mendukung peran Kota Pekanbaru tersebut peran
pendukung infrastruktur sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan kenyamanan
kegiatan pemerintahan, perdagangan, transportasi, bisnis dan investasi seperti
sarana dan prasarana untuk akses distribusi barang, orang dan jasa.
5
Seiring lajunya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi
mengakibatkan peningkatan aktivitas sosial dan ekonomi di Kota Pekanbaru
berbanding lurus dengan peningkatan aktivitas pejalan kaki di ruas jalan di
kawasan-kawasan umum tertentu di Kota Pekanbaru. Hal ini membuat fasilitas
pejalan kaki mulai dibutuhkan untuk mendukung kegiatan arus pergerakan pejalan
kaki guna menciptakan kemudahan, kenyamanan, keselamatan dan keamanan
pejalan kaki dalam beraktivitas. Seiring muncul adanya prilaku pejalan kaki tidak
menjalankan ketertiban mengakibatkan terjadinya penundaan pergerakan arus lalu
lintas hingga bisa menimbulkan kecelakaan lalu lintas di ruas jalan. Tentunya akan
menimbulkan potensi konflik antara pejalan kaki dengan pengguna ruas jalan lain
seperti pengendara kendaraan.
Adanya permasalahan tersebut pemerintah bermaksud untuk mengatasi dan
mencari solusi dari permasalahan kedua pihak yang sering berselisih yaitu dengan
membangun jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki dibeberapa kawasan
penting yang ada di Kota Pekanbaru. Namun, keberadaan jembatan penyeberangan
dibeberapa titik di Kota Pekanbaru yang telah disediakan dalam faktanya belum
seluruhnya dimanfaatkan secara optimal oleh pejalan kaki.
Tidak efektifnya jembatan penyeberangan pejalan kaki ini dapat dilihat dari
beberapa kondisi saat ini yaitu masih ditemukan rendahnya pemanfaatan jembatan
penyeberangan tersebut. Terdapat juga pemanfaatan di jembatan penyeberangan
pejalan kaki dibeberapa lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukan fungsi
pemanfaatannya seperti pemasangan papan iklan secara ilegal yang tidak tertata
rapi, menjadi area aktivitas jual beli pedagang kaki lima, pengemis dan sebagainya.
Tentunya hal ini berdampak pada kurangnya keindahan dan kenyamanan fasilitas
infrastruktur penyeberangan tersebut untuk dimanfaakan oleh pejalalan kaki.
Faktor kerusakan jembatan dibeberapa bagian jembatan penyeberangan
pejalan kaki seperti lantai yang berlubang, atap yang bocor, pagar yang telah patah,
dan lampu penerangan yang tidak berfungsi akibat tidak adanya perawatan berkala
menyebabkan rasa enggannya pejalan kaki memilih menggunakan jembatan
penyeberangan sebagai fasilitas menyeberang akibat keselamatan menggunakan
jembatan yang belum terjamin.
6
Melihat secara keseluruhan tujuan pokok utama fungsi penyediaan jembatan
penyeberangan pejalan kaki adalah guna untuk memberikan rasa aman demi
keselamatan pejalan kaki. Hal ini mengingat diketahui bahwa jembatan
penyeberangan pejalan kaki memiliki fungsi efektivitas yang cenderung tinggi
dalam mencegah konflik pejalan kaki dengan pengguna ruas jalan seperti kendaraan
dibandingkan dengan fasilitas penyeberangan lain. Namun, karakteristik pejalan
kaki di beberapa kawasan jembatan penyeberangan yang tersedia lebih cenderung
memilih tidak menggunakan jembatan penyeberangan dan lebih memilih
menyeberang langsung di ruas jalan raya dengan resiko ancaman keselamatan yang
tidak terjamin. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor keselamatan bukan halnya
faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fasilitas penyeberangan untuk pejalan
kaki.
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan maka diangkat beberapa pertanyaan
penelitian mengenai keberadaan jembatan penyeberangan pejalan kaki yang
kaitannya pada sebaran dan faktor yang mempengaruhi pemanfaatan jembatan
penyeberangan pejalan kaki, sebagai berikut:
1. Bagaimana sebaran dan karakteristik jembatan penyeberangan pejalan kaki
Kota Pekanbaru ?
2. Bagaimana kesesuaian lokasi jembatan penyeberangan pejalan kaki di lokasi
pengamatan penelitian ?
3. Bagaimana karakteristik penyeberang jembatan penyeberangan pejalan kaki ?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan jembatan penyeberangan
pejalan kaki ?
7
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai antara lain :
1. Mengidentifikasi sebaran dan karakteristik jembatan penyeberangan pejalan
kaki Kota Pekanbaru
2. Mengidentifikasi kesesuaian lokasi jembatan penyeberangan pejalan kaki di
lokasi pengamatan penelitian
3. Mengidentifikasi karakteristik penyeberang jembatan penyeberangan pejalan
kaki
4. Mengidentifikasi faktor–faktor yang mempengaruhi pemanfaatan jembatan
penyeberangan pejalan kaki
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan karya
ilmiah yang dapat menambah referensi tentang informasi pembangunan
infrastruktur perkotaan yang akan dirumuskan sebagai berikut :
1. Memberikan gambaran umum tentang pembangunan infrastruktur perkotaan
terkait pembangunan jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki yang
belum optimal.
2. Memberikan masukan pengambil keputusan dalam upaya peningkatan
efektifitas jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki berdasarkan prioritas
penangananya dalam pencapaian sasaran.
3. Mendorong masyarakat khususnya pengguna fasilitas prasarana transportasi
perkotaan untuk terlibat dalam perencanaan pembangunan infrastruktur
perkotaan di wilayah tersebut.
1.5. Keaslian Penelitian
Penelitian ini memilih beberapa rujukan penelitian sebelumnya berupa tesis
dan jurnal yang dipublikasikan sebagai bahan perbandingan dan rujukan dalam
penelitian ini. Secara umum penelitian ini bertemakan mengenai sebaran dan faktor
yang mempengaruhi jembatan penyeberangan pejalan kaki. Penyediaan fasilitas
jembatan penyeberangan pejalan kaki sebagai bagian dari infrastruktur perkotaan
yang diperuntukkan untuk pejalan kaki perkotaan tentunya memiliki keterkaitan
hubungan dengan sebaran letak jembatan dan arus pejalan kaki penggunannya.
8
Penelitian sebelumnya yang telah ada hanya menekankan pada aspek
penilaian efektivitas pemanfaatan dan faktor yang mempengaruhinya dan meneliti
pada salah satu lokasi atau satu jenis fungsi kawasan pengamatan penelitian.
Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu pada penelitian ini lebih
memberikan informasi secara umum dan menyeluruh terhadap jembatan
penyeberangan pejalan kaki yang ada di Kota Pekanbaru. Adapun yang dilihat yaitu
melihat kondisi jembatan penyeberangan dan dikomparasikan dengan eksisting
penggunaan lahan atau fungsi kawasan disekitarnya, sehingga diketahui persamaan
dan perbedaan kondisi jembatan penyeberangan pejalan kaki dan eksisting
penggunan lahan kawasan sekitarnya yang dapat dilihat melalui sebarannya.
Penelitian ini juga memanfaatkan perbedaan karakter letak jembatan dan
eksisting penggunaan lahan kawasan sekitarnya sebagai pertimbangan pemilihan
lokasi pengamatan sehingga penekanannya pada penilaian keterkaitan dan karakter
fungsi kawasan terhadap tingkat pemanfaatan jembatan penyeberangan pejalan
kaki tersebut sehingga dapat diketahui perbandingan antar pembanding tersebut.
9
Tabel 1.1. Penelitian sebelumnya
No Peneliti Judul penelitian Tujuan Metode penelitian Hasil Penelitian
1 Mashuri
dan sigit
widodo,
2012
Tingkat pemanfaatan
dan faktor-faktor yang
mempengaruhi
pemakaian jembatan
penyeberangan orang
di depan Mall taura,
Kota palu
Mengetahui tingkat pemanfaatan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi
pemakaian jembatan penyeberangan
orang di depan Mall Tatura Kota Palu
Metode analisis
statistik terdiri
dari uji
independensi, uji
reabilitas dan uji
relative rank
index.dan survei
lapangan
- Tingkat pemanfaatan jembatan penyeberanagan tergolong sangat tidak bermanfaat
- 10 (sepuluh) faktor dominan yang mempengaruhi terdiri atas pengaruh ukuran anak tangga,
kemiringan tangga, tinggi sandaran jembatan, lebar jembatan, tekstur lantai, jarak dengan halte,
waktu tempuh dengan pusat kegiatan, waktu tempuh dengan prasaranan halte dan lampu
penerangan.
2 Listaiti
amalia,
2005
Kajian efektivitas
jembatan
penyeberangan
pejalan kaki pada
pusat perdagangan di
Kota semarang
Menilai tingkat efektivitas pengguna
jembatan penyeberangan bagi pajalan
kaki yang menyeberang
Memberik rekomendasi pengguna
faslitas jembatan penyeberangan
Metode kuantitatif
teknik regresi, dan
survei lapangan
- Efektifitas pengguaan jembatan oleh pejalan kaki antara lain lokasi pasar bulu, lokasi toko ada
tergolong rendah, dan lokasi pasar karang ayu tergolong tinggi. Sedangkan dari sisi lalu lintas
lokasi pasar bulu dan pasar karang ayu tergolong tinggi dan toko ada tergolong agak rendah.
- Kesesuaian penggunaan jembatan penyeberangan yang sesuai oleh tiga lokasi penelitian adalah
pelican dengan pelindung
- Hasil regresi tiga lokasi jembatan bahwa volume lalu lintas tidak berpengaruh pada persentase
penyebrang jalan kecuali pasar kaang ayu
3 Zilhardi
idris,
2007
Jembatan
penyeberangan
didepan kampus UMS
sebagai fasilitas
pejalan kaki
Kajian terhadap keberadaan jembatan
penyeberangan di depan kampus
UMS terkait Hubungannya dengan
jumlah arus pejalan kaki yang
menyeberang
Jumlah arus lalu lintas di ruas jalan
serta lokasi penempatan jembatan.
Identifikasi data
sekunder dan
primer melalui
survei dan
wawancara
- Lokasi depan kampus UMS menurut perhitungan PV2 bahwa lokasi tersebut belum memerlukan
jembatan penyeberangan dan yang sesuai adalah pelikan dengan pelindung
- Faktor yang mempengaruhi pejalan kaki tidak memanfaatkan jembatan disebabkan letak dan waktu
yang tidak efektif dan efisien
4 Indra
Juni
Yanto,
2014
Sebaran dan Faktor
yang Mempengaruhi
Pemanfaatan
Jembatan
Penyeberangan
Pejalan Kaki Kota
Pekanbaru (Kasus
Jembatan Mall SKA
dan Jembatan Kantor
DPRD Propinsi Riau)
Mengidentifikasi sebaran jembatan
penyeberangan pejalan kaki Kota
Pekanbaru dan menigdentifikasi
kesesuaian lokasi, karakteristik
penyeberang dan faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan jembatan
penyeberangan pejalan kaki di lokasi
pengamatan penelitian
Identifikasi data
sekunder dan
primer melalui
observasi, survei
dan wawancara
menggunakan
kuesioner
- Terdapat 11 (sebelas) jembatan tersebar di Kota Pekabaru dengan 1 (Satu) jembatan belum
berfungsi. Umumnya Sebaran jembatan memiliki karakterstik berasosiasi dengan 2 fungsi kawasan
yaitu Kawasan Ruang Terbuka hijau dan Kawasan perdagangan dan jasa.
- Hasil hitung P.V2 menyimpulan fasilitas yang sesuai di lokasi pengamatan adalah fasilitas
penyeberangan pelikan dengan lapak tunggu. Pemanfaatan di Jembatan Mall SKA memiliki
pemanfaatan tergolong rendah dan jembatan kantor DPRD Riau tegoong tinggi
- Karakter pejalan kaki cenderung sama yaitu pengguna di dominasi perempuang dan bukan penguna
didominasi laki-laki, segi usia pejalan kaki cenderung didominasi oleh usia rentang 19-4 tahun, dsb.
- Terdapat 5 (lima) faktor yang sama dalam mempengaruhi pejalan kaki pengguna dan bukan
pengguna di jembatan DPRD Riau. Namun 5 (lima) faktor tersebut memiliki perbedaan kriteria
pengaruh yang cukup berbeda. Pada jembatan Mall SKA terdapat 3 (tiga) faktor yang
mempengaruhi pejalan kaki pengguna dan 7 (tujuh) faktor yang mempengaruhi pejalan kaki bukan
pengguna
10
1.6. Tinjauan Pustaka
1.6.1. Studi Geografi dan Pendekatan Keruangan
Geografi merupakakan ilmu mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di
muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal
maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui
pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses
dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1984).
Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan sebagai bahan untuk
membantu dalam peneliian yaitu menggunakan pendekatan keruangan. Menurut
(Yunus, 2008) pendekatan keruangan merupakan metode analisis yang
menekankan analisisnya pada eksistensi ruang sebagai wadah untuk
mengakomodasi kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer.
Adapun tema analisis didalam pendekatan keruangan terdiri atas 9 (sembilan)
tema akan tetapi didalam penelitian ini yang mendukung untuk digunakan terdapat
4 (empat) tema ang digunakan, antara lain sebagai berikut:
1. spatial pattern analysis menekankan pada sebaran elemen-elemen pembentuk
ruang. Tahap awal yang dilakukan identifikasi mengenai aglomerasi sebaran
dan kaitkan dengan upaya pertanyaan Geografi.
2. spatial inter-action analysis menakankan pada interaksi antar ruang, hubungan
timbal balik antara ruang yang mempunyai variasi sangat besar.
3. spatial association analysis bertujuan untuk mengungkapkan terjadinya
asosiasi keruangan antara berbagai kenampakan pada suatu ruang.
4. spatial comparison analysis bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan
keunggulan sesuatu ruang dibandingkan dengan ruang lainnya.
Beberapa tema analisis keruangan diatas dapat berdiri sendiri maupun berupa
gabungan dari beberapa tema tergantung pada analisis tujuan dan kedalaman
pengetahuan yang ingin di capai.
1.6.2. Geografi Transportasi
Geografi transportasi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari aturan
tentang geografi transportasi termasuk didalamnya pola-pola dan moda-moda
transportasi, kuantitas ilmu untuk pergerakan dari barang, orang, pelayanan, dan
11
informasi serta mempelajari hubungan antar transportasi dan faktor geografi lainya
(Yunus, 2012). Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat
berperan dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor
transportasi akan secara langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan
ekonomi yang berjalan. Namun demikian sektor ini dikenal pula sebagai salah satu
sektor yang dapat memberikan dampak terhadap lingkungan dalam cakupan spasial
dan temporal yang besar. Transportasi sebagai salah satu sektor kegiatan perkotaan,
merupakan kegiatan yang potensial mengubah kualitas udara perkotaan.
Perencanaan transportasi tak lepas dari bagian yang tak terpisahkan dari
perencanaan kota dan wilayah. Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan
dan pola transportasi yang akan terjadi sebagai akibat dari rencana itu sendiri, akan
menghasilkan kesemrawutan lalu lintas dikemudian hari. Akibat lebih lanjut adalah
meningkatnya jumlah kecelakaan, pelanggaran, dan menurunnya sopan-santun
berlalu-lintas, serta meningkatnya pencemaran udara. Transportasi yang
berwawasan lingkungan perlu memikirkan implikasi/dampak terhadap lingkungan
yang mungkin timbul, terutama pencemaran udara dan kebisingan. Ada tiga aspek
utama yang menentukan intensitas dampak terhadap lingkungan, khususnya
pencemaran udara dan kebisingan, dan penggunaan energi di daerah perkotaan
(Moestikahadi 2000), yaitu: 1). Aspek perencanaan transportasi (barang dan
manusia), 2). Aspek rekayasa transportasi, meliputi pola aliran moda transportasi,
sarana jalan, sistem lalu lintas, dan faktor transportasi lainnya, 3). Aspek teknik
mesin dan sumber energi (bahan bakar) alat transportasi.
Kebanyakan orang memerlukan perjalanan untuk mencapai tempat-tempat
tujuan bekerja, bersekolah atau ke tempat-tempat pendidikan yang lain, berbelanja,
ke tempat-tempat pelayanan, mengambil bagian dalam berbagai kegiatan sosial dan
bersantai diluar rumah, serta banyak tujuan yang lain. Hal yang utama dalam
masalah perjalanan adalah adanya hubungan antara tempat asal dan tujuan, yang
memperlihatkan adanya lintasan, alat angkut (kendaraan) dan kecepatan. Pola
perjalanan di daerah perkotaan dipengaruhi oleh tata letak pusat-pusat kegiatan di
perkotaan (permukiman, perbelanjaan, perkantoran, sekolah, rumah sakit, dan lain-
lain).
12
Tinjauan pustaka kali ini peneliti akan mencoba membahas beberapa hal
tentang teori dan konsep yaitu yang berkaitan langsung dengan judul penelitian
seperti: Pola aktivitas perkotaan, geografi transportasi, pejalan kaki, tingkat
pelayanan, jembatan penyeberangan pejalan kaki dan faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan jembatan penyeberangan pejalan kaki, pendekatan geografi.
1.6.3. Pola Aktivitas dan Lahan Kota
Keragaman karakter pemanfaaatan lahan perkotaan yang memiliki
keunggulan masing-masing dan berbeda-beda menimbulkan mobilitas pergerakan
pendudk dengan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti
aktivitas sosial ekonomi penduduk Kota dan karakter perjalanan pendudu Kota.
1.6.3.1. Aktivitas Sosial Ekonomi Penduduk Kota
Menurut pendapat (Miro, 1997) pola aktivitas sosial dan ekonomi penduduk
kota akan membentuk pola profil macam-macam perjalanan sehingga akan
membentuk konsentrasi pembagian lahan aktivitas yang berbeda dan akan
membentuk pula asal dan tujuan perjalan tertentu di wilayah kota. Bahwa aktivitas
penduduk terbagi berdasar 3 hubungan antara lain :
1) Aktivitas Penduduk Berhubungan dengan Tata Guna Lahan atau Tata
Ruang Kota
Aktivitas ini merupakan aktivitas umum dan dianggap penduduk kota masih
terkumpul dalam satu ruang wilayah kota atau terbagi-bagi tempatnya sesuai
dengan kegiata masing-masing. Aktivitas penduduk yang masih bersifat umum
dapat berupa: 1). Pertambahan penduduk sebagai unsur proses penduduk meliputi
kelahiran, kematian, dan migrasi, 2). Urbanisasi merupakan arus penduduk menuju
ke kota, 3). Tata guna lahan (zoning-zoning) merupakan penduduk yang terkumpul
dalam satu ruang dan membentuk satu kegiatan sehingga dalam lingkupnya perlu
diatur penggunaan yang sesuai dengan bentuk kegiatan penduduk yang berbeda
tersebut, 4). Perkembangan wilayah merupakan dampak aktivitas urbanisasi dan
pertambahan penduduk yang berdampak pada perubahan luas kota dan perubahan
fisik kota.
13
2) Aktivitas Penduduk yang Berhubungan dengan Ekonomi
Suatu aktivitas yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan hidup baik
secara material seperti sumber daya dan kebutuhan, antara lain: 1). Usaha produksi
merupakan usaha membentuk suatu barang yang tidak memiki nilai, atau bernilai
rendah menjadi produk barang yang memiliki nilai harga tinggi. Seperti:
manufaktur, kerajinan, pertanian, dan jasa-jasa, 2). Cara berkonsumsi merupakan
kegiatan penduduk yang menghabiskan nilai ekonomis dari suatu benda bertujuan
untuk mencapai tingkat kesejahteraan kehidupan, Seperti: menggunakan
kendaraan, berpakaian, jalan - jalan kepasar, makan dan minum, 3). Distribusi
(berdagang) merupakan bentuk kegiatan penduduk menyebar luaskan suatu
benda/jasa yang telah dihasilkan kepada para pemakainya atau penyaluran barang
dari sektor produksi ke sektor pasar (pemakai/konsumen)
3) Aktivitas Penduduk yang Berhubungan dengan Sosial
Suatu aktvitas yang berhuungan dengan interaksi atau kegiatan dalam tatanan
kehidupan sosial, antara lain: 1). Hubungan berkeluarga (masyarakat) berupa
kegiatan antar suatu individu dengan lainnya baik individu maupun kelompok, 2).
Pendidikan berupa kegiatan penduduk dibidang IPTEK dengan tujuan merubah
kualitas diri secara individual seperti peningkatan mutu SDM (sumber daya
manusia), 3) Agama berupa kegiatan yang berkaitan dengan mental spiritual yang
secara vertikal memiliki hubungan manusia dengan penciptanya, 4). Kesehatan
berupa merupakan kegiatan peningkatan kualitas fisik jasmani, 5). Pemerintahan
berupa aktivitas yang berkaitan dengan tatanan pemerintahan dan kenegaraan 6).
Rekreasi: segala bentuk aktivitas yang berkaitan dengan kesenangan, rerfresing,
mengunjungi tempat wisata, dsb.
Macam dari berbagai bentuk kegiatan penduduk kota telah menjadi berbagai
bentuk ruang yang terbagi-bagi yang memiliki fungsi masing-masing, antara lain :
ruang kota untuk produksi (kawasan industri), konsumsi (pusat perbelanjaan),
kawasan dagang (toko-toko), jasa, kawasan perkantoran pemerintahan, sekolah,
tempat peribadatan, permukiman, obyek wisata, dan lain sebagainya. Sehingga pola
lahan yang memiliki fungsi secara spsial membentuk profil, jenis, karakteristik dan
memiliki klasisfikasi perjalanan yang sesuai dengan kegiatannya.
14
1.6.3.2. Karakteristik Perjalanan Penduduk Kota
Perjalanan penduduk merupakan bagian dari proses pembangunan secara
keseluruhan yang dipengaruhi oleh terjadinya pergeseran struktur ekonomi dan
sosial masyarakat perkotaan sehingga memicu terjadinya pergerakan penduduk
kota yang bermotif untuk memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi individu
maupun kelompoknya dengan pola pergerakan yang beragam. Menurut (Golany,
1976) menyebutkan bahwa sekurangnya terdapat 5 (lima) kegiatan penduduk yang
berhubungan dengan penataan ruang sangat berperan dalam penentukan profil
perjalanan yaitu: 1). Permukiman, 2). Kawasan tempat bekerja, 3). Pusat
perbelanjaan, 4). Obyek wisata, 5). Kompleks pendidikan (sekolahan).
Gambar 1.1 Pola perjalanan antar zona yang berbeda dalam ruang
(Sumber: Golany, 1976)
= Volume Perjalanan Sangat Tinggi
= Volume Perjalanan Tinggi
= Volume Perjalanan Sedang
= Volume Perjalanan Rendah
1.6.4. Pejalan Kaki
Pejalan kaki adalah adalah pengguna jalur pejalan kaki, baik dengan alat
maupun tanpa alat bantu (Tanan, 2011). Namun dalam perencanaan transportasi
sering terjadi pengabaian. Padahal diketahui bahwa seluruh manusia merupakan
pejalan kaki yang terdiri pejalan kaki jarak pendek, menengah, dan jauh. Namun
juga jika sudah tersedianya fasilitas pejalan kaki tidak seluruhnya digunakan
maupun dimanfaatkan oleh pejalan kaki sesuai fungsinya. Seperti digunakan oleh
15
pedagang kaki lima, sehingga pejalan kaki menggunakan badan jalan maka dengan
ini akan membahayakan keselamatan lalu lintas.
1.6.4.1. Karakterisik Pejalan Kaki
Karakteristik Pejalan Kaki merupakan bagian penting yang harus
dipertimbangkan untuk melakukan perancangan dan perencanaan fasilitas pejalan
kaki (Budi, 2008). Karakteristik pejalan kaki terbagi atas karakteristik mikroskopik
dan karakteristik makroskopik (Teknomo, 2002). Beberapa karakteristik pejalan
kaki pada level makroskopis misalnya adalah jarak perjalanan, tujuan perjalanan,
atau karakteristik sosial ekonomi. Kajian mengenai karakteristik pejalan kaki
sangat penting sebagai penentuan dimensi, material, serta pemilihan jenis fasilitas
yang akan diimplementasikan sangat dipengaruhi oleh karateristik pengguna
fasilitas itu sendiri, yakni pejalan kaki (Tanan, 2011).
1.6.4.2.Fasilitas Untuk Pejalan Kaki
Fasilitas Pejalan kaki dapat dipasang dengan kriteria berdasarkan pedoman
tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki dikawasan perkotaan No : 011/T/Bt1995
sebagai berikut:
a. Fasilitas pejalan kaki harus dipasang pada lokasi-lokasi dimana pemasangan
fasilitas tersebut memberikan manfaat yang maksimal, baik dari segi keamanan,
kenyamanan ataupun kelancaran perjalanan bagi pemakainya.
b. Tingkat kepadatan pejalan kaki, atau jumlah konflik dengan kendaraan dan
jumlah kecelakaan harus digunakan sebagai faktor dasar dalam pemilihan
fasilitas pejalan kaki yang memadai.
c. Pada lokasi-lokasi kawasan yang terdapat sarana dan prasarana umum.
d. Fasilitas pejalan kaki dapat ditempatkan disepanjang jalan atau pada suatu
kawasan yang akan mengakibatkan pertumbuhan pejalan kaki dan biasanya
diikuti oleh peningkatan arus lalu lintas serta memenuhi syaratsyarat atau
ketentuan ketentuan untuk pembuatan fasilitas tersebut. Tempat-tempat tersebut
antara lain :
- Daerah industri
- Pusat perbelanjaan
- Pusat perkantoran
- Sekolah - Terminal Bus
- Perumahan
- Pusat hiburan
16
e. Fasilitas pejalan kaki yang formal terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut :
- Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :
1. Trotoar
2. Penyeberangan, antara lain sebagai berikut :
a. jembatan penyeberangan
b. zebra cross
c. pelican cross
d. terowongan
3. Non Trotoar
- Pelengkap Jalur Pejalan kaki yang terdiri dari :
a. Lapak tunggu
b. Rambu
c. Marka
d. Lampu lalu lintas
e. Bangunan pelengkap
1.6.5. Jembatan Penyeberangan Orang
Berdasarkan pedoman tata cara perencanaan jembatan penyeberangan pejalan
kaki di perkotaan Nomor 027/T/Bt/1995 menjelaskan ketentuan, dasar perencanaan
dan jenis fasilitas penyeberangan. Antara lain, meliputi:
1.6.5.1. Pengertian
Jembatan merupakan bangunan pelengkap jalan yang berfungsi melewatkan
lalu lintas yang terputus pada kedua ujung jalan akibat adanya hambatan berupa
sungai, saluran, kanal, selat, lembah serta jalan dan jalan kereta api yang menyilang.
Jembatan penyeberangan pejalan kaki merupakan jembatan yang hanya
diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki yang melintas di atas jalan raya atau
jalan kereta api. Sehingga jembatan penyeberangan pejalan kaki juga merupakan
suatu alat bantu dalam membantu manusia untuk melakukan aktivitas menyeberang
jalur lalu lintas untuk menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas yang diketahui
marak terjadi dalam dalam waktu terakhir ini.
Pembangunan jembatan penyeberangan disarankan memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
a. Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross dan Pelikan
Cross sudah mengganggu lalu lintas yang ada.
b. Pada ruas jalan dimana frekuensi terjadinya kecelakaan yang melibatkan
pejalan kaki cukup tinggi.
17
c. Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki yang
tinggi.
1.6.5.2. Fasilitas Penyeberangan jembatan penyeberangan
Penyeberangan Sebidang, meliputi :
a. Fasilitas penyeberangan pejalan kaki ada kaitannya dengan trotoar, maka
fasilitas penyeberangan pejalan kaki dapat berupa perpanjangan dan trotoar.
b. Untuk penyeberangan dengan Zebra cross dan Pelikan cross sebaiknya
ditempatkan sedekat mungkin dengan persimpangan.
c. Lokasi penyeberangan harus terlihat jelas oleh pengendara dan ditempatkan
tegak lurus sumbu jalan.
Dasar-dasar penentuan jenis fasilitas penyeberangan adalah seperti yang
tertera pada tabel 1.2, sebagai berikut :
Tabel 1.2. Fasilitas Penyeberangan berdasarkan PV2
PV2 P V Rekomendasi
>10”
>10 × 108
>108
>108
> 2 × 108
>10 × 108
50 – 1100
50 – 1100
50 – 1100
> 1100
50 – 1100
> 1100
300 – 500
400 – 750
> 500
> 300
> 750
> 400
Zebra
Zebra dengan lapak tunggu
Pelikan
Pelikan
Pelikan dengan lapak tunggu
Pelikan dengan lapak tunggu
Sumber : Dept. Pekerjaan Umum. No 027/T/Bt/1995
Dimana :
- P = Arus lalu-lintas penyeberang jalan yang menyeberang jalur lalu lintas
sepanjang 100 meter, dinyatakan dengan pejalan kaki/jam
- V= Arus lalu-Iintas dua arah per jam, dinyatakan dalam kendaraan/jam
18
Gambar 1.2. Grafik Fasilitas Penyeberangan berdasarkan PV2
(Sumber: Dept. Pekerjaan Umum. No 027/T/Bt/1995)
Catatan :
a. Arus penyeberang jalan dan arus lalu-lintas adalah rata-rata arus lalu-lintas
pada jam-jam sibuk
b. Lebar jalan merupakan faktor penentu untuk perlu atau tidaknya dipasang
lapak tunggu
c. Penyeberangan tidak sebidang
1.6.5.3.Kriteria pemilihan penyeberangan tidak sebidang (Jembatan
Peyeberangan Pejalan Kaki) adalah:
a. PV2 lebih dari 2 x 108, arus pejalan kaki (P) lebih dari 1.000 orang /jam, arus
kendaraan arah (V) lebih dari 750 kendaraan/jam, yang diambil dari arus
rata-rata selama 4 (empat) jam sibuk.
b. Pada ruas jalan dengan kecepatan rencana 70 km/jam
c. Pada kawasan strategis, tetapi tidak memungkinkan para penyeberang jalan
untuk menyeberang jalan selain pada jembatan penyeberangan.
19
Fungsi fasilitas pejalan kaki terbagi atas dua bagian, antara lain ditinjau dari :
a. Pejalan kaki, untuk memberikan kesempatan bagi lalu lintas orang sehingga
dapat berpapasan pada masing-masing arah atau menyiap dengan rasa aman
dan nyaman.
b. Lalu lintas, untuk menghindari bercampurnya atau terjadinya konflik antara
pejalan kaki dengan kendaraan
1.6.5.4.Pemilihan lokasi :
Berdasarkan tata cara perencanaan jembatan penyeberangan untuk pejalan
kaki di perkotaan No 027/T/Bt/1995 bahwa lokasi jembatan penyeberangan yang
direncanakan harus dilakukan pengukuran situasi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku terdiri sebagai berikut :
a. Mudah dilihat serta dapat dijangkau dengan mudah dan aman
b. Jarak maksimum dari pusat kegiatan dan keramaian serta pemberhentian bis
50 meter
c. Jarak minimum dari persimpangan jalan 50 meter
1.6.6. Faktor yang mepengaruhi penggunaan jembatan penyeberangan
Menurut (O’Flaherty 1997) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
fasilitas penyeberangan tidak sebidang, diurutkan berdasarkan yang terpenting
menurut pejalan kaki adalah: a). Jarak (directness of route), b). Kemudahan (ease
of negotiation), c). Estetik (interest of specific features), d). Pertimbangan
lingkugan (general environmental appeal), e). Keselamatan (safety)
Menurut (Kurniaty, 2007) dalam pemanfaatan jembatan penyeberangan yang
enggan digunakan oleh pejalan kaki adalah kurangnya kesadaran pejalan kaki
sendiri terhadap keselamatan mereka (malas, melelahkan, meakan waktu jika
menggunakan jembatan penyeberangan) disamping itu, beberapa standar disain
jembatan penyeberangan yang kurang nyaman mengakibatkan tidak optimalnya
pemanfaatan fasilitas pejalan kaki.
Menurut (Fruin, 1979) dalam perencanaan fasilitas pejalan kaki termasuk
fasilitas penyeberangan haruslah memperhatikan tujuh sasaran utama yaitu: 1).
Keselamatan, 2). Kemudahan, 3). Keamanan, 3). Daya tarik, 4). Kenyamanan
6). Kelancaran, 7). Keterpaduan sistem.
20
Menurut (Bottomley, 1987) persyaratan umum bagi fasilitas pejalan kaki
adalah: aman, nyaman, mudah, dan jelas. Faktor yang harus dipertimbangkan
dalarn pengunaan fasilitas penyeberangan tidak sebidang adalah:
a. Tingkat keamanan dan keselamatan (safety) untuk menghindati terjadinya
kecelakaan
b. Tingkat konflik pejalan kaki dengan kendaraan (traffic) dengan perhitungan
secara kuantitatif
c. Efisiensi biaya
d. Ketepatan penggunaan fasilitas penyeberangan tidak sebidang dari segi
desain dan lokasi, serta kenyamanan dan kemudahan pcnggunaannya.
Semua warga harus dilatih untuk menjadi pemakai jalan yang baik pada
semua tingkat umur dan belajar mengenai keselamatan di jalan dan perilaku pejalan
kaki. Untuk kepentingan keamanan dan keselamatan pagar pengaman harus
dipasang pada tempat-tempat penyeberang yang berbahaya (Hobbs, 1995).
Disamping hubungan PV2 dinyatakan sebagai indikasi awal perlunya penyediaan
fasiiitas penyeberangan perlu di pertimbangkan juga beberapa hal ( Eddy Ellizon,
2011) seperti: 1). Headway antara kendaraan, 2). Peruntukan jalan, 3). Frekuensi
kecelakaan pada lokasi, 4). Pemanfaatan lahan disepanjang jalan, 5). Kapasitas
jalan, 6). Jarak jalan pejalan kaki rata-rata, 7). Lebar jalan
Kriteria penilaian tingkat efektifitas penggunaan jembatan penyeberangan ditinjau
dari persentase voleume pejalan kaki penyeberangan yang menggunakan jembatan
penyeberangan setara dengan pendapat arikunto suharsimi, sebagai berikut:
Tabel 1.3 Klasifikasi Penilaian Efektifitas Penggunaan Jembatan ditinjau
Berdasarkan Persentase Volume Pejalan Kaki
No Jumlah Pejalan Kaki Golongan Kategori
1 800 s.d 1.000 Tinggi
2 600 s.d 800 Cukup Tinggi
3 400 s.d 600 Agak Rendah
4 200 s.d 400 Rendah
5 0 s.d 200 Sangat Rendah
Sumber: Suharsimi, 2002
21
1.7. Kerangka Pemikiran
Kemajuan perkembangan suatu wilayah dan kota merupakan cerminan
keberhasilan suatu wilayah dalam menumbuhkan pertumbuhan ekonomi yang
dibarengi dengan perkembangan kualitas pembangunan manusia yang didalamnya
menyebabkan terjadinya pergeseran perubahan struktur ekonomi dan sosial
penduduk. Perkembangan Wilayah dan Kota memberikan pengaruh terhadap
lahirnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan aktivtas sosial dan ekonomi
masyarakat yang semakin meningkat. Perkembangan pertumbuhan penduduk dan
sosial ekonomi tersebut tentunya berimbas pada semakin meningkatnya mobilitas
pergerakan penduduk untuk memenuhi tuntutan kehidupannya.
Fasilitas transportasi merupakan salah satu bagian kebutuhan penduduk
perkotaan dalam menunjang mobilitas pergerakan penduduk perkotaan dari satu
lokasi dengan lokasi lainnya yang mengharuskan untuk dipenuhinya fasilitas
transportasi untuk menjangkau perjalanan asal penduduk menuju perjalanan tujuan
penduduk secara efektif dan efisien. Kebijakan Pemerintah dalam menyediaan
faslitas transportasi perkotaan menjadi salah satu bentuk kemampuan daerah untuk
memenuhi kebutuhan penduduknya dalam menunjang mobilitas penduduk di
perkotaan khususnya kebijakan pembangunan jembatan penyeberangan pejalan
kaki yang diperuntukan sebagai fasilitas bagi pejalan kaki untuk menyeberang di
ruas jalan.
Permbangunan prasarana infrastruktur transportasi perkotaan seperti
penyediaan jembatan penyeberangan pejalan kaki oleh Pemerintah Kota Pekanbaru
yang tersebar di beberapa lokasi ruas jalan perkotaan dengan fungsi dan
penggunaan lahan yang beragam tentunya dibangun dengan tujuan untuk
memberikan manfaat bagi penggunanya namun sebaran penyediaan jembatan
penyeberangan pejalan kaki tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat
pemanfaatan yang bermanfaat tinggi bagi penggunanya yaitu pejalan kaki. Tingkat
pemanfaatan penggunaan jembatan penyeberangan pejalan kaki dalam penelitian
ini dilihat dari beberapa fenomena faktor seperti letak sebaran lokasi jembatan
penyeberangan, kesesuaian lokasi fasilitas pejalan kaki, karakteristik pejalan kaki,
dan faktor yang pengaruhi.
22
Namun pembangunan penyediaan jembatan penyeberangan pejalan kaki yang
tersebar di Kota Pekanbaru yang telah berfungsi masih ditemukan belum
seluruhnya memiliki pemanfaatan yang optimal. Sedangkan kawasan lokasi
jembatan tersebut memiliki intensitas pejalan kaki yang cukup ramai. Hal ini
mengakibatkan tejadinya inefektivitas pemanfaatan jembatan penyeberangan
pejalan kaki yang merupakan bagian dari infrastruktur transportasi Kota yang
tujuannya untuk memberikan ruang tersendiri bagi pejalan kaki di perkotaan.
Terjadinya inefektivitas disebabkan oleh rendahnya minta pejalan kaki yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor pengaruh dengan berbagai kriteria pengaruh
didalamnya antara lain faktor seperti: keselamatan, keamanan, kenyamanan,
kemudahan, desain, hambatan dan keterpaduan sistem. Dengan demikian dengan
melakukan berbagai penilaian terhadap berbagai faktor tersebut maka dapat
ditemukan sebab dan dampak masalah sehingga nantinya dapat mengenali akar
permasalahan yang ada dan dapat menjadi evaluasi kebijakan untuk meningkatan
efektivitas pemanfaatan penggunaan jembatan penyeberangan pejalan kaki.
23
Sebaran Jembatan Penyeberangan
Pejalan Kaki
Prasarana
- Jalan
- Jembatan penyeberangan kendaraan
- Jembatan penyeberangan pejalan kaki
- Halte
- Terminal
Sarana
- Mobil
- Bus
- Truk
- Sepeda motor
Perkembangan Aktivitas
Sosial dan Ekonomi
Pertumbuhan
Penduduk
Perkembangan Wilayah dan Kota
Penyediaan Infrastruktur
Transportasi Darat
Permasalahan Prilaku
Masyarakat yang
Mengabaikan Peraturan
Kebijakan Pembangunan
Jembatan Penyeberangan
Pejalan Kaki
Pergerakan Manusia dan
Kendaraan
Efektivitas Pemanfaatan Penggunaan
Jembatan Penyeberangan
Pejalan Kaki
Penilaian dan Optimalisasi Pemanfaatan
Jembatan Penyeberangan Pejalan Kaki
Terjadi inefektifitas
pemanfaatan Jembatan
Pemanfaatan penggunaan
Jembatan Penyeberangan
Faktor Yang Mempengaruhi
Penggunaan :
1. Keselamatan
- Peraturan dan Sanksi
- Pagar-Marka Jalan
2. Keamanan
- Petugas Keamanan
- Lampu Penerangan
3. Kenyamanan
- Ketinggian Jembatan
- Jumlah Anak Tangga
- Lantai Jembatan
- Pemeliharaan dan
Kebersihan
- Atap Pelindung
4. Kemudahan
- Lokasi
- Konstruksi
5. Desain
- Warna
- Arsitektur
6. Hambatan
- Pengemis/Pengamen/
Preman
- Pedagang Asongan dan
Kaki Lima
7. Keterpaduan sistem
- Halte
- Pangkalan Angkutan
Umum
Karakteristik
pejalan kaki
Rendahnya
Tingkat Minat
Pejalan Kaki
Kesesuaian
Lokasi
Jembatan
Gambar 1.3. Kerangka Pemikiran
24
1.8. Definisi Operasional
1. Pejalan kaki merupakan pengguna jalur pejalan kaki, baik dengan alat
maupun tanpa alat bantu (Tanan, 2011).
2. Fasilitas pejalan kaki merupakan seluruh prasarana dan sarana yang
disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi
kelancaran, keamanan, kenyamanan, serta keselamatan pejalan kaki
(Tanan, 2011).
3. Faktor sasaran pertimbangan perencanan fasilitas pejalan kaki yaitu:
keselamatan, kemudahan, keamanan, daya tarik, kenyamanan,
kelancaran, dan keterpaduan sistem (Fruin, 1979)
4. Jembatan penyeberangan pejalan kaki merupakan jembatan yang hanya
diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki yang melintas di atas jalan raya
atau jalan kereta api (Dept. PU, 1995 )
5. Pelikan dengan lapak tunggu merupakan penyeberangan pelikan yang
dilengkapi dengan pulau pelindung dan rambu peringatan awal bangunan
pemisah untuk lalu lintas dua arah (Dept. Perhubungan, 1997).
6. Faktor faktor yang mempengaruhi pemanfaatan jembatan penyeberangan
pejalan kaki adalah keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan. (Survey puslitbang 2010-2011).
7. Faktor yang mempengaruhi fasilitas penyeberangan adalah keselamatan,
kenyamanan, kemudahan, keamanan, desain dan hambatan (Rudi, 2006)