Pertumbuhan (Sakau)

23
PRODUKSI SAPI POTONG DAN KERBAU “ PERTUMBUHAN ” Oleh : Kelas A Kelompok 2 NETTY SIBORO 200110120005 SANIA CHOERONISA 200110120006 MU’MIN 200110120007 KARINA FITRIANI SN 200110120009 FAJAR NURANI 200110120010 SANTI NURJANAH 200110120011

description

Punya Mba saya dokumennya juga

Transcript of Pertumbuhan (Sakau)

Page 1: Pertumbuhan (Sakau)

PRODUKSI SAPI POTONG DAN KERBAU

“ PERTUMBUHAN ”

Oleh :

Kelas A

Kelompok 2

NETTY SIBORO 200110120005

SANIA CHOERONISA 200110120006

MU’MIN 200110120007

KARINA FITRIANI SN 200110120009

FAJAR NURANI 200110120010

SANTI NURJANAH 200110120011

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Page 2: Pertumbuhan (Sakau)

SUMEDANG2014

1. Definisi dan Hukum

a. Definisi Pertumbuhan

1) Pertumbuhan adalah peningkatan berat badan ternak sampai ukuran

dewasa tercapai (Goodwin, 1977).

2) Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah protein yang terbentuk melebihi

jumlah protein yang hilang (Bogard, 1977).

3) Pertumbuhan sebagai pertambahan protoplasma yang melebihi

protoplasma yang rusak atau hilang (Hammond, 1955).

4) Anggorodi (1979) : Penambahan berat akibat penimbunan lemak atau

penimbunan air bukan pertumbuhan murni. Pertumbuhan murni adalah

suatu penambahan jumlah protein dan zat-zat mineral yang tertimbun di

dalam tubuh.

” Bertambahnya berat badan akibat penambahan lemak, air dan tulang tidak

termasuk adanya pertumbuhan.”

b. Hukum Pertumbuhan

1) Laju pertumbuhan dimulai sejak foetus (janin). Laju pertumbuhan janin

pada awalnya lambat dan bertambah cepat sesuai umur kebuntingan, ¾

berat dari bobot lahir ternak dicapai pada bulan terakhir kebuntingan.

2) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bobot lahir ternak, yaitu :

nutrisi induk, jumlah sekelahiran dan bangsa.

3) Setelah lahir, pertumbuhan ternak akan mengikuti kurva sigmoid (huruf

S). Fase akselarasi dicapai pada sekitar pubertas.

4) Untuk tujuan produksi daging, ternak akan lebih menguntungkan bila

dipotong pada sekitar kurva fase akselarasi.

5) Tingkat gizi pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan. Bila level pakan

rendah, pertumbuhan akan terhambat.

Page 3: Pertumbuhan (Sakau)

6) Ternak muda yang pernah mengalami kekurangan pakan, bila diberikan

pakan bermutu akan diperbaiki laju pertumbuhannya dengan munculnya

pertumbuhan kompensasi.

7) Laju pertumbuhan maksimum akan dicapai bila kondisi lingkungan sangat

menunjang.

8) Faktor inheritan ternak (genotipe) merupakan pembatas terhadap tingkat

pertumbuhan dan dewasa tubuh.

Pertumbuhan Kompensasi

Pertumbuhan kompensasi adalah pertumbuhan dipercepan dari suatu

organisme setelah masa pertumbuhan melambat terutama sebagai akibat dari

kekurangan nutrisi.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kompensasi menurut Wilson dan

Ausbon (1960) ada 6 faktor:

1. Alami dari terbatasnya pakan

2. Derajat kekurangan nutrisi

3. Lamanya periode kekurangan nutrisi

4. Tahap pembangunan tubuh pada awal kekurangan nutrisi

5. Tingkat nisbi kedewasaan

6. Ketersediaan pakan

Secara umum yang mempengaruhi kompensasi terbagi atas dua faktor:

1. Faktor Ternak

a. Derajat kematangan pada awal kekurangan nutrisi

b. Proporsional bobot badan dari depot adipose pada awal kekurangan nutrisi

c. Genotif

d. Jenis kelamin

e. Perubahan didalam tingkat metabolisme

2. Faktor Nutrisi

Page 4: Pertumbuhan (Sakau)

a. Keparahan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan sebagai pemeliharaan dari

asupan paka harian

b. Lamanya kekurangan nutrisi

c. Berat jenis pakan selama kekurangan nutrisi

d. Asupan pakan selama pemulihan

Page 5: Pertumbuhan (Sakau)
Page 6: Pertumbuhan (Sakau)

c. Definisi Perkembangan

1) Moran (1992) : Meningkatnya umur ternak akan terjadi perubahan pada

ukuran, bentuk dan komposisi tubuh.

2) Fouler (1968) : Pertumbuhan adalah peningkatan bobot badan sejalan

dengan meningkatnya umur, sambil terjadi perkembangan yaitu

perubahan struktur dan fungsi organ tubuh pada ternak yang sedang

tumbuh dari adanya perbedaan pertumbuhan relatif komponen tubuh.

Pertumbuhan dapat diukur karena mengacu pada perubahan berat badan,

tapi perkembangan merupakan phenomena komplek dan sangat sulit untuk

dihitung.

d. Hukum Perkembangan

1) Proporsi tubuh disebabkan perbedaan gelombang pertumbuhan : kepala

dan kaki berkembang lebih awal.

2) Beberapa jaringan berkembang sesuai tujuan pertumbuhan : otak dan

syaraf, tulang, daging dan lemak.

Page 7: Pertumbuhan (Sakau)

3) Organ-organ tubuh pada tingkat berbeda, jantung, paru-paru dan usus

berkembang lebih awal.

4) Jenis kelamin mempengaruhi perkembangan ternak.

Jantan : Tulang dan jaringan otot lebih cepat.

Betina : tulang pendek tipis, otot kurang, lemak banyak.

5) Genetik tetua mempengaruhi perkembangan.

Aberdeen Angus > Shorthorn.

2. Ukuran-Ukuran Pertumbuhan

Ukuran-ukuran yang digunakan dalam pertumbuhan yaitu sebagai berikut:

3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Ternak.

Tumbuh-kembang dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan, jenis kelamin, hormon,

lingkungan dan manajemen. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi

pertumbuhan sebelum lepas sapih adalah genotipe, bobot lahir, produksi susu

Page 8: Pertumbuhan (Sakau)

induk, jumlah anak perkelahiran, umur induk, jenis kelamin anak dan umur sapih .

Laju pertumbuhan setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain

potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia.

Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa, heterosis

(hybrid vigour) dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada

sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia,

kesehatan dan iklim. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan antara

lain:

a. Genotipa

Ada genotipa tertentu yang mempengaruhi pertumbuhan sehinggah lebih cepat

pertumbuhannya dari pada yang lain. Sebagai contoh : ternak dari daerah beriklim

sedang secara umum relatif lebih cepat pertumbuhannya daripada ternak yang

berasal dari daerah panas.

b. Bobot Lahir

Anak yang mempunyai bobot lahir rendah, akan lebih sedikit mengkonsumsi

air susu dan akibatnya akan tumbuh lebih lambat. Ada hubungan yang positif

antara bobot lahir dengan bobot sapih. Semakin tinggi bobot lahir akan semakin

tinggi pula bobot sapihnya.

c. Produksi Air Susu Induk

Semakin banyak air susu diproduksi oleh induk, akan kian banyak pula jumlah

susu yang didapat oleh anak, dan ini akan meningkatkan pertumbuhan yang lebih

cepat.

d. Jumlah Anak Waktu Dilahirkan

Anak yang dilahirkan kembar secara umum akan tumbuh lebih lambat

dibandingkan dengan anak yang dilahirkan tunggal. Hal ini disebabkan

kesempatan untuk mendapatkan air susu yang berbeda.

Page 9: Pertumbuhan (Sakau)

e. Umur Induk

Umur induk waktu melahirkan anak sangat besar pengaruhnya terhadap

pertumbuhan anak. Induk muda biasanya akan memproduksi lebih sedikit air

susu, sehinggah anaknya akan tumbuh lambat. Semakin berumur induk ini

produksi air susupun akan kian meningkat, sampai pada umur produktif tertentu

(umur 6 Tahun), saat produksi air susu mulai menurun.

f. Jenis Kelamin Anak

Pada umumnya anak jantan mempunyai bobot lahir lebih tinggi dibandingkan

anak betina dan anak jantan juga lebih aktif menghisap air susu, sehingga

menyebabkan anak jantan tumbuh lebih cepat dari pada anak betina.

Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor External dan Internal. 

Faktor external yang paling berperan adalah makanan, 

Faktor internal yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan adalah

kebakaan dan endocrine atau sekresi hormonal 

Pertumbuhan setelah sapih dipengaruhi faktor kebakaan. Namun

manifestasinya harus ditunjang faktor lingkungan. Dengan ransum sama, beberapa

ternak ada yang tumbuh lebih lambat. Perbedaan pertumbuhan ini pengaruh dari

faktor genetik.  Kelenjar endocrine adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran

dan memproduksi hormon yang disekresikan ke dalam darah. 

Hormon adalah zat kimia dari kelenjar endocrine yang dibawa aliran darah ke

berbagai tubuh dan menimbulkan pengaruh yang specifik. Kelenjar yang

mempengaruhi pertumbuhan adalah : Kelenjar Pituitary, Kelenjar Thyroid,

Kelenjar Ovarium, Kelenjar Testes, Kelenjar Adrenal.

Kel. Pituitary : di bawah otak, di belakang chiasma optic. Memproduksi

hormon pertumbuhan yaitu somatotropin. Hormon pertumbuhan akan

merangsang retensi nitrogen (pembentukan protein melebihi protein yang

digunakan) sehingga menghasilkan pertumbuhan murni.

Page 10: Pertumbuhan (Sakau)

Kelenjar Thyroid terdiri dari 2 lobus, terletak bergandengan pada trachea

yang berhubungan dengan isthmus. Kelenjar thyroid mensekresikan hormon

Thyroxin yang fungsinya mengontrol metabolisme tubuh. Kekurangan Thyroxin

pada awal kehidupan dapat mengakibatkan kekerdilan yang tidak proporsional.

Pengembangan daerah bahu dan kepala lebih besar daripada sebagian tubuh

bagian posterior. Kelebihan thyroxin menjadikan pertumbuhan menurun, karena

metabolisme lebih aktif daripada anabolisme/ pembentukan). Bila pakan rendah

yodium, kelenjar thyroid kurang memproduksi hormon thyroxin sedangkan

kelenjar pituitary akan selalu menggertak kelenjar thyroid, hingga akhirnya

kelenjar thyroid akan bertambah besar dan berkembang menjadi penyakit

gondok/goiter.

Ovarium menghasilkan hormon Progesteron dan Estrogen. Progesteron

meningkatkan retensi protein. Progesteron meningkatkan pertumbuhan, tetapi

menurunkan lemak tubuh (sapi).

Testis berfungsi untuk memproduksi testosteron dan androgen. Testosteron

berfungsi sebagai sex secunder caracter. Contohnya seperti menghasilkan

testosteron, pigmentasi tubuh, lebih agresif dan dagingnya lebih padat, maskulin

tubuh / perototan sehingga daging ternak jantan lebih alot.

Androgen berfungsi :

menstimulir pertumbuhan

meningkatkan efisiensi pakan

meningkatkan lean dan menurunkan lemak pada karkas.

Androgen lebih efektif pada betina dibandingkan ternak kastrasi.

Efek Kastrasi :

Penurunan pertumbuhan.

Ternak lebih mudah ditangani.

Dapat mengurangi bau daging yang tajam.

Kelenjar Adrenal :

Lokasi pada anterior dan medial ginjal.

Page 11: Pertumbuhan (Sakau)

Bagian medula memproduksi hormon adrenalin.

Bagian cortex mensekresikan hormon steroid.

Cortison meningkatkan lemak tubuh (cepat gemuk).

4. Fase Pertumbuhan

Fase pertumbuhan dibagi menjadi Pre-natal, Pre-weaning (menyusu), dan

Setelah disapih.

a. Pre-natal

Ternak prolifik/multiparous /peridi dipengaruhi jumlah foetus dalam uterus.

Jumlah foetus banyak anak lahir kecil.

Pada ternak monoparous, bobot badan dan umur induk mempengaruhi

pertumbuhan pre-natal.

Berat lahir pedet > tinggi. Disebabkan besarnya uterus.

b. Pre-Weaning

Dipengaruhi kualitas dan kuantitas susu induk.

Jumlah anak tinggi produksi susu tidak mencukupi kebutuhan

Pertumbuhan selama menyusu:

Kecepatan Ptb=Berat Bersih−Berat LahirLama Menyusu

Produksi susu induk sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan pedet saat

menyusu.

produksi susu rendah ptb pedet terhambat

Umur induk dan jenis kelamin pedet berpengaruh terhadap pertumbuhan

Induk dewasa berat sapih pedet lebih tinggi (75 lbs)

Pakan induk baik, Berat sapih > tinggi (40 lbs)

c. Post Weaning Growth,

Page 12: Pertumbuhan (Sakau)

Pertumbuhan yang terjadi antara waktu disapih sampai saat disembelih, pada

berat1000-1100 lbs.

Kecepatan pasca-sapih :

Pasca Sapih= Berat Akhir−Berat SapihWaktu

Ternak kekurangan pakan selama menyusu, cenderung akan dikompensasi

saat lepas menyusu (dengan pakan baik).

Sebaliknya, konsumsi susu mencukupi, dan saat lepas sapih kekurangan

pakan pertumbuhannya akan kurang memuaskan.

Fase Pertumbuhan

a. Fase Stasioner, pada fase ini dimulai dari masa embrional sampai dengan

masa kebuntingan. Dalam fase ini belum terlihat dengan jelas

pertumbuhannya apabila dibandingkan dengan pertumbuhan secara

keseluruhan akan tetapi persentase kecepatan tumbuh adalah tinggi.

b. Fase eksponensial, fase ini terbagi menjadi dua bagian yaitu:

Bagian pertama, dimulai dari umur plektus 1/3 akhir kebuntingan sampai

dengan umur dewasa kelamin atau pubertas.

Bagian kedeua, dimulai saat pubertas sampai tercapainya ukuran tubuh

maksimal. Pada sapi umur 7-8 tahun.

c. Fase Regresi, fase ini merupakan fase kelanjutan dari fase sebelumnya dan

berakhir sampai fase kematiaan secara alami.

5. Pendugaan Bobot Tubuh Standar

Terdapat tiga macam penentuan praduga bobot tubuh standar yang perlu

dilakukan pada ternak sapi, yaitu praduga standar bobot sapih (standar pada umur

205 hari), praduga bobot yearling (pada umur 365 hari), dan praduga bobot

dewasa (pada umur 550 hari). Penentuan ketiga praduga bobot tubuh standar

tersebut dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut.

Page 13: Pertumbuhan (Sakau)

1. Praduga bobot sapih (205 hari)

BBS= BS−BLLama Menyusu

x 250+Berat lahir

Keterangan:

BS = Berat sapih.

BL = Berat lahir

BSS = Berat sapih standar (205 hari)

2. Praduga bobot yearling (365 hari)

Bobot tubuh 365 hari = Bobot tubuh aktual−Bobot sapih aktual

Selisihumur antar bobot (hari) x 160 +

Bobot sapih 205 hari yang dikoreksi umur induk

3. Praduga bobot dewasa (550 hari)

Bobot tubuh 365 hari = Bobot tubuh aktual−Bobot sapih aktual

Selisih umur antar bobot (hari ) x 345 +

Bobot sapih 205 hari yang dikoreksi umur induk

Keterangan :

- Bobot tubuh aktual yaitu bobot tubuh yang tertimbang pada saat perhitungan

- Bobot sapih aktual yaitu bobot sapih sebenarnya hasil penimbangan.

Untuk menjamin kesesuaian standar pada pendugaan bobot yearling dan

bobot dewasa, rumus bobot sapih 205 hari harus dikoreksi dahulu oleh umur

induk dan jenis kelamin pedet yang dilahirkan. Karena bobot lahir dan bobot

sapih seekor pedet sangat dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut.

Page 14: Pertumbuhan (Sakau)

Besarnya faktor koreksi yang harus ditambahkan sebenarnya telah

tersedia dalam tabel standarnya. Namun, tabel tersebut hanya berlaku untuk sapi

pedaging murni, tidak sesuai digunakan untuk sapi potong atau sapi lokal yang

bobot badannya lebih rendah. Untuk menentukan penambahan faktor koreksi pada

sapi-sapi potong atau sapi lokal maka sebaiknya menggunakan perhitungan bobot

sapih aktual pada 205 hari dikalikan dengan faktor koreksi umur induk (FKUI),

seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Faktor Koreksi Umur Induk

Umur induk FKUI

2 tahun 1,15

3 tahun 1,10

4 tahun 1,05

5-10 tahun 1,00

≥ 11 tahun 1,05

Contoh : apabila menghitung dengan menggunakan FKUI, misalnya induk

sapi yang berumur 3 tahun telah melahirkan pedet dengan bobot sapih standar 205

harinya adalah 150 kg maka untuk menghitung ke dalam bobot yearling atau

adalah 150 x 1,10 = 165 kg.

Dalam menilai produktivitas induk maka catatan produktivitas induk-induk

tersebut selama hidupnya sangat diperlukan. Catatan ini bermanfaat dalam

penilaian prestasi induk diantara kelompok untuk keperluan seleksi. Dengan

demikian, akan mudah untuk mengapkir induk yang rendah prestasi produksinya

dan mempertahankan yang tinggi produksinya. Dalam kaitannya dengan

keperluan tersebut maka disarankan beberapa catatan penting induk sebagai

berikut :

1. Parameter yang berkaitan dengan efisiensi reproduksinya :

a. Umur saat beranak pertama (dalam hari)

b. Umur aktual (pada waktu penilaian dilakukan)

Page 15: Pertumbuhan (Sakau)

c. Jumlah pedet yang telah dilahirkan (ekor)

d. Jumlah pedet yang dapat disapih (ekor)

e. Umur rata-rata pedet saat disapih (bulan)

f. Nilai BCE

2. Parameter yang berkaitan dengan produktivitasnya :

a. Rata-rata bobot lahir (kg)

b. Nisbah rata-rata bobot sapihnya dari total pedet yang disapih.

c. Nisbah dugaan bobot tubuh 365 hari.

d. Nilai MPPA nya.

Page 16: Pertumbuhan (Sakau)

DAFTAR PUSTAKA

Helmi syahprilis. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak. 2010. http://helmisyaprilis.blogspot.com/2010/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi. html. Diakses pada tanggal 14 April 2014

Hill, D.H. 1988. Cattle and Buffalo Meat Production in The Tropics. Intermediate Tropical Agriculture Series. Singapore.

Moran, J.B. 1992. Growth and Development of Buffaloes.

Santosa, Undang. 2006. Manajemen Usaha Ternak Potong. Penebar Swadaya : Jakarta