BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/48263/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 8. · industri...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/48263/2/BAB I.pdf · 2019. 8. 8. · industri...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kontemporer dalam integrasi ekonomi dunia menunjukkan
bahwa liberalisasi perdagangan telah menjadi tren yang diikuti oleh banyak negara
dan diterapkan sebagai pondasi dasar untuk menciptakan kerja sama perdagangan
yang lebih bebas dan menguntungkan. Kerja sama perdagangan seperti ini
kemudian dinilai menjadi lebih efisien untuk meningkatkan aktivitas perekonomian
terlebih dengan adanya mekanisme perjanjian perdagangan bebas sebagai bentuk
formalitas dengan memungkinkan negara-negara terlibat untuk mengikuti aturan
dan prinsip yang disepakati bersama. Hal tersebut umumnya meliputi perjanjian
untuk menghilangkan atau mengurangi tarif atas suatu barang, menyederhanakan
kepabeanan, menghapus hambatan-hambatan teknis atau hambatan non tarif
dengan tujuan untuk menghindari ketidakadilan yang terjadi saat melakukan
perdagangan.1
Penyusunan perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreements
(FTAs) biasanya dilakukan oleh beberapa negara dengan membentuk blok
perdagangan secara bilateral, multilateral, ataupun plurilateral. Pembentukan blok
perdagangan tersebut umumnya didasari pada aspek kedekatan secara geografis
(geographical proximity) guna memudahkan biaya transportasi terhadap suatu
1 About Free Trade Agreement, New Zealand Foreign Affairs & Trade, diakses dalam :
https://www.mfat.govt.nz/en/trade/free-trade-agreements/about-free-trade-agreements/.
(24/4/2018,11:42 WIB)
2
barang yang dapat mempengaruhi peningkatan volume perdagangan.2 Namun
seiring perkembangannya, geographical proximity tidak lagi menjadi alasan yang
signifikan dalam proses pembentukan FTAs, di mana integrasi ekonomi dan politik
kemudian lebih banyak dijadikan sebagai prioritas utama untuk dapat menciptakan
blok perdagangan yang lebih masif termasuk dalam konteks inter-regional.3
ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreements (AANZFTA) merupakan
salah satu manifestasi dari perjanjian perdagangan plurilateral4 yang bersifat inter-
regional dengan melibatkan negara-negara Asia Tenggara bersama Australia dan
New Zealand. AANZFTA secara komprehensif terbentuk berdasarkan kedekatan
geografis, maupun hubungan integrasi ekonomi dan politik yang berbasis pada
transparansi dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di antara negara-negara yang
terlibat.5
Dinegosiasikan secara resmi pada tahun 2005, dibentuk pada tahun 2009
dan mulai diimplementasikan secara menyeluruh pada tahun 2012, AANZFTA
pada dasarnya ditujukan untuk memfasilitasi kerja sama di bidang perdagangan
barang, jasa, investasi, rules of origin (ROR), customs, Sanitary and Phytosanitary
(SPS), Technical Barriers to Trade (TBT), safeguard, hak kekayaan intelektual,
2 Krugman, Importance of Geographical Proximity in Trade, diakses dalam :
https://www.piie.com/publications/chapters_preview/72/3iie2024.pdf , (25/10/2018, 07:04 WIB) 3 Kaloyanchev Plamen, Kusen Ivan, dan Mouzakitis Alexandros, Untapped Potential : Intra-
Regional Trade In The Western Balkans, European Comission, Discussion Paper No.080, May Mei
2018, diakses dalam : https://ec.europa.eu/info/sites/info/files/economy-
finance/dp080_western_balkans.pdf. (25/110/2018, 07:29 WIB) 4 Perjanjian Plurilateral adalah perjanjian multinasional yang melibatkan lebih dari dua negara, tetapi
tidak terlalu melibatkan banyak negara seperti yang ada pada perjanjian multilateral. Dikutip dari
Plurilateral Agreement, diakses dalam https://financial-
dictionary.thefreedictionary.com/Plurilateral+Agreement (25/10/2018 16:29WIB) 5 Overview : The ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement, diakses dalam :
http://aanzfta.asean.org/aanzfta-overview/, (21/05/18,23.00 WIB)
3
kebijakan persaingan, movement of natural person (MNP), kerja sama ekonomi,
dispute settlement mechanism (DSM), dan e-commerce.6 Dalam aktivitas
perdagangan sendiri, mekanisme yang dijalankan berorientasi pada kegiatan
ekspor-impor beberapa jenis komoditas. Produk-produk tekstil, manufaktur,
kehutanan, dan holticultural secara general merupakan sektor kunci bersama yang
diperdagangkan oleh dan antar negara anggota AANZFTA. Lebih spesifik lagi,
Australia dan New Zealand sebagai negara yang memiliki sumber daya alam
melimpah pada bidang pertanian dan peternakan, dalam FTAs ini berperan sebagai
eksportir utama untuk komoditas binatang hidup hingga produk-produk susu ke
negara-negara ASEAN yang di sisi lain juga berkedudukan sebagai eksportir utama
jenis produk bahan bakar dari hasil pertambangan.7
Dalam implementasinya, AANZFTA telah berhasil merangkul 12 negara
anggota untuk terlibat dalam kerja sama perdagangan yang kolektif dan secara
strategis menguntungkan karena dapat menjadi wadah untuk saling melengkapi dan
memenuhi kebutuhan satu sama lain. Selain itu, kerja sama perdagangan di bawah
payung AANZFTA juga secara signifikan dapat mempengaruhi hubungan kerja
sama bilateral di antara negara anggota yang terlibat. Maka dari itu, penelitian ini
kemudian bermaksud untuk melihat pengaruh implementasi AANZFTA terhadap
kerja sama bilateral antara Indonesia dan Australia yang secara spesifik
6 ASEAN – Australia, New Zealand, Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional,
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, diakses dalam :
http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/asean/asean-1-fta/asean-australia-new-zealand,
(25/10/2018, 14:09 WIB) 7 Agreement Establishing The ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area, Ministry of Foreign
affairs and Trade, diakses dalam : https://www.mfat.govt.nz/assets/FTAs-agreements-in-
force/AANZFTA-ASEAN/AANZFTA-booklet3.pdf (25/10/2018 17:28 WIB)
4
diorientasikan pada upaya untuk mendukung terjaminnya pasokan susu segar dalam
negeri (SSDN).
Hal tersebut berkaitan erat dengan urgensi permasalahan yang ditemukan
penulis dimana terjadi sebuah disekuilibrum antara supply dan demand terhadap
persediaan pasokan susu di Indonesia, bersamaan dengan fenomena bahwa
Indonesia pada dasarnya masih memegang status sebagai negara dengan angka
konsumsi susu yang rendah diantara negara-negara ASEAN lainnya dengan jumlah
rata-rata 12,10 liter/kapita/tahun, sementara Malaysia mencapai angka 36,2
liter/kapita/tahun, Myanmar dengan 26,7 kg/kapita/tahun, Thailand sebesar 22,2
liter/kapita/tahun, dan Philipina 17,8 liter/kapita/tahun.8
Dalam realitasnya, Indonesia memang secara intens tengah menghadapi
tuntutan kebutuhan susu nasional yang terus meningkat setiap tahun, namun
pasokannya tidak dapat terpenuhi secara maksimal akibat rendahnya aktivitas
produksi susu segar dalam negeri9. Keadaan ini memang sudah lama menjadi
permasalahan fundamental dalam bidang persusuan nasional, karena bagaimanapun
relevansi antara tinggi dan rendahnya aktivitas produksi sebuah negara akan sangat
mempengaruhi dan menentukan tinggi atau rendahnya angka pasokan yang dapat
8 Ridwan, Tingkat Konsumsi Susu Masyarakat Indonesia Rendah, diakses dalam :
https://www.industry.co.id/read/7914/tingkat-konsumsi-susu-masyarakat-indonesia-rendah
(14/05/2019 14:03WIB) 9 Susu Segar Dalam Negeri atau yang selanjutnya disingkat sebagai SSDN merupakan susu yang
dihasilkan oleh Peternak, Koperasi, dan Perusahaan Peternakan yang ada di Wilayah Negara
Indonesia. Dikutip dari Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
26/Permentan/PK.450/7/2017 tentang Penyediaan dan Peredaran Susu. Diakses dalam :
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn995-2017.pdf (25/10/2018 18:00 WIB)
5
dipenuhi di dalam negara tersebut.10 Singkatnya jika tingkat produktivitas
Indonesia masih berada pada level yang rendah, maka supply susu yang dihasilkan
juga cenderung rendah.
Pemerintah sendiri dalam upayanya untuk mendorong peningkatan daya
produksi susu segar dalam negeri telah menerapkan berbagai strategi, salah satunya
dengan memberlakukan kebijakan kemitraan antara Industri Pengolahan Susu (IPS)
dan Importir dengan para peternak sapi perah lokal untuk mendukung peningkatan
kapasitas Indonesia dalam memenuhi tingginya tuntutan pasokan susu nasional.
Kebijakan ini diamanatkan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan)
Nomor 26 Tahun 2017 tentang peredaran susu.11 Namun kebijakan yang pada
dasarnya ditujukan untuk menekan laju impor guna mengurangi ketergantungan
nasional terhadap pasokan susu dari luar negeri dan meningkatkan kapasitas
peternak lokal tersebut tampaknya terlihat kurang efisien, dengan
mempertimbangkan bahwa jumlah peternak susu lokal sendiri masih sangat minim
jika dibandingkan dengan tingginya kebutuhan susu masyarakat yang terus
meningkat dengan jumlah rata-rata sebesar 3.000.000 hingga 4.000.000 juta ton
untuk setiap tahunnya.12
10 Wawancara penulis dengan Kepala Seksi Pemberdayaan Industri, Direktorat Industri Minuman,
Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Pinke
Arfianti Dwihapsari, Jakarta, 20 Desember 2018. 11 Kurangi Impor, Industri Pengolahan Susu Dipacu Gandeng Peternak Lokal, Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia, diakses dalam
:http://www.kemenperin.go.id/artikel/19030/Kurangi-Impor,-Industri-Pengolahan-Susu-Dipacu-
Gandeng-Peternak-Lokal (3/01/19 15:25 WIB) 12 Lidya Yuniartha Panjaitan, Indonesia Mengimpor 3,65 Juta Ton Susu Setiap Tahun, Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia, diakses dalam
http://www.kemenperin.go.id/artikel/18427/Indonesia-Mengimpor-3,65-Juta-Ton-Susu-Setiap-
Tahun, (3/01/19 15:25 WIB)
6
Jika kebijakan tersebut terus dijalankan dengan hanya mengandalkan
produksi dari para peternak lokal, maka sebagai dampaknya Indonesia akan
mengalami defisit susu dalam jangka panjang dimana produksi susu segar dalam
negeri benar-benar tidak mampu mencukupi kebutuhan susu nasional yang bahkan
telah diprediksikan akan terus meningkat hingga melebihi angka 4.450.000 juta ton
di tahun 2020. Dewan Persusuan Nasional Indonesia juga telah memprediksikan
bahwa pada tahun 2020 tersebut Indonesia akan mengalami “darurat susu segar
dalam negeri 2020” sebagai akibat dari kekurangan pasokan SSDN yang akan
menyentuh angka 90% dan hanya akan mampu memenuhi 10% dari total kebutuhan
susu masyarakat Indonesia.13
Oleh karena itu di sisi lain, strategi pemerintah untuk meningkatkan
produksi SSDN juga diterapkan melalui jalinan hubungan kerja sama yang
dibangun dengan negara-negara besar penghasil susu, di mana dalam bidang ini
Indonesia sendiri sudah lama melakukan kerja sama bilateral dengan Australia yang
dijalankan melalui mekanisme Foreign Direct Investment (FDI) dimana
pengembangan perusahaan susu adalah perwujudan utamanya yang secara inklusif
ditujukan untuk dapat mendorong peningkatan produksi SSDN Indonesia. Jika
dikomparasikan dengan strategi sebelumnya, bentuk kerja sama bilateral ini
cenderung akan lebih efektif terlebih jika didukung dengan adanya FTAs antar
kedua negara.
13 Winarto, Yudho, Indonesia Akan Mengalami Darurat Susu Segar Dalam Negeri Pada 2020,
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia diakses dalam
https://industri.kontan.co.id/news/indonesia-akan-mengalami-darurat-susu-segar-dalam-negeri-
pada-2020 (27/10/2018 09:40 WIB)
7
Keterkaitan antara FTAs dengan kerja sama FDI di bidang ini kemudian
menjadi pola dasar analisis utama yang akan dikembangkan oleh penulis, sehingga
dalam pelaksanaannya penulis akan melihat kerja sama bilateral Indonesia-
Australia yang didukung dengan pengimplementasian AANZFTA yang dalam hal
ini menjadi sangat penting untuk dilakukan sebagai sebuah alternatif bagi Indonesia
guna mendukung tercapainya peningkatan produksi SSDN yang dapat menjamin
kebutuhan susu nasional sebagai kepentingan utamanya.
Salah satu kerja sama FDI Indonesia-Australia dalam bentuk perusahaan
susu yang terdapat di Indonesia adalah PT. Greenfields Indonesia, yang kemudian
ditempatkan sebagai studi kasus utama dalam penelitian ini. PT. Greenfields sendiri
merupakan perusahaan susu multinasional (multinational corporation i.e. MNC )
yang bertempat di Kabupaten Malang dan Blitar, Indonesia, dan telah lama
didirikan bahkan jauh sebelum dibentuknya AANZFTA. Perusahaan yang mulai
beroperasi pada tahun 2000 ini dalam perkembangannya telah bermetamorfosis
menjadi salah satu perusahaan terbesar di Asia Tenggara yang bergerak di bidang
industri pengolahan susu dengan menghasilkan susu segar sebagai komoditas
utamanya.14
Secara umum PT. Greenfields juga turut bermitra dengan peternak lokal,
namun hanya terbatas pada penyediaan pelatihan dan penyaluran hasil pemerahan
kepada industri pengolahan susu yang lain. Sementara dalam proses produksi,
secara teknis PT. Greenfields tidak bermitra dengan para peternak lokal dalam hal
14 Ternak Susu Terbesar di Asia Tenggara, Viva News, 9 September 2012, diakses dalam :
https://www.viva.co.id/berita/bisnis/349995-foto-ternak-susu-terbesar-di-asia-tenggara,
(24/04/18,21:59 WIB)
8
pengolahan susu bersama dan juga tidak banyak mengimpor produk atau bahan
baku susu dari luar negeri.15 Produksi susu segar dalam negeri pada perusahaan
tersebut dilakukan secara mandiri melalui peternakan yang dimiliki, dimana
sebagian besar dari faktor produksi terutama sapi perah sebagai sumber bahan baku
utamanya juga masih diimpor dari Australia. Kegiatan impor yang dilakukan oleh
PT. Greenfields pada dasarnya tidak akan terlepas dari aturan dan mekanisme
ekspor-impor yang diberlakukan dalam AANZFTA. Hal ini dikarenakan peraturan
pada perjanjian perdagangan bebas tersebut tentu bersifat terikat dengan kebijakan
yang diberlakukan oleh Indonesia dan Australia sebagai mitra dagang yang
menjadikan AANZFTA sebagai pedoman utilitas pada kegiatan perdagangan
bilateral yang dilakukan oleh kedua negara tersebut.
Sementara itu, kebijakan yang pada umumnya memberlakukan
penyederhanaan hambatan tarif dan non tarif sesuai dengan aturan AANZFTA,
secara tidak langsung dapat mempengaruhi adanya peningkatan angka impor
sumber bahan baku ataupun faktor produksi yang signifikan oleh PT. Greenfields
dari sebelum dan sesudah diberlakukannya AANZFTA. Selanjutnya, peningkatan
jumlah sumber bahan baku dan faktor produksi pada PT. Greenfields sendiri akan
sangat berpengaruh terhadap peningkatan pasokan SSDN yang dapat diproduksi.
Oleh karena itu, melalui pemaparan studi kasus pada PT. Greenfields
Indonesia, penelitian ini secara spesifik akan memberikan penjelasan mengenai
pengaruh implementasi AANZFTA terhadap kerja sama FDI Indonesia-Australia
15 Wawancara penulis dengan Kepala Seksi Pemberdayaan Industri Subdirektorat Industri
Pengolahan Susu dan Minuman Lainnya, Kementerian Industri RI, Risetio Canggih Dwiputra
Jakarta, 26 Desember 2018.
9
dalam menjamin pasokan susu segar dalam negeri yang secara tidak langsung
menitikberatkan pembahasan pada segala aspek yang terkait dengan peningkatan
aktivitas produksi susu melalui PT. Greenfields Indonesia. Sebagai dampaknya,
peningkatan produksi tersebut dinilai akan mendorong terjaminnya peningkatan
pasokan SSDN yang dapat memasok tuntutan kebutuhan susu nasional itu sendiri.
Keadan ini kemudian menjadi parameter penelitian yang digunakan penulis guna
mendapatkan hasil penelitian yang lebih substantif.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Pengaruh Implementasi AANZFTA Terhadap Kerja Sama
Bilateral Indonesia-Australia dalam Menjamin Pasokan Susu Segar Dalam Negeri?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yang dapat diambil penulis adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi AANZFTA dapat
mempengaruhi kerja sama bilateral Indonesia-Australia
2. Untuk mengetahui bentuk kerja sama Indonesia-Australia dalam menjamin
pasokan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN)
3. Untuk mengetahui pengaruh implementasi AANZFTA terhadap PT.
Greenfields Indonesia
4. Untuk mengetahui kontribusi PT. Greenfields Indonesia dalam menjamin
pasokan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN)
1.3.2 Manfaat Penelitian
10
Adapun manfaat yang dari penelitian ini antara lain:
1.3.2.1 Manfaat secara Akademis
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran serta memperkaya wawasan mengenai penerapan kerangka analisis
berdasarkan teori dan konsep-konsep dalam studi Hubungan Internasional
khususnya untuk menganalisis permasalahan yang terkait dengan implementasi
perjanjian perdagangan bebas atau AANZFTA yang secara signifikan dapat
mempengaruhi hubungan kerja sama bilateral antara Indonesia-Australia dalam
menjamin pasokan SSDN.
1.3.2.2 Manfaat Secara Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi wujud nyata
kontribusi penulis bagi para pembaca ataupun pihak yang terkait dengan penelitian,
guna mendukung penyediaan wawasan dan informasi, serta memperluas pandangan
pada studi Hubungan Internasional melalui pemaparan kajian yang komprehensif
mengenai pengaruh implementasi AANZFTA terhadap kerja sama bilateral
Indonesia-Australia yang didukung dengan pemaparan studi kasus pada PT.
Greenfields Indonesia untuk menjamin pasokan SSDN.
1.4 Penelitian Terdahulu
• Mekanisme kerja sama perjanjian perdagangan bebas dalam
kerangka AANZFTA
11
Penelitian pertama ditulis oleh Desti Anandya Fajri dalam jurnalnya yang
berjudul “Kepentingan Selandia Baru Melakukan Perdagangan Bebas Dengan
Indonesia dalam Kerangka AANZFTA Tahun 2012-2015”16. Dalam penelitian
tersebut penulis menganalisa dengan metode eksplanatif dan menggunakan teori
kerja sama internasional, teori keunggulan komparatif, teori perdagangan
internasional, dan konsep perdagangan bebas yang kemudian menjelaskan
bagaimana faktor-faktor ekonomi dan politik merupakan hal utama yang mendasari
keinginan suatu negara untuk turut terlibat dalam sebuah perdagangan bebas.
Kepentingan politik maupun ekonomi Selandia Baru dalam hal ini
ditunjukkan dengan implementasi AANZFTA yang digencarkan pada tahun 2012-
2015 dan telah mempengaruhi orientasi kebijakan luar negerinya untuk mengambil
banyak keuntungan dari perdagangan internasional yang terjadi di antara negara-
negara dalam AANZFTA termasuk dengan Indonesia. Hubungan diplomatik yang
terjalin dengan baik antara Indonesia dengan Selandia baru sejak 1958 dan
dilakukan dengan latar belakang negara demokratis, memberikan kemudahan bagi
Selandia baru untuk membangun segala interaksi dengan Indonesia termasuk untuk
melakukan perdagangan bebas. Indonesia memang menjadi negara yang kaya akan
sumber daya alam, namun hal tersebut tidak selalu menjamin Indonesia untuk dapat
memenuhi kebutuhan nasionalnya sehingga dalam beberapa aspek negara tersebut
tetap membutuhkan impor dari negara lain. Kebutuhan Indonesia yang besar akan
produk dari hasil peternakan khususnya susu dalam hal ini dilihat oleh Selandia
16 Desty Anandya Fajri, 2016, Kepentingan Selandia Baru Melakukan Kerja sama Perdagangan
Bebas Dengan Indonesia Dalam Kerangka AANZFTA Tahun 2012-2015, JOM FISIP Vol.3 No.2,
Universitas Riau.
12
Baru sebagai peluang untuk melakukan bisnis mengingat negara tersebut memiliki
keunggulan dalam memproduksi dairy products dan daging sapi yang kemudian
disebutkan dalam sebuah teori sebagai bentuk dari keunggulan komparatif. Di sisi
lain, pemberlakuan bea cukai atau pajak masuk yang bersifat lebih sederhana akibat
adanya perdagangan bebas tentu semakin mempermudah Selandia Baru untuk
mengekspor produknya kepada Indonesia.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis yaitu dengan menggunakan metode eksplanatif-kualitatif serta penggunaan
konsep perdagangan bebas untuk menganalisis terjadinya perdagangan
internasional atau perdagangan antar negara yang bertujuan untuk mengukur
efisiensi dan keuntungan yang akan didapatkan dari aktivitas saling melengkapi
kebutuhan nasional masing-masing melalui spesialisasi produk yang dimilikinya.
Sementara itu, perbedaan penelitian sendiri terletak pada fokus penelitian yang
mengacu pada kepentingan negara sebagai objek yang akan diuntungkan dalam
penerapan AANZFTA, dimana fokus penelitian ini mengarah pada kerja sama
antara New Zealand dengan Indonesia, sementara penulis mengangkat fokus
penelitian pada kerja sama Indonesia dengan Australia.
Penelitian kedua diambil dari skripsi yang ditulis oleh Sobur Ady
Pamungkas yang berjudul “Kerja sama Perdagangan Sektor Non-Migas
Indonesia-Australia dalam Kerangka ASEAN-Australia-New Zealand Free
Trade Area (AANZFTA) (2009-2015)”.17 Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
17 Sobur Ady Pamungkas, 2017, Kerjasama Perdagangan Sektor Non-Migas Indonesia-Australia
dalam Kerangka ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) (2009-2015),
Skripsi, Bandung, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional: Universitas Komputer Indonesia.
13
upaya optimalisasi kerja sama perdagangan non-migas Indonesia-Australia di
bawah aturan AANZFTA dengan menggunakan konsep regionalisme, kerjasama
internasional, kebijakan bilateral, perdagangan bebas, perdagangan internasional,
dan kepentingan nasional yang secara keseluruhan dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif-kualitatif.
Keterlibatan Indonesia dalam AANZFTA secara garis besar dapat
memberikan ruang bagi negara tersebut guna mengoptimalkan pemanfaatan kerja
sama dalam AANZFTA yang memang dibentuk untuk meliberalisasi dan
memfasilitasi perdagangan barang dan jasa, terlebih dengan adanya peraturan yang
menuntut penghapusan progresif hambatan tarif dan non-tarif secara substansial.
Dengan keadaan tersebut, penelitian ini menemukan bahwa terdapat peningkatan
intensitas pada kerja sama perdagangan dari Indonesia ke Australia dalam sektor
non migas yang mengacu pada data dalam laporan atase Perdagangan Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia dalam kurun waktu 2012 hingga 2015 atau
sesudah diberlakukannya perjanjian AANZFTA. Total perdagangan atau nilai
ekspor produk non migas Indonesia menuju Australia pada tahun 2012 mencapai
US$ 3.270.893.076 milyar, tahun 2013 sebanyak US$ 2.892.612.593 milyar,
disusul tahun 2014 sebanyak US$ 3.631.285.770 milyar, dan terakhir di tahun 2015
sebanyak US$ 2.924.812.829. Secara keseluruhan nilai ekspor produk non-migas
Indonesia tersebut rata-rata memiliki angka yang lebih tinggi dari nilai ekspor
Australia. Hal ini membuktikan dalam perkembangannya AANZFTA secara tidak
14
langsung telah berpengaruh untuk membuka akses pasar Indonesia yang lebih luas
di Australia.18
Disamping itu, adanya AANZFTA yang juga mengatur mekanisme
penyelesaian sengketa di antara negara anggota juga dapat menjadi jembatan dialog
bagi Indonesia dan Australia seiring timbulnya permasalahan perdagangan produk
non-migas yang seringkali terjadi termasuk dalam kasus kebijakan proteksi
perdagangan Australia yang sempat mengajukan illegal Logging Prohibition Bill
2011 yang menjadi hambatan akses pasar terhadap kayu dan produk kayu milik
Indonesia di Australia.19
Pembahasan mengenai kerja sama Indonesia dan Australia khususnya di
bawah kerangka AANZFTA menjadi aspek persamaan dalam penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis, begitu pula dengan penerapan konsep
perdagangan bebas untuk menjelaskan mekanisme AANZFTA tersebut. Sementara
itu, perbedaan penelitian sendiri terletak pada fokus penelitian dimana tulisan ini
mengangkat kerja sama perdagangan Indonesia-Australia pada sektor non migas
secara umum di bawah AANZFTA, sementara penulis sendiri mengangkat kerja
sama bilateral Indonesia-Australia dalam menjamin pasokan susu segar dalam
negeri di bawah pengaruh implementasi AANZFTA. Metode penelitian yang
digunakan juga berbeda dimana penulis menggunakan metode eksplanatif
kualitatif, sementara tulisan ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif.
18 Ibid. 19 Ibid.
15
Penelitian ketiga ditulis oleh Maretta Putri Vantari dalam skripsinya yang
berjudul “Kontribusi Perjanjian AANZFTA Terhadap Kegiatan Perdagangan
Selandia Baru dengan ASEAN Pada Periode Tahun 2010-2015”.20 Penelitian
yang dikaji dengan menggunakan teori integrasi ekonomi dan konsep perdagangan
bebas ini memaparkan bahwa kerja sama antar negara seperti yang dilakukan oleh
Asean, Australia, dan Selandia Baru merupakan wujud dari kepentingan masing-
masing guna mendukung terpenuhinya kebutuhan nasional serta pertumbuhan
ekonomi masing-masing negara. Keadaan inilah yang memungkinkan negara untuk
terus saling berhubungan dan membutuhkan satu sama lain sehingga dalam
praktiknya negara-negara tidak mampu untuk menghindari sebuah siklus
interdependensi.
Mekanisme perdagangan bebas yang kemudian diciptakan sebagai wadah
untuk mempermudah akses negara satu sama lain. Perdagangan bebas yang terjadi
antara Asean, Australia, dan Selandia Baru telah membawa perubahan terhadap
kegiatan perdagangan yang terjalin di antara negara-negara tersebut. Kontribusi
AANZFTA khususnya pada Selandia Baru menunjukkan hasil yang signifikan
dimana kondisi perekonomiannya menjadi lebih stabil baik dilihat dari kegiatan
ekspor impor yang menyebabkan adanya peningkatan PDB menjadi ukuran yang
nyata untuk melihat hal tersebut. AANZFTA secara garis besar memuat
kesepakatan negara-negara terlibat untuk meningkatkan pasar, menghilangkan
hambatan tarif maupun non tarif, hingga promosi untuk meningkatkan peluang
20 Maretta Putri Vantari, 2017, Kontribusi Perjanjian AANZFTA Terhadap Kegiatan Perdagangan
Selandia Baru dengan ASEAN Pada Periode Tahun 2010-2015, Skripsi, Bandung : Jurusan
Hubungan Internasional, Universitas Katolik Parahyangan.
16
investasi di negara-negara anggota menjadi hal yang diprioritaskan sebagai bentuk
liberalisasi perdagangan guna memperkuat efisiensi dari perdagangan bebas dalam
hal ini.21
Oleh karena itu, konsep perdagangan bebas yang demikian menyebabkan
timbulnya persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan
oleh penulis. Sedangkan perbedaan sendiri terletak pada metode penelitian yang
digunakan dimana tulisan ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif, sedangkan
penulis menggunakan metode eksplanatif-kualitatif.
• Konsep dan mekanisme Foreign Direct Investment
Penelitian keempat ditulis oleh Suci Safitriani dalam skripsinya yang
berjudul “Perdagangan Internasional dan Foreign Direct Investment di
Indonesia”.22 Hasil penelitian menunjukkan ketergantungan Indonesia pada
perdagangan Internasional sebagai mesin penggerak perekonomian negara
menjadikan kegiatan impornya semakin intens dan menurunkan kinerja ekspor
Indonesia. Penurunan ekspor tersebut akhirnya menyebabkan terjadinya defisit
pada neraca perdagangan yang secara tidak langsung juga akan menurunkan
kapasitas Indonesia untuk melakukan kegiatan impor.
Oleh karena itu dalam hal ini para investor sebagai aktor utama dalam
aktivitas aliran modal yang juga menjadi komponen penting dalam sebuah
perdagangan internasional melihat adanya sebuah alternatif untuk
menyeimbangkan keadaan tersebut dengan memindahkan faktor-faktor produksi
21 Ibid. 22 Suci Safitriani, 2014, Perdagangan Internasional dan Foreign Direct Investment di Indonesia
Skripsi, Jakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS).
17
dari negara eksportir ke negara importir yang berpotensi menguntungkan baik
untuk Indonesia maupun investor sendiri. Mekanisme tersebut yang kemudian
dikategorikan sebagai metode Investasi Asing Langsung atau Foreign Direct
Investment, di mana para investor akan diuntungkan karena pada dasarnya
mekanisme ini akan membantu mengurangi tingginya tarif bea cukai maupun
transportasi yang harus dibayar, yang seringkali disebabkan oleh adanya perbedaan
biaya dalam proses perdagangan internasional. Indonesia sendiri dalam hal ini akan
diuntungkan, karena mekanisme tersebut akan sangat membantu untuk
meningkatkan produktivitas dalam negeri Indonesia yang akan berdampak positif
pada peningkatan pendapatan nasional dalam bentuk Produk Domestik Bruto
(PDB) maupun dalam bentuk peningkatan ekspor.
Penelitian ini juga membenarkan bahwa FDI pada awalnya akan
mendorong tagihan impor Indonesia yang disebabkan oleh perpindahan segala
bentuk modal untuk mendukung perwujudan FDI tersebut, Namun keadaan ini
tidak akan bertahan lama karena setelah melalui proses impor tersebut FDI sendiri
justru akan memberikan efek jangka Panjang yang lebih menguntungkan dan
berpotensi untuk mendorong kapasitas ekspor Indonesia serta menaikkan kembali
kinerja perdagangan Indonesia Hal ini sesuai dengan sifat FDI sendiri yang
berorientasi pada investasi jangka panjang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
keterkaitan antara aktivitas perdagangan internasional dan investasi langsung yang
terjadi di Indonesia secara tidak langsung membentuk hubungan satu arah dimana
18
perdagangan internasional sendiri dalam implementasinya mendapatkan dukungan
oleh adanya FDI itu sendiri.23
Analisa posisi Foreign Direct Investment dalam penelitian ini menjadi
aspek persamaan dengan penelitian yang disusun oleh penulis, di mana FDI tersebut
bersifat satu arah dan mampu mendukung jalannya aktivitas perdagangan. Namun
permasalahan yang diangkat pada dasarnya tidak bersifat kompleks seperti yang
dipaparkan penulis dimana antara hubungan perdagangan internasional dan FDI
sendiri sebenarnya berpotensi untuk memiliki pengaruh pada aktivitas ekspor-
impor barang yang lebih spesifik. Hal tersebut kemudian menjadi perbedaan yang
signifikan disertai dengan perbedaan penggunaan konsep perdagangan
internasional dalam penelitian ini berbeda dengan konsep perdagangan bebas yang
digunakan oleh penulis. Disamping itu tulisan ini juga menggunakan metode
deskriptif-kuantitatif sebagai pondasi dasar untuk menganalisis permasalahan,
sedangkan penulis sendiri menggunakan metode eksplanatif-kualitatif.
• Dampak AANZFTA terhadap industri dan perdagangan Indonesia
Penelitian kelima berasal dari jurnal yang ditulis oleh Thato Tseuoa,
Yusman Syaukat, dan Dedi Budiman Hakim, yang berjudul “The Impact of the
Australia and New Zealand Free Trade Agreement on the Beef Industry in
Indonesia”.24 Tulisan ini secara spesifik membahas analisis dampak negatif dari
adanya AANZFTA terhadap produksi industri daging sapi di Indonesia yang
23 Ibid. 24 Thato Tseuoa, Yusman Syaukat, dan Dedi Budiman Hakim, 2012, “The Impact of the Australia
and New Zealand Free Trade Agreement on the Beef Industry in Indonesia”, Jurnal International
Society for Southeast Asian Agricultural Science, Vol.18 No.2. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
19
diprediksi akan semakin menurun dikarenakan meningkatnya aktivitas impor
daging dari New Zealand dan Australia yang mencapai angka 90 persen setiap
tahunnya. Dengan menggunakan metode eksplanatif-kuantitatif, penelitian ini
bertujuan untuk mengkalkulasikan keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh
AANZFTA terhadap industri daging sapi dalam negeri.
Hal tersebut tidak lain disebabkan karena pengimplementasian AANZFTA
secara signifikan akan mempengaruhi adanya penghapusan tarif impor daging sapi
dari Australia dan New Zealand yang berdampak langsung pada pengurangan
angka produksi daging sapi domestik, meningkatkan pasok daging sapi impor untuk
memenuhi permintaan daging sapi domestik, mempengaruhi penurunan harga pada
daging sapi domestik untuk bersaing dengan daging sapi impor. Sesuai komitmen
Indonesia dalam pengurangan tarif di bawah aturan AANZFTA, tarif impor daging
sapi sepenuhnya akan dihapus pada tahun 2020, dimana saat ini Indonesia sendiri
masih memberlakukan tarif 5 persen guna melindungi peternak sapi dalam negeri.
Dalam jangka panjang, keterlibatan Indonesia dalam AANZFTA memang akan
memiliki dampak yang positif, terlebih khusus dengan memungkinkan adanya
spillover effect dari transfer teknologi untuk meningkatkan produktivitas peternak
Indonesia. Namun di sisi lain jika dilihat dalam jangka pendek, penghapusan tarif
impor daging sapi di bawah AANZFTA secara drastis akan menyebabkan banjirnya
impor daging sapi dari luar dan berdampak langsung pada peningkatan kompetisi
terhadap industri sapi dalam negeri sehingga berpotensi besar untuk memperburuk
keadaan mereka. Selain itu hal ini juga akan membawa Australia dan selandia baru
sebagai eksportir utama daging sapi Indonesia yang secara tidak langsung akan
20
menciptakan sebuah ketergantungan baik pada konteks ekonomi maupun politik
Indonesia.25
Pembahasan mengenai dampak implementasi AANZFTA di Indonesia
menjadi persamaan utama dalam penelitian ini yang umumnya melihat pada aspek-
aspek pengurangan tarif impor suatu barang. Sementara perbedaan penelitian
terletak pada objek kajian penelitian, dimana tulisan ini mengangkat industri sapi
di Indonesia sebagai pembahasan utamanya, sementara penulis akan membahas
industri susu di Indonesia sebagai objek penelitian. Selain itu perbedaan juga
mengarah pada penggunaan metode penelitian dimana tulisan ini menggunakan
metode eksplanatif-kuantitatif sementara penulis menggunakan metode
eksplanatif-kualitatif.
Penelitian keenam, ditulis oleh Putu Gayatri Anindhiya Sari dalam tesisnya
yang berjudul “Dampak Keunggulan Komparatif dan Kerja sama ASEAN-
Australia-New Zealand FTA (AANZFTA) Terhadap Perdagangan
Indonesia”.26 Penelitian tersebut berusaha untuk menjelaskan bagaimana
implementasi perjanjian perdagangan bebas AANZFTA di Indonesia dapat
mempengaruhi sebuah daya saing produk/komoditas unggulan yang diekspor dan
memiliki relevansi terhadap implikasi kebijakan pemanfaatan skema AANZFTA
itu sendiri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif bersifat kuantitatif dan
kualitatif yang didukung dengan penggunaan teori keunggulan komparatif dalam
25 Ibid. 26 Sari Putu Anindhiya Gayatri, 2018, Dampak Keunggulan Komparatif dan Kerja sama ASEAN-
Australia-New Zealand FTA (AANZFTA) Terhadap Perdagangan Indonesia, Tesis, Bogor : Jurusan
Ilmu Ekonomi , Institut Pertanian Bogor.
21
jenis analisis spesifik yang mencakup Revealed Comparative Advantage (RCA),
dan Normalized Revealed Comparative Advantage (NRCA), dan Indeks Lafay.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa AANZFTA pada dasarnya merupakan
salah satu perjanjian perdagangan bebas yang sangat menjanjikan bagi negara-
negara ASEAN karena dapat memperluas pangsa perdagangan barang, jasa,
maupun modal investasi dengan adanya penurunan sebuah tarif. Terkait dengan
adanya penurunan hambatan tarif kemudian akan berdampak positif untuk
meningkatkan pendapatan suatu negara maupun melindungi industri domestik
mereka terlebih jika mampu melakukan spesialisasi pada komoditas bernilai
komparatif dengan negara lain. Implementasi perjanjian bebas antar kawasan ini
akan berlangsung secara aman dan menguntungkan seiring seiring dengan
terciptanya ketahanan ekonomi, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan
ekonomi antar negara anggota.27
Penelitian ini juga memaparkan perkembangan kinerja perdagangan
khususnya antara Indonesia dengan negara-negara anggota AANZFTA sesaat
sebelum pemberlakukan AANZFTA yang mengalami peningkatan dan penurunan
nilai ekspor akibat adanya variasi produk dan intensitas perdagangan yang tinggi
namun belum bisa dijangkau oleh Indonesia, sehingga memungkinkan produk
Indonesia kalah bersaing dengan negara dari Kawasan yang sama. Oleh karena itu
kemudian disinilah kemudian identifikasi pangsa ekspor komoditas dan keunggulan
komparatif berupa komoditas/produk unggulan masih sangat relevan untuk
27 Ibid.
22
dilakukan agar dapat memperbaiki laju perdagangan khususnya bagi Indonesia.
Seiring pemberlakukan AANZFTA juga secara signifikan dapat mendukung proses
ekspor-impor komoditas dengan prinsip-prinsip yang dimiliki di antaranya seperti
mempertahankan ketahanan dan kredibilitas merupakan poin penting untuk
meningkatkan intensitas dan daya saing perdagangan. Secara keseluruhan, setelah
pemberlakuan AANZFTA identifikasi produk unggulan Indonesia yang
mempunyai daya saing tinggi berasal dari kelompok produk mineral, lemak,
minyak hewani dan nabati, produk makanan, dan logam.28
Pembahasan mengenai implementasi AANZFTA serta dampaknya di
Indonesia dalam hal ini menjadi persamaan penelitian yang bertujuan untuk
mencari pola perdagangan komoditas di bawah aturan AANZFTA. Sementara itu,
penggunaan Teori keunggulan komparatif secara spesifik untuk mengkaji
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini menjadi salah satu aspek
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Hal tersebut dikarenakan
penulis sendiri lebih mengacu pada konsep perdagangan bebas dan FDI sebagai
acuan analisis permasalah dimana aspek keunggulan komparatif sendiri secara
inklusif berada dalam konsep perdagangan bebas tersebut. Di sisi lain, perbedaan
penelitian juga terletak pada penggunaan metode analisis yang digunakan yaitu
metode eksplanatif kualitatif yang digunakan oleh penulis berbeda dengan metode
deskriptif kualitatif-kuantitatif yang secara kompleks digunakan dalam penulisan
tesis tersebut.
28 Ibid.
23
• PT. Greenfields Indonesia
Penelitian ketujuh, ditulis oleh Randika Priya dalam tesisnya yang berjudul
“Greenfields: Goes International or Goes Local (Studi Kasus PT. Greenfields
Indonesia)”. 29 Penelitian ini melihat kepada aspek bisnis yang dijalankan oleh PT.
Greenfields Indonesia dengan berorientasi pada analisis mengenai dilema
keputusan perusahaan tersebut untuk melakukan ekspansi pasar ke luar negeri. Hal
ini tidak lain berkaitan dengan trend perdagangan berbasis global atau internasional
marketing yang mulai diserukan oleh banyak perusahaan yang sedang berkembang.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan
mengimplementasikan empat teori ekonomi bisnis yaitu: teori Marketing Mix,
Global Marketing, Brand Equity, dan Porter Fie Forces Analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses bisnis yang dijalankan oleh PT.
Greenfields pada dasarnya bersifat operasional dengan prinsip untuk menciptakan
suatu nilai di dalam sebuah produk atau jasa. Hal tersebut menjadi kekuatan yang
dimiliki oleh greenfields dimana susu berkualitas premium sebagai produk
unggulan atau komoditas utama yang diproduksi memiliki nilai higienis yang tinggi
karena dihasilkan dari proses pengolahan steril tanpa tersentuh tangan manusia. Di
sisi lain, brand equity yang digunakan oleh Greenfields pada saat itu masih bersifat
lemah dikarenakan adanya transisi nama yang digunakan oleh Greenfields. Pada
tahun 2000, Greenfields akhirnya memutuskan untuk melakukan ekspansi pasar ke
luar negeri dimana Singapura menjadi negara pertama yang mencicipi produk susu
29 Radinka Priya, 2009, Greenfields: Goes International or Goes Local (Studi Kasus PT. Greenfields
Indonesia), Tesis, Jakarta : Jurusan Manajemen, Universitas Bina Nusantara.
24
mereka. Hal ini disebabkan karena market share untuk komoditas susu premium
yang dihasilkan tidak memiliki intensitas yang tinggi di pasar domestik Indonesia
yang secara garis besar masih didominasi oleh komoditas dari kompetitor
Greenfields seperti nestle yang lebih dahulu menjadi market leader untuk produk
dairy yang tersebar di Indonesia.30
Namun, pada dasarnya Greenfields justru mendapatkan keunggulan
tambahan pasar di luar negeri, dimana selain perusahaan tersebut tidak harus
bersaing lagi dengan industri susu lain yang berada di Indonesia, produk susu
premium yang diekspor juga berhasil menyentuh konsumen kelas menengah ke atas
dan didukung dengan harga produk dari Indonesia yang relatif murah sehingga
berpotensi untuk menciptakan pasar dengan skala konsumen yang lebih besar.
Selain Singapura, Malaysia juga merupakan negara yang menjadi objek dari
ekspansi pasar internasional yang digencarkan oleh PT. Greenfields dengan
menggunakan strategi dual expansion atau strategi dimana perusahaan menjual
produk atau jasa dengan cara promosi yang sama dengan yang dilakukan di negara
asalnya.31
Penetapan PT. Greenfields Indonesia sebagai studi kasus dalam tesis ini
menjadi aspek persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yang juga
mengankat PT. Greenfields sebagai studi kasus untuk menjelaskan hasil penelitian.
Tetapi, penggunaan metode deskriptif-kualitatif serta teori ekonomi-bisnis yang
digunakan dalam penulisan tesis ini tentu jauh berbeda dengan metode eksplanatif-
30 Ibid. 31 Ibid.
25
kualitatif dan teori ekonomi-politik yang digunakan oleh penulis sehingga hal
tersebut menjadi perbedaan penelitian yang signifikan.
Tabel 1.1 Posisi Penelitian
No Judul dan Nama
Peneliti
Jenis Penelitian
dan Alat Analisa
Hasil
1. Penelitian :
Kepentingan
Selandia Baru
Melakukan
Perdagangan
Bebas Dengan
Indonesia dalam
Kerangka
AANZFTA
Tahun 2012-2015
Oleh : Desti
Anandya Fajri
(2016)
Metode :
Eksplanatif
Kualitatif
Pendekatan :
Teori Keunggulan
Komparatif, Teori
Perdagangan
Internasional, dan
Konsep
Perdagangan Bebas
- Kepentingan politik dan
ekonomi merupakan hal yang di
prioritaskan oleh selandia baru
dalam melakukan perdagangan
bebas dalam AANZFTA.
- Selandia Baru yang memiliki
keunggulan dalam
memproduksi dairy products
menjadi peluang bisnis
tersendiri bagi negara tersebut
untuk melakukan ekspor ke
Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan nasionalnya.
- Adanya perdagangan bebas
(AANZFTA) kemudian
memberikan alternatif bagi
Selandia Baru untuk melakukan
ekspor dengan kesepakatan
untuk pemberlakuan bea cukai
yang lebih disederhanakan.
2 Penelitian :
Kerja sama
Perdagangan
Sektor Non-Migas
Indonesia-
Australia dalam
Kerangka
ASEAN-
Australia-New
Zealand Free
Trade Area
(AANZFTA)
(2009-2015)
Metode :
Deskriptif
Kualitatif
Pendekatan :
Konsep
Regionalisme,
Kerjasama
Internasional,
Kebijakan
Bilateral,
Perdagangan
Bebas,
Perdagangan
Internasional, dan
Kepentingan
Nasional
- Keterlibatan Indonesia dalam
AANZFTA secara garis besar
dapat memberikan ruang bagi
negara tersebut guna
mengoptimalkan pemanfaatan
kerja sama dalam AANZFTA
yang memang dibentuk untuk
meliberalisasi dan
memfasilitasi perdagangan
barang dan jasa.
- Terdapat peningkatan
intensitas pada kerja sama
perdagangan dari Indonesia ke
Australia dalam sektor non
migas terutama setelah
diberlakukannya AANZFTA
dalam kurun waktu 2012-2015
26
Oleh : Sobur Ady
Pamungkas
(2017)
- AANZFTA juga mengatur
mekanisme penyelesaian
sengketa di antara negara
anggota juga dapat menjadi
jembatan dialog bagi Indonesia
dan Australia seiring timbulnya
permasalahan perdagangan
produk non-migas yang
seringkali terjadi.
3 Penelitian :
Kontribusi
Perjanjian
AANZFTA
Terhadap
Kegiatan
Perdagangan
Selandia Baru
dengan ASEAN
Pada Periode
Tahun 2010-2015
Oleh : Maretta
Putri Vantari
(2017)
Metode :
Deskriptif
Kualitatif
Pendekatan :
Teori Integrasi
Ekonomi dan
Konsep
Perdagangan Bebas
- Kerja sama antara ASEAN,
Australia, dan Selandia Baru
yang membentuk sebuah
integrasi ekonomi dalam
AANZFTA merupakan wujud
dari kepentingan masing-
masing guna mendukung
kebutuhan nasionalnya dan
untuk memenuhi pertumbuhan
ekonomi negara.
- Kehadiran AANZFTA yang
secara garis besar memuat
kesepakatan negara-negara
terlibat untuk meningkatkan
pasar, menghilangkan
hambatan tarif maupun non
tarif, hingga promosi untuk
meningkatkan peluang
investasi di negara-negara
anggota menjadi jembatan
tersendiri bagi negara untuk
memperkuat integrasi ekonomi
yang dijalankan.
- Melalui integrasi ekonomi
tersebut, negara-negara
menjadi lebih diuntungkan di
mana Selandia Baru sendiri
mendapatkan kondisi
perekonomian yang lebih baik
dan stabil dari kegiatan ekspor
impor yang dilakukan melalui
AANZFTA dengan
menunjukkan peningkatan PDB
negara sebagai hasilnya.
4 Penelitian :
Metode :
Deskriptif
Kuantitatif
- Penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan satu
arah (one way) yang terkait
27
Perdagangan
Internasional dan
Foreign Direct
Investment di
Indonesia
Oleh : Suci
Safitriani (2014)
Pendekatan :
Uji Time Series
Vector Error
Correction
Mechanism
(VECM), Uji Lag
Optimum, Uji
Kointegrasi, Uji
Forecast Error
Variance
Decomposition.
dengan adanya perdagangan
bebas dengan FDI, di mana FDI
sendiri dalam hal ini berposisi
sebagai pendukung atau
pelengkap terjadinya
perdagangan bebas tersebut.
- Masuknya aliran modal asing
dalam bentuk investasi asing
langsung secara signifikan akan
memberikan dampak positif
pagi aktivitas perekonomian
Indonesia khususnya untuk
meningkatkan produktivitas
dalam negeri, peningkatan
pendapatan nasional (PDB),
hingga peningkatan ekspor.
- Pada awalnya FDI memang
akan meningkatkan angka
impor Indonesia yang
disebabkan oleh perpindahan
segala modal yang dibutuhkan
oleh FDI. Namun hal tersebut
kemudian dapat ditutupi
dengan kontribusi FDI pada
pembangunan ekonomi
Indonesia pada dasarnya
bersifat jangka panjang.
5 Penelitian :
The Impact of the
Australia and
New Zealand Free
Trade Agreement
on the Beef
Industry in
Indonesia.
Oleh : Thato
Tseuoa, Yusman
Syaukat, dan Dedi
Budiman Hakim.
(2012)
Metode :
Eksplanatif
Kualitatif
Pendekatan :
Persamaan
simultan
(persamaan
struktural,
persamaan
identitas, dan
variabel endogen).
- Adanya AANZFTA secara
tidak langsung akan
memberikan dampak negatif
pada industri daging sapi di
Indonesia seiring dengan
kenaikan angka impor yang
terus terjadi dan mencapai
angka 90% setiap tahunnya.
- Penghapusan tarif daging
impor pada tahun 2020 sesuai
peraturan AANZFTA dalam
jangka pendek akan
menyebabkan terjadinya
kompetisi pasar terhadap
industri daging sapi dalam
negeri dengan daging sapi
impor yang dapat
memperburuk keadaan
peternak sapi di Indonesia.
28
- Sebagai dampaknya,
persaingan tersebut akan
menyebabkan terjadinya
penurunan harga pada daging
sapi domestik serta penurunan
angka produksi industri sapi
Indonesia karena permintaan
pasokan daging sapi akan
didominasi oleh daging sapi
impor.
6 Penelitian :
Dampak
Keunggulan
Komparatif dan
Kerja sama
ASEAN-
Australia-New
Zealand FTA
(AANZFTA)
Terhadap
Perdagangan
Indonesia.
Oleh : Putu
Gayatri
Anindhiya (2018)
Metode :
Deskriptif kualitatif
Kuantitatif
Teori :
Keunggulan
komparatif
- Keunggulan komparatif
menjadi sangat relevan ketika
mampu mempengaruhi
peningkatan daya saing produk
dalam sebuah perdagangan
bebas.
- Sebelum pemberlakukan
AANZFTA, produk Indonesia
mengalami ketidakstabilan
pada peningkatan dan
penurunan nilai ekspor akibat
adanya variasi produk dan
intensitas perdagangan yang
tinggi namun belum bisa
dijangkau oleh Indonesia,
sehingga memungkinkan
produk Indonesia kalah
bersaing dengan negara dari
Kawasan yang sama.
- Setelah pemberlakuan
AANZFTA identifikasi produk
unggulan Indonesia yang
mempunyai daya saing tinggi
berasal dari kelompok produk
mineral, lemak, minyak hewani
dan nabati, produk makanan,
dan logam.
7 Penelitian :
Greenfields: Goes
International or
Goes Local (Studi
Kasus PT.
Greenfields
Indonesia).
Metode :
Deskriptif-
kualitatif
Teori :
Marketing Mix,
Global Marketing,
Brand Equity, dan
Porter Fie Forces.
- Proses bisnis yang dijalankan
oleh PT. Greenfields pada
dasarnya bersifat operasional
dengan prinsip untuk
menciptakan suatu nilai di
dalam sebuah produk atau jasa.
- Pada tahun 2000, Greenfields
akhirnya memutuskan untuk
melakukan ekspansi pasar ke
29
Oleh : Randika
Priya (2009)
luar negeri, disebabkan karena
market share untuk komoditas
susu premium yang dihasilkan
tidak memiliki intensitas yang
tinggi di pasar domestik
Indonesia.
- Di sisi lain, Greenfields
mendapatkan keunggulan pasar
di luar negeri, dimana selain
perusahaan tersebut tidak harus
bersaing dengan industri susu
lain yang berada di Indonesia,
produk susu premium yang
diekspor berhasil menyentuh
konsumen kelas menengah ke
atas, dan didukung juga dengan
harga produk dari Indonesia
yang relatif murah sehingga
berpotensi untuk menciptakan
pasar dengan skala konsumen
yang lebih besar.
8 Penelitian :
Pengaruh
Implementasi
AANZFTA
Terhadap Kerja
Sama Bilateral
Indonesia-
Australia dalam
Menjamin
Pasokan Susu
Segar Dalam
Negeri. Studi
Kasus : PT.
Greenfields
Indonesia
Oleh : Siti
Malikatul
Mushowwiroh
(2019)
Metode :
Eksplanatif
Kualitatif
Pendekatan :
Konsep
Perdagangan
Bebas, Konsep
Foreign Direct
Investment
- Indonesia sebagai salah satu
aktor utama disini mampu
mencapai kepentingannya
untuk menjamin pasokan susu
segar dalam negeri (SSDN)
berdasarkan keuntungan yang
didapatkan dari kerja sama
bilateral dengan Australia
dalam bentuk FDI dan
didukung dengan adanya
pengimplementasian
AANZFTA.
- Adapun mekanisme
AANZFTA sendiri dijalankan
dengan memberlakukan
kebijakan penyederhanaan
hambatan tarif dan non tarif
antar negara anggota, sehingga
secara tidak langsung dapat
mempengaruhi peningkatan
aktivitas ekspor-impor barang
dan jasa, termasuk sapi perah
yang dapat mendukung
peningkatan produksi SSDN.
30
- Pengaruh implementasi
AANZFTA terhadap kerja
sama FDI Indonesia-Australia
dalam menjamin pasokan
SSDN, dalam penelitian ini
diukur dengan adanya
peningkatan kapasitas produksi
pada PT. Greenfields Indonesia
sebagai perwujudan FDI itu
sendiri sekaligus studi kasus
yang diangkat dalam penelitian
ini.
1.5 Kerangka Teori dan Konseptual
1.5.1 Perdagangan Bebas
Dalam diskursus perspektif liberalisme yang melihat bahwa sebuah
aktivitas yang memudahkan adanya pertukaran barang atau jasa secara bebas tanpa
ada hambatan, batasan, ataupun monopoli dalam sebuah perdagangan internasional
sangat diperlukan guna menciptakan tatanan perekonomian dunia yang lebih baik.
Hal tersebut dikemukakan oleh Adam Smith dan diperkuat dengan asumsi David
Richardo yang menyatakan bahwa perdagangan tanpa hambatan atau perdagangan
bebas sangat penting untuk dilaksanakan mengingat negara-negara dapat saling
melengkapi kebutuhannya masing-masing melalui pertukaran barang atau jasa.32
Selain itu ia juga menambahkan bahwa pelaksanaan perdagangan bebas akan lebih
efisien apabila negara-negara mampu memanfaatkan aspek keunggulan komparatif
masing-masing berdasarkan struktur atau kapasitas produksi yang dimiliki. Dalam
hal ini suatu negara perlu untuk berspesialisasi dalam memproduksi barang-barang
32 Jonathan Larson, 1993, The History of “Free Trade”, diakses dalam : http://elegant-
technology.com/TVAfretr.html, (20/05/18, 20.00WIB)
31
yang memiliki nilai keunggulan komparatif paling tinggi jika dibandingkan dengan
barang yang diproduksi oleh mitra dagangnya sendiri. Dengan begitu ketika
perdagangan bebas terjadi di antara negara yang saling bertukar produk berdasarkan
spesialisasi keunggulan komparatifnya secara tidak langsung akan mendorong
terjadinya aktivitas perdagangan yang saling menguntungkan.33
Pada abad ke-19 konsep perdagangan bebas lahir dan diakui sebagai bentuk
resmi dari kebijakan negara dalam bidang ekonomi yang meliputi penghapusan
diskriminasi terhadap ekspor dan impor, dimana konsumen maupun produsen
secara sukarela dapat melakukan perdagangan tanpa adanya penerapan kota,
subsidi, atau larangan barang dan jasa yang sering diberlakukan oleh pemerintah.
Kehadiran perdagangan bebas ini tidak lain dipicu oleh banyaknya fenomena
proteksionisme perdagangan yang masih banyak diadopsi oleh negara-negara di
dunia termasuk Amerika guna memberlakukan pemungutan tarif oleh pemerintah,
menaikkan harga barang impor, dan menetapkan kuota impor yang secara
keseluruhan merupakan bagian dari hambatan perdagangan yang dapat
menyebabkan terjadinya ketimpangan pada aliran perdagangan global.34
Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal tersebut perdagangan bebas
kemudian banyak di galakkan terutama oleh bangsa Eropa sebagai antitesis atau
pertempuran terhadap proteksionisme perdagangan, isolasi ekonomi, serta
33 Rianto Nurtjahjo, Teori Keunggulan Komparatif David Ricardo, Binus University, diakses dalam
: https://sbm.binus.ac.id/2016/10/11/teori-keunggulan-komparatif-david-ricardo/, (17/05/18,
23.00WIB) 34 Adam Augustyn, Protectionism, Encyclopedia Britannica, diakses dalam :
https://www.britannica.com/topic/protectionism (28/02/2019 10.29WIB)
32
hambatan perdagangan baik yang bersifat tarif maupun non-tarif.35 Spesifiknya
hambatan tarif sendiri tidak lain mengacu kepada tarif perdagangan yang
dibayarkan suatu negara kepada otoritas bea cukai negara lain atas produk impor
yang dikirimkan negara tersebut, dimana tarif ini bisa berbentuk tarif khusus atau
tarif Ad Valorem.36 Sedangkan di sisi lain, hambatan non-tarif sendiri mengacu
kepada strategi politik atau ekonomi suatu negara yang seringkali digunakan untuk
mengendalikan jumlah perdagangan atau menghalangi masuknya barang impor dari
negara lain termasuk dengan memberlakukan kebijakan pembatasan kuota impor,
penetapan standarisasi tarif atau produk secara sepihak, pemberian lisensi
perdagangan, pemberlakuan embargo, sanksi, dan pembatasan ekspor sukarela.37
Lebih lanjut, menurut Robert Gilpin, perdagangan bebas yang disebut juga
sebagai “laissez-faire trade” atau liberalisasi perdagangan setidaknya dapat
memberikan beberapa manfaat. Pertama, perdagangan bebas dapat meningkatkan
kompetisi di dalam pasar domestik yang dapat mengurangi adanya praktik-praktik
anti persaingan, penurunan harga, meningkatkan pilihan konsumen, serta
meningkatkan efisiensi nasional. Kedua, perdagangan bebas juga dapat
meningkatkan pendapatan nasional dan global dengan memungkinkan negara-
negara untuk melakukan spesialisasi dan mengekspor barang atau jasa yang mereka
35 Free Trade, diakses dalam http://www.investopedia.com/terms/f/free-trade.asp, ,(20/05/18,
20.00WIB) 36 Tarif Khusus merupakan biaya tetap yang dikenakan pada satu unit barang yang diimpor oleh
suatu negara, sedangkan Tarif Ad Valorem merupakan jenis tarif yang ditetapkan berdasarkan
persentase nilai dari barang impor tersebut. Dikutip dari Brent Radcliffe, The Basic of Tariffs and
Trade Barriers, Investopedia, diakses dalam :
https://www.investopedia.com/articles/economics/08/tariff-trade-barrier-basics.asp (11/05/2019
08:40 WIB) 37 Sandra Lim, Nontariff Barrier, Investopedia, diakses dalam :
https://www.investopedia.com/terms/n/nontariff-barrier.asp (11/05/2019 08:49 WIB)
33
miliki dengan mitra yang dianggap mampu melengkapi keunggulan komparatif
mereka. Ketiga, perdagangan bebas juga dapat mendorong penyebaran teknologi di
seluruh dunia yang dapat membantu untuk meningkatkan produktivitas dan
ekonomi yang lebih maju. Keempat, perdagangan bebas yang dibarengi dengan
kerja sama internasional merupakan hal yang diperlukan untuk meningkatkan
prospek kedepan dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih damai.38
Terkait dengan aktor-aktor yang terlibat dalam perdagangan bebas tidak
hanya mencakup aktor negara, melainkan posisi dari aktor non-negara dalam hal
ini tidak bisa terabaikan. Aktor non-negara khususnya MNC juga memegang peran
penting dalam keberlangsungan perdagangan bebas ataupun hubungan ekonomi
internasional lainnya. Meskipun MNC pada dasarnya hanya dapat menggunakan
sedikit kendali atas kondisi makro yang mempengaruhi perdagangan, tetapi mereka
dapat memanfaatkan sebuah lingkungan perdagangan bebas untuk dapat
mengoptimalkan proses mereka dalam melakukan sebuah produksi.39 Gilpin juga
menambahkan bahwa peran MNC dengan investasi-investasi mereka dapat
mempengaruhi dan menentukan pola-pola perdagangan internasional, dan laju
pertumbuhan ekonomi serta produksi nasional. Posisi MNC ditekankan sebagai
sumber utama modal, teknologi, dan akses pasar yang berlaku hampir di setiap
negara.40
38 Robert Gilpin, 2001, Global Political Economy Understanding The International Economic
Order, United Kingdom : Princeton University Press. Hal. 198. 39 Taneli Ruda, How MNC Around The World Are Managing Global Trade, diakses dalam :
https://blogs.thomsonreuters.com/answerson/mncs-managing-global-trade/. (20/05/18,20.00WIB) 40 Robert Gilpin, Op. Cit., Hal. 291.
34
Oleh karena itu dalam penelitian ini konsep perdagangan bebas kemudian
digunakan untuk menginterpretasikan kebijakan, dalam hal mekanisme
perdagangan, aturan atau kesepakatan, perjanjian, ataupun kerja sama internasional
yang diberlakukan di dalam AANZFTA serta pengaruhnya terhadap peningkatan
produksi pada MNC yang dalam hal ini diperankan oleh PT. Greenfields sebagai
tolak ukur pengaruh implementasi AANZFTA sendiri.
1.5.2 Foreign Direct Investment (FDI)
Foreign Direct Investment atau FDI (Investasi Asing Langsung) merupakan
konsep yang menjadi bagian dari keterbukaan kegiatan ekonomi dengan
mekanisme investasi lintas batas yang dilakukan oleh para direct investor atau
entitas penduduk dari negara asal perusahaan induk berada (home country) kepada
entitas penduduk di negara tuan rumah (host country) tempat perusahaan investasi
atau afiliasi investasi langsung berada.41 Adapun pembahasan mengenai konsep
FDI ini sendiri mulai berkembang sejak tahun 1985 dan 1955 yang ditandai oleh
peningkatan drastis pada aliran perdagangan global dengan adanya dukungan dan
kontribusi aktif dari perdagangan yang terjadi antar atau perusahaan MNC (afiliasi
asing) sehingga menghasilkan peningkatan pada nilai perdagangan dunia
khususnya di sektor barang dan jasa.42
Wujud utama penggerak FDI tidak lain adalah perusahaan multinasional
atau MNC (multinational corporation) yang merangkul kerja sama dari perusahaan
41 Foreign Direct Investment Statistic Explanatory Notes, Organization for Economic Co-operation
and Development, diakses dalam : https://www.oecd.org/daf/inv/FDI-statistics-explanatory-
notes.pdf (07/01/2019 07:50 WIB) 42 Trade and Foreign Direct Investment, World Trade Organization, diakses dalam :
https://www.wto.org/english/news_e/pres96_e/pr057_e.htm (07/01/2019 08:06 WIB)
35
asing dan perusahaan domestik di suatu negara, dan seringkali dijalankan dalam
bentuk investasi ke dalam (inward investment) ataupun Investasi ke luar (Outward
Investment). Investasi ke dalam sendiri merupakan metode investasi yang
cenderung melibatkan entitas eksternal atau perusahaan asing untuk berinvestasi,
membeli bisnis, atau bahkan membangun operasi baru untuk bisnis yang ada di
negara tempat berinvestasi.43 Investasi dalam bentuk ini juga dilakukan ketika
adanya transfer aset atau modal dari perusahaan investor menuju perusahaan tempat
berinvestasi di suatu negara dimana pengendali utamanya sendiri merupakan
perusahaan asing yang menjadi perusahaan investor tersebut.44 Di sisi lain, investasi
ke luar lebih mengacu kepada sebuah ekspansi bisnis yang cenderung dilakukan
oleh perusahaan domestik suatu negara menuju negara lain dengan melakukan
investasi yang menargetkan peluang pasar yang lebih besar di negara tempat
investasi.45 Bentuk investasi ini disebut juga sebagai investasi luar negeri
(investment abroad) dimana pengendali utama perusahaan tentunya akan dipegang
oleh perusahaan domestik yang menjadi investor tersebut.46
Lebih lanjut, FDI dalam bentuk MNC juga dapat dijalankan dengan
menggunakan metode investasi yang pada umumnya mengacu pada dua metode
yaitu Investasi dengan membangun anak perusahaan (subsidiary company) atau
43 James Chen, Inward Investment, Investopedia, diakses dalam :
https://www.investopedia.com/terms/i/inward-investment.asp (28/02/2019 07.11WIB) 44 What is the Difference between Foreign Direct Investment (FDI) net inflows and net outflows ?,
The World Bank, diakses dalam :
https://datahelpdesk.worldbank.org/knowledgebase/articles/114954-what-is-the-difference-
between-foreign-direct-inve (28/02/2019 07.13WIB) 45 Will Kenton, Outward Direct Investment – ODI, Investopedia, Diakses dalam :
https://www.investopedia.com/terms/o/outward_direct_investment.asp (28/02/2019 07.09 WIB) 46 What is the Difference between Foreign Direct Investment (FDI) net inflows and net outflows ?
Loc. Cit.
36
Investasi dengan membentuk perusahaan asosiasi (Associate Company). Dalam
subsidiary company, metode yang digunakan tidak lain adalah metode investasi
greenfield atau investasi ladang hijau dimana perusahaan asing biasanya
menciptakan anak perusahaan di negara yang berbeda dengan meluncurkan operasi
yang bersifat dari bawah ke atas (ground up) mengacu pada pembangunan fasilitas
produksi, distribusi, serta kantor pusat yang baru. Perusahaan ini sangat
mengutamakan penerapan standar yang diberlakukan oleh perusahaan, sehingga
proses fabrikasinya dapat dikontrol secara ketat.47 Di sisi lain, dalam associate
company metode yang dijalankan adalah investasi portofolio dimana perusahaan
asing biasanya hanya memiliki saham minoritas yang dibeli dari perusahaan lain di
negara yang berbeda namun tidak akan melebihi 50% dari ekuitas tersebut. Metode
ini biasanya dilakukan oleh sebuah perusahaan asing terutamanya untuk
memperoleh cara alternatif dalam memasuki pasar atau bisnis baru serta
menghemat biaya dan menghindari resiko dan stigma negatif terhadap kepemilikan
asing.48
Terlepas dari pengadopsian metode dalam mekanisme FDI, dalam
praktiknya investasi yang dijalankan juga setidaknya akan mengacu kepada
beberapa sistem investasi guna menentukan arah kerja sama dan pengembangan
perusahaan. Sistem investasi tersebut tidak lain berupa investasi merger49, investasi
47 James Chen, Green Fields Investment, Investopedia, diakses dalam :
https://www.investopedia.com/terms/g/greenfield.asp (07/01/19 09:55 WIB) 48 James Chen, Associate Company, Investopedia, diakses dalam :
https://www.investopedia.com/terms/a/associate-company.asp (07/01/19 09:59) 49 Adalah investasi dalam bentuk pembelian aset riil dengan tujuan untuk mengendalikan
kepemilikan sepenuhnya terhadap perusahaan yang berada di negara penerima investasi. . Dikutip
dari Andre Prabowo, 2015, Faktor-faktor Penentu Investasi Asing Langsung di Indonesia Tahun
37
akuisisi50, dan investasi joint venture51. Pemilihan sistem investasi ini secara
signifikan di dukung dengan penetapan tipe investasi FDI yang menjadi tonggak
dasar bagi rencana pengembangan perusahaan. Setidaknya terdapat tiga tipe
investasi yang diberlakukan.
Pertama, tipe investasi horizontal mengacu pada investor yang mendirikan
operasi bisnis dengan tipe produksi yang sama antara bisnis perusahaan di negara
tempat berinvestasi dengan bisnis yang dilakukan di negara asalnya. Kedua, tipe
investasi vertikal di mana investor mendirikan operasi bisnis dengan tipe produksi
yang berbeda antara perusahaan negara asal dengan perusahaan yang didirikan di
negara tuan rumah namun masih terkait dengan bisnis utama yang dilakukan
investor di negara asalnya dan menjadi salah satu bagian dari tahapan-tahapan
produksi yang dilakukan juga di negara lain.52
Secara ekonomi, pengoperasian FDI sangat berpotensi untuk membantu
mendorong kegiatan perekonomian yang dapat menguntungkan bagi kedua belah
pihak baik negara tuan rumah ataupun negara asal investasi sehingga menghasilkan
kerja sama jangka panjang dan berkelanjutan. Bagi host country keuntungan yang
akan didapatkan antara lain: 1). Adanya akses transfer dan peralihan teknologi
bervarietas baru yang akan menjadi nilai lebih pemasukan modal (capital inputs)
1988-2012, Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, Hal. 15-16. 50 Adalah investasi dalam bentuk pembelian aset finansial 10% atau lebih dari saham kepemilikan
perusahaan yang sebelumnya memang sudah ada di negara penerima investasi tersebut. Ibid. 51 Adalah investasi dalam bentuk pendirian unit-unit produksi baru dimana modal tidak hanya
berasal dari investor asing tetapi juga berasal dari investor domestik di negara penerima investasi
tersebut sehingga kedua pihak sama-sama bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian
perusahaan. Ibid. 52 James Chen, Foreign Direct Investment -FDI, diakses dalam
https://www.investopedia.com/terms/f/fdi.asp (07/01/2019 09:03 WIB)
38
yang akan didapatkan; 2). Dapat mendukung sebuah pembangunan ekonomi karena
tersedianya fasilitas produksi yang lebih murah. Sementara itu, di sisi lain home
country sendiri akan mendapatkan akses pasar yang baru, dan mempermudah
saluran pemasaran terhadap produk yang dimiliki.53
Perkembangan konsep FDI sendiri hingga saat ini telah mencakup aspek-
aspek yang lebih luas termasuk dengan perkembangan konsep yang menjelaskan
adanya hubungan atau keterkaitan antara FDI dengan kegiatan perdagangan. Dalam
sistematika perdagangan yang diatur WTO, telah tercatat bahwa FDI dan
perdagangan pada dasarnya memiliki hubungan satu sama lain dengan titik fokus
analisis pada kebijakan perdagangan dan aliran FDI melalui penentuan secara
sistematis apakah peningkatan atau penurunan pada satu aspek akan mempengaruhi
peningkatan atau penurunan pada aspek yang lain.54 Namun secara lebih
komprehensif analisis ini kemudian dapat lebih diperjelas dengan melihat hubungan
antara FDI dan perdagangan yang pada dasarnya hanya mengacu pada dua jenis
hubungan yaitu hubungan yang saling melengkapi (complement) atau hubungan
yang saling mengganti (substitute).55
Hubungan komplementer dan substitutif ini kemudian secara strategis dapat
ditentukan dengan melihat beberapa indikator FDI yang secara tidak langsung akan
mempengaruhi arus perdagangan, dan tidak lain meliputi tipe investasi (investment
53 Theories of Foreign Direct Investment (FDI), diakses dalam
https://www.ukessays.com/essays/economics/various-theories-concerning-foreign-direct-
investment-economics-essay.php (07/01/19 10:11 WIB) 54 Trade and Foreign Direct Investment, World Trade Organization, Loc. Cit. 55 Hela Bouras, Bechir Raggad, 2015, Foreign Direct Investment and Export: Complementarity or
Substitutability An Empirical Investigation, International Journal of Economics and Financial
Issues, Vol, 5, No, 4, Tunisia : University of Carthage, hal. 933.
39
form), transfer modal (capital transfer), orientasi produksi (production
orientation), dan aliran FDI (FDI flows). Selain menjadi tolak ukur pengembangan
FDI, penentuan tipe investasi sendiri akan sangat mempengaruhi hubungan FDI
dengan perdagangan. Hal ini sejalan dengan keterkaitan antara hubungan
komplementer dengan tipe investasi vertikal dimana menurut Mulder dan Rabaud
perusahaan dengan tipe investasi ini adalah perusahaan yang menjadi bagian dari
rantai produksi perusahaan induk, sehingga seringkali memanfaatkan aktivitas
perdagangan dengan mengikuti pola produksi dua arah dalam mentransfer atau
mengekspor modal secara bertahap dan berkelanjutan untuk proses produksi di
perusahaan tuan rumah, dan kemudian mengimpor barang hasil produksi
perusahaan negara tuan rumah untuk di \proses kembali menjadi produk jadi di
perusahaan induk.56
Sedangkan untuk tipe investasi horizontal sendiri memiliki keterkaitan
dengan hubungan substitutif dimana perusahaan dengan tipe investasi ini cenderung
menggunakan pola investasi satu arah yang hanya dilakukan di perusahaan negara
tuan rumah. Disamping itu, menurut Mundell hubungan substitutif tersebut juga
terjadi karena aktivitas perdagangan pada umumnya tidak sering dimanfaatkan
karena kegiatan ekspor-impor perusahaan yang masih harus berhadapan dengan
adanya hambatan perdagangan, yang akhirnya mendorong perusahaan induk untuk
memobilisasi seluruh modalnya ke perusahaan di negara tuan rumah guna
menghindari arus perdagangan dan menggantikannya dengan FDI horizontal. 57
56 Ibid., hal. 935. 57 Mundell, 1957, International Trade and Factor Mobility, American economic Review, Hal. 321-
351, dalam Nikolas Provatas, Foreign Direct Investment and Trade, Tesis, Belanda : Jurusan Ilmu
Ekonomi, Erasmus University Rotterdam, Hal.10.
40
Terlepas dari tipe investasi dan bentuk transfer modal, di sisi lain penetapan
orientasi produksi juga menjadi indikator signifikan yang menentukan hubungan
FDI dengan perdagangan. Menurut Helpman, orientasi produksi sebuah perusahaan
yang biasanya mempertimbangkan unsur-unsur perbedaan faktor produksi
khususnya remunerasi pegawai yang lebih murah sehingga memerlukan biaya
produksi yang lebih murah (lower cost) juga akan cenderung mengikuti model
investasi vertikal dan meningkatkan siklus perdagangan antara perusahaan induk
dan perusahaan negara tuan rumah. Sementara itu berbeda dengan orientasi
produksi sebuah perusahaan yang lebih mempertimbangkan tingginya konsumen
(higher consumer) cenderung akan memilih model investasi horizontal dan
mengurangi siklus perdagangan antar perusahaan induk dan perusahaan negara tuan
rumah.58
Dan indikator yang terakhir adalah aliran FDI yang dapat menggambarkan
manfaat dari adanya hubungan antara FDI dan perdagangan baik secara
komplementer maupun substitutif. Adapun hubungan komplementer akan
menyebabkan aliran FDI yang mengarah pada peningkatan produksi lokal oleh
perusahaan induk yang mendapatkan manfaat dari investasi di luar negeri.
Sementara hubungan substitutif akan lebih meningkatkan produksi luar negeri di
perusahaan tempat berinvestasi dengan mengarahkan aliran FDI untuk
mentransformasikan produksi dan kegiatan ekspor lokal menjadi produksi luar
negeri dan meningkatkan perdagangan dalam satu afiliasi.59 Perbedaan elemen
58 Hela Bouras, Bechir Raggad, Op. Cit., Hal. 934. 59 Burcu Kiran, 2011, Causal Links Between Foreign Direct Investment and Trade in Turkey,
International Journal of Economics and Finance, Vol, 3, No, 2, Istanbul : Istanbul University, hal.
151.
41
antar indikator-indikator yang terdapat pada jenis hubungan komplementer dan
substitutif ini kemudian dapat diklasifikasikan dengan ringkas pada tabel di bawah
ini:
Tabel 1.2 Klasifikasi Indikator Hubungan Komplementer / Substitutif
FDI dan Perdagangan
Indicators Complementary Substitute
Investment Form Vertical FDI Horizontal FDI
Capital Transfer Partially Transfer Fully Transfer
Production Orientation Lower Cost Higher Consumer
FDI Flows Local Production
benefits from
Investment Abroad
From Local
Production and Export
to Foreign Production
and Affiliate Sale
(Sumber : diolah dari berbagai sumber)
Konsep hubungan antara FDI dan perdagangan ini secara umum memang
berlaku untuk seluruh jenis dan aktivitas perdagangan internasional dan tidak
terkecuali untuk aktivitas perdagangan bebas. Namun seiring perkembangan antara
aktivitas FDI yang semakin meningkat begitu juga aktivitas perdagangan yang
semakin kompleks, maka hubungan antara FDI dengan perdagangan tidak dapat
sepenuhnya dikatakan saling melengkapi ataupun saling mengganti. Dan untuk
mengetahui secara lebih lanjut mengenai hubungan antara FDI dan perdagangan
bebas tersendiri, penelitian ini kemudian mengangkat pengaruh AANZFTA kepada
MNC PT. Greenfields Indonesia sebagai proliferasi dari kerja sama FDI Indonesia-
Australia itu sendiri, dimana secara spesifik diidentifikasikan sebagai FDI dengan
42
bentuk investasi ke dalam (inward investment) yang menggunakan metode
subsidiary company serta sistem investasi joint venture antara perusahaan Indonesia
dengan perusahaan Australia dan dijalankan dengan pola dasar tipe investasi
horizontal.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu kerja sama bilateral Indonesia-
Australia dalam menjamin pasokan SSDN yang berkedudukan sebagai variabel
dependen atau yang disebut juga dengan unit analisa (objek penelitian yang hendak
dijelaskan, dijalankan, atau diramalkan perilakunya).60 Di sisi lain Pengaruh
Implementasi AANZFTA merupakan bentuk dari variabel independen atau yang
disebut juga dengan unit eksplanasi (objek penelitian yang memiliki dampak
terhadap unit analisa).61 Jika melakukan identifikasi terhadap tingkat analisa, maka
penelitian ini berada pada tingkat “Induksionis” yang disebabkan karena posisi unit
eksplanasi (Sistem Regional & Global) berada pada tingkat yang lebih tinggi dari
unit analisa (Negara Bangsa).62
1.6.2 Metode/Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian eksplanatif yang bertujuan
untuk menjelaskan mengapa suatu fenomena bisa terjadi dan bagaimana fenomena
60 Mochtar Mas’oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi, Jakarta : LPES,
hal.39. 61 Ibid. 62 Ibid., Hal.44.
43
tersebut memiliki hubungan atau dampak terhadap fenomena lainnya, dengan kata
lain bahwa penelitian ini akan mengarahkan analisis untuk melihat hubungan antara
satu variabel dengan variabel lainnya.63 Implikasi tipe penelitian ini dalam objek
penelitian yang disajikan adalah dengan menjelaskan dan menguji hipotesa
mengenai aspek-aspek seperti kondisi maupun proses dari implementasi
AANZFTA yang mana dapat mempengaruhi hubugan kerja sama bilateral
Indonesia-Australia dalam menjamin pasokan susu segar dalam negeri, bersamaan
dengan pemaparan studi kasus yang diangkat pada PT. Greenfields Indonesia.
1.6.3 Teknik Analisa Data
Penulis menggunakan teknik analisa deduktif pada penelitian ini. Analisa
deduktif mengacu pada penarikan satu atau dua lebih kesimpulan yang dilakukan
terhadap sebuah generalisasi fenomena dan kemudian ditransformasikan menuju
analisa yang lebih khusus (umum ke khusus).64 Dengan menggunakan analisa
deduktif maka analisis mengenai kerja sama bilateral Indonesia-Australia dalam
menjamin pasokan susu segar dalam negeri yang dipengaruhi oleh implementasi
AANZFTA menjadi lebih terkontrol karena adanya alat analisa yang berguna untuk
mensimplifikasi pembahasan dan memfokuskannya pada parameter penelitian yang
telah ditentukan berdasarkan kerangka teori dan konseptual.
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
63 Yanuar Ikbar, 2014, Metodologi & Teori Hubungan Internasional, Bandung : Refika Aditama.
Hal.18. 64 Samsul Bahri, 2017, Perbandingan Metode Deduktif dengan Induktif terhadap Hasil Belajar
Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa, Jurnal Matematika dan Pembelajaran, Vol.5
No.2, Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
44
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah melalui aktivitas library research atau studi kepustakaan untuk
memungkinkan penulis mendapatkan data sekunder atau data yang diperoleh dari
tangan kedua (secondhand information) yang mengacu pada sumber-sumber lain
yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.65 Data tersebut diperoleh peneliti
melalui buku, jurnal, artikel, skripsi terdahulu, maupun situs-situs website yang
dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, untuk mendukung validitas data
penelitian, penulis juga berusaha mengumpulkan data primer (firsthand
information) yang dilakukan melalui metode wawancara dengan instansi
pemerintah yang terkait. Dalam hal ini penulis telah melakukan wawancara dengan
empat narasumber dimana tiga diantaranya berasal dari Kementerian Perindustrian
RI, yaitu Bapak Laode Ikrar Hastomi selaku Kepala Seksi Kerja Sama ASEAN &
Mitra Dialog di Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Pasar
Industri Internasional (KPAII), Bapak Risetio Canggih Dwiputra selaku Kepala
Seksi Pemberdayaan Industri di Direktorat Jenderal Industri Agro, dan Ibu Pinke
Arfianti Dwihapsari selaku Kepala Seksi Pemberdayaan Industri di Direktorat
Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar. Semetara itu satu
narasumber lainnya berasal dari Peternakan Kedua PT. Greenfields Indonesia yaitu
Bapak Wijayanto selaku Suvervisor Hifer Rising di perusahaan tersebut.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Batasan Waktu
65 Ibid., Hal. 291.
45
Batasan waktu dalam penelitian ini mengacu kepada data-data yang
berkaitan dengan kerja sama ekspor-impor faktor produksi terutama sumber bahan
baku susu segar dalam negeri atau sapi perah Indonesia dari Australia yang
dilengkapi dengan data pendukung lainnya dalam kurun waktu 18 tahun terakhir
dari tahun 2000 (dari sejak PT. Greenfields dioperasikan) hingga 2018 (sebagai
acuan data terakhir pengimplementasian AANZFTA) yang secara garis besar
melihat data penelitian sebelum dan setelah diberlakukannya AANZFTA.
1.7.2 Batasan Materi
Batasan materi pada penelitian ini mencakup faktor-faktor dan data-data
empiris, maupun data-data pendukung penelitian yang berkaitan dengan adanya
pengaruh kerja sama bilateral Indonesia-Australia dalam menjamin pasokan susu
segar dalam negeri akibat perjanjian perdagangan bebas yang diberlakukan.
1.7.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian (limitations of the study)
terkait dengan profil perusahaan PT. Greenfields Indonesia yang berhubungan
dengan data-data aktivitas impor sapi secara menyeluruh, serta jumlah produksi dan
sepesifikasi olahan susu setiap tahunnya. Keterbatasan tersebut tidak lain
disebabkan oleh minimnya akses informasi yang terdapat pada website perusahaan
ataupun sumber lainnya, serta terbatasnya perizinan untuk dapat mengakses data
dan informasi di perusahaan meskipun peneliti telah berupaya untuk mengajukan
penelitian secara langsung.
46
1.8 Hipotesa
Penarikan hipotesa dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis
sementara penulis yang menghasilkan asumsi dasar bahwa proses implementasi
AANZFTA memiliki pengaruh yang kuat untuk mendukung hubungan kerja sama
bilateral Indonesia-Australia khususnya dalam menjamin pasokan susu segar dalam
negeri (SSDN). Hal ini dikarenakan setelah bergabungnya Indonesia dan Australia
dalam satu perjanjian perdagangan bebas tersebut, secara signifikan akan
mempengaruhi efisiensi perdagangan antara Indonesia dan Australia yang
kemudian akan mempermudah kedua negara untuk melakukan aktivitas
perdagangan terlebih dengan adanya fasilitas penyederhanaan hambatan tarif dan
non-tarif, dengan penggunaan tarif preferensi dan penyederhanaan prosedur
kepabeanan guna mengurangi intervensi pemerintah dalam menetapkan aturan
maupun standarisasi untuk barang impor. Dengan begitu produk yang diimpor
Indonesia dari Australia melalui utilisasi AANZFTA khususnya komoditas sapi
perah sebagai sumber bahan baku untuk memproduksi SSDN, akan
menguntungkan kerja sama Indonesia-Australia yang dalam hal ini difokuskan pada
sektor Foreign Direct Investment (FDI) berupa perusahaan susu multinasional PT.
Greenfields Indonesia sebagai perwujudan dari kerja sama FDI tersebut. Melalui
mekanisme investasi horizontal dengan sistem joint venture serta metode investasi
greenfields yang akan mendorong terbentuknya hubungan substitutif antara
AANZFTA dengan PT. Greenfields Indonesia secara tidak langsung akan
membantu Indonesia untuk mengakomodir kepentingannya dalam mengurangi
impor bahan baku susu dan mengembangkan populasi sapi perah guna
47
meningkatkan daya produksi susu nasional dan menjamin pasokan susu segar
dalam negeri (SSDN).
1.9 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan penjelasan dan menjawab rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini, maka penulis membagi tulisan ini ke dalam lima bab
yang masing-masing diantaranya akan menguraikan kerangka analisis berdasarkan
pada teori dan konsep yang digunakan, sehingga dapat membentuk sistematika
penulisan sebagai berikut:
Bab satu berisi pendahuluan penelitian yang mencakup penjelasan
mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
penelitian terdahulu, kerangka teori dan konseptual yang meliputi Konsep
Perdagangan Bebas dan Foreign Direct Investment (FDI), metode penelitian yang
meliputi variabel penelitian, tipe penelitian, teknik analisa data, dan teknik
pengumpulan data, dilanjutkan dengan ruang lingkup penelitian yang meliputi
batasan waktu dan batasan materi, dan diakhiri dengan pemaparan hipotesa serta
sistematika penulisan.
Bab dua berisi tentang sejarah terbentuknya AANZFTA dan kerja sama
bilateral Indonesia-Australia yang mencakup pembahasan mengenai pembentukan
AANZFTA baik dalam aspek sejarah AANZFTA, prinsip AANZFTA, tujuan dan
manfaat AANZFTA, dilanjutkan dengan pembahasan pada kerja sama bilateral
Indonesia-Australia yang mencakup sejarah dan bentuk hubungan kerja sama
bilateral Indonesia-Australia, kerja sama bilateral Indonesia – Australia di bawah
48
AANZFTA, serta urgensi kerja sama bilateral Indonesia – Australia dalam
menjamin pasokan susu segar dalam negeri (SSDN).
Bab tiga berisi tentang Implementasi AANZFTA di Indonesia yang
mencakup pembahasan analisis mengenai tahap implementasi AANZFTA di
Indonesia serta utilisasi AANZFTA sebagai regulasi utama kegiatan perdagangan
Indonesia – Australia. Dilanjutkan dengan Bab empat yang berisi tentang pengaruh
implementasi AANZFTA pada studi kasus PT. Greenfields Indonesia dan jaminan
pasokan SSDN dengan cakupan pembahasan mengenai alnalisis pada PT.
Greenfields Indonesia dalam aspek mekanisme investasi PT. Greenfields Indonesia,
serta pengaruh implementasi AANZFTA pada perkembangan investasi PT.
Greenfields Indonesia, yang kemudian dilanjutkan pembahasan pada pengaruh
implementasi AANZFTA terhadap jaminan paasokan ssdn dengan cakupan analisis
dalam penyederhanaan hambatan tarif dan non – tarif, peningkatan sumber bahan
baku produksi susu segar dalam negeri, penjaminan pasokan Susu Segar Dalam
Negeri. Terakhir, Bab lima berisi tentang penutup yang menjelaskan kesimpulan
dan saran penelitian.