BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
India berhasil mencapai kemerdekaannya pada tahun 1947, akan tetapi
setelah kemerdekaannya tidak serta-merta menjadikan India aman dan terhindar
dari konflik, sebab hanya selang beberapa waktu India yang terdiri dua etnis besar
yaitu etnis Hindu dan etnis muslim berperang, dikarenakan terjadi diskriminasi
terhadap kaum muslimim, sebab yang paling dominan yang duduk di kursi
pemerintahan merupakan mayoritas Hindu. Penduduk yang mayoritas beragama
Islam akhirnya bersepakat untuk memisahkan diri dari India dan mendirikan
negara baru yaitu Pakistan.1
Sejak awal berdirinya Pakistan dan India sering berkonflik, baik konflik
agama maupun konflik wilayah. Konflik berkepanjangan yang sampai sekarang
belum juga dapat diselesaikan yaitu perebutan wilayah Kashmir. Konflik Kashmir
terjadi ketika India mengklaim seluruh Kashmir merupakan wilayah teritorialnya
sedangkan menurut Pakistan penduduk Kashmir yang mayoritas beragama Islam
menjadi wilayahnya karena sekitar 85% dari delapan juta penduduk Kashmir
beragama Islam dengan wilayah seluas 222.236 Km² tersebut terletak di wilayah
jantung Asia diapit oleh China di sebelah timur, India di selatan, Pakistan dan
Afganistan di barat serta CIS ( Commonwealthof Independen State) di utara.2
India tetap bersikukuh mempertahankan Kashmir sebagai wilayah teritorialnya
1Strategi India dalam mempertahankan Kashmir sebagai Wilayah Integralnya. lihat pada
http://publikasi.umy.ac.id/files/journals/8/articles/1002/public/1002-4751-1-PB.pdfdiakses tanggal 16 November 2013 pkl 18.40 wib 2Ibid.
2
sedangkan Pakistan tetap ingin mengambil alih Kashmir dari India sebab Pakistan
berpegang pada Two-Nation theory (Teori Dua Bangsa) yakni satu Muslim dan
satu Hindu, berarti masuknya Kashmir kedalam wilayah Pakistan merupakan
keharusan karena mayoritas penduduk Kashmir beragama Islam.3 Selain karena
faktor agama tentu ada alasan lain kenapa Pakistan menginginkan Kashmir yaitu
faktor ekonomi sebab Kashmir memiliki tanah yang subur serta keindahan alam
yang memungkinkan bisa menjadi obyek wisata dan semua sungai yang ada di
daerah tersebut mengalir menuju pusat Pakistan serta pusat kegiatan jaringan
kanal Pakistan berlokasi di Kashmir.4 Saling klaim inilah yang menyebabkan
konflik terjadi, masing-masing negara pengklaim mengatakan bahwa wilayah
Kashmir adalah miliknya. Sampai sekarang belum ada titik temu atau
penyelesaian konflik Kashmir yang ada hubungan kedua negara yang terlibat
semakin memanas, sebab masing-masing negara saling memperkuat armada
senjata militernya dengan menggunakan teknologi nuklir dan ditakutkan lagi
akan terjadi konflik nuklir antara India-Pakistan.
India yang sudah merdeka hampir selama 67 tahun mulai menunjukan
eksistensi dan kemampuannya dimata dunia internasional khususnya terhadap
Pakistan dengan menciptakan teknologi senjata nuklir terbaru. India melakukan
riset senjata atom di Bhabha Atomic Research Centre, meskipun secara resmi
diumumkan sebagai riset teknologi atom untuk Perdamaian dan tidak adanya
tanda-tanda untuk tujuan militer, India berhasil membeli sebuah reaktor riset
Cirus 40 MWt dari Kanada, kemudian mengekstrak plutonium sisa pembakaran
dari reaktor riset Cirus tersebut, selama 20 tahun India melakukan riset akhirnya
3Ibid.
4Ibid.
3
plutonium tersebut dipakai untuk percobaan bom atom India pertama pada 18 Mei
1974 yang berkekuatan ledak 4-6 KT dan Pemerintah India sendiri
mengumumkan ledakan tersebut sebagai sebuah “Ledakan Nuklir yang Penuh
Damai”.5
Pada tahun 1998 Pemerintah India melakukan uji coba peledakan bom
atom yang tujuannya untuk menanggapi acaman dari Pakistan. Peledakan tersebut
merupakan perintah dari Perdana menteri Vajpayee yang dinamakan “Operasi
Shakti”, yakni Shakti 1 (11 Mei 1998) hingga Shakti 5 (13 Mei 1998) gara-gara
diprovokasi oleh peluncuran rudal-percobaan Ghauri oleh Pakistan tgl 6 April
1998.6
Pada tahun 2012 baru-baru ini dunia dikejutkan oleh peluncuran rudal
India. Pemerintah India mengklaim berhasil melakukan uji coba senjata nuklir
yaitu sebuah rudal jelajah bernama Agni-V berhasil diluncurkan dalam uji coba
senjata teranyar India, Ahad (15/9) waktu setempat.7 Peluncuran ini menempatkan
India sebagai kelompok negara-negara berkemampuan rudal antar benua yang
mampu membawa nuklir yang eklusif seperti Amerika Serikat, Rusia, China,
Prancis dan Inggris yang memiliki teknologi untuk mengembangkan rudal balistik
antar-benua. Rudal Agni-V merupakan rudal permukaan ke-permukaan dengan
teknologi tiga tahap dan energi peluncur propelan padat yang memiliki jangkauan
5Rirawan. Teknlogi Nuklir India.lihat pada http://www.alpensteel.com/article/54-111-energi-
nuklir-pltn/1022--teknologi-energi-nuklir-di-indiadiakses pada tanggal 12 November 2013 pkl 18.35 Wib 6Ibid.
7Republika . India Berhasil Uji Coba Rudal Nuklir.lihat pada
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/09/15/mt5xqo-india-berhasil-uji-coba-rudal-nuklirdiakses tanggal 16 November 2013 pkl 19.00 wib
4
5.000 km dan berat 50 ton, panjang rudal ini 17 meter dan tinggi 2 meter dan
dapat membawa muatan1,5 ton.8
Nuklir India mengalami peningkatan sejak awal perkembangan dan
peledakan tahun 1998 sampai peluncuran rudal tahun 2012 baik dari segi
kemampuan, kekuatan dan jarak jangkau. Dengan nuklir ini secara tidak langsung
India mengumumkan pada dunia bahwa India sudah merupakan negara maju
secara segi ekonomi, teknologi maupun militer.
Sikap dan prilaku India dalam uji coba rudal miliknya tentu menimbulkan
banyak reaksi, tanda tanya dan kecurigaan dari negara-negara lain khususnya
Pakistan akan tetapi, Amerika Serikat yang pada mulanya pernah mengecam dan
mengenakan sanksi akibat percobaan peluncuran nuklir atom India pada tahun
1998, malah sebaliknya sekarang Amerika Serikat menawarkan kerja sama
pertahanan militer dengan India. Dalam kerjasama tersebut, India dan Amerika
membahas soal perbaikan hubungan di kawasan Indo-Asia-Pasifik dan
Afghanistan, serta menanggapi masalah keamanan di wilayah Lautan Hindia.9
Konflik yang terjadi antara India dan Pakistan baik konflik agama maupun
perebutan Kashmir belum jelas titik temunya, dan ditakutkan lagi akan terjadi
konflik nuklir dari kedua negara, sebab India-Pakistan sama-sama memiliki
senjata berbasis nuklir, walaupun belum pernah menyerang satu sama lain dengan
senjata nuklir, akan tetapi dengan saling melakukan uji coba dan peledakan dapat
memicu konflik nuklir antara kedua negara tersebut. Inilah permasalahan yang
8Ujicoba Rudal Agni V India yang Berkemampuan Antar Benua Berhasil. Lihat pada
http://nkrinews.com/index.php/internasional/asia/1649-uji-coba-rudal-agni-v-india-yang-berkemampuan-antar-benua-berhasildiakses tanggal 16 November 2013 pkl 19.00 wib 9India dan Amerika SErikat Menopang Hubungan Pertananan, Menandatangani Kesepakatan
soal nuklir.Lihat pada http://lakesmil.com/read/berita/6954/india-dan-as-menopang-hubungan-pertahanan-menandatangani-kesepakatan-soal-nuklir/#.U5fIe84raZQdiakses tanngal 9 juni 10.00 Wib
5
hendak diteliti oleh penulis, dengan kepemilikan nuklir antara keduanya, akankah
menyebabkan perang nuklir atau sebaliknya akan membuat intensitas konflik
menurun.
Dari uraian diatas maka penulis mengangkat sebuah permasalan yang
hendak diteliti dengan judul “ Dampak Pengembangan Nuklir India terhadap
konflik India-Pakistan”
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka adapun
permasalahan yang hendak penulis teliti yaitu “Bagaimana dampak
pengembangan nuklir India terhadap konflik India-Pakistan?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
dampak yang diakibatkan karena pengembangan nuklir India terkait dengan
konflik India Pakistan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Memberi sumbangan pemikiran dan informasi bagi akademisi Ilmu
Hubungan Internasional, yaitu dosen dan mahasiswa dalam mengkaji dan
memahami masalah Kashmir yang sampai sekarang belum menemukan
titik penyelesaiannya.
6
Sebagai bahan pertimbangan bagi setiap aktor Hubungan Internasional,
baik individu, organisasi, pemerintah, maupun organisasi non-pemerintah
baik dalam level nasional, regional, maupun internasional tentang
bagaimana menformulasikan kekuatan nasionaluntuk menjamin
pertahanan dan keamanan negara dalam mencapai kepentingan nasional.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan pemahaman kepada
bangsa Indonesia yang selalu terlibat sengketa dengan negara tetangga yaitu
Malaysia, bahwa konflik lebih banyak menciptakan kerusakan baik bagi pihak
pemenang maupun lawan.
1.4 Kajian Pustaka
1.4.1 Literature Review
Sebagai dasar untuk melengkapi Kajian Pustaka, dalam penelitian ini
penulis menyajikan beberapa penelitian terdahulu yang masih berkaitan dengan
tema yang sedang penulis teliti. Selain sebagai referensi, hal itu juga dimaksudkan
untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang sudah ada
sebelumnya. Pertama, penelitian yang berjudul “Religion as a Factor in Ethnic
Conflict: Kashmir and Indian Foreign Policy “10
yang ditulis oleh Carolyn C.
James. Dalam tesis ini James menggambarkan bagaimana awalmula dari konflik
Kashmir terjadi. Menurut Carolyn penyebab utama konflik Kashmir yaitu agama
10
James, C. Carolyn, (2005), Religion as a Factor in Ethnic Conflict: Kashmir and Indian Foreign
Policy, Terrorism and Political Violence, 17:447–467, 2005, Copyright _ Taylor & Francis Inc. lihat pada http://ozgur.bilkent.edu.tr/download/05Religion%20as%20a%20Factor%20in%20Ethnic%20Conflict%20Kashmir.pdf
7
dan politik. Dimana agama memilki kemampuan untuk memperkuat atau
melemahkan legitimasi pemerintah. Kedua, agama mengacu pada sumber
identitas yang memenuhi kebutuhan manusia untuk mengembangkan identitas
yang aman untuk individu atau kelompok. Ketiga, agama merupakan sumber
mobilisasi politik atau organisasi politik, sehingga agama yang dapat
menyebabkan sebuah pemerintahan itu diterima atau ditolak.
selain hal tersebut James memperlihatkan permasalahan agama dalam
perspektif ethno-religios conflik. Ethno-religiost ini kemudian didasarkan pada
aspek penting seperti kolaborasi dari psikologi, ekonomi, dan politik. Carolyn
juga melihat konflik Kashmir ini dengan pendekatan Foreign Policy, yaitu dengan
memperlihatkan bahwasannya konflik Kashmir ini sangat berpengaruh terhadap
politik luar negeri India.
Penelitian kedua oleh Ita Mutiara Dewi yang berjudul “Dilema Masalah
Kashmir dalam Kerangka Hubungan India-Pakistan”11
adalah dengan
menggunakan konsep Foreign Policy dan teori politik domino, dimana India telah
memasukan Kashmir dalam kebijakan luar negerinya. India yang saat ini telah
menguasai dua pertiga wilayah Kashmir tidak akan menyerahkan Kashmir
kepada Pakistan sebab India juga melihat teori politik domino yaitu jika Kashmir
lepas maka akan diikuti oleh tuntutan pelepasan wilayah-wilayah lainnya.
sedangkan bagi Pakistan Kashmir merupakan lambang, simbol atau identitas,
11
Ita Mutiara Dewi.Dilema Masalah Kashmir dalam Kerangka Hubungan India-Pakistan.
Staff Pengajar Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Lihat pada http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fpenelitian%2FIta%2520Mutiara%2520Dewi%2C%2520SIP%2C%2520MSi.%2FKashmir.pdf&ei=X1omU626BsWNrgfT5IDwDg&usg=AFQjCNG_ryL4fqFY-CnpaQNamR-1LCumUQ&sig2=oQUpCGG7Si779noesGnqxA&bvm=bv.62922401,d.bmk
8
sebab mayoritas penduduk Kashmir beragama islam. Hal inilah yang
menyebabkan naik-turunya intesitas konflik Kashmir, kemudian polemik yang
terjadi dalam perebutan wilayah Kashmir sampai akhirnya terjadi perang Indi-
Pakistani War I.
Dalam penelitian ini juga melihat adanya gerakan separatisme dalam
tubuh Kashmir dimana ada beberapa kelompok seperti JKLF( Jammu-Kashmir
Liberation Front) yang ingin mendirikan negara baru tanpa adanya ikut campur
India maupun Pakistan yang membuat konflik Kashmir semakin kompleks.
Penelitian ketiga, yang berjudul“Kashmir Dalam Hubungan India-
Pakistan:Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan
Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik”, 12
dalam penelitian ini Irmawan
lebih banyak menjelaskan bagaimana langkah-langkah yang dilakukan Pakistan
untuk mengambil alih wilayah Kashmir dari India dan dampaknya terhadap
hubungan bilateral antara kedua negara sehingga menyebabkan kedua negara
Pakistan dan India saling berlomba memperkuat militernya dengan mencoba
menciptakan teknologi nuklir yang kemudian disusul dengan percobaan
peluncuran nuklir masing-masing negara. Pakistan mengembangkan nuklir
sebagai deterrence dari ancaman India, khawatir jika sewaktu-waktu India
menyerang mereka dengan senjata nuklirnya, maka Pakistan sudah siap untuk
menyerang balik. Walaupun masing-masing negara mengembangkan senjata
nuklir tetap ada upaya dari kedua negara mencoba mencapai kesepatan untuk
menemukan jalan damai yang tetap saja pada ujungnya selalu menemukan jalan
12
Effendi Irmawan. Kashmir dalam Hubungan India-Pakistan:Perspektif Kebijakan Nuklir
Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Jurnal Siklus Volume I No.3 Tahun 2005 ISSN 0216-5635. Lihat pada http://www.academia.edu/4154759/Kashmir_Dalam_Hubungan_India-Pakistandiakses pada tanggal 18 November 2013 pkl 22.00 wib
9
buntu. Akan tetapi, India maupun Pakistan tetap mencoba untuk berdamai dengan
jalan dimana Vajpaye yang merupakan perdana menteri India membuka jalur
“diplomasi bus”. Dimana jalur bus tersebut dapat melewati perbatasan India-
Pakistan dan hal inipun diterima dengan baik oleh pemerintah Pakistan sendiri.
Selain itu kedua perdana menteri dari dari dua negara tersebut juga telah membuat
kesepakatan yaitu, pertama, perjanjian mengenai KTT yang bertajuk “Deklarasi
Lahore” dan kedua, kerjasama peningkatan rasa saling percaya. Setidaknya
kesepakatan tersebut dapat meredam konflik tersebut.
Penelitian keempat yang berjudul “Penggunaan Kekuatan Pakistan dan
India Dalam Mempertahankan Wilayah Kashmir Pasca Perang
Dingin”,13
dalam tesis ini juga hampir sama dengan penelitian sebelumnya dimana
Finsa melihat situasi ketengangan yang terjadi dalam tubuh Kashmir seperti aksi
penculikan maupun pembunuhan. Finsa juga menjelaskan bagaimana kepentingan
geopolitik Pakistan di Kashmirdengan menggunakan strategi pembelaan nilai
demokrasi dan hak asasi manusia sedangkan pihak India sendiri bertahan untuk
tidak melepaskan Kashmir menjadi bagian dari Pakistan dengan menggunakan
strategi Counter Terorism di wilayah Kashmir, yaitu India memperkuat polisi
lokal dengan sejumlah besar pasukan Central Reserve Police Force (CRPF) yang
merupakan pasukan para militer negara yang tujuannya untuk menghentikan aksi
teroris yang menurut mereka adalah orang-orang Pakistan.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Ferry Dwi Provianto yang
berjudul “Kepentingan Pakistan Dalam Kerjasama Militer dengan China”,14
13
M.Finsa Arahman. 2007.Penggunaan Kekuatan Pakistan dan India Dalam mempertahankan Wilayah Kashmir Pasca Perang Dingin. Universitas Airlangga. 14
Ferry Dwi Provianto.2007.Kepentingan Pakistan dalam kerjasama Militer dengan China. Universitas Muhammadiyah malang.
10
menggambarkan bahwa kerjasama militer Pakistan dengan China
menguntungkan bagi Pakistan sendiri baik secara politik maupun ekonomi.
Pakistan merasa dengan adanya China dibelakang mereka dapat meminimalisiasi
hegemoni India dikawasan Asia Selatan dan sebagai balancing sebab Pakistan
yang sampai sekarang terlibat konflik Kashmir dengan India.
Dalam penelitian ini Ferry menggunakan pendekatan teori politik luar
negeri dimana melihat upaya Pakistan untuk mendapatkan keuntungan dari
lingkungan eksternalnya yaitu dengan menjalin kerjasama militer dengan China.
Selain itu Ferry juga menggunakan konsep kepentingan nasional, konsep
deterrence dan aliansi. Sedangkan penelitian ini dengan judul “Dampak
Pengembangan Nuklir India terhadap Konflik India-Pakistan” melihat dampak
yang ditimbulkan akibat pengembangan nuklir India terhadap intesitas konflik
India Pakistan. peneliti melihat dengan menggunakan pendekatan Balance of
power dan teori nuklir deterrence sebab India mengembangkan nuklir dan
melakukan uji coba rudal balistiknya untuk mencegah agresi dari Pakistan. Selain
itu karena India maupun Pakistan sama-sama memiliki senjata pemusnah massal,
intensitas dari konflik India- Pakistan netral, walaupun tidak menyelesaikan
konflik, setidaknya genjatan senjata dapat diminimalisir.
11
Tabel I.I Posisi Penelitian
No JUDUL DAN
NAMA PENELITI
JENIS
PENELITIAN
DAN ANALISA
HASIL
1 Buku : Religion as a
Factor in Ethnic
Conflict:
Kashmirand Indian
Foreign Policy
Oleh: Carolyn C.
James
Deskriptif
Pendekatan :Etno
Religius dan
Foreign Policy
Akar penyebab Konflik
Kashmir yaitu agama dan
Politik
Konflik Kashmir sangat
berpengaruh terhadap
politik luar negeri India
2 Tesis : Dilema
Masalah Kashmir
dalam Kerangka
Hubungan India
Pakistan
Oleh : Ita Mutiara
Dewi
Deskriptif
Pendekatan :
foreign Policy dan
teori politik domino
India maupun pakistan
telah memasukan agenda
Kashmir dalam kebijakan
luar negerinya
Adanya gerakan
separatisme dalam tubuh
kashmir yang dilakukan
oleh kelompok JKLF
(Jammu-Kashmir
Liberation front) yang
menginginkan negara
merdeka tanpa adanya
camput tangan India
maupun Pakistan
3 Jurnal : Kashmir
dalam Hubungan
India-Pakistan :
Perspektif
Kebijakan Nuklir
Pakistan Latar
Belakang dan
Perkembangann
Menuju
Penyelesaian
Konflik
Oleh : Irmawan
Effendi
Deskriptif
Pendekatan :
Nuclear Detterrence
Pakistan maupun India
sama-sama menciptakan
senjata nuklir, akan tetapi
tetap ada upaya damai
yang dilakukan
Pemerintah India
membuka jalur diplomasi
bus yang dapat melewati
perbatasan India-Pakistan
Pakistan dan India
membuat kesepakatan
yaitu mengenai perjanjian
KTT yang bertajuk
“Deklarasi Lahore” dan
kerjasama peningkatan
rasa saling percaya
4 Tesis : Penggunaan
Kekuatan Pakistan
dan India dalam
Mempertahankan
Wilayah Kashmir
Pasca Perang
Deskriptif
Pendekatan :
Konsep kepentingan
geopolitik
Pakistan menggunakan
strategi pembelaan nilai
demokrasi dan hak asasi
manusia untuk kepentingan
geopolitiknya diwilayah
kashmir
12
Dingin
Oleh : M Finsa
Arahman
India menggunakan
strategi counter terorism
diwilayah Kashmir untuk
mencapai kepentingan
geopolitiknya
5 Skripsi :
Kepentingan
Pakistan dalam
Kerjasama Militer
dengan China
Oleh : Ferry Dwi
Provianto
Deskriptif
Pendekatan : teori
politik luar negeri,
kepentingan
nasional, konsep
deterrence dan
konsep aliansi
Dalam melakukan
kerjasama dengan China,
Pakistan mengalami
kemajuan dalam hal
modernisasi alusista militer
pasca kerjasama militer
dengan China
Pasca kerjasama dengan
China, Pakistan
mengembangkan sistem
persenjataan berbasis
nuklir
Aliansi antara Pakistan
dengan China adalah untuk
mengurangi hegemoni
India di Asia Selatan selain
itu, aliansi tersebut
merupakan wujud dari
bandwagoning yang
dilakukan oleh Pakistan
6 Skripsi : Dampak
Pengembangan
Nuklir India
terhadap Konflik
India-Pakistan
Oleh : Hariati
Eksplanatif
Pendekatan :
Balance Of Power
dan teori nuklir
deterrence
Dengan mengembangkan
senjata berbasis nuklir,
India bisa melakukan
deterrence terhadap
Pakistan yang terlebih
dahulu mengembangkan
senjata nuklir
Tidak akan terjadi perang
nuklir antara India dan
pakistan karena masing-
masing negara mempunyai
senjata nuklir yang jika
terjadi perang maka
dampak yang ditimbulkan
akan sangat fatal. India
maupun Paksitan juga
menggunakan senjata
nuklir sebagai balance of
power.
13
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Balance of Power
Negara yang kuat adalah negara yang maju baik dalam kapasitas militer
maupun ekonomi. Ada beberapa hal yang membentuk power suatu negara yaitu
potensi sumber daya alam, populasi sebab cukup besar populasi dapat
memberikan potensi kekuasaan dan status kekuatan besar untuk suatu negara dan
ukuran geografis dan posisi, Alfred Mahan berpendapat bahwa negara yang
mengontrol rute laut berarti mengontrol dunia sedangkan Sir Halford Mackinder
berpendapat bahwa negara yang memiliki kekuatan yang paling kuat adalah orang
yang menguasai jantung tersebut.15
Power terbagi menjadi 2 macam yaitu16
Power tangible meliputi,
pembangunan industri dengan kapasitas industri maju, ditandai dengan kuatnya
ekonomi suatu negara, populasi dan peningkatan kekuatan militer sedangkan
Power intagible meliputi dukungan publik, kekuatan negara diperbesar ketika
tampaknya ada dukungan publik belum pernah terjadi sebelumnya misalnya,
kekuatan China yang diperbesar di bawah Mao Zedong karena ada dukungan
publik belum pernah terjadi sebelumnya untuk kepemimpinan komunis,
Kepemimpinan visioner dan pemimpin karismatik seperti Mohandas Gandhi dan
Franklin Roosevelt mampu meningkatkan potensi kekuatan negara mereka dengan
mengambil inisiatif berani.
15
Essentials Of International Relation lihat pada http://www.wwnorton.com/college/polisci/essentials-of-international-
relations5/ch/05/summary.aspx diakses pada tanggal 10 Februari pkl 13.00 Wib 16
ibid
14
Kekuatan militer dan ekonomi dapat membentuk negara menjadi sebuah
negara yang lemah maupun negara yang kuat (super power). Negara-negara super
power biasanya selalu ingin mendominasi dan menghegemoni negara-negara kecil
untuk mencapai kepentingan nasionalnya sedangkan bagi negara-negara kecil
untuk menghindari hegemoni dari negara-negara kuat harus menyeimbangkan
kekuatan negaranya (Balance of Power) baik dengan cara meningkatkan ekonomi
dan militer maupun membentuk sekutu atau aliansi dengan negara-negara besar.
Pada era kejayaan pemikiran kaum realis, hegemon dianggap sebagai
sebuah ancaman bagi negara-negara lainnya. Dapat dikatakan Balance Of Power
(Keseimbangan kekuatan) muncul dengan asumsi dasar bahwa ketika sebuah
negara atau aliansi negara meningkatkan atau mengunakan kekuatannya secara
lebih agresif, negara-negara yang merasa terancam akan merespon dengan
meningkatkan kekuatan mereka.17
Negara-negara saling memperkuat powernya
supaya tidak mudah dikendalikan atau diintervensi oleh negara-negara lainnya.
Keseimbangan kekuasaan berfungsi secara efektif melalui dua cara.
Pertama, beberapa negara dapat membentuk balance of power dengan beraliansi
atau bersekutu dengan negara yang lebih kuat, sebab aliansi dengan negara-negara
lain dapat memperkuat pertahanan negara yang lebih lemah dan menyeimbangkan
terhadap ancaman umum. Para pendukung “Balance of Power” teori
mengemukakan bahwa perdamaian umumnya dipertahankan bila keseimbangan
kekuasaan ada di antara kekuatan-kekuatan besar.18
17
Dr. Christoph Rohde: Introduction: The balance-of-power (BOP) in international relations
theory.lihat padahttp://www.politischer-realismus.de/textbopinintbez.pdf diakses pada tanggal 18 Desember pkl 22.00 wib 18
Rizwan Naseer, Musarat Amin.Berkeley Journal of Social Sciences Vol. 1, No. 10, 2011.Balance
of Power: A Theoretical explanation and Its Relevance in Contemporary Era. Lihat pada
15
India sendiripun beraliansi dan bersekutu dengan Amerika Serikat yaitu
dengan melakukan kerjasama pertahanan, tentu saja hal ini meningkatkan posisi
India di Asia Selatan. Dengan beraliansi dengan Amerika Serikat India berharap
dapat menyeimbangi kekuatan Pakistan yang terlebih dahulu beraliansi dengan
China. Kedua, negara-negara saling menyeimbangkan kekuatan militer masing-
masing. Dalam Perang Dingin, Uni Soviet dan Amerika Serikat memperluas
persenjataan nuklir mereka untuk menyeimbangkan kekuatan militer mereka.19
Hal inipun hampir serupa yang terjadi antara India dan Pakistan, dimana masing-
masing negara saling memperbaharui dan meningkatkan armana militer dengan
nuklir untuk mencapai posisi balance.
Ernest Haas mengemukakan setidaknya ada 8 hal yang harus dipenuhi
dalam Balance of Power itu20
:
a. Adanya distribusi power
b. Adanya keseimbangan proses
c. Hegemoni
d. Kestabilan dan perdamaian sebagai wujud kekongkritan power
e. Ketidakstabilan dan perang
f. Kekuatan politik secara umum
g. Hukum universal dari sejarah tertentu
h. Sistem dan panduan yang digunakan oleh pembuat kebijakan.
http://www.berkeleyjournalofsocialsciences.com/NovDec3.pdf diakses pada tanggal 07 Februari pkl 18.00 Wib 19
Balance of Power in International Relations. Lihat pada http://www.legalserviceindia.com/article/l326-Balance-of-Power-in-International-Relations.html diakses pada tanggal 18 Desember pkl 22.35 Wib 20
Balance of Power and Power Shifts :Global Interests at stake. Lihat pada
https://www.press.umich.edu/pdf/0472112872-ch4.pdfdiakses pada tanggal 07 Februari pkl 18.45 Wib
16
Dengan adanya distribusi power baik dari segi ekonomi maupun militer
merupakan upaya yang dilakukan oleh India untuk menyeimbangkan kekuatan
dengan Pakistan dengan cara mengembangkan senjata rudal yang berteknologi
nuklir. India memiliki senjata plutonium yang diperkirakan antara 240-395 kg,
tergantung pada kecanggihan desain hulu ledak dan dapat digunakan untuk
memproduksi 40-90 simple fission weapons.21
Sekiranya dengan kekuatan militer
tersebut India dapat menyamai Pakistan.
Balance of power muncul dalam sistem kekuasaan ini untuk menghasilkan
tiga kondisi.22
Pertama, keberagaman kedaulatan negara yang muncul haruslah
tidak tunduk pada keterpaksaan dari salah satu legitimasi kedaulatan negara lain
yang lebih berkuasa. Kedua, kontrol secara terus-menerus dari kompetisi akibat
langkanya sumber daya atau nilai-nilai konflik. Ketiga, menyamaratakan
distribusi status, kekayaan dan potensi power diantara aktor politik yang masuk
dalam suatu sistem. Secara sistemik, balance of power digunakan untuk mencegah
terjadinya sistem hegemoni yang didefinisikan sebagai sebuah dominasi suatu
negara terhadap negara atau kelompok negara lain. Dengan kata lain, balance of
power ini muncul karena adanya suatu pengaruh besar dalam bidang militer dan
teknologi oleh negara pemilik power yang besar, yang kemudian disebut sebagai
hegemoni. Walaupun pada kenyataannya, hegemoni suatu negara itu tidak dapat
dihilangkan dengan menggunakan sistem perimbangan kekuatan (balance of
power).23
21
India and Pakistan Compared :Military.lihat pada http://www.nationmaster.com/country-
info/compare/India/Pakistan/Militarydiakses pada tanggal 07 Maret pkl 13.36 Wib 22
Balance of Power and Power Shifts :Global Interests at stake.Opcit 23
Ibid.
17
Gulick menjelaskan bahwa keseimbangan kekuasaan dibuat untuk
mempertahankan eksistensi dari sistem negara. Dia menyebutkan surveillances,
aliansi, koalisi, kemampuan untuk beralih aliansi dengan cepat dan tekad untuk
menghancurkan musuh baik sepenuhnya, atau membangunnya kembali sebagai
upaya dalam menjaga Balance of Power. Namun dalam penafsiran tertentu,
balance yang dimaksudkan tidak benar-benar seimbang. Balance of power bisa
dikondisikan dengan kekuatan-kekuatan yang tidak begitu seimbang namun di
antara kekuatan tersebut terdapat keselarasan. Perubahan kekuatan, baik itu
peningkatan maupun penurunan tidak terlalu signifikan sehingga dampak dari
perubahan tersebut tidak terlalu mempengaruhi kekuatan lawan.24
India berupaya keras untuk dapat menyamai Pakistan untuk mencapai
posisi balance, walaupun tidak benar-benar seimbang, akan tetapi dengan sama-
sama memiliki nuklir sebagai power maka balance dapat dicapai.
1.5.2 Teori Nuklir Deterrence
Teori deterrence dikemukakan pertama kali oleh Bernard Brodie yang
menganggap bahwa pengakisan atau pencegahan yang terjadi secara umum
digunakan dalam term meyakinkan lawan bahwa aksi tertentu akan menimbulkan
kerusakan yang fatal, yang tidak akan memberi keuntungan. Dengan alasan-alasan
ekonomis, Brodie menjelaskan teori deterrence kedalam kaijan strategis, yang
mengutamakan efisiensi dan efektivitas.25
Deterrence diusulkan sebagai teori oleh
karena adanya kerugian besar setelah perang, seperti: biaya yang begitu mahal
(kalkulasi), korban banyak berjatuhan. Dinamika proses deterrence yang terjadi
24
Ibid. 25
Dougherty, James dan Platzgrafr Jr, Robert. Theories of Deterrence (chapter 9). Contending Theories of International Relations : A Comprehensive Study (4th edn).1999. New York : Longman.pp 368-401
18
saat perang dingin patut diperhatikan dengan melihat bagaimana keputusan
pencegahan perang dilakukan dan sejauh mana peran penangkisan ini berpengaruh
bagi perdamaian dunia.26
Oleh karena itu dengan munculnya teori deterrence,
setidaknya dapat menggurangi konflik senjata yang dapat menyebabkan korban
jiwa sebab dengan kepemilikan senjata pemusnah massal dapat menyadarkan
negara-negara yang berkonflik untuk tidak menyerang satu sama, akan tetapi teori
ini hanya berguna bagi negara-negara yang mempunyai nuklir.
Revolusi nuklir melahirkan strategi militer baru dari agresi ke bentuk
defense, Pergeseran sifat peperangan klasik yang agresif ke defensif sejak adanya
revolusi nuklir memunculkan tesis bahwa nuklir bukanlah senjata yang
sebenarnya.27
Sebagai senjata seharusnya nuklir membuat negara tahu siapa yang
harus dilawan dan bagaimana menangkal serangan, namun no-first-use policy
menunjukkan bahwa keberadaan nuklir masih terus diterka-terka oleh negara
sebab nuklir dengan tingkat menghancurkan secara total menyebabkan prediksi-
prediksi akan kerugian dan kalkulasi amunisi menjadi begitu sulit.28
Setiap negara yang memiliki nuklir hanya berani mendeklarasikan
mengenai hal-hal yang bersifat politis akan nuklir mereka karena jika sampai
terkuak ke hadapan publik mengenai seberapa banyak dan besar kekuatan nuklir
yang dimiliki maka saat itulah nuklir tidak memiliki fungsinya sebagai
deterrence. Siapapun tidak dapat terjamin keamanannya dalam menghadapi
senjata nuklir meskipun pihak yang diserang juga memilikinya.29
Hal inilah
26
Ibid. 27
Gray, Collin S. 2007. “The Cold War, II: the Nuclear Revolution”, dalam War, Peace and International Relations: an Introduction to Strategic History, New York: Routledge, pp. 205-218. 28
Ibid. 29
Ibid.
19
dalam perang nuklir tidak ada pemenang atau kemenangan yang ada hanyalah
kehancuran karena nuklir menghancurkan secara total kedua belah pihak.
Dengan adanya nuklir dalam sistem internasional telah jauh mengurangi
kemungkinan perang antar negara. Kesadaran akan bahaya nuklir ini apabila
sungguh-sungguh digunakan dalam suatu peperangan, membuat negara agresor
sangat sulit untuk menentukan suatu kemenangan yang pasti bagi dirinya sebab
tidak ada perbedaan antara pemenang maupun yang kalah karena nuklir
menghancurkan semuanya. Menurut Dahlan Nasution dalam bukunya ”Politik
Internasional Konsep dan Teori” nuklir tidaklah melulu dipertimbangkan dari segi
militer saja, akan tetapi juga konteks politik bangsa-bangsa yang bersangkutan.
Pertimbangan politik disini maksudnya bahwa persenjataan itu bukan hanya
ditujukan untuk menghancurkan kekuatan lawan, akan tetapi juga dipergunakan
sebagai alat untuk menunjang “bargaining position” dalam usaha mencapai
kepentingan nasional.30
Hal inilah yang coba India lakukan dengan meningkatkan kekuatannya
untuk dapat mencapai “bargaining position” dalam kepentingan nasionalnya
terkait dengan wilayah Kashmir, selain itu India mengembangkan nuklir untuk
menangkal ancaman dan agresi dari negara lain terutama Pakistan. India merasa
terancam dengan Pakistan yang terlebih dahulu mengembangkan nuklir dan takut
jika sewaktu-waktu Pakistan menyerang mereka dengan senjata nuklir, mengingat
bahwa hubungan kedua negara yang panas-dingin yang disebabkan oleh berbagai
macam konflik. India berharap bahwa dengan kepemilikikan nuklir maka Pakistan
30
Dahlan Nasution. Politik Internasional Konsep dan teori. Hal 99
20
tidak akan berani bertindak ceroboh dengan menyerang mereka dengan senjata
nuklir pula.
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Tingkat Analisa
Untuk mempermudahpenelitian ini, peneliti menetapkan tingkat analisa.
Seperti yang dikatakan oleh J. David Singer dalam ilmu apapun ada keharusan
untuk memilih sasaran analisa tertentu :” dalam setiap bidang kegiatan keilmuan,
selalu terdapat berbagai cara memilah-milah dan mengatur fenomena yang
dipelajari demi analisis yang sistematisbaik dalam ilmu fisik maupun ilmu sosia,
pengmat harus memilih pusat perhatian,pada bagian-bagiannya atau pada
keseluruhan fenomena itu, pada komponenya atau pada sistemnya. Misalnya ia
bisa memilih mau memperlihatkan bunga atau kebunnya, pohon atau hutannya,
rumah atau kampungnnya, remaja nakal atau kelompok gangnya, anggota DPR
atau parlemennya dan sebagainya.31
Oleh sebab itu penulis menyederhanakan
menentukan unit analisa yaitu perilaku yang hendak didiskripsikan jelaskan dan
ramalkan (variabel dependen) dan unit eksplanasi yaitu dampaknya terhadap
terhadap unit analisa yang hendak diamati (variabel independen).32
Dalam
penelitian ini unit analisanya adalah konflik India-Pakistan sedangkan unit
eksplanasinya adalah pengembangan nuklir India, menurut Mohtar Mas’oed, jika
sebuah penelitian memiliki unit eksplanasi yang sama dengan dengan unit
analisanya, maka penelitian tersebut memakai model pendekatan kolerasionis.33
31
Mas’oed,Mohtar,(1990), Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, LP3S, Jakarta,
hal;36 32
Ibid.hal 35 33Ibid.hal.39
21
1.6.2 Tipe Penelitian
Setelah terlebih dahulu peneliti memaparkan permasalahan dan membuat
pertanyaan penelitian, serta memilih perangkat teori yang akan digunakan untuk
menganalisis permasalahan maka penelitian ini menggunakan logika penelitian
deduktif, langkah selanjutnya adalah peneliti menentukan hipotesa. Melihat pada
tujuan penelitian ini maka penelitian ini dapat digolongkan kedalam penelitian
eksplanatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena.
1.6.3 Tehnik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian kualitatif, dalam menjelaskan permasalahan yang
diteliti tergantung pada validitas data yang memberikan informasi dalam
penelitian. Untuk itu, di dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data dalam bentuk kajian pustaka (library research) dalam bentuk
jurnal, artikel maupun media lainnya yang berhubungan dengan fokus kajian
penelitian. Setelah mengumpulkan data-data peneliti menganalisis untuk
kemudian dapat menggambarkan fenomena yang terjadi.
1.6.4 Metode Analisa Data
Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif untuk menganalisis
data yang diperoleh. Inti dari model analisis interaktif ini adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data
b. Reduksi data, yaitu proses penyeleksian atau pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada dalam catatan-catatan yang
22
diperoleh dari berbagai literatur. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengatur data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik
hasil akhir dan diverifikasi.
c. Sajian data, yaitu suatu rangkaian argumentasi informasi yang
memungkinkan dapat dilakukan penarikan kesimpulan.
d. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, yaitu suatu usaha menarik
kesimpulan berdasarkan hal-hal yang ditemui dalam reduksi data maupun
penyajian data. Proses perumusan kesimpulan dapat dilakukan sejak mulai
melakukan penelitian melalui telaah pustaka dan selama penelitian
berlangsung, tidak ada kesimpulan akhir sebelum proses pengumpulan
data berakhir sebab bila kesimpulan dirasa kurang mantap karena terdapat
kekurangan data dalam reduksi dan sajian data, maka peneliti akan
menggalinya dalam fieldnote. Bila dalam fieldnote tidak diperoleh data
yang dimaksud, maka peneliti akan melakukan pengumpulan data kembali
bagi pendalaman atau pemantapan data yang diperlukan.34
1.6.5 Batasan waktu
Untuk dapat lebih fokus pada kajian permasalahan, maka peneliti
menetapkan batasan waktu yaitu pada tahun 1998 sampai tahun 2014 pada tahun
tersebut India berhasil melakukan serangkaian percobaan peledakan rudal
Agninya dan penulis juga melihat bagaimana perkembangan konflik India-
Pakistan pasca peluncuran rudal tersebut.
34
Mattew B. Miles& A. Michael Huberman,1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press, hlm.
23
23
1.7 Hipotesa
Upaya India untuk mengembangkan nuklirnya bertujuan untuk
menyeimbangkan kekuatannya dengan Pakistan yang notabenenya lebih dahulu
mengembangkan nuklirnya. Dengan kepemilikan nuklir oleh India menambah
(military capacity building) kapasitas dan kapabilitas milter India, apalagi efek
deterernce yang dimiliki nuklir menambah kepercayaan diri India, hal ini
kemudian membawa India pada posisi yang seimbang (balance) antara India dan
Pakistan. Keseimbangan posisi ini membuat kedua negara saling menahan untuk
agresif, maka ketika dua negara sama-sama menahan diri untuk agresif maka akan
ada yang disebut the absense of war (kekosongan konflik) karena posisi balance
berhasil diciptakan.
1.8 Struktur Penulisan
BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.3.2 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
b. Manfaat Praktis
1.4 Kajian Pustaka
1.4.1 Literatur Review
24
1.5 Landasan Konsep dan Teori
1.5.1 Balance of Power
1.5.2 Teori Nuklir Deterrence
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Tingkat Analisa
1.6.2 Tipe Penelitian
1.6.3 Tehnik Pengumpula Data
1.6.4 Metode Analisa Data
1.6.5 Batasan Waktu
1.7 Hipotesa
BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN KONFLIK DAN PERBANDINGAN
KEKUATAN MILITER INDIA-PAKISTAN
2.1 Sejarah Konflik India-Pakistan
2.2 Perkembangan Konflik India-Pakistan
2.3 Gambaran Kekuatan Militer India-Pakistan Pra Pengembangan Nuklir India
2.1.1 Kekuatan Militer India
2.1.2 Kekuatan Militer Pakistan
BAB III PENINGKATAN POWER INDIA DAN KETERLIBATAN ASING
MELALUI PENGEMBANGAN NUKLIR
3.1 Sejarah Pengembangan Nuklir India
3.1.1 Tujuan Pengembangan Nuklir India
3.2 Peningkatan Power India Melalui Pengembangan Nuklir India
3.3Hubungan AS-India dan Pengaruhnya terhadap Isu Nuklir India
3.2.1 Respon AS terhadap Nuklir India
25
3.2.2 Kerjasama India-AS
BAB IV INTENSITAS KONFLIK INDIA-PAKISTAN PASCA
PENGEMBANGAN NUKLIR INDIA
4.1 Balancing India terhadap Pakistan
4.2 Hubungan India-Pakistan Pasca Pengembangan Nuklir India
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA