BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara telah menetapkan kebijakan-kebijakan untuk memfasilitasi warganya mencapai tujuan hidup. Salah satunya yaitu ikut sebagai salah satu negara yang mendeklarasikan tujuan Millenium Development Goals (MDGs). Delapan tujuan MDGs telah dijabarkan dalam target-target yang dapat diukur dan progresnya dapat dipantau kemudian dilaporkan dengan menggunakan indikator-indikator yang dapat diverifikasi dan diperbandingkan secara internasional. Dalam lima tahun hitung mundur dari kesimpulan MDGs, sejumlah inovasi dibentuk untuk mengupayakan penurunan angka kematian ibu (AKI). Hal ini termasuk strategi terbaru Sekretaris Jenderal PBB untuk Kesehatan Perempuan dan Anak yang menggabungkan upaya mencapai MDGs ke-4 (meningkatkan kesehatan anak) dan MDGs ke-5 (meningkatkan kesehatan ibu) sehingga menghasilkan Sustainable Development Goals (SDGs). Inovasi ini untuk membangun agenda baru bagi kesehatan ibu dengan target 3,1 dari SDG ke-3 adalah mengurangi AKI global kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup pada 2030. (WHO, 2015) Berdasarkan data WHO (2015) AKI Indonesia pada 2015 mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya namun masih di atas target yang ditetapkan. Kematian ibu menurut World Health Organization (WHO) adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 2 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap negara telah menetapkan kebijakan-kebijakan untuk memfasilitasi

warganya mencapai tujuan hidup. Salah satunya yaitu ikut sebagai salah satu

negara yang mendeklarasikan tujuan Millenium Development Goals (MDGs).

Delapan tujuan MDGs telah dijabarkan dalam target-target yang dapat diukur

dan progresnya dapat dipantau kemudian dilaporkan dengan menggunakan

indikator-indikator yang dapat diverifikasi dan diperbandingkan secara

internasional. Dalam lima tahun hitung mundur dari kesimpulan MDGs,

sejumlah inovasi dibentuk untuk mengupayakan penurunan angka kematian ibu

(AKI). Hal ini termasuk strategi terbaru Sekretaris Jenderal PBB untuk

Kesehatan Perempuan dan Anak yang menggabungkan upaya mencapai MDGs

ke-4 (meningkatkan kesehatan anak) dan MDGs ke-5 (meningkatkan kesehatan

ibu) sehingga menghasilkan Sustainable Development Goals (SDGs). Inovasi

ini untuk membangun agenda baru bagi kesehatan ibu dengan target 3,1 dari

SDG ke-3 adalah mengurangi AKI global kurang dari 70 per 100.000 kelahiran

hidup pada 2030. (WHO, 2015)

Berdasarkan data WHO (2015) AKI Indonesia pada 2015 mencapai 125

per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya namun masih di atas target yang ditetapkan. Kematian ibu menurut

World Health Organization (WHO) adalah kematian selama kehamilan atau

dalam periode 2 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

2

terkait dengan atau diperberat oleh kehailan atau penanganannya, tetapi bukan

oleh karena kecelakaan atau cedera. Kematian ibu 90% terjadi pada saat

persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu

antara lain oleh sebab perdarahan yaitu 28%, eklamsia sebesar 24% dan infeksi

11%. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah kurang energi kronis (KEK)

saat kehamilan 57%, anemia ada kehamilan 40%. (Pusat Data dan Informasi,

2012) Selain itu penyebab tidak langsung kematian ibu juga karena terlambat

dalam mengambil keputusan, terlambat tiba ke tempat rujukan, dan terlambat

mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Penyebab lainnya adalah terlalu

muda melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu banyak anak, terlalu dekat

jarak kelahiran, rendahnya tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan,

kedudukan dan peran perempuan, faktor sosial budaya, serta faktor transportasi

(Kemenkes, 2011).

Capaian AKI provinsi Bali pada tahun 2014 adalah sebesar 70,5 per

100.000 kelahiran hidup, lebih rendah dari target MDGs 2015 yaitu 102 per

100.000 kelahiran hidup. Akan tetapi perlu diperhatikan dengan baik karena

dalam periode tahun 2010 sampai 2012 AKI terus mengalami peningkatan dan

baru sejak tahun 2013 mengalami penurunan. Berdasarkan sebaran per

kabupaten/kota di Bali pada tahun 2014, AKI tertinggi adalah di Kabupaten

Karangasem (200,9 per 100.000 kelahiran hidup) dan terendah di Kota

Denpasar (16,1 per 100.000 kelahiran hidup). Meskipun AKI Provinsi Bali

telah mencapai target, masih terdapat kabupaten dengan AKI lebih tinggi dari

target nasional yaitu Kabupaten Karangasem. (Dinkes Provinsi Bali, 2015)

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

3

Pada tahun 2014, terdapat total 16 kematian ibu dengan penyebab

bermacam-macam di Kabupaten Karangasem. Penyebab kematian ibu tersebut

antara lain ibu hamil menderita sakit sebelumnya, infeksi HIV, pertolongan

petugas kesehatan yang terlambat, usia ibu hamil terlalu muda, kurang

pengetahuan soal kehamilan, kurang kontrol kehamilan, penyakit saat bersalin,

dan sebagainya. Salah satu kasusnya berasal dari wilayah kerja Puskesmas

Karangasem 1.

Pada tahun 2014 hingga 2015 terdapat total 2 kematian ibu yang

disebabkan oleh eklamsia dan gagal ginjal kronis. Berdasarkan data program

kesehatan ibu dan anak (KIA) Puskesmas Karangasem 1, kedua ibu tersebut

memiliki kehamilan dengan berisiko yaitu usia ibu hamil di atas 35 tahun dan

ibu memiliki riwayat penyakit kronis. Selama tahun 2015 terdapat 16,2% ibu

hamil dengan berisiko dari ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Karangasem

1. Hasil tersebut didapat berdasarkan usia ibu hamil, paritas, jarak anak, tingkat

Hb, LILA, dan tinggi badan ibu hamil.

Di Indonesia kelompok kehamilan berisiko berdasarkan survei demografi

dan kesehatan tahun 2012 adalah 63,7%. (Statistik, 2013) Sementara itu

kejadian ibu hamil berisiko di Bali berdasarkan Riskesdas (2013) adalah 63,3%

dengan angka tertinggi dari Kabupaten Karangasem. Berdasarkan Rochjati

(1977) frekuensi kehamilan berisiko adalah 30,8% dari kriteria dan 29,4% dari

skor. Hasil penelitian Pratiwi (2013) di Yogyakarta mendapatkan 67% ibu

hamil berisiko. Penelitian Maidelwita (2010) menemukan terdapat 21,4% ibu

hamil dengan berisiko yang merupakan hasil tertinggi di Kota Padang. Hasil

penelitian Sukesih (2012) di Bogor menemukan 17,9% ibu hamil dengan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

4

berisiko dan 88% dari mereka memiliki pengetahuan yang rendah mengenai

kehamilan berisik. Penelitian Agustini (2012) juga menemukan 81,3% ibu

hamil memiliki pengetahuan kurang mengenai risiko dan tanda bahaya pada

kehamilan.

Kehamilan risiko tinggi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

faktor individu ibu hamil, riwayat kehamilan sebelumnya, penyakit yang

diderita ibu, kemiskinan, ketidaktahuan, adat, tradisi, kepercayaan dan

kesadaran untuk memeriksakan kehamilan, fasilitas dan sarana kesehatan.

Program KIA Puskesmas Karangasem 1 telah menargetkan adanya deteksi dini

ibu hamil berisiko setiap bulan. Selain itu dibentuk kelas ibu hamil sebagai

wadah memberikan penyuluhan, deteksi dini risiko tinggi maupun sangat tinggi

pada kehamilan, dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil. Dengan

adanya program tersebut diharapkan ibu hamil memiliki pengetahuan tentang

kehamilan berisiko, tanggap terhadap tanda bahaya kehamilan dan nantinya

dapat mencegah hal-hal tersebut terjadi.

Namun, dalam praktiknya capaian deteksi dini risiko hamil masih belum

mencapai target. Dari data tahun 2015, deteksi ibu hamil berisiko oleh tenaga

kesehatan dengan pencapaian 27,7% dari target 40% dan deteksi oleh

masyarakat 40,3% dari 60%. Kelas ibu hamil di beberapa desa telah berjalan

namun partisipasi peserta masih rendah. Hal tersebut menyebabkan terbatasnya

kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan pemeriksaan terhadap ibu

hamil. Kurangnya deteksi dini mengenai risiko pada kehamilan dapat

mengakibatkan kurang antisipasi yang cepat pada saat kehamilan sampai

proses persalinan. Ibu hamil dengan risiko seharusnya memilih tempat

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

5

perawatan dan persalinan yang sesuai dengan risiko yang dimilliki sehingga

akan mendapatkan pelayanan yang sesuai.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan terhadap beberapa ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1, terdapat 4 (40%) dari 10 ibu hamil

yang memiliki kehamilan risiko tinggi. Sementara itu, 7 (70%) dari 10 ibu

hamil tersebut tidak mengetahui apa saja risiko pada kehamilan. Sehingga

diperlukan penelitian untuk melihat proporsi ibu hamil berisiko di wilayah

kerja Puskesmas Karangasem 1. Gambaran ini juga nantinya akan digunakan

untuk menentukan kebijakan terkait program kesehatan ibu hamil yang akan

dilakukan di wilayah kerja puskesmas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat ditarik rumusan masalah

yaitu

1. Bagaimana proporsi ibu hamil berisiko berdasarkan karakteristiknya

di wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi ibu

hamil berisiko berdasarkan karakteristiknya di wilayah kerja Puskesmas

Karangasem 1

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

6

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui proporsi ibu hamil berisiko di wilayah kerja Puskesmas

Karangasem 1.

2. Mengetahui distribusi frekuensi pekerjaan pada ibu hamil di wilayah

kerja Puskesmas Karangasem 1.

3. Mengetahui distribusi frekuensi pendidikan pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1.

4. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1.

5. Mengetahui distribusi keterpaparan informasi mengenai tanda

bahaya dan risiko pada kehamilan di wilayah kerja Puskesmas

Karangasem 1.

6. Mengetahui proporsi ibu hamil berisiko berdasarkan pekerjaan di

wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1.

7. Mengetahui proporsi ibu hamil berisiko berdasarkan pendidikan di

wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1.

8. Mengetahui proporsi ibu hamil berisiko berdasarkan tingkat

pengetahuan di wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1.

9. Mengetahui proporsi ibu hamil berisiko berdasarkan keterpaparan

informasi mengenai tanda bahaya dan risiko pada kehamilan di

wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1.

10. Mengetahui proporsi upaya penanganan pada kehamilan berisiko di

wilayah Puskesmas Karangasem 1

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Pendidikan

Menambah pengetahuan tentang proporsi ibu hamil berisiko

berdasarkan karakeristiknya di wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1

1.4.2 Manfaat Bagi Penelitian

Menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya mengenai hubungan

karakteristik ibu hamil dan proporsi ibu hamil berisiko di wilayah kerja

Puskesmas Karangasem 1

1.4.3 Manfaat Bagi Pelayanan

Menjadi bahan pertimbangan bagi para petugas kesehatan dan kader di

wilayah kerja puskesmas untuk menjalankan program penyuluhan

kesehatan ibu hamil.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan Berisiko

Kehamilan adalah masa dimulai dari saat konsepsi samapai lahirnya janin.

Lama hamil normal adalah 40 minggu atau 9 bulan 7 hari dihitung dari hari

pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan/trimester, yaitu

trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari

bulan keempat sampai bulan keenam, dan trimester ketiga dari bulan ketujuh

sampai bulan kesembilan (Depkes RI, 2007). Kehamilan dengan risiko adalah

kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar

terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan

ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal.

(Sarwono, 2008)

Menurut Poedji Rochjati risiko kehamilan dapat dikelompokkan menjadi:

1. Ada potensi gawat obstetri

a. Usia pertama hamil terlalu muda (≤16 tahun)

Wanita berumur terlalu muda meningkatkan risiko bayi premature,

perdarahan antepartum, dan perdarahan postpartum. Pada usia ini juga

berisiko mengalami penyulit pada saat hamil dan melahrikan. Karena

kurangnya pengalaman dan informasi serta alat reproduksi yang belum

matang angka morbiditas dan mortalitas ibu hamil remaja 2-4 kali lebih

tinggi daripada ibu hamil berusia 20-35 tahun. Bahaya yang terjadi pada

ibu hamil berusia terlalu muda antara lain anemia, hipertensi pada

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

9

kehamilan, prematur, fetal distress, asfiksia neonatorum, berat badan

bay lahir rendah, abortus spontan, tindakan ekstraksi vakum, dan

plasenta previa.

b. Kehamilan pertama terlalu tua

Pada beberapa penelitian menemukan primigravida berusia ≥35 tahun

jumlah komplikasi keluaran maternal meningkat bila dibandingkan

primigravida berusia 20-35 tahun yaitu pada kejadian perdarah

postpartum, persalinan dan bedah sesar. (WHO, 2002) Bahaya yang

terjadi pada primi tua dapat menimbulkan masalah selama hamil

misalnya preeklamsi, dan masalah persalinan tidak lancar yang

memerlukan intervensi atau tindakan dalam persalinan

c. Usia hamil terlalu tua (≥35 tahun)

Ada beberapa teori tentang kehamilan usia tua antara lain:

Wanita umumnya mengalami penurunan kesuburan mulai dari

umur 30 tahun

Muncul masalah kesehatan kronnis (hipertensi, tumor,

degenerative tulang belakang dan panggul)

Diabetes mellitus gestational pada ibu usia tua, karena

kerusakan endotel vaskular progresif yang berhubungan dengan

proses penuaan

Preeklamsia, peningkatan angka kejadian pada kelompok usia >

40 tahun dibandingkan kelompok usia <35 tahun

Kelainan kromosom anak

Risiko keguguran

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

10

Profil obstetric pada saat persalinan seperti: cenderung melalui

operasi sesar, partus lama, perdarahan postpartum, berat badan

bayi lahir rendah, asfiksia neonatorum, dan kematian perinatal

d. Jarak kehamilan terlalu dekat (≤2 tahun)

Menurut BKKBN, jarak kehamilan yang paling tepat adalah 2 tahun

atau lebih. Jarak kehamilan yang pendek akan mengakibatkan belum

pulihnya kondisi tubuh ibu setelah melahirkan. Sehingga meningkatkan

risiko kelemahan dan kehamatian ibu.

e. Jarak kehamilan terlalu jauh (≥10 tahun)

Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi

persalinan yang pertama lagi. Bahaya yang dapat terjadi antara lain

persalinan dapat berjalan tidak lancar, perdarahan pasca persalinan,

penyakit ibu seperti hipertensi, diabetes, dan lain-lain.

f. Jumlah anak terlalu banyak (≥4 anak)

Bila jumlah anak ibu telah empat atau lebih perlu diwaspadai karena

semakin lama uterus semakin lemah sehingga memunkginkan untuk

terjadinya persalinan lama, sebagai indikasi untuk persalinan dengan

forcep dan vakum.

g. Ibu dengan tinggi badan 145 cm atau kurang

Tinggi badan ibu mencerminkan ukuran pelvis yang berhubungan

dengan distosia. Ibu dengan tinggi badan 145 cm atau kurang

meningkatkan risiko untuk mengalami penylit dalam persalinan.

h. Riwayat obstetri buruk

1) Persalinan dengan tindakan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

11

o Induksi persalinan

Usaha untuk mempercepat proses persalinan dengan

dimulainya kontraksi sebelum awitan spontan. Indikasi

tindakan ini adalah adanya hipertensi kehamilan, riwayat

diabetes mellitus, pertumbuhan janin terhambat.

o Seksio sesarea

Kelahiran janin melalui tindakan insisi transabdomen pada

terus. Tujuannya untuk memelihara kehidupan atau kesehatan

ibu dan janin. Indikasinya adalah distosia, sesaria ulang,

presentasi bokong, dan gawat janin.

o Ekstraksi forcep dan vakum

Tindakan dengan cunam/forcep/ vakum dapat menimbulkan

robekan jalan lahir, perdarahan pasca persalinan, radang, dan

perforasi.

2) Abortus

Abortus merupakan berakhirnya kehamilan sebelum usia 20

minggu atau janin tidak dapat hidup di luar kandungan. Komplikasi

abortus adalah perdarahan atau infeksi. Perdarahan dapat

menyebabkan anemia dan infeksi dapat menyebabkan sepsis.

3) Uri manual

Uri manual yaitu tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim

dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan bila plasenta

tidak dapat lahir sendiri setelah ditunggu setengah jam atau setelah

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

12

bayi lahir plasenta belum lahir dan telah terjadi perdarahan >500

cc.

4) Bekas operasi sesar

Wanita yang memiliki riwayat operasi ssesar pasti memiliki

jaringan parut. Jaringan parut merupakan kontraindikasi untuk

melahirkan karena akan terjadi rupture uteri. Wanita yang memiliki

riwayat operasi sesar sebelumnya meningkatkan risiko terjadinya

rupture uteri, plasenta previa, pleeklamsia dan persalinan preterm.

Sehingga cenderung akan mengalami persalinan dengan operasi

sesar ulang pada persalinan selanjutnya.

2. Ada gawat obstetri

a. Penyakit pada ibu hamil

o Anemia

Anemia pada ibu hamil dengan gejala lemah, pucat, lesu. Ibu hamil

dengan anemia memiliki risiko lebih besar melahirkan bayi dengan

berat badan lahir rendah, kematian saat persalinan, perdarahan

pasca persalinan, kondisi lemah dan mudah mengalami gangguan

kesehatan.

o Malaria

Malaria dapat dijumpai pada kehamilan trimester I dan III

dibandingkan pada wanita yang tidak hamil. Komplikasi pada

kehamilan karena infeksi malaria adalah abortus, penyulit partus,

bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia, gangguan fungsi

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

13

ginjal, edema paru, hipoglikemia, dan malaria kongenital. (WHO,

2002)

o TB paru

TB merupakan infeksi kronik yang menular melalui udara.

Penderita dengan proses aktif sebaiknya dirawat di rumah sakit

dalam kamar isolasi untuk mencegah penularan. Penderita

membutuhkan istriahat yang cukup serta pengobatan lebih intensif

dan teratur. (WHO,2002)

o Penyakit jantung

Pasien dengan penyakit jantung termasuk risiko tinggi yang tidak

dianjurkan untuk hamil. Tetapi bila kehamilan telah terjadi,

dianjurkan untuk melakukan terminasi. Namun terminasi juga

memiliki risiko mortalitas pada ibu, karena vasodilatasi pembuluh

darah. Pasien dengan risiko tinggi sebaiknya dilakukan operasi

sesar yang terencana, agar keadaan hemodinamik dapat terjaga

dengan baik.

o Diabetes mellitus

Diabetes gestasional, atau diabetes yang terjadi pada saat

kehamilan dapat menyebabkan presentasi abnormal, plasenta

previa, olygohydroamnion, dan persalinan dengan cara sesar.

Peneltian menunjukkan bahwa wanita berusia lebih dari 35 tahun,

memiliki risiko dua kali lebih besar dari pada wanita berusia 20-35

tahun. Ibu hamil dengan diabetes gestasional akan menghasilkan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

14

janin yang lebih besar, sehingga risiko bedah sesar meningkat dan

mempengaruhi kesehatan janin maupun ibunya.

o Infeksi menular seksual pada kehamilan.

Infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit

yang penularannya terutama melalui hubungan seksual, dari

seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi pada

ibu hamil dapat mengganggu kehamilan karena berisiko

menyebabkan sepsis.

o HIV/AIDS

Bahaya yang dapat terjadi:

Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu

hamil mudah terkena infeksi.

Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV

pada kehamilan adalah pertumbuhan intra uterin terhambat

dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko prematur.

Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui

ASI. Sehingga agar anak tidak tertular sebaiknya persalinan

dilakukan melalui perabdominal

o Toksoplasmosis

Toksoplasmosis dapat menular melalui makanan mentah atau

kurang masak yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi.

Bahaya yang dapat terjadi:

Infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

15

Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan

kongenital, hidrosefalus

b. Hamil kembar

Kehamilan kembar dianggap memiliki risiko tinggi karena:

Kejadian komplikasi pada kehamilan ganda lebih tinggi yaitu,

emesis gravidarum, hipertensi dalam kehamilan, kehamilan dengan

hidroamnion, persalinan prematuritas, IUGR(Intra Uterine Growth

Retardation), pertumbuhan tidak sama, terjadi transfusi antara

janin.

Dikaitkan dengan kelainan kongenital.

Memerlukan tindakan operasi persalinan.

Menimbulkan trauma persalinan.

Komplikasi postpartum seperti perdarahan postpartum akibat

atonia uteri, infeksi pueperum, subinvolusi uteri.

Saat hamil dikaitkan dengan kejadian anemia tinggi karena nutrisi

dan vitamin atau Fe masih kurang

c. Hamil kembar air

Batasan hidroamnion (polihidroamnion) adalah jika air ketuban

melebihi 2000 cc. Komplikasi maternal hidroamnion adalah:

Morbiditas makin tinggi karena kelainan kongenital janin.

Terjadi persalinan prematuritas.

Lebih sering solusio plasenta.

Ganggual sirkulasi retroplasenta menyebabkan, hipoksia janin fetal

distres dan asidemia-gangguan metabolisme

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

16

d. Janin mati dalam rahim

Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur

kehamilan 4-5 bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak

bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin

terancam. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam

rahim yaitu gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan jaringan-

jaringan mati yang masuk ke dalam darah ibu.

e. Kehamilan lebih bulan

Kehamilan lebih bulan adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu

atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegl

dengan haid rata-rata 28 hari. Persalinan yang dianjurkan adalah

persalinan induksi. Bila keadaan janin baik maka tunda pengakhiran

kehamilan selama 1 minggu dan lakukan tes tanpa tekanan selama 3

hari. Bila hasilnya positif maka segera lakukan operasi sesar.

f. Kehamilan dengna kelainan letak

Kelainan letak lintang merupakan keadaan sumbu panjang janin yang

tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu. Pada letak lintang bahu

ada di atas pintu panggul sedangkan kepala terletak di salah satu fossa

iliaka dan bokong berada pada fossa iliaka yang lain. Penyebab utama

letak lintang adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat

multiparitas yang tinggi, janin prematur, plasenta previa, uterus

abnormal, cairan amnion berlebih, panggul sempit. Letak sungsang

merupakan janin terletak memanjang dengan posisi kepala di fundus

uteri dengan presentasi pantat. Penyebabnya adalah prematuritas,

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

17

multiparitas, plasenta previa, gamelli dan lain-lain. Letak lintang dan

letak sungsang merupakan indikasi seksio sesarea, untuk keselamatan

ibu maupun janin.

3. Ada gawat darurat obstetri

a. Perdarahan pada kehamilan

Perdarahan pada kehamilan dapat disebabkan oleh plasenta previa atau

solusio plasenta. Plasenta previa merupakan keadaan plasenta yang

letaknya pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau

seluruh jalan lahir pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu, dan janin

dapat hidup diluar uterus. Komplikasi plasenta previa adalah cacat lahir,

kelahiran prematur, kehilangan darah, infeksi pada ibu, pertumbuhan

janin yang terhambat. Sementara solusio plasenta merupakan

terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada corpus uteri, terjadi

pada trimester ketiga dan ini terjadi sebelum lahirnya janin. Ditandai

dengan perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, dan gerak

janin berkurang. Sebaiknya dilakukan penanganan pada rumah sakit.

b. Preeklamsia berat/eklamsia

Preeklamsia berat ditandai dengan tekanan darah > 110 mmHg, dan

tanda dari laboratorium dengan proteinuria 2+, oliguria, hiperefleksia,

gangguan penglihatan, nyeri epigastrium dan kejang. Eklamsia adalah

kasus akut pada penderita preeklamsia yang disertai kejang menyeluruh

dan koma. Perawatan sebaiknya dilakukan di rumah sakit diisolasi pada

kamar gelap, dan beri obat anti kejang magensium sulfat (MgSO4).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

18

Preeklamsia dan eklmsia merupakan indikasi dari persalinan tindakan

seksio sesarea, karena sangat berisiko untuk ibu bila harus mengejan,

baik persalinan normal ataupun tindakan pervaginam.

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan

adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang

apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.

(Sarwono, 2008). Tanda-tanda bahaya kehamilan antara lain:

1. Perdarahan pervaginam

Pada awal trimester pertama, perdarahan yang tidak normal adalah

perdarahan yang berwarna merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan

dengan nyeri. Perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan mola atau

kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal

adalah merah, jumlahnya banyak, kadang tidak disertai nyeri. Perdarahan

semacam ini dapat berarti plasenta previa atau solutio plasenta (Vaney,

2007).

2. Sakit kepala hebat

Sakit kepala yang terjadi dalam 12 minggu terakhir sebelum kelahiran

berpusat di sekitar kening dan atas mata. Keadaan ini bisa menjadi

komplikasi serius karena dapat menjadi eklamsi (Vaney, 2007). Sakit kepala

yang menunjukkan masalah yang serius adalah sakit kepala yang menetap

dan tidak hilang dengan beristirahat, sakit kepala bertahan lebih dari 2-3

jam. Kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut

3. Masalah penglihatan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

19

Dikatakan masalah bila penglihatan tiba-tiba kabur dan berbayang,

gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda, seperti melihat titik-titik

atau cahaya, hal ini merupakan gejala dari preeklamsi atau toksemia yang

harus segera dilaporkan pada petugas kesehatan. Jenis keluhan yang paling

umum adalah pandangan yang kabur disertai sakit kepala. Perubahan

patologi pada organ mata dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme

pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut maka harus dicurigai

preeklamsi berat.

4. Bengkak pada wajah dan tangan

Bengkak dapat menunjukkan masalah serius jika muncul pada wajah dan

tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik

yang lain dan bertahan lebih dari 2 jam. Bila dibiarkan keadaan ini dapat

membahayakan ibu dan janin. Odema yang terjadi merupakan akumulasi

cairan yang meyeluruh dan berlebihan dalam jaringan terutama pada tangan

dan wajah merupakan gejala dari preeklamsi.

5. Nyeri abdomen hebat

Nyeri abdomen yang menunjukkan masalah ditandai dengan nyeri perut

yang hebat, terus menerus dan menetap. Nyeri perut yang hebat dapat terjadi

berupa kekejangan atau nyeri tajam dan menusuk. Gejala ini merupakan

gejala dari preeklamsi yang sewaktu waktu dapat menjadi eklasi dan dapat

membahayakan keselmatan ibu dan bayinya.

Kondisi lain yang bisa menyebabkan nyeri abdomen adalah nyeri yang

disebabkan oleh kehamilan ektopik, appendiksitis, aborsi, penyakit kantung

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

20

empedu, radang pelvic, persalinan pre-term, iritasi uterus, absurpsi plasenta,

infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya.

6. Gerakan janin tidak seperti biasa

Ibu mulai merasakan gerakn janin ppada minggu ke-18 sampai ke-20 pada

kehmilan pertma atau 2 minggu lebih cepat pada kehamilan ke dua. Bayi

harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Jika ibu tidak

merasakan gerakann janin selama 12 jam atau ruptur uteri, gawat janin dan

kematian janin. (Varney, 2007)

7. Demam

Adanya demam menunjukkan adanya infeksi, hal ini berbahaya bagi ibu

maupun janin, oleh karena itu harus segera mendapat pertolongan dari bidan

atau dokter.

8. Muntah-muntah hebat

Rasa mual dan muntah biasanya dialami oleh ibu hamil antara periode

pertama dan kedua terlambat haid. Tetapi jika keadaan tersebut berlebihan

disebut hiperemisis, hal ini akan menghambat asupan gizi pada ibu hamil

berkurang sehingga konisi ibu menjadi lemah, dapat mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan janin, oleh karena itu perlu segera

ditangani.

9. Keluar cairan banyak pervaginam secara tiba-tiba

Cairan ini adalah cairan ketuban, ketuban seharusnya pecah menjelang

persalinan, tetapi jika ketuban keluar sebelum ibu mengalami tanda-tanda

persalinan maka janin dan ibu akan mudah terinfeksi. Hal ini akan

berbahaya baik bagi ibu maupun janin. (Depkes RI, 2007)

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

21

2.2 Frekuensi Kehamilan Berisiko

Frekuensi kehamilan risiko tinggi berbeda-beda dari yang dilaporkan peneliti,

tergantung dari cara penilaian faktor-faktor yang dimasukkan ke dalam kehamilan

risiko tinggi. Rochjati (1977) mengemukakan frekuensi kehamilan risiko tinggi

dengan jumlah antenatal sebagai penyebut adalah 30,8% dengan menggunakan

kriteria dan 29,4% dengan menggunakan skor. Daely (1979) mengemukakan

frekuensi dengan jumlah intrapartal sebagai penyebut kehamilan risiko tinggi

69,7% dengan menggunakan kriteria. Peneliti lain Rogers (1964) dengan

frekuensi 26,0% dengan menggunakan skor, Nesbitt Aubry (1969) 29,0% dengan

menggunakan skor, Hobel (1969-1971) 32,0% dengan menggunakan skor.

2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kehamilan Berisiko

Kehamilan berisiko dapat dipengaruhi oleh faktor antenatal, intrapartum,

faktor obstetri dan neonatal serta dapat dipengaruhi oleh faktor umum dan

pendidikan. Kehamilan berisiko juga dipengaruhi oleh faktor menjelang

kehamilan yang meliputi genetika (keturunan) dan lingkungan (pendidikan dan

sosial ekonomi) dan faktro risiko tinggi bagi yang bekerja, baik selama hamil,

persalinan dan neonatus. (Manuaba, 2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi

kehamilan dengan risiko dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor non-medis dan

faktor medis. Faktor non medis tersebut anatara lain: kemiskinan, ketidaktahuan,

adat, tradisi, kepercayaan, status gizi, sosial ekonomi rendah, kebersihan

lingkungan, kesadaran memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan

sarana kesehatan yang kurang. (Mochtar, 1998)

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

22

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuhkembangkan seluruh

kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam

pendidikan perlu dipertimbangkan umur dan hubungan dengan proses

belajar. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi persepsi seseorang untuk

lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan memiliki peran

penting dalam menentukan kualitas manusia. Semakin tinggi pendidikan,

hidup manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan tinggi akan

membuahkan pengetahuan yang baik dan persepsi yang baik.

2. Pekerjaan

Selama kehamilan tidak ada larangan bagi seorang ibu hamil untuk bekerja

di luar rumah. Namun dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan ibu harus

memperhatikan jenis dan beban pekerjaan yang dilakukan. Seorang ibu

yang bekerja dari pagi sampai sore tanpa istirahat dapat menyebabkan

ketidaknyamanan pada tubuh yang akan memicu terjadinya kehamilan

berisiko. Selain itu pekerjaan akan mempengaruhi status sosial ekonomi

seseorang. (Maidelwita, 2010)

3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah penginderaan terhadap suatu objek. Karena melalui

panca indera manusia, mungkin dapat diaplikasikan dalam perbuatan atau

tindakan seseorang pada situasi dan kondisi yang nyata. (Notoadmojo,

2003) Pengetahuan ibu tentang tanda bahaya kehamilan dan risiko pada

kehamilan dapat mempengaruhi sikap dan persepsinya terhadap kehamilan

berisiko. Ibu hamil akan cenderung menghindari keadaan risiko tinggi dan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

23

meningkatkan kesadaran untuk deteksi dini risiko pada kehamilan.

(Mahardani, 2011) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan

hidup sehat meliputi jenis makanan bergizi, menjaga kebersihan diri, serta

pentingnya istirahat cukup sehingga dapat mencegah timbulnya

komplikasi dan tetap mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada.

(Rikadewi, 2010)

2.4 Menentukan Kehamilan Berisiko

2.3.1 Cara Skor

Berdasarkan kartu skor Poedji Rochjati (1977), ibu hamil risiko tinggi dapat

dilihat berdasarkan masalah berikut:

Masalah/Faktor Risiko Skor

Skor awal ibu hamil 2

Terlalu muda, hamil ≤16 tahun 4

Terlalu lambat hamil, kawin ≥4 tahun 4

Terlalu tua, hamil 1 ≥35 tahun 4

Terlalu cepat hamil lagi(≤2 tahun) 4

Terlalu lama hamil lagi (≥10 tahun) 4

Terlalu banyak anak, ≥4 anak 4

Terlalu tua, umur ≥35 tahun 4

Terlalu pendek, ≤145cm 4

Pernah gagal kehamilan 4

Pernah melahirkan dengan

a. tarikan tang/vakum

b. uri dirogoh

c. diberi infus/transfuse

4

4

4

Pernah operasi Sesar 8

Penyakit pada ibu hamil:

a. kurang darah

4

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

24

b. malaria

c. TB paru

d. Payah Jantung

e. Diabetes Melitus

f. Penyakit Menular Seksual

4

4

4

4

4

Bengkak pada muka/tungkai dan tekanan darah tinggi 4

Hamil kembar 2 atau lebih 4

Hamil kembar air (hidramnion) 4

Bayi mati dalam kandungan 4

Kehamilan lebih bulan 4

Letak sungsang 8

Letak lintang 8

Perdarahan pada kehamilan ini 8

Pre-eklamsia/kejang-kejang 8

Berdasarakan jumlah skor yang didapat, ibu hamil dengan resiko kemudian

dikelompokkan menjadi

Skor 2 : ibu hamil dengan risiko rendah, boleh melakukan perawatan di

bidan, melakukan persalinan di polindes, dan ditolong persalinan oleh bidan

Skor 6-10 : ibu hamil dengan risiko tinggi, boleh melakukan perawatan di

bidan atau dokter, melakukan persalinan di polindes, puskesmas, atau rumah

sakit, dengan ditolong oleh bidan dan pendampingan dokter.

Skor ≥12 : ibu hamil dengan risiko sangat tinggi, harus melakukan

perawatan di dokter, melakukan persalinan di rumah sakit, dan ditolong oleh

dokter spesialis kebidanan.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

25

2.3.2 Cara Kriteria

Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti dari berbagai institut berbeda-beda

namn dengan tujuan yang sama yaitu mencoba mengelompokkan kasus risiko

tinggi

Daely (1979) mengemukakan kriteria sebagai berikut:

Komplikasi obstetri

a) Umur (≤19tahun atau ≥35 tahun)

b) Paritas (primigravida atau grandemulti)

c) Riwayat persalinan dahulu : aborsi, partus prematurus, kematian janin,

perdarahan postpartum, preeklamsi, eklamsi, hamil mola, persalinan

operatif, operasi ginekologik, inersia uteri.

d) Disproporsi sefalo-pelvik

e) Perdarahan antepartum

f) Pre-eklamsi dan eklamsi

g) Kehamilan ganda

h) Hidramnion

i) Kelainan letak pada hamil tua

j) Dismaturitas

k) Kehamilan pada infertilitas

l) Persalinan terakhir 5 tahun atau lebih

m) Inkompetensi serviks

n) Postmaturitas

o) Hamil dengan tumor

p) Uji serologik lues positif

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

26

Komplikasi medis

a) Anemia

b) Hipertensi

c) Penyakit jantung

d) Diabetes mellitus

e) Obesitas

f) Penyakit saluran kencing

g) Penyakit hati, paru dan penyakit lain selama kehamilan

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

27

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1 akan

diberikan kuesioner melalui wawancara dan dilakukan pencatatan identitas

meliputi nama, alamat, usia, pendidikan, pekerjaan, dan graviditas. Kemudian

dilakukan wawancara mengenai tanda-tanda bahaya pada kehamilan, kehamilan

berisiko, dan keterpaparan informasi.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Genetik

Pendidikan

Pekerjaan

Pengalaman

Pengetahuan

tentang tanda

bahaya dan

risiko tinggi

kehamilan

Lingkungan sosial

Tempat tinggal

Sumber

informasi

Tempat ANC

Frekuensi

kunjungan ANC

Kehamilan Berisiko

Faktor

Predisposisi

Faktor

Pemungkin

Faktor

Penguat

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

28

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi deskriptif cross-

sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan pengukuran

variabel-variabel pada penelitian ini hanya dilakukan satu kali pada satu saat.

Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui proporsi ibu hamil berisiko

dan karakteristiknya.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1,

Kabupaten Karangasem, Bali.

4.2.2 Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 18-28 Januari 2015, yang

kemudian dikaji setelah waktu pengambilan data selesai.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Karangasem 1. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang

dapat dijangkau di wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

29

4.4 Penentuan Besar Sampel & Teknik Penentuan Sampel

4.4.1 Penentuan Besar Sampel

Besar sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

n : Besar sampel minimal pada studi deskriptif

Zα : Deviat baku alfa (α = 0,05 = 1,96)

p : Prevalensi di populasi (29,5%)

q : 1 – p

d : Presisi (0,10)

f : Perkiraan drop out (10%)

Besaran sampel berdasarkan perhitungan rumus diatas didapatkan

sebesar 87,88 sampel. Namun karena jumlah populasi ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1 sebanyak 223 orang, maka

sampel yang dibutuhkan dihitung menggunakan rumus:

Keterangan :

n1 = Jumlah sampel yang diperlukan bila jumlah populasi penelitian <

10.000

n = Jumlah sampel yang diperlukan bila jumlah populasi penelitian ≥

10.000

N = Perkiraan jumlah populasi penelitian = 223 orang

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

30

Besaran sampel berdasarkan perhitungan di atas maka didapatkan 63,23

sampel. Untuk menghindari data yang tidak lengkap, kami menggunakan

75 sampel.

4.4.2 Teknik Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik snowball

sampling. Sampel dikumpulkan dengan menanyakan tempat tinggal satu ibu hamil

kepada bidan desa, kemudian ibu hamil tersebut sebagai informan apakah ada ibu

hamil di sekitar rumahnya. Hal tersebut dilakukan seterusnya sampai jumlah

sampel minimal terpenuhi.

4.4.3 Kriteria Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang dapat ditemui dan

tinggal di wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1.

- Kriteria Inklusi :

a. Ibu hamil yang tinggal di 5 desa dalam wilayah kerja Puskesmas

Karangasem 1

b. Ibu hamil tersebut bersedia menjadi responden

- Kriteria Eksklusi :

a. Ibu hamil yang tidak dapat ditemui di rumahnya

b. Ibu hamil tidak dapat menyebutkan riwayat kehamilan

sebelumnya (untuk ibu hamil dengan kehamilan kedua atau

lebih)

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

31

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Identifikasi Variabel

1. Pendidikan

2. Pekerjaan

3. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya dan kehamilan

dengan risiko

4. Upaya penanganan pada kehamilan berisiko

5. Keterpaparan informasi mengenai risiko pada kehamilan

6. Kehamilan berisiko

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Tingkat

pendidikan

Jenjang

pendidikan

terakhir yang

berhasil

ditempuh

Kuesioner Wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner

- Pendidikan

rendah

(Tidak

sekolah, SD,

SMP)

- Pendidikan

tinggi (SMA,

PT)

Ordinal

2 Pekerjaan Kondisi dimana

pasien

melakukan

kegiatan atau

bekerja untuk

memenuhi

kebutuhan hidup

Kuesioner Wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner

Tidak bekerja

Bekerja:

Formal dan

nonformal

Nominal

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

32

3 Tingkat

pengetahua

n ibu hamil

mengenai

tanda

bahaya

kehamilan

Pemahaman

responden

mengenai tanda-

tanda bahaya

kehamilan dan

faktor risiko

pada kehamilan.

Tanda-tanda

bahaya

kehamilan

adalah keluhan

atau gejala yang

timbul dalam

kehamilan yang

dapat

mengancam

keselamatan

jiwa ibu atau

janin.

Faktor risiko

adalah yang

dapat

menyebabkan

timbulnya tanda

bahaya pada

kehamilan

Kuesioner Wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner

Masing-masing

memiliki skor

1, sehingga

skor yang

diharapkan

paling tinggi

adalah 16.

Rendah : < 70%

Tinggi : ≥70%

Ordinal

4 Upaya

penanganan

kehamilan

berisiko

Tempat ibu

hamil lebih

banyak

melakukan

pemeriksaan

rutin kehamilan

Kuesioner Wawancara

dengan

menggunakan

keusioner

-puskesmas

-bidan praktek

mandiri

-dokter Sp. OG

Nominal

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

33

pada kehamilan

berisiko

5 Keterpapara

n informasi

mengenai

kehamilan

berisiko

Informasi

langsung yang

diperoleh

responden

mengenai risiko

dan tanda

bahaya

kehamilan

Kuesioner Wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner

- Mendapat

informasi

(baik dari

tenaga

kesehatan

maupun non

tenaga

kesehatan)

- Tidak

mendapat

informasi

Nominal

6 Kehamilan

dengan

risiko

Ditentukan

berdasarkan

skor Poedji

Rochjati

Kuesioner Wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner

- Kelompok

tidak

berisiko :

kelompok

risiko rendah

(total skor 2)

- Kelompok

berisiko:

kelompok

risiko tinggi

(total skor 6-

10) dan

risiko sangat

tinggi (total

skor ≥612

ordinal

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

34

4.6 Instrumen Penelitian

Bahan dan instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner wawancara menggunakan skor Poedji Rochjati dan kuesioner

tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, faktor

risiko, dan keterpaparan informasi yang diambil dan dimodifikasi dari kuesioner

Agustini (2012). Selain itu juga memerlukan alas tulis dan alat tulis.

4.7 Protokol Penelitian

4.7.1 Tahap Persiapan

(1) Memohon ijin kepada pihak yang berwenang pada Puskesmas

Karangasem 1 untuk melakukan penelitian (pengambilan sampel) di

wilayah kerja Puskesmas.

(2) Menyiapkan daftar pertanyaan (kuesioner) dan alat tulis, untuk

mengambil data dari sampel.

4.7.2 Tahap Pelaksanaan

(1) Peneliti melakukan observasi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Karangasem 1 dan mencatat identitas responden, serta mencatat hasil

kuesioner.

(2) Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dengan cara

melakukan wawancara terhadap responden dengan alat bantu kuesioner.

(3) Waktu pengambilan data tanggal 18-28 Januari. Setelah data yang

dikumpulkan terpenuhi, data tersebut diolah dan dianalisis untuk

mendapatkan hasil.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

35

4.8 Analisis Data

Setelah terkumpul, data dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel, dan

narasi dengan bantuan software komputer. Data dianalisis secara univariat untuk

melihat distribusi frekuensi secara desktiptif dan bivariat untuk melihat proporsi

berdasarkan karakteristik.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

36

BAB V

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan sampel di wilayah kerja

Puskesmas Karangasem 1 mendapatkan 75 sampel yang bertempat tinggal di 5

desa yaitu Bugbug, Pertima, Subagan, Padang Kerta, dan Karangasaem.

5.1 Proporsi Ibu Hamil Berisiko

Berdasarkan hasil perhitungan skor Poedji Rochjati, didapatkan 36% ibu

tidak berisiko dan 64% ibu memiliki kehamilan berisiko (Tabel 5.1)

Tabel 5.1

Proporsi kelompok ibu hamil berisiko di wilayah kerja Puskesmas

Karangasem 1

Risiko Frekuensi Persentase (%)

Tidak berisiko 27 36

Berisiko 48 64

Total 75 100

Berdasarkan kelompok ibu dengan kehamilan berisiko dapat dibagi menjadi dua

yaitu risiko tinggi (total skor Poedji Rochjati 6-10) dan risiko sangat tinggi (total

skor Poedji Rochjati ≥12). Terdapat 64,6% ibu hamil risiko tinggi dan 35,4% ibu

hamil risiko sangat tinggi (Tabel 5.2).

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

37

Tabel 5.2

Proporsi masing-masing risiko pada kelompok ibu hamil berisiko di wilayah kerja

Puskesmas Karangasaem 1

Risiko Frekuensi Persentase (%)

Risiko Tinggi 31 64,6

Risiko Sangat Tinggi 17 35,4

Total 48 100

5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Hamil

Berdasarkan data sampel yang didapatkan karakteristik pendidikan ibu hamil

di wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1 terdapat 58,7% ibu dengan pendidikan

rendah dan 41,3% ibu dengan pendidikan tinggi. Berdasarkan karakteristik

pekerjaan terdapat 49,3% ibu hamil tidak bekerja dan 50,7% ibu hamil bekerja.

Berdasarkan karakteristik pengetahuan mengenai kehamilan dengan risiko tinggi

didapatkan 61,3% ibu hamil dengan pengetahuan rendah dan 38,7% ibu hamil

dengan pengetahuan tinggi. Berdasarkan tempat kunjungan antenatal care

terdapat 5,3% ibu hamil yang ANC ke puskesmas; 85,3% ibu hamil

memeriksakan kehamilan ke bidan praktek mandiri; dan 9,3% ibu hamil

memeriksakan kehamilan ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan.

Berdasarkan sumber infromasi mengenai kehamilan risiko tinggi 88,05 mendapat

informasi dan 12,0% tidak mendapat informasi (Tabel 5.3).

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

38

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Karangasem 1

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Pendidikan

Pendidikan rendah

Pendidikan tinggi

44

31

58,7

41,3

Pekerjaan

Tidak Bekerja

Bekerja

37

38

49,3

50,7

Pengetahuan

Rendah

Tinggi

46

29

61,3

38,7

Tempat ANC

Puskesmas

Bidan praktek mandiri

Dokter Sp. OG

4

64

7

5,3

85,3

9,3

Sumber Informasi

Dapat informasi

Tidak dapat informasi

66

9

88,0

12,0

Total 75 100

5.3 Proporsi Ibu Hamil Berisiko berdasarkan Karakteristiknya

Berdasarkan karakteristik pendidikan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Karangasem 1, ibu hamil dengan pendidikan rendah 33 (73%) merupakan

kelompok berisiko dan 25% merupakan kelompok tidak berisiko. Ibu hamil

dengan pendidikan tinggi 16 (51,6%) merupakan kelompok tidak berisiko dan 15

(48,4%) merupakan kelomok berisiko. Berdasarkan pekerjaan, pada ibu hamil

yang tidak bekerja 28 (75,7%) merupakan kelompok berisiko dan 9 (24,3%)

merupakan kelompok tidak berisiko. Ibu hamil yang bekerja 20 (52,6%)

merupakan kelompok berisiko dan 18 (47,4%) merupakan kelompok tidak

berisiko. Sementara berdasarkan pengetahuan mengenai kehamilan berisiko dan

tanda bahaya kehamilan, pada ibu yang pengetahuannya kurang 34 (73,9%)

merupakan kelompok berisiko dan 12 (26,1%) merupakan kelompok tidak

berisiko. Pada ibu yang pengetahuan tinggi 15 (51,7%) merupakan kelompok

tidak berisiko dan 14 (48,3%) merupakan kelompok berisiko. Berdasarkan

informasi yang didapat, ibu hamil yang mendapat informasi 41 (62,1%)

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

39

merupakan kelompok berisiko dan 25 (37,9%) merupakan kelompok tidak

berisiko. Sementara ibu hamil yang tidak pernah mendapat informasi 7 (77,8%)

merupakan kelompok berisiko dan 2 (22,2%) merupakan kelompok tidak berisiko

(Tabel 5.4).

Tabel 5.4

Proporsi Ibu Hamil Berisiko berdasarkan Karakteritiknya di Wilayah Kerja

Puskesmas Karangasem 1

Variabel Tidak Berisiko

n(%)

Berisiko

n(%)

Total

n(%)

Pendidikan

Rendah

Tinggi

11 (25,0%)

16 (51,6%)

33 (75,0%)

15 (48,4%)

44 (100%)

31 (100%)

Pekerjaan

Tidak Bekerja

Bekerja

9 (24,3%)

18 (47,4%)

28 (75,7%)

20 (52,6%)

37 (100%)

38 (100%)

Pengetahuan

Rendah

Tinggi

12 (26,1%)

15 (51,7%)

34 (73,9%)

14 (48,3%)

46 (100%)

28 (100%)

Informasi

Mendapat informasi

Tidak mendapat

informasi

25 (37,9%)

2 (22,2%)

41 (62,1%)

7 (77,8%)

66 (100%)

9 (100%)

Total 27 (36%) 31 (41,3%) 75 (100%)

5.4 Proporsi Upaya Penanganan Kehamilan Berisiko pada Kehamilan

Berisiko

Berdasarkan upaya penanganan kehamilan dapat yang dilakukan oleh biu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1 adalah melakukan kunjungan

Antenatal care (ANC) ke puskesmas, bidan praktek mandiri dan ke dokter

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

40

spesialis kebidanan. Berdasarkan data 48 ibu hamil berisiko, terdapat 48 orang

ibu hamil risiko tinggi dan 17 orang ibu hamil risiko sangat tinggi. Dari ibu hamil

risiko tinggi 87,2% melakukan ANC ke bidan praktek mandiri; 9,6% melakukan

ANC ke puskesmas; dan 3,2% melakukan ANC ke dokter spesialis. Sementara itu

ibu hamil dengan risiko sangat tinggi 76,5% melakukan ANC ke bidan praktek

mandiri dan 23,5% melakukan ANC ke dokter spesialis (Tabel 5.5).

Tabel 5.5

Proporsi Upaya Penanganan pada Kehamilan Berisiko

Upaya Penanganan Risiko Tinggi

n(%)

Risiko Sangat

Tinggi n(%)

Total

n(%)

Puskesmas

Bidan Praktek Mandiri

Dokter Sp. OG

3 (9,6%)

27 (87,2%)

1 (3,2%)

0 (0%)

13 (76,5%)

4 (23,5%)

3 (6,3%)

40 (83,3%)

5 (10,4%)

Total 31 (100%) 17 (100%) 48 (100%)

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

41

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Proporsi Ibu Hamil Berisiko

Berdasarkan data dari 75 ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Karangasem

1 didapatkan proporsi ibu hamil berisiko 64% dan tidak berisiko 36%.. Dari data

tersebut didapatkan 7 ibu hamil dengan usia ≥35 tahun, 4 ibu dengan jumlah anak

≥4, 22 ibu dengan jarak anak terakhir ≤2 tahun, 2 ibu dengan tinggi badan ≤145

cm, 12 ibu dengan riwayat keguguran, 3 ibu dengan riwayat tarikan vakum, 5 ibu

dengan riwayat manual plasenta, 11 ibu dengan riwayat mendapat infus atau

transfuse saat persalinan sebelumnya, 1 ibu dengan riwayat operaasi sesar, 5 ibu

dengan riwayat tekanan darah tinggi pada kehamilan sebelumnya, 1 ibu dengan

riwayat hamil kembar, 1 ibu dengan riwayat polihidramnion, 4 ibu dengan riwayat

bayi mati dalam kandungan, 6 ibu dengan riwayat kehamilan lebih bulan, 4 ibu

dengan riwayat kehamilan letak sungsang, 3 ibu dengan riwayat perdarahan pada

kehamilan, dan 7 ibu dengan keadaan anemia.

Dibandingkan data toleransi berdasarkan Rochjati adalah 29,8% untuk

keseluruhan ibu hamil dengan risiko dengan menggunakan penilaian berdasarkan

skor. Hasil penelitian ini cenderung lebih tinggi dari hasil Rochjati. Berdasarkan

data dari survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2012 proporsi ibu hamil

berisiko adalah 63,7%. Data dari Riskesdas Provinsi Bali (2013) menunjukkan

ibu hamil berisiko sebesar 63,3%. Data dari Provinsi Riau tahun 2012

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

42

mengemukakan terdapat 19,9% kehamilan berisiko. (Fitriani, 2014) Sementara di

Kota Padang mendapatkan 44,8% kehamilan berisiko. (Maidelwita, 2010)

Penelitian Septiana (2014) di Kota Surabaya menemukan 42,1% ibu hamil

berisiko tinggi dan 21,05% berisiko sangat tinggi. Hasil penelitian ini cenderung

lebih rendah dari hasil penelitian Pratiwi (2013) di Kota Yogyakarta yaitu 67%

kehamilan berisiko.

Proporsi ibu hamil berisiko dari penelitian ini didapatkan cenderung lebih

tinggi dari data Provinsi Riau dan data Puskesmas Karangasem 1 (2015) karena

cara menentukan kelompok berisiko dengan menggunakan skor Rochjati (1977).

Skor tersebut menilai kondisi kesehatan ibu hamil saat ini dan riwayat kehamilan

sebelumnya dengan menggunakan poin. Penelitian ini sesuai dengan yang

digunakan penelitian Septiana (2014), Maidelwita (2010) dan Pratiwi (2013).

6.2 Proporsi Ibu Hamil Berisiko Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, ibu hamil dengan pendidikan rendah

cenderung lebih banyak mengalami kehamilan berisiko yaitu 75%. Berdasarkan

data Riskesdas (2013) menemukan 62,7% ibu hamil berpendidikan rendah

merupakan kelompok ibu hamil berisiko. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Maidelwita (2010) yang mendapatkan 63,8% ibu hamil dengan pendidikan rendah

termasuk dalam kelompok kehamilan berisiko. Hasil tersebut juga sesuai dengan

penelitan Ambarwati (2011) 74,5% ibu hamil berisiko tinggi memiliki pendidikan

rendah. Hasil tersebut sesuai dengan teori bahwa kehamilan risiko tinggi dapat

dipengaruhi faktor non medis yaitu tingkat pendidikan ibu hamil. (Manuaba,

2010)

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

43

Menurut Septalia (2010) pendidikan adalah suatu kegiatan proses

pembelajran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu

sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan dapat

mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi yang diterimanya.

Semakin tinggi seorang ibu hamil maka semakin kecil kemungkinan ibu hamil

tersebut mengalami kejadian kehamilan berisiko. Ibu hamil yang berpendidikan

tinggi umumnya tidak berisiko dikarenakan jenjang pendidikan formal membuat

pengetahuan ibu hamil menjadi lebih baik sehingga ibu hamil dapat menerapkan

kehamilan yang aman dan sehat.

Batasan pendidikan rendah adalah tidak sekolah, SD, dan SMP. Sementara

tingkat pendidikan SMA ke atas merupakan pendidikan tinggi. Dalam tingkat

pendidikan SMA telah diajarkan ilmu biologi dan kesehatan reproduksi yang lebih

khusus dan mendalam. (Sukesih, 2012) Selain itu semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka informasi yang telah ia dapatkan di sekolah maupun

di pergaulan sekitar semakin banyak. Hal tersebut akan semakin membuka pikiran

seseorang terhadap pengetahuan dan mampu menerapkan dalam kehidupannya.

Selain itu pendidikan yang tinggi akan membuat ibu hamil menjadi lebih mencari

tahu informasi dari berbagai sumber terkait kesehatan kehamilan. Ibu hamil akan

semakin mudah menerima dan memilah informasi yang didapatkannya. Sehingga

ia akan semakin waspada dan berusaha untuk mewujudkan kesehatan kehamilan

tersebut.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

44

6.3 Proporsi Ibu Hamil Berisiko berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan, ibu hamil yang tidak bekerja lebih banyak mengalami

kehamilan berisiko yaitu 75,7%. Hal ini berbeda dengan yang diperoleh

Maidelwita (2010) yang mendapatkan ibu hamil yang bekerja lebih banyak

merupakan kelmpok berisiko yaitu 62,5%. Sementara itu penelitian Sugiarti

(2014) mendapatkan ibu hamil yang tidak bekerja mampu melakukan deteksi dini

risiko tinggi 80% dan yang bekerja mampu deteksi dini 60%. Menurut penelitian

tersebut ibu hamil yang bekerja lebih banyak merupakan kelompok berisiko

karena kesibukan oleh pekerjaannya sehingga ibu tersebut tidak memiliki waktu

luang untuk memeriksakan kehamilannya.

Pada sampel penelitian ini, ibu hamil yang tidak bekerja sebagian besar diam

di rumah mengerjakan tugas rumah tangga. Ibu hamil yang bekerja lebih sedikit

yang masuk ke kelompok kehamilan berisiko karena cenderung didukung oleh

faktor ekonomi dan pengetahuan tingi. Ibu yang bekerja akan memiliki

penghasilan yang lebih baik sehingga mereka dapat memperoleh informasi lebih

banyak dari media massa. Selain itu ibu yang bekerja biasanya memiliki wawasan

yang lebih luas dan pengalaman yang lebih banyak didapat dari lingkungan sosial

di tempat bekerja.

Ibu hamil yang tidak bekerja berisiko dalam kehamilannya karena ibu

tersebut memiliki ekonomi yang rendah sehingga untuk memeriksakan kehamilan

dan mencari informasi mengenai kesehatan kehamilan mereka tidak memiliki

cukup biaya. Selain itu, ibu hamil yang tidak bekerja tinggal di rumah biasanya

bersama keluarga besar suami. Terdapat budaya yang terkenal di penduduk

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

45

wilayah ini yaitu ibu yang sedang hamil disembunyikan dari masyarakat. Hal

tersebut terkait kepercayaan untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi pada masa

kehamilan. Banyak ibu hamil yang tidak diizinkan keluar rumah. Hal tersebut

membuat ibu hamil memiliki sendikit akses untuk informasi terhadap kesehatan

kehamilan dan deteksi dini kehamilan berisiko.

6.4 Proporsi Ibu Hamil Berisiko berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Ibu hamil dengan pengetahuan rendah 73,9% cenderung merupakan

kelompok berisiko dan ibu dengan pengetahuan tinggi 48,3% yang merupakan

kelompok berisiko. Ibu hamil dengan pengetahuan rendah cenderung lebih banyak

merupakan kelompok bersiko. Hal ini sesuai dengan penelitian Madelwita (2010)

yang memperoleh ibu berpengetahuan tinggi 68,2% masuk kelompok tidak

berisiko. Agustini (2012) menemukan dari populasi ibu hamil di Bogor 81,3%

memiliki pengetahuan rendah mengenai tanda bahaya dan kehamilan risiko tinggi.

Sementara itu Sukesih (2012) di Kota Tegal menemukan 58,3% ibu hamil

memiliki pengetahuan rendah mengenai tanda bahaya dan kehamilan risiko tinggi.

Penelitian Septiana (2014) di Kota Surabaya menemukan 42,1% ibu hamil

memiliki pengetahuan kurang mengenai kehamilan berisiko.

Menurut Mochtar (1998) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehamilan

berisiko yaitu kemiskinan, ketidaktahuan, adat, tradisi, kepercayaan, sosial

ekonomi, kehamilan teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang kurang. Ibu yang

mengetahui tanda bahaya dan kehamilan berisiko sedapat mungkin menghindari

dirinya masuk ke kelompok kehamilan berisiko. Selain itu ibu yang

berpengetahuan tinggi akan mempengaruhi kunjungan ke tempat pemeriksaan

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

46

kehamilan bila ia mencurigai adanya faktor risiko pada dirinya. Selain itu ibu

hamil yang memiliki pengetahuan tinggi akan lebih mudah menerima informasi

mengenai kesehatan kehamilan dan menghindari tradisi yang mungkin dapat

menjadi faktor risiko pada kehamilan. Hal tersebut seperti bahwa setiap keluarga

harus memiliki 4 anak atau kepercayaan bahwa ibu hamil harus disembunyikan di

rumah.

6.5 Proporsi Ibu Hamil Berisiko berdasarkan Keterpaparan Informasi

Ibu hamil yang tidak pernah mendapatkan informasi mengenai tanda bahaya

dan kehamilan risiko tinggi cenderung lebih banya mengalamai kehamilan

berisiko yaitu 77,8%. Ibu hamil yang tidak mendapat informasi lebih cenderung

kelompok ibu hamil berisiko. Hal tersebut sesuai dengan yang ditemukan

Agustini (2012) 11,9% ibu hamil yang mendapat informasi dari tenaga kesehatan

memiliki pengetahuan yang baik mengenai kehamilan berisiko.

Informasi dari tenaga kesehatan atau sumber lain sangat diperlukan ibu

hamil. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa informasi yang diperoleh dari

berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, bila

seseorang mempunyai banyak informasi maka ia cenderung mempunyai

pengetahuan yang luas. (Notoatmodjo, 2010) Upaya yang harus dilakukan dalam

hal ini adalah pemberian informasi dari berbagai sumber untuk meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran ibu hamil mengenai kehamilan berisiko.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

47

6.6 Proporsi Upaya Penanganan Kehamilan Berisiko

Berdasarkan 48 orang ibu hamil berisiko, 31 orang (64,6%) merupakan risiko

tinggi dan 17 orang (35,4%) merupakan risiko sangat tinggi. Ibu hamil yang risiko

tinggi 87,2% memeriksakan kehamilannya ke bidan praktek mandiri. Sementara

ibu hamil dengan risiko sangat tinggi 76,5% cenderung memeriksakan

kehamilannya ke bidan praktek mandiri dan 23,5% yang ke dokter spesialis.

Berdasarkan skor Rochjati (1977) Ibu hamil dengan risiko rendah, boleh

melakukan perawatan di bidan, melakukan persalinan di polindes, dan ditolong

persalinan oleh bidan. Di wilayah kerja Puskesmas Karangasem ibu hamil dengan

risiko rendah bebas memilih tempat pemeriksaan kehamilan dan rencana

persalinan sesuai keadaan sosial ekonomi keluarga. Sebagian besar ibu hamil

tersebut pergi ke bidan praktek mandiri. Era jaminan kesehatan nasional (JKN)

juga menganjurkan ibu hamil dengan risiko rendah untuk melahirkan dengan

pertolongan bidan.

Ibu hamil dengan risiko tinggi, boleh melakukan perawatan di bidan atau

dokter, melakukan persalinan di polindes, puskesmas, atau rumah sakit, dengan

ditolong oleh bidan dan pendampingan dokter. Di wilayah kerja Pukesmas

Karangasem 1 ibu hamil dengan risiko tinggi cenderung lebih banyak

memeriksakan kehamilan ke bidan praktek mandiri. Sementara ibu hamil dengan

risiko sangat tinggi, harus melakukan perawatan di dokter, melakukan persalinan

di rumah sakit, dan ditolong oleh dokter spesialis kebidanan. Dari penelitian ini

didapatkan cenderung lebih banyak ibu hamil dengan risiko sangat tinggi

memeriksakan kehamilan ke bidan praktek mandiri. Hal ini dapat dipengaruhi

kondisi ekonomi, sosial, pengetahuan, dan geografis. Wilayah kerja Puskesmas

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

48

Karangasem 1 meliputi wilayah desa, kota, dan melewati bukit. Rumah Sakit

Umum Daerah Karangasem terletak di daerah kota, sehingga masyarakat terutama

yang berada di Desa Bugbug harus melewati bukit untuk mencapai kota.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Mikrajab (2013) ibu hamil cenderung

memanfaatkan bidan praktek mandiri, sementara untuk pemberian rujukkan

didominasi atas rekomendasi bidan desa dan peran keluarga. Faktor pendidikan,

pekerjaan, keadaan ekonomi, latar belakang budaya dan kepercayaan juga dapat

mempengaruhi pilihan biu hamil. Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan

koordinasi dari berbagai pihak termasuk bidan praktek mandiri, puskesmas dan

rumah sakit daerah. Selain itu deteksi dini kehamilan risiko tinggi juga sangat

diperlukan sehingga ibu hamil dapat segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang

sesuai. Selain itu meningkatkan kesamarataan akses terhadap layanan kesehatan

juga harus diperhatikan. Beberapa hal seperti transformasi norma sosisal dan

budaya agar menduung kesehatan ibu hamil, mengurangi hambatan pelayanan

persalinan dan rujukan kegawatdaruratan obstetri dengan pendekatan sistem.

(USAID, 2014)

6.7 Kelemahan Penelitian

Kelemahan penelitian ini yaitu sampel terbatas pada wilayah tertentu karena

akses jalan yang cukup sulit serta singkatnya waktu penelitian. Penelitian ini juga

dilakukan dalam waktu satu kali sehingga pemanfaatan temuan penelitian ini

berlaku terbatas hanya pada saat itu pula.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

49

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Proporsi ibu hamil berisiko 64% dan tidak berisiko 36%.

2. Distribusi frekuensi pendidikan 58,7% ibu dengan pendidikan rendah dan

41,3% ibu dengan pendidikan tinggi. Distribusi frekuensi pekerjaan 49,3%

ibu hamil tidak bekerja dan 50,7% ibu hamil bekerja. Terdapat 61,3% ibu

hamil dengan pengetahuan rendah dan 38,7% ibu hamil dengan

pengetahuan tinggi. Terdapat 88% ibu hamil mendapat informasi

mengenai kehamilan berisiko dan 12,0% tidak pernah mendapat informasi.

3. Proporsi ibu hamil berisiko 75% pada ibu berpendidikan rendah dan

48,4% pada ibu berpendidikan tingi.

4. Proporsi ibu hamil berisiko 75,7% pada ibu hamil yang tidak bekerja dan

52,6% pada ibu hamil yang bekerja.

5. Proporsi ibu hamil berisiko 73,9% pada ibu hamil berpengetahuan rendah

dan 48,3% pada ibu hamil berpengetahuan tinggi.

6. Proporsi ibu hamil berisiko 77,8% pada ibu hamil yang tidak mendapat

informasi dan 62,2% pada ibu yang mendapat informasi.

7. Proporsi upaya penanganan kehamilan berisiko 87,2% ibu hamil berisiko

tinggi memeriksakan kehamilan ke bidan praktek mandiri dan 76,5% ibu

hamil berisiko sangat tinggi juga memeriksakan kehamilan ke bidan

praktek mandiri.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

50

7.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan:

1. Bagi pihak Puskesmas Karangasem 1 agar meningkatkan pelayanan

kesehatan khususnya dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai

kehamilan berisiko sedini mungkin

2. Melakukan deteksi risiko tinggi yang dimiliki ibu hamil sehingga dapat

melakukan rujukan pelayanan Antenatal care sesuai tingkat risiko ibu

hamil.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan instrumen penelitian yang

serupa untuk mengetahui proporsi masing-masing faktor risiko pada sampel

yang lebih besar.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

51

DAFTAR PUSTAKA

Agustini S. 2012. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda-tanda Bahaya

Kehamilan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cimandala Kecamatan

Sukaraja Bogor Tahun 2012. (skripsi) FKM Universitas Indonesia

Ambarwati MR, Yuliana R, Wisnu NT. 2011. Gambaran Faktor Penyebab Ibu

Hamil Resiko Tinggi Tahun 2005-2010. Jurnal Penelitian Kesehatan

Suara Forikes;2:1-8.

Depkes RI. 2007. Pedoman Pelayanan Antenatal. Jakarta: Depkes RI

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Bali 2014.

Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Fitriani E, Utami S, Rahmalia S. 2014. Efektifitas Pendidikan Kesehatan tentang

Kehamilan Resiko Tinggi terhadap Pengetahuan Ibu Hamil. JOM

PSIK;1(2): 1-8

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Indonesia.

Mahardani. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu

Hamil dalam Deteksi Dini Tanda Bahaya Kehamilan di Wilayah

Kerja Puskesmas Sawan 1 Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng

Provinsi Bali 2011. (skripsi) Depok: FKM Universitas Indonesia

Maidelwita Y. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kehamilan berisiko

ringgi di Puskesmas Nanggalo Padang. Diunduh dari :

www.journal.mercubaktijaya.ac.id/downlotfile.php?file=2.pd pada 31

Januari 2016

Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar Kuliah Obstetri.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010

Mikrajab MA, Syahrianti. 2013. Utilisasi Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

melalui Integrasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi dan Antenatal Care di Posyandu Kota Mojokerto, Jawa

Timur. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan;16(2):203-216.

Mochtar, R, 1998. Sinopsis Obstetri Sosial. Jakarta:EGC.

Notoatmodjo S. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat (Cet 2).

Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rieska Cipta

Pranata S, Fauziah Y, Budisuari MA, Kusrini IA. 2013. Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar Provinsi Bali. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - UNUD

52

Pratiwi CS. 2013. Faktor Risiko pada Ibu Hamil di Kota Yogyakarta Tahun 2013.

Diunduh dari journal.respati.ac.id/index.php/medika/article/view/146

pada tanggal 15 Januari 2016.

Pusat Data dan Informasi. 2014. InfoDatin: Mother’s Day Situasi Kesehatan Ibu.

Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan RI.

Rikadewi. 2010. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kehamilan Risiko di

Puskesmas Bangetayu Kecamatan Genuk Kota Semarang Tahun

2010. Diunduh dari: http://digilib.unimus.ac.id pada tanggal 19

Januari 2016

Rochjati, P., 2010. Skrining Ante Natal Care pada Ibu Hamil. Surabaya.

Airlangga University Press

Sarwono P. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Septalia. D. (2010). Pendidikan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Septiana , Tjahjani E. 2014. Kejadian Risiko Kehamilan Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Griya Husada;1:39-43.

Statistics Indonesia (Badan Pusat Statistik—BPS), National Population and

Family Planning Board (BKKBN), and

Kementerian Kesehatan (Kemenkes—MOH), and ICF International. 2013.

Indonesia Demographic and Health Survey 2012. Jakarta, Indonesia:

BPS, BKKBN, Kemenkes, and ICF International.

Sugiarti. 2014. Upaya Pemberdayaan Ibu Hamil untuk Deteksi Dini Risiko Tinggi

Kehamilan Trimester Satu. (Skripsi) GriyaHusada Surabaya.

Sukesih S. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Hamil

mengenai Tanda Bahaya dalam Kehamilan di Puskesmas Tegal

Selatan Kota Tegal Tahun 2012. (skripsi) FKM Universitas Indonesia.

USAID. 2014. Ending Preventable Maternal Mortality: USAID Maternal Health

Vision for Action. USA: USAID Administrator.

Varney H, Jan M, Kriebs C. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2002

WHO. 2015 Trends in maternal mortality: 1990 to 2015. WHO: Departement of

Reproductive Health and Research.

WHO. 2002. Essential Antenatal, Perinatal and Postpartum Care: Training

Module. WHO Regional Office for Europe.