BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang -...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi
yang bekerja dalam skala, mulai dari skala terbatas hingga dapat mencapai dan
melibatkan siapa saja di masyarakat, dengan skala yang sangat luas. Istilah media
massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang
lalu, hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet, dan
lainnya.
Istilah “komunikasi massa” sendiri muncul pertama kali pada akhir tahun
1930 dan memiliki banyak pengertian, sehingga sulit bagi para ahli
menejemahkan definisi komunikasi massa itu sendiri. Kata „massa‟ sendiri
memiliki arti menggambarkan suatu (orang atau barang) dalam jumlah besar,
sementara „komunikasi‟ mengacu pada pemberian dan penerimaan arti,
pengiriman dan penerimaan pesan (Morrisan, 2002: 7).
Perkembangan Teknologi Media Massa telah banyak berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat. Banyak tayangan televisi yang menimbulkan
permasalahan sosial. Secara perlahan tayangan televisi membentuk budaya-
budaya kekererasan, bila media massa masih menjadi sebuah industri yang
mencari keuntungan maka dapat dipastikan akan terjadi perubahan besar yang
akan ada di masyarakat. dan budaya kekerasan akan menjadi hal baru.
2
Televisi adalah Media Komunikasi yang paling banyak berpengaruh bagi
kehidupan manusia, selain itu, televisi juga memiliki kelebihan dalam menarik
perhatian masyarakat dibandingkan dengan media massa lainnya, karena
disampaikan selain cepat dengan media yang sifatnya audio visual. dan juga dapat
menjangkau ruang yang luas yang cukup tinggi. karena sifat yang audio visual ini
televisi dapat ditonton dan dinikmati oleh berbagai kalangan baik tua, muda, dan
anak-anak.1
Tayangan adalah sajian audio visual berupa informasi pemberitaan, acara
rekayasa realita ataupun produksi cerita fiksi (mcQuail, 1996:70). dalam tayangan
yang dibagi lagi menjadi beberapa bagian acara dan berita adalah informasi baru
atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk
cetak, siaran, internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang
banyak2. Dan berita merupakan salah satu program di televisi yang menyajikan
berbagai informasi.
Kemudian dikutip dari buku terjemahan Here’s the News yang ditulis oleh
Paul De Maeseneer, berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian
yang baru, penting, dan bermakna (signifikan), yang berpengaruh pada para
pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka. Definisi berita
tersebut mengandung unsur-unsur seperti Baru dan penting, Bermakna dan
berpengaruh, menyangkut hidup orang banyak, relevan dan menarik. (Sumadiria,
2005:64). Berbagai tipe berita yang disajikan, pemberitaan kriminal kekerasan,
1 Elvinaro ardianto, lukiati komala, siti karlina, komunikasi massa, september 2007
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Berita di unduh pada tgl : 5 juni 2012 pukul 08.15
3
atau bencana merupakan salah satu isi berita yang ditayangkan televisi dan
mendapat perhatian yang banyak oleh masyarakat.
Dalam hal ini media memegang peranan penting dalam sebuah
pemberitaan kriminal yang disampaikan ke masyarakat mengenai informasi,
dalam hal ini informasi tentang kriminalitas yang terjadi. Maka hal ini pun
berdampak berbeda dalam memaknai pemberitaan tersebut oleh masyarakat.
Karena sebuah terpaan media yang definisinya adalah kegiatan menerima
(membaca, mendengar, menonton) pesan media secara pasif maupun aktif3.
Rangkaian acara televisi yang salah yang beragam jenis antara lain
hiburan, musik, dan berita. Dan berita merupakan program televisi yang
menginformasikan kejadian ataupun peristiwa yang tengah berlangsung. Oleh
karena itu berita televisi merupakan salah satu program yang penting untuk dilihat
untuk masyarakat agar mengetahui informasi kekinian ataupun yang sedang ramai
terjadi di masyarakat.
Pemberitaan dibagi kepada beberapa bagian lagi, antara lain News
Feature, Hard news, dan Soft news, dan kategori berita kriminal tergolong dengan
Hard news karena merupakan sajian berita yang aktual dalam segi kejadian, dan
terus di-update keberadaan beritanya di televisi, dan beberapa kasus kriminal di
televisi yang diberitakan kadang memiliki pesan dan isi yang berbeda dalam
penyajian beritanya walaupun dalam segi pemberitaan topik beritanya sama.
Berita dalam hal ini merupakan salah satu aspek yang penting dalam
membangun opini dan membantu wawasan dan informasi masyarakat,
3 http://digilib.petra.ac.id/docs/komunikasi.jurnal/197663kom.hmlt/ di unduh pada tgl 5 juni 10.00
4
berdasarkan hasil wawancara singkat tanggal 15 september 2012 dari traffic
Program kompas tv mengenai informasi berita yang ditayangkan setiap harinya
“..Dalam setiap stasiun televisi memiliki program berita, tapi penayangannya
berita dalam setiap waktunya bisa di tayangkan lebih dari 6 kali dalam satu hari,
karena di tayang ulang pada setiap breaking news, dan ditampilkan beberapa di
program berita utama..”4
Oleh karena itu dalam setiap penayangan di stasiun televisi saja bisa lebih
dari 6 kali penayangan, dan biasanya setiap berita di distribusikan ulang kepada
stasiun televisi lain sehingga kemungkinan besar masyarakat yang melihat
seringnya berita akan terkena dampak terpaan media, dan terpaan media dapat
juga diartikan dalam berbagai media, jenis isi media, media yang dikonsumsi atau
media secara keseluruhan (Mulyana, 2004:66). Dan terpaan media yang dalam hal
ini merupakan media televisi dalam sebuah pemberitaannya tentang kriminalitas.
Untuk itu sebuah terpaan media televisi dapat diukur antara lain dengan
indikator frekuensi penayangan, isi berita, dan durasi penayangan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Horrigan5 yang menyatakan terdapat dua hal mendasar untuk
mengetahui intensitas pemanfaatan media, yakni frekuensi penayangan, isi berita,
dan durasi penayangan.
Intensitas penayangan adalah tingkatan seberapa sering khalayak melihat
berita tersebut, karena lebih sering orang tersebut melihat maka akan berbeda
makna perspektif dari orang tersebut dalam menyikapi berita tersebut, isi berita
merupakan cara penyajian dan media televisi saat ditayangkan kepada khalayak,
4 Wawancara dengan Hardimen Koto tgl 11 agustus 2012 .
5 http://www.peinternet.org
5
isi berita ini dipengaruhi dari budaya media sendiri, berbeda stasiun televisinya
maka akan berbeda pula dalam penyajian isi berita yang disampaikan.6
Durasi dari sebuah pemberitaan juga sangat mempengaruhi dalam
pemaknaan perspektif yang timbul dalam khalayak, karena dalam melihat
tayangan yang sepintas dibanding tayangan lama dengan isi berita yang menarik
akan menjadikan pemaknaan pemberitaan sebuah stasiun televisi yang
memberikan informasi tersebut kepada khalayak.
Masyarakat kota Bandung mungkin sudah mengetahui di era 1980-an
nama geng motor mulai mencuat meski belum terlalu diekspos oleh media saat itu
keberadaanya, akan tetapi koloni-koloni geng motor kecil mulai merayap
merekrut anggotanya nya, sebut saja XTC (Exalt To Cuitus) dan MoonRaker geng
motor yang pertama hadir di Bandung di tahun 1982 Nama “Moonraker” diambil
dari salah satu judul film James Bond yang kondang ketika itu. Awalnya mereka
mengusung bendera berwarna putih-biru-merah dengan gambar palu arit di
tengahnya. Namun, karena pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi
tertentu yang identik komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu
mengganti bendera kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar
kelelawar. Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah
kelompok motor di Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem
keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat
program-program kerja, Kemudian XTC (Exalt To Coitus) yang diprakarsai oleh
7 pemuda Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama
6 http://kacajendela.wordpress.com/category/sosial-komunikasi-budaya/page/2/ : di unduh pada tgl
28 agustus 2012
6
semula agak berbau porno. Mereka membawa bendera berwarna paling atas putih-
biru muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan
solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang,
maka yang lainnya akan membela.7
Geng motor yang mempunyai prinsip “Raja Jalanan” yang saling
memperebutkan daerah kekuasan di Bandung ini pada tahun 2008 mulai mencuat
kepermukaan publik dan di ekspos televisi melalui tayangan pemberitaan, dan dan
lebih lagi beberapa televisi tidak hanya menyangkan pemberitaan kekerasan di
jalanan yang dilakukan geng motor saja akan tetapi cara perekrutan anggota geng
motor.
Perspektif yang timbul dalam masyarakat akan sebuah pemberitaan geng
motor menimbulkan kecemasan publik, dan membuat sebuah ketakutan tersendiri
dalam masyarakat khusunya kota Bandung, dan permasalahan kecemasan adalah
bentuk kecemasan yang lebih berat dari perasaan cemas biasa, kecemasan ini
timbul lebih kuat, lebihh sering atau lebih lama dan dapat menjadi sebuah
kebiasaan yang sangat sulit dihilangkan jika terus menerus mendapatkan
informasi yang ditayangkan televisi dalam hal ini pemberitaan kriminal.
Selain itu data Kapolsek kota Bandung yang dilansir pada website
resminya pada tahun 20118 angka kriminalitas yang terjadi pada pengguna
kendaraan bermotor di kota Bandung dari bulan Maret hingga November
sebanyak 26 kasus.
7 Sejarah singkat Geng Motor dikutip dari Majalah : Playboy Indonesia, Mulyani Hasan april 27,2007
8 http://www.lodaya.web.id/?p&%=573.hmlit di unduh pada tgl 5 juni 12.34
7
Jumlah kekerasan tertinggi ada pada penyerangan di jalan raya sebanyak
18 kasus, kemudian 6 kasus terjadi penyerangan pada fasilitas umum, kasus
terjadi penyerangan disertasi penjambretan, dan 2 kasus terjadi pada wilayah
tempat tinggal masyarakat. Angka ini terbilang cukup menurun dibanding kasus
tahun 2010 lalu yang sebanyak 32 kasus penyerangan. Akan tetapi angka ini
masih cukup mengkhawatirkan karena dinilai belum terjadi pengurangan
signifikan dan usaha meredam perilaku kriminalitas yang dilakukan oleh Polsek
kota Bandung.
Angka kriminalitas oleh geng motor juga dipengaruhi oleh gender,
perempuan dalam hal ini merupakan kaum yang lemah dan seringkali tidak
memiliki kempampuan bertahan sangat kurang terhadap terhadap perilaku
kejahatan seperti di lansir pada harian kompas dalam wawancara dengan Anggota
Komisioner Sub Komisi Pendidikan Komnas Perempuan, Yustina Rostiawati, di
Jakarta
"Kekerasan geng motor terhadap perempuan ini tidak mudah, dan sangat sensitif.
Dan, kalau kita lihat angka 21 kali kekerasan dalam tahun 2010 sekarang ini,
hanya yang ke lembaga pelayanan saja diketahui. Memang seperti gunung es,
yang kelihatan pucuknya saja,"
Beliau mengatakan, hal tersebut terjadi karena kadang aparat keamanan justru
melakukan pembiaran ketika ada laporan kriminalitas oleh geng motor terhadap
perempuan.
"Masalahnya, ketika dia meminta pertolongan saat diserang geng motor, justru
menjadi korban kembali, seperti peristiwa perkosaan, malah disangsikan dan
dinyatakan salahnya sendiri mengundang untuk diperlakukan kekerasan. Kalau
sudah begitu, sangat susah bagi perempuan untuk mendapat perlindungan,"9
9 di kutip dari harian kompas Rabu, 7 Maret 2012 dengan judul : 2011, Kekerasan pada Perempuan Semakin Parah
8
Pengguna sepeda motor yang seringkali menjadi korban kriminalitas saat
malam hari, memang tidak bisa dihindarkan, karena sepeda motor juga merupakan
kendaraan utama yang dijadikan kendaraan di masyarakat selain harganya yang
tidak terlalu mahal, mudah dikendarai, dan juga irit dalam penggunaan bahan
bakar minyak, karena salah satu alasan ini pula masyarakat lebih memilih untuk
menggunakan sepeda motor.
Dewasa ini juga pengguna sepeda motor tidak hanya didominasi kaum pria
saja, akan tetapi perempuan juga menjadi hal lumrah untuk mengendarai sepeda
motornya sendiri, karena di motori dengan berbagai alasan seperti mandiri,
kecepatan dalam waktu tempuh perjalanan, hingga masih banyaknya pemikiran
masyarakat yang kurang mempercayai transportasi umum di kota Bandung yang
tersedia dari mulai masalah keamanan, hingga kenyamanan, jadi perempuan
dewasa ini lebih memilih mengendarai sepeda motor.
Pengguna sepeda motor beragam dan selalu ada wadah kreatif untuk
mengumpulkan kegiatan tersebut, adalah Wonderwoman Scoopy Indonesia
Bandung adalah satu club motor yang besar dan berpusat di kota Bandung,
anggota club motor ini dikhususkan bagi para wanita “biker” yang mempunyai
motor honda scoopy, dan hobi jalan-jalan menggunakan motor Honda Scoopy-
nya. Wonderwoman Scoopy Indonesia tersebar luas di seluruh Indonesia dan
memiliki berbagai Chapter Club antara lain Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya,
Lampung, dan Medan. Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung seringkali
mengadakan acara touring dalam kota akan tetapi acara touring ini lebih sering
diadakan malam hari, yang tingkat kriminalitasnya sebenarnya cukup tinggi dan
9
berbahaya, apalagi dalam masalah gender yang seringkali menurut data yang
dijelaskan tadi.
Kemudian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kultivasi
(cultivation theory) dari George Gerbner. Teori kultivasi adalah sebuah teori yang
memprediksikan dan menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dari
persepsi, pemahaman, dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari
konsumsi akan pesan-pesan media, kemudian teori kultivasi pada dasarnya
menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers) televisi
membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat
menakutkan”(morrisan:2002:106). Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka
bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan
acara kekerasan adalah “apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan
sehari-hari”.
Proses kultivasi dari penonton yang berdasarkan sebuah tayangan televisi
dan penonton yang terjerumus dalam brainstorming televisi dikarenakan
seringnya melihat tayangan televisi (Intensitas) dan muatan tayangan yang dibawa
televisi sendiri, yang kemudian proses kultivasi yang berdampak mengubah pola
pikir dan mensusgesti nilai-nilai penonton yang menyaksikan, jika dalam
tayangan tersebut lebih banyak mengandung kekerasan maka akan mengubah
mindset seseorang menimbulkan ketakutan berlebihan ataupun kecemasan
terhadap sesuatu yang belum terjadi pada dirinya.(Satya Bharata:2011:303)10
10
Satya Bharata dalam buku Mesin pencuci otak”menggugat tayangan televisi” 2011
10
Faktor realitas imitative yang dipengaruhi televisi yang menjadi mesin
pencuci otak masyarakat, dan memberikan tayangan dapat merubah sikap yang
melihat tayangan tersebut baik dengan durasi beberapa detik seperti iklan, ataupun
tayangan yang hanya hitungan menit seperti newsflash, ataupun berdurasi lebih
berjam-jam seperti film.(Payoga, 2011:59) dan definisi Sikap adalah keadaan
mental dan taraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan
situasi yang berkaitan dengannya (G.W. Allport, 1935:10).
Masih menurut G.W Allport, ada 3 hal penting dalam pembentukan sikap
masa adolescence: Media massa, Kelompok sebaya (peer), Kelompok yang
meliputi lembaga sekolah,lembaga keagamaan, organisasi kerja, dan sebagainya.
jadi faktor media massa dalam hal ini televisi tidak diragukan lagi bisa menjadi
pengubah sikap masyarakat dalam melihat tayangan pemberitaan geng motor, dan
bisa menimbulkan kecemasan dalam kesehariannya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan dalam
latar belakang di atas, maka penulis tertarik sekali untuk meneliti media massa
dalam hal ini televisi yang menjadi “kotak ajaib pencuci otak manusia” yang bisa
mempengaruhi sikap kecemasan masyarakat, maka penulis mengambil judul
penelitian “Hubungan Tayangan Pemberitaan Geng Motor di Televisi dengan
Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor”
11
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dirumuskan
masalah sebagai berikut “Apakah ada Hubungan Signifikan dalam Tayangan
Pemberitaan Geng Motor di Televisi dengan Tingkat Kecemasan Perempuan
Pengguna Sepeda Motor”.
1.3 Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Adakah hubungan antara intensitas perempuan pengguna sepeda motor
dalam mengkonsumi tayangan pemberitaan geng motor dengan tingkat
kecemasan pengguna sepeda motor?
2. Adakah hubungan antara jenis isi berita dalam tayangan pemberitaan geng
motor di televisi dengan dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna
sepeda motor?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hal dibawah ini:
1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara intensitas perempuan pengguna
sepeda motor dalam melihat tayangan pemberitaan geng motor dengan
tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
2. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara jenis isi berita tayangan
pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan
pengguna sepeda motor.
12
1.5 Kegunaan Penelitian
1.5.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kajian ilmiah di
bidang ilmu komunikasi, khususnya di bidang komunikasi massa yaitu dalam hal
terpaan media televisi yang merupakan salah satu media yang memiliki andil kuat
dalam mempengaruhi sifat masyarakat, dan juga mengembangkan ilmu dalam
tingkat kecemasan yang dikaji dalam ilmu komunikasi.
1.5.2 Kegunaan Praktis
Diharapkan memberi menjadi referensi bagi dunia pertelevisian di
indonesia, mengenai efek dari media massa terhadap masyarakat. Agar
pengemasan sebuah berita lebih menarik dan baik dari segi isi dan penyajian
sebuah materi, karena media televisi pada saat ditayangkan bisa disaksikan
langsung jutaan pasang mata di seluruh Indonesia.
1.6 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini terbagi tiga yaitu kerangka teoritis, konseptual, dan
operasional dan penjabarannya seperti dibawah ini:
1.6.1 Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah uraian yang menegaskan tentang teori apa yang
dijadikan landasan serta asumsi-asumsi teoritis yang mana dari teori tersebut yang
akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti, dan teori yang
13
digunakan pada penelitian ini adalah Teori Kultivasi (Culitivation Theory) oleh
George Gerbner. Adapun Teori kultivasi adalah sebuah teori yang
memprediksikan dan menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dari
persepsi, pemahaman, dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari
konsumsi akan pesan-pesan media (West & Turner: 2007: 407).
Teori Kultivasi mengajukan tiga asumsi dasar untuk mengedepankan
gagasan bahwa realitas yang diperantai oleh TV menyebabkan khalayak
menciptakan realitas sosial mereka sendiri yang berbeda dengan realitas
sebenarnya, ketiga asumsi dasar teori kultivasi ini adaah TV adalah media yang
sangat berbeda, TV membentuk cara berpikir dan berinteraksi, serta pengaruh TV
yang bersifat terbatas(Morrisan: 2010: 107).
Asumsi teori kultivasi dibagi tiga bagian yaitu:
1. Asumsi yang pertama adalah analisis kultivasi menggarisbawahi keunikan
dari keunikan dari televisi. Televisi tidak membutuhkan kemampuan untuk
membaca, sebagaimana dengan media cetak. tidak seperti radio, televisi
tidak membutuhkan mobilitas, sebagaimana pergi ke tempat bioskop atau
teater. Televisi adalah satu-satunya medium yang pernah diciptakan yang
tidak memiliki batas usia, maksudnya adalah orang dapat
menggunakannya dalam tahun-tahun awal dan akhir kehidupan mereka,
dan juga tahun-tahun diantaranya.
2. Asumsi yang kedua berkaitan dengan dampak televisi. Gerbner & Gros
(1972) menyatakan bahwa subtansi dari kesadaran yang dikultivasi oleh
TV tidak merupakan sikap dan opini yang lebih spesifik dibandingkan
14
asumsi-asumsi yang lebih mendasar mengenai fakta-fakta kehidupan dan
standar penilaian yang mendasari penarikan kesimpulan. maksudnya
adalah TV tidak lebih kurang meyakinkan mengenai seperti apa dunia
sebenarnya. Analisis kultivasi tidak menyatakan mengenai apa yang akan
kita lakukan berdasarkan menonton televisi yang penuh dengan kekerasan,
melainkan teori ini mengasumsikan bahwa menonton televisi yang penuh
dengan kekerasan akan membuat kita merasa takut karena televisi
menanamkan di dalam diri kita gambaran dunia yang kejam dan
berbahaya.
3. Asumsi ketiga menyatakan bahwa dampak dari televisi terbatas. Hal ini
mungkin terdengar aneh, apalagi melihat fakta bahwa televisi tersebar
sangat luas tetapi, kontribusi kepada budaya yang dapat diamati, diukur,
dan independen relatif kecil. Gerbner menggunakan analogi zaman es
membedakan analisi kultivasi dari pendekatan dampak yang terbatas.
Analogi zaman es (ice age analogi) menyatakan bahwa “sebagaimana
pergeseran temperatur rata-rata sebanyak beberapa derajat dan
mengakibatkan zaman es, atau hasil akhir pemilihan umum dapat
ditentukan dengan batas yang tipis, demikian pula dampak yang relatif
kecil namun tersebar luas dapat membuat perbedaan besar” (West
&Turner, 2008:88).
Jadi pernyatan tersebut posisi yang menyatakan bahwa televisi tidak
memiliki suatu dampak besar, melainkan mempengaruhi dampak yang
berkelanjutan dan terbatas.
15
Lebih jauh dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa bahwa pada dasarnya
ada 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling
bertentangan/bertolak belakang, yaitu (1) para pecandu/penonton fanatik (heavy
viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4(empat) jam setiap
harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak “the
television type”, serta 2 (dua) adalah penonton biasa (light viewers), yaitu mereka
yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya.
Kemudian bagaimanakah televisi memberikan kontribusi pada konsepsi
penonton mengenai realitas sosial sehingga kecemasan timbul akibat dari
penayangan pemberitaan tersebut?. Proses Kultivasi terjadi dalam dua cara yaitu :
1. Mainstreaming terjadi ketika, penonton kelas berat, simbol-simbol televisi
mendominasi informasi lainnya dan ide mengenai dunia. Karena
menonton televisi terlalu banyak, konstruksi realitas sosial seseorang
bergerak kearah mainstream, bukan mainstream dalam artian politik, tetapi
realitas ektertnal manapun yang dapat diukur dan objektif. Mainstreaming
bisa juga diartikan kecenderungan para penonton kelas berat untuk
menerima realitas budaya dominan yang ditampilkan di televisi walaupun
hal ini sebenarnya berbeda dengan keadaan yang sesungguhnya.
2. Media Resonansi, terjadi ketika hal-hal di dalam televisi, dalam kenyataan
kongruen
16
1.6.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan uraian yang menjelaskan konsep-konsep
yang terkandung di dalam asumsi teoritis yang akan digunakan untuk
mengabstraksikan (mengistilahkan) unsur-unsur yang terkandung di dalam
fenomena yang akan diteliti dan bagaimana hubungan diantara konsep-konsep
tersebut. Penurunan variabelnya berdasarkan data empiris yang diturunkan kepada
variabel, dalam hal ini Gerbner dalam Ardianto (2007:7) dan teori kultivasi
didasari pada penggunaan media televisi, penggunaan media dalam efek kultivasi
yaitu dari penggunaan media dari jumlah waktu dalam menggunakan media, dan
berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang
dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat, 1989:89) maka
penurunan sub-sub variabel menjadi indikator adalah sebagai berikut:
Variabel X : Tayangan Pemberitaan Geng Motor di televisi
Sub Variabel XI : Intensitas
Tingkat mengkonsumsi media (terpaan media) berkaitan dengan seberapa
sering mengkonsumsi media dan intensitas komunikasi.
Indikator:
1. Frekuensi: Frekuensi yang dimaksud adalah seberapa sering Anggota
Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung melihat tayangan pemberitaan
geng motor.
2. Durasi: Lamanya menonton tayangan program berita geng motor. Yang
dimaksud adalah menyaksikan tayangan pemberitaan geng motor sampai tuntas
dalam setiap penayangan pemberitaan geng motor di televisi.
17
Sub Variabel X2: Isi Pesan Media Televisi
- Kejelasan informasi media televisi
- Kelengkapan informasi media televisi
- Keakuratan informasi media massa
Indikator:
1. Kejelasan informasi media televisi: seberapa jelas media menyampaikan
topik yang diinformasikan dalam acaranya baik melalui isi, bobot, dan
penggunaan bahasa yang baik dalam menyampaikannya.
2. Kelengkapan informasi: seberapa lengkap media menyampaikan
kelengkapan informasi kepada khalayak 5W 1H
(what,when,who,why,where,how) menjadi tolak ukur kelengkapan berita
saat disajikan kepada khalayak.
3. Keakuratan informasi media massa: seberapa akurat pemberitaan yang
disampaikan kepada khalayak baik sumber didapatkan informasinya, dan
pemberitaan yang ditayangkan dapat dipercaya.
Variabel Y: “tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor”
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas, perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-
batas normal. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal. Kecemasan dikategorikan dalam lima tingkatan, yaitu tidak ada
kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik
(Hawari, 2006:56).
18
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah tidak
ada kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan
panik dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama
DASS (Depression Anxiety Stress Scales). Tingkatan cemas pada instrumen ini
berupa tidak ada kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan
berat, dan panik. Terdiri dari 42 item pertanyaan untuk depresi, kecemasan, dan
stres.
Sedangkan pertanyaan atau kuesioner mengenai kecemasan terdiri dari 14
item pertanyaan.(lovibond,1995:2-4)11
Instrumen ini merupakan instrumen baku
yang banyak digunakan oleh beberapa peneliti untuk mengukur tingkat
kecemasan pada suatu populasi karena dinilai sesuai dan mewakili beberapa tolak
ukur tingkat kecemasan, dan instrumen yang telah baku yang telah ditulis 42 item
pertanyaan telah diuji dalam jangka waktu yang lama dan telah terbukti
keabsahannya.(Hawari:2006,56-57)
Pada Variabel Y indikator yang digunakan adalah DASS (Depression
Anxiety Stress Scale) yaitu tingkatan cemas pada instrumen ini berupa kecemasan
normal, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan
sangat berat. Penjabarannya seperti dibawah ini:
1. Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele
2. Saya merasa bibir saya sering kering
3. Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif
11
(Lovibond, 1995). avaible at : www.psy.unsw.edu.au/dass
19
4. Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali terengah-engah
atau tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik
sebelumnya)
5. Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan
6. Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi
7. Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ‟copot‟)
8. Saya merasa sulit untuk bersantai
9. Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya
merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini
berakhir
10. Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan
11. Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal
12. Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas
13. Saya merasa sedih dan tertekan
14. Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami
penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu)
15. Saya merasa lemas seperti mau pingsan
16. Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal
17. Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang manusia
18. Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung
19. Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat),
padahal temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik
sebelumnya
20
20. Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas
21. Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat
22. Saya merasa sulit untuk beristirahat
23. Saya mengalami kesulitan dalam menelan
24. Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya
lakukan
25. Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis melakukan
aktivitas fisik (misalnya: merasa detak jantung meningkat atau melemah)
26. Saya merasa putus asa dan sedih
27. Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah
28. Saya merasa saya hampir panik
29. Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal
30. Saya takut bahwa saya akan „terhambat‟ oleh tugas-tugas sepele yang
tidak biasa saya lakukan
31. Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun
32. Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang
sedang saya lakukan
33. Saya sedang merasa gelisah
34. Saya merasa bahwa saya tidak berharga
35. Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk
menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan
36. Saya merasa sangat ketakutan
37. Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan
21
38. Saya merasa bahwa hidup tidak berarti
39. Saya menemukan diri saya mudah gelisah
40. Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin menjadi panik
dan mempermalukan diri sendiri
41. Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan)
42. Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu
Terdiri dari 42 item pertanyaan untuk depresi, kecemasan, dan stres.
Sedangkan pertanyaan atau kuesioner mengenai kecemasan terdiri dari 14 item
pertanyaan (Lovibond, 1995). Skala DASS ini direkomendasikan berdasarkan
wawancara peneliti oleh narasumber untuk skala pengukuran tingkat kecemasan
yang digunakan untuk penelitian non-medik dan terbilang awam, serta penlitian
ini bersifat sosial, dan narasumber memberi anjuran Pertanyaan 14 item mengenai
kecemasan dari DASS selain melalui data empiris jurnal Lovibond diperoleh
kembali 8 item dari tingkat kecemasan yan telah direkomendasikan, wawancara
dilakukan dengan narasumber Dra. Rini Hildayani, Psi, M.Si salah satu psikolog
kejiwaan di Rs. Marzoeki Mahdi Bogor.
1.6.3 Kerangka Operasional
Kerangka operasional adalah penjelasan tentang variabel-variabel apa saja
yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih tadi dan bagaimana hubungan
diantara variabel-variabel tersebut, serta hal-hal apa saja yang dijadikan indikator
untuk mengukur variabel-variabel yang bersangkutan.
22
1.6.1.1 Definisi Operasional
Sesuai dengan teori kultivasi oleh George Gerbner serta berdasarkan
permasalahan yang akan diteliti maka dapat dirumuskan keterkaitan konsep
penelitian dengan teori yang digunakan sebagai berikut:
1. Variabel X : “Tayangan Pemberitaan Geng Motor di Televisi”
Sub Variabel X1 : Intensitas
Indikator:
- Frekuensi Penggunaan Media Televisi
- Durasi penggunaan Media Televisi per-hari
Sub Variabel X2: Isi Pesan Media Televisi
- Kejelasan Informasi Media Televisi
- Kelengkapan Informasi Media Televisi
- Keakuratan Informasi Media Mass
2. Variabel Y: Tingkat Kecemasan Pengguna Sepeda Motor saat
Malam Hari
Diukur dengan DASS (Depression Anxiety Stress Scale) yaitu
tingkatan cemas pada instrumen ini berupa kecemasan normal, kecemasan
ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan sangat berat.
Terdiri dari 42 item pertanyaan untuk depresi, kecemasan, dan stres.
Sedangkan pertanyaan atau kuesioner mengenai kecemasan terdiri dari 14
item pertanyaan (Lovibond, 1995). Data hasil wawancara Dra. Rini
Hildayani, Psi, M.Si pertanyaan 14 poin dari instrumen pengukur tingkat
kecemasan DASS adalah sebagai berikut:
23
No PERNYATAAN
1 Saya merasa bibir saya sering kering
2 Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali terengah-engah atau
tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya)
3 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan
4 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi
5 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ‟copot‟)
6 Saya merasa sulit untuk bersantai
7 Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya merasa
sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir
9 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal
10 Saya merasa sedih dan tertekan ketika
11 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan
(misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu)
12 Saya merasa lemas seperti mau pingsan
13 Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat), padahal
temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya
14 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas
Tabel 1.1
14 Pertanyaan untuk dimasukan ke dalam angket aturannya sudah baku
berdasar jurnal lovibond, dan ditegaskan kembali melalui wawancara empiris
yang dilakukan oleh narasumber ahli yang terpecaraya di atas, kemudian dari 14
pertanyaan dikurangi kembali agar pertanyaan lebih sesuai dengan pembahasan
tentang tayangan pemberitaan geng motor televisi dengan tingkat kecemasan
pengendara sepeda motor perempuan, dan diperoleh 8 pertanyaan tentang tingkat
kecemasan.
24
1.6.1.2 Model Penelitian
Tidak Ya
Ya Tidak
Tayangan
Pemberitaan
Tingkat
Kecemasan
Sesuai Tolak
Bertindak
Berakhir
(Stop)
Ganti Tema
Penelitian
Evaluasi
Umpan Balik
Bertindak
Terapkan
Prioritas
Lihat situasi
Cek Sumber
untuk
Tetapkan
Sumber
Fokus Luas/
Sempit
Konsultasi
dengan Sumber
Tutup
25
1.6.4 Bagan Kerangka Penelitian
1.7 Hipotesis
1.8
1.7 Hipotesis
Gambar 1.1
JUDUL PENELITIAN
Hubungan Pemberitaan Geng
Motor di televisi dengan
Tingkat Kecemasan Perempuan
Pengguna Sepeda Motor
TEORI YANG DIGUNAKAN
Teori Kultivasi
(Cultivation Theory)
ASUMSI DASAR
Teori kultivasi didasari pada penggunaan media televisi, penggunaan media
dalam efek kultivasi yaitu dari penggunaan media dari jumlah waktu dalam
menggunakan media, dan berbagai hubungan antara individu konsumen
media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara
keseluruhan (Rakhmat, 1989:89)
RUMUSAN MASALAH
Apakah ada Hubungan signifikan Pemberitaan Geng
Motor di televisi dengan Tingkat Kecemasan Perempuan
Pengguna Sepeda Motor
VARIABEL X
“Tayangan Pemberitaan Geng Motor di televisi”
Sub Variabel X1 : Intensitas
Indikator :
- Frekuensi Penggunaan Media Televisi
- Durasi penggunaan Media Televisi per-hari
Sub Variabel X2 : Isi Pesan Media Televisi
- Kejelasan Informasi Media Televisi
- Kelengkapan Informasi Media Televisi
- Keakuratan Informasi Media Massa
.
Variabel Y
Tingkat Kecemasan
DASS
(Depression Anxiety Stress Scale)
(lovibond, 1995:2-4)
26
1.7 Hipotesis
1.7 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara dari suatu penelitian, akan tetapi besar
kemungkinan untuk menjadi jawaban yang benar. Hipotesis ini dibutuhkan
sebagai penjelasan problematik yang dicari pemecahannya (Surakhmad, 1990:63).
Maka berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat diatas, maka penjabaran
hipotesisnya sebagai berikut dibawah ini:
1.7.1 Hipotesis Major
H1: Ada hubungan signifikan antara pemberitaan geng motor di televisi dengan
tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
H0: Tidak ada hubungan signifikan pemberitaan geng motor di televisi dengan
tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
1.7.2 Hipotesis Minor
H1: Ada hubungan signifikan antara intensitas dalam pemberitaan geng motor di
televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor
H0: Tidak ada hubungan signifikan antara intensitas dalam pemberitaan geng
motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
H1: Ada hubungan signifikan antara isi pesan dalam pemberitaan geng motor di
televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
H0 : Tidak ada hubungan signifikan antara intensitas dalam pemberitaan geng
motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.
27
1.8 Metodologi Penelitian
1.8.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode survey, dengan pendekatan studi
korelasional. Studi korelasional bertujuan untuk meneliti hubungan diantara
variabel-variabel. Penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya
hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta ada tidak arti
hubungan itu. Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat digunakan
untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat
menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel ini.
Studi korelasional digunakan untuk mengukur hubungan diantara berbagai
variabel, Meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan kita tentang variabel
bebas, , dan Meratakan jalan untuk membuat rancangan eksperimental (Azwar,
2001: 31).
Dalam penelitian ini, individu-individu yang dipilih adalah mereka yang
menampakan perbedaan dalam beberapa variabel penting yang sedang diteliti.
Riset korelasi bertujuan untuk mencari hubungan. Jika dua variabel saja yang kita
hubungkan, korelasinya disebut korelasi sederhana. Maka dari itu, penelitian ini
bersifat korelasi sederhana karena variabel yang digunakan hanya dua yaitu
hubungan antara pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan
perempuan pengguna sepeda motor.
28
1.8.2 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan mengenai masalah yang ada
dalam penelitian ini, untuk mengambil data primer untuk kepentingan penelitian.
Pengumpulan data dengan prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh
data yang diperlukan. Dan dengan penjelesan penelitian ini menggunakan data
utama berasal dari angket (kuesioner). Namun apabila ada data khusus yang lain
peneliti menggunakan pendekatan berupa wawancara, observasi, dan studi
pustaka. Dan berikut ini merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan
dijelaskan secara rinci:
1. Angket
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
memberikan pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 2008 : 142 ). Pertanyaan penelitian yang telah disusun
berkaitan dengan pemberitaan geng motor di televisi kemudian
disampaikan melalui media tayangan televisi, dengan responden anggota
Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung yang menyaksikan
pemberitaan geng motor di televisi.
2. Wawancara
Wawancara yaitu melakukan tanya jawab dengan narasumber yang
berkaitan atau terlibat langsung dalam penelitian ini untuk memperoleh
data yang diperlukan. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada
beberapa anggota WSI Bandung wawancara seputar topik penelitian dan
mengajukan beberapa pertanyaan pendukung dari penelitian ini.
29
3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan pencarian data penunjang yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti penulis. Data tersebut diperoleh dari studi
ke perpustakaan dan mengambil buku dan penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan masalah penelitian ini. Maupun melalui media internet
sebagai referensi, untuk membantu literatur pengerjaan masalah
penelitian yang diteliti.
4. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap suatu peristiwa,
gejala atau proses yang sifatnya observasi (dapat diamati) sesuai dengan
tujuan penelitian. Menurut Karl Weick, observasi adalah pemilihan,
pengubahan, pencatatan, dan pengkodean serangkaian perilaku dan
suasana yang berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan-
tujuan empiris (Rakhmat, 2007:83). Dalam penelitian ini, segala sesuatu
yang dilakukan dengan pengamatan langsung yang diobservasi di
beberapa kegiatan WSI Bandung yang secara rutin diadakan tiap
minggu.
1.8.2.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian
1. Data Primer
Data penting atau utama yang menjadi landasan bagi peneliti.
Kredibilitas pelatih adalah variabel X yang meliputi kemampuan
30
pelatih. Data primer diperoleh melalui penyebaran angket berisi
pertanyaan-pertanyaan yang sangat berhubungan dengan variabel-
variabel yang diteliti kepada responden. Data tersebut dibagi menjadi
dua kelompok:
a. Data Responden, yaitu data yang digunakan sebagai bahan
analisis pembanding pada table bebas dan terikat dalam melihat
gejala-gejala diluar variabel bebas dan terikat. Data responden
meliputi hal-hal sebagai berikut: Tingkat konsumsi media, usia
responden, dan pendidikan terakhir responden.
b. Data Penelitian, yaitu data yang berkaitan dengan variabel X,
terpaan media televisi dalam tayangan pemberitaan geng motor
dengan hubungan tingkat kecemasaan wanita pengguna sepeda
motor.
2. Data Sekunder
Data yang didapat melalui sumber-sumber lain yang dapat
menunjukkan penelitian yang terdiri dari wawancara, observasi, dan studi
pustaka.
31
1.9 Populasi dan Sampel
Sebagai syarat penelitian agar valid dikumpulkan responden yang berasal
dari sebuah populasi dan dikerucutkan lagi jumplah populasi tersebut menjadi
sampel, dan keterangannya dijelaskan sebagai berikut ini.
1.9.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2008:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Wonderwoman
Scoopy Indonesia Bandung, karena untuk mendapat data pasti perempuan yang
menggunakan sepeda motor dan berkendara di wilayah Kota Bandung dan
sekitarnya, adapun total anggota yang berjumlah 78 member aktif12
,
Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung sendiri merupakan club motor yang
bersifat nasional dan berkegiatan touring di seluruh indonesia.
Wonderwoman Scoopy Indonesia di kota Bandung yang total membernya
78 orang di kota Bandung terbagi 3 Chapter, Wonderwoman Scoopy Indonesia
Bandung melakukan touring lebih sering saat waktu malam berkisar di atas pukul
20.00 ke atas karena alternatif jalan lebih sepi dan lengang dipilih untuk konvoi
kepada daerah yang dituju dan berikut tabel dibawah merupakan total data
member Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung.
12 Data diambil dari Data Gathernas WSI Bandung, wawancara dengan Ketua WSI Bandung tgl. 17 juni
32
Jumlah anggota Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung
Chapter Jumlah Member
Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung Chapter
Bandung Utara 25
Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung Chapter
Bandung Barat 23
Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung Chapter
Cimahi 27
Tabel 1.2
Data diambil dari Data Gathnas WSI Bandung, wawancara dengan Ketua WSI Bandung tgl. 17
juni 13
1.9.2 Sampel
Sampel adalah sebagian unsur populasi yang dijadikan objek penelitian.
Menurut Sugiyono (2008:81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Digunakan apabila ukuran populasinya
relatif besar. Sampel yang diambil dari sebuah populasi harus benar-benar
mewakili populasinya, sehingga data yang diperoleh dari sampel tersebut dapat
digunakan untuk menaksir ciri-ciri karakteristik populasinya.
Penarikan sampel dari populasi yang ada menggunakan teknik random
sederhana, karena populasi relatif kecil dan jelas beberapa individu yang harus
diambil, adapun syarat teknik random sederhana adalah sebagai apabila
memenuhi persyaratan berikut:
Populasinya jelas, baik dari segi scope maupun ukurannya (populasinya
tidak tak terbatas).
Sifat populasinya homogen dan tidak terlalu tersebar secara geografis.
13
Data yang berjumlah 75 orang tersebut telah dikurangi 3 orang yang tidak menyaksikan tayangan pemberitaan Geng
Motor di televisi, karena dilakukan pra-survey dengan sebelumnya.
33
Tersedia Kerangka Sampling (Sampling Frame) atau memungkinkan
untuk dibuatkan Kerangka Sampling.
Tidak ada unsur populasi yang terdaftar dua kali atau lebih dalam
Kerangka Sampling.
Kerangka sampling adalah daftar dari semua unsur sampling dalam
populasi sampling.14
Maka untuk menentukan berapa besar sampel dari populasi digunakanlah
Rumus Slovin dengan ketentuan populasi < 500. Dalam 78 orang jumlah member
yang ada peneliti melakukan pra survey terlebih dahulu untuk mengetahui setiap
individu yang telah melihat pemberitaan geng motor di televisi, dan setelah
menyebarkan kepada seluruh anggota Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung
di tengah mubes yang mereka adakan pada 17 juni, di dapatkan data sebanyak 75
orang yang pernah menyaksikan langsung pemberitaan geng motor di televisi,
maka populasi penelitian yang sebanyak 75 kemudian selanjutnya peneliti
menggunakan rumus slovin untuk mengambil populasi penelitian sebagai sampel
yaitu dijabarkan sebagai berikut :
Rumus Slovin:
N
n =
1 + Ne²
Keterangan;
14 Catatan kuliah MPK Kuantitatif dan PPT oleh dadang sugiana/materi kuliah mpk 2010
34
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang ditololerir, misalnya 5%.
Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1%,
2%, 3%, 4%,5%, atau 10%.
75
n =
1 + 75 . 0,05²
Jadi nilai n adalah 63
Selanjutnya dilakukan pengocokan nomer sampel yang akan diteliti untuk
menerima angket yang akan diberikan, adapun no.7,9, dan 39 tidak masuk dalam
list karena tidak melihat tayanga pemberitaan Geng Motor ditelevisi, sehingga
tidak masuk kedalam daftar pengundian. Kemudian setelah pengundian nomer
sampel selesai maka hasilnya seperti ini :
No. Nama Chapter
12 Noviyanti Chapter Bandung Utara
46 Dwi Chapter Bandung Barat
31 Qonita Chapter Bandung Barat
5 Tasya Chapter Bandung Utara
63 Febilla Chapter Cimahi
26 Tiara Chapter Bandung Utara
35
6 Herlinda Chapter Bandung Utara
8 Adelina Chapter Bandung Utara
47 Riantika Chapter Bandung Barat
38 Arnita Chapter Bandung Barat
57 Tyara A. Chapter Cimahi
4 Putriyana Chapter Bandung Utara
21 Fauziah Chapter Bandung Utara
75 Putri Chapter Cimahi
24 Shabrina Chapter Bandung Utara
43 Yusifani Chapter Bandung Barat
15 Martha Chapter Bandung Utara
69 Ririn Chapter Cimahi
72 Indah Chapter Cimahi
20 Rosyati Chapter Bandung Utara
27 Sandy Chapter Bandung Utara
60 Putli Chapter Cimahi
2 Amalia Chapter Bandung Utara
35 Siska P. Chapter Bandung Barat
55 Larasati C. Chapter Cimahi
29 Karina Nur Chapter Bandung Barat
28 Tiara N. Chapter Bandung Barat
11 Nuraini Chapter Bandung Utara
36
66 Esta Chapter Cimahi
73 Tiara M. Chapter Cimahi
19 Citra Chapter Bandung Utara
40 Annisa Chapter Bandung Barat
52 Ayu K. Chapter Bandung Barat
71 Syifa Chapter Cimahi
62 Riri Chapter Cimahi
1 Ines T. Chapter Bandung Utara
50 Inneke Chapter Bandung Barat
54 Nindia Chapter Cimahi
53 Dian D. Chapter Cimahi
18 Ratna I. Chapter Bandung Utara
70 Eliza A. Chapter Cimahi
23 Yulia R. Chapter Bandung Utara
61 Yunita E.K. Chapter Cimahi
3 Istyhatono Chapter Bandung Utara
16 Oslanda P. Chapter Bandung Utara
41 Fujia Chapter Bandung Barat
56 Adinda M. Chapter Cimahi
65 Saraswati Chapter Cimahi
30 Firdha P. Chapter Bandung Barat
10 Anis Chapter Bandung Utara
37
8 Adelina F. Chapter Bandung Utara
13 Dita Chapter Bandung Utara
58 Meulisa Chapter Cimahi
59 Dinar P. Chapter Cimahi
17 Herika Chapter Bandung Utara
25 Riska Chapter Bandung Utara
53 Dian D. Chapter Cimahi
32 Mutiara T. Chapter Bandung Barat
34 Dewi Y.S Chapter Bandung Barat
48 Astri A. Chapter Bandung Barat
51 Dhini S. Chapter Bandung Barat
33 Ikka N. Chapter Bandung Barat
15 Tabel 1.3
1.9.3 Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian ini, untuk menguji data yang dipakai dalam penelitian,
peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas:
1.9.3.1 Validitas
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur. Peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data
penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin
15 Tabel lengkap anggota ada pada lampiran, daftar anggota diambil dari data WSI Bandung tgl 17 Juni 2012
38
diukurnya (Singarimbun, 2006: 124). Validitas menunjukkan ketepatan
pengukuran.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahan suatu instrumen. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas instrumen menunjukan mana data yang terkumpul tidak menyimpang
dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Arikunto, 2006:168).
Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk yaitu untuk mengukur
sejauh mana instrumen yang dipakai mampu mengemukakan seluruh aspek yang
membangun kerangka konsep penelitian. Langkah- langkah yang dilakukan
adalah:
1. Mendefinisikan secara operasional konsep-konsep yang akan diukur
2. Melakukan uji coba alat ukur pada sejumlah responden
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total
melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Spearman
RUMUS :
rs = )1n(n
d61
2
2
i
; …..…..…..(1) . Jika tidak terdapat nilai X dan Y yang
sama.
39
rs =
22
2
i
22
yx2
dyx;…..(2). Jika terdapat angka yang sama pada
variabel X atau Y.
Keterangan :
rs = Nilai Koefisien Korelasi Spearman
d2 =
Selisih atau beda antara range x dan range y pada pasangan data tertentu.
N = Ukuran sampel/Jumlah responden
1.9.3.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terdapat kelompok subjek yang sama
diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek
memang belum berubah (Azwar, 2003 : 4).
Menurut Rakhmat, reliabilitas berarti memiliki sifat yang dapat dipercaya.
Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali
oleh peneliti yang sama atau peneliti yang lain tetap memberikan hasil yang sama
(Rakhmat, 2007: 17).
Untuk mengetahui reliabilitas alat ukur dengan skala ordinal, digunakan
teknik Spearman-brown atau teknik belah dua. Langkah kerjanya sebagai berikut:
1. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung
validitasnya
40
2. Membagi item-item yang valid menjadi dua belahan
3. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan
4. Mengkorelasi skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua
dengan menggunakan teknik korelasi product moment
5. Mencari reliabilitas keseluruhan item, dengan cara mengkoreksi angka
korelasi yang diperoleh dengan memasukkan kedalam rumus
Keterangan :
R 11 adalah nilai reliabilitas
R b adalah nilai koefisien korelasi
1.8.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
data kuantitatif dengan menghitung sebuah nilai statistik. Salah satu fungsi
statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya
menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis deskriptif,
sedangkan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisa statistik inferensial.
1. Analisis deskriptif, memaparkan jawaban dari responden atas sejumlah
pertanyaan yang diajukan dalam angket ke dalam bentuk tabel tunggal
dan tabel silang untuk memberikan gambaran situasi yang terjadi.
41
Analisis deskriptif merupakan uraian berapa penggambaran untuk
menjelaskan jawaban-jawaban yang diberikan responden.
2. Analisis Statistik Inferensial merupakan teknik statistik yang digunakan
untuk menganalisa data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk
populasi (Sugiyono, 2008:169-170).
Rank Spearman dimaksud untuk mencari indeks korelasi antara dua
variabel yang menggunakan skala ordinal sehingga objek atau dua variabel yang
menggunakan skala ordinal sehingga obyek-obyek atau individu-induvidu yang
dipelajari dapat di ranking dalam dua rangkaian berurut (Siegel, 1992:250).
Rumus uji korelasional Rank Spearman sr (Siegel, 1992:256) adalah:
22
222
.2 yx
dyxrs
Dimana:
t = Banyaknya data berpangkat sama pada satu ranking tertentu
n = Jumlah sampel
sr = Koefisien korelasi rank spearman
T = Faktor koreksi
Karena
YXYYxxyxdd
, karena
YX dalam rank, dapat
kita tulis:
42
nn
di
r
N
is
3
1
26
1
Dimana:
sr = Koefisien Korelasi Rank Spearman
n = banyaknya sampel
di = selisih antara rank X dan rank Y
Keeratan hubungan antara variabel tersebut dinyatakan dengan nilai: -1<
sr <1
1sr , artinya terdapat korelasi negatif sempurna antara variabel.
1sr , artinya terdapat korelasi positif sempurna antara kedua variabel.
0sr , artinya terdapat korelasi yang lemah, atau tidak ada hubungan sama
sekali antara kedua variabel.
Kriteria pengujian hipotesisnya adalah jika sampel besar, apabila N
adalah 10 atau lebih, signifikansi suatu sr yang kita hasilkan di bawah hipotesis-
nol dapat diuji dengan N besar, harga yang didefinisikan dengan rumus:.
21
2
s
sr
Nrt
Dimana:
t = banyaknya data berpangkat sama pada satu ranking tertentu
43
N= Jumlah populasi
sr = koefisien korelasi rank spearman
Rumus ini, berdistribusi student‟s t dengan db= N-2. Dengan demikian
kemungkinan yang berkaitan, dibawah oHdengan sembarang harga yang
seekstrem harga sr observasi dapat ditentukan dengan menghitung t yang
berkaitan dengan harga itu.
1.9.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan adalah di lakukan di basecamp YSI
Bandung yang bertempat di Jl.Prof eyckman no.3 Cafe Prins. Pengamatan
dilakukan selama lima bulan, terhitung mulai tanggal 10 Juni 2012 yaitu sejak pra
penelitian, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian sampai pada tahap
penulisan laporan dan pengambilan kesimpulan, penyebaran angket, dan
penelitian yang dilakukan dengan berjangka, Senin-Jum‟at disebarkan saat
anggota member berkumpul di cafe prins, dan hari Sabtu malam di sebarkan saat
WSI Bandung berkumpul sebelum melakukan konvoi ke beberapa bagian kota
Bandung.