BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian...

42
19 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulu Penelitian menggunakan analisis framing model Robert N. Entman, sebelumnya pernah dilakukan oleh peneliti lain, khususnya yang mengambil Ilmu Jurnalistik sebagai disiplin ilmunya. Begitu juga dengan yang menjadikan Majalah Rolling Stone Indonesia sebagai objek penelitian. Berikut dua penelitian yang masing-masing menggunakan elemen framing model Robert N. Entman serta menggunakan Majalah Rolling Stone Indonesia sebagai objek penelitiannya. Dua penelitian berikut merupakan penelitian terhadap karya jurnalistik di media massa cetak yang Penulis anggap dapat mewakili sejumlah penelitian yang telah dilakukan mahasiswa/i Fikom Unpad selama rentang waktu 2005 - 2012. 1. Sheisa Sastaviana Sudrajat, KX0050569, Kontruksi Realitas tentang Keruksakan Jalan di Kota Bandung pada tajuk rencana Harian Umum Pikiran Rakyat. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kerusakan jalan di Kota Bandung yang di muat di media massa cetak pikiran rakyat. Selain itu Pikiran Rakyat menjabarkan masalah kerusakan jalan secara bertahap, dimulai dari penyebab paling dasar dan menghubungkannya dengan kondisi yang saat ini terjadi di Kota Bandung, bahwa kerusakan jalan bermula dari banjir cileuncang yang tidak tertangani dengan baik oleh pemerintah. Kemudian efek dari rusaknya jalan dan banjir tersebut berpengaruh pada menurunnya tingkat kenyamanan Kota Bandung sebagai kota pariwisata.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu

Penelitian menggunakan analisis framing model Robert N. Entman,

sebelumnya pernah dilakukan oleh peneliti lain, khususnya yang mengambil Ilmu

Jurnalistik sebagai disiplin ilmunya. Begitu juga dengan yang menjadikan

Majalah Rolling Stone Indonesia sebagai objek penelitian. Berikut dua penelitian

yang masing-masing menggunakan elemen framing model Robert N. Entman

serta menggunakan Majalah Rolling Stone Indonesia sebagai objek penelitiannya.

Dua penelitian berikut merupakan penelitian terhadap karya jurnalistik di media

massa cetak yang Penulis anggap dapat mewakili sejumlah penelitian yang telah

dilakukan mahasiswa/i Fikom Unpad selama rentang waktu 2005 - 2012.

1. Sheisa Sastaviana Sudrajat, KX0050569, Kontruksi Realitas tentang

Keruksakan Jalan di Kota Bandung pada tajuk rencana Harian

Umum Pikiran Rakyat.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kerusakan jalan di Kota Bandung yang

di muat di media massa cetak pikiran rakyat. Selain itu Pikiran Rakyat

menjabarkan masalah kerusakan jalan secara bertahap, dimulai dari penyebab

paling dasar dan menghubungkannya dengan kondisi yang saat ini terjadi di Kota

Bandung, bahwa kerusakan jalan bermula dari banjir cileuncang yang tidak

tertangani dengan baik oleh pemerintah. Kemudian efek dari rusaknya jalan dan

banjir tersebut berpengaruh pada menurunnya tingkat kenyamanan Kota Bandung

sebagai kota pariwisata.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

20

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Harian Umum Pikiran

Rakyat memberikan pandangan (Define Problems), menjabarkan masalah

(Diagnose Couses), memberikan keputusan moral (Make Moral Judgment), dan

menawarkan solusi (treatment Recommendation) sesuai analisis framing model

Robert N. Entman. dan bagaimana konteks realitas sosial wartawan atas

kerusakan jalan di Kota Bandung.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pikiran Rakyat menekankan pada

peran masyarakat dan pemerintah. Pikiran Rakyat memberikan berbagai contoh

bahwa kerusakan jalan di Kota Bandung bukan hanya disebabkan oleh kelalaian

pemerintah, namun ada juga campur tangan masyarakat yang memiliki kesadaran

rendah untuk menjaga lingkungan. Pikiran Rakyat mendeskripsikan bahwa

pemerintah dam masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama atas masalah

ini.

Simpulan pada penelitian ini adalah Pikiran Rakyat melakukan penonjolan

yang berbeda antara tajuk rencana yang satu dengan yang lain meskipun dengan

peristiwa dan realitas yang sama.

2. Idhar Resmadi, 210111070002, Wacana Industri Musik Digital dalam

Pemberitaan Special Features Majalah Musik Bulanan RSI

Studi kualitatif dengan pendekatan analisis wacana Teun Van Djik Pada

feature Era Baru Musik Digital Indonesia, Nada Sambung Bawa Untung dan

Digital Kills The Superstars dalam Majalah Rolling Stone Indonesia nomor 59

(Maret 2010).

Penelitian ini bermula dari asumsi bahwa Majalah Rolling Stone Indonesia

mencoba memunculkan wacana kepada khalayak mengenai industri musik digital

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

21

dalam pemberitaannya. Bahwa industri musik digital telah menggilas industri

rekaman. Untuk mengurai topik ini, penelitian menggunakan analisis wacana

kritis dalam menganalisis makna dibalik berita di Majalah Rolling Stone

Indonesia yang terkait dengan pemberitaan industri musik digital dalam industri

musik tanah air. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Teun van Dijk

yang menghubungkan analisis tekstual ke arah bagaimana teks berita diproduksi

oleh wartawan sehingga wacana berkembang dalam masyarakat.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada level teks wacana industri musik

digital tampak pada tingkatan teks, struktur makro, superstruktur dan struktur

mikro yang membangun teks tersebut. Pada level kognisi sosial menunjukan

bahwa wacana industri musik digital telah berkembang dan diwacanakan oleh

wartawan Rolling Stone yang memasukan persfektif dan ideologi dalam bentuk

teks. Sedangkan pada level konteks sosial, menunjukan bahwa wacana industri

musik digital muncul karena cara pandang serta pola pikir masyarakat Indonesia

terhadap perkembangan industri musik.

Kesimpulan yang bisa diambil bahwa industri musik digital yang

diwacanakan Rolling Stone merupakan bentuk dominasi media tersebut. Wacana

industri musik digital merupakan salah satu bentuk cara pandang wartawan yang

menyebarkan ideologinya kepada masyarakat. Untuk itu, wartawan Rolling Stone

memiliki andil yang cukup besar dalam penyebaran wacana kepada masyarakat.

Pada penelitian ini, peneliti menyarankan agar Rolling Stone bisa menjalankan

fungsi kontrol sosial dan lebih berimbang dalam memilih informasi yang akan

disampaikan kepada masyarakat. Selain itu, Rolling Stone juga bisa menjaga

objektivitas dalam menyampaikan informasi lewat pemberitaanya.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

22

2.2 Komunikasi

Pada dasarnya, pengertian komunikasi adalah persamaan makna. Hal ini

berarti, jika seseorang terlibat dalam sebuah komunikasi dengan orang lain, maka

komunikasi tersebut akan terus berlangsung selama terdapat persamaan makna

diantara mereka mengenai apa yang diperbincangkan pada saat itu. Persamaan

makna sendiri merupakan unsur yang paling penting dalam proses berkomunikasi.

Komunikasi akan berjalan efektif dan bersifat komunikatif jika diantara pihak-

pihak yang terlibat terdapat sebuah kesamaan makna.

Untuk mencapai adanya persamaan makna dalam proses berkomunikasi,

hendaknya kita harus mempelajari apa sebetulnya pengertian komunikasi tersebut.

Dibawah ini, akan dipaparkan mengenai pengertian komunikasi menurut pendapat

beberapa ahli.

Harold Lasswell mendefinisikan komunikasi dengan menjawab pertanyaan-

pertanyaan atas pertanyaan who says what in which channel to whom with what

effect?, atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan

pengaruh bagaimana? Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa

komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan,

yaitu:

- Komunikator (Communicator, Source, Sende)

- Pesan (Message)

- Media (Channel, Media)

- Komunikan (Communicant, Communicatee, Receiver, Recipient)

- Efek (Effect, Impact, Influence)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

23

Adapun fungsi komunikasi menurut Laswell adalah sebagai berikut:

a. The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan), yaitu

kegiatan mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai peristiwa–

peristiwa dalam suatu lingkungan, dengan kata lain penggarapan berita.

b. The correlation of the parts of society in responding to the environment

(korelasi kelompok–kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi

lingkungan), yaitu interpretasi terhadap informasi mengenai peristiwa

yang terjadi di lingkungan, dalam beberapa hal ini dapat difenisikan

sebagai tajuk rencana atau propaganda.

c. The transmission of the social heritage from one generation to the next

(transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain),

yaitu kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai dan norma sosial dari

generasi yang satu ke generasi yang lain atau dari anggota suatu kelompok

kepada pendatang baru. Ini sama dengan kegiatan pendidikan.

Berdasarkan paradigma Lasswell, komunikasi dapat diartikan sebagai suatu

proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalu media

atau saluran untuk menghasilkan efek tertentu.

Berelson dan Steiner (1964), mereka mendefinisikan komunikasi pada unsur

penyampaiannya, yakni penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan

seterusnya, melalui penggunaan simbol, kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain.

Sedangkan Onong U. Effendy menulis pengertian komunikasi sebagai

sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk

memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung

secara lisan, maupun tak langsung melalui media.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

24

Menurut Gerbner (1967) komunikasi adalah interaksi sosial melalui pesan

(social interaction through messages). Definisi tersebut merupakan definisi yang

sangat ringkas dan cukup tepat untuk menggambarkan gejala komunikasi.

Pengertian lain, dikemukakan oleh Carl Hovland yang mendefinisikan

komunikasi sebagai sebuah proses untuk mengubah perilaku orang lain

(communication is the process to modify the behavior of other individuals).

Jadi, lingkup komunikasi menyangkut persoalan – persoalan yang ada

kaitannya dengan subtansi interaksi sosial orang – orang dalam masyarakat,

termasuk isi dari interaksi yang dilakukan secara langsung maupun dengan

menggunakan media komukasi.

2.3 Komunikasi Massa

Banyak pakar yang mencoba mendefinisikan komunikasi massa. Jika

merujuk kepada definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Bittner,

komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada

sejumlah orang. Bittner berpendapat penggunaan media massa menjadi sarat

terjadinya komunikasi massa.

Sedangkan menurut pendapat Tan dan Wright menyatakan bahwa

komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran

(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal,

berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan

menimbulkan efek tertentu.

Sementara definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh

Gerbner. Menurut Gerbner (1967), yakni komunikasi massa adalah produksi dan

distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

25

serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Gerbner berpendapat

bahwa komunikator komunikasi massa harus terlembagakan, karena berhubungan

erat dengan penggunaan teknologi dan perancangan pesan yang kompleks.

Sehingga dalam perancangan pesannya memerlukan banyak orang yang

terorganisir dan biasanya terhimpun dalam sebuah lembaga.

Dalam berbagai definisi di atas, Rakhmat merangkum definisi-definisi

komunikasi tersebut menjadi :

Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan

kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui

media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima

secara serentak dan sesaat.

Setiap isi pesan yang disebarkan oleh penyampai pesan pada sasaran yang

ditujunya akan menimbulkan efek. Efek pesan yang disebarkan oleh komunikator

melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh

karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis.

Efek tersebut meliputi :

1. Efek Kognitif, berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga

khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak

mengerti menjadi mengerti, yang semula bingung menjadi jelas.

2. Efek Afektif, berhubungan dengan perasaan. Akibat dari membaca,

mendengar, menonton timbul perasaan tertentu pada khalayak.

3. Efek Konatif, berhubungan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang

cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk

perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas, efek konatif sering juga

disebut efek behavioral.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

26

2.3.1 Fungsi Komunikasi Massa

Onong Effendy (2006) menyebutkan bahwasanya fungsi komunikasi massa

adalah menyiarkan informasi (to inform), mendidik (to educate), dan menghibur

(to entertain). Ada sementara ahli yang menambahkan fungsi lain terhadap fungsi

media massa ini, umpamanya saja: fungsi mempengaruhi (to influence), fungsi

membimbing (to guide), fungsi mengeritik (to critise), dan semua itu hanya

merupakan tambahan saja bagi ketiga fungsi tadi.

Komunikasi massa memiliki beberapa fungsi karena keterkaitannya dengan

media massa. Fungsi komunikasi massa menurut Dominick adalah :

1. Surveillance (Pengawasan)

a. Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan)

Terjadi bila ketika media massa menginformasikan tentang ancaman

bencana alam, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi

atau adanya serangan militer.

b. Instrumental surveillance (pengawasan instrumental)

Penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau

dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari – hari.

2. Interpretation (Penafsiran)

Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan

penafsiran terhadap kejadian – kejadian penting.

3. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat berdasarkan

kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Transmission of Values (Penyebaran Nilai - nilai)

Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana cara mereka

bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan perkataan lain, media

mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk

menirunya.

5. Entertainment (Hiburan)

Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir

tiga perempat bentuk siaran televisi merupakan sajian hiburan. Fungsi ini

tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena

dengan membaca berita – berita ringan atau acara hiburan di televisi dapat

membuat pikiran khalayak segar kembali. (Ardianto dan Lukiati 2004, 16 -

18)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

27

2.3.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Sebelumnya telah dibahas tentang pengertian komunikasi massa melalui

definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli ilmu komunikasi. Kita juga

mengetahui bahwa definisi-definisi komunikasi massa itu secara prinsip

mengandung suatu makna yang sama, bahkan saling melengkapi. Melalui definisi

itu pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa. Komunikasi massa

berbeda dengan komunikasi antar persona dan kelompok. Karakteristik

komunikasi massa adalah sebagi berikut :

1. Komunikator Terlembagakan

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah

memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media

cetak maupun elektronik. Dengan mengingat kembali pendapat Wright, bahwa

komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam

organisasi yang kompleks, mari kita bayangkan secara kronologis proses

penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan.

Apabila pesan itu akan disampaikan melalui surat kabar, maka prosesnya adalah

sebagai berikut: komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel, apakah

keinginannya atau atas permintaan media massa yang bersangkutan. Selanjutnya,

pesan tersebut diperiksa oleh penanggung jawab rubrik. Dari penanggung jawab

rubric diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa laik tidaknya pesan tersebut

dimuat dengan pertimbangan utama tidak menyalahi kebijakan dari lembaga

media massa itu. Ketika sudah laik, pesan dibuat setting-nya, lalu diperiksa oleh

korektor, disusun oleh lay-out man agar komposisinya bagus, dibaut plate,

kemudian masuk mesin cetak. Tahap akhir setelah dicetak merupakn tugas bagian

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

28

distribusi untuk mendistribusikan surat kabar yang berisi pesan itu kepada

pembacanya.

Itu hanya gambaran satu pesan saja. Masih banyak pesan-pesan lainnya

yang memenuhi rubric surat kabar seperti tajuk rencana, karikatur, feature, dan

berbagai berita yang dibuat oleh reporter media massa yang bersangkutan. Jadi,

berapa orang yang terlibat dalam proses komunikasi massa itu, berapa macam

peralatan yang digunakan, dan berapa biaya yang dikeluarkan, sifatnya relatif.

2. Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya kemunikasi massa itu

ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang

tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan

komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua

fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media

massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus

memenuhi criteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi

sebagian besar komunikan. Dengan demikian, criteria pesan yang penting dan

menarik mempunyai ukuran tersendiri, yakni bagi sebagian besar komunikan.

Misalnya, berita pemilihan lurah di salah satu kelurahan Kotamadya Bandung,

dapat memenuhi kriteria penting bagi masyarakat setempat, tapi tidak penting

bagi masyarakt Kota Bandung, apalagi Jawa Barat.

3. Komunikannya Heterogen dan Anonim

Komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen dan anonim. Pada

komunikasi antarpersona, komunikator akan mengenal komunikannya,

mengetahui identitasnya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

29

mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media yang

tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah

heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang

dapt dikelompokan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

agama, latar belakang budaya dan tingkat ekonomi.

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainnya, adalah

jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relative banyak dan

tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikasi yang banyak tersebut secara

serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

Effendy (1981) mengartikan keserempakan media itu sebagai keserempakan

kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator,

dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan yang terpisah.

Contoh, berita-berita yang memenuhi kolom surat kabar atau yang disiarkan

radiao dan televisi secara serempak dapat diterima oleh pembaca, pendengar dan

pemirsa di berbagai tempat. Bayangkan bila berita tersebut tidak disampaikan

melalui media massa, tetapi dilakukan secara antarpersona!

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempuyai dimensi

isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukan muatan atau isi komunikasi,

yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana

cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana para peserta

komunikasi itu. Sementara Rakhmat (2003) menyebutkan sebagai proporsi unsur

isi dan unsur hubungan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

30

Dalam konteks komunikasi massa, komunikator tidak selalu harus kenal

denga komunikannya, dan sebaliknya. Yang penting, bagaimana seorang

komunikator menyusun pesan secara sistematis, baik, sesuai dengan jenis

medianya, agar komunikannya bisa memahami isi pesan tersebut. Itulah sebabnya

mengapa perlu ada cara penulisan lead untuk media cetak, elektronik, cara

menulis artikel yang baik, dan seterusnya. Semua itu menunjukan pentingnya

unsur isi dalam komunikasi massa.

6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Selain ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa

dibandingkan dengan komunikasi lainnya, ada juga ciri komunikasi massa yang

merupakan kelemahannya. Karena komunikasinya melalui media massa, maka

komunikator dan dan komunikannya tidak dapat melaksanakan kontak langsung.

Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan,

namun keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam

komunikasi antarpersona. Dengan kata lain, komunikasi massa itu bersifat satu

arah.

Untuk memahami lebih jelas tentang sifat komunikasi massa yang satu

arah, penulis mengutip penjelasan Rakhmat (1996) dalam buku Psikologi

Komunikasi yang membandingkan sistem komunikasi massa dengan komunikasi

antarpersona dalam hal pengendalian arus informasi.

Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan

yang disampaikan dan diterima. “Misalnya, ketika saudara mendengarkan radia

siaran, kemudian ada bagian yang tidak anda pahami, pasti saudara tidak dapat

meminta penyiar untuk mengulang membacakan bagian yang tidak saudara

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

31

pahami itu; dengan kata lain, pesan itu harus diterima apa adanya. Karena kesal,

akhirnya saudara mematikan pesawat radio siaran, dan sudah barang tentu penyiar

tidak akan merasa tersinggung, atau memarahi anda karena ia tidak melihat

langsung perbuatan anda.” Dalam ilustrasi diatas Nampak dalam komunikasi

massa tidak terjadi pengendalian arus informasi.

7. Stimulasi Alat Indera Terbatas

Ciri komunikasi massa lainnya yang dianggap salah satu kelemahannya,

adalah stimuli alat indera terbatas. Pada komunikasi antar persona yang bersifat

tatap muka, maka seluruh alat indera pelaku komunikasi, komunikator dan

komunikan, dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat,

mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa,

stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa, pada surat kabar dan

majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak

hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan

indera pengelihatan dan pendengaran.

8. Umpan Balik Tertunda dan Tidak Langsung

Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan feedback

merupakan factor penting dalam proses komunikasi antarpersona, komunikasi

kelompok, dan komunikasi massa. Efektivitas komunikasi seringkali dilihat dari

feedback yang disampaikan oleh komunikan.

Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas pada

komunikasi antarpersona. Bila penulis memberikan kuliah pada anda secara tatap

muka, penulis akan memperhatikan bukan saja ucapan anda, tetapi juga kedipan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

32

mata, gerak bibir, posisi tubuh, intonasi suara, dan gerakan lainnya yang dapat

penulis artikan.

Semua simbol tersebut merupakan umpan balik yang penulis terima lewat

seluruh alat indera penulis. Umpan balik ini bersifat langsung, atau segera.

Sedangkan dalam proses komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung

dan tertunda. Artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera

mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.

Tanggapan khalayak dapt diterima melalui telepon, e-mail, atau surat pembaca,

hal ini menggambarkan feedback komunikasi massa bersifat tidak langsung,

sedangkan waktu untuk melakukan tanggapan menunjukan bahwa feedback dalam

komunikasi massa tertunda.

2.4 Jurnalistik dan Pers

2.4.1 Pengertian Jurnalistik

Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa

Perancis, journ berarti catatan atau laporan harian.

Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Dengan demikian jurnalistik

bukanlah pers, bukan pula media massa. Jurnalistik adalah kegiatan yang

memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui eksistensianya

secara baik. (Sumadiria, 2007 : 2)

Dalam kamus, Jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan,

mengedit, atau menulis untuk surat kabar, majalah, atau berkala lainya

(Assegaf dalam Sumadiria 2006 : 4). Menurut Ensiklopedia Indonesia,

jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi

tentang kejadian dan atau kehidupan sehari – hari.

F. Frazer Bond mengartikan jurnalistik sebagai segala bentuk yang

membuat berita dan ulasan mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati.

Sementara itu, Roland E. Wolseley menyebutkan jurnalitik adalah pengumpulan,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

33

penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat

pemerhati, hiburan umum secata sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan

pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran.

Dilihat dari segi bentuk dan pengelolaannya, jurnalistik dibagi ke dalam tiga

bagian yaitu jurnalistik media cetak (newspaper and magazine journalism),

jurnalistik media elektronik auditif (radio broadcast journalism), dan jurnalistik

media audio-visual (television journalism).

Jurnalistik media cetak meliputi jurnalistik surat kabar harian, jurnalistik

surat kabar mingguan, jurnalistik tabloid harian, jurnalistik tabloid

mingguan, dan jurnalistik majalah. Jurnalistik media elektronik auditif

adalah jurnalistik radio siaran. Jurnalistik media elektronik audio-visual

adalah jurnalitik televisi siaran dan jurnalistik media on line (internet)

(Sumadiria, 2007: 4)

Produk jurnalistik dibagi dua yaitu berita (news) dan opini (views).

Kelompok berita meliputi antara lain berita langsung (straight news), berita

menyeluruh (comprehensive news), berita mendalam (depth news), pelaporan

mendalam (depth reporting), berita penyelidikan (investigative news), berita khas

(feature news), berita gambar (photo news). Dalam berita, seorang wartawan tidak

boleh memasukan unsur opini dalam tulisannya. Hal itu dikarenakan sifat

tulisannya yang harus merupakan fakta dan bersifat objektif.

Sedangkan kelompok opini (views), meliputi tajuk rencana, karikatur, pojok,

artikel, kolom, esai, dan surat pembaca. Secara singkat opini dapat dikatakan

sebagai tulisan dalam media cetak yang memasukan pendapat penulis di

dalamnya. Artinya, tulisan tersebut mengandung subjektivitas, bukan hanya fakta.

Halaman opini biasanya disediakan pers sebagai bagian dari pelaksanaan peran,

fungsi serta tanggung jawabnya pada masyarakat, dalam arti pers ikut

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

34

menjalankan tugas demokratisasinya dengan menyediakan suatu forum untuk

dialog (Siregar dalam Sumadiria).

Kelompok opini (views) meliputi artikel, tajuk rencana, pojok, surat

pembaca dan karikatur. Views dalam media massa berfungsi sebagai alat kontrol

sosial. Guna melaksanakan fungsi tersebut media massa khususnya media cetak

menyediakan tempat khusus bagi kelompok tersebut.

2.4.2 Elemen-Elemen Jurnalisme dalam Karya Jurnalistik

Dalam menghasilkan karya juranlistik hendaknya penulis (wartawan) selain

memperhitungkan nilai berita akan lebih baik lagi jika perbuatan karya jurnalistik

diperhitungkan pula elemen-elemen jurnalisme seperti yang dikemukakan Kovach

dan Rosenstiel berikut:

1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran

Fungsi berita adalah menandai sauatu peristiwa, sedangkan fungsi

kebenaran adalah menerangi fakta-fakta tersembunyi, menghubungkan satu

sama lain, dan membuat sebuah gambaran realitas yang dari sini orang bisa

bertindak. Saat ini sudah tidak cukup lagi melaporkan fakta yang jujur, akan

tetapi sudah saatnya melaporkan kebenaran tentang fakta. Kebenaran di sini,

dengan kata lain, fenomena yang rumit kadang kontradiktif, tapi melalui

proses jurnalisme bisa sampai pada kebenaran. Caranya dengan memilih

sedari awal fakta dari informasi yang keliru yang ikut bersamanya,

ketiadaan informasi. Setelah itu ia membiarkan komunikasi bereksi, dan

penyelesaian yang terjadi. Pencarian kebenaran akhirnya menjadi

komunikasi dua arah.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

35

2. Loyalitas pertama jurnalisme kepada warga

Komitmen pada warga lebih besar ketimbang egoisme professional. Tersirat

didalamnya perjanjian dengan publik, yang menyatkan kepada audiens

bahwa liputannya tidak untuk kepentingan pribadi atau condong untuk

kepentingan teman-teman. Kesetiaan pada warga ini adalah makna dari

yang kita sebut independensi jurnalistik. Istilah tersebut sering sebagai

sinonim untuk gagasan-gagasan lain seperti, tidak berat sebelah,

ketidakberpihakan, dan ketidakterikatan.

3. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi

Fokus untuk menceritakan apa yang tejadi setepat-tepatnya antara

jurnalisme dan hiburan, propaganda, fiksi atau seni. Untuk mencapai itu

perhatian ditujukan pada obyektivitas. Namun dalam konsep asli,

metodenyalah yang efektif bukan si wartawan, Landasan disiplin verifikasi

adalah, jangan pernah menambahi sesuatu yang tidak ada, jangan pernah

menipu audiens, berlekulah setranparan mungkin tentang metode dan

motivasi anda, andalkan reportase anda sendiri, dan besikaplah rendah hati.

Mengenai sumber anonim, ada hal yang harus diperhatikan seperti, seberapa

banyak pengetahuan langsung yang dimiliki suber anonim terhadap sebuah

kejadian. Kemudian hendaknya berbagi dengan audiens informasi untuk

menandakan seberapa jauh sumber berada di posisi untuk tahu (“seorang

sumber yang telah melihat dokumen,” misalnya) dan kepentingan khusus

apa yang mungkin dipunyai oleh sumber (“seorang sumber di dalam kantor

jaksa”misalnya). Upah untuk bisa lebih transparan ini adalah faktor penting

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

36

bagi audiens untuk dapat memutuskan seberapa banyak mereka bisa

mempercayai laporan tersebut.

4. Para praktisinya harus menjaga independensi terhadap sumber berita

Ini pun berlaku pada mereka yang bekerja di ranah opini, kritik, dan

komentar. Menjaga jarak personal tertentu sangatlah penting untuk bisa

melihat dengan jelas dan membuat penilaian yang independen. Independensi

meliputi independensi dari kedua atau status ekonomi, ras, etnis, agama, dan

gender. Memiliki opini bukan saja boleh dan alamiah yang dimiliki setiap

reporter yang bagus saat mendekati sebuah berita.

5. Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan

Prinsip anjing penjaga ini tengah terancam oleh penggunanya yang

berlebihan, yakni lebih ditujukan untuk menyajikan sensasi ketimbang

pelayanan publik.

6. Jurnalisme harus menyedikan forum publik untuk kritik maupun

dukungan warga

Semua bentuk medium yang dipakai watawan sehari-hari bisa benfungsi

untuk forum dimana publik diingatkan akan masalah-masalah penting

mereka sedemikian rupa, sehingga mendorong warga untuk membuat

penilaian dan mengambil sikap.

7. Jurnalisme harus membuat hal yang penting, menarik dan relevan

Tugas wartawan adalah menemukan cara membuat hal-hal yang penting

menjadi menarik untuk setiap cerita, dan menemukan campuran yang tepat

dari yang serius dan kurang serius yang ada dalam laporan berita.

Jurnalisme adalah mendongeng dengan tujuan. Pendekatan yang dilakukan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

37

antara lain, bereksperimen dengan teknik penceritaan baru maupun

membantu audiens membangun gambaran sendiri di benak mereka

ketimbang kita yang menggambarkannya.

8. Jurnalisme harus menjaga agar berita komprehensif dan proporsional

Jurnalisme adalah kartografi modern. Ia menghasilkan sebuah peta bagi

warga untuk mengambil keputusan tentang kehidupan mereka sendiri.

Itulah manfaat dan alas an ekonomi kehadiran jurnalisme. Konsep kartografi

ini membantu menjelaskan apa yang menjadi tanggung jawab liputan

jurnalistik. Jika memikirkan jurnalisme sebagai kartogafi sosial, maka peta

tersebut harus meliputi berita dari semua komunikasi kita. Analoginya

adalah watrtawan yang menghabiskan waktu untuk pengadilan sakndal

selebritis dengan tidak sewajarnya sepeti menggambar Inggris atau Spanyol

dengan ukuran Greenland yang lebih popular.

9. Para praktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka

Setiap wartawan harus memeliliki rasa etika dan tanggung jawab personal.

Terlebih lagi mereka punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-

kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan hal yang

serupa. Berita seharusnya tidak menghibur tetapi menantang kita dan

membuat kita berpikir.

2.4.3 Pengertian Pers

Istilah pers berasal dari bahasa Belanda, berarti cetak, sedangkan secara

kharfiah pers berarti penyiaran secara serentak atau publikasi secara dicetak.

Dalam perkembangannya, pers memiliki dua pengertian, yakni arti sempit dan arti

luas.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

38

Dalam arti sempit pers hanya menunjuk pada media cetak berkala koran

tabloid, dan majalah. Sedangkan dalam arti luas, pers bukan hanya

menunjuk pada media cetak berkala melainkan juga mencakup media

elektronik auditif dan media audiovisual berkala yakni radio, televisi, film,

dan media online internet. (Sumadiria, 2007:31).

Lebih jauh lagi, pers dapat dikategorikan dalam dua perngertian, yakni pers

dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media

massa cetak, seperti surat kabar, majalah, mingguan tabloid, dan sebagainya.

Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa elektronik, antara lain radio

siaran dan televisi siaran, sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik.

Pers merupakan sarana yang menyiarkan produk jurnalistik, fungsi pers

berarti fungsi jurnalistik, pada jaman ini jurnalistik tidak hanya mengelola

berita, tetapi juga aspek – aspek lain untuk isi surat kabar, karena itu

fungsinya bukan lagi menyiarkan informasi, tetapi juga mendidik,

menghibur, dan mempengaruhi khalayak agar melakukan suatu kegiatan

(Effendy,2003)

Pers merupakan wahana dan sarana bagi hak – hak rakyat untuk

berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi serta hak untuk tahu,

sehingga pers harus merdeka. Kemerdekaan pers bersumber dari hak asasi

manusia, yang dikelola untuk memenuhi hak – hak rakyat sebagai pemegang

kedaulatan.

Kemerdekaan pers diwujudkan dalam lembaga industri pers, yang

didalamnya membawa nilai – nilai profesionalisme yang berisi kualitas profesi,

tanggung jawab sosial, dan etika.

2.4.4 Karakteristik Pers

Pers memiliki ciri – ciri spesifik, hal ini yang membedakannya dengan

media lain. Dari karakteristik tersebut lahirlah identitas. Pers memiliki empat ciri

spesifik yang sekaligus menjadi identitas dirinya. Tapi ada juga pakar pers yang

menambahkan dengan ciri yang lain yakni objektivitas.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

39

Dengan asumsi untuk memperluas wawasan serta mempertajam analisis kita

terhadap pers, maka Sumadiria (2007:35) dalam bukunya memasukan unsur

objektivitas tersebut ke dalam ciri spesifik pers. Dengan demikian terdapat lima

ciri spesifik pers yang ada, sebagai berikut :

1. Publisitas

Publisitas adalah penyebaran kepada publik atau khalayak. Karena

diperuntukkan publik maka sifat surat kabar adalah umum. Isi surat kabar

terdiri dari berbagai hal yang berkaitan erat dengan kepentingan umum.

Ditinjau dari segi lembarannya, jika surat kabar memiliki halaman banyak,

isinya sendiri juga dengan sendirinya akan memenuhi kepentingan

khalayak yang lebih banyak. Dengan ciri publisitas ini, maka penerbitan

yang meskipun fisiknya sama dengan surat kabar, tidak bisa disebut surat

kabar jika diperuntukkan sekelompok orang atau segolongan orang dalam

jumlah yang terbatas, meski dia bisa dilanggan atau dibeli eceran, tapi

selama kepentingan yang dicakup hanya sebatas sekelompok tertentu dia

tidak termasuk surat kabar.

2. Periodisitas

Periodisitas adalah keterangan terbitnya surat kabar. Bisa satu kali sehari,

dua kali sehari, atau satu – dua kali sebulan. Penerbitan lainnya, seperti

buku misalnya, tidak bisa disebarkan secara periodik, sebab tidak memiliki

keteraturan.

3. Universalitas

Universalitas, artinya kesemestaan isinya; aneka ragam yang berasal dari

seluruh dunia.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

40

4. Aktualitas

Aktualitas adalah mengenai berita yang disiarkan. Aktualitas menurut kata

asalnya berarti kini dan keadaan sebenarnya. Keduanya mempunyai

keterkaitan yang erat dengan berita yang dimuat oleh surat kabar. Berita

adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan kata lain

berita adalah laporan mengenai peristiwa yang baru saja terjadi dan yang

dilaporkan itu harus benar. Sementara aktualitas sebagai ciri surat kabar

adalah kecepatan laporan, tanpa mengenyampingkan pentingnya

kebenaran berita. Hal – hal yang disiarkan media cetak lainnya bisa saja

mengandung kebenaran, tetapi belum tentu mengenai yang baru saja

terjadi.

2.4.5 Fungsi Utama Pers

Dalam berbagai literatur komunikasi dan jurnalistik disebutkan terdapat

lima fungsi utama pers yang berlaku unuversal. Disebut universal, karena kelima

fungsi tersebut dapat ditemukan pada setiap negara di dunia yang menganut

paham demokrasi, yakni :

1. Informasi (to inform)

Menyampaikan informasi secepatnya pada masyarakat yang seluas-

luasnya dengan kriteria dasar yang akurat, aktual, faktual, berimbang,

relevan, bermanfaat, dan etis.

2. Edukasi (to educate)

Apapun informasinya yang disebarluaskan pers hendaknya dalam

kerangka mendidik. Inilah yang membedakan pers sebagai lembaga

kemasyarakatan yang lain. Sebagai lembaga ekonomi, pers memang

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

41

dituntut berorientasi komersial untuk memperoleh keuntungan finansial.

Namun orientasi dan misi komersial itu, sama sekali tidak boleh

mengurangi, apalagi meniadakan fungsi dan tanggung jawab sosial pers.

Seperti yang ditegaskan Wilbur Schramm dalam Men, Messages, and

Media (1973), bagi masyarakat, pers adalah watcher, teacher and forum

(pengamat, guru, dan forum)

3. Koreksi (to influence)

Pers adalah pilar demokrasi keempat setelah legislatif, eksekutif, dan

yudikatif. Dalam kerangka ini, kehadiran pers dimaksudkan untuk

mengawasi atau mengontrol kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif

agar kekuasaan mereka tidak menjadi korup dan absolut. Dengan fungsi

kontrol sosial yang dimilikinya itu, pers bisa disebut sebagai institusi

sosial yang tidak pernah tidur.

4. Rekreasi (to entertain)

Pers harus memerankan dirinya sebagai wahana rekreasi yang

menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

Apapun pesan rekreatif yang disajikan, mulai dari anekdot, tidak boleh

bersifat negatif apalagi destruktif.

5. Mediasi (to mediate)

Dengan fungsi mediasi, pers mampu menghubungkan tempat yang satu

dengan tempat yang lain, peristiwa yang satu dengan yang lain, orang yang

satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan orang yang

lain di tempat yang sama.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

42

2.4.6 Tipologi Pers

1. Pers Berkualitas

Cara penyajian yang etis moralis, intelektual secara konseptual. Sangat

dihindari pola pola dan penyajian pemberitaan yang bersifat emosional frontal.

Segala sesuatu dilihat menurut pandangan, aturan, norma, etika, dan kebijakan

yang sudah baku serta terbukti aman bagi kepentingan dan kelangsungan

kemajuan perusahaan. Kualitas dan kredibilitas media hanya bisa diraih melalui

pendekatan profesionalisme secara total.

2. Pers Populer

Pers popular sangat menekankan nilai serta kepentingan komersial. Dalam

pengamatan Amar (1984: 32), penerbitan pers popular memilih cara penyajian

dan pendekatan yang kurang etis, emosional, dan kadang-kadang sadistis. Dalam

pandangan pers popular, segala sesuatu bisa dilakukan atau bisa diubah demi

pemenuhan kebutuhan dan kepuasan khalayak pembaca.

3. Pers Kuning

Bagi pers kuning, kaidah baku jurnalistik tidak diperlukan. Berita tak

harus berpijak pada fakta, tetapi bisa saja didasari ilusi, imajinasi, dan fantasi.

Penyajian pers kuning banyak mengeksploitasi warna. Segala macam warna

ditampilkan untuk mengundang perhatian.

2.4.7 Tiga Pilar Utama Pers

Pers sebagai institusi sosial memilik tiga pilar utama yang saling

menopang. (Sumadiria, 2005:121). Yakni :

1. Idealisme: Pers harus memiliki dan mengemban idealisme cita-cita,

obsesi, sesuatu yang harus dikejar untuk bisa dijangkau dengan segala

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

43

daya dan cara yang dibenarkan menurut etika dan norma profesi yang

berlaku serta diakui oleh masyarakat dan negara.

2. Komersialisme: Pers harus mendapat kekuatan untuk mempertahankan

nilai-nilai profesi yang diyakininya dengan berorientasi kepada

kepentingan komersil yang merujuk pada kaidah ekonomi.

3. Profesionalisme: Pers harus berlaku secara profesional dalam hal

keahlian, materi yang layak, punya dedikasi dan pemagaran sikap dan

aktivitas oleh kode etik profesi.

2.4.8 Pers sebagai Kontrol Sosial

Loyalitas pertama pers adalah kesetiaan pada warga negara. Kesetiaan

kepada warga ini adalah makna yang disebut independensi pers. Kesetiaan kepada

warga diwujudkan pers dalam bentuk pemantauan yang independen terhadap

kekuasaan dengan bentuk kontrol sosial.

Pers melakukan kontrol terhadap pemerintah yakni dalam artian

mengawasi jalannya pemerintah, bukan dengan sengaja mencari kesalahan

pemerintah dan mengeluarkan kritikan di media massa. Pers seyogyanya tidak

saja mengkritisi pemerintah namun juga ikut memberikan jalan keluar dalam

mengatasi permasalahan tersebut. Jurnalistik bisa melakukan kontrol dan kritik

sosial terhadap kolusi dan dapat memakai pandangan masyarakat umum sebagai

tolak ukur. Kontrol sosial dapat menimbulkan keperkaan sosial yang didasarkan

pada perasaan bahwa manusia bersama-sama bertanggung jawab atas

perkembangan lingkungan sosial.

Tujuan pers sebagai anjing penjaga tak hanya menjadikan manajemen dan

pelaksana kekuasaan transparan semata, tapi juga menjadikan akibat dari

kekuasaan itu diketahui dan dipahami. Pers harus mengenali kapan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

44

lembaga itu bekerja secara efektif dan kapan tidak (Kovach dan

Rosenstiel, 2003: 144).

Pers sebagai alat kontrol sosial atau anjing penjaga (watch dog) tergantung

pada sistem sosial, politik, ekonomi di suatu negara. Dalam sebuah negara yang

menganut sistem pers bebas bertanggung jawab seperti di Indonesia, pers harus

memberitakan apa yang berjalan baik dan tidak baik di suatu pemerintahan atau

perusahaan. Fungsi “wacthdog” atau fungsi kontrol ini harus dapat dilakukan

dengan lebih aktif oleh pers daripada oleh kelompok masyarakat lainnya.

2.5 Media Massa

Berbicara media massa berarti berbicara tentang serangkaian kegiatan

produksi budaya dan informasi yang dilaksanakan oleh berbagai komunikator

massa untuk disalurkan kepada khalayak, sesuai dengan pengaturan dan kebiasaan

yang berlaku. Media massa berperan sebagai pihak yang menyampaikan hal yang

bermakna kepada pihak lain. Kegiatannya berupa penyampaian tanda – tanda

dalam bentuk informasi atau berita dan pada dasarnya merupakan upaya untuk

mengatasi jarak dan waktu.

Media massa mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

1. Memproduksi dan mendistribusikan “pengetahuan” dalam wujud

informasi, pandangan, dan budaya.

2. Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang

lain dan merupakan saluran tata cara pengetahuan.

3. Media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan

publik, dan merupakan institusi yang terbuka bagi semua orang untuk

berperan serta sebagai penerima.

4. Partisipasi anggota khalayak dalam institusi pada hakikatnya bersifat

sukarela, tanpa adanya keharusan atau kewajiban sosial. Pemakaian media

diasosiasikan orang dengan waktu senggang dan santai.

5. Institusi media massa dikaitkan dengan industri dan pasar karena

ketergantungannya pada imbalan kerja, teknologi, dan kebutuhan

pembiayaan.

6. Meskipun institusi media itu sentidi tidak memiliki kekuasaan, namun

institusi ini selalu bekaitan dengan kekuasaan negara (McQuaill, 1987:40).

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

45

Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni

media massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang dapat

memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar, newsletter dan

majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa

adalah radio siaran, televisi, film, media on-line (internet). Berikut adalah

pembahasan mengenai media massa.

2.5.1 Fungsi Media

Harold Lasswell dan Charles Wright merupakan sebagian dari pakar yang

benar – benar serius mempertimbangkan fungsi dan peran media massa dalam

masyarakat. Lasswell (1948/1960), pakar komunikasi dan profesor hukum di

Yale, mencatat ada 3 fungsi media massa : pengamatan lingkungan, korelasi

bagian – bagian dalam masyarakat untuk merespon lingkungan, dan penyampaian

warisan masyarakat dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Selain ketiga

fungsi ini, Wright (1959:16) menambahkan fungsi keempat, yaitu hiburan. Selain

fungsi, media juga mempunyai banyak difungsi, yakni konsekuensi yang tidak

diinginkan masyarakat atau anggota masyarakat atau anggota masyarakat. Suatu

tindakan dapat memiliki baik fungsi maupun disfungsi.

1. Pengawasan (Surveilance)

Fungsi pertama, memberi informasi dan menyediakan berita. Dalam

membentuk fungsi ini media sering kali memperingatkan kita akan bahaya

yang mungkin terjadi seperti kondisi cuaca yang ekstrem atau berbahaya,

atau ancaman militer. Fungsi pengawasan juga termasuk berita yang

tersedia di media yang penting dalam ekonomi, politik, masyarakat, seperti

laporan bursa pasar, lalu lintas, cuaca, dan sebagainya. Pengawasan ini

bisa juga menyebabkan difungsi. Kepanikan dapat saja terjadi karena

adanya penekanan yang berlebihan terhadap bahaya atau ancaman

terhadap masyarakat.

2. Korelasi (Correlation)

Adalah seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan. Media

sering kali memasukan kritik dan cara bagaimana seseorang harus bereaksi

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

46

terhadap kejadian tertentu. Karena itu korelasi merupakan bagian media

yang berisi editorial dan propaganda. Fungsi korelasi bertujuan untuk

menjalankan norma sosial dan menjaga konsensus dengan mengekspos

penyimpangan, memberikan status dengan cara menyoroti individu

terpilih, dan dapat berfungsi untuk mengawasi pemerintahan. Dalam

menjalankan fungsi korelasi, media sering kali bisa menghalangi ancaman

terhadap stabilitas sosial dan memonitor atau mengatur opini publik.

Fungsi korelasi bisa menjadi disfungsi ketika media terus menerus

melanggengkan stereotype dan menumbuhkan kesamaan, menghalangi

perubahan sosial, dan inovasi, mengurangi kritik dan melindungi serta

memperluas kekuasaan yang mungkin perlu diawasi.

3. Penyampaian Warisan Sosial (Transmission of the Social Heritage)

Penyampaian warisan sosial merupakan suatu fungsi di mana media

menyampaikan informasi, nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi

berikutnya atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang. Namun

demikian, mengingat sifatnya yang cenderung tidak pribadi, media massa

dituduh ikut berperan dalam depersonalisasi masyarakat (Disfungsi)

4. Hiburan (Entertainment)

Sebagian besar isi media mungkin dimaksudkan sebagai hiburan, bahkan

di surat kabar sekalipun, mengingat banyaknya kolom, fitur, dan bagian

selingan. Media hiburan dimaksudkan untuk memberi waktu istirahat dari

masalah setiap hari dan mengisi waktu luang. Selain itu, fungsi hiburan

dalam media adalah untuk menciptakan budaya massal, seperti seni dan

musik pada berjuta – juta orang. Namun, disfungsi dari hiburan ini

menyebabkan mendorong sikap lari dari kesibukan, sibuk mencari

hiburan, mengurangi selera dan menghalangi pertumbuhan (Werner J.

Severin – James W. Tankard,Jr, 2001: 386-388).

2.5.2 Media Massa Cetak

Apabila akan membicarakan media massa, mau tidak mau kita harus

mengutip pendapat Marshall McLuhan mengenai keadaan dunia saat ini yang

bagaikan desa global (global village). Media komunikasi modern memungkinkan

berjuta-juta orang di seluruh dunia untuk menghubungi hampir setiap pelosok

dunia.

Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni

media massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang dapat

memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah.

Sebagai media cetak, surat kabar dan majalah tetap berbeda karena

memiliki karakteristik yang khas, yang dimilki masing-masing media.

(Ardianto dan Lukiati, 2004:98)

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

47

2.6 Majalah

Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam – macam artikel

dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasa diterbitkan mingguan, dwimingguan

atau bulanan. Majalah biasanya memiliki artikel mengenai topik populer yang

ditujukan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah

dimengerti oleh banyak orang. Publikasi akademis yang menuliskan artikel pada

ilmu disebut jurnal. Banyak macam majalah dan penggolongannya. Misalnya,

majalah rohani, berita dan politik, kriminal, pertanian, kedokteran, perbankan,

obat – obatan, pengetahuan, dan majalah ibu rumah tangga.

Penggolongan majalah biasanya diklasifikasikan berdasarkan umur atau

jenis kelamin pembaca. Misalnya, majalah pria, majalah wanita, majalah anak laki

– laki, majalah anak perempuan, dan majalah anak – anak. Majalah juga bisa

digolongkan menurut kabar tertentu dari majalah mingguan, majalah bulanan, dan

majalah dua bulan sekali. Kita perlu mengetahui macam – macam dan

penggolongan sebuah majalah agar terjadi kekeliruan.

Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat

kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dai Negara-negara Eropa

dan Amerika. Sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia

dimulai menjelang dan pada awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta tahun 1945

terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Markoem

Djojohadisoeprapto (MD) dengan prakata dari Ki Hadjar Dewantoro selaku

menteri Pendidikan pertama RI. Di Ternate, pada bulan Oktober 1945 Arnold

Monoutu dan dr. Hassan Missouri menerbitkat majalah mingguan Menara

Merdeka berani dan tegas mengemukakan kaum Republikan setempat di tengah

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

48

keganasan serdadu Belanda, juga menyerukan persatuan bangsa Indonesia.

Majalah lain yang terbit setelah kemerdekaan, antara lain: Pahlawan (Aceh),

Arena (Jogja), Sastrawan (Malang) dan majalah Seniman (Solo).

2.6.1 Kategori Majalah

Menurut Joseph R. Dominick, klasifikasi majalah dibagi kedalam lima

kategori utama, yaitu :

1. Majalah Konsumen Umum (General Consumer Magazine)

Konsumen majalah ini bisa siapa saja dan dapat dibeli disudut outlet, mall,

atau toko buku lokal. Majalah ini juga menyajikan informasi produk dan

jasa yang diiklankan pada halaman tertentu.

2. Majalah Bisnis (Busines Magazine)

Majalah – majalah bisnis melayani secara khusus mengenai informasi

bisnis, industri atau profesi. Pembacanya terbatas pada kaum profesional

atau pelaku bisnis.

3. Majalah Ilmiah dan Kritik Sastra (Academic Journal and Literacy

Reviews)

Majalah ini banyak diterbitkan oleh organisasi profesional. Maka

menerbitkan empat edisi atau kurang setiap tahunnya dan kebanyakan

tidak menerima iklan.

4. Majalah Khusus Terbitan Berkala (Newslatter)

Media ini dipublikasikan dalam bentuk khusus 4 – 8 halaman dengan

perwajahan khusus pula, didistribusikan secara gratis atau dijual secara

berlangganan.

5. Majalah Humas/PR (Public Relations Magazine)

Majalah PR ini diterbitkan oleh perusahaan, dan dirancang untuk disirkulai

pada karyawan, agen, pelanggan dan pemegang saham. Jenis penerbitan

ini berbeda dengan periklanan, dan menjadi bagian promosi organisasi

atau perusahaan yang mensponsori penerbitan.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

49

2.6.2 Fungsi Majalah

Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama

media berbeda satu dengan yang lainnya. Majalah berita seperti Gatra dan Tempo

mungkin lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa

dalam dan luar negeri, dan fungsi berikutnya adalah hiburan. Namun berbeda

dengan majalah wanita dewasa Femina, meskipun beritanya relatif menyangkut

berbagai informasi dan tips masalah kewanitaan, tetapi majaah tersebut lebih

bersifat menghibur. Fungsi informasi dan mendidik menjadi prioritas berikutnya.

Majalah pertanian Trubus fungsi utamanya adalah memberikan pendidikan

mengenai bercocok tanam, sedangkan fungsi berikutnya adalah informasi.

2.6.3 Karakteristik Majalah

Majalah merupakan media yang paling simpel organisasinya, relatif lebih

mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang besar. Meskipun

sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan dengan surat

kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri yaitu (Elvinaro, Lukiati,

Siti, Komunikasi Massa, 2007:121).:

a. Penyajian Berita Lebih Mendalam

Frekuensi terbit majalah adalah mingguan, dwi mingguan atau

bulanan. Majalah berita biasanya terbit mingguna, sehingga par

reporternya puya waktu yang lama untuk memahami dan

mempelajari suatu peristiwa, dapat menyajikan informasi yang lebih

dalam. Analisis beritanya dapat dipercaya dan didasarkan pada buku

yang referensi yang relevan dengan peristiwa.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

50

b. Nilai Aktualitas Lebih Lama

Apabila nilai aktualitas surat kabar berumur satu hari, maka nilai

aktualitas majalah bisa satu minggu. Sebagai contoh, kita akan

menganggap using surat kabar kemarin atau dua hari yang lalu jika

kit abaca saat ini. Akan tetapi kita tidak pernah menganggap usang

majalah yang terbit dua atau tiga hari yang lalu. Sebagaimana kita

lamai bersama, bahwa dalam membaca majalah tidak pernah tuntas

sekaligus. Dengan demikian, majalah mingguan baru tuntas kit abaca

dalam tempo tiga atau empat hari.

c. Gambar/Foto Lebih Banyak

Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian

beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan

gambar/foto yang lengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang

berwarna, serta kualitas kertas yang digunakannya pun lebih baik.

Foto-foto yang ditampilkan majalah memiliki daya tarik tersendiri,

apalagi apabila foto tersebut sifatnya eksklusif.

d. Sampul Sebagai Daya Tarik

Disamping foto, sampul / cover majalah juga merupakan daya tarik

tersendiri. Sampul adalah ibarat pakaian dan aksesorisnya pada

manusia. Sampul majalah biasannya menggunakan kertas yang

bagus dengan gambar dan warna yang menarik. Menarik tidaknya

sampul suatu majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya, serta

konsistensi atau keajegan majalah tersebut dalam menampilkan ciri

khasnya. Misalnya sampul majalah Tempo yang rutin menggunakan

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

51

gambar kartun atau karikatur dalam merepresentasikan realitas yang

ada, untuk berita yang menjadi topik utama majalah tersebut.

2.7 Isi Media Sebagai Alat Konstruksi Realitas

Menurut Danis McQuail (1987:52-53) media menghubungkan masyarakat

dengan realitas berperan sebagai :

1. Jendela pengalaman yang meluaskan pandangan kita dan

memungkinkan kita mampu memahami apa yang terjadi disekitar

kita, tanpa campur tangan pihak lain.

2. Juru bahsa yang menjelaskan dan memberi makna terhadap peristiwa

atau hal yang terpisahkan dan kurang jelas.

3. Pembawa atau pengantar informasi dan pendapat.

4. Jaringan interaktif yang menghubungkan pengirim dengan penerima

melalui pelbagai macam umpan balik.

5. Papan petunjuk jalan yang secara aktif menunjukan arah,

memberikan bimbingan atau instruksi.

6. Penyaring yang memilih bagian pengalaman yang perlu diberi

perhatian khusus dan menyisihkan aspek pengalaman lainnya.

7. Cermin yang memantulkan citra masyarakat terhadap masyarakat itu

sendiri; biasanya pantulan citra itu mengalami perubahan (distorsi)

karena adanya penonjolan terhadap segi yang ingin dilihat oleh para

anggota masyarakat.

8. Tirai atau penutup yang menutupi kebenaran demi pencapaian tujuan

propaganda atau pelarian dari suatu kenyataan.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

52

Berger memandang teks sebagai kontruksi atas realitas karenanya sangat

potensi terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda. Realitas

merupakan hasil interaksi antara wartawan dengan fakta dan media merupakan

konstruksi sosial yang mendefinisikan suatu realitas. Media memilih manakah

realitas yang akan diambil atau tidak. Dari realitas yang diambil itulah dibuat

berita yang selalu melibatkan pandangan, ideologi dan nilai – nilai media.

Pihak redaksi yang merupakan subjek yang mengkonstruksi realitas yang

lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya membuat berita menjadi

produk dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Konstruksi realitas sosial

yang dilakukan media tak terlepas dari bingkai nilai – nilai yang ditetapkan oleh

media yang bersangkutan.

Setiap upaya konseptualisasi sebuah peristiwa, keadaan, benda atau apapun

juga adalah usaha mengkonstruksikan realitas. Seseorang yang menceritakan

keadaan dirinya atau pengalamannya pada dasarnya ia mengkonstruksikan realitas

dirinya sendiri.

Pekerjaan utama para wartawan adalah menceritakan hasil reportasinya

kepada khalayak. Dengan demikian, mereka selalu terlibat dengan usaha-usaha

mengkonstrusikan realitas, yakni menyusun fakta yang dikumpulkannya ke

dalam suatu bentuk laporan jurnalistik, entah itu berita (news) atau berita khas

(feature). Rangkaian kegiatan seorang wartawan mengkonstrusikan suatu realitas,

dimulai dari pengumpulan informasi dengan pengamatan, pencatatan, pemotretan,

melakukan wawancara; untuk kemudian ia tuangkan ke dalam bentuk sebuah

reportase.

Seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed

reality). Dikatakan demikian karena sifat dan faktanya bahwa tugas

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

53

redaksional media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa. Laporan-

laporan jurnalistik di media pada dasarnya tak lebih dari hasil penyusunan

realitas-realitas dalam bentuk sebuah “cerita”. Berita adalah realitas yang

telah dikonstrusikan. (Tuchman dan Sudibyo dkk, 2001 : 65).

Persoalan realitas yang akan diliput oleh wartawan (media) setidaknya

adalah perdebatan paling penting di antara kubu pluralis dengan kritis. Dalam

pandangan kedua kubu tersebut terlihat adanya fakta sebenarnya yang dapat

diliput oleh wartawan. Realitas adalah pertarungan antara berbagai kelompok

untuk menonjolkan basis penafsiran masing-masing. Sehingga realitas yang hadir

pada dasarnya bukan realitas yang alamiah, tetapi sudah melalui proses

pemaknaan kelompok yang dominan.

Menurut Al-Zastrouw dalam Winarko, media massa adalah media yang

digunakan manusia untuk berkomunikasi antar mereka secara massal dan

cenderung bersifat “one way” (satu arah). Media massa secara garis besar

dapat dibagi ke dalam dua kelompok : media massa cetak dan media massa

elektronik. Media massa cetak meliputi surat kabar, majalah, dan tabloid,

sedangkan media massa elektronik mencakup media “audio” (suara) seperti

radio, dan media “audio visual” (suara dan gambar) yaitu televisi dan film

(Winarko, 2000 : 7).

Semua media massa menyajikan berita tentang peristiwa-peristiwa secara

bersama-sama. Setiap bentuk dan jenis media berusaha bisa tampil beda dengan

menunjukkan cara dan ciri khasnya sendiri. Sebab masing-masing media memiliki

gaya dan strateginya sendiri-sendiri khususnya dalam usaha menyiasati minat dan

kebutuhan publik.

Meskipun media massa lebih dulu muncul, ciri-ciri komunikasi massa yang

telah disebutkan diatas tetap harus dipenuhi kedua jenis massa. Terdapat

perbedaan yang khas pada media massa cetak dan media massa elektronik, yakni

pesan-pesan yang disiarkan oleh media massa elektronik diterima oleh masyarakat

hanya sekilas dan masyarakat harus selalu di depan televisi atau radio, sedangkan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

54

pesan-pesan yang disiarkan media cetak dapat dikaji ulang dan dipelajari serta

disimpan untuk dibaca pada tiap kesempatan.

2.8 Bahasa dan Konstruksi Realitas

Bahasa adalah unsur utama dalam mengkonstruksi realitas. Bahasa

merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas itu sendiri. Bahasa

adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak

ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa ada bahasa.

Keberadaan bahasa dalam media massa bukan lagi sebagai alat untuk

menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (citra)

yang akan muncul di benak khalayak. Bahasa yang akan dipakai media ternyata

mampu mempengaruhi cara melafalkan (pronunciation), tata bahasa (grammar),

susunan kalimat (syntax), perluasan dan modifikasi perbendaharaan kata, dan

akhirnya mengubah dan atau mengembangkan percakapan (speech), bahasa

(language), dan makna (meaning). (Agus Sudibyo, dkk, 2001 : 70).

Menurut kalangan kritis (critical), bahasa adalah alat perjuangan kelas.

Makna dalam hal ini tidak ditentukan oleh struktur realitas, melainkan oleh

kondisi ketika pemaknaan dilakukan melalui praktek sosial, hal mana terdapat

peluang yang sangat besar bagi terjadinya pertarungan dan kelas ideologi. (Stuart

Hall, dalam Agus Sudibyo, dkk, 2001 : 73).

Bagi aliran kritis, pertarungan sosial dalam bahasa dapat dilakukan melalui

suatu tanda bahasa; memperebutkan akses terhadap perangkat pemaknaan: di sini

kita mengenal perbedaan antara mereka yang diakui sebagai kredibel dan layak

komentar, yang pertanyaannya mengandung aspek otoritatif dan representative

yang memungkinkannya untuk memapankan kerangka kerja utama atau term

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

55

sebuah argument: dan berjuang untuk memperoleh akses ke debat publik untuk

memenangkan term-term yang telah dilakukan ditentukan tentang problem-

problem yang dibicarakan. (Stuart Hall, dalam Agus Sudibyo, dkk, 2001 : 73).

Asumsi – asumsi yang mendasari konstruksi realitas secara sosial adalah :

1. Realitas tidak hadir dengan sendirinya, tetapi diketahui dan dipahami

melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh bahasa.

2. Realitas dipahami melalui bahasa yang tumbuh dari interaksi sosial pada

saat dan tempat tertentu.

3. Bagaimana realitas dipahami bergantung pada konvensi – konvensi sosial

yang ada.

4. Pemahaman terhadap realitas yang tersusun secara sosial membentuk

banyak aspek penting dalam kehidupan, seperti aktivitas berfikir dan

berperilaku.

Berdasarkan asumsi diatas, teori konstruksi realitas secara sosial berhasil

menemukan antara bahasa, interaksi sosial dan kebudayaan. Yaitu bagaimana

bahasa merupakan jembatan bagi manusia dalam memahami realitas, sekaligus

sebagai pedoman berperilaku. Karena bahasa itu sendiri kompleks sifatnya dan

mendapat pengaruh yang cukup kuat dalam kehidupan sosial masyarakat.

2.9 Konstruksi Realitas Media Massa

Pekerjaan media menurut pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan

realitas. Isi media adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai

realitas yang dipilihnya. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

56

massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah

realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality).

Pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-

realitas hingga membentuk sebuah "cerita" (Tuchman, 1980 dalam Sobur, 2009:

88). Media massa juga mempunyai peluang yang sangat besar untuk

mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang

dikonstruksikannya.

Kegiatan jurnalistik memang menggunakan bahasa sebagai bahan

baku guna memproduksi berita. Akan tetapi, bagi media, bahasa bukan

sekadar alat komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi, atau opini.

Bahasa juga bukan sekadar alat komunikasi untuk menggambarkan realitas,

namun jugs menentukan gambaran atau citra tertentu yang hendak

ditanamkan kepada publik.

Manakala konstruki realitas media berbeda dengan realitas yang ada di

masyarakat, maka hakikatnya telah terjadi kekerasan simbolik.

Kekerasan simbolik bisa mewujud melalui penggunaan bahasa

penghalusan, pengaburan, atau bahkan pengasaran fakta” (Sobur, 2009:89)

Ada dua buah istilah yang menjadi istilah kunci teori konstruksi sosial Peter

L. Berger dan Thomas Luckmann (1990:34), yaitu “realitas” dan “pengetahuan”.

Kenyataan adalah suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena-fenomena yang

memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak individu

manusia (yang kita tidak dapat meniadakannya dengan angan-angan). Sedangkan

Pengetahuan adalah kepastian bahwa fenomena-fenomena itu nyata (real) dan

memiliki karakteristik-karakteristik yang spesifik.

Dalam wacana keilmuan modern kini, menurut Sobur (2006:186) realitas

lazim diartikan sebagai semua yang telah dikonsepkan sebagai sesuatu yang

mempunyai wujud. Realitas sosial yang dimaksud Berger dan Luckmann ini

terdiri atas realitas objektif, realitas simbolik, dan realitas subjektif.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

57

Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia

objektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai

kenyataan. Realitas simbolik merupakan ekspresi simbolik dari realitas objektif

dalam berbagai bentuk. Sementara, realitas subjektif adalah realitas yang

terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolik ke

dalam individu melalui proses internalisasi.

Berger dan Luckmann (1990:61; Bungin, 2008) mengatakan institusi

masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan inter-

aksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara

obyektif, namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif

melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan

berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif

yang sama.

Menurut Berger dan Luckmann (Sobur,2009:91), realitas sosial

dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.

Konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun

sarat dengan kepentingan-kepentingan.

Eksternalisasi adalah usaha pencurahan diri manusia ke dalam dunia baik

mental maupun fisik. Objektifasi adalah hasil dari eksternalisasi yang berupa

kenyataan objektif fisik ataupun mental. Sedangkan internalisasi, diartikan

sebagai proses penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian

rupa sehingga subjektifitas individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Ketiga

proses tersebut saling berdialektika secara terus menerus pada diri individu dalam

rangka pemahaman tentang realitas.

Dalam mengkonstruksi sebuah realitas, media sesungguhnya memainkan

peran khusus dalam mempengaruhi budaya tertentu melalui penyebaran

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

58

informasi. Peran media sangat penting karena menampilkan sebuah cara

dalam memandang realita. Media tidak bisa dianggap berwajah "netral" dalam

memberikan jasa informasi dan hiburan kepada khalayak.

Media massa tidak hanya dianggap sekadar sebagai hubungan antara

pengirim pesan pada satu pihak dan penerima pada lain pihak. Lebih dari

semua itu media dilihat sebagai produksi dan pertukaran makna. Titik

tekannya terletak pada bagaimana pesan atau teks berinteraksi dengan

orang untuk memproduksi makna berkaitan dengan peran teks di

dalam kebudayaan. Pendekatan seperti ini disebut pendekatan

strukturalisme yang bisa dikontraskan dengan pendekatan proses atau

pendekatan linier (Fiske, 1990 dalam Sobur, 2009 : 93)

Proses konstruksi realitas yang dilakukan oleh media merupakan usaha

“menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa atau keadaan. Realitas tersebut

tidak serta merta melahirkan berita, melainkan melalui proses interaksi antara

penulis berita, atau wartawan, dengan fakta. Terjadi proses dialektika diantara apa

yang dipikirkan dan apa yang dilihat wartawan tersebut, sehingga isi berita

merupakan realitas yang telah mengalami proses konstruksi kembali. Pembuatan

berita pada dasarnya merupakan proses penyusunan atau konstruksi kumpulan

realitas sehimgga menimbulkan wacana yang bermakna.

2.10 Peranan Wartawan dalam Proses Pembingkaian

Sudibyo (2001: 224) berasumsi bahwa bingkai (Frame) yang muncul dalam

wacana media massa sangat dipengaruhi oleh awak media massa itu sendiri.

Merupakan suatu hal yang lazim dilakukan oleh para awak media massa

menguraikan gagasannya, menggunakan gaya bahasanya sendiri, serta mem-frase

dan membatasi pernyataan sumber berita. Disamping itu mereka menjabarkan

frame interpretatif mereka sendiri dengan menggunakan retorika khusus yang

menyiratkan keberpihakan atau kecenderungan tertentu.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

59

Besarnya peran wartawan dalam proses pembingkaian tidak dapat

dilepaskan dari asumsi dasar pembingkaian itu sendiri, yang menurut Nugroho,

selalu menyertakan pengalaman hidup, perjalanan sosial dan kecenderungan

psikologis wartawan ketika menafsirkan pesan yang datang kepadanya. Hal ini

dapat terjadi karena wartawan adalah subjek yang aktif dan otonom.

Jelasnya, skema interpretasi yang dimiliki wartawan menentukan bagaimana

ia memandang sebuah peristiwa atau realitas. Cara pandang itulah yang

selanjutnya membawa wartawan untuk membingkai peristiwa ke dalam bingkai

tertentu serta menjadi panduannya ketika memilih fakta-fakta yang sesuai dengan

bingkai tersebut. Faktor kunci yang mempengaruhi wartawan dalam

mengkonstruksi realitas adalah latar belakang wartawan seperti pendidikan, jenis

kelamin, umur, dan lain-lain. Selain itu, sikap, nilai, kepercayaan, dan orientasi

wartawan terhadap politik, agama, ideologi dan aliran tertentu pun turut memberi

andil pada bagaimana wartawan membentuk sebuah peristiwa menjadi sebuah

skema dalam berita.

2.11 Artikel Opini

Artikel Opini di suatu surat kabar biasanya ditempatkan di tengah atau

halaman tertentu pada setiap majalah. Artikel opini menduduki peran penting

sebagai kontrol, penambah wawasan pembaca dan mendorong para penulis untuk

berpikir lebih kritis, terhadap berbagai permasalahan yang masih hangat.

Topik opini bisa menyoroti masalah agama, ekonomi, politik, pendidikan,

keamanan atau berbagai masalah sosial. Sekalipun demikian, ada sebagian artikel

opini tidak membahas masalah yang sedang hangat karena memang tidak ada

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulumedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2005/KX0050744_2_8408.pdf · sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain ... kita

60

masalah aktual yang patut diangkat. Bisa jadi editor memiliki kebijaksanaan lain

untuk membuat artikel yang bukan masalah yang sedang hangat.

Secara bahasa opini berarti pendapat, kritik, saran dan tanggapan. Penulisan

opini dengan bahasa ilmiah populer.

Meskipun semua persoalan dapat ditulis dalam artikel opini, namun perlu

diperhatikan beberapa syarat sebagai berikut:

1. Sebaiknya artikel yang ditulis berkaitan dengan masalah aktual yang

sedang diperbincangkan masyarakat.

2. Tidak bersifat menghasut, mengadu domba, memfitnah, membela pihak

tertentu tanpa ada perimbangan tulisan dan isinya bernada emosi secara

berlebihan.

3. Isi tulisan baiknya lebih berupa suatu solusi terhadap berbagai

persoalan yang ada.

Sementara aktualitas itu sendiri terbagi kedalam dua hal:

1. Masalah aktual yang berkaitan dengan kejadian yang ada di tengah-

tengah masyarakat.

2. Masalah aktual yang berhubungan dengan hari-hari bersejarah baik

nasional maupun internasional.