BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I... · sampah di tempat-tempat pariwisata maupun...

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten di Bali yang berkembang dalam kesenian danindustri kecil dan mempunyai permasalahan yangtidak jauh berbeda dengan daerah lainnya di Bali yaitu sampah. Peningkatan pelayanan bagi masyarakat perlu proses pengangkutan sampah menuju TPA meliputi tahap perlakuan berikut : pewadahan, pengumpulan, pemindahan, dan pengangkutan. Sampah dan masalah kebersihan di Klungkung sudah sering kali menjadi keluhan utama para wisatawan di Bumi Serombotan terlalu banyaknya terdapat sampah di tempat-tempat pariwisata maupun pasar, seperti daerah di sekitaran Pantai Watu Klotok, jalan-jalan disekitaran wisata Monumen Puputan Klungkung, maupun di area-area wisata di Klungkung 1 . Kabupaten Klungkung belum mampu melakukan pengelolaan sampah dengan baik. Padahal, pengelolaan sampah sangat penting untuk menekan volume sampah, bahkan bisa memanfaatkan sampah menjadi benda atau produk yang bermanfaat. Namun, untuk melakukan pengelolaan sampah, DKP Klungkung memerlukan depo pengolahan sampah. sampah akan selalu menjadi masalah sekaligus juga peluang usaha. Untuk itu Pemkab Klungkung berusaha untuk mengelola sampah di Klungkung. Jika dibandingkan dengan Surabaya, Rahayu mengakui, kondisinya jauh berbeda dengan di Klungkung. Pengolahan sampah di 1 http://www.klungkungkab.go.id/main.php 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I... · sampah di tempat-tempat pariwisata maupun...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten di Bali yang berkembang

dalam kesenian danindustri kecil dan mempunyai permasalahan yangtidak jauh

berbeda dengan daerah lainnya di Bali yaitu sampah. Peningkatan pelayanan bagi

masyarakat perlu proses pengangkutan sampah menuju TPA meliputi tahap

perlakuan berikut : pewadahan, pengumpulan, pemindahan, dan pengangkutan.

Sampah dan masalah kebersihan di Klungkung sudah sering kali menjadi

keluhan utama para wisatawan di Bumi Serombotan terlalu banyaknya terdapat

sampah di tempat-tempat pariwisata maupun pasar, seperti daerah di sekitaran

Pantai Watu Klotok, jalan-jalan disekitaran wisata Monumen Puputan Klungkung,

maupun di area-area wisata di Klungkung1. Kabupaten Klungkung belum mampu

melakukan pengelolaan sampah dengan baik. Padahal, pengelolaan sampah sangat

penting untuk menekan volume sampah, bahkan bisa memanfaatkan sampah

menjadi benda atau produk yang bermanfaat.

Namun, untuk melakukan pengelolaan sampah, DKP Klungkung

memerlukan depo pengolahan sampah. sampah akan selalu menjadi masalah

sekaligus juga peluang usaha. Untuk itu Pemkab Klungkung berusaha untuk

mengelola sampah di Klungkung. Jika dibandingkan dengan Surabaya, Rahayu

mengakui, kondisinya jauh berbeda dengan di Klungkung. Pengolahan sampah di

1http://www.klungkungkab.go.id/main.php

1

2

Surabaya sudah sangat bagus. Sampah-sampah yang ada sebelum masuk TPA,

dimasukan duhulu ke sebuah depo. Dari depo tersebut, sampah dipilah terlebih

dahulu. Bagi yang masih berguna, bisa langsung didaur ulang, khususnya untuk

sampah yang masih bisa dikelola. Sementara di Klungkung memang belum ada

depo. Saat ini yang ada hanya TPA saja. Itu pun kondisinya sudah overload.

Sementara untuk membangun depo-depo seperti di Surabaya, di Klungkung juga

cukup sulit untuk dilakukan, karena terkendala lahan yang cukup dan dekat

dengan TPA. Selain itu, sistem penanganan sampah di Surabaya sudah melakukan

sistem sanitary landfill atau dengan pengurugan. “Kepedulian masyarakat di sana

juga bagus terhadap pengolahan sampah. Beda denganmasyarakat di Kabupaten

Klungkung,”

Sangat disayangkan bahwa selain sampah plastik yang masih banyak

berserakan, banyak juga terdapat sampah-sampah sisa hasil persembahyangan,

pasar, dan sabagainya. karena penumpukan sampah atau membuangnya

sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan pencemaran tanah yang

juga akan berdampak ke saluran air tanah. Demikian juga pembakaran sampah

akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah ke sungai akan

mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan banjir. Masih

banyak masyarakat yang melakukan pelanggaran pencemaran sampah yang

berdampak pada lingkungan di Kabupaten klungkung2.

Membuang sampah ke tempat pembuangan air juga bukan solusi tepat

karena jumlah sampah masih terus bertambah. Bertambahnya sampah tersebut

2Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Klungkung, 2011, Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah 2010, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Klungkung.

3

juga akan meningkatkan kebutuhan terhadap lahan pembuangan sampah. Kondisi

ini diperparah dengan pola hidup masyarakat yang instan serta minimnya

pandangan masyarakat terhadap pola hidup sehat,dan pada paradigma masyarakat

yang masih menganggap sampah sebagai sesuatu yang harus dibuang dan

disingkirkan.

Masalah sampah merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat

perhatian khusus dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi

sampah. Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani tersebut akan

menyebabkan berbagai permasalahan yang timbul akibat kurangnya alternafif dan

perspekstif masyarakat terhadap pengelolaan dan pemanfaatan sampah,baik

langsung maupun tidak langsung3. Dampak langsung dari penanganan sampah

yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun

penyakit kulit serta gangguan pernafasan, sedangkan dampak tidak langsungnya

diantaranya adalah bahaya banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di

sungai karena terhalang timbunan sampah yang dibuang ke sungai.

Bahkan menurut ahli kesehatan, polusi sampah mengakibatkan dampak

buruk yaitu pertama, terhadap kesehatan. Hal ini bisa mengakibatkan

meningkatnya penyakit infeksi saluran pencernaan,kolera,tifus,disentri,dll.Karena

faktor pembawa penyakit tersebut, terutama lalat, kecoa, meningkat akibat

sampah yang menggunung, khususnya di TPA, meningkatnya penyakit demam

berdarah.Oleh karena itu perlu adanya perspekstif mengenai pemanfaatan dan

3 Cecep Dani Sucipto,2012,Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah,Gosyen

Publishing,Yogyakarta.

4

pengelolaan sampah dengan adanya relevansi etika lingkungan didalamnya serta

mengunakan paham analisis dampak lingkungan4.

Penanganan sampah secara swakelola sangat perlu dilakukan untuk

meningkatkan peran serta masyarakat agar peduli terhadap lingkungan terutama

masalah sampah 5

. Disamping itu untuk meningkatkan swadaya masyarakat

terhadap kebersihan lingkungan.“Kebersihan lingkungan tidak saja menjadi

tanggung jawab pemerintah semata, namun diharapkan peran serta seluruh elemen

masyarakat, untuk ikut dalam menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan

pemilahan di masing-masing rumah tangga,” Berbagai pola sejatinya telah

diterapkan Pemerintah Kabupaten Klungkung khususnya Dinas Kebersihan dan

Pertamanan (DKP). Akan tetapi, pemandangan yang diwarnai berserakannya

sampah di pinggir jalan masih saja terjadi6. Semua itu, akibat masih kurangnya

kesadaran warga untuk berperilaku hidup bersih. Perilaku serta kesadaran warga

tidak membuang sampah sembarangan, masih dirasakan menjadi kendala utama

dalam mewujudkan komitmen menjadikan Kabupaten klungkung selalu bersih

dan asri.

Pemerintah Kabupaten klungkung, tampaknya sangat menyadari kondisi

itu. Karenanya, dipandang perlu adanya perubahan pola penanganan sampah.

Aparatur pemerintah berwenang dan berkewajiban menegakkan hukum dalam arti

mengusahakan agar setiap norma yang ditetapkan hukum lingkungan ditaati

4 Rahman, Apria, 2008,Pengertian Sampah Kebersihan Lingkungan, http://www.

kebersihan lingkungan,comze.com, di-akses 26 Agustus 2009. 5Kastaman Et Al, 2007, Sistem Pengelolaan Reaktor Sampah Terpadu (Silarsatu), LPM

Universitas Padjadjaran, Huma-niora, Bandung. 6Badan Pusat Statistik Klungkung. 2010, Klungkung Dalam Angka 2010, Badan Pusat

Statistik Kota Klungkung, Klungkung.

5

olehmasyarakat. Pemerintah didalam melakukan kewenangan dan kewajibannya

menegakan hukum lingkungan dapat dilakukan melalui pengawasan maupun

penerapan sanksi hukum. Salah satu bentuk usahanya yaitu berupa penetapan

peraturan perundang-undangan atau hukum di bidang lingkungan hidup, baik

berskala nasional maupun daerah7.

Berdasarkan dengan adanya permasalahan yang telah diuraikan diatas

tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam suatu karya tulis

ilmiah skripsi dengan judul “PENERAPAN PERATURAN DAERAH

KABUPATEN KLUNGKUNG NO. 7 TAHUN 2014 TENTANG

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN KLUNGKUNG.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan yaitu,

1. Bagaimanakah Pelaksanaan Perda Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun

2014, di Kabupaten Klungkung ?

2. Bagaimanakah tindakan Pemerintah Kabupaten Klungkung terhadap

pelanggaran Perda Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014, di

Kabupaten Klungkung?

7 Supriadi, 2006,Hukum Lingkungan Di Indonesia Sebuah Pengantar, Cet.Ke-1, Sinar

Grafika, Jakarta.

6

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari pembahasan tidak menyimpang dari masalah, maka

penulisan perlu dibatasi. Adapun yang akan ditulis yaitu: pertama,Bagaimanakah

Pelaksanaan Perda Kabupaten Klungkung No. 7 tahun 2014, di Kabupaten

Klungkung. sehingga dalam permasalahan pertama ini akan dibahas tentang

pelaksanaan Perda Kabupeten Klungkung No. 7 tahun 2014 tentang pengelolaan

sampah yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan, dan cara penyelesain

masalah-masalah yang ada pada Masyarakat kabupaten klungkung. Selanjutnya

permasalahan kedua dibahas mengenai Bagaimanakah tindakan pemerintah

kabupaten klungkung terhadap pelanggaran Perda Kabupaten klungkung No. 7

tahun 2014, di Kabupaten Klungkung.khususnya berkaitan dengan Peraturan,

Aparat penegak hukum, Sarana dan prasarana, Masyarakat atau budaya hukum.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Terkait orisinalitas dari penelitian ilmiah ini, penulis akan memperlihatkan

skripsi terdahulu sebagai perbandingan yang pembahasannya berkaitan dengan

Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Sampah, Di Kabupaten Klungkung,berdasarkan pengamatan penulis

dari sumber media seperti internet, merupakan topik penelitian ilmiah yang baru

untuk tujuan penulisan skripsi di bidang hukum Lingkungan, namun sebagai

pembanding yang menunjukkan orisinalitas penelitian ini maka penulis

mencantumkan penelitian sebelumnya yaitu berupa jurnal dan skripsi dalam ilmu

hukum sebagai berikut:

7

No. Judul Penelitian Penulisan Rumusan Masalah

1. Upaya Pemerintah Kota

Denpasar Dalam

Penanganan

Pelanggaran Ketentuan

Tentang Pencemaran

sampah Di Kota

Denpasar.

Agus Arya Anggana

Putra, Alumni fakultas

hukum universitas

udayana, jurnal

pemerintahan daerah

(kertha Negara). 2009.

1. Bagaimana Upaya

Pemerintah Kota

denpasar dalam

penanganan

pelanggaran ketentuan

tentang pencemaran

sampah dikota

denpasar ?

2. Bagaimana sistem

pengelolaan sampah

dan penerapan sanksi

pada masyarakata

kota denpasar apabila

membuang sampah

sembarangan ?

2. Peran serta masyarakat

daerah bantaran sungai

badung dalam

penanganan dan

pengelolaan sampah

diwilayah kota denpasar.

Ida Bagus Ade

Wihendra, Skripsi

Fakultas Hukum,

Universitas Udayana

2013.

1. Bagaimana peran

serta masyarakat di

bantaran sungai

badung dalam

penanganan dan

pengelolaan sampah

di wilayah kota

denpasar ?

2. Apa upaya- upaya

yang di lakukan oleh

pemerintah kota

denpasar agar

mendorong peran

serta masyarakat

bantaran sungai

badung dalam

penanganan dan

pengelolaan sampah

di kota denpasar ?

Bila dilakukan perbandingan pada penelitian Jurnal pertama membahas

tentang Upaya Pemerintah Kota Denpasar Dalam Penanganan Pelanggaran

Ketentuan Tentang Pencemaran sampah Di Kota Denpasar dan Skripsi kedua

membahas tentangPeran serta masyarakat daerah bantaran sungai badung dalam

penanganan dan pengelolaan sampah diwilayah kota denpasar. Pada penelitian ini

8

membahas mengenaiPenerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 7

Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah, di Kabupaten Klungkung.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini terbagi menjadi dua tujuan yakni tujuan

khusus dan tujuan umum :

1.5.1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian atas kedua masalah yang dikemukakan diatas

adalah bertujuan untuk menambah kasanah pengetahuan dibidang ilmu hukum

khususnya Hukum lingkungan dan hukum Pemerintahan Daerah terutama yang

berkaitan dengan Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 7

Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah, di Kabupaten Klungkung.

1.5.2. Tujuan Khusus

Mengenai tujuan khusus penyusunan skripsi ini beranjak dari

permasalahan yang dikaji adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis Bagaimanakah pelaksanaan Perda

kabupaten klungkung No. 7 tahun 2014, di Kabupaten Klungkung.

2. Untuk mengetahui dan lebih memahami mengenaiBagaimanakah

tindakan terhadap pelanggaran Perda kabupaten klungkung No. 7

tahun 2014, di Kabupaten Klungkung.

9

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian terhadapPenerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung

No. 7 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah,Di Kabupaten Klungkung. Dapat

memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:

1.6.1. Manfaat Teoritis

Mengenai manfaat teoritis dalam penulisan skripsiPenerapan Peraturan

Daerah Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah,

DiKabupaten Klungkung adalah :

a. Mengembangkan dan memperluas penjelasan dibidang ilmu hukum

khususnya Hukum Pemerintahan Daerah, dan hukum lingkungan.

b. Memperdalam pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai

permasalahan yang dikemukakan dibidang Penerapan Peraturan

Daerah kabupaten klungkung No. 7 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Sampah, DiKabupaten Klungkungkhususnya.

1.6.2. Manfaat Praktis

Selanjutnya mengenai manfaat praktis yang dapat dikemukakan dalam

penulisan skripsi ini bagi peneliti adalah untuk melatih diri dalam mengukapkan

pendapat dan saran terhadap suatu putusan atau permasalahan hukum dan Hasil

penelitian ini dapat bermanfaat untuk memandu dan memahami Penerapan

Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Sampah,Di Kabupaten Klungkung.

10

1.7 Landasan Teoritis

Landasan teoritis merupakan suatu pengertian yang terlebih dahulu harus

dimengerti dan dipahami dalam suatu tulisan ilmiah, terlebih-lebih dalam

penulisan skripsi, oleh karena itu dalam landasan teoritis akan dibahas mengenai

teori Negara hukum, teori kewenangan, teori efektifitas peraturan yang dijadikan

landasan untuk membahas permasalahan penelitian secara teoritis. Adapun

landasan teoritis untuk mengkaji permasalahan dalam skripsi ini antara lain

dimulai dari pembahasan atas Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung

No. 7 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah, Di Kabupaten Klungkung.

Di Indonesia sendiri konsep negara hukum tertuang dalam Undang –

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Konsepsi Negara Hukum

atau Rechtstaat, dirumuskan dengan tegas dalam pasal 1 ayat (3) yang

menyatakan. “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Dalam konsep Negara

Hukum itu, di idealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam suatu Negara

adalah Hukum. Salah satu asas penting Negara hukum adalah asas legalitas.

Substansi dari asas legalitas tersebut adalah menghendaki agar setiap tindakan

badan/pejabat administrasi berdasarkan Undang-Undang. Tanpa dasar undang-

undang, badan/pejabat administrasi tidak berwenang melakukan suatu tindakan

yang dapat mengubah atau mempengaruhi keadaan hukum warga masyarakat.

Prinsip Negara Hukum tidak boleh ditegakkan dengan mengabaikan

prinsip-prinsip demokrasi yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia. Oleh karena itu, perlu ditegaskan pula bahwa kedaulatan

berada ditangan rakyat yang diberlakukan menurut Undang-Undang Dasar yang

11

diimbangi dengan penegasan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum

yang berkedaulatan rakyat.8

Pengertian penegakan hukum dapat diartikan sebagai penerapan kekuasaan

oleh aparatur untuk menjamin atau tercapainya ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan. Untuk mencapainya diperlukan legitimasi. Penegakan

hukum dalam bahasa inggrisnya Law Enforcement atau dalam bahasa belandanya

disebut Recht Handhaving.

Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Faktor-faktor

yang mempengaruhi penegakan hukum, menyebutkan bahwa suatu penegakan

hukum dapat dilakukan dengan baik bukan hanya dilihat dari jumlah peraturan

tertulis yang telah dikeluarkan dan luas bidang suatu kehidupan masyarakat,

karena hal itu akan mewujudkan penegakkan hukum secara formal saja, namun

dalam segi materiilnya lebih banyak diperlukan penggarapan mental yang sesuai

dengan sifat dan hakekat hukum itu sendiri, karena tanpa kegiatan tersebut

kesulitan besar akan dihadapi disamping biaya sosial yang sangat besar. Dalam

kaitan ini, pemerintah dalam mengelola lingkungan hidup mengharapkan setiap

lapisan masyarakat, baik itu masyarakat umum maupun pengusaha dibidang

industri untuk ikut serta dalam pemeliharaan dan pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan.9

Dalam upaya pemerintah menanggulangi masalah pencemaran lingkungan

merupakan salah satu upayanya adalah melalui penegakan hukum lingkungan.

Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal. Oleh

8Ridwan HR, 2002, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta. Hal, 68.

9Soerjono soekanto, 2014, faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, PT. raja

grafindo persada, jakarta.

12

karena itu keberhasilan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

secara umum, sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, Faktor-faktor

yang mempengaruhi dalam penegakan hukum termasuk kententuan-ketentuan

peraturan daerah Kabupaten Klungkung tersebut sebagai berikut :

1. Faktor hukumnya yaitu undang-undang

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum.

4. Faktor masyarakat yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan.

5. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya,cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergualan hidup.10

Selanjutnya, Terkait dengan faktor hukum, salah satu instrumen adalah

berupa Sanksi Administratif. Indroharto yang mengutip pendapat Van Wijk/W.

Koninjebelt mengemukakan bahwa, “Sanksi Administratif merupakan sarana-

sarana kekuatan menurut hukum publik yang dapat diterapkan oleh badan atau

pejabat Tata Usaha Negara sebagai reaksi terhadap mereka yang tidak menaati

norma-norma hukum tata usaha negara”.11

Lingkungan hidup merupakan instrumen yuridis yang memuat kaidah –

kaidah tentang pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk mencegah

penyusutan dan kemerosotan mutu lingkungan.Tidak dapat disangkal bahwa

10Ibid. h. 21

11Jur Andi Hamzah, 2005, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta.

13

adanya hukum lingkungan adalah untuk mengendalikan perilaku manusia agar

tidak merusak lingkungan.

Pengertian Lingkungan hidup yang termuat dalam ketentuan pasal 1 ayat

(1) UU nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaaan lingkungan hidup yang telah

diperbaharui dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup, sama dengan pengertian istilah lingkungan itu

sendiri.Di dalam ketentuan pasal 1 tersebut dinyatakan bahwa Lingkungan hidup

adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,

termasuk manusia dan prilakunya, yang memengaruhi kelangsungan

perikehidupan dan kesajahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Makna penegakan didalam hukum lingkungan dimaksudkan upaya

menegakkan hukum material khususnya yang terdapat pada Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

yang selanjutnya disingkat dengan UUPPLH. Penegakan hukum dalam UUPPLH

terdiri dari:

a. penegakan hukum administrasi;

b. penegakan hukum perdata; dan

c. penegakan hukum pidana.

Terkait dengan hal tersebut, di Indonesia dikenal istilah asas-asas umum

pemerintahan yang baik, yang dimaksudkan sebagai perlindungan hukum warga

dari tindakan pemerintah, yaitu sebagai dasar penilaian dalam peradilan dan upaya

administrasi. Keterbukaan dan peran serta masyarakat merupakan asas yang

esensial dalam pengelolaan lingkungan yang baik (good environmental

14

governance), terutama didalam prosedur administratif perizinan lingkungan

sebagai instrumen pencegahan pencemaran lingkungan 12

. Didalam Undang-

undang No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup pasal 2 menjelaskan tentang asas-asas yaitu meliputi :

a. Asas tanggung jawab negara “negara menjamin pemanfaatan sumber

daya alam memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun

generasi masa depan”, Negara menjamin hak warga negara atas

lingkungan hidup yang baik dan sehat”, Dan :negara mencegah

dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang

menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakaan lingkungan hidup”.

b. Asas kelestarian dan keberlanjutan “bahwa setiap orang memikul

kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan

terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya

pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas

lingkungan hidup.

c. Asas keserasian dan keseimbangan “bahwa pemaanfaatan lingkungan

hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan

ekonomi, sosial budaya, dan perlindungan serta pelestarian”.

d. Asas kehati-hatian “bahwa ketidak pastian mengenai dampak suatu

usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda

12Amos Neolaka, 2008, Kesadaran Lingkungan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 27

15

langkah-langkah meminimalisasi atau menghindar ancaman terhadap

pencemaran dan/atau kerusakaan lingkungan hidup”.

e. Asas keadilan “bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

harus memcerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga

negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender.

f. Asas pencemar membayar “bahwa setiap penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan”.

g. Asas partisipatif “bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk

berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan

perlindungan dan penggelolaan lingkungan hidup, baik secara

langsung maupun tidak langsung”.

h. Asas kearifan lokal “bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku

dalam tata kehidupan masyarakat”.

i. Asas tata kelola pemerintahan yang baik “bahwa perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi,

transparasi, akuntabilitas, efesiensi, dan keadilan”.

j. Asas otonomi daerah “bahwa pemerintah dan pemerintah daerah

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan di bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan

16

memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam bingkai

negara kesatuan republik indonesia”.13

Didalam hukum publik konsep wewenang berkaitan erat dengan

kekuasaan, namun menurut Bagir Manan wewenang tidak sama dengan

kekuasaan, kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak

berbuat, sedangkan wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban. Hak berisi

kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu atau

menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu, sedangkan kewajiban

memuat keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu.

Kewenangan atau wewenang adalah suatu istilah yang biasa digunakan dalam

lapangan hukum publik.

Namun ada perbedaan diantara keduanya, Kewenangan adalah kekuasaan

formal, kekuasaan yang berasal dari atau yang diberikan oleh undang-undang,

yaitu kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif atau administratif. Wewenang

adalah kekuasaan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik. Menurut S.F.

Marbun wewenang adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum

publik, atau secara yurudis adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh

undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan hukum14

.

Menurut H.D. Van Wijk wewenang pemerintah diperoleh dengan tiga cara

sebagai berikut :

1. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat

undang-undang kepada suatu organ atau badan pemerintahan;

13Syamsuharya Bethan, 2008, Penerapan Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan

Hidup Dalam Aktivitas Industri Nasional, PT. Alumni Bandung. 14

Juanda, 2008, Hukum Pemerintahan Daerah, Alumni, Bandung, H.271

17

2. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari suatu organ

pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya;

3. Mandat adalah terjai ketika organ pemerintahan mengijinkan

kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya.

Sedangkan cara memperoleh kewenangan menurut F.A.M Stroink dan J.G

Steenbeek melalui 2 (dua) cara yaitu dengan atribusi dan delegasi. Atribusi adalah

berkenaan dengan penyerahan suatu wewenang baru, sedangkan delegasi adalah

menyangkut pelimpahan wewenang dari wewenang yang telah ada. Untuk

wewenang mandat diakatan tidak terjadi perubahan wewenang apapun, yang ada

hanyalah hubungan internal15

.

Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar

penyelenggaraan pemerintah dan negara, khususnya dalam negara hukum. Asas

legalitas ini didalam hukum administrasi mengandung makna, pemerintah tunduk

kepada undang-undang dan semua ketentuan yang mengikat warga negara harus

didasarkan pada undang-undang. Oleh karena itu asas legalitas sebagai landasan

kewenangan pemerintah.

Dilihat dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa secara

teoritis pemerintah memperoleh wewenang melalui tiga cara yakni wewenang

atribusi, wewenang delagasi, wewenang mandat. Wewenang atribusi adalah

wewenang pemerintah yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan.

Sedangkan wewenang delegasi adalah wewenang yang diperoleh atas dasar

15 Philipus M, Hadjon Et. Al, 2008, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, UGM

Press, Yogyakarta, H, 115

18

adanya pelimpahan wewenang. Serta wewenang mandat adalah pelimpahan

wewenang yang ada pada umumnya dalam hubungan antara atasan dan bawahan.

1.8 Metode Penelitian

Sebagai karya ilmiah yang baik, tentulah manggunakan suatu metode

tertentu didalam pendekatan dan penyelesaian masalahnya berkaitan dengan

analisa dan kontruksi, yang dilakukan secara metodelogis, sistematis, dan

konsisten. Karena metode bertujuan agar skripsi ini memenuhi syarat sebagai

suatu skripsi yang dapat dipertanggungjawabkan.

1.8.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian yuridis empiris,

karena mendekati masalah dari peraturan yang berlaku dan kenyataan yang ada

dimasyarakat.

1.8.2 Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini :

a. pendekatan yuridis yaitu mengkaji peraturan perundang-undangan

yang mengatur tentang pengelolaan.

b. Pendekatan sosiologis yaitu fakta-fakta yang ada dilapangan,

pengelolaan sampah yang diberikan oleh pemerintah sebagai

penangung jawab lingkungan, responden.

1.8.3 Sifat penelitian

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif karena ingin

menggambarkan kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, dalam hal ini

19

bagaimana Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014

Tentang Pengelolaan Sampah,Di Kabupaten Klungkung.

1.8.4 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari dua sumber

yaitu :

1. Data lapangan/Primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan informan dan responden pada masyarakat Penerapan Peraturan

Daerah Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Sampah,DiKabupaten Klungkung.

2. Data Kepustakaan/Sekunder adalah Data yang diperoleh dari

kepustakaan terdiri dari :

a) Bahan-bahan hukum Primer (primary law material)

Yaitu, bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat secara

umum (perundang-undangan) atau mempunyai kekuatan mengikat

bagi pihak-pihak berkepentingan (kontrak). Dalam hal ini

menggunakan PerdaKabupaten Klungkung No.7 Tahun 2014

tentang pengelolaan sampah.

b) Bahan–bahan hukum Sekunder (secondary law material)

Yaitu, bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan

hukum primer (buku, ilmu hukum, jurnal hukum, laporan hukum,

20

pendapat pakar hukum, karya tulis hukum yang termuat dalam

media cetak atau elektronik).16

1.8.5 Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian hukum empiris dikenal

dengan teknik-teknik untuk mengumpulkan data yaitu: studi dokumen,

wawancara, observasi/pengamatan, dan quisioner/angket. Namun, dalam

prakteknya nanti, penulis hanya akan menggunakan 3 teknik, yaitu;

1. Teknik Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam

setiap penelitian ilmu hukum, baik penelitian hukum normatif maupun

empiris. Studi dokumen dilakukan atas bahan-bahan hukum yang

relevan dengan penelitian. Bahan hukum sekunder yang dipergunakan

oleh penulis adalah sebagai berikut :

a. Norma atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan UUD Negara RI Tahun

1945;

b. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup;

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008

Tentang Pengelolaan Sampah;

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012

Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis

Sampah Rumah Tangga;

16Bambang Sunggono, 2007, Metodologi Penelitian Hukum,PT.Raja Grafindo Persada,

Jakarta,H.114.

21

e. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Sampah;

f. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 7 Tahun 2014

Tentang Pengelolaan Sampah.

g. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 15 tahun 2012

tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan.

h. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 2 Tahun 2014

Tentang Ketertiban Umum.

i. Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 3 Tahun 2000 tentang

perubahan atas Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 15 tahun

1993 tentang kebersihan dan ketertiban umum di Kota Denpasar.

2. Teknik Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan salah satu teknik yang sering

digunakan dalam penelitian hukum empiris. Wawancara dilakukan

dengan merancang pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh jawaban

yang relevan dari seseorang dengan masalah penelitian kepada

responden maupun informan. Dalam bewawancara peneliti

menggunakan alat berupa pedoman wawancara atau interview guide,

agar nantinya hasil wawancara memiliki nilai validitas dan reabilitas.

3. Teknik Observasi/Pengamatan

Teknik observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu teknik

observasi langsung. Dalam hal ini akan menggunakan teknik observasi

tidak langsung mengingat obyek permasalahan tidak memungkinkan

22

bagi penulis untuk diamati secara langsung. Observasi/pengamatan

yang dilakukan peneliti adalah berupa pengamatan tak terlibat (non

participant observation). Dimana pengamat tidak langsung berada

pada kelompok yang sedang diamati, agar tidak mempengaruhi

perilaku yang sesungguhnya dari kelompok yang diamati.

1.8.6 Tehnik Pengolahan Dan Analisis Data

Dalam penelitian ilmu hukum empiris dikenal dua model analisi, yaitu

analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Dalam mengangkat

permasalahannya lebih menggunakan analisis data kualitatif yang diterapkan pada

penelitian sifatnya eksploratif dan diskriptif.

Analisis data kualitatif digunakan jika sifat data yang dikumpulkan hanya

sedikit, bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat

disusun dalam suatu struktur klasifikasi. Yang berarti mengumpulkan bahan-

bahan yang akan digunakan sebagai pemaparan secara mendalam dan menjurus

pada penelitian yang telah dibuat.17

17Peter Mahmud Marzuki, 2005, Metode Penelitian Hukum, Guru Besar Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Erlangga, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

23