BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

18
Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan didunia bisnis saat ini terasa semakin ketat, terutama semenjak perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan Cina mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2010. Perjanjian tersebut sebenarnya telah disepakati sejak tahun 2002 oleh Indonesia dan pemerintah pun tidak akan mengundur berlakunya pelaksanaan perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) tersebut. Indonesia sebagai penandatangan akan tetap berkomitmen terhadap perjanjian yang telah disepakati antar negara-negara ASEAN dan Cina itu. Seiring dengan berlakunya ACFTA mulai timbul kekhawatiran masyarakat Indonesia terkait produk lokal yang rawan tergerus produk impor Cina dan persaingan diberbagai sektor industri yang akan semakin ketat. Diperkirakan ada sepuluh sektor industri yang paling dirugikan dalam perjanjian perdagangan tersebut, salah satunya adalah sektor industri tekstil. Cina merupakan negara pesaing terkuat dalam industri tekstil Indonesia. Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005 memperlihatkan nilai ekpor tekstil Indonesia terhadap Cina sebagai berikut (angka di antara tanda kurung menandakan peringkat) : 1. Serat sintetik : 7,2 (1) 2. Serat lainnya dengan nilai 13,1 (3) 3. Benang tekstil (untuk pembuatan kain) memiliki nilai 73,7 (3) 4. Benang dan kain yang memiliki kekhususan tertentu (special yarns and fabrics) : 10,2, (5)

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Persaingan didunia bisnis saat ini terasa semakin ketat, terutama semenjak

perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan Cina mulai

diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2010. Perjanjian tersebut sebenarnya telah

disepakati sejak tahun 2002 oleh Indonesia dan pemerintah pun tidak akan

mengundur berlakunya pelaksanaan perjanjian ASEAN-China Free Trade

Agreement (ACFTA) tersebut. Indonesia sebagai penandatangan akan tetap

berkomitmen terhadap perjanjian yang telah disepakati antar negara-negara

ASEAN dan Cina itu. Seiring dengan berlakunya ACFTA mulai timbul

kekhawatiran masyarakat Indonesia terkait produk lokal yang rawan tergerus

produk impor Cina dan persaingan diberbagai sektor industri yang akan semakin

ketat. Diperkirakan ada sepuluh sektor industri yang paling dirugikan dalam

perjanjian perdagangan tersebut, salah satunya adalah sektor industri tekstil. Cina

merupakan negara pesaing terkuat dalam industri tekstil Indonesia. Biro Pusat

Statistik (BPS) pada tahun 2005 memperlihatkan nilai ekpor tekstil Indonesia

terhadap Cina sebagai berikut (angka di antara tanda kurung menandakan

peringkat) :

1. Serat sintetik : 7,2 (1)

2. Serat lainnya dengan nilai 13,1 (3)

3. Benang tekstil (untuk pembuatan kain) memiliki nilai 73,7 (3)

4. Benang dan kain yang memiliki kekhususan tertentu (special yarns and fabrics) :

10,2, (5)

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Total nilai ekspor 104,2

Sementara Indonesia mengimpor :

1. Kapas dengan nilai 55,6 (3)

2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2)

3. Kain kapas dengan value 58,3 (1)

4. Mesin tekstil dan pengolahan kulit dengan value 33,8 (4)

Total nilai impor 180,8

Sumber : www.bps.go.id

Dari data ini jelas terlihat bahwa impor tekstil dan produk tekstil (TPT)

Indonesia dari Cina lebih banyak daripada ekspornya. Data ini juga sekaligus

menunjukkan dimana sebenarnya letak kekuatan tekstil Indonesia, yaitu pada

serat. Kelemahan tekstil kita terutama ada pada ketergantungan akan bahan baku

berupa kapas, benang dan mesin. Angka-angka pertumbuhan ekspor impor tekstil

ini masih akan terus berubah secara dinamis mengikuti gerak perkembangan

industrinya.

Diawal perkembangannya, industri tekstil di Indonesia mengalami kemajuan

yang pesat pada tahun 1992, sehingga pada saat itu menjadi penghasil devisa

tertinggi di antara komoditas nonminyak dan nongas dengan nilai ekspor sebesar

US$ 3.5 milyar. Industri tekstil tersebut tidak berbasis pada produksi bahan baku

domestik yang kuat. Bahan baku tekstil yang berupa serat kapas harus diimpor.

Setiap tahun Indonesia mengimpor kapas dalam jumlah besar. Pada tahun 1993

Indonesia mengimpor 414.000 ton atau di atas 96% total kebutuhan nasional dan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kurang dari 4% yang dapat disediakan dari hasil kapas dalam negeri.

(Baharsjah,1993)

Adapun data indeks terbaru mengenai tingkat produksi besar dan sedang yang

tertera di BPS (Biro Pusat Statistik) Indonesia sebagai berikut :

Tabel 1.1

Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang Menurut Dua Digit Kode

ISIC, Tahun 2010-2011

Kode

Industri Uraian

2010 Rata

an

Tah

unan

2010

2011 Rata

an

Tah

unan

2011 Triwulan Triwulan

I II III IV I II III IV

15

Makanan

dan

Minuman

279.05 289.73 303.36 303.91 294.01 292.16 315.28 326.80

16 Pengolahan

Tembakau 201.85 205.00 199.85 203.90 202.65 209.64 227.60 223.22

17 Tekstil 91.89 93.96 94.27 104.44 96.14 106.69 101.56 102.99

18 Pakaian

Jadi 81.77 85.01 85.09 89.38 85.31 90.68 89.37 89.63

19

Kulit dan

Barang dari

Kulit dan

Alas Kaki

125.96 126.44 125.07 135.39 128.22 145.17 144.87 139.15

Sumber : www.bps.go.id (7 Maret 2012)

Dari tabel data diatas terlihat bahwa indeks tingkat produksi tekstil di

Indonesia dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan yang tidak

terlalu signifikan, meskipun tingkat produksi pada Triwulan IV tahun 2011 dan

Rataan Tahunan 2011 belum diketahui. Ini salah satu bukti bahwa saat ini

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perkembangan industri tekstil di Indonesia sangat lamban. Dan tak bisa dipungkiri

industri tekstil kita selama ini masih tertolong dengan adanya aturan kuota tekstil

dunia sehingga industri tekstil kita masih mampu bertahan karena mendapat

limpahan order dari negara negara yang telah kelebihan kuota.

Secara umum industri tekstil diartikan sebuah industri yang bahan bakunya

berasal dari serat (kapas, poliester, rayon) yang dipintal (spinning) menjadi

benang dan kemudian dianyam/ditenun (weaving) atau dirajut (knitting) menjadi

kain yang setelah dilakukan penyempurnaan (finishing) digunakan untuk bahan

baku produk tekstil. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah

menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai

produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan

berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil

dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut:

1. Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain,

produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll)

2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran

3. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar

4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang

tunggal, benang gintir.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa sebuah perusahaan yang bergerak

dalam industri tekstil sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku. Bahan

baku yang berkualitas, tentu akan menghasikan produk yang berkualitas juga.

Salah satu perusahaan tekstil yang bergerak dibidang produksi weaving

(tenun) adalah PT. Tarumatex. PT. Tarumatex menghasilkan produk tekstil berupa

kain grey tenun atau kain mentah. Kain grey tenun atau kain mentah tersebut

harus melalui proses coloring (pewarnaan) dan finishing (penyempurnaan)

sebelum dijual ke konsumen. Kain merupakan salah satu produk tekstil yang

terbuat dari benang yang ditenun. Bahan baku untuk membuat kain adalah

benang. Ada banyak sekali jenis-jenis benang, yang dikelompokkan berdasarkan

seratnya, ada yang berasal dari serat alam seperti kapas dan serat buatan.

PT. Tarumatex selalu berusaha bertahan dalam persaingan, namun semakin

meningkatnya harga segala kebutuhan pokok dan bahan bakar minyak ditambah

dengan semakin tingginya persaingan industri tekstil khususnya dengan masuknya

pedagang Cina, sehingga membuat PT. Tarumatex tidak mengalami peningkatan

produktivitas yang berarti dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini ditandai dengan

biaya produksi yang tidak dapat ditekan. Besarnya biaya produksi dalam

perusahaan dikarenakan oleh besarnya biaya persediaan.

Biaya persediaan terdiri dari biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya

penyiapan, dan biaya kekurangan bahan baku. Namun biaya persediaan yang

dapat dihitung adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Sedangkan biaya

kekurangan bahan baku dan penyiapan sebagai biaya opportunity.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam memenuhi permintaan pelanggannya PT. Tarumatex memiliki

kebijakan sendiri dalam melakukan pengendalian persediaanya. Perusahaan

melakukan pemesanan persediaannya setiap dua bulan sekali, dengan jumlah dan

interval yang tidak tetap sesuai dengan pemesanan. Oleh karena itu persediaan

yang tersisa tersimpan didalam gudang tidak menentu, sehingga selalu terjadi

penumpukan bahan baku dan terkadang kekurangan bahan baku, sehingga

menimbulkan bertambahnya biaya pemesanan, biaya penyimpanan maupun biaya

kekurangan. Hal ini berarti besarnya investasi perusahaan ada pada persediaan

yang tak menentu, padahal jika perusahaan mampu menentukan berapa besarnya

yang mereka perlukan secara tepat jumlah dan tepat waktu besarnya persediaan

dapat dikelola secara efektif.

Tabel 1.2

Data Total Permintaan Kain Di PT. Tarumatex Tahun 2009-2011

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sumber : Bagian Produksi PT. Tarumatex

Tabel 1.3

Data Persediaan Bahan Baku Di PT. Tarumatex Tahun 2009-2011

6,800,000

7,300,000

7,800,000

8,300,000

8,800,000

2009 2010 2011

me

ter

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 1.4

Data Biaya Total Persediaan Di PT. Tarumatex Tahun 2009-2011

Sumber : Bagian Produksi PT. Tarumatex

Melihat permasalahan diatas mengenai tingginya biaya yang timbul akibat

persediaan dalam gudang dan pemesanan bahan baku, sehingga semakin besar

biaya-biaya yang ditimbulkan, seperti biaya akomodasi dan transportasi. Oleh

sebab itu PT. Tarumatex harus mampu membuat suatu pengelolaan dan

perencanaan bahan baku atas permintaan yang ada. Untuk itu PT. Tarumatex perlu

2009 2010 2011

P150 927.91 983.462 1132.22

Ry30 997.12 1057.97 1464.61

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

Bal

e

Bahan Baku Kain Polyester Rayon (PR)

0

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000

35,000,000

40,000,000

2009 2010 2011

Biaya Penyimpanan Biaya Pemesanan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menerapkan teknik perencanaan persediaan bahan baku yang tepat dalam rangka

mengendalikan persediaannya.

Persediaan merupakan salah satu bagian terbesar dalam penggunaan modal

kerja perusahaan dan merupakan aktiva yang selalu mengalami perubahan setiap

saat. Pesediaan yang terlalu berlebihan akan merugikan perusahaan karena ini

berarti lebih banyak uang atau modal yang tertanam dalam persediaan dan biaya-

biaya yang timbul akibat adanya penyimpanan tersebut. Sebaliknya apabila

persediaan terlalu kecil akan timbul biaya-biaya karena kekurangan persediaan

bahan baku, seperti biaya pemesanan, biaya akomodasi dan biya transportasi yang

tinggi, bahkan apabila permintaan konsumen tidak terpenuhi karena kekurangan

persediaan bahan baku, jelas sekali akan menyebabkan kerugian besar bagi

perusahaan.

Kegiatan produksi di PT. Tarumatex harus diarahkan pada tindakan yang

menuju kearah keberhasilan dari usaha itu sendiri, dimana tindakan tersebut dapat

diterapkan dalam fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian. Perencanaan merupakan fungsi pertama yang harus dilakukan,

karena melalui perencanaan yang baik segala kegiatan dan tujuan perusahaan baik

dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat dengan jelas dirumuskan dan

diperinci sehingga dapat teroganisir sesuai dengan harapan. Jadi pada dasarnya,

perencanaan ini merupakan tahapan yang sangat penting untuk mengamankan

rencana yang telah dibuat dan yang akan direncanakan. Salah satu aspek yang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

harus direncanakan dalam perusahaan manufaktur adalah perencanaan bahan

baku.

Selanjutnya agar kegiatan pelaksanaan dapat dijalankan sesuai dengan

rencana, maka diperlukan suatu pengendalian atau pengawasan pada setiap proses

kegiatan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Perencanaan bahan baku perusahaan menunjukkan suatu proses sejak dari

tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana,

pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan, pembagian tugas

perencanaan, penyusunan rencana perusahaan sendiri, implementasi dari rencana

tersebut sampai pada akhirnya tahap pegawasan dan evaluasi dari hasil

pelaksanaan rencana tersebut. Perusahaan harus mampu melaksanakann fungsi-

fungsi manajemen secara menyeluruh agar dapat melakukan kegiatan operasi

yang efektif dan efisien.

Dalam melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku yang efektif dan

efisien diperlukan keahlian dan ketelitian yang tinggi dan menjadi salah satu

faktor penting dari kegiatan perindustrian salah satunya bagi PT. Tarumatex. Hal

ini dikarenakan perencanaan kebutuhan bahan baku dapat mempengaruhi jalannya

proses produksi yang akan berlangsung dan juga akan mempengaruhi variabel

biaya produksi dari produk tersebut.

Tingkat kefektifan dalam perencanaan kebutuhan bahan baku diukur dari

pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini

ketepatan dalam menetapkan metode atau teknik yang digunakan dalam

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku merupakan ukuran pencapaian

target atau tujuan perusahaan itu sendiri.

Tingkat efisiensi dapat diukur dari segi besarnya sumber atau biaya untuk

mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Efisiensi merupakan suatu tidakan

yang berkaitan dengan menghasilkan hasil yang optimal dengan tidak membuang

banyak biaya dan waktu dalam proses pengerjaannya. Dalam penelitian kali ini,

tingkat efisiensi dapat diukur dari jumlah akhir atau total biaya persediaan bahan

baku dari perhitungan perencanaan kebutuhan bahan baku yang paling rendah

(minimal cost) berdasarkan penerapan metode atau teknik perencanaan kebutuhan

bahan baku yang ditetapkan.

Perencanaan dan pengendalian kebutuhan bahan baku harus menjadi hal

penting dan menjadi salah satu inti perhatian bagi PT. Tarumatex. Kemampuan

dalam mengatur persediaan yang tepat akan memberikan dampak positif bagi

kemajuan dan kinerja perusahaan dalam mengatur biaya-biaya yang harus

dikeluarkan.

Permasalahan perencanaan bahan baku tersebut dapat diatasi dengan berbagai

metode dalam persediaan, salah satunya dengan metode Material Requirement

Planning (MRP).

Menurut Vincent Gaspers (2004:177) mengatakan bahwa Material

Requirement Planning (MRP) adalah :

“Perencanaan kebutuhan bahan baku (Material Requirement Planning) adalah

metode penjadwalan untuk perencanaan pembelian pesanan (purchased

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

planned orders) dan perencanaan pesanan manufktur (manufactured planned

oders).”

MRP merupakan metode perencanaan (planning) dan penjadwalan

(scheduling) pesanan dan inventory untuk item-item permintaan yang bersifat

tidak bebas (dependent inventory) yaitu permintaan satu produk berkaitan dengan

permintaan untuk produk produk lainnya.

Jadi, MRP adalah teknik untuk merencanakan dan menjadwalkan bahan baku

yang digunakan untuk proses produksi sesuai dengan jadwal produksi. Dengan

menggunakan sistem MRP dapat diketahui berapa banyak dan kapan suatu bahan

baku yang dibutuhkan akan dipesan. Konsep MRP adalah menyediakan bahan

baku pada jumlah, waktu dan jenis secara tepat, sehingga dapat selalu tersedia

pada saat dibutuhkan guna memproduksi suatu barang atau produk. Dari

penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa MRP juga merupakan

metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan persediaan kebutuhan bahan

baku.

Menurut Agus Ristono (2009:2) dalam bukunya “Manajemen

Persediaan”, menerangkan bahwa :

“Pengendalian persediaan merupakan suatu usaha memonitor dan

menentukan tingkat komposisi bahan yang optimal dalam menunjang

kelancaran dan efektivitas serta efisiensi dalam kegiatan perusahaan.”

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tujuan MRP dari sudut pandang logistik adalah untuk menghindari sebanyak

mungkin penumpukan bahan baku dalam persediaan dan untuk memastikan

berapa banyaknya bahan baku yang harus disediakan sesuai pesanan dengan

periode waktu yang tepat.

Komponen dasar dari MRP terdiri dari Jadwal Induk Produksi (Master

Production Schedule-MPS), Struktur Produk (Bill of Material) dan Status

Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status Record).

Dalam proses MRP, terdapat beberapa teknik untuk menentukan besarnya lot

atau besarnya kuantitas pesanan, diantaranya teknik Lot For Lot (LFL), Fixed

Order Quantity (FOQ), Fixed Period Quantity (FPQ), Least Unit Cost (LUC),

Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), Part Period

Balancing (PPB), Silver Mean (SM), dan lain-lain. Salah satu dari teknik-teknik

perhitungan lot dalam MRP ini bisa dijadikan solusi untuk merencanakan jumlah

pesanan yang efektif sehingga biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu

dikeluarkan oleh perusahaan bisa dikendalikan.

Berdasarkan permasalahan diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian

tentang sistem perencanaan kebutuhan bahan baku dengan judul “ Analisis

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dalam Upaya Efisiensi Biaya Total

Persediaan Pada PT. Tarumatex” (Studi Komparatif Dengan Metode Lot For

Lot, Fixed Order Quantity dan Fixed Period Quantity). Karena sistem

perencanaan persediaan bahan baku di PT. Tarumatex belum efektif sehingga

menimbulkan biaya total persediaan perusahaan yang cukup tinggi.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Proses produksi merupakan suatu kegiatan yang didalamnya dibutuhkan

berbagai sumber daya produksi itu sendiri, diantaranya modal produksi, bahan

baku produksi, fasilitas produksi (mesin; kendaraan; dll), tenaga kerja, tempat dan

waktu produksi. Proses produksi yang baik tentu didasari oleh perencanaan

produksi yang baik pula, dimana semua kegiatan-kegiatan produksinya berjalan

lancar dan terkendali sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi

produksi perusahaan tersebut. Salah satu aspek yang perlu direncanakan sejak

awal sebelum dilakukannya proses produksi adalah perencanaan persediaan bahan

baku.

Perencanaan persediaan kebutuhan bahan baku bertujuan untuk mengurangi

ketidakpastian produksi akibat fluktuasi supply bahan baku dan mengantisipasi

baik penurunan atau peningkatan permintaan pelanggan. Jika persediaan bahan

baku terlalu sedikit, hal ini akan menghambat dan mengganggu kelancaran proses

produksi serta dapat menurunkan tingkat pelayanan kepada pelanggan.

Sebaliknya, jika persediaan bahan baku terlalu banyak, hal ini dapat

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

meningkatkan biaya-biaya persediaan yang besar serta dapat menimbulkan risiko

kerusakan bahan baku karena penimbunan yang terlalu banyak dan penyimpanan

bahan baku yang cukup lama. Untuk itu diperlukan perencanaan bahan baku yang

sesuai dengan kapasitas dan kemampuan perusahaan itu sendiri.

PT. Tarumatex adalah perusahaan tekstil yang bergerak di bagian weaving

(tenun) yang memproduksi berbagai macam kain. PT. Tarumatex memproduksi

produknya berdasarkan pada pemesanan atau job order. Dalam melakukan

produksi dibutuhkan bahan baku berupa benang. Perencanaan kebutuhan bahan

baku ini sangat penting karena jika perusahaan mengalami kondisi kelebihan atau

kekurangan bahan baku, yang jika tidak diolah sedemikian rupa dapat

menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan.

Masalah perencanaan bahan baku adalah yang paling mendasar, yakni apabila

proses produksi terdapat jumlah persediaan berlebihan yang mengakibatkan

kerusakan atau keusangan bahan baku dan jumlah persediaan yang terlalu sedikit

sehingga tidak mampu melayani semua permintaan pelanggan. Ada beberapa hal

yang harus diperhatikan dalam proses perencanaan kebutuhan bahan baku, yaitu

adanya waktu antara barang sejak dipesan sampai dikirim (lead time),

keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan, seperti bahan baku yang

tersedia dan jumlah mesin yang dimiliki oleh perusahaan apakah cukup untuk

memenuhi permintaan pelanggan atau tidak, selain itu dalam menerima pesanan

perusahaan harus memperhatikan berapa waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan pesanan tersebut.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengidentifikasikan

permasalahan yang dihadapi oleh PT. Tarumatex pada proses produksinya adalah

belum efektifnya penerapan perencanaan kebutuhan bahan baku dalam

perusahaan yang ditandai dengan masih besarnya jumlah total biaya persediaan

sehingga menimbulkan masalah-masalah dalam proses produksi dan

menimbulkan peningkatan biaya produksi perusahaan.

Penelitian ini membatasi ruang lingkupnya dengan berfokus pada penerapan

perencanaan kebutuhan bahan baku dengan teknik perhitungan Lot dalam metode

MRP untuk produk kain Polyester Rayon (PR) pada PT. Tarumatex dalam upaya

efisiensi biaya total persediaan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti

membuat perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana metode atau kebijakan perencanaan kebutuhan bahan baku

yang diterapkan oleh PT. Tarumatex?

2. Bagaimana tingkat biaya total persediaan di PT. Tarumatex?

3. Bagaimana penerapan 3 (tiga) teknik perencanaan kebutuhan bahan baku

yaitu dengan teknik Lot For Lot, Fixed Order Quantity, dan Fixed

Period Quantity dan implementasinya terhadap biaya total persediaan

bahan baku?

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Metode perencanaan kebutuhan bahan baku mana yang paling tepat bagi

PT. Tarumatex sehingga dapat menciptakan efisiensi biaya persediaan?

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui :

1. Gambaran kebijakan perencanaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan

oleh PT. Tarumatex.

2. Gambaran tingkat biaya persediaan di PT. Tarumatex.

3. Membandingkan teknik penentuan lot dalam metode MRP mana yang

paling tepat bagi PT. Tarumatex dalam melakukan perencanaan

kebutuhan bahan bakunya.

4. Rekomendasi metode penerapan kebutuhan bahan baku bagi PT.

Tarumatex.

1.3.2 Kegunaan Hasil Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini dapat dikelompokkan pada kegunaan ilmiah

dan kegunaan praktis, diantaranya :

a) Kegunaan Ilmiah

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/10857/2/s_pem_0801085_chapter1(1).pdf · 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3

Verra Nurmalasari, 2012 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada Pt. Tarumatex Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Secara ilmiah, diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan

pengetauan serta referensi pengembangan ilmu manajemen operasional,

khususnya dalam hal teori perencanaan bahan baku dengan metode MRP.

b) Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang

bermanfaat bagi perusahaan tekstil dan pertimbangan yang berarti dalam

menerapkan metode perencanaan bahan baku.