BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3911/3/SKRIPSI CAHYATI.pdf · 2019. 5. 21. · dalam...
Transcript of BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3911/3/SKRIPSI CAHYATI.pdf · 2019. 5. 21. · dalam...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah negara majemuk, segala
bentuk keragaman yang termuat di dalamnya, terutama dalam
kehidupan beragama semestinya dilihat sebagai suatu kekayaan
bangsa dan bukan sebagai alasan pemecah persatuan. Sebab,
Indonesia telah direkatkan dan dipersatukan oleh Bhineka
Tunggal Ika yang menjadi semboyan bangsa.
Dengan adanya keragaman diharapkan agar manusia
dapat mengambil hikmah, menerima, mengakui serta adanya
sikap saling terbuka antar satu sama lainnya yang berbeda.
Karena kendati demikian, perbedaan itu merupakan keniscayaan
dalam kehidupan yang tidak bisa dihindari oleh manusia.1 Dalam
istilah lain, sikap tersebut dikenal sebagai sikap toleransi, yaitu
sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan. Toleransi
menjadi hal yang sangat penting dimiliki oleh setiap jiwa
1 Eka Saputra, dkk., Islam Rahmat Seluruh Umat, (Jakarta: Lazuardi
Biru, 2012), h. 19.
2
manusia, khususnya bagi masyarakat yang hidup dalam negara
yang dianugerahi keberagaman.
Pondok pesantren merupakan lembaga keagamaan,
dimana para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan
materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum,
bertujuan untuk menguasai ilmu Agama Islam secara detail, serta
mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan
menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.
Terdapat dua elemen utama dalam sebuah pondok pesantren,
yakni kiai dan santri.
Mengingat adanya beberapa masyarakat awam yang
berspekulasi bahwa pondok pesantren adalah salah satu tempat
menumbuhkan paham radikalisme atau pondok pesantren sebagai
sarang terorisme. Persepsi santri sebagai bibit teroris ini tentu
salah dan perlu diluruskan di kalangan masyarakat. karena
sejatinya pesantren adalah tempat untuk meluruskan nilai-nilai
Islam secara baik. Sejatinya santri justru memiliki peran sebagai
garda terdepan dalam setiap upaya untuk menjadikan Tanah Air
3
ini lebih baik, termasuk dalam setiap permasalahan-permasalahan
yang muncul.
Pusat Studi Pesantren atau yang kerap disingkat menjadi
PSP adalah lembaga yang melakukan ikhtiar untuk menepis
persepsi yang salah tersebut dengan berupaya menjaga nilai
toleransi santri serta mengenalkan para santri dan dunia
kepesantrenan sebagai agen perdamaian, yang ramah dan toleran
kepada khalayak luas. Sebagaimana yang disampaikannya dalam
wawancaranya dengan www.satuharapan.com, Direktur PSP juga
menjelaskan hal yang selaras, “Santri punya peran penting untuk
menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil „alamin, apalagi
setelah stigma negatif tentang pesantren sebagai produsen teroris.
Sebetulnya banyak sisi positif yang ada di pesantren, namun
belum sempat tersampaikan ke publik dengan baik”.2
Lembaga nirlaba yang dipimpin oleh Achmad Ubaidillah
ini merupakan lembaga yang bertujuan sebagai sarana
komunikasi dan menumbuhkan ukhuwah di antara umat Islam,
khususnya di kalangan masyarakat pesantren di Indonesia.
2 “Ceramah dan Ngaji? Santri Juga Bisa Bikin Video”
http://www.satuharapan.com/, diakses pada 27 Nov. 2018, pukul 10.38 WIB.
4
lembaga ini juga bertujuan menumbuhkan dan mensosialisasikan
pandangan, sikap dan misi Islam yang mencerahkan, ramah,
toleran, inklusif dan modern serta menumbuhkembangkan nilai-
nilai perdamaian antar sesama umat manusia.
Sebagaimana yang dilansir oleh Alif. id, Pendiri dan
Direktur PSP juga menjabarkan beberapa tujuan didirikannya
PSP, yaitu sebagai sarana komunikasi dan menumbuhkan
ukhuwah di antara umat Islam, khususnya di kalangan
masyarakat pesantren di Indonesia. Tujuan lain adalah untuk
menumbuhkan dan mensosialisasikan pandangan dan sikap-sikap
serta misi Islam yang mencerahkan, ramah, toleran, inklusif dan
modern di kalangan masyarakat serta menumbuhkembangkan
nilai-nilai perdamaian antar sesama umat manusia.3
Peran serta PSP dalam menyuarakan nilai-nilai toleransi
kepada masyarakat secara luas, khususnya kepada para kalangan
pesantren mendapatkan respon positive dari berbagai pihak.
Eksistensi PSP dalam berbagai kegiatan yang dilakukannya baik
3 “Pusat Studi Pesantren: Tebar Islam Ramah Melalui Pesantren”
https://alif.id/ , diakses pada 27 Nov. 2018, pukul 10.45 WIB.
5
kegiatan yang melibatkan peserta dari kalangan pesantren
maupun di luar pesantren masih terus terjaga hingga saat ini.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin
mengkaji lebih dalam tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dan strategi dakwah yang dimiliki oleh Lembaga Pusat Studi
Pesantren yang dituangkan dalam judul penelitian Strategi
Dakwah Lembaga Pusat Studi Pesantren Pagentongan-Bogor
dalam Upaya Menjaga Nilai Toleransi di Kalangan Santri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga
Pusat Studi Pesantren Pagentongan-Bogor?
2. Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh Lembaga
Pusat Studi Pesantren Pagentongan-Bogor dalam upaya
menjaga nilai toleransi di kalangan santri?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat aktifitas dakwah
yang dilakukan oleh Lembaga Pusat Studi Pesantren
Pagentongan-Bogor?
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menjelaskan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
oleh Lembaga Pusat Studi Pesantren Pagentongan-Bogor
2. Untuk menjelaskan strategi dakwah yang dilakukan oleh
Lembaga Pusat Studi Pesantren Pagentongan-Bogor dalam
upaya menjaga nilai toleransi di kalangan santri.
3. Untuk menjelaskan faktor pendukung dan penghambat
aktifitas dakwah yang dilakukan oleh Lembaga Pusat Studi
Pesantren Pagentongan-Bogor.
D. Manfaat Penelitian
Dengan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini
dapat bermanfaat:
a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan kontribusi bagi pengembangan penelitian di
bidang strategi dakwah dalam upaya menjaga nilai toleransi di
kalangan santri.
7
b. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi Peneliti
Menambah khazanah pengetahuan tentang strategi
dakwah dalam menjaga nilai toleransi di kalangan santri
yang dilakukan oleh PSP serta dapat memberikan
tambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti.
2. Bagi Pusat Studi Pesantren Pagentongan-Bogor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan saran, pemikiran dan informasi pelaksanaan
dakwah dalam upaya menajaga nilai toleransi santri
sebagai bahan acuan agar dalam pelaksanaan kegiatan
dakwah dalam menjaga nilai toleransi di kalangan santri
semakin lebih baik.
3. Bagi Mahasiswa
Memberikan informasi lebih jelas bagi mahasiswa
tentang strategi dakwah dalam upaya menjaga nilai
toleransi di kalangan santri yang dilakukan oleh PSP,
sehingga memberikan gambaran konsep dan teoritis ilmu
8
keislaman serta memberikan motivasi kepada mahasiswa
agar dapat menciptakan inovasi baru yang dapat
digunakan untuk menciptakan strategi-strategi dalam
manjaga nilai-nilai toleransi di negara yang bersifat
majemuk seperti Indonesia ini.
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, terdapat
penelitian yang relevan dengan judul penelitian yang akan ditulis.
Di antara penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, skripsi Istiqomah Fajri Perwita dengan judul
“Strategi Guru PAI dalam Membina Sikap Toleransi Antar Umat
Beragama terhadap Siswa SMPN 1 Prambanan Klaten”
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyarkarta, tahun 2014. Dalam hasil penelitiannya, peneliti
mengemukakan bahwa terdapat dua tahap strategi Guru PAI
dalam membina sikap toleransi antar umat beragama terhadap
siswa SMPN 1 Prambanan Klaten. Tahap pertama adalah
pembinaan sikap toleransi di dalam kelas, yaitu dengan
9
pemanfaatan sumber belajar, memilih gaya mengajar guru dengan
baik atau dengan gaya demokratis, penerapan variasi metode
yang sesuai, menciptakan komunikasi dengan siswa dan
penerapan evaluasi berkelanjutan. Tahap kedua adalah
pembinaan di luar kelas, yaitu dengan memberikan contoh sikap
menghormati dan menghargai semua warga sekolah, bekerjasama
dengan pihak sekolah untuk menerapkan 3S (Senyum, Sapa dan
Salam) yang bertujuan untuk mengakrabkan semua warga
sekolah dan saling bertoleransi.4
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu penelitian Istiqomah Fajri Perwita membahas
tentang strategi guru dalam mengajar mata pelajaran PAI,
sedangkan penelitian yang akan ditulis adalah penelitian
mengenai strategi dakwah Lembaga Pusat Studi Pesantren dalam
menjaga nilai toleransi. Selain itu, Subyek dan obyek dalam
penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan juga
berbeda.
4 Istiqomah Fajri Perwita, “Strategi Guru PAI dalam Membina Sikap
Toleransi Antar Umat Beragama Terhadap Siswa SMPN 1 Prambanan
Klaten”, (Skripsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyarkarta, 2014).
10
Kedua, skripsi Ahmad Faizin dengan judul “Strategi
Pengamalan Nilai-nilai Toleransi Beragama pada Siswa Melalui
Binaan Rohani di SMP Katolik Widyatama Kota Batu”
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang, tahun 2016. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad Faizin ini memberikan gambaran bahwa nilai-nilai
toleransi memang sangat penting untuk diajarkan dan diterapkan
kepada siswa dalam bangku sekolah. Adapun strategi yang
digunakan oleh SMP Katolik Widyatama Kota Batu dalam
pengamalan nilai-nilai toleransi beragama pada siswa meliputi
dua tahap. Pertama, melalui binaan sikap toleransi dalam kelas.
Kedua, melalui pembinaan toleransi di luar kelas. Model
pelaksanaan binaan rohani siswa dilaksanakan di dalam kelas
berdasarkan agama masing-masing, sehingga siswa mendapatkan
porsi pendidikan agama yang sama. Pelaksanaan binaan
dilakukan pada setiap hari Jum’at pukul 10.50-11.30.5
5 Ahmad Faizin, “Strategi Pengamalan Nilai-nilai Toleransi
Beragama pada Siswa Melalui Binaan Rohani di SMP Katolik Widyatama
Kota Batu”, (Skripsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
11
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
akan ditulis adalah penelitian Ahmad Faizin mengkaji secara
fokus pada kegiatan binaan rohani di sekolah dan strateginya
pada siswa, sedangkan penelitian yang akan ditulis membahas
strategi dakwah lembaga pada santri.
Ketiga, skripsi Miss Rahanee Seree dengan judul
“Strategi Dakwah dalam Membentuk Karakter
Santri”Mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang, tahun 2015. Hasil penelitian yang dilakukan pada
Pondok Pesantren Far’ul As-Saulati Al-Alawi Mayo Patani
Selatan Thailand ini menjelaskan tentang strategi dakwah yang
dilakukan oleh pesantren, yaitu antara lain: Menanamkan akidah
pada para santri, menanamkan syari’ah secara tepat, menanamkan
pendidikan akhlak karimah, menanamkan konsep toleransi dalam
beragama, memberikan penerangan tentang konsep jihad yang
sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadist, membentuk jiwa santri
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2016).
12
yang peduli alam sekitar dan membentuk karakter santri dengan
melakukan pengajian rutin.6
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
akan ditulis adalah penelitian Miss Rahanee Seree memfokuskan
pembahasan pada pembentukan karakter santri, sedangkan
penelitian yang akan ditulis membahas tentang nilai toleransi
pada santri. Penelitian di atas dilakukan pada Pondok Pesantren
Far’ul As-Saulati Al-Alawi Mayo Patani Selatan Thailand,
sedangkan penelitian yang ditulis dilakukan pada Lembaga Pusat
Studi Pesantren Pagentongan-Bogor.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian
kualitatif deskriptif, yaitu pendekatan penelitian dengan
pemaparan fenomena sosial tertentu baik tunggal maupun
jamak.7 Pendekatan yang digunakan untuk mengolah data
dalam penelitian ini tanpa menggunakan angka, namun
6 Miss Rahanee Seree, “Strategi Dakwah dalam Membentuk Karakter
Santri”, (Skripsi Mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015). 7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1998), h. 9.
13
melalui pemaparan pemikiran, pendapat ahli, atau fenomena
dalam kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini penulis akan mengamati,
menggambarkan, dan menjelaskan strategi dakwah Lembaga
Pusat Studi Pesantren dalam upaya menjaga nilai toleransi di
kalangan santri.
2. Waktu dan Lokasi Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak tanggal
dikeluarkannya izin penelitian dalam kurun waktu empat
bulan, yaitu mulai dari bulan Januari-April 2019. Dalam
waktu empat bulan tersebut, peneliti mengumpulkan data
lapangan dan menjalani proses bimbingan penulisan hasil
penelitian.
b. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilakukan pada Lembaga Pusat Studi
Pesantren yang berlokasi di Kompleks Pesantren Al-Falak
Pagentongan, Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat,
Kota Bogor.
14
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah suatu metode pengukuran data
untuk mendapatkan data primer, yaitu dengan cara
melakukan pengamatan langsung secara seksama dan
sistematis, dengan menggunakan alat indra berupa: mata,
telinga, hidung, tangan dan pikiran.8 Teknik observasi
juga dikenal sebagai proses untuk memperoleh data dari
tangan pertama dengan mengamati orang dan tempat pada
saat dilakukan penelitian.
Jenis observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini yaitu observasi partisipatif (participant
observation). Sugiyono menjelaskan dalam buku Metode
Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
bahwa dalam observasi ini peneliti terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
8 Zainal Mustafa, Mengurai Variabel hingga Instrumen, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009), h. 94.
15
dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka
dukanya.9
Dalam penelitian ini, Peneliti mengamati dan
terlibat secara langsung pada kegiatan pelatihan
kepenulisan dan video making untuk santri yang
dilaksanakan oleh Pusat Studi Pesantren untuk wilayah
Banten yang dilakukan di Hotel Zest Bogor dan di The
Rizen Hotel Bogor. Peneliti menjadi panitia lokal Banten
yang selama tiga hari penuh mendampingi santri
mengikuti kegiatan serta peneliti juga terlibat membantu
proses berlangsungnya kegiatan pelatihan.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan suatu percakapan yang
dilakukan oleh dua pihak yaitu, pewawancara
(interviewer) yakni sebagai orang yang mengajukan
pertanyaan dengan terwawancara (interviewee) atau yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.10
9 Sugiyono, Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2016), Cet. Ke-23, h. 227. 10
Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 186.
16
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan
wawancara mendalam terhadap intern dan ekstern
lembaga. Intern lembaga meliputi: 1). Direktur PSP 2).
Pengurus kegiatan PSP 3). Santri Alumni PSP. Ekstern
lembaga meliputi: 1). Pimpinan Pesantren Alumni
kegiatan PSP 2). Masyarakat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data tentang klien. Dalam suatu
penelitian, dokumentasi peneliti menggunakan catatan-
catatan atau data yang berkaitan dengan tema penelitian.11
Untuk memperkuat data untuk penelitian ini,
peneliti mengumpulkan dokumentasi-dokumentasi
kegiatan Pusat Studi Pesantren Pagentongan-Bogor baik
berupa arsip dokumen, photo, video, berita dan karya
tulisan.
11
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: Quantum Teaching,
2005), h. 111.
17
d. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penghimpunan atau
pengumpulan, pemodelan dan transformasi data dengan tujuan
untuk menyoroti dan memperoleh informasi yang bermanfaat,
memberikan saran, kesimpulan dan mendukung pembuatan
keputusan.12
Analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan deskriptif, yaitu menjelaskan secara sistematis
fakta dan karakteristik bidang-bidang tertentu secara faktual
dan cermat dengan menggambarkan keadaan atau status
fenomena.
Adapun langkah-langkah analisis yang akan dilakukan
oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
S. Nasution dalam bukunya berjudul Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif menjelaskan bahwa reduksi data ialah
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
12
Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), h. 253.
18
hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya, sehingga data
lebih mudah untuk dikendalikan.13
Setelah semua data yang diperoleh melalui proses
wawancara, observasi dan dokumentasi terkumpul, maka data
perlu difokuskan sesuai dengan rumusan masalah yang
terdapat dalam penelitian ini dan membuang data yang tidak
diperlukan sehingga data-data tersebut dapat dikendalikan juga
dipahami.
2. Penyajian Data (Display Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, dan dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.14
Dari penjelasan tersebut, setelah data direduksi maka
langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data, yaitu dengan
13
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung:
Tarsito, 1992), h. 129. 14
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Cet. Ke-9, h. 341.
19
membuat uraian-uraian yang bersifat naratif, sehingga dapat
diketahui rencana kerja selanjutnya berdasarkan data yang
telah dipahami tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang
diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada atau berupa gambaran suatu obyek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini masih sebagai hipotesis,
dan dapat menjadi teori jika didukung oleh data-data yang kuat
lainnya.15
Dari penjelasan di atas, maka langkah terakhir yaitu
penarikan kesimpulan. Langkah ini dimulai dari mencari pola,
tema, hubungan, yang mengarah pada strategi dakwah
Lembaga Pusat Studi Pesantren dalam upaya menjaga nilai
toleransi di kalangan santri dan diakhiri dengan menarik
kesimpulan sebagai hasil temuan lapangan.
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 345.
20
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penelitian, maka
sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan dalam lima
bab, yaitu sebagai berikut:
Bab pertama, Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab kedua, Gambaran Umum Lembaga Pusat Studi
Pesantren Pagentongan-Bogor. Bab ini adalah gambaran profil
lembaga yang berisi tentang sejarah berdirinya Pusat Studi
Pesantren, visi misi & Lambang Pusat Studi Pesantren, tujuan
pendirian letak geografis Pusat Studi Pesantren, struktur
kelembagaan & santri alumni Pusat Studi Pesantren dan program-
program Pusat Studi Pesantren.
Bab ketiga, Kajian Teori. Bab ini berisi tentang pengertian
strategi dakwah, asas-asas strategi dakwah, unsur-unsur dakwah,
toleransi, radikalisme, terorisme dan santri.
21
Bab keempat, membahas hasil penelitian mengenai
strategi dakwah Lembaga Pusat Studi Pesantren Pagentongan-
Bogor dalam upaya menjaga nilai toleransi di kalangan santri
yang berisi tentang kegiatan-kegiatan Lembaga Pusat Studi
Pesantren Pagentongan-Bogor, strategi dakwah Lembaga Pusat
Studi Pesantren Pagentongan-Bogor, faktor pendukung dan
penghambat aktifitas dakwah Lembaga Pusat Studi Pesantren
Pagentongan-Bogor.
Bab kelima, Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan
dan saran.
22
BAB II
GAMBARAN UMUM LEMBAGA PUSAT STUDI
PESANTREN PAGENTONGAN-BOGOR
A. Sejarah Berdirinya Lembaga Pusat Studi Pesantren
Pusat Studi Pesantren (PSP) atau Center for Pesantren
Studies dalam bahasa Inggris, merupakan lembaga nirlaba yang
diniatkan untuk menjadi wadah bagi proses pengkajian dunia
kepesantrenan dan pengembangan pemikiran Islam secara umum.
PSP juga menjadi wadah bagi jejaring pesantren yang
mengembangkan wawasan yang lebih terbuka. Lembaga ini
dipusatkan di Komplek Pesantren Al-Falak yang beralamat di
Jalan Pagentongan No. 2 Rt 01, Rw 06, kelurahan Loji,
kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
PSP mulai berdiri pada tanggal 21 September 2007.
Lembaga yang dipusatkan di Kompleks Pagentongan Bogor
tersebut didirikan oleh Achmad Ubaidillah dan ayahnya yang
bernama KH. Achmad Hasbullah. Meski KH. Achmad Hasbullah
saat itu sifatnya hanya memberikan restu dan support, sedangkan
23
yang menjadi pendiri dan kemudian menjadi penggerak dalam
setiap kegiatan secara keorganisasian lembaga sampai saat ini
adalah Achmad Ubaidillah.
Jika ditinjau dari awal mula sejarah, pendirian lembaga ini
tidak terlepas dari sejarah Pondok Pesantren Al-Falak
Pagentongan Bogor yang pertama kali didirikan oleh kakek buyut
Ubaidillah, yakni KH. Tubagus Muhammad Falak atau yang
lebih dikenal sebagai Mama Falak (1842-1972). Sebagaimana
yang diceritakan Ubaidillah saat diwawancarai di kediamannya
mengenai awal ia meminta restu kepada ayahnya untuk
mendirikan lembaga yang tujuannya untuk mensyiarkan apa yang
selama ini menjadi nilai, prinsip serta kiprah Mama Falak.1
Mama Falak dikenal sebagai pemimpin rohani gerakan
sufi dan sebagai Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wa
Naqsyabandiyah yang telah berkiprah di ranah pendidikan, sosial,
kemanusiaan, politik kebangsaan, dan keagamaan. Menurut
Ubaidillah, kakek buyutnya inilah yang menjadi inspirator
1 Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB.
24
terbesar lahirnnya PSP. Mama Falak merupakan referensi utama
dan alasan pentingnya Ubaidillah mendirikan PSP.
Ubaidillah ingin mencoba mereaktualisasi apa yang
dilakukan oleh Mama Falak semasa hidupnya. Terutama
kiprahnya di dunia kepesantrenan. Mama Falak dikenal sebagai
sosok ulama yang secara keilmuan mumpuni, tetapi kiprahnya
pun luas. Beliau belajar di Mekkah sampai 21 tahun lamanya dari
sejak usianya 15 tahun. Pada tahun 1878 beliau pulang ke
Indonesia dan selanjutnya menikah. Setelah itu pada tahun 1901
beliau mendirikan sebuah pesantren di Bogor yang bernama
Pondok Pesantren Al-Falak Pagentongan-Bogor.
Mama Falak merupakan seorang ulama sekaligus sebagai
perintis NU di Bogor pada tahun 1953. Beliau juga dikenal
sebagai ulama yang dekat banyak kalangan. Banyak tokoh Islam
dari lintas organisasi datang untuk silaturahmi kepada beliau. Hal
tersebut menandakan bahwa beliau dikategorikan sebagai tokoh
yang bisa masuk ke semua kalangan, meski beliau tetap sangat
lekat dengan NU. Semasa hidupnya Mama Falak juga aktif di
gerakan anti kolonialisme, gerakan politik kebangsaan, oleh
25
karena itu banyak tokoh nasional yang juga mendatangi beliau
seperti Dr. KH. Idham Kholid dan hampir seluruh Ketua Umum
PBNU pernah datang untuk sowan ke beliau semasa hidupnya.
Ubaidillah melihat sosok kakek buyutnya ini memiliki
ikatan silaturahmi yang sangat luas dan kuat. Selain kiprah di
dunia intelektualisme Islam, khususnya yang dikembangkan di
dunia pesantren, Mama Falak memiliki kiprah di masyarakat.
Beliau dikenal sebagai sosok yang mengayomi masyarakat dan
sosok yang dermawan oleh kalangan masyarakat sekitar.
Ubaidillah menceritakan, karena kedermawanan kakek buyutnya,
banyak murid-murid yang diberangkatkan ibadah haji oleh Mama
Falak pada masa itu. Selain itu, Mama Falak juga memiliki dapur
umum yang bisa diakses oleh masyarakat.
Berdasarkan keteladanan dan inspirasi yang Ubaidillah
dapatkan dari kakek buyutnya, kemudian Ubaidillah berpikir dan
merasa punya beban dan tanggung jawab untuk menyiarkan
langkah dan pemikiran-pemikiran Mama Falak yang selanjutnya
mendorong Ubaidilillah untuk mendirikan satu lembaga.
26
Terdapat metamorfosa sebelum lembaga ini bernama
Pusat Studi Pesantren. Sebelumnya Ubaidillah sempat
mendirikan Kiai Falak Center secara informal di komunitas
kecilnya. Cukup banyak orang sudah tau bahwa ada lembaga Kiai
Falak Center. Namun setelah Ubaidillah berkonsultasi dengan
Ayahnya dan mendapatkan nasihat untuk tidak membawa atau
mengatasnamakan Mama Falak, akhirnya Ubaidillah merubah
Kiai Falak Center menjadi Pusat Studi Pesantren.2
Terkait latar belakang penamaan lembaga “Pusat Studi
Pesantren” salah satunya adalah karena Ubaidillah menginginkan
PSP menjadi salah satu lembaga yang bisa melanjutkan kiprah
para tokoh NU yang juga mendirikan pusat studi yang kurang
lebih sama sebetulnya dengan PSP. Yang ada di Indonesia,
seperti: Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM),
Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan
Sosial (LP3ES) dan sejumlah lembaga yang lain.
Meski menurut Ubaidillah, ia bukanlah pionir isu-isu
kepesantrenan, tapi Ubaidillah hanya ingin menjadi pelanjut apa
2 Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB.
27
yang pernah dilakukan oleh intelektual muslim di NU, menjadi
bagian dari komponen pesantren. Sebagai warga nahdiyyin, ia
merasa memiliki tanggung jawab dan beban moral untuk ikut
hadir dalam isu ini. Kemudian digagaslah program-program yang
mengangkat isu-isu kepesantrenan.3
Kini PSP telah memiliki cabang di dua wilayah, yaitu di
Jawa Timur dan Lampung. Keduanya tetap bernama Pusat Studi
Pesantren, hanya ditambahkan nama wilayah, yakni menjadi
Pusat Studi Pesantren Jawa Timur dan Pusat Studi Pesantren
Lampung.4
B. Visi Misi & Lambang Lembaga Pusat Studi Pesantren
1. Visi & Misi Pusat Studi Pesantren
Visi:
“Mengacu pada peran strategis pesantren, maka Pusat
Studi Pesantren (PSP) mengembangkan tranformasi
demokratik melalui dunia pesantren. Transformasi ini
merujuk pada pembentukan masyarakat demokratis yang
3 Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB. 4 Achmad Ubaidillah, Achmad Ubaidillah, Direktur Pusat Studi
Pesantren, Facebook, Minggu, 27 Januari 2019, pukul 17. 00 WIB.
28
menghargai kemajemukan, kewarganegaraan, dan nilai-nilai
Islam rahmatan lil’alamin.”
Misi:
“Pusat Studi Pesantren (PSP) mengemban komitmen
melakukan penelitian interdisipliner yang berkaitan dengan
pesantren, Islam dan demokrasi. Pusat Studi Pesantren (PSP)
juga berupaya mewujudkan dan mengembangkan pelbagai
aktifitas positif dan transformatif, khususnya dalam upaya
menyebarkan gagasan dan pandangan mencerahkan,
moderat, ramah, toleran, inklusif dan modern.”5
2. Lambang Pusat Studi Pesantren
Berikut adalah lambang Pusat Studi Pesantren:6
5 “Pusat Studi Pesantren: Inklusifitas Pesantren dan Rahmat bagi
Semeseta” http://www.nu.or.id/, diakses pada 24 Januari 2019, pukul 20.10
WIB. 6 Nur Aslihah Mansur (Staf PSP), WhatsApp, Minggu, 27 Januari
2019, pukul 20. 53 WIB.
29
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ubaidillah,
penjelasan lambang PSP adalah sebagai berikut:
1. Dalam lambang tersebut terdapat nama lembaga dengan
menggunakan dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia tertulis “Pusat
Studi Pesantren” dan dalam Bahasa Inggris tertulis
“Center for Pesantren Studies”.
2. Terdapat gambar pena berbulu. Pada zaman dahulu
terutama di Pesantren, pena bulu digunakan untuk menulis
dengan menggunakan tinta. Gambar pena bulu ini
digunakan dalam lambang PSP sebagai simbol semangat
literasi PSP.
3. Warna hijau melambangkan kesuburan tanah air
Indonesia. Warna hijau juga erat dengan warna NU dan
pesantren.7
7 Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati, WhatsApp, Rabu, 13 Maret 2019, pukul 12.02 WIB.
30
C. Tujuan Pendirian Lembaga Pusat Studi Pesantren
Adapun tujuan dari didirikannya Pusat Studi Pesantren
pada tanggal 21 September 2007 adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sarana komunikasi dan menumbuhkan ukhuwah di
antara umat Islam, khususnya di kalangan masyarakat
pesantren di Indonesia.
2. Menumbuhkan dan mensosialisasikan pandangan dan sikap-
sikap serta misi Islam yang mencerahkan, moderat, ramah,
toleran, inklusif dan modern di kalangan masyarakat.
3. Menumbuhkembangkan nilai-nilai perdamaian antar sesama
umat manusia.
4. Membangun jembatan penghubung menuju reintegritasi
kalangan pesantren dan masyarakat sekitarnya.
D. Struktur Kelembagaan & Santri Alumni Pusat Studi
Pesantren
1. Struktur Kelembagaan
Pusat Studi Pesantren termasuk salah satu lembaga
yang dalam struktur secara kelembagaan dipegang juga
dikelola oleh keluarga. Berdasarkan Akta Notaris Pendirian
31
Yayasan “Pusat Studi Pesantren” Nomor 15, berikut adalah
Struktur Kelembagaan Pusat Studi Pesantren:
a. PEMBINA
Ketua Pembina : Drs. H. Achmad Hasbullah
Anggota : H. Ibrohim
b. PENGURUS
Ketua : Achmad Ubaidillah
Sekretaris : Ade Fahd
Wakil Sekretaris : Nurhapipah
Bendahara : Achmad Habibi
c. PENGAWAS
Ketua : Tri Mulyaningsih
Anggota : Robiatul Adawiyah8
Pada struktur di atas dapat dijelaskan bahwa secara
struktural dalam kelembagaan Pusat Studi Pesantren terdapat
tiga komponen, yaitu: Pembina, Pengurus dan Pengawas.
Pembina terdiri dari ketua dan anggota. Pengurus terdiri dari
8 Akta Pendirian Yayasan “Pusat Studi Pesantren”, Nomor 15 tahun
2016, Pasal 43, h. 38.
32
ketua, sekretaris, wakil sekretaris, dan bendahara.
Selanjutnya pengawas terdiri dari ketua dan anggota.
Adapun dalam setiap program kegiatannya, PSP
memiliki staff khusus yang direkrut oleh lembaga untuk
membantu mengelola setiap kegiatan dalam rangka
mewujudkan program-program yang telah dirancang.
Berikut adalah struktur kepengurusan program
kegiatan:9
9 Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati, Recording, Senin, 28 Januari 2018, Pukul 10.59 WIB.
Direktur
Achmad Ubaidillah
Staf Finance
Siti Azizah
Nur Aslihah Mansur
Program Officer
Khoirul Anam
Ira D. Aini
Ummi Hasanah
33
Keterangan:
a). Direktur
Direktur merupakan pendiri lembaga yang
memiliki tugas dan wewenang untuk memimpin
lembaga, mengorganisir visi dan misi lembaga secara
keseluruhan, mengambil kebijakan lembaga,
mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan.
b). Staf Finance
Staff Finance adalah orang-orang yang bertugas
mengurus keuangan dalam sebuah kegiatan, baik itu
pemasukan dan pengeluaran.
b). Program Officer
Program Officer adalah orang-orang yang
mengatur secara teknis dalam setiap kegiatan yang
dilakukan oleh PSP. Mulai dari mempersiapkan
dokumen-dokumen untuk peserta atau pemateri dan
menyiapkan perlengkapan sampai mengatur proses
berjalannya kegiatan.
34
2. Santri Pusat Studi Pesantren
Santri dalam hal ini merupakan santri dari beberapa
pesantren di wilayah Indonesia yang pernah mengikuti
kegiatan yang diselenggarakan oleh PSP pada program
gerakan voice of pesantren. Baik itu kegiatan pelatihan
kepenulisan maupun video making yang bertemakan Islam
dan Tradisi Damai.
Proses penetapan pesantren dan peserta kegiatan:
1. PSP melakukan pendekatan awal untuk menjajaki potensi
kerja sama Pusat Studi Pesantren (PSP) dengan pesantren
tersebut di kemudian hari, sekaligus juga sebagai proses
seleksi terhadap pilihan pesantren yang akan diputuskan
untuk diundang mengikuti seleksi program.
2. PSP menentukan pesantren-pesantren yang akan
diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan. Pesantren
tradisional diutamakan, karena salah satu program ini
adalah untuk mendorong pesantren yang cenderung
tertutup untuk bersuara ke luar. Pesantren yang juga
35
diutamakan ikut serta dalam pelatihan adalah pesantren
berbasis/berafiliasi ahlussunnah waljamaah.10
3. Staff PSP mengirimkan surat undangan pelatihan kepada
pesantren-pesantren susuai regional pelatihan. Dalam
surat tersebut, PSP meminta izin kepada pihak pesantren
untuk mengizinkan dua orang santri dari setiap pesantren
untuk mengikuti seleksi program Suara Pesantren .11
4. PSP melakukan proses seleksi peserta.
5. Hasil seleksi peserta diumumkan di
www.suarapesantren.net
Syarat peserta pelatihan:
1. Peserta masih berstatus sebagai santriwan/wati dari
pesantren yang diundang mengikuti Pelatihan Program
Suara Pesantren.
2. Peserta mengisi formulir pendaftaran berupa biodata calon
peserta Pelatihan Program Suara Pesantren.
10
Dokumen Kisi-kisi Riset Awal Pusat Studi Pesantren. 11
Dokumen Surat Undangan Seleksi Program Suara Pesantren, 04
Maret 2017.
36
3. Peserta diwajibkan menjawab pertanyaan yang
dilampirkan pada form pendaftaran.
4. Peserta mengirimkan formulir pendaftaran Pelatihan
Program Suara Pesantren via pos dan ditandai dengan cap
pos ke alamat kantor: Pusat Studi Pesantren: Kompleks
Ponpes Alfalak, Jl. Pagentongan No. 8 Rt 01/6, Loji,
Bogor Barat, Kota Bogor 16617 atau ke email:
5. Peserta mendapatkan izin dari pimpinan/pengurus
pesantren untuk mengikuti kegiatan.12
Saat ini santri alumni PSP yang sebagian besar
merupakan santri salafi tersebut sudah mencapai 394 santri
dari 112 pesantren di Indonesia, seperti Banten, Kalimantan
Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera
Barat dan Nusa Tenggara Barat.13
12
Dokumen Ketentuan dan Syarat Calon Peserta Program Suara
Pesantren. 13
Dokumen Arsip Data Alumni PSP tahun 2016-2018.
37
TABEL 2.1
Data Jumlah Santri Alumni PSP14
No Regional
Alumni
Jumlah Kepenulisan Video
Making
1 Banten 40 Santri 40 Santri 80 Santri
2 Jawa Barat 20 Santri 20 Santri 40 Santri
3 Jawa Timur 40 Santri 38 Santri 78 Santri
4 Jawa Tengah 38 Santri 38 Santri 76 Santri
5 Kalimantan Selatan 20 Santri 20 Santri 40 Santri
6 Sumatera Barat 20 Santri 20 Santri 40 Santri
7 Nusa Tenggara Barat 20 Santri 20 Santri 40 Santri
Total 394 Santri
E. Program-Program Kegiatan Lembaga Pusat Studi Pesantren
Untuk mewujdukan visi, misi dan tujuan pendirian
lembaga, Pusat Studi Pesantren melaksanakan berbagai usaha
melalui Program-program srategis. Program tersebut meliputi:
1. Kampanye Islam, perdamaian, kemanusiaan dan demokrasi.
PSP memfasilitasi komunikasi dan kerjasama antara
bangsa, budaya, agama yang memiliki perhatian dan minat
14
Dokumen Arsip Data Alumni PSP tahun 2016-2018.
38
terhadap perkembangan Islam dan masyarakat Muslim,
khususnya perkembangan pesantren di Indonesia. Selain itu juga
mendukung kampanye Islam moderat dan inklusif yang cinta
perdamaian.
Kampenye Islam, perdamaian, kemanusiaan dan
demokrasi yang dilakukan oleh PSP adalah kampanye atau
penyebaran ide, gagasan, serta narasi damai para tokoh, kiai, nyai
dan santri melalui akun media sosial. Beberapa media sosial yang
digunakan adalah instagram, youtube, facebook, website dan
twitter.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap akun-akun
media sosial PSP, kampanye melalui media sosial tersebut
dilakukan dalam bentuk quotes (pesan bergambar) dan video.
Kegiatan kampanye yang merupakan program bulanan ini masih
terus dalam tahap evaluasi dan upaya pembaharuan. Sebagaimana
yang disampaikan oleh Direktur Lembaga, bahwa PSP sedang
menyusun dan merancang sebuah platform baru yang akan diberi
nama iqra.id. Isi dari akun tersebut akan memuat artikel-artikel
dan video inspiratif dengan tujuan menyuarakan pemikiran dan
39
pesan-pesan damai dari kalangan pesantren dan masyarakat
umum secara luas.15
TABEL 2.2
Akun Media Sosial Pusat Studi Pesantren16
No Jenis Akun Nama Akun
1 Facebook Suara Pesantren
2 Instagram @Pusatstudipesantren
3 Twitter @SuaraPesantren
4 Youtube Suara Pesantren
5 Website
www.suarapesantren.net/
iqra.id
2. Diskusi, lokakarya dan seminar yang berkaitan dengan
isu-isu Islam, kemanusiaan, perdamaian dan demokrasi.
PSP berupaya untuk menjadi wadah diskusi atau
tempat bertukar pikiran mengenai isu Islam, kemanusiaan,
perdamaian dan demokrasi di Indonesia. Program tahunan ini
15
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Hotel Salak Heritage Bogor, Recording, Rabu, 06 Maret 2019,
Pukul 15.30 WIB. 16
Ummi Hasanah (Staff Program PSP), diwawanacarai oleh Cahyati,
Recording, Minggu, 27 Januari 2019, pukul 13.00 WIB.
40
sudah terlaksana dalam beberapa bentuk kegiatan, yakni
kegiatan Asia Interfaith Forum, Halaqah Kiai dan Nyai serta
pertemuan pegiat media online baik secara formal maupun
informal.17
Kegiatan Asia Interfaith Forum atau yang disingkat
dengan AIF dilaksanakan dengan memiliki tujuan untuk
kerjasama antar bangsa dalam memerangi radikalisme dan
kekerasan. Kegiatan ini sudah terlaksana dua kali pada
Oktober 2017 dan Juli 2018 di Bogor. Para
peserta merupakan para aktifis yang berasal dari beberapa
Negara Asia, seperti: Indonesia Singapura, Kemboja, Korea
Selatan, Yaman, Malaysia, dan Bangladesh.18
Kegiatan Halaqah Kiai dan Nyai sudah dilakukan
sebanyak empat kali mulai tahun 2017 hingga Maret 2019.19
Dari halaqah tersebut, terkumpul para kiai dan nyai yang
17
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Hotel Salak Heritage Bogor, Recording, Rabu, 06 Maret 2019,
Pukul 15.30 WIB. 18
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Tape Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48
WIB. 19
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), wawancara
oleh Cahyati di Hotel Salak Heritage Bogor, Recording, Rabu, 06 Maret 2019,
Pukul 15.30 WIB.
41
siap dengan programnya masing-masing untuk
menggerakkan pesantren sebagai motor perlawanan terhadap
radikalisme dan kekerasan.
3. Penerbitan dan perpustakaan.
PSP mendorong tersosialisasi dan terpublikasikannya
gagasan-gagasan yang lahir dari kalangan masyarakat
pesantren yang sarat dengan prinsip, tingkah laku dan cara
pandang toleran, inklusif, moderat dan aktif melakukan
tindakan nyata yang bermanfaat bagi umat.
Program penerbitan dan perpustakaan merupakan
program yang belum terlaksana. Beberapa faktor menjadi
alasan belum terwujudnya program ini. Selain PSP belum
mendapatkan tempat yang permanen dan representatif, PSP
juga masih terfokus pada kegiatan-kegiatan yang sedang dan
dilaksanakan. Baik kegiatan halaqah, pelatihan untuk santri
dan penyusunan platform baru. Seperti yang diungkapkan
42
oleh Ubaidillah selaku direktur, bahwa program ini masih
menjadi tugas cukup besar untuk PSP.20
4. Membangun database pesantren di Indonesia.
Kegiatannya berupa inventarisasi dan pendataan
pesantren di Indonesia serta memperoleh deskripsi mengenai
gerakan masyarakat sipil di Indonesia berbasis pesantren.
Berbagai infomasi tersebut dikumpulkan dan disusun
menjadi database yang komprehensif.
Dalam membangun database pesantren, PSP
melakukan riset pesantren. Riset tersebut juga merupakan
kegiatan yang dirancang untuk membangun jaringan
pesantren dan sebagai kegiatan silaturahim PSP kepada para
pengasuh atau kiai dan nyai pesantren.
Berdasarkan penuturan Ubaidillah saat diwawancarai
peneliti, dengan riset dan kegiatan-kegiatan pelatihan yang
melibatkan berbagai pesantren dari tujuh provinsi, kini
20
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Hotel Salak Heritage Bogor, Recording, Rabu, 06 Maret 2019,
Pukul 15.30 WIB.
43
database dan arsip profil pesantren yang dimiliki PSP
mencapai 200 pesantren di Indonseia.21
Kegiatan riset dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui profil pesantren secara umum serta mengetahui
bagaimana kecendrungan pemikiran yang berkembang di
pesantren tersebut. Selain itu, kegiatan riset juga sebagai
pendekatan awal dan proses seleksi terhadap pilihan
pesantren-pesantren yang akan diputuskan untuk diundang
mengikuti seleksi program kegiatan-kegiatan workshop atau
pelatihan yang akan diselenggarakan PSP.
Data riset diambil dari berbagai informan yang
ditemui di pesantren. Baik informasi dari pengasuh pesantren
secara langsung maupun informasi dari selain pengasuh,
seperti para guru, staff pesantren, para santri dan masyarakat
lingkungan sekitar pesantren.
Pesantren yang menjadi sasaran riset PSP merupakan
pesantren yang sudah diseleksi secara kasar/umum melalui
21
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Hotel Salak Heritage Bogor, Recording, Rabu, 06 Maret 2019,
Pukul 15.30 WIB.
44
data awal yang dikumpulkan oleh PSP. Kriteria awal yang
digunakan dalam proses seleksi pesantren yang akan diriset
adalah: Pertama, pesantren yang diutamakan adalah
pesantren tradisonal atau salafi. Kedua, pesantren yang
berbasis ahlussunah wal jama’ah.
Dalam riset pesantren, hal yang digali dari pesantren
adalah mengenai profil pesantren yang meliputi latar
belakang sejarah pesantren, posisi dan kondisi demografis
lokasi pesantren, data pengasuh dan dewan guru, jumlah
santri dan asal santri, sekolah/madrasah yang dikelola oleh
pesantren, kegiatan non keagamaan atau ekstrakulikuler yang
ada di pesantren serta apakah khusus untuk santri atau
berbaur dengan masyarakat dari luar pesantren.
Selain menggali informasi tentang profil pesantren
dalam kegiatan riset, PSP juga mengamati kemungkinan
pesantren untuk dapat mengikuti kegiatan PSP selanjutnya.
Hal tersebut diperhatikan dari kemungkinan di pesantren
secara umum diizinkan untuk mengakses komputer dan
internet, pesantren tersebut memiliki tim media secara
45
khusus, atau berencana, atau merasa perlu membuat tim
media untuk pesantren tersebut serta apakah memungkinkan
jika pihak pesantren membangun kerja sama dengan
masyarakat sekitar pesantren (misalnya: pihak aparat desa,
karang taruna, atau pemuda kampung sekitar) untuk
membuat program bersama yang berkelanjutan.
Hasil dari kegiatan riset dituangkan dalam bentuk
laporan profil pesantren dengan disertai photo-photo
pengasuh dan suasana pesantren yang kemudian menjadi
arsip PSP dan beberapa sudah dimuat di laman
www.suarapesantren.net. 22
Dengan dilakukannya riset pesantren-pesantren di
berbagai wilayah ini, secara langsung PSP memiliki database
pesantren di Indonesia. Menurut Ubaidillah, tujuan dari riset
dan pembuatan database pesantren ini sangat penting. Hasil
riset akan menjadi basis data bagi orang atau lembaga lain
yang membutuhkan informasi tentang pesantren-pesantren
yang terdapat dalam database pesantren dari beberapa
22
Dokumen Kisi-Kisi Riset Awal Pusat Studi Pesantren.
46
wilayah yang diriset oleh PSP seperti Banten, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat
dan Nusa Tenggara Barat.23
5. Pendidikan dan pelatihan.
PSP memberi kesempatan kepada generasi muda
kaum santri untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam
upaya mengembangkan kapasitas diri dan pemikiran serta
pandangan keislaman yang inklusif, ramah dan cinta
perdamaian.24
Pada program tahunan ini PSP membuat sebuah
gerakan yang dinamakan dengan gerakan Voice of Pesantren
atau suara pesantren. Dalam gerakkan ini, PSP membuat dua
macam pelatihan untuk kalangan santri di Indonesia. Yakni
pelatihan kepenulisan dan video making. Dalam kedua
pelatihan tersebut PSP mengangkat tema “Islam dan Tradisi
Damai”.
23
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Hotel Salak Heritage Bogor, Recording, Rabu, 06 Maret 2019,
Pukul 15.30 WIB. 24
“Pusat Studi Pesantren: Inklusifitas Pesantren dan Rahmat bagi
Semeseta” http://www.nu.or.id/, diakses pada 24 Januari 2019, pukul 20.10
WIB.
47
Program ini sudah berjalan sejak tahun 2016 dan
pelatihan kepenulisan untuk santri sudah berhasil
dilaksanakan 10 kali di wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat,
dan Nusa Tenggara Barat. Dalam setiap pelatihan, di
dalamnya terdapat 20 santri dari 10 pesantren yang menjadi
peserta pelatihan.
Selain pelatihan kepenulisan, PSP juga
menyelenggarakan pelatihan video making untuk santri yang
kini telah terselenggara sebanyak 10 kali di wilayah yang
sama dengan pelatihan kepenulisan. Jumlah peserta yang
mengikuti kegiatan pelatihan video making juga sebanyak 20
santri dari 10 pesantren yang telah dipilih.
Dalam pelaksanaan program-programnya, terdapat empat
isu prioritas yang diperjuangkan oleh PSP untuk mencapai
masyarakat demokratik, yaitu:
Pertama, perawatan atas kemajemukan agama, baik
melalui dialog lintas iman (interfaith dialogue) maupun
perlindungan atas hak-hak minoritas beragama. Agenda ini
48
penting sebab masyarakat demokratik membutuhkan perawatan
atas kemajemukan bangsa, dengan menempatkan agama bukan
sebagai sumber konflik melainkan harmoni. Tradisi moderatisme
(tawazun) dan jalan tengah (tawasuth) pesantren menempatkan
lembaga ini sebagai garda depan perawatan kemajemukan
bangsa.
Kedua, deradikalisasi agama.25
Sebuah masyarakat
demokratik membutuhkan paham keagamaan yang moderat. Hal
ini terkendala mana kala sebagian umat beragama memahami
agama secara radikal. Deradikalisasi agama merupakan upaya
moderasi pemahaman keagamaan sehingga umat beragama tidak
terjebak memahami agama sebagai ideologi yang meniadakan
(pemahaman) agama lain. Deradikalisasi juga meliputi pemetaan
25
Deradikalisasi merupakan segala upaya untuk mentransformasikan
dari keyakinan atau ideology radikal menjadi tidak radikal dengan pendekatan
multi dan interdisipliner (agama, sosial, budaya dan selainnya) bagi orang
yang terpengaruh oleh keyakinan radikal.atas dasar itu, deradikalisasi lebih
pada upaya melakukan perubahan kognitif atau memoderasi pemikiran atau
keyakinan seseorang. Suaib Tahir, Abdul Malik & Khoirul Anam, Ensiklopedi
Pencegahan Terorisme, (Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme,
2016), h. 23. Dengan demikian, eradikalisasi agama dapat diartikan sebagai
upaya untuk menanggulangi munculnya paham dan tindakan radikal atau
mengatasnamakan agama, salah satunya dengan menanamkan pemahaman
agama yang ramah dan damai.
49
gerakan-gerakan keagamaan radikal untuk mengetahui ideologi,
persebaran, rekrutmen, dan perjuangan mereka.26
Isu perawatan atas kemajemukan agama dan
deradikalisasi agama menjadi fokus utama PSP. Kedua isu di atas
terdapat dalam program kampanye, diskusi dan seminar serta
program pendidikan dan pelatihan. Di berbagai kegiatannya, baik
kegiatan kampanye, pelatihan kepenulisan dan video making
untuk santri, halaqah kiai dan Nyai dan The Asia Interfaith
Forum, kedua isu tersebut diangkat menjadi tema, materi maupun
diskusi dalam forum.27
Ketiga, kesetaraan gender. Agenda ini merupakan
pengarusutamaan kesetaraan gender sebagai bagian dari
pembentukan masyarakat demokratis. Kesetaraan ini tidak hanya
terjadi pada wilayah ketimpangan relasi gender melainkan
perlindungan hak-hak perempuan dari deskriminasi berbasis
26
“Profil Pusat Studi Pesantren” www.pusatstudijawatimur.blogspot.
com, diakses pada 25 Januari 2019, pukul 20.58 WIB. 27
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Hotel Salak Heritage Bogor, Recording, Rabu, 06 Maret 2019,
Pukul 15.30 WIB.
50
gender.28
Berdasarkan pernyataan dari Direktur PSP, isu ini
belum diwujudkan dalam bentuk program atau kegiatan yang
diinisiasi oleh PSP. Meskipun demikian, PSP aktif menghadiri
undangan perjumpaan dan seminar berbasis gender.29
Keempat, kepedulian lingkungan. Gerakan kepedulian
lingkungan merupakan wujud nyata implementasi teologi
lingkungan yang perlu ditumbuhkembangkan di kalangan
pesantren. Teologi lingkungan yang ditransformasikan kepada
santri akan menjadi landasan teologi untuk melakukan berbagai
gerakan pada level praktis di masyarakat seperti gerakan
konservasi, tree plantation, kesadaran merawat lingkungan dan
aktifitas lain terkait kepedulian terhadap lingkungan.30
Isu ini
juga belum diwujudkan dalam bentuk program maupun kegiatan.
Menurut penuturan Ubaidillah, PSP masih fokus kepada kegiatan
yang berkenaan dengan dua isu di atas yakni perawatan atas
kemajemukan agama dan deradikalisasi agama. Namun ke depan
28
“Profil Pusat Studi Pesantren” www.pusatstudijawatimur.blogspot
.com, diakses pada 25 Januari 2019, pukul 20.58 WIB. 29
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Hotel Salak Heritage Bogor, Recording, Rabu, 06 Maret 2019,
Pukul 15.30 WIB. 30
“Profil Pusat Studi Pesantren” www.pusatstudijawatimur.blogspot
.com, diakses pada 25 Januari 2019, pukul 20.58 WIB.
51
PSP juga akan terus berupaya untuk memperjuangkan keempat
isu prioritas tersebut agar terealisasi dalam bentuk program dan
kegiatan.31
31
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Hotel Salak Heritage Bogor, Recording, Rabu, 06 Maret 2019,
Pukul 15.30 WIB.
52
BAB III
KAJIAN TEORI
A. Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani: strategia yang
berarti kepemimpinan atas pasukan atau seni memimpin
pasukan. Kata strategia bersumber dari kata strategos yang
berkembang dari kata stratos (tentara) dan kata agein
(memimpin). Istilah strategi dipakai dalam konteks militer
sejak zaman kejayaan Yunani-Romawi sampai masa awal
industrialisasi. Kemudian istilah strategi meluas ke berbagai
aspek kegiatan masyarakat, termasuk ke dalam bidang
komunikasi dan dakwah.1
Jika ditinjau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran tertentu.2 Strategi juga didefiniskan
1 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 227. 2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), Cetakan II, h. 859.
53
sebagai sebagai garis besar haluan negara yang bertindak
untuk mencapai sadaran yang ditetapkan.3
Kustadi Suhandang dalam karyanya berjudul Strategi
Dakwah: Penerapan Strategi Komunikasi dalam Dakwah
menyebutkan bahwa Strategi merupakan rancangan atau
desain kegiatan, dalam wujud penentuan dan penempatan
semua sumber daya yang menunjang keberhasilan suatu
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.4
Littlejohn menyamakan strategi dengan “rencana
suatu tindakan”, dan metodologinya yang sangat mendasar
dikemukakan Burke sebagai the dramatistic pentad (segi
lima dramatistik) dengan perincian sebagai berikut:
1. Act (aksi), yaitu apa yang dikerjakan oleh aktor (pelaku).
Komponen yang pertama ini menjelaskan tentang apa
yang harus dimainkan oleh aktor, apa yang sebaiknya dia
lakukan, dan apa yang semestinya dia selesaikan.
3 Tabrani Rusyah, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h. 209. 4 Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah: Penerapan Strategi
Komunikasi dalam Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 82.
54
2. Scene (suasana), yaitu situasi atau keadaan di mana
tindakan (kegiatan) dimaksud akan berlangsung. Segi
yang kedua ini meliputi penjelasan tentang keadaan fsiik
maupun budaya dan lingkungan masyarakat di mana
kegiatan itu akan dilaksanakan.
3. Agent (agen), yaitu diri aktor (sendiri) yang harus dan
akan melaksanakan tugasnya, termasuk semua yang
diketahuinya tentang substansinya. Substansi agen
mencakup semua aspek kemanusiaannya, sikapnya,
pribadinya, sejarahnya dan faktor-faktor terkait lainnya.
4. Agency (agensi), yaitu instrument atau alat-alat yang
akan dan harus digunakan oleh agen (aktor) dalam
melakukan tindakannya. Mungkin meliputi saluran-
saluran komunikasi, jalan pikiran, lembaga (media), cara,
pesan, atau alat-alat terkait lainnya.
5. Purpose (maksud), yaitu alasan untuk bertindak, yang di
antaranya mencakup tujuan teoritis, akibat atau hasil
(dari tindakannya itu) yang diharapkan.5
5 Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah: Penerapan Strategi
Komunikasi dalam Dakwah, h. 81-82.
55
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan
manajemen untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya menunjukkan arah jalan saja, namun juga harus
mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.6
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa strategi merupakan rancangan atau dan ketentuan
yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan
baik dan efektif.
2. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa),
dakwah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti “panggilan,
ajakan atau seruan”. Dalam Ilmu Tata Bahasa Arab, kata
dakwah berbentuk sebagai “isim mashdar”. Kata ini berasal
dari fi‟il (kata kerja) dari “da‟a-yad‟u” yang artinya
memanggil, mengajak atau menyeru.7 Menurut Abdul Aziz,
secara bahasa dakwah bisa berarti: (1) memanggil, (2)
6 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 32. 7 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:
Al-Ikhlas, 1983), h. 17.
56
menyeru, (3) menegaskan atau membela sesuatu, (4)
perbuatan atau perkataan untuk menarik manusia kepada
sesuatu, serta (5) memohon dan meminta.8
Dakwah dalam arti sebagai petunjuk, dapat dijumpai
dalam firman Allah dalam surat Yunus ayat 25:
لام وي هدي من يشاء إل صراط مستقيم يدعو إل دار السه والله (٥٢يونوس : )
Artinya: “Dan Allah menyeru (manusia) ke darussalam
(Surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada
jalan yang lurus (Islam).” (QS. Yunus: 125)
Terdapat banyak ragam pendapat yang dikemukan
oleh para ahli Ilmu Dakwah mengenai definisi dakwah dari
segi istilah. Dalam pengertian yang integralistik, dakwah
merupakan proses berkesinambungan yang ditangani oleh
para pengemban dakwah dalam rangka mengubah sasaran
dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara
bertahap menuju perikehidupan yang islami. Proses
berkesinambungan adalah suatu proses yang bukan
8 Tata Sukayat, Ilmu Dakwah: Perspektif Filsafat Mabadi „Asyarah,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 7
57
incidental atau kebetulan, melainkan benar-benar
direncanakan, dilaksanakan, diorganisir, dan dievaluasi
secara terus-menerus oleh para pengemban dakwah dalam
rangka mengubah perilaku sasaran dakwah sesuai dengan
tujuan yang ditentukan.9
Dikutip dari buku Pengantar Ilmu Dakwah yang
ditulis oleh Wahidin Saputra, dalam pengertian istilah
dakwah diartikan sebagai berikut:
1. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa
dakwah Islam sebagai upaya mengajak umat
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan di dunia dan akhirat.
2. Syaikh Ali Mahfudz, dalam kitabnya Hidayatul
Mursyidin memberikan definisi dakwah sebagai
berikut: dakwah Islam yaitu; mendorong manusia
agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk,
9 Kementrian Agama, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat dan
Berpolitik (Tafsir al-Qur‟an Tematik), (Jakarta: Lajnah Pentasbihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2012), jilid V, h. 378.
58
menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah
dari kemungkaran, agar mereka mendapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
3. Hamzah Ya‟qub mengatakan bahwa dakwah
adalah mengajak umat manusia dengan hikmah
(kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah
dan Rasul-Nya.
4. Menurut Prof. Dr. Hamka, dakwah adalah seruan
panggilan untuk menganut suatu pendirian yang
ada dasarnya berkonotasi positif dengan
substansi terletak pada aktivitas yang
memerintahkan amar ma‟ruf nahi munkar.
5. Syaikh Abdullah Ba‟alawi mengatakan bahwa
dakwah adalah mengajak, membimbing dan
memimpin orang yang belum mengerti atau sesat
jalannya dari agama yang benar untuk dialihkan
ke jalan ketaatan kepada Allah, menyuruh
mereka berbuat baik dan melarang mereka
59
berbuat buruk agar mereka mendapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
6. Menurut Muhammad Natsir, dakwah
mengandung arti kewajiban yang menjadi
tanggung jawab seorang Muslim dalam amar
ma‟ruf nahi munkar.
7. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa
dakwah adalah menyeru kepada kebaikan dan
mencegah dari kemungkaran adalah fardhu yang
diwajibkan kepada setiap muslim.10
Selain itu, Arifin dalam buku Psikologi Dakwah
menjelaskan pengertian dakwah dari sisi psikologi bahwa
dakwah mengandung pengertian suatu kegiatan ajakan baik
dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya
yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha
memengaruhi orang lain baik secara individual maupun
secara kelompok agara supaya timbul dalam dirinya suatu
pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan
10
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), h. 1-2.
60
terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan
kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.11
3. Pengertian Strategi Dakwah
Asmuni Syukir berpendapat bahwa strategi dakwah
dapat diartikan sebagai metode, siasat, taktik atau maniuvers
yang dipergunakan dalam aktifitas dakwah.12
Strategi
dakwah menurut Al-Bayanuni adalah ketentuan-ketentuan
dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk
kegiatan dakwah.13
Secara umum, strategi dakwah merupakan sebuah
perencanaan yang digunakan untuk dapat mencapai tujuan
dakwah yang efisien. Atau mengajak kepada kebenaran dan
kebaikan dengan menggunakan perencanaan yang baik
sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dan tepat
pada sasaran dakwah yang dimaksud.
11
Arifin, Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi
aksara, 1997), h. 6. 12
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 32. 13
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016), h. 351.
61
Selain membuat definisi, Al-Bayanuni membagi
strategi dakwah dalam tiga bentuk, yaitu:14
1. Strategi sentimentil (al-manhaj al-„athifi)
Strategi sentimentil adalah dakwah yang
memfokuskan aspek hati dan menggerakkan perasaan
dan batin mitra dakwah. Memberi mitra dakwah
nasihat yang mengesankan, memanggil dengan
kelembutan atau memberikan pelayanan yang
memuaskan merupakan metode yang dikembangkan
dari strategi ini.
2. Strategi rasional (al-manhaj al-„aqli)
Strategi rasional adalah dakwah dengan
beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal
pikiran. Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk
berpikir, merenungkan dan mengambil pelajaran. Al-
Qur‟an mendorong penggunaan strategi rasional
dengan beberapa terminology antara lain: tafakkur,
tadzakkur, nazhar, taammul, i‟tibar, tadabbur, dan
14
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, h. 351-353.
62
istibshar. Tafakkur adalah menggunakan pemikiran
untuk mencapainya dan memikirkannya; tadzakkur
merupakan menghadirkan ilmu yang harus dipelihara
setelah dilupakan; nazhar ialah mengarahkan hati
untuk berkonsentrasi pada obyek yang sedang
diperhatikan; taammul berarti mengulang-ulang
pemikiran hingga menemukan kebenaran dalam
hatinya; i‟tibar bermakna perpindahan dari
pengetahuan yang sedang dipikirkan menuju
pengetahuan yang lain; tadabbur adalah suatu usaha
memikirkan akibat-akibat setiap masalah; istibshar
ialah mengungkap sesuatu atau menyingkapnya, serta
memperlihatkannya kepada pandangan hati.
3. Strategi indrawi (al-manhaj al-hissi)
Strategi indrawi juga dapat dinamakan dengan
strategi eksperimen atau strategi ilmiah. Ia
didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan
metode dakwah yang berorientasi pada pancaindra dan
berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan.
63
Di antara metode yang dihimpun oleh strategi ini
adalah praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas
drama.
Penentuan strategi juga dapat berdasarkan ayat-ayat
yang terkandung dalam surat Al-Baqarah: 129 dan 151,
surat Al-Imran: 164 dan Al-Jumu‟ah: 2. Allah Swt
berfirman:
Artinya: “Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang
Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan
kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada
mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah)
serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah:129).
64
Artinya: “Sebagaimana (kami telah menyempurnakan
nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu
Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan
kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan
kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al-
Baqarah:151).
Artinya: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara
mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam
kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Imran: 164).
Artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan
65
ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan
Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu‟ah:2).
Ayat-ayat di atas mengisyaratkan tiga bentuk strategi
dakwah, yaitu:15
1. Strategi Tilawah. Dengan strategi ini mitra dakwah
diminta mendengarkan penjelasan pendakwah atau
mitra dakwah membaca sendiri pesan yang ditulis
oleh pendakwah. Demikian ini merupakan transfer
pesan dakwah dengan lisan dan tulisan.
2. Strategi Tazkiyah (menyucikan jiwa). Jika strategi
tilawah melalui indra pendengaran dan indra
penglihatan, maka strategi tazkiyah melalui aspek
kejiwaan. Salah satu misi dakwah adalah
menyucikan jiwa manusia.
3. Strategi Ta‟lim. Startegi ini hampir sama dengan
strategi tilawah, yakni keduanya
mentransformasikan pesan dakwah. Akan tetapi,
strategi ini lebih bersifat mendalam, dilakukan
15
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, h. 355-356.
66
secara formal dan sistematis. Artinya, metode ini
hanya dapat diterapkan pada mitra dakwah yang
tetap, dengan kurikulum yang telah dirancang,
dilakukan secara bertahap, serta memiliki target
dan tujuan tertentu.
4. Asas-Asas Strategi Dakwah
Asmuni Syukir dalam bukunya yang berjudul Dasar-
Dasar Strategi Dakwah Islam menjelaskan bahwa ada lima
asas dakwah yang perlu diperhatikan dalam strategi dakwah.
Asas-Asas dakwah tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Asas Filosofis
Asas ini terutama membicarakan masalah yang
erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak
dicapai dalam proses atau dalam aktifitas dakwah.
2) Asas Kemampuan dan Keahlian Da‟i (achievement and
professional)
67
Asas ini menyangkut pembahasan mengenai
kemampuan dan profesionalisme seorang da‟i sebagai
subyek dakwah.
3) Asas Sosiologis
Asas ini membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah.
Misalnya politik pemerintah setempat, mayoritas agama
di daerah setempat, filosofis sasaran dakwah, sosio
kultural sasaran dakwah dan sebagainya.
4) Asas Psychologis
Asas ini membahas masalah yang erat
hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da‟i
adalah manusia, begitupun sasaran dakwahnya yang
memiliki karakter (kejiwaan) yang unik yakni berbeda
satu sama lainnya. Apalagi masalah agama, yang
merupakan masalah idiologi atau kepercayaan tak luput
dari masalah-masalah Psychologis sebagai asas atau
dasar dakwahnya.
68
5) Asas Efektifitas dan Efisiensi
Asas ini maksudnya adalah di dalam aktifitas
dakwah harus berusaha meyeimbangkan antara biaya,
waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan
pencapaian hasilnya. Bahkan kalau bisa waktu, biaya dan
tenaga sedikit namun dapat memperoleh hasil yang
semaksimal mungkin. Dengan kata lain, ekonomis biaya,
tenaga dan waktu tapi dapat mencapai hasil yang
maksimal atau setidak-tidaknya seimbang antara
keduanya.16
5. Unsur-Unsur Dakwah
Menurut kajian Ilmu Dakwah, terdapat lima unsur
dakwah, yaitu sebagai berikut:
1. Subyek Dakwah (Da‟i)
Da‟i merupakan orang yang melaksanakan
dakwah, baik melalui lisan, tulisan maupun perbuatan
yang dilakukan secara individu, kelompok, maupun
16
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 32-33.
69
organisasi atau lembaga.17
Dalam kata lain, da‟i dapat
diartikan juga sebagai orang yang aktif melaksanakan
dakwah kepada masyarakat.18
Dikatakan Samsul Munir Amin dalam buku
berjduul Ilmu Dakwah bahwa faktor subyek dakwah
sangat menentukan keberhasilan aktifitas dakwah. Maka
subyek dakwah dalam hal ini seorang da‟i atau lembaga
dakwah hendaklah mampu menjadi penggerak dakwah
yang professional. Baik gerakan dakwah yang dilakukan
oleh individual atau kolektif, profesionalisme sangat
dibutuhkan.19
Adapun tugas da‟i adalah merealisasikan ajaran-
ajaran al-Qur‟an dan sunnah di tengah masyarakat
sehingga dijadikan pedoman sebagai pedoman dan
penuntun hidupnya. Menghindarkan masyarakat dari
berpedoman pada ajaran-ajaran di luar al-Qur‟an dan
sunnah, menghindarkan masyarakat dari berpedoman
17
Tata Sukayat, Ilmu Dakwah: Perspektif Filsafat Mabadi „Asyarah,
h. 24. 18
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 8. 19
Samsul Munir, Ilmu Dakwah,(Jakarta: Amzah, 2009), h. 13.
70
pada ajaran-ajaran lain yang tidak dibenarkan oleh al-
Qur‟an dan sunnah.20
2. Obyek Dakwah (Mad‟u)
Obyek dakwah atau mad‟u adalah manusia sebagai
penerima dakwah, baik individu maupun kelompok,
bahkan umat Islam maupun bukan, atau manusia secara
keseluruhan.21
Sasaran dakwah atau mad‟u adalah pribadi dan
kelompok manusia kepada siapa dakwah ditujukan.
Mereka adalah masyarakat yang membutuhkan
bimbingan menjadi manusia yang sehat dan sejahtera
secara spiritual, material, emosional, dan sosial berdasar
pada standar dan parameter nilai-nilai Islam.22
Masyarakat baik individu atau kelompok yang
menjadi obyek dakwah, memiliki tingkatan yang
berbeda-beda. Dalam hal ini da‟i dalam aktifitas
dakwahnya hendaklah memahami karakter dan siapa
20
Samsul Munir, Ilmu Dakwah, h. 70. 21
Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta:
Kencana, 2009), h. 23. 22
Acep Aripudin, Sosiologi Dakwah, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 17.
71
yang akan diajak bicara atau siapa yang akan menerima
pesan-pesan dakwahnya. Da‟i dalam menyampaikan
pesan-pesan dakwahnya perlu mengetahui klasifikasi dan
karakter obyek dakwah agar pesan dakwah bisa diterima
dengan baik oleh mad‟u.23
3. Materi Dakwah (Maddah)
Materi atau pesan dakwah adalah pesan-pesan
yang berupa ajaran Islam atau segala sesuatu yang harus
disampaikan subyek kepada obyek dakwah, yaitu
keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam kitabullah
dan sunah Rasulullah. Pesan dakwah berisi semua bahan
atau mata pelajaran yang berisi tentang pelajaran agama
yang akan disampaikan oleh da‟i kepada mad‟u dalam
suatu aktivitas dakwah agar mencapai tujuan yang telah
ditentukan.24
Pesan atau materi dakwah harus disampaikan
secara menarik dan tidak monoton sehingga merangsang
23
Samsul Munir, Ilmu Dakwah,h. 18. 24
Tata Sukayat, Ilmu Dakwah: Perspektif Filsafat Mabadi „Asyarah,
h. 25-26.
72
obyek dakwah untuk mengkaji tema-tema Islam. Pesan
dakwah harus dilakukan dengan mempertimbangkan
situasi dan kondisi mad‟u sebagai penerima dakwah.25
4. Media Dakwah (Wasilah)
Media dakwah adalah alat yang bersifat objektif
yang bisa menjadi saluran untuk menghubungkan ide
dengan umat, sesuatu elemen yang vital dan merupakan
alat nadi dalam totalitas dakwah yang keberadaannya
sangat penting dalam menentukan perjalanan dakwah.26
Selain itu, media dakwah juga diartikan sebagai media
atau instrument yang digunakan sebagai alat untuk
mempermudah sampainya pesan dakwah kepada
mad‟u.27
Terdapat beragam media dakwah yang bisa
digunakan oleh para da‟i dalam berdakwah, secara umum
media dapat dikelompokkan pada: a). media visual,
seperti gambar atau photo b). media audio, seperti: radio
25
Samsul Munir, Ilmu Dakwah, h. 14. 26
Tata Sukayat, Ilmu Dakwah: Perspektif Filsafat Mabadi „Asyarah,
h. 27-28. 27
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 9.
73
dan tape recorder c). media audio visual, seperti: televisi,
film, atau video d). media cetak, seperti buku, surat
kabar, majalah, dan bulletin.
5. Metode Dakwah (Uslub)
Metode dakwah adalah segala cara yang harus
ditempuh dalam menegakkan dakwah untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan, yaitu terciptanya kondisi
kehidupan mad‟u yang al-salam, baik di dunia maupun di
akhirat dengan menjalani syari‟at Islam secara
keseluruhan.28
Metode dakwah juga diartikan sebagai
cara atau strategi yang harus dimiliki oleh da‟i dalam
melaksanakan dakwahnya.29
Untuk mewujudkan keberhasilan dakwah,
terdapat beberapa metode dan media dakwah yang
dapat digunakan oleh seorang da‟i untuk menunjang
kegiatan dakwah. Ketika membahas tentang metode
28
Tata Sukayat, Ilmu Dakwah: Perspektif Filsafat Mabadi „Asyarah,
h. 30. 29
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 9.
74
dakwah, maka pada umumnya merujuk pada surat an-
Nahl ayat 125:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Q.S. An-Nahl:125).
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa ada tiga cara
atau metode dalam berdakwah, yaitu sebagai berikut:
1) Metode al-Hikmah
Kata hikmah acapkali diterjemahkan dalam
pengertian bijaksana, yaitu suatu pendekatan
sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu
melaksanakan apa yang didakwahkan atas kemauannya
sendiri, tanpa ada paksaan, konflik maupun rasa
tertekan. Dalam bahasa komunikasi hikmah
75
menyangkut apa yang disebut sebagai frame
of reference, field of reference dan field of experience,
yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap terhadap
pihak komunikan (obyek dakwah).30
Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan
bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati
yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada
agama atau Tuhan.31
Dakwah bil hikmah juga
mempunyai arti sebagai kemampuan seorang da‟i
dalam melaksanakan dakwah dengan jitu karena
pengetahuannya yang tuntas lagi tepat dnegan lika-liku
dakwah.32
2) Metode Mauidzah Hasanah
Ali Mustafa Yaqub mengatakan bahwa Mauidzah
Al-Hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat
yang baik di mana ia dapat bermanfaat bagi orang yang
30
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 1987), h. 37. 31
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 246. 32
Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta:
Kurnia Alam Semesta, 2002), h. 24.
76
mendengarkannya atau argumen-argumen yang
memuaskan sehingga pihak audience dapat
membenarkan apa yang disampaikan oleh subyek.33
Masyhur Amin dalam buku Dakwah Islam dan
Pesan Moral mengartikan dakwah dengan metode
mauidzah hasanah adalah memberi nasehat dan
memberi ingat kepada orang lain dengan bahasa yang
baik yang dapat menggugah hatinya sehingga si
pendengar itu dapat menerima apa yang dinasehatkan
itu.34
Selaras dengan penjelasan Masyhur Amin,
Wahidin Saputra dalam bukunya juga menjelaskan
bahwa mauidzah hasanah mengandung arti kata-kata
yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih
sayang dan ke dalam perasaan yang penuh kelembutan,
tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang
lain. Sebab kelemahlembutan dalam menasehati
33
Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1997), h. 121. 34
Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, h. 28.
77
seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan
menjinakkan kalbu yang liar. Ia lebih mudah
melahirkan kebaikan dari pada larangan dan
ancaman.35
3) Metode Mujadalah
Mujadalah merupakan tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak
melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan
menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan
argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan
yang lainnya saling menghargai dan menghormati
pendapat keduanya serta berpegang kepada kebenaran,
mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima
hukuman kebenaran tersebut36
Di samping itu, metode ini juga sering kali
diartikan sebagai metode debat, namun yang perlu
ditegaskan adalah bahwa debat dalam hal ini bukanlah
35
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 253. 36
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 255.
78
debat yang dilandaskan kemarahan atau mengakibatkan
kekerasan. Namun debat sebagai metode dakwah pada
dasarnya mencari kemenangan, dalam arti
menunjukkan kebenaran dan kehebatan Islam. dengan
kata lain debat adalah mempertahankan pendapat dan
idiologinya agar pendapat dan idiologi tersebut diakui
kebenaran dan kehebatannya oleh orang lain. Dengan
demikian, berdebat efektif dilakukan sebagai metode
dakwahnya hanya pada orang-orang yang membantah
akan kebenaran Islam.37
B. Toleransi
Dilihat dari segi bahasa, kata tolerance dalam An
English-Indonesian Dictionary, memiliki arti sabar dan
lapang dada. kata sifat dari tolerance yaitu tolerant yang
berarti sikap toleran atau sabar terhadap sesuatu.38
Tidak jauh
berbeda juga dengan pendapat Abdul Malik Salman dalam
al-Tasamuh Tijah al-Aqaliyyat Ka Dururatin li al-Nahdhah.
37
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 142 38
John M. Echols dan Hassan Shadily, An English-Indonesian
Dictionary (Kamus Inggris Indonesia), (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2003), h. 595.
79
Kata tolerance sendiri berasal dari Bahasa Latin tolerare
yang berarti berusaha untuk tetap bertahan hidup, tinggal
atau berinteraksi, dengan sesuatu yang sebenarnya tidak
disukai.39
Toleransi juga dapat diartikan sebagai sikap saling
memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai, atau memberi
tempat kepada orang lain walaupun kedua belah pihak tidak
sependapat.40
Dalam perkembangannya, toleransi bukan hanya
sekedar menerima perbedaan. Dalam buku Indonesia
Zamrud Toleransi disebutkan bahwa ada beberapa tingkat
mana dan praktik toleransi dalam sejarah yang dikemukakan
oleh Michael Walzer pada tahun 1997. Menurutnya ada
beberapa makna juga gradasi praktik toleransi.
Tingkat pertama, toleransi yang berlangsung di Eropa
sejak abad ke-16 dan ke-17 hanya baru sekedar praktik
penerimaan pasif terhadap perbedaan. Tingkat kedua, ia
39
Abdul Malik Salman, al-Tasamuh Tijah al-„Aqaliyyat Ka
Daruratin li al-Nahdhah (Kairo: The International Institute Of Islamic
Thought, tt), h. 2. 40
Ahmad Tholabi Kharlie dan Muhtar S. Syihabuddin, Meniti Jalan
Dakwah: Lesatkan Asa Menuju Pribadi Mulia, (Banten: LPTQ Provinsi
Banten, 2016), h. 3.
80
menyebutnya sebagai ketidakpedulian yang lunak pada
perbedaan. Pada tingkat ini, keberadaan orang lain
sebenarnya sudah diakui, namun tidak memiliki makna apa-
apa. Tingkat ketiga, melihat adanya pengakuan terhadap
yang berbeda. Pada tahap ini adanya pengakuan terhadap
orang lain memiliki hak-hak dasar yang tidak bisa dilangkahi
meski tidak disetujui isi pandangan pihak lain tersebut. Dan
tingkat yang terakhir adalah adanya mutual understanding
yaitu keterbukaan dan upaya saling pengertian.41
Toleransi juga merupakan ajaran agama dalam
menyikapi perbedaan yang terdapat di muka bumi yang tidak
mungkin dapat ditolak keberadaannya. Dalam Al-Qur‟an
telah dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia
dengan sangat beragam, mulai dari jenis kelamin, suku,
bahasa, adat istiadat juga agama. Namun semua perbedaan
yang ada bukanlah ditujukan untuk saling terpecah belah,
malainkan untuk saling mengenal dan berlomba dalam
41
Henry Thomas Simarmata, dkk., Indonesia Zamrud Toleransi,
(Jakarta: PSIK Indonesia, 2017), h. 11-12.
81
ketaqwaan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Firman-
Nya:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-
Hujarat:13).
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah
menciptakan manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan
seorang perempuan (Hawa) dan menjadikannya berbangsa-
bangsa, bersuku-suku dan bereda-beda warna kulit bukan
untuk saling mencemoohkan, tetapi supaya saling megenal
dan tolong menolong. Allah tidak menyukai orang-orang
yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan,
82
kepangkatan atau kekayaan, namun yang mulia di antara
manusia adalah yang paling bertakwa.42
M. Quraish Shihab menafsirkan hal yang sepadan
dalam Tafsir Al-Misbah, bahwa ayat tersebut menegaskan
kesatuan asal usul manusia dengan menunjukkan kesamaan
derajat kemanusiaan manusia. Tidak wajar seseorang
berbangga dan merasa diri lebih tinggi dari pada yang lain.
Bukan saja antara satu bangsa, suku atau warna kulit dan
selainnya, tetapi antara jenis kelamin mereka.43
Toleransi dapat dikategorikan menjadi dua macam,
yaitu sebagai berikut:
a) Toleransi terhadap sesama agama. Dalam agama telah
digariskan dua pola dasar hubungan yang harus
dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu: hubungan secara
vertikal dan hubungan horizontal. Hubungan vertikal
adalah hubungan antara pribadi dengan Khaliknya yang
diwujudkan dalam bentuk ibadah sesuai yang digariskan
42
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Tafsirnya, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2009), Jilid IX, h. 420. 43
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan, dan
Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Vol. XII, h. 616.
83
oleh agama. Pada hubungan ini berlaku toleransi agama
yang hanya terbatas pada lingkungan intern satu agama
saja. Kemudian hubungan horizontal adalah hubungan
antar manusia dengan sesamanya. Pada hubungan ini
tidak terbatas pada lingkungan satu agama saja, namun
berlaku untuk semua orang yang tidak seagama, dalam
bentuk kerjasama dalam masalah kemasyarakatan dan
kemaslahatan umum.44
b) Toleranasi terhadap antar agama. Toleransi antar umat
beragama berpangkal dari penghayatan ajaran agama
masing-masing. Said Agil Al-Munawar menyebutkan
ada dua macam toleransi. Yaitu toleransi statis dan
toleransi dinamis. Toleransi statis merupakan toleransi
yang bersifat dingin, tidak melahirkan kerjasama dan
hanya bersifat teoritis. Sedangkan toleransi dinamis
merupakan toleransi aktif yang melahirkan kerja sama
untuk tujuan bersama. Sehingga kerukunan antar umat
beragama bukan hanya dalam bentuk teoritis saja,
44
Masykuri Abdullah, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam
Keragaman, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001), h. 13.
84
namun sebagai refleksi kebersamaan antar umat
beragama sebagai satu bangsa.45
C. Radikalisme
Radikalisme berasal dari akar kata radikal. Dalam The
Concise Oxford Dictionary (1987), radikal berasal dari kata
“Radix, Radicis” dalam bahasa Latin yang memiliki arti akar,
sumber atau asal mula.46
Radikalisme diartikan oleh Sartono
Kartodirdjo sebagai gerakan sosial yang menolak secara
menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung dan
ditandai dengan kejengkelan moral yang kuat untuk
menentang dan bermusuhan dengan kaum-kaum yang
memiliki hak istimewa serta yang berkuasa.47
Sedangkan
radicalism artinya doktrin atau praktik penganut paham
radikal atau paham ekstrim.48
45
Said Agil Al-Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, (Jakarta:
Ciputat Press, 2003), h. 14. 46
Suaib Tahir, Abdul Malik & Khoirul Anam, Ensiklopedi
Pencegahan Terorisme, h. 54. 47
Sartono Kartodirdjo, Ratu Adil, (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), h.
38. 48
Nuhrison M. Nuh, “Faktor-Faktor Penyebab Munculnya
Faham/Gerakan Islam Radikal di Indonesia”, Harmoni Jurnal Multikultural &
Multireligius, Vol. III, (Juli-September 2009), h. 36.
85
Dalam studi ilmu sosial, radikalisme diartikan sebagai
pandangan yang ingin melakukan perubahan yang mendasar
sesuai dengan interpretasinya terhadap ideologi yang
dianutnya.49
Sedangkan pada lingkup keagamaan,
radikalisme merupakan gerakan keagamaan yang berusaha
merombak secara total tatanan sosial dan politik yang ada
dengan jalan menggunakan kekerasan.50
D. Terorisme
Dilihat dari segi bahasa, kata “terorisme” berasal dari kata
“to terror” dalam bahasa Inggris, dalam bahasa Latin disebut
“Terrere” yang berarti gemetar atau menggetarkan. Kata
terrere adalah bentuk kata kerja dari kata terrorem yang
berarti rasa takut yang luar biasa. Sehingga secara kasar
dapat dikatakan bahwa terorisme adalah segala sesuatu yang
49
Ismail Hasani dan Bonar Tigor Naipospos, Radikalisme Agama di
Jabodetabek & Jawa Barat: Implikasinya Terhadap Jaminan Kebebasan
Beragama/Berkeyakinan, (Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara, 2010), h. 19. 50
A. Rubaidi, Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama Masa Depan
Moderatisme Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2007), h. 33.
86
bertujuan untuk menimbulkan ketakutakan yang luar biasa
pada masyarakat.51
Terorisme adalah perbuatan melawan hukum atau
tindakan yang mengandung ancaman dengan kekerasan dan
paksaan terhadap individu atau hak milik untuk memaksa
atau mengintimidasi pemerintah atau masyarakat dengan
tujuan politik, agama dan ideologi.
E. Santri
Menurut Nurcholish Madjid dalam buku Modernisasi
Pesantren: Kritik Nurcholish Madjid terhadap Pendidikan
Islam Tradisional yang ditulis oleh Yasmadi, asal usul kata
“santri” dapat dillihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat
yang mengatakan bahwa “santri” berasal dari kata “sastri”,
sebuah kata dari bahasa Sansekerta yang artinya melek huruf.
Pendapat ini menurut Nurcholich Madjid didasarkan atas
kaum santri kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha
mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan
berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa
51
Suaib Tahir, Abdul Malik & Khoirul Anam, Ensiklopedi
Pencegahan Terorisme, h. 59.
87
kata “santri” sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, dari
kata “cantrik” yang berarti seseorang yang selalu mengikuti
seorang guru kemana guru ini pergi menetap.52
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia santri
diartikan sebagai orang yang mendalami pengajiannya dalam
Agama Islam dengan pergi berguru ke tempat yang jauh
seperti pesantren.53
Marzuki dalam buku berjudul Pendidikan
Karakter Islam juga mendefinisikan hal yang sama, santri
adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren. Pada
umumnya santri dibagi menjadi dua yaitu santri mukim dan
santri kalong.54
a. Santri mukim, yakni para santri yang menetap di
pondok, biasanya diberikan tanggung jawab mengurusi
kepentingan pondok pesantren. Bertambah lama tinggal
di pondok, statusnya akan bertambah, yang biasanya
52
Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Madjid
terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 61. 53
W.J.S. Poerwadarmita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
PT. Balai Pustaka Persero, 2011), h. 1032. 54
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015),
h.19.
88
diberi tugas oleh kyai untuk mengajarkan kitab-kitab
dasar kepada santri-santri yang lebih junior.
b. Santri kalong, yakni santri yang selalu pulang setelah
selesai belajar atau kalau malam ia berada di pondok dan
kalau siang pulang ke rumah.
Santri merupakan seorang atau sekelompok orang
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan para „ulama‟.
Santri adalah murid atau siswa yang didik serta menjadi
pengikut atau pelanjut dari kiprah perjuangan ulama.
Santri memiliki peranan serta tanggung jawab yang
cukup penting dalam masyarakat, salah satunya dalam hal
pengembangan sosial masyarakat. Untuk menjalankan hal
tersebut, dibutuhkan mentalitas, kesadaran dan pengetahuan
yang luas dalam diri santri. Santri merupakan harapan dalam
menjaga dan melestarikan konsep ajaran Agama Islam
dengan baik. Secara tidak langsung, dapat diartikan bahwa
santri adalah generasi penerus perjuangan para „ulama dalam
mensyiarkan nilai-nilai ajaran Islam.
89
BAB IV
STRATEGI DAKWAH LEMBAGA PUSAT STUDI
PESANTREN PAGENTONGAN-BOGOR DALAM UPAYA
MENJAGA NILAI TOLERANSI DI KALANGAN SANTRI
A. Kegiatan-Kegiatan Lembaga Pusat Studi Pesantren
Pagentongan-Bogor
Dengan merebaknya isu-isu radikalisme agama dan sikap-
sikap intoleransi di tengah masyarakat yang kian
menghawatirkan, Pusat Studi Pesantren (PSP) telah melakukan
serangkaian kegiatan sebagai upaya meredam dan membentengi
paham radikal dan nilai intoleransi tumbuh di masyarakat,
khususnya di kalangan pesantren. Adapun kegiatan-kegiatan
relevan yang telah dilakukan oleh PSP adalah sebagai berikut:
1. Kampanye Islam, Perdamaian, Kemanusiaan dan
Demokrasi di Media Sosial.
Sebagaimana yang kita pahami bahwa kampanye
merupakan suatu tindakan komunikasi yang memiliki tujuan
untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah khalayak dan
dilakukan secara berkelanjutan. Jenis kampanye menurut buku
90
Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media yang
ditulis oleh Dan Nimmo adalah sebagai berikut:
a. Product Oriented Campaigns, yaitu kampanye yang
berorientasi pada produk, umumnya terjadi di lingkungan
bisnis, berorientasi komersial, seperti peluncuran produk
baru.
b. Candidate Oriented Campaigns, yaitu kampanye yang
berorientasi pada kandidat. Umumnya dimotivasi karena
hasrat untuk kepentingan politik.
c. Ideologically or Cause Orientes Campaigns, yaitu jenis
kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang
bersifat khusus dan seringkali berdimensi sosial atau
social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan
untuk menangani masalah-masalah sosial melalui
perubahan sikap dan perilaku publik terkait.1
Kampanye yang dilakukan oleh PSP merupakan
kampanye yang masuk dalam jenis Ideologically or Cause
Orientes Campaigns atau kampanye yang berorientasi
1 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 48-49.
91
ideologis dan bertujuan untuk menangani masalah-masalah
sosial yang terjadi di masyarakat. Kata “kampanye” di sini
diartikan sebagai bentuk upaya mensosialisasikan atau
menyebarkan nilai-nilai Islam yang ramah, toleran dan sikap
kemanusiaan dalam beragama maupun berbangsa. Hal ini
dipicu oleh beberapa kasus intoleransi, radikalisme agama
serta kasus terorisme yang menimbulkan persepsi yang salah
tentang Islam di masyarakat Indonesia maupun luar Indonesia.
PSP berupaya berkontribusi meminimalisir hal tersebut dengan
melakukan kampanye yang bertemakan Islam, perdamaian,
kemanusiaan serta demokrasi.
Kampanye yang dilakukan oleh PSP merupakan
kampanye yang berupa penyebaran ide atau gagasan serta
kutipan dan narasi damai para tokoh, kiai, nyai dan santri
melalui media sosial. Seperti di website, twitter, facebook,
youtube dan terutama instagram. Kampanye tersebut dilakukan
dalam bentuk quotes (pesan bergambar), tulisan dan video-
video singkat.
92
Beberapa contoh quotes yang telah diunggah dalam laman
instagram @Pusatstudipesantren adalah sebagai berikut:
93
2. The Asia Interfaith Forum (AIF)
Kegiatan The Asia Interfaith Forum (AIF) merupakan
kegiatan tahunan yang dilakukan oleh PSP mulai tahun 2017.
Kegiatan ini menjadi kegiatan yang relevan dengan tujuan
didirikannya Pusat Studi Pesantren, bahwa PSP juga
diorientasikan untuk menjadi jembatan penghubung antara
dunia pesantren dan dunia di luarnya, sekaligus menjadi media
yang memfasilitasi proses dialog dan pencerahan untuk
meminimalisir mispersepsi publik terhadap dunia pesantren.
Berdasarkan pemaparan dari Siti Azizah selaku staf
PSP, kegiatan AIF merupakan kegiatan yang diadakan untuk
jaringan yang lebih luas. Tidak hanya melibatkan peserta dari
Indonesia, namun juga menjaring tokoh-tokoh agama, aktivis
muda dari berbagai negara. Kegiatan AIF sudah terselenggara
dua kali selama dua tahun ini, yakni pada tahun 2017 dan
2018. 2
Kegiatan The Asia Interfaith Forum (AIF) pertama
dilaksanakan pada tanggal 16-19 Oktober 2017 di Citra
2 Siti Azizah (Staf Pusat Studi Pesantren), diwawancarai oleh Cahyati
via telepon, Recording, Senin, 25 Februari 2019, Pukul 09.20 WIB .
94
Cikopo Hotel Bogor. Kegiatan yang mengangkat
tema Religious Radicalism dan Terrorism: Challenge, Respon
and Action (Radikalisme Agama dan Terorisme: Tantangan,
Respon dan Tindakan) ini diikuti oleh 25 peserta yang
merupakan para aktivis perdamaian dan akademisi dari lima
negara yaitu Indonesia, Bangladesh, Malaysia, Singapura dan
Kamboja.
Dalam kegiatan tersebut para peserta melakukan
diskusi terfokus dalam mengembangkan ide-ide untuk
merumuskan langkah-langkah strategis untuk melawan
radikalisme atas nama agama serta memperkuat potensi para
pemimpin agama sebagai dasar pendidikan perdamaian dan
melawan radikalisasi.3 Berangkat dari kegiatan tersebut,
Direktur PSP berharap forum tersebut menghasilkan output
terutama dalam upaya penanggulangan radikalisme agama di
media sosial dan dunia maya secara umum.4
3 Term of Reference Expert Meeting Pre-Asian Interfaith Forum 2017
4 “Pusat Studi Pesantren Adakan The Asia Interfaith Forum 2017 di
Bogor” http://www.nu.or.id/, diakses pada 27 Maret 2019, pukul 20.05 WIB.
95
Kegiatan The Asian Interfaith forum kedua
dilaksanakan di Hotel Cikopo Bogor pada tanggal 23-26 Juli
2018. Kegiatan yang berlangsung selama empat hari tersebut
bertema Building Collaboration in Resisting Violance
Extremism (Membangun Kolaborasi dalam Menentang
Ekstremisme Kekerasan).
Kegiatan forum lintas iman tersebut yang diikuti 25
peserta dari beberapa negara Asia, yakni Indonesia, Singapura,
Yaman, Korea Selatan dan Malaysia. Para peserta kegiatan
merupakan bagian dari komunitas atau lembaga yang tidak
hanya peduli tapi juga berupaya turut memecahkan persoalan
intoleransi dan ekstrimisme di negara masing-masing.
Selama kegiatan berlangsung, forum diisi dengan
berbagai diskusi terkait rencana dan aksi pencegahan
ekstrimisme kekerasan, radikalisme atas nama agama yang
muncul dan merebak di Asia Tenggara, upaya perempuan
menangkal radikalisme dan ekstremisme, penguatan keamanan
nasional, hingga perlindungan agama minoritas termasuk
agama lokal (penghayat kepercayaan). Selain itu, kegiatan
96
tersebut juga dijadikan sebagai ajang saling tukar informasi
terkini tentang kondisi di negara masing-masing terkait isu-isu
yang berkaitan dengan agama dan kekerasan.5
3. Halaqah Kiai dan Nyai
Kegiatan halaqah kiai dan nyai merupakan kegiatan
tahunan yang sudah dilakukan oleh PSP sejak tahun 2017.
Kegiatan ini juga menjadi bagian penting dalam proses
mencapai tujuan dari pendirian PSP, yaitu sebagai sarana
komunikasi dan menumbuhkan ukhuwah di kalangan
masyarakat pesantren di Indonesia. Khususnya, untuk menjadi
wadah bagi para kiai, nyai dan santri dalam berdiskusi serta
bersinergi dalam mensosialisasikan pandangan Islam
rahmatan lil ’alamin, Islam yang menebar rahmat bagi seluruh
alam.
Salah satu alasan penting PSP untuk mengadakan
kegiatan yang melibatkan para kiai dan nyai yang dari
berbagai pesantren ini adalah karena PSP memandang bahwa
tingkah laku, akhlak sosial-politik dan fatwa-fatwa keagamaan
5 “Pusat Studi Pesantren: Tebar Islam Ramah Melalui Pesantren”
https://alif.id/, diakses pada 27 Maret 2019, pukul 21.09 WIB.
97
yang dikeluarkan oleh pemimpin agama akan sangat
membentuk corak perilaku dari umatnya. Oleh sebab itu, yang
perlu diwaspadai adalah bagaimana corak pendidikan agama
yang diberikan sejak dari pilihan materi, metode, sampai
teknik pengajaran di sekolah dan pesantren, majelis-majelis
taklim, dan pidato-pidato keagamaan di ruang publik. Karena
pimpinan elit agama, termasuk kiai sebagai pengasuh, dai,
pimpinan organisasi sosial keagamaan, maupun pimpinan
politik yang berbasis agama, ternyata memegang kunci penting
kemana layar akan berkembang dan ke mana biduk agama
akan dibawa. Apakah mengarah ke kesejukan dan perdamaian
atau justru ke arah pertentangan, konflik, dan kekerasan.6
Berdasarkan pemikiran di atas, PSP menggelar
kegiatan Halaqah Kiai dan Nyai. Kegiatan tersebut juga
bertujuan untuk menggerakkan pesantren sebagai motor
perlawanan terhadap radikalisme dan terorisme. Halaqah
dimaksudkan untuk menambah pengetahuan terkait
radikalisme dan terorisme sekaligus menggali potensi untuk
6 Term of Reference Halaqah Kiai dan Nyai 2017, “Jihad Kiai
Menangkal Radikalisme Beragama”.
98
secara bersama-sama melakukan perlawanan yang efektif guna
meredam radikalisme dan terorisme.7 Hal selaras pun
diungkapkan oleh Siti Azizah selaku staf PSP yang turut serta
mengelola kegiatan halaqah kiai dan nyai. Menurut alumni
Darul Ulum Jombang ini, dalam kegiatan halaqah dipilih para
kiai dan nyai muda yang akan ikut serta dan ikut andil dalam
dakwah dalam meng-counter isu-isu radikalisme dan
menyebarkan nilai Islam yang ramah.8
Kegiatan halaqah sudah dilaksanakan empat kali
hingga Maret 2019. Kegiatan halaqah pertama berlokasi di
Arch Hotel Bogor pada 28-31 Agustus 2017. Kegiatan yang
berlangsung selama tiga empat hari tersebut bertema Jihad
Kiai Menangkal Radikalisme Agama. Halaqah tersebut
dihadiri oleh 30 peserta yang merupakan para kiai dan nyai
dari berbagai pesantren.
Materi yang dibahas dalam kegiatan halaqah pertama
ini di antaranya adalah sebagai berikut:
7 “Halaqah Kiai dan Nyai 2018 Perkuat Jihad Lawan Radikalisme di
Media Sosial” httpps:www.tribunnews.com/, diakses pada Kamis, 28 Maret
2019, pukul 15. 24 WIB. 8 Siti Azizah (Staf Pusat Studi Pesantren), diwawancarai oleh Cahyati
via telepon, Recording, Senin, 25 Februari 2019, Pukul 09.20 WIB .
99
1) Gerakan literasi menangkal radikalisme agama
disampaikan oleh Abdullah Hamid, M. Pd
2) Seluk beluk terorisme: The Ontold Story disampaikan
oleh Mohammad Sofyan Tsauri
3) Perspektif perempuan terhadap ayat-ayat jihad
disampaikan oleh Prof. Dr. Musdah Mulia, M.A
4) Jihad pesantren berbasis literasi disampaikan oleh
Muhammad Musthafa, M.A
5) Radikalisme agama berbasis konstitusi disampaikan
oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H
6) Pengalaman Singapura menangkal radikalisme
agama disampaikan oleh Mohamed Imran Taib9
Kegiatan halaqah kedua dilaksanakan pada tanggal 04-
07 Desember 2017. Kegiatan yang diselenggarakan di Citra
Cikopo Hotel tersebut mengangkat tema Jihad Pesantren
Berbasis Literasi: Ikhtiar Menangkal Radikalisme Beragama.
Halaqah ini dihadiri oleh 50 peserta dari Jawa dan Luar Jawa.
9 Kegiatan Halaqah Kiai, “Jihad Kiai, Menangkal Radikalisme
Agama”.
100
Mereka adalah para Kyai dan Nyai ini berasal dari berbagai
pesantren dan juga akademisi.10
Selama kegiatan halaqah, Kiai dan Nyai menyimak
materi-materi yang disampaikan oleh para narasumber dan
selanjutnya melakukan diskusi serta saling bertukar
pengalaman. Beberapa materi yang dibahas dalam kegiatan
adalah sebagai berikut:
1) Seluk beluk terorisme: The ontold story disampaikan oleh
Mohammad Sofyan Tsauri
2) Pemaknaan ayat-ayat jihad dalam konteks ke-Indonesiaan
dan kemanusiaan disampaikan oleh KH. Ahmad
Ishomudin (Rais Syuriyah PBNU)
3) Jihad pesantren berbasis literasi disampaikan oleh Nyai
Fadhilah Khunaini (Pegiat Literasi Pesantren Annuqayah
Guluk-Sumenep Jawa Timur)
4) Integrasi pesantren dan masyarakat: Khittah berdirinya
pesantren disampaikan oleh Abdullah Syam (Pengasuh
Pesantren Rakyat Malang 11
10
Term of Reference Halaqah Kyai Nyai 2017, “Jihad Pesantren
Berbasis Literasi: Ikhtiar Menangkal Radikalisme Beragama”.
101
Kegiatan halaqah ketiga, dilaksanakan pada 28 Juni-01
Juli 2018 di Citra Cikopo Hotel Bogor. Pada kegiatan ini PSP
mengusung tema Pesantren dan Sosial Media: Jihad Melawan
Radikalisme dan Terorisme. Halaqah tersebut diikuti oleh 25
Peserta yang merupakan pengasuh dan pengelola pesantren
dari berbagai daerah.
Selama empat hari dalam kegiatan, para pengasuh dan
pengelola berbagai pesantren tersebut menyimak beberapa
materi serta berdiskusi mengenai hal-hal terkait dengan materi
yang disampaikan, antara lain sebagai berikut:
1. Jihad Pesantren Melawan Radikalisme Agama
disampaikan oleh Gus Abdul Ghofarrozin, MA
2. Peta-Peta Media Islam di Sosial Media disampaikan oleh
Savic Ali
3. Ikhtiar Dakwah Pesantren di Sosial Media disampaikan
oleh Gus Taqi Yuddin
11
Term of Reference Halaqah Kyai dan Nyai 2017, “Jihad Pesantren
Berbasis Literasi: Ikhtiar Menangkal Radikalisme Beragama”.
102
4. Perempuan, Sosial Media dan Upaya Menangkal
Radikalisme Agama disampaikan oleh Dr. Siti
Syamsiatun12
Kegiatan keempat, yakni Halaqah Kiai dan Nyai
Digital yang dilaksanakan pada tanggal 14-17 Maret 2019.
Kegiatan yang diselenggarakan di Whizz Hotel Cilacap ini
bertema Menggerakkan Literasi Digital di Pesantren. Pada
kegiatan ini, dipertemukan 25 Kiai dan Nyai di Jawa Tengah
yang kemudian berdiskusi dan didampingi untuk merumuskan
strategi dakwah yang dapat dilakukan di media sosial. Seperti
yang dikatakan oleh Azizah, bahwa sebenarnya kalau
berbicara mengenai Agama mereka tentu mungkin sudah lebih
paham. Akan tetapi dalam kegiatan halaqah, Kiai dan Nyai
lebih diajak bagaimana mereka dapat mentransfer pengetahuan
dan nilai-nilai Islam itu ke dalam media online untuk
mengimbangi dakwah-dakwah yang tidak sejuk yang
bertebaran di media sosial.13
12
Kiai dan Nyai 2018, “Pesantren dan Sosial Media: Jihad Melawan
Radikalisme dan Terorisme”. 13
Siti Azizah (Staf Pusat Studi Pesantren), diwawancarai oleh
Cahyati via telepon, Recording, Senin, 25 Februari 2019, Pukul 09.20 WIB .
103
Selain peserta dilatih untuk membuat video dan
didampingi dalam pembelajaran editing oleh Vedy Santoso.14
Dalam kegiatan halaqah peserta juga juga disuguhkan
berbagai materi. Adapun materi yang dibahas dan didiskusikan
dalam kegiatan Halaqah Kiai dan Nyai tersebut di antaranya
adalah sebagai berikut:
1) Jihad pesantren berbasis digital disampaikan oleh Kiai
Islah Gusmian
2) Peta media-media Islam di sosial media disampaikan oleh
Muhammad Zunus
3) Sosial media: Sebuah tantangan dakwah kontemporer
disampaikan oleh Hamzah Sahal (Founder alif.id)
4) Membuat video dan vlog: Ikhtiar dakwah pesantren di
sosial media disampaikan oleh Taqi Yudin (Gust Taqi)
5) Perempuan, sosial media dan upaya melawan radikalisme
agama disampaikan oleh Tun Habibah (Ketua Forum
Warga Buruh Migran Nusawungu Cilacap)15
14
Kegiatan Halaqah Digital Kiai dan Nyai Cilacap 15
Kegiatan Halaqah Digital Kiai dan Nyai Cilacap
104
Pendiri PSP, Achmad Ubaidillah menyampaikan
kepada khazanah.republika.co.id, bahwa kegiatan Halaqah
Kiai dan Nyai yang telah dilaksanakan selama tiga tahun ini
merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mempererat
silaturahim antar sesama pengelola pesantren sekaligus untuk
menguatkan barisan dalam menjaga NKRI dari bahaya
radikalisme dan terorisme.16
4. Pelatihan untuk Santri
Pelatihan untuk santri merupakan kegiatan yang
melibatkan santri-santri dari berbagai pesantren di Indonesia.
Terdapat tujuh wilayah yang sudah didatangi oleh PSP dalam
gerakan dakwahnya. Yakni Banten, Jawa Barat, Jawa Timur,
Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat dan Nusa
Tenggara Barat.17
16“Halaqah Kiai dan Nyai Perkuat Jihad Lawan Radikalisme”
https://khazanah.republika.co.id/, diakses pada Kamis, 28 Maret 2019, pukul
15.09 WIB. 17
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB.
105
TABEL 4.1
Daftar Asal Daerah Pesantren Setiap Provinsi
No Nama Provinsi Nama Wilayah
1 Banten
Rangkasbitung, Pandeglang,
Serang, Menes,
Mandalawangi, Kalang
Anyar, Cipanas,
warunggunung dan petir.
2 Jawa Barat Bogor, Sukabumi, Cianjur dan
Depok
3 Jawa Tengah
Jepara, Rembang, Margoyoso,
Demak, Kudus, Solo,
Surakarta, Sukoharjo, dan
Yogyakarta.
4 Jawa Timur
Lamongan, Nganjuk, Gresik,
Jombang, Malang, Madiun,
Mojokerto, Pasuruan, Kediri,
dan Surabaya
5 Sumatera Barat Padang, Tanah Datar, Padang
Pariaman, Lima Puluh Kota
6 Nusa Tenggara Barat
Aikmel, Mamben, Terare, Wanasaba, Labuan Haji,
Sukemulia, Jerowaru,
Masbagek, dan Prigi
7 Kalimantan Selatan Kertak Hanyar, Banjar Baru, Martapura, Banjarmasin, dab
Gambut
Sumber Data: Dokumen Arsip Data Alumni PSP tahun
2016-2018
Kegiatan ini adalah salah satu bagian dari gerakan
voice of pesantren atau suara pesantren yang telah dimulai
sejak tahun 2016. Dalam wawancara yang dilakukan pada
106
Januari 2019, Ubaidillah selaku pendiri sekaligus Direktur PSP
menjelaskan bahwa gerakan voice of pesantren merupakan
sebuah gerakan yang bertujuan untuk membunyikan nilai-nilai
kepesantrenan kepada khalayak ramai. Salah satunya dengan
melalui kegiatan pelatihan untuk santri.18
Dalam kegiatan pelatihan ini, PSP mengadakan dua
macam pelatihan. Yaitu kegiatan pelatihan kepenulisan dan
kegiatan video making. Melalui dua kegiatan tersebut, selain
santri diberikan pemahaman-pemahaman tentang Islam
rahmatan lil ‘alamin dan isu-isu kepesantrenan, santri juga
diajak dan dilibatkan untuk aktif menyuarakan apa yang
selama ini menjadi nilai di dunia pesantren. Misalnya nilai
respek, toleransi dan perdamaian baik melalui tulisan atau pun
video-video.
Dengan digalakkannya gerakan voice of pesantren, PSP
berharap masyarakat di Indonesia khususnya, sadar betul
bahwa pesantren itu adalah salah satu center intelektulisme
18
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren),
diwawancarai oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019,
pukul 14. 48 WIB.
107
Islam. karena diajarkan secara penuh kedisiplinan. Kemudian
santri juga oleh kiai didorong untuk hadir dalam isu
kemanusiaan. Jadi Pesantren tidak hanya sekedar dikenal,
berdiri dan didirikan untuk menjadi tempat keilmuan. Tapi
pesantren sejatinya adalah lembaga sosial keagamaan yang
ikut menjadi problem solver di masyarakat sekitar pesantren
itu sendiri.19
Pelatihan atau workshop santri berbasis literasi ini
menjadi gerakan yang diharapkan dapat membuka kembali
kesadaran khalayak bahwa isu yang beredar di masyarakat
mengenai intoleransi, radikalisme dan kemanusiaan
sebenarnya dapat dijelaskan oleh kalangan pesantren.
Kalangan pesantren baik kiai dan santri-santrinya dapat
menjelaskan bahwa intoleransi sebenarnya tidak mendapat
tempat dalam Islam. Maka oleh sebab itu, santri dipandang
harus memiliki kemauan dan kemampuan untuk menyuarakan
hal-hal tersebut.
19
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB.
108
Kegiatan pelatihan kepenulisan dan video making santri
diselenggarakan dengan beberapa tujuan, antara lain:
memberikan pemahaman kepada santri tentang makna jihad
masa kini dan bagaimana menghadapinya, menjadikan para
santri berani bersuara untuk menyebarkan Islam damai melalui
tulisan, video maupun audio serta menjadikan para santri
mampu menggunakan sarana teknologi untuk menyuarakan
Islam rahmatan lil ‘alamin.20
Sebab tantangan dakwah saat ini
adalah sosial media, maka PSP mendorong para santri
menyuarakan literasi pesantren lewat media.21
Tujuan yang tidak kalah penting menurut Ubaidillah
dari kegiatan pelatihan untuk santri yang dilakukan PSP adalah
untuk memperjumpakan santri-santri dari lintas pesantren, agar
santri-santri dapat saling berkanalan satu sama lain kemudian
membangun ikatan kuat persaudaraan antar pesantren. Selain
itu, PSP juga berharap dari komunikasi santri lintas pesantren
20
Term of Reference pelatihan menulis, “Islam dan Tradisi Damai”. 21
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB.
109
tersebut dapat melahirkan inisitif-inisiatif gerakan. Paling tidak
inisiatif gerakan yang dilakukan di pesantren masing-masing.22
Kegiatan pelatihan kepenulisan dan video making
untuk santri sudah menghasilkan 394 alumni yang tersebar di
tujuh provinsi. Dalam setiap kegiatan pelatihan, PSP
mengangkat tema Islam dan Tradisi Damai. Pelatihan
kepenulisan untuk santri sudah dilaksanakan sebanyak 10 kali
dan pelatihan Video making juga sudah dilaksanakan sebanyak
10 kali di berbagai wilayah. Dalam setiap pelatihan, PSP
mengundang 20 santri dari 10 pesantren dari setiap wilayah.
Setiap pesantren yang diundang mengirimkan dua orang santri
yang diikut sertakan dalam kegiatan tersebut. 23
Adapun materi-materi pokok yang disampaikan dalam
setiap kegiatan pelatihan baik pelatihan kepenulisan maupun
video making di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Pesantren dan Tradisi Penulisan
2) Islam Rahmatan Lil ‘Alamin
22
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB. 23
Data Alumni Kegiatan Pelatihan Santri PSP tahun 2016-2018.
110
3) Artikulasi Pesan Perdamaian dari Pesantren
4) Eksplorasi Sosial Media: Radikalisme di Dunia Maya
5) Islam, Kekerasan dan Relasi Antar Agama
Narasumber yang menyampaikan materi-materi di atas
adalah sebagai berikut:
1) Dr. Nurul H. Ma’arif, M.A
2) Hatim al-Ghazali, M.A
3) Anick HT
4) Hamzah Sahal
5) Dr. KH. Abdul Ghofur
6) Khoirul Anam, M.A
Selain mendapatkan materi, peserta juga diberikan
wawasan juga dibimbing untuk belajar menulis oleh Fahd
Fahdepie dan berlatih membuat film atau video pendek oleh
Futih Aljihadi. Dalam kegiatan tersebut PSP juga mengajak
para santri untuk Field Trip atau kunjungan ke beberapa lokasi
yang sudah ditentukan oleh PSP. 24
24
Dokumen Pelatihan Kepenulisan dan Video Making, “Islam dan
Tradisi Damai”.
111
B. Strategi Dakwah Lembaga Pusat Studi Pesantren
Pagentongan-Bogor dalam Upaya Menjaga Nilai Toleransi di
Kalangan Santri
Berdasarkan penjelasan pada bab III, dikatakan bahwa
strategi dakwah adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-
rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah tertentu.25
Dari
definisi tersebut, diketahui bahwa di dalam dakwah harus
memiliki strategi atau perencanaan yang baik untuk tujuan
dakwah yang hendak dicapai. Selain dengan perencanaan yang
dimiliki dalam dakwah, dibutuhkan juga faktor pendukung
sebagai alat keberhasilan dalam perencanaan tersebut.
Berdasarkan pemaparan pada bab 1, Lembaga Pusat Studi
Pesantren (PSP) adalah lembaga yang bertujuan sebagai sarana
komunikasi dan menumbuhkan ukhuwah di antara Umat Islam,
khususnya di kalangan masyarakat pesantren. Selain dari itu,
lembaga ini juga bertujuan untuk menumbuhkan dan
mensosialisasikan pandangan, sikap dan misi Islam yang ramah,
25
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, h. 351.
112
toleran serta menumbuhkembangkan nilai-nilai perdamiaan antar
umat manusia.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pendiri
sekaligus Direktur PSP, Staf PSP dan hasil observasi peneliti
pada kegiatan yang dilakukan PSP, bahwa strategi yang
dilakukan PSP dalam upaya menjaga nilai toleransi di kalangan
santri di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Membuat sebuah forum untuk santri yang menghadirkan
santri-santri dari berbagai pesantren sebagai sarana
berkumpul dan menjalin ikatan silaturahmi, yaitu dengan
mengadakan kegiatan pelatihan kepenulisan dan video
making untuk santri.
2. Menghadirkan narasumber yang mumpuni. Tidak hanya
pandai dalam teori, tapi sebagian besar narasumber yang
dipilih juga merupakan praktisi dan aktivis dalam isu yang
diangkat oleh PSP yaitu Islam dan Tradisi Damai.26
3. Menjadikan forum atau tempat berkumpulnya para santri
tersebut sebagai wadah sekaligus momentum untuk
26
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB.
113
menjelaskan kepada santri tentang kiprah pesantren selama
ini yang membawa spririt Islam damai. Dalam kegiatan
tersebut santri diberikan materi-materi yang berisikan
tentang Islam rahmatan lil ‘alamin, Pesan perdamaian dari
pesantren dan pengetahuan tentang radikalisme agama di
dunia maya.27
4. Memberikan pelatihan menulis dan membuat video kepada
santri untuk menyebarkan nilai-nilai Islam rahmatan lil
‘alamin. Selain santri diberikan pemahaman atau materi-
materi mengenai nilai-nilai keislaman dan kepesantrenan
oleh para narasumber, santri juga diberikan motivasi
sekaligus pelatihan menulis dan membuat video.28
5. Mengadakan kegiatan santri exchange atau pertukaran
santri. Setelah pelaksanaan kegiatan pelatihan untuk santri
baik pelatihan kepenulisan maupun video making, santri-
santri tersebut direkrut dalam satu program pertukaran
santri atau yang disebut kegiatan santri exchange. Santri
27
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB. 28
Nur Aslihah Mansur (Staf Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 16. 18 WIB.
114
dari satu pesantren diharuskan untuk live in yakni menetap
selama tiga hari di pesantren yang lain. PSP mendorong
para santri untuk berinteraksi dengan santri-santri dari
pesantren yang lainnya sekaligus diberikan tugas untuk
membuat tulisan atau video tentang pesantren yang mereka
datangi. Menurut PSP, kegiatan santri exchange tersebut
manfaatnya besar, karena para santri dapat melihat bahwa
dunia ini tidak sempit, mereka tidak hanya berkutat di
pesantren tempat mereka belajar, bergaul atau berinteraksi
saja, akan tetapi mereka juga harus berinteraksi dengan
santri dari pesantren yang lain. Artinya, semakin banyak
pergaulan, semakin banyak interaksi maka akan semakin
kaya perspektif dan wawasan yang dimiliki. Santri
exchange sesungguhnya adalah ruang yang diciptakan oleh
PSP agar santri melakukan percakapan-percakapan dengan
santri lain di luar pesantrennya sendiri. Isi percakapannya
bisa beragam, bisa cerita tentang pesantrennya atau
melakukan diskusi terkait isu-isu kekinian. Harapan
terbesarnya adalah timbul action plan dari para santri
115
tersebut, percakapan yang kemudian mengarah pada
lahirnya inisitif-inisiatif gerakan. Baik itu membuat
komunitas baru, komunitas literasi atau meramaikan sosial
media bersama-sama.29
6. Merangkul dan mengajak para kiai dan nyai pesantren
untuk turut andil dalam menyebarkan nilai-nilai Islam
ramah melalui kegiatan Halaqah Kiai dan Nyai. Selain
memberikan pemahaman kepada santri dalam kegiatan
pelatihan untuk santri, PSP juga mengajak para Kiai dan
Nyai pesantren untuk melakukan hal yang sama. Karena
aset pesantren salah satunya adalah kiai-kiai yang
mengajarkan tentang pengetahuan nilai-nilai keislaman.
Artinya para kiai dan nyai pesantren punya dasar yang
kokoh untuk menjelaskan nilai-nilai kepesantrenan dan nilai
Islam yang ramah dan toleran. Tidak hanya kepada santri-
santrinya, tapi juga ke masyarakat secara luas.
Berdasarkan strategi al-Bayanuni Lembaga Pusat Studi
Pesantren Pagentongan-Bogor memiliki strategi dakwah dalam
29
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB.
116
upaya menjaga nilai toleransi di kalangan santri. Strategi tersebut
di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Strategi Sentimentil (al-manhaj al-‘athifi), yakni dakwah
yang memfokuskan pada aspek hati dan perasaan atau batin
mitra dakwah.30
Hal tersebut dilakukan dengan adanya
narasumber-narasumber atau para da’i yang memberikan
pengetahuan serta nasihat yang mengesankan bagi para santri
pada setiap pelatihan untuk santri. Santri diingatkan kembali
dan digerakkan hatinya dengan melalui penyampaian materi
dakwah mengenai Misi Islam yang sesungguhnya, yaitu
sebagai rahmat bagi semesta alam melalui kandungan al-
Qur’an dan al-Hadits serta kisah-kisah teladan pada zaman
Rasulullah Saw mengenai toleransi dan keragaman.
Selain menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah
dengan dakwah serta nasihat yang lembut, berdasarkan
penuturan Manhijul Qowim yang merupakan santri Ponpes
Sunan Drajat Lamongan, PSP juga memberikan pelayanan
yang memuaskan dengan memberikan alat atau media seperti
30
Moch. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, h. 351 .
117
tape recording usai kegiatan pelatihan kepenulisan.31
Dalam
pelatihan video making untuk santri, PSP juga memberikan
handycam kepada setiap pesantren yang mengikuti kegiatan
tersebut.32
Peralatan tersebut diberikan oleh PSP guna
menunjang para santri dapat memproduksi narasi dakwah
yang bisa diunggah di media digital. Dengan alat atau sarana
yang diberikan tersebut, terbukti santri pun ternyata memiliki
kemampuan untuk berdakwah melalui layar. Berdasarkan
penuturan Nur Aslihah Mansur salah satu staf PS yang aktif
mengelola kegiatan untuk santri, salah satu contoh video
pendek yang dibuat oleh Alumni PSP adalah video berjudul
Mata Berkata yang dibuat oleh santri dari Kudus Jawa
Tengah yang menggambarkan tentang hubungan antar
agama. Video tersebut diunggah di akun youtube Suara
Pesantren.33
PSP juga membuatkan group WA Jaringan Pusat
31
Minhajul Qowim (Santri Ponpes Sunan Drajat Lamongan),
diwawancarai oleh Cahyati, Recording, Rabu, 27 Maret 2019, pukul 15.28
WIB. 32
Yuni Rabiatunnisa (Santri Ponpes Raudatul Athfal Pancor Selong-
Nusa Tenggara Barat), diwawancarai oleh Cahyati, Recording , Senin, 25
Maret 2019, Pukul 10.15 WIB. 33
Nur Aslihah Mansur (Staf Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 16. 18 WIB.
118
Studi Pesantren Se-Indonesia yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi kegiatan, informasi seputar
kepesantrenan dan ruang diskusi para santri lintas
pesantren.34
2) Strategi rasional (al-manhaj al-‘aqli), yakni dakwah dengan
metode yang memfokuskan pada akal pikiran.35
Seperti
halnya yang digambarkan pada strategi ini, PSP mendorong
mitra dakwah untuk berpikir, merenungkan dan mengambil
pelajaran. Santri disadarkan bahwa santri sejatinya dapat
menjadi agen-agen perdamaian. Santri sebenarnya memiliki
pengetahuan yang cukup banyak untuk menjelaskan salah
kepada masyarakat satunya tentang jihad, hubungan antar
agama dan hubungan kemanusiaan kepada masyarakat.
Pengetahuan itu didapatkan oleh santri di pesantren, baik
melalui kajian al-Qur’an, al-Hadist atau pun dari kitab-kitab
kuning.
34
Fahmi Salami (Santri Ponpes Riyadul Muta’alimin Cikulur-Lebak),
diwawancarai oleh Cahyati, Recording, Selasa, 26 Maret 2019, pukul 13.05
WIB.
35
Moch. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, h. 352 .
119
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ubaidillah bahwa
yang menjadi tantangan terbesar saat ini adalah banyaknya
orang-orang yang tidak memiliki kapasitas keilmuan Islam
tetapi justu berani tampil di media publik terutama di media
online dengan pengetahuan seadanya. Oleh karena itu santri
disadarkan dan digerakkan hatinya bahwa mereka memiliki
pengetahuan yang cukup, memiliki narasi yang dapat
diproduksi untuk melakukan kontra narasi terhadap
kelompok-kelompok yang menyalahgunakan atau
menyalahtafsirkan ayat-ayat atau teks-teks yang
sesungguhnya tidak dapat ditafsirkan secara serampangan.
Kemudian PSP menyebut hal ini sebagai literasi pesantren.36
3) Strategi indrawi (al-manhaj al-hissi), yakni sistem dakwah
atau kumpulan dakwah yang berorientasi pada pancaindra
dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan.37
Dalam praktik strategi indrawi ini, PSP belum
mempraktikkan secara maksimal dalam kegiatan yang
36
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB. 37
Moch. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, h. 353.
120
dilakukkannya. Strategi ini masih perlu dipelajari lebih lanjut
sehingga dapat diimplementasikan dengan secara optimal
dalam setiap mengadakan kegiatan.
Dari pemaparan di atas, jelas bahwa Pusat Studi Pesantren
memiliki strategi dakwah yang sesuai dengan teori strategi al-
Bayanuni. Hadirnya Lembaga Pusat Studi Pesantren
Pagentongan-Bogor yang didirikan oleh KH. Achmad Hasbullah
dan Achmad Ubaidillah ini juga bermanfaat bagi kalangan
pesantren baik santri atau para kiai dan nyai untuk membangun
jembatan penghubung kalangan pesantren dan masyarakat
sekitarnya yang lebih luas guna menumbuhkan dan
mensosialisasikan pandangan serta misi Islam yang mencerahkan,
ramah dan toleran. Seperti yang dijelaskan oleh Ropianah santri
dari Ponpes Qothrotul Falah, ia menceritakan bahwa dalam
kegiatan tersebut santri diberikan penjelasan tentang Islam yang
penuh kedamaian bukan kekerasan.38
Kegiatan yang dilakukan oleh PSPa yang melibatkan
santri-santri ini juga mendapat respon baik dari para pimpinan,
38
Ropianah (Santri Ponpes Qothrotul Falah), diwawancarai oleh
Cahyati, Pesan WhatsApp, Kamis, 28 Maret 2019, pukul 23. 03 WIB.
121
pengasuh atau pengelola pesantren yang dilibatkan dalam
kegiatan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Nurul H. Ma’arif
selaku Pengelola Ponpes Qothrotul Falah Cikulur-Lebak-Banten
mengatakan, bahwa kegiatan untuk santri yang diselenggarakan
oleh PSP bermanfaat untuk pengembangan SDM santri agar tidak
gagap media sosial, karena dakwah harus dapat masuk ke
berbagai wilayah dakwah, termasuk media digital atau media
sosial.39
Hal yang selaras juga disampaikan oleh Ahmad Yury A.
Fathallah selaku Pimpinan Pesantren Nur El-Falah Kubang-Petir
bahwa PSP telah memberikan ruang dan motivasi baru bagi para
santri agar lebih aktif dalam media digital untuk menyebarkan
kebaikan-kebaikan.40
Deden Z Farhan selaku Pimpinan Ponpes Al-Farhan
Cipanas-Lebak juga mengatakan bahwa kegiatan pelatihan santri
tersebut merupakan kegiatan yang sangat menarik dan bagus bagi
39
Nurul H. Ma’arif (Pengelola Ponpes Qothrotul Falah Cikulur-
Lebak), diwawancarai oleh Cahyati, Pesan WhatsApp, Jum’at, 5 April 2019,
pukul 19. 20 WIB. 40
Ahmad Yury A. Fathallah (Pimpinan Ponpes Nur El-Falah Kubang-
Petir), diwawancarai oleh Cahyati, Pesan WhatsApp, Jum’at, 5 April 2019,
pukul 10.30 WIB.
122
para santri milenial.41
Ahsani Faturrohman, Pengasuh Ponpes Al-
Islahiyah Singosari-Malang juga menuturkan bahwa PSP
menambah semangat santri dalam berliterasi.42
Para pimpinan pesantren yang santrinya dilibatkan dalam
kegiatan pelatihan santri yang dilakukan oleh PSP, secara umum
merespon dengan sangat baik dan mengapresiasi kegiatan
tersebut karena dapat memberikan efek dan manfaat untuk
kalangan santri.
Selain itu, PSP juga menjadi wadah mempererat ukhuwah
atau tali kekeluargaan antar pesantren. Karena dalam setiap
kegiatannya PSP menghadirkan santri-santri yang berasal dari
berbagai daerah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Siti Nurasiah
bahwa PSP memiliki pengaruh yang baik untuk masyarakat, di
antaranya adalah silaturahmi lintas pesantren untuk saling
41
Deden Z Farhan (Pimpinan Ponpes Al-Farhan), diwawancarai oleh
Cahyati, Pesan WhatsApp, Jum’at, 5 April 2019, pukul 16.00 WIB. 42
Ahsani Faturrohman (Pengasuh Ponpes Al-Islahiyah),
diwawancarai oleh Cahyati, Pesan WhatsApp, Jum’at, 5 April 2019, pukul
09.00 WIB.
123
bertukar pikiran dan berbagi ide serta menjadikan pesantren
sebagai kekuatan sebagai simbol peradaban bangsa.43
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Aktifitas Dakwah
Lembaga Pusat Studi Pesantren Pagentongan-Bogor
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis,
Lembaga Pusat Studi Pesantren merupakan lembaga nirlaba yang
telah cukup lama berdiri, yaitu 12 tahun. Dalam kurun waktu
empat tahun kebelakang yakni sejak tahun 2016, Pusat Studi
Pesantren telah semakin berkembang. Terbukti dengan adanya
beberapa program dan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan.
Baik kegiatan yang melibatkan para kiai, nyai, santri, akademisi,
serta aktifis dari berbagai daerah bahkan dari beberapa negara.
Lembaga Pusat Studi Pesantren yang berlokasi di
Pagentongan-Bogor ini juga memiliki faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam pelaksanaan setiap program atau setiap
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Berdasarkan wawancara
dengan Direktur Pusat Studi Pesantren dan pengelola kegiatan-
43
Siti Nurasiah, diwawancarai oleh Cahyati, Pesan WhatsApp,
Jum’at, 5 April 2019, pukul 17. 08 WIB.
124
kegiatan PSP, berikut adalah faktor pendukung dan faktor
penghambat dalam pelaksanaan program atau kegiatan-kegiatan
PSP:
a. Faktor pendukung Lembaga Pusat Studi Pesantren
Pagentongan-Bogor yaitu:
1. Dukungan dan kerjasama tim atau staf yang handal.44
Dalam setiap pelaksanaan kegiatan, PSP memiliki staf
yang bertugas mengatur segala kebutuhan dan mengelola
proses berjalannya setiap kegiatan dengan kerja sama tim
yang kuat. Para staf PSP juga merupakan para aktivis dan
pegiat isu-isu yang diangkat oleh PSP, hal ini juga
memudahkan setiap proses pelaksanaan kegiatan. PSP juga
membangun hubungan kekeluargaan yang sangat kuat
layaknya hubungan kakak dan adik antar direktur dan para
staff.
2. Antusias santri dalam setiap kegiatan.45
Dalam kegiatan
pelatihan untuk santri baik pelatihan kepenulisan maupun
44
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB. 45
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB.
125
video making, para santri mampu mengikuti dengan baik
setiap rangkaian kegiatan yang telah dirancang oleh PSP.
Para santri juga dapat saling bekerjasama, menumbuhkan
kekompakan antar santri dari berbagai pesantren. Santri
juga antusias dalam mempelajari dunia kepenulisan dan
video making.
3. Izin dan dukungan dari kiai atau pihak pesantren-
pesantren.46
Dalam setiap proses perizinan kepada kiai atau
pengelola pesantren untuk mengikutsertakan santri-
santrinya mengikuti kegiatan pelatihan, PSP mendapatkan
izin bahkan dukungan dari pihak pesantren sehingga setiap
pesantren yang diundang mengirimkan dua santri.
4. Dukungan dari kawan-kawan pegiat media sosial.47
PSP
memiliki beberapa program yang di dalamnya terdapat
beberapa kegiatan yang membahas dan mendorong peserta
untuk terlibat aktif di sosial media. Terlaksananya
kegiatan-kegiatan tersebut juga tidak terlepas dari
46
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB. 47
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB.
126
dukungan baik pemikiran-pemikiran dan waktu yang telah
diluangkan para pegiat media sosial mulai dari NU Online,
Islami.co, alif.id ataupun pegiat media youtube untuk
kegiatan PSP.
5. Dukungan dan kerjasama dengan US Embassy atau
Kedutaan Amerika yakni Global Engagement Center.48
Segala pembiayaan atau dana kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh PSP, baik kegiatan The Asian
Interfaith Forum, Halaqah Kiai dan Nyai dan Pelatihan
untuk santri adalah kegiatan yang didukung dan didukung
penuh dari segi pendaan oleh US Embassy.
6. Jaringan yang kuat.49
Baik Direktur dan staf PSP memiliki
jaringan atau networking yang kuat baik dari pesantren
atau Lembaga Non Governmnet Organization (NGO). Hal
ini juga turut memudahkan PSP dalam mengadakan setiap
kegiatan.
48
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB. 49
Ummi Hasanah (Staf Pusat Studi Pesantren), diwawancarai oleh
Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 16. 50 WIB.
127
b. Faktor penghambat Lembaga Pusat Studi Pesantren
Pagentongan-Bogor yaitu:
1. Pergantian peserta kegiatan tanpa konfirmasi.50
Dalam
kegiatan pelatihan untuk santri, sering kali ditemukan
pesantren yang mengganti santri yang diikutsertakan
kegiatan tanpa konfirmasi, santri yang mengisi formulir
pertanyaan dan biodata tidak sesuai dengan santri yang
hadir. Begitupun dalam kegiatan halaqah kiai dan nyai,
kadang terdapat kiai yang secara tiba-tiba berhalangan
hadir dan mengirimkan ustadz yang lain untuk mengikuti
kegiatan, sehingga target kegiatan menjadi kurang sesuai.
2. Alumni peserta kegiatan yang tidak konsisten melanjutkan
menulis atau membuat video untuk berdakwah. Sehingga
produktifitas tulisan atau video yang berisi pesan dakwah
dari para santri tersebut kurang maksimal.
50
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 14. 48 WIB. 50
Ummi Hasanah (Staf Pusat Studi Pesantren), diwawancarai oleh
Cahyati di Bogor, Recording, Selasa, 22 Januari 2019, pukul 16. 50 WIB.
128
3. Kurangnya pengelola akun media sosial PSP.51
Karena staf
PSP yang masih terdiri dari beberapa orang serta memiliki
kesibukan dan amanah lain, menjadi salah satu faktor
kurang maksimalnya pengelolaan akun media sosial PSP.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
Lembaga Pusat Studi Pesantren Pagentongan-Bogor memiliki
strategi dakwah untuk mengajak mad’unya atau para santri untuk
memegang dan menjaga nilai-nilai toleransi yang telah diajarkan
oleh Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
masyarakat. Salah satunya dengan merawat keragaman, sikap
saling menghargai serta menjalin hubungan baik antar umat
manusia.
Hasil atau output dari dakwah yang dilakukan oleh PSP
pada kalangan santri adalah semakin kuatnya nilai toleransi
dalam diri santri sehingga mereka mampu
mengimplementasikannya dalam kehidupan di pesantren dan
masyarakat untuk dapat menghargai dan menerima setiap
51
Achmad Ubaidillah (Direktur Pusat Studi Pesantren), diwawancarai
oleh Cahyati di Hotel Salak Heritage Bogor, Recording, Rabu, 06 Maret 2019,
Pukul 15.30 WIB.
129
perbedaan yang dijumpai serta tak segan untuk menjalin
hubungan pertemanan dengan non-muslim sekalipun. Selain itu,
output yang dihasilkan juga berupa kesadaran santri untuk
menjadi generasi damai dengan berdakwah atau menyebarkan
nilai-nilai Islam damai melalui dakwah di mimbar, tulisan atau
dakwah menggunakan media video atau film pendek. Hal ini
sangat perlu dilakukan oleh santri dan generasi muda pada
umumnya untuk mewujudkan bangsa dan masyarakat harmonis.
130
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang merupakan hasil dari
wawancara para narasumber serta analisis peneliti terhadap
pemberitaan di media online terkait Pusat Studi Pesantren (PSP),
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. PSP telah melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan yang
relevan dalam upaya menjaga nilai toleransi dan
menyuarakan nilai-nilai Islam yang ramah, di antaranya
adalah kampanye Islam, perdamaian, kemanusiaan dan
demokrasi di media sosial, kegiatan The Asia Interfaith
Forum (AIF), kegiatan Halaqah Kiai dan Nyai dan Pelatihan
kepenulisan serta video making untuk santri.
2. Strategi atau rencana dalam melakukan kegiatan dakwah
yang dilakukan oleh PSP dalam upaya menjaga nilai toleransi
di kalangan santri, secara umum dapat disimpulkan yaitu
dengan melakukan tiga kegiatan. Pertama, mengadakan
kegiatan pelatihan kepenulisan dan video making untuk santri
131
dengan memberikan materi-materi yang berisikan tentang
Islam rahmatan lil ‘alamin, pesan perdamaian dari pesantren
dan pengetahuan tentang radikalisme agama di dunia maya.
Kedua, mengadakan kegiatan santri exchange atau
pertukaran santri. Ketiga, merangkul dan mengajak para kiai
dan nyai pesantren untuk turut andil dalam menyebarkan
nilai-nilai Islam ramah melalui kegiatan Halaqah Kiai dan
Nyai.
Secara teoritis, PSP melakukan dua strategi dakwah
al-Bayanuni: Pertama, strategi sentimentil (al-manhaj al-
‘athifi), dakwah yang memfokuskan pada aspek hati dan
perasaan atau batin mitra dakwah. Kedua, strategi rasional
(al-manhaj al-‘aqli), dakwah dengan metode yang
memfokuskan pada akal pikiran.
3. Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatannya, PSP memiliki
faktor Pendukung dan Penghambat. Adapun faktor
pendukung aktivitas dakwah PSP di antaranya adalah
dukungan dan kerjasama tim atau staf yang handal, antusias
santri dalam setiap kegiatan, izin dan dukungan dari kiai atau
132
pihak pesantren-pesantren, dukungan dari kawan-kawan
pegiat media sosial, kerjasama dengan US Embassy atau
Kedutaan Amerika yakni Global Engagement Center dan
Jaringan yang kuat. Sedangkan faktor penghambatnya antara
lain adalah pergantian peserta kegiatan tanpa konfirmasi,
alumni peserta kegiatan yang tidak konsisten melanjutkan
menulis atau membuat video untuk berdakwah dan
kurangnya pengelola akun media sosial PSP
B. Saran
Secara keseluruhan strategi dakwah yang dilakukan oleh
PSP sudah cukup baik, menarik dan maksimal. Adapun terdapat
beberapa hal yang digaris bawahi penulis sebagai sumbang saran
untuk kemajuan kegiatan dakwah PSP ke depan, di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Pemanfaatan media sosial dan website dengan lebih
maksimal dan konsisten. Penulis melihat media sosial seperti
akun facebook, twitter, instagram, youtube dan website
tersebut masih masif dan belum maksimal. Perlu adanya tim
khusus yang mengelola sehingga dengan konsisten
133
memproduksi dan menggunggah informasi kegiatan, video,
quotes dan yang lainnya dalam rangka menyebarkan pesan-
pesan nilai keIslaman dan kemanusiaan. Pemanfaatan dan
memaksimalkan media sosial ini sangat perlu dilakukan,
karena media sosial atau media digital adalah salah satu
media dakwah yang banyak menarik minat masyarakat di era
modern saat ini.
2. Agar kemanfaatan kegiatan dan progress para santri ataupun
para kiai dan nyai setelah mengikuti kegiatan dapat terlihat
dengan lebih maksimal, perlu adanya pemantauan dan
pendampingan lebih jauh kepada para alumni kegiatan. Agar
apa yang telah diberikan dan motivasi yang tumbuh dalam
diri santri atau para kiai dan nyai untuk berdakwah baik
dengan menggunakan tulisan, video atau pun secara lisan
tersebut dapat terus berkembang.
3. Mengadakan kegiatan atau pertemuan khusus yang dapat
mempertemukan seluruh alumni peserta kegiatan PSP.
Kegiatan tersebut dapat dimanfaatkan selain sebagai ajang
silaturahmi, namun juga sebagai wadah dialog para alumni
134
untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan apa saja
yang telah dilakukan oleh alumni pasca kegiatan. Kegiatan
ini tersebut juga dapat menjadi wadah untuk saling
memberikan solusi atas setiap hambatan-hambatan yang
dihadapi serta menghadirkan ide-ide baru yang dapat
dikembangkan di wilayah masing-masing.
4. Agar kinerja dan program berjalan dengan maksimal, PSP
dapat melakukan recruitmen staf baru. Karena yang peneliti
lihat, staf atau pengelola PSP masih sedikit dan masing-
masing memiliki kesibukan masing-masing di luar PSP.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Masykuri. 2001. Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Al-Munawar, Agil Said. 2003. Fiqih Hubungan Antar Agama.
Jakarta: Ciputat Press
Amin, Masyhur. 2002. Dakwah Islam dan Pesan Moral.
Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta
Arifin, Anwar. 2011. Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi
Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Arifin. 1997. Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Studi. Jakarta:
Bumi aksara
Aripudin, Acep. 2013. Sosiologi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Aziz, Ali Moh. 2016. Ilmu Dakwah Edisi Revisi. Jakarta:
Prenadamedia Group
Departemen Agama RI. 2009. al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta:
Departemen Agama RI
Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Echols, M John& Hassan Shadily. 2003. An English-Indonesian
Dictionary (Kamus Inggris Indonesia). Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Effendy, Uchjana Onong. 2007. Ilmu Komunikasi: Teori dan
Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hallen. 2005. Bimbingan dan Konseling. Ciputat: Quantum Teaching.
Hasani, Ismail dan Bonar Tigor Naipospos. 2010. Radikalisme
Agama di Jabodetabek & Jawa Barat: Implikasinya
Terhadap Jaminan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan. Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara
Kartodirdjo, Sartono. 1985. Ratu Adil. Jakarta: Sinar Harapan
Kementrian Agama. 2012. Etika Berkeluarga, Bermasyarakat
dan Berpolitik (Tafsir al-Qur’an Tematik). Jakarta: Lajnah
Pentasbihan Mushaf Al-Qur’an
Kharlie, Tholabi Ahmad & Muhtar S. Syihabuddin. 2016. Meniti Jalan Dakwah: Lesatkan Asa Menuju Pribadi Mulia.
Banten: LPTQ Provinsi Banten
Marzuki. 2015. Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Amzah
Moleong, J Lexy. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Munir, Muhammad & Wahyu Ilaihi. 2009. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana
Munir, Samsul. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah
Mustafa, Zainal. 2009. Mengurai Variabel hingga Instrumen.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Nasution S. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Nimmo, Dan. 2009. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan
dan Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009
Rubaidi, A. 2007. Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama Masa
Depan Moderatisme Islam di Indonesia. Yogyakarta:
Logung Pustaka
Rusyah, Tabrani dkk. 1992. Pendekatan dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Salman, Malik Abdul. al-Tasamuh Tijah al-‘Aqaliyyat Ka Daruratin li al-Nahdhah. Kairo: The International
Institute Of Islamic Thought, tt)
Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta:
Rajawali Pers Saputra, Eka. 2012. Islam Rahmat Seluruh
Umat. Jakarta: Lazuardi Biru
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati
Simarmata, Thomas Henry dkk. 2017. Indonesia Zamrud
Toleransi. Jakarta: PSIK Indonesia
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta
Suhandang, Kustadi. 2014. Strategi Dakwah: Penerapan Strategi
Komunikasi dalam Dakwah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Sukayat, Tata. 2015. Ilmu Dakwah: Perspektif Filsafat Mabadi ‘Asyarah. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam.
Surabaya: Al-Ikhlas
Tahir Suaib, DKK,. 2016. Ensiklopedi Pencegahan Terorisme.
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
Tasmara, Toto. 1987. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Yaqub, Mustafa Al. 1997. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus Masyhur Amin, Dakwah Islam
dan Pesan Moral
Yasmadi. 2005. Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish
Madjid terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta:
Ciputat Press
INTERNET
Faizin, Ahmad. Strategi Pengamalan Nilai-nilai Toleransi
Beragama Pada Siswa Melalui Binaan Rohani Di SMP
Katolik Widyatama Kota Batu (Malang: Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN
Maulana Malik Ibrahim, 2016), http://etheses.uin-malang.ac.id/ diakses pada 10 November 2018. 13.15
WIB.
http://www.nu.or.id/post/read/82198/pusat-studi-pesantren-
adakan-the-asia-interfaith-forum-2017-di-bogor diakses
pada 27 Maret 2019. 20.05 WIB
http://www.nu.or.id/post/read/94879/pusat-studi-pesantren-
inklusifitas-pesantren-dan-rahmat-bagi-semesta, diakses pada 24 Januari 2019. 20.10 WIB
http://www.pusatstudijawatimur.blogspot.com diakses pada 25
Januari 2019. 20.58 WIB.
http://www.tribunnews.com/regional/2018/06/29/halaqah-kiai-
dan-nyai-2018-perkuat-jihad-lawan-radikalisme-di-media-
sosial, diakses pada Kamis, 28 Maret 2019. 15. 24 WIB
https://alif.id/read/susi-ivaty/pusat-studi-pesantren-tebar-islam-
ramah-melalui-pesantren-b211244p/ diakses pada 27
November 2018. 10.45 WIB
https://alif.id/read/susi-ivvaty/pusat-studi-pesantren-tebar-islam-
ramah-melalui-pesantren-b211244p/, diakses pada 27
Maret 2019. 21.09 WIB
https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/18/06/29/pb2a1x384-halaqah-kiai-dan-nyai-
perkuat-jihad-lawan-radikalisme, diakses pada Kamis, 28
Maret 2019. 15.09 WIB
Nuh M. Nuhrison. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya
Faham/Gerakan Islam Radikal di Indonesia, (Harmoni
Jurnal Multikultural & Multireligius)
http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/ha
rmoni-vol-8-no-31-juli-september.pdf diakses pada 03
Mei 2019. 15.00 WIB.
Perwita, Fajri Istiqomah. Strategi Guru PAI dalam Membina Sikap Toleransi Antar Umat Beragama Terhadap Siswa
SMPN 1 Prambanan Klaten, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam,
UIN Sunan Kalijaga, 2014), http://digilib.uin-suka.ac.id/
diakses pada 10 November 2018. 13.15 WIB
Seree, Rahanee Miss. Strategi Dakwah dalam Membentuk
Karakter Santri, (Semarang: Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah, UIN
Walisongo, 2015) http://eprints.walisongo.ac.id diakses pada 10 November 2018. 14.00 WIB
Wawancara:
Wawancara dengan Achmad Ubaidillah, Direktur Pusat Studi
Pesantren pada 22 Januari pukul 14.48 dan 06 Maret 2019
pukul 15.30 WIB
Wawancara dengan Ahmad Yury A. Fathallah, Pimpinan Ponpes
Nur El-Falah Kubang-Petir pada 5 April 2019. 10.30
WIB.
Wawancara dengan Ahsani Faturrohman, Pengasuh Ponpes Al-
Islahiyah pada 5 April 2019. 09.00 WIB.
Wawancara dengan Deden Z Farhan, Pimpinan Ponpes Al-Farhan
pada 5 April 2019. 16.00 WIB.
Wawancara dengan Fahmi Salami, santri Ponpes Riyadul Muta’alimin Cikulur-Lebak pada 26 Maret 2019. 13.05
WIB
Wawancara dengan Minhajul Qowim, santri Ponpes Sunan
Drajat Lamongan 27 Maret 2019, 15.28 WIB
Wawancara dengan Nur Aslihah Mansur, Staf Pusat Studi
Pesantren pada 22 Januari 2019. 16. 18 WIB
Wawancara dengan Nurul H. Ma’arif, Pengelola Ponpes Qothrotul Falah Cikulur-Lebak pada 5 April 2019. 19. 20
WIB
Wawancara dengan Ropianah, santri Ponpes Qothrotul Falah
pada 28 Maret 2019. 23. 03 WIB
Wawancara dengan Siti Azizah, Staf Pusat Studi Pesantren pada
25 Februari 2019. 09.20 WIB
Wawancara dengan Siti Nurasiah pada 5 April 2019. 17. 08 WIB
Wawancara dengan Ummi Hasanah, Staf Pusat Studi Pesantren
pada 22 Januari 2019. 16. 50 WIB
Wawancara dengan Yuni Rabiatunnisa, santri Ponpes Raudatul Athfal Pancor Selong-Nusa Tenggara Barat pada 25
Maret 2019. 10.15 WIB