BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara...

18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana terdapat dalam Alinea Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI 1945) 1 yang sangat otentik menyebutkan mengenai tujuan negara salah satunya melalui pendidikan yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa” tentunya berkaitan erat dengan peran Pemerintah sebagai pemegang amanat Konstitusi dan pengampu amanat penderitaan rakyat. Esensi selanjutnya adalah melakukan penjabaran poin mencerdaskan kehidupan bangsayakni terdapat dalam Pasal 31 UUD NRI 1945 yang pada intinya adalah 1) Setiap rakyat Indonesia berhak mendapatkan Pendidikan, 2) Pemerintah haruslah memberikan sistem Pendidikan yang tepat dan layak. Dalam Analisis kaum Marxian (penganut paham Marxisme yang dibawa oleh seorang filsuf Rusia, Karl Marx) tentang sebuah paham yang dikatakan sebagai paham Neo-liberalisme yang menganggap bahwa semua sektor kehidupan bermasyarakat harus diserahkan kepada mekanisme Pasar Bebas, termasuk juga dalam sektor pendidikan. Isu yang diangkat oleh kaum-kaum Neo-liberal adalah globalisasi, memang dalam hal ini globalisasi dapat berperan positif dalam perkembangan pendidikan berkaitan dengan teknologi dan informasi yang mudah diakses oleh siapapun, namun dalam hal yang lain teori Pasar Bebas dalam paham Neo-liberal yang meletakkan pendidikan semata-mata untuk mengeruk 1 Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Alinea Keempat Pembukaan (Preambule) ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH) RYAN SURYA PRADHANA

Transcript of BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara...

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana terdapat dalam Alinea Keempat Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI 1945)1

yang sangat otentik menyebutkan mengenai tujuan negara salah satunya melalui

pendidikan yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa” tentunya berkaitan erat

dengan peran Pemerintah sebagai pemegang amanat Konstitusi dan pengampu

amanat penderitaan rakyat. Esensi selanjutnya adalah melakukan penjabaran poin

“mencerdaskan kehidupan bangsa” yakni terdapat dalam Pasal 31 UUD NRI 1945

yang pada intinya adalah 1) Setiap rakyat Indonesia berhak mendapatkan

Pendidikan, 2) Pemerintah haruslah memberikan sistem Pendidikan yang tepat

dan layak.

Dalam Analisis kaum Marxian (penganut paham Marxisme yang dibawa

oleh seorang filsuf Rusia, Karl Marx) tentang sebuah paham yang dikatakan

sebagai paham Neo-liberalisme yang menganggap bahwa semua sektor kehidupan

bermasyarakat harus diserahkan kepada mekanisme Pasar Bebas, termasuk juga

dalam sektor pendidikan. Isu yang diangkat oleh kaum-kaum Neo-liberal adalah

globalisasi, memang dalam hal ini globalisasi dapat berperan positif dalam

perkembangan pendidikan berkaitan dengan teknologi dan informasi yang mudah

diakses oleh siapapun, namun dalam hal yang lain teori Pasar Bebas dalam paham

Neo-liberal yang meletakkan pendidikan semata-mata untuk mengeruk

1 Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Alinea Keempat Pembukaan

(Preambule)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

2

keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk

keuntungan dari pendidikan dan melebarkan paham yang mereka anut melalui

pendidikan. Pertama, berusaha melepaskan tanggung jawab pemerintah terhadap

pembiayaan sektor pendidikan yang menjadi hak dari rakyat sehingga dapat

menjadi lahan bagi pihak swasta untuk mengambil alih peran Pemerintah sebagai

lahan bisnis mereka. Kedua, adalah menjadikan pendidikan sebagai upaya

industrialisasi, dalam hal ini pendidikan bukan menjadi hak masyarakat. Namun,

pemodal akan menjual pendidikan sehingga barangsiapa yang bisa membayar

lebih maka dia akan mendapat pendidikan yang lebih, sedangkan yang tidak

mampu membayar maka akan mendapatkan pendidikan yang ala kadarnya. Selain

itu, pendidikan hanya dibatasi sebagai upaya melakukan pola pikir atau mindset

masyarakat agar mudah dijadikan budak industrialisasi yang menjadi agenda dari

kaum Neo-liberalis. Ketiga, adalah pendidikan menjadi sebuah upaya

indoktrinasi kaum Neo-Liberal terhadap masyarakat sehingga akan terjadi

perubahan gaya hidup dan pola-pola kehidupan seperti kaum Neo-Liberal seperti

hilangnya kesadaran berbangsa, bernegara, dan berbudaya sesuai dengan

kehidupan bangsa dan negaranya.

Seiring dengan berkembangnya zaman dalam menyikapi liberalisasi

pendidikan yang begitu masif terjadi adalah pola berpikir kritis dalam mahzab

atau aliran Pendidikan Kritis. Aliran Pendidikan Kritis (critical pedagogy)2

merupakan suatu aliran yang meyakini adanya muatan politik pada semua aspek

2 M. Agus Nuryatno.,Mahzab Pendidikan Kritis : Menyingkap Relasi Pengetahuan, Politik, dan

Kekuasaan., Resist Book, 2010, Sleman, h.1

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

3

kependidikan. Aliran ini menjadi antitesa dari mahzab pendidikan liberal yang

telah berkembang pada saat ini bahwa posisi masyarakat golongan menengah ke

atas saja yang boleh mengenyam pendidikan dan kekuasaan seperti memanfaatkan

posisi tersebut sehingga pendidikan merupakan komoditas utama yang diperjual

belikan.

Sebagai ideologi yang mendunia, Kapitalisme tidak hanya dalam wilayah

ekonomi, melainkan sudah merambah kepada dunia pendidikan. Dampak yang

terlihat jelas adalah pendidikan yang digambarkan melalui determinasi ilmu yang

ditujukan kepada peserta didik hanya digunakan sebagai jalan menuju dunia

industri saja. Peserta didik serasa dibutakan sehingga tidak mampu mengasah

critical subjectivity, yakni kemampuan untuk melihat dunia secara kritis.

Pendidikan Tinggi yang seharusnya diselenggarakan sebagai bentuk badan publik

akan semakin berkurang dengan adanya intervensi asing. Pendidikan Tinggi yang

memiliki nilai-nilai yang luhur, demokratis, dan dibentengi oleh kekuatan “civil

society”3 sekarang mulai mengedepankan pertimbangan-pertimbangan komersial

yang dikemas menjadi macam-macam bentuk pengelolaan Perguruan Tinggi

Negeri. Terlebih terdapat legalitas yang mendukung keberadaan komersialisasi

tersebut.

Di Indonesia terdapat beberapa Peraturan Perundang-Undangan yang

disinyalir sebagai “pesanan asing” seperti Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009

3 Civil society diartikan sebagai rakyat atau masyarakat suatu negara

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

4

tentang Badan Hukum Pendidikan4 (UU BHP) terutama dalam bidang Pendanaan

dan otonomi perguruan tinggi sehingga pemerintah dapat secara perlahan-lahan

menarik diri dari kewajiban untuk menjamin kecerdasan kehidupan berbangsa

dalam upaya pendidikan nasional. Namun, keberadaan UU BHP tidak

berlangsung lama karena dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

11-14-21-126-136/PUU-VII/20095 yang membatalkan UU BHP yang dinilai

bertentangan dengan UUD NRI 1945. Dalam Amar Putusan Mahkamah

Konstitusi tersebut menyebutkan bahwa “kerugian seperti negara melepaskan

tanggung jawabnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang merata bagi

masyarakat dan menurunkan kualitas pengelolaan institusi pendidikan oleh karena

adanya kegiatan lain diluar peningkatan keilmuan”6.

Namun, kewaspadaan masyarakat sekejap sirna setelah dibatalkannya UU

BHP muncul metamorfosis UU BHP berupa Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2012 tentang Pendidikan Tinggi7 (UU Dikti) yang disahkan dan mulai berlaku

pada tanggal 10 Agustus 2012 yang menambah kerisauan masyarakat terhadap

pelaksanaan Pendidikan Tinggi. UU Dikti merupakan peraturan yang terkesan

dipaksakan oleh Pemerintah setelah Pencabutan UU BHP oleh Mahkamah

4 Indonesia, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan,

Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4965. 5 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14-11-21-126-136/PUU-VII/2009 perihal pengujian

Undang-Undang No. 9 tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan terhadap Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, tanggal 31 Maret 2010. 6 Ibid., Konsideran Menimbang Amar Putusan, Hal 15-16,

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/putusan/Putusan%20Perkara%20No.11-14-21-126%20-

136PUU-VII-2009.pdf, dikunjungi pada tanggal 22 Agustus 2014 7 Indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Lembaran

Negara Republik Indonesia tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5336.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

5

Konstitusi yang bisa diartikan sebagai pelaksanaan misi “melepas kewajiban”

terhadap pendidikan nasional. Dalam hal ini pemaksaan kehendak Pemerintah

untuk melakukan komersialisasi juga dapat dilihat dalam Pasal 24 ayat (4)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU

Sisdiknas 2003)8 yang seharusnya amanat membuat peraturan mengenai

pendidikan harusnya berbentuk Peraturan Pemerintah (PP) dan bukan berbentuk

Undang-Undang (UU). Oleh karena itu, keberadaan UU Dikti sangatlah janggal9.

UU Dikti menyebutkan bahwa otonomi perguruan tinggi menjadi “roh” dari

Undang-Undang tersebut. Dampak otonomi tersebut yang dapat diartikan sebagai

upaya “Privatisasi PTN” sehingga segala bentuk pengelolaannya dikelola secara

mandiri oleh PTN tanpa melibatkan hal-hal yang berhubungan dengan keuangan

negara. Didalam UU Dikti yang dijelaskan sebagai Otonomi Perguruan Tinggi

bersifat sebagai Otonomi Perguruan Tinggi terhadap bidang keilmuan yang

dijelaskan dalam Pasal 8 ayat (1) UU Dikti menyatakan bahwa dalam

penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

berlaku kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi

keilmuan.

Selain pada Pasal 8 ayat (1) UU Dikti yang menyebutkan mengenai

otonomi keilmuan, terdapat peristilahan otonomi yang berbeda lagi dalam UU

8 Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4301. 9 Mahesa Danu, “Alasan Menolak UU Pendidikan Tinggi”,

http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/20120714/alasan-menolak-uu-perguruan-

tinggi.html, 14 Juli 2012, dikunjungi pada tanggal 29 Agustus 2014

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

6

Dikti yang terdapat dalam Pasal 62 ayat (1) UU Dikti yakni mengenai otonomi

pengelolaan perguruan tinggi. Pasal 62 ayat (1) UU Dikti menyatakan bahwa

perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai

pusat penyelenggaraan tridharma. Dari kedua peristilahan tersebut tampakt

adanya hubungan kausalitas yang dapat diartikan dalam beberapa pengertian,

Pertama agar dapat melakukan otonomi keilmuan maka Perguruan Tinggi Negeri

harus memiliki otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi yang dapat diartikan

bahwa otonomi keilmuan merupakan hasil dari otonomi pengelolaan Perguruan

Tinggi Negeri. Dalam hal ini diartikan bahwa otonomi pengelolaan Perguruan

Tinggi sebagai upaya “swastanisasi” perguruan tinggi merupakan langkah untuk

melakukan otonomi Keilmuan, atau Kedua otonomi pengelolaan Perguruan

Tinggi Negeri dapat diberikan oleh Pemerintah jika Perguruan Tinggi Negeri

telah berhasil melakukan otonomi keilmuan. Dalam pengertian yang kedua ini

masih terdapat sisi positif dikarenakan dengan keberhasilan Perguruan Tinggi

Negeri melakukan otonomi keilmuan, Pemerintah dapat memberikan “reward”

berupa otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi Negeri yang tentunya dalam

pengawasan Pemerintah.

Tidak berhenti pada keganjilan makna otonomi tersebut, bentuk Badan

Hukum Perguruan Tinggi Negeri disini juga menimbulkan pertanyaan, dalam

Pasal 65 ayat (1) UU Dikti disebutkan sebagai imbas daripada kegiatan otonomi

maka terdapat pembedaan jenis Perguruan Tinggi Negeri yang didasarkan evaluasi

kinerja dari menteri yakni Perguruan Tinggi Negeri yang menerapkan fungsi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

7

Badan Layanan Umum dan/atau Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum yang

ketentuannya berbunyi sebagai berikut

Pasal 65

(1) Penyelenggaraan otonomi Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 64 dapat diberikan secara selektif berdasarkan evaluasi kinerja oleh

Menteri kepada PTN dengan menerapkan Pola Keuangan Badan Layanan

Umum atau dengan membentuk PTN badan Hukum untuk menghasilkan

Peendidikan Tinggi bermutu

(2) PTN yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tata kelola dan

kewenangan pengelolaan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan

(3) PTN badan Hukum sebagaimana dimaksud ayat (1) memiliki :

a. kekayaan awal berupa kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah;

b. tata kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri;

c. unit yang melaksanakan fungsi akuntabilitas dan transparansi;

d. hak mengelola dana secara mandiri, transparan, dan akuntabel;

e. wewenang mengangkat dan memberhentikan sendiri dosen dan tenaga

kependidikan;

f. wewenang mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi;

dan

g. wewenang untuk membuka, menyelenggarakan, atau menutup program

studi

Berdasarkan Pasal tersebut dapat dibandingkan mengenai bentuk Badan Hukum

PTN dengan ketentuan yang ada pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN)10 yang berbunyi :

Pasal 1

1. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah

badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh

negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

negara yang dipisahkan

2. ... dst.

Berdasarkan ketentuan pasal-pasal tersebut terdapat kesamaan istilah dalam dua

Undang-Undang yang berbeda tersebut yakni dalam peristilahan “kekayaan

10 Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,

Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4297

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

8

negara yang dipisahkan”, sehingga dapat ditarik pemikiran apakah terdapat

kesamaan dalam istilah dalam kedua Peraturan Perundang-Undangan tersebut

yang jelas-jelas berbeda penerapannya. Hal tersebut yang dapat menjadi pekerjaan

rumah bagi segenap “stakeholder” Perguruan Tinggi Negeri agar dapat menyikapi

kebijakan Pemerintah terkait Pendidikan Tinggi yang jika tidak dikaji lebih jauh

maka akan menimbulkan kerugian yang semakin banyak pula.

1.2 Rumusan Masalah

Pada bagian Latar Belakang telah dipaparkan beberapa masalah terkait

Pengelolaan Pendidikan Tinggi melalui mekanisme pembentukan Perguruan

Tinggi Badan Hukum (PTN-BH), karena terdapat banyak masalah terkait hal

tersebut maka penulisan skripsi ini akan difokuskan pada 2 (dua) permasalahan

yang timbul, yaitu:

1. Status Badan Hukum PTN-BH yang diatur dalam UU Dikti

2. Akibat hukum atas otonomi pengelolaan keuangan yang diberikan kepada

PTN-BH

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan Penulisan Skripsi ini adalah untuk :

1. Memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Airlangga;

2. Mengulas mengenai kedudukan Perguruan Tinggi Badan Hukum dalam

UU Dikti;

3. Mengkaji bentuk kekayaan negara pada status Perguruan Tinggi Negeri

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

9

Badan Hukum yang memiliki beragam makna.

4. Membahas mengenai akibat hukum yang ditimbulkan oleh bentuk Badan

Hukum Perguruan Tinggi Negeri.

Sedangkan manfaat penulisan skripsi ini adalah untuk :

1. Sarana pembelajaran masyarakat tentang fungsi dan kedudukan Perguruan

Tinggi Negeri yang sekarang memiliki bentuk Badan Hukum dan

dampaknya bagi kelangsungan Pendidikan Tinggi di Indonesia;

2. Sarana pendidikan terhadap seluruh Mahasiswa di Indonesia agar lebih

kritis terhadap segala bentuk implikasi positif maupun negatif yang

ditimbulkan dari peraturan perundang-undangan tentang Pendidikan

Tinggi tersebut;

3. Sarana penulisan yang lebih luas dan mendalam terkait masalah Perguruan

Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) dalam rezim UU Dikti terkait

dampak positif dan negatif dalam peraturan perundang-undangan tersebut.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penulisan skripsi

sebagai berikut :

1.4.1 Tipe Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode Yuridis-Normatif.

Metode Yuridis-Normatif adalah sebuah metode penulisan yang menggunakan

cara meneliti norma-norma serta kaidah-kaidah hukum dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku (hukum positif), yang berkaitan dengan topik

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

10

permasalahan yang sedang ditulis. Selain itu, metode penulisan Yuridis Normatif

ini dilakukan dengan tujuan memberikan preskripsi mengenai apa yang

seharusnya atas masalah yang diajukan, oleh karena itu saran yang dihasilkan dari

penelitian harus sedapat mungkin dapat diterapkan

1.4.2 Pendekatan Masalah

Berdasarkan pendapat Peter Mahmud Marzuki, pendekatan-pendekatan

yang dapat digunakan dalam metode penelitian hukum adalah “Pendekatan

Undang-Undang (Statute Approach), Pendekatan Kasus (Case Approach),

Pendekatan Historis (Historical Approach), Pendekatan Komparatif (Comparative

Approach), dan Pendekatan Konseptual (Conseptual Approach)”11.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa pendekatan

masalah sebagai berikut :

1. Statute Approach yaitu dilakukan dengan menelaah peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan yang berkaitan dengan isu hukum yang sedang

diangkat oleh Penulis dengan cara mencari ratio legis dan dasar ontologis

lahirnya peraturan perundang-undangan yang terkait dengan adanya

Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTN-BH) dan peraturan yang terkait

lainnya.

2. Conseptual Approach yaitu dilakukan dengan menelaah sebuah konsep

melalui kajian-kajian terhadap doktrin yang berkembang dalam ilmu

hukum. Dalam hal ini penulis berusaha untuk mengkaji konsepsi

11 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2011, hal.133

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

11

“kekayaan negara yang dipisahkan” dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

3. Historical Approach yaitu dilakukan dengan melacak peraturan

perundang-undangan terkait keberadaan Perguruan Tinggi Badan Hukum

(PTN-BH) atau lembaga yang sejenis sehingga penulis dapat

membandingkan landasan konsep filosofis terkait peraturan perundang-

undangan tersebut.

1.4.3 Sumber Bahan Hukum

Dikarenakan dalam penelitian hukum tidak mengenal adanya data sebagai

sumber penelitian, maka untuk memecahkan isu hukum, diperlukan sebuah

sumber-sumber bahan penelitian, antara lain :

1. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

yang berarti bahwa Bahan Hukum tersebut mempunyai kekuatan mengikat

dikarenakan otoritasnya dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai

peraturan perundang-undangan, yaitu :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

telah diamandemen beserta penjelasannya.

2) BW (Burgerlijk Wetboek)

3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria, Lembaran Negara tahun 1960 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 2043.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

12

4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi,

Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 302, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 2361.

5) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang

Bentuk-bentuk Usaha Negara Menjadi Undang-Undang, Lembaran

Negara Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor

2904.

6) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 6, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3390.

7) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Pendapatan Negara

Bukan Pajak, Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3687.

8) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,

Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3502.

9) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok Kepegawaian

Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3890.

10) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, Lembaran

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

13

Negara Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4132.

11) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4279.

12) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4286.

13) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara, Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4297.

14) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4301.

15) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara, Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4355.

16) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,

Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Lembaran

Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4400.

17) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

14

Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4586.

18) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4756.

19) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum

Pendidikan, Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 10, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4965.

20) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,

Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 5336.

21) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparartur Sipil Negara,

Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 5494.

22) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan, Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5601.

23) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan

Badan-Badan Hukum yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah.

Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 61

24) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan

Umum (PERUM). Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 16,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

15

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3732.

25) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan

Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Hukum. Lembaran Negara

Tahun 1999 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3860.

26) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perusahaan

Jawatan (PERJAN). Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 12,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3928.

27) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum, Lembaran Negara Tahun 2005

Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4502

28) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum, Lembaran Negara Tahun 2012

Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5340.

29) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang Hak Guna Usaha,

Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah, Lembaran Negara

Tahun 2013 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3643.

30) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2013 tentang Bentuk dan

Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum,

Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 142, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 5348.

31) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2013 tentang Statuta

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 16: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

16

Universitas Indonesia, Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 166,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5455.

32) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi, Lembaran

Negara Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor

5500.

33) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2014 tentang Statuta

Universitas Airlangga, Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 100,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5535.

34) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 75 Tahun 2013 tentang Statuta Universitas Bengkulu, Berita

Negara Nomor 847.

35) Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor. 14-11-21-

126-136/PUU/VII tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 9 Tahun

2009 tentang Badan Hukum Pendidikan terhadap Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

36) Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor. 111/PUU-

X/2012 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012

tentang Pendidikan Tinggi terhadap Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

37) Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor. 103/PUU-

X/2012 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 17: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

17

tentang Pendidikan Tinggi terhadap Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

38) Fatwa Mahkamah Agung RI Nomor WKMA/Yud/20/VIII/2006

tanggal 6 Agustus 2006 terkait Surat Menteri Keuangan RI Nomor S-

324/MK.01/2006 tanggal 26 Juli 2006.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder bersumber dari bahan kepustakaan berupa buku-

buku, artikel dari majalah maupun Internet, karya ilmiah tentang hukum ,

serta bacaan lainnya yang dianggap relevan dengan topik pembahasan

yang sedang diteliti.

1.4.4 Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum

1. Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum

Bahan Hukum Primer dikumpulkan dengan cara meneliti

ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Perundang-Undangan yang

mengatur tentang Permasalahan yang diteliti, sedangkan Bahan

Hukum Sekunder dikumpulkan dengan menggunakan sistem studi

kepustakaan.

2. Analisa Bahan Hukum

Bahan hukum yang sudah diolah, kemudian dianalisa dengan

menggunakan metode preskiptif. Metode preskriptif digunakan dalam

penelitian ini guna menemukan koherensi diantara norma hukum dan

prinsip hukum, antara aturan hukum yang terdapat dalam peraturan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA

Page 18: BAB I PENDAHULUANrepository.unair.ac.id/13769/9/9. Bab 1.pdf · 2 keuntungan. Ada beberapa cara yang dilakukan kaum Neo-liberal untuk mengeruk . keuntungan dari pendidikan dan melebarkan

18

perundang-undangan terhadap norma hukum, serta koherensi antara

tingkah laku (act) individu dengan norma hukum. Dalam penulisan ini

digunakan metode preskriptif untuk menguji kesesuaian aturan

perundang-undangan dengan norma hukum. Metode penelitian secara

pragmatis juga digunakan dalam penulisan ini diakrenakan penulisan

ini mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

mengacu pada pendapat para ahli hukum yang relevan dengan tulisan

ini.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi OTONOMI PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN NEGERI BADAN HUKUM (PTNI-BH)

RYAN SURYA PRADHANA