BAB I ok

5
BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) sebelum tahun 2001 merekomendasikan para ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif dari bayi lahir sampai usia 4-6 bulan. Pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan konsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut menjadi dari bayi lahir sampai usia 6 bulan. 1 Hasil telaah artikel tersebut menyimpulkan bahwa bayi yang disusui secara eksklusif sampai 6 bulan umumnya lebih sedikit menderita penyakit gastrointestinal dan gangguan pertumbuhan. 1,2 Berdasarkan definisi WHO, ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa tambahan cairan atau makanan apapun kecuali vitamin, mineral dan obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai bayi berusia 6 bulan. 3 Masalah dalam pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih cukup tinggi, bahkan tidak pernah mencapai target yang ditetapkan secara nasional, yaitu 80%. Angka ini sulit dicapai, bahkan selama beberapa tahun terakhir, cakupan ASI eksklusif cenderung menurun. 4 Indonesia termasuk dalam 36 negara di dunia yang memberikan kontribusi terbesar pada masalah gizi dunia. Masalah 1

description

evapro

Transcript of BAB I ok

Page 1: BAB I ok

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) sebelum tahun 2001 merekomendasikan

para ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif dari bayi lahir sampai

usia 4-6 bulan. Pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian

secara sistematik dan konsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi

ASI eksklusif tersebut menjadi dari bayi lahir sampai usia 6 bulan.1 Hasil telaah

artikel tersebut menyimpulkan bahwa bayi yang disusui secara eksklusif sampai 6

bulan umumnya lebih sedikit menderita penyakit gastrointestinal dan gangguan

pertumbuhan.1,2 Berdasarkan definisi WHO, ASI eksklusif adalah pemberian

hanya ASI saja tanpa tambahan cairan atau makanan apapun kecuali vitamin,

mineral dan obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai bayi berusia 6 bulan.3

Masalah dalam pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih cukup tinggi,

bahkan tidak pernah mencapai target yang ditetapkan secara nasional, yaitu 80%.

Angka ini sulit dicapai, bahkan selama beberapa tahun terakhir, cakupan ASI

eksklusif cenderung menurun.4 Indonesia termasuk dalam 36 negara di dunia yang

memberikan kontribusi terbesar pada masalah gizi dunia. Masalah gizi kurang dan

gizi buruk pada anak merupakan refleksi dari pola asuh yang tidak baik.5,6

Cakupan pemberian ASI eksklusif di seluruh Indonesia pada bayi 0-6 bulan turun

dari 61,3% tahun 2009 menjadi 54,4% pada tahun 2013. Hal ini juga terjadi pada

Kalimantan Barat, dimana cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan

turun dari 50,9% pada tahun 2009 menjadi 47,3% pada tahun 2013.7,8

Sebanyak 18 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia memiliki prevalensi anak

dengan gizi kurang dan buruk di atas angka prevalensi nasional, yakni 19,6%.

Kalimantan Barat menduduki urutan keenam tertinggi dengan prevalensi sebesar

26,5%.9 Kedua angka tersebut masih belum mencapai target Millenium

Development Goals (MDGs) yaitu 15,5%.8 Pemerintah telah berkomitmen untuk

mengatasi masalah gizi ini dengan menjadi bagian dari Gerakan Scaling Up

Nutrition (SUN) dalam tataran global. Gerakan SUN di Indonesia disebut dengan

1

Page 2: BAB I ok

Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama

Kehidupan disingkat menjadi Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan

1000 HPK). Salah satu fokus gerakan ini adalah pada pemberian ASI eksklusif.10

Pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia belum terlaksana sepenuhnya. Upaya

pemantauan dan peningkatan perilaku menyusui khususnya ASI eksklusif pada

ibu yang memiliki bayi masih kurang.8

Berbagai hambatan dalam hal pemberian ASI eksklusif terjadi hampir di

seluruh puskesmas di Indonesia, termasuk di wilayah kerja Puskesmas Saigon.

Masalah ASI eksklusif selalu menjadi salah satu bahan evaluasi dalam setiap rapat

rutin maupun evaluasi tahunan Puskesmas Saigon. Berdasarkan laporan pelaksana

program gizi tahun 2014, indikator bayi ASI eksklusif di Puskesmas Saigon tidak

mencapai target yang ditetapkan.11

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan

evaluasi terhadap program gizi di wilayah kerja Puskesmas Saigon, terutama

indikator ASI eksklusif, sehingga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi Puskesmas Saigon dan instansi terkait lainnya dalam upaya meningkatkan

pencapaian indikator ASI eksklusif selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

Mengapa indikator ASI eksklusif pada tahun 2014 di wilayah Puskesmas

Saigon tidak mencapai target?

1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Memahami program puskesmas khususnya program mengenai gizi.

b. Tujuan khusus

1. Mengetahui permasalahan program gizi secara umum di Puskesmas Saigon

Kecamatan Pontianak Timur pada tahun 2014.

2. Mengetahui prioritas masalah program ASI eksklusif di Puskesmas Saigon

Kecamatan Pontianak Timur pada tahun 2014.

2

Page 3: BAB I ok

3. Menyusun penyebab masalah program ASI eksklusif di Puskesmas Saigon

Kecamatan Pontianak Timur pada tahun 2014.

4. Menyusun alternatif penyelesaian masalah program ASI eksklusif di

Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur pada tahun 2014.

5. Memilih dan merumuskan upaya penyelesaian masalah program ASI

eksklusif di Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur pada tahun

2014.

1.4 Manfaat

a. Manfaat bagi mahasiswa

1. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi program pada fasilitas kesehatan dan

memberi masukan untuk perbaikan program.

2. Mahasiswa dapat mengetahui perencanaan serta pelaksanaan program gizi

di puskesmas.

b. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

1. Merealisasikan tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi dan

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan

pendidikan, penelitian dan pengabdian bagi masyarakat.

2. Memberikan sarana pembelajaran bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu

yang telah didapat tentang evaluasi program dengan pendekatan sistem.

c. Manfaat bagi Puskesmas

1. Bahan masukan dalam melaksanakan program gizi untuk meningkatkan

keberhasilan program tersebut di Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak

Timur.

2. Mendapatkan gambaran tentang kemungkinan penyebab masalah

pelaksanaan program gizi di Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak

Timur.

3. Mendapatkan alternatif pemecahan masalah program gizi di Puskesmas

Saigon Kecamatan Pontianak Timur.

3