BAB I NEW

download BAB I NEW

of 39

Transcript of BAB I NEW

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Anemia adalah rendahnya kadar hemoglobin dalam darah, 50% kejadian

anemia disebabkan kekurangan zat besi (RANPG 2011-2015). Anemia mempengaruhi sejumlah besar wanita hamil di negara berkembang dan meningkatkan risiko kematian selama kehamilan, serta mengakibatkan berat bayi lahir rendah yang akan meningkatkan risiko kematian bayi (Brooker S dkk, 2008). Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah karena kekurangan zat besi (Reveiz L, 2007). WHO (2005) melaporkan bahwa terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang pada tahun 2005. Berdasarkan laporan USAIDs, A2Z, Micronutrient and Child Blindness Project, ACCESS Program, and Food and Nutrition Technical Assistance (2006) bahwa sekitar 50% dari seluruh jenis anemia diperkirakan akibat dari defisiensi besi, yaitu suatu kondisi dari memburuknya cadangan zat besi di dalam tubuh karena intake zat besi yang rendah, absorpsi yang rendah, atau kehilangan darah (Fatimah, dkk, 2008). Di Indonesia (Susenas dan Survei Depkes-Unicef) dilaporkan bahwa dari sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis (Fatimah dkk. 2011). Depkes RI tahun 2003, bahwa prevalensi anemia ibu hamil yaitu 50,9% dan sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan Hb. Sedangkan

1

Hasil Riskesdas tahun 2007, menunjukkan hasil bahwa Jenis anemia pada ibu hamil sebagian besar adalah anemia mikrositik hipokromik (59% dari ibu hamil yang anemia). Dampak Anemia kurang zat besi pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan menderita kurang zat besi, dan berdampak buruk pada pertumbuhan sel-sel otak anak, sehingga secara konsisten dapat mengurangi kecerdasan anak, risiko terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR), juga dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin (RANPG 2011-2015; Arisman, 2004). Secara global, penyebab paling umum terjadinya anemia karena kekurangan zat besi yang disebabkan asupan zat besi yang tidak memadai, tuntutan fisiologis kehamilan dan infeksi cacing, meningkatnya jumlah darah yang hilang (menstruasi atau dari saluran cerna). Penyerapan zat besi meningkat selama kehamilan, meskipun mayoritas perempuan masih tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa suplementasi zat besi terutama selama trimester II dan III kehamilan (Dreyfuss L. Michele, dkk, 2000; Rubenstein, dkk, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Guntur Argana dkk (2004), bahwa LILA dan frekuensi konsumsi vitamin C merupakan faktor dominan terhadap kadar Hb. Pada penelitian dari Doloksaribu (2006) menunjukkan bahwa status sosial ekonomi dan konsumsi tablet zat besi berpengaruh terhadap kadar Hb, dan penelitian yang dilakukan Budiono tahun 2009, menunjukkan konsumsi zat besi, konsumsi protein dan konsumsi vitamin C memiliki hubungan dengan kadar Hb ibu hamil. Penelitian Elliany Asminiarti (2002), hasil penelitian memperlihatkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi

2

vitamin C dengan kadar Hb ibu hamil. Penelitian lain juga

dilakukan oleh

Fatimah, dkk (2011) tentang Pola Konsumsi dan kadar Hb pada Ibu Hamil di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia ibu hamil sebesar 41% di mana umumnya anemia ringan dan sedang (54,9% dan 43,9%), dan hasil analisis multivariat menunjukkan lama sekolah, status gizi lingkar lengan atas (LILA), konsumsi tablet besi, asupan vitamin C dan vitamin B6 berhubungan bermakna dengan kadar hemoglobin ibu hamil. Dari data Dinas Kesehatan Kota Makassar, prevalensi anemia ibu hamil tiga tahun terakhir mengalami penurunan, pada tahun 2008 13,7% dari 6320 ibu hamil yang diperiksa, tahun 2009 14,2 % dari 5880 ibu hamil yang diperiksa dan tahun 2010 menjadi 13,7 % dari 5790 ibu hamil yang diperiksa. Ibu hamil yang menderita anemia tersebut terdistribusi di 38 Puskesmas yang ada di Makassar. Dari ke 38 Puskesmas tersebut, Puskesmas Sudiang Raya merupakan Puskesmas yang jumlah ibu hamil penderita anemianya terbanyak untuk 3 bulan terakhir di tahun 2011, yaitu 39 orang di Bulan Juli, 48 orang di bulan Agustus dan 49 orang di bulan September. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa, Penyebab utama terjadinya anemia defisiensi besi pada ibu hamil adalah kurangnya asupan zat besi. Selain itu, rendahnya asupan zat besi juga dapat disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi penyerap yang membantu dalam proses penyerapan zat besi pada ibu hamil. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

3

melakukan penelitian mengenai hubungan asupan zat gizi mikro (zat besi dan vitamin C) terhadap kadar Hb ibu hamil di Puskesmas Sudiang Raya.

B. Perumusan Masalah 1. Adakah hubungan asupan zat besi terhadap kadar Hb ibu hamil di Puskesmas Sudiang Raya? 2. Adakah hubungan asupan vitamin C terhadap kadar Hb ibu hamil di Puskesmas Sudiang Raya?

C.

Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi mikro (zat besi dan vitamin C) terhadap kadar Hb ibu hamil di Puskesmas Sudiang Raya pada tahun 2011. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui asupan zat besi terhadap kadar Hb ibu hamil di Puskesmas Sudiang Raya. b. Untuk mengetahui asupan vitamin C terhadap kadar Hb ibu hamil di Puskesmas Sudiang Raya. c. Untuk mengetahui kadar Hb ibu hamil di Puskesmas Sudiang Raya.

4

D.

Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi dunia kesehatan khususnya instansi kesehatan dalam menentukan kebijakan untuk penanggulangan anemia defisiensi besi pada ibu hamil. 2. Manfaat Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tentang pola konsumsi yang baik kepada masyarakat, terutama bagi ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi. 3. Manfaat Bagi Peneliti Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan serta aplikasi ilmu yang telah diperoleh dibangku kuliah. .

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum tentang Ibu hamil 2.1.1 Ibu Hamil Masa hamil adalah masa di mana seorang wanita memerlukan berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak daripada yang diperlukan dalam keadaan biasa (Dewi, 2009). Gizi yang baik mempunyai andil yang cukup besar pada pembentukan kualitas SDM, karena kekurangan gizi berdampak negatif pada kesehatan dan dapat menghambat kualitas SDM seperti yang diharapkan. Bila kekurangan gizi terjadi pada ibu hamil maka akan berakibat buruk baik bagi ibu itu sendiri maupun anak yang dilahirkannya (Mutalazimah, 2005). Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi, karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang Dikandung (Fatimah, dkk, 2011). Oleh karena itu, wanita yang sedang mengandung hendaknya lebih memperhatikan asupan gizi dari makanan agar tumbuh kembang janin berlangsung optimal (Indreswari Marissa, dkk, 2008). Ibu hamil dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik tentunya akan dapat menunjang kualitas kehamilannya terutama yang terkait dengan konsumsi (Indreswari Marissa, dkk, 2008). Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme sel yang normal.

6

Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III (Sulistyoningsih, 2011). 2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu waktu melahirkan dan keadaan ini dipengaruhi pula oleh status gizi ibu pada waktu konsepsi. status gizi ibu sewaktu konsepsi ibu dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum hamil, keadaan kesehatan dan gizi ibu, jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anak pertama, paritas dan usia kehamilan pertama. Status Gizi ibu pada waktu melahirkan ditentukan beradasarkan keadaan sosial dan ekonomi waktu hamil,, derajat pekerjaan fisik, asupan pangan, dan pernah tidaknya terjangkit penyakit infeksi (Arisman, 2008). 2.1.3 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Pada umumnya, pada ibu-ibu yang hamil dengan kondisi kesehatan yang baik, dengan sistem reproduksi yang normal, tidak sering menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada saat hamil, akan menghasilkan bayi yang lebih besar dan lebih sehat daripada ibu-ibu yang kondisinya tidak seperti itu (Dewi, 2009). Kebutuhan gizi selama ibu hamil meningkat karena selain diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu juga diperlukan untuk janin yang dikandungnya. Pemenuhan gizi selama hamil juga diperlukan untuk janin yang dikandungnya dan diperlukan untuk persiapan ASI serta tumbuh kembang bayi Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau zat besi. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih

7

1000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Berikut kebutuhan gizi yang dibutuhkan ibu hamil (Sulistyoningsih, 2011). 1. Energi Umumnya seorang ibu hamil akan bertambah berat badannya sampai 12,5 kg, tergantung dari berat badan sebelum hamil. Rata-rata ibu hamil memerlukan tambahan 300 kkal/hari atau sekitar 15% lebih dari keadaan normal (tidak hamil) atau membutuhkan 2.800-3.000 kkal makanan sehari. Menurut angka kecukupan gizi tahun 2004, penambahan kebutuhan energi per hari bagi ibu hamil pada trimester I adalah 180 kkal, trimester II dan III masing-masing 300 kkal. Total kalori yang dibutuhkan untuk mendapatkan kenaikan berat badan 12,5 kg kira-kira sekitar 80.000 kkal, dari jumlah tersebut sebanyak 36.000 kkal digunakan untuk pembakaran, dan 44.000 kkal sisanya untuk pembuatan jaringan baru. 2. Protein Ibu hamil memerlukan konsumsi protein lebih banyak dari biasanya. Berdasarkan angka kecukupan gizi tahun 2004, selama hamil ibu hamil memerlukan tambahan protein sebesar 17 gram per hari. Hampir 70% protein digunakan untuk pertumbuhan janin yang dikandung. Pertumbuhan dimulai dari pertumbuhan sebesar sel sampai tubuh janin mencapai kurang lebih 3, kg, protein juga diguanakan untuk pembentukan plasma. 3. Vitamin A Vitamin A dibutuhkan oleh ibu hamil namun tidak boleh berlebihan karena dapat menimbulkan cacat bawaan. 4. Vitamin B12

8

Vitamin B12 bersama dengan asam folat berperan dalam sintesis DNA dan memudahkan pertumbuhan sel. Vitamin ini juga penting untuk keberfungsian sel sumsum tulang, sistem persarafan dan saluran cerna. Kebutan vitamin B12 sebesar 3 g per hari. 5. Asam Folat Kebutuhan asam folat selama hamil menjadi dua kali lipat. Asam folat dibutuhkan untuk perkembangan sel-sel muda, pematangan sel darah merah, sintesis DNA, pembentukan heme, dan metabolism energi. 6. Vitamin D Kekurangan vitamin D pada ibu hamil akan mengakibatkan gangguan metabolisme kalsium pada ibu janin. 7. Zat besi Anemia karena kekurangan zat besi masih banyak terjadi di Negara berkembang. Kebutuhan akan zat besi pada ibu hamil meningkat hingga 200300%. Sekitar 1040 mg ditimbun selama hamil, sebanyak 300 mg ditransfer ke janin, 200 mg hilang saat melahirkan, 0-7 mg untuk pembentukan plasenta dan 40 mg untuk pembentukan sel darah merah. Pemberian tablet besi diberikan pada trimester II dan III dan dianjurkan untuk menelan 30-60 mg tiap hari mulai minggu ke 12 kehamilan sampai 3 bulan. 8. Yodium Yodium dapat diperoleh dari air minum dan sumber bahan makanan laut. Kekurangan yodium juga dapat mengakibatkan bayi lahir mati, aborsi serta meningkatkan kematian bayi dan perinatal. Asupan yang dianjurkan adalah 200

9

g. kebutuhan yodium dapat dipenuhi dengan mengonsumsi garam beryodium serta konsumsi bahan makanan yang bersumber dari laut. 9. Kalsium Berdasarkan angka kecukupan gizi tahun 2004, konsumsi kalsium yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah sebanyak 90 mg per hari. Tabel 1. Kebutuhan Vitamin dan Mineral Ibu Kebutuhan Zat Gizi Vitamin Vitamin A Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Niacin (mg) Vitamin B12 (mg) Asam folat (g) Prodoksin (mg) Vitamin C Vitamin D (g) Vitamin E (mg) Vitamin K (g0 Mineral Kalsium (mg) Fosfor (mg) Magnesium (mg) Zat besi/Fe (mg) Seng (mg) Iodium (g) Selenium (g) 800 600 240-270 26 9,8 150 30 + 150 +0 + 30 + 30 + 1,7 + 50 +5 500 1 1,1 14 2,4 400 1,3 75 5 15 55 + 300 + 0,3 + 0,3 + 4,0 + 0,2 + 200 + 0,4 + 10 +0 +0 +0 Tidak Hamil Hamil

(Dikutip dari; Sulistyoningsih, 2011).

10

2.2 Hemoglobin 2.2.1 Pengertian Hemoglobin Sel darah merah atau SDM adalah sel yang paling terbanyak di dalam darah. karena sel ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin, maka dengan sendirinya darah berwarna merah (Sadikin, 2002). Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia. Bergantung pada metode yang digunakan, nilai hemoglobin menjadi sampai 2-3% (Supariasa, 2002). Menurut Manuaba (2001), hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru (Damanik, 2008). Hemoglobin merupakan protein utama tubuh manusia yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan perifer dan mengangkut CO2 dari jaringan perifer ke paru-paru (Martin, 1984 dalam Zulaekha, 2007). 2.2.2 Kadar Hb Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah (Costill, 1998), jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kirakira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen (Evelyn, 2009 dalam Lyza R, 2010). Batas normal nilai hemoglobin untuk akurat

11

seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2008). Tabel 2. Kadar Hemoglobin (Hb) dan Volume Hematokrit (Ht) Sebagai Indikator Anemia Usia/ Jenis Kelamin anak 6 bulan -2 tahun anak 5-11 tahun anak 12-14 tahun pria dewasa wanita tak hamil Ibu Hamil Kadar Hb (gr/L)2 < 110 < 115 < 120 < 130 < 120 < 110 Hematokrit (gr/L) < 0,33 < 0,34 < 0,36 < 0,39 < 0,36 < 0,33

(Dikutip dari: The management of nutrition in major emergencies, WHO 2000 dalam Arisman, 2008).

Pengambilan nilai 11 g/dl sebagai batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan. Seorang wanita hamil yang memiliki Hb kurang dari 11g/100 ml barulah disebut menderita anemia dalam kehamilan. Karena itu, para wanita hamil dengan Hb antara 11 dan 12 g/dl tidak dianggap anemia patologik, akan tetapi anemia fisiologik atau psedoanemia (Supariasa, 2002). 2.2.3 Struktur Hemoglobin Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin; globin sebagai istilah generik untuk

12

protein globular. Ada beberapa protein mengandung heme, dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan paling banyak dipelajari. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen (Wikipedia, 2011). 2.2.4 Fungsi Hemoglobin Dalam sel darah merah hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen (O2). Dengan banyaknya oksigen yang dapat diikat dan dibawa oleh darah, berkat adanya Hb yang terkurung di dalam SDM, pasokan oksigen keberbagai tempat di seluruh tubuh, bahkan yang paling terpencil dan terisolasi sekalipun akan terjamin. akibatnya, berbagai sel dalam tubuh dapat bekerja melakukan fungsinya dengann energi yang cukup (Sadikin, 2002). Fungsi dari haemoglobin adalah pengangkutan O2 dari organ respirasi kejaringan perifer dan penngangkuan CO2 berbagai proton dari jaringan perifer ke organ respirai untuk selanjutnya diekskresikan keluar (Mannuaba, 2001 dalam Damanik, 2008). 2.2.5 Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah : (Zarianis, 2006)

13

2.2.5.1 Kecukupan Besi dalam Tubuh Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan,sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan 0,004 % berat tubuh (6070%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang. Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan

senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja. Pada anak sekolah berdampak pada peningkatan absen sekolah dan penurunan prestasi belajar (WHO dalam Zarianis, 2006). Menurut Kartono J dan Soekatri M, Kecukupan besi yang direkomendasikan adalah jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan

14

cukup besi untuk setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia kekurangan besi.

2.2.5.2 Metabolisme Besi dalam Tubuh Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrincytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran.

2.2.6 Metode dan Cara Pemeriksaan hemoglobin Metode yang digunakan dalam pemeriksaan Hb adalah metode Hemoque. Berikut ini prosedur pemeriksaan Hb yang digunakan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin : 2.1.6.1 Nyalakan - Hemoglobin Hemoque dengan menekan tombol ON. Tunggu hingga layar berkedip-kedip. 2.1.6.2 Bersihkan ujung jari yang akan di ambil darahnya dengan larutan kapas beralkohol.

15

2.1.6.3 Letakkan ujung softlicks pada jari yang akan di ambil darahnya, kemudian tekan softlicks hingga darah keluar, bersihkan darah. 2.1.6.4 Sampel darah dalam tabung kapiler dimasukkan secara cermat ke dalam mikrocuvet. 2.1.6.5 Sampel darah akan bercampur dengan pereaksi kering secara

spontan. mikrocuvet dimasukkan ke dalam alat HemoCue photometer untuk dilakukan pembacaan pada panjang gelombang 565 dan 880 nm. 2.1.6.6 Alat akan menghitung sendiri sehingga angka yang muncul pada layar pembacaan adalah kadar Hb darah yang diperiksa. 2.3 Tinjauan Umum Tentang Anemia 2.3.1 Definisi Anemia Anemia adalah penyakit yang banyak dijumpai dan disebabkan oleh berbagai hal. Akan tetapi, meskipun penyebab anemia bermacam-macam sehingga jenis anemia beraneka ragam pula (Sadikin, 2002). Anemia adalah kondisi yang diakibatkan oleh ketidakmampuan jaringan erythropoetic

mempertahankan konsentrasi hemoglobin yang normal (Indrawati Veni, 2004). Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin menurun sehingga akan mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dari dalam darah berkurang (Dorlan,1996 dalam Damanik, 2009). Anemia merupakan faktor utama dalam kesehatan perempuan, khususnya kesehatan reproduksi di negara berkembang (Brooker S, dkk, 2008).

16

Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan kehamilan (Masrizal, 2007). Menurut Arisman (2008) anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. Anemia dibagi menjadi kategori ringan (tingkat hemoglobin 10-10,9 g/dl), hemoglobin sedang (tingkat hemoglobin 8-9,9g/dl), dan parah (tingkat hemoglobin 100% dikonsumsi hamil per hari ibu Sedang 99% Kurang 70-80 %

Recall

24 Ordinal

80- jam & food frequency

35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu kejadian pada beberapa variabel dan mencari hubungannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu meneliti beberapa variabel yang dilakukan sekali dalam satu kejadian. B. Lokasi dan Waktu Penelitan Lokasi penelitian adalah di Puskesmas Sudiang Raya Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini berlangsung pada bulan X 2011. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berjumlah 412 orang di Puskesmas Sudiang Raya Makassar, Sulawesi Selatan. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang telah memenuhi kriteria Inklusi dan Eksklusi. Rumus untuk mengetahui besar sampel menurut Standley lemeshow yaitu: N.z2.P.Q n= d2 (N 1) + z2.P.Q

36

Keterangan : n = Besar sampel N = Besar populasi Z = Tingkat kemaknaan (1,96) P = Q = Proporsi variabel d = Tingkat kesalahan 5 % = 0.05 (Lemeshow, 1997) D. Metode Sampling Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Teknik Penarikan Sampel Purposive yaitu sampel diambil dari ibu hamil di Puskesmas Sudiang Raya Makassar, Sulawesi Selatan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut : 1. Kriteria Inklusi : 1.1 Ibu hamil trimester II dan III 1.2 Responden tidak menderita penyakit kronis 1.3 Responden yang siap untuk diwawancarai 1.4 Responden yang bersedia diambil darahnya untuk pemeriksaan kadar Hb 1.5 Responden berada di lokasi penelitian pada saat pengumpulan data 2. Kriteria Eksklusi 2.1 Responden yang tidak siap untuk diwawancarai

37

2.2 Responden yang tidak bersedia diambil darahnya untuk pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) 2.3 Responden tidak berada di lokasi penelitian pada saat pengumpulan data. E. Instrumen Penelitian 1. Formulir Food Frequency 2. Formulir Recall 24 jam 3. - Hemoglobin Hemoque 4. Microcuvet 5. Softlicks 6. Kapas dan Alkohol 70% 7. Alat tulis 8. Program Komputer F. Cara Pengumpulan Data 1. Data Primer a. Asupan zat besi dan vitamin C dilakukan dengan cara wawancara kepada ibu hamil dengan menggunakan metode recall 24 jam, dimana responden diminta mengingat seluruh makanan yang dikonsumsi sehari sebelumnya. b. Mengenai responden yang menderita anemia dan tidak anemia diperoleh dengan cara mengambil sampel darah responden yang akan dianalisis dengan menggunakan metode hemoque. 2. Data Sekunder

38

a. Pengumpulan data prevalensi anemia ibu hamil di Dinas Kesehatan Kota Makassar b. Gambaran umum lokasi penelitian di Puskesmas Sudiang Raya Makassar. G. Pengolahan dan Analisis Data a. Pengolahan data dilakukan dengan manual. Data yang terkumpul dilakukan editing dan pengkodean. b. Analisis Data Metode analisis data yang dilakukan sebagai berikut : 1. Analisis Univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan persentase setiap variabel penelitian. 2. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel dependen dan independen dalam bentuk tabulasi silang (crosstab) dengan menggunakan program computer. H. Penyajian Data Data yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk table disertai dengan penjelasannya.

39