BAB II-NEW
-
Upload
masphanggah -
Category
Documents
-
view
252 -
download
2
Transcript of BAB II-NEW
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Manajemen Krisis Studi Kasus Pengelolaan Krisis oleh Public
Relations PT.Telkom Divisi Regional II Jakarta Dalam Kasus
Telkom Speedy Tahun 2004
Penelitian tersebut disusun oleh Novie Amelia dengan Nim:
51401017, mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Kristen Petra Surabaya. Penelitian ini dibuat pada tahun 2005.
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep manajemen
krisis yang digunakan oleh Telkom Divisi Regional II dalam kasus
Telkom Speedy dan membandingkannya dengan teori yang
digunakan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
public relations, krisis, dan manajemen krisis.
2.1.2 Penerapan Manajemen Krisis di Indonesia: Memotret Krisis Dalam
Kacamata Pubilc Relations
Penelitian ini dibuat oleh Marsefio S. Luhukay Mahasiswa
Universitas Kristen Petra Surabaya pada tahun 2008. Public
relations sebagai fungsi manajemen yang proaktif, yang melakukan
upaya pemantauan tren, kejadian, masalah yang mungkin timbul
7
8
dan mengganggu hubungan yang penting dalam perusahaan. Upaya
pemantauan terus-menerus dilakukan oleh Humas melalui
hubungan informal, dan lain-lain, dapat memberikan manfaat yang
besar kepada perusahaan ketika krisis terjadi. Itu sebabnya, PR bisa
dikatakan potret perusahaan. Ini adalah mata, telinga dan pada saat
yang sama, pembicara untuk organisasi. Bila organisasi gemetar,
PR berdiri ke depan, ketika organisasi pada kondisi stabil, hal itu
tetap rajin dalam penelitian dan analisis, ketika perusahaan
bergerak maju, berdiri di belakang, mendukung semua aktivitas
organisasi yang mendukung dan program. Dengan kata lain, Public
Relations adalah suatu keharusan. Ketika krisis terjadi, PR ada
sebagai fasilitator dan mediator antara organisasi dan itu umum. Itu
sebabnya saya ditekankan dalam argumentasi pembukaan saya
yang PR sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi, khususnya di
Indonesia yang, dari sudut pandang saya, masih memberi makna
dan menempatkan PR pada posisi yang sangat berbeda seperti yang
seharusnya.
2.1.3 Manajemen Public Relations Dalam Memelihara Citra Perusahaan
(Studi Deskriptif Analisis Pada Hotel Treva Internasional)
Penelitian tersebut disusun oleh Ria Anggrina dengan
Nim:0541501326. Mahasiswi yang terdaftar di Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Budi Luhur membuat penelitian ini pada
9
tahun 2010. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis data yang
digunakan berupa data primer dan sekunder dengan wawancara
mendalam. Konsep yang digunakan adalah pengertian manajemen,
manajemen public relations, konsep manajemen humas, pengertian
citra, dan pengertian pelanggan.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini
penulis membahas kasus yang berbeda dengan penelitian yang
penulis lihat dari studi pustaka sebelumnya. Literatur sebelumnya
membahas mengenai pengelolaan krisis, dan manajemen humas,
sedangkan skripsi ini mengenai manajemen krisis public relations.
Pada penelitian sebelumnya yang digunakan adalah teori
public relations, krisis, serta manajemen krisis. Pada penelitian
yang penulis buat adalah dengan menggunakan konsep manajemen
krisis dan dilengkapi dengan tahap-tahap krisis dan
penyelesaiannya. Namun tidak hanya itu, mengingat judul dari
penelitian ini adalah manajemen krisis public relations untuk
mengembalikan citra produk kepada khalayak, maka konsep
tentang citra pun dimasukan karena sesuai dengan judul yang
berkenaan dengan citra dan khalayak.
10
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Komunikasi
2.2.1.1 Definisi Komunikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau
berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami.1 Berdasarkan pengertian diatas
maka dapat dipahami bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan agar pesan yang disampaikan dapat
dipahami.
Willbur Schramm berpendapat bahwa
”komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communion
atau common. Bilamana kita mengadakan komunikasi itu
berarti kita mencoba membagikan informasi agar si
penerima maupun si pengirim sepaham atas suatu pesan
tertentu. Jadi esensi komunikasi itu ialah menemukan dan
memadukan si penerima dan si pengirim atas isi pesan
yang khusus.”2
Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante
berpendapat bahwa ”(komunikasi adalah) transmisi
informasi dengan tujuan mempengaruhi khalayak.”3
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, cetakan kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hlm.5852 M. Siahaan, Komunikasi dan Penerapannya, Gunung Mulia, Bandung, 1999, hlm.33 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi suatu pengantar, cetakan kesepuluh, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm.69
11
Laswell pun mengemukakan pendapatnya bahwa
(cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) “Who
Says What In Which Channel To Whom With What
Effect?’’ Atau Siapa Mengatakan Dengan Saluran Apa
Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? 4
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan
suatu proses penyampaian pesan dari komunikator
(source) kepada komunikan (receiver) dengan maksud
tertentu (mengubah tingkah laku komunikan). Proses
dapat diartikan sebagai suatu gejala menunjukan adanya
perubahan di dalam waktu secara berkesinambungan atau
dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang terus menerus.
Dengan demikian komunikasi mencerminkan
suatu proses dimana tujuannya adalah merubah tingkah
laku seseorang dan menimbulkan efek dari kegiatan
komunikasi tersebut. Proses komunikasi yang dilakukan
adalah dengan merubah image negatif yang muncul akibat
kasus yang beredar.
2.2.1.2 Unsur - Unsur Komunikasi
4 Ibid, hlm.69
12
Di samping pengertian komunikasi di atas,
Harold D.Laswell menurunkan lima unsur komunikasi
yang saling bergantung satu sama lain. Kelima unsur
tersebut adalah :
1. Sumber / Pengirim PesanAdalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara.
2. PesanYaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi.
3. Saluran / MediaYakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan : apakah langsung atau lewat media cetak atau media elektronik.
4. PenerimaSering juga disebut sasaran/tujuan, komunikate, penyandi-balik atau khalayak, pendengar, penafsir, yakni orang yang menerima pesan dari sumber.
5. EfekYaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan sikap, perubahan keyakinan, perubahan perilaku dan sebagainya.5
Berdasarkan penjelasan di atas, maka seorang PR
dikatakan sebagai sumber atau komunikator. Dikatakan
5 Ibid
13
demikian karena segala sumber informasi mengenai kasus
yang beredar akan di paparkan melalui media yang
berfungsi sebagai penyalur dari komuniktor. Para
khalayak disebut sebagai komunikator yang menerima
pesan dan menjadi sasaran dari komunikator tersebut. Efek
yang diharapkan adalah terjadinya perubahan sikap dari
penerima pesan setelah mendapat informasi dari pengirim
pesan yang disampaikan melalui media.
2.2.2 Public Relations
Public Relations atau humas merupakan suatu tindakan
manajemen untuk membuat suatu kebijakan yang pada akhirnya
memperoleh suatu pengertian dan kepercayaan dari masyarakat.
Pada bab ini, penulis akan memberikan beberapa definisi humas
atau Public Relations dari beberapa para ahli.
Menurut (British) Institute of Public Relations (IPR),
Public Relations adalah “keseluruhan upaya yang dilakukan secara
terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan
memelihara niat baik (goodwill) dan saling pengertian antara suatu
organisasi dengan segenap khalayak.6
Public Relations (PR) adalah fungsi manajemen yang
membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan
6 Frank Jefkins, Daniel Yadin, Public Relations, Edisi kelima, Erlangga, Jakarta, 2003, hlm.9
14
bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi
kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.7
Berdasarkan keseluruhan definisi PR yang telah
dikemukakan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
humas atau PR selalu menyangkut kepentingan-kepentingan
organisasi. PR juga merupakan suatu tindakan manajemen yang
berarti tidak bisa bekerja sendiri melainkan tim. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memperoleh suatu kebijakan yang pada
akhirnya memperoleh kepercayaan dari masyarakat.
2.2.2.1 Peranan Public Relations
Setelah memahami tentang humas atau public
relations, terdapat peranan yang perlu dipahami oleh
seorang praktisi public relations. Menurut Dozier &
Broom, peranan PR dijelaskan lebih jauh menjadi 4
bagian, yaitu :
1. Expert preciber. PR membantu manajemen dengan
pengalaman dan keterampilannya untuk mencari solusi
dalam penyelesaian hubungan dengan publiknya.
2. Problem solving process fasilitator. PR membantu
kerja manajemen melalui kerjasama dengan bagian lain
7 Cutlip,Scott M,ET AL, Effective Public Relations, Edisi kesembilan,Kencana,Jakarta, 2006,hlm.6
15
untuk menemukan pemecahan masalah yang
memuaskan.
3. Communication fasilitator. PR membantu manajemen
dengan menciptakan kesempatan untuk “mendengar”
apa kata publik dan menciptakan peluang agar publik
penting mendengar apa yang diharapkan manajemen.
4. Communication technician. PR sebagai journalist in
resident yang menyediakan layanan teknis komunikasi
untuk organisasi sedangkan keputusan teknis
komunikasi yang harus dijalankan ditentukan oleh
orang atau bagian lain.8
Jika dihubungkan dengan manajemen krisis, maka
ke empat peranan PR sangatlah tepat. Namun lebih
fokus kepada problem solving process fasilitator.
Karena PR membantu tim manajemen untuk
memecahkan suatu masalah.
2.2.3 Manajemen Public Relations
Bagi praktisi PR peran manajemen sangatlah penting.
Pada bab ini, penulis memberikan penjabaran mengenai
manajemen PR. Kata manajemen di ambil dari kata bahasa inggris
yaitu “manage” yang berarti mengurus, mengelola,
mengendalikan, mengusahakan, memimpin. Pengertian Manajemen
8 Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas, PT. Ghalia Indonesia dengan UMM Press, 2001, hlm.24
16
secara umum “Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari
rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk
menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya”9
Mary Parker Follet mengatakan bahwa pengertian
manajemen adalah “Management is the art of getting thing though
people” yang artinya bahwa manajemen adalah seni untuk
mendapatkan sesuatu dari orang lain.10
Schermerhorn menjelaskan bahwa ada beberapa proses
yang harus dijalankan oleh seorang manajer, yaitu :
1) Planning (Perencanaan), meliputi pemilihan misi dan tujuan organisasi serta cara terbaik untuk mencapainya.
2) Organizing (Pengorganisasian), adalah proses membagi pekerjaan, mengalokasikan sumber daya, dan pengaturan serta koordinasi aktifitas anggota organisasi untuk melaksanakan rencana.
3) Leading (Kepemimpinan), adalah mempengaruhi anggota organisasi agar mereka memberikan kontribusi terhadap tujuan kelompok dan organisasi.
4) Controlling (Pengendalian), adalah pengukuran dan pengkoreksian untuk kerja individu dan organisasi.11
Dari pernyataan diatas, maka penulis menyimpulkan
bahwa manajemen merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
yang dilakukan dengan tahap-tahap perencanaan, pengorganisasian,
9 Revolsirait.com, diakses Jum’at:22 Oktober 2001 jam 17:20
10 Sri Wiludjeng Sp, Pengantar Manajemen, Graha Ilmu, Jakarta, 2007, hlm.3
11 Ibid, hlm.9
17
tindakan, dan pengawasan. Jika dikaitkan dengan public relations
bahwa public relations merupakan bagian dari manajemen karena
pekerjaan tersebut merupakan kerja tim yang diatur dalam satu
kesatuan yaitu manajemen.
Keberhasilan public relations bergantung pada apa yang
dikatakan ataupun dilakukan oleh pimpinan perusahaan.
Kedudukan public relations pada suatu perusahaan memiliki fungsi
pendukung, yang berarti public relations harus memberikan
pandangan, saran, yang mendukung bagian utama. Bagian utama
disini adalah manajemen dan pimpinan dalam mencapai tujuan
perusahaan. Public relations harus berperan dalam proses
pengambilan keputusan terkait persoalan yang memiliki dampak
terhadap hubungan internal ataupun eksternal perusahaan. Tujuan
perusahaan akan berjalan dengan optimal apabila manajemen dan
public relations dapat bekerjasama dengan baik.
2.2.4 Manajemen Krisis Public Relations
Krisis Public Relations adalah peristiwa, rumor, atau
informasi yang membawa pengaruh buruk terhadap reputasi, citra,
dan kredibilitas perusahaan.12 Krisis dianggap sebagai batu
sandungan atau sebagai ujian. Reputasi cemerlang yang dibina
12 Firsan Nova, Crisis Public Relations Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan, Grasindo, Jakarta, 2009, hlm.54
18
dengan susah payah bisa luntur dalam sekejap sebagai akibat krisis
mendadak yang tidak tertanggulangi.
Krisis Public Relations sering disebut sebagai krisis
komunikasi, terjadi karena pemberitaan negatif yang kemudian
berimbas buruk pada bisnis perusahaan. Pemberitaan media atau
isu yang beredar bisa jadi benar atau mungkin saja tidak, tetapi
berpotensi memengaruhi citra seseorang atau perusahaan.13
Manajemen krisis public relations merupakan upaya
organisasi atau perusahaan untuk melihat kecenderungan krisis
atau opini publik yang muncul di tengah masyarakat. Manajemen
krisis juga sebagai upaya yang dilakukan oleh seorang humas atau
public relations untuk memberikan tanggapan atau respon yang
sebaik-baiknya, sebagaimana seorang praktisi PR menyelesaikan
masalah yang terjadi di perusahaan dengan cara yang terkonsep
demi mengembalikan citra yang dijadikan sebagai aset organisasi.
Setiap orgainisasi perlu membentuk sebuah tim
manajemen krisis yang permanen. Sebuah tim manajemen krisis
biasanya terdiri dari seorang direktur, manajer humas, manajer
operasional, petugas keamanan dan pejabat personalia. Tim ini
harus senantiasa siap sedia melakukan tindakan-tindakan drastis
tertentu guna menanggulangi krisis.
Para anggota tim manajemen krisis harus selalu menyadari
bahwa berita-berita buruk bagi mereka atau perusahaannya, justru
13 Ibid, hlm.133
19
merupakan berita baik bagi para jurnalis. Seorang anggota tim
manajemen krisis yang baik tidak akan mengatakan “off the
record”, karena ia tau apa yang harus ia lakukan dan ia katakan
dan apa yang harus ia rahasiakan. Tim manajemen krisis harus
mampu memberikan informasi yang sesuai dengan kenyataan tanpa
memperburuk keadaan atau melunturkan kredibilitas dan reputasi
organisasi/perusahaan yang dinaunginya.
Menurut Linggar Anggoro ada dua macam kemungkinan
krisis yakni
1. Kemungkinan yang paling diperhitungkan. Kemungkinan krisis yang paling diperhitungkan biasanya berkaitan erat dengan karakteristik atau bidang kegiatan yang digeluti oleh suatu organisasi atau perusahaan.
2. Kemungkinan yang paling tidak diperhitungkan. Kemungkinan yang paling tidak diantisipasi adalah krisis-krisis eksternal yang kemungkinan terjadinya sangat kecil namun konsekuensinya tidak kalah berbahayanya.14
Dalam krisis PR, media adalah faktor penting yang dapat
mentransformasikan krisis yang terjadi. Inisiatif atau respon
pertama yang harus dilaksanakan adalah dari tim manajemen krisis
tersebut, bukan oleh media yang datang untuk meliput dan
menyerang dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Akan lebih baik
jika tim mengundang kalangan media dan secara terbuka
menceritakan segala sesuatu yang terjadi.
14 M. Linggar Anggoro, Teori &Profesi Kehumasan, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hlm.273
20
Dalam bukunya, Firsan Nova menjeaskan lebih rinci
dalam bentuk bagan berikut ini:
Bagan Krisis PR
Penjelasan dari bagan diatas adalah bahwa krisis dibentuk
menjadi 9 bagian yaitu
1. Krisis bencana alam
2. Krisis kecelakaan industri
3. Krisis kegagalan produk
4. Krisis persepsi publik
5. Krisis hubungan industri
6. Krisis manajemen bisnis
7. Krisis persitiwa kriminal
8. Krisis pergantian manajemen
9. Krisis pengambilalihan manajemen
Types of Crisis1. Natural Disaster Crisis2. Industrial Accidents
Crisis3. Product Failure Crisis4. Public Perception Crisis5. Industrial Relation Crisis6. Business Management
Crisis7. Criminal Event Crisis8. Management Turnover
Crisis9. Hostile Takeover Crisis
Affect your reputation, image, or credibility in negative way
Stimulate Extensive- News- Media
Coverage
Public
21
Dari ke sembilan bentuk krisis tersebut, dapat dirangsang
secara luas melalui berita dan media. Dan dari berita yang melalui
media tersebut tentunya untuk dapat menjangkau publik. Tujuan
dari menjangkau publik adalah untuk dapat mempengaruhi
reputasi, citra, dan kredibilitas dalam konteks yang negatif.
Sehingga pemberitaan menjadi lebih kearah yang positif. Inti dari
kesembilan krisis itu adalah ada pada publik yang bisa memberikan
persepsinya melalui pemberitaan di media.
2.2.5 Citra
Definisi citra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah ”gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi,
perusahaan, organisasi, atau produk”.15
Menurut Bill Canton dalam Sukatendel (1990)
mengatakan bahwa citra adalah ”image the impression, the feeling,
the conception which the public has of a company: a concioussly
created created impression of an object, person or organization”
(citra adalah kesan, perasaan, gambaran dari publik terhadap
15 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Balai Pustaka, Jaka rta, 2002, hlm. 216
22
perusahaan; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu
obyek, orang atau organisasi).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra merupakan
gambaran atau kesan yang yang muncul terhadap suatu hal baik itu
pribadi, perusahaan, produk, kebijakan dan jasa-jasa dari statu
perusahaan/organisasi. Perusahaan/organisasi tersebut benar-benar
bertujuan untuk mengembalikan citra yang positif dimata publik
dan juga para kompetitornya.
2.2.5.1 Jenis - Jenis Citra
Dalam pembagian jenis-jenis citra, Linggar
Anggoro mengelompokan jenis-jenis citra yang terbagi
menjadi 5, yaitu:
1. Citra BayanganAdalah citra yang melekat pada orang dalam atau angggota-anggota organisasi. Biasanya adalah pemimpinnya mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Citra ini cenderung positif, bahkan terlalu positif, karena kita biasa membayangkan hal yang serba hebat mengenai diri sendiri.
2. Citra yang BerlakuAdalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.
3. Citra HarapanAdalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Biasanya citra harapan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada, walaupun dalam kondisi tertentu citra yang terlalu baik juga bisa merepotkan.
4. Citra PerusahaanAdalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanan jasa.
5. Citra Majemuk
23
Adalah citra yang terbentuk dari peran dan prilaku masing-masing unit/individu di dalam suatu perusahaan, sehingga secara sengaja atau tidak mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.16
2.2.5.2 Citra Produk Sebagai Bagian Dari Citra Harapan
Citra harapan merupakan citra yang diharapkan oleh
manajemen walaupun tidak sama dengan citra yang
sebenarnya. Sedangkan citra produk dapat diartikan
sebagai gambaran pada suatu produk yang dihasilkan oleh
organisasi/perusahaan. Ketika suatu produk sudah
mendapatkan kesan yang baik dimata masyarakat, maka
tanggung jawab terhadap kualitas produk menjadi lebih
besar. Citra produk yang dimaksudkan disini adalah
terciptanya kembali kesan yang positif terhadap produk
yang sempat tercemar karena isu yang beredar. Itulah
mengapa citra produk merupakan sebagai bagian dari citra
harapan.
2.2.6 Khalayak
Kata jamak “khalayak” (public) lazim digunakan dalam
humas. Namun maknanya bukan masyarakat secara keseluruhanm
16 Op.Cit, hlm.59
24
melainkan kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat yang
penting atau berkepentingan dengan perusahaan.
Definisi khalayak menurut M.Linggar Anggoro adalah
“kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu
organisasi, baik secara internal maupun eksternal.”17 Istilah
khalayak sengaja dituangkan dalam istilah bermakna majemuk,
yakni public. Hal ini dikarenakan berbeda dari yang diindikasikan
oleh definisi dari beberapa kamus tertentu. Kegiatan humas tidak
diarahkan dalam pengertian yang seluas-luasnya (masyarakat
umum).
Meskipun khalayak dari suatu organisasi/perusahaan
sangat boleh berbeda dari khalayak organisasi/perusahaan lainnya,
tetapi dapat diidentifikasikan adanya kesembilan khalayak utama
yang paling sering menjadi subjek khalayak dari berbagai macam
organisasi secara umum. Kesembilan khalayak yang utama tersebut
adalah:
1. Masyarakat umum2. Calon pegawai / anggota3. Pegawai / anggota4. Mitra usaha pemasok jasa atau berbagai macam barang
yang merupakan kebutuhan rutin dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan
5. Para investor (pasar uang), kalangan perbankan, dan pemegang saham
6. Para distributor7. Konsumen dan pemakai produk organisasi8. Para pemimpin pendapat umum9. Pemerintah18
17 Ibid, hlm.18
25
Meskipun khalayak humas itu lebih besar daripada target
khalayak yang bisa dibidik oleh sebuah biro iklan, sebenarnya
masih banyak lagi khalayak humas lainnya. Kesembilan khalayak
utama diatas dapat dikatakan bahwa mereka adalah konsumen dari
produk yang diproduksi oleh perusahaan karena mereka juga
merupakan target pengguna ataupun pengonsumsi.
James Gruning mengkategorikan khalayak menjadi 4
bagian, yaitu:
1. Bukan Khalayak (nonpublics)yaitu orang-orang yang tidak berhadapan dengan masalah atau situasi yang dihadapi organisasi atau perusahaan.
2. Khalayak tersembunyi (Latent publics)yaitu orang-orang yang tidak menyadari hubungan atau keterkaitan dengan organisasi atau perusahaan sehubungan dengan situasi atau masalah yang tengah dihadapi.
3. Khalayak sadar (aware publics)yaitu orang-orang yang mengetahui bahwa mereka bersama-sama dengan pihak lainnya memiliki hubungan atau keterkaitan dengan organisasi atau perusahaan. Mereka terpengaruh atau terlibat dengan masalah yang timbul, namun mereka belum melakukan komunikasi satu sama lain.
4. Khalayak aktif (active publics)yaitu orang-orang yang mengetahui bahwa mereka memiliki hubungan atau keterkaitan dengan organisasi atau perusahaan. Mereka bersama pihak lainnya juga terpengaruh atau terlibat dengan masalah yang timbul dan telah melakukan komunikasi satu sama lainnya serta akan melakukan sesuatu terkait dengan masalah yang muncul.19
18 ibid, hlm.19
19 Morissan, Manajemen Public Relations Strategi Menjadi Humas Profesional, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2008, hlm.162
26
Praktisi public relations adalah salah satu pihak yang turut
serta bersaing dalam memperebutkan perhatian khalayak. Dari ke
empat macam khalayak diatas merupakan sasaran dari seorang
praktisi PR untuk membenahi krisis. Karna krisis itu tidak
diketahui oleh publik saja melainkan lingkungan internalnya juga.
Bukan khalayak juga berpengaruh pada krisis yang terjadi
di perusahaan/organisasi, karena ia bisa mempengaruhi khalayak
lain untuk memberikan persepsinya yang didapatkan melalui
pemberitaan di media.
2.3 Kerangka Pemikiran
Yang menjadi isi kerangka pemikiran peneliti dalam penelitian
kasus ”Manajemen Krisis PR PT. Indofood dalam Menggembalikan Citra
Produk Kepada Khalayak” adalah :
PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR
“ INDOMIE”
Krisis yang Terjadi :Mengandung bahan yang melebihi
takaran yang disarankan
Manajemen Krisis
Public Relations
Pengembalian citra