BAB I MTP

24
BAB I STRATEGI PERANCANGAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki kebutuhan masing-masing berupa kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan berbagai jenis barang-barang yang dapat memudahkan kebutuhan manusia. Saat ini pemakaian barang-barang yang terbuat dari bahan baku plastik semakin meningkat. Plastik memiliki kelebihan-kelebihan yang lebih unggul dibandingkan logam ataupun kayu. Berbagai produk dan peralatan yang dihasilkan dari bahan ini dinilai lebih ekonomis, tidak mudah pecah, fleksibel (mudah dibentuk), ringan serta proses pengerjaannya yang lebih sederhana. Plastik merupakan bentuk dari polimer, yang tersusun atas monomer-monomer yang berulang dan berbahan dasar olefin seperti propylene. Propylene berupa produk intermediet dari olefin, yang merupakan bahan baku industri petrokimia yang digunakan luas untuk memproduksi produk-produk polypropylene. Polypropylene inilah yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan plastik jenis PP yang banyak digunakan di masyarakat dan memiliki harga yang cukup tinggi. Polypropylene digunakan dalam berbagai macam produk untuk pembuatan plastik kemasan makanan, perabot rumah tangga,

description

bab 1 rp tentang methanol to propylene

Transcript of BAB I MTP

BAB ISTRATEGI PERANCANGAN1.1 Latar BelakangSetiap manusia memiliki kebutuhan masing-masing berupa kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan berbagai jenis barang-barang yang dapat memudahkan kebutuhan manusia. Saat ini pemakaian barang-barang yang terbuat dari bahan baku plastik semakin meningkat. Plastik memiliki kelebihan-kelebihan yang lebih unggul dibandingkan logam ataupun kayu. Berbagai produk dan peralatan yang dihasilkan dari bahan ini dinilai lebih ekonomis, tidak mudah pecah, fleksibel (mudah dibentuk), ringan serta proses pengerjaannya yang lebih sederhana. Plastik merupakan bentuk dari polimer, yang tersusun atas monomer-monomer yang berulang dan berbahan dasar olefin seperti propylene.Propylene berupa produk intermediet dari olefin, yang merupakan bahan baku industri petrokimia yang digunakan luas untuk memproduksi produk-produk polypropylene. Polypropylene inilah yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan plastik jenis PP yang banyak digunakan di masyarakat dan memiliki harga yang cukup tinggi. Polypropylene digunakan dalam berbagai macam produk untuk pembuatan plastik kemasan makanan, perabot rumah tangga, karung, komponen otomotif, peralatan elektronik, peralatan kesehatan dan aplikasi-aplikasi lainnya.Umumnya propylene diproduksi dengan menggunakan sistem cracking naphta dengan furnace. Sistem ini membutuhkan bahan baku utama berupa naphta yang merupakan fraksi ringan yang didapat dari distilasi minyak bumi. Prinsip dari reaksi cracking ini adalah memecah ikatan, sehingga akan dibutuhkan banyak energi untuk memproduksi olefin, khususnya propylene. reaksi berlangsung secara endoterm sehingga beroperasi pada suhu yang tinggi berkisar 800oC-850oC dengan tekanan rendah. Namun, perbandingan propylene dan ethylene yang dihasilkan masih terlalu rendah berkisar 0,4 (w/w).Perusahaan petrokimia di Indonesia yang saat ini memproduksi propylene dari bahan baku naphta adalah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dengan kapasitas produksi sebesar 320.000 ton/tahun, serta Pertamina RU VI Balongan dengan kapasitas produksi 230.000 ton/tahun. Naphta yang digunakan sebagai bahan baku ada yang berasal dari domestik maupun impor dari beberapa negara seperti Timur Tengah dan India. Minyak bumi yang merupakan sumber naphta saat ini semakin terbatas jumlahnya. Selain itu, kondisi saat ini naphta memiliki harga yang cukup tinggi. Jika dilihat dari kedua hal tersebut, maka dibutuhkan bahan baku alternatif yang ketersediaanya masih berlimpah diantaranya, yaitu methanol. Methanol bisa didapatkan dari gas alam, dari hasil gasifikasi batubara ataupun dari biomass. Menurut data kementerian ESDM tahun 2012 dalam Outlook Energi Indonesia 2014 yang dikeluarkan oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik), tetapi juga untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih melimpah, terutama di Kalimantan dan Sumatera. Selain itu, ketersediaan pasokan gas alam dalam negeri juga sangat besar. Selain penggantian bahan baku, proses cracking naphta beroperasi pada suhu tinggi, sehingga dibutuhkan bahan bakar dan energi yang besar sehingga biaya produksi akan semakin tinggi pula. Sehingga, perlu adanya pengembangan teknologi terbaru untuk menghasilkan propylene dengan biaya produksi dan energi yang lebih ekonomis, dan tentunya dengan penggunaan methanol sebagai bahan bakunya, yaitu teknologi MTP.Teknologi MTP (methanol to propylene) telah memberikan perhatian besar dalam industri propylene selama beberapa tahun terakhir. Teknologi ini merupakan teknologi untuk memproduksi propylene dengan bahan baku berupa methanol. Methanol ini dapat dikonversi menjadi propylene yang akan direaksikan lebih lanjut untuk memproduksi polypropylene.MTP Process

Gambar 1. Diagram alir umum industri propylene dari hulu ke hilir.Saat ini, beberapa perusahaan di China yang menggunakan teknologi MTP dalam memproduksi propylene, diantaranya terdapat 2 perusahaan besar yaitu Datang International Power Generation dengan kapasitas produksi 470 ktpa propylene dan Shenhua Ningxia Coal Industrial Group dengan kapasitas produksi propylene 500 ktpa.Propylene yang dihasilkan dari proses MTP memiliki kualitas yang tinggi yang sesuai dengan persyaratan produk polimer, dan dapat menghemat konsumsi energi dan biaya serta menghasilkan konversi propylene yang tinggi berkisar >99%. Biaya dari bahan baku serta biaya produksi yang dibutuhkan tidak sebesar dalam proses cracking naphta karena ketersediaan bahan baku yang masih berlimpah dengan harga yang tidak terlalu tinggi dibandingkan naphta. Selain itu, proses MTP ini menggunakan suhu operasi yang tidak terlalu tinggi berkisar 425oC, sehingga biaya produksi dan konsumsi energi tidak terlalu besar. Penggunaan teknologi MTP ini diharapkan tetap dapat memenuhi kebutuhan propylene di Indonesia dengan konsumsi biaya dan energi yang lebih ekonomis.1.2 Penetapan Kapasitas ProduksiAda beberapa pertimbangan dalam pemilihan kapasitas pabrik MTP. Penentuan kapasitas pabrik dengan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut :

1. Kebutuhan dan kapasitas produksi propylene di Indonesia.Inaplas (Asosiasi Industri Olefin dan Plastik Indonesia) memprediksi kebutuhan propylene yang merupakan bahan baku pembuatan plastik pada 2017 diprediksi akan mencapai 1,16 juta ton (www.kemenperin.go.id). Kapasitas propylene yang ada di dalam negeri baru mencapai 230.000 ton/tahun yang diproduksi Pertamina RU VI di Balongan dan 320.000 ton/tahun yang diproduksi PT Chandra Asri Petrochemical,Tbk. Saat ini PT Chandra Asri Petrochemical,Tbk berencana untuk melakukan ekspansi yang didorong oleh minimnya produksi propylene di Indonesia. Kapasitas produksi yang baru berupa 440.000 ton/tahun propylene, diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2015. Proyek ekspansi ini dipersiapkan untuk membantu memenuhi kebutuhan propylene di Indonesia. Kebutuhan propylene di masa mendatang yang tidak terpenuhi, akan dilakukan pengimporan dari luar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik, proyeksi kebutuhan propylene diperkirakan akan semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dari Tabel data impor, ekspor dan kapasitas produksi berikut ini :Tabel 1. Data kebutuhan propylene di Indonesia periode 2010-2013Tahunkapasitas produksi, kton/tahunkapasitas impor, kton/tahunkapasitas ekspor, kton/tahunKebutuhan, kton/tahun

2010550224,944984,43453680,51

2011550233,936841,14858732,79

2012550292,382835,41529796,97

2013550185,55795,678719,88

(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015)Analisa secara metode Least Square untuk memperkirakan kapasitas produksi propylene adalah sebagai berikut : Metode Least SquarePada metode least square persamaan yang digunakan sama seperti regresi linier pada metode grafik, yaitu: y= ax + b.a. Perkembangan impor propylene Tabel 2. Data Perhitungan proyeksi kebutuhan impor propylene dengan metode Least SquareNoTahun (x)Berat (y)x.yx2

12010224,944998452139,4464040100

22011233,936835470446,97524044121

32012292,382805588274,20374048144

42013185,557959373528,17154052169

Total80461205,99352425153,15616184534

Maka diperoleh persamaan sebagai berikut:

b. Perkembangan ekspor propylene Tabel 3. Data Perhitungan proyeksi kebutuhan ekspor propylene dengan metode Least SquareNoTahun (x)Berat (y)x.yx2

1201084,434537169713,44040100

2201141,14858182749,84044121

3201235,41529671255,584048144

420135,67811429,814052169

total8046166,676414335148,616184534

Maka diperoleh persamaan sebagai berikut:

Berdasarkan kedua persamaan tersebut, diperoleh proyeksi kebutuhan propylene untuk 7 tahun yang akan datang yaitu :Tabel 4. Proyeksi kebutuhan propylene menggunakan Least SquareTahunkapasitas produksi, kton/tahunkapasitas impor, kton/tahunkapasitas ekspor, kton/tahunKebutuhan, kton/tahun

2014550213,308-17,8781,108

2015670203,33-42915,33

2016670193,352-66,2929,552

2017670183,374-90,4943,774

2018670173,396-114,6957,996

2019670163,418-138,8972,218

2020670153,44-163986,44

Berdasarkan metode least square diperoleh proyeksi jumlah kebutuhan propylene pada tahun 2020 sebesar 986.440 ton/tahun. 2. Ketersediaan Bahan BakuUntuk menjamin kontinuitas produksi pabrik, bahan baku harus mendapatkan perhatian yang serius dengan tersedia secara periodik dalam jumlah yang cukup. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan propylene adalah methanol yang diperoleh dari Brunei Methanol Company, Sdn,.Bhd dengan kapasitas 850.000 ton/tahun serta PT Kaltim Methanol Indonesia dengan kapasitas 660.000 ton/tahun yang berlokasi di Kalimantan Timur.3. Kapasitas Pabrik yang Sudah AdaBeberapa perusahaan yang menggunakan teknologi MTP dalam memproduksi propylene, yaitu :Tabel 5. Data kapasitas produksi propylene dari beberapa perusahaan.PerusahaanKapasitas Produksi

Datang International Power Generation470.000 ton/tahun

Shenhua Ningxia Coal Industrial Group500.000 ton/tahun

Dari data di atas, perkiraan kebutuhan propylene pada tahun 2020 adalah 986.440 ton atau setara dengan 1 juta ton propylene dengan perkiraan kapasitas produksi propylene yang sudah ada pada tahun tersebut 670.000 ton. Karena pertimbangan dari data-data tersebut, maka ditentukan kapasitas perancangan sebesar 300.000 ton/tahun propylene. Kapasitas perancangan ini dimaksudkan untuk memenuhi setidaknya 30 % kebutuhan propylene di Indonesia. 1.3 Bahan Baku dan Produk1.3.1 Bahan BakuAdapun bahan baku yang dibutuhkan dalam proses pembuatan propylene dari methanol (MTP) sebagai berikut :a. MethanolMethanol merupakan salah satu bahan baku utama yang dapat digunakan dalam proses pembuatan propylene. Berikut ini adalah spesifikasi methanol yang digunakan :

Tabel 6. Spesifikasi MethanolNoPhysical PropertiesValue

1.PhaseLiquid

2.ColorColorless

3.Molecul Weight (gr/mol)34,04

4.OdorSlight alcohol

5.Specific Gravity (air=1,0)0,792

6.Boiling Point (oC)64,7

7.Surface Tension at 25oC (mN/m)97

8.Flash Point (oC)11

9.Vapor pressure at 25oC, (Kpa)16,96

10.Density at 25oC, g/ml0,7866

11.Specific heat of liquid at 25oC (J/gr.K)2533

(Sumber : Kirk Othmer, 1981)b. Katalis Katalis yang digunakan dalam proses pembuatan olefin dari methanol adalah ZSM-5 yang memiliki karakteristik sebagai berikut:Tabel 7 . Spesifikasi ZSM-5No.Physical PropertiesValue

1.ShapeColumn (pelletized)

2.Dimension22-10mm

3.ColorTan

4.SiO2/Al2O2Molar Ratio38

5.Bulk Density~0.72 kg/l

6.Pore Volume (ml/g)0,25

7.Specific Surface Area250m2/g

8.Crushing Strength98 N/cm2

(sumber : MSDS Advanced Chemicals Supplier Material)1.3.2 ProdukProduk yang dihasilkan berupa Propylene (C3H6), berikut spesifikasi dari propylene :Tabel 8. spesifikasi PropyleneNoPhysical PropertiesValue

1.PhaseGas

2.ColorColorless

2.Molecul Weight (gr/mol)42

3.OdorSweetish

4.Boiling Point at 760 mmHg (oC)-47,6

5.Melting Point (oC)-185,2

6.Flash Point (oF)-107,8

7.Vapor Pressure at 25oC, (kPa)1020

8.Density, g/ml0,612

(Sumber : Propylene safety data sheet Praxair)1.4 LokasiLokasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam mendirikan dan merancang sebuah pabrik. Hal ini yang merupakan salah satu masalah pokok dalam menentukan keberhasilan dari pabrik, terutama yang berada pada aspek ekonomi pabrik yang akan didirikan. Penempatan pabrik yang akan didirikan harus mencakup penentuan kelangsungan produksi dan laba. Selain itu lokasi yang akan dipilih harus dapat memberikan adanya kemungkinan perluasan areal pabrik serta memberikan keuntungan pada jangka panjang.Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi secara teknis dan ekonomis pada pabrik yang akan didirikan akan memberikan keuntungan antara lain ketersediaan sumber bahan baku, pemasaran produk, ketersediaan listrik, ketersediaan air, jenis tranportasi dalam pemasaran produk maupun transportasi bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, keadaan masyarakat dan karakterisitik lokasi dari pabrik yang akan didirikan.Setelah mempelajari dan menimbang beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik, maka ditetapkan lokasi pabrik methanol to propylene didirikan di kawasan industri Bontang, komplek pupuk kaltim, Kalimantan Timur dengan alasan sebagai berikut:1. Bahan BakuBahan baku methanol yang diperlukan berasal dari Brunei Methanol Company Sdn. Bhd di Sungai Liang Industrial Park (SPARK) Kg. Sungai Liang Daerah Belait KC1135 Negara Brunei Darussalam dengan kapasitas 850.000 ton/tahun yang merupakan penghasil methanol yang cukup besar. Selain itu terdapat penghasil methanol terbesar di Indonesia yaitu PT Kaltim Methanol Indonesia dengan kapasitas produksi 660.000 ton/tahun yang bertempatan di Kalimantan Timur. Kapasitas pabrik methanol to propylene yang kami buat sebesar 300.000 ton/tahun, maka Brunei Methanol Company Sdn. Bhd dan PT Kaltim Methanol Indonesia dapat memenuhi kebutuhan bahan baku methanol kami.2. PemasaranPemasaran produk propylene untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tersebar di daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan daerah lain di Indonesia. Untuk pemasaran produk perlu diperhatikan letak pabrik dengan pasar yang membutuhkan produk tersebut guna menekan biaya pendistribusian ke lokasi pasar dan waktu pengiriman. Produk propylene ini ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, seperti di Provinsi Banten dan Jawa. Produk propylene ini akan diutamakan kepada PT Polytama Propindo di Indramayu. Selain itu dipasarkan kepada pabrik polimer lain untuk mengurangi kebutuhan impor dalam negeri.3. UtillitasUtilitas yang dibutuhkan adalah keperluan tenaga listrik, air dan bahan bakar. Kebutuhan tenaga listrik didapat dari PLTU setempat dan dari generator pembangkit yang dibangun sendiri. Kebutuhan air dapat diambil dari PAM setempat, sedangkan kebutuhan bahan bakar dapat diperoleh dari Pertamina dan distributornya sebagai pemasok bahan bakar solar.4. Tenaga KerjaTenaga kerja di Bontang, Kalimatan Timur yang dibutuhkan banyak tersedia baik tenaga kerja menengah dan buruh, namun untuk tenaga ahli dapat didatangkan dari pulau jawa. Sehingga kebutuhan tenaga kerja dianggap mudah untuk dicukupi. Tenaga ahli juga dapat didatangkan dari luar negeri jika diperlukan.5. Sarana TransportasiPengangkutan bahan baku menuju lokasi cukup mudah mengingat fasilitas pelabuhan yang dimiliki komplek industri Bontang dekat dengan pesisir pantai dan dekat dengan jalan raya sehingga akses pengiriman bahan baku dan produk dapat mudah.Faktor Sekunder1. Limbah Buangan PabrikGas buangan pabrik dibuang dengan cara dibakar terlebih dahulu (flare) karena masih mengandung sisa reaktan berupa karbon monoksida yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Air pendingin yang telah dipakai didinginkan kembali melalui cooling tower dengan melalui pretreatment terlebih dahulu. Sedangkan limbah cair yang mengandung bahan kimia yang berasal dari proses terlebih dahulu masuk kedalam waste water treatment sebelum dialirkan ke saluran pembuangan.2. Kebijakan PemerintahSesuai dengan kebijaksanaan pengembangan industri, Pemerintah telah menetapkan daerah Bontang, Kalimantan Timur sebagai kawasan industri yang terbuka bagi investor asing. Pemerintah sebagai fasilitator telah memberikan kemudahan-kemudahan dalam perizinan, pajak dan hal-hal lain yang menyangkut teknis pelaksanaan pendirian suatu pabrik.

3. Tanah dan IklimPenentuan suatu kawasan industri terkait dengan masalah tanah yaitu tidak rawan terhadap bahaya tanah longsor, gempa maupun banjir. Jadi, pemilihan lokasi pabrik di kawasan industri Bontang, Kalimantan Timur sudah tepat, walaupun masih diperlukan kajian lebih lanjut tentang masalah tanah sebelum pabrik didirikan. Kondisi iklim di Bontang, Kalimantan Timur seperti iklim di Indonesia pada umumnya dan tidak membawa pengaruh yang besar terhadap jalannya proses produksi.4. Keadaan MasyarakatMasyarakat di daerah industri akan terbiasa untuk menerima kehadiran suatu pabrik di daerahnya, selain itu masyarakat juga akan dapat mengambil keuntungan dengan pendirian pabrik ini, antara lain dengan adanya lapangan kerja yang baru maupun membuka usaha kecil di sekitar lokasi pabrik.

Gambar 2. Peta lokasi rencana pembangunan pabrik

Gambar 3. Peta lokasi Bontang dan sekitarnya

Gambar 4. Lokasi pembangunan pabrik

1.5 Pemilihan ProsesTerdapat tiga licenser yang mengembangkan teknologi methanol to propylene di dunia, diantaranya MTPby Lurgi, MTO/UOP dan DTP. 1. steamMTP by Lurgi

25% unreacted MeOH

DME reactorRefiningPropyleneCO2WaterGasolineMeOHMTP reactor

99%propylene75%DME and water

Rec Heavier olefins

Gambar 5. Proses Methanol to PropyleneMethanol yang menjadi umpan pada reaktor DME dipanaskan hingga temperatur 260oC. Adiabatic DME pra-reaktor mengkonversi methanol menjadi 75% (DME dan air) dan 25% un-reacted methanol. Keluaran dari DME reaktor akan dipanaskan hingga temperatur 470oC sebelum diumpankan ke MTP reaktor yang berisi 6 bed. Methanol, DME dan air diumpankan kedalam reaktor MTP bersama dengan steam dan recycle olefins. Kondisi pada reaktor dapat dijaga dengan cara mengumpankan fresh feed dengan aliran yang kecil diantara tiap-tiap bed. Dua reaktor beroperasi secara paralel sedangkan reaktor ketiga adalah regenerasi atau stand-by mode. Regenerasi katalis diperlukan setelah sekitar 500-600 jam waktu siklus ketika sisi aktif katalis telah tertutup oleh coke yang terbentuk oleh reaksi samping. Regenerasi menggunakan diluted air dengan kondisi operasi hampir mendekati suhu operasi, hal ini untuk mencegah stress termal pada katalis. Keluaran reaktor MTP didinginkan untuk memisahkan propylene dengan cairan organik dan air. Setelah itu propylene dikompresi untuk dipisahkan dari impuritisnya seperti karbondioksida, air dan DME. Cairan organik akan diolah kembali menjadi heavier olefins, gasoline dan fuel gas pada unit refining. Heavier Olefins yang terbentuk akan diproses kembali kedalam reaktor MTP untuk meningkatkan yield propylene. Sedangkan air yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai process water.2. UOP dan INEOS GroupProses MTO lainnya dikembangkan oleh UOP dan INEOS Group dengan Teknologi bernama UOP/Hydro MTO. Namun, penggunaan metode ini tidak hanya menghasilkan produk propylene saja, tetapi menghasilkan ethylene juga. Peningkatan selektivitas ethylene dan propylene dicapai dengan menggabungkan proses MTO dengan proses craking olefins (OCP) yang dikembangkan bersama dengan Total Petrochemical. Saat ini, terdapat empat perusahaan besar yang menggunakan Teknologi UOP/Hydro MTO dalam memproduksi Olefin, khususnya propylene, yaitu :1. Wison (Nanjing) Clean Energy Company, Ltd yang terletak di Jiangsu, dengan kapasitas 160.000 ton/tahun propylene.2. Jiutai Energy (Zhungeer) Company, Ltd yang terletak di Ordos, dengan kapasitas 300.000 ton/tahun propylene.3. Shandong yangmei hengtong Chemicals Company, Ltd yang terletak di Shandong, dengan kapasitas 180.000 ton/tahun propylene.4. Jiangsu-Sailboat yang terletak di Lianyungang, Jiangsu, dengan kapasitas 300.000 ton/tahun propylene.Berikut ini adalah diagram alir proses teknologi UOP/Hydro MTO yang terintegrasi dengan Olefin Cracking Process (OCP) yang dikembangkan oleh Total Petrochemical:

Gambar 6. Proses UOP/Hydro MTO

3. Dimethyl To Propylene (DTP)Dimethyl to propylene (DTP), proses ini dikembangkan oleh perusahaan oleh JGC corporation (Japan Gasoline Co., Ltd) dan belum diuji secara komersial pada industri saat ini. JGC Corporation bekerjasama dengan Mitsubishi Chemical Corporation dan mendirikan proses DTP yang menghasilkan propylene dengan yield yang tinggi yang diproduksi menggunakan dimethyl ether (DME) atau methanol yang dihasilkan dari gas alam atau sumber lain seperti biomasa sebagai umpan proses. Proses ini tidak hanya memakai DME, tetapi juga memakai methanol mentah. Katalis yang dipakai pada proses DTP ini adalah ZSM-5 tipe zeolite yang memastikan selektivitas propylene yang tinggi dan kinerja yang stabil.Reaktor yang dipakai pada proses ini yaitu fixed bed reactor. Teknologi yang dikenalkan oleh JGC corporation dan MCC merupakan teknolgi terbaru setelah MTP yang telah dikenalkan.

Gambar 7. Proses Dimethyl to propyleneKetiga licenser diatas memiliki beberapa perbedaan yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini :Tabel 9. Perbedaan Teknologi Methanol to propylene dari ketiga lisensiProsesMTOMTPDTP

CompanyUOP/HYDROLurgiJGC / Mitsubishi Chemical

CatalystModification SAPO-34Modification ZSM-5Modification ZSM-5

Process Description

Reactor SystemFluidized BedFixed BedFixed Bed

RegenerationBerkelanjutanBatchBatch

RecycleNoOlefin and WaterOlefin and Paraffin

Conversion [%]99.6%>99>99.9

Operation Conditions

Suhu.[ oC]350-550425450-550

Tekanan [bar-g]1-31.52.0

Ethylene48-31--

Propylene34-4565>70

Plant SiteYesYesNo

Dari ketiga teknologi yang sebelumnya telah dijelaskan, teknologi MTP by Lurgi yang akan dipilih dalam proses pembuatan pabrik MTP ini, dengan pertimbangan sebagai berikut :1. Mendapatkan konversi propylene yang besar dengan produk samping yang sedikit. Selain itu pemanfaatan olefin yang di-recycle, dapat meningkatkan konversi propylene yang dihasilkan.2. Konsumsi katalis yang rendah.3. Pemakaian energi yang sedikit.4. Temperatur dan tekanan operasi reaktor yang tidak terlalu tinggi berkisar antara 425oC, dan 1,5 bar-g.