Bab I - diklatpimiv.files.wordpress.com fileSektor moneter-perbankan, dan karenanya juga kebijakan...

36
Bab I

Transcript of Bab I - diklatpimiv.files.wordpress.com fileSektor moneter-perbankan, dan karenanya juga kebijakan...

Bab I

L a t a r B e la k a n g

PENDAHULUANPENDAHULUAN

Syarat A, B, …Syarat A, B, …

PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIAPEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

MONETERMONETER PERBANKANPERBANKAN

Dibutuhkan berbagai syarat untuk mendukung

Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di

Indonesia menuntut berbagai prasyarat untuk mencapai keberhasilannya.

Salah satunya adalah keterlibatan sektor moneter dan perbankan, yang

merupakan salah satu unsur penting dalam proses pembangunan tersebut.

Bahkan sebagian masyarakat sering berharap terlampau banyak dari

sektor moneter dan perbankan dalam memecahkan berbagai masalah

ekonomi, termasuk masalah yang timbul dari krisis ekonomi yang melanda

Indonesia dewasa ini. Kebijakan moneter dan perbankan sering dipandang

mempunyai kekuatan yang lebih dari apa yang secara efektif dapat

dicapai dengan kebijakan tersebut. Disatu sisi hal ini dapat dipahami

mengingat sektor moneter dan perbankan memang mempunyai fungsi yang

mampu memberi pelayanan pada bekerjanya sektor riil; baik kegiatan

investasi, produksi, distribusi maupun konsumsi. Namun, sampai pada tahap

tertentu, harapan yang terlalu banyak tersebut perlu diluruskan …

Sektor moneter-perbankan, dan karenanya juga kebijakan moneter-perbankan,

hanyalah salah satu bagian dari keseluruhan kebijakan pembangunan nasional

yang secara bersama- sama dalam suatu sinergi diarahkan untuk mencapai

berbagai sasaran pembangunan. Oleh karena itu, pembahasan maupun

perumusan kebijakan moneter-perbankan harus senantiasa ditempatkan

pada konteksnya sebagai bagian dari kebijakan ekonomi nasional.

Pemahaman ini menjadi semakin penting dalam kaitannya dengan arah

kebijakan ekonomi nasional kita dewasa ini yang diarahkan pada upaya

pemulihan ekonomi pasca-krisis dengan menitikberatkan pada program

stabilisasi dan reformasi ekonomi.

AKAR PERMASALAHAN KRISIS EKONOMIAKAR PERMASALAHAN KRISIS EKONOMI

PEREKONOMIAN INDONESIAPEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN GLOBALPEREKONOMIAN GLOBAL

DAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIADAMPAK KRISIS EKONOMI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Penurunan Nilai Tukar Yang TajamCONTAGION EFFECTCONTAGION EFFECT( Efek Penularan )( Efek Penularan )

GEJOLAK NILAI TUKARGEJOLAK NILAI TUKAR

Terputusnya Akses Sumber Dana LN

Turunnya Kegiatan Produksi

Pengusaha Kesulitan Memenuhi Kewajiban

Pemutusan Hubungan Kerja

Kenaikan Laju Inflasi ( 77,6 % )

Penurunan Penghasilan Masyarakat

DAMPAK NEGATIF KRISIS EKONOMIDAMPAK NEGATIF KRISIS EKONOMI

Kerusuhan Sosial Jaringan Distribusi Macet Panic Buying

menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat,

domestik maupun internasional, terhadap prospek ekonomi Indonesia

OTONOMI

• Auto: sendiri• Nomia (nomy): aturan• Otonomi: mengatur diri sendiri• Dalam pemerintahan:

– Pelimpaham sebagian kewenangan, tugas, kewajiban dan tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

PERKEMBANGAN OTONOMI• 1903: Desentralisasi Wet: Dh Swapraja• 1945: UU No 1/1945: penekanan pd dekonsentrasi. Komite

Nasional Daerah diangkat Pemerintah Pusat. KDH dipilih dr anggota Komite

• 1948: UU No 22/1948: Eksekutif ada di DPRD dan sehari2 dilaksanakan oleh DPD. KDH adalah Ketua DPD, diangkat oleh Pem Pusat dr calon usulan DPRD. KDH bisa diangkat dr Pamong Praja secara langsung

• 1957: UU No 1/1957: penekanan pd desentralisasi (otonomi seluas2nya) menimbulkan keresahan di kalangan Pamng Praja

• 1959: Penetapan Presiden No 6/1959: Pemda adalah KDH dan DPRD. KDH juga Ketua DPRD. BPH dipilih dr anggota DPRD dan membantu KDH debagai eksekutif

• 1965: UU No 18/1965: KDH tidak lagi sbg Ketua DPRD, penekanan pd desentralisasi (otonomi seluas2nya)

PERKEMBANGAN OTONOMI

• 1974: UU No 5/1974: desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Pemda adalah KDH dan DPRD

• 1999: UU No 22/1999: penekanan pd desentralisasi (otonomi seluas2nya).Legislatif: DPRD, Eksekutif: KDH. KDH diangkat, bertanggung jawab kpd dan diberhentikan oleh DPRD.

• 2004: UU No 32/2004

OTONOMI DAERAHUU NO. 32/2004

• Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan

PRINSIP OTONOMI DAERAH(PENJELASAN UU 32/2004)

• Otonomi seluas-luasnya• Otonomi yang nyata dan bertanggung jawab• Berorientasi pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat

• Menjamin keserasian hubungan antara Daerah dg Daerah lainnya, Daerah dg Pusat

• Memelihara dan menjaga keutuhan NKRI• Pemerintah wajib melakukan pembinaan dan

fasilitasi

Pemberian Otonomi Luas diarahkan untuk:

• Mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat

• Meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan, serta keanekaragaman daerah

URUSAN WAJIB YANG MENJADI KEWENANGAN PEMDA PROVINSI

(UU NO. 32/2004)

Urusan dalam skala propinsi yang meliputi:a. Perencanaan dan pengendalian pembangunanb. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruangc. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakatd. Penyediaan sarana dan prasaranan umume. Penanganan bidang kesehatanf. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumberdaya

potensialg. Penanggulangan masalah sosial lintas`kabupaten/kotah. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas`kabupaten/kota

KEWENANGAN PEMDA PROVINSI (LANJUTAN)

i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota

j. Pengendalian lingkungan hidupk. Pelayanan pertanahan termasuk lintas`kabupaten/kotal. Pelayanan kependudukan dan catatan sipilm. Pelayanan administrasi umum pemerintahann. Pelayann administrasi penanaman modal termasuk lintas

kabupaten/kotao. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum

dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kotap. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan

perundangan

PEMBANGUNAN NASIONAL(UU 25/2004)

• Upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

• Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional (pasal 150 ayat (1)).

• Perencanaan pembangunan daerah disusun sesuai kewenangannya yang dilaksanakan oleh Bappeda (pasal 150 ayat (2)).

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

• Perencanaan pembangunan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan (pasal 152 ayat (1))

• Perencanaan pembangunan daerah disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan (pasal 153)

Formulasi tujuan

Formulasi sasaran

Identifikasialternatif/Pilihan

Penilaian komparasi

Perencanaanimplementasi

Implementasi

Evaluasi

Pengumpulan danAnalisis data

Rencana yang dipublikasikan

Alur Perencanaan dan Penganggaran

RPJM Daerah

RPJP Daerah

RKP RPJM Nasional

RPJP Nasional

RKP Daerah

Renstra KL

Renja - KL

Renstra SKPD

Renja - SKPD

RAPBN

RAPBD

RKA-KL

RKA - SKPD

APBN

Rincian APBN

APBD

Rincian APBD

Diacu

Pedoman Dijabarkan Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Diperhatikan

Dijabarkan

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Diacu

Diacu

Diserasikan melalui Musrenbang

UU SPPN

Pe

me

r inta

h

Pu

sat

Pe

me

r inta

h

Da

era

h

UU KN

LIMA PENDEKATAN PROSES PERENCANAAN

Politik

Teknokratik

Parsitipatif

Top-down

Bottom-up

PENDEKATAN POLITIK

• Pemilihan Presiden dan Kepala Daerah dilihat sebagai proses perencanaan:– Rakyat memilih berdasarkan program

pembangunan yang ditawarkan calon• Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM) adalah penjabaran agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan calon pada saat kampanye

PENDEKATAN TEKNOKRATIK

• Menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga yang secara fungsional bertanggung jawab

• Penanggungjawab pelaksanaan kegiatan:– Ka Bappenas– Ka Bappeda

PENDEKATAN PARTISIPATIF

• Melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)

• Untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki

PENDEKATAN TOP-DOWN N BOTTOM-UP

• Dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan• Penyelarasan proses melalui Musrenbang• Musrenbang:

– Forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan daerahDari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi dan Nasional

Human Development Report 2006 (UNDP) NEGARA

HARAPAN HIDUP

(TAHUN)

TINGKAT MELEK

HURUF (%)

ANGKA PARTISI-PASI

SEKOLAH GABUNGAN (%)

PDB PER KAPITA

(PPP US $)HDI 2006 RANGKING

(174 NEGARA)

High Human Development

NORWEGIA 79,6 99,0 100 38.454 0,965 1

USA 77,5 99,0 93 39,676 0,948 8

JEPANG 82,2 99,0 85 29.251 0,949 7

SINGAPURA 78,9 92,5 87 28,077 0,916 25

BRUNEI 76,6 92,7 77 19.210 0,871 34

MALAYSIA 73,4 88,7 73 10,276 0,805 61

LIBIYA 73,8 82 94 7.57 0,798 64

THAILAND 70,3 92,6 74 8.090 0,784 74

PHILIPINA 70,7 92,6 82 4.614 0,763 84

INDONESIA 67,2 90,4 68 3.609 0,711 108

VIETNAM 70,8 90,3 63 2.745 0,709 109

KAMBOJA 56,5 73,6 60 2.423 0,583 129

MYANMAR 60,5 89,9 49 1.027 0,581 130

LAOS 55,1 68,7 61 1.954 0,553 133

Low Human Development

TOGO 54,5 53,2 55 1.536 0,495 147

Medium Human development

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)30 PROPINSI DI INDONESIA SESUAI IHDR 2004

NO PROPINSIANGKA

HARAPAN HIDUP (TH)

ANGKA MELEK HURUF DEWASA

(%)

RATA-RATA LAMA SEKOLAH

(TH)

PENGELUARAN PER KAPITA

(RIBU RUPIAH)NILAI IPM RANGKING

1 DKI Jakarta 72,3 92,2 10,4 616,9 0,756 12 Sulawesi Utara 70,9 98,8 8,6 587,9 0,713 23 Daerah Istimewa Yogyakarta 72,4 85,9 8,1 611,3 0,708 34 Kalimantan Timur 69,4 95,2 8,5 591,6 0,700 45 Riau 68,1 96,5 8,3 588,3 0,691 56 Kalimantan Tengah 69,4 96,4 7,6 585,8 0,691 67 Sumatera Utara 67,3 96,1 8,4 589,2 0,688 78 Sumatera Barat 66,1 95,1 8,0 589,0 0,675 89 Bali 70,0 84,2 7,6 596,3 0,675 9

10 Jambi 66,9 94,7 7,4 585,6 0,671 1011 Banten 62,4 93,8 7,9 608,7 0,666 1112 Maluku 65,5 96,3 8,0 576,3 0,665 1213 Jawa Tengah 68,9 85,7 6,5 594,2 0,663 1314 Bengkulu 65,4 93,0 7,6 586,6 0,662 1415 N A D 67,7 95,8 7,8 557,5 0,660 1516 Sumatera Selatan 65,7 94,1 7,1 582,9 0,660 1617 Jawa Barat 64,5 93,1 7,2 592,0 0,658 1718 Lampung 66,1 93,0 6,9 583,3 0,658 1819 Maluku Utara 63,0 95,8 8,4 583,4 0,658 1920 Bangka Belitung 65,6 91,7 6,6 588,2 0,654 2021 Sulawesi Selatan 68,6 83,5 6,8 586,7 0,653 2122 Sulawesi Tengah 63,3 93,3 7,3 580,2 0,644 2223 Kalimantan Selatan 61,3 93,3 7,0 596,2 0,643 2324 Gorontalo 64,2 95,2 6,5 573,3 0,641 2425 Jawa Timur 66,0 83,2 6,5 593,8 0,641 2526 Sulawesi Tenggara 65,1 88,2 7,3 577,9 0,641 2627 Kalimantan Barat 64,4 86,9 6,3 580,4 0,629 2728 N T T 63,8 84,1 6,0 563,1 0,603 2829 Papua 65,2 74,4 6,0 578,2 0,601 2930 N T B 59,3 77,8 5,8 583,1 0,578 30

INDONESIA 66,2 89,5 7,1 591,2 0,658

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)20 KABUPATEN/KOTA TERPILIH DI INDONESIA SESUAI IHDR 2004

• NO KABUP ATEN KO TA

ANGKA HARAP AN HIDUP (TH)

ANGKA M ELEK HURUF DEW AS A

(%)

RATA-RATA LAM A S EKOLAH

(TH)

P ENGELUARAN P ER KAP ITA

(RIBU RUPIAH)NILAI IP M RANGKING

A 10 TERATAS

1 Ja ka rta Tim ur 72,5 98,5 10,9 614,1 0,760 12 Ja ka rta Se la ta n 71,7 98,3 10,7 619,1 0,757 23 Yogya ka rta 72,9 94,9 10,7 615,4 0,753 34 Ja ka rta Uta ra 72,2 98,2 9,8 616,7 0,751 45 Ja ka rta Ba ra t 72,3 97,9 10,0 614,4 0,750 56 De npa sa r 72,4 94,7 10,7 614,2 0,749 67 Ja ka rta Pusa t 70,7 98,1 10,5 617,2 0,748 78 M a na do 71,5 99,8 10,9 595,5 0,742 89 P a la ngka ra ya 72,9 98,8 10,5 591,4 0,742 9

10 P e m a nta ng S ia nta r 70,9 98,7 10,3 606,9 0,741 10

B 10 TERBAW AH

11 S um e ne p 61,2 69,6 4,1 592,5 0,565 33212 S itobondo 61,5 66,6 4,5 590,6 0,562 33313 Lom bok Tim ur 57,7 75,5 5,5 582,3 0,561 33414 Lom bok Ba ra t 57,9 72,9 5,0 577,8 0,550 33515 Bondow oso 59,0 65,3 4,7 583,3 0,541 33616 Na bire 66,1 75,5 5,0 499,1 0,541 33717 Lom bok Te nga h 57,5 68,1 4,8 583,3 0,539 33818 S um ba Ba ra t 62,4 71,6 5,3 526,0 0,534 33919 S a m pa ng 57,5 56,2 2,9 580,0 0,497 34020 Ja ya w ija ya 64,7 32,0 2,2 570,2 0,470 341

INDO NESIA 66,2 89,5 7,1 591,2 0,658

SASARAN KEEMPAT adalah meningkatnya pelayanan kepada masyarakat dengan menyelenggarakan otonomi daerah dan kepemerintahan daerah yang baik.

PRIORITAS• REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

– Penataan Peraturan Perundang-undangan Sinkronisasi dan Harmonisasi Undang-undang Sektoral dan Daerah

– Peningkatan Profesionalisme Aparat Pemerintah Daerah Aparat Pemda sebagai Pelayan Masyarakat yang Profesional

– Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah Kelembagaan yang Efektif dan Efisien dengan Manajemen Modern

– Peningkatan Kapasitas Keuangan Pemerintah Daerah Kemandirian Daerah dalam Pendanaan Pembangunan

– Peningkatan Kerjasama Antar Daerah Peran Provinsi dan Kerjasama Antar Daerah, terutama Daerah

perbatasan– Penataan Daerah Otonomi

Terhadap keinginan pembentukan Daerah Otonomi baru

AGENDA MEWUJUDKAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATISAGENDA MEWUJUDKAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS

• PENGURANGAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DAERAH– Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

Peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan khususnya di luar Jawa

Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Peningkatan kerjasama ekonomi sub-regional Peningkatan kerjasama antar daerah.

– Pengembangan Kawasan Tertinggal Pengembangan sarana dan prasarana ekonomi dengan menerapkan

skim seperti subsidi keperintisan, dan lain-lain Peningkatan keterkaitan kegitan ekonomi di wilayah tertinggal

dengan pusat pertumbuhan.

– Pengembangan Perkotaan Peningkatan peran dan fungsi kota menengah dan kecil, terutama di

luar Jawa sebagai penghela pertumbuhan wilayah; Pengendalian pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan.

AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SASARAN KEDUA adalah berkurangnya kesenjangan pembangunan

– Pengembangan Wilayah Perbatasan Fasilitasi pemda agar wilayah perbatasan menjadi

beranda depan Pengamanan wilayah perbatasan dari kegiatan illegal Pengembangan kawasan perbatasan sebagai pusat

pertumbuhan

– Pemulihan Kawasan Konflik Rehabilitasi sarana dan prasarana sosial ekonomi Percepatan proses rekonsiliasi

– Penataan Ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif dengan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan keseimbangan pembangunan antar fungsi;

– Pengelolaan Pertanahan Penegakan hukum yang adil dan transparan Pembuatan peta dasar dan pembangunan sistem

pendaftaran tanah Pengembangan sistem informasi pertanahan

• PEMBANGUNAN PERDESAAN– Dengan lintas program yang dilaksanakan di kawasan

perdesaan untuk: meningkatkan kegiatan ekonomi di perdesaan antara

lain melalui pengembangan agribisnis dan KUKM di perdesaan;

meningkatkan sarana dan prasarana perdesaan, antara lain mencakup pengembangan jaringan irigasi, pembangunan jalan dan jembatan, pelayanan air minum, serta listrik perdesaan;

meningkatkan kualitas sumber daya manusia di perdesaan melalui program pendidikan, kesehatan, dan keluarga berencana;

meningkatkan pengelolaan pertanahan dan tata ruang di perdesaan;

meningkatkan perlindungan sumber daya alam dari kegiatan pemanfaatan yang tidak terkendali dan eksploitatif di perdesaan, terutama kawasan-kawasan konservasi dan kawasan lain yang rentan terhadap kerusakan.