BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn...

101
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1Gambaran Umum Wilayah 1.1.1.1 Keadaan Geografis Pada bulan Agustus 1966 di DKI Jakarta dibentuk beberapa “Kota Administrasi”. Berbeda dengan kota otonom yang dilengkapi dengan DPRD tingkat II, maka kota-kota administrasi di DKI Jakarta tidak memiliki DPRD tingkat II yang mendampingi Walikota. Berdasarkan lembaran daerah No. 4/1966 ditetapkanlah lima wilayah kota administratif di DKI Jakarta, yaitu : Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara, yang dilengkapi dengan 22 kecamatan dan 220 kelurahan. Pembentukan kecamatan dan kelurahan ini didasarkan pada azas teritorial dengan mengacu pada jumlah penduduk yaitu 200.000 jiwa untuk kecamatan, 30.000 jiwa untuk kelurahan perkotaan, dan 10.000 jiwa untuk kelurahan pinggiran. Secara adminstratif kotamadya Jakarta Pusat dibagi menjadi delapan kecamatan, 44 kelurahan, 394 RW dan 4.711 RT. Delapan kecamatan tersebut, yaitu : 1. Kecamatan Gambir 5. Kecamatan Cempaka Putih 2. Kecamatan Tanah Abang 6. Kecamatan Johar Baru 1

description

asafakdjfdaj adfajadnaonlca asaaakkdadnaaalxcjaklakjsadca lajsnfadjnoadjc asldanldknfalkdsfnldknf asdlfaksalkc laksfalkcnalc asjnaslknalskna asldask lajsfnadfsdjnfadlajnd alsfaknsla laskfaslaskdas laskdalskn alskapskdeinfad aslasfandlckanla aslasnfaldk lkvalskalscalscnalsnalsnnnnnnnnnlasj lanalksnalkfnals lasksalsssdfadj alsjnasjncakjsnca ajdnajne

Transcript of BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn...

Page 1: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.1.1 Gambaran Umum Wilayah

1.1.1.1 Keadaan Geografis

Pada bulan Agustus 1966 di DKI Jakarta dibentuk beberapa “Kota

Administrasi”. Berbeda dengan kota otonom yang dilengkapi dengan DPRD tingkat

II, maka kota-kota administrasi di DKI Jakarta tidak memiliki DPRD tingkat II yang

mendampingi Walikota. Berdasarkan lembaran daerah No. 4/1966 ditetapkanlah lima

wilayah kota administratif di DKI Jakarta, yaitu : Jakarta Pusat, Jakarta Timur,

Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara, yang dilengkapi dengan 22

kecamatan dan 220 kelurahan. Pembentukan kecamatan dan kelurahan ini didasarkan

pada azas teritorial dengan mengacu pada jumlah penduduk yaitu 200.000 jiwa untuk

kecamatan, 30.000 jiwa untuk kelurahan perkotaan, dan 10.000 jiwa untuk kelurahan

pinggiran.

Secara adminstratif kotamadya Jakarta Pusat dibagi menjadi delapan

kecamatan, 44 kelurahan, 394 RW dan 4.711 RT. Delapan kecamatan tersebut, yaitu :

1. Kecamatan Gambir 5. Kecamatan Cempaka Putih

2. Kecamatan Tanah Abang 6. Kecamatan Johar Baru

3. Kecamatan Menteng 7. Kecamatan Kemayoran

4. Kecamatan Senen 8. Kecamatan Sawah Besar

1

Page 2: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Gambar 1.1. Peta Wilayah Jakarta Pusat

(Sumber : www. Jakarta.go.id)

Batas Wilayah :

Batas Utara : Jl. Duri Raya, Jl. KH Zainal Arifin, Jl. Sukardjo Wiryopranoto, rel

kereta api, Jl. Mangga Dua, Jl. Sunter Kemayoran.

Batas Timur : Jl. Jendral Akhmad Yani ( By Pass )

Batas Selatan : Jl. Pramuka, Jl. Matraman, Kali Ciliwung/Banjir Kanal, Jl. Jendral

Sudirman, Jl. Hang Lekir.

2

Page 3: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Batas Barat : Kali Grogol, Jl. Pal Merah, JL Pal Merah Utara, Jl. Aipda KS.Tubun,

Jl. Jembatan Tinggi, Banjir Kanal

Kecamatan Menteng merupakan salah satu dari delapan kecamatan yang ada

di wilayah Kotamadya Jakarta Pusat.

Batas wilayah kecamatan Puskesmas Menteng :

Utara : Jl. Kebon Sirih Raya (Kecamatan Gambir)

Barat : Kali Cideng (Kecamatan Tanah Abang)

Selatan: Kali Malang (Kecamatan Setia Budi)

Timur : Kali Ciliwung (Kecamatan Senen)

Kecamatan Menteng secara administrasi mempunyai luas wilayah 653,46 Ha.

Teritorial wilayah Menteng terdiri dari lima kelurahan, 38 RW (Rukun Warga)

dan 423 RT (Rukun Tetangga), dengan perincian sebagai berikut :

Gambar 1.2. Wilayah Kerja Kecamatan Menteng

(Sumber : www.jakarta.go.id)

Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Menteng mencakup wilayah

Kelurahan Menteng, Kelurahan Kebon Sirih dan Kelurahan Cikini.

Sedangkan untuk wilayah Gondangdia dan Pegangsaan masing-masing di

Puskesmas Kelurahan Gondangdia dan Puskesmas Pegangsaan.

3

Page 4: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel 1.1. Data Kelurahan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng

Tahun 2012

No.Kelurahan

Luas Wilayah

(Ha)

Jumlah

RW

Jumlah

RT

1. Menteng 243,90 Ha 10 136

2. Kebon Sirih 83,40 Ha 10 77

3. Pegangsaan 98,25 Ha 8 104

4. Cikini 82,90 Ha 5 66

5. Gondangdia 145,82 Ha 5 40

Jumlah 653,46 Ha 38 423

(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng 2012)

4

Page 5: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel 1.2. Daerah Rawan Banjir dan Kumuh di Wilayah Kecamatan Menteng Tahun

2012

No. Kelurahan RW Rawan Banjir RW Kumuh

1. Kebon Sirih 02, 03, 04, 07, 08,

09, 10

02, 03, 04, 08,

10

2. Cikini 01, 02, 03 02, 03

3. Menteng 02 01, 02, 08, 09,

10

4. Pegangsaan 03, 08 01, 06, 07, 08

5. Gondangdia - -

(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng 2012)

1.1.1.2 Wilayah Kerja

Wilayah Kecamatan Menteng terdiri dari lima kelurahan, mempunyai satu

unit puskesmas tingkat kecamatan dan lima unit puskesmas tingkat kelurahan, yaitu :

1. BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng : Jl. Pegangsaan Barat No.14

Menteng Jakarta Pusat

No. Tlp & Fax : 021 – 3193836 / 3103439 , Fax : 31904965

2. Puskesmas Kelurahan Pegangsaan : Jl. Tambak No. 28 Jakarta Pusat

No. Tlp : 021 – 3925445

3. Puskesmas Kelurahan Gondangdia : Jl. Sumatera No. 50 Jakarta Pusat

No. Tlp : 021 – 31934421

5

Page 6: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

1.1.1.3 Keadaan Demografis

Jumlah penduduk Kecamatan Menteng sampai akhir bulan Desember 2012

adalah sebagai berikut :

Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kecamatan Menteng Tahun 2012

NO UMURWNI WNA JUMLAH SELURUHNYA

LK PR JMLH LK PR JMLH LK PR JMLH

1 0 – 4 3.336 3.185 6.521 1 2 3 3.337 3.187 6.524

2 5 – 9 3.894 3.564 7.458 3 4 7 3.897 3.568 7.465

3 10 – 14 4.059 3.547 7.606 3 1 4 4.062 3.548 7.610

4 15 – 19 3.743 3.606 7.349 4 2 6 3.747 3.608 7.355

5 20 – 24 3.800 3.547 7.347 3 - 3 3.803 3.547 7.350

6 25 – 29 3.919 3.909 7.828 - 1 1 3.919 3.910 7.829

7 30 – 34 4.298 4.062 8.360 2 3 5 4.300 4.065 8.365

8 35 – 39 4.020 3.657 7.677 - - - 4.020 3.657 7.677

9 40 – 44 2.961 3.441 6.402 2 1 3 2.963 3.442 6.405

10 45 – 49 2.930 3.354 6.284 2 4 6 2.932 3.358 6.290

11 50 – 54 2.980 2.590 5.570 3 1 4 2.983 2.591 5.574

12 55 – 59 2.701 2.023 4.724 - 1 1 2.701 2.024 4.725

13 60 – 64 1.271 1.996 3.267 3 3 6 1.274 1.999 3.273

14 65 – 69 659 809 1.468 1 - 1 660 809 1.469

15 70 – 74 637 766 1.403 - 4 4 637 770 1.407

16 75+ 502 591 1.093 1 1 2 503 592 1.095

JMLH 45.710 44.647 90.357 28 28 56 45.738 44.675 90.413

(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng 2012)

6

Page 7: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel 1.4. Fasilitas Umum yang Menyangkut Kesehatan Lingkungan di Wilayah

Kecamatan Menteng Tahun 2012

No. Uraian Jumlah

rumah

SPT SGL PAM

1. Menteng 4589 225 17 1310

2. Kebon sirih 2059 106 33 1149

3. Pegangsaan 3950 82 181 774

4. Cikini 1292 53 118 624

5. Gondangdia 990 2 0 728

(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng 2012)

7

Page 8: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel 1.5. Fasilitas Tempat-Tempat Umum

Uraian Kebon Sirih Gondangdia Cikini Menteng Pegangsaan JumlahPasar 8 - 6 4 5 23Rumah Makan

92 6 42 - 25 165

Masjid 10 2 4 11 9 36Mushola 10 3 9 18 25 65Gereja 3 2 6 5 1 15Klenteng - - - - - -Wihara - - 1 1 - 2Hotel 17 7 9 2 1 36Bioskop 1 - 1 - 1 3Salon 1 12 7 3 1 24Apotik 5 1 5 1 3 15Cafe 8 1 14 - 1 24Kantor 121 92 142 20 31 406Stasiun KRT

1 - - 1 1 3

Terminal - - - - - -MCK 31 2 12 11 32 88F.O.Raga 5 - 3 5 1 14

(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng 2012)

8

Page 9: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel 1.6. Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kecamatan Menteng Tahun 2012

No. Uraian Rumah sakit Rumah

bersalin

Klinik

1. Menteng 3 1 2

2. Kebon Sirih 2 - 2

3. Pegangsaan 2 1 4

4. Cikini 1 - 10

5. Gondangdia 2 1 4

Jumlah 10 3 22

(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng 2012)

Analisis Sosio-Ekonomi

1) Ekonomi

Potensi wilayah Kecamatan Menteng adalah :

Daerah pemukiman dengan sarana ekonomi

- Hotel : 36

- Bank : 30

- Pasar : 4

- Mini/Supermarket : 19

- Lokasi K 5 : 182

9

Page 10: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

2) Pendidikan

Tabel 1.7. Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kecamatan Menteng Tahun 2012

No. Uraian TK SDN/Swasta SMP/SMK SMA/SMK Akademi/PT

1. Menteng 5 7 4 4 -

2. Kebon Sirih 3 5 3 2 3

3. Pegangsaan 7 2 3 3

4. Cikini 9 6 3 1 3

5. Gondangdia 8 8 7 2 8

Jumlah 34 33 19 12 17

(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng 2012)

Tabel 1.8. Data Gakin Kecamatan Menteng Tahun 2012

No Kelurahan Jumlah

KK Jiwa Kartu

1 Kebon Sirih 81 1527 378

2 Menteng 84 1287 275

3 Cikini 67 389 119

4 Pegangsaan 83 2850 697

5 Gondangdia - 11 2

Total 315 6064 1471

(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng 2012)

10

Page 11: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

1.1.2 Gambaran Umum Puskesmas

Indonesia sehat 2015 adalah visi pembangunan sehat di Indonesia. Puskesmas

dijadikan sebagai ujung tombak upaya kesehatan baik upaya kesehatan masyarakat

maupun kesehatan perorangan. Lebih dari tiga dasawarsa Republik Indonesia

mencoba berupaya menyelesaikan persoalan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan Republik Indonesia, telah

mengembangkan berbagai inovasi strategi peningkatan pelayanan kesehatan yang

lebih efektif, efisien dan terpadu. Gagasan–gagasan baru untuk menyelesaikan

berbagai persoalan pelayanan kesehatan dicoba namun demikian faktanya adalah

kualitas pelayanan kesehatan di negara Indonesia masih jauh dari memuaskan bila

dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

1.1.2.1. Pengertian

Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau

sebagian wilayah kecamatan.

1. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas

teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit

pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di

Indonesia.

2. Pembangunan kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh

bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

yang optimal.

11

Page 12: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan

Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya

pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggung jawab hanya untuk

sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.

4. Wilayah kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu

kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu

puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,

dengan memperhatikan kebutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).

Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab

langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga

pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan

saran teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.

Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas 30.000 – 50.000

penduduk setiap puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka

puskesmas perlu ditinjau dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang

disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk kota besar

dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja puskesmas bisa meliputi

satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000

jiwa atau lebih, merupakan “Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat

rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

(Hatmoko, 2006)

12

Page 13: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

1.1.2.2. Visi

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat 2015. Kecamatan

sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan di masa depan yang ingin dicapai

melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan

dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya.

Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator

utama, yaitu : (1) lingkungan sehat, (2) perilaku sehat, (3) cakupan pelayanan

kesehatan yang bermutu serta, (4) derajat kesehatan penduduk kecamatan.

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi

pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni, terwujudnya Kecamatan Sehat,

yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah

kecamatan setempat.

1.1.2.3. Misi

Untuk mewujudkan “Indonesia Sehat 2015”, ditetapkan empat misi

pembangunan kesehatan, yaitu:

1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,

merata dan terjangkau.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat lingkungannya.

Salah satu upaya untuk mendukung misi tersebut adalah dengan penyediaan

berbagai sarana pelayanan kesehatan. Sesuai dengan UUD 1945, pasal 28 ayat 1 dan

UU Nomor 23 tahun 1992 kesehatan merupakan hak asasi sekaligus investasi.

13

Page 14: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Sehingga, kesehatan perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap

individu serta seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup

sehat yang pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang

optimal. Hal ini perlu dilakukan karena kesehatan merupakan tanggung jawab

bersama pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta, tidak hanya tanggung jawab

pemerintah saja. Pembahasan tentang puskesmas telah tertuang dalam SK Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan

dasar pusat kesehatan masyarakat.

1.1.2.4. Tujuan

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

yang tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2015.

1.1.2.5. Fungsi

Ada tiga fungsi puskesmas , yaitu :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan

dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung

pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan

melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program

pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,

upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan, mempunyai indikator :

a. Tersedianya air bersih

b. Tersedianya jamban yang sehat

14

Page 15: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

c. Tersedianya larangan merokok

d. Adanya dokter kecil untuk SD atau PMR untuk SLTP

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka

masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki

kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat

untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan

kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan,

menyelenggarakan, dan memantau upaya kesehatan. Pemberdayaan

perorangan, warga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan

memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat

setempat. Mempunyai indikator kegiatan :

a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat

b. Tumbuh dan kembangnya LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat)

c. Tumbuh dan berfungsinya kesehatan masyarakat

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan. Kegiatan pada pusat pelayanan kesehatan strata pertama

adalah :

a. Promosi kesehatan masyarakat

b. Kesehatan lingkungan

c. KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak )

d. KB ( Keluarga Berencana )

e. Perbaikan gizi masyarakat

f. P2M ( Pengendalian Penyakit Menular )

15

Page 16: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

g. Pengobatan dasar

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas

meliputi:

a. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat

pribadi (Private Goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan

pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan

dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan

dan untuk puskesmas tertentu ditambah rawat inap.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik

(Public Goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut antara lain adalah promosi

kesehatan, pengendalian penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,

peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa

masyarakat serta berbagai program kesehatan lainya.

1.1.2.6. Azas

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus

menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan

tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah

pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam

menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun

upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaran puskesmas yang dimaksud

adalah :

1. Azas pertanggungjawaban wilayah

16

Page 17: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas

harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :

a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga

berwawasan kesehatan.

b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya.

c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan

oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.

d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata

dan terjangkau di wilayah kerjanya.

2. Azas pemberdayaan masyarakat

Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan

masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program

puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui

pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP).

Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam

rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :

a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)

b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)

c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa

Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)

e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren

(Poskestren)

f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda

g. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)

h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)

17

Page 18: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga (TOGA),

Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).

3. Azas Keterpaduan

Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil

yang optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus

diselenggarakan secara terpadu.

Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni :

a. Keterpaduan Lintas Program

Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang

menjadi tanggung jawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program

antara lain :

1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : Keterpaduan KIA

dengan P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.

2) UKS : Keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi

kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja

dan kesehatan jiwa.

3) Puskesmas keliling : Keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB,

Gizi, promosi kesehatan, & Kesehatan gigi.

4) Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, Kesehatan

jiwa & promosi kesehatan.

b. Keterpaduan Lintas Sektor

Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan

program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi

kemasyarakatn dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral antara

lain :

1) UKS : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala

desa, pendidikan & agama.

18

Page 19: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

2) Promosi Kesehatan : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan

camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama & pertanian.

3) KIA : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala

desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK) & Petugas Lapangan Keluarga

Berencana (PLKB).

4) Perbaikan Gizi : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,

lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha

& organisasi kemsyarakatan.

5) Kesehatan Kerja : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan

camat, lurah epala desa, tenaga kerja & dunia usaha.

4. Azas Rujukan

Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan

yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan

langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk

membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut

dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program

puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan.

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas

penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik,

baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke

strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam

arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama

Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :

a. Rujukan Medis

Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit

tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan

kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan

upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :

19

Page 20: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

1) Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan

medis (contoh : operasi) dan lain-lain.

2) Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan

laboratorium yang lebih lengkap.

3) Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang

lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas

dan atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di

puskesmas.

b. Rujukan Kesehatan

Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :

1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan

fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman

alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan

bahan pakaian.

2) Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian

luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,

gangguan kesehatan karena bencana alam.

3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan

dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat

dan atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan operasional diselenggarakan

apabila puskesmas tidak mampu.

1.1.2.7. Upaya penyelenggaraan

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah pusat pengembangan,

pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus merupakan garda

terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Untuk tujuan tersebut,

Puskesmas berfungsi melayani tugas teknis dan administratif.

20

Page 21: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni

terwujudnya Kecamatan Sehat menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung

jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat, dan keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan

pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan

menjadi dua, yakni:

1. Upaya kesehatan wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai

daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya

kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di

wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

a. Upaya promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

d. Upaya perbaikan gizi mayarakat

e. Upaya pencehagan dan pengendalian penyakit menular

f. Upaya pengobatan

2. Upaya kesehatan pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang

ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di

masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya

kesehatan pengembangan dipilih dari upaya kesehatan pokok puskesmas yang

telah ada, yakni:

a. Upaya kesehatan sekolah

b. Upaya kesehatan olahraga

c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat

d. Upaya kesehatan kerja

e. Upaya kesehatan gigi dan mulut

f. Upaya kesehatan jiwa

21

Page 22: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

g. Upaya kesehatan mata

h. Upaya kesehatan usia lanjut

i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta

upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan, karena ketiga upaya ini

merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan

puskesmas.

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang baik upaya

kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila perawatan

kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebutm, maka

dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan.

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi,

yakni upaya lain diluar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan

kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka

mempercepat tercapainya visi puskesmas.

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas

bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari

Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya

kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan

serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan

pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan puskesmas

dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan

pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.

22

Page 23: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel 1.9. Indikator Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Upaya Kesehatan Wajib

Kegiatan Indikator

Promosi Kesehatan Promosi hidup bersih dan sehat

Tatanan sehat Perbaikan perilaku sehat

Kesehatan Lingkungan Penyehatan pemukiman Cakupan air bersihCakupan jamban keluargaCakupan SPALCakupan rumah sehat

Kesehatan ibu dan anak ANC Cakupan K1, K4Pertolongan persalinan Cakupan linakesMTBS Cakupan MTBSImunisasi Cakupan imunisasi

Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB Cakupan MKET

Pengendalian penyakit menular

Diare Cakupan kasus diareISPA Cakupan kasus ISPAMalaria Cakupan kasus malaria

Cakupan kelambunisasiTuberkulosis Cakupan penemuan kasus

Angka penyembuhanDHF Cakupan penemuan kasus

Angka kesakitanGizi Distribusi vit A/ Fe / cap

yodiumCakupan vit A /Fe / cap yodium

PSG % gizi kurang / buruk, SKDN

Promosi Kesehatan % kadarziPengobatan Medik dasar Cakupan pelayanan

UGD Jumlah kasus yang ditangani

Laboratorium sederhana Jumlah pemeriksaan

(Sumber : Trihono.2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes,ed.)

23

Page 24: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Upaya kesehatan pengembangan Kegiatan IndikatorUpaya kesehatan sekolah UKS/UKGS Jml. Sekolah dg

UKS/UKGS% sekolah sehat

Upaya Kesehatan olah raga Memasyarakatkan olah raga untuk kesehatan

Jumlah kelompok senamJumlah klub jantung sehat

Upaya perawatan kesehatan masyarakat

Kunjungan rumah konseling

% keluarga rawan yang dikunjungi

Upaya kesehatan kerja Memasyarakatkan masker (norma sehat dalam bekerja)

% pos UKKTingkat perkembangan pos UKK

Upaya kesehatan gigi dan mulut Poliklinik gigi Jumlah kasus gigiUpaya kesehatan jiwa Konseling Jumlah kasus penyakit

jiwaUpaya kesehatan mata Mencegah

kebutaanJml pend. Katarak yg dioperasiJml kelainanvisus yang dikoreksi

Upaya kesehatan usia lanjut Memasyarakatkan perilaku sehat di usia lanjut

% posyandu usilaTingkat perkembangan posyandu usila

Usaha pembinaan pengobatan tradisional

Membina pengobatan tradisional yang rasional

Jumlah sarasehan battraJumlah battra yang dibina

Tabel 1.10. Indikator Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas

( Sumber : Trihono.2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes,ed.)

24

Page 25: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan

infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah

kerja Puskesmas.

Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu

ditunjang oleh unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut

Puskesmas Pembantu atau Puskesmas Keliling. Khusus untuk kota besar dengan

jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas dapat meliputi satu

kelurahan. Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan Puskesmas meliputi :

1. Promotif ( peningkatan kesehatan )

2. Preventif ( upaya pencegahan )

3. Kuratif ( pengobatan )

4. Rehabilitatif ( pemulihan kesehatan )

Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan

jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.

1.1.3 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Menteng

Puskesmas Menteng merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis dari Dinas

Kesehatan yang bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan maupun

upaya kesehatan masyarakat meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi di

wilayah kerjanya (dalam hal ini Kecamatan Menteng serta lima kelurahan di

dalamnya)

BLUD Puskermas Kecamatan Menteng dengan luas tanah 1.300 m2 dan tiga

lantai serta mempunyai Unit Rawat Inap Rumah Bersalin. Sedangkam dua Puskesmas

Kelurahan masih merupakan Puskesmas dengan tipe lama yaitu kurang dari luas

standart bangunan 547 m2. Puskesmas Kecamatan beroperasi pada Tahun 1990.

Sejak tahun 2003 Puskesmas ini ditetapkan melalui SK Gubernur No.15 tahun

2001 sebagai Puskesmas Swadana, kemudian pada tahun ini juga oleh Gubernur DKI

25

Page 26: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Jakarta semua Puskesmas Kecamatan harus membuka unit Puskesmas Siaga selama

24 jam.

Sesuai dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.2086/2006

tanggal 28 Desember 2006 tentang Penetapan 44 Puskesmas Kecamatan sebagai Unit

Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang menerapkam

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah secara bertahap, maka

Puskesmas Kecamatan Menteng sejak tahun 2008 menjalankan keputusan tersebut.

Puskesmas sebagai pusat kesehatan strata pertama melaksanakan dua kategori

Upaya Pelayanan Kesehatan, yaitu :

1. Upaya Kesehatan Wajib

a. Promosi Kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

a. UKS

b. Puskesmas

c. Kesehatan Gigi dan Mulut

d. Kesehatan Jiwa

e. Kesehatan Lansia, dll

Dalam melaksakan tugasnya diharapkan dapat memenuhi target standart

pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta serta

dapat mencapai target Millenium Development Goal’s (MDG’s), SPM tersebut

merupakan salah satu indikator kinerja puskesmas.

Untuk dapat memenuhi target kinerja yang sudah ditentukan diperlukan

sumberdaya berupa sumberdaya manusia, biaya serta sarana dan prasarana lain yang

mendukung. Disamping itu perlu adanya suatu perencanaan kegiatan yang disusun

dengan baik berdasar pada data yang akurat. Tahun 2011 Puskesmas Kecamatan

26

Page 27: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Menteng melaksanakan kegiatan yang didanai oleh APBD (berupa Subsidi dan

BLUD) dan APBN (berupa dana BOK dan Jampersal).

Pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas ditujukan untuk seluruh masyarakat

baik yang mampu maupun yang tidak mampu. Untuk masyarakat yang kurang

mampu diberikan layanan Kartu Gakin dan SKTM. Fasilitas tersebut dapat digunakan

untuk berobat jalan dan rawat inap di puskesmas maupun di rumah sakit kelas tiga.

Untuk menjamin mutu layanan, puskesmas menerapkan sistem manajemen

dengan standart ISO 9001 : 2008. Tujuan akhir dari kegiatan yang dilaksanakan oleh

Puskesmas adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di wilayah Kecamatan

Menteng serta memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pelanggan.

1.1.3.1 Dasar Hukum Puskesmas Menteng

Sebagai salah satu Instansi dalam Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta, Puskesmas Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat berkewajiban memberikan

Laporan Penyelenggaraan Tahunan sebagaimana yang disebutkan dalam Surat

Keputusan Gubernur No. 108 tahun 2004.

1.1.3.2 Visi dan Misi BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng

Visi

BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng menjadi Pusat Kesehatan yang

bermutu, terjangkau dan berorientasi pada peningkatan kualitas menuju pelayanan

primer.

Misi

a. Menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan secara merata dan bermutu

b. Menyelenggarakan pembinaan pada upaya kesehatan masyarakat terutama

program promosi kesehatan dan pemberdayaan peranserta masyarakat

c. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat dan berencana

d. Menyelenggarakan peningkatan manajemen pelayanan kesehatan

e. Menyelenggarakan advokasi dalam mewujudkan lingkungan sehat melalui

pembangunan berwawasan kesehatan

27

Page 28: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

f. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin atau kurang

mampu

g. Menyelenggarakan SDM yang mampu dibidangnya

1.1.3.3 Kebijakan Mutu

Memberikan Pelayanan Kesehatan Profesional dan Ramah yang berorientasi

pada peningkatan kepuasan pelanggan dan secara terus-menerus melakukan

perbaikan mutu melalui Penerapan Sasaran Menejemen Mutu ISO 9001 : 2008

1.1.3.4 Tujuan Umum

Meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat di Wilayah Kecamatan Menteng

serta peningkatan potensi masyarakat untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan

sehat.

1.1.3.5 Tujuan Khusus

1. Memperluasa Jangkauan Pelayanan

2. Pengembangan SDM

3. Pengembangan Fungsi Puskesmas

4. Meningkatkan Promosi

5. Meningkatkan Sistem Informasi

6. Pengembangan Asuransi Kesehatan

1.1.3.6 Fungsi Puskesmas

1. Memberikan Pelayanan Kesehatan Klinis yang meliputi : loket, rekam medik,

klinik umum, klinik ibu dan anak, klinik 24 jam, rumah bersalin,

laboratorium, apotik, farmasi, radiologi, klinik Harm Reduction serta klinik

lainnya sesuai kebutuhan

2. Melakukan pembinaan pengawasan pengendalian terhadap pengelolaan dan

pelayanan Puskesmas Kelurahan

28

Page 29: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

3. Mengkoordinasikan Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang dilaksanakan

Puskesmas Kelurahan yang meliputi program KIA, KB, perbaikan gizi,

Puskesmas, imunisasi, pembinaan kesehatan lingkungan, penyuluhan

kesehatan masyarakat, UKS, kesehatan usia, upaya kesehatan kerja, dll.

4. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat di Bidang Kesehatan yang

meliputi Kader kesehatan Posyandu, Karang Werda, dll.

5. Mengkoordinasikan temu lintas sektoral dalam penanggulanagan masalah

kesehatan

6. Menilai dan melaporkan kinerja puskesmas

29

Page 30: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Diagram 1.1. Struktur Organisasi

30

KEPALA BLUD PUSKESMAS KECAMATAN MENTENGdr. Purbo Antarsih, M.Kes

KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHAH.Sugiharto, SH

KOORDINATOR PELAYANAN

dr. Deslina

KOORDINATOR PENUNJANG

dr. Rr. Dewi Suci R

PUSKESMAS KEL. GONDANGDIA

dr. Ratna Puspita S

PUSKESMAS KEL. PEGANGSAAN dr. Pramita Sari

- PENGADMINISTRASI UMUM

- PENGADMINISTRASI KEPEGAWAIAN

- PENGELOLA RUMAH TANGGA

- PENGURUS BARANG

- TEKNISI MESIN / ELEKTRONIKA

- PRANATA KOMPUTER

- PENGELOLA KEUANGAN

- BENDAHARA PENGELUARAN

- PEMBANTU BENDAHARA

- BENDAHARA

KETUA KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

- DOKTER UMUM- DOKTER GIGI- PERAWAT- PERAWAT GIGI- BIDAN- ASISTEN

APOTEKER- PRANATA

LABORATORIUM- SANITARIAN

TERAMPIL

- APOTEKER- ASISTEN

APOTEKER- PRANATA

LABORATORIUM- EPIDEMIOLOG

KESEHATAN- SANITARIAN

TERAMPIL- SANITARIAN

AHLI- PENYULUHAN

KESEHATAN MASYARAKAT

- NUTRISIONIS TERAMPIL

- NUTRISIONIS AHLI

- DOKTER KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

- DOKTER GIGI- DOKTER UMUM- PERAWAT- BIDAN- PERAWAT GIGI

Page 31: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

1.1.3.7 Sumber Daya Manusia di BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng

Kepegawaian di BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng terdapat dua jenis,

yaitu Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) & Pegawai Non PNS ( Honorer).

Jumlah PNS pada Tahun 2012 di BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng

adalah 57 orang, sedangkan Pegawai Non PNS sejumlah 20 orang.

Tabel 1. 11. Keadaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) & Pegawai Non PNS BLUD

Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2012

NO JENIS KEPEGAWAIANJUMLAH PEGAWAI

PNS NON PNS

1 Dokter Umum 8 12 Dokter Gigi 63 Kesehatan Masyarakat 14 Apoteker 25 Gizi 36 Perawat 11 17 Bidan 3 88 Rekam Medis 19 Radiografer 110 Analis Kesehatan 1 111 Perawat Gigi 212 Asisten Apoteker 3 113 Kesling 214 Hukum 115 Administrasi 11 516 Psikologi 117 Sos Politik 118 Supir 2

Jumlah 57 20

(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng 2012)

31

Page 32: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

1.1.3.8 Jenis Layanan di BLUD Puskesmas Kec. Menteng

1. Pelayanan Umum

2. Pelayanan Gigi

3. Pelayanan Kesehatan Anak

4. Pelayanan Kesehatan Ibu

5. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

6. Pelayanan Gizi

7. Pelayanan Laboratorium

8. Pelayanan TB Paru

9. Pelayanan Kesehatan Lingkungan

10. Pelayanan Rumah Bersalin 24 Jam

11. Pelayanan Jiwa

12. Pelayanan Rontgen

13. Pelayanan Harm Reduction

14. Pelayanan UGD 24 Jam

15. Pelayanan Bencana Tanggap Gawat Darurat

16. Pelayanan Ambulance AGD

17. Pelayanan Posyandu

18. Pelayanan Kelas Ibu

32

Page 33: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel 1.12. Laporan Kunjungan Sekecamatan Menteng Tahun 2012

No. BulanUnit RB Pelayanan

24 jam (IGD)

JML

BPU BPG KIA KB KIR MTBS

1 Januari 2.897 885 492 114 109 369 57 1.434 6.384

2 Februari 3.444 851 522 137 74 424 45 1.299 6.796

3 Maret 4.134 806 497 127 89 491 42 1.291 7.477

4 April 2.926 816 490 91 73 363 27 1.132 5.918

5 Mei 2.738 640 563 147 87 279 54 1.132 5.631

6 Juni 3.618 685 481 118 145 404 27 1.112 6.590

7 Juli 3.558 745 482 124 246 315 54 1.159 6.683

8 Agustus 3.295 656 428 102 106 380 54 1.108 6.129

9 September 3.430 666 450 100 57 318 54 1.159 6.234

10 Oktober 3.108 725 544 159 191 338 21 1.226 6.312

11 November 3.672 673 409 170 75 338 36 1.034 6.407

12 Desember 4.192 721 406 200 109 363 33 1.379 7.407

Jumlah 41.013 8.869 5.767 1.361 1.361 4.409 495 14.465 77.968

(Sumber : Laporan tahunan BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2012)

33

Page 34: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

1.1.3.9 Sarana dan Prasarana Puskesmas Kecamatan Menteng

Wilayah Kecamatan Menteng Mempunyai tiga Puskesmas, yaitu satu buah

Puskesmas tingkat kecamatan dan dua buah Puskesmas tingkat kelurahan. Puskesmas

Kecamatan terletak di Kelurahan Menteng, satu buah Puskesmas terletak di

Kelurahan Gondangdia sedangkan satu Puskesmas Kelurahan terletak di Kelurahan

Pegangsaan.

Puskesmas Kecamatan Menteng dibangun tahun 1988 (usia bangunan 23

tahun) merupakan Puskesmas dengan luas 1300 m2 , terdiri dari tiga lantai dan

memiliki unit rawat inap Rumah Bersalin. Sedangkan kedua Puskesmas Kelurahan

tidak mempunyai unit rawat inap.

1. Transportasi

a. Satu buah mobil Kijang ambulans Puskesmas Keliling Inpres tahun

1989/1990.

b. Delapan buah sepeda motor, empat buah di Puskesmas Kecamatan dan

dua buah masing – masing di Puskesmas Kelurahan.

c. Satu Unit mobil ambulans untuk operasional Puskesmas (Mitsubishi L

300).

d. Satu unit mobil dinas Suzuki APV untuk operasional Puskesmas

diterima tahun 2005.

e. Satu unit mobil Puskesmas keliling (berupa Suzuki APV yang

diadakan oleh Puskesmas pada tahun 2010).

2. Alat komunikasi

Telepon ada enam buah, yaitu :

a. Puskesmas Kecamatan Menteng dengan nomor : 31935836, 3157164,

3103439, Fax 31904965.

34

Page 35: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

b. Puskesmas Kelurahan Gondangdia dengan nomor : 31934421.

c. Puskesmas Kelurahan Pegangsaan dengan nomor : 31934355.

3. Alat medis dan non medis

a. Alat Rontgen di ruangan khusus, untuk ini dipasang dengan PB dan 1

petugas radiographer.

b. Alat pemeriksaan satu unit EKG.

c. Satu unit alat USG dan dua unit nebulizer (bantuan APBN dan

bantuan APBD).

d. Tiga Dental unit di Puskesmas Kecamatan Menteng dan masing –

masing satu unit di Puskesmas Kelurahan.

e. Peralatan laboratorium lengkap.

f. Alat Perlengkapan, Kartu Diagnosis, Kartu Pasien, Formulir laporan

sebagian dianggarkan dari swadana dan yang lainnya dari Dana

Subsidi Pemda DKI Jakarta.

g. Obat – obatan

Perencanaan obat – obatan disesuaikan dengan kebutuhan masing –

masing Puskesmas dengan melihat jumlah kunjungan pada tahun

sebelumnya.

35

Page 36: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel 1.14. Jumlah Tenaga Kesehatan PNS dan Non PNS di Puskesmas

Wilayah Kecamatan Menteng Tahun 2012

No. Keterangan Dokter umum

Dokter gigi

Perawat umum

Perawat gigi

Bidan Analis Farmasi

1. Menteng

PNS

Non PNS

5 4 11 2 3 1 2

1 7 1

2. Pegangsaan

PNS

Non PNS

1 1 1 1 1

3. Gondangdia

PNS

Non PNS

1 1 2 1 1

(Sumber : Laporan tahunan BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng 2012)

36

Page 37: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel 1.14. (Lanjutan)

No. Keterangan radiographer Catatatn medis

gizi administratif Kesling

1. Menteng

PNS

Non PNS

1 2 7 3

1 6

2. Pegangsaan

PNS

Non PNS

3. Gondangdia

PNS

Non PNS

(Sumber : Laporan tahunan BLUD Puskesmas Kecamatan Menteng 2012)

37

Page 38: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

1.1.4 Program Pengendalian Penyakit Berbasis Binatang (P2B2) di Puskesmas

Kecamatan Menteng

Kebijakan penanggulangan penyakit menular khususnya dalam

penanggulangan wabah telah diatur dalam bentuk peraturan perundangan, yaitu UU

No. 4 Tahun 1984 tentang Penyakit Menular serta Peraturan Pemerintah No. 40

Tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular. Peraturan tersebut pada

intinya mengatur :

1. Tata cara penetapan dan pencabutan penetapan daerah wabah.

2. Upaya penganggulangan.

3. Peran serta masyarakat.

4. Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit.

5. Ganti rugi dan penghargaan.

6. Pembiayaan penanggulangan wabah.

7. Pelaporan.

Di berbagai wilayah di Indonesia terdapat perbedaan tingkat endemitas dan

jenis penyakit menular. Pada P2B2 penyakit yang endemis diwilayah Indonesia

adalah demam berdarah, malaria, filariasis, flu burung, leptospirosis dan rabies.

Tingkat endemitas penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan (fisik, sosial, ekonomi) dan perilaku masyarakatnya. Kecamatan Menteng

dengan karakteristik lingkungan dan perilaku masyarakat yang berbeda, sehingga

memiliki endemisitas penyakit menular yang berbeda.

Jumlah Petugas kesehatan yang berperan dalam program Pengendalian DBD

di Puskesmas Kecamatan Menteng :

38

Page 39: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

1. Petugas kesehatan di puskesmas kecamatan Menteng : 2 orang

2. Petugas Jumantik se- kecamatan Menteng : 385 orang

Kegiatan program P2B2 di Puskesmas Menteng mendapat alokasi dana dari

puskesmas.

Adapun alat-alat yang dibutuhkan dalam kegiatan DBD sebagai berikut :

1. Alat Fogging

2. Senter

3. Bubuk Abate

4. Masker

5. Sepatu boot

Di bawah ini akan dijelaskan beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh P2B2 di

wilayah Kecamatan Menteng :

1.1.4.1. Flu Burung (H1NI)

Kegiatan yang dilakukan :

1. Pembentukan dan

pelatihan Tim Gerak Cepat / Tim Investigasi Terpadu terdiri dari :

a. Petugas Surveilans Puskesmas Kecamatan (2 orang )

b. Seksi Peternakan tingkat Kecamatan

c. Petugas Surveilans Sudin dan Dinas Kesehatan dan Peternakan

2. Kesepakatan kegiatan investigasi bersama pasca Pertemuan Lintas Batas

Jabodetabek bidang Kesmas.

3. Komitmen pelaksanaan investigasi kurang dari 1 x 24 jam setelah laporan

diterima.

39

Page 40: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

4. Depopulasi dan sertifikasi unggas.

5. Pengawasan lalu lintas unggas

Langkah-langkah kegiatan yang akan datang :

a. Peningkatan biosekuriti

b. Vaksinasi

c. Depopulasi ( pemusnahan terbatas atau selektif ) di daerah tertular

d. Pengendalian lalu lintas keluar masuk unggas

e. Surveillans dan penelusuran ( tracking back )

f. Stamping out ( pemusnahan menyeluruh ) di daerah tertular baru

g. Peningkatan kesadaran masyarakat

h. Monitoring dan evaluasi

Di kecamatan Menteng tidak ditemukan penyakit flu burung pada periode Januari –

Juli 2013.

1.1.4.2. Leptospirosis

1. Surveilans

a. Surveilans penyakit

b. Surveilans vektor

c. Surveilans faktor risiko

2. Deteksi dini dan pengobatan atau perawatan dini

3. Pengendalian faktor risiko

4. Partisipasi masyarakat

Apabila ditemukan penderita suspect leptospirosis probable ataupun

confirmed maka harus dilakukan penyuluhan, penyelidikan epidemiologi lingkungan

40

Page 41: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

dan case finding yaitu mencari kasus tambahan dengan radius 200 meter dari rumah

penderita untuk diobati atau dirujuk bila dengan komplikasi.

Bila ditemukan penderita tambahan dengan sebab lingkungan yang sama

maka segera dilaporkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) dengan menggunakan

formulir laporan W1 (laporan KLB/berpotensi KLB) dan kasus tambahan selanjutnya

dilaporkan dengan W2 (laporan berpotensi wabah/SKD KLB Sistem Kewaspadaan

Dini). Penanggulangan KLB diikuti penyelidikan kasus dan lingkungan serta

dilakukan pengambilan spesimen terhadap penderita dan hewan tersangka sekitar

lokasi dengan bantuan tim kota/ kab administrasi provinsi dan pusat. Serum sebelum

dikirim agar disimpan didalam freezer dengan menuliskan etiket pada label nama

penderita, umur, jenis kelamin, tanggal pengambilan spesimen pertama dan kedua.

Apabila dilakukan pengambilan spesimen terhadap hewan selain tikus harus bekerja

sama dengan sudin kelautan dan pertanian. Kemudian serum dikirim ke B. Balitvet

Bogor atau RS karyadi Semarang. Pengobatan tersangka penderita / tersangka:

pemeberian antibiotik seperti penicillin, sterpyomysin, doxycicline,tetracycline atau

eritromisin. Menurut Turner pemberian penicillin atau tetracyclin dosis tinggi dapat

memberikan hasil yang sangat baik. Pemberian diberikan 10 hari.

Pencegahan :

1. Kebersihan perorangan dan lingkungan

2. Penggunaan APD (alat pelindung diri)

3. Pengendalian vektor (tikus dan insektivora)

4. Vaksinasi hewan kesayangan dan hewan ternak dinas kelautan dan pertanian

Di kecamatan Menteng tidak ditemukan penyakit leptosprirosis pada periode Januari

– Juli 2013.

1.1.4.3. Rabies

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No : 566/kpts/PD.640/10/2004 Provinsi

DKI Jakarta telah dinyatakan bebas rabies dan untuk mempertahankan telah dibentuk

41

Page 42: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tim Koordinasi Pengaman Daerah Bebas Penyakit Rabies dan Penyakit Menular

Hewan Lainnya di Provinsi DKI Jakarta. Sesuai Surat Keputusan Gubernur No:

2070/2005 tanggal 25 Oktober 2005. Walaupun Provinsi DKI Jakarta telah bebas

Rabies, tetapi tetap merupakan daerah yang terancam penularan Rabies, karena

beberapa Kabupaten di Jawa Barat yang awalnya telah dinyatakan bebas, ditemukan

kembali kasus Rabies baik pada hewan maupun manusia. Demikian pula masih ada

Provinsi di Indonesia yang endemik Rabies.

Sehubungan dengan hal tersebut makan kebijakan Provinsi DKI Jakarta selain

yang telah tertuang dalam PERDA 11 tahun 1995. Tentang pengawasan hewan rentan

Rabies, serta pencegahan dan penanggulangan, juga melakukan :

1. Surveilans dan Intervensi ketat,

antara lain :

a. Tahapan Hewan :

Vaksinasi, Observasi, eliminasi yang dilaksanakan oleh jajaran Dinas

Perternakan, Perikanan dan Kelautan

b. Tahapan manusia

- Pertolongan pertama pada kasus gigitan di puskesmas dan UPK (Unit

Pelayanan Kesehatan) lainnya, sambil melaporkan hewannya ke

pemilik/Sudin Peternakan untuk dipantau dan diumpan balikkan

apakah termasuk HPR/Hewan Penular Rabies (hilang, mati, terjangkit

atau tidaknya akan rabies)

- Pemberian pasteur treatment atas indikasi di rabies treatment center

- Perawatan penderita rabies di rumah sakit yang mempunyai ruang

isolasi.

2. Adapun langkah-langkah yang

dilakuka apabila ada kasus gigitan HPR :

- Mencuci luka dengan sabun atau deterjen dan air yang mengalir

selama kurang lebih 15 menit. Mencuci luka sangatlah penting karena

virus rabies terbungkus lipid (lemak). Walaupun penderita gigitan atau

42

Page 43: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

keluarga sudah dicuci pencucian luka harus tetap dilakukan atau

diulangi.

- Kemudian dapat diberikan antara lain : Alkohol 40 %, 70%, betadin,

iodium tincture, larutan yang mengandungamonium kuartener

3. Luka gigitan tidak boleh dijahit,

apabila harus dijahit maka jahitan yang dilakukan adalah jahitan situasi

4. Luka gigitan dibedakan: Resiko

rendah yaitu : badan dan kaki cukup di puskesmas atau UPK (Unit pelayanan

kesehatan) lainnya, resiko tinggi : jari-jari, lengan, bahu keatas atau muka

multipel harus dirujuk ke rabies treatment center.

5. Apabila HPR diketahui

pemiliknya, agar keluarga korban gigitanberkoordinasi dengan pemilik HPR

untuk menghubungi salah satu yaitu :

- Penilik/ sudin peternakan setempat

- Balai kesehatan hewan dan ikan, Jalan Harsono RM no 28 Ragunan,

telp 7805447 agar HPR dapat diobservasi.

6. Apabila HPR yang menggigit tidak diketahui

pemiliknya/ liar, kasus gigitan dirujukan ke rabies treatment center yang ada

di :

a. RSPI Sulianti Saroso, Jl. Sunter Permai Raya,

Jakarta Utara, telp 6506559, 64011412

b. RSUD Tarakan, Jl. Kyai Caringin no 7 Jakarta

Pusat telp 3842938

7. Vaksinasi yang digunakan saat ini adalah purivied

vero rabies vaksin (verorab) dengan cara pemberian hari ke 0 diberikan 2

angka suntikan di regio deltoideus kanan dan kiri masing-masing 0,5 ml IM,

kemudian hari ke 7 dan 21 masing-masing 1x suntikan IM deltoid kiri dan

kanan.

Di kecamatan Menteng tidak ditemukan penyakit rabies pada periode Januari – Juli

2013.

43

Page 44: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

1.1.4.4. Malaria

Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria,

terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka

kesakitan (insidensi dan prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi

akibat malaria. Pemberantasan malaria haruslah rasional, harus berbasis pada

epidemiologinya seperti: manusia, parasit malaria, vektor dan lingkungannya.

Pemberantasan malaria harus ditujukan untuk memutus penularan penyakit malaria,

dengan sasaran antara lain :

1. Penemuan penderita

Penemuan penderita secara dini merupakan salah satu cara memutus

penyebaran penyakit malaria. Kegiatan tersebut antara lain dilakukan dengan

penemuan penderita malaria secara aktif (ACD = Active Case Detection)

dilakukan oleh petugas juru malaria desa yang mengunjungi rumah secara

teratur. Penemuan penderita secara pasif (PCD = Passive Case Detection)

yakni berdasarkan kunjungan pasien di unit pelayanan kesehatan (Puskesmas

Kelurahan, Puskesmas Kecamatan, dan Rumah Sakit) yang menunjukkan

gejala klinis malaria.

2. Pengobatan penderita

Kegiatan pengobatan penderita antara lain :

a. Pengobatan malaria klinis, adalah pengobatan penderita malaria

berdasarkan diagnosa klinis tanpa pemeriksaan laboratorium.

b. Pengobatan radikal, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan

diagnosa secara klinis dan pemeriksaan laboratorium sediaan darah.

c. Pengobatan MDA (Mass Drug Administration), adalah pengobatan massal

pada saat KLB, mencakup > 80% jumlah penduduk di daerah tersebut yang

diobati.

d. Pelaksanaan pengendalian malaria menuju eliminasi dilakukan secara

bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh pulau tercakup

44

Page 45: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari

penularan malaria. (Menteri Kesehatan RI No.293/MENKES/SK/IV/2009).

Pengendalian malaria selalu mengalami perkambangan, salah satunya

dalam hal pengobatan. Dulu malaria diobati dengan klorokuin, setelah ada

laporan resistensi, saat ini telah dikembangkan pengobatan baru dengan tidak

menggunakan obat tunggal saja tetapi dengan kombinasi yaitu dengan ACT

(Artemisinin-based Combination Therapy).(WHO, 2009).

Obat antimalaria dapat dibagi berdasarkan cara kerja selektifnya pada

fase yang berbeda dari siklus hidup parasit. Obat yang bekerja terhadap

merozoit di eritrosit (fase eritrosit) sehingga tidak terbentuk skizon baru dan

tidak terjadi penghancuran eritrosit disebut skizontosida darah (klorokuin,

kuinin dan meflokuin). Obat yang bekerja pada parasit stadium pre-eritrositer

(skizon yang baru memasuki jaringan hati) sehingga dapat mencegah parasit

menyerang eritrosit disebut skizontosida jaringan (pirimetamin dan

primakuin). Obat yang dapat membunuh gametosit yang berada dalam

eritrosit sehingga transmisi ke nyamuk dihambat disebut gametosida

(klorokuin, kina, dan primakuin). Obat yang dapat menghambat

perkembangan gametosit lebih lanjut di tubuh nyamuk yang menghisap darah

manusia sehingga rantai penularan putus disebut sporontosida (primakuin dan

proguanil). (Depkes RI, 2007)

3. Pemberantasan vektor

Pengendalian vektor adalah tindakan untuk mengurangi atau

melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh Arthropoda penular penyakit

termasuk reservoir (Depkes RI, 2006)

Beberapa cara pengendalian vektor malaria adalah :

Manipulasi lingkungan: Suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan keadaan

sementara yang tidak menguntungkan bagi nyamuk untuk berkembangbiak di

45

Page 46: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

habitatnya, seperti mengangkat lumut dari laguna, pengubahan kadar garam

dan sistem pengairan secara berkala dibidang pertanian (Depkes, 2002)

Secara kimiawi: Upaya pengendalian vektor dilakukan secara kimiawi

misalnya penyemprotan rumah serta bangunan-bangunan lainnya dengan

menggunakan fenitrothion, Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT) dan

lain-lain namun pengendalian ini membutuhkan biaya berlipat ganda, dan

harus disadari bahwa dengan penyemprotan adalah suatu kebijaksanaan

jengka pendek sedangkan jangka panjang adalah pengelolaan lingkungan.

Secara hayati: Pengendalian jentik nyamuk Anopheles sp. secara hayati

dilakukan dengan menggunakan beberapa agent biologis seperti predator

pemakan jentik (clarviyorous fish) yaitu gambusia, guppy, ikan nila dan ikan

kepala timah, patogen misalnya dengan virus yang bersifat cytoplasmic

polyhedrosis, dengan bakteri seperti Bacillus thuringiensis subsp dengan

protozoa seperti Nosema vavraia dan dengan fungi seperti Coelomomyces

Predator: Penebaran ikan pemakan jentik nyamuk yaitu suatu upaya

memanfaatkan ikan sebagi musuh alami (predator) jentik nyamuk yang

ditebarkan pada tempat perkembangbiakan potensi nyamuk dengan tujuan

pengendalian populasi jentik nyamuk, sehingga dapat mengurangi penularan.

Keuntungan penggunaan ikan pemakan jentik antara lain; sekali

dikembangkan pada tempat ynag cocok, populasinya akan berkembang sendiri

secara terus menerus sehingga mengurangi populasi jentik nyamuk, biaya

relatif murah, tidak mencemari lingkungan dan dapat dipelihara di rawa-rawa

yang dalam dan banyak tanaman air. (Depkes RI,2006)

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memberantas jentik nyamuk

Anopheles sp. :

1. Cara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan larvasida yaitu

zat kimia yang dapat membunuh larva nyamuk yang termasuk dalam

46

Page 47: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

kelompok ini adalah solar/minyak tanah, parisgreen, fention altosid

dll. Selain zat kimia tersebut yang diatas dapat juga digunakan

herbisida yaitu zat kimia yang mematikan tumbuh-tumbuhan air yang

digunakan sebagai tempat berlindung larva nyamuk.

2. Cara Biologik

a. Ikan pemakan jentik seperti gambusia, guppy, ikan kepala

timah dan ikan mujair

b. Tumbuh-tumbuhan yang dapat menghalangi sinar matahari

seperti pohon bakau

c. Protozoa (nozema) jamur (Coelomomyces) dan berbagai jenis

nematoda lainyang sedang dalam proses penelitian.

Bentuk operasional RBMI (Roll Back Malaria Initiative) di Indonesia dikenal

dengan nama Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria) yang telah

dicanangkan oleh Menteri Kesehatan pada 8 April 2000. Jadi Gebrak malaria

merupakan upaya pemberantasan malaria melalui kemitraan dengan seluruh

komponen masyarakat. Lebih lanjut, Indonesia bertekad untuk melakukan eliminasi

malaria pada 2030, sesuai dengan Keputusan Menkes No.293/Menkes/SK/IV/2009

tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi malaria di Indonesia.

Indikator Program

Adapun Indikator Outcome meliputi :

1. API (Annual Parasite Incidence) : kegunaannya untuk mengetahui incidence

malaria pada satu daerah tertentu selama satu tahun.

2. AMI (Annual Malaria Incidence) : kegunaannya untuk mengetahui incidence

malaria klinis pada satu daerah tertentu selama satu tahun.

47

Page 48: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

3. MoPI (Monthly Parasite Incidence) : Jumlah penderita positif malaria per

bulan Jumlah penduduk X 1.000. Kegunaannya untuk mengetahui incidence ,

malaria klinis pada satu daerah tertentu selama satu bulan.

4. MoMI (Monthly Malaria Incidence) : Jumlah penderita malaria klinis per

bulan Jumlah penduduk X 1.000. Kegunaannya untuk mengetahui incidence ,

malaria klinis pada satu daerah tertentu selama satu bulan .

5. CFR (Case Fatality Rate) : Kegunaannya untuk mengukur angka kematian

(kematian disebabkan malaria) dibandingkan dengan jumlah penderita

malaria, biasanya digunakan pada saat KLB.

Indikator output

1. PR (Parasite Rate), kegiatan Malariometrik Survey (MS) : Jumlah malaria

positif 0 – 9 th dibagi Jumlah anak 0 – 9 th yg diperiksa SD X 100 % .

Kegunaannya untuk mengetahui prevalence malaria pada suatu daerah

tertentu.

2. IPR (Infant Parasite Rate), kegiatan Malariometrik Survey (MS) : Jumlah

malaria positif 0 – 11 bl dibagi Jumlah anak 0 – 11 bl yg diperiksa SD X 100

% . Kegunaannya untuk mengetahui prevalence kasus malaria penularan

setempat (indigenous) pada satu daerah tertentu.

3. SR (Spleen Rate), kegiatan Malariometrik Survey Dasar (MSD): Jumlah

anak 2 – 9 th membesar limpanya dibagi Jumlah anak 2 – 9 th yg diperiksa

limpanya. Kegunaannya untuk mengetahui prevalence malaria pada suatu

daerah tertentu.

4. SPR (Slide Positivity Rate), dari kegiatan PCD di sarana pelayanan

kesehatan : Jumlah malaria positif dibagi Jumlah malaria klinis yg diperiksa

SD X 100 % . Kegunaannya untuk mengetahui proprosi ketepatan diagnosa.

48

Page 49: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

5. 5 % P Falciparum + mix : Jumlah malaria dg P. falciparum + mix dibagi

Jumlah malaria positif X 100 % . Kegunaannya menentukan kebijakan

pengobatan pada Daerah tertentu salah satu indikator KLB malaria.

STRATIFIKASI

AMI :

o High Incidence Area (HIA) : AMI > 50 %

o Medium Incidence Area (MIA) : AMI 10 – 50 %

o Low Incidence Area (LIA) : AMI < 10 %

API :

o High Case Incidence (HCI) : API > 5%

o Moderate Case Incidence (MCI) : API 1 - < 5 %

o Low Case Incidence (LCI) : API < 1%

Spleen Rate :

o Hypo Endemis : SR < 10 %

o Meso Endemis : SR 10 – 50 %

o Hyper Endemis : SR > 50 %

Parasite Rate :

o Low Prevalence Area (LPA) : PR < 2 %

o Medium Prevalence Area (MPA) : PR 2 – 3 %

o High Prevalence Area (HPA) : PR > 4 %

Di kecamatan Menteng tidak ditemukan penyakit malaria pada periode Januari – Juli

2013.

1.1.4.5. Filariasis

49

Page 50: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit yang

disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit

ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan. Dapat dan menyerang semua golongan

tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang

berisiko tertular penyakit kaki gajah di lebih dari 83 negara dan 60% kasus berada di

Asia Tenggara.

Program Eliminasi Filariasis merupakan salah satu program prioritas nasional

pemberantasan penyakit menular sesuai dengan Peraturan Presiden Republik

Indonesia nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional tahun 2004–2009. Tujuan umum dari program eliminasi filariasis adalah

filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020.

Sedangkan tujuan khusus program adalah (a) menurunnya angka mikrofilaria

(microfilaria rate) menjadi kurang dari 1% di setiap Kabupaten/Kota, (b) mencegah

dan membatasi kecacatan karena filariasis.

Program eliminasi filariasis di Indonesia ini menerapkan strategi Global

Elimination Lymphatic Filariasis dari WHO. Strategi ini mencakup pemutusan rantai

penularan filariasis melalui POMP (Pemberian Obat Massal Pencegahan) filariasis di

daerah endemis filariasis dengan menggunakan DEC (Dietil Carbamazine Citrate)

yang dikombinasikan dengan albendazole sekali setahun minimal lima tahun, dan

upaya mencegah dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan kasus klinis

filariasis, baik kasus akut maupun kasus kronis.

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan pengendali utama program

eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota yang mempunyai tugas dan kewenangan

sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan eliminasi filariasis di Kabupaten/Kota.

Menetapkan tujuan dan strategi eliminasi filariasis di tingkat Kabupaten/Kota.

50

Page 51: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

b. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program

eliminasi filariasis dengan memperkuat komitmen, mobilisasi sumber daya

Kabupaten/Kota.

c. Memperkuat kerjasama lintas program dan lintas sektor serta kerjasama

lembaga mitra kerja lainnya di Kabupaten/Kota.

d. Melaksanakan pembinaan dan asistensi teknis program eliminasi filariasis di

puskesmas, rumah sakit dan laboratorium daerah.

e. Melaksanakan pelatihan eliminasi filariasis di Kabupaten/Kota.

f. Melaksanakan evaluasi cakupan POMP filariasis dan penatalaksanaan kasus

klinis kronis filariasis di daerahnya.

g. Membentuk KOMDA (Komite Daerah) POMP filariasis.

h. Mengalokasikan anggaran biaya operasional dan melaksanakan POMP

filariasis.

i. Mengalokasikan anggaran dan melaksanakan pengobatan selektif,

penatalaksanaan kasus reaksi pengobatan, dan penatalaksanaan kasus klinis

filariasis.

j. Mengkoordinir dan memastikan pelaksanaan tugas puskesmas sebagai

pelaksana operasional program eliminasi filariasis Kabupaten/Kota.

Sejak tahun 2005, sebagai unit pelaksana atau IU (implementation unit)

penanganan filariasis adalah setingkat Kabupaten/Kota. Artinya, satuan wilayah

terkecil dalam program ini adalah Kabupaten/Kota, baik untuk penentuan endemisitas

maupun pelaksanaan POMP filariasis. Bila sebuah Kabupaten/Kota sudah endemis

filariasis, maka kegiatan POMP filariasis harus segera dilaksanakan.

Walau sudah berbasis kabupaten, upaya program tersebut belum dapat

menjangkau seluruh penduduk di wilayah Kabupaten/Kota tersebut. Pola program

semacam ini tidaklah efisien dan tidak efektif karena tetap terdapat risiko penularan

(re-infeksi) karena belum seluruh penduduk terlindungi. Untuk itu, pelaksanaan

51

Page 52: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

POMP filariasis perlu direncanakan secara komprehensif dan mencakup seluruh

wilayah endemis di Indonesia.

Agar mencapai hasil optimal sesuai dengan kebijakan nasional eliminasi

filariasis dilaksanakan dengan memutus rantai penularan, yaitu dengan cara POMP

filariasis untuk semua penduduk di Kabupaten/Kota tersebut kecuali anak berumur

kurang dari dua tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita kronis

filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan marasmus/kwasiorkor dapat

ditunda pengobatannya.

Di kecamatan Menteng tidak ditemukan penyakit filariasis pada periode Januari –

Juli 2013.

1.1.4.6. Penyakit Demam Berdarah (DBD)

Kewaspadaan dini penyakit DBD atau upaya pemberantasan DBD

dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut :

1. Penemuan, pelaporan dan pelacakan kasus penderita DBD

yang dilakukan oleh petugas. Diagnosa sementara penyakit DBD atau

tersangka DBD ditegakkan dengan kriteria yaitu panas tinggi selama 2-7 hari

disertai adanya tanda-tanda perdarahan:

a. Rumple Leed Test

b. Jumlah trombosit <100.000/ul.

c. Hematokrit meningkat ±20%.

2. Penanggulangan Fokus

A. Pengertian PE (Penyelidikan Epidemiologi)

Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita

DBD atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan DBD lainnya dan

pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD ditempat tinggal penderita dan

rumah/bangunan sekitar termasuk tempat umum dalam radius sekurang

– kurangnya 100 meter52

Page 53: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tujuan PE

1. Tujuan umum : mengetahui potensi penularan dan penyebaran

DBD lebih lanjut serta tindakan penanggulangan yang perlu

dilakukan di wilayah sekitar tempat tinggal penderita.

2. Tujuan khusus :

a. Mengetahui adanya penderita dan tersangka DBD lainnya.

b. Mengetahui ada/tidaknya jentik nyamuk penular DBD.

c. Menentukan jenis tindakan yag akan dilakukan..

Langkah – langkah pelaksanaan kegiatan penyelidikan epidemiologi :

1. Setelah menemukan/menerima laporan adanya penderita DBD.

Petugas Puskesmas/koordinator DBD segera mencatat dalam buku

catatan harian penderita DBD

2. Menyiapkan peralatan survei, seperti : tensimeter, termometer,

senter, formulir PE (Penyelidikan Epidemiologi) dan surat tugas.

3. Memberitahukan kepada kades/lurah dan ketua RW/RT setempat

bahwa di wilayahnya ada penderita DBD dan akan dilaksanankan

PE.

4. Masyarakat di lokasi tempat tinggal penderita membantu

kelancaran pelaksanaan PE

5. Pelaksanann PE sebagai berikut :

a. Petugas Puskesmas memperkenalkan diri dan selanjutnya

melakukan wawancara dengan keluarga, untuk mengetahui

ada tidaknya penderita DBD lainnya ( sudah ada konfirmasi

dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya.

53

Page 54: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

b. Bila ditemukan penderita tanpa sebab yang jelas, dilakukan

pemeriksaan kulit (petekie), dan uji torniquet.

c. Melakukan pemeriksaan jentik – jentik pada tempat

penampungan air (TPA) dan tempat-tempat lain yang dapat

menjadi tempat perkembangan nyamuk aedes aegypti baik di

dalam maupun di luar rumah / bangunan.

d. Kegiatan PE dilakukan dalam radius 100 meter dari lokasi

tempat tinggal penderita.

e. Bila penderita adalah siswa sekolah dan pekerja , maka PE

selain dilakukan di rumah PE juga dilakukan disekolah

/tempat kerja penderita oleh Puskesmas setempat.

f. Hasil pemeriksaan adanya penderita DBD lainnya dan hasil

pemeriksaan terhadap penderita demam (tersangka DBD) dan

pemriksaan jentik dicatat dalam formulir PE.

g. Hasil PE segera dilaporkan kepada kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, untuk tindak lanjut lapangan

dikoordinasikan dengan Kades/lurah.

h. Bila hasil PE positif ( ditemukan 1atau lebih penderita DBD

lainnya dan/atau ≥ 3 orang tersangka DBD, dan ditemukan

jentik (≥5%). Dilakukan penanggulanagan fokus (Fogging,

Penyuluhan, PSN dan larvasidasi selektif) sedangkan bila

negatif dilakukan penyuluhan, PSN, dan larvasidasi selektif.

Cakupan PE terhadap kasus DBD =

Jumlah kasus PE (+) x 100%

Jumlah kasus DBD

B. Pengertian penanggulan fokus

Penanggulan fokus adalah kegiatan pemberantasan nyamuk

penular DBD yang dilaksanakan dengan melakukan Pemeberantasan

54

Page 55: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), larvasidasi,

penyuluhan dan pengabutan panas (pengasapan/fogging) dan

pengabutan dingin ULV (Ultra Low Volume) menggunakan insektisida

sesuai dengan kriteria.

Tujuan penanggulan fokus :

Penanggulangan fokus dilaksanakan untuk membatasi penularan

DBD dan mencegah terjadinya KLB di lokasi tempat tinggal penderita

DBD dan rumah/bangunan sekitar serta tempat-tempat umum berpotensi

menjadi sumber penularan DBD lebih lanjut.

Kegiatan

Tindak lanjut hasil PE adalah sebagi berikut :

1. Bila ditemukan penderita DBD lainnya ( satu atau lebih ) atau

ditemukan tiga atau lebih tersangka DBD dan ditemukan jentik ≥

5% dari rumah/bangunan yang diperiksa. Maka dilakukan

penggerakan masyarakat dalam PSN DBD, larvasidasi,

penyuluhan dan pengasapan dengan insektisida di rumah penderita

DBD dan rumah/bangunan sekitar radius 200 meter, dua siklus

dengan interval satu minggu.

2. Bila tidak ditemukan penderita lainnya seperti tersebut di atas,

tetapi ditemukan jentik. Maka dilakukan penggerakan masyarakat

dalam PSN DBD. Larvasidasi selektif dan penyuluhan.

3. Bila tidak ditemukan penderia lainnya seperti tersebut di atas dan

tidak ditemukan jentik. Maka dilakukan penyuluhan kepada

masyarakat.

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan :

55

Page 56: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

1. Setelah Kades atau Lurah menerima laporan hasil PE dari

Puskesmas dan rencana koordinasi penanggulangan fokus

meminta ketua RW dan RT agar warga membantu kelancaran

pelaksanaan penanggulangan fokus.

2. Ketua RW atau RT menyampaikan jadwal kegiatan yang diterima

dari petugas puskesmas setempat dan mengajak warga untuk

berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan penanggulangan fokus.

3. Kegiatan penanggulangan fokus sesuai hasil PE :

a. Pergerakan masyarakat dalam PSN DBD dan larvasidasi:

1) Ketua RW atau RT, Toma (tokoh masyarakat) dan kader

memberikan pengarahan langsung kepada warga pada

waktu pelaksanaan PSN DBD.

2) Penyuluhan dan penggerakkan masyarakat PSN DBD dan

larvasidasi dilaksanakan sebelum dilakukan pengabutan

dengan insektisida.

b. Penyuluhan

Penyuluhan dilaksanakan oleh petugas kesehatan/kader

atau kelompok kerja (Pokja) DBD desa/kelurahan

berkoordinasi dengan petugas puskesmas dengan materi antara

lain :

1. Situasi DBD di wilayahnya

2. Cara–cara pencegahan DBD yang dapat dilaksanakan

oleh individu, keluarga dan masyarakat disesuaikan

dengan kondisi setempat.

c. Pengabutan dengan insektisida

1. Dilakukan oleh petugas Puskesmas atau bekerjasama

dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Petugas

penyemprot adalah petugas puskesmas atau petugas

harian lepas tertatih.

56

Page 57: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

2. Ketua RT, Toma atau kader mendampingi petugas

dalam kegiatan pengabutan.

4. Hasil pelaksanaan penganggulamgan fokus dilaporkan oleh

Puskesmas kepada petugas kesehatan Kabupaten/Kota dengan

tembusan kepada Camat dan Kades/Lurah setempat.

5. Hasil kegiatan pengendalian DBD dilaporkan oleh Puskesmas

kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setiap bulan dengan

menggunakan formulir K-D.

Tabel 1.15. Indikator Program DBD Puskesmas Kecamatan Menteng

Periode Januari – Juli 2013

No. Program Target

1 Penanganan DBD 100%

2 Incidence Rate DBD < 50/100.000 penduduk

3 Angka Bebas Jentik >95%

4 Fogging Focus 100% untuk PE positif

(Sumber: Profil Kecamatan Menteng tahun 2012)

57

Page 58: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah

meliputi:

1. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)

Tujuan : Untuk memantau keberhasilan/kesinambungan Gerakan PSN

DBD “30” menit sekali seminggu secara Serentak Di Propinsi DKI Jakarta

dengan memeriksa ada tidaknya Jentik (Pemantauan Jentik Berkala/PJB) dan

dikaitkan dengan kejadian Kasus DBD di RW.

Sasaran : Tempat perindukan nyamuk di lokasi RW secara sampling

Perlengkapan : Surat tugas, form pencatatan dan pelaporan, senter, gayung

dan larvacid. Indikator :

Angka Bebas Jentik : Jumlah rumah diperiksa (-) jentik X 100%

Jumlah total rumah diperiksa

2. PJB (Pemeriksaan Jentik Berkala)

JUMANTIK

a. Dilaksanakan di RT yang ada JUMANTIK.

b. Seluruh bangunan diperiksa ada/tidaknya jentik secara total coverage.

c. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat perindukan nyamuk di setiap

rumah/bangunan berdasarkan tatanan.

d. Mencatat hasil pemeriksaan jentik dan melaporkan ke Kantor Kelurahan.

e. Puskesmas Kelurahan/Kecamatan menganalisa dan melaporkan bulanan

ke Sudin Kesmas.

NON JUMANTIK

a. Pelaksana adalah petugas Puskesmas Kelurahan/Kecamatan. 58

Page 59: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

b. Menentukan sasaran RW lokasi sekaligus data jumlah

rumah/bangunannya masing-masing.

c. Menyusun jadwal penyelesaian per tiga bulan.

d. Menentukan random sampling untuk 100 rumah/bangunan sampling di

setiap RW sasaran.

e. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat perindukan nyamuk di setiap

rumah/bangunan sampling.

f. Mencatat dan menganalisa hasil pemeriksaan jentik dan per RW.

3. Fogging Fokus DBD KASUS (+)

a. Fogging Fokus dilakukan setelah hasil PE (+) / 2 x 24 Jam.

b. Radius Pengasapan 200 m.

c. Jumlah Pengasapan dua siklus (2x) dengan Interval tujuh hari.

Cakupan Fogging Fokus terhadap kasus DBD :

Jumlah kasus di Fogging Fokus x 100%

Jumlah kasus (+)

4. Pemberantasan Vektor Intensif di Kelurahan Endemis

Sebelum melakukan pemberantasan vektor intensif, harus didahului

tindakan penyuluhan agar masyarakat mau melakukan yang dianjurkan

petugas kesehatan.

Pemberantasan intensif dilakukan di kelurahan endemis tinggi dengan:

a. Fogging Focus, hanya dilakukan bila hasil PE betul-betul memenuhi

kriteria, terutama untuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

b. Abatisasi Selektif, dilaksanakan di kelurahan endemis terutama di

sekolah dan tempat-tempat umum. Semua tempat penampungan air di

rumah dan bangunan yang ditemukan jentik Aedes aegepty ditaburi

59

Page 60: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

bubuk abate sesuai dosis satu sendok makan (10 G) abate untuk 100

liter air.

c. Gerakan PSN-DBD, dilaksanakan dengan kegiatan 3M oleh

masyarakat yang dilakukan setiap minggu sekali.

d. Kegiatan Bulan Bakti Gerakan 3M, adalah keseluruhan kegiatan

masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit DBD dengan

melakukan gerakan serentak membasmi jentik nyamuk penular

demam berdarah selama satu bulan saat kasus terendah. Kegiatan ini

merupakan perwujudan dari Kegiatan Jum’at Bersih serta

perwujudan dari aspek budaya bersih. Gerakan 3M dilakukan setiap

tahun sehingga dapat menjadi kegiatan sehari-hari yang selalu

dikerjakan masyarakat.

e. Penyuluhan, Kegiatan ini ditujukan agar masyarakat melakukan

usaha-usaha pencegahan dan membantu memberantas penyakit DBD

dengan cara :

1) Melaksanakan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dan

melaksanakan usaha kebersihan lingkungan.

2) Berobat sedini mungkin ke Puskesmas atau dokter RS bila ada

tanda-tanda gejala DBD.

3) Mengikuti petunjuk petugas pelaksana pengasapan / abatisasi dan

bila diperlukan ikut serta secara aktif dan melaksanakan abatisasi.

4) Kegiatan kerja bakti dalam program DBD ditujukan agar

masyarakat melaksanakan usaha-usaha pencegahan dan membantu

pemberantasan penyakit DBD dengan cara memberantas jentik

nyamuk penularnya sehingga penularan DBD dapat dicegah.

Pencatatan dan Pelaporan Kasus DBD

60

Page 61: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel. 1.16. Rekap Data kasus DBD di Wilayah Kecamatan Menteng sebelum PE

Periode Januari - Juli 2013

NO. KELURAHAN RW BULAN

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

1. MENTENG 01 1 1 2 1 0 1 1

02 0 0 1 0 1 1 0

03 1 0 1 1 0 0 1

04 2 1 1 0 1 0 0

05 0 1 1 0 0 2 0

06 1 0 0 1 1 0 1

07 1 1 0 0 0 1 0

08 1 1 0 1 0 0 1

09 0 1 1 1 1 0 0

10 0 0 1 0 0 1 0

Jumlah 7 6 8 5 4 6 4

2. KEBON SIRIH 01 0 0 0 0 0 0 0

02 0 1 1 0 1 1 1

03 0 0 1 1 0 1 0

04 0 1 0 0 0 0 0

05 0 0 1 0 0 0 0

06 0 1 1 0 1 1 1

07 0 1 0 1 0 0 0

08 0 1 0 0 0 0 0

09 0 0 0 0 0 0 0

10 0 0 1 0 0 0 0

61

Page 62: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Jumlah 0 5 5 2 2 3 5

No. Kelurahan RW Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

3. PEGANGSAAN 01 0 0 0 0 0 0 0

02 0 0 0 0 0 0 0

03 0 0 0 0 0 0 0

04 0 0 0 0 0 0 0

05 1 0 0 0 0 0 0

06 0 0 0 0 0 0 0

07 0 1 0 2 0 0 0

08 0 0 0 0 0 1 0

Jumlah 1 1 0 2 0 1 0

4. GONDANGDIA 01 0 0 0 0 0 0 0

02 0 0 1 0 0 0 0

03 0 0 0 0 1 0 0

04 0 0 0 0 1 0 0

05 0 0 0 0 1 0 0

Jumlah 0 0 1 0 3 0 0

5. CIKINI 01 1 0 0 1 0 0 0

02 0 0 0 0 0 0 0

03 0 1 1 0 0 0 0

04 0 0 0 0 0 0 0

05 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 1 1 1 1 0 0 0

TOTAL 9 13 15 10 9 10 9

(Sumber: Rekapitulasi kerja Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2013)62

Page 63: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel. 1.17. Insidence Rate (IR) Kasus DBD di Kecamatan Menteng Sebelum

dilakukan PE Periode Januari – Juli 2013

No KelurahanSeluruh

Penduduk (a)

Penderita DBD

Periode Januari- Juli 2013

(b)

IR per 100.000 Penduduk

(b/a x 100.000)

Target <50/100.000

1 Menteng 26.983 40 149/100.000

2 Kebon Sirih 16.204 19 104/100.000

3 Pegangsaan 25.559 5 19/100.000

4 Cikini 12.733 4 31/100.000

5 Gondangdia 8.934 4 44/100.000

Jumlah 90.413 72 79/100.000

(Sumber: Rekapitulasi kerja Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2013)

63

Page 64: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel. 1.18. Laporan Hasil Kegiatan Penanggulangan Kasus DBD Wilayah Kecamatan Menteng tahun 2013

No. Kelurahan Hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE) Kondisi penderita

Jumlah kasus

PE positif

PE negatif

Bukan DBD

Tidak ditemukan

sembuh Meninggal

1 Menteng 40 12 25 0 3 27 0

2 Kebon Sirih 19 10 3 0 6 13 0

3 Pegangsaan 5 2 1 0 2 3 0

4 Cikini 4 2 1 0 1 3 0

5 Gondangdia 4 1 2 0 1 3 0

Jumlah 72 27 32 0 13 49 0

(Sumber: Rekapitulasi kerja Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2013)

64

Page 65: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel. 1.19. Rekapitulasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 30 Menit di

Wilayah Kecamatan Menteng Periode Januari – Juli 2013

No.

Kelurahan

JentikJumlah bangunan

yang diperiksa

(c)

ABJ ( % )

(b/c x 100% )+

(a)

-

(b)

1. Menteng 29 231 260 88,8

2. Kebon Sirih 31 201 232 86,63

3. Pegangsaan 12 277 239 94,97

4. Cikini 48 464 512 90,62

5. Gondangdia 1 25 27 96,29

Jumlah 121 1149 1270 90,47

(Sumber : Rekapitulasi kerja Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2013)

65

Page 66: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel 1.20. Rekapitulasi Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) Puskesmas Wilayah Kecamatan Menteng Periode Januari-Juli 2013

No. Bulan Jumlah bangunan PE positif PE negatif ABJ (%)

1. Februari 500 71 429 85,8

2. Mei 500 66 434 86,8

(Sumber : Rekapitulasi kerja Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2013)

Keterangan : Kegiatan PJB dilakukan per tiga bulan dimulai sejak bulan Februari.

Tabel. 1.21. Pelaksanaan Fogging Fokus Puskesmas Kecamatan Menteng

Periode Januari – Juli tahun 2013.

No.

Kelurahan

Fogging

Siklus I Siklus II

1. Menteng 12 12

2. Kebon Sirih 10 10

3. Pegangsaan 2 2

4. Cikini 2 2

5. Gondangdia 1 1

Jumlah 27 27

(Sumber : Rekapitulasi kerja Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2013)

66

Page 67: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

Tabel. 1.22. Distribusi Kasus Total DBD, Penyelidikan Epidemiologi dan Fogging

Fokus di wilayah Kecamatan Menteng Periode Januari–Juli 2013

No.

Kelurahan

Jumlah Kasus DBD

Total PENon DBD

Tidak ditemukan

Jumlah Fogging Fokus

(f)

Cakupan PE

terhadap kasus DBD

a/(b+c+d+e) x 100%

Cakupan Fogging Fokus

terhadap PE (+)

(f/b)x100%(a)

+(b)

-(c) (d) (e)

1. Menteng 40 12 25 0 3 12100 % 100 %

2. Kebon Sirih 19 10 3 0 6 10100 % 100 %

3. Pegangsaan 5 2 1 0 2 2100 % 100 %

4. Cikini 4 2 1 0 1 2100 % 100 %

5. Gondangdia 4 1 2 0 1 1100 % 100 %

Jumlah 72 27 32 0 13 27100% 100%

(Sumber: Rekapitulasi kerja Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2013)

67

Page 68: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Cakupan Angka Bebas Jentik nyamuk Aedes di Wilayah Kelurahan Kebon

Sirih Periode Januari 2013 – Juli 2013 sebesar 86,63%.

2. Cakupan Angka Bebas Jentik nyamuk Aedes di Wilayah Kelurahan

Menteng Periode Januari 2013 – Juli 2013 sebesar 88,8%.

3. Cakupan Angka Bebas Jentik nyamuk Aedes di Wilayah Kelurahan Cikini

Periode Januari 2013 – Juli 2013 sebesar 90,62%.

4. Cakupan Angka Bebas Jentik nyamuk Aedes di Wilayah Kelurahan

Pegangsaan Periode Januari 2013 – Juli 2013 sebesar 94,97%.

5. Cakupan Insidance Rate (IR) kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di

Wilayah Kelurahan Menteng Periode Januari 2013 – Juli 2013 sebesar

149/100.000.

6. Cakupan Insidance Rate (IR) kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di

wilayah Kelurahan Kebon Sirih Periode Januari 2013 – Juli 2013 sebesar

104/100.000.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Setelah didapatkan identifikasi masalah dari salah satu program wajib di

Puskesmas Kecamatan Menteng maka dipilih satu program yang menjadi masalah,

dengan cara menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang

diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi (observed), selanjutnya

dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga

masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah dari program tersebut adalah

sebagai berikut :

68

Page 69: BAB I laporan kasus kedkel ahakkakadjvnakakjsasfasa ajasd ajssaslfjljl akaksjvkaldjand lasjdn nananaja jadia

1. Cakupan Angka Bebas Jentik nyamuk Aedes pada tatanan pemukiman yang

diperiksa di Wilayah Kelurahan Kebon Sirih Periode Januari 2013 – Juli 2013

sebesar 86,63% kurang dari target yaitu >95%.

2. Cakupan Angka Bebas Jentik nyamuk Aedes pada tatanan pemukiman yang

diperiksa di Wilayah Kelurahan Menteng Periode Januari 2013 – Juli 2013

sebesar 88,8% kurang dari target yaitu >95%.

3. Cakupan Angka Bebas Jentik nyamuk Aedes pada tatanan pemukiman yang

diperiksa di Wilayah Kelurahan Cikini Periode Januari 2013 – Juli 2013

sebesar 90,62% kurang dari target yaitu >95%.

4. Cakupan Angka Bebas Jentik nyamuk Aedes pada tatanan pemukiman yang

diperiksa di Wilayah Kelurahan Pegangsaan Periode Januari 2013 – Juli 2013

sebesar 94,97% kurang dari target yaitu >95%.

5. Cakupan Insidance Rate (IR) kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di

Wilayah Kelurahan Menteng Periode Januari 2013 – Juli 2013 sebesar

149/100.000 melebihi dari target yaitu < 50/100.000.

6. Cakupan Insidance Rate (IR) kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di

wilayah Kelurahan Kebon Sirih Periode Januari 2013 – Juli 2013 sebesar

104/100.000 melebihi dari target yaitu < 50/100.000.

69