BAB I KIA

8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkat pesat. Kemajuan dibidang teknologi membawa manfaat yang besar bagi manusia. Penambahan jalan raya dan penggunaan kendaraan bermotor yang tidak seimbang menyebabkan jumlah korban kecelakaan lalu lintas meningkat, tetapi peningkatan jumlah tertinggi lebih banyak terjadi di negara berkembang. Tingginya angka kecelakaan menyebabkan angka kejadian fraktur semakin tinggi, dan salah satu kondisi fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur ekstremitas, yang termasuk dalam kelompok tiga besar kasus fraktur yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan harus menjalani pembedahan dengan konsekuensi didapatkan efek nyeri setelah operasi. (Novarizki, 2011) Berdasarkan Depkes RI 2007 badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta orang yang meninggal di karenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecatatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi 1

description

keperawatan

Transcript of BAB I KIA

2

3

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkat pesat. Kemajuan dibidang teknologi membawa manfaat yang besar bagi manusia. Penambahan jalan raya dan penggunaan kendaraan bermotor yang tidak seimbang menyebabkan jumlah korban kecelakaan lalu lintas meningkat, tetapi peningkatan jumlah tertinggi lebih banyak terjadi di negara berkembang. Tingginya angka kecelakaan menyebabkan angka kejadian fraktur semakin tinggi, dan salah satu kondisi fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur ekstremitas, yang termasuk dalam kelompok tiga besar kasus fraktur yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan harus menjalani pembedahan dengan konsekuensi didapatkan efek nyeri setelah operasi. (Novarizki, 2011) Berdasarkan Depkes RI 2007 badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta orang yang meninggal di karenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecatatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Penyebab yang berbeda dari hasil survey tim Depkes RI di dapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian 45% mengalami cacat fisik ,15% mengalami stress psikologis karna cemas dan bahkan depresi dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Rohimin ,2009).Kebanyakkan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan, terutama tekanan membengkok, memutar dan menarik. Gerakan fragmen patah tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan pendarahan lebih lanjut. Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. (Arif Mutaqin, S. kep, 2007) Rasa nyeri merupakan stresor yang dapat menimbulkan stress dan ketegangan dimana individu dapat berespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis. Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu badan, sikap badan, dan apabila nafas makin berat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri dapat merangsang respon stress yang dapat mengurangi sistem imun dalam peradangan, serta menghambat penyembuhan respon yang lebih parah akan mengarah pada ancaman merusak diri sendiri (Corwin, 2001).Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Nyeri bersifat subjektif dan tidak ada individu yang mengalami nyeri yang sama. Untuk itu perawat perlu mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya pengontrolan nyeri (potter,2005). Pemberian analgesik dan pemberian narkotik untuk menghilangkan nyeri tidak terlalu dianjurkan karena dapat mengaburkan diagnosa (Sjamsu hidajat, 2005). Perawat berperan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien dan membantu serta menolong pasien dalam memenuhi kebutuhan tersebut termasuk dalam manejemen nyeri (Lawrence, 2002). Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak luput juga kemajuan ilmu dibidang kesehatan dan semakin canggihnya teknologi banyak pula ditemukan berbagai macam teori baru, penyakit baru dan bagaimana pengobatannya. Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien. Pemberian analgesik biasanya dilakukan untuk mengurangi nyeri. Teknik relaksasi merupakan alternatif non obat-obatan dalam strategi penanggulangan nyeri. (Novarizki, 2011)Teknik relaksasi merupakan metode yang dapat di lakukan terutama pada pasien yang mengalami nyeri, merupakan latihan pernafasan yang menurunkan komsumsi oksigen, frekuensi pernafasan,frekuensi jantung dan ketegangan otot. Teknik relaksasi perlu di ajarkan beberapa kali agar mencapai hasil yang oiptimal dan perlunya instruksi mengunakan teknik relaksasi untuk menurunkan atau mencegah meningkatnya nyeri. (Suhartini, 2013). Teknik relaksasi nafas dalam bertujuan membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi atas fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi meningkatakan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Jadi, teknik relaksasi nafas dalam diharapkan dapat membantu mengatasi stres, mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit (Djohan 2006).Teknik relaksasi nafas dalam adalah teknik yang dilakukan untuk menekan nyeri pada thalamus yang dihantarkan ke korteks cerebri dimana korteks cerebri sebagai pusat nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat mengurangi nyeri selama nyeri timbul. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat relaksasi adalah pasien harus dalam keadaan nyaman, pikiran pasien harus tenang dan lingkungan yang tenang. Suasana yang rileks dapat meningkatkan hormon endorphin yang berfungsi menghambat transmisi impuls nyeri sepanjang saraf sensoris dari nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis kemudian ke thalamus, serebri, dan akhirnya berdampak pada menurunnya persepsi nyeri (Brunner & Suddart, 2001).Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu metode manajemen nyeri non farmakologi. Menurut (Brunner & Suddart, 2001) beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi.Berdasarkan uraian di atas maka saya tertarik untuk memberikan teknik relaksasi napas dalam untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien fraktur.

B. Perumusan MasalahDari latar belakang yang di uraikan sebelumnya, maka ditarik perumusan masalahn adalah Apakah ada pengaruh pemberian teknik relaksasi napas dalam untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien fraktur ?

C. Tujuan Penulisan1. Tujuan umumMengetahui pemberian teknik relaksasi napas dalam untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien fraktur.2. Tujuan khususa. Untuk mengetahui nyeri pada pasien fraktur.b. Untuk mengetahui teknik relaksasi nafas dalam pada pasien fraktur.c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian teknik relaksasi untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien fraktur.

D. Manfaat Penulisan1. Bagi Rumah sakit.Diharapkan memberikan perubahan pada praktik keperawatan tentang pentingnya tehnik relaksasi pada pasien pasca operasi dan post operasi dan diharapkan bermanfaat bagi perawat agar dijadikan pedoman dalam melakukan tindakan mandiri keperawatan berupa tehnik relaksasi nafas dalam pada pasien fraktur untuk mengurangi dan mencegah meningkatnya nyeri. 2. Bagi Institusi PendidikanBerperan serta dalam pelaksanaan dan pengembangan ilmu keperawatan, khususnya tindakan mandiri perawat untuk mengurangi nyeri pada pasien pasca oprasi dan post operasi.3. Bagi KeperawatanSebagai gambaran dan acuan bagi riset keperawatan selanjutnya, untuk melakukan penelitian tentang pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien pasca operasi dan post operasi.1