BAB I KEWAJIBAN DAKWAH - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/15873/4/Bab 1.pdf · ia...
Transcript of BAB I KEWAJIBAN DAKWAH - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/15873/4/Bab 1.pdf · ia...
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
KEWAJIBAN DAKWAH
A. Pengertian Dakwah
1. Pengertian Dakwah secara Etimologi
Ditinjau dari segi Etimologi atau bahasa kata dakwah berasal dari
bahasa Arab da’a yad’u artinya mengajak, menyeru, dan memanggil.
Orang yang mengajak, menyeru, memanggil, atau melaksanakan
dakwah disebut ‚da’i‛.1 Menurut Muhammad Abu al-Futuh dalam
kitabnya Al-Madkhal Ila ’ilm Ad-Dawat, dakwah merupakan
penyampaian, pembentukan, dan pembinaan. 2
2. Pengertian Dakwah secara Semantik
Dalam buku ‚Manajemen Dakwah‛ karangan Yunus Hayim Syam,
ditinjau dari segi Semantik atau istilah kata dakwah memiliki beragam
arti. Ragam arti dakwah itu muncul karena berbagai macam sudut
pandang yang di pakai dalam mengartikan istilah tersebut.
Pengertian dakwah telah banyak di buat para ahli, dimana berbagai
pengertian tersebut saling melengkapi. Walaupun berbeda, namun
maksud dan hakikatnya sama.
1Yunus Hayim Syam, Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Shaida Yogyakarta, 2007), 2.
2 Faizah & Lalu muchsin effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada media, 2006), 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
‚Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.‛3
Pada ayat diatas, Al–Quran surat An-nahl ayat 125 menerangkan
bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah swt.
Dengan cara bijaksana, nasehat yang baik, serta berdebat dengan baik
pula. Ayat ini juga menjadi dasar hukum dakwa sebagai suatu kewajiban
bagi umat Islam. Kewajiban dakwah diperoleh dari ayat yang
menjelaskan perintah dakwah, sebab dalam ilmu kaidah ushul fiqih,
kalimat perintah menunjukkan kewajiban (al-Ashl fi> al-amr li> al-wujub).
Meskipun demikian hukum Islam tidak mewajibkan bagi umatnya
untuk selalu mendapatkan hasil maksimal, akan tetapi usahanyalah yang
diwajibkan maksimal sesuai dengan keahlian dan kemampuannya.
Adapun orang yang diajak, ikut ataupun tidak ikut itu urusan Allah
sendiri.
B. Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah merupakan elemen mendasar yang mencakup
komunikasi antara pendakwah dan audien atau peserta dalam sebuah
pengajian. Namun hal ini dianggap terlalu sempit, sehingga Moh Ali Aziz
dalam bukunya ‚Ilmu Dakwah‛ , menjelaskan beberapa unsur dakwah baik
dari soorang da’i (pendakwah) sebagai kominakator, mitra dakwah sebagai
komunikan, pesan yang disampaikan, metode dakwah dan mediah. 4 untuk
menjelaskan secara spesifik lima unsur tersebut, penulis jabarkan sebagaimana
berikut.
1. Pendakwah
Pendakwah adalah orang yang melakukan dakwah atau dapat pula
disebut da’i. Seorang da’i bisa bersifat individu ketika dakwah yang
dilakukan adalah secara perorangan dan bisa juga kelompok atau
kelembagaan ketika dakwah digerakkan oleh sebuah kelompok atau
organisasi. Secara ideal, pendakwah adalah orang mukmin yang
menjadikan Islam sebagai agamnya, Al-Qur’an sebagai pedomannya,
3 DEPAG RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Kusmodasmoro Grafindo,
1994), 420. 4Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Prenada Media Group, 2012), 216-218.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin dan teladannya, ia benar-benar
mengamalkannya dalam tingkah laku dan perjalanan hidupnya, kemudian
ia menyampaikan Islam yang meliputi akidah, syari’ah, dan akhlak
kepada seluruh manusia.
Dari segi keahlian yang dimiliki, Toto Tasmara dalam buku Ilmu
Dakwah karangan Prof Moh.Ali Aziz, menyebutkan dua macam kalangan
manusia yang memiliki kewajiban berdakwah :
a. Secara umum adalah setiap muslim yang mukallaf sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
b. Secara khusus adalah muslim yang telah mengambil spesialisasi di
bidang agama Islam, yaitu ulama dan sebagainya.
Selain itu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi jika ingin
menjadi pendakwah menurut Al-Bayanuni, antara lain:
a. Memiliki keyakinan yang mendalam terhadap apa yang akan
didakwahkan.
b. Menjalin hubungan yang erat dengan mitra dakwah.
c. Memiliki pengetahuan dan wawasan tentang apa yang didakwahkan.
d. Ilmunya sesuai dengan perbuatannya dan konsisten dalam
pelaksanaannya.
e. Perilakunya terpuji, dll
2. Mitra Dakwah
Mitra Dakwah adalah siapapun yang mejadi sasaran dakwah. Mula-
mula kita harus mengelompokkan mitra dakwah dari sudut keimanan
sebelum membuat ciri-ciri psiko-sosiologisnya. Setelah itu, kita membuat
prioritas dan standarnya dalam penerimaan atau penolakan dakwah. Mitra
dakwah tidak hanya berasal dari kalangan umat Islam, namun seluruh
manusia pada umumnya. Dengan demikian dakwa yang dilakukan
kepada orang non-Islam, maka dakwah bertujuan mengajak untuk
mengikuti agama Islam.
Akan tetapi, ajakan dakwah secara teologis tidak dengan cara
memaksa mereka untuk masuk Islam namun, hanya mengajarkan dan
memberi tahu ajaran amar ma’ruf yang ada di dalam agama islam.
Diharapkan ajaran itu juga bermanfaat bukan hanya untuk pemeluk
agama Islam, namun juga untuk semua agama. Sedangkan kepada orang-
orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
kualitas iman, Islam, dan ihsan.5 Sasaran dakwah (objek dakwah)
meliputi masyarakat dilihat dari berbagai segi :6
a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi
sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil
serta masyarakat di daerah marginal dan kota besar.
b. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi
struktur kelembagaan, berupa masyarakat desa, pemerintah dan
keluarga.
c. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari
tingkat usia, berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.
d. Sasaran yang dilihat dari segi tingkat hidup sosial-ekonomis berupa
golongan orang kaya, menengah, miskin dan seterusnya.
e. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari
segi sosial kulkutural sperti golongan priyayi, abangan, dan santri
(klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa).
f. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari
segi okuposional (profesi atau pekerjaan), berupa golongan petani,
pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri dan sebagainya.
Bila dilihat dari kehidupan psikologis, masing-masing golongan
masyarakat tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sesuai
dengan kondisi dan kontekstualitas lingkungannya. Sehingga hal tersebut
menuntut kepada sistem dan metode pendekatan dakwah yang efektif dan
efesien, mengingat dakwah adalah penyampaian ajaran agama sebagai
pedoman hidup yang universal, rasional dan dinamis. Kita dapati bahwa
di dalam Al-Quran perintah dakwah kepada semua pihak, semua golongan
dan siapa saja, sesuai dengan misi dakwah Nabi sebagai rahmah li al-
‘a>lami>m (ka).
Berangkat dari ruang lingkup dakwah Islamiyah yang amat luas itu
maka implementasi dakwah Nabi menggunakan asasu al tadrij (bertahap).
Pertama Nabi berdakwah kepada kerabat terdekat, kemudian diperluas
kepada kaumnya, dan diperluas kepada penduduk Makkah dan sekitarnya,
selanjutnya dakwah meluas lagi mencakup manusia seluruhnya.
Sedangkan sasarannya disamping orang-orang yang takut kepada
Allah, juga kepada orang dzalim dan keras kepala, orang-orang munafik,
5 Wahyu Ilahi,Komunikasi Dakwah,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2010), 19.
6 Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Surabaya : PT Mitra Pustaka,2000),
33.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
orang-orang kafir dan pembangkang, bahkan mengulangi dakwah kepada
orang yang beriman, berbakti dan orang sabar. Dengan mengetahui
karakter dan kepribadian mad’u sebagai penerima dakwah, maka dakwah
akan lebih tararah karena tidakdisampaikan secara serampangan.7
3. Pesan Dakwah
Dalam ilmu komunikasi, pesan dakwah adalah message yaitu
berupa simbol-simbol. Dalam literatur berbahasa Arab pesan dakwah
disebut maud}u’ al-da’wah. Istilah ini lebih tepat dibanding dengan istilah
‚Materi dakwah‛ yang diterjemahkan dalam bahasa Arab menjadi
Ma>ddah al-da’wah. Sebutan yang terakhir ini bisa menimbulkan kesalah
pahaman sebagai logistik dakwah. Istilah pesan dakwah dipandang lebih
tepat untuk menjelaskan ‚isi dakwah berupa kata, gambar, lukisan dan
sebagainya yang diharapkan dapat memberikan pemahaman bahkan
perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah‛. Jika dakwah melalui
tulisan,maka yang ditulis itulah pesan dakwah. Jika dakwah melalui lisan,
maka yang diucapkan pembicara itulah pesan dakwah. Jika melalui
tindakan, maka perbuatan baik yang dilakukan itulah pesan dakwah.
Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan pesan dakwah
selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu Al-Qur’an dan
Hadist. Dengan demikian, semua pesan yang bertentangan terhadap Al-
Qur’an dan hadist tidak dapat disebut pesan dakwah.
Kemajuan ilmu dan teknologi sekarang ini telah mengantar kita
kepada sebuah kemudahan dimana ada cara berkomunikasi dengan
canggih, sebut saja komputer dan internet. Sarana dan prasarana ini tentu
akan membantu para pendakwah untuk menyampaikan pesan dakwah
tersebut. Contohnya dengan berdakwah, seorang pendakwah yang akan
menulis di internet akan banyak mengundang mitra dakwah yang
melihatnya. Sudah waktunya agar ide-ide pembangunan dapat
dikombinasikan dalam bahasa dan tabligh. Diterjemahkan kedalam
bahasa agama dan diantarkan melalui pintu agama. Sehingga lebih
mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat.8
Pesan atau pernyataan manusia pada awalnya merupakan hasil
pengelolahan manusia terhadap peristiwa dan kejadian yang terjadi di
alam semesta dan disampaikan kepada orang lain yang bertujuan untuk
memberitahu, menyampaikan informasi dan mendidik. Adapun
7 Samsul Munir Amin,Ilmu Dakwah,(Jakarta : Sinar Grafika Offset,2008), 15.
8 Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah, (Badung : Mizan, 1997), 122.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
penyampaian pesan yang mengandung pengertian, seperti halnya
komunikasi. Komunikasi dimaksud dengan proses sosial yang
mengandung arti yang khas bagi masyarakat terkait. Sesuatu yang di
usulkan akan bisa diterima apabila komunikasi mempunyai harapan akan
memperoleh manfaat. 9
Dalam buku ‚Filsafat Dakwah‛ karya Abdul Basit disebutkan
bahwa ada banyak teori pesan dakwah yang perlu kita ketahui, antara
lain: 10
a. Teori Retorika
Retorika merupakan teknik penyampaian pesan yang paling banyak
digunakan dalam dakwah Islam dan telah memiliki sejarah yang
panjang. Retorika menjadi seni berpidato.
b. Teori Hermeneutika
Teori ini biasanya melalui titik tekannya berkaitan dengan
penyampaian yang bersifat tertulis. Tujuannya untuk menghidupkan
dan memikirkan kembali pemikiran dan perasaan seseorang.
c. Teori Filantropi
Kata filantropi berasal dari kata philos berarti mencintai dan
menyayangi, dan antro berarti manusia. Jadi secara etimologi
mengandung makna mencintai atau menyayangi sesama manusia.
Menurut Muchsin Effendi dakwa sebagai suatu usaha, aktivitas
dakwah harus bisa di ukur keberhasilanya. Oleh karena itu tujuan dari
aktivitas dakwah harus dirumuskan secara lengkap, terutama tujuan
dalamnya. Dari sudut pandang psikologi dakwah, ada 5 ciri dakwah yang
efektif :
a. Jika dakwah dapat memberikan pengertian terhadap masyarakat
(mad’u) tentang apa yang didakwahkan.
b. Jika masyarakat (mad’u) merasa terhibur oleh dakwah yang diterima.
c. Jika dakwah dapat berhasil meningkatkan hubungan baik antara da’i
dan masyarakat.
d. Jika dakwah dapat merubah masyarakat mad’u yang kurang paham.
e. Jika dakwah dapat memancing respon masyarakat.11
9 Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), 80.
10 Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta : Raja Grafindo, 2013), 151.
11 Lalu Muchsin Effendi, Psikolog Dakwah, (Jakarta : Rahmat Semesta, 2006), 15.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
4. Metode Ilmu Dakwah
Metode ilmiah adalah gabungan antara pemikiran rasional dengan
penetapan fakta empiris sebagai verifikasinya. Terdapat dua macam
metode penyelidikan ilmiah. Pertama, metode siklus empiris, yaitu cara-
cara penanganan sesuatu objek ilmiah tertentu yang dilakukan dalam
ruang-ruang tertutup, seperti dalam laboratorium, kamar kerja ilmiah,
studio ilmiah dan sebagainya. Kedua, metode linier, yaitu cara-cara
penanganan sesuatu yang terdapat dan dilakukan di alam terbuka,
khususnya menyangkut perikehidupan atau tingkah laku manusia. Karena
objek material ilmu dakwah adalah manusia, maka metode yang
digunakan adalah metode linier.Model metode ini menurut ilmuwan
dakwah untuk selalu mudah beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang
lain.
Terdapat beberapa metode yang dapat diterpakan dalam praktek
dakwah. Diantaranya seperti yang dijelaskan dalam buku pengantar ilmu
dakwah karya Wahidin Saputra disebutkan bahwa ada 4 Sumber Metode
Dakwah : 12
a. Al-Qur’an
Banyak sekali ayat Al-Qur’an membahas masalah dakwah, dimana
ayat di dalam Al-Qur’an sebagai metode yang harus di pahami oleh
setiap muslim sebagai metode dakwah yang di ajarkan rasulullah.
b. Sunnah Rasul
Dimana contohnya adalah hadist-hadist yang menjelaskan cara jaman
Rasullah SAW dalam etode dakwahnya ketika beliau berjuang di
mekkah atau di madinah.
c. Sejarah Hidup Para Sahabat dan Furqaha
Dimana sejarah para sahabat ini bisa di jadikan acuan tentang cerita
Rasullah SAW agar lebih memahami metode dakwah.
d. Pengalaman
Pengalaman menambahkan sebuah wawasan yang penting sebagai
referensi kita supaya kita tau macam dari banyak metode dakwah yang
digunakan oleh Rasullah SAW ataupun da’i sekarang.
5. Media Dakwah
Secara garis besar, Media meliputi manusia, materi dan lingkungan
yang membuat orang lain memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
12
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),
255-256.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
sikap. Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
perantara, tengah atau pengantar. Dari pengertian ini ahli komunikasi
mengartikan media sebagai alat yang menghubungkan pesan komunikasi
yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan (penerima
pesan). Dalam bahasa arab media sama dengan wasilah atau dalam
bentuk jamak wasail yang berarti alat atau perantara.
Dalam buku komunikasi dakwah karya Wahyu Ilaihi disebutkan
bahwa ada beberapa bentuk media komunikasi:13
Ditinjau dari segi
bentuknya dapat di tinjau dari bentuknya dapat digolongkan menjadi
audio (mendengar), visual (membaca), audiovisual (mendengar dan
membaca).
Bentuk media komunikasi audio biasanya memanfaatkan teknologi
elektronik misalnya radio, tape recorder, dsb. Media visual biasanya
menyambung dengan signal grafis, seperti : gambar, gambar bergerak,
dan teks. Sedangkan audiovisual yaitu pesan komunikasi yang
menyambung signal suara dan grafis sekaligus. Pemikiran yang lain
tentang pesan dakwah (media dakwah) :
a. Lisan :media dakwah yang menggunakan lidah dan suara.
b. Tulisan :biasanya berupa buku, majalah, spanduk, dan surat
kabar.
c. Lukisan : seperti gambar, karikatur dll.
d. Audio visual : alat dakwah yang dapat merangsang pendengaran
dan penglihatan.
e. Akhlak : perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam
yang dapat langsung dicontoh oleh penerima pesan dakwah.
Di dalam buku Ilmu Dakwah karya Samsul Munir amin disebutkan
bahwa unsur-unsur dakwah yang lain adalah strategi dakwah.14
Strategi
dakwah artinya metode, siasat, taktik atau manuver yang di pergunakan
dalam aktivitas(kegiatan) dakwah.
Strategi Sentimentil, dakwah yang memfokuskan aspek hati dan
menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah. Memberikan mitra
dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan, atau
memberikan pelayanan yang memuaskan. Berikut beberapa strategi
dalam dakwah :
13
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Surabaya : Mitra Media Nusantara, 2013), 157. 14
Samsul Munir amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH,2009), 107.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
a. Strategi rasional, dakwah dengan beberapa metode yang
memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mitra
dakwah untuk berpikir, merenungkan, dan mengambil pelajaran.
Penggunakan hukum logika,diskusi, atau penampilan contoh dan
bukti sejarah merupakan beberapa metode dari strategi dakwah.
b. Strategi indrawi, dapat di namakan dengan strategi
eksperimen,atau strategi ilmiah. Di definisikan sebagai sistem
dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada
pancaindra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan
percobaan.
Dalam buku dakwah Islam Dakwah Bijak karya Said Bin Al-
Qathani disebutkan bahwa 8 cara atau strategi dakwah dengan bijak
diantaranya: 15
a. Memilih waktu kosong dan kegiatan terhadap kebutuhan
audiens. Usahakan mereka agar tidak jenuh dan waktu mereka
banyak terisi dengan petunjuk, pengajaran yang bermanfaat, dan
nasihat yang baik.
b. Jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukan
menimbulkan fitnah.
c. Menjinakkan hati dengan harta dan kedudukan.
d. Menjinakkan hati dengan memberi maaf ketika dihina, berbuat
baik ketika disakiti, bersikap lembut ketika dikasari, dan
bersabar ketika dizalimi.
e. Pada saat memberi nasihat jangan menunjuk langsung kepada
orangnya tetapi berbicara dengan sasaran umum.
f. Memberikan sarana yang dapat mengantarkan seseorang pada
tujuannya.
g. Seorang pendakwah harus siap menjawab berbagai pertanyaan.
Setiap pertanyaan sebaiknya dijawab secara rinci dan jelas
sehingga orang bertanya merasa puas.
h. Memberikan perumpamaan – perumpamaan.
15
Said Bin Al Qothani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994),
94.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
C. Hadist Tentang Kewajiban Berdakwah
عت:قالعنوهللارضياخلدريسعيدأبعن وسلمعليوهللاصلىهللارسولسقولي همنكرامنكمرأىمن: يستطعلفإنفبلسانويستطعلفإنبيدهف لي غي
مسلمرواهاإليانأضعفوذلكفبقلبو"Dari abu sa’id alkhudriy radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: saya pernah mendengar Rasulullah s}alla Allahu ‘alai>hi wasallam bersabda: ‚Barangsiapa di antara kamu melihat sesuatu kemungkaran, maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya (dengan kekuatan), jika dia tidak sanggup demikian (lantaran tidak mempuyai kekuatan atau kekuasaan), maka dengan lidahnya (teguran dan nasihat), jika (pun) tidak sanggup demikian (lantaran serba lemah), maka dengan hatinya, dan yang (terakhir) ini adalah selemah-lemahya iman (iman yang paling lemah)‛16
Dalam hadist ini dijelaskan bahwa siapapun yang melihat kemungkaran,
seketika itu juga haruslah kita mengubah kemungkaran tersebut. Akan tetapi
mengubah kemungkaran tidak boleh dilakukan dengan cara yang bersifat
memaksa melainkan diharuskan untuk mengubah secara bertahap. Karena
pada hakikatnya salah satu karakteristik berdakwah adalah memudahkan dan
tidak mempersulit (bersifat memaksa) mad’u sebagaimana dijelaskan dalam
surah Al-Baqarah ayat 185.17
‚Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.‛
18
Penjelasan hadis diatas juga mengandung makna tahapan dalam
berdakwah, hal ini dapat dilakukan dengan cara yaitu yang pertama, kita
16
Muslim bin Hajjaj Al-Naisabury, S}ahih Muslim, (Beirut: Da>r Al-Ih}ya’ Turath} Al-
‘Araby, ttp), Juz. 1, 69. 17
M. Munir dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2009), 54. 18
DEPAG RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Grafindo Kusmosudarso,
1994), 44.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
harus mengubah dengan kekuasaan atau tindakan. Jika dengan tangan belum
merubah kemungkarannya maka dilanjutkan kita nasehati dengan lisan, jika
masih belum berubah maka jalan terakhir, kita mendo’akannya supaya orang
yang melakukan kemungkaran tersebut sadar dan kembali kepada kebaikan.
Dan mendo’akannya itu usaha terakhir yang dapat kita lakukan.
Melalui sabda Nabi Muhammad kita ingatkan agar melakukan amar
ma’ruf nahi munkar sesuai dengan kemampuan kita. Ibnu Qudamah dalam
bukunya ‚Mukhtasar Minhaj Al-Qasidin‛, menyatakan bahwa dalam beramar
ma’ruf nahi munkar harus sesuai dengan kemampuan yang rasional.
Menurutnya, jika seorang muslim sudah tahu tidak memiliki kekuatan
memadai untuk mengalahkan kemunkaran, namun tetap memaksakan diri
hingga mencelakakan dirinya, hukumnya haram. Sebab amar ma’ruf harus
memberikan pengaruh positif dan memberi manfaat.
Dalam hal ini, Nabi Muhammad menjelaskan tiga strategi dan tingkatan
dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu:19
1. Dengan tangannya. Maksud dengan teladan yang baik dan tindakan nyata
sesuai profesi atau kedudukannya masing-masing. Misalnya, bagi
pengurus kelas dapat membuat tata tertib kelas dan mengawasi
peraturannya dengan ketat sehingga menjadi kelas teladan. Bagi kepala
desa, bupati atau walikota, dapat melakukan amar ma’ruf nahi munkar
dengan cara menegakkan disiplin dan mengadakan oprasi, seperti
memberantas perjudian minum-minuman beralkohol, prostitusi dan
penyakit masyarakat lainnya yang menjadikan kehidupan ini tidak
tentram. Bagi para anggota dewan dapat membuat undang-undang atau
peraturan daerah untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Begitu
pula polisi, penegak hukum dan lain sebagainya.
2. Dengan lisan. Jika seseorang tidak mampu melakukan amal ma’ruf
dengan tangannya, cara kedua dengan lisannya. Misalnya, memberikan
nasihat yang baik, memotivasi untuk melakukan kebaikan, dan
mengingatkan akibat-akibat perbuatan kemungkaran. Dan jika tidak
dapat dilakukan secara langsung dapat lewat tulisan. Misalnya menulis
‚Jika kamu menyayangi dirimu, maka sayangilah pula tumbuhan di
sekitarmu‛ yang ditempel pada tempat-tempat tertentu.
3. Dengan hatinya. Yaitu mengfungsikan kata hatinya yang bersih. Cara ini
merupakan cara yang paling lemah karena hanya dapat membentengi
dirinya sendiri. Karena tidak mempunyai keberanian dan kekuasaan untuk
19
Hadna Mustafa, Ayo Mengaji Al-Qur’an Dan Hadits, (Jakarta: Erlangga, 2010), 78.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
memerintah yang baik kepada orang lain apalagi mencegah dari
kemungkaran, dia hanya diam saja. Tetapi dalam hatinya tidak pernah
terlintas merestui perbuatan-perbuatan yang mungkar bahkan selalu
berdoa agar kemungkaran-kemungkaran itu cepat lenyap dan berbalik
menuju kebaikan.
Dalam hadist di atas dikatakan mengubah dengan hati merupakan
selemah-lemahnya iman. Artinya, selemah-lemah keadaan seseorang dan
sekurang-kurangnya keadaan seseorang, dia wajib menolak kemungkaran
dengan hatinya, kalau dia masih ingin dianggap oleh Allah sebagai seorang
yang masih mempunyai iman, walaupun merupakan iman yang paling lemah.
Dengan demikian, secara mental, dia berteguh menolak kemungkaran,
walaupun lisannya tidak mampu mencegahnya. Penolakan kemungkaran
dengan hati demikian itu tempat bertahan paling minimal, hingga suatu saat
ketika lisan bisa kembali melakukan tugasnya, maka hati, lidah, dan tangan
dapat bekerja bersama untuk menggerakkan kebaikan dan kebenaran,
memberantas kemungkaran dan kebatilan.20
Hadits di atas menunjukan, bahwa dalam ber amar ma’ruf nahy munkar
ada beberapa tingkatan, ini sesuai dengan kemampuan dan kedudukan orang
yang memberi peringatan tersebut. Sebagaian ulama berpendapat bahwa
merubah dengan tangan adalah kewajiban para penguasa, megubah dengan
lisan adalah bagi para Ulama, dan merubah dengan hati adalah untuk seluruh
orang yang beriman.
Bagi para penguasa, merubah suatu kemunkaran adalah dengan cara
menangkap dan menghukum pelaku kejahatan, jika telah jelas buktinya. Dan
bagi para ulama adalah dengan memberi nasihat serta peringatan dengan
lemah lembut dan bijaksana, baik melalui media seperti TV, mimbar, radio,
dll. Ataupun menasihatinya secara langsung. Dan adapun bagi orang beriman
secara umum adalah dengan cara mengingkarinya dalam hati, yakni meyakini
bahwa perbuatan itu salah.
Orang yang melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, tidak harus telah
mengerjakan seluruh perintah agama, dan menjauhi seluruh laranganya. Ia
tetap wajib melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar walaupun perbuatannya
sendiri menyalahi hal itu. Hal ini karena seseorang harus melakukan dua
perkara, yakni menjalankan amar ma’ruf nahi munkar kepada diri sendiri, dan
kepada orang lain. Jika yang satu dikerjakan, bukan berarti yang lain tidak. Ini
selalu terjadi di masyarakat. Contoh: ketika seorang pemabuk melihat orang-
20
Tutty Alawiyah A S, Strategi Dakwah, (Bandung: Mizan, 1997), 30.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
orang yang sedang mabuk, dia tidak mau menasehatinya, karena dia berfikir
‚Masa aku harus melarang mereka mabuk, sedang aku sendiri seorang
pemabuk‛.
Namun, Kalau semua masyarakat berfikir seperti ini, maka akan sulit
untuk melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar. Sebab jika seseorang
masih merasa dirinya belum baik, maka bukan berarti ia harus membiarkan
suatu kemunkaran yang ada dihadapannya. Jadikanlah nasihatnya itu sebagai
cambuk untuknya agar ia pun merasa malu dan akhirnya mau melaksanakan
apa yang ia perintahkan kepada orang lain. Walaupun idealnya orang yang
memberikan nasihat itu adalah orang yang baik, yang mau menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangannya.21
قالوسلم،عليوهللاصلىالنبنأعمرو،بناللعبدعن ب لغوا: آيةولوعن (خباررواه)
‚Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, :Sampaikanlah yang (kamu terima) dariku, walaupun satu ayat‛(HR. Bukhori).22
Dalam hadist ini dijelaskan bahwa sedikitpun ilmu yang kita miliki,
wajib bagi kita untuk menyampaikannya kepada orang lain. Dalam hadist ini
terdapat kalimat ‚sampaikan dari walaupun hanya satu ayat‛. Satu ayat disini
tidak diartikan dengan makna yang sesungguhnya 1 ayat Al-qur’an namun
diistilahkan dengan ‚Apapun ilmu yang bersifat ma’ruf yang kita miliki
walaupun kita hanya sekedar mengetahuinya melalui apa yang pernah kita
dengar dalam majlis-majlis pengajian, dan lain sebagainya, walaupun kita
tidak mengetahui asbabul wurud dari hadist tersebut‛.
Dakwah dalam arti luas adalah kewajiban yang harus dipikul oleh tiap-
tiap muslim dan muslimah. Tidak boleh seorang muslim dan muslimah pun
menghindarkan diri darinya. Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi mungkar
adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat.
Ini adalah kewajiban manusia yang memiliki kodrat fitrah sebagai social
being (makhluk sosial), dan kewajiban dakwah ini tercantum dalam kitabullah
dan sunnah rosul. Oleh karena itu, dakwah bukan hanya wajib dilakukan
golongan ulama atau cerdik-cendekiawan saja melainkan untuk semua
21
Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Prenada media grup, 2012), 347. 22
Muhammad bin Isma’il Al-Bukhary, S{ah{ih{ Al-Bukhary, (Beirut: Da>r Al-Ih}ya’ Turath
Al-‘Araby, ttp), Juz. 4, 170.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
golongan. Bagaimana suatu masyarakat akan mendapat kemajuan apabila para
anggotanya yang mempunyai ilmu agama tidak bersedia mengembangkan dan
mengajarkan ilmunya untuk kemajuan sesama anggota masyarakatnya.
Suatu ilmu yang bermanfaat, tiap-tiap yang khair dan ma’ruf, yang baik,
patut, dan pantas bisa terbit dari tiap anggota masyarakat. Dan tiap-tiap benih
kebenaran itu mempunyai daya berkembangnya sendiri. Tinggal kita
menaburkan dan memupuknya.23
Contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari
yaitu dengan mengajak keluarga atau orang disekitar kita untuk sholat
berjama'ah di masjid.
Dengan mengistiqomahkan hal tersebut Insya Allah kita akan mendapat
pahala yang besar, pertama pahala sholat berjama'ah dan kedua pahala
mengajak orang untuk sholat berjama'ah di masjid. Meskipun masih hanya
sedikit ilmu yang kita miliki sudah seharusnya kita mengamalkan ilmu
tersebut untuk disampaikan kepada sesama muslim daripada kita kaya ilmu
tapi miskin penyampaian, maka rugilah kita jika hal tersebut sampai terjadi.
Contoh lain yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
kita adalah dengan menyampaikan ilmu tersebut untuk mengajak sesama
muslim kepada amar ma'ruf dan nahi munkar. Sudah menjadi kewajiban bagi
setiap muslim untuk mengajak sesamanya kepada amar ma'ruf dan nahi
munkar. Allah berfirman dalam surat Ali Imron ayat 104 yang artinya : "Dan
hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,
maka merekalah orang-orang yang beruntung".
Banyak diantara kita yang masih mengabaikan ayat ini, contohnya saat
kebanyakan orang masih gemar melihat berbagai kemunkaran yang terjadi di
masyarakat seperti judi, sabung ayam dan lain sebagainya. Kadang di
masyarakat terjadi dilema, diantaranya jika seseorang mengingatkan untuk
tidak melakukan hal-hal negatif maka ia akan dijauhi atau bahkan malah
diejek dan dianiaya oleh sekelompok orang yang melakukan kemunkaran.
Allah tidak tidur dan akan memberikan balasan kepada tiap-tiap orang yang
membiarkan atau malah melakukan kemunkaran tersebut.
Dalam kaitannya dengan hadits diatas, jika kita tidak mengamalkan satu
ilmu pun yang kita punya utuk mengajak sesama muslim kepada yang ma'ruf
maka akan sia-sia aja ilmu kita dan kita akan termasuk ke golongan orang
yang merugi.
23
Tutty Alawiyah A S, Strategi Dakwah, (Bandung : Mizan, 1997), 25.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
ت نزلحترسلك،علىان فذقالوسلعليوهللاصليهللارسولانىريرةابعنسلم،إلادعهمثتهم،بساح ف وهللافيو،هللاحقمنعليهميبباوأخبىماإل
رواحدارجلبكهللاي هديلن الن عمحرلكيكونأنمنلكخي
‚Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Ajaklah mereka memeluk Islam dan beritahu mereka apa-apa yang diwajibkan atas mereka yang berupa hak Allah di dalamnya. Demi Allah, Allah memberi petunjuk kepada seseorang lantaran engkau, adalah lebih baik bagimu daripada engkau memiliki unta merah‛24
Dalam hadist ini terdapat kalimat ‚Ajaklah mereka memeluk Islam‛,
maka pendakwah dalam hal ini disarankan untuk berdakwah kepada seluruh
umat manusia baik muslim maupun non muslim dan menjelaskan bahwa Islam
merupakan agama yang benar dan agama yang diridhoi oleh Allah Swt.
Dalam hal ini jika mad’u nya adalah non muslim, pendakwah disarankan
untuk mengajak dan menyerukan Islam. Namun pendakwah tidak
diperbolehkan untuk memaksa mad’u non muslim tersebut untuk masuk Islam
kecuali atas dasar keinginan mad’u itu sendiri. Karena pada hakikatnya
dakwah tidak boleh bersifat memaksa. Tapi jika kita mendakwahi kaum
muslimin yang telah mengetahui pokok pertama, yaitu tauhid dan tidak ada
hal yang menggugurkan atau menguranginya, maka kita menyerukan kepada
mereka pokok-pokok selanjutnya sebagaimana yang telah disebutkan dalam
hadits tadi.
Dalam hadist ini pun dijelaskan bahwa siapa pun yang mengajak kepada
kebaikan, misalnya mengajak sholat berjama’ah di masjid, mengajak untuk
bershodaqah, dan lain sebagainya maka pahalanya itu sama besarnya dengan
orang yang melakukan kebaikan itu. Dan mengapa dalam hadist ini
dipermisalkan dengan unta merah, karena unta merah itu merupakan hadiah
teristimewa pada jaman Nabi, dan hanya diberikan kepada para da’i dimasa
itu. Itu merupakan kenikmatan duniawi, unta merah merupakan imbalan
duniawi maka tentunya akhiratpun juga lebih nikmat daripada unta merah.
‚Unta merah adalah semulia-mulianya harta menurut mereka (para
24
Muhammad bin Isma>’il Al-Bukha>ry, S{ah{ih{ Al-Bukha>ry, (Beirut: Da>r Al-Ihya’ Turath
Al-‘Araby, ttp), Juz. 4, 60.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
sahabat).‛25
Di lain tempat, beliau rahimahullah mengatakan, ‚Unta merah
adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu (di masa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).‛ 26
Yah}ya bin Syarf An-Nawawi rahimahullah memberikan penjelasan
bahwa Beliau rahimahullah mengatakan, ‚Yang dimaksudkan dalam hadits
tersebut adalah unta merah.Unta tersebut adalah harta teristimewa di
kalangan orang Arab kala itu. Di sini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjadikan unta merah sebagai perumpamaan untuk mengungkapkan
berharganya (mulianya) suatu perbuatan.
Dan memang tidak ada harta yang lebih istimewa dari unta merah kala
itu. Sebagaimana pernah dijelaskan bahwa perumpamaan suatu perkara
akhirat dengan keuntungan dunia, ini hanyalah untuk mendekatkan
pemahaman (agar mudah paham). Namun tentu saja balasan di akhirat itu
lebih besar dari kenikmatan dunia yang ada. Demikianlah maksud dari setiap
gambaran yang biasa disebutkan dalam hadits. Dalam hadits ini terdapat
pelajaran tentang keutamaan ilmu, dijelaskan pula keutamaan seseorang yang
mengajak pada kebaikan serta menjelaskan keutamaan menyebarkan sunnah
(ajaran Islam) yang baik27
.
Sekilas cerita tentang da’i yang diberi hadiah unta merah: Dari Sahl bin
Sa’d ra., suatu ketika dalam peperangan Khaibar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ‚Sungguh, aku akan memberikan bendera atau hadiah ini
kepada seorang pria yang melalui kedua tangannya Allah akan memberikan
kemenangan, dia mencintai Allah dan rasul-Nya, dan Allah dan rasul-Nya pun
mencintainya.‛ Sahl berkata: Maka di malam harinya orang-orang pun
membicarakan siapakah kira-kira di antara mereka yang akan diberikan
bendera itu. Sahl berkata: Ketika pagi harinya, orang-orang hadir dalam
majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Masing-masing dari mereka
sangat mengharapkan untuk menjadi orang yang diberikan bendera itu.
Kemudian, Nabi bersabda, ‚Dimanakah Ali bin Abi Thalib?‛. Mereka
menjawab, ‚Wahai Rasulullah, dia sedang menderita sakit di kedua matanya.‛
Sahl berkata: Mereka pun diperintahkan untuk menjemputnya. Kemudian, dia
pun didatangkan lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meludahi kedua
matanya dan mendoakan kesembuhan baginya maka sembuhlah ia. Sampai-
25
Imam Abu Thayyib, ‘Aun Al-Ma’bud, (Beirut: Da>r Kutub Al-Ilmiyyah}, 1415 H.), Juz.
4, 206. 26
Ibid. Juz. 10, 69. 27
Imam Nawawi, Al-Minhaj :Syarh S{ah}ih} Muslim, (Beirut: Da>r Ih}ya’ Al-Turats, 1392),
Juz. 15, 178.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
sampai seolah-olah tidak menderita sakit sama sekali sebelumnya. Maka
beliau pun memberikan bendera itu kepadanya. Ali berkata, ‚Wahai
Rasulullah, apakah saya harus memerangi mereka hingga mereka menjadi
seperti kita?‛. Beliau menjawab, ‚Berjalanlah dengan tenang, sampai kamu
tiba di sekitar wilayah mereka. Lalu serulah mereka untuk masuk Islam dan
kabarkan kepada mereka hak Allah yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah,
apabila Allah menunjuki seorang saja melalui dakwahmu itu lebih baik
bagimu daripada kamu memilikionta-onta merah.
مثلف لوخيعلىدلمن:وسلمعليوهللاصلىهللارسولقال مسعوذابعن مسلمرواه فاعلوأجر
‚Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya‛ HR. Muslim28
Dalam hadist ini dijelaskan bahwa siapapun yang melihat kemungkaran
dan menasehatinya supaya mereka berubah dan mereka kembali melakukan
kebaikan, maka Allah akan memberikan pahala kepada orang tersebut sama
seperti orang yang melakukan kebaikan itu. Dan dalam hadist inipun
dijelaskan bahwa siapa pun yang mengajak kepada kebaikan misalnya
mengajak seseorang untuk mengikuti pengajian, mengajak untuk
bershodaqah, dan lain sebagainya maka pahala dari si pengajak menjadi dua
kali lipat, pahala dia sendiri pergi ke pengajian dan pahala dari orang yang
diajak pengajian tersebut dan sama besarnya dengan orang yang melakukan
kebaikan itu.
Mengajak dan menunjukkan kebaikan pada saudara kita merupakan
amal kebaikan yang punya manfaat ganda, yaitu untuk dirinya dan juga orang
lainnya. Yang mengajak dapat pahala dan yang diajak pun dapat pahala
kebaikan ketika dia melakukannya, tanpa mengurangi pahala kebaikan yang
mengajaknya. Begitu pula orang yang mengajak pada keburukan dia dapat
dosa sebanyak orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa yang
memberikan.
Kita sebagai umat Islam memang diwajibkan berdakwah menyampaikan
yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar yang ada di sekeliling kita. Namun
dalam berdakwah kita tidak boleh bersifat memaksa kepada mad’u. Pesan
dakwah yang kita sampaikan tidak boleh bersifat mengekang mad’u sehingga
28
Muslim bin Hajjaj Al-Naisabury, S}ahih Muslim, (Beirut: Da>r Al-Ihya’ Turath Al-
‘Araby, ttp), Juz, 5, 21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
mad’u seakan merasa dipaksa untuk menuruti apa yang di dakwahkan oleh
pendakwah. Karena telah disebutkan dalam Islam kalimat ‚Tidak ada paksaan
dalam agama‛ yang termuat dalam surah al-Baqarah ayat 256 yang berbunyi :
‚Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.‛29 Kegiatan amar ma’ruf nahi munkar sering disebut sebagai kegiatan
dakwah Islamiyah. Karena itu jangan segan-segan beramar ma’ruf nahi
munkar, agar kita dapat menikmati kehidupan masyarakat yang bahagia,
aman, tentram dan sejahtera. Sebaliknya jika sudah tidak ada lagi yang mau
melakukan amar ma’ruf nahi munkar, sudah dipastikan kehidupan dalam
masyarakat akan menjadi kacau balau. Merajalelanya kemunkaran yang
menjadi penyakit masyarakat akan berakibat malapetaka seperti yang pernah
terjadi pada kaum Bani Israil dalam Qur’an Surat Al-Maidah ayat 78-79
sebagaiman berikut :
‚78. telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. 79. mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.‛
30
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan
Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Amar Ma’ruf merupakan pilar dasar dari
pilar-pilar akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal
itu adalah merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi
siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya. Bahkan
Allah swt beserta Rasul-Nya mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang
29
DEPAG RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Grafindo Kusmodasmoro,
1994), 63. 30
DEPAG RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Grafindo Kusmodasmoro,
1994), 174.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
tidak melaksanakannya sementara ia mempunyai kemampuan dan
kewenangan dalam hal tersebut.31
Dalam salah satu ayat Al-qur’an yang menjelaskan tentang kewajiban
ber amar ma’ruf nahi mungkar yakni dalam QS Ali-Imran ayat 104 yang
berbunyi :
‚Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.‛32
Melalui ayat tersebut Allah memerintahkan kepada umat Islam agar
diantara mereka ada sekelompok orang yang bergerak dalam bidang dakwah
yang selalu memberi peringatan apabila nampak gejala-gejala perpecahan dan
pelanggaran terhadap ajaran agama, dengan jalan mengajak dan menyeru
manusia untuk melakukan kebajikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar. Yakni cara yang ditempuh dengan meyadarkan manusia
bahwa perbuatan-perbuatan yang baik itu akan mendatangkan keuntungan
dan kebahagiaan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, baik didunia
maupun diakhirat. Begitu pula sebaliknya, bahwa kemunkaaran dan kejahatan
itu akan selalu mendatangkan kerugiaan dan kemudaratan baik bagi
pelakunya sendiri maupun orang lain.33
Tujuan dakwah tidak akan tercapai hanya dengan anjuran melakukan
perbuatan baik saja tanpa dibarengi dengan sifat-sifat keutamaan dan
menghilangkan sifat-sifat buruk dan jahat. Agar tujuan dakwah dapat tercapai
dengan baik, maka umat Islam harus mengetahui persyaratan dan taktik
perjuangan untuk mencapainya. Kemenangan tidak akan tercapai tanpa
kekuatan, kekuatan tidak akan terwujud melainkan dengan persatuan,
persatuan dan kesatuan tidak akan tercapai kecuali diimbangi dengan sifat-
sifat yang utama. Sifat yang utama inipun tak akan terpelihara tanpa adanya
agama dan pada akhirnya agama tidak akan mungkin terpelihara tanpa adanya
dakwah.
31
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqey, Al-Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki
Putra, 2001), 348. 32
DEPAG RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 92. 33
Rahman, Al-Quran dan Al-Hadits, (Sragen: Akik Pustaka, 2012), 39.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
Dari sinilah dapat dimengerti apabila Allah mewajibkan kepada umat
Islam untuk melakukan dan menggiatkan dakwah agar agama yang dianut
dapat berkembang dengan baik dan sempurna sehingga misi agama
‚memberikan rahmat bagi seluruh alam‛ dapat tercapai. Tanpa adanya
dakwah agama tidak mungkin akan berkembang. Dalam rangka berdakwah
diperlukan syarat-syarat yaitu harus memahami kandungan Al-Quran dan
sunnah Nabi serta sejarah dakwah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam,
harus memahami keadaan orang-orang yang menjadi objek dakwah, harus
memahami bahasa atau dialek orang-orang yang menjadi objek dakwah, harus
memahami agama dan madzab-madzab yang berkembang dalam
masyarakat.34
34
Ibid. 40.