Sejarah Perkembangan Akidah

42
5/14/2018 SejarahPerkembanganAkidah-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 1/42  AQIDAH PADA ZAMAN RASULULLAH “Dan barangsiapa yg menta’ati Allah dan Rasul -Nya mereka itu akan bersama- sama dgn orang-orang yang dianugerahi nikmat Allah yaitu Nabi-nabi para siddiqin orang-orang yang mati syahid dan orang-orang soleh. Dan mereka itulah teman yg sebaik- baiknya”  Pendahuluan Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar dan bermanfaat nilainya semakin penting untuk dipelajarinya. Ilmu yg paling penting adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT disebut kafir walaupun dia Profesor, Doktor tetapi pada hakikatnya dia bodoh. Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-lengkapnya dibanding dgn makhluk / ciptaan lainnya. Kemudian Allah membimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya . Dari sahabat Abu Umamah disebutkan bahawa  jumlah para Rasul 313 } agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yg dibawa oleh Para Rasul. Namun ada yang menerima disebut Mukmin ada pula yg menolaknya disebut kafir serta ada yang ragu-ragu disebut Munafik yg merupakan bagian dari kekafiran. Begitu pentingnya Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad penghulu para Nabi dan Rasul membimbing ummatnya selama 13 tahun ketika berada di Mekkah,ini kerana aqidah adalalah landasan semua tindakan.Aqidah adalah seperti kepala di dalam tubuh manusia. Maka, apabila suatu ummat sudah rosak, bahagian yang harus dipulihkan adalah kepalanya terlebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini. Apatah lagi ini bersangkut paut kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Aqidahlah kunci menuju syurga. Aqidah dari segi bahasa bererti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah

Transcript of Sejarah Perkembangan Akidah

Page 1: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 1/42

 

AQIDAH PADA ZAMAN RASULULLAH

“Dan barangsiapa yg menta’ati Allah dan Rasul -Nya mereka itu akan bersama- 

sama dgn orang-orang yang dianugerahi nikmat Allah yaitu Nabi-nabi para 

siddiqin orang-orang yang mati syahid dan orang-orang soleh. Dan mereka 

itulah teman yg sebaik- baiknya”  

Pendahuluan Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin

besar dan bermanfaat nilainya semakin penting untuk dipelajarinya. Ilmu yg paling

penting adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT Sang Pencipta.

Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT disebut kafir walaupun dia Profesor,

Doktor tetapi pada hakikatnya dia bodoh.

Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-lengkapnyadibanding dgn makhluk / ciptaan lainnya. Kemudian Allah membimbing mereka

dengan mengutus para Rasul-Nya . Dari sahabat Abu Umamah disebutkan bahawa

 jumlah para Rasul 313 } agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang

Pencipta melalui wahyu yg dibawa oleh Para Rasul. Namun ada yang menerima

disebut Mukmin ada pula yg menolaknya disebut kafir serta ada yang ragu-ragu

disebut Munafik yg merupakan bagian dari kekafiran. Begitu pentingnya Aqidah ini

sehingga Nabi Muhammad penghulu para Nabi dan Rasul membimbing ummatnya

selama 13 tahun ketika berada di Mekkah,ini kerana aqidah adalalah landasan

semua tindakan.Aqidah adalah seperti kepala di dalam tubuh manusia. Maka,

apabila suatu ummat sudah rosak, bahagian yang harus dipulihkan adalah

kepalanya terlebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini. Apatah lagi ini bersangkut

paut kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Aqidahlah kunci menuju syurga.

Aqidah dari segi bahasa bererti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia

adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah

Page 2: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 2/42

menurut syara‟ ialah keimanan kepada Allah, Malaikat- malaikat, Kitab-kitab, Para

Rasul, Hari Akhirat dan keimanan kepada takdir Allah iaitu qada‟ dan qadar. 

Dalam syariat Islam terdiri dua bahagia utama. Pertama, Aqidah iaitu keyakinan pada

rukun iman itu letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan .

Bahagian ini disebut pokok atau asas. Kedua, Perbuatan iaitu cara-cara amal atau

ibadah seperti solat, puasa, zakat dan seluruh bentuk ibadah disebut sebagai

cabang. Nilai perbuatan ini baik buruk, diterima atau tidak bergantung kepada yang

pertama itu tadi. Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua pertama Ikhlas

kerana Allah SWT iaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua

Mengerjakan ibadahnya sesuai dgn petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal

sholeh. Ibadah yg memenuhi satu syarat saja umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti

petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti Rasulullah SAW saja tapi tidak

ikhlas kerana faktor manusia umpamanya maka amal tersebut tertolak. Sampai

benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yg terkandung dalam Al-Qur‟an

surah Al-Kahfi 110 yg artinya “Barangsiapa mengharap perjumpaan d engan 

Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yg soleh dan janganlah ia 

mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.”  

Perkembangan Aqidah Pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan

disiplin ilmu tersendiri kerana masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbezaan-

perbezaan faham kalaupun terjadi langsung diterangkan oleh beliau. Makanya kita

dapatkan keterangan para sahabat yg artinya berbunyi “Kita diberikan keimanan

sebelum Al- Qur’an”  

Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pemahaman -

pemahaman baru seperti kelompok Khawarij yg mengkafirkan Ali dan Muawiyah

kerana melakukan tahkim lewat utusan masing-masing iaitu Abu Musa Al- Asy‟ari dan

Amru bin Ash. Timbul pula kelompok Syiah yg menuhankan Ali bin Abi Thalib dan

timbul pula kelompok dari Irak yg menolak takdir dipelopori oleh Ma‟bad Al-Juhani

dan dibantah oleh Ibnu Umar kerana terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Para

ulama menulis bantahan-bantahan dalam karya mereka.Aqidah juga digunakan

dengan istilah Tauhid ushuluddin As-Sunnah Al-Fiqhul Akbar Ahlus Sunnah wal

Jamaah atau istilah ahlul hadits atau salaf iaitu mereka yang berpegang atas jalan

Rasulullah SAW dari generasi abad pertama sampai generasi abad ketiga yang

Page 3: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 3/42

mendapat pujian dari Nabi SAW. Ringkasnya Aqidah Islamiyah yg sahih boleh

disebut Tauhid fiqh akbar dan usuluddin. Sedangkan manhaj dan contohnya adalah

ahlul hadits ahlul sunnah dan salaf.

Bahaya Penyimpangan Pada Aqidah

Penyimpangan pada aqidah yg dialami oleh seseorang mengakibatkan dalam

seluruh kehidupannya bukan saja di dunia tetapi berlanjutan sebagai kesengsaraan

yang tidak berkesudahan di akhirat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas

dan penuh dengan keraguan dan menjadi peribadi yang sakit personaliti. Biasanya

penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya

Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar kerana kurangnya pengertian

dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang

aqidah yg benar.

Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak

aqidah yg benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yg

keberatan menerima aqidah yg dibawa oleh para Nabi dalam Surat Al-

Baqarah 170 yg artinya “Dan apabila dikatakan kepada mereka “Ikutlah apa

yg telah diturunkan Allah” mereka menjawab ” tetapi kami hanya mengikuti 

apa yg telah kami dapati dari nenek moyang kami.” walaupun nenek moyang 

mereka itu tidak mengetahui suatu apapun dan tidak mendapat petunjuk.”  

Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yg dihormati tanpa melalui seleksi

yg tepat sesuai dgn argumen Al-Qur‟an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh

panutannya sesat maka ia ikut tersesat.

Berlebihan dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh yg

sudah meninggal dunia sehingga menempatkan mereka setara dgn Tuhan

atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu krn menganggap mereka

sebagai penengah/arbiter antara dia dgn Allah. Kuburan-kuburan mereka

dijadikan tempat meminta bernadzar dan berbagai ibadah yg seharusnya

hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya

Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat

Surah Nuh 23 yg artinya “Dan jangan pula sekali -kali kamu meninggalkan 

penyembahan} Wadd dan jangan pula Suwa’ Yaghuts Ya’uq dan Nasr.”  

Page 4: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 4/42

Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau

terhadap peradaban Barat yg materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para

pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yg telah dicapainya sekaligus

menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka.

Pendidikan di dalam rumah tangga banyak yang tidak berdasar ajaran Islam

sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi

Muhammad SAW telah memperingatkan yg artinya “Setiap anak yang lahir  

berdasarkan fithrahnya maka kedua orang tuanya yg meyahudikannya 

menashranikannya atau memajusikannya” .

Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua maka anak akan dipengaruhi oleh

acara / program television yang menyimpang sasarannya.

Peranan pendidikan rasmi tidak memberikan input yang cukup dalam pembinaan

keagamaan seseorang. Bayangkan apa yang boleh diperoleh dari 2 jam seminggu

dalam pelajaran agama itupun dengan informasi yang kurang. Ditambah lagi dengan

media cetak mahupun elektronik yang banyak tidak mendidik kearah aqidah.

Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari

hal-hal yg disebut diatas adalah dengan mendalami, memahami dan

mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang sahih agar hidup kita yang sekali dapat

berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan akhirat kita.

Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa‟ 69 yg artinya “Dan barangsiapa yg 

menta’ati Allah dan Rasul -Nya mereka itu akan bersama-sama dgn orang-orang 

yg dianugerahi ni’mat Allah yaitu Nabi-nabi para shiddiqin orang-orang yg mati 

syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yg sebaik- baiknya.”  

Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yg artinya “Barangsiapa yg mengerjakan amal 

shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka 

sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yg baik dan 

sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dgn pahala yg lbh baik 

dari apa yg telah mereka kerjakan.”  

Page 5: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 5/42

AKIDAH PADA ZAMAN SAHABAT 

Justeru, apa yang dimaksudkan dengan sahabat pada bab ini ialah Khulafa‟ Ar -

Rasyidun. Sesungguhnya urusan akidah pada zaman mereka adalah seperti pada

zaman Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam . Maka sesungguhnya sahabat-sahabat talah

berjalan mengikut jejak langkah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam daripada

kepentingan dengan perintah Allah dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya,

iaitu lebih memberi perhatian ke arah hukum-hukum amali. Mereka tidak

memandang luas kepada urusan-urusan I‟tiqadiyyah. Dan apabila terdapat perkara-

perkara baru yang timbul, maka mereka merujuk kepada kepada Kitab Allah danHadis Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam jika didapati perkara yang ingin dicari.

Apabila tidak didapati, maka mereka merujuk kepada pendapat-pendapat

perseorangan atau melalui musyawarah sehingga tenang hati mereka kepada

pendapat tersebut dan mereka patuh kepadanya.

AKIDAH PADA PEMERINTAHAN BANI UMAIYAH 

Setelah berhenti umat Islam dari usaha-usaha mempertahankan kedaulatan Islam.

Telah terbuka masa untuk memikirkan hukum-hukum agama dan dasar-dasar

akidah. Pada masa itu juga terdapat ramai yang memeluk agama Islam daripada

agama-agama lain, tetapi mereka masih terpengaruh dengan unsur-unsur agamalama mereka. Maka telah lahirlah kebebasan berbicara tentang masalah-masalah

yang didiamkan oleh ulama‟ salaf iaitu memperkatakan mengenai masalah qadar.

Contohnya seperti Ma‟bad Al-Juhani , Ghailan Ad-Dimasyqi , dan Ja‟ad ibnu Dirham .

Mereka ini adalah tokoh-tokoh qadariyyah yang pertama. Para sahabat yang dapat

hidup sezaman dengan mereka seperti Abdullah ibnu Umar, Ibnu „Abbas, Anas bin

Malik, Jabir bin Abdullah, Abu Hurairah, dan sahabat-sahabat lain menyalahkan

mereka, serta menganjurkan masyarakat menjauhi dari mereka, jangan memberi

salam, jangan menengok orang yang sakit dari kalangan mereka, serta jangan

Page 6: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 6/42

menyembahyangkan jenazah mereka.

Demikian pula muncul dalam fasa ini orang-orang yang mentiadakan qudrat dan

iradat dari manusia, agar Allah tidak mempunyai sekutu dalam sesuatu perbuatan-

Nya dan menidakkan pula sifat-sifat daripada Allah. Golongan ini dikendalikan oleh

Jaham ibnu Shafwan . Mereka ini dinamakan Jabariyyah atau Mujrabah. Dikatakan

demikian adalah kerana mengingat akidah yang mereka anut. Dan dikatakan juga

Jahmiyyah iaitu pengikut-pengikut Jaham ibnu Shafwan. Mereka juga dinamakan

Mu‟aththilah kerana mereka mentiadakan sifat-sifat Allah.

Sebahagian umat Islam yang berbuat maksiat beralasan untuk membenarkan

perbuatan dan tindakannya dengan qadar. Seorang berkata kepada Ibnu Umar, ada

segolongan manusia berzina, mencuri, meminum arak, membunuh orang, kemudian

berhujah bahawa mereka berbuat demikian itu adalah kerana itu adalah qadar yang

telah ditetapkan oleh Allah. Setelah Ibnu Umar mendengar pernyataan tersebut,

beliau marah dan mengatakan: “Maha Suci Allah, ilmu Allah tidak mendorong

mereka kepada berbuat maksiat”.

Di penghujung abad pertama hijrah terkenallah dalam masyarakat mazhab-mazhab

golongan Khawarij iaitu mengkafirkan orang yang mengerjakan dosa besar.

Hassan Al-Basri menetapkan pendapat yang menjadi anutan umum ummat Islam

iaitu orang yang mengerjakan dosa besar dipandang fasiq, tidak keluar dari

gelanggang mukmin. Pendapat Hassan ini dibantah keras oleh muridnya Wasil bin

atha‟ , dia ini mengatakan bahawa orang yang mengerjakan dosa besar berada di

antara dua tempat. Pendapatnya diikuti oleh „Amar ibnu „Ubaid . Oleh kerana mereka

mengasingakan diri dari majlis gurunya (Hassan) dari pendapat umum, maka mereka

dinamakan dengan nama Mu‟tazilah. 

Oleh kerana golongan Qadariyyah dan Jahmiyyah tidak dapat berdiri sebagai satu

kumpulan, maka kedua-dua kumpulan itu adalah fahaman sahaja. Maka Qadariyyah

telah berpindah kepada nama Mu‟tazilah. Golongan mu‟tazilah tidak menerima nama

“mu‟tazilah”, malah mereka sendiri mengelarkan diri mereka sebagai Ahlul „Adli wat

Tauhid. Dikatakan mereka menamakan dengan nama demikian kerana mereka

menetapkan bahawa hamba ini mempunyai qudrat, bebas aktif dalam segala

tindakannya. Mereka juga percaya segala amalan mesti dipahalai dan diseksa.

Page 7: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 7/42

Mereka menidakkan adanya kezaliman Allah (mansucikan Allah dengan sifat Adil).

Mereka juga menetapkan bahawa tiada sifat daripada Allah agar zat-zat Allah tidak

tersusun dari zat dan sifatNya supaya Allah benar-benar Esa .

-------------------------------------------------------------------------------------

Ma‟bad ibnu Khalid Al-Juhani adalah seorang tabi‟in. Dia adalah permulaan orang

yang memperkatakan masalah qadar dan menurut riwayat, dia mengambil fahaman

itu dari seorang Iraq yang beragama Nasrani yang kembali murtad sesudah Islam.

Ma‟bad telah dibunuh oleh Al-Hajjaj lantaran turut memberontak bersama-sama Ibnul

 Asy‟ats pada tahun 80 hijrah. 

Ghailan Ad-Dimasyqi ialah Abu Marwan Ghailan ibnu Muslim. Ayahnya seorang

budak yang telah dimerdekakan oleh Uthman bin „Affan. Dia datang ke Damasqus

dalam masa pemerintahan Hisyam ibnu Malik. Dia adalah seorang yang sangat

pandai berbicara. Dia mengikut Ma‟bad dalam fahaman Qadar.

Ja‟ad ibnu Dirham ialah seorang pendidik Marwan ibnu Muhammad. Dia salah

seorang yang menganut fahaman qadar dan orang yang mula-mula mengatakan Al-

Quran itu makhluk. Dia dibunuh oleh Khalid ibnu Abdullah Al-Qasri dalam

pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik.

Jaham ibnu Shafwan ialah seorang persia yang memeluk agama Islam. Lama dia

bermukim di Kufah, dia bertemu dengan Ja‟ad dan menganuti beberapa

pendapatnya. Kemudiannya dia bersama-sama dengan Harith ibnu Syuraij

melancarkan pemberontakan terhadap bani Umayyah di Khurasan. Lalu tertawan

dan dibunuh. Kemudian Al-Harith pula dibunuh pada 128 hijrah.

Hassan Al-Basri ialah Abu Sa‟id al-Hassan ibnu Dinar ibnu Yasar Al-Basri. Seorang

tabi‟in terkenal. Beliau merupakan Imam penduduk Basrah dan seorang ulama‟

fuqaha‟ yang terkemuka. Lahir di Madinah dan dibesarkan dibawah asuhan „Ali bin

Abi Talib. Wafat pada tahun 110 hijrah.

Wasil bin Ata‟ adalah seorang ulama‟ berbangsa persia. Dia dilahirkan di Madinah

Page 8: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 8/42

pada tahun 80 hijrah. Kemudian dia berpindah ke Basrah dan belajar dengan

Hassan Al-Basri. Kemudiannya dia mengasingkan diri dari majlis gurunya lantaran

perbezaan fahaman lalu membentuk majlisnya sendiri. Dia terkenal sebagai ahli

pidato yang terkemuka dan sangat pandai dalam berdebat membantah pendapat

orang. Wafat pada 131 hijrah.

„Amar ibnu Ubaid adalah seorang yang berbangsa persia dari muri-murid Hassan Al-

Basri, kemudiannya dia memilih untuk mengasingkan diri. Dia mengahwinkan

saudara perempuannya dengan Wasil bin Ata‟. Wafat pada tahun 144 hijrah.

MAZHAB AHLI SUNNAH WAL-JAMAAH

PENDAHULUAN 

TAKDIRNYA mazhab Ahli's-Sunnah Wal-Jama'ah merupakan mazhab yang paling

dominan dalam sejarah ummat ini dan ianya merupakan mazhab yang orthodoks

dalam pengertian yang asalnya iaitu mazhab yang benar, asal, tepat mengikut apa

yang dikehendaki oleh ajaran dan amalan Islam itu sendiri. Walaupun di dalamnya

terdapat beberapa pendirian yang mengambil kira peristiwa sejarah awal Islam -

yang memang tidak boleh dielakkan - hakikat ajaran dan pendiriannya adalah hakikat

yang telah ada dalam Islam semenjak awal; penzahirannya dalam sejarah kemudian

dengan istilah-istilah itu adalah merupakan 'deployment' proses perkembangan

kemudian yang semestinya berlaku sebagaimana berkembangnya pokok daripada

biji benihnya dengan segala sifat-sifat yang telah ada padanya sejak awal

lagi. Dalam nota ringkas ini in sha'Allah akan ditelitikan sedikit sebanyak

perkembangannya dalam sejarah dan juga konsep-konsep asas yang terlibat dalam

perkembangan ini untuk memperingatkan kembali segi-segi demikian iniberhubungan dengan identiti umat ini. Moga-moga ini mendatangkan faedah

Page 9: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 9/42

bersama dan bukan merupakan sesuatu untuk kepentingan ilmiah semata, walau

bagaimana relevannya kepentingan ilmiah itu pada parasnya sendiri.

Bab I 

SEBELUM dilihatkan kembali segi-segi sejarahnya, eloklah dimulakan perbincangan

ini dengan meneliti istilah Ahli's-Sunnah wa'I-Jama'ah itu sendiri dan punca-

puncanya. Penggunaan istilah jama'ah Muslimin memang terdapat dalam hadith-

hadith, terutamanya dua istilah iaitu "jamaah" dan "firqah" dengan pluralnya

"firaq". Dalam Sunan Ibn Majah 1 riwayat dari Abu Hurairah radiya'Llahu 'anhu:

Maksudnya: " Orang-orang Yahudi telah berpecah menjadi tujuh puluh satu 

golongan atau puak(firqah) dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh 

tiga golongan". 

Dalam catitan nota kakinya oleh Muhammad Fu'ad 'Abdul Baqi dinyatakan bahawa

mereka yang dikatakan "umatku" itu adalah umat ijabah, ahli Qiblat, dan perpecahanyang dimaksudkan itu adalah dalam bidang usul dan 'aqidah, bukan dimaksudkan

dalam bidang furu' dan 'amaliyat.

Sebuah hadis lagi ialah diriwayatkan daripada 'Auf bin Malik bahawa baginda

salla'Llabu 'alaihi wa sallam bersabda

Maksudnya: "Orang-orang Yahudi telah berpecah kepada tujuh puluh satu 

golongan (ihda wa sab'ina firqatan). Satu golongan daripada mereka itu dalam syurga dan yang tujuh puluhnya dalam neraka. Orang-orang Nasara 

pulaberpecah menj'adi tujuh puluh dua golongan, tujuh puluh satu golongan 

mereka dalam neraka, dan satu golongan dalam syurga. Demi Tuhan yang dirl 

Muhammad berada dalam tangan kekuasaannya, benar-benar umatku akan 

berpecah kepada tujuh puluh tiga golongan, satu golongan berada dalam 

syurga dan tujuh puluh dua dari mereka dalam neraka' Baginda ditanya: 

Siapakah mereka (yang masuk syurga) itu?". Jawab Baginda "Jama'ah". 

Page 10: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 10/42

Boleh dilihatkan bagaimana disebutkan golongan yang selamat itu adalah "jama'ah".

Dalam catatan pentahkiknya dengan berdasarkan kepada az-Zawa'id 3 bahawa

isnadnya terdiri daripada mereka yang dipercayai.

Dalam sebuah hadith lagi diriwayatkan daripada Anas bin Malik radiya'Llahu'anhu

bahawa baginda salla'Llahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Maksudnya: "Sesungguhnya Bani Isra'il berpecah menjadi tujuh puluh satu 

golongan. Dan sesungguhnya umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh dua 

golongan (firqah), semuanya masuk neraka, melainkan satu golongan, iaitu al- 

Jama'ah". 

Boleh diperhatikan bahawa yang disebutkan sebagai golongan selamat di sini ialah

"al-Jama'ah". Dan dari segi isnadnya, sebagaimana yang dicatitkan 5 isnadnya

adalah sahih dan periwayat-periwayat di dalamnya oleh pentahkik

adalah mereka yang kepercayaan (rijaluhu thiqat).

Kepentingan berpegang kepada jama'ah Muslimin yang berada atas jalan yang hak

itu disebutkan dalam sebuah hadith dari Hudbaifah bin al-Yaman radiya'Llahu 'anhu,

katanya bahawa Nabi S.A.W. bersabda bila diminta baginda menyifatkan penyeru-

penyeru kepada neraka jahannam pada akhir zaman, katanya, "Mereka itu kaum dari

bangsa kita (jildatina) dan bercakap dengan bahasa kita". Lalu Hudhaifah bertanya,

"Apakah yang tuan hamba suruh bila hamba bertemu dengan keadaan itu?". Jawab

Baginda: "Hendaklah tuan hamba berpegang kepada jamaah Muslimin dan imam

mereka. Maka kalau tidak ada jamaah dan tidak ada imam mereka, hendaklah

engkau tinggalkan golongan-golongan itu semua sekali, walaupun engkau terpaksa

berpegang kepada pangkal pokok kayu dan engkau mati dalam keadaan demikianitu".

Hadith di atas jelas menunjukkan kepentingan berpegang kepada jamaah Muslimin

dan imam mereka.

Hadith berkenaan dengan kepentingan berpegang kepada jamaah Muslimin dan

imam mereka terdapat juga dalam Sahih al-Bukhari 7 riwayat daripada Hudhaifah bin

al-Yaman; di dalamnya disebutkan oleh baginda S.A.W. penyeru-penyeru yang

Page 11: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 11/42

menyeru manusia kepada neraka jahannam, dan Hudhaifah meminta arahan

daripada baginda apa yang patut dilakukan dalam keadaan itu. Sabda Baginda:

Maksudnya: "Hendaklah engkau berpegang kepada jamaah Muslimin dan imam 

mereka....... (dan bila tidak ada mereka itu) hendaklah engkau meninggalkan 

semua golongan-golongan itu walaupun engkau terpaksa berpegang kepada 

pangkal pokok kayu dan engkau mati dalam keadaan demikian itu". 

Dalam kitab al-Farq baina'l-Firaq, al-Khatib al-Baghdadi rahimahu'Llahu Ta'ala ada

menyebutkan beberapa hadith berkenaan dengan perpecahan ummat dalam bab

awal kitabnya itu.

Antara hadith-hadith itu ialah yang diriwayatkan daripada 'Abdullah bin 'Amru

radiya'Llahu 'anhu Baginda diriwayatkan bersabda:

Maksudnya: " Benar-Benar akan berlaku atas umatku apa yang telah berlaku ke 

atas Bani Isra'il. Bani Isra'il telah berpecah menj'adi tujuh puluh dua golongan 

(ithnatain wa sab'ina millatan) dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh 

tiga golongan (thalathin wa sab'in millatan) meleblhi mereka itu satu golongan 

(millah). Semua mereka itu dalam neraka melainkan satu golongan (illa 

millatan wahidatan). 

Mereka bertanya Baginda, "Siapakah satu millah yang tidak masuk neraka 

itu?". Jawab Baginda, "(Mereka itu adalah golongan yang mengikut) 

perjalanan hidupku dan para sahabatku (ma ana 'alaihi wa ashabi)". 

Sebuah hadith lagi yang disebutkan dalam kitab al-Farq baina'l-Firaq ialah yang

diriwayatkan daripada Anas melalui Qatadah, bahawa Baginda S.A.W. bersabda:

Maksudnya: "Sesungguhnya Bani Isra'il berpecah kepada tujuh puluh satu 

golongan (firqah) dan sesungguhnya umatku akan berpecah menjadi tujuh 

puluh dua golongan ('ala thinatain wa sab'infirqatan), semuanya dalam neraka 

melainkan satu iaitu al-jama'ah" . 

"Abdul Qahir al-Baghdadi menyatakan bahawa hadith yang datang riwayatnya

daripada Nabi S.A.W berkenaan dengan perpecahan umat (iftiraq al-ummah) itu

Page 12: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 12/42

banyak isnad-isnadnya.9 Satujamaah daripada para sahabat meriwayatkan hadith itu

daripada Nabi S.A.W. seperti Anas bin Malik, Abu Hurairah, Abu Darda', Jabir, Abu

Sa'id al-Khudri, Ubay bin'Ka'ab, 'Abdullah bin 'Amr bin al-'As, Abu Umamah dan

Wathilah bin al-Asqa'dan yang lain daripada mereka itu.

Beliau menyatakan lagi bahawa ada diriwayatkan daripada Khulafa' alRashidin

radiya'Llahu 'anhum bahawa mereka itu ada menyebut perpecahan umat yang akan

berlaku selepas mereka dan mereka menyebutkan ada satu golongan yang selamat,

yang lain itu dalam kesesatan di dunia dan di akhirat mereka mengalami kebinasaan.

Beliau menyatakan lagi bahawa Baginda S.A.W. menunjukkan kecelaan kaum

Qadariyah dan menyatakan bahawa mereka itu adalah golongan Majusi bagi umatini

Selain dari itu ada riwayat daripada Baginda S.A.W. yang menunjukkan kecelaan

kaum Murji'ah beserta dengan kaum Qadariyah itu; ada riwayat yang menunjukkan

kecelaan kaum Khawarij. Selain daripada riwayat daripada Baginda S.A.W. sendiri,

ada riwayat daripada pemuka para Sahabat (a'lam as-sahabah) berkenaan dengan

kecelaan kaum Qadariyah,Murji'ah dan Khawarij.

Pada fahaman 'Abdul Qahir al-Baghdadi 12 yang disebutkan sebagai golongan-

golongan yang keji itu yang dikatakan ahli neraka itu merujuk kepada golongan-

golongan dari kalangan para fuqaha' (firaq al-fuqaha') yang mempunyai pendirian

yang berlainan dalam masalah-masalah cawangan fiqh beserta mereka itu bersetuju

dalam bidang usul agama. Beliau menyatakan pendirian atau kefahaman yang

demikian itu adalah berdasarkan kepada kaedah bahawa dalam perkara-perkara

furu' tentang halal dan haram yang berlaku di dalamnya khilaf di kalangan 'ulama'Muslim ada dua pendapat; satunya mereka yang menganggap benar semua

pandangan mujtahidin yang dikeluarkan dalam masalah-masalah furu'fiqh. Pada

pendapat mereka yang berpegang kepada kaedah ini golongan fiqh adalah

benar. Keduanya mereka yang menganggap di dalam tiap-tiap masalah furu' ada

satu golongan yang benar, dan yang baki lagi itu tersilap, dan peri tersilapnya

golongan yang baki lagi itu tidak membawa kepada kesesatan.

Page 13: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 13/42

Seterusnya beliau menyatakan bahawa Baginda S.A.W. mendetailkan sebutan

tentang golongan-golongan tercela (firaq al-mudhmumah)sebagai golongan-

golongan mengikut hawa nafsu yang sesat yang menyalahi golongan yang selamat

itu dalam perkara-perkara: keadilan Tuhan dan tauhid, dalam al-Wa'd dan al-Wa'id,

bab al-Qadr dan al-Istita'ah, atau dalam bab Taqdir baik dan buruknya, bab hidayah

dan kesesatan, atau bab Iradah dan Mashi'ah (Kehendak dan Iradat Allah) atau bab

Ru'yah atau Idrak (Melihat Tuhan dan mencapainya), atau bab-bab sifat-sifat Allah

dan nama-namanya, atau dalam satu bab daripada bab-bab ta'dil dan taj'wiz, atau

satu bab daripada bab-bab nubuwwah dan syarat-syaratnya dan sebagainya,

daripada bab-bab yang di dalamnya Ahli's-Sunnah Wa ' I-Jama'ah bersepakat. Yang

tidak bersepakat dengan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah ialah golongan Ahlu'I-Ahwa'ad-

Dallah, golongan pengikut hawa nafsu yang sesat, yang terdiri daripada

Qadariyah,Khawarij, Rawafid, Najjariyah, Jahmiyah, Mujassimah dan Mushabbihah,

dan mereka yang mengikuti pegangan yang sesat. Ringkasnya, mengikut beliau

bahawa sahlah pentakwilan maksud hadith berkenaan dengan golongan-golongan

yang sesat itu adalah golongan yang bukan termasuk di dalamnya mereka yang

berikhtilaf dalam bidang furu' fiqhiyyah bahkan dalam bidang usulu'd-din.

Hadith-hadith sebagaimana yang disebutkan di atas didapati dalam Sahih Tirmidhi,

14 riwayat dari Abu Hurairah; diriwayatkan bahawa Baginda S.A.W. bersabda:

Maksudnya: "Sesungguhnya orang-orangyahudi telah berpecah menjadi tujuh 

puluh, satu golongan atau tujuh puluh dua golongan, dan orang-orang Kristian 

seperti itu juga, dan umatku akan berpecah menj adi tujuh puluh tiga golongan 

(firqah) " . Dinyatakan oleh Tirmidhi bahawa ini hadith hasan sahih. 

Sebuah lagi hadith diriwayatkan dalam Sahih Tirmidhi 15 dari riwayat 'Abdullah bin

'Amr radiya'Llahu 'anhu bahawa Baginda S.A.W. bersabda:

Maksudnya: "Benar-benar akan berlaku ke atas umatku apa yang telah berlaku 

atas Bani Isra'il seperti selipar dengan selipar, sehinggajikalau ada di kalangan 

mereka seseorang yang mendatangi emaknya sendiri (bersetubuh dengannya) 

dengan terang-terangan, akan ada di kalangan ummatku seseorang yang 

melakukan demikian itu; dan sesungguhnya Bani Isra'il berpecah kepada tujuh 

puluh dua golongan (millah) dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh 

Page 14: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 14/42

tiga golongan (millah) semua mereka itu dalam neraka melainkan satu 

golongan (yang tidak masuk neraka). Para sahabat bertanya: (Siapakah 

mereka dalam) millah yang satu itu wahai Rasulullah? Kata Baginda "(Mereka 

itu adalah golongan yang mengikuti) perjalanan hidupku dan para 

sahabatku" . Hadith gharib. 

Tentang hadith yang menganjurkan supaya sentiasa diikuti sunnah Baginda S.A.W.,

maka kita teringat kepada hadith riwayat Tirmidhi, 16 riwayat daripada 'Irbad bin

Sariyah katanya, bahawa pada suatu hari selepas sembahyang pagi (iaitu lepas

subuh) Nabi S.A.W. menyampaikan pengajaran yang cukup maksudnya, maka dari

itu keluarlah air mata orang ramai, dan hati mereka pun menjadi takut, maka (dalam

hal itu) berkatalah seorang lelaki "Sesungguhnya nasihat adalah nasihat seperti

nasihat mengucap selam ' at tinggal, apakah yang tuan hamba ingin mewasiatkan

kepada kami wahai Rasulullah?" Lalu Baginda S.A.W. bersabda:

Maksudnya: "Aku berwasiat kepada kamu sekelian supaya bertaqwa kepada 

Allah, supaya mendengar dan taat, walaupun ia seorang hamba abdi bangsa 

Habsyi (yang diangkat menjadi ketua kamu sekelian); maka sesungguhnya 

sesiapa dari kalangan kamu yang hidup (bila sampai masanya) ia akan melihat 

berlaku perselisihan yang banyak, dan bendaklah kamu berjaga-jaga daripada 

(mengadakan) perkara-perkara baru (dalam urusan agama), maka 

sesungguhnya itu adalah kesesatan; maka sesiapa di kalangan kamu yang 

mendapat perkara demikian itu hendaklah ia mengikuti Sunnahku dan Sunnah 

para Khulafa' a]-Rasyidin yang mendapat hidayat daripada Allah, dan 

hendaklah kamu berpegang kepada Sunnah itu dengan gigi geraham 

kamu" . Hadith hasan sahih.

Dengan jelas sekali hadith ini menyuruh berpegang kepada Sunnah Nabi S.A.W. dan

perjalanan para Khulafa' a]-Rasyidin yang terpimpin ke jalan yang benar.

Hadith yang demikian itu juga didapati dalam Sunan Ibn Majah 17,juga nwayat dari

'Irbad bin Sariyah radiya'Llahu 'anhu, bahawa Nabi S.A.W. bersabda selepas

daripada Baginda memberi nasibat yang cukup berkesan pada hati, katanya:

Page 15: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 15/42

Maksudnya: "Hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah; hendaklah kamu 

dengar dan taat (kepada pemimpin kamu) walaupun ianya seorang hamba 

Habsyi. Dan kamu akan melihat selepasku perselisihan yang teruk dan berat 

(ikhtilafan shadidan). Maka hendaklah kamu berpegang kepada perjalanan 

sunnahku dan sunnah atau perjalanan hidup para Khulafa' al-Rashidin yang 

mendapat hidayat dari Tuhan. Hendaklah kamu berpegang kepada perjalanan 

itu dengan gigi geraham kamu. Jaga-jagalah diri kamu daripada 

(mengadaadakan atau mengikut) perkara-perkara baru (dalam urusan agama); 

maka sesungguhnya tiap-tiap bid'ah itu adalah kesesatan". 

Boleh diperhatikan dalam hadith ini kelainan kalimat dadpada hadith terdahulu, laitu

ikhtilafah shadidan mengganti ikhtilafan kathiran. Yang ditekankan dalam hadith ini

ialah keperluan berpegang kepada Sunnah Baginda S.A.W. dan para Khulafa' al-

Rashidin. Berkenaan dengan konsep Khulafa' alRashidin, dikatakan oleh

pentahkiknya bahawasanya ada kaul yang menyatakan bahawa yang dimaksudkan

Khulafa'al-Rashidin itu bukan sahaja terbatas kepada mereka itu, tetapi termasuk

mereka yang menjalani perjalanan sebagaimana mereka itu yang terdiri daripada

para pemimpin Muslimin (min a'immat'ul-Islam). Kata beliau lagi: Mereka itu adalah

para khalifah bagi Rasulullah S.A.W. yang menegakkan al-haqq dan menghidupkan

agama dan memimpin manusia kepada perjalanan yang benar. Penafsiran demikian

ini nampaknya dibenarkan oleb sebuah hadith yang menyebutkan para khulafa'

sebagai mereka yang menghidupkan Sunnah Nabi S.A.W.

Maksudnya: " Moga-moga rahmat Allah dicucurkan ke atas para 

khalifahku. Baginda ditanya: Siapakah para khalifah tuan hamba ya 

Rasulullah?. Mereka yang menghidupkan Sunnahku............... (Hadith riwayat

dari al-Hassan) 18

Selain dari itu juga kita boleh sebutkan sebuah lagi hadith riwayat Ibn Majah 19 juga

riwayat daripada al-'lrbad bin Sariyah radiya'Llabu 'anhu bahawa Baginda bersabda

bila diminta tambahkan wasiatnya:

Maksudnya: "Aku telah meninggalkan kamu dalam perjalanan yang terang 

benderang ('yang putih' (al-baida') yang bennaksud millah dan hujjah yang 

nyata yang tidak ada kekeliruan lagi di dalamnya); Malaninya adalah seperti 

Page 16: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 16/42

siangnya. Tidak menjadi terseleweng selepasku melainkan orang yang 

sengaja membinasakan dirinya. Sesiapa daripada kamu semua yang hidup 

(sampai masa itu) maka ia akan melihat perselisihan yang banyak (ikhtilafan 

kathiran); maka hendaklah kamu berpegang kepada apa yang kamu ketahui 

daripada Sunnahku dan Sunnah Khulafa'al-Rashidin yang dikurniakan hidayat 

(oleh Allah). Hendaklah kamu berpegang kepadanya dengan gigi geraham 

kamu. Dan hendaklah kamu taat (kepada para pemimpin kamu) walaupun 

(yang diangkat menjadi pemimpin itu) seorang hamba bangsa 

Habshi. Sesungguhnya seseorang Mu'min itu adalah seperti unta yang 

dicucuk hidungnya (iaitu ada tali penuntunnya pada hidungnya), ke mana ia 

dibawa, ia mengikut (iaitu orang Mu'min yang tidak takabbur dan merendah diri 

itu mengikut peraturan Syara'di mana ia dibawa". 

Jelas dalam hadith ini tuntutan di atas umat supaya mengikuti Sunnah Nabi S.A.W.

dan perjalanan Khulafa'al-Rashidin dan mereka yang sedemikian itu

pedalanannya. Demikian juga ditekankan kepada mereka dasar ketaatan yang

sewajamya yang dituntut oleh Syara'.

Selepas meneliti beberapa hadith berkenaan dengan masalah perpecahan ummat

dan golongan yang selamat serta tuntutan supaya orang mu'min itu mengikuti

Sunnah Nabi S.A.W., Sunnah Khulafa'al-Rashidin, dan pedalanan para Sahabat,

Allah meredhai mereka itu, ada beberapa pengamatan yang boleh dibuat berkenaan

dengan nas-nas ini.

Antaranya bahawa hadith-hadith itu adalah kuat sandarannya, maka oleh itu jelas

mengapa itu semuanya dijadikan sandaran bagi memahami perihal ini di kalangan

para ulama' kita yang mu'tabar. Tentang perpecahan-perpecahan yang berlaku

dalam sejarah tiga agama besar itu, itu nampaknya biasa, sebagaimana yang

didapati dalam al-Quran yang kerap menyebut tentang AhlilKitab yang terdiri dari al-

Yahud wan-Nasara. Maka dalam hadith-hadith berkenaan dengan perpecahan ini

tersebutjuga al-Yahud wan-Nasara. Kalimat-kalimat yang digunakan bagi menyebut

"golongan" itu ialah antaranya "firqah" jamak "firaq", "millah", tapi tidak disebut

 jamaknya;

Page 17: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 17/42

yang tidak ada kekeliruan kemungkinan lagi di dalamnya. Orang yang terseleweng

daripadanya adalah Orang Yang mempunyai kecenderungan yang tidak baik Yang

dengan sengaja mernbinasakan dirinya. Istilah ini menarik hati kita oleh kerana

ianya memberikan konsep tentang kewujudan umat yang berdiri di atas aiaran dan

Pegangan yang nonnative, yang menjadi penentu,

atau neraca bagi memutuskan sesuatu itu benar atau wajar atau sebaliknya' 20

Itulah ummah ahlul-haqq yang orthodoks dalam pengertian yang sebenar-

benamya. Neraca inilah yang menentukan konsep Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah yang

sistem keilmuannya dihuraikan kemudiannya.

Bab II 

Untuk meneliti beberapa tahap perkembangan sejarah Islam yang kemudiannya

membawa kepada berbagai perselisihan dan khllaf itu, menasabah kita mengingati

kembali beberapa persoalan yang berhubungan dengan hal itu. Antaranya ialah

sebagaimana yang disebutkan oleh al-Baghdadi rahimahu'Llahu Ta'ala dalam al-

Farq baina'l-Firaqnya. 21 Dinyatakan oleh bellau bahawa pada masa wafat Baginda

S.A.W. (iaitu pada tahun 10 hijrah) berada dalam perjalanan agama yang satu dalam

dasar-dasar agama (usulu'ddin) dan cawangan-cawangannya, selain daripada

mereka yang menzahirkan persetujuan dan yang menyembunyikan

kemunafikan. Perkara khilaf yang pertama berlaku ialah berkenaan dengan

kewafatan Baginda S.A.W. Akhimya mereka yang menyangka Baginda tidak mati

tetapi diangkat oleh Allah sebagaimana Sayyiduna 'Isa A.S. bersetuju Baginda

memang wafat bila Abu Bakar radiya'Llahu 'anhu membaca ayat yang bermaksud:

"Sesungguhnya engkau mati dan mereka pun mati',.22  

+  

Beliau juga berkata kepada mereka, "Sesiapa yang menyembah Muhammad, maka

sesungguhnya Baginda telah wafat, dan sesiapa yang menyembah Tuhan

Page 18: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 18/42

Muhammad, maka la Maha Hidup dan tidak mati". Kemudian timbul khilaf tentang

tempat hendak dikebumikan Baginda S.A.W. Akhimya ia selesai dengan Abu Bakar

radiya'Llahu 'anhu meriwayatkan kepada mereka hadith daripada Nabi S.A.W. yang

bermabsud: "Sesungguhnya para anbiya' dikebumikan di mana mereka wafat".,,3

Maka Baginda dikebumikan dalam biliknya di Madinah. Kemudian timbul ikhtilaf

berkenaan dengan khilafah, pihak al-Ansar ingin memberi bai'ah kepada Sa'd bin

'Ubadah; kemudian pibak Quraish menyatakan bahawa imamah mestilah di tangan

orang-orang Quraish berdasarkan kepada hadith yang bermaksud, "Imam-imam

hendaklah dari kalangan orang-orang Quraish". Ikhtilaf berkenaan dengan Imamah

ini berterusan sampailah ke zaman 'Abdul Qahir al-Baghdadi rahimahu'Llahu Ta'ala

dan boleh dikatakan kesan-kesannya sampai sekarang masih ada di kalangan

Muslimin.

Kemudian timbul ikhtilaf berkenaan dengan harta Fadak, akhimya diselesaikan

dengan Abu Bakar radiya'Llahu 'anhu meriwayatkan hadith yang berinaksud:

"Sesungguhnya para anbiya' tidak dipusakai,,.25 Lepas itu timbul masalah tentang

mereka yang tidak mahu menunaikan zakat, lepas itu mereka bersetuju dengan

keputusan Abu Bakar bahawa golongan yang enggan itu hendaklah

diperangi. Lepas itu mereka sibuk dengan peperangan melawan Tulaihah bila ia

mengaku menjadi nabi dan murtad daripada agama Islam. Selepas ia lari ke Syam,

kemudian kembali dalam zaman Umar kepada agama Islam, ia keluar jihad bersama

Sa'ad bin Abi Waqqas dalam peperangan Qadissiyyah dan ia syahid dalam

peperangan Nehawand. Kemudian Musliniin sibuk dengan peperangan melawan

Musailamah al-Kadhdhab yang mengaku nabi, serta alAswad bin Zaid'ansi. Lepas

itu mereka sibuk dengan membunuh mereka yang lain yang murtad keluar daripada

agama Islam. Kemudian mereka sibuk dengan peperangan melawan kerajaan RomTimur dan juga kerajaan Farsi, dan Allah membuka negeri-negeri untuk

mereka. Pada masa itu mereka berperang berdasarkan pegangan yang satu

tentang bab-bab keadilan Tuhan, Tauhid, al-Wa'd, al-Wa'id, dan lain-lain hal dalam

usulu'd-din.

Adapun dalam masalah-masalah fiqh ada berlaku perselisihan pendapat di kalangan

mereka misalnya keadaan datuk menerima pesaka berserta saudara lelaki dan

saudara-saudara perempuan serta dengan bapa dan emak atau serta dengan bapa,

Page 19: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 19/42

demikian seterusnya, tetapi perselisihan atau kelainan pendapat itu tidak membawa

kepada timbulnya kekafiran atau kesesatan di kalangan mereka. Demikianlah

keadaannya di zaman pemerintahan Abu Bakar, 'Umar dan 'Uthman radiya'Llahu

'anhum ajma'in.

Kemudian berlaku khilaf di kalangan mereka berkenaan dengan 'Uthman bin 'Affan

dan perkara-perkara yang dituduh ke atasnya sehingga para penzalim

membunuhnya; kemudian mereka berikhtilaf lagi tentang para pembunuhnya dan

mereka yang menghasut manusia supaya menentangnya itu; demikianlah khilaf itu

masih ada sampai zaman kemudian, sampailah pada zaman alBaghdadi, dan boleh

kita katakan sampai abad kita ini.

Selepas itu berlaku ikhtilaf pula dalam hubungan dengan keadaan 'Ali bin Abi Talib

radiya'Llahu 'anhu dan mereka yang terlibat dalam peperangan alJamal, juga tentang

kedudukan Mu'awiyah dan mereka yang terlibat dalam peperangan Siffin, serta dua

orang hakam iaitu Abu Musa al-Ash'ari dan 'Amru bin al-'As; ikhtilaf yang melibatkan

mereka ini kekal sampailah ke zaman kemudian, dan kita sekarang boleh

mengatakan ianya kekal sampai hari ini.

Kemudian dalam zaman muta'akhkhirin dari kalangan para Sahabat berlakulah khilaf

golongan Qadariyah berkenaan dengan Qadar dan istita'ah atau ikhtiar makhluk,

yang datang dari Ma'bad al-Juhani dan Ghailan al-Dimashqi, serta Ja'd bin

Darham. Mereka yang muta'akhkhirin di kalangan para Sahabat bebas daripada

perkara itu semua, seperti 'Abdullah bin 'Amr, Jabir bin 'Abdullah, Abu Hurairah, Ibn

'Abbas, Anas bin Malik, 'Abdullah bin Abi Aufa, 'Uqbah bin 'Amir al-Juhani dan yang

semasa dengan mereka itu.26 Mereka ini mewasiatkan orang ramai supayajangan

memberi salam kepada golongan Qadariyah dan jangan pergi sembahyang jenazah

mereka itu.

Kemudian berlaku ikhtilaf di kalangan golongan Khawarij sehingga mereka berpecah

menjadi dua puluh golongan, tiap-tiap satu daripadanya mengkafirkan yang lain

lagi. Kemudian berlakulah pada zaman al-Hassan al-Basri radiya'Llahu 'anhu khilaf

dengan Wasil bin 'Ata' dalam masalah Qadar dan masalah manzilah bainal-

manzilatain (iaitu kedudukan antara dua kedudukan: antara iman dan kufr); masalah

itu menjadi bertambah pula dengan timbulnya bid'ah daripada 'Amru bin 'Ubald bin

Page 20: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 20/42

Bab yang keduanya disingkir oleh alHasan daripada majlisnya, Ialu mereka berdua

meninggalkanjamaah di Masjid Basrah. Keduanya itu dan para pengikutnya

dipanggil Mu'tazilah kerana mereka itu memisahkan diri daripada pegangan ummat

di mana mereka mendakwakan bahawa orang fasiq dari kalangan Muslimin tidak

Mu'min dan juga tidak kafir.27

Adapun golongan Rawafid maka cawangan yang dipanggil al-Sababiyah di kalangan

mereka menzahirkan bid'ah mereka itu pada zaman 'Ali bin Abi Talib lagi. Mereka itu

dihukum oleh 'Ali dan Ibn Saba dikenakan hukuman pembuangan kerana

bid'ahnya. Golongan ini tidak termasuk umat Islam kerana mereka berpendapat 'Ali

radiya'Llahu 'anhu sebagai Tuhan. Selepas zaman 'Ali, golongan Rafidah itu

berpecah menjadi empat golongan laitu Zaidiyah, Imamiyah, Kaisaniyah dan

golongan Ghulat(pelampau). Golongan Zaidiyah pula menjadi berpuaK-puaK,, satu

golongan mengkafirkan yang lainnya. Seluruh golongan Ghulat keluar daripada

umat Islam. Adapun golongan Zaidiyah dan Imamiyah, mereka terbilang daripada

golongan Islam (firaq al-Islam) ; 28 Golongan Bakhkhariyah berpecah dan mereka

saling kafir mengkafirkan; timbul khilaf dari golongan Bakriyah, iaitu dari seorang

yang bernama Bakr, dari saudara perempuan 'Abdul Wahid bin Ziyah, juga timbul

khilaf golongan Dirariyah dari Dirar bin 'Amr, dan khilaf al-Jahmiyah dari Jahm bin

Safwan. Kemunculan Jahm, Bakr dan Dirar adalah pada zaman zahir Wasil bin 'Ata'

dengan kesesatannya.

Dalam zaman al-Ma'mun al-'Abbasi timbullah seruan Batiniyah dan mereka ini

bukanlah dari golongan Islam, bahkan mereka ini adalah daripada golongan

Majusi. Dan muncul dalam zaman Muhammad bin Tahir bin 'Abdullah bin Tahir di

Khurasan khilaf al-Karramiyah al-Mujassimah.

Mengenai golongan Zaidiyah dari kalangan Rawafid, yang kuat di kalangan mereka

ialah tiga iaitu Janidiyah, Sulaimaniyah juga dipanggil Haririyah dan al-Batriyah. Tiga

golongan ini bersepakat tentang imamah Zaid bin 'Ali bin al-Husain bin 'Ali bin Abi

Talib pada hari keluarnya iaitu pada zaman Hisham bin 'Abdul Malik.

Dari golongan Kaisaniyah pula timbul banyak golongan, bagaimanapun akhimya

kembali kepada dua golongan sahaja. Satunya yang mendakwa bahawa

Muhammad bin al-Hanaflyah hidup tidak mati dan mereka menantinya timbul sebagai

Page 21: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 21/42

al-Mahdi yang dinanti-nantikan itu. Satu golongan lagi yang mempercayai

imamahnya pada masa hidupnya sahaja dan bila ia meninggal imamahnya itu

berpindah kepada orang lain.

Golongan Imamiyah yang mufarawah bagi Zaidiyah, Kisa'iyah dan Ghulat, mereka ini

menjadi lima belas firqah iaitu Muhammadiyah, al-Baqiriyah, alNawisiyah,

Shumaitiyah,'Ammariyah, Isma'iliyah, Mubarakiyah, Musawiyah, Qat'iyah dan Ithna

'Ashariyah, Hishamiyah daripada pengikut Hisharn bin al-Hakam, atau dari pengikut

Hisham bin Salim al-Jawaliqi,Zharariyah, dari pengikut Zurarah bin U'yun dan

Yunusiyah dari pengikut Yunus al-Qummi dan Shaitaniyah dari pengikut Shaitan al-

Taq dan Kamiliyah dari pengikut Abu Kamil; beliau inilah yang mengeluarkan kata-

kata yang paling keji tentang

'Ali dan para sahabat yang lain, radiya'Llahu 'anhum. Inilah dua puluh golongan

yang merupakan golongan Rawafid; tiga daripada Zaidiyah, dua dari Kaisaniyah dan

lima belas dari Imamiyah.

Adapun golongan Ghulat mereka itu yang berpegang kepada ketuhanan Imam-imam

mereka dan mengharuskan perkara-perkara yang diharamkan oleh. syara', dan yang

menggugurkan kewajipan perkara-perkara yang wajib daripada shariat seperti

Bayyaniyah, Mughiriyah, Janahiyah, Mansuriyah, Khattabiyah dan Hululiyah dan

yang mengikuti perjalanan mereka itu. Maka mereka itu bukan daripada golongan

Islam walaupun mereka itu dikaitkan dengannya.

Adapun golongan Khawarij, bila berlaku perpecahan dalam kalangan mereka, maka

mereka menjadi dua puluh golongan iaitu Muhakkimah Ula, Azraqiyah, Najdlyah,

Sifriyah, 'Ajradiyah dan daripada 'Ajradiyah itu berpecah menjadi Khazimiyah,

Shu'aibiyah, Ma'lumiyah, Majhuliyah, Ma'badiyah, Rashidiyah, Mukarramiyah,

Hamziyah, Ibrahimiyah dan Wafiqiyah. Dari golongan lbadiyah timbul perpecahan

menjadi Hafsiyah, Harithiyah,Yazidiyah dan para ahli taat yang bukan terhadap

Allah. Yazidiyah itu ialah dari kalangan mereka yang mengikuti Ibn Yazid bin Unais

dan mereka itu bukan daripada golongan Islam oleh kerana mereka berpegang

kepada pendapat bahawa shari'at Islam menjadi mansukh di akhir zaman dengan

adanya nabi yang dibangkitkan dari kalangan orang-orang bukan Arab (al-

'Ajam). Demikian juga daripada 'Ajradiyah itu timbul golongan Maimuniyah yang

bukan daripada golongan Islam kerana mereka mengharuskan perkahwinan anak

Page 22: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 22/42

perempuan dari anak perempuan dan anak perempuan dari anak lelaki sebagaimana

yang diharuskan oleh orang-orang Majusi, walaupun disebutkan bahawa Yazidiyah

dan Maimuniyah itu dinisbahkan kepada golongan Islam.

Golongan Qadariyah Mu'tazilah yang memisahkan diri mereka dari yang baik

berpecah kepada dua puluh golongan, tiap satunya mengkafirkan yang

lainnya. Mereka itu ialah golongan lsliyah, 'Umariyah,Hudhailiyah, Nazzamiyah,

Amwariyah, 'Umariyah, Thumamiyah, Jahiziyah, Hayitiyah,Himariyah, Khayyatiyah,

Sahhamiyah dan para pengikut Salih Qabah, Muwaisiyah,Kalblyah, Jubba'iyah,

Hashimiyah, dinisbahkan kepada Abu Hashim ibn alJubba'i. Mereka itu terdiri

daripada dua puluh golongan, dua daripadanya bukan daripada golongan Islam iaitu

golongan Hayitiyah dan Himariyah.29

Zaidiyah pula menjadi berpuak-puak, demikian juga Imamiyah dan Ghulat, satu

golongan mengkafirkan yang lainnya. Seluruh golongan Ghulat keluar daripada

umat Islam. Adapun golongan Zaidiyah dan Imamiyah, mereka terbilang daripada

golongan Islam (firaq al-Islam) ; 28- Golongan Bakhkhariyah berpecah dan mereka

saling kafir mengkafirkan; timbul khilaf dari golongan Bakriyah, iaitu dari seorang

yang bemama Bakr, dari saudara perempuan 'Abdul Wahid bin Zlyah, 'uga timbul

khilaf golongan Dirariyah dari Dirar bin 'Amr, dan khilaf al-Jahmiyah dari Jahm bin

Safwan. Kemunculan Jahm, Bakr dan Dirar adalah pada zaman zahir Wasil bin 'Ata'

dengan kesesatannya.

Dalam zaman al-Ma'mun al-'Abbasi timbullah seruan Batiniyah dan mereka ini

bukanlah dari golongan Islam, bahkan mereka ini adalah daripada golongan

Majusi. Dan muncul dalam zaman Muhammad bin Tahir bin 'Abdullah bin Tahir di

Khurasan khilaf al-Karramiyah al-Mujassimah.

Mengenai golongan Zaidiyah dari kalangan Rawafid,yang kuat di kalangan mereka

ialah tiga iaitu Jarudiyah, Sulaimaniyah juga dipanggil Haririyah dan al-Batriyah. Tiga

golongan ini bersepakat tentang imamah Zaid bin 'Ali bin al-Husain bin 'Ali bin Abi

Talib pada hari keluamya iaitu pada zaman Hisham bin 'Abdul Malik.

Dari golongan Kaisaniyah pula timbul banyak golongan, bagaimanapun akhimya

kembali kepada dua golongan sahaja. Satunya yang mendakwa bahawa

Muhammad bin al-Hanaflyah hidup tidak mati dan mereka menantinya timbul sebagai

Page 23: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 23/42

al-Mahdi yang dinanti-nantikan itu. Satu golongan lagi yang mempercayai

imamahnya pada masa hidupnya sahaja dan bila ia meninggal imamahnya itu

berpindah kepada orang lain.

Golongan Imamiyah yang mufarawah bagi Zaidiyah, Kisa'iyah dan Ghulat, mereka ini

menjadi lima belas firqah iaitu Muhammadiyah, al-Baqiriyah, alNawisiyah,

Shumaitiyah, 'Animariyah, Isma'iliyah, Mubarakiyah, Musawiyah, Qat'iyah dan Ithna

'Ashariyah, Hishamiyah daripada pengikut Hisham bin al-Hakam, atau dari pengikut

Hisham bin Salim al-Jawaliqi, Zharariyah, dari pengikut Zurarah bin U'yun dan

Yunusiyah dari pengikut Yunus al-Qummi dan Shaitaniyah dari pengikut Shaitan al-

Taq dan Kamiliyah dari pengikut Abu Kamil; beliau inilah yang mengeluarkan kata-

kata yang paling keji tentang

'Ali dan para sahabat yang lain, radiya'Llahu 'anhum. Inilah dua puluh golongan

yang merupakan golongan Rawafid; tiga daripada Zaidiyah, dua dari Kaisaniyah dan

lima belas dari Imamiyah.

Adapun golongan Ghulat mereka itu yang berpegang kepada ketuhanan Imamimam

mereka dan mengharuskan perkara-perkara yang diharamkan oleh. syara', dan yang

menggugurkan kewajipan perkara-perkara yang wajib daripada shariat seperti

Bayyaniyah, Mughiriyah, Janahiyah, Mansuriyah, Khattabiyah dan Hululiyah dan

yang mengikuti perjalanan mereka itu. Maka mereka itu bukan daripada golongan

Islam walaupun mereka itu dikaitkan dengannya.

Adapun golongan Khawarij, bila berlaku perpecahan dalam kalangan mereka, maka

mereka menjadi dua puluh golongan iaitu Muhakkimah Ula, Azraqiyah, Najdiyah,

Sifriyah, 'Ajradiyah dan daripada 'Ajradiyah itu berpecah menjadi Khazimlyah,

Shu'aibiyah, Ma'lun-iiyah, Majhuliyah,Ma'badiyah, Rashidiyah, Mukarramiyah,

Hamziyah, Ibrahimiyah dan Wafiqiyah. Dari golongan lbadiyah timbul perpecahan

menjadi Hafsiyah, Harithiyah, Yazidiyah dan para ahli taat yang bukan terhadap

Allah. Yazidiyah itu ialah dari kalangan mereka yang mengikuti Ibn Yazid bin Unais

dan mereka itu bukan daripada golongan Islam oleh kerana mereka berpegang

kepada pendapat bahawa shari'at Islam menjadi mansukh di akhir zaman dengan

adanya nabi yang dibangkitkan dari kalangan orang-orang bukan Arab (al-

'Ajam). Demikian juga daripada 'Ajradiyah itu timbul golongan Maimuniyah yang

bukan daripada golongan Islam kerana mereka mengharuskan perkahwinan anak

Page 24: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 24/42

perempuan dari anak perempuan dan anak perempuan dari anak lelaki sebagaimana

yang diharuskan oleh orang-orang Majusi, walaupun disebutkan bahawa Yazidiyah

dan Maimuniyah itu dinisbahkan kepada golongan Islam.

Golongan Qadariyah Mu'tazilah yang men-iisahkan diri mereka dari yang baik

berpecah kepada dua puluh golongan, tiap satunya mengkafirkan yang

lainnya. Mereka itu ialah golongan lsliyah, 'Umariyah,Hudhailiyah, Nazzamiyah,

Amwariyah, 'Umariyah, Thumamiyah, Jahiziyah, Hayitiyah, Himariyah, Khayyatiyah,

Sahhamiyah dan para pengikut Salih Qabah, Muwaisiyah, Kalbiyah, Jubba'iyah,

Hashimiyah, dinisbahkan kepada Abu Hashim ibn alJubba'i. Mereka itu terdiri

daripada dua puluh golongan, dua daripadanya bukan daripada golongan Islam iaitu

golongan Hayitiyah dan Himarlyah.29

Golongan Murji'ah ada tiga cawangan; satunya mereka yang murji'ah beriman dan

berpegang kepada Qadar mengikut Mazhab Qadar'yah, maka dengan itu mereka

terbilang di kalangad golongan Qadariyab; keduanya Murji'ah seperti Abu Shimr al-

Murji'i dan Muhammad Shabib al-Basri al~Khalidi. Satu golongan lagi ialah mereka

yang beraliran Murj "ah, beriman dan cenderung kepada ajaran Jahm dalam bab

amalan-amalan, maka mereka itu daripada golongan Jahmiyah dan Murji'ah. Satu

golongan lagi ialah golongan Murjl'ah 'dak cenderung kepada aliran yang

lain. Mereka 'alah golongan-

yang ti

golongan Yunsiyah, Ghassaniyah, Thaubianiyah, Tuminiyah dan

Muralsiyah. Adapun golongan Najjariyah pada zaman Baghdadi mereka berada di

Rayy, mereka terdiri daripada sepuluh golongan leblh;mereka ini kembali kepada

asal tiga golongan iaitu Burghuniyah, Za'faraniyah dan Mustadrikah. Adapun

golongan Bakriyah dan Dirariyah, tiap-tiap satunya adalah satu golongan tersendiri

yang tidak mempunyai pengikut yang ramai, demikianjuga golongan Jahmiyah satu

golongan tersendiri, dan golongan Karramiyah berada di Khurasan, terdiri daripada

tiga golongan iaitu Haqqaqiyah, Tarayiqiyah dan Ishaqiyah, tetapi tiga golongan ini

tiap satunya tidak mengkafirkan yang lainnya.

Selepas menyenaraikan firqah-firqah itu, al-Baghdadi rahirnahu'Llahu Ta'ala

menyatakan30 bahawa itulah firqah-firqah yang disenaraikannya yang terdiri

Page 25: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 25/42

daripada tujuh puluh dua firqah, dua puluh daripadanya dari kalangan Rawafid, dua

puluh dari kalangan Khawarij, dua puluh lagi dari kalangan Qadariyah, sepuluh dari

kalangan Murji'ah dan tiga dari kalangan Najjariyah, Bakriyah, Dirariyah, Jahmiyah

dan Karramiyah. Inilah yang dikatakan tujuh puluh dua firqah itu.

Lepas itu beliau menyebutkan golongan yang ketujuh puluh tiga katanya itulah

golongan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah yang terdiri daiipada dua golongan besar di

kalangan mereka iaitu golongan yang banyak berpegang kepada pendapat (al-ra'y)

(selain daripada mereka berpegang kepada Quran dan Sunnah), dan mereka yang

berpegang kepada Hadith (iaitu mereka lebih banyak bersandar kepada hadith

daripada menggunakan fikiran di dalam memutuskan sesuatu).

Beliau menyatakan bahawa golongan fuqaha' mereka itu, juga golongan qurra'nya,

ahli-ahli hadithnya, golongan ilmu kalamnya, di kalangan ahliabli hadith dari kalangan

mereka berinuafakat di atas pegangan yang satu

tentang mentauhidkan Tuhan yang menjadikan alam ini, serta sifat-sifatnya,

keadilannya, hikmatnya, nama-namanya, dan sifat-sifatnya, juga mereka

bermuafakat di dalam bab-bab nubuwwah, juga bab Imamah, mereka juga

bermuafakat tentang hukum-hukum di alam akhirat, dan lain-lain lagi yang terdiri

daripada masalah-masalah usulu'd-din atau pun perkara-perkara asas dalam

agama. Mereka ini hanya berikhtilaf dalam masalah halal haram daripada perkara-

perkara furu' atau cawangan dalam hukum, dan tidak ada dalam perkara-perkara

yang mereka ikhtilafkan itu yang membawa kepada kesesatan atau

kefasikan. Mereka itulah yang merupakan firqah yang selamat (al-firqah al-najiyah)

yang bersepakat dalam berikrar tentang keesaan Tuhan yang menjadikan QidamNya

dan Qidam sifat-sifatnya yang Azaliyah dan harus memandangnya dengan tidak ada

tashbih dan ta'til;juga mereka bersepakat tentang berikrar beriman terhadap kitab-

kitab Allah,para RasuINya dan percaya mereka itu diperkuatkan dan ditolongkan

dengan Shari'at Islamiyah, dan mereka itu mengharuskan apa yang diharuskan oleh

Quran dan mengharamkan apa yang diharamkan oleh Qur'an serta pula dengan

kawalan-kawalan daripada apa yang sah datangnya daripada Sunnah Nabi

Muhammad S.A.W., mereka juga bersepakat dalam beriman kepada kebangkitan

dan perhimpunan hari akhirat, soalan Munkar dan Nakir, tentang Kolam Nabi S.A.W.,

tentang Neraca Timbangan Amal. Maka sesiapa yang beriman dengan ini semua

Page 26: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 26/42

dan tidak mencampurkannya dengan sesuatu daripada bid'ah-bid'ah Khawarij,

Rawafid dan Qadariyah serta lain-lain dari kalangan mereka yang mengikuti hawa

nafsu mereka sendiri maka tergolonglah ia ke dalam golongan yang selamat,

kalaulah takdimya habis umumya dalam keadaan demikian itu.

Termasuk ke dalam golongan yang selamat ini ialah jumhur ummat Islam dan

golongan terbanyaknya (al-sawad al-a'zam) yang terdiri daripada para pengikut

Imam-imam Malik, Shafie, Abu Hanifah Auza'i, Thauri dan Daud Zahiri.

Dalam Bughyatu'I-Mustarshidin 32 disebutkan bahawa yang dikatakan tujuh puluh

dua golongan yang sesat itu ialah mereka yang terdiri daripada tujuh golongan.

Pertama, kaum Syiah yang terlalu melebihi dan memuja'Ali dan keluarganya;

mereka sampai tidak mengakui khalifah-khalifah Abu Bakar, 'Umar dan

'Uthman. Mereka ini berpecah menjadi dua puluh dua golongan.

Kedua, golongan Khawarij yang terlalu berlebihan dalam membenci Sayyidina 'Ali

radiya'Llahu 'anhu. Antara mereka ada yang mengkafirkan beliau. Pada pandangan

mereka, orang-orang yang melakukan dosa besar menjadi kafin Mereka ini

kemudiannya berpecah menjadi dua puluh golongan.

Ketiga, kaum Mu'tazilah yang mempunyai fahaman bahawa Allah tidak mempunyai

sifat-sifatnya, dan bahawa manusia melakukan amalnya sendiri dengan bebas

merdeka, dan bahawa Tuhan tidak boleh dilihat dalam syurga, dan bahawa orang-

orang yang melakukan dosa besar diletakkan antara syurga dan neraka; mereka

 juga beranggapan bahawa Mi'raj Nabi S.A.W. adalah dengan roh

sahaja. Kemudiannya mereka ini berpecah menjadi dua puluh golongan.

Keempatnya ialah kaum Murji'ah yang mempunyai pegangan bahawa sesiapa yang

melakukan dosa, maka itu tidak mendatangkan mudharat bila ia sudah beriman,

sebagaimana katanya bila seseorang itu kafir maka kebajikan yang bagaimanapun

dilakukan tidak memberi manfaat juga. Mereka ini kemudiannya berpecah kepada

lima golongan.

Page 27: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 27/42

Kelimanya ialah golongan Najjariyah yang mempunyai pegangan bahawa perbuatan

manusia dijadikan oleh Tuhan dan Tuhan tidak mempunyai sifatsifat. Mereka

berpecah kepada tiga aliran.

Keenamnya ialah kaum Jabbariyah yang mempunyai keyakinan bahawa manusia

tidak terdaya apa-apa; usaha atau ikhtiar manusia tidak ada sama sekali. Mereka

terdiri daripada satu golongan sahaja.

Ketujuhnya ialah kaum Musyabbihah, iaitu kaum yang mempunyai pegangan

bahawa Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana yang ada pada manusia,

umpamanya Tuhan ada tangan, ada kaki, duduk atas 'Arsy, naik tangga dan turun

tangga dan sebagainya. Mereka terdiri dari satu golongan sahaja. Dengan itu maka jumlah mereka semua adalah tujuh puluh dua golongan.

Golongan yang selamat ialah golongan yang satu sahaja iaitu golongan Ahli'sSunnah

wal-Jama'ah.

Sebagai reaksi daripada apa yang timbul itu yang membawa kepada timbulnya

berbagai firqah itu, maka timbullah golongan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah yang

diketuai oleh dua orang ulama' besar dalam Usulu'd-din iaitu Syaikh Abu'l Hasan al-

Ash'ari radiya'Llahu 'anhu dan Syaikh Abu Mansur al-Maturidi radiya'Llahu

'anhu. Dari segi 'aqidah seseorang itu boleh dipanggil Sunni sahaja, yang

menunjukkan bahawa ianya adalah tergolong ke dalam golongan Ahli's-Sunnah;

ataupun ia boleh dipanggilkan Asy'ari atau Asya'irah.

Abu-Hasan al-Asy'ari lahir di Basrah tahun 260 Hijrah dan meninggal dunia di Basrah

tahun 324 Hijrah. Mula-mulanya beliau berpegang kepada fahaman Mu'tazilah

sebagaimana diajarkan oleh gurunya al-Jubba'i. Kemudian beliau meninggalkan

aliran itu setelah mendapat hidayat daripada Allah. Antara kitab-kitab yang

dihasilkannya ialah al-Ibanah fi Usuli'd-Diyanah, Maqalat al-Islamiyyin dan al-Mujaz.

Antara para ulama besar yang menyebarkan aliran al-Asy'ari ini ialah Imam Abu

Bakar al-Qaffal (men. 365 Hijrah), Abu Ishaq al-Isfara'ylni (men. 411 Hijrah), Imam

Hafiz al-Baihaqi (wafat 458 Hijrah), Imam al-Haramain, al-Juwaini, guru pada Imam

al-Ghazali (wafat 460 Hijrah), Imam al-Qusyairi (wafat 465 Hijrah), Imam a]-Baqillani,

dengan kitab at-Tamhidnya yang terkenal (wafat 403 Hijrah), Imam al-Ghazali (wafat

Page 28: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 28/42

505 Hijrah), Imam Fakhruz-Razi (meninggal 606 Hijrah), Imam 'Izzud-Din ibn 'Abdiss-

Salam (men. 606 Hijrah) yang semuanya pendokong aliran Ahli's-Sunnah

sebagaimana yang dihuraikan oleh Imam Abdul Hasan al-Asy'ari.

Dalam masa-masa kemudian para ulama'yang mendokong faham al-Asy'ari ini ialah

antaranya seperti Syaikhul-Islam Syaikh Abdullah asy-Syarqawi (men. 1227 Hijrah),

Syaikh Ibrahim al-Bajuri (men. 1272 Hijrah), Syaikh Nawawi a]-Bantani (men. 1315

Hijrah) dengan kitab tauhidnya Tljanu'd-Darari, FathulMajid, antara lainnya Syaikh

Zainul 'Abidin bin Muhammad al-Fatani dengan 'Aqidatun-Najin, Syaikh Husain al-

Tarabalasi dengan al-Husun alHamidiyahnya yang terkenal itu.33

Imam Abu Mansur al-Maturidi radiya'Llahu 'anhu juga dianggap sebagal pengasasusulu'd-din di kalangan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah, dan namanya biasa disebut-

sebut bersekali dengan nama Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari. Beliau dilahirkan di

kampung Maturid di Samarqand, Asia Tengah dan meninggal di sana juga pada

tahun 333 Hijrah, sepuluh tahun setelah meninggalnya Imam Abu Hasan al-

Asy'ari. Beliau mempertahankan pegangan Ahli's-Sunnah dalam menghadapi

pelbagai fahaman yang batil pada zamannya sebagaimana juga keadaannya dengan

Imam Abul Hasan al-Asy'ari. Oleh kerana jasanya dalam mengemukakan

pandangan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah sebagaimana yang disebutkan dalam Syarah

Ihya' oleh Murtada az-Zabidi, bila dikatakan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah, maka yang

dimaksudkan ialah aliran yan diajarkan oleh Imam Abul Hasan al-Asy'ari dan Abu

Mansur al Maturidi.34

Bab III 

Siapakah yang digolongkan ke dalam firqah Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah itu? Antara

mereka yang dinyatakan termasuk ke dalam firqah Ahli's-Sunnah itu ialah

sebagaimana yang dicatitkan oleh al-Baghdadi dalam al-Farq baina'lFiraq nya.'-3

Dinyatakan bahawa mereka itu terdiri daripada lapan golongan.

Page 29: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 29/42

Pertamanya mereka yang mempunyai dan berkeyakinan tentang bab-bab

mengesakan Allah, nubuwwah, hukum-hukum wa'd Oanjl memberi balasan baik

kepada mereka yang melakukan kebaikan) dan wa'id (iaitu janji memberi balasan

 jahat kepada mereka yang melakukan kejahatan jika tidak diampunkan), pahala,

balasan azab, syarat-syarat ijtihad dan imamah, serta mereka menjalani jalan agama

yang demikian ini. Mereka ini termasuk daripada golongan mutakallimin yang bebas

daripada tashbih dan ta'til daripada perkara-perkara bid'ah Rawafid, Khawarij,

Jahmiyah, Najjariyah dan lain-lain golongan sesat yang mengikuti hawa nafsu.

Keduanya mereka yang terdiri daripada imam-imam dalam ilmu fiqh yang terdiri

daripada dua golongan pula, laitu mereka yang berpegang kepada hadith (dan tidak

begitu berpegang kepada fikiran, ra'y) dan yang berpegang kepada hadith (selepas

daripada berpegang kepada Qur'an); mereka ini terdiri daripada golongan yang

beri'tikad tentang dasar-dasar agama (usulu'd-din) mazhab yang percaya kepada

sifat-sifat Allah, ZatNya dan mereka yang bersih daripada pegangan Qadariyah dan

Mu'tazilah. Mereka percaya kepada harusnya memandang Wajah Allah di akhirat

dengan pandangan mata tanpa tashbih dan ta'til, serta mereka mempercayai bangkit

dari kubur serta soalan Munkar dan Nakir di dalamnya, juga percaya kepada Kolam

Nabi, Sirat, Shafa'at dan keampunan dosa dan mereka tidak mensyirikkan

Allah. Mereka percaya kepada kekalnya ni'mat syurga kepada ahlinya dan kekalnya

azab neraka kkepada ahlinya. Na,udhi billahi min dhalik. Mereka percaya kepada

Imamah Abu Bakar, 'Umar, 'Uthinan dan 'Ali serta mereka memuji golongan salaf as-

Salih dengan pujian yang baik dan mereka berpegang kepada wajibnya sembahyang

 juma'at di belakang para imam Jumu'at bersih diri mereka daripada bid'ah ahli hawa

nafsu yang mengikut keinginan mereka dalam Pegangan itu. Mereka ini juga

berpegang kepa da wajibnya istinbat hukum hukum Syari'at daripada Qur'an danSunnah dan ijma' para Sahabat, serta mereka memegang kepada ajaran harus

menyapu kasut panjang (dalam wudhu') dan berlakunya tiga talak, dan juga mereka

mengharamkan mut'ah serta berpegang kepada wajibnya taatnya kepada Sultan di

dalam perkara yan bukan ma'siat terhadap Allah.

Termasuk ke dalam golongan ini ialah para pengikut imam-imam Malik, Syafi'i,

Auza'i, al-Thauri Abu Hanifah, Ibn Abi Laila juga para pengikut Abi Thaur, Ahmad b.

Hanbal dan ahli zahir dan lain-lain ulama fiqh yang berpegang kepada Perkara-

Page 30: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 30/42

perkara yang boleh dicapai dengan akal dan berpegang kepada asal usul sifat Allah

serta tidak mencampurkan fiqhnya dengan suatu daripada bid'ah-bid'ah sesat

daripada mereka yang mengikut hawa nafsu yang sesat.

Golongan Ahlis-Sunah Yang ketiga ialah mereka yang mempunyai ilmu yang cukup

tentang jalan-jalan riwayat hadith-hadith Nabi S.A.W. serta sunnah-sunnah yang

datang daripada Baginda S.A.W. serta mereka boleh membezakan antara riwayat-

riwayat yang sahih, yang 'sakit', dan mereka tahu tentang sebab-sebab 'cedera'nya

para periwayat, dan 'adil'nya mereka (dan oleh itu riwayat mereka boleh diterima)

dan mereka tidak mencampuradukkan ilmu mereka itu dengan sesuatu daripada ahli

hawa nafsu yang sesat.

Golongan yang keempat ialah mereka yang mempunyai ilmu mencukupi tentang

sastera dan nahu serta tasrif serta mereka Yang mengikuti perjalanan imam-imam

dalam ilmu bahasa seperti al-Khali'l, Abu 'Amru bin al-'Ala, Sibawaih, al-Farra', al-

Akhfash, al-Asma'i, al-Mazini dan Abi 'Ubaid, dan lain-lain imam dalam nahu yang

terdiri daripada golongan orang-orang Kufah dan Basrah Yang tidak

mencampuradukkan ilmu mereka dengan bid'ah-bid'ah sesat daripada kaum-kaum

sesat itu, seperti kaum Qadariyah, Rafidah atau Khawarij. Sesiapa daripada mereka

yang cenderung kepada sesuatu daripada aliran bid'ah sesat kaum sesat itu, maka

mereka tidak termasuk ke dalam golongan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah dan

pendapatnya dalam lughat dan nahu tidak menjadi hujjah lagi.

Golongan yang kelima ialah mereka yang mempunyai ilmu yang mencukupi

berkenaan dengan segi-segi pembacaan Qur'an (qira'at) serta segi-segi tafsir ayat-

ayat Qur'an dan ta'wil-ta'wilnya yang sesuai dengan mazhab Ahli's Sunnah wal-

Jama'ah, dan bukan ta'wil-ta'wil mengikut ahli-ahli aliran-aliran yang sesat itu.

Golongan yang keenam ialah golongan ahli-ahli zuhud dan sufiyah (al-zuhhad al-

sufiyah) yang mempunyai pandangan yang tajam, serta mereka mengawal diri

daripada apa yang tidak sepatutnya, dan mereka menguji diri dan mendapat

pengalaman dalam bidang rohaniah (absaru fa aqsaru wa'khtabaru) serta mereka

mengambil i'tibar sebaiknya dan mereka redha dengan apa yang ditakdirkan oleh

Allah. Mereka rasa memadai dengan rezeki yang sedikit (yang dikurniakan oleh

Allah kepada mereka), dan mereka ini tahu bahawasanya pendengaran,

Page 31: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 31/42

pemandangan dan fu'ad atau hati, itu semuanya akan ditanya tentang kebaikan dan

kejahatan yang dilakukan. Mereka itu menghisab diri mereka di atas amalan yang

dilakukan walau sebesar zarrah, dan mereka mempersiapkan bagi diri mereka

persiapan yang sebaiknya bagi hari yang penghabisan itu iaitu Akhirat. Mereka

menghuraikan ilmu mereka dengan menggunakan jalan 'ibarat dan isyarat mengikut

perjalanan ahli-ahli ilmu hadith, bukan mengikut mereka yang mengeluarkan kata-

kata kosong dan tidak melakukan apa yang baik kerana ria' dan mereka tidak

meninggalkan apa yang baik itu kerana malu kepada sesiapa. Agama golongan

sufiyah ini adalah agama tauhid yang menolak tashbih dan mazhab mereka ialah

menyerah diri tunduk (tafivid) kepada Allah, bertawakkal kepadanya serta tunduk

taslim bagi perintahnya serta merasai memadai dengan apa yang direzekikan

olehnya serta berpaling daripada menentang apa yang ditentukan Allah. Mereka itu

adalah sebagaimana yang digambarkan dalam Qur'an.

Maksudnya: "Itulah pemberian daripada Allah yang dikurniakan kepada sesiapa vang 

dikehendakinya dan Allah mempunyai pemberian yang amat besar'. 

Golongan yang ketujuh ialah mereka yang bersiap sedia menjaga kubu-kubu

Muslimin (di sempadan Negeri Islam) dalam menghadapi orang-orang kafir, berjuang

melawan seteru Muslimin dan mereka menjaga kawasan Muslimin dan juga memberi

perlindungan kepada para wanita maeremkuasiltiumminaz dan rumah tangga

mereka serta menzahirkan pada kubu-kubu mereka itu mazhab Ahli's-Sunnah wal-

Jama'ah. Dalam hubungan dengan mereka inilah Allah turunkan firmannya:

Maksudnya: "Dan mereka yang berjihad untuk (mencari keredaan) Kami, benar- 

benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami". 

Mudah-mudahan Allah kurniakan kepada mereka itu taufik dengan pemberian dan

kemurahannya.

Golongan kelapan ialah negeri-negeri yang mendokong mazhab Ahli's-Sunnah wal-

Jama'ah, bukannya mendokong tempat-tempat yang merupakan syi'ar-syi'ar bagi

golongan-golongan yang sesat dan mengikut hawa nafsu. Yang dimaksudkan

dengan golongan ini ialah golongan orang ramai di mana-mana yang beri'tikad

Page 32: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 32/42

tentang benarnya ulama' Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah yang berpegang kepada bab-

bab keadilan Tuhan dan TauhidNya, wa'd, wa'id, dan mereka merujuk kepada ulama'

Ahli's-Sunnah dalam bimbingan ajaran-ajaran agama mereka serta mereka

mengikuti Para ulama' dalam perkara-perkara furu' berkenaan dengan halal dan

haram. Mereka tidak beri'tikad suatupun daripada perkara yang ada dalam

pegangan golongan-golongan ahli kesesatan itu. Inilah golongan-golongan yang

berada dalam kalangan Ahli's-Sunnah wal-Jama ah. Merekalah pemegang agama

yang benar dan mereka berada di atas Sirat al-Mustaqim. Moga-moga Allah

tetapkan mereka di atas kalimah yang hak dan tetap di atas dunia ini dan

akhirat. Allahumma amin.

Inilah yang dikatakan golongan Ahli's-Sunnah yang dicatitkan daripada huraian

'Abdul-Qahir al-Baghdadi yang merupakan sesuatu yang sudah jelas selepas

perjalanan sejarah Islam selama empat abad lebih lamanya (Al-Baghdadi meninggal

pada tahun 429 Hijrah/1037 Masehi). Gambarannya adalah sesuatu yang

merupakan 'crystallization' daripada pegangan insan dan sejarahnya yang boleh

rnenjadi sebagai indeks bagi kita memahami persoalan ini. Dengan berdasarkan

kepada neraca yang diberikan oleh al-Baghdadi ini, kita boleb menentukan

kedudukan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah dan mereka Yang berpegang kepadanya,

dalam keadaan menghadapi berbagai aliran faham Timur dan Barat yang datang dari

dalam masyarakat Islam sendiri dan juga dari luarnya. Bagaimanapun ini bukanlah

tujuan utama perbincangan ini.

Dalam membela kebenaran Ahli's-Sunnah dan keselamatan kedudukan mereka

sebagaimana yang dijanjikan dalam hadith-hadith Nabi S.A.W., al-Baghdadi dengan

penuh keyakinan nampaknya menyatakan bahawa:

"Dan kami tidak mendapati sehingga hari ini dari kalangan firqah-firqah ummat 

ini siapakah di kalangan mereka itu yang bersepakat dengan perjalanan para 

Sahabat radiya'Llahu 'anhum melainkan golongan Ahli'sSunnah wal-Jama'ah 

dari kalangan para fuqaha' ummat ini dan para mutakallimin mereka itu yang 

berpegang kepada Sifat-sifat Allah lain daripada golongan Rafidah, Qadariyah,

Khawarij, Jahmiyah, Najjariyah, Mushabbihah, Ghulat dan Hululiyah" . 

Page 33: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 33/42

Lepas itu beliau menyebut satu persatu di mana tidak selamatnya pendirian-

pendirian golongan lain seperti golongan Qadariyah, Khawarij dan

seterusnya. Kemudian beliau menghuraikan dasar-dasar yang disepakati di

kalangan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah.39

Dasar pertamanya, tentang mengithbatkan hakikat-hakikat dan ilmu-llmu. Katanya

bahawa para Ahli's-Sunnah berijma' tentang thabitnya ilmu-ilmu sebagai pengertian-

pengertian yang ada pada para ulama' dan mereka mengatakan tentang peri

sesatnya mereka yang menafikan ilmu pengetahuan dan sifat-sifat yang ada pada

benda dengan mereka menganggap jahilnya golongan Sophists yang menafikan ilmu

dan hakikat sesuatu semuanya. Dianggapnya mereka itu sebagai golongan yang

mengingkari apa yang mereka telah mengetahuinya dengan secara daruri. Demikian

 juga dengan golongan Sophists (Sufasta'iyah) yang syak tentang wujudnya hakikat-

hakikat. Demikian juga golongan daripada mereka itu yang berpegang kepada

ajaran bahawa hakikat segala sesuatu mengikut anggapan dan mereka

menganggapkan sah semua i'tikad-i'tikad walaupun semuanya saling canggah

bercanggah dan nafi menafikan. Semua tiga golongan ini kafir dan engkar serta

degil untuk menerima apa yang diwajibkan akal secara dharuri.

Bagi Ahli's-Sunnah, ilmu manusia dan ilmu haiwan-haiwan lain terdiri daripada tiga

 jenis ilmu.

Pertamanya ilmu yang badihi iaitu secara tersendiri tanpa difikirkan. Keduanya ilmu

yang bersifat hissi iaitu melalui pengalaman pancaindera dan ketiganya ilmu istidlali

iaitu yang datang dengan manusia mengambil dalil dengan menggunakan

akalnya. Mereka menyatakan bahawa sesiapa yang menolak ilmu-ilmu yang badihi

ataupun ilmu yang hissiyah yang datang melalui pengalaman pancaindera yang lima,

itu adalah orang yang degil. Adapun orang yang tidak menerima ilmu-ilmu yang

bersifat nazariah dan yang datang dengan pemikiran dengan mengambil dalil, ia

perlu diteliti. Kalau lanya terdiri daripada orang yang menolak dan mengingkari

pemahaman dengan akal tentang ilmu-ilmu yang boleh difahami dengan akal

langsung, maka ia adalah kafir mulhid, hukumnya adalah seperti hukum Dahriyah

(atau fahaman yang tidak percaya kepada Tuhan dan mengithbatkan wujud alam

benda sahaja) kerana pegangan mereka bahawa alam ini abadi, dan menafikan

Page 34: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 34/42

Tuhan yang menjadikan tambahan lagi dengan pegangan mereka membatalkan

semua agama-agama.

Adapun seseorang yang berpegang kepada kefahaman akal dalam perkaraperkara

yang boleh difahamkan dengan akal, dan ia tidak menerima qiyas dalam masalah

furu' hukum Syariat, seperti ahli mazhab Zahiriyah,maka ia tidak menjadi kafir

dengan ia mengingkari qiyas secara syar'i itu. Golongan Ahli's-Sunnah menerima

pancaindera sebagai punca-punca pengetahuan yang diakui dan pengesanan

pancaindera adalah diterima.

Golongan Ahli's-Sunnah menyatakan juga bahawa khabar mutawatir adalah

satujalan ilmu yang dharuri dan benda yang datang melalui punca itu adalah sahih,misalnya tentang sahnya ada negeri yang belum dikunjungi oleh seseorang itu, tetapi

ia dengar berita mutawatir tentangnya. Itu adalah sebagaimana ilmu kita tentang

adanya para anbiya' dan raja-raja sebelum zaman kita. Adapun tentang benamya

pengakuan para anbiya'tentang pangkat kenabian mereka maka itu diketahui olch

kita dengan hujah-hujah ilmu secara nazariah.

Golongan Ahli's-Sunnah menyatakan bahawa hadith yang melazimkan kita beramal

dengannya adalah tiga jenis: mutawatir, ahad dan yang menengah antara

keduanya. Khabar mutawatir yang mustahil lanya direka-rekakan adalah

berkedudukan sebagai ilmu yang dharuri dan contohnya ialah seperti berita tentang

negeri-negeri yang belum kita kunjungi,dan ilmu yang kita tahu tentang raja-raja dan

nabl-nabl serta generasi-generasi sebelum kita. Dengan itulah seseorang

mengetahui kedua ibubapanya dan dengan keduanya ia dinisbahkan.

Adapun khabar ahad maka bila sah isnadnya dan matannya bukan menasabah danbukan mustahil pada akal, maka ianya wajib diamalkan; ianya berkedudukan sebagal

kesaksian orang yang adil di sisi hakim bahawa wajib ia memutuskan hukum

dengannya pada zahir walaupun ia tidak mengetahui tentang benamya iaitu dalam

kesaksian. Dan dengan khabarjenis inilah maka para fuqaha'menthabitkan

kebanyakan daripada furu'hukum-hukum Syariah dalam ibadat, mu'amalat, dan lain-

lain bab haial haram. Dan golongan Ahli'sSunnah menganggapkan sesat mereka

yang menggugurkan wajib beramal dengan khabar ahad dari kalangan Rafidah,

Khawarij dan lain-lain golongan sesat.

Page 35: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 35/42

Adapun khabar mustafid yang duduk di tengah-tengah antara yang mutawatir dan

yang ahad, maka ianya seperti mutawatir dalam wajibnya berilmu dengannya dan

beramal dengannya; tetapi ia berlainan pula daripada yang mutawatir kerana ilmu

yang datang darinya adalah ilmu yang muktasab yang nazari, adapun ilmu yang

datang dari yang mutawatir adalah dikirakan dharuri ti 'dak muktasab. Dan khabar

 jenis ini ada bahagian-bahagiannya pula. Termasuk ke dalam jenisnya ialah khabar-

khabar tentang para anbiya'. Tertnasuk ke dalam jenis ini juga khabar yang tersebar

di kalangan manusia yang tidak sahih mereka itu melakukan pembohongan, bila

sesuatu berita dikhabarkan di kalangan mereka. Bila seseorang di kalangan mereka

tidak mengatakan ianya bohong, maka kita ketahui bahawa orang itu berkata

benar. Dengan khabar cara inilah kita ketahui tentang mu'jizat-mu'jizat Nabi kita

S.A.W. tentang terbelahnya bulan, bertasbihnya anak batu dalam tangannya,

menangisnya pelepah tamar dan sebagainya. Demikian juga khabar-khabar

mustafidah antara imam-imam hadith dan fiqh yang mereka ijma' bahawa ianya

adalah sahih seperti hadith-hadith tentang Syafa'at, Hisab, Haud, Sirat, Mizan, azab

kubur, soal Munkar dan Nakir.

Demikian juga khabar mustafidah dalam banyak daripada hukum-hukum fiqh seperti

nisab zakat, had bagi yang n-dnum arak, hadith-hadith tentang menyapu khuf,

tentang rejam, dan yang sepertinya, daripada apa yang diijma'kan oleh

fuqaha'. Maka golongan Ahli's-Sunnah menganggap sesat mereka yang tidak

memahami seperti mereka dalam hal-hal itu seperti kaum-kaum sesat yang

mengikut hawa nafsu mereka. Contohnya ialah kesesatan kaum Khawarij yang

menolak rejam, dan sesatnya kaum Najdiah yang mengingkari had kerana meminum

arak dan mengingkari harusnya menyapu khuf; dan menjadi kafir mereka yang

mengingkari memandang Allah di Akhirat dan yang mengingkari Haud, Syafaat dan

azab kubur.

Demikian juga Ahli's-Sunnah menganggap sesat kaum Khawarij yang memotong

tangan pencuri yang mencuri sedikit atau banyak daripada tempat simpanan atau

tidak, sebagaimana mereka menyesatkan golongan yang menolak khabar mustafid

demikian juga mereka menganggapkan sesat golongan yang menthabitkan

mansukhnya hukum khabar yang sepakat tentangnya fuqaha' golongan Ra'y dan

Page 36: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 36/42

Hadith sebagaimana juga mereka menganggapkan sesat Rafidah yang

mengharuskan kahwin mut'ah walhal keharusannya sudah dimansukhkan.

Golongan Ahli's-Sunnah bersepakat bahawa Allah Ta'ala mewajibkan ke atas para

hambanya supaya mencapai ma'rifat terhadapnya, dan juga mewajibkan ke atas

mereka ma'rifat terhadap rasuinya, kitabnya, serta beramal dengan apa yang

ditunjukkan oleh Kitab dan Sunnah.

Juga golongan Ahli's-Sunnah menganggapkan kafir sesiapa yang menegaskan - dari

kalangan Qadariyah dan Rafidah - bahawa Allah tidak mewajibkan ma'rifat

terhadapnya, sebagaimana yang dipegangi oleh Thumamah dan alJahiz, dan satu

golongan daripada Rafidah. Mereka bersepakat bahawa tiaptiap ilmu kasbi dannazari harus Allah menjadikan kita mesti mengetahui tentangnya. Dan mereka

menganggapkan kafir sesiapa yang menegaskan dari kalangan Mu'tazilah, bahawa

ma'rifat terhadap Allah di Akhirat adalah dihasilkan, muktasabah, dengan tidak

termesti kepada ma'rifatnya.

Golongan Ahli's-Sunnah bersepakat bahawa punca-punca hukum-hukum Syar'iyah

adalah al-Quran, Sunnah, dan ljma' golongan Salaf. Mereka menganggapkan kafir

orang yang menegaskan, dari kalangan Rafidah, bahawa pada hari ini - kalau pada

zaman al-Baghdadi, abad kelima Hijrah - tidak ada hujah dalam Qur'an dan Sunnah

kerana mereka mendakwakan bahawa para sahabat ada mengubahkan sebahagian

daripada al-Quran dan melakukan tahrif terhadap sebahagian daripadanya.

mengikut hawa nafsu mereka. Contohnya ialah kesesatan kaum Khawarij yang

menolak rej am, dan sesatnya kaum Najdiah yang mengingkari had keranameminum arak dan mengingkari harusnya menyapu khuf; dan menjadi kafir mereka

yang mengingkari memandang Allah di Akhirat dan yang mengingkari Haud, Syafaat

dan azab kubur.

Demikian juga Ahli's-Sunnah menganggap sesat kaum Khawarij yang memotong

tangan pencuri yang mencun' sedikit atau banyak daripada tempat simpanan atau

tidak, sebagaimana mereka menyesatkan golongan yang menolak khabar mustafid

demikian juga mereka menganggapkan sesat golongan yang menthabitkan

Page 37: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 37/42

mansukhnya hukum khabar yang sepakat tentangnya fuqaha' golongan Ra'y dan

Hadith sebagaimana juga mereka menganggapkan sesat Rafidah yang

mengharuskan kahwin mut'ah walhal keharusannya sudah dimansukhkan.

Golongan Ahli's-Sunnah bersepakat bahawa Allah Ta'ala mewajibkan ke atas para

hambanya supaya mencapai ma'rifat terhadapnya, dan juga mewajibkan ke atas

mereka ma'rifat terhadap rasuINya, kitabnya, serta beramal dengan apa yang

ditunjukkan oleh Kitab dan Sunnah.

Juga golongan Ahli's-Sunnah menganggapkan kafir sesiapa yang menegaskan - dari

kalangan Qadariyah dan Rafidah - bahawa Allah tidak mewajibkan ma'rifat

terhadapnya, sebagaimana yang dipegangi oleh Thumamah dan al-Jahiz, dan satugolongan daripada Rafidah. Mereka bersepakat bahawa tiap-tiap ilmu kasbi dan

nazari harus Allah menjadikan kita mesti mengetahui tentangnya. Dan mereka

menganggapkan kafir sesiapa yang menegaskan dari kalangan Mu'tazilah, bahawa

ma'rifat terhadap Allah di Akhirat adalah dihasilkan, muktasabah, dengan tidak

termesti kepada ma'rifatnya.

Golongan Ahli's-Sunnah bersepakat bahawa punca-punea hukum-hukum Syar'iyah

adalah al-Quran, Sunnah, dan ljma' golongan Salaf. Mereka menganggapkan kafir

orang yang menegaskan, dari kalangan Rafidah, bahawa pada hari ini - kalau pada

zaman al-Baghdadi, abad kelima Hijrah - tidak ada hujjah dalam Qur'an dan Sunnah

kerana mereka mendakwakan bahawa para sahabat ada mengubahkan sebahagian

daripada al-Quran dan melakukan tahrif terhadap sebahagian daripadanya.

(jolongan Ahli's-Sunnah menganggapkan kafir golongan Khawarij yang menolak

seluruh kitab sunan yang diriwayatkan oleh perlwayat-Periwayat hadith kerana padapandangan mereka periwayat-periwayat hadith itu kafir.

Merekaj'uga menganggapkan kafir al-Nazzam yang mengingkari hujjah ijma' dan

hujjah daripada riwayat mutawatir. Mereka juga menghukum kafir bag] orang yang

berpendapat mungkin seluruh ummat Islam berljma' dalam kesesatan (ijtima'al-

ummah 'ala al-dalalah), juga kerana ia berpendapat harus mereka yang terlibat

dalam riwayat yang mutawatir itu bermuafakat mereka-rekakan sesuatu yang

Page 38: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 38/42

bohong. Inilah penerangan tentang apa yang disepakati oleh Ahli's-Sunnah dalam

hubungan dengan rukun yang pertama.40 -

Dasar yang kedua ialah pegangan Ahii's-Sunnah tentang barunya alam ini. Mereka

telah ijma'kan bahawa alam itu adalah segala sesuatu yang selain daripada Allah,

mereka ijma'kan bahawa sesuatu yang selain daripada Allah dan selain daripada

sifat-sifatnya yang azali adalah makhiuk yang dijadikan serta diciptakan oleh

Allah. Mereka juga bersepakat bahawa Tuhan yang menjadikan itu bukan makhluk,

bukan yang diciptakan dan bukan daripada jenis alam ini dan bukan daripadajenis

sesuatu daripada juzuk alam ini.

Mereka bersepakat lagi bahawa bahaglan-bahagian daripada alam ini ada dua, jauhar dan 'arad (pl. Jawahir dan a'arad), khilaf pendapat mereka yang menafikan

a'arad.

Mereka bersepakat bahawa setiap jauhar adalah juzuk yang tidak boleh berpecah

lagi. Dan mereka menganggapkan kafir al-Nazzam dan ahli-ahli falsafah yang

menganggap boleh berpecahnya tiap-tiap juzuk daripada juzuk-juzuk benda dengan

tidak berkesudahan dan ini dikirakan berlawanan dengan ayat yang bermaksud:

" Dan Dia (Allah) menghitung segala sesuatu satu persatu." (Surah al-Jin;28) 

Golongan Ahli's-Sunnah juga mengithbatkan para malaikat, jin dan syaitan sebagai

makhluk-makhluk yang ada dalam alam ini, dan mereka menganggap kafir mereka

yang menafikan demikian itu dari kalangan ahli falsafah dan golongan Batiniyah.

Kemudian kenyataan ini disusuli dengan beberapa kenyataan tentang sesatnya

golongan ahli falsafah dan Mu'tazilah dalam hubungan dengan alam benda dan

konsep alam.

Mereka menganggap kafir Abul-Hudhail yang berpegang kepada pegangan bahawa

ni'mat syurga dan azab neraka itu terputus dan mereka menganggap kafir golongan

Jahmiyah yang berpendapat syurga dan neraka itu tidak kekal.

Dasar yang ketiga ialah berkenaan dengan Tuhan yang menciptakan alam serta

Sifat-SifatNya. Pada Ahli's-Sunnah, segala sesuatu yang baru itu mesti ada yangmenjadikannya dan mengadakannya dan mereka berpegang kepada pegangan

Page 39: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 39/42

bahawa Tuhan yang menjadikan alam ini Dialah yang menjadikan jisim-jisim dan

'arad-'arad. Mereka menganggap kafir Mu'ammar dan para pengikutnya dari

kalangan Qadariyah yang berpendapat bahawa Allah tidak menjadikan sesuatu

daripada 'arad-'arad. la hanya menjadikan jisim-jisim.

Antaranya disebutkan bahawa golongan Ahli's-Sunnah bersepakat bahawa Tuban

tidak dikandung oleh tempat dan tidak berlalu atasnya masa, khilaf golongan yang

mengatakan Tuhan menyentuh'Arsy, dan'golongan Syihamiyah dan

Karramiyah. Ahli's-Sunnah juga berijma' menafikan adanya kecederaan, kesedihan,

kesakitan dan kelazatan daripada Tuhan, serta gerak dan diam, khilaf pendapat

golongan Hisyamiyah dari golongan Rafidah yang menganggap harus ada gerak

pada Tuhan.

Antaranya yang dinyatakan bahawa Ahli's-Sunnah berijma' bahawa Allah Maha Kaya

tidak berkehendakkan kepada makhluknya, dan la Itidak mendapat manfaat daripada

menjadikan makhluknya itu dan juga la tidak menolak kemudaratan daripada DiriNya

dengan menjadikan makhluknya itu. Inilah khilaf pegangan Majusi yang mendakwa

bahawa Allah menjadikan para malaikat bagi menolakkan kesakitan pada DiriNya

yang datang daripada syaitan dan penolong-penolongnya.

Ahli's-Sunnah juga berijma'Tuhan yang menjadikan alam itu tunggal, khilaf pendapat

yang mengatakan Tuhan itu dua yang sedia kala, satunya cahaya, Nur dan satu lagi

ialah kegelapan Zulmah (Yazdan dan Ahriman di kalangan Majusi). Pegangan

tentang keesaan Tuhan ini berlawanan dengan pegangan golongan Ghulat di

kalangan Rafidah yang menyatakan bahawa Allah menyerahkan tadbiran alam

kepada'Ali yang merupakan Khaliq yang kedua.

Dasar keempat , berkenaan dengan sifat-sifat yang ada pada Zat Allah, Ahli's

Sunnah berpegang kepada pegangan bahawa sesungguhnya Ilmu Allah, QudratNya,

HayatNya, IradatNya, Sama'Nya dan BasarNya, serta KalamNya adalah sifat-

sifatnya yang azali serta abadi. Golongan Mu'tazilah menyatakan bahawa tidak ada

Qudrat, Ilmu, Hayat bagi Allah Ta'ala dan la tidak dapat dilihat di Akhirat.

Ahli's-Sunnah berijma'bahawa Qudrat Allah yang berlaku di atas segala yang

ditakdirkan itu semuanya sebagai satu qudrat yang dengannya ditakdirkan semua

Page 40: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 40/42

yang ditakdirkannya itu. Ini disusuli dengan kesesatan-kesesatan Mu'tazilah dalam

hubungan dengan hal ini.

Antaranya dinyatakan bahawa Ahli's-Sunnah berijma' bahawa Ilmu Allah adalah satu

yang dengannya itu la mengetahui segala maklumat secara satu persatu. Satu

golongan daripada Rafidah mengatakan bahawa Allah tidak mengetahui sesuatu

sebelum adanya dan Zurarah bin Kyun dan para pengikutnya di kalangan Rafidah

menyatakan bahawa Ilmu Allah, QudratNya, HayatNya, dan lain-lain sifat yang baru

bahawasanya ia tidak Hidup, Berkuasa dan Mengetahui melainkan sehingga la

menjadikan bagi DiriNya Hayat, Qudrat,Ilmu, Iradat, Sama', Basar.

Golongan Ahli'-Sunnah berijma' bahawa Sifat Sama' dan Basar Tuhan meliputisegala yang didengar dan segala yang dilihat dan Tuhan sentiasalah melihat bagi

DiriNya dan Mendengar bagi Kalam DiriNya. Ini diikuti dengan khilaf Mu'tazilah.

Golongan Ahli's-Sunnah berijma' bahawa Allah boleh dilihat oleh orang-orang yang

beriman di Akhirat. Ini adalah berlawanan dengan pendapat Qadariyah dan

Jahmiyah yang menganggap bahawa mustahil Allah boleh dilihat di Akhirat.

Antaranya dinyatakan bahawa Ahli's-Sunnah berijma' bahawa Iradat Allah adalah

Masyi'ah atau KehendakNya; dan mereka ijma'kan bahawa KehendakNya lulus

dalam apa yang dikehendakinya mengikut IlmuNya. Ini disusuli dengan golongan

yang menyalahinya, juga disusuli dengan kenyataan tentang sifat-sifat lain, seperti

hayat, tanpa Roh, Sifat Kalam dan khilaf golongan yang berpendirian berlainan.

Dasar yang kelima tentang nama-nama Allah yang diambil daripada Qur'an dan

Sunnah yang sahih.

Dasar keenam tentang keadilan Allah. Dinyatakan pendirian Ahli's-Sunnah,

kemudian diikuti dengan khilaf golongan yang b6rlainan pegangan daripadanya.

Dasar ketujuh tentang nubuwwah dan ri salah, perbezaan antara nabi dan rasul;

karamat, kedudukan para malaikat dengan para anbiya'disusuli dengan khilaf kaum-

kaum yang menyalahi pegangan Ahli's-Sunnah.

Page 41: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 41/42

Dasar kelapan berkenaan dengan mu'jizat dan karamat; mu'jizat yang dihubungkan

dengan nubuwwah, karamat dihubungkan dengan aullya' diikuti dengan khilaf

mereka yang menyalahi pegangan Ahli's-Sunnah.

Dasar kesembilan berkenaan dengan rukun-rukun Islam daripada syahadah

sampailah kepada rukun menunaikan haji. Diikuti dengan pegangan kaum-kaum

yang berlawanan dengannya.

Dasar kesepuluh berkenaan dengan suruhan dan tegahan dan hukum lima; wajib,

mahzur, masnun, makruh, mubah. Diikuti dengan pegangan kaum yang

menyalahinya.

Dasar kesebelas tentang fana'nya sekelian hamba Allah dan hukum terhadap

mereka dalam alam abadi, alam barzakh, Haud, Sirat, Mizan, Syafa'ah.

Dasar kedua belas tentang khjlafah dan Imamah. Khllafah diwajibkan di atas umat

bagi melakukan tugas-tugas tertentu. 'Aqd Imamah; disusull dengan khilaf kaum-

kaum yang menyalahinya, kedudukan Khulafa' al-Rashidin mengi 'kut tertib khilafah

mereka, disusuli dengan khilaf golongan yang berlainan pegangan daripadanya.

Dasar ketiga belas berkenaan dengan iman, Islam, tasdiq dan ma'rlfat. Diikuti

dengan khilaf pegangan-pegangan yang berlainan daripadanya.

Dasar keempat belas berkenaan dengan auliya', imam-imam dan para malaikat,

serta ajaran tentang ismah. Disusull dengan khilaf kaum-kaum yang berlainan faham

daripadanya.

Dasar kelima belas, hukum tentang seteru-seteru Islam, satu mereka yang adasebelum zahir daulah Islam, dan kedua mereka yang zahir dalam daulah Islam.

PENUTUP 

Inilah antaranya apa yang boleh dipaparkan dalam hubungan dengan konsep Ahli's-

Sunnah wal-Jama'ah serta sedikit sebanyak perkembangan yang berlaku dalam

sejarah perkembangannya. Walaupun dalam terbentuknya konsep yang akhimya itu

Page 42: Sejarah Perkembangan Akidah

5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 42/42

kelihatan termasuk ke dalamnya segi-segi sejarah ummat ini, hakikat ajaran dan

amalan Ahli's-Sunnah adalah merupakan hakikat yang telah ada pada zaman awal

Islam lagi. Perkembangan kemudian itu adalah merupakan sesuatu sebagai

deployment, sesuatu pernyataan dirinya pada masa kemudian, sebagaimana pokok

adalah penyataan diri bagi hakikatnya yang ada dalam benihnya itu. Dalam konsep

Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah inilah terletaknya neraca penerimaan atau penolakan

segala sesuatu yang berhubungan dengan pegangan dan amalan keagamaan.