BAB I K3

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja 1

description

makalah

Transcript of BAB I K3

Page 1: BAB I K3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perusahaan di Indonesia

secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia

menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan

Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan

Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit

menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga

kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat

ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian

perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan

perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Nuansanya harus bersifat

manusiawi atau bermartabat. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,

bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang salah satunya yaitu

pertambangan. Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam

pembangunan nasional. Pertambangan memberikan peran yang sangat signifikan

dalam perekonomian nasional, baik dalam sektor fiscal, moneter, maupun sektor

riil. Peran pertambangan terlihat jelas dimana pertambangan menjadi salah satu

sumber penerimaan negara. Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah

padat modal, padat teknologi dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu,

dalam rangka menjamin kelancaran operasi, menghindari terjadinya kecelakaan

kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka diperlukan

1

Page 2: BAB I K3

implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan

pertambangan.

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang merupakan

bagian dari proses manajemen keseluruhan mempunyai peranan penting di dalam

pencapaian tujuan perusahaan melalui pengendalian rugi perusahaan tersebut.

Alasan ini adalah tepat mengingat penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

dalam suatu perusahaan betujuan mencegah, mengurangi dan menanggulangi

setiap bentuk kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian yang tidak

dikehendaki. Keberhasilan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

dalam suatu industri sangat bergantung pada pandangan manajemen terhadap

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ?

2. Apa faktor resiko yang ada dalam kegiatan pertambangan ?

3. Mengapa peran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting

dalam kegiatan pertambangan ?

4. Bagaimana pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) dalam kegiatan pertambangan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

2. Mengetahui faktor resiko yang ada dalam kegiatan pertambangan.

3. Mengetahui pentingnya peran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

dalam kegiatan pertambangan.

2

Page 3: BAB I K3

4. Mengetahui pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) dalam kegiatan pertambangan.

D. Manfaat Penulisan

Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya

pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam kegiatan

pertambangan sehingga mencegah resiko kecelakaan maupun kejadian berbahaya

serta penyakit pada saat bekerja.

3

Page 4: BAB I K3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) :

Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia

pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan

makmur.

Menurut Suma’mur, keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk

menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan

yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Simanjuntak, keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang

bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang

mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan

keselamatan, dan kondisi pekerja.

Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja

adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang

terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk

pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

Menurut Ridley, John yang dikutip oleh Boby Shiantosia, mengartikan

kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan

yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi

masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

4

Page 5: BAB I K3

Menurut Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja

menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis

tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh

perusahaan.

Menurut Mangkunegara bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah

a) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi :

1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang

kurang diperhitungkan keamanannya.

2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

b) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi :

1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik dan

pengaturan penerangan.

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan

kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah

institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan

dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga

pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi

lingkungan kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) cukup penting bagi

moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk

memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam

kondisi aman sepanjang waktu. Praktek K3 (keselamatan dan kesehatan kerja)

meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi juga penyembuhan luka

dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti

sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri,

5

Page 6: BAB I K3

kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan

psikologi kesehatan kerja.

B. Faktor Resiko Yang Ada Dalam Kegiatan Pertambangan

Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada perusahaan

pertambangan adalah sebagai berikut :

1. Ledakan

Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai

dengan nyala api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang

berwarna hitam. Ledakan merambat pada lobang turbulensi udara akan

semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal.

2. Longsor

Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan yang

terjadi di dalam tambang, serta kondisi tanah yang rentan mengalami

longsor. Hal ini bisa juga disebabkan oleh tidak adanya pengaturan

pembuatan terowongan untuk tambang.

3. Kebakaran

Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang bawah

tanah mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal,

seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan

sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan

kemudian membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak (explosive

limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang

diiringi oleh kebakaran.

6

Page 7: BAB I K3

4. Getaran dari alat-alat mekanik

Alat-alat berat yang memiliki frekuensi rendah maupun tinggi yang dapat

diterima oleh seluruh tubuh dan merambat melalui tangan.

C. Tujuan Pelaksanaan K3 Dalam Kegiatan Pertambangan

Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja bertujuan untuk menjamin

kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil

karyanya. Secara singkat, ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan

kerja adalah sebagaai berikut :

1. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.

2. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan

sewaktu bekerja.

3. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja.

4. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari

kerja.

5. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan

6. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.

Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan

perlindungan terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan

sebagai akibat dari kondisi kerja yang tidak aman dan atau tidak sehat. Syarat-

syarat kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja ditetapkan sejak tahap

perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, penggunaan,

pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis, dan aparat

produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Adapun

yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

7

Page 8: BAB I K3

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan kerja

dinilai seperti berikut :

1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan,

cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja

yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja, kecelakaan

selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan

kerugian-kerugian secara tidak langsung, yakni kerusakan mesin dan

peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat,

kerusakan pada lingkungan kerja dan lain-lain. Biaya-biaya sebagai akibat

kecelakaan kerja, baik langsung ataupun tidak langsung, cukup bahkan

kadang-kadang terlampau besar sehingga bila diperhitungkan secara

nasional hal itu merupakan kehilangan yang berjumlah besar.

2. Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk

atas dasar wajib lapor kecelakaan dan data kompensasinya, dewasa ini

seolah-olah relatif rendah dibandingkan dengan banyaknya jam kerja

tenaga kerja.

3. Potensi-potensi bahaya yang mengancam pada sektor pertambangan

mempunyai risiko-risiko khusus sebagai akibat kecelakaan tambang,

sehingga keselamatan pertambangan perlu dikembangkan secara sendiri,

minyak dan gas bumi termasuk daerah rawan kecelakaan.

4. Menurut observasi, angka frekuensi untuk kecelakaan-kecelakaan ringan

yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja tetapi hanya jam kerja masih

terlalu tinggi. Padahal dengan hilangnya satu atau dua jam sehari

mengakibatkan kehilangan jam kerja yang besar secara keseluruhan.

8

Page 9: BAB I K3

5. Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap kecelakaan ada

faktor penyebabnya, sebab-sebab tersebut bersumber kepada alat-alat

mekanik dan lingkungan serta kepada manusianya sendiri. Untuk

mencegah kecelakaan, penyebab-penyebab ini harus dihilangkan.

6. 85% dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia, maka dari itu

usaha-usaha keselamatan selain ditujukan kepada teknik mekanik juga

harus memperhatikan secara khusus aspek manusiawi. Dalam hubungan

ini, pendidikan dan penggairahan keselamatan kerja kepada tenaga kerja

merupakan sarana yang sangat penting.

7. Sekalipun upaya-upaya pencegahan telah maksimal, kecelakaan masih

mungkin terjadi dan dalam hal ini adalah besar peranan kompensasi

kecelakaan sebagai suatu segi jaminan sosial untuk meringankan beban

penderita.

D. Pelaksanaan K3 Dalam Kegiatan Pertambangan

Metode Pengelolaan dan Manajemen Resiko Dalam Kegiatan

Pertambangan

Pengelolaan resiko menempati peran penting, karena fungsi ini mendorong

budaya resiko yang disiplin dan menciptakan transparansi dengan menyediakan

dasar manajemen yang baik untuk menetapkan profil resiko yang sesuai.

Manajemen resiko bersifat instrumental dalam memastikan pendekatan yang

bijaksana dan cerdas terhadap pengambilan resiko yang dengan demikian akan

menyeimbangkan resiko dan hasil, serta mengoptimalkan alokasi modal di seluruh

korporat. Selain itu, melalui budaya manajemen resiko proaktif dan penggunaan

sarana kuantitatif dan kualitatif yang modern, akan meminimalkan potensi

terhadap kemungkinan resiko yang tidak diharapkan dalam operasional.

Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah

9

Page 10: BAB I K3

maupun oleh perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada peraturan sebagai

berikut:

1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.

3. UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas bumi.

4. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

5. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

6. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi.

7. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota.

8. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang

Pertambangan.

9. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas

Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi.

10. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi.

11. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum.

12. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.

Pengendalian resiko diperlukan untuk mengamankan pekerja dari bahaya

yang ada di tempat kerja sesuai dengan persyaratan kerja. Peran penilaian resiko

dalam kegiatan pengelolaan diterima dengan baik di banyak industri. Pendekatan

ini ditandai dengan empat tahap proses pengelolaan resiko adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi resiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi yang

berpotensi menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang-kadang disebut

“kejadian yang tidak diinginkan”).

2. Analisis resiko adalah menganalisis besarnya resiko yang mungkin timbul

dari peristiwa yang tidak diinginkan.

3. Pengendalian resiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk

mengurangi atau mengendalikan resiko yang tidak dapat diterima.

10

Page 11: BAB I K3

4. Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan, adalah menerapkan kontrol

dan memastikan mereka efektif.

Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi

bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti

sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan

membuat Standart Operational Procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah

analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi. Setelah dianalisa, tindakan

selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi resiko untuk menilai seberapa

besar tingkat resikonya yang selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau

pengendalian resiko. Kegiatan pengendalian resiko ini ditandai dengan

menyediakan alat deteksi, penyediaan APD, pemasangan rambu-rambu dan

penunjukan personel yang bertanggung jawab sebagai pengawas. Setelah

dilakukan pengendalian resiko untuk tindakan pengawasan adalah dengan

melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko.

Progaram Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Kegiatan

Pertambangan

Program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik adalah program yang

didasarkan pada prinsip close the loop atau prinsip penindaklanjutan hingga

tuntas. Secanggih apapun program yang ditawarkan, jikalau berhenti di tengah

jalan dan tidak diikuti dengan tindak lanjut yang nyata tentu tidak memiliki arti.

Baik International Loss Control Institute (ILCI) maupun National Occupational

Safety Association (NOSA) menyebutkan bahwa sistem keselamatan kerja yang

efektif harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

a) Identifikasi Bahaya (Identification Hazard) Adalah tidak sama bahaya

di lingkungan kerja satu dengan yang lain. Untuk program yang umum

dijumpai dalam kegiatan pertambangan dalam kaitannya dengan

prinsip ini antara lain :

11

Page 12: BAB I K3

- Program pengenalan dan peduli bahaya (Hazard Recognition and

awareness Program).

- Program komunikasi bahaya dan inventori bahan kimia (Hazard

Communication and Chemical Inventory Program) .

- Program pemantauan higiena perusahaan.

- Program percontoh (Sampling Program).

- STOP program.

- Program penilaian resiko (Risk Assesment Program).

- Program inspeksi keselamatan kerja (Safety Inspection Program).

- Audit dasar pihak ketiga (Third Party Baseline Audit).

b) Menyusun standar kinerja dan sistem pengukuran (Set Standart of

Performance and Measurement). Di dalam langkah ini dipandang

sangat penting untuk menmbuat standar, prosedur atau kebijakan yang

berkaitan dengan potensi bahaya yang telah diketahui. Dalam

penyusunan prosedur ini sebaiknya melibatkan semua tingkatan

managemen dan pelaksana di lapangan.

- Program penyusunan kebijakan, standar kerja, prosedur dengan

tolok ukur standar institusi international, pemerintah dan pabrik.

- Program review prosedur kritis (Critical Prosedur Review).

- Program inspeksi keselamatan kerja (Safety Inspection Program).

- Program pertanggunggugatan keselamatan kerja (Safety

Accountability Program).

- Program pertemuan keselamatan kerja (Safety Meeting Program).

c) Menyusun standart pertangunggugatan (Set Standard of

Accountability). Langkah ini adalah untuk menetapkan sistem

12

Page 13: BAB I K3

pertanggunggugatan untuk masing-masing tingkatan manajemen.

Program yang sering dijumpai berkaitan dengan langkah ini adalah :

- Program standarisasi penugasan (Assignment Standardization

Program).

- Program standarisasi pertanggunggugatan (Accountability

Standardisation Program).

- Program evaluasi diskripsi kerja (Job Description Evaluation

Program).

- Program KRA-KPI.

d) Mengukur kinerja terhadap standar yang ditentukan (Measure

Performance Against Standard). Langkah ini untuk mengetahui

seberapa tinggi kinerja yang dipakai terhadap standar yang ada.

Beberapa program yang telah sangat dikenal dalam langkah ini

adalah :

- Audit keselamatan kerja internal dan eksternal (Internal & External

Safety Audit).

- Inspeksi keselamatan kerja (Safety Inspection Program).

- Program analisa kecelakaan (Accident Investigation Program).

- NOSA Five Starrs Grading Audit.

- Housekeeping Evaluation.

e) Mengevaluasi hasil yang dicapai (Evaluate Outcome). Termasuk

dalam langkah ini adalah mengevaluasi adanya penyimpangan dari

peraturan perundangan dan standar internasional yang berlaku. Contoh

program dalam langkah ini antara lain :

- Program statistik kecelakaan (Safety Statistic Program).

- Program pelaporan ke pemerintah (Government Reporting).

- Program analisa kecelakaan (Accident Analysis Program).

- Evaluasi kesehatan karyawan (Medical Evaluation).

13

Page 14: BAB I K3

- Program perlindungan pendengaran dan pernapasan.

- Audit follow up.

f) Melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang ada (Correct

Deviations and Deficiencies) Salah satu contoh yang amat dikenal

dalam langkah ini adalah :

- Program penghargaan safety (Safety Recognition Program).

- Program koreksi tuntas (Correction –Close The Loop Program).

- Program pertemuan kepala teknik tambang (Technical Manager

Meeting).

14

Page 15: BAB I K3

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kecelakaan kerja dalam dunia pertambangan adalah suatu kejadian yang

tidak diinginkan atau tidak dikehendaki yang benar-benar terjadi dan membuat

cidera pekerja tambang. Peran K3 sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi

pekerja maupun pengusaha, diharapkan dapat menjadi upaya untuk meminimalisir

timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan

kerja. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diawali dengan cara

mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit

akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipasi bila terjadi hal demikian.

Manajemen resiko pertambangan adalah suatu proses interaksi yang

digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi,

dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya

seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang

ekstrem, dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan

secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman

bahaya di tempat kerja. Pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk

manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan

manajemen perusahaan yang lain. Integrasi tersebut diawali dengan kebijakan dari

perusahaan untuk mengelola K3 dengan menerapkan suatu sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).

15

Page 16: BAB I K3

B. Saran

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat penting dalam dunia

pertambangan karena penyakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian

ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan, kerugian pada diri pekerja, bahkan

kerugian pada negara. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh

pekerja khusunya pekerja dalam dunia pertambangan, guna meminimalisir segala

bentuk kecelakaan maupun kerugian yang dapat terjadi.

16

Page 17: BAB I K3

DAFTAR PUSTAKA

Suhendri Yayan. 2013. Keselamatan dan Kesehatan di Pertambamgan

http://yayansuhendri.blogspot.com/2012/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-

di.html (diakses 19 Desember 2014)

Kampung Miners. 2013. K3 Pertambangan

http://kampungminers.blogspot.com/2012/11/k3-pertambangan.html (diakses

19 Desember 2014)

Utami Andrika Putra, Rahmi Yunike, Sari Permata Dewi, Bismatullah, Ismadi.

2011. Manajemen Resiko K3 di Perusahaan Pertambangan

https://ariagusti.wordpress.com/2011/01/21/manajemen-risiko-k3-di-

perusahaan-pertambangan/ (diakses 20 Desember 2014)

Wikipedia. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_dan_keselamatan_kerja (diakses 19

Desember 2014)

Qiqi Rizky. 2013. K3 : Faktor Resiko Pada 7 Sektor Kerja

http://qiqihealthylife.blogspot.com/2013/04/k3-faktor-resiko-pada-7-sektor-

kerja.html (diakses 20 Desember 2014)

Budi Arisetia. 2013. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) : Definisi, Indikator

Penyebab dan Tujuan Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja

https://arisetiabudiblog.wordpress.com/2013/06/20/kesehatan-dan-keselamatan-

kerja-k3-definisi-indikator-penyebab-dan-tujuan-penerapan-keselatan-dan-

kesehatan-kerja/ (diakses 20 Desember 2014)

17

Page 18: BAB I K3

Faisal Muhammad. 2013. K3 (Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja)

dan SOP

http://faisalichal.blogspot.com/2013/06/k3-kesehatan-keselamatan-dan-

keamanan.html (diakses 20 Desember 2014)

18