BAB III (teori K3)

34
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pendahuluan Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hak dari setiap pekerja yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan karena pada dasarnya manusia selalu menginginkan dalam keadaan sehat dan selamat dimanapun berada bahkan juga tempat kerja, tempat dimana seorang menjalankan tugas dan kewajibanya. Dan setiap tempat atau unit-unit kerja mempunyai sistem dan cara yang berbeda-beda dalam penanganan tentang keselamatan kerja yang disesuaikan dengan tingkat keamanan dan keselamatan yang menjadi resiko kerja. Pada dasernya sistem penanganan keselamatan kerja adalah sama yaitu untuk melindungi pekerja dari kecelakaan kerja, namun banyak alasan kenapa orang kurang memperhatikan akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja padahal kalau dilihat secara seksama hal tersebut sangat berpengaruh pada sistem dan proses kerja, diantara banyak alasan itu salah satunya karena faktor biaya yang menjadi tanggung jawab perusahaan, faktor dari diri pekerja yang mempunyai mental tidak teratur, dan kurang kenyamanan dalam pemakaian alat keselamatan kerja.

Transcript of BAB III (teori K3)

Page 1: BAB III (teori K3)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pendahuluan

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hak dari setiap

pekerja yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan karena pada dasarnya

manusia selalu menginginkan dalam keadaan sehat dan selamat dimanapun

berada bahkan juga tempat kerja, tempat dimana seorang menjalankan tugas

dan kewajibanya. Dan setiap tempat atau unit-unit kerja mempunyai sistem

dan cara yang berbeda-beda dalam penanganan tentang keselamatan kerja

yang disesuaikan dengan tingkat keamanan dan keselamatan yang menjadi

resiko kerja.

Pada dasernya sistem penanganan keselamatan kerja adalah sama

yaitu untuk melindungi pekerja dari kecelakaan kerja, namun banyak alasan

kenapa orang kurang memperhatikan akan pentingnya kesehatan dan

keselamatan kerja padahal kalau dilihat secara seksama hal tersebut sangat

berpengaruh pada sistem dan proses kerja, diantara banyak alasan itu salah

satunya karena faktor biaya yang menjadi tanggung jawab perusahaan, faktor

dari diri pekerja yang mempunyai mental tidak teratur, dan kurang

kenyamanan dalam pemakaian alat keselamatan kerja. Dari ketiga faktor

tersebut harus bisa ditangani secara singkron karena ketiga faktor tersebut

merupakan elemen-elemen dari sistem keselamatan kerja yang sangat

menentukan baik buruknya sistem keselamatan kerja dalam perusahaan.

Salah satu dari manfaat program kesehatan kerja adalah untuk

menumbuhkan motivasi kerja pada para pekerja karena dengan sistem

keselamatan kerja yang bagus maka para pekerja akan lebih merasa aman

dalam bekerja yang nantinya akan memotivasi diri untuk bekerja lebih giat

sesuai dangan keselamatan kerja, jadi sistem keselamatan kerja bisa menjadi

jembatan perantara antara perusahaan dengan pekerja dalam meningkatkan

motivasi kerja yang pada akhirnya sangatlah berpengaruh pada tingkat

produktivitas pekerja.

Page 2: BAB III (teori K3)

Pekerja merupakan individu yang bekerja dalam team untuk

mencapai tujuan bersama yaitu keuntungan, untuk itu perlu adanya kerjasama

yang baik antara para pekerja dengan atasan. Dalam team ini perlu adanya

persfektif atau cara pandang yang sama agar nantinya dalam pelaksanaan

proses kerja sesuai peraturan dan kesepakatan yang telah ditetapkan dan

menjadi target bersama.

Persepsi itu perlu ditumbuhkan oleh seorang pimpinan dan proses

penumbuhan persepsi itu melalui tahapan-tahapan yang berurutan antara lain :

1. Perhatian.

2. Pengamatan.

3. Tanggapan.

4. Imajinasi.

5. Ingatan/ Pemikiran.

6. Motivasi.

Timbulnya motivasi pada diri seseorang untuk melakukan suatu

tindakan dimulai karena adanya perhatian maka barulah seseorang akan

melakukan pengamatan secara seksama. Pengamatan akan tidak teliti apabila

tidak ada perhatian terlebih dahulu dan hasil pengamatan akan hilang begitu

saja tanpa membekas sedikitpun dari ingatan.

Setelah terjadi perhatian dan pengamatan maka akan timbul dalam

benak seseorang tanggapan atau kesan-kesan tersendiri yang seolah ada

rekaman atau gambar yang membekas dalam otak kita tentang sesuatu yang

telah kita amati, dan dari hasil rekaman itu akan muncul imajinasi untuk

menghubung-hubungkaan dengan pengalaman yang dimilikinya dan dari hasil

imajinasi tersebut akan terus dicoba dimasukan dalam otak untuk selalu

diingat. Disamping selalu berusaha untuk mengingat maka seseorang juga

akan selalu berfikir untuk menganalisa kejadian sebagai tindak lanjut maka

akan timbul darongan untuk melakukan suatu tindakan dari diri seseorang

yang sering disebut dengan motivasi.

Dalam kehidupan kita banyak ada banyak hal yang kita jadikan

sebagai panduan dalam melatih dan menumbuhkan motivasi kerja, dan dari

Page 3: BAB III (teori K3)

berbagai macam teori tersebut kita bisa mengelompokan kedalam 3 teori

utama dimana teori teori tersebut yang paling sering digunakan oleh

perusahaan yaitu teori hirarki kebutuhan, teori dua faktor, dan teori x dan y.

a. Teori Hirarki Kebutuhan

Diperkenalkan oleh Abraham Maslow yang menyebutkan

bahwa kebutuhan manusia mengandung unsur bertingkat atau

memiliki hirarki, dari kebutuhan yang memiliki hirarki rendah, bisa

sampai kebutuhan dengn hirarki paling tinggi. Kebutuhan yang belum

tercapai akan menjadi kebutuhan dengan hirarki tertinggi dan apabila

kebutuhan tersebut sudah tercapai maka akan menjadi kebutuhan

dengan hirarki terendah. Lima hirarki keperluan atau kebutuhan dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Piramid Kebutuhan Maslow

1. Kebutuhan fisiologi (fisiological needs). Kebutuhan dasar untuk

menunjang kehidupan manusia, yaitu: pangan, sandang , papan,

dan seks. Apabila kebutuhan fisiologi ini belum terpenuhi

secukupnya, maka kebutuhan lain tidak akan memotivasi manusia.

5

4

3

2

1

Page 4: BAB III (teori K3)

2. Kebutuhan rasa aman (safety needs). Kebutuhan akan

terbebaskannya dari bahaya fisik, rasa takut kehilangan pekerjaan

dan materi.

3. Kebutuhan akan sosialisasi (social needs or affiliation). Sebagai

makhluk sosial manusia membutuhkan pergaulan dengan

sesamanya dan sebagai bagian dari kelompok.

4. Kebutuhan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan merasa dirinya

berharga dan dihargai oleh orang lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), Kebutuhan

untuk mengembangkan diri dan menjadi orang sesuai dengan yang

diharapkanya.

b. Teori Dua Faktor

Teori ini dikembangkan oleh Herzberg yang mencari sebab

adanya yang mencari sebab adanya rasa puas dan tidak puas terhadap

sesuatu yang dikerjakan, dengan mengetahui faktor-faktor tersebut

maka manajer akan lebih mudah untuk memaksimalkan rasa puas bagi

pekerja terhadap hasil kerjanya.

Faktor yang mempengaruhi kepuasan adalah faktor

kesehatan. Faktor ini berupa lingkungan kerja antara lain hubungan

dengan supervisor, hubungan dengan teman kerja, rasa tidak aman

dalam pekerjaan, kondisi kerja status jabatan serta gaji yang cukup.

Apabila faktor-faktor tersebut dapat terwujud dapat menciptakan

perasaan berprestasi, dihargai memperoleh kemajuan dan tanggung

jawab.

c. Teori X dan Teori Y

Dikemukakan oleh Douglas Mac Gregor bahwa ada dua macam sikap

dasar seseorang :

1. Sikap dasar yang didasari oleh teori X

Dalam teori ini mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia

mempunyai sifat malas dan lebih senang diberikan petunjuk praktis

dari pada diberi kebebasan imajinasi untuk berpikir. Dalam hal ini

Page 5: BAB III (teori K3)

motivasi kerja hanyalah untuk mendapatkan uang atau financial.

Mereka tidak suka menerima tanggung jawab dan hanya

menyenangi haknya saja selalu ingin merasa aman.

2. Sikap dasar yang didasari oleh teori Y

Teori ini berasumsi bahwa manusia pada dasarnya senang bekerja,

seperti halnya anak-anak yang suka bermain, orang biasa bermain

dengan bekerja, sehingga pengendalaian dan penempatan diri

sendiri merupakan dasar motivasi kerja guna mencapai tujuan yang

telah ditetapkan olehnya maupun tujuan organisasi.

Sistem keselamatan dan kesehatan kerja ada karena sering adanya

kecelakaan kerja sedangkan kecelakaan kerja itu sendiri terbagi atas dua

menurut proses terjadinya kecelakaan yaitu :

1. Incident : suatu kejadian yang tidak diinginkan bilamana pada saat

itu sedikit saja ada perubahan, maka dapat menyebabkan accident.

2. Accident : suatu kejadian yang tidak diingikan berakibat cedera pada

manusia atau pekerja, kerusakan barang, gangguan terhadap

kelancaran pekerjaan, dan pencemaran lingkungan.

Jadi bisa dikatakan terjadinya kecelakaan atau accident karena

adanya incident yang tidak bisa ditangani dengan baik. Dalam hal seperti

inilah sistem kesehatan dan keselamatan kerja sangat diperlukan untuk

meminimalkan tingkat kecelakaan kerja pada proses kerja.

Page 6: BAB III (teori K3)

Gambar 2.2 Proses Kerja K3

Gambar diatas merupakan proses kerja dari kesehatan dan

keselamatan kerja yang melibatkan unsur-unsur pokok dalam dan ruang

lingkup pembahasan mengenai keselamatan kerja yaitu menyangkut bahan

baku yang akan diproduksi, alat kerja yang akan digunakan dan tenaga kerja

yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut.

3.2. Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu sistem kerja

yang baik dan bijaksana seta bagaimana seorang pekerja dapat memelihara

suatu tempat keja yang baik. Sistem kerja yang dimaksud meliputi pekerja,

mesin dan peraturan yang berlaku.

Tiga unsur pokok dalam K3 adalah Kesehatan, Keselamatan dan

Kerja :

1. Kesehatan

Setiap pekerja harus bekerja dalam kondisi dan situasi yang sehat baik

sehat jasmani, rohani maupun lingkungan yang sehat.

2. Keselamatan

Tenaga kerja

BahanAlat

Lingkungan

Proses

Kesehatan Keselamatan

Page 7: BAB III (teori K3)

Dalam setiap melakukan aktivitas kerja, seorang pekerja harus

melakukan tindakan yang sesuai dengan keselamatan dirinya agar

terhindar dari kecelakaan kerja.

3. Kerja

Dengan bekerja pada situasi dan kondisi yang baik serta

memperhatikan keselamatan kerja maka akan tercipta situasi kerja

yang kondusif dan harmonis yang nantinya akan meningkatkan

produktifitas kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah keselamatan yang

bertalian dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahanya,

landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan

pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran disegala tempat kerja, baik di darat di

dalam tanah di permukaan air maupun di udara. Keselamatan kerja merupakan

tugas dari semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan

untuk setiap tenaga kerja serta orang lain dan juga masyarakat pada umumnya

dengan maksud dan tujuan untuk :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatanya dalam melakukan

pekerjaanya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi

serta produktifitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan digunakan secara aman dan efesien.

Dari berbagai penjelasan yang telah terurai diatas dapat ditarik

kesimpulan bawasanya keselamatan kerja sangat penting dan sudah

seharusnya dipenuhi oleh setiap perusahaan karena dengan keselamatan kerja

yang baik maka dapat meningkatkan produksi dan produktifitas perusahaan.

Keselamatan kerja dapat membantu meningkatkan produksi dan

produktifitas perusahaan hal ini hal ini didasarkan atas :

Page 8: BAB III (teori K3)

1. Dengan tingkat keselamatan yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang

menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi sahingga

pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.

2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan ppemeliharaan dan

penggunaan peralatan kerja serta mesin yang produktif dan efesien

dengan tingkat produksi dan produktifitas tinggi.

3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan

kondisi yang mendukung kenyamanaan serta kegairahan kerja.

Sehingga faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efesiensi

yang tinggi pula.

4. Praktek keselamatan tidak dapat dipisahkan dari keterampilan

keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi

kelangsungan proses produksi.

Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan

partisipasi dari pengusaha dan buruh / karyawan, hal ini akan membawa iklim

keamanan dan ketenaga kerjaan, sehingga sangat membantu bagi hubungan

buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya

kelancaran produksi.

3.3. Undang-undang keselamatan Kerja

3.3.1. Umum

Secara umum undang-undang mengenai keselamatan kerja

ditulis dalam setiap benak pekerja karena seorang pekerja selalu

mengingatkan untuk bekerja dalam keadaan sehat dan selamat. Undang-

undang dasar 1945 mengisyaratkan semua warga negara atau pekerja

dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerja baru memenuhi

kelayakan bagi kemanusiaan, apabila keselamatan kerja sebagai sebagai

pelaksananya terjamin. Kematian, cacat, cidera, penyakit dan lain-lain

sebagai akibat kecelakaan dalam melakukan pekerjaan bertentangan

dengan dasar kemanusiaan. Maka dari itu, atas dasar landasan UUD

Page 9: BAB III (teori K3)

1945 lahir undang-undang dan ketentuan-ketentuan pelaksanaanya

dalam keselamatan kerja.

Dalam undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang

ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja secara jelas

ditegaskan, bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan

atas keselamatan kerja, sedangkan dalam hubungan dan bantuan sosial,

secara umum dinyatakan dalam undang-undang No. 14 Tahun 1969

tersebut bahwa pemerintah mengatur penyelenggaraan peraturan sosial

dan bantuan sosial bagi tenaga kerja dan keluarganya. Pertanggungan

dan bantuan sosial ini meliputi juga kecelakaan dan penyakit akibat kerja

sekalipun dalam penjelasan undang-undang dimaksudkan hanya

terperinci antara lain, sakit, meninggal dunia dan cacat.

Melihat sasaranya, terdapat dua kelompok perundang-

undangan dalam keselamatan kerja, yaitu sebagai berikut :

1. Kelompok perundang-undangan yang berdasarkan pencegahan

kecelakaan akibat kerja. Kelompok ini terdiri dari undang-

undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dan

peraturan lain yang berkaitan denganya.

2. Kelompok perundang-undangan yang berdasarkan pemberian

kompensasi terhadap kecelakaan yang sudah terjadi. Kelompok

ini terdiri dari undang-undang kecelakaan (1947-1957) dan

aturan yang diturunkanya.

3.3.2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970

Peraturan pemerintah dalam memperhatikan nasib

pekerjanja adalah dengan mengeluarkan undang-undang yang

berhubungan dengan keselaamatan kerja para pekerja karena pekerja

merupakan aset dari negera yang akan terus selalu menggerakan roda

perekonomian negara. Menurut undang-undang keselamatan kerja pada

tahun 1970 memuat tentang ketentuan-ketentuan umum keselamatan

Page 10: BAB III (teori K3)

kerja baik di bidang yang berada dalam wilayah kekuasaan hukum

Republik Indonesia.

Sehingga undang-undang itu berguna untuk :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

2. Mencegah dan mengurangi bahaya.

3. Memberi jalan penyelamat diri pada waktu terjadi kecelakaan

yang berbahaya.

4. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

5. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

6. Memberi alat-alat perlindungan kepala pada para pekerja.

7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja.

8. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

3.3.3. Peraturan Mentri Tenaga Kerja

Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 1 / MEN / 1981 /

tentang kewajiban melapor masalah penyakit kerja.

(Banet N. B Silalahi dan Rumendang B. Silalahi, 1995)

3.4. Kesehatan kerja

Dalam melakukan tugasnya, seorang pekerja harus dalam keadaan

sehat baik itu sehat jasmani maupun rohani serta dalam lingkungan kerja yang

sehat pula karena tingkat produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh

kesehatan dari pekerja, seperti hubungan yang searah yang saling

menguntungkan satu sama lain, menguntungkan bagi pekerja menguntungkan

juga bagi perusahaan. Dengan tingkat kesehataan pekerja yang terjamin oleh

perusahaan maka pekerja akan semakin giat dalam melaksanakan tugas dari

perusahaan karena pekerja akan merasa hutang budi atas fasilitas yang telah

diberikan oleh perusahaan dengan kata lain loyalitas dari pekerja kepada

perusahaan akan meningkat, dan itu akan menguntungkan perusahaan.

Page 11: BAB III (teori K3)

Kesehatan kerja disini meliputi kesehatan dari seorang pekerja itu

sendiri baik kesehatan fisik maupun rohani juga kesehatan lingkungan kerja

yang meliputi tempat kerja dan proses kerja yang telah ditentukan oleh

perusahaan.

1. Kesehatan Pekerja

Kesehatan pekerja adalah kesehatan yang harus ada pada

diri pekerja seperti layaknya umum pekerja tidak diperkenankan untuk

bekerja apabila dalam keadaan sakit karena bisa mengganggu proses

kerja yang lainya, apabila pekerja dalam keadaan sakit maka pekerja

berhak untuk meminta cuti istirahat dan perusahaan dalam hal ini harus

membantu dalam proses penyembuhan diri pekerja baik secara moril

maupun materi.

2. Kesehatan Lingkungan Kerja

Lingkungan tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih

dan sehat agar dalam melakukan pekerjaanya seorang pekerja merasa

nyaman dan aman, dimana kesehatan tempat kerja ini sangat

menentukan baik buruknya tingkat kesehatan bagi pekerja. Tempat

kerja yang sehat akan membuat pekerja jarang terkena penyakit yang

dapat mempengaruhi proses kerja di tempat keja, apabila terjadi

masalah ditempat kerja maka seorang pekerja wajib melapor ke

perusahaan atau pihak yang berwenang dalam hal ini Departemen

Tenaga Kerja sesuai peraturan Mentri Tenaga Kerja Republik

Indonesia.

Keselamatan dan kesehatan kerja dapat membantu peningkatan

produksi dan produktifitas karyawan hal ini atas dasar :

1. Dengan tingkat keselamatan yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang

menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi sahingga

pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.

Page 12: BAB III (teori K3)

2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan ppemeliharaan dan

penggunaan peralatan kerja serta mesin yang produktif dan efesien

dengan tingkat produksi dan produktifitas tinggi.

3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan

kondisi yang mendukung kenyamanaan serta kegairahan kerja.

Sehingga faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efesiensi

yang tinggi pula.

4. Praktek keselamatan tidak dapat dipisahkan dari keterampilan

keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi

kelangsungan proses produksi.

3.5. Kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja merupakan sesuatu yang paling tidak diinginkan

oleh para pekerja juga oleh perusahaan karena dengan adanya kecelakaan

kerja akan terganggu sustu proses kerja yang bisa mengakibatkan suatu

kerugian pada perusahaan. Kecelakaan kerja terjadi karena berbagai sebab dan

kejadian itu tidak terlepas dari ketiga faktor diatas yaitu faktor manusia

sebagai pekerja, alat untuk pelindung dalam keselamatan kerja dan perusahaan

sebagai penyedia bahan untuk keselamatan kerja. Proses terjadinya kecelakaan

kerja telah kita ketahui seperti pada pokok pembahasan diatas yaitu dari proses

incident kemudian karena penanganan yang tidak baik bisa mengakibatkan

terjadinya accident.

Sebab-sebab utama terjadinya kecelakaan kerja sangat bermacam-

macam baik itu dari diri pekerja, mesin sebagai alat kerja bahkan faktor-faktor

lain dari luar lingkungan kerja. Berikut gambar tentang sebab dan akibat yang

ditimbulkan dari kecelakaan kerja :

Page 13: BAB III (teori K3)

Gambar 2.3 Sebab akibat kecelakaan kerja

Gambar diatas merupakan faktor-faktor yang menyebabkan

kecelakaan kerja beserta akibat yang ditimbulkanya mulai dari faktor

keselahan manusia yang hanya menimbulkan luka sampai kesalahan pihak

luar yang menimbulkan kerugian lingkungan. Sebab dan akibat kecelakaan

kerja tersebut perlu kita ketahui agar kita lebih mudah dalam menginvestigasi

guna memberikan solusi yang terbaik dalam penangananya.

Secara umum kecelakaan kerja mengakibatkan kerusakaan pada

barang yang diproduksi, yang biasa kita sebut dengan barang “rijek” atau

mengakibatkan kecelakaan pada operator yang bekerja yaitu manusia.

Kecelakaan yang terjadi pada barang menyebabkan kerusakan hasil produksi

yang mudah diperbaiki dan sulit diperbaiki, sedangkan kecelakaan pada

manusia dapat menyebabkan cacat baik fisik maupun mental yang bersifat

Kesalahan manusia

Kesalahan desain

Kesalahan manejemen

Kesalahan komponen

Kesalahan pihak luar

Kerugian lingkungan

Cacat kualitas

Kerugian produksi

Rusak

Luka

Acident

Penyebab kecelakaan Akibat kecelakaan

Proses kecelakaan

Analisa safety

Investigasi

kecelakaan

Page 14: BAB III (teori K3)

sementara dabn permanen bahkan bisa juga menyebabkan kematian pada diri

pekerja.

Berikut adalah gambar akibat kecelakaan kerja secara umum :

Gambar 2.4 akibat kecelakaan

3.5.1. Klasifikasi kecelakaan akibat kerja

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut organisasi

perburuhan internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut :

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :

a. Terjatuh.

b. Tertimpa benda jatuh.

c. Tertekan benda.

d. Pengaruh suhu tinggi.

e. Kontak dengan bahan-bahan.

Akibat kecelakaan

Kecelakaan kerja

Barang / lingkungan

Kerusakan

Mudah diperbaiki

Sulit diperbaiki

Orang Cacat

- fisik

- mental

Permanen

Sementara

Kematian

Page 15: BAB III (teori K3)

f. Jenis-jenis kelalaian.

2. Klasifikasi menurut penyebab :

a. Pembangkit tenaga terkecuali motor-motor tenaga listrik.

b. Mesin angkut dan alat angkut.

c. Peralatan lain (bencana bertekanan, alat listrik, alat kerja,

instalasi. pendingin, instalasi listrik).

d. Bahan-bahan atau material.

e. Zat-zat dan radiasi bahan peledak.

f. Lingkungn kerja.

3. Klasifikasi menurut sifat luka dan kelainan :

a. Dislokasi patah tulang.

b. Regang otot.

c. Memar.

d. Amputasi.

e. Keracunan mendadak.

f. Luka bakar.

g. Mati lemas.

h. Pengaruh listrik.

i. Pengaruh radiasi.

j. Luka-luka lain.

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :

a. Kepala.

b. Leher.

c. Badan.

d. Anggota atas.

e. Anggota bawah.

f. Banyak tempat.

g. Kelainan umum.

Page 16: BAB III (teori K3)

h. Letak lain yang tidak dapat dimasukan klasifikasi tersebut.

3.5.2. Proses kecelakaan kerja menurut Hainrich

Menurut Hainrich ada 8 faktor yang menyebabkan yang

terjadinya kecelakaan kerja yang mana sebagian besar faktor tersebut

datang dari diri seorang pekerja, diantara faktor-faktor tersebut antara

lain :

1. Un-Dicipline

Faktor ketidak disiplinan dari pekerja.

2. Training Not Good

Pelatihan sebelum pekerja melakukan aktifitas kerjayang kurang

bagus sehingga pada waktu kerja masih banyak hal yang belum

dipahami oleh seorang pekerja yang menyebabkan kecelakaan kerja.

3. Lack Tool / Equipment

Faktor peralatan yang digunakan dalam melakukan aktifitas kerja

kurang baik dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.

4. Machine protektor Not Good

Perlindungan mesin yang tidak sempurna dapat menyebabkan

terjadinya accident.

5. Body protektor

Alat pelindung diri (APD) sangat diperlukakan untuk mengurangi

resiko kecelakaan dan sebagai alat pelindung apabila terjadi sesuatu

yang membahayakan diri pekerja, faktor ketidaklengkapan alat

pelindung diri sebagai pemicu terjadinya kecelakaan yang parah.

6. lay out not good

Tata letak ruangan yang kurang bagus dapat menyebabkan terjadinya

kecelakaan kerja, maka perusahaan perlu membuat lay out atau tata

ruang yang bagus untuk memudahkan aliran produksi juga untuk

meminimalkan kecelakaan.

7. SOP Not Good

SOP yang tidak bagus dapat menyebabkan kecelakaan kerja

Page 17: BAB III (teori K3)

8. Emotion condition

Kondisi emosional dari seorang pekerja yang terlalau tinggi dan

tidak bisa dikontrol dengan baik dapat menimbulkan kecelakaan

kerja. Faktor emosi pekerja bisa datang dari lingkungan.

3.5.3. Faktor-faktor keselamatan kerja :

Dalam menghindari suatu kecelakaan kerja maka kita terlebih

dahulu harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

kecelakaan kerja dan upaya apa yang seharusnya dilakukan untuk

meningkatkan keselamatan kerja. Ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan keselamatan kerja diantaranya

yaitu :

1. Faktor manusia

Manusia sebagai kunci keberhasilan keselamatan kerja

dalam suatu perusahaan. Yang termasuk faktor manusia adalah

pemilik perusahaan dan tenaga kerja atau karyawan. Semua orang

yang ada dalam perusahaan harus tahu bahwa pekerja

berkepentingan bukan hanya pada bagian produksi, mutu dan

kualitas produksi tetapi juga dalam keselamatan kerja.

Umumnya di perusahaan keselamatan kerja mulai dari

manajemen puncak, baru turun kebawah. Manajer juga harus

memandang keselamatan kerja sebagai dari proses bukan sebagai

tambahan, serta wajib menjamin tidak terjadinya kondisi yang tidak

aman dan tidak nyaman.

Banyak manusia yang tidak menyadari bahwa

keselamatan kerja adalah tanggung jawab bersama untuk

kepentingan bersama pula. Kesadaran tersebut tidak kalah

pentingnya bila dibandingkan dengan peraturan yang ditetapkan

perusahaan atau disiplin ketat yang dipaksakan. Memakai alat-alat

keselamatan kerja atau perlindungan dari yang telah ditetapkan

dalam peraturan tanpa adanya kesadaran dari tenaga kerja maka

Page 18: BAB III (teori K3)

peraturan tersebut malah akan diabaikan. Mereka beralasan bahwa

memakai alat perlindungan perorangan tersebut akan membuat

gerakan kurang leluasa pada saat melakukan aktivitas, walaupun

disetiap tempat telah tersedia poster-poster yang berhubungan

dengan keselamatan kerja untuk membangkitkan kesadaran

mengenai keselamatan kerja ini. Cara yang sering dilakukan untuk

memasyarakatkan keselamatan kerja antara lain :

a. Poster / gambar / plangkat.

b. Petunjuk / slide.

c. Ceramah / seminar.

d. Pameran / kampanye.

e. Mengadakan diklat keselamatan dan kesehatan kerja yang

sistematis.

Biasanya kecelakaan kerja lebih banyak terjadi pada

tenaga kerja yang baru karena belum memahami pentingnya cara

kerja yang aman. Oleh karena itu perlu diadakan atau diberikan

kepada mereka pendidikan dan lebih ditekankan kepada mereka akan

pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Faktor peralatan dan pekerjaan

Pada dasarnya semua bagian mesin yang bergerak, panel

kendali dan alat-alat perlindungan diri harus dirawat menurut kondisi

bagian-bagianya bukan menurut waktu pemakaianyan. Perawatan

berdasarkan kondisi harus dijadikan asas pemeliharaan semua

peralatan guna mendeteksi sedini mungkin bagian-bagian mesin

yang dapat menimbulkan bahaya karena kecelakaan terjadi tanpa

disangka-sangka dalam waktu sekejab mata, sehingga untuk

menghindarinya perlengkapan dan peralatan yang ada harus

terlindungi dari kemungkinan berinteraksi dengan manusia dan

peralatan lain. Oleh karena itu bagian-bagian mesin yang berbahaya

Page 19: BAB III (teori K3)

harus ditiadakan dengan mengubah konstruksi atau memberi alat

pelindung.

3.5.4. Upaya keselamatan kerja

Sangat banyak yang kita lakukan untuk mencegah suatu

kejadian yang tidak kita inginkan dan harus bisa untuk memilah dan

memprioritaskan sesuai kebutuhan yang tepat.

Kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja tentunya terjadi

secara tidak sengaja. Baik itu terjadi dari faktor manusia ataupun tenaga

kerja sendiri, tempat kerja maupun terjadi karena mesin-mesin produksi.

Tetapi hal tersebut tidak mustahil adanya pencegahan terhadap

terjadinya kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan :

1. Peraturan perundang-undangan

Yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja

pada umumnya, perencanaan, konstruksi dan pemeliharaan,

pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas

pengusaha dan buruh latihan supervisi medis, PPPK dan

pemeriksaan kesehatan.

2. Standarisasi

Standarisasi yaitu penetapan standar resmi, setengah resmi atau tidak

resmi mengenai keselamatan kerja misalnya kondisi yang memenuhi

syarat keselamatan, jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek

keselamatan dan kesehatan umum atas alat-alat pelindung diri yang

dipergunakan.

3. Pengawasan

Yaitu tentang dipatuhinya ketentuan perundang-undangan yang

diwajibkan.

4. Penelitian bersifat teknik

Page 20: BAB III (teori K3)

Penelitian ini meliputi sifat dan ciri-ciri bahan bahaya, penyelidikan

tentang pagar pengamanan, pengujian alat-alat pelindung diri,

penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu.

5. Riset medis

Meliputi penelitian tentang efek-efek fisikologi dan patologis faktor-

faktor lingkungan dan teknologis dan keadaan-keadaan fisik yang

mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian pisikologis

Yaitu penelitian tentang pola-pola kejiwaan yang mengakibatkan

terjadinya kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik

Yaitu untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi,

banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebab-

sebabnya.

8. Pendidikan

Menyangkut pendidikan dalam kurikulum teknik, sekolah perniagaan

atau kursus-kursus pertukaran.

9. Latihan-latihan

Yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya bagi tenaga kerja

yang baru dalam keselamatan kerja.

10. Penggairahan

Yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk

menimbulkan sikap untuk selamat dalam bekerja.

11. Asuransi

Asuransi yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi, yang dibayar

oleh perusahaan, jika tindakan keselamatan sangat baik.

3.6. Organisasi keselamatan kerja

Organisasi keselamatan kerja terdapat pada unsur pemerintah,

dalam ikatan profesi, badan-badan konsultasi masyarakat, di perusahaan-

Page 21: BAB III (teori K3)

perusahaan, dan lain-lain. Program pemerintah khususnya pembinaan

pengawasan bersama-sama dengan praktek keselamatan kerja di perusahaan-

perusahaan saling mengisi sehingga sehingga dicapai tingkat keselamatan di

perusahaan dalam meningkatkan penerapan keselamatan kerja di

perusahaanya dapat memperoleh bantuan keahlian dari badan-badan konsultan

atau lembaga-lembaga pengujian. Pada tingkat perusahaan, pengusaha dan

buruh adalah kunci kearah keberhasilan program keselamatan kerja agar

menunjang keberhasilan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.

Secara keilmuan, keselamatan kerja memerlukan keahlian-keahlian

lain. Pusat terdapat teknologi, kimia, fisika, toksilogi, kesehatan, teknisi,

fisiologi, psikologi, dan lain-lain. Maka dari itu, selain ahli atau teknisi

keselamatan kerja masih diperlukan insinyur, dokkter, ahli faal, ahli jiwa, ahli

statistik, dan lain-lain.

3.6.1. Organisasi Pemerintah

Organisasi keselamatan kerja dalam administrasi pemerintah ditingkat

pusat terdapat dalam bentuk Direktorat Pembinaan Normal Kesehatan

dan Keselamatan Kerja. Direktorat Jendral Perlindunan dan Perawatan

Tenaga Kerja, memiliki fungsi yaitu :

1. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam

penetapan norma keselamatan kerja dibidang mekanik.

2. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam

penetapan norma keselamatan kerja dibidang listrik.

3. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam

penetapan norma keselamatan kerja dibidang uap.

4. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam

penetapan norma keselamatan kerja dibidang pencegahan kebakaran.

3.6.2. Organisasi Tingkat pemerintah

Organisasi keselamatan kerja ditingkat perusahaan ada dua jenis, yaitu :

Page 22: BAB III (teori K3)

1. Organisasi sebagai bagian dari struktur organisasi perusahaan dan

disebut bidang, bagian, dan lain-lain keselamatan kerja. Oleh karena

merupakan bagian dari organisasi perusahaan, maka tugasnya

kontinyu pelaksanaanya menetap dan anggaranya tersendiri.

Kegiatan-kegiatan biasanya cukup banyak dan efeknya terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja adalah banyak dan baik.

2. Panitia kesehatan dan keselamatan kerja yang biasanya terdiri dari

wakil pimpinan perusahaan, wakil buruh, teknisi keselamatan kerja,

dokter perusahaan dan lain-lain. Kondisi perusahaan biasanya

pencerminan panitia pada umumnya. Pembentukan panitiademikian

adalah atas dasar kewajiban undang-undang.

Tujuan keselamatan kerja secara umum dalah sebagai berikut :

1. Pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.

2. Pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja.

3. Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya terjadinya

kematian akibat kecelakaan kerja.

4. Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya cacat yang

ditimbulkan akibat kerja.

5. Pengamanan material, konstruksi, bangunan, alat-alat kerja, mesin-

mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi, dan lain-lain.

6. Peningkatan produktifitas kerja atas dasar tingkat keamanan dan

kenyamanan kerja yang tinggi.

7. Penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan

material-material produksi lainya sewaktu kerja.

8. Pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, aman dan nyaman.

9. peningkatan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi dan

pembangunan.