BAB I-IV PERAN CREDIT UNION
-
Upload
jonidi-bay-lanau -
Category
Documents
-
view
273 -
download
3
Transcript of BAB I-IV PERAN CREDIT UNION
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Credit Union merupakan salah satu Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Koperasi Kredit (KOPDIT) atau
Koperasi Simpan Pinjam. Hampir setiap orang mengenal Koperasi, walaupun
definisi Koperasi dipahami secara berbeda-beda, tetapi secara umum koperasi
dikenal sebagai suatu bentuk perusahaan yang unik. Beberapa pengertian
Koperasi menyebutkan, “Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya
yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk
organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing
memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan, dan
bersedia menanggung risiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha
yang mereka lakukan (ILO, 1966 dikutip dari Edilius dan Sudarsono, 1993).
Pengertian lainnya menyebutkan, “Koperasi didirikan sebagai persekutuan
kaum yang lemah untuk membela keperluan hidupnya dengan biaya semurah-
murahnya, itulah yang dituju. Dari definisi-definisi tersebut bisa dilihat bahwa
dalam koperasi setidak–tidaknya terdapat dua unsur yang yang saling berkaitan
satu sama lain. Unsur pertama adalah unsur ekonomi, sedangkan unsur kedua
adalah unsur sosial.
Sebagai suatu bentuk perusahaan, Koperasi berusaha memperjuangkan
pemenuhan kebutuhan ekonomi para anggotanya secara efisien. Sedangkan
1
2
sebagai perkumpulan Orang, Koperasi memiliki watak sosial. Keuntungan
bukanlah tujuan utama Koperasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Bung Hatta
(1954), yang lebih diutamakan dalam koperasi adalah peningkatan kesejahteraan
ekonomi para anggotanya. Dilihat dari yang telah diutarakan diatas, Koperasi
tampak memiliki hubungan dengan Ekonomi Kerakyatan. Ekonomi Kerakyatan
biasa dikenal orang sebagai paham ekonomi yang berpihak pada rakyat. Dalam
hal ini yang dimaksud adalah rakyat miskin. Tentunya Ekonomi kerakyatan sangat
diminati oleh kalangan menengah kebawah yang menganggap bahwa paham ini
adalah paham yang tepat.
Sebagai lembaga keuangan mikro non bank, Credit Union dapat
melakukan kegiatan-kegiatan keuangan mikro (mikro finance) yakni penyedia jasa
keuangan bagi anggotanya (Abdulah, 2005). Lembaga keuangan mikro telah
terbukti dapat menjaga kesinambungan hidupnya dengan mandiri. Melalui
keuangan mikro kebangkitan ekonomi rakyat (sekaligus ekonomi nasional)
maupun pengurangan angka kemiskinan, akan dilakukan oleh rakyat sendiri.
Masyarakat akan menemukan jalannya sendiri untuk mengatasi persoalan yang
mereka hadapi (Martowijoyo, 2002).
Koperasi Kredit/Credit Union merupakan kumpulan orang-orang yang
saling percaya dalam satu ikatan pemersatu bersepakat menabung atau
menyimpan uangnya, sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan
diantara sesama dengan bunga yang layak untuk tujuan produktif dan
kesejahteraan. Credit Union juga berhubungan dengan ekonomi kerakyatan yang
berpihak pada rakyat miskin dan memperjuangkan kebutuhan ekonomi para
3
anggotanya dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para
anggotanya. Pada tabel dibawah ini adalah data simpanan atau tabungan anggota
CU KINGMI selama tiga tahun berturut-turut.
Table 1.1Data Simpanan Anggota CU KINGMI
Tahun 2010 – 2012
No Jenis SimpananTahun
2010 2011 2012
1 Simpanan Pokok Rp 360.975.000 Rp 325.095.000 Rp 269.215.000
2 Simpanan Wajib Rp 95.620.000 Rp 102.815.000 Rp 368.166.000
3 Simpanan Khusus Anggota Rp 2.820.172.558 Rp 2.914.841.850 Rp 3.652.261.155
Jumlah Simpanan Rp 3.276.767.558 Rp 3.342.751.850 Rp 4.289.642.155
Jumlah Anggota 387 Orang 370 Orang 866 Orang
Rata-rata Simpanan Anggota Rp 8.467.099,63 Rp 9.034.464,46 Rp 4.953.397,41
Sumber : Laporan Pertanggung Jawaban Tahunan Pengurus
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan CU KINGMI dari segi
rata-rata simpanan anggota dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami
peningkatan, tetapi dari segi anggota mengalami penurunan sebanyak 17 orang.
Sedangkan pada tahun 2012 rata-rata simpanan anggota mengalami penurunan
yang cukup jauh karena pertambahan anggota sebanyak 496 orang atau mencapai
134,05%, tetapi setelah masuk menjadi anggota tidak aktif dalam menyetor
simpanan atau tabungan sehingga rata-rata simpanan anggota menjadi turun
secara drastis.
4
Kita tahu bahwa Ekonomi Kerakyatan adalah sebuah sistem perekonomian
yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat di bidang ekonomi.
Ekonomi Kerakyatan memiliki prinsip bahwa perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan,selain itu ekonomi kerakyatan
juga menginginkan kemakmuran rakyat. Prinsip-prinsip ekonomi kerakyatan itu
seluruhnya terkandung dalam Koperasi. Dalam konteks ekonomi kerakyatan atau
demokrasi ekonomi, kegiatan produksi dan konsumsi dilakukan oleh semua warga
masyarakat dan untuk warga masyarakat, sedangkan pengelolaannya di bawah
pimpinan dan pengawasan anggota masyarakat sendiri (Mubyarto, 2002). Prinsip
demokrasi ekonomi tersebut hanya dapat diimplementasikan dalam wadah
koperasi yang berasaskan kekeluargaan. Hal ini menunjukan bahwa Koperasi
memiliki peranan dalam Ekonomi Keakyatan karena Koperasi merupakan bentuk
perusahan, satu-satunya bentuk perusahaan yang sesuai dengan Ekonomi
Kerakyatan.
Peranan Koperasi dalam Ekonomi Kerakyatan bisa dilihat dari penjabaran
yang lebih terperinci mengenai Pengertian Koperasi di Indonesia (lihat
Anonim,1989). Pengertiannya adalah Koperasi didirikan atas dasar adanya
kesamaan kebutuhan diantara para anggotanya, Kebutuhan yang sama ini lalu
diusahakan pemenuhnya melalui pembentukan perusahaan. Dengan adanya
perusahaan yang dimilki secara bersama-sama, maka diharapkan kebutuhan itu
dapat dipenuhi dengan cara yang lebih baik disbanding dengan dilakukan oleh
masing-masinganggota secara perorangan. Koperasi didirikan atas dasar
kesadaran mengenai keterbatasan kemampuan. Oleh karena itu dipandang perlu
5
untuk menyatukan diri demi kepentingan bersama yang lebih besar. Usaha itu
dilandasi oleh suatu cita-cita yang luhur untuk menolong diri sendiri atas dasar
keyakinan akan harga diri, kesadaran pribadi serta rasa setia kawan.
B. Permasalahan dan Sub Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka yang
akan menjadi permasalahan di dalam penelitian ini adalah “Apa peran Credit
Union dalam meningkatkan kesejahteraan dan taraf ekonomi anggotanya”?
Agar lebih terfokus dalam pembahasannya maka dalam penelitian ini
penulis membatasi permasalahan ke dalam sub masalah sebagai berikut:
1. Apakah Credit Union memiliki peran dalam meningkatkan kesejahteraan dan
taraf Ekonomi anggotanya?
2. Apakah manfaat yang didapatkan oleh anggota Credit Union?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian selain sebagai salah satu syarat bagi penulis
untuk menyelesaikan jenjang pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
“Indonesia” Pontianak adalah untuk mengetahui :
1. Peran Koperasi Kredit/Credit Union dalam meningkatkan kesejahteraan dan
taraf ekonomi anggotanya
2. Manfaat yang didapatkan anggota Credit Union.
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Untuk menambah dan memperluas wawasan khususnya pengetahuan
tentang Credit Union dan meningkatkan ilmu dalam menganalisa permasalahan
yang terjadi di lingkungan atau perusahaan.
2. Bagi Perusahaan atau Lembaga
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini bermanfaat
sebagai sarana pemberi informasi yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk bahan
pemikiran tentang peran Credit Union. Sehingga dapat memacu para pengurus,
manajemen dan para aktivis/fasilitator untuk mengembangkan Credit Union
menjadi lebih baik. Sedangkan manfaat bagi masyarakat dapat menambah
pengetahuan atau informasi mengenai koperasi khususnya Credit Union.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Variabel Penelitian
Dalam suatu penelitian tentunya ada suatu masalah yang diselidiki,
masalah tersebut ada karena dimulai suatu gejala yang timbul. Gejala yang timbul
tersebutlah yang akan diselidiki atau menjadi objek dalam penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (1999:99) mengatakan bahwa variabel
penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah
Kesejahteraan dan Taraf Perekonomian anggota Credit Union.
7
Adapun yang menjadi indikator-indikator kesejahteraan dapat dilihat dari
beberapa aspek berikut :
a) Kesejahteraan di Bidang Ekonomi
Indikator kesejahteraan di bidang Ekonomi dapat dilihat dari jumlah tabungan
setiap bulan dan jumlah total simpanan anggota secara pribadi maupun
keluarganya di Credit Union.
b) Kesejahteraan di Bidang Pendidikan
Indikator kesejahteraan di bidang pendidikan dapat dilihat dari klasifikasi
pendidikan setiap anggota.
c) Kesejahteraan di Bidang Pekerjaan
Indokator kesejahteraan di bidang pekerjaan dapat dilihat dari jenis pekerjaan
setiap anggota yang akan berdampak langsung pada pendapatan anggota
tersebut
2. Penjelasan Operasional
Adapun penjelasan istilah ini bertujuan untuk memperjelas ruang lingkup
penulis dan menghindari akan adanya salah penafsiran yang berbeda-beda
terhadap istilah yang digunakan dalam penulisan ini. Oleh karena itu penulis perlu
menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut :
a) Kesejahteraan
Kesejahteraan Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang
baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur,
dalam keadaan sehat dan damai.
8
Menurut Segel dan Bruzy (1998:8), “Kesejahteraan sosial adalah kondisi
sejahtera dari suatu masyarakat. Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan,
keadaan ekonomi, kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat”. Sedangkan
menurut Wilensky dan Lebeaux (1965:138) merumuskan kesejahteraan sosial
sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan–pelayanan dan lembaga–
lembaga sosial, yang dirancang untuk membantu individu–individu dan
kelompok–kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang
memuaskan. Maksudnya agar tercipta hubungan-hubungan personal dan
sosial yang memberi kesempatan kepada individu individu pengembangan
kemampuan–kemampuan mereka seluas-luasnya dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan- kebutuhan masyarakat.
b) Taraf Ekonomi
Taraf ekonomi mengacu pada pertumbuhan ekonomi seseorang atau
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi (Ekonomi Growth) adalah perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
meningkat.
Case dan Fair (2001) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi
kelangsungan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi terjadi apabila
masyarakat mendapatkan lebih banyak sumber daya atau masyarakat
menemukan cara penggunaan sumber daya yang tersedia secara lebih efisien.
9
F. Studi Literatur
1. Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari kata cooperative, yang berarti usaha bersama. Dari
berbagai definisi yang ada mengenai koperasi, terdapat hal-hal yang menyatukan
pengertian koperasi, yaitu: koperasi adalah perkumpulan orang-orang yang
mempunyai kebutuhan dan kepentingan ekonomi sama, yang ingin dipenuhi
secara bersama melalui pembentukan perusahaan bersama yang dikelola dan
diawasi secara demokratis, koperasi adalah perusahaan, dimana orang-orang
berkumpul tidak hanya untuk menyatukan modal atau uang, melainkan sebagai
akibat adanya kesamaan kebutuhan dan kepentingan ekonomi; dan koperasi
adalah perusahaan yang harus member pelayanan ekonomi kepada anggota.
Sedangkan menurut Undang-Undang Perkoperasian Nomor 12 Tahun 1967,
Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial,
beranggotakan orang/badan hukum koperasi yang merupakan atas susunan
ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan.
Koperasi Indonesia adalah kumpulan dari orang secara bersama-sama
bergotong-royong berdasarkan persamaan kerja untuk memajukan kepentingan
perekonomian anggota dan masyarakat umum. Selain itu Koperasi juga
merupakan badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum yang
berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Kegiatan usaha
koperasi merupakan penjabaran dari UUD 1945 pasal 33 ayat (1). Dengan adanya
penjelasan UUD 1945 Pasal 33 ayat (1) koperasi berkedudukan sebagai soko guru
perekonomian nasional dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam system
10
perekonomian nasional. Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan
organisasi ekonomi yang berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi
demi memajukan kesejahteraan anggota.
2. Prinsip Koperasi
Perkembangan serta kegiatan pergerakan koperasi kredit di Indonesia
selama ini dikendalikan oleh Prinsip–prinsip Koperasi Kredit yang diakui secara
internasional dan Pernyataan Misi yang dikembangkan oleh gerakan koperasi
kredit di Indonesia.
Sebuah koperasi kredit adalah usaha koperasi yang memiliki dan
dikendalikan oleh para anggotanya. Secara teoritis, koperasi ditujukan untuk
beroperasi secara non profit (tidak mengambil keuntungan). Pada kenyataannya,
keuntungan dan laba dari modal para anggota adalah sasaran yang justru harus
diraih oleh semua koperasi kredit. Namun, koperasi kredit tidak didirikan hanya
sekedar untuk memberi keuntungan bagi para pemegang sahamnya.
Koperasi kredit bersifat gotong royong, kerja sama dan mempunyai
solidaritas yang kuat. Didalam perkoperasian secara langsung mendidik
anggotanya untuk hidup hemat, suka menabung, menjauhi sikap pemerasan
terhadap orang lain, menjauhi sifat boros, dan tidak bergaya hidup mewah.
Pengertian organisasi ekonomi dalam UUD Nomor 12 Tahun 1967 menggariskan
bahwa koperasi adalah organisasi ekonomi yang berwatak sosial. Pengertian
organisasi ekonomi dalam undang-undang tersebut dimana koperasi diberikan
kebebasan berusaha dan mencari keuntungan yang wajar bagi kepentingan
anggotanya dengan tidak mengabaikan fungsi sosial sebagai watak asli koperasi.
11
Hal ini tercermin dalam pembagian keuntungan melalui dana-dana pembangunan,
dana sosial, dana pendidikan, dan lain-lain. Semakin besar keuntungan yang
diperoleh koperasi, semakin besar pula dana yang disediakan untuk pembangunan
kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat wilayahnya.
Di dalam Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
disebutkan pada pasal 5 bahwa dalam pelaksanaannya, sebuah koperasi harus
melaksanakan prinsip koperasi. Berikut ini beberapa prinsip koperasi :
a) Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka.
b) Pengendalian/pengelolaan koperasi dilakukan secara demokratis.
c) Partisipasi ekonomi anggota
d) Otonomi dan kebebasan
e) Pendidikan, pelatihan, dan informasi
f) Kerjasama di antara koperasi
g) Kepedulian terhadap masyarakat
h) Sisa hasil usaha (SHU) yang merupakan keuntungan dari usaha yang
dilakukan oleh koperasi dibagi berdasarkan besarnya jasa masing-masing
anggota.
i) Modal diberi balas jasa secara terbatas.
3. Jenis-jenis Koperasi
Ciri-ciri organisasi koperasi berorientasi pada upaya peningkatan
pendapatan masyarakat golongan ekonomi lemah. Sesuai dengan pasal 1 Undang-
Undang (UU) nomor 2/1992 tentang perkoperasian, ciri-ciri koperasi sebagai
badan usaha dapat dipertegas dan dirinci sebagai berikut: dimiliki oleh anggota
yang tergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama,
para anggota bersepakat untuk membangun usaha bersama atas dasar kekuatannya
12
sendiri dan atas dasar kekeluargaan, didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan
diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya, dan tugas pokok badan usaha
koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggota dalam rangka
memajukan kesejahteraan anggota. Bentuk koperasi dalam Peraturan Pemerintah
No.60 Tahun 1959 (Pasal 13 Bab IV) ialah tingkat-tingkat koperasi yang
didasarkan pada cara-cara pemusatan, penggabungan dan perindukannya, yaitu
koperasi primer, koperasi sekunder, koperasi pusat, koperasi gabungan, dan
koperasi induk.
Menurut Klasik, jenis koperasi ada 3, yaitu:koperasi pemakaian (koperasi
warung, koperasi sehari-hari, koperasi distribusi, warung andil, dan sebagainya),
koperasi penghasil atau koperasi produksi, dan koperasi simpan-pinjam.
Sedangkan berdasarkan aktivitas ekonomi para anggotanya, jenis koperasi terbagi
menjadi tiga, yaitu: koperasi produsen, koperasi konsumen, dan koperasi kredit
atau jasa pembiayaan.
4. Fungsi Koperasi
Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992, fungsi
dan peran koperasi di Indonesia seperti berikut ini:
a) Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatka
kesejahteraan ekonomi dan sosial Potensi dan kemampuan ekonomi para
anggota koperasi pada umumnya relatif kecil. Melalui koperasi, potensi dan
kemampuan ekonomi yang kecil itu dihimpun sebagai satu kesatuan,
sehingga dapat membentuk kekuatan yang lebih besar. Dengan demikian
13
koperasi akan memiliki peluang yang lebih besar dalam meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat pada umumnya dan anggota
koperasi pada khususnya.
b) Turut serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat Selain diharapkan untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan ekonomi para anggotanya, koperasi juga diharapkan dapat
memenuhi fungsinya sebagai wadah kerja sama ekonomi yang mampu
meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat pada umumnya.
Peningkatan kualitas kehidupan hanya bisa dicapai koperasi jika ia dapat
mengembangkan kemampuannya dalam membangun dan meningkatkan
kesejahteraan ekonomi anggota-anggotanya serta masyarakat disekitarnya.
c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional Koperasi adalah satu-satunya bentuk perusahaan yang
dikelola secara demokratis. Berdasarkan sifat seperti itu maka koperasi
diharapkan dapat memainkan peranannya dalam menggalang dan
memperkokoh perekonomian rakyat. Oleh karena itu koperasi harus berusaha
sekuat tenaga agar memiliki kinerja usaha yang tangguh dan efisien. Sebab
hanya dengan cara itulah koperasi dapat menjadikan perekonomian rakyat
sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional.
d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi Sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam sistem
perekonomian Indonesia, koperasi mempunyai tanggung jawab untuk
14
mengembangkan perekonomian nasional bersama-sama dengan pelaku-
pelaku ekonomi lainnya. Namun koperasi mempunyai sifat-sifat khusus yang
berbeda dari sifat bentuk perusahaan lainnya, maka koperasi menempati
kedudukan yang sangat penting dalam system perekonomian Indonesia.
Dengan demikian koperasi harus mempunyai kesungguhan untuk memiliki
usaha yang sehat dan tangguh, sehingga dengan cara tersebut koperasi dapat
mengemban amanat dengan baik.
5. Tujuan Koperasi
Tujuan koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Prinsip koperasi keanggotaan bersifat sukarela pengelolaan secara demokratis,
pembagian SHU sebanding dengan besar jasa usaha dan kemandirian. Anggota
koperasi wajib membayar iuran pokok, iuran wajib, dan iuran sukarela. Unsur
yang ada pada lambang koperasi adalah rantai, gigi roda, padi kapas, timbangan,
bintang perisai, pohon beringin, tulisan koperasi Indonesia, dan warna merah
putih. Anggota wajib mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Setiap akhir tahun dalam tutup buku diadakan Rapat Anggota. Modal koperasi
terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari
simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah. Modal pinjaman
dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya, bank dan lembaga keuangan
lainnya,penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, dan sumber lain yang sah.
Selain modal sendiri dan modal pinjaman, koperasi dapat melakukan pemupukan
modal yang berasal dari penyertaan. Modal penyertaan bersumber dari pemerintah
maupun masyarakat.
15
G. Metode dan Bentuk Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, yaitu suatu metode dalam pemecahan masalah untuk mendapatkan
solusi berdasarkan pada kenyataan yang ada dan terjadi pada saat penelitian
dilakukan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hadari Nawawi (1991 : 63) bahwa :
“Metode deskriptif dapat diartikan suatu prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat dll). Pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau bagaiman adanya”.
2. Bentuk Penelitian
Berdasarkan metode yang digunakan maka penelitian ini termasuk dalam
bentuk penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, penulis berusaha
mendeskripsikan fenomena–fenomena yang ada baik fenomena alamaiah maupun
fenomena buatan manusia, menggambarkan permasalahan berdasarkan semua
data-data, informasi, fakta-fakta yang diperoleh melalui fakta survey lapangan,
dan akan dibahas sesuai dengan yang sebenarnya.
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam rangka pengumpulan data atau fakta pada penelitian ini maka
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
16
a) Teknik Komunikasi Langsung.
Yaitu mengadakan komunikasi langsung kepada pihak-pihak yang dianggap
berperan terhadap masalah yang diteliti. Antara lain para anggota Credit
Union yang merasakan langsung peran keberadaan dan manfaat yang mereka
rasakan dengan bergabung menjadi anggota Credit Union.
b) Studi Dokumenter.
Yaitu pengumpulan data dengan mempelajari dokumen-dokumen Organisasi
maupun literatur yang berhubungan dengan penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Agar dalam penelitian ini dapat memberikan hasil yang akurat, maka
dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik atau metode pengolahan data
dengan menggunakan metode analisis data secara kualitatif.
Menurut Sugio (1994 : 10) metode analisis secara kualitatif yaitu
merupakan proses penelitian yang bersifat siklus dan dilakukan secara berulang-
ulang untuk mendapatkan kejadian yang sebenarnya.
BAB II
GAMBARAN UMUM KOPERASI KREDIT
A. Koperasi Kredit di Indonesia
Inisiatif pertama untuk membentuk koperasi kredit di Indonesia muncul
pada tahun 1969. Pada masa itu dilakukan serangkaian penelitian dengan tujuan
untuk membentuk koperasi kredit yang pertama. Pada tahun 1970 dibentuklah
Credit Union Counselling Office (Biro Konsultasi Koperasi Kredit) dengan tujuan
mempromosikan pembentukan koperasi kredit. Mula-mula CUCO bergerak secara
kecil-kecilan dengan mencoba merencanakan dan menyiapkan program-program
pelatihan untuk segera diluncurkan dalam rangka membantu para organisator
setempat mendirikan koperasi kredit. Awalnya usaha ini terfokus pada riset dan
publikasi informasi yang mempromosikan perkembangan koperasi kredit,
selanjutnya diikuti dengan pemberian penyuluhan/ pelatihan kepada masyarakat
setempat mengenai cara mengorganisasikan dan menjalankan koperasi kredit.
Koperasi kredit pertama di Indonesia didirikan pada tahun 1971 sebagai
hasil dari usaha-usaha pengorganisasian ini. Sejak tahun 1971 tersebut, gerakan
ini berkembang dengan pesat sehingga mencapai jumlah 1.071 koperasi kredit
yang melayani 295.924 anggota di kota-kota besar, kota-kota kecil serta desa-desa
di seluruh Indonesia (data per 31 Desember 2001).
Pada tahun 1980 Credit Union Counselling Office berganti nama menjadi
Credit Union Coordination of Indonesia (CUCO-Indonesia/Badan Koordinasi
Koperasi Kredit Indonesia). Selama bertahun-tahun kemudian jumlah koperasi
17
18
kredit yang didirikan makin bertambah. Karena pertumbuhan yang pesat serta
jauhnya jarak yang harus ditempuh, maka gerakan koperasi kredit kemudian
mendirikan cabang-cabang Badan Koordinasi di daerah/provinsi yang dikenal
dengan Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D) untuk membantu
memperluas layanan kepada koperasi kredit primer
B. Filosofi Nilai Semangat Keanggotaan
Nilai semangat anggota identik dengan perilaku anggota. Nilai semangat
ini harus dijaga dan dilaksanakan oleh semua anggota agar CU tetap hidup dan
berkembang. Nilai ini harus menjadi syarat mutlak bagi anggota apalagi yang
akan menjadi pengurus atau pengawas CU. Sejatinya pengurus maupun pengawas
harus memberikan teladan kepada para anggotanya. Jika mereka tidak
memberikan teladan maka akan diikuti oleh para anggota. Kesalahan memilih
pengurus akan berdampak sistemik pada pertumbuhan dan perkembangan CU
bahkan kehancuran CU itu sendiri. Inilah Nilai semangat keanggotaan CU:
Menolong diri sendiri, menjadi anggota CU bertujuan untuk ”Menolong
diri sendiri”. Salah satu bentuk menolong diri sendiri adalah menabung secara
rutin, Anggota yang membutuhkan boleh meminjam dari uang tabungan-tabungan
yang terkumpul. Anggota yang meminjam nantinya harus mengembalikan
pinjamannya dengan penuh tanggung jawab.
Bertanggung jawab kepada diri sendiri, menjadi orang yang bertanggung
jawab artinya bertindak dan terlibat atas keputusan diri sendiri. Anggota yang
bertanggung jawab adalah mereka yang menabung dengan kesadaran sendiri.
19
Anggota yang meminjam harus mengembalikan pinjamannya atas kesadaran
sendiri. Berani meminjam berarti ”mampu dan mau mengembalikan” secara sadar
dan bertanggung jawab.
Demokrasi, menjunjung tinggi nilai-nilai ”Demokrasi” artinya berkaitan
dengan hak suara. Satu anggota satu suara walaupun seorang anggota memiliki
tabungan besar. Semua anggota memiliki hak suara yang sama, kecuali anggota
yang lalai mengangsur pinjaman tidak memiliki hak suara (adalah anggota yang
tidak bertanggung jawab). Di CU juga diatur bahwa satu anggota hanya boleh
maksimal memiliki tabungan paling tinggi 20% dari total Aset.
Kesetaraan, para anggota CU diperlakukan sama. Tidak ada pembedaan
kaya atau miskin, laki atau perempuan, pejabat atau bukan pejabat. Semua Sama.
Setiap anggota wajib mengikuti DIKSAR (pendidikan dasar) CU dan wajib
mengikuti semua kebijakan yang telah ditetapkan. Pengurus juga harus mentaati
kebijakan pinjaman yang ada sama seperti anggota lain. Sungguh tidak pantas jika
ada pengurus yang ingin meminjam namun tidak bersedia mengikuti ketentuan
yang mereka tetapkan.
Swadaya, mengandung arti dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota.
Karens bersifat mandiri dan berdaulat CU tidak menerima penyertaan modal dari
luar. Untuk itu CU harus memiliki cara untuk menciptakan modal dari anggota.
Lalu simpanan atau modal yang terkumpul diupayakan beredar kembali kepada
anggota 70% hingga 80% dari Aset yang ada. Karena itu pertumbuhan CU juga
tergantung pada pertumbuhan jumlah anggotanya.
20
Setiakawan (solidaritas), anggota CU memiliki ikatan pemersatu para
anggotanya. Mereka saling kenal, saling berbagi pengalaman dan saling
membantu memecahkan masalah bersama. ”Anda susah saya bantu, saya susah
anda bantu” begitulah ungkapan yang dekat pada anggota. Salah satu produk
solidaritas yang ada di CU adalah Santunan Duka untuk ahli waris anggota yang
meninggal. Dananya dikumpulkan dari iuran anggota. Bila ada anggota yang
meninggal, maka ahli warisnya akan mendapatkan Santunan yang jumlahnya 10
kali lipat dari iuran yang dibayarkan anggota atau tergantung kebijakan dari
dewan pengurus.
Keadilan, Nilai-nilai keadilan secara konsisten diterapkan di CU. Bagi
anggota yang menyetor diawal bulan akan menerima balas jasa simpanan yang
lebih besar dibanding dengan anggota yang menyetor diakhir bulan. Bagi anggota
yang memiliki simpanan besar akan mendapatkan balas jasa yang besar sesuai
ketentuan yang disepakati. Kepada yang memberi pasti menerima. Yang hanya
mau menerima saja tidak layak menjadi anggota CU. Apabilla ada anggota yang
baru masuk CU langsung mau pinjam besar, padahal tabungannya baru sedikit,
apabila ada anggota yang hanya menabung saja untuk menerima balas jasa
simpanan dan tidak mau meminjam. Ini melanggar nilai-nilai keadilan. Tidak adil
jika anggota yang simpanannya kecil meminjam besar dan tidak adil jika anggota
hanya mau menerima balas jasa simpanan saja tanpa mau berpartisipasi
meminjam. CU yang sering melanggar nilai-nilai keadilan pasti akan mengalami
kebangkrutan. Ada 3 Pilar Credit Union yaitu :
21
1. Azas Swadaya, modal dari tabungan hanya diperoleh dari anggotanya.
2. Azas setiakawan/solidaritas, Pinjaman hanya diberikan kepada anggotanya
3. Azaz Pendidikan/penyadaran, membangun karakter adalah yang utama, hanya
yang berwatak baik yang diberikan pinjaman.
C. Struktur Organisasi Koperasi Kredit
Credit Union sebagai suatu organisasi yang demokratis memiliki struktur
resmi tersendiri untuk memungkinkan dilakukannya perencanaan dan
pengambilan keputusan oleh anggota dan pimpinan terpilih. Dari sudut pandang
manajemen, ada dua jenis struktur yaitu struktur internal dan eksternal. Struktur
internal dugunakan dalam tingkat primer lokal, sementara struktur eksternal
berhubungan dengan struktur pergerakan.
1. Struktur Eksternal
Struktur Eksternal gerakan koperasi kredit di Indonesia terbagi ke dalam
tiga tingkat atau jenjang. Adapun ciri-ciri setiap jenjang adalah sebagai berikut :
a) Tingkat Pertama
Yang dikenal sebagai organisasi tingkat pertama adalah koperasi kredit
primer, yaitu koperasi kredit yang berada di lingkungan (masyarakat) dengan
ikatan pemersatu sebagaimana umumnya suatu koperasi. Koperasi kredit seperti
ini memberi layanan langsung kepada anggota.
22
b) Tingkat Kedua
Dalam prinsip penyelenggaraan operasional kopersi kredit terdapat kerja
sama antar koperasi. Dengan menggabungkan sumber daya beberapa koperasi
kredit primer, maka terbentuklah organisasi yang disebut Puskopdit/BK3D.
Puskopdit/BK3D inilah yang dikenal sebagai organisasi tingkat kedua dimana
yang menjadi anggota adalah koperasi-koperasi kredit primer.
c) Tingkat Ketiga
Pada tahun 1970, Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I)
didirikan sebagai suatu organisasi nasional untuk mendorong mempromosikan
perkembangan koperasi kredit di Indonesia. BK3I inilah yang disebut sebagai
organisasi tingkat ke tiga yang anggotanya adalah Puskopdit/BK3D Provinsi.
Sejak tahun 1993 BK3I secara resmi berubah nama menjadi Induk Koperasi
Kredit (INKOPDIT).
Inkopdit bertindak sebagai lembaga koordinasi nasional untuk gerakan
koperasi kredit di Indonesia dan menyediakan berbagai layanan bagi
Puskopdit/BK3D. Inkopdit menyediakan sarana bagi pengumpulan likuiditas
tingkat nasional, layanan simpan pinjam, layanan asuransi, dan juga layanan
pendidikan dan pelatihan. Secara umum, Inkopdit melakukan fungsi yang sama
bagi Puskopdit sebagaiman fungsi yang dilakukan Puskopdit bagi koperasi primer.
2. Struktur Internal
Struktur internal Koperasi Kredit adalah struktur organisasi yang ada pada
setiap Koperasi Kredit primer. Struktur internal terbagi ke dalam beberapa bagian
sebagai berikut:
23
a) Anggota Koperasi Kredit
Sebuah koperasi kredit dimiliki dan dikelola secara demokratis oleh para
anggotanya. Karena tidak mungkin para anggota berkumpul setiap hari untuk
membuat keputusan-keputusan operasional harian, maka pada suatu Rapat
Anggota Tahunan (RAT) dilakukan pemilihan pengurus. Para pengurus ditugaskan
untuk mengawasi jalannya Koperasi Kredit. Selain memilih pengurus, anggota
juga menilai kinerja Koperasi Kredit, memberikan suara dalam pengambilan
keputusan dan menyetujui atau melakukan perubahan Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga.
b) Dewan Pimpinan
Dewan Pimpinan atau Dewan Pengurus mempekerjakan/mengangkat
seorang manajer untuk menjalankan koperasi kredit dan untuk bertindak sebagai
penghubung antara staf dan anggota. Dewan Pimpinan juga bertugas membuat
dan melaksanakan berbagai kebijakan agar sasaran bisa tercapai. Karena itu harus
dipertanggungjawabkan kepada anggota, Dewan Pimpinan juga menetapkan
kebijakan, memberikan persetujuan atas berbagai rencana, dan memberikan
pengarahan serta pengawasan atas segala kegiatan manajer.
c) Manajemen
Manajemen adalah semua staf yang berhubungan langsung dengan
pelayanan ke anggota sehari-hari, manajemen diawasi atau dikendalikan oleh
seorang manajer yang diangkat oleh Dewan Pimpinan. Tugas manajer mencakup
mengangkat, melatih, mengawasi dan mendelegasikan tanggung jawabnya kepada
para stafnya.
24
D. Sejarah Berdirinya CU KINGMI
Konferensi Wilayah Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Kalimantan
Barat tahun 2006 merupakan klimaks dari pergumulan pendirian Credit Union
KINGMI. Dua keputusan penting disetujui peserta Konferensi pada waktu itu,
Pertama, GKII wilayah Kalimantan Barat menetapkan CU sebagai lembaga
keuangan yang harus didirikan di GKII Kalimantan Barat. Kedua, menunjuk
Albed Santy sebagai anggota Badan Pengurus Wilayah GKII non struktural
sebagai pelaksana urusan pendirian Credit Union.
Setelah melakukan berbagai persiapan pada tanggal 9 Juli 2007 adalah
tonggak berdirinya lembaga keuangan yang bernama Credit Union KInGMI.
KInGMI merupakan singkatan dari Kumpulkan Investasi Guna Menjadi Investor.
Kehadiran Bapak Drs. AR Mecer(saat itu ketua Badan Koordinasi Credit Union
Kalimantan (BKCUK) beserta Menejer BKCUK Bapak Frans Laten,SE) sebagai
fasilitator bersama aktivis CU Pancur Kasih (Drs.Stefanus Masiun), Segerak
Pancur Kasih (Heronimus,SE), membuktikan bahwa Credit Union KInGMI lahir
dengan persiapan matang.
1. Legalitas CU KINGMI
a) Ditetapkan dalam Konferensi Wilayah GKII Kalimantan Barat XVI tahun
2006 di Pontianak(Aula STT Pontianak).
b) Secara jaringan, Credit Union KInGMI adalah anggota Badan Koordinasi
Credit Union Kalimantan(BKCUK) dengan nomor anggota 63 tertanggal
17 Juli 2007.
25
c) Akta notaris pendirian Credit Union KInGMI nomor 18 Tanggal 25
Januari 2008.
d) Badan Hukum CU KInGMI sedang dalam proses pengurusan di
Kementrian Koperasi dan UMKM.
2. Visi dan Misi
a) Visi CU KInGMI
“Menjadi Lembaga Keuangan Jemaat GKII Kalimantan Barat yang Sehat
dan Profesional, Memiliki Anggota yang Saling percaya, Berdasarkan
Nilai-Nilai dan Prinsip-Prinsip Credit Union.”
b) Misi CU KInGMI
“Mensejahterakan Anggota Melalui Pendidikan dan Pelatihan dengan
Pelayanan Keuangan yang Profesional dan Transparan, Sehingga Mereka
Memiliki Perencanaan Masa Depannya”.
BAB III
ANALISIS DATA
A. Peran Credit Union dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggota
Credit Union merupakan sebagai wadah ekonomi kerakyatan, dengan
mengedepankan prinsip kekeluargaan dan kesejahteraan anggota. Karena Credit
Union merupakan ujung tombak utama yang diharapkan dapat menjangkau secara
optimal, Koperasi dengan berbagai kegiatannya selama ini, banyak mendukung
kebijakan pemerintah dalam menggali potensi ekonomi kerakyatan, sehingga
ekonomi rakyat menjadi tangguh dan sejahtera. Kiprah Credit Union telah
mendapat dukungan, pengakuan dan penghargaan, selain itu sebagai organisasi
mitra pemerintah, karena Credit Union telah membuktikan kepedulian dan
perhatian yang besar terhadap permasalahan sosial kemasyarakatan. Berikut
adalah peran Credit Union terhadap anggotanya.
1. Sebagai Lembaga Penyimpanan Uang
Bentuk usaha Credit Union bergerak dalam sistem simpan pinjam, yaitu
memberikan kesempatan keapada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman
dengan mudah dan dengan bunga yang ringan. Hal ini dilakukan dengan
mewajibkan dan menggiatkan anggota untuk menyimpan atau menabung pada CU
secara teratur untuk memperkuat modal. Simpanan di dalam Credit Union dibuat
dalam bentuk saham dan pembayarannya dapat dilakukan oleh anggota baik
secara penuh sekaligus maupun angsuran.
26
27
2. Sebagai Lembaga Peminjaman Modal
Adapun peranan yang diberikan oleh Credit Union adalah dalam bentuk
kredit atau peminjaman yang dapat membantu anggota baik untuk memenuhi
kebutuhan maupun untuk modal usaha. Tersedianya modal dalam menjalankan
usaha akan memberikan potensi yang lebih besar dalam mengembangkan
usahanya yang akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil yang didapatkan.
3. Sebagai Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anggota
Selain membantu anggota dalam bidang keuangan peran Credit Union
juga membantu anggota dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) dimana anggota dapat menambah pengetahuannya untuk mengelola
pinjamannya dengan baik. Meningkatkan kualitas SDM dilakukan Credit Union
dengan cara memberikan pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan bagi
anggotanya.
Dalam pendidikan dasar diadakan latihan simpan pinjam, diskusi
kelompok, studi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan manajemen
keluarga (pengenalan potensi-potensi kemampuan keluarga dan anggaran
pendapatan dan belanja keluarga). Pendidikan lanjutan Credit Union mencakup
keterampilan manajemen, keterampilan pembukuan, keterampilan usaha dan
konsultasi keluarga/usaha.
4. Sebagai Penggerak Perekonomian Anggota
Credit Union merupakan salah satu tiang perekonomian dalam rangka
pengentasan kemiskinan, sebab dalam kegiatan yang terdapat pada Credit Union
28
tersebut adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan anggota sehingga CU
sangat perlu dikembangkan bahkan sampai ke daerah pedesaan. Salah satu
pemberdayaan masyarakat dalam konteks kekuatan ekonomi nasional adalah
dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan. Salah satu cara strategis
untuk memberdayakan usaha kecil adalah melalui lembaga keuangan.
Dengan jaringan yang tersebar sampai pada tingkat bawah, Credit Union
memiliki peran yang strategis dan potensial dalam mewujudkan ketangguhan
ekonomi kerakyatan, sehingga pada akhirnya akan menciptakan masyarakat
sejahtera dan mandiri. Berbagai program dan kegiatan ekonomi masyarakat yang
dilakukan melalui Credit Union, bukan hanya berimplikasi terhadap kesejahteraan
anggota, lebih dari itu, karya nyata Credit Union memberikan pangaruh terhadap
perkembangan kehidupan sosial kemasyarakatan, sehinga mampu meningkatkan
pendapatan dan pencapaian berbagai program pemerintah, dengan demikian
semakin memperkuat eksistensinya ditengah-tengah masyarakat.
Ketersedian modal menjadi satu kekuatan yang sangat dibutuhkan setiap
Credit Union. CU mampu menghimpun dana masyarakat yang mengindikasikan
besarnya kepecayaan anggota terhadap lembaga CU, tidak seperti umumnya yang
dilakukan oleh Bank komersial lainnya, yaitu dengan meminjam modal dari pihak
luar. CU juga memberikan suatu keuntungan bagi para anggota atas saham-saham
yang dimiliki para anggota.
Keberhasilan Credit Union dalam menjalankan perannya mensejahterakan
dan meningkatkan taraf ekonomi anggotanya dapat dilihat dari tingkat
pertumbuhan dan perkembangan simpanan anggota dan penambahan jumlah
29
anggota. Tingkat pertumbuhan tabungan anggota dapat dinilai melalui data
statistik keuangan tahunan. Berikut ini data pertumbuhan keuangan dan jumlah
anggota Credit Union KInGMI Pontianak selama 3 tahun dari tahun 2010 sampai
dengan 2012.
Tabel 3.1 Data Keuangan dan Anggota CU KINGMI
No. Jenis SimpananTahun
2010 2011 2012
1 Simpanan Pokok Rp 360.975.000 Rp 325.095.000 Rp 269.215.000
2 Simpanan Wajib Rp 95.620.000 Rp 102.815.000 Rp 368.166.000
3 Simpanan Khusus Anggota Rp 2.820.172.558 Rp 2.914.841.850 Rp 3.652.261.155
4 Aktiva Tetap Rp 21.991.325 Rp 32.021.875 Rp 49.658.775
5 Pencairan Pinjaman Rp 798.366.000 Rp 1.365.535.400 Rp 2.174.806.400
6 Piutang Beredar Rp 2.510.931.033 Rp 2.385.825.950 Rp 3.159.556.600
Jumlah Simpanan Rp 3.276.767.558 Rp 3.342.751.850 Rp 4.289.642.155
Jumlah Anggota 387 Orang 370 Orang 866 Orang
Rata-rata Simpanan Anggota Rp 8.467.099,63 Rp 9.034.464,46 Rp 4.953.397,41
Sumber : Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus CU KINGMI
Dari tabel di atas diketahui bahwa pertumbuhan jumlah keuangan Credit
Union KINGMI selama tiga tahun tidak mengalami peningkatan yang signifikan,
pada tahun 2011 hanya mengalami peningkatan sebesar 2,01% dan pada tahun
2012 naik sebesar 28,32%. Tetapi jika dirata-ratakan maka pada tahun 2011
simpanan rata-rata anggota naik sebesar 6,7% dan pada tahun 2012 turun cukup
drastis mencapai 41,49%. Hal ini disebabkan pertumbuhan jumlah anggota pada
tahun 2012 mencapai 134,05% tetapi setelah masuk menjadi anggota banyak
anggota yang tidak aktif dalam menyetor simpanan karena ± 80% anggota yang
masuk pada tahun 2012 berasal dari daerah Kabupaten Melawi. yang jaraknya
30
cukup jauh sedangkan CU KINGMI berada di Pontianak.
Terkendalanya anggota baru di daerah Melawi melakukan transaksi
disebabkan oleh terbatasnya tenaga SDM yang dimiliki lembaga untuk melayani
atau menangani anggota disana dan besarnya biaya jika staf dari Pontianak yang
harus bolak-balik kesana setiap bulan untuk melakukan transaksi. Hal ini
merupakan proses perencanaan pemasaran yang kurang matang dalam
menjangkau pasar sasaran. Seharusnya jika ingin memperluas atau
mengembangkan daerah pemasaran suatu organisasi harus menyiapkan SDM dan
memperhatikan situasi daerah yang menjadi sasaran pengembangan terlebih
dahulu.
INKOPDIT dalam buku manajemen profesional koperasi kredit
mengatakan pertumbuhan koperasi kredit ditentukan oleh rencana pemasaran dan
sasaran-sasaran yang tercantum dalam rencana pemasaran. Perencanaan
pemasaran adalah suatu proses langkah demi langkah yang teratur untuk
mengorganisir dan menggunakan sarana-sarana pemasaran secara efektif,
misalnya iklan, humas, riset, pengembangan produk dan promosi penjualan.
Sasarannya adalah untuk mengembangkan strategi pemasaran terpadu yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan anggota dan mencapai tujuan dan sasaran
koperasi kredit.
Analisis situasi pasar merupakan cara untuk mengumpulkan informasi
dasar dan mendokumentasikannya dalam 4 (empat) pokok profil informasi yang
menggambarkan komponen-komponen dari lingkungan koperasi kredit saat ini..
Keempat komponen kunci dari analisis pemasaran tersebut diatas dapat diringkas
31
sebagai berikut :
a) Profil Riwayat Internal : Menjelaskan produk-produk saat ini dan aktivitas
rekening serta mengkompilasi statistik internal yang penting.
b) Profil Anggota : Menjelaskan karakteristik anggota baru dan lama dari segi
demografis dan penggunaan layanan yang disediakan.
c) Profil Pasar : Menentukan target pasar primer dan sekunder dan karakteristik
demografis dari penduduk dalam wilayah target pasar tersebut.
d) Profil Persaingan : Mengidentifikasi kompetisi primer dan sekunder dan
membandingkan produk dan jasa yang disediakan.
Hubungan antara data dalam keempat profil ini memberikan banyak informasi
yang menjadi dasar penyusunan rencana dan strategi pemasaran.
Pencairan pinjaman anggota pada tahun 2010 sebesar Rp 798.366.000
pada tahun atau 24, 36% dari total simpanan, pada tahun 2011 pencairan pinjaman
anggota sebesar Rp 1.365.535.400 meningkat menjadi 40,8% dari jumlah
simpanan dan pada tahun 2012 sebesar Rp 2.174.806.400 atau 50,69% dari total
simpanan. Dari kedua kasus tersebut maka dapat dilihat tingkat pertumbuhan dan
perkembangan Credit Union KINGMI tidak seimbang antara pertumbuhan
simpanan dengan pencairan pinjaman dimana pencairan pinjaman pada tahun
2011 naik sebesar 71,04% dari tahun 2010 dan pada tahun 2012 naik sebesar
59,26% dari tahun 2011.
Dalam buku manajemen profesional koperasi kredit yang di terbitkan oleh
Induk Koperasi Kredit (INKOPDIT) mengatakan bahwa pertumbuhan koperasi
kredit harus direncanakan untuk kedua sisi neraca. Maksudnya, pertumbuhan
32
dalam simpanan anggota harus sesuai dengan pertumbuhan permintaan pinjaman.
Pertumbuhan berimbang tercapai bila harta dan hutang dari koperasi kredit
tumbuh pada tingkat yang kurang lebih sama. Pertumbuhan tak berimbang dapat
menimbulkan banyak masalah jika pinjaman anggota tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan simpanan anggota. Pada keadaan seperti ini koperasi kredit
dapat mengalami masalah likuiditas yang serius atau peningkatan risiko sebagai
akibat dari pertumbuham pinjaman yang begitu cepat.
Koperasi kredit juga dapat menghadapi masalah jika terjadi situasi yang
sebaliknya. Jika simpanan anggota tumbuh dengan tingkat yang melebihi
pertumbuhan pinjaman, koperasi kredit akan sulit memperoleh marjin yang cukup
untuk mempertahankan profitabilitasnya. Umumnya, lebih mudah menangani
kelibihan simpanan dari pada menangani kelebihan permintaan pinjaman.
B. Manfaat yang Didapat Anggota Credit Union
Filosofi dasar Kopdit/CU adalah membantu diri sendiri dan sesama (self
help and others) dan di Indonesia memiliki tiga pilar dalam mengembangkan
Kopdit/CU yaitu Pendidikan, Solidaritas, dan Swadaya. Ketiga pilar ini harus
dijalankan secara konsisten. Barang siapa yang tidak menjalankan ketiga pilar
tersebut akan mengalami kendala dan masalah yang lebih besar dan kompleks
dibandingkan dengan mereka yang menjalankan. Ketiga pilar ini merupakan suatu
yang menjadi ciri khas dan sekaligus perbedaan Credit Union dengan koperasi
yang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk lebih jelas mengenai ketiga
pilar tersebut dapat dilihat di bawah ini.
33
1. Pilar Pendidikan/pelatihan
Ada motto atau slogan dalam Gerakan Credit Union yang digunakan oleh
para insan Credit Union yaitu, “dimulai dengan pendidikan, dikembangkan
dengan pendidikan, dan dikontrol dan diawasi dengan pendidikan”. Atas dasar itu
maka setiap anggota wajib mengikuti pendidikan dasar-dasar Credit Union
sebelum mendapat pelayanan pinjaman. Manfaat yang diperoleh anggota Credit
Union dari pelatihan dasar-dasar Credit Union yaitu mendapat pencerahan yang
mendalam tentang hak dan kewajiban anggota, memperoleh dan merubah pola
pikir tentang penggunaan uang secara bijaksana, memperoleh pengetahuan
tentang menata ekonomi yang lebih baik dengan merencanakan investasi masa
depan keluarga anggota lewat kegiatan menabung pada Credit Union, mendapat
pencerahan tentang hak-hak dasar manusia antara lain: kebebasan berpendapat,
kebebasan memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak, kebebasan untuk
memperoleh perlindungan hukum, dan lain sebagainya.
Dengan memperoleh kecerdasan lewat pelatihan, anggota lebih mudah
untuk mengembangkan usaha sehingga meningkatkan kesejahteraan. Sehubungan
peran pendidikan ini sangat penting untuk keberlanjutan usaha maupun untuk
persiapan proses regenerasi baik pada ranah manajemen (Staf dan Karyawan)
maupun ranah organisasi (Pengurus dan Pengawas). Berkaitan dengan hal ini
sekarang ini Inkopdit telah memiliki Lembaga Diklat Profesi (LDP) untuk melatih
skill dan ketrampilan setiap unit kerja pada Gerakan Koperasi Kredit Indonesia.
34
2. Pilar Solidaritas/Setiakawan.
Dengan memahami arti pentingnya solidaritas/ setiakawan antara sesama
anggota Credit Union serta masyarakat sekitarnya maka usaha Credit Union
senantiasa berjalan lancar karena setiap anggota paham bahwa pinjaman yang
mereka peroleh dari Credit Union adalah milik bersama dari anggota-anggota lain,
karena itu mereka harus paham bahwa anggota-anggota Credit Union yang lain
akan membutuhkan pinjaman. Karena itu pinjaman yang diperoleh harus
dikembalikan sesuai dengan perjanjian dan kesepakatan yang diatur oleh
manajemen Credit Union. Demikian juga pelayanan Dana Perlindungan Bersama,
hal ini merupakan perwujudnyataan dari rasa solidaritas/setiakawan karena
mereka atau anggota yang mendapat musibah kematian akan memperoleh
perlindungan berupa membebaskan sisa pinjaman pada Credit Union dan ahli
waris mendapat santunan kematian dari program Daperma yang dikelola oleh
Inkopdit. Selanjutnya Kopdit/Credit Union memberikan Iuran Solidaritas kepada
Puskopdit (sekunder) merupakan wujud solidaritas, karena dengan dana tersebut
pengurus dan manajemen Puskopdit dapat memberikan pendidikan dan pelatihan
serta pendampingan serta konsultasi kepada organisasi Kopdit/Credit Union
primer. Dana Solidaritas juga digunakan untuk bantuan penguatan manajemen
bagi Kopdit-Kopdit yang lemah atau mengalami masalah akibat operasional atau
kesalahan manajemen. Prinsipnya Iuran Solidaritas yang diterima baik oleh
Puskopdit maupun Inkopdit harus dapat dipastikan kembali untuk melayani
anggota bukan untuk kepentingan Pengurus atau manajemen sekunder.
35
3. Pilar Swadaya/Mandiri.
Pilar swadaya atau mandiri merupakan sasaran Credit Union di mana, baik
anggota perorangan maupun lembaganya harus diarahkan untuk berswadaya, yaitu
berusaha untuk menggunakan kekuatan sendiri dan hindari menjadi benalu atau
parasit pada pihak lain. Dengan memiliki keswadayaan, akan bangkit kepercayaan
diri dan kemampuan untuk membangun dirinya sendiri dan juga membantu
sesama. Hal ini dapat diwujudnyatakan dalam hal penghimpunan dana atau
simpanan sebagai modal Credit Union diutamakan dari kekuatan anggota sendiri,
jika masih kurang baru kita dapat mencari dana dari lembaga lain yang memiliki
posisi seimbang dan bukan dipaksakan karena hubungan atas dan bawah. Jika hal
ini dapat dijalankan oleh Credit Union secara konsisten, maka akan tampak bahwa
Credit Union memiliki otonomi dan kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri
dalam demokrasi ekonomi yang tidak perlu ada campur tangan dari pihak lain.
Dengan tiga pilar tersebut diharapkan Credit Union dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota dan semakin banyak masyarakat yang mendapat pelayanan
sehingga efek domino dengan keberadaan Credit Union terutama di daerah
pedesaan. Ada beberapa dampak yang nyata dengan adanya Credit Union di
pedesaan yaitu:
a) Penyerapan tenaga kerja dan lapangan kerja semakin meningkat. Dari segi
penyerapan tenaga kerja saja sudah cukup banyak, misalnya setiap 1000
anggota Credit Union dilayani rata-rata 4 orang karyawan. Belum lagi efek
domino dari pelayanan pinjaman anggota untuk berusaha, misalkan saja dari
1.500 anggota 10 % (150 orang) adalah pengusaha kecil dan menengah yang
36
memiliki karyawan 3-5 orang. Jadi jumlah orang yang memperoleh pekerjaan
dan penghasilan dari pelayanan Credit Union menjadi lebih banyak.
b) Semakin banyak masyarakat yang memperoleh pendidikan tinggi. Di samping
efek domino usaha, juga dampak dari penggunaan pinjaman untuk pendidikan
anak-anak anggota. Pada anggota di daerah pedesaan kebanyakan anak-anak
mereka sebagian besar menuntut ilmu di luar daerah. Ada yang menempuh
S1, ada pula yang menempuh S2 di kota-kota Pulau Jawa. Dengan
tersedianya Sumber Daya lokal, maka kepala daerah dan kota sebagian besar
sekarang sudah berasal dari daerah itu sendiri, berbeda dengan zaman ORBA,
di mana Kepala Daerah dan Gubernur kebanyakan import dari Pulau Jawa.
c) Pola pikir (mindset) masyarakat juga berubah, di mana sebelumnya
masyarakat desa jika panen tiba maka berlomba-lomba membelanjakan uang
mereka dengan semaunya tanpa mempertimbangkan manfaat dan benefit bagi
masa depat anak dan keluarga mereka. Bahkan ada yang menghabiskan
uangnya untuk minum-minuman keras, judi dan dan pesta-pesta. Dengan
adanya Credit Union di desa mereka maka uang hasil panen mereka bisa
ditabung di Credit Union dalam berbagai bentuk jenis tabungan dengan
tabungan tersebut mereka bisa merencanakan usaha dan sekolah anak-anak
mereka.
d) Pendapatan Asli Daerah (PAD) semakin meningkat, karena masyarakat atau
anggota Credit Union dapat membeli kendaraan untuk transportasi akan
dikenai pajak, membangun rumah yang permanen juga akan mendapatkan
Pajak Bumi Bangunan, juga pajak penghasilan baik perorangan dan Badan
37
semakin banyak karena Credit Union semakin besar serta gaji pegawai
semakin tinggi maka pajak pun akan semakin besar sehingga mendorong
penerimaan PAD meningkat.
e) Urbanisasi semakin kecil, hal ini disebabkan karena masyarakat desa tidak
lagi mencari uang di kota, dengan adanya Credit Union mereka dapat
membuka usaha dipedesaan dari pinjaman dari Credit Union dan hasilnya
usaha mereka akan dijual ke kota.
Berdasarkan fungsi dan peran koperasi, maka manfaat koperasi dapat
dibagi menjadi dua bidang, yaitu manfaat koperasi di bidang ekonomi dan
manfaat koperasi di bidang sosial.
1. Manfaat koperasi di bidang ekonomi.
a) Meningkatkan penghasilan anggota-anggotanya. Sisa hasil usaha yang
diperoleh koperasi dibagikan kembali kepada para anggotanya sesuai
dengan jasa.
b) Menawarkan barang dan jasa dengan harga yang lebih murah. Barang dan
jasa yang ditawarkan oleh koperasi lebih murah dari yang ditawarkan di
toko-toko. Hal ini bertujuan agar barang dan jasa mampu dibeli para
anggota koperasi yang kurang mampu.
c) Menumbuhkan motif berusaha yang berperikemanusiaan. Kegiatan
koperasi tidak semata-mata mencari keuntungan tetapi melayani dengan
baik keperluan anggotanya.
38
d) Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan koperasi.
Setiap anggota berhak menjadi pengurus koperasi dan berhak mengetahui
laporan keuangankoperasi.
e) Melatih masyarakat untuk menggunakan pendapatannya secara lebih
efektif dan membiasakan untuk hidup hemat.
2. Manfaat Koperasi di Bidang Sosial
a) Mendorong terwujudnya kehidupan masyarakat damai dan tenteram.
b) Mendorong terwujudnya aturan yang manusiawi yang dibangun tidak di
atas hubungan-hubungan kebendaan tetapi di atas rasa kekeluargaan.
c) Mendidik anggota-anggotanya untuk memiliki semangat kerja sama dan
semangat kekeluargaan.
d) Membantu biaya pengobatan bagi anggota jika sakit dari iuaran solidaritas
kesehatan yang dipungut dari setiap anggota sekali dalam setahun.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan analisis data pada bab sebelumnya maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Secara umum peran Credit Union bagi anggotanya adalah sebagai lembaga
penyimpanan uang, sebagai lembaga peminjaman modal, sebagai tempat
penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi anggotanya dan sebagai
penggerak perekonomian anggota.
2. Credit Union KINGMI sampai sejauh ini belum terlalu berperan dalam
meningkatkan kesejahteraan anggotanya karena di lihat dari simpanan
anggota tidak banyak mengalami pertumbuhan
3. Pengembangan wilayah pemasaran Credit Union harus melalui suatu
perencanaan dan harus melakukan analisis mengenai situasi pasar sasaran
agar tercipta proses pemasaran terpadu yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan anggota dan mencapai tujuan dan sasaran koperasi kredit.
4. Pertumbuhan simpanan dan permintaan pinjaman anggota yang tak
berimbang dapat menimbulkan banyak masalah. Jika pinjaman anggota
tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan simpanan anggota, Credit Union
dapat mengalami masalah likuiditas yang serius atau peningkatan risiko
sebagai akibat dari pertumbuham pinjaman yang begitu cepat, sebaliknya jika
39
40
simpanan anggota tumbuh dengan tingkat yang melebihi pertumbuhan
pinjaman, maka koperasi kredit akan sulit memperoleh marjin yang cukup
untuk mempertahankan profitabilitasnya.
5. Dalam menjalankan kegiatan usahanya Credit Union memiliki pilar yang
harus dijalankan secara konsisten dan menjadi ciri khas serta membedakan
Credit Union dari koperasi lain. Ketiga pilar tersebut yaitu
pendidikan/pelatihan, solidaritas/setiakawan dan swadaya/mandiri.
6. Secara umum Credit Union memberikan banyak manfaat bagi anggotanya
baik dalam bidang ekonomi maupun dalam bidang sosial.
B. Saran
1. Agar dapat mempertahankan eksistensinya sebagai lembaga keuangan Credit
Union harus menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip-prinsip Koperasi.
2. Agar dapat menjalan peran dalam mensejahterakan dan meningkatkan
perekonomian anggota sebaiknya CU KINGMI harus meningkatkan kualitas
pelayanan bagi anggota, dan memperbaiki sistem manajemen dan kinerja
dewan pengurus untuk meningkatkan kepercayaan anggota.
3. Untuk meningkatkan pertumbuhan aset dan jumlah anggota CU KINGMI
harus lebih gencar melakukan sosialisasi dan promosi.
4. Dalam pengembangan wilayah pemasaran sebaiknya merekrut tenaga kerja
dari penduduk setempat karena akan lebih mudah dalam menjalankan
tugasnya dan lebih mudah dalam bergaul dengan masyarakat sekitar.
41
5. Sebelum mengembangkan ke suatu wilayah sebaiknya terlebih dahulu
dilakukan perencanaan serta analisis situasi geografis dan karakteristik
demografis penduduk sekitar pasar sasaran sehingga tercipta proses
pemasaran terpadu yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan anggota dan
mencapai tujuan dan sasaran koperasi kredit.
42
DAFTAR PUSTAKA
INKOPDIT. (2003), Manajemen Profesional Koperasi Kredit, INKOPDIT: Jakarta
Lingu, Amu L.A (2009), Pengaruh perencanaan strategis, kinerja finansial, kepemimpinan pengurus, dan kualitas produk terhadap kepuasan anggota Credit Union. Ringkasan Disertasi
(2011). Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Rapat Anggota Tahunan tahun buku 2010. Pontianak : CU KINGMI
(2012). Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Rapat Anggota Tahunan tahun buku 2011. Pontianak : CU KINGMI
(2013). Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Rapat Anggota Tahunan tahun buku 2012. Pontianak : CU KINGMI
Ineumaelani.blogspot.com tanggal 15 Desember 2011 penulis Ineu Maelani “Peran Koperasi dalam Ekonomi Kerakyatan”.
Jurnal tesis, jurnal.untan.ac.id 2012. Penulis Ayub Barombo., Asrori., dan Donatianus, “Pemberdayaan Masyarakat melaui Koperasi Credit Union” studi kasus CU KB Pontianak
Repository.usu.ac.id. 2009, Penulis Hanna. M. Aritonang. “Analisis Keberadaan Credit Union Sebagai Lembaga Pembiayaan
www.puskopditbkcukalimantan.org