BAB I-is.docx

12
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Atresia esophagus merupakan kelainan yang terjadi pada saluran pencernaan dimana esophagus tidak berkembang dengan baik (Jatin.M, 2013 1 ). Hal ini disebabkan esophagus tidak terbentuk secara baik sebelum lahir. Penyakit ini diderita oleh bayi baru lahir yang memiliki kelainan bawaan lahir. Atresia esophagus merupakan kondisi dimana bagian proksimal dan distal dari esophagus tidak saling berhubungan (Keith.A, 2015 2 ). Hasilnya makanan tidah dapat disalurkan dengan baik kedalam lambung. Hingga saat ini, teratogen penyebab pada atresia esophagus masih belum diketahui 14 . Menurut Gross terdapat beberapa tipe atresia esophagus, ia membaginya dalam 6 tipe yaitu, tipe A atau yang sering disebut sebagai pure atresia esofagus, tipe B dimana terdapat fistula pada bagian proksimal, tipe C fistula terdapat di 1

Transcript of BAB I-is.docx

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Atresia esophagus merupakan kelainan yang terjadi pada saluran

pencernaan dimana esophagus tidak berkembang dengan baik (Jatin.M, 20131).

Hal ini disebabkan esophagus tidak terbentuk secara baik sebelum lahir. Penyakit

ini diderita oleh bayi baru lahir yang memiliki kelainan bawaan lahir. Atresia

esophagus merupakan kondisi dimana bagian proksimal dan distal dari esophagus

tidak saling berhubungan (Keith.A, 20152). Hasilnya makanan tidah dapat

disalurkan dengan baik kedalam lambung.

Hingga saat ini, teratogen penyebab pada atresia esophagus masih belum

diketahui14. Menurut Gross terdapat beberapa tipe atresia esophagus, ia

membaginya dalam 6 tipe yaitu, tipe A atau yang sering disebut sebagai pure

atresia esofagus, tipe B dimana terdapat fistula pada bagian proksimal, tipe C

fistula terdapat di bagian distal, tipe D terdapat fistula pada bagian proksimal

maupun distal, tipe F atau stenosis esophagus congenital. Sedangkan tipe E

merupakan tracheoesophageal fistula tanpa atresia atau sering disebut sebagai

fistula tipe H, dan (Amulya.K, 201613).

Bayi penderita atresia esophagus, ketika diberikan asupan makanan tidak

dapat menelan dan tanpak tidak dapat mengatasi sekresinya. Gejala yang tampak

secara kasat mata dengan pengeluaran air liur yang persisten dan aspirasi atau

regurgitasi dari makanan setelah di berikan asupan makanan. Pasien yang

1

memiliki atresia esophagus dengan tracheoesophageal fistula pada bagian distal

beresiko komplikasi tambahan yang terkait dengan hubungan tracheoesophageal.

Ketika bayi dengan anomaly ini mengalami tekanan, pada saat batuk atau

menangis, udara akan masuk ke dalam lambung melalui fistula, sehingga lambung

dan usus halus berdilatasi, diafragma akan naik dan membuat penderita menjadi

semakin sulit bernafas (Robert. K, 201515)

Tidak seperti kelainan kongenital lainya, atresia esophagus sulit di deteksi

saat prenatal. Kecurigaan adanya atresia esophagus hanya bila USG menemukan

polihidramion, gambaran anekhoik di bagian tengah leher fetus, dan gambaran

gelembung-gelembung fetus kecil atau tidak ada. Ketepatan diagnosis USG

prenatal hanya berkisar antara 20-40% (Ruankha B., 201517). Diagnosis postnatal

dapat dilakukan dengan 6-8 French nasogastric tube atau dapat juga dilakukan

“babygram” yaitu radiografi dada dan perut (Fredrick A, 16).

Insiden dari atresia esophagus adalah 1 dari 3000-4500 kelahiran.

Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia, dimana terdapat 1 kasus dari 2500

kelahiran. (Amulya K., 2016). Data dari California Birth Defects Monitoring

Database pada tahun 1983-1988 prevalensinya mencapai 2,82 tiap 10.000

kelahiran hidup. Sedangkan di Eropa prevalensinya mencapai 2,86 tiap 10.000

kelahiran hidup, dan cenderung menurun tiap tahunya. Anomaly ini lebih sering

ditemukan pada bayi laki-laki dan pada populasi kulit putih. (Ruankha B., 201519).

Terapi operasi pada atresia esophagus dianggap mendesak tetapi tidak

darurat kecuali pada bayi premature dengan gangguan pernafasan. Perawatan

anestesi difokuskan untuk meminimalisasi ventilasi melalui fistula, biasanya

2

berakhir dengan penempatan tuba endotrakeal di distal ke fistula, untuk

mencegak terjadinya distensi pada lambung. Namun jika fistula terletak pada

tingkat carina (sternum), maka penempatan tuba endotrakeal pada bagian distal

tidak memungkinkan.

Posisi yang dipilih adalah semi-prone, dengan posisi bagian kanan

berelevasi 45o dan tangan kanan diletakkan di atas kepala. Obat bius

dipertahankan selama prosedur operasi dengan agen anestesi yang stabil. Pasien

diberikan ventilasi dengan MV tekanan positif dan dihidrasi dengan larutan

kristaloid.

Koreksi primer pada atresia esophagus dan tracheoesophageal fistula

merupakan pilihan terapi terbaik jika tidak ada kelainan yang berat. Pada

thoracotomy standar merupakan posisi sebelah kanan pada posterolateral dan

ekstrapleural berada pada bagian ujung bawah scapula, yang memungkinkan

perbaikan varian anatomic lainya. Jika pada preoperative dengan

echocardiography terdapat arcus aorta sebelah kanan, maka thoracotomy sebelah

kiri harus di lakukan pula pada dada masuk melalui intercosta ke 4. (Paulo F. ,

201221)

Studi kelayakan pada thoracoscopic repair untuk atresia esophagus telah

10 tahun di publikasikan kepada publik. Dan sejak itu pula pendekatan

thoracoscopic menjadi makin dikenal luas. Dari hasil survey di British (Inggris)

terdapat 46% ahli bedah anak mulai beralih minat dan berniat menggunakan

pendekatan thoracoscopic untuk penanganan atresia esophagus. (David C.,

201222).

3

Anak merupakan sesuatu yang penting bagi keluarga. Tujuan dari

perkawinan yang dibentuk oleh sepasang laki-laki dan perempuan adalah untuk

melanjutkan keturunan. Keturunan merupakan penyambung tali kasih antara

pasangan, pelengkap kebahagiaan berkeluarga menuju sakinah mawardah

warahmah. Sehingga bila tanpa adanya keturunan rumah tangga akan terasa ada

sesuatu yang kurang lengkap. Oleh karenanya, banyak orang yang telah lama

berumah tangga, namun belum dikaruniai keturunan akan berusaha kesas

mendapatkan anak dengan cara apapun, baik secara medis mau-pun non medis

bahkan ada yang melakukan adopsi anak (Anisa I, 2011).

Al Quran sebagai pedoman yang menunjukkan jalan umat muslim

umumnya dan tentu saja didalamnya ada pula yang mengatur tentang keluarga

dalam melanjutkan keturunan. Bagi yang telah mempunyai keturunan. Atau

mereka yang sedang menanti hadirnya keturunan. Atau yang sedang khusyu’

dalam munajat agar diberikan amanah indah itu. Atau yang sedang belajar untuk

menapaki tangga menuju bahtera rumah tangga. Inilah Al Quran yang harus selalu

menjadi tempat bertanya. Al Quran menyampaikan bagi setiap keluarga muslim

bahwa anak mempunyai 5 potensi bagi kehidupan orangtuanya. Potensi baik

ataupun potensi buruk yaitu, anak sebagai hiasan hidup, anak sebagai cobaan

hidup, anak yang lemah, anak sebagai musuh, dan anak yang baik serta

menyejukkan pandangan mata (Budi, A, 201224).

Syariat islam diturunkan oleh Allah untuk mewujudkan kesejahteraan

manusia secara keseluruhan. Maqasid syariah berarti tujuan Allah dan Rasul-Nya

dalam merumuskan hukum-hukum Islam. Kemaslahatan yang akan diwujudkan

4

itu menurut al-Syatibi terbagi kepada tiga tingkatan, yaitu kebutuhan dharuriyat,

kebutuhan hajiyat, dan kebutuhan tahsiniyat.

Menurut al-Syatibi ada lima hal yang termasuk dalam kategori ini, yaitu

memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara kehormatan

dan keturunan, serta memelihara harta. Untuk memelihara lima pokok inilah

Syariat Islam diturunkan. Setiap ayat hukum bila diteliti akan ditemukan alasan

pembentukannya yang tidak lain adalah untuk memelihara lima pokok diatas

(Galuh N, 201426)

Dalam islam, berobat termasuk tindakan yang dianjurkan. Dalam berbagai

riwayat menunjukkan bahwa Nabi pernah berobat untuk dirinya sendiri, serta

pernah menyuruh keluarga dan sahabatnya agar berobat ketika sakit. Di antara

teknik pengobatan yang dilakukan Nabi adalah menggunakan cara-cara tertentu

sesuai dengan perkembangan zaman itu (Jurnalis U., 200227)

Di dalam al Quran surah Al-Maidah ayat 32 menjelaskan mengenai

perumpamaan seseorang yang berusaha menolong orang lain berarti sama saja

dengan menyelamatkan kehidupan semua manusia.

I.2. Permasalahan

1. Bagaimana atresia esofagus dalam dunia kedokteran dan Islam?

2. Bagaimana macam-macam dari atresia esofagus?

3. bagaimana gejala yang dapat terlihat pada atresia esophagus?

4. Bagaimana efektivitas thoracoscopic repair dalam penanganan atresia

esophagus?

5

5. Bagaimana pandangan Islam terhadap thoracoscopic repair untuk

penanganan atresia esofagus?

I.3. Tujuan Penulisan

I.3.1. Tujuan Umum

Mampu memahami dan menjelaskan penanganan atresia esophagus

dengan teknik thoracoscopic repair ditinjau dari sudut kedokteran dan

Islam.

I.3.2. Tujuan Khusus

1. Mampu memahami dan menjelaskan atresia esofagus dari sudut

kedokteran dan Islam.

2. Mampu memahami dan menjelaskan macam-macam atresia

esophagus.

3. Mampu memahami dan menjelaskan gejala yang timbul pada atresia

esophagus.

4. Mampu memahami dan menjelaskan efektivitas thoracoscopic repair

untuk penanganan atresia esofagus.

5. Mampu memahami dan menjelaskan teknik thoracoscopic dalam

penanganan atresia esophagus ditinjau dalam Islam.

I.4. Manfaat Penulisan

1. Bagi Umum

6

Diharapkan skripsi ini dapat memberi informasi dan menambah

wawasan bagi masyarakat umum tentang atresia esophagus,

macamnya, serta gejala yang di timbulkan ditinjau dari sudut

kedokteran dan Islam.

2. Bagi Civitas Akademika Universitas YARSI

Diharapkan skripsi ini dapat menjadi bahan rujukan, masukan, serta

memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi seluruh Civitas

Akademika Universitas YARSI tentang penanganan atresia esofagus

dengan teknik thoracoscopic repair ditinjau dari sudut kedokteran dan

Islam.

3. Bagi Penulis

Penulisan skripsi ini dilakukan penulis untuk memenuhi salah satu

persyaratan kelulusan sebagai dokter muslim di Fakultas Kedokteran

Universitas YARSI. Diharapkan skripsi ini dapat menambah wawasan

dan pengetahuan bagi penulis tentang atresia esophagus, macamnya

serta gejala yang ditimbulkan, juga mengenai penangananannya

menggunakan teknik thoracoscopic repair ditinjau dari sudut

kedokteran dan Islam.

7

8