BAB I-III

57
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia pendidikan memegang peranan yang sangat penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak perhatian khusus yang diarahkan pada perkembangan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan pembaharuan system pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk membantu siswa dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta krakristik ke arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pada saat sekarang ini di berbagai jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga ke jenjang sekolah menengah atas, masih banyak guru 1

description

Skripsi Penerapan Metode Demostrasi

Transcript of BAB I-III

Page 1: BAB I-III

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia pendidikan memegang peranan yang

sangat penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia (SDM). Sejalan dengan perkembangan dunia

pendidikan yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih

dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak

perhatian khusus yang diarahkan pada perkembangan pendidikan guna

meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Salah satu cara yang dilakukan

adalah dengan pembaharuan system pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk

membantu siswa dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua

potensi, kecakapan, serta krakristik ke arah yang positif baik bagi dirinya

maupun lingkungannya.

Pada saat sekarang ini di berbagai jenjang pendidikan mulai dari taman

kanak-kanak hingga ke jenjang sekolah menengah atas, masih banyak guru

belum memahami metode-metode mengajar yang baik sehingga menimbulkan

perasaan kurang bersemangat pada siswa. Gambaran semacam ini masih

terlihat di SDN 4 Pringgajurang. Guru lebih cendrung mengadopsi metode

lama seperti metode ceramah dan hanya terpaku pada materi yang ada pada

buku bacaan saja. Tidak ada inovasi yang dimiliki oleh seorang guru untuk

menciptakan suasana belajar yang efektif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan

bagi siswa. Sehingga tidak heran apabila kondisi siswa yang mengikuti

pelajaran di kelas tidak memiliki motivasi yang tinggi dan mereka cendrung

1

Page 2: BAB I-III

mengalami kejenuhan saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa merasa

terpaksa untuk mengikuti pelajaran, siswa terpaksa untuk belajar karena takut

dimarahi oleh guru. Hal semacam ini sangat berdampak pada hasil belajar

siswa yang cendrung rendah dan tidak sesuai dengan yang diaharpkan.

Sehingga tidak heran apabila kita mendengar ada anak yang tidak naik kelas

dan tidak lulus UN. Ini semua disesbabkan oleh kurangnya inovasi guru dalam

menggunakan metode pembelajaran yang tepat.

Sementara itu, Untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah orang

yang paling berperan penting adalah guru. Peran guru yang hebat tentunya

harus ditunjang dengan peningkatan mutu diri secara kontinu. Guru dituntut

untuk berperan aktif sebagai fasilitaor yang memudahkan siswa dalam

pembelajaran, sebagai narasumber yang mampu mengundang pemikiran dan

daya kreasi siswa. Banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak terkait

untuk memperbaiki paradigm pembelajaran di sekolah, terutama pemerintah.

Pemerintah dengan berbagai cara melakukan perbaikan-perbaikan di sector

pendidikan dengan meningkatkan mutu pendidikan melalui pelatihan guru

ataupun sertifikasi. Melalui pelatihan peningkatan mutu guru ini, diharapkan

guru mmampu memnjadi agen perubahan dalam menjalankan transfer of

knowlegade pada siswa.

Untuk itu, pemerintah berusaha menerjemahkan cara mendidik yang

benar dengan mengeluarkan materi dan metode pokok penunjang

profesionalisme guru, seperti metode PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan). PAKEM merupakan metode belajar yang

modern yang harus dikuasai oleh guru agar peroses pembelajaran semakin

2

Page 3: BAB I-III

maksimal dan berenergi. Dasar metode pembelajaran ini banyak terdapat pada

metode modern terutama quantum learning. Bisa dikatakan, sesungguhnya

PAKEM adalah quantum learning yang sudah diindonesiakan.

Mendidik dengan menggunakan metode PAKEM diharapkan mampu

mengubah wajah pendidikan di tanah air yang hanya terkesan monolog, guru

berbicara dan siswa mendenngarkan, seakan-akan proses pembelajaran yang

tidak menyenangkan bahkan membuat siswa terhambat secara intlektual.

Penerapan metode PAKEM diharapkan pembelajaran menjadi aktif

membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan

maupun pengalaman oleh siswa sendiri. Selanjutnya, diharapkan menjadi

inovatif dalam memunculkan ide-ide baru yang lebih baik dan menjadi

alternative dalam mengembangkan potensi siswa karena pada dasarnya setiap

individu memiliki imajinasi dan rasa ingin tahu yang tidak pernah terhenti.

Selain itu, dengan peneraapan metode ini diharapkan mampu membantu siswa

untuk menjadi orang yang berprestasi.

Berdasrkan uraian di atas metode PAKEM sangat tepat digunakan oleh

kalangan guru khususnya di sekolah dasar (SD). Anak yang berada di SD

adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini

merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa

yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini

seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang

secara optimal. Orang yang paling banyak berperan dalam mendidik dan

membimbing untuk menumbuhkan potensi yang dimiliki siswa di sekolah

adalah guru. Oleh sebab itu, penelitian ini dipokuskan pada “Peran Guru

3

Page 4: BAB I-III

dalam Proses Pembelajaran PAKEM dalam Peningkatan Prestasi Belajar IPA

Siswa Kelas III SDN 4 Pringga Jurang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi maslah yang dapat

dikemukakan terkait dengan peran guru dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa di SDN 4 Pringgajurang, adalah sebagai berikut:

1. Prestasi belajar IPA siswa kelas III SDN 4 Pringgajurang masih rendah.

2. Guru dalam menunjang proses belajar mengajar masih belum maksimal.

3. Guru menggunakan metode lama dalam mengajar di depan kelas sehingga

suasana belajar yang dialami siswa sangat membosankan.

4. Guru cendrung menggunakan kekerasan dalam mengajar sehingga merasa

tertekan dan terpaksa untuk mengikuti kegiati kegiatan pembelajaran di

kelas.

5. Guru masih terpaku terhadap buku paket, tidak ada inovasi dalam

mengembangkan pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang muncul dalam

penelitian ini cukup banyak sehingga perlu dibatasi karena kurangnya biaya

yang digunakan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, permasalahan yang

akan diangkat dalam penelitian ini adalah peran guru dalam menggunakan

metode PAKEM untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III

SDN 4 Pringgajurang.

D. Rumusan Masalah

4

Page 5: BAB I-III

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah yang dapat

diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah penerapan metode

PAKEM untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III SDN 4

Pringgajurang tahun ajaran 2012/2013?

E. Tujuan Penelitian

Dari permaslahan yang sudah dipaparkan sebelumnya, adapun tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Peran guru dalam pemanfaatan metode PAKEM untuk meningkatkan

prestasi belajar IPA siswa kelas III SDN 4 Pringga Jurang tahun pelajaran

2012/2013.

2. Penerapan Metode PAKEM dalam meningkatkan prestasi belajar IPA

siswa kelas III SDN 4 Pringga Jurang tahun pelajaran 2012/2013.

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

mengembangkan berbagai teori pembelajaran yang inovatif untuk menunjang

kemajuan dunia pendidikan. Adapun manfaat praktis yang diharapkan melalui

penelitian ini, antara lain:

1. Bagi Siswa

Dengan peran guru dalam proses pembelajaran PAKEM siswa

dapat mengembangkan kreatifitas, prestasi, inovasi dan kemandirian

dalam belajar tanpa merasa tertekan.

2. Bagi Guru

Penerapan metode PAKEM ini dapat membantu para guru atau

peneliti dalam dalam proses pembelajaran agar tercipta suasana yang

5

Page 6: BAB I-III

menyenangkan bagi siswa serta menciptakan iklim belajar yang mampu

membentuk pribadi siswa menjadi orang yang berprestasi.

3. Bagi Sekolah

Bagi sekolah, penerapan PAKEM diharapkan dapat menjadi acuan

untuk membina dan membimbing para guru yang lain agar lebih inovatif

dalam mendisain proses pembelajaran agar tercipta suasana belajar yang

menyenangkan bagi siswa.

6

Page 7: BAB I-III

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Pengertian Belajar

Menurut Gage (dalam Syaiful, 2011:13) belajar adalah suatu

proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari

pengalaman. Sedangkan menurut Henry E Garret berpendapat yang

dimaksud dengan belajar adalah proses yang berlangsung dalam jangka

waktu lama dan melalui latihan maupun pengalaman yang membawa

pada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu

perangsang tertentu.

Sedangkan, belajar menurut Slameto adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkahlaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, Salemto (1995:2).

Menurut Uzer belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan

oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau proses kematangan.

Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan

dalam kebiasaan, kecakapan atau dalam ketigaaspek yakni pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik), Uzer (1993:5).

Sementara itu, Menurut Morris L. Bigge (1992 : 1) “Learning is

an enduring change in aliving individual that is not haralded by a

genetic in heritance” (belajar adalah perubahan yang menetap dalam

kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis) (Max

7

Page 8: BAB I-III

Darsono, 2000: 3). Menurut James O. Whittaker (1970 : 215) “Learning

may be defined as the process by which behavior originates or is alfered

through training or experience” (Belajar dapat didefinisikan sebagai

proses yang menimbulkan atau mengubah perilaku melalui latihan atau

pengalaman) (Max darsono, 2000: 4). Menurut W.S Winkel (1987 : 36)

belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam

pengetahuan pemahaman keterampilan dan nilai sikap. Aoron Quinn

Sartain (1958 : 229). Learning may be defines as a result of experience”

(belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku sebagai

hasil pengalaman).

Dari definisi tersebut belajar adalah suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil

dari berbagai bentuk seperti : perubahan pengetahuan, pemahaman sikap,

tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek

aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Proses terjadinya belajar

sangat sulit diamati. Karena itu orang cenderung memprevikasikan

tingkah laku manusia untuk disusun menjadi pola tingkah laku yang

akhirnya tersusunlah suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar

yang bermanfaat sebagai bekal untuk memahami, mendorong, dan

memberi arah kegiatan belajar.

a. Ciri-Ciri Belajar

Karakteristik perilaku belajar dapat dilihat dari sudut psikologi

pendidikan disebut juga prinsip-prinsip belajar. Setiap perilaku belajar itu

8

Page 9: BAB I-III

ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain seperti yang

dikemukakan dibawah ini:

a. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek keperibadian

yang berfungsi terus menerus yang berpengaruh pada proses belajar

selanjutnya.

b. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.

c. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin

dicapai melalui proses belajar.

d. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan

keseluruhan tinkah laku secara integral.

e. Belajar adalah proses intraksi.

f. Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada

kompleks. (Sagala, 20011:53).

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah komunikasi dua arah, mengajar dilakukan

oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh

peserta didik atau murid, Sagala (2011:61). Sedangkan menurut Corey

(1986:195) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta

dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau

menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Sedangkan pembelajaran

menurut Dimayati (dalam Sagala, 2011:62) pembelajaran adalah kegiatan

guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa

belajar secara aktif yang menekankan pada penyetiaan sumber belajar.

9

Page 10: BAB I-III

Selanjutnya, pembelajara menurut Isjoni (2010:14) adalah suatu yang

dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada

dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik

melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Menurut Gagne, Briggs, dan

wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran

adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan

terjadinya proses belajar pada siswa Tujuan dari pembelajaran adalah

terwujudnya efesiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan

peserta didik.

b. Komponen-Komponen dalam Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran yang merupakan rangkaian kegiatan belajar

dan mengajar memiliki berapa komponen,yaitu:

1) Siswa

Siswa adalah seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima,

dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2) Guru

Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola,

katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar yang efektif.

3) Tujuan

Tujuan adalah pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif,

psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran.

10

Page 11: BAB I-III

4) Isi Pelajaran

Isi pengajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip, dan

konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5) Metode

Metode adalah cara yang teratur untuk memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk

mencapai tujuan.

6) Media

Media adalah bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan

yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.

7) Evaluasi

Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai

suatu proses dan hasilnya.

c. Karaktristik Pembelajaran

Menurut Prof. Dr. Syaiful Sagala, (2011) karaktristik pembelajaran

dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara

maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mencatat, mendengarkan,

akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir.

2) Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab

terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan

kemampuan berfikir siswa yang pada giliranya kemampuan berfikir itu

dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka

konstruksi sendiri.

11

Page 12: BAB I-III

Menurut Oemar Hamlik dalam http://gurulia.wordpress.com, Ada

tiga ciri khas atau karaktristik dalam sistem pembelajaran, yaitu sebagai

berikut :

a. Rencana ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang

merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus.

b. Kesalingtergantungan (interdepence), antara unsur “ sistem pembelajaran

yang serasi dalam suatu keseluruhan”. Tiap unsur bersifat esensial, dan

masing masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.

c. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak

dicapai. Seperti sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem

pemerintahan, semuanya memiliki tujuan.

3. Tinjuan tentang Prestasi

a. Pengertian Prestasi

Kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu “ Presesatie ”

yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”Prestasi” yang

berarti hasil usaha. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

dikerjakan, optimis dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya,

(Zuhairini, 1983:86). Mas’ud Ha san Abdul Qohar be rpendapat Prestasi

adalah apa yang telah diciptakan, hasil yang menyenangkan hati yang

diperoleh dengan jalan keuletan kerja diciptakan baik secara individu

maupun kelompok.

Menurut Slameto (1991), prestasi merupakan nilai angka yang

menunjukan kualitas keberhasilan. Semua siswa berhasil mencapai dengan

terlebih dahulu mengikuti evaluasi yang diselenggarakan guru atau

sekolah. Untuk mencapai prestasi maka diperlukan sifat dan tingkahlaku

12

Page 13: BAB I-III

seperti: keaktifan individu, keaktifan secara kelompok, nilai ulangan

harian dan uji praktek, ketepatan waktu mengerjakan tugas, memilki

indikator materi pembelajaran, siswa memperhatikan ketika guru

menjelaskan dan siswa tanggap terhadap instruksi guru. Sifat dan ciri-

ciri yang dituntut dalam kegiatan belajar itu hanya terdapat pada individu

yang mempunyai motivasi yang tinggi, sedangkan yang mempunyai

motivasi yang rendah tidak ada sehingga akan menghambat kegiatan

belajarnya. Pada dasarnya prestasi belajar adalah akibat dari belajar,

terutama belajar yang mempunyai motivasi tinggi. Semakin tinggi motivasi

belajar siswa kemungkinan semakin besar peluang untuk mencapai

prestasi yang baik atau tinggi. Dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah

hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang

menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik

secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan

tertentu.

Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar maka dapat diambil

pengertian prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah

dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu

tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan

pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian

diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

13

Page 14: BAB I-III

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

1) Faktor dari Dalam Diri Siswa (Intern)

Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu

dibahas menurut Slameto (1991:54) yaitu faktor jasmani, faktor

psikologi dan faktor kelelahan.

a) Faktor Jasmani

Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu

faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Faktor kesehatan sangat

berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang

terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing,

ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada

gangguan kelainan alat inderanya. Sedangkan, cacat tubuh adalah

sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya

mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis,

patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain (Slameto, 2003 : 55).

b) Faktor psikologis

Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi

kematangan, kesiapan.

b. Intelegensi

Slameto (2003: 56) mengemukakan bahwa intelegensi

atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk

menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan

cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang

14

Page 15: BAB I-III

abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya

dengan cepat.

c. Perhatian

Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2003 : 56) bahwa

perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itu pun

bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau

sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka

siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang

dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,

maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu

sesuai dengan hobi dan bakatnya.

d. Bakat

Menurut Hilgard dalam Slameto (2003 : 57) bahwa bakat

adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah

kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi

pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih.

Kemudian menurut Muhibbin (2003:136) bahwa bakat adalah

kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

e. Minat

Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996 : 214)

bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih

15

Page 16: BAB I-III

secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap

aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat

memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan

demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat

mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar siswa

yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat

terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-

sungguh karena ada daya tarik baginya.

f.  Motivasi

Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa motivasi erat sekali

hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di

dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi

untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi

penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya

penggerak atau pendorongnya.

g. Kematangan

Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa kematangan adalah

sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana

alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.

Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu

organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam

diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan

fungsinya masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya

dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil

16

Page 17: BAB I-III

jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses

belajar mengajar.

h. Kesiapan

Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh

Slameto (2003 : 59) adalah preparedes to respon or react, artinya

kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Jadi, dari

pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam

proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar

siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak

positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam

menerima suatu mata pelajaran dengan baik.

c) Faktor kelelahan

Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sebagaimana

dikemukakan oleh Slameto (1995:59) sebagai berikut:“Kelelahan

jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul

kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi

karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah

kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat

terus menerus karena memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat,

mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan

perhatian”.

17

Page 18: BAB I-III

Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat

mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik

haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam

belajarnya seperti lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu diusahakan

kondisi yang bebas dari kelelahan rohani seperti memikirkan masalah

yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa tidak

sesuai dengan minat dan perhatian. Ini semua besar sekali

pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Agar siswa

selaku pelajar dengan baik harus tidak terjadi kelelahan fisik dan

psikis.

d.Faktor yang Berasal dari Luar (Faktor  Ekstern)

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah

dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan

faktor masyarakat (Slameto, 1995 : 60).

1. Faktor Keluarga

Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat

mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi

antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan

ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.

2. Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap

prestasi belajar anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo dalam Slameto

(2003 : 60) mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan

yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk

18

Page 19: BAB I-III

mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu

pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara.

3. Relasi antar Anggota Keluarga

Menurut Slameto (2003 : 60) bahwa yang penting dalam keluarga

adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan

saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar

anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian,

sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.

4. Keadaan Keluarga

Menurut Hamalik (2002 : 160) mengemukakan bahwa keadaan

keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi

oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan

individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi,

hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan

realitas kehidupan. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa keadaan

keluarga dapa mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga faktor inilah

yang memberikan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan

prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses belajar yang

dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang tua yang tidak

berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya.

5. Keadaan Ekonomi Keluarga

Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa keadaan ekonomi keluarga

erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain

terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian,

19

Page 20: BAB I-III

perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar

seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan

sebagainya.

6. Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar (Roestiyah, 1989:  156). Oleh

karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar

mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.

4.PAKEM

a. Pengertian PAKEM

PAKEM dikembangkan dari istilah AJEL (Active Joyfull and

Efective Learning). Untuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1999

dikenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan

Menyenangkan). PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,

Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam

proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa

sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan

gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si

pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang

hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga,

jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat

belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan

20

Page 21: BAB I-III

generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk

kepentingan dirinya dan orang lain.

Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan

belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan

siswa. menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang

menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh

pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil

penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar.

Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses

pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus

dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab

pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif,

maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara

garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:

1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan

pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar

melalui berbuat.

2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan

semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber

belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan,

dan cocok bagi siswa.

3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan

belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’

21

Page 22: BAB I-III

4) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,

termasuk cara belajar kelompok.

5) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam

pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan

melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Sedangkan, PAKEM menurut pendapat Suparlan dan

Budimansyah (2008:70) adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,

Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam

proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian

rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan

mengemukakan gagasan.

b. Ciri-Ciri PAKEM

Ciri-ciri PAKEM secara singkat digambarkan dalam buku

pelatihan awal program MBS kerja sama Pemerintah Indonesia dengan

UNESCO dan UNICEF (2003: 3-4) adalah sebagai berikut:

1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan

pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar

melalui berbuat (learning to do).

2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam

membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai

sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,

menyenangkan dan cocok bagi siswa.

3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan ajar yang

lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”.

22

Page 23: BAB I-III

4) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,

termasuk belajar kelompok.

5) Guru mendorong siswa untuk menemukan cara sendiri dalam

pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan

melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya, (world

Press.com).

c. Peran Guru dalam PAKEM

Agar pelaksanaan PAKEM berjalan sebagaimana diharapkan,

John B. Biggs and Ross Telfer, (dalam Syaiful:2012:70) menyebutkan

paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus

dipahami dan dilakukan oleh seorang guru yang baik dalam proses

pembelajaran terhadap siswa:

1) Memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk

berkembang sesuai dengan kecenderungan bakat dan minat mereka.

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan

rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika

mereka membutuhkan.

3) Menghargai potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan

entuisme terhadap ide serta gagasan mereka.

4) Mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang

yang diminati dan penghargaan atas prestasi mereka.

5) Mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang untuk memberikan

semangat pada pekerjaan lain berikutnya.

6) Menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk

23

Page 24: BAB I-III

membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata.

6) Memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta

modalitas gaya belajar individu siswa.

7) Mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh

dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri.

8) Menyatakan kapada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra

mereka dan perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.

9) Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan

dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar siswa,

10) Mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif,

inkuiri dan diskaveri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna

(meaningful learning) pada siswa.

11) Memberikan tes/ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balik

dan semangat/gairah pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih

dalam. Sumber: Artikel Fuady.

5. Tinjauan Tentang Belajar IPA

Mata pelajaran IPA merupakan salah satu bidang studi yang

memegang peranan penting dalam ikut membentuk pengetahuan dan

pemahaman siswa dalam mempelajari seluk beluk alam semesta. Selain itu,

dalam tataran formal akademik mata pelajaran IPA termasuk salah satu mata

pelajaran yang diujikan secara nasional oleh pemerintah melalui UASBN.

Oleh karena menjadi suatu hal yang penting bagi siswa untuk dapat

menguasai pokok bahasan yang terdapat pada mata pelajaran IPA.

24

Page 25: BAB I-III

Pembelajaran IPA pada Sekolah Dasar (SD) sangat penting dalam

menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan siswa tentang konsep

pengatahuan alam di sekitarnya. Pada tingkat sekolah dasar siswa diharapkan

mampu untuk mengembangkan dirinya dan meningkatkan pengetahuan dalam

mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.Proses

pembelajaran IPA SD dibentuk sedemikian rupa dan pelaksanaannya

dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Dalam proses pembelajaran IPA, siwa akan mendapatkan

pengetahuannya baik itu dari dalam dirinya maupun lingkungan yang ada di

sekitarnya. Jadi, siswa akan mendapatkan pengetahuannya dengan

menemukan dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. Pembelajaran IPA

sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari siswa. Siswa dapat

mengaplikasikan langsung akan pengetahuan yang mereka miliki dari sekolah

dengan kehidupan atau lingkungan yang berada di sekitarnya. Jadi,

pembelajaran IPA sangat bermakna dan nyata alam kehidupan sehari-hari.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai peran guru dalam meningkatkan prestasi siswa

masih belum banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Namun, terdapat

penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Setidaknya relevan

dalam hal pemakaian metode, media maupun desain penelitian. Penelitian

yang relevan dengan metode penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Anjani (2010) dengan judul “Penerapan PAKEM untuk meningkatkan

prestasi siswa kelas IV SDN 7 Jenggik Tahun Pelajaran 2010/2011”. Dalam

penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi siswa

25

Page 26: BAB I-III

dalam pembelajaran. Peningkatan rata-rata kelas yaitu pada siklus I sebesar

67,48% dan pada siklus II menjadi 86,48%, sedangkan nilai rata-rata yang

diraih oleh siswa adalah 73,81 dan mengalami ketuntasan belajar hingga

94,59%.

Selanjutnya penelitian yang relevan terkait dengan penggunaan metode

PAKEM pernal dilakukan oleh Indrayani (2008) dengan judul “Penerapan

metode PAKEm untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Siswa

kelas V SDN 2 Keruak Tahun Pelajar 2008/2009.” Pada penelitian ini

menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan motivasi dan prestasi siswa dalam

belajar IPA siswa kelas V SDN 2 Keruak pada pelajaran 2008/2009.

berdasarkan penelitian yang relevan di atas, maka penelitian tentang

peranan guru dalam proses pembelajaran PAKEM dalam peningkatan prestasi

belajar siswa kelas III SDN 4 Pringgajurang belum pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya. Oleh sebab itu, peneliti akan berusaha semaksimal

mungkin untuk meneliti peran guru dalam penerapan metode PAKEM untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDN 4 Pringgajurang.

C. Kerangka Berpikir

Salah satu yang akan dicapai dalam proses belajar mengajar adalah

meningkatkan prestasi belajar siswa serta meningkatkan aktivitas pembelajaran

yang dilakukan siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya metode pembelajaran yang diterapkan guru

dalam setiap pembelajaran, media yang digunakan dalam belajar dan suasana

belajar.

Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode PAKEM

26

Page 27: BAB I-III

membuat anak akan lebih aktif, kreatif, inovatif, kreatif dan menyenangkan

sehingga dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar di kalangan siswa.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Jika peran guru dalam

menerapkan metode PAKEM dilakukan secara optimal maka dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDN 4 Pringgajurang.”

27

Page 28: BAB I-III

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah proses keseluruhan yang dipaparkan dalam

perencanaan dan pelaksanaaan penelitin. Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas

adalah kegiatan mencermati sekelompok siswa yang sedang melakukan proses

belajar dengan suatu cara tertentu dengan tujuan meningkatkan hasil belajar

siswa menjadi lebih memuaskan.

B. Setting Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SDN 4 Pringgajurang.

Alasan peneliti mengambil SDN 4 Pringgajurang sebagai tempat penelitian

adalah disamping jarak tempat tinggal peneliti cukup dekat, peneliti juga

termasuk setaf pengajar di SDN 4 Pringgajurang. Adapun waktu penelitian

ini akan dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan Oktober sampai

Desember 2012.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi), yang sifat-keadaannya (Attribut-nya) akan diteliti. Dengan kata

lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau

terkandung objek penelitian. Dalam bukunya Suharsimi Arikunto

(Manajemen Penelitian), Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk

diteliti oleh peneliti. Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita

28

Page 29: BAB I-III

berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau

sasaran peneliti, (subliyanto.blogspot.com).

Berdasarkan pengertian subjek penelitian di atas, maka dalam penelitian

ini yang termasuk dari subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III

SDN 4 Peringga Jurang yang berjumlah 22 orang.

C. Desain Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan model tindakan kelas.

Penelitian tindakan kelas adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan keterampilan dalam

mendeteksi dan pemecahkan masalah. Peneliti memilih rancangan penelitian

tindakan kelas karena keterampilan belajar IPA Siswa kelas III SDN 04

Pringgajurang masih rendah. Dengan rancangan ini peneliti berharap agar

prestasi belajar IPA siswa kelas III SDN 04 Pringgajurang semakin meningkat.

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas empat

langkah yaitu:

1) Perencanaan adalah rencana tindakan yang akan dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan menulis cerpen.

2) Tindakan adalah pembelajaran macam apa yang dilakukan peneliti sebagai

upaya peningkatan keterampilan menulis cerpen.

3) Observasi atau pengamatan adalah pengamatan terhadap kinerja siswa

selama proses pembelajaran dan pengamatan terhadap hasil kerja siswa.

4) Refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil

pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar

mengajar selanjutnya

29

Page 30: BAB I-III

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam dua siklus ini dapat

digambarkan dengan mengikuti alur sebagai berikut:

D. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini menggunakan tindakan kelas. Secara

singkat penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai sutau bentuk

kajian yang bersifat refleksi oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan dalam melaksanakan tugas,

memperdalam tahap tindakan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi

dimana praktik-praktik pembelajaran dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-

tujuan tersebut penelitian tindakan kelas dilaksanakan berupa proses

pengkajian berdaur. Penelitian ini menggunakan dua siklus seperti yang

tergambar berikut:

1. Pelaksanaan Siklus I

Adapun langkah-langkah pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan didasarkan pada hasil observasi dan tes

awal, pada tahap ini peneliti mempersiapkan rencana yang akan dilakukan

seperti menyusun perangkat pembelajaran yang berupa RPP, LKS, lembar

pengamatan, dan penentuan materi pelajaran.

b) Pelaksanaan Tindakan

Tindakan adalah realisasi dari rencana pembelajaran. Tindakan

30

Siswa kurang trampil dalam

menulis cerpen

MASALAH HASIL

1.PERENCANAAN 1..PERENCANAAN

2.Tindakan

2.Tindakan

3. Pengamatan3. Pengamatan

Siklus I Siklus II4.Refleksi

4.Refleksi

Siswa trampil dalam

menulis cerpen

Page 31: BAB I-III

dilaksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah dibuat pada

tahap perencanaan. Tahap ini terwujud dalam bentuk proses belajar

mengajar dan dilaksanakan guru dan sisa di dalam kelas. Secara garis

besar tindakan yang dilakukan adalah kegiatan belajar-mengajar di kelas

III SDN 4 Pringgajurang dengan pendekatam PAKEM. Pada tahap ini

dilakukan tiga proses pembelajaran, yaitu pendahuluan, inti dan penutup

sebagaimana yang tertera dalam RPP.

c) Observasi

Observasi dilaksanakan pada proses pelaksanaan tindakan

dengan mennggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil

observasi digunakan untuk mengetahui peran guru dan kemajuan siswa

dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAKEM.

Pengamatan dilakukan oleh penelitian selama proses pembelajaran

berlangsung.

d) Refleksi

Refleksi dilaksanakan untuk melihat proses pelaksanaan

tindakan atas penerapan pendekatan PAKEM sebagai upaya untuk

meningkatkan prestasi siswa kelas III SDN 4 Pringgajurang. Refleksi

dilakukan untuk menilai keterlaksanaan tindakan pembelajaran, dan

hasilnya merupakan temuan-temuan korektif guru dan peneliti ke siklus

berikutnya.

Pada tahap refleksi, peneliti akan melihat hasil dari tahap

tindakan dan pengamatan siklus I. Jika masih banyak siswa yang bersikap

negatif terhadap proses pemmbelajaran atau guru kurang menggunakan

31

Page 32: BAB I-III

pendekatan PAKEM dengan optimal seperti yang dijelaskan dalam hasil

observasi, hal ini dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk tindakan

pada siklus II.

2. Pelaksanaan Siklus II

Tahapan pelaksanaan tindakan dalam siklus II sama dengan proses

yang dilaksanakan pada siklus I. Pelaksanaan siklus II merupakan tindak

lanjut, koreksi, dan penilaian proses pembelajaran berdasarkan hasil

refleksi siklus I. Proses pelaksanaan siklus II menurut peneliti belum

perlu diuraikan, mengingat belum ada temuan-temuan yang perlu

diinterpretasikan baik guru maupun penelliti, dan akan diungkapkan

setelah penelitian ini telah dilaksanakan secara utuh sesuai rencana

tindakan dan tujuan yang ingin dicapai.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini diperlukan alat pengumpul data

sebagai berikut :

1. Dokumentasi

Digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai

abstrak untuk mengadakan penelitian, yakni daftar nama dan jumlah siswa

dalam penelitian.

2. Angket

Untuk menganalisa informasi berdasarkan keterangan yang relevan

dengan permasalahan yang dihadapi dan yang dapat dijelaskan oleh

responden, dan untuk memperoleh informasi tentang kesulitan-kesulitan

yang dialami siswa dalam mempelajari IPA.

32

Page 33: BAB I-III

3. Metode wawancara

Digunakan untuk mengetahui pendapat guru tentang pembelajaran

PAKEM, dan data yang diperoleh digunakan untuk membahas kelebihan

pembelajaran PAKEM.

4. Metode Tes

Instrumen tes, yaitu tes tentang materi IPA. Tes tersebut dilakukan dua kali

yaitu :

1) Tes pertama, yaitu tes untuk memperoleh nilai awal sebelum menggunakan

model PAKEM.

2) Tes kedua, yaitu tes sesudah menggunakan model PAKEM.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan

untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi

karakteristik variabel penelitian secara objektif. Instrument yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi untuk memperoleh data tentang aktivitas guru

dalam PAKEM dan berisi aktivitas-aktivitas siswa kelas III SDN 4

Pringgajurang selama mengikuti pembelajaran. Adapun format lembar

aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran PAKEM dilampirkan.

2. Lembar Tes

Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

dua kali tes, yaitu tes akhir siklus pertama dan tes akhir siklus kedua

33

Page 34: BAB I-III

berupa soal pilihan ganda sebanyak 25 butir soal yang mencakup seluruh

materi tiap pertemuan pada setiap siklus kegiatan. Soal pilihan ganda yang

digunakan dalam tes ini diharapakan dapat mewakili seluruh materi dan

pertanyaan yang pernah muncul pada tiap kali siswa melakukan kegiatan

mencocokkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban. Soal dalam bentuk

essei tidak digunakan dalam tes karena soal essei akan diberikan dalam

bentuk LKS pada setiap akhir pertemuan.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Aktivitas Guru dalam Penerapan PAKEM

Kegiatan analisis meliputi analisis hasil observasi aktivitas guru.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui tindakan yang telah dilakukan. Data

yang dipeorleh dari hasil observasi selama proses pembelajaran

selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif sehingga dapat diketahui

apakah tujuan penerapan pendekatan PAKEM yang digunakan dalam

proses pembelajaran sudah mencapai sasaran atau bahkan tidak mencapai

sasaran.untuk menghitung prsentase aktivitas guru digunakan rumus

sebagai berikut:

Skor Akhir= x 100%

34

Jumlah Skor

Skor Maksimal

Page 35: BAB I-III

Kriteria Keberhasilan Tindakan GuruPrsentase Tingkat keberhasilan Klasifikasi

90% < SA < 100%

80% < SA < 90%

70% < SA < 80%

60% < SA < 70%

0% < SA < 60%

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat Kurang

2. Analisi Data Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa

Pengkajian atau analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif

untuk pengamatan kinerja siswa dan penilaian hasil belajar siswa dengan

pendekatan PAKEM. Data yang diperoleh dari pengamatan kinerja setiap

siswa pada siklus pertama dan siklus kedua berupa skor dijumlahkan dan

diubah menjadi nilai kuantitatif dengan rumus :

N1= JSx10

N2=JSx10

Keterangan:

N1= Nilai Siklus 1

N2= Nilai Siklus 2

JS= Jumlah skor

10= Bobot Tiap skor

Nilai seluruh siswa dijumlahkan dan dirata-ratakan kemudian

dibandingkan antara hasil siklus pertama dengan siklus kedua. Selisih

rata-rata nilai dari siklus pertama dan kedua. Setelah rata-rata nilai dari

siklus pertama dan kedua diprsentasekan dengan rumus:

PP= x 100%

35

NR1

NR2-NR1

Page 36: BAB I-III

Keterangan:

PP = Prosentase kenaikan nilai menulis cerpen siswa

NR1 = Rata-rata siklus I

NR2 = Rata-rata siklus 2

Persentase tesebut digunakan sebagai bahan kajian dan bahan

pembanding dalam menjawab permasalahan seberapa besar peningkatan

prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan PAKEM.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah bila skor rata-

rata hasil tes siswa melalui penerapan pendekatan PAKEM mengalami

peningkatan hasil rata-rata yaitu mencapai 75% siswa yang memperoleh skor

minimum 65 dari skor ideal 100 dan terjadi perubahan sikap selama mengikuti

proses pembelajaran yang ditandai dengan peningkatan aktivitas belajar siswa

dalam hal: 1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, 2) kreatifitas

siswa dalam mengemukakan pendapat, 3) kemampuan siswa dalam

bekerjasama dan 4) berdiskusi dengan teman dan semanat serta antusias siswa

dalam mengikuti pembelajaran yang dibuktikan dengan peningkatan perhatian

siswa terhadap materi pelajaran, sehingga PAKEM merupakan salah satu

pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

36

Page 37: BAB I-III

DAFTAR PUSTAKA

Adil, Deden Marrah. 2012. Pembelajaran Matimatika Model PAKEM.dedenbenalobe.web.id, diakses pada tanggal 30/9/2012 pukul 15.30 Wita.

Anjani. 2010. Penerapan PAKEM untuk meningkatkan prestasi siswa kelas IV SDN 7 Jenggik Tahun Pelajaran 2010/2011. Selong: STKIP.

Arikunto,suharsimi.1997.Prosedur penelitian:Rineka Cipta.

Darsono,Max.2004.Belajar dan Pembelajaran.Semarang:IKIP Semarang.

Hamalik, Oemar.2002.Psikologi Belajar dan Mengajar.Bandung:Sinar Baru.

Harry,P. 2009. Model Pakem Dengan Pendekatan Tematik Untuk Sains Kelas II SD Negeri Sekaran I Tahun 2008/2009.FMIPA: UNS.

Indrayani. 2008. Penerapan metode PAKEM untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Siswa kelas V SDN 2 Keruak Tahun Pelajar 2008/2009. Selong:STKIP.

Mahfudz, Asep. 2012.Cara Cerdas Mendidik Yang Menyenangkan. Bandung: PT Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya

Murni, Wahid. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UM Press.

Sagala, Saiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Seifiret Kelvin.2009. Manajmen Pembelajaran&Instruksi Pendidikan.Jogjakarta: Icisod.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Soemanto, wasty. 1990. Psikologois Pendidikan. Jakarta:PT.Renika.

Subana, M. 2009. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Syah, Muhibbin. 2009. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan (Paikem). Bandung: UIN Gunung Jati.

Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

37

Page 38: BAB I-III

38