BAB I-III
description
Transcript of BAB I-III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia pendidikan memegang peranan yang
sangat penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM). Sejalan dengan perkembangan dunia
pendidikan yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih
dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak
perhatian khusus yang diarahkan pada perkembangan pendidikan guna
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Salah satu cara yang dilakukan
adalah dengan pembaharuan system pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk
membantu siswa dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua
potensi, kecakapan, serta krakristik ke arah yang positif baik bagi dirinya
maupun lingkungannya.
Pada saat sekarang ini di berbagai jenjang pendidikan mulai dari taman
kanak-kanak hingga ke jenjang sekolah menengah atas, masih banyak guru
belum memahami metode-metode mengajar yang baik sehingga menimbulkan
perasaan kurang bersemangat pada siswa. Gambaran semacam ini masih
terlihat di SDN 4 Pringgajurang. Guru lebih cendrung mengadopsi metode
lama seperti metode ceramah dan hanya terpaku pada materi yang ada pada
buku bacaan saja. Tidak ada inovasi yang dimiliki oleh seorang guru untuk
menciptakan suasana belajar yang efektif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan
bagi siswa. Sehingga tidak heran apabila kondisi siswa yang mengikuti
pelajaran di kelas tidak memiliki motivasi yang tinggi dan mereka cendrung
1
mengalami kejenuhan saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa merasa
terpaksa untuk mengikuti pelajaran, siswa terpaksa untuk belajar karena takut
dimarahi oleh guru. Hal semacam ini sangat berdampak pada hasil belajar
siswa yang cendrung rendah dan tidak sesuai dengan yang diaharpkan.
Sehingga tidak heran apabila kita mendengar ada anak yang tidak naik kelas
dan tidak lulus UN. Ini semua disesbabkan oleh kurangnya inovasi guru dalam
menggunakan metode pembelajaran yang tepat.
Sementara itu, Untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah orang
yang paling berperan penting adalah guru. Peran guru yang hebat tentunya
harus ditunjang dengan peningkatan mutu diri secara kontinu. Guru dituntut
untuk berperan aktif sebagai fasilitaor yang memudahkan siswa dalam
pembelajaran, sebagai narasumber yang mampu mengundang pemikiran dan
daya kreasi siswa. Banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak terkait
untuk memperbaiki paradigm pembelajaran di sekolah, terutama pemerintah.
Pemerintah dengan berbagai cara melakukan perbaikan-perbaikan di sector
pendidikan dengan meningkatkan mutu pendidikan melalui pelatihan guru
ataupun sertifikasi. Melalui pelatihan peningkatan mutu guru ini, diharapkan
guru mmampu memnjadi agen perubahan dalam menjalankan transfer of
knowlegade pada siswa.
Untuk itu, pemerintah berusaha menerjemahkan cara mendidik yang
benar dengan mengeluarkan materi dan metode pokok penunjang
profesionalisme guru, seperti metode PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan). PAKEM merupakan metode belajar yang
modern yang harus dikuasai oleh guru agar peroses pembelajaran semakin
2
maksimal dan berenergi. Dasar metode pembelajaran ini banyak terdapat pada
metode modern terutama quantum learning. Bisa dikatakan, sesungguhnya
PAKEM adalah quantum learning yang sudah diindonesiakan.
Mendidik dengan menggunakan metode PAKEM diharapkan mampu
mengubah wajah pendidikan di tanah air yang hanya terkesan monolog, guru
berbicara dan siswa mendenngarkan, seakan-akan proses pembelajaran yang
tidak menyenangkan bahkan membuat siswa terhambat secara intlektual.
Penerapan metode PAKEM diharapkan pembelajaran menjadi aktif
membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan
maupun pengalaman oleh siswa sendiri. Selanjutnya, diharapkan menjadi
inovatif dalam memunculkan ide-ide baru yang lebih baik dan menjadi
alternative dalam mengembangkan potensi siswa karena pada dasarnya setiap
individu memiliki imajinasi dan rasa ingin tahu yang tidak pernah terhenti.
Selain itu, dengan peneraapan metode ini diharapkan mampu membantu siswa
untuk menjadi orang yang berprestasi.
Berdasrkan uraian di atas metode PAKEM sangat tepat digunakan oleh
kalangan guru khususnya di sekolah dasar (SD). Anak yang berada di SD
adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini
merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa
yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini
seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang
secara optimal. Orang yang paling banyak berperan dalam mendidik dan
membimbing untuk menumbuhkan potensi yang dimiliki siswa di sekolah
adalah guru. Oleh sebab itu, penelitian ini dipokuskan pada “Peran Guru
3
dalam Proses Pembelajaran PAKEM dalam Peningkatan Prestasi Belajar IPA
Siswa Kelas III SDN 4 Pringga Jurang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi maslah yang dapat
dikemukakan terkait dengan peran guru dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa di SDN 4 Pringgajurang, adalah sebagai berikut:
1. Prestasi belajar IPA siswa kelas III SDN 4 Pringgajurang masih rendah.
2. Guru dalam menunjang proses belajar mengajar masih belum maksimal.
3. Guru menggunakan metode lama dalam mengajar di depan kelas sehingga
suasana belajar yang dialami siswa sangat membosankan.
4. Guru cendrung menggunakan kekerasan dalam mengajar sehingga merasa
tertekan dan terpaksa untuk mengikuti kegiati kegiatan pembelajaran di
kelas.
5. Guru masih terpaku terhadap buku paket, tidak ada inovasi dalam
mengembangkan pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang muncul dalam
penelitian ini cukup banyak sehingga perlu dibatasi karena kurangnya biaya
yang digunakan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, permasalahan yang
akan diangkat dalam penelitian ini adalah peran guru dalam menggunakan
metode PAKEM untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III
SDN 4 Pringgajurang.
D. Rumusan Masalah
4
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah yang dapat
diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah penerapan metode
PAKEM untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III SDN 4
Pringgajurang tahun ajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Dari permaslahan yang sudah dipaparkan sebelumnya, adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Peran guru dalam pemanfaatan metode PAKEM untuk meningkatkan
prestasi belajar IPA siswa kelas III SDN 4 Pringga Jurang tahun pelajaran
2012/2013.
2. Penerapan Metode PAKEM dalam meningkatkan prestasi belajar IPA
siswa kelas III SDN 4 Pringga Jurang tahun pelajaran 2012/2013.
F. Manfaat Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
mengembangkan berbagai teori pembelajaran yang inovatif untuk menunjang
kemajuan dunia pendidikan. Adapun manfaat praktis yang diharapkan melalui
penelitian ini, antara lain:
1. Bagi Siswa
Dengan peran guru dalam proses pembelajaran PAKEM siswa
dapat mengembangkan kreatifitas, prestasi, inovasi dan kemandirian
dalam belajar tanpa merasa tertekan.
2. Bagi Guru
Penerapan metode PAKEM ini dapat membantu para guru atau
peneliti dalam dalam proses pembelajaran agar tercipta suasana yang
5
menyenangkan bagi siswa serta menciptakan iklim belajar yang mampu
membentuk pribadi siswa menjadi orang yang berprestasi.
3. Bagi Sekolah
Bagi sekolah, penerapan PAKEM diharapkan dapat menjadi acuan
untuk membina dan membimbing para guru yang lain agar lebih inovatif
dalam mendisain proses pembelajaran agar tercipta suasana belajar yang
menyenangkan bagi siswa.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Pengertian Belajar
Menurut Gage (dalam Syaiful, 2011:13) belajar adalah suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman. Sedangkan menurut Henry E Garret berpendapat yang
dimaksud dengan belajar adalah proses yang berlangsung dalam jangka
waktu lama dan melalui latihan maupun pengalaman yang membawa
pada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu
perangsang tertentu.
Sedangkan, belajar menurut Slameto adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkahlaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, Salemto (1995:2).
Menurut Uzer belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan
oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau proses kematangan.
Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan
dalam kebiasaan, kecakapan atau dalam ketigaaspek yakni pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik), Uzer (1993:5).
Sementara itu, Menurut Morris L. Bigge (1992 : 1) “Learning is
an enduring change in aliving individual that is not haralded by a
genetic in heritance” (belajar adalah perubahan yang menetap dalam
kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis) (Max
7
Darsono, 2000: 3). Menurut James O. Whittaker (1970 : 215) “Learning
may be defined as the process by which behavior originates or is alfered
through training or experience” (Belajar dapat didefinisikan sebagai
proses yang menimbulkan atau mengubah perilaku melalui latihan atau
pengalaman) (Max darsono, 2000: 4). Menurut W.S Winkel (1987 : 36)
belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan pemahaman keterampilan dan nilai sikap. Aoron Quinn
Sartain (1958 : 229). Learning may be defines as a result of experience”
(belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku sebagai
hasil pengalaman).
Dari definisi tersebut belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
dari berbagai bentuk seperti : perubahan pengetahuan, pemahaman sikap,
tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek
aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Proses terjadinya belajar
sangat sulit diamati. Karena itu orang cenderung memprevikasikan
tingkah laku manusia untuk disusun menjadi pola tingkah laku yang
akhirnya tersusunlah suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar
yang bermanfaat sebagai bekal untuk memahami, mendorong, dan
memberi arah kegiatan belajar.
a. Ciri-Ciri Belajar
Karakteristik perilaku belajar dapat dilihat dari sudut psikologi
pendidikan disebut juga prinsip-prinsip belajar. Setiap perilaku belajar itu
8
ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain seperti yang
dikemukakan dibawah ini:
a. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek keperibadian
yang berfungsi terus menerus yang berpengaruh pada proses belajar
selanjutnya.
b. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.
c. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin
dicapai melalui proses belajar.
d. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan
keseluruhan tinkah laku secara integral.
e. Belajar adalah proses intraksi.
f. Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada
kompleks. (Sagala, 20011:53).
2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik atau murid, Sagala (2011:61). Sedangkan menurut Corey
(1986:195) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Sedangkan pembelajaran
menurut Dimayati (dalam Sagala, 2011:62) pembelajaran adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa
belajar secara aktif yang menekankan pada penyetiaan sumber belajar.
9
Selanjutnya, pembelajara menurut Isjoni (2010:14) adalah suatu yang
dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada
dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Menurut Gagne, Briggs, dan
wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran
adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa Tujuan dari pembelajaran adalah
terwujudnya efesiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan
peserta didik.
b. Komponen-Komponen dalam Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang merupakan rangkaian kegiatan belajar
dan mengajar memiliki berapa komponen,yaitu:
1) Siswa
Siswa adalah seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima,
dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2) Guru
Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola,
katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3) Tujuan
Tujuan adalah pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif,
psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
10
4) Isi Pelajaran
Isi pengajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip, dan
konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5) Metode
Metode adalah cara yang teratur untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk
mencapai tujuan.
6) Media
Media adalah bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan
yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.
7) Evaluasi
Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai
suatu proses dan hasilnya.
c. Karaktristik Pembelajaran
Menurut Prof. Dr. Syaiful Sagala, (2011) karaktristik pembelajaran
dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1) Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara
maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mencatat, mendengarkan,
akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir.
2) Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab
terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan berfikir siswa yang pada giliranya kemampuan berfikir itu
dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka
konstruksi sendiri.
11
Menurut Oemar Hamlik dalam http://gurulia.wordpress.com, Ada
tiga ciri khas atau karaktristik dalam sistem pembelajaran, yaitu sebagai
berikut :
a. Rencana ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang
merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus.
b. Kesalingtergantungan (interdepence), antara unsur “ sistem pembelajaran
yang serasi dalam suatu keseluruhan”. Tiap unsur bersifat esensial, dan
masing masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak
dicapai. Seperti sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem
pemerintahan, semuanya memiliki tujuan.
3. Tinjuan tentang Prestasi
a. Pengertian Prestasi
Kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu “ Presesatie ”
yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”Prestasi” yang
berarti hasil usaha. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, optimis dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya,
(Zuhairini, 1983:86). Mas’ud Ha san Abdul Qohar be rpendapat Prestasi
adalah apa yang telah diciptakan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja diciptakan baik secara individu
maupun kelompok.
Menurut Slameto (1991), prestasi merupakan nilai angka yang
menunjukan kualitas keberhasilan. Semua siswa berhasil mencapai dengan
terlebih dahulu mengikuti evaluasi yang diselenggarakan guru atau
sekolah. Untuk mencapai prestasi maka diperlukan sifat dan tingkahlaku
12
seperti: keaktifan individu, keaktifan secara kelompok, nilai ulangan
harian dan uji praktek, ketepatan waktu mengerjakan tugas, memilki
indikator materi pembelajaran, siswa memperhatikan ketika guru
menjelaskan dan siswa tanggap terhadap instruksi guru. Sifat dan ciri-
ciri yang dituntut dalam kegiatan belajar itu hanya terdapat pada individu
yang mempunyai motivasi yang tinggi, sedangkan yang mempunyai
motivasi yang rendah tidak ada sehingga akan menghambat kegiatan
belajarnya. Pada dasarnya prestasi belajar adalah akibat dari belajar,
terutama belajar yang mempunyai motivasi tinggi. Semakin tinggi motivasi
belajar siswa kemungkinan semakin besar peluang untuk mencapai
prestasi yang baik atau tinggi. Dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang
menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik
secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan
tertentu.
Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar maka dapat diambil
pengertian prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah
dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu
tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan
pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian
diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
13
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1) Faktor dari Dalam Diri Siswa (Intern)
Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu
dibahas menurut Slameto (1991:54) yaitu faktor jasmani, faktor
psikologi dan faktor kelelahan.
a) Faktor Jasmani
Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu
faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Faktor kesehatan sangat
berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang
terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing,
ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada
gangguan kelainan alat inderanya. Sedangkan, cacat tubuh adalah
sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya
mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis,
patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain (Slameto, 2003 : 55).
b) Faktor psikologis
Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi
kematangan, kesiapan.
b. Intelegensi
Slameto (2003: 56) mengemukakan bahwa intelegensi
atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk
menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan
cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang
14
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan cepat.
c. Perhatian
Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2003 : 56) bahwa
perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itu pun
bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau
sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka
siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu
sesuai dengan hobi dan bakatnya.
d. Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto (2003 : 57) bahwa bakat
adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi
pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih.
Kemudian menurut Muhibbin (2003:136) bahwa bakat adalah
kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
e. Minat
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996 : 214)
bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih
15
secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap
aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat
memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan
demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat
mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar siswa
yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat
terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-
sungguh karena ada daya tarik baginya.
f. Motivasi
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa motivasi erat sekali
hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di
dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi
untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya
penggerak atau pendorongnya.
g. Kematangan
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa kematangan adalah
sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana
alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu
organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam
diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan
fungsinya masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya
dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil
16
jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses
belajar mengajar.
h. Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh
Slameto (2003 : 59) adalah preparedes to respon or react, artinya
kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Jadi, dari
pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam
proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar
siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak
positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam
menerima suatu mata pelajaran dengan baik.
c) Faktor kelelahan
Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sebagaimana
dikemukakan oleh Slameto (1995:59) sebagai berikut:“Kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi
karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah
kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat
terus menerus karena memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat,
mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan
perhatian”.
17
Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat
mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam
belajarnya seperti lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu diusahakan
kondisi yang bebas dari kelelahan rohani seperti memikirkan masalah
yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa tidak
sesuai dengan minat dan perhatian. Ini semua besar sekali
pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Agar siswa
selaku pelajar dengan baik harus tidak terjadi kelelahan fisik dan
psikis.
d.Faktor yang Berasal dari Luar (Faktor Ekstern)
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat (Slameto, 1995 : 60).
1. Faktor Keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat
mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan
ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.
2. Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap
prestasi belajar anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo dalam Slameto
(2003 : 60) mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk
18
mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu
pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara.
3. Relasi antar Anggota Keluarga
Menurut Slameto (2003 : 60) bahwa yang penting dalam keluarga
adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan
saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar
anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian,
sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.
4. Keadaan Keluarga
Menurut Hamalik (2002 : 160) mengemukakan bahwa keadaan
keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi
oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan
individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi,
hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan
realitas kehidupan. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa keadaan
keluarga dapa mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga faktor inilah
yang memberikan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan
prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses belajar yang
dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang tua yang tidak
berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya.
5. Keadaan Ekonomi Keluarga
Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa keadaan ekonomi keluarga
erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain
terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian,
19
perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar
seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan
sebagainya.
6. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar (Roestiyah, 1989: 156). Oleh
karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar
mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.
4.PAKEM
a. Pengertian PAKEM
PAKEM dikembangkan dari istilah AJEL (Active Joyfull and
Efective Learning). Untuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1999
dikenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan
Menyenangkan). PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam
proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si
pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang
hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga,
jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat
belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan
20
generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk
kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan
belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan
siswa. menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh
pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil
penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar.
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses
pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus
dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif,
maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara
garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:
1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat.
2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan,
dan cocok bagi siswa.
3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan
belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
21
4) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
5) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Sedangkan, PAKEM menurut pendapat Suparlan dan
Budimansyah (2008:70) adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam
proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian
rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan.
b. Ciri-Ciri PAKEM
Ciri-ciri PAKEM secara singkat digambarkan dalam buku
pelatihan awal program MBS kerja sama Pemerintah Indonesia dengan
UNESCO dan UNICEF (2003: 3-4) adalah sebagai berikut:
1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat (learning to do).
2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan dan cocok bagi siswa.
3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan ajar yang
lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”.
22
4) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk belajar kelompok.
5) Guru mendorong siswa untuk menemukan cara sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya, (world
Press.com).
c. Peran Guru dalam PAKEM
Agar pelaksanaan PAKEM berjalan sebagaimana diharapkan,
John B. Biggs and Ross Telfer, (dalam Syaiful:2012:70) menyebutkan
paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus
dipahami dan dilakukan oleh seorang guru yang baik dalam proses
pembelajaran terhadap siswa:
1) Memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk
berkembang sesuai dengan kecenderungan bakat dan minat mereka.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan
rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika
mereka membutuhkan.
3) Menghargai potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan
entuisme terhadap ide serta gagasan mereka.
4) Mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang
yang diminati dan penghargaan atas prestasi mereka.
5) Mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang untuk memberikan
semangat pada pekerjaan lain berikutnya.
6) Menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk
23
membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata.
6) Memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta
modalitas gaya belajar individu siswa.
7) Mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh
dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri.
8) Menyatakan kapada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra
mereka dan perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.
9) Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan
dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar siswa,
10) Mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif,
inkuiri dan diskaveri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna
(meaningful learning) pada siswa.
11) Memberikan tes/ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balik
dan semangat/gairah pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih
dalam. Sumber: Artikel Fuady.
5. Tinjauan Tentang Belajar IPA
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu bidang studi yang
memegang peranan penting dalam ikut membentuk pengetahuan dan
pemahaman siswa dalam mempelajari seluk beluk alam semesta. Selain itu,
dalam tataran formal akademik mata pelajaran IPA termasuk salah satu mata
pelajaran yang diujikan secara nasional oleh pemerintah melalui UASBN.
Oleh karena menjadi suatu hal yang penting bagi siswa untuk dapat
menguasai pokok bahasan yang terdapat pada mata pelajaran IPA.
24
Pembelajaran IPA pada Sekolah Dasar (SD) sangat penting dalam
menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan siswa tentang konsep
pengatahuan alam di sekitarnya. Pada tingkat sekolah dasar siswa diharapkan
mampu untuk mengembangkan dirinya dan meningkatkan pengetahuan dalam
mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.Proses
pembelajaran IPA SD dibentuk sedemikian rupa dan pelaksanaannya
dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Dalam proses pembelajaran IPA, siwa akan mendapatkan
pengetahuannya baik itu dari dalam dirinya maupun lingkungan yang ada di
sekitarnya. Jadi, siswa akan mendapatkan pengetahuannya dengan
menemukan dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. Pembelajaran IPA
sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari siswa. Siswa dapat
mengaplikasikan langsung akan pengetahuan yang mereka miliki dari sekolah
dengan kehidupan atau lingkungan yang berada di sekitarnya. Jadi,
pembelajaran IPA sangat bermakna dan nyata alam kehidupan sehari-hari.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai peran guru dalam meningkatkan prestasi siswa
masih belum banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Namun, terdapat
penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Setidaknya relevan
dalam hal pemakaian metode, media maupun desain penelitian. Penelitian
yang relevan dengan metode penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Anjani (2010) dengan judul “Penerapan PAKEM untuk meningkatkan
prestasi siswa kelas IV SDN 7 Jenggik Tahun Pelajaran 2010/2011”. Dalam
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi siswa
25
dalam pembelajaran. Peningkatan rata-rata kelas yaitu pada siklus I sebesar
67,48% dan pada siklus II menjadi 86,48%, sedangkan nilai rata-rata yang
diraih oleh siswa adalah 73,81 dan mengalami ketuntasan belajar hingga
94,59%.
Selanjutnya penelitian yang relevan terkait dengan penggunaan metode
PAKEM pernal dilakukan oleh Indrayani (2008) dengan judul “Penerapan
metode PAKEm untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Siswa
kelas V SDN 2 Keruak Tahun Pelajar 2008/2009.” Pada penelitian ini
menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan motivasi dan prestasi siswa dalam
belajar IPA siswa kelas V SDN 2 Keruak pada pelajaran 2008/2009.
berdasarkan penelitian yang relevan di atas, maka penelitian tentang
peranan guru dalam proses pembelajaran PAKEM dalam peningkatan prestasi
belajar siswa kelas III SDN 4 Pringgajurang belum pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya. Oleh sebab itu, peneliti akan berusaha semaksimal
mungkin untuk meneliti peran guru dalam penerapan metode PAKEM untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDN 4 Pringgajurang.
C. Kerangka Berpikir
Salah satu yang akan dicapai dalam proses belajar mengajar adalah
meningkatkan prestasi belajar siswa serta meningkatkan aktivitas pembelajaran
yang dilakukan siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya metode pembelajaran yang diterapkan guru
dalam setiap pembelajaran, media yang digunakan dalam belajar dan suasana
belajar.
Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode PAKEM
26
membuat anak akan lebih aktif, kreatif, inovatif, kreatif dan menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar di kalangan siswa.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Jika peran guru dalam
menerapkan metode PAKEM dilakukan secara optimal maka dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDN 4 Pringgajurang.”
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah proses keseluruhan yang dipaparkan dalam
perencanaan dan pelaksanaaan penelitin. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas
adalah kegiatan mencermati sekelompok siswa yang sedang melakukan proses
belajar dengan suatu cara tertentu dengan tujuan meningkatkan hasil belajar
siswa menjadi lebih memuaskan.
B. Setting Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SDN 4 Pringgajurang.
Alasan peneliti mengambil SDN 4 Pringgajurang sebagai tempat penelitian
adalah disamping jarak tempat tinggal peneliti cukup dekat, peneliti juga
termasuk setaf pengajar di SDN 4 Pringgajurang. Adapun waktu penelitian
ini akan dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan Oktober sampai
Desember 2012.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga
(organisasi), yang sifat-keadaannya (Attribut-nya) akan diteliti. Dengan kata
lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau
terkandung objek penelitian. Dalam bukunya Suharsimi Arikunto
(Manajemen Penelitian), Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk
diteliti oleh peneliti. Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita
28
berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau
sasaran peneliti, (subliyanto.blogspot.com).
Berdasarkan pengertian subjek penelitian di atas, maka dalam penelitian
ini yang termasuk dari subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III
SDN 4 Peringga Jurang yang berjumlah 22 orang.
C. Desain Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan model tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan keterampilan dalam
mendeteksi dan pemecahkan masalah. Peneliti memilih rancangan penelitian
tindakan kelas karena keterampilan belajar IPA Siswa kelas III SDN 04
Pringgajurang masih rendah. Dengan rancangan ini peneliti berharap agar
prestasi belajar IPA siswa kelas III SDN 04 Pringgajurang semakin meningkat.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas empat
langkah yaitu:
1) Perencanaan adalah rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan menulis cerpen.
2) Tindakan adalah pembelajaran macam apa yang dilakukan peneliti sebagai
upaya peningkatan keterampilan menulis cerpen.
3) Observasi atau pengamatan adalah pengamatan terhadap kinerja siswa
selama proses pembelajaran dan pengamatan terhadap hasil kerja siswa.
4) Refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil
pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar
mengajar selanjutnya
29
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam dua siklus ini dapat
digambarkan dengan mengikuti alur sebagai berikut:
D. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini menggunakan tindakan kelas. Secara
singkat penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai sutau bentuk
kajian yang bersifat refleksi oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan dalam melaksanakan tugas,
memperdalam tahap tindakan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi
dimana praktik-praktik pembelajaran dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-
tujuan tersebut penelitian tindakan kelas dilaksanakan berupa proses
pengkajian berdaur. Penelitian ini menggunakan dua siklus seperti yang
tergambar berikut:
1. Pelaksanaan Siklus I
Adapun langkah-langkah pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut:
a) Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan didasarkan pada hasil observasi dan tes
awal, pada tahap ini peneliti mempersiapkan rencana yang akan dilakukan
seperti menyusun perangkat pembelajaran yang berupa RPP, LKS, lembar
pengamatan, dan penentuan materi pelajaran.
b) Pelaksanaan Tindakan
Tindakan adalah realisasi dari rencana pembelajaran. Tindakan
30
Siswa kurang trampil dalam
menulis cerpen
MASALAH HASIL
1.PERENCANAAN 1..PERENCANAAN
2.Tindakan
2.Tindakan
3. Pengamatan3. Pengamatan
Siklus I Siklus II4.Refleksi
4.Refleksi
Siswa trampil dalam
menulis cerpen
dilaksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah dibuat pada
tahap perencanaan. Tahap ini terwujud dalam bentuk proses belajar
mengajar dan dilaksanakan guru dan sisa di dalam kelas. Secara garis
besar tindakan yang dilakukan adalah kegiatan belajar-mengajar di kelas
III SDN 4 Pringgajurang dengan pendekatam PAKEM. Pada tahap ini
dilakukan tiga proses pembelajaran, yaitu pendahuluan, inti dan penutup
sebagaimana yang tertera dalam RPP.
c) Observasi
Observasi dilaksanakan pada proses pelaksanaan tindakan
dengan mennggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil
observasi digunakan untuk mengetahui peran guru dan kemajuan siswa
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAKEM.
Pengamatan dilakukan oleh penelitian selama proses pembelajaran
berlangsung.
d) Refleksi
Refleksi dilaksanakan untuk melihat proses pelaksanaan
tindakan atas penerapan pendekatan PAKEM sebagai upaya untuk
meningkatkan prestasi siswa kelas III SDN 4 Pringgajurang. Refleksi
dilakukan untuk menilai keterlaksanaan tindakan pembelajaran, dan
hasilnya merupakan temuan-temuan korektif guru dan peneliti ke siklus
berikutnya.
Pada tahap refleksi, peneliti akan melihat hasil dari tahap
tindakan dan pengamatan siklus I. Jika masih banyak siswa yang bersikap
negatif terhadap proses pemmbelajaran atau guru kurang menggunakan
31
pendekatan PAKEM dengan optimal seperti yang dijelaskan dalam hasil
observasi, hal ini dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk tindakan
pada siklus II.
2. Pelaksanaan Siklus II
Tahapan pelaksanaan tindakan dalam siklus II sama dengan proses
yang dilaksanakan pada siklus I. Pelaksanaan siklus II merupakan tindak
lanjut, koreksi, dan penilaian proses pembelajaran berdasarkan hasil
refleksi siklus I. Proses pelaksanaan siklus II menurut peneliti belum
perlu diuraikan, mengingat belum ada temuan-temuan yang perlu
diinterpretasikan baik guru maupun penelliti, dan akan diungkapkan
setelah penelitian ini telah dilaksanakan secara utuh sesuai rencana
tindakan dan tujuan yang ingin dicapai.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini diperlukan alat pengumpul data
sebagai berikut :
1. Dokumentasi
Digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai
abstrak untuk mengadakan penelitian, yakni daftar nama dan jumlah siswa
dalam penelitian.
2. Angket
Untuk menganalisa informasi berdasarkan keterangan yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi dan yang dapat dijelaskan oleh
responden, dan untuk memperoleh informasi tentang kesulitan-kesulitan
yang dialami siswa dalam mempelajari IPA.
32
3. Metode wawancara
Digunakan untuk mengetahui pendapat guru tentang pembelajaran
PAKEM, dan data yang diperoleh digunakan untuk membahas kelebihan
pembelajaran PAKEM.
4. Metode Tes
Instrumen tes, yaitu tes tentang materi IPA. Tes tersebut dilakukan dua kali
yaitu :
1) Tes pertama, yaitu tes untuk memperoleh nilai awal sebelum menggunakan
model PAKEM.
2) Tes kedua, yaitu tes sesudah menggunakan model PAKEM.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi
karakteristik variabel penelitian secara objektif. Instrument yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar Observasi
Lembar observasi untuk memperoleh data tentang aktivitas guru
dalam PAKEM dan berisi aktivitas-aktivitas siswa kelas III SDN 4
Pringgajurang selama mengikuti pembelajaran. Adapun format lembar
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran PAKEM dilampirkan.
2. Lembar Tes
Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
dua kali tes, yaitu tes akhir siklus pertama dan tes akhir siklus kedua
33
berupa soal pilihan ganda sebanyak 25 butir soal yang mencakup seluruh
materi tiap pertemuan pada setiap siklus kegiatan. Soal pilihan ganda yang
digunakan dalam tes ini diharapakan dapat mewakili seluruh materi dan
pertanyaan yang pernah muncul pada tiap kali siswa melakukan kegiatan
mencocokkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban. Soal dalam bentuk
essei tidak digunakan dalam tes karena soal essei akan diberikan dalam
bentuk LKS pada setiap akhir pertemuan.
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Aktivitas Guru dalam Penerapan PAKEM
Kegiatan analisis meliputi analisis hasil observasi aktivitas guru.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui tindakan yang telah dilakukan. Data
yang dipeorleh dari hasil observasi selama proses pembelajaran
selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif sehingga dapat diketahui
apakah tujuan penerapan pendekatan PAKEM yang digunakan dalam
proses pembelajaran sudah mencapai sasaran atau bahkan tidak mencapai
sasaran.untuk menghitung prsentase aktivitas guru digunakan rumus
sebagai berikut:
Skor Akhir= x 100%
34
Jumlah Skor
Skor Maksimal
Kriteria Keberhasilan Tindakan GuruPrsentase Tingkat keberhasilan Klasifikasi
90% < SA < 100%
80% < SA < 90%
70% < SA < 80%
60% < SA < 70%
0% < SA < 60%
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
2. Analisi Data Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa
Pengkajian atau analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif
untuk pengamatan kinerja siswa dan penilaian hasil belajar siswa dengan
pendekatan PAKEM. Data yang diperoleh dari pengamatan kinerja setiap
siswa pada siklus pertama dan siklus kedua berupa skor dijumlahkan dan
diubah menjadi nilai kuantitatif dengan rumus :
N1= JSx10
N2=JSx10
Keterangan:
N1= Nilai Siklus 1
N2= Nilai Siklus 2
JS= Jumlah skor
10= Bobot Tiap skor
Nilai seluruh siswa dijumlahkan dan dirata-ratakan kemudian
dibandingkan antara hasil siklus pertama dengan siklus kedua. Selisih
rata-rata nilai dari siklus pertama dan kedua. Setelah rata-rata nilai dari
siklus pertama dan kedua diprsentasekan dengan rumus:
PP= x 100%
35
NR1
NR2-NR1
Keterangan:
PP = Prosentase kenaikan nilai menulis cerpen siswa
NR1 = Rata-rata siklus I
NR2 = Rata-rata siklus 2
Persentase tesebut digunakan sebagai bahan kajian dan bahan
pembanding dalam menjawab permasalahan seberapa besar peningkatan
prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan PAKEM.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah bila skor rata-
rata hasil tes siswa melalui penerapan pendekatan PAKEM mengalami
peningkatan hasil rata-rata yaitu mencapai 75% siswa yang memperoleh skor
minimum 65 dari skor ideal 100 dan terjadi perubahan sikap selama mengikuti
proses pembelajaran yang ditandai dengan peningkatan aktivitas belajar siswa
dalam hal: 1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, 2) kreatifitas
siswa dalam mengemukakan pendapat, 3) kemampuan siswa dalam
bekerjasama dan 4) berdiskusi dengan teman dan semanat serta antusias siswa
dalam mengikuti pembelajaran yang dibuktikan dengan peningkatan perhatian
siswa terhadap materi pelajaran, sehingga PAKEM merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
36
DAFTAR PUSTAKA
Adil, Deden Marrah. 2012. Pembelajaran Matimatika Model PAKEM.dedenbenalobe.web.id, diakses pada tanggal 30/9/2012 pukul 15.30 Wita.
Anjani. 2010. Penerapan PAKEM untuk meningkatkan prestasi siswa kelas IV SDN 7 Jenggik Tahun Pelajaran 2010/2011. Selong: STKIP.
Arikunto,suharsimi.1997.Prosedur penelitian:Rineka Cipta.
Darsono,Max.2004.Belajar dan Pembelajaran.Semarang:IKIP Semarang.
Hamalik, Oemar.2002.Psikologi Belajar dan Mengajar.Bandung:Sinar Baru.
Harry,P. 2009. Model Pakem Dengan Pendekatan Tematik Untuk Sains Kelas II SD Negeri Sekaran I Tahun 2008/2009.FMIPA: UNS.
Indrayani. 2008. Penerapan metode PAKEM untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Siswa kelas V SDN 2 Keruak Tahun Pelajar 2008/2009. Selong:STKIP.
Mahfudz, Asep. 2012.Cara Cerdas Mendidik Yang Menyenangkan. Bandung: PT Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya
Murni, Wahid. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UM Press.
Sagala, Saiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Seifiret Kelvin.2009. Manajmen Pembelajaran&Instruksi Pendidikan.Jogjakarta: Icisod.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Soemanto, wasty. 1990. Psikologois Pendidikan. Jakarta:PT.Renika.
Subana, M. 2009. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Syah, Muhibbin. 2009. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan (Paikem). Bandung: UIN Gunung Jati.
Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
37
38