Bab I - III

129
‘‘PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE REVERSE JIGSAW DENGAN STRATEGI EVERYONE IS A TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMK’’ SKRIPSI Oleh: MOCHAMAD AFFANDY NPM : 1104110076 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

description

SKRPSI

Transcript of Bab I - III

Page 1: Bab I - III

‘‘PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

REVERSE JIGSAW DENGAN STRATEGI EVERYONE IS A

TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA SMK’’

SKRIPSI

Oleh:

MOCHAMAD AFFANDY

NPM : 1104110076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE (UNIROW) TUBAN

Page 2: Bab I - III

2

2015

Page 3: Bab I - III

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan

siswa dalam proses belajar mengajar. Belajar merupakan

kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar

adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru. Dalam interaksi

belajar mengajar terjadi proses saling mempengaruhi. Baik

dari guru kepada siswa, siswa kepada guru maupun antar

siswa atau dapat dikatakan sebagai hubungan timbal balik.

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang

dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya

guna membelajarkan siswa. Guru yang mengajar dan siswa

yang belajar. Perpaduan antara kedua unsur manusiawi ini

lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan

sebagai mediumnya. Disana semua komponen pengajaran

diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran

yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan

(Djamarah dan Zain, 2010:37).

Tugas guru dalam rangka optimalisasi proses belajar

mengajar adalah sebagai fasilitator yang mampu

mengembangkan kemauan belajar siswa, mengembangkan

Page 4: Bab I - III

2

kondisi belajar yang relevan agar tercipta suasana belajar

secara wajar dengan penuh kegembiraan, dan mengadakan

pembatasan positif terhadap dirinya sendiri sebagai seorang

guru (Hamdani, 2011:79).

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari

keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut,

keberhasilan tersebut dapat dilihat dari tingkat pemahaman

dan penguasaan materi serta hasil belajar. Semakin tinggi

pemahaman, penguasaan materi dan hasil belajar, maka

tingkat keberhasilan dalam pembelajaran pun semakin tinggi.

Agar siswa mudah mengerti dan memahami pelajaran yang

disampaikan haruslah seorang guru menggunakan strategi,

model, atau metode pembelajaran tertentu dalam aktivitas

belajar mengajar agar siswa lebih bisa merespon dan

aktivitas dalam kegiatan belajar mengajarpun semakin hidup

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata

pelajaran yang diajarkan diseluruh jenjang sekolah, dari

sekolah dasar hingga sekolah menengah. Pembelajaran

matematika bertujuan agar siswa mampu menggunakan atau

menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan

dalam belajar pengetahuan lain, selain itu dengan belajar

1

Page 5: Bab I - III

3

matematika diharapkan pula diperoleh kemampuan bernalar

siswa yang tercermin melalui berpikir kritis, logis dan

sistematis dan memiliki sikap objektif, jujur, disiplin dalam

memecahkan suatu permasalahan. Selain itu dengan belajar

matematika siswa dapat memanfaatkan matematika untuk

mengungkapkan gagasan dan berkomunikasi (Depdiknas,

2006: 1).

Dalam pembelajaran di sekolah, matematika

merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap

sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dalam proses

pembelajaran matematika diperlukan suatu metode mengajar

yang bervariasi. Hal ini berarti dalam penggunaan metode

mengajar tidak harus sama untuk semua materi, sebab dapat

terjadi bahwa suatu metode mengajar tertentu cocok untuk

satu materi tetapi tidak untuk materi yang lain. Hasil

observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada SMK PGRI 2

TUBAN menunjukan bahwa pembelajaran matematika di

sekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran

konvensional yakni suatu model pembelajaran yang banyak

didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara pasif

menerima informasi pengetahuan dan keterampilan. Hal ini

diduga merupakan salah satu penyebab terhambatnya

kreativitas dan kemandirian siswa sehingga menurunkan

Page 6: Bab I - III

4

hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil wawancara

peneliti dengan Bpk. Yusuf S.Pd sebagai guru yang mengajar

di kelas X memberi informasi bahwa rata-rata hasil belajar

matematika siswa pada semester I tahun 2014/2015 sebesar

4,76. Ini membuktikan bahwa hasil belajar matematika siswa

masih tergolong rendah dan belum mencapai KKM (kriteria

ketuntasan minimal) yaitu 70.

Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan

suatu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa

secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna

meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Salah satu

model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara

aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada

pembelajaran matematika karena dalam mempelajari

matematika tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal

konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu

pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan

matematika dengan baik dan benar. Melalui model

pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya,

saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada teman

dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat

meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji dan menguasai

Page 7: Bab I - III

5

materi pelajaran matematika sehingga nantinya akan

meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang dipilih

adalah model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw,

model pembelajaran ini merupakan modifikasi dari model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sehingga langkah-

langkah pembelajarannya pun tidak jauh berbeda dengan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu setiap

anggota mendapat satu sub materi yang berbeda dengan

anggota lain di “kelompok asal”, sehingga semua sub materi

akan dibahas dalam setiap “kelompok asal”. Setiap siswa

berusaha untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan

guru yang dibahas di “kelompok ahli”. Kemudian siswa

kembali ke “kelompok asal” dan menyampaikan hasil diskusi

ke seluruh siswa. Dengan pemilihan model ini, diharapkan

pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan

memberi kesan yang kuat kepada siswa.

Untuk meningkatkan minat dan hasil belajar

matematika siswa di sekolah peneliti juga menggunakan

strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah

perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam

penelitian ini strategi pembelajaran yang digunakan adalah

Page 8: Bab I - III

6

strategi everyone is a teacher here. Sedangkan strategi

pembelajaran everyone is a teacher here didefinisikan

sebagai sebuah strategi yang mudah, guna memperoleh

partisipasi kelas secara keseluruhan dan tanggung jawab

secara individu. Strategi ini memberikan kesempatan kepada

setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman-

temannya. Dengan strategi ini, siswa yang selama ini tidak

mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif.

Berdasarkan pemikiran diatas, muncullah pertanyaan

apakah model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw

dengan strategi everyone is a teacher here berpengaruh

terhadap hasil belajar matematika siswa? Oleh karena itu

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

‘‘PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

REVERSE JIGSAW DENGAN STRATEGI EVERYONE IS A

TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA SMK’’

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka

dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika masih

rendah.

Page 9: Bab I - III

7

2. Proses belajar mengajar masih didominasi oleh guru

karena menggunakan model pembelajaran konvensional,

sehingga siswa siswa hanya duduk secara pasif menerima

informasi pengetahuan dan keterampilan yang

disampaikan guru.

C. Batasan Masalah

Agar masalah yang dikaji tidak meluas, maka

pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Penelitian hanya dilakukan pada siswa kelas X SMK PGRI 2

TUBAN semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

2. Penelitian ini hanya meneliti pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dengan

strategi everyone is a teacher here terhadap hasil belajar

matematika siswa pada pokok bahasan dimensi dua.

3. Hasil belajar siswa yang diukur hanya meliputi aspek

kognitif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi

masalah, dan batasan masalah, permasalahan yang dapat

dirumuskan adalah :

Page 10: Bab I - III

8

“Adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

reverse jigsaw dengan strategi everyone is a teacher here

terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan

dimensi dua kelas X semester genap SMK PGRI 2 Tuban tahun

pelajaran 2014/2015?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan

penelitian adalah :

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi

everyone is a teacher here terhadap hasil belajar matematika

siswa pada pokok bahasan dimensi dua kelas X semester

genap SMK PGRI 2 Tuban tahun pelajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dibagi

menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat

secara praktis. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

b. Memperbaiki layanan maupun hasil kerja dalam suatu

lembaga atau sekolah.

c. Mengembangkan profesionalisme dan kreativitas guru

Page 11: Bab I - III

9

untuk meningkatkan apa yang telah dilakukan oleh

seorang guru selama proses pembelajaran.

d. Menghasilkan proses penelitian yang mempunyai

banyak manfaat bagi subjek ataupun peneliti.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam melaksanakan pembelajaran matematika

dan mengembangkan atau menyempurnakan

pembelajaran matematika dengan menggunakan

model, dan media yang dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa.

2. Dapat meningkatkan kreativitas guru dalam

memilih media pembelajaran yang lebih tepat

sehingga proses belajar mengajar matematika

lebih menarik dan menyenangkan siswa.

b. Bagi Siswa

1) Dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas

siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.

2) Dapat memberikan pengalaman baru sehingga

kegiatan belajar mengajar matematika menjadi

lebih menyenangkan.

3) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

Page 12: Bab I - III

10

sehingga mampu meningkatkan hasil belajar.

c. Bagi Sekolah

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

perbaikan proses pembelajaran di sekolah.

d. Bagi Peneliti

1) Dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang

strategi

pembelajaran matematika yang lebih efektif dan

menyenangkan.

2) Dapat memberikan informasi bagi peneliti sebagai

calon pendidik agar dapat menggunakan model

pembelajaran yang tepat dalam mengajar

matematika.

G. Asumsi Penelitian

Asumsi adalah suatu pernyataan yang dianggap benar

tanpa perlu menampilkan data-data untuk membuktikannya.

Asumsi dalam penelitian ini adalah :

1. Semua siswa mendapat perlakuan yang relatif sama saat

pelaksanaan penelitian.

2. Guru yang mengelola pembelajaran dianggap

bersungguh-sungguh dalam mengelola pembelajaran.

Page 13: Bab I - III

11

H. Spesifikasi Variabel

Penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diselidiki.

Dua variabel tersebut meliputi:

1. Variabel bebas yaitu variabel yang diselidiki pengaruhnya.

Dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi everyone is

a teacher here.

2. Variabel terikat yaitu variabel yang diramalkan akan

timbul dalam hubungan fungsional atau sebagai pengaruh

dari variabel bebas. Dalam penelitian ini adalah hasil

belajar matematika.

I. Definisi Istilah

Agar tidak terjadi salah pengertian atau salah penafsiran

terhadap judul penelitian, maka penulis memberikan batasan

tentang beberapa pengertian mengenai istilah-istilah dari

variabel yang diharapkan memberikan gambaran yang jelas

mengenai judul penelitian:

1. Pengaruh

Pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan

yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda

serta segala sesuatu yang ada di alam sehingga

mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya. Dalam

Page 14: Bab I - III

12

penelitian ini ingin diketahui apakah model pembelajaran

kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi everyone is

a teacher here berpengaruh terhadap hasil belajar

matematika siswa.

2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang mencakup suatu kelompok belajar

siswa kecil dan memiliki tingkat kemampuan yang

berbeda-beda yang bekerja sebagai suatu tim untuk

menyelesaikan suatu masalah, mengerjakan sesuatu

untuk mencapai tujuan bersama yang dicirikan oleh

struktur tugas, tujuan dan penghargaan kelompok.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reverse Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw

merupakan modifikasi dari model pembelajaran jigsaw.

Setiap anggota mendapat satu sub materi yang berbeda

dengan anggota lain di “kelompok asal”, sehingga semua

sub materi akan dibahas dalam setiap “kelompok asal”.

Setiap siswa berusaha untuk bertanggung jawab atas

tugas yang diberikan guru yang dibahas di “kelompok

ahli”. Kemudian siswa kembali ke “kelompok asal” dan

menyampaikan hasil diskusi ke seluruh siswa.

4. Strategi Everyone Is a Teacher Here

Page 15: Bab I - III

13

Strategi everyone is a teacher here adalah sebuah

strategi yang memberikan kesempatan kepada setiap

siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman-temannya.

Siswa yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta

dalam pembelajaran secara aktif.

5. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar matematika adalah perubahan perilaku

secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

kemampuan saja. Artinya hasil belajar tidak dilihat secara

fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

Dalam penelitian ini hasil belajar ditinjau dari ranah

kognitif siswa. Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,

pengertian, dan keterampilan berpikir.

Page 16: Bab I - III

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran cooperative learning adalah

salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa

sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan

suasana kelas yang demokratis, yang saling

membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar

dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal.

Slavin (dalam Isjoni, 2009:15) pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan

struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal

dan Hans (dalam Isjoni, 2009:15) mengemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara

pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus

dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar

bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya

Stahl (dalam Isjoni, 2009:15) menyatakan pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik

Page 17: Bab I - III

15

dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam

perilaku sosial.

Menurut Muslimin (dalam Widyantini, 2008:4),

pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan

pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama

antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Sementara itu menurut Wina dalam

(Widyantini, 2008:4), model pembelajaran kelompok

adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh

siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai

tujuan yang telah dirumuskan.

Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan

strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut

dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih

menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok.

Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan

akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran,

tetapi juga adanya unsur keija sama untuk penguasaan

materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi

ciri khas dari pembelajaran kooperatif (Trianto, 2010:60).

Model pembelajaran kooperatif akhir-akhir ini

menjadi perhatian dan dianjurkan oleh para ahli

pendidikan untuk digunakan. Slavin (2009:122)

12

Page 18: Bab I - III

16

mengemukakan dua alasan, yaitu: 1) beberapa hasil

penelitian membuktikan bahwa penggunaan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar

siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan

hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima

kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan

harga diri, 2) pembelajaran kooperatif dapat

merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,

memecahkan masalah, dan mengintegrasikan

pengetahuan dengan keterampilan.

Model pembelajaran kooperatif memiliki dua

komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif dan

komponen struktur insentif kooperatif. Tugas kooperatif

berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja

sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan

struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang

membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama

mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap

sebagai keunikan dari model pembelajaran kooperatif,

karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok

bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi

anggota lain menguasai materi pelajaran sehingga

Page 19: Bab I - III

17

mencapai tujuan kelompok (Sanjaya, 2007:243).

Suprijoni (2009:54) mengemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas

meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-

bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh

guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap

lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan

tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan

bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk

membantu siswa menyelesaikan masalah yang

dimaksudkan. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian

tertentu pada akhir tugas.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para

ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

mencakup suatu kelompok belajar siswa kecil dan

memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda yang

bekerja sebagai suatu tim untuk menyelesaikan suatu

masalah, mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan

bersama yang dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan

penghargaan kelompok.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Page 20: Bab I - III

18

Terdapat empat karakteristik pembelajaran

kooperatif (Sanjaya, 2007:244-246), seperti dijelaskan di

bawah ini.

a. Pembelajaran Secara Tim

Model pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat

untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus

mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota

tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria

keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh

keberhasilan tim.

Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya,

kelompok terdiri atas anggota yang memiliki

kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar

belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan

agar setiap anggota kelompok dapat saling

memberikan pengalaman, saling memberi dan

menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat

memberikan kontribusi terhadap keberhasilan

kelompok.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Page 21: Bab I - III

19

Sebagaimana pada umumnya, manajemen

mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi

perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan,

dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam model

pembelajaran kooperatif.

c. Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif

ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh

sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan

dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota

kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung

jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan

perlunya saling membantu, misalnya yang pintar perlu

membantu yang kurang pintar.

d. Keterampilan Bekerja Sama

Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian

dipraktekkan melalui aktifitas dan kegiatan yang

tergambarkan dalam ketrampilan bekerja sama.

Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau

dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan

anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai

hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi,

sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,

Page 22: Bab I - III

20

mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi

kepada keberhasilan kelompok.

3. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar model pembelajaran

kooperatif (Sanjaya, 2007:246-247), sebagai berikut:

a. Prinsip Ketergantungan Positif

Dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan

suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada

usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.

Oleh sebab itu perlu disadari oleh setiap anggota

kelompok bahwa keberhasilan penyelesaian tugas

kelompok akan ditentukan kinerja masing-masing

anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam

kelompok akan merasa saling ketergantungan.

Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif,

setiap anggota kelompok masing-masing perlu

membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya.

Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan

kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakekat

ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak

mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota

yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua

Page 23: Bab I - III

21

ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-

masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang

mempunyai kemampuan lebih diharapkan mau dan

mampu membantu temannya untuk menyelesaikan

tugasnya.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip

yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok

tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap

anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab

sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus

memberikan yang terbaik untuk keberhasilan

kelompoknya.

c. Interaksi Tatap Muka

Model pembelajaran kooperatif memberi ruang

dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota

kelompok untuk bertatap muka saling memberikan

informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap

muka akan memberikan pengalaman yang berharga

kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama,

menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan

Page 24: Bab I - III

22

kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi

kekurangan masing-masing. Kelompok belajar

kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal

dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan

akademik. Perbedaan semacam ini akan menjadi

modal utama dalam proses saling memperkaya antar

anggota kelompok.

d. Partisipasi dan Komunikasi

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk

mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Untuk

dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa

perlu dibekali kemampuan-kemampuan

berkomunikasi. Ketrampilan berkomunikasi memang

memerlukan waktu. Oleh sebab itu, guru perlu terus

melatih dan melatih sampai akhimya setiap siswa

memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator

yang baik.

(Sanjaya, 2007:246-247)

4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di

dalam pelajaran yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukan pada Tabel

Page 25: Bab I - III

23

2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

LangkahTingkah laku

guru

Tingkah laku

siswa

Langkah 1

Menyampaik

an tujuan

dan

memotivasi

siswa

Guru

menyampaikan

tujuan

pembelajaran

dan

mengkomunikas

ikan kompetensi

dasar yang akan

dicapai pada

pelajaran serta

memotivasi

siswa belajar

Mendengarkan

penjelasan

Guru

LangkahTingkah laku

guru

Tingkah laku

siswa

Langkah 2

Menyajikan

Guru

menyajikan

Menyimak dan

memperhatikan

Page 26: Bab I - III

24

informasi informasi

kepada siswa

materi yang

dijelaskan guru

Langkah 3

Mengorganis

asikan siswa

ke dalam

kelompok-

kelompok

belajar

Guru

menjelaskan

kepada siswa

bagaimana

cara

membentuk

kelompok

belajar dan

membantu

setiap

kelompok agar

melakukan

transisi secara

efisien.

Mendengarkan

penjelasan

guru dan

berkumpul

dengan

kelompok yang

telah

ditentukan

guru

Langkah 4

Membimbin

g

kelompok

bekerja

dan belajar

Guru

membimbing

kelompok-

kelompok

belajar pada

saat mereka

mengerjakan

Bekerjasama

dengan

anggota

kelompok pada

saat

mengerjakan

tugas dari

Page 27: Bab I - III

25

tugas. guru.

Langkah 5

Evaluasi

Guru

mengevaluasi

hasil belajar

tentang materi

Memperhatikan

kelompok lain

yang sedang

LangkahTingkah laku

guru

Tingkah laku

siswa

pembelajaran

yang telah

dipelajari atau

masing-masing

kelompok

mempresentasi

kan hasil

kerjanya.

menjelaskan hasil

kerjanya.

Langkah 6

Memberikan

penghargaa

n

Guru

memberikan

penghargaan

hasil belajar

individual dan

kelompok.

Ikut serta

memberikan

penghargaan

kepada

kelompok lain

yang berhasil.

Sumber: Trianto, (2010:66-67)

Page 28: Bab I - III

26

5. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif

Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu

strategi pembelajaran diantaranya adalah:

a. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak

terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat

menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,

menemukan informasi dari berbagai sumber, dan

belajar dari siswa yang lain,

b. Model pembelajaran kooperatif dapat

mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide

atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan

membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu anak

untuk respek pada orang lain dan menyadari akan

segala keterbatasannya serta menerima segala

perbedaan.

d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu

memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung

jawab dalam belajar.

e. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi

yang cukup ampuh untuk meningkatkan hasil

akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk

mengembangkan rasa harga diri, hubungan

Page 29: Bab I - III

27

interpersonal yang positif dengan yang lain,

mengembangkan ketrampilan mengatur waktu, dan

sikap positif terhadap sekolah.

f. Melalui pembelajaran kooperatif dapat

mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji

ide dan pemahamannya sendiri serta menerima

umpan balik. Siswa dapat berpraktek memecahkan

masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena

keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab

kelompoknya.

g. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan

kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat

meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan

untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan

jangka panjang.

(Isjoni, 2009:34-36)

6. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Di samping keunggulan, pembelajaran kooperatif

juga memiliki kelemahan, di antaranya sebagai berikut

(Isjoni, 2009:36-37):

a. Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran

Page 30: Bab I - III

28

kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional

kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat

mengerti dan memahami filsafat cooperative learning.

Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan,

contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa

yang dianggap kurang memiliki kemampuan.

Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu

iklim kerja sama dalam kelompok.

b. Ciri utama dari model pembelajaran kooperatif adalah

bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu,

jika tanpa peer teaching yang efektif, maka

dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru,

bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang

seharusnya dipelajari dan dipahami tidak akan pernah

dapat dicapai oleh siswa.

c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran

kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok.

Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa

sebenarnya hasil atau hasil yang diharapkan adalah

hasil setiap individu siswa.

d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya

mengembangkan kesadaran berkelompok

memerlukan periode waktu yang cukup panjang dan

Page 31: Bab I - III

29

hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan

satu kali atau sesekali penerapan strategi ini.

e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan

kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan

tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya

didasarkan kepada kemampuan secara individual.

Oleh karena itu idealnya melalui pembelajaran

kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa

juga harus belajar bagaimana membangun

kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam

model pembelajaran kooperatif memang bukan

pekerjaan yang mudah.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reverse Jigsaw

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Reverse Jigsaw

Model pembelajaran jigsaw adalah salah satu model

pembelajaran cooperative learning yang pertama kali

dikembangkan oleh Elliot Aronson tahun 1971 dan

dipublikasi tahun 1978. Seiring perkembangannya model

pembelajaran jigsaw mengalami banyak modifikasi oleh

para ahli diantaranya model pembelajaran jigsaw II, III, IV

termasuk reverse jigsaw. Model pembelajaran reverse

Page 32: Bab I - III

30

jigsaw bertumpu pada model pembelajaran jigsaw yang

dikembangkan Aronson, sehingga pembelajarannya pun

tidak jauh berbeda. Model ini dikembangkan oleh Timothy

Hedeen dalam bukunya yang berjudul Teaching Sociology

“The Reverse Jigsaw: A Process of Cooperative Learning

Discussion”. Menurut Heeden (2003: 325), apabila model

pembelajaran kooperatif jigsaw anggota kelompok ahli

hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota

kelompok asal, maka pada pada model pembelajaran

kooperatif reverse jigsaw siswa dari kelompok ahli

mengajarkan tentang materi yang mereka pelajari dalam

kelompok ahli disampaikan kepada seluruh siswa.

Berdasarkan ringkasan diatas dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw

merupakan modifikasi dari model pembelajaran jigsaw.

Setiap anggota mendapat satu sub materi yang berbeda

dengan anggota lain di “kelompok asal”, sehingga semua

sub materi akan dibahas dalam setiap “kelompok asal”.

Setiap siswa berusaha untuk bertanggung jawab atas

tugas yang diberikan guru yang dibahas di “kelompok

ahli”. Kemudian siswa kembali ke “kelompok asal” dan

menyampaikan hasil diskusi ke seluruh siswa.

Page 33: Bab I - III

31

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Reverse Jigsaw

Menurut Hedeen (2003: 325), model pembelajaran

kooperatif reverse jigsaw terdapat empat langkah:

a. Siswa berkumpul dalam “kelompok asal” terdiri dari

tiga sampai enam siswa.

b. Setiap anggota “kelompok asal” diberikan materi yang

terkait dengan salah satu sub materi, sehingga semua

sub materi akan dibahas dalam setiap “kelompok

asal”.

c. Siswa membentuk “kelompok ahli” dengan

mengumpulkan anggota dari “kelompok asal” lain

yang mendapat bagian sub materi yang sama. Dalam

kelompok ahli ini, siswa mendiskusikan materi

mereka.

d. Siswa kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan

apa yang mereka diskusikan di kelompok ahli kepada

seluruh siswa.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Reverse Jigsaw

Sebagai suatu model pembelajaran yang menjadi

pilihan peneliti, tentunya peneliti melihat bahwa dalam

Page 34: Bab I - III

32

model pembelajaran tersebut mempunyai kelebihan-

kelebihan sebagai berikut:

a. Dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan

hubungan yang lebih baik antar siswa.

b. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri dan juga

pembelajaran orang lain.

c. Dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara

dan berpendapat.

d. Dapat mendorong timbulnya gagasan baru.

e. Dapat meningkatkan motivasi belajar.

f. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam

waktu yang singkat.

Disamping kelebihan-kelebihan diatas, model

pembelajaran tersebut juga mempunyai kekurangan-

kekurangan, yaitu:

a. Perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep

yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.

b. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu

berdiskusi materi pada teman, jika siswa tidak punya

rasa percaya diri.

c. Awal penggunaan model pembelajaran ini akan sulit

dikendalikan, membutuhkan waktu yang cukup dan

Page 35: Bab I - III

33

persiapan yang matang sebelum model pembelajaran

ini bisa berjalan dengan baik.

d. Pembagian kelompok yang tidak heterogen

dimungkinkan anggotanya lemah semua.

e. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan

cenderung mengontrol jalannya diskusi.

f. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan

berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk

menjelaskan materi ketika menyampaikan materi

kepada seluruh siswa.

Hedeen (2003: 325)

C. Strategi Pembelajaran Everyone Is a Teacher Here

1. Pengertian Strategi Everyone Is a Teacher Here

Strategi everyone is a teacher here didefinisikan

sebagai sebuah strategi yang mudah, guna memperoleh

partisipasi kelas secara keseluruhan dan tanggung jawab

secara individu. Strategi ini memberikan kesempatan

kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi

teman-temannya. Dengan strategi ini, siswa yang selama

ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran

secara aktif.

Page 36: Bab I - III

34

Strategi everyone is a teacher here dapat

diterapkan sesuai dengan materi yang diajarkan,

tujuannya untuk menghilangkan kejenuhan siswa dalam

belajar sekaligus dapat memotivasi siswa yang kurang

mau bertanya dan dapat juga untuk mengajak siswa

untuk lebih mudah memahami tentang materi yang

diajarkan (Yamin, 2009:143).

Strategi everyone is a teacher here yaitu strategi

yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran siswa, dan dapat disesuaikan dengan

tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran pada

berbagai mata pelajaran, khususnya mencapaian tujuan

yaitu meliputi aspek kemampuan mengemukakan

pendapat, kemampuan menganalisa masalah,

kemampuan menuliskan pendapat-pendapatnya

(kelompoknya) setelah melakukan pengamatan,

kemampuan menyimpulkan, dan lain-lain.

Berdasarkan ringkasan diatas dapat disimpulkan

bahwa Strategi everyone is a teacher here adalah sebuah

strategi yang memberikan kesempatan kepada setiap

siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman-temannya.

Siswa yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta

dalam pembelajaran secara aktif.

Page 37: Bab I - III

35

2. Langkah-Langkah Strategi Everyone Is a Teacher

Here

Adapun langkah-langkah strategi everyone is a

teacher here yang disampaikan oleh Yamin (2009:143)

adalah sebagai berikut:

a. Bagikan secarik kertas/kartu indeks kepada seluruh

siswa. Minta siswa untuk menuliskan satu pertanyaan

tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di

kelas.

b. Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian

bagikan kepada setiap siswa. Pastikan bahwa tidak

ada siswa yang menerima soal yang ditulis sendiri.

Minta mereka untuk membaca dalam hati pertanyaan

dalam kelas tersebut kemudian memikirkan

jawabannya.

c. Minta siswa secara sukarela untuk membacakan

pertanyaan tersebut dan menjawabnya.

d. Setelah jawaban diberikan, mintalah siswa lainnya

untuk menambahkan.

e. Lanjutkan dengan sukarelawan berikutnya.

Page 38: Bab I - III

36

3. Prinsip Pokok Strategi Every One is a Teacher Here

Dalam strategi every one is a teacher here terdapat

tujuh prinsip pokok yang harus diterapkan oleh seorang

guru dalam hal metode pengajaran yang dikemukakan

oleh (Syaibany dalam Siswandi, 2004:111) yaitu :

a. Mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat siswa.

b. Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah diterapkan

sebelum pelaksanaan pendidikan.

c. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta

perubahan siswa.

d. Mengetahui perbedaan-perbedaan individu siswa.

e. Memperhatikan pemahaman dan mengetahui

hubungan-hubungan, dan kebebasan berpikir.

f. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman

yang menggembirakan bagi siswa.

g. Menegakkan contoh yang baik.

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reverse Jigsaw

dengan Strategi Every One is a Teacher Here

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe reverse

jigsaw dengan strategi every one is a teacher here dalam

tabel 2.1 berikut:

Page 39: Bab I - III

37

Tabel 2.2

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Reverse Jigsaw

dengan Strategi Every One Is A Teacher Here

Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Langkah 1 Guru membimbing

siswa membentuk

“kelompok asal”.

Siswa berkumpul

dalam “kelompok

asal” terdiri dari tiga

sampai enam siswa.

Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Langkah 2 Guru memberikan

materi diskusi dan

secarik kartu kepada

siswa.

Setiap anggota

“kelompok asal”

mendapat materi yang

terkait dengan salah

satu sub materi,

sehingga semua sub

materi akan dibahas

dalam setiap

“kelompok asal” dan

dibekali secarik kartu

untuk menuliskan satu

pertanyaan terkait

yang akan

Page 40: Bab I - III

38

didiskusikan di

“kelompok ahli”.

Langkah 3 Guru membimbing

siswa membentuk

“kelompok ahli” dan

membantu setiap

kelompok agar

melakukan diskusi

dengan setiap siswa

membuat satu

pertanyaan.

Siswa membentuk

“kelompok ahli”

dengan

mengumpulkan

anggota dari

“kelompok asal” lain

yang mendapat

bagian sub materi

yang sama. Dalam

kelompok ahli ini,

siswa mendiskusikan

materi mereka.

Kemudian menuliskan

satu pertanyaan di

secarik kertas

tersebut.

Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Langkah 4 Guru membimbing

masing-masing siswa

dari “kelompok ahli”

kembali ke “kelompok

Siswa kembali ke

“kelompok asal”

dengan

mengumpulkan

Page 41: Bab I - III

39

asal” dengan

mengumpulkan

secarik kertas yang

telah dituliskan

pertanyaan dan dibagi

lagi ke siswa dengan

catatan tidak ada

siswa yang

memperoleh

pertanyaan yang

ditulis sendiri.

Kemudian guru

mempersilahkan salah

seorang siswa untuk

membacakan dan

menjawab pertanyaan

yang diperolehnya.

Jika jawaban benar

maka guru

memberikan poin

untuk “kelompok asal”

yang memiliki anggota

tersebut. Dan jika

secarik kertas yang

telah dituliskan

pertanyaan tentang

apa yang mereka

diskusikan di

“kelompok ahli”.

Kemudian siswa

mendapat secarik

kertas yang berisi

pertanyaan yang

dibagikan guru. Ketika

guru mempersilahkan

siswa yang siap untuk

menjawab pertanyaan

maka siswa akan

tunjuk jari dan

menyampaikan

jawabannya. Dari

jawaban siswa yang

benar akan

mendapatkan poin

untuk “kelompok asal”

siswa tersebut. Dan

Page 42: Bab I - III

40

jawaban salah jika jawaban siswa

salah pertanyaan akan

dilempar ke

Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

maka pertanyaan

dapat dilempar ke

siswa lain. Jika sudah

selesai guru

melanjutkan salah

seorang siswa lain

untuk melakukan

proses yang sama dan

seterusnya. Di akhir

pembelajaran guru

memberikan

hadiah/penghargaan

untuk kelompok yang

memiliki poin

tertinggi.

siswa lain. Dilanjutkan

siswa yang lain

dengan proses yang

sama dan seterusnya.

E. Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Page 43: Bab I - III

41

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Hamdani,

2011:20).

Menurut Winkel (Purwanto, 2009: 44-45), hasil belajar

adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah

dalam sikap dan tingkah lakunya.

Menurut teori yang dikemukakan Bloom, hasil belajar

mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik

(Arikunto, 2011: 20) yaitu:

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan

keterampilan berpikir. 

2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan

cara penyesuaian diri. 

3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,

berenang, dan mengoperasikan mesin.

Bedasarkan beberapa pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku

secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

kemampuan saja. Artinya hasil belajar tidak dilihat secara

fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

Page 44: Bab I - III

42

F. Tinjauan Materi Dimensi Dua

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dimensi dua. Berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP) materi ini

diajarkan di SMK kelas X semester genap tahun pelajaran

2014/2015.

Standar Kompetensi: Menentukan kedudukan, jarak, dan

besar sudut yang melibatkan titik, garis,

dan bidang dalam ruang dimensi dua

Kompetensi Dasar : 8.1 Mengidentifikasi sudut

8.2 Menentukan keliling bangun datar dan

luas daerah bangun datar

8.3 Menerapkan transformasi bangun

datar

Indikator : 8.1.1 Mengkonversikan satuan sudut

derajat ke radian atau sebaliknya

8.1.2 Menghitung sudut-sudut dalam segi

banyak beraturan

8.2.1 Menghitung luas bangun datar

8.2.2 Menghitung keliling bangun datar

8.3.1 Menentukan koordinat bayangan

dari translasi

8.3.2 Menentukan koordinat bayangan

dari jenis-jenis refleksi

Page 45: Bab I - III

P

RQ α

43

8.3.3 Menentukan koordinat bayangan

dari jenis-jenis rotasi

8.3.4 Menentukan koordinat bayangan

dari jenis-jenis dilatasi

8.3.5 Menentukan matriks yang

bersesuaian dari jenis-jenis

transformasi

1. Satuan Sudut dan Konversi Sudut

Sudut terbentuk dari perpotongan antara dua buah

ruas garis. Titik perpotongan dari kedua ruas garis

tersebut dinamakan titik sudut. Beberapa hal tentang

notasi yang digunakan pada sudut adalah:

Sudut dilambangkan dengan “∠”

Nama suatu sudut dapat dituliskan dengan tiga huruf

kapital, misalnya ∠PQR, dengan Q merupakan titik

sudutnya dan P,R merupakan titik ujung – titik ujung

ruas garis pembentuk sudut tersebut. Perhatikan

gambar 2.1.

Page 46: Bab I - III

44

Gambar 2.1 Bentuk Sebuah Sudut

Besar sebuah sudut biasanya dilambangkan dengan

huruf kecil, yang merupakan huruf latin atau huruf

Yunani. Misalnya: α, β, x, y, dan lain-lain. Pada gambar

diatas, tampak sudut PQR(∠PQR) dengan titik sudut Q

besar sudut α.

a. Ukuran Derajat (o)

Ukuran derajat didasarkan pada satuan penuh

lingkaran yang telah ditentukan, yaitu sebesar 360o.

Arah sudut yang digunakan adalah arah yang

berlawanan dengan arah jarum jam. Untuk

menentukan besar suatu sudut secara umum

menggunakan busur derajat. Busur derajat ini dapat

member ketelitian sampai satu derajat.

Satu derajat dapat ditulis dengan “1o”, yang

artinya mempunyai arti ukuran sudut yang besarnya

1360

bagian sudut dari suatu lingkaran.

Dari sini diperoleh bahwa:

1o = 1

360 putaran; 1o = 60 menit atau 1o = 60’

1’ = ( 160 )

o

; 1’ = 60 detik atau 1’ = 60’’

1’’ = ( 160 )

'

Page 47: Bab I - III

45

Sehingga dapat disimpulkan bahwa:

1o = 60’ = 3.600’’

1’’ = ( 13.600 )

o

Sistem yang digunakan pada ukuran dalam

derajat dikenal dengan istilah sistem sexadecimal.

Contoh soal:

Nyatakan ukuran sudut berikut sesuai dengan

pertanyaan yang dimaksud.

1) 30o20’ = …o

2) 10,30o = …o…’

3) 15,21o = …o…’…’’

Penyelesaian:

1) 30o20’ = 30o + (20 . 1

60 )o

= 30o + 13

o

= 30o + 0,33o

= 30,33o

2) 10,30o = 10 o + 0,30o

= 10o + (0,30 x 60)’

= 10o + 18’

= 10o18’

3) 15,21o = 15o + (0,21 x 60)’

= 15o + 12,6’

Page 48: Bab I - III

B

AO

1 rad

r

r

46

= 15o + 12’ + (0,6 x 60) ’’

= 15o + 12’ + 36’’

= 15o12’36’’

b. Ukuran Radian

Satu radian (1 rad), yaitu besar sudut pusat

lingkaran yang menghadap busur lingkaran di

hadapannya sepanjang jari-jarinya. Perhatikan gambar

2.2.

Gambar 2.2 Ukuran Satu Radian

Satu radian merupakan sudut yang dibatasi oleh OA =

OB = busur AB.

1 putaran lingkaran besar sudutnya = 360o

2π radian = 360o

1 radian = 360o

2 π = 360o

2. 3,14 = 57,3o atau

1 radian = 57o 17’ 45’’

1o = 0,01745 radian

Contoh soal:

Page 49: Bab I - III

C

B

A

D

EF

G

H

O

47

Ubahlah satuan sudut berikut kedalam bentuk yang

diminta.

1) 1,5 radian = …o

2)12 π radian = …o

3) 40,3o = … radian

Penyelesaian:

1) 1,5 radian = 1,5 x 57,3o = 85,95o

2)12 π radian =

12 x 180o = 90o

3) 40,3o = 40,357,3

radian = 0,703 radian

2. Sudut-sudut dalam Segi Banyak Beraturan

Perhatikan gambar 2.3.

Gambar 2.3 Sudut- sudut dalam Segi Banyak

Beraturan

Page 50: Bab I - III

48

a. Sudut Pusat

Sudut pusat merupakan sudut yang dibentuk

oleh dua jari-jari lingkaran. Misal: ∠AOB, ∠BOC, dan

∠COD. Besarnya sudut pusat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Sudut pusat = 360o

n

dengan n = banyak sisi segi beraturan

b. Sudut Segi Beraturan

Besar sudut segi beraturan dihitung

menggunakan rumus:

Sudut segi beraturan = 180o - 360o

n

dengan n = banyak sisi segi beraturan

c. Sudut Alas Segi-n Beraturan

Besar sudut alas segi-n beraturan dihitung

menggunakan rumus:

Page 51: Bab I - III

49

Sudut alas = 12 . (sudut segi-n beraturan)

Contoh soal:

Diberikan segi lima beraturan. Tentukan:

1) Besar sudut pusatnya

2) Besar sudut seginya

3) Besar sudut alasnya

Penyelesaian:

1) Sudut pusat = 360o

5 = 72o

2) Sudut segi lima beraturan

= 180o - 360o

5

= 180o - 72o

= 108o

3) Sudut alas = 12 . 108o = 54o

3. Keliling dan Luas Bangun Datar

Keliling Bangun Datar adalah panjang seluruh tepi

atau jumlah sisi terluar bangun datar. Luas Bangun Datar

adalah luas daerah yang berada di dalam suatu bangun

datar. Bangun datar yang akan dipelajari diantaranya:

Page 52: Bab I - III

CD

A Bs

s

50

persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat,

layang-layang, trapesium, segitiga, dan lingkaran.

a. Persegi

Karena persegi mempunyai panjang sisi-sisi

yang sama maka:

Keliling persegi ABCD

= AB + BC + CD + DA

= s + s + s + s

= 4s

Gambar 2.4 Bangun Persegi

Jadi, keliling persegi = 4s

luas persegi = sisi x sisi

= s2

Contoh soal:

Keliling suatu persegi adalah 56 cm, tentukan luasnya.

Penyelesaian:

Keliling = 4s

56 = 4s

s = 14 cm

Luas = s2 = 142 = 196 cm2

Page 53: Bab I - III

A B

D C

p

l

51

b. Persegi Panjang

Karena persegi panjang mempunyai dua pasang

sisi yang sama panjang, yaitu AB = BC dan AD = BC,

maka keliling persegi panjang = AB + CD + AD + BC.

Gambar 2.5 Bangun Persegi Panjang

Keliling persegi panjang = (p + p) + (l + l)

= 2p + 2l

= 2 (p + l)

Jadi,

Keliling persegi panjang = 2 (p + l)

Luas persegi panjang = panjang x lebar

= p x l

Contoh soal:

Persegi panjang mempunyai panjang 4 cm lebih

panjang dari lebarnya. Jika keliling bangun datar

Page 54: Bab I - III

A B

CD

t l

p

52

tersebut 32 cm, hitunglah panjang dan lebarnya.

Kemudian hitunglah juga luasnya.

Solusi:

Misal : lebar = x

panjang = x + 4

Keliling persegi panjang = 2 (p + l)

32 = 2 (x + x + 4)

32 = 2 (2x + 4)

32 = 4x + 8

32 - 8 = 4x

24 = 4x

x = 6

Sehingga: lebar = 6 cm

panjang = 6 + 4 = 10 cm

Luas persegi panjang = p x l

= 10 x 6

= 10 cm2

c. Jajar Genjang

Page 55: Bab I - III

53

Gambar 2.6 Bangun Jajar Genjang

Karena jajar genjang mempunyai panjang AB =

CD dan BC = CD, maka keliling jajar genjang dapat

ditulis:

Keliling jajar genjang = AB + BC + CD + DA

= p + l + p + l

= 2p + 2l

= 2 (p + l)

Jadi,

Keliling jajar genjang = 2 (p + l)

Luas jajar genjang = panjang x tinggi

= p x t

Contoh soal:

Suatu jajar genjang memiliki panjang 25 cm dan tinggi

10 cm. Tentukan luasnya.

Penyelesaian:

Luas = p x t

= 25 x 10

= 250 cm2

Jadi, luas jajar genjang tersebut adalah = 250 cm2

Page 56: Bab I - III

A B

CD

t

P Q

RS

12 cm

T U

17 cm

28 cm

54

d. Trapesium

Gambar 2.7 Bangun Trapesium

Keliling dan luas trapesium diatas dapat ditulis

dengan:

Keliling trapesium = AB + BC + CD + DA

Luas trapesium = 12 (AB + DC) x DE

Contoh soal:

Tentukan keliling dan luas gambar 2.8 soal bangun

trapesium.

Page 57: Bab I - III

D

B

CA

a

55

Gambar 2.8 Soal Bangun Trapesium

Penyelesaian:

UQ = 12 (28 - 12) cm = 8 cm

UR = √172−82

= √289−64

= √225

= 15 cm

Keliling = PQ + QR + RS + SP

= 28 cm + 17 cm + 12 cm + 17 cm

= 74 cm

Luas = 12 (PQ + SR) x UR

= 12 (28 + 12) x 15

= 300 cm2

e. Belah Ketupat

Keliling belah ketupat dapat dihitung

menggunakan rumus:

Keliling belah ketupat

Page 58: Bab I - III

A

B

C

D

56

= AB + BC + CD + DA

= a + a + a + a

= 4a

Jadi,

Gambar 2.9 Bangun Belah

Ketupat

Keliling belah ketupat = 4a

Luas belah ketupat = 12 (AC x BD)

Contoh soal:

Keliling belah ketupat dengan panjang sisi 5 cm

Penyelesaian:

Keliling belah ketupat = 4a

= 4 . 5

= 20 cm

f. Layang-layang

Karena layang-layang mempunyai panjang sisi

AB = BC dan AD = CD, maka:

Keliling layang-layang

Page 59: Bab I - III

A B

C

a

c

b

A B

C

a

c

b

57

= 2 (AB + AD)

Luas layang-layang

= 12 (AC x BD)

Gambar 2.10 Bangun

Layang-layang

Contoh soal:

Suatu layang-layang memiliki panjang diagonal

masing-masing 24 cm dan 21 cm. Hitunglah luas

layang-layang tersebut.

Penyelesaian:

Luas layang-layang = 12 x diagonal 1 x diagonal 2

= 12 x 24 x 21

= 252 cm2

g. Segitiga

Page 60: Bab I - III

A B

C

a

c

b

A B

C

a

c

b

58

Gambar 2.11 Macam-macam Bangun Segitiga

Dari berbagai macam segitiga dengan ukuran

masing-masing sisinya adalah a, b, dan c, maka

keliling dari segitiga tersebut adalah:

Keliling = a + b + c

Page 61: Bab I - III

A B

C

a

t

C

A Bc

ab

59

Untuk menghitung, perhatikan uraian berikut ini.

Luas segitiga siku-siku ABC

= 12 x alas x tinggi

= 12 x a x t

Gambar 2.12

Bangun Layang-layang

Gambar 2.13 Bangun Segitiga Sembarang

Luas segitiga ABC sembarang adalah:

Luas = √s . ( s−a ) . (s−b ) .(s−c)

dengan s = 12 x (a + b + c)

Contoh soal:

Page 62: Bab I - III

CA

B

D

r r

r

r2r = d

60

Diketahui luas segitiga 24 cm2. Jika alas segitiga

tersebut 6 cm, hitunglah tinggi segitiga tersebut.

Penyelesaian:

Luas = 12 x alas x tinggi

24 = 12 x 6 x t

24 = 3 x t

t = 8 cm

Jadi, tinggi segitiga tersebut adalah 8 cm.

h. Lingkaran

Dari lingkaran disamping yang mempunyai jari-

jari r dan diameter d = 2r.

maka:

Keliling = π d

= 2 π r

Gambar 2.14 Bangun

Lingkaran

dengan π = 227

atau π = 3,14

d = 2r → r = 12 d

Page 63: Bab I - III

61

Contoh soal:

Diketahui kelilling suatu lingkaran 66 cm. Tentukan

panjang diameternya.

Penyelesaian:

K = π . d

66 = 227

. d

d = 21 cm

Untuk menghitung luas lingkaran, perhatikan

uraian berikut ini.

Komponen-komponen pada lingkaran:

OA = OB = OC = r = jari-jari

AB = 2r = diameter

BC = busur lingkaran

BOC = juring lingkaran

Daerah yang diarsir adalah tembereng.

Gambar 2.15 Komponen Bangun

Lingkaran

Luas lingkaran = π r2 atau L = 14

π d2

Contoh soal:

Hitunglah luas lingkaran yang mempunyai diameter 42

cm.

Page 64: Bab I - III

62

Penyelesaian:

d = 42 cm → r = 21 cm

L = π r2

= 227

. 212

= 22 . 3. 21

= 1.386 cm2

4. Transformasi Bangun Datar

a. Translasi/Pergeseran

Jika translasi T = (ab) memetakan titik A(x, y) ke

titik A’(x’, y’), maka diperoleh x’ = x+ a dan y’ = y + b

sehingga diperoleh titik A’(x + a, y + b).

Contoh soal:

Sebuah titik A(3, 6) ditranslasikan dengan T(-2, 3).

Tentukan bayangan titik A. Penyelesaian:

A (3,6) → x’ = x + a = 3 + (-2) = 1

y’ = y + b = 5 + 3 = g

Jadi, titik A’(1, 9).

b. Refleksi (Pencerminan)

1) Refleksi terhadap sumbu X, sumbu Y, garis y = x,

dan garis y = -x

Jika titik P(x, y) dicerminkan terhadap sumbu X,

Page 65: Bab I - III

63

maka P’(x, -y).

Jika titik P(x, y) dicerminkan terhadap sumbu Y,

maka P’(-x, y).

Jika titik P(x, y) dicerminkan terhadap garis y =

x, maka P’(y, x).

Jika titik P(x, y) dicerminkan terhadap garis y =

-x, maka P’(-y, -x).

2) Refleksi titik terhadap garis x = a atau y = b

Jika titik P(x, y) dicerminkan terhadap garis x =

a, maka P’(2a - x, y).

Jika titik P(x, y) dicerminkan terhadap garis y =

b, maka P’(x, 2b - y).

Contoh soal 1:

Titik A(1, 2) dicerminkan terhadap sumbu X. Tentukan

bayangan titik A.

Penyelesaian:

A(1, 2) → x’ = x = 1

y’ = -y = -2

Jadi, titik A’(1, -2).

Contoh soal 2:

Titik B(2, 3) dicerminkan terhadap garis x = 3.

Tentukan bayangan titik B.

Penyelesaian:

Page 66: Bab I - III

64

B(2, 3) → x’ = 2a - x = 2 . 3 - 2 = 6 - 2 = 4

y’ = y = 3

Jadi, titik B’(4, 3).

c. Rotasi/Putaran

1) Rotasi terhadap titik pusat O(0, 0)

Misal titik P(x, y) diputar sejauh α radian

yang berlawanan dengan arah jarum jam, maka

diperoleh titik P(x, y), dengan:

x’ = x cos - y sin

y’ = x sin + y cos

2) Rotasi terhadap titik pusat A(a, b)

Misal titik P(x, y) diputar sejauh α radian

yang berlawanan dengan arah jarum jam, maka

diperoleh titik P’(x’, y’), dengan:

x’- a = (x - a) cos - (y - b) sin

y’- b = (x - a) sin +(y - b) cos

Contoh soal:

Titik A(2, 4) dirotasikan sejauh 30°. Tentukan

bayangan titik A dengan pusat O(0, 0).

Penyelesaian:

x’ = x cos - y sin

= 2 cos 30° - 4 sin 30°

Page 67: Bab I - III

65

= 2 . 12 √3 - 4 .

12= √3 -2

y’ = x sin + y cos

= 2 sin 30° + 4 cos 30°

= 2 12 + 4 .

12 √3 = 1 + 2√3

Jadi, bayangannya A’(√3 - 2, 1 + 2√3)

d. Dilatasi (Perkalian)

Dilatasi dilakukan oleh pusat dan faktor

perkaliannya.

Dilatasi ditulis: D = [O, k], dengan O = pusat dilatasi

dan k = faktor skala.

1) Dilatasi terhadap titik O(0, 0)

Titik P(x, y) didilatasikan dengan faktor skala

k, didapat bayangannya P’(x’, y’), dengan:

x’ = k . x

y’ = k . y

2) Dilatasi dengan titik pusat A(a, b)

Titik P(x, y) didilatasikan dengan faktor skala

k, didapat bayangannya P’(x’, y’), dengan:

x’ = a + k(x - a)

y’ = b + k(y - b)

Contoh soal:

Page 68: Bab I - III

66

Suatu segitiga ABC dengan titik sudut A(1, 1), B(5, 1),

dan C(3, 6). Jika titik sudut tersebut dilatasikan dengan

faktor skala [0, 2], tentukan bayangan titik sudut ABC

tersebut. Penyelesaian:

A(1,1) → x’ = k . x = 2 . 1 = 2

y’= k . y = 2 . 1 = 2

B(5,1) → x’ = k . x = 2 . 5 = 10

y’ = k . y = 2 . 1 = 2

C(3,6) → x’ = k . x = 2 . 3 = 6

y’ = k . y = 2 .6 = 12

Jadi, titik A’(2, 2), B’(10, 2), dan C’(6, 12).

e. Matriks-matriks Transformasi yang Bersesuaian

dengan Geometri Pencerminan

Tabel 2.3

Matriks-matriks Transformasi yang Bersesuaian

dengan Geometri Pencerminan

Transformasi Pemetaan

Matriks

yang

Bersesuaian

Pencerminan

terhadap sumbu X

(x, y) → (x, -

y)(1 00 −1)

Page 69: Bab I - III

67

Pencerminan

terhadap sumbu Y

(x, y)→ (-x,

y)(−1 0

0 1)Pencerminan

terhadap garis y = x

(x, y) → (y,

x)(0 11 0)

Pencerminan

terhadap garis y = -x

(x, y) → (-y, -

x)( 0 −1−1 0 )

Pencerminan

terhadap titik asal

(x, y) → (-x, -

y)(−1 0

0 −1)

Contoh soal :

Suatu persegi ABCD mempunyai titik sudut A(2, 1),

B(4, 1), C(4, 3), dan D(2, 3). Jika titik sudut tersebut

dicerminkan terhadap garis y = x, tentukan bayangan

titik ABCD.

Penyelesaian:

A(2, 1) →( x 'y ')=(0 1

1 0)(21)=(12)B(4, 1) →( x '

y ')=(0 11 0)(41)=(14)

C(4, 3) →( x 'y ')=(0 1

1 0)(43 )=(34)D(2, 3) →( x '

y ')=(0 11 0)(23)=(32)

Jadi, titik A’(1, 2), B’(1,4), C’(3,4), dan D’(3, 2).

f. Matriks yang Bersesuaian dengan Dilatasi

Page 70: Bab I - III

68

1) Jika titik P(x, y) didilatasikan dengan faktor dilatasi

[O, k], maka menghasilkan P’(x’, y’), dengan

matriks:

( x 'y ')=(k 0

0 k )( xy )

2) Jika titik P(x, y) didilatasikan dengan faktor [O, k]

dan pusat A(a, b), maka menghasilkan P’(x’; y’)

dengan matriks:

( x 'y ')=(k 0

0 k )+( x−ay−b)+(ab)

Contoh soal:

Jika titik A(-3, 1) dan B(1, -2) didilatasikan dengan

faktor skala [O,-2], tentukan bayangan titik A dan B.

Penyelesaian:

A(-3,1) →( x '

y ' )=(−2 00 −2)(−3

1 )=( 6−2)

B(1,-2) →( x '

y ' )=(−2 00 −2)(12)=(−2

4 )Jadi, titik A’(6,-2) dan B’(-2,4).

g. Matriks yang Bersesuaian dengan Rotasi

Misal titik P(x, y) dirotasikan sebesar α radian

terhadap titik pusat O(0, 0), maka menghasilkan P’(x’,

y’), dengan matriks:

( x '

y ' )=(cosα −sin αsin α cos α )( x

y )Contoh soal:

Page 71: Bab I - III

69

Tentukan bayangan titik P(1, -1) oleh rotasi sebesar

45° dengan pusat O(0, 0).

Penyelesaian:

( x '

y ' )=(cosα −sin αsin α cos α )( x

y )

= (cos 450 −sin 450

sin 450 cos450 )( 1−1)

= (12√2

−12

√2

12√2

12√2 )( 1

−1)

= (12√2+ 1

2√2

12√2−

12√2)=(√2

0 )

Jadi, titik P’(√2, 0).

h. Komposisi Transformasi

1) Komposisi Dua Translasi Berturutan

Jika T1 = (ab) dan T2 = (cd), maka (T 2 ∙ T1 ) (x , y ) dengan

T = (a+cb+d)

2) Komposisi Dua Refleksi Berturutan

a) Refleksi terhadap dua sumbu yang sejajar

sumbu X

Page 72: Bab I - III

70

Jika A(x, y) dicerminkan terhadap garis y

= a dilanjutkan pencerminan terhadap garis y

= b, maka A’’(x, 2(b - a) + y).

b) Refleksi terhadap dua sumbu yang sejajar

sumbu Y

Jika A(x, y) dicerminkan terhadap garis x

= a dilanjutkan pencerminan terhadap garis x

= b, maka A’’ (2(b - a) + x, y)

c) Refleksi terhadap dua sumbu yang saling tegak

lurus

Refleksi berturutan terhadap dua sumbu

yang saling tegak lurus sama dengan rotasi

sejauh 180°, dengan pusat titik potong kedua

sumbu refleksi.

d) Refleksi terhadap dua sumbu yang saling

berpotongan

Jika sumbu pertama membentuk sudut

terhadap sumbu X’, sumbu kedua membentuk

sudut terhadap sumbu X’, maka refleksi

berturutan terhadap sumbu pertama

dilanjutkan terhadap sumbu kedua sama

dengan rotasi sebesar 2( - ), dengan pusat

titik potong kedua sumbu refleksi.

Page 73: Bab I - III

71

3) Komposisi Dua Rotasi yang Sepusat

Rotasi berturutan yang sepusat sama dengan

sebuah rotasi terhadap jumlah kedua sudut rotasi

dengan pusat yang sama, sehingga jika sudut

putar pertama dan sudut putar kedua , maka

berlaku:

( x ## y )=(cos ( α+β ) −sin (α+β )sin (α+β ) cos (α+β ) )(xy )

Contoh soal:

Tentukan bayangan titik (3, 6) karena refleksi

terhadap sumbu Y, dilanjutkan refleksi terhadap

garis y = -x kemudian dilanjutkan lagi dengan

rotasi berpusat di O sejauh π2

.

Penyelesaian :

M1 = refleksi terhadap sumbu Y, maka matriks

yang sesuai untuk M1 adalah (−1 00 1)

M2 = refleksi terhadap garis y = -x, maka

matriks yang sesuai untuk M2 adalah ( 0 −1−1 0 )

M3 = rotasi terhadap pusat O sejauh π2

radian,

Page 74: Bab I - III

72

maka matriks yang sesuai untuk M3 adalah

(cosπ2

−sinπ2

sinπ2

cosπ2) atau (0 −1

1 0 )

Misalkan (x’, y’) adalah bayangan titik (3,6) akibat

komposisi tiga transformasi di atas, maka:

( x '

y ' )=(M 3 . M 2 .M 1 )( xy)

= (0 −11 0 )( 0 −1

−1 0 )(−1 00 1)(36)

= (1 00 −1)(−1 0

0 1)(36)= (−1 0

0 −1)(36)=(−3−6)

Jadi, bayangan titik (3,6) karena transformasi M3 .

M2 . M1 adalah (-3, -6).

G. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reverse

Jigsaw dengan Strategi Every One Is A Teacher Here

terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Menurut Isjoni (2011:73) model pembelajaran adalah

suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan

sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,

mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada

pengajar dikelasnya. Dalam penerapannya model

pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa.

Page 75: Bab I - III

73

Sedangkan menurut Abdorrakhman (2008:42) metode

pembelajaran adalah cara atau pola yang khas dalam

memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta

berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi

proses pembelajaran pada diri pembelajar.

Model pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih

guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan

kemudahan atau fasilitas kepada siswa menuju tercapainya

tujuan yang ditetapkan. Seorang guru harus mampu

menetapkan, memilih dan menerapkan suatu strategi

pembelajaran secara tepat sehingga mampu memecahkan

permasalahan pembelajaran yang ada dan akhirnya dapat

mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran secara

optimal.

Uraian di atas memberikan penjelasan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi

every one is a teacher here memberikan kesempatan kepada

siswa untuk memahami materi pembelajaran secara mandiri

dan mengembangkan kecakapan kognitif (pemahaman

konsep). Siswa belajar melalui proses mencari informasi

berdasarkan fakta-fakta baru, sehingga siswa tidak hanya

mempelajari isi materi pembelajaran, namun juga

mengembangkan cognitive skills-nya.

Siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran

Page 76: Bab I - III

74

kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi every one is a

teacher here akan memperoleh hasil yang baik disebabkan

model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dengan

strategi every one is a teacher here membuat belajar siswa

lebih terarah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

reverse jigsaw dengan strategi every one is a teacher here

memberikan pengaruh terhadap perolehan hasil belajar

siswa.

H. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas

dapat disusun suatu kerangka berpikir guna memperoleh

jawaban sementara antara kesalahan yang timbul. Hal yang

mendasari digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe

reverse jigsaw dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang

telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.

2. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

3. Melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan

dan memahami suatu konsep melalui kegiatan

pemecahan masalah.

Berikut adalah bagan kerangka berpikir dalam

penelitian ini:

1. Hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika masih rendah.2. Proses belajar mengajar masih didominasi oleh guru karena

menggunakan model pembelajaran konvensional, sehingga siswa siswa hanya duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan guru.

Page 77: Bab I - III

75

Gambar 2.16 Bagan Kerangka Berpikir

I. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin

benar atau salah, ia akan ditolak jika salah satu atau lebih

palsu dan akan diterima jika fakta-faktanya membenarkan.

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reverse Jigsaw dengan

Strategi Every One Is A Teacher

Model Pembelajaran Sesuai Tempat Penelitian

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reverse Jigsaw dengan Strategi Every One Is A Teacher:1. Siswa membentuk kelompok asal.2. Siswa mendapat tugas/materi yang

berbeda dari anggota lain di kelompok asal dengan dibekali secarik kertas oleh guru.

3. Siswa membentuk kelompok ahli dan berdiskusi untuk membuat satu pertanyaan di secarik kertas kemudian dikumpulkan.

4. Guru membagi kertas pertanyaan yang dikumpulkan siswa kemudian salah seorang siswa tunjuk jari dan menjawab pertanyaan yang diperolehnya dilanjutkan siswa berikutnya dan seterusnya.

Langkah-langkah Pembelajaran Sesuai Tempat Penelitian:1. Guru memberi

salam2. Mengabsen siswa3. Menyampaikan

materi pembelajaran

4. Pemberian tugas

Ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang signifikan antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe Reverse Jigsaw dengan Strategi Every One Is A Teacher dan siswa yang diberi pembelajaran sesuai tempat penelitian siswa kelas X SMK PGRI 2 Tuban semester genap tahun pelajaran 2014/2015 pada pokok bahasan dimensi

Solusi Alternatif

Page 78: Bab I - III

76

dan tujuan penelitian maka yang menjadi hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

“Ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa

pada pokok bahasan dimensi dua semester genap SMK PGRI

2 Tuban tahun pelajaran 2014/2015 yang signifikan antara

siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe

Reverse Jigsaw dengan Strategi Every One Is A Teacher dan

siswa yang tidak diberi model pembelajaran kooperatif tipe

Reverse Jigsaw dengan Strategi Every One Is A Teacher”.

Page 79: Bab I - III

77

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan merupakan jenis

penelitian eksperimen, yang akan mencari pengaruh antara

dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif. Yang dimaksud

eksperimen disini adalah suatu cara untuk mencari hubungan

sebab-akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang

sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau

mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang bisa

mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud

untuk melihat akibat dari suatu perlakuan yaitu dengan

sengaja menimbulkan variabel-variabel dan selanjutnya

dikontrol untuk melihat pengaruhnya.

B. Rancangan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan

desain Quasi Eksperimen jenis kelompok kontrol tidak

ekuivalen.

Tabel 3.1 Rancangan penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Page 80: Bab I - III

78

Kel.

Eksperimen

O1 X O2

Kel. Kontrol O1 - O2

Arifin (2009: 13)

Keterangan:

O1 : Pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum

diberi perlakuan

O2 : Postes kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi

perlakuan

X : Perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe reverse jigsaw dengan strategi everyone is a

teacher here

Dalam hal ini pada kelompok eksperimen dikenai

perlakuan (X) dengan model pembelajaran kooperatif tipe

reverse jigsaw dengan strategi everyone is a teacher here,

sedangkan pada kelompok kontrol tidak dikenai perlakuan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw

dengan strategi everyone is a teacher here.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMK PGRI 2 Tuban. Karena

di tempat tersebut mudah dijangkau, kepala sekolah

66

Page 81: Bab I - III

79

memberikan izin untuk melakukan penelitian dan saat

proses belajar mengajar guru masih menggunakan cara

konvensional yang berakibat siswa cenderung merasa

bosan saat pembelajaran, sehingga diperlukan cara lain

dalam menyampaikan materi yang bisa menarik minat

belajar siswa.

2. Waktu Penelitian

Waktu kegiatan penelitian ini yaitu pada semester genap

bulan april tahun pelajaran 2014/2015.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas X SMK PGRI 2 Tuban tahun pelajaran 2014/2015

sebanyak 100 siswa terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas X

AK 1 sebanyak 30 siswa, kelas X AK 2 sebanyak 30 siswa,

dan kelas X APK 1 sebanyak 40 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan

sebagai sumber data atau informasi bagi peneliti (Arifin,

2010: 76). Agar sampel mewakili populasi, diperlukan

teknik sampling yang tepat. Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Cluster

Page 82: Bab I - III

80

Random Sampling, yaitu pengambilan sampel yang

pemilihan acaknya didasarkan pada kelompok-kelompok

dalam suatu populasi dan bukan didasarkan pada

individu-individu (Arifin, 2010:70)

Teknik Cluster Random Sampling digunakan karena

memperhatikan ciri-cirinya, antara lain:

a. Siswa mendapatkan materi berdasarkan kurikulum

yang sama.

b. Siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada

tingkat yang sama.

c. Pembagian kelas tidak ada kelas unggulan.

Pada penelitian ini, peneliti akan memilih satu kelas

sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas

kontrol.

a. Kelas X AK 1 terpilih sebagai kelas eksperimen. Pada

kelas ini, siswa diberikan model pembelajaran

kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi

everyone is a teacher here.

b. Kelas X AK 2 terpilih sebagai kelas kontrol. Pada kelas

ini, siswa tidak diberikan model pembelajaran

kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi

everyone is a teacher here.

E. Jenis dan Sumber Data

Page 83: Bab I - III

81

1. Jenis Data

Jenis data adalah keterangan mengenai suatu hasil

yang diperoleh baik berupa angka (bilangan) dan mungkin

juga tidak berupa angka. Data berdasarkan jenisnya

dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Data kuantitatif yaitu data yang dapat diukur secara

langsung dan dapat dinilai dengan angka, misalnya

nilai hasil tes, umur, jumlah, tinggi dan sebagainya.

b. Data kualitatif yaitu data yang tidak dapat diukur

melainkan mengukurnya melalui manifestasi saja dan

disajikan dalam bentuk kategori. Hasil pengukuran ini

berbentuk verbal, misalnya baik, cukup, kurang dan

sebagainya.

Dalam penelitian ini menggunakan jenis data

kuantitatif yaitu data yang berupa angka. Dalam

penelitian ini data kuantitatifnya adalah nilai pretes untuk

mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen

dan kelas kontrol, dan nilai postes untuk mengetahui hasil

belajar matematika siswa setelah pembelajaran. Dalam

hal ini skor nilai tes hasil belajar matematika siswa

(postes) langsung diperoleh dari sumber atau subjek yaitu

siswa kelas X AK 1 dan kelas X AK 2 SMK PGRI 2 Tuban

tahun pelajaran 2014/2015.

2. Sumber Data

Page 84: Bab I - III

82

Sumber data penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari

sumber asli, sedangkan data sekunder adalah data yang

diperoleh sudah dalam bentuk jadi atau data yang sudah

diolah dari sekolah. Dalam penelitian ini yang menjadi

data primer adalah:

a. Data nilai tes hasil belajar siswa kelas X AK 1 yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

reverse jigsaw dengan strategi everyone is a teacher

here.

b. Data tes hasil belajar siswa kelas X AK 2 yang tidak

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

reverse jigsaw dengan strategi everyone is a teacher

here.

Adapun yang menjadi data sekunder adalah daftar

nama siswa kelas X AK 1 sebagai kelas eksperimen dan

kelas X AK 2 sebagai kelas kontrol.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu kejadian

untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan dapat

diolah menjadi suatu data yang disajikan sesuai dengan

masalah yang dihadapi dalam penelitian. Dalam penelitian ini

Page 85: Bab I - III

83

teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes.

Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil

belajar siswa. Dalam menentukan nilai awal peneliti

menggunakan pretes. Tes akhir (postes) digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol sesudah peneliti memberikan perlakuan berupa

pembelajaran menggunakan kooperatif tipe reverse jigsaw

dengan strategi everyone is a teacher here untuk kelas

eksperimen dan tanpa menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi everyone is a

teacher here untuk kelas kontrol.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti

lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah” (Arikunto, 2010: 203). Sedangkan Sugiyono (2010:

102) mendefinisikan instrumen penelitian sebagai suatu alat

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun

sosial yang diamati.

Instrumen yang digunakan peneliti adalah tes hasil

belajar siswa. Tes tersebut terdiri dari pretes dan postes.

Page 86: Bab I - III

84

Pretes diberikan sebelum pembelajaran sedangkan postes

diberikan setelah pembelajaran baik di kelas X AK 1 yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe reverse

jigsaw dengan strategi everyone is a teacher here sebagai

kelas eksperimen maupun kelas X AK 2 yang tidak

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe reverse

jigsaw dengan strategi everyone is a teacher here sebagai

kelas kontrol. Jenis soal yang digunakan adalah tes tertulis

dalam bentuk uraian (essay).

H. Pengembangan Instrumen

Metode Penyusunan Perangkat Tes

Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah

sebagai berikut:

1. Melakukan pembatasan materi yang diujikan

2. Menentukan jumlah butir soal

3. Menentukan waktu mengerjakan soal

4. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, kunci jawaban,

dan penentuan skor

5. Menulis butir soal

6. Melakukan validasi soal kepada validator

Dalam penelitian ini aspek yang divalidasi

diantaranya dari segi materi, konstruk, dan bahasa oleh

Page 87: Bab I - III

85

validator yaitu Bapak Yusuf, S.Pd selaku guru matematika

kelas X SMK PGRI 2 Tuban. Adapun penjabaran dari

validitas tersebut sebagai berikut:

a. Validasi materi

1) Soal sesuai dengan indikator

2) Batasan jawaban atau ruang lingkup yang diukur

sudah jelas

3) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan

pengukuran

4) Isi materi tes sesuai jenis sekolah dan tingkat kelas

b. Validasi konstruk

1) Rumusan butir soal menggunakan kata tanya atau

perintah yang menuntut jawaban uraian

2) Rumusan butir soal tidak menimbulkan penafsiran

ganda

c. Validasi bahasa

1) Butir soal menggunakan bahasa sederhana,

komunikatif, dan mudah dipahami

2) Rumusan butir soal menggunakan kaidah bahasa

Indonesia yang baik dan benar

3) Rumusan butir soal tidak menggunakan bahasa

yang berlaku setempat (budaya setempat)

Dengan keterangan sebagai berikut:

Page 88: Bab I - III

86

a. LD = layak digunakan

b. LDP = layak digunakan dengan perbaikam

c. TDL = tidak layak digunakan

Hasil validasi soal tes hasil belajar dari Bapak Yusuf,

S.Pd dan Ibu Susiani, S.Pd menyimpulkan bahwa soal tes

hasil belajar Layak Digunakan (LD).

Selanjutnya soal tes itu akan dilakukan uji coba di kelas

X APK 1 terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran terpenuhi atau

tidaknya validitas dan reliabilitas. Data hasil uji coba dianalisis berdasarkan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Validitas

Nilai validitas tes butir soal ini didapat dengan mengkorelasikan

skor hasil uji coba tiap butir soal dengan skor totalnya. Nilai validitas

dihitung dengan menggunakan rumus korelasi produk-moment memakai

angka kasar (row score).

Rumusnya adalah:

rxy = N ∑ XY−(∑ X )(∑Y )

√(N ∑ X2−(∑ X )2)(N ∑Y 2−(∑Y )2)

Keterangan :

r xy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N : Banyaknya siswa uji coba

X : Jumlah skor uji coba

Y : Jumlah skor ulangan harian

Page 89: Bab I - III

87

Menurut Guilford (dalam Suherman, 1990: 147), interpretasi nilai

r xy dapat dikategorikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kriteria validitas Butir Soal

Koefisien validitas (rxy) Interpretasi

0,90 < r XY ≤ 1,00 Korelasi sangat tinggi

0,70 < r XY ≤ 0,90 Korelasi tinggi

0,40 < r XY≤ 0,70 Korelasi sedang

0,20 < r XY ≤ 0,40 Korelasi rendah

r XY ≤ 0,20 Korelasi sangat rendah

2. Reliabilitas

Untuk menghitung koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal

dengan rumus Alpha, seperti dibawah ini:

r11=( nn−1 ) (1 −

∑ S i2

St2 )

Keterangan :

r11 : Koefisien reliabilitas

n : Banyak butir soal

si2 : Jumlah varians skor setiap item

st2 : Varians skor total

(Suherman, 1990: 194)

Page 90: Bab I - III

88

Untuk mencari varians digunakan rumus:

si2=

Σ X2−(ΣX i)

n

2

n

Untuk koefisien reliabilitas yang menyatakan derajat keterandalan

alat evaluasi dinyatakan dengan r11. Tolak ukur untuk

menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan

tolak ukur yang dibuat oleh Guilford (dalam Suherman, 1990: 177)

sebagai berikut:

Page 91: Bab I - III

89

Tabel 3.3

Kriteria Reliabilitas Butir Soal

Koefisien Reliabilitas

( r11 )Interpretasi

r11 ≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 < r11 ≤ 0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,40 < r11≤ 0,60 Derajat reliabilitas sedang

0,60<r11≤ 0,80 Derajat reliabilitas tinggi

0,80<r11≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dimaksud adalah cara untuk

menganalisa data yang diperoleh dari hasil pengumpulan

data. Data yang dianalisis dari penelitian ini adalah data

sebelum dan sesudah penelitian. Data sebelum penelitian

digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu data nilai pretes

dari kelas X AK 1 dan kelas X AK 2. Setelah kedua sampel

diketahui kemampuan awalnya sama, kedua kelas tersebut

diberi perlakuan yang berbeda kemudian diberi tes akhir

(postes). Teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini

meliputi:

1. Analisis Awal

Page 92: Bab I - III

90

Analisis awal bertujuan untuk mengetahui bahwa

kedua kelas yang menjadi sampel penelitian memiliki

kemampuan awal yang sama dalam pelajaran

matematika, artinya kelas yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dengan

strategi everyone is a teacher here dan kelas yang tidak

diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe reverse

jigsaw dengan strategi everyone is a teacher here

memiliki kemampuan yang relatif sama. Untuk

mengetahui hal tersebut dilakukan uji-t untuk dua sampel

bebas dengan menggunakan data pretes. Sebelum uji-t

untuk dua sampel bebas dilakukan, terlebih dahulu uji

prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas. Berikut penjelasan mengenai teknik analisis

data awal:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui

apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi

normal atau tidak. Data yang digunakan adalah data

kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari nilai postes.

Dalam uji normalitas ini, peneliti menggunakan

bantuan program komputer SPSS 17.0 for Windows

yaitu uji Kolmogorov Smirnov dan uji Shapiro-Wilk

Page 93: Bab I - III

91

dengan tahapan menganalisis sebagai berikut.

1) Merumuskan Hipotesis

H0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi

normal

H1: Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi

normal

2) Menentukan taraf signifikansi (α)

Dalam penelitian ini taraf signifikansi (α) yang

digunakan adalah 0,05.

3) Menghitung statistik uji

4) Menentukan kriteria pengujian

a) Jika probabilitas atau Sig. > 0,05 maka H0

diterima

b) Jika probabilitas atau Sig. ≤ 0,05 maka H0

ditolak

5) Menarik kesimpulan

Langkah-langkah uji normalitas dengan

menggunakan program komputer SPSS 17.0 for

Windows adalah sebagai berikut:

1) Membuat desain variabel

Untuk membuat desain variabel, masukkan ke

menu Variabel View.

2) Memasukkan data

Page 94: Bab I - III

92

Untuk memasukkan data, pilihlah perintah Data

View. Setelah itu masukkan data.

3) Analisis

Cara menganalisis sebagai berikut.

Klik Analyze

Pilih Deskriptive Statistics

Klik Explore

Pindahkan variabel nilai pretes ke kolom

Dependent List, kelas ke kolom Faktor List

Klik Plot. Cek Normality plot with test

Klik Continue

Klik OK untuk diproses

4) Hasil Output analisis akan muncul.

b. Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas variansi dilakukan untuk

mengetahui apakah variansi data populasi penelitian

bersifat homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas

variansi peneliti menggunakan bantuan program

komputer SPSS 17.0 for Windows. Cara pengujiannya

sebagai berikut.

1) Merumuskan hipotesis

H0: Tidak ada perbedaan variansi antara nilai

Page 95: Bab I - III

93

pretes kelas kontrol dan eksperimen.

H1: Ada perbedaan variansi antara nilai pretes

kelas kontrol dan eksperimen.

2) Menentukan taraf signifikansi (α)

Dalam penelitian ini taraf signifikansi (α) yang

digunakan adalah 0,05.

3) Menghitung statistik uji

Statistik uji menggunakan rumus:

F = S12

S22

dengan,

S12 = Varian besar

S22 = Varian kecil

Varian dapat dihitung dengan rumus S2 =

∑ X2

n−(∑ X

n )2

4) Menentukan kriteria pengujian

a) Jika F(1-α)(n1-1) < Fhitung < F1/2a(n1-1)(n2-1) maka H0

diterima

b) Jika Fhitung ≥ F1/2a(n1-1)(n2-1) maka H0 ditolak

dengan dk pembilang = n1 dan dk

penyebut = n2

5) Menarik kesimpulan

Page 96: Bab I - III

94

Langkah-langkah uji homogenitas variansi

dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0

for Windows adalah sebagai berikut.

1) Membuat desain variabel

Untuk membuat desain variabel, masukkan ke

menu Variabel View.

2) Memasukkan data

Untuk memasukkan data, pilihlah perintah Data

View. Setelah itu masukkan data.

3) Analisis

Cara menganalisis sebagai berikut:

Klik Analyze.

Pilih Deskriptive Statistics.

Klik Explore.

Pindahkan variabel hasil ke kolom Variabels.

Pilih Statistics dan lakukan cek untuk pilihan:

Deskriptive, isikan pada confidence interval

for mean.

Klik Continue.

Klik Plot untuk menampilkan diagram batang

daun, histogram dan melakukan uji homogen,

pilih levene test untuk Untransformed.

Klik Continue.

Page 97: Bab I - III

95

Klik OK untuk diproses.

4) Hasil Output analisis akan muncul

c. Uji-t untuk Dua Sampel Bebas

Langkah-langkah uji-t untuk dua sampel bebas

adalah sebagai berikut.

a. Merumuskan hipotesis

H0: Tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan

antara nilai pretes kelas kontrol dan

eksperimen.

H1: Ada perbedaan rata-rata yang signifikan

antara nilai pretes kelas kontrol dan

eksperimen.

b. Menentukan taraf signifikansi (α)

Dalam penelitian ini taraf signifikansi (α) yang

digunakan adalah 0,05.

c. Menghitung statistik uji

Statistik uji yang digunakan jika variansi kedua

populasi sama (homogen) adalah sebagai berikut:

t =

x1−x2

s √ 1n1

+ 1n2

dengan s2 = (n¿¿1−1) s12+¿

(n¿¿ 2−1) s22

n1+n2−2¿¿¿

Page 98: Bab I - III

96

Jika variansi kedua populasi tidak sama (tidak

homogen) maka statistik uji yang digunakan

adalah:

t =

x1−x2

√ s12

n1

+s22

n2

dengan derajat bebasnya adalah dk = ¿¿¿

d. Menentukan kriteria pengujian

1) Jika thitung ≤ −t(1− α

2 ), dk atau thitung ≥ t(1− α2 ), dk maka

tolak H0

2) Jika −t(1−α

2 ), dk < thitung < t(1−α2 ), dk maka terima H0

Derajat kebebasan (dk) diartikan sebagai

jumlah total pengamatan dalam sampel (n)

dikurangi banyaknya kendali (linier) bebas atau

pembatasan (restriksi) yang diletakan atas

pengamatan tersebut. Dengan kata lain, angka

derajat kebebasan adalah banyaknya pengamatan

bebas dari total pengamatan n. Sehingga rumus

umum untuk menentukan derajat kebebasan (dk)

adalah total pengamatan (n) dikurangi banyaknya

parameter yang ditaksir atau dk = n - banyaknya

parameter yang ditaksir (k) (Gujarati, 1978).

Karena dalam penelitian ini menggunakan dua

Page 99: Bab I - III

97

sampel bebas maka derajat kebebasannya

dirumuskan dk = n1 + n2 - 2.

e. Menarik kesimpulan

Langkah-langkah uji-t untuk dua sampel

bebas dengan menggunakan program komputer

SPSS 17.0 for Windows adalah sebagai berikut.

1) Klik Analyze

2) Pilih Compare Means

3) Klik Independent-Sample t Test

4) Pindahkan variabel nilai pretes dalam kotak

Test Variabel dan variabel kelas ke dalam kotak

Grouping Variabel, kemudian didefinisikan

grupnya sebagai berikut, isikan angka 1 pada

Group 1, 2 pada Group 2

5) Kemudian klik Continue

6) Klik OK untuk diproses

2. Analisis Akhir

Analisis akhir ini bertujuan untuk mengetahui

apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar

matematika siswa antara siswa yang diberi model

pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dengan

strategi everyone is a teacher here dan hasil belajar

Page 100: Bab I - III

98

matematika siswa tanpa diberi model pembelajaran

kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi everyone is

a teacher here. Data yang digunakan adalah data nilai

postes. Seperti pada analisis awal, analisis akhir ini juga

menggunakan uji-t untuk dua sampel bebas, namun

sebelum melakukan uji-t untuk dua sampel bebas maka

harus dilakukan uji prasyarat analisis dengan melakukan

uji normalitas dan uji homogenitas. Namun pada uji-t dua

sampel bebas, hipotesis yang digunakan disesuaikan

dengan perumusan hipotesis yang terdapat pada bab 2.

3. Uji Non Parametrik Mann-Whitney Test

Uji Mann-Whitney Test ini dilakukan apabila syarat-

syarat untuk melakukan uji-t tidak terpenuhi, yaitu uji

normalitas. Tujuan dari uji Mann-Whitney Test adalah

untuk menguji hipotesis dari dua sampel bebas. Karena

kedua sampel lebih besar dari 20 maka statistik uji yang

digunakan adalah statistik uji z. Langkah-langkah uji

Mann-Whitney adalah sebagai berikut.

a. Merumuskan hipotesis

H0: Tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan

antara nilai pretes/postes kelas kontrol dan

eksperimen.

Page 101: Bab I - III

99

H1: Ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara

nilai pretes/postes kelas kontrol dan eksperimen.

b. Menentukan taraf signifikansi (α)

Dalam penelitian ini taraf signifikansi (α) yang

digunakan adalah 0,05.

c. Menghitung statistik uji

Statistik uji menggunakan rumus:

z = U−

n1n2

2

√(n1n2)(n1+n2+1)12

dengan U = n1 n2 + n1(n1+1)

2 - R1 atau U = n1 n2 +

n2(n2+1)2

- R2

R1 = jumlah ranking dengan ukuran sampel n1

R2 = jumlah ranking dengan ukuran sampel n2

d. Menentukan kriteria pengujian

1) Jika zhitung ≤ −z(1−α

2 ) atau zhitung ≥ z(1−α2 ) maka tolak H0

2) Jika −z(1−α

2 ) < thitung < z(1−α2 ) maka terima H0

e. Menarik kesimpulan

Langkah-langkah uji Mann-Whitney Test

menggunakan program komputer SPSS 17.0 for Windows

adalah sebagai berikut:

Page 102: Bab I - III

100

a. Membuat desain variable

Untuk membuat desain variabel, masuklah ke menu

Variabel view

b. Masukkan data

Untuk memasukkan data, pilihlah perintah Data View.

Setelah itu masukkan data.

c. Analisis

Cara menganalisis sebagai berikut.

1) Klik Analyze

2) Klik Non-Parametriz Test

3) Klik Two Independent Samples

4) Pilih data Test variable dan Grouping variable

5) Klik Define Group dan definisikan groupnya

sebagai berikut. 1 pada group 1, dan angka 2 pada

group 2. Kemudian klik Continue

6) Pada test Type, pilih Mann-Whitney U

7) Klik Option, pilih Statistic. Kemudian pilih

Descriptive

8) Klik Continue

9) Klik OK untuk diproses.

Page 103: Bab I - III

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Filosofi,

Teori, & Aplikasinya. Surabaya : Lentera Cendekia

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Saiful Bahri dan Azwar Zain. 2010. Strategi belajar

Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum & Pembeljaran. Jakarta: PT

Sinar Grafika

Hamdani. 2011. Strategi belajar Mengajar. Bandung: CV Pusaka

Setia

Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya

Isjoni, 2009. Pembelajaran Kooperatif : Meningkatkan Kecerdasan

Komunikasi Antar Siswa. Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Nasution, S. Berbagai Pendekatan dan Proses Belajar Mengajar.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Page 104: Bab I - III

2

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning : Teori, Riset, dan

Praktek. Bandung: Nusa Media

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Sinar Baru

Suprijoni, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi

PAIKEM. Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:

Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana

Widyantini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam

Pembelajaran Matematika SMK. Yogyakarta: P4TK

Matematika

2013. Panduan Praktikum Statistika Dasar. Prodi Pendidikan

Matematika UNIROW Tuban.