Bab I - III
-
Upload
samnisful-afandi -
Category
Documents
-
view
279 -
download
3
description
Transcript of Bab I - III
‘‘PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
REVERSE JIGSAW DENGAN STRATEGI EVERYONE IS A
TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA SMK’’
SKRIPSI
Oleh:
MOCHAMAD AFFANDY
NPM : 1104110076
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE (UNIROW) TUBAN
2
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan
siswa dalam proses belajar mengajar. Belajar merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar
adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru. Dalam interaksi
belajar mengajar terjadi proses saling mempengaruhi. Baik
dari guru kepada siswa, siswa kepada guru maupun antar
siswa atau dapat dikatakan sebagai hubungan timbal balik.
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang
dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya
guna membelajarkan siswa. Guru yang mengajar dan siswa
yang belajar. Perpaduan antara kedua unsur manusiawi ini
lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan
sebagai mediumnya. Disana semua komponen pengajaran
diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran
yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan
(Djamarah dan Zain, 2010:37).
Tugas guru dalam rangka optimalisasi proses belajar
mengajar adalah sebagai fasilitator yang mampu
mengembangkan kemauan belajar siswa, mengembangkan
2
kondisi belajar yang relevan agar tercipta suasana belajar
secara wajar dengan penuh kegembiraan, dan mengadakan
pembatasan positif terhadap dirinya sendiri sebagai seorang
guru (Hamdani, 2011:79).
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari
keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut,
keberhasilan tersebut dapat dilihat dari tingkat pemahaman
dan penguasaan materi serta hasil belajar. Semakin tinggi
pemahaman, penguasaan materi dan hasil belajar, maka
tingkat keberhasilan dalam pembelajaran pun semakin tinggi.
Agar siswa mudah mengerti dan memahami pelajaran yang
disampaikan haruslah seorang guru menggunakan strategi,
model, atau metode pembelajaran tertentu dalam aktivitas
belajar mengajar agar siswa lebih bisa merespon dan
aktivitas dalam kegiatan belajar mengajarpun semakin hidup
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata
pelajaran yang diajarkan diseluruh jenjang sekolah, dari
sekolah dasar hingga sekolah menengah. Pembelajaran
matematika bertujuan agar siswa mampu menggunakan atau
menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam belajar pengetahuan lain, selain itu dengan belajar
1
3
matematika diharapkan pula diperoleh kemampuan bernalar
siswa yang tercermin melalui berpikir kritis, logis dan
sistematis dan memiliki sikap objektif, jujur, disiplin dalam
memecahkan suatu permasalahan. Selain itu dengan belajar
matematika siswa dapat memanfaatkan matematika untuk
mengungkapkan gagasan dan berkomunikasi (Depdiknas,
2006: 1).
Dalam pembelajaran di sekolah, matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap
sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran matematika diperlukan suatu metode mengajar
yang bervariasi. Hal ini berarti dalam penggunaan metode
mengajar tidak harus sama untuk semua materi, sebab dapat
terjadi bahwa suatu metode mengajar tertentu cocok untuk
satu materi tetapi tidak untuk materi yang lain. Hasil
observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada SMK PGRI 2
TUBAN menunjukan bahwa pembelajaran matematika di
sekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran
konvensional yakni suatu model pembelajaran yang banyak
didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara pasif
menerima informasi pengetahuan dan keterampilan. Hal ini
diduga merupakan salah satu penyebab terhambatnya
kreativitas dan kemandirian siswa sehingga menurunkan
4
hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan Bpk. Yusuf S.Pd sebagai guru yang mengajar
di kelas X memberi informasi bahwa rata-rata hasil belajar
matematika siswa pada semester I tahun 2014/2015 sebesar
4,76. Ini membuktikan bahwa hasil belajar matematika siswa
masih tergolong rendah dan belum mencapai KKM (kriteria
ketuntasan minimal) yaitu 70.
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan
suatu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa
secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Salah satu
model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara
aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada
pembelajaran matematika karena dalam mempelajari
matematika tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal
konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu
pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan
matematika dengan baik dan benar. Melalui model
pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya,
saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada teman
dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji dan menguasai
5
materi pelajaran matematika sehingga nantinya akan
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang dipilih
adalah model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw,
model pembelajaran ini merupakan modifikasi dari model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sehingga langkah-
langkah pembelajarannya pun tidak jauh berbeda dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu setiap
anggota mendapat satu sub materi yang berbeda dengan
anggota lain di “kelompok asal”, sehingga semua sub materi
akan dibahas dalam setiap “kelompok asal”. Setiap siswa
berusaha untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan
guru yang dibahas di “kelompok ahli”. Kemudian siswa
kembali ke “kelompok asal” dan menyampaikan hasil diskusi
ke seluruh siswa. Dengan pemilihan model ini, diharapkan
pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan
memberi kesan yang kuat kepada siswa.
Untuk meningkatkan minat dan hasil belajar
matematika siswa di sekolah peneliti juga menggunakan
strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam
penelitian ini strategi pembelajaran yang digunakan adalah
6
strategi everyone is a teacher here. Sedangkan strategi
pembelajaran everyone is a teacher here didefinisikan
sebagai sebuah strategi yang mudah, guna memperoleh
partisipasi kelas secara keseluruhan dan tanggung jawab
secara individu. Strategi ini memberikan kesempatan kepada
setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman-
temannya. Dengan strategi ini, siswa yang selama ini tidak
mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif.
Berdasarkan pemikiran diatas, muncullah pertanyaan
apakah model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw
dengan strategi everyone is a teacher here berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika siswa? Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
‘‘PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
REVERSE JIGSAW DENGAN STRATEGI EVERYONE IS A
TEACHER HERE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA SMK’’
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka
dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika masih
rendah.
7
2. Proses belajar mengajar masih didominasi oleh guru
karena menggunakan model pembelajaran konvensional,
sehingga siswa siswa hanya duduk secara pasif menerima
informasi pengetahuan dan keterampilan yang
disampaikan guru.
C. Batasan Masalah
Agar masalah yang dikaji tidak meluas, maka
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Penelitian hanya dilakukan pada siswa kelas X SMK PGRI 2
TUBAN semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
2. Penelitian ini hanya meneliti pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dengan
strategi everyone is a teacher here terhadap hasil belajar
matematika siswa pada pokok bahasan dimensi dua.
3. Hasil belajar siswa yang diukur hanya meliputi aspek
kognitif.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, dan batasan masalah, permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah :
8
“Adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
reverse jigsaw dengan strategi everyone is a teacher here
terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan
dimensi dua kelas X semester genap SMK PGRI 2 Tuban tahun
pelajaran 2014/2015?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian adalah :
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi
everyone is a teacher here terhadap hasil belajar matematika
siswa pada pokok bahasan dimensi dua kelas X semester
genap SMK PGRI 2 Tuban tahun pelajaran 2014/2015.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dibagi
menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat
secara praktis. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
b. Memperbaiki layanan maupun hasil kerja dalam suatu
lembaga atau sekolah.
c. Mengembangkan profesionalisme dan kreativitas guru
9
untuk meningkatkan apa yang telah dilakukan oleh
seorang guru selama proses pembelajaran.
d. Menghasilkan proses penelitian yang mempunyai
banyak manfaat bagi subjek ataupun peneliti.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam melaksanakan pembelajaran matematika
dan mengembangkan atau menyempurnakan
pembelajaran matematika dengan menggunakan
model, dan media yang dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
2. Dapat meningkatkan kreativitas guru dalam
memilih media pembelajaran yang lebih tepat
sehingga proses belajar mengajar matematika
lebih menarik dan menyenangkan siswa.
b. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas
siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
2) Dapat memberikan pengalaman baru sehingga
kegiatan belajar mengajar matematika menjadi
lebih menyenangkan.
3) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
10
sehingga mampu meningkatkan hasil belajar.
c. Bagi Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
perbaikan proses pembelajaran di sekolah.
d. Bagi Peneliti
1) Dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang
strategi
pembelajaran matematika yang lebih efektif dan
menyenangkan.
2) Dapat memberikan informasi bagi peneliti sebagai
calon pendidik agar dapat menggunakan model
pembelajaran yang tepat dalam mengajar
matematika.
G. Asumsi Penelitian
Asumsi adalah suatu pernyataan yang dianggap benar
tanpa perlu menampilkan data-data untuk membuktikannya.
Asumsi dalam penelitian ini adalah :
1. Semua siswa mendapat perlakuan yang relatif sama saat
pelaksanaan penelitian.
2. Guru yang mengelola pembelajaran dianggap
bersungguh-sungguh dalam mengelola pembelajaran.
11
H. Spesifikasi Variabel
Penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diselidiki.
Dua variabel tersebut meliputi:
1. Variabel bebas yaitu variabel yang diselidiki pengaruhnya.
Dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi everyone is
a teacher here.
2. Variabel terikat yaitu variabel yang diramalkan akan
timbul dalam hubungan fungsional atau sebagai pengaruh
dari variabel bebas. Dalam penelitian ini adalah hasil
belajar matematika.
I. Definisi Istilah
Agar tidak terjadi salah pengertian atau salah penafsiran
terhadap judul penelitian, maka penulis memberikan batasan
tentang beberapa pengertian mengenai istilah-istilah dari
variabel yang diharapkan memberikan gambaran yang jelas
mengenai judul penelitian:
1. Pengaruh
Pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan
yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda
serta segala sesuatu yang ada di alam sehingga
mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya. Dalam
12
penelitian ini ingin diketahui apakah model pembelajaran
kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi everyone is
a teacher here berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang mencakup suatu kelompok belajar
siswa kecil dan memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda-beda yang bekerja sebagai suatu tim untuk
menyelesaikan suatu masalah, mengerjakan sesuatu
untuk mencapai tujuan bersama yang dicirikan oleh
struktur tugas, tujuan dan penghargaan kelompok.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reverse Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw
merupakan modifikasi dari model pembelajaran jigsaw.
Setiap anggota mendapat satu sub materi yang berbeda
dengan anggota lain di “kelompok asal”, sehingga semua
sub materi akan dibahas dalam setiap “kelompok asal”.
Setiap siswa berusaha untuk bertanggung jawab atas
tugas yang diberikan guru yang dibahas di “kelompok
ahli”. Kemudian siswa kembali ke “kelompok asal” dan
menyampaikan hasil diskusi ke seluruh siswa.
4. Strategi Everyone Is a Teacher Here
13
Strategi everyone is a teacher here adalah sebuah
strategi yang memberikan kesempatan kepada setiap
siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman-temannya.
Siswa yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta
dalam pembelajaran secara aktif.
5. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar matematika adalah perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemampuan saja. Artinya hasil belajar tidak dilihat secara
fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
Dalam penelitian ini hasil belajar ditinjau dari ranah
kognitif siswa. Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran cooperative learning adalah
salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa
sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan
suasana kelas yang demokratis, yang saling
membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar
dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal.
Slavin (dalam Isjoni, 2009:15) pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan
struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal
dan Hans (dalam Isjoni, 2009:15) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara
pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus
dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar
bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya
Stahl (dalam Isjoni, 2009:15) menyatakan pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik
15
dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam
perilaku sosial.
Menurut Muslimin (dalam Widyantini, 2008:4),
pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama
antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sementara itu menurut Wina dalam
(Widyantini, 2008:4), model pembelajaran kelompok
adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan.
Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan
strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut
dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih
menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok.
Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan
akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran,
tetapi juga adanya unsur keija sama untuk penguasaan
materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi
ciri khas dari pembelajaran kooperatif (Trianto, 2010:60).
Model pembelajaran kooperatif akhir-akhir ini
menjadi perhatian dan dianjurkan oleh para ahli
pendidikan untuk digunakan. Slavin (2009:122)
12
16
mengemukakan dua alasan, yaitu: 1) beberapa hasil
penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar
siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan
hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan
harga diri, 2) pembelajaran kooperatif dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,
memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan.
Model pembelajaran kooperatif memiliki dua
komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif dan
komponen struktur insentif kooperatif. Tugas kooperatif
berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja
sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan
struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang
membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama
mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap
sebagai keunikan dari model pembelajaran kooperatif,
karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok
bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi
anggota lain menguasai materi pelajaran sehingga
17
mencapai tujuan kelompok (Sanjaya, 2007:243).
Suprijoni (2009:54) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-
bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh
guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap
lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan
tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan
bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk
membantu siswa menyelesaikan masalah yang
dimaksudkan. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian
tertentu pada akhir tugas.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para
ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mencakup suatu kelompok belajar siswa kecil dan
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda yang
bekerja sebagai suatu tim untuk menyelesaikan suatu
masalah, mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama yang dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan
penghargaan kelompok.
2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
18
Terdapat empat karakteristik pembelajaran
kooperatif (Sanjaya, 2007:244-246), seperti dijelaskan di
bawah ini.
a. Pembelajaran Secara Tim
Model pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota
tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria
keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh
keberhasilan tim.
Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya,
kelompok terdiri atas anggota yang memiliki
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar
belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan
agar setiap anggota kelompok dapat saling
memberikan pengalaman, saling memberi dan
menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat
memberikan kontribusi terhadap keberhasilan
kelompok.
b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
19
Sebagaimana pada umumnya, manajemen
mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi
perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan,
dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam model
pembelajaran kooperatif.
c. Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif
ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh
sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan
dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota
kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung
jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan
perlunya saling membantu, misalnya yang pintar perlu
membantu yang kurang pintar.
d. Keterampilan Bekerja Sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian
dipraktekkan melalui aktifitas dan kegiatan yang
tergambarkan dalam ketrampilan bekerja sama.
Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau
dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan
anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai
hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi,
sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,
20
mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi
kepada keberhasilan kelompok.
3. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat prinsip dasar model pembelajaran
kooperatif (Sanjaya, 2007:246-247), sebagai berikut:
a. Prinsip Ketergantungan Positif
Dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan
suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada
usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.
Oleh sebab itu perlu disadari oleh setiap anggota
kelompok bahwa keberhasilan penyelesaian tugas
kelompok akan ditentukan kinerja masing-masing
anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam
kelompok akan merasa saling ketergantungan.
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif,
setiap anggota kelompok masing-masing perlu
membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya.
Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan
kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakekat
ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak
mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota
yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua
21
ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-
masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang
mempunyai kemampuan lebih diharapkan mau dan
mampu membantu temannya untuk menyelesaikan
tugasnya.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip
yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok
tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap
anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab
sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus
memberikan yang terbaik untuk keberhasilan
kelompoknya.
c. Interaksi Tatap Muka
Model pembelajaran kooperatif memberi ruang
dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka saling memberikan
informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap
muka akan memberikan pengalaman yang berharga
kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama,
menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan
22
kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi
kekurangan masing-masing. Kelompok belajar
kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal
dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan
akademik. Perbedaan semacam ini akan menjadi
modal utama dalam proses saling memperkaya antar
anggota kelompok.
d. Partisipasi dan Komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk
mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Untuk
dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa
perlu dibekali kemampuan-kemampuan
berkomunikasi. Ketrampilan berkomunikasi memang
memerlukan waktu. Oleh sebab itu, guru perlu terus
melatih dan melatih sampai akhimya setiap siswa
memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator
yang baik.
(Sanjaya, 2007:246-247)
4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di
dalam pelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukan pada Tabel
23
2.1 di bawah ini:
Tabel 2.1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
LangkahTingkah laku
guru
Tingkah laku
siswa
Langkah 1
Menyampaik
an tujuan
dan
memotivasi
siswa
Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
dan
mengkomunikas
ikan kompetensi
dasar yang akan
dicapai pada
pelajaran serta
memotivasi
siswa belajar
Mendengarkan
penjelasan
Guru
LangkahTingkah laku
guru
Tingkah laku
siswa
Langkah 2
Menyajikan
Guru
menyajikan
Menyimak dan
memperhatikan
24
informasi informasi
kepada siswa
materi yang
dijelaskan guru
Langkah 3
Mengorganis
asikan siswa
ke dalam
kelompok-
kelompok
belajar
Guru
menjelaskan
kepada siswa
bagaimana
cara
membentuk
kelompok
belajar dan
membantu
setiap
kelompok agar
melakukan
transisi secara
efisien.
Mendengarkan
penjelasan
guru dan
berkumpul
dengan
kelompok yang
telah
ditentukan
guru
Langkah 4
Membimbin
g
kelompok
bekerja
dan belajar
Guru
membimbing
kelompok-
kelompok
belajar pada
saat mereka
mengerjakan
Bekerjasama
dengan
anggota
kelompok pada
saat
mengerjakan
tugas dari
25
tugas. guru.
Langkah 5
Evaluasi
Guru
mengevaluasi
hasil belajar
tentang materi
Memperhatikan
kelompok lain
yang sedang
LangkahTingkah laku
guru
Tingkah laku
siswa
pembelajaran
yang telah
dipelajari atau
masing-masing
kelompok
mempresentasi
kan hasil
kerjanya.
menjelaskan hasil
kerjanya.
Langkah 6
Memberikan
penghargaa
n
Guru
memberikan
penghargaan
hasil belajar
individual dan
kelompok.
Ikut serta
memberikan
penghargaan
kepada
kelompok lain
yang berhasil.
Sumber: Trianto, (2010:66-67)
26
5. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu
strategi pembelajaran diantaranya adalah:
a. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak
terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan
belajar dari siswa yang lain,
b. Model pembelajaran kooperatif dapat
mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide
atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu anak
untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan.
d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu
memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.
e. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi
yang cukup ampuh untuk meningkatkan hasil
akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan
27
interpersonal yang positif dengan yang lain,
mengembangkan ketrampilan mengatur waktu, dan
sikap positif terhadap sekolah.
f. Melalui pembelajaran kooperatif dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji
ide dan pemahamannya sendiri serta menerima
umpan balik. Siswa dapat berpraktek memecahkan
masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena
keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
g. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan
untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan
jangka panjang.
(Isjoni, 2009:34-36)
6. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Di samping keunggulan, pembelajaran kooperatif
juga memiliki kelemahan, di antaranya sebagai berikut
(Isjoni, 2009:36-37):
a. Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran
28
kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional
kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat
mengerti dan memahami filsafat cooperative learning.
Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan,
contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa
yang dianggap kurang memiliki kemampuan.
Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu
iklim kerja sama dalam kelompok.
b. Ciri utama dari model pembelajaran kooperatif adalah
bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu,
jika tanpa peer teaching yang efektif, maka
dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru,
bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang
seharusnya dipelajari dan dipahami tidak akan pernah
dapat dicapai oleh siswa.
c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran
kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa
sebenarnya hasil atau hasil yang diharapkan adalah
hasil setiap individu siswa.
d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode waktu yang cukup panjang dan
29
hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan
satu kali atau sesekali penerapan strategi ini.
e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan
kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan
tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya
didasarkan kepada kemampuan secara individual.
Oleh karena itu idealnya melalui pembelajaran
kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa
juga harus belajar bagaimana membangun
kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam
model pembelajaran kooperatif memang bukan
pekerjaan yang mudah.
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reverse Jigsaw
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Reverse Jigsaw
Model pembelajaran jigsaw adalah salah satu model
pembelajaran cooperative learning yang pertama kali
dikembangkan oleh Elliot Aronson tahun 1971 dan
dipublikasi tahun 1978. Seiring perkembangannya model
pembelajaran jigsaw mengalami banyak modifikasi oleh
para ahli diantaranya model pembelajaran jigsaw II, III, IV
termasuk reverse jigsaw. Model pembelajaran reverse
30
jigsaw bertumpu pada model pembelajaran jigsaw yang
dikembangkan Aronson, sehingga pembelajarannya pun
tidak jauh berbeda. Model ini dikembangkan oleh Timothy
Hedeen dalam bukunya yang berjudul Teaching Sociology
“The Reverse Jigsaw: A Process of Cooperative Learning
Discussion”. Menurut Heeden (2003: 325), apabila model
pembelajaran kooperatif jigsaw anggota kelompok ahli
hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota
kelompok asal, maka pada pada model pembelajaran
kooperatif reverse jigsaw siswa dari kelompok ahli
mengajarkan tentang materi yang mereka pelajari dalam
kelompok ahli disampaikan kepada seluruh siswa.
Berdasarkan ringkasan diatas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw
merupakan modifikasi dari model pembelajaran jigsaw.
Setiap anggota mendapat satu sub materi yang berbeda
dengan anggota lain di “kelompok asal”, sehingga semua
sub materi akan dibahas dalam setiap “kelompok asal”.
Setiap siswa berusaha untuk bertanggung jawab atas
tugas yang diberikan guru yang dibahas di “kelompok
ahli”. Kemudian siswa kembali ke “kelompok asal” dan
menyampaikan hasil diskusi ke seluruh siswa.
31
2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Reverse Jigsaw
Menurut Hedeen (2003: 325), model pembelajaran
kooperatif reverse jigsaw terdapat empat langkah:
a. Siswa berkumpul dalam “kelompok asal” terdiri dari
tiga sampai enam siswa.
b. Setiap anggota “kelompok asal” diberikan materi yang
terkait dengan salah satu sub materi, sehingga semua
sub materi akan dibahas dalam setiap “kelompok
asal”.
c. Siswa membentuk “kelompok ahli” dengan
mengumpulkan anggota dari “kelompok asal” lain
yang mendapat bagian sub materi yang sama. Dalam
kelompok ahli ini, siswa mendiskusikan materi
mereka.
d. Siswa kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan
apa yang mereka diskusikan di kelompok ahli kepada
seluruh siswa.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Reverse Jigsaw
Sebagai suatu model pembelajaran yang menjadi
pilihan peneliti, tentunya peneliti melihat bahwa dalam
32
model pembelajaran tersebut mempunyai kelebihan-
kelebihan sebagai berikut:
a. Dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan
hubungan yang lebih baik antar siswa.
b. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain.
c. Dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara
dan berpendapat.
d. Dapat mendorong timbulnya gagasan baru.
e. Dapat meningkatkan motivasi belajar.
f. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam
waktu yang singkat.
Disamping kelebihan-kelebihan diatas, model
pembelajaran tersebut juga mempunyai kekurangan-
kekurangan, yaitu:
a. Perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep
yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.
b. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu
berdiskusi materi pada teman, jika siswa tidak punya
rasa percaya diri.
c. Awal penggunaan model pembelajaran ini akan sulit
dikendalikan, membutuhkan waktu yang cukup dan
33
persiapan yang matang sebelum model pembelajaran
ini bisa berjalan dengan baik.
d. Pembagian kelompok yang tidak heterogen
dimungkinkan anggotanya lemah semua.
e. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan
cenderung mengontrol jalannya diskusi.
f. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan
berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk
menjelaskan materi ketika menyampaikan materi
kepada seluruh siswa.
Hedeen (2003: 325)
C. Strategi Pembelajaran Everyone Is a Teacher Here
1. Pengertian Strategi Everyone Is a Teacher Here
Strategi everyone is a teacher here didefinisikan
sebagai sebuah strategi yang mudah, guna memperoleh
partisipasi kelas secara keseluruhan dan tanggung jawab
secara individu. Strategi ini memberikan kesempatan
kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi
teman-temannya. Dengan strategi ini, siswa yang selama
ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran
secara aktif.
34
Strategi everyone is a teacher here dapat
diterapkan sesuai dengan materi yang diajarkan,
tujuannya untuk menghilangkan kejenuhan siswa dalam
belajar sekaligus dapat memotivasi siswa yang kurang
mau bertanya dan dapat juga untuk mengajak siswa
untuk lebih mudah memahami tentang materi yang
diajarkan (Yamin, 2009:143).
Strategi everyone is a teacher here yaitu strategi
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran siswa, dan dapat disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran pada
berbagai mata pelajaran, khususnya mencapaian tujuan
yaitu meliputi aspek kemampuan mengemukakan
pendapat, kemampuan menganalisa masalah,
kemampuan menuliskan pendapat-pendapatnya
(kelompoknya) setelah melakukan pengamatan,
kemampuan menyimpulkan, dan lain-lain.
Berdasarkan ringkasan diatas dapat disimpulkan
bahwa Strategi everyone is a teacher here adalah sebuah
strategi yang memberikan kesempatan kepada setiap
siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman-temannya.
Siswa yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta
dalam pembelajaran secara aktif.
35
2. Langkah-Langkah Strategi Everyone Is a Teacher
Here
Adapun langkah-langkah strategi everyone is a
teacher here yang disampaikan oleh Yamin (2009:143)
adalah sebagai berikut:
a. Bagikan secarik kertas/kartu indeks kepada seluruh
siswa. Minta siswa untuk menuliskan satu pertanyaan
tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di
kelas.
b. Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian
bagikan kepada setiap siswa. Pastikan bahwa tidak
ada siswa yang menerima soal yang ditulis sendiri.
Minta mereka untuk membaca dalam hati pertanyaan
dalam kelas tersebut kemudian memikirkan
jawabannya.
c. Minta siswa secara sukarela untuk membacakan
pertanyaan tersebut dan menjawabnya.
d. Setelah jawaban diberikan, mintalah siswa lainnya
untuk menambahkan.
e. Lanjutkan dengan sukarelawan berikutnya.
36
3. Prinsip Pokok Strategi Every One is a Teacher Here
Dalam strategi every one is a teacher here terdapat
tujuh prinsip pokok yang harus diterapkan oleh seorang
guru dalam hal metode pengajaran yang dikemukakan
oleh (Syaibany dalam Siswandi, 2004:111) yaitu :
a. Mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat siswa.
b. Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah diterapkan
sebelum pelaksanaan pendidikan.
c. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta
perubahan siswa.
d. Mengetahui perbedaan-perbedaan individu siswa.
e. Memperhatikan pemahaman dan mengetahui
hubungan-hubungan, dan kebebasan berpikir.
f. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman
yang menggembirakan bagi siswa.
g. Menegakkan contoh yang baik.
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reverse Jigsaw
dengan Strategi Every One is a Teacher Here
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe reverse
jigsaw dengan strategi every one is a teacher here dalam
tabel 2.1 berikut:
37
Tabel 2.2
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Reverse Jigsaw
dengan Strategi Every One Is A Teacher Here
Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Langkah 1 Guru membimbing
siswa membentuk
“kelompok asal”.
Siswa berkumpul
dalam “kelompok
asal” terdiri dari tiga
sampai enam siswa.
Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Langkah 2 Guru memberikan
materi diskusi dan
secarik kartu kepada
siswa.
Setiap anggota
“kelompok asal”
mendapat materi yang
terkait dengan salah
satu sub materi,
sehingga semua sub
materi akan dibahas
dalam setiap
“kelompok asal” dan
dibekali secarik kartu
untuk menuliskan satu
pertanyaan terkait
yang akan
38
didiskusikan di
“kelompok ahli”.
Langkah 3 Guru membimbing
siswa membentuk
“kelompok ahli” dan
membantu setiap
kelompok agar
melakukan diskusi
dengan setiap siswa
membuat satu
pertanyaan.
Siswa membentuk
“kelompok ahli”
dengan
mengumpulkan
anggota dari
“kelompok asal” lain
yang mendapat
bagian sub materi
yang sama. Dalam
kelompok ahli ini,
siswa mendiskusikan
materi mereka.
Kemudian menuliskan
satu pertanyaan di
secarik kertas
tersebut.
Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Langkah 4 Guru membimbing
masing-masing siswa
dari “kelompok ahli”
kembali ke “kelompok
Siswa kembali ke
“kelompok asal”
dengan
mengumpulkan
39
asal” dengan
mengumpulkan
secarik kertas yang
telah dituliskan
pertanyaan dan dibagi
lagi ke siswa dengan
catatan tidak ada
siswa yang
memperoleh
pertanyaan yang
ditulis sendiri.
Kemudian guru
mempersilahkan salah
seorang siswa untuk
membacakan dan
menjawab pertanyaan
yang diperolehnya.
Jika jawaban benar
maka guru
memberikan poin
untuk “kelompok asal”
yang memiliki anggota
tersebut. Dan jika
secarik kertas yang
telah dituliskan
pertanyaan tentang
apa yang mereka
diskusikan di
“kelompok ahli”.
Kemudian siswa
mendapat secarik
kertas yang berisi
pertanyaan yang
dibagikan guru. Ketika
guru mempersilahkan
siswa yang siap untuk
menjawab pertanyaan
maka siswa akan
tunjuk jari dan
menyampaikan
jawabannya. Dari
jawaban siswa yang
benar akan
mendapatkan poin
untuk “kelompok asal”
siswa tersebut. Dan
40
jawaban salah jika jawaban siswa
salah pertanyaan akan
dilempar ke
Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
maka pertanyaan
dapat dilempar ke
siswa lain. Jika sudah
selesai guru
melanjutkan salah
seorang siswa lain
untuk melakukan
proses yang sama dan
seterusnya. Di akhir
pembelajaran guru
memberikan
hadiah/penghargaan
untuk kelompok yang
memiliki poin
tertinggi.
siswa lain. Dilanjutkan
siswa yang lain
dengan proses yang
sama dan seterusnya.
E. Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
41
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Hamdani,
2011:20).
Menurut Winkel (Purwanto, 2009: 44-45), hasil belajar
adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya.
Menurut teori yang dikemukakan Bloom, hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
(Arikunto, 2011: 20) yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan
cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.
Bedasarkan beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemampuan saja. Artinya hasil belajar tidak dilihat secara
fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
42
F. Tinjauan Materi Dimensi Dua
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dimensi dua. Berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP) materi ini
diajarkan di SMK kelas X semester genap tahun pelajaran
2014/2015.
Standar Kompetensi: Menentukan kedudukan, jarak, dan
besar sudut yang melibatkan titik, garis,
dan bidang dalam ruang dimensi dua
Kompetensi Dasar : 8.1 Mengidentifikasi sudut
8.2 Menentukan keliling bangun datar dan
luas daerah bangun datar
8.3 Menerapkan transformasi bangun
datar
Indikator : 8.1.1 Mengkonversikan satuan sudut
derajat ke radian atau sebaliknya
8.1.2 Menghitung sudut-sudut dalam segi
banyak beraturan
8.2.1 Menghitung luas bangun datar
8.2.2 Menghitung keliling bangun datar
8.3.1 Menentukan koordinat bayangan
dari translasi
8.3.2 Menentukan koordinat bayangan
dari jenis-jenis refleksi
P
RQ α
43
8.3.3 Menentukan koordinat bayangan
dari jenis-jenis rotasi
8.3.4 Menentukan koordinat bayangan
dari jenis-jenis dilatasi
8.3.5 Menentukan matriks yang
bersesuaian dari jenis-jenis
transformasi
1. Satuan Sudut dan Konversi Sudut
Sudut terbentuk dari perpotongan antara dua buah
ruas garis. Titik perpotongan dari kedua ruas garis
tersebut dinamakan titik sudut. Beberapa hal tentang
notasi yang digunakan pada sudut adalah:
Sudut dilambangkan dengan “∠”
Nama suatu sudut dapat dituliskan dengan tiga huruf
kapital, misalnya ∠PQR, dengan Q merupakan titik
sudutnya dan P,R merupakan titik ujung – titik ujung
ruas garis pembentuk sudut tersebut. Perhatikan
gambar 2.1.
44
Gambar 2.1 Bentuk Sebuah Sudut
Besar sebuah sudut biasanya dilambangkan dengan
huruf kecil, yang merupakan huruf latin atau huruf
Yunani. Misalnya: α, β, x, y, dan lain-lain. Pada gambar
diatas, tampak sudut PQR(∠PQR) dengan titik sudut Q
besar sudut α.
a. Ukuran Derajat (o)
Ukuran derajat didasarkan pada satuan penuh
lingkaran yang telah ditentukan, yaitu sebesar 360o.
Arah sudut yang digunakan adalah arah yang
berlawanan dengan arah jarum jam. Untuk
menentukan besar suatu sudut secara umum
menggunakan busur derajat. Busur derajat ini dapat
member ketelitian sampai satu derajat.
Satu derajat dapat ditulis dengan “1o”, yang
artinya mempunyai arti ukuran sudut yang besarnya
1360
bagian sudut dari suatu lingkaran.
Dari sini diperoleh bahwa:
1o = 1
360 putaran; 1o = 60 menit atau 1o = 60’
1’ = ( 160 )
o
; 1’ = 60 detik atau 1’ = 60’’
1’’ = ( 160 )
'
45
Sehingga dapat disimpulkan bahwa:
1o = 60’ = 3.600’’
1’’ = ( 13.600 )
o
Sistem yang digunakan pada ukuran dalam
derajat dikenal dengan istilah sistem sexadecimal.
Contoh soal:
Nyatakan ukuran sudut berikut sesuai dengan
pertanyaan yang dimaksud.
1) 30o20’ = …o
2) 10,30o = …o…’
3) 15,21o = …o…’…’’
Penyelesaian:
1) 30o20’ = 30o + (20 . 1
60 )o
= 30o + 13
o
= 30o + 0,33o
= 30,33o
2) 10,30o = 10 o + 0,30o
= 10o + (0,30 x 60)’
= 10o + 18’
= 10o18’
3) 15,21o = 15o + (0,21 x 60)’
= 15o + 12,6’
B
AO
1 rad
r
r
46
= 15o + 12’ + (0,6 x 60) ’’
= 15o + 12’ + 36’’
= 15o12’36’’
b. Ukuran Radian
Satu radian (1 rad), yaitu besar sudut pusat
lingkaran yang menghadap busur lingkaran di
hadapannya sepanjang jari-jarinya. Perhatikan gambar
2.2.
Gambar 2.2 Ukuran Satu Radian
Satu radian merupakan sudut yang dibatasi oleh OA =
OB = busur AB.
1 putaran lingkaran besar sudutnya = 360o
2π radian = 360o
1 radian = 360o
2 π = 360o
2. 3,14 = 57,3o atau
1 radian = 57o 17’ 45’’
1o = 0,01745 radian
Contoh soal:
C
B
A
D
EF
G
H
O
47
Ubahlah satuan sudut berikut kedalam bentuk yang
diminta.
1) 1,5 radian = …o
2)12 π radian = …o
3) 40,3o = … radian
Penyelesaian:
1) 1,5 radian = 1,5 x 57,3o = 85,95o
2)12 π radian =
12 x 180o = 90o
3) 40,3o = 40,357,3
radian = 0,703 radian
2. Sudut-sudut dalam Segi Banyak Beraturan
Perhatikan gambar 2.3.
Gambar 2.3 Sudut- sudut dalam Segi Banyak
Beraturan
48
a. Sudut Pusat
Sudut pusat merupakan sudut yang dibentuk
oleh dua jari-jari lingkaran. Misal: ∠AOB, ∠BOC, dan
∠COD. Besarnya sudut pusat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Sudut pusat = 360o
n
dengan n = banyak sisi segi beraturan
b. Sudut Segi Beraturan
Besar sudut segi beraturan dihitung
menggunakan rumus:
Sudut segi beraturan = 180o - 360o
n
dengan n = banyak sisi segi beraturan
c. Sudut Alas Segi-n Beraturan
Besar sudut alas segi-n beraturan dihitung
menggunakan rumus:
49
Sudut alas = 12 . (sudut segi-n beraturan)
Contoh soal:
Diberikan segi lima beraturan. Tentukan:
1) Besar sudut pusatnya
2) Besar sudut seginya
3) Besar sudut alasnya
Penyelesaian:
1) Sudut pusat = 360o
5 = 72o
2) Sudut segi lima beraturan
= 180o - 360o
5
= 180o - 72o
= 108o
3) Sudut alas = 12 . 108o = 54o
3. Keliling dan Luas Bangun Datar
Keliling Bangun Datar adalah panjang seluruh tepi
atau jumlah sisi terluar bangun datar. Luas Bangun Datar
adalah luas daerah yang berada di dalam suatu bangun
datar. Bangun datar yang akan dipelajari diantaranya:
CD
A Bs
s
50
persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat,
layang-layang, trapesium, segitiga, dan lingkaran.
a. Persegi
Karena persegi mempunyai panjang sisi-sisi
yang sama maka:
Keliling persegi ABCD
= AB + BC + CD + DA
= s + s + s + s
= 4s
Gambar 2.4 Bangun Persegi
Jadi, keliling persegi = 4s
luas persegi = sisi x sisi
= s2
Contoh soal:
Keliling suatu persegi adalah 56 cm, tentukan luasnya.
Penyelesaian:
Keliling = 4s
56 = 4s
s = 14 cm
Luas = s2 = 142 = 196 cm2
A B
D C
p
l
51
b. Persegi Panjang
Karena persegi panjang mempunyai dua pasang
sisi yang sama panjang, yaitu AB = BC dan AD = BC,
maka keliling persegi panjang = AB + CD + AD + BC.
Gambar 2.5 Bangun Persegi Panjang
Keliling persegi panjang = (p + p) + (l + l)
= 2p + 2l
= 2 (p + l)
Jadi,
Keliling persegi panjang = 2 (p + l)
Luas persegi panjang = panjang x lebar
= p x l
Contoh soal:
Persegi panjang mempunyai panjang 4 cm lebih
panjang dari lebarnya. Jika keliling bangun datar
A B
CD
t l
p
52
tersebut 32 cm, hitunglah panjang dan lebarnya.
Kemudian hitunglah juga luasnya.
Solusi:
Misal : lebar = x
panjang = x + 4
Keliling persegi panjang = 2 (p + l)
32 = 2 (x + x + 4)
32 = 2 (2x + 4)
32 = 4x + 8
32 - 8 = 4x
24 = 4x
x = 6
Sehingga: lebar = 6 cm
panjang = 6 + 4 = 10 cm
Luas persegi panjang = p x l
= 10 x 6
= 10 cm2
c. Jajar Genjang
53
Gambar 2.6 Bangun Jajar Genjang
Karena jajar genjang mempunyai panjang AB =
CD dan BC = CD, maka keliling jajar genjang dapat
ditulis:
Keliling jajar genjang = AB + BC + CD + DA
= p + l + p + l
= 2p + 2l
= 2 (p + l)
Jadi,
Keliling jajar genjang = 2 (p + l)
Luas jajar genjang = panjang x tinggi
= p x t
Contoh soal:
Suatu jajar genjang memiliki panjang 25 cm dan tinggi
10 cm. Tentukan luasnya.
Penyelesaian:
Luas = p x t
= 25 x 10
= 250 cm2
Jadi, luas jajar genjang tersebut adalah = 250 cm2
A B
CD
t
P Q
RS
12 cm
T U
17 cm
28 cm
54
d. Trapesium
Gambar 2.7 Bangun Trapesium
Keliling dan luas trapesium diatas dapat ditulis
dengan:
Keliling trapesium = AB + BC + CD + DA
Luas trapesium = 12 (AB + DC) x DE
Contoh soal:
Tentukan keliling dan luas gambar 2.8 soal bangun
trapesium.
D
B
CA
a
55
Gambar 2.8 Soal Bangun Trapesium
Penyelesaian:
UQ = 12 (28 - 12) cm = 8 cm
UR = √172−82
= √289−64
= √225
= 15 cm
Keliling = PQ + QR + RS + SP
= 28 cm + 17 cm + 12 cm + 17 cm
= 74 cm
Luas = 12 (PQ + SR) x UR
= 12 (28 + 12) x 15
= 300 cm2
e. Belah Ketupat
Keliling belah ketupat dapat dihitung
menggunakan rumus:
Keliling belah ketupat
A
B
C
D
56
= AB + BC + CD + DA
= a + a + a + a
= 4a
Jadi,
Gambar 2.9 Bangun Belah
Ketupat
Keliling belah ketupat = 4a
Luas belah ketupat = 12 (AC x BD)
Contoh soal:
Keliling belah ketupat dengan panjang sisi 5 cm
Penyelesaian:
Keliling belah ketupat = 4a
= 4 . 5
= 20 cm
f. Layang-layang
Karena layang-layang mempunyai panjang sisi
AB = BC dan AD = CD, maka:
Keliling layang-layang
A B
C
a
c
b
A B
C
a
c
b
57
= 2 (AB + AD)
Luas layang-layang
= 12 (AC x BD)
Gambar 2.10 Bangun
Layang-layang
Contoh soal:
Suatu layang-layang memiliki panjang diagonal
masing-masing 24 cm dan 21 cm. Hitunglah luas
layang-layang tersebut.
Penyelesaian:
Luas layang-layang = 12 x diagonal 1 x diagonal 2
= 12 x 24 x 21
= 252 cm2
g. Segitiga
A B
C
a
c
b
A B
C
a
c
b
58
Gambar 2.11 Macam-macam Bangun Segitiga
Dari berbagai macam segitiga dengan ukuran
masing-masing sisinya adalah a, b, dan c, maka
keliling dari segitiga tersebut adalah:
Keliling = a + b + c
A B
C
a
t
C
A Bc
ab
59
Untuk menghitung, perhatikan uraian berikut ini.
Luas segitiga siku-siku ABC
= 12 x alas x tinggi
= 12 x a x t
Gambar 2.12
Bangun Layang-layang
Gambar 2.13 Bangun Segitiga Sembarang
Luas segitiga ABC sembarang adalah:
Luas = √s . ( s−a ) . (s−b ) .(s−c)
dengan s = 12 x (a + b + c)
Contoh soal:
CA
B
D
r r
r
r2r = d
60
Diketahui luas segitiga 24 cm2. Jika alas segitiga
tersebut 6 cm, hitunglah tinggi segitiga tersebut.
Penyelesaian:
Luas = 12 x alas x tinggi
24 = 12 x 6 x t
24 = 3 x t
t = 8 cm
Jadi, tinggi segitiga tersebut adalah 8 cm.
h. Lingkaran
Dari lingkaran disamping yang mempunyai jari-
jari r dan diameter d = 2r.
maka:
Keliling = π d
= 2 π r
Gambar 2.14 Bangun
Lingkaran
dengan π = 227
atau π = 3,14
d = 2r → r = 12 d
61
Contoh soal:
Diketahui kelilling suatu lingkaran 66 cm. Tentukan
panjang diameternya.
Penyelesaian:
K = π . d
66 = 227
. d
d = 21 cm
Untuk menghitung luas lingkaran, perhatikan
uraian berikut ini.
Komponen-komponen pada lingkaran:
OA = OB = OC = r = jari-jari
AB = 2r = diameter
BC = busur lingkaran
BOC = juring lingkaran
Daerah yang diarsir adalah tembereng.
Gambar 2.15 Komponen Bangun
Lingkaran
Luas lingkaran = π r2 atau L = 14
π d2
Contoh soal:
Hitunglah luas lingkaran yang mempunyai diameter 42
cm.
62
Penyelesaian:
d = 42 cm → r = 21 cm
L = π r2
= 227
. 212
= 22 . 3. 21
= 1.386 cm2
4. Transformasi Bangun Datar
a. Translasi/Pergeseran
Jika translasi T = (ab) memetakan titik A(x, y) ke
titik A’(x’, y’), maka diperoleh x’ = x+ a dan y’ = y + b
sehingga diperoleh titik A’(x + a, y + b).
Contoh soal:
Sebuah titik A(3, 6) ditranslasikan dengan T(-2, 3).
Tentukan bayangan titik A. Penyelesaian:
A (3,6) → x’ = x + a = 3 + (-2) = 1
y’ = y + b = 5 + 3 = g
Jadi, titik A’(1, 9).
b. Refleksi (Pencerminan)
1) Refleksi terhadap sumbu X, sumbu Y, garis y = x,
dan garis y = -x
Jika titik P(x, y) dicerminkan terhadap sumbu X,
63
maka P’(x, -y).
Jika titik P(x, y) dicerminkan terhadap sumbu Y,
maka P’(-x, y).
Jika titik P(x, y) dicerminkan terhadap garis y =
x, maka P’(y, x).
Jika titik P(x, y) dicerminkan terhadap garis y =
-x, maka P’(-y, -x).
2) Refleksi titik terhadap garis x = a atau y = b
Jika titik P(x, y) dicerminkan terhadap garis x =
a, maka P’(2a - x, y).
Jika titik P(x, y) dicerminkan terhadap garis y =
b, maka P’(x, 2b - y).
Contoh soal 1:
Titik A(1, 2) dicerminkan terhadap sumbu X. Tentukan
bayangan titik A.
Penyelesaian:
A(1, 2) → x’ = x = 1
y’ = -y = -2
Jadi, titik A’(1, -2).
Contoh soal 2:
Titik B(2, 3) dicerminkan terhadap garis x = 3.
Tentukan bayangan titik B.
Penyelesaian:
64
B(2, 3) → x’ = 2a - x = 2 . 3 - 2 = 6 - 2 = 4
y’ = y = 3
Jadi, titik B’(4, 3).
c. Rotasi/Putaran
1) Rotasi terhadap titik pusat O(0, 0)
Misal titik P(x, y) diputar sejauh α radian
yang berlawanan dengan arah jarum jam, maka
diperoleh titik P(x, y), dengan:
x’ = x cos - y sin
y’ = x sin + y cos
2) Rotasi terhadap titik pusat A(a, b)
Misal titik P(x, y) diputar sejauh α radian
yang berlawanan dengan arah jarum jam, maka
diperoleh titik P’(x’, y’), dengan:
x’- a = (x - a) cos - (y - b) sin
y’- b = (x - a) sin +(y - b) cos
Contoh soal:
Titik A(2, 4) dirotasikan sejauh 30°. Tentukan
bayangan titik A dengan pusat O(0, 0).
Penyelesaian:
x’ = x cos - y sin
= 2 cos 30° - 4 sin 30°
65
= 2 . 12 √3 - 4 .
12= √3 -2
y’ = x sin + y cos
= 2 sin 30° + 4 cos 30°
= 2 12 + 4 .
12 √3 = 1 + 2√3
Jadi, bayangannya A’(√3 - 2, 1 + 2√3)
d. Dilatasi (Perkalian)
Dilatasi dilakukan oleh pusat dan faktor
perkaliannya.
Dilatasi ditulis: D = [O, k], dengan O = pusat dilatasi
dan k = faktor skala.
1) Dilatasi terhadap titik O(0, 0)
Titik P(x, y) didilatasikan dengan faktor skala
k, didapat bayangannya P’(x’, y’), dengan:
x’ = k . x
y’ = k . y
2) Dilatasi dengan titik pusat A(a, b)
Titik P(x, y) didilatasikan dengan faktor skala
k, didapat bayangannya P’(x’, y’), dengan:
x’ = a + k(x - a)
y’ = b + k(y - b)
Contoh soal:
66
Suatu segitiga ABC dengan titik sudut A(1, 1), B(5, 1),
dan C(3, 6). Jika titik sudut tersebut dilatasikan dengan
faktor skala [0, 2], tentukan bayangan titik sudut ABC
tersebut. Penyelesaian:
A(1,1) → x’ = k . x = 2 . 1 = 2
y’= k . y = 2 . 1 = 2
B(5,1) → x’ = k . x = 2 . 5 = 10
y’ = k . y = 2 . 1 = 2
C(3,6) → x’ = k . x = 2 . 3 = 6
y’ = k . y = 2 .6 = 12
Jadi, titik A’(2, 2), B’(10, 2), dan C’(6, 12).
e. Matriks-matriks Transformasi yang Bersesuaian
dengan Geometri Pencerminan
Tabel 2.3
Matriks-matriks Transformasi yang Bersesuaian
dengan Geometri Pencerminan
Transformasi Pemetaan
Matriks
yang
Bersesuaian
Pencerminan
terhadap sumbu X
(x, y) → (x, -
y)(1 00 −1)
67
Pencerminan
terhadap sumbu Y
(x, y)→ (-x,
y)(−1 0
0 1)Pencerminan
terhadap garis y = x
(x, y) → (y,
x)(0 11 0)
Pencerminan
terhadap garis y = -x
(x, y) → (-y, -
x)( 0 −1−1 0 )
Pencerminan
terhadap titik asal
(x, y) → (-x, -
y)(−1 0
0 −1)
Contoh soal :
Suatu persegi ABCD mempunyai titik sudut A(2, 1),
B(4, 1), C(4, 3), dan D(2, 3). Jika titik sudut tersebut
dicerminkan terhadap garis y = x, tentukan bayangan
titik ABCD.
Penyelesaian:
A(2, 1) →( x 'y ')=(0 1
1 0)(21)=(12)B(4, 1) →( x '
y ')=(0 11 0)(41)=(14)
C(4, 3) →( x 'y ')=(0 1
1 0)(43 )=(34)D(2, 3) →( x '
y ')=(0 11 0)(23)=(32)
Jadi, titik A’(1, 2), B’(1,4), C’(3,4), dan D’(3, 2).
f. Matriks yang Bersesuaian dengan Dilatasi
68
1) Jika titik P(x, y) didilatasikan dengan faktor dilatasi
[O, k], maka menghasilkan P’(x’, y’), dengan
matriks:
( x 'y ')=(k 0
0 k )( xy )
2) Jika titik P(x, y) didilatasikan dengan faktor [O, k]
dan pusat A(a, b), maka menghasilkan P’(x’; y’)
dengan matriks:
( x 'y ')=(k 0
0 k )+( x−ay−b)+(ab)
Contoh soal:
Jika titik A(-3, 1) dan B(1, -2) didilatasikan dengan
faktor skala [O,-2], tentukan bayangan titik A dan B.
Penyelesaian:
A(-3,1) →( x '
y ' )=(−2 00 −2)(−3
1 )=( 6−2)
B(1,-2) →( x '
y ' )=(−2 00 −2)(12)=(−2
4 )Jadi, titik A’(6,-2) dan B’(-2,4).
g. Matriks yang Bersesuaian dengan Rotasi
Misal titik P(x, y) dirotasikan sebesar α radian
terhadap titik pusat O(0, 0), maka menghasilkan P’(x’,
y’), dengan matriks:
( x '
y ' )=(cosα −sin αsin α cos α )( x
y )Contoh soal:
69
Tentukan bayangan titik P(1, -1) oleh rotasi sebesar
45° dengan pusat O(0, 0).
Penyelesaian:
( x '
y ' )=(cosα −sin αsin α cos α )( x
y )
= (cos 450 −sin 450
sin 450 cos450 )( 1−1)
= (12√2
−12
√2
12√2
12√2 )( 1
−1)
= (12√2+ 1
2√2
12√2−
12√2)=(√2
0 )
Jadi, titik P’(√2, 0).
h. Komposisi Transformasi
1) Komposisi Dua Translasi Berturutan
Jika T1 = (ab) dan T2 = (cd), maka (T 2 ∙ T1 ) (x , y ) dengan
T = (a+cb+d)
2) Komposisi Dua Refleksi Berturutan
a) Refleksi terhadap dua sumbu yang sejajar
sumbu X
70
Jika A(x, y) dicerminkan terhadap garis y
= a dilanjutkan pencerminan terhadap garis y
= b, maka A’’(x, 2(b - a) + y).
b) Refleksi terhadap dua sumbu yang sejajar
sumbu Y
Jika A(x, y) dicerminkan terhadap garis x
= a dilanjutkan pencerminan terhadap garis x
= b, maka A’’ (2(b - a) + x, y)
c) Refleksi terhadap dua sumbu yang saling tegak
lurus
Refleksi berturutan terhadap dua sumbu
yang saling tegak lurus sama dengan rotasi
sejauh 180°, dengan pusat titik potong kedua
sumbu refleksi.
d) Refleksi terhadap dua sumbu yang saling
berpotongan
Jika sumbu pertama membentuk sudut
terhadap sumbu X’, sumbu kedua membentuk
sudut terhadap sumbu X’, maka refleksi
berturutan terhadap sumbu pertama
dilanjutkan terhadap sumbu kedua sama
dengan rotasi sebesar 2( - ), dengan pusat
titik potong kedua sumbu refleksi.
71
3) Komposisi Dua Rotasi yang Sepusat
Rotasi berturutan yang sepusat sama dengan
sebuah rotasi terhadap jumlah kedua sudut rotasi
dengan pusat yang sama, sehingga jika sudut
putar pertama dan sudut putar kedua , maka
berlaku:
( x ## y )=(cos ( α+β ) −sin (α+β )sin (α+β ) cos (α+β ) )(xy )
Contoh soal:
Tentukan bayangan titik (3, 6) karena refleksi
terhadap sumbu Y, dilanjutkan refleksi terhadap
garis y = -x kemudian dilanjutkan lagi dengan
rotasi berpusat di O sejauh π2
.
Penyelesaian :
M1 = refleksi terhadap sumbu Y, maka matriks
yang sesuai untuk M1 adalah (−1 00 1)
M2 = refleksi terhadap garis y = -x, maka
matriks yang sesuai untuk M2 adalah ( 0 −1−1 0 )
M3 = rotasi terhadap pusat O sejauh π2
radian,
72
maka matriks yang sesuai untuk M3 adalah
(cosπ2
−sinπ2
sinπ2
cosπ2) atau (0 −1
1 0 )
Misalkan (x’, y’) adalah bayangan titik (3,6) akibat
komposisi tiga transformasi di atas, maka:
( x '
y ' )=(M 3 . M 2 .M 1 )( xy)
= (0 −11 0 )( 0 −1
−1 0 )(−1 00 1)(36)
= (1 00 −1)(−1 0
0 1)(36)= (−1 0
0 −1)(36)=(−3−6)
Jadi, bayangan titik (3,6) karena transformasi M3 .
M2 . M1 adalah (-3, -6).
G. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reverse
Jigsaw dengan Strategi Every One Is A Teacher Here
terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Menurut Isjoni (2011:73) model pembelajaran adalah
suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan
sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada
pengajar dikelasnya. Dalam penerapannya model
pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
73
Sedangkan menurut Abdorrakhman (2008:42) metode
pembelajaran adalah cara atau pola yang khas dalam
memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta
berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi
proses pembelajaran pada diri pembelajar.
Model pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih
guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan
kemudahan atau fasilitas kepada siswa menuju tercapainya
tujuan yang ditetapkan. Seorang guru harus mampu
menetapkan, memilih dan menerapkan suatu strategi
pembelajaran secara tepat sehingga mampu memecahkan
permasalahan pembelajaran yang ada dan akhirnya dapat
mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran secara
optimal.
Uraian di atas memberikan penjelasan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi
every one is a teacher here memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memahami materi pembelajaran secara mandiri
dan mengembangkan kecakapan kognitif (pemahaman
konsep). Siswa belajar melalui proses mencari informasi
berdasarkan fakta-fakta baru, sehingga siswa tidak hanya
mempelajari isi materi pembelajaran, namun juga
mengembangkan cognitive skills-nya.
Siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran
74
kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi every one is a
teacher here akan memperoleh hasil yang baik disebabkan
model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dengan
strategi every one is a teacher here membuat belajar siswa
lebih terarah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
reverse jigsaw dengan strategi every one is a teacher here
memberikan pengaruh terhadap perolehan hasil belajar
siswa.
H. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas
dapat disusun suatu kerangka berpikir guna memperoleh
jawaban sementara antara kesalahan yang timbul. Hal yang
mendasari digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe
reverse jigsaw dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang
telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.
2. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
3. Melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan
dan memahami suatu konsep melalui kegiatan
pemecahan masalah.
Berikut adalah bagan kerangka berpikir dalam
penelitian ini:
1. Hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika masih rendah.2. Proses belajar mengajar masih didominasi oleh guru karena
menggunakan model pembelajaran konvensional, sehingga siswa siswa hanya duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan guru.
75
Gambar 2.16 Bagan Kerangka Berpikir
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin
benar atau salah, ia akan ditolak jika salah satu atau lebih
palsu dan akan diterima jika fakta-faktanya membenarkan.
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reverse Jigsaw dengan
Strategi Every One Is A Teacher
Model Pembelajaran Sesuai Tempat Penelitian
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reverse Jigsaw dengan Strategi Every One Is A Teacher:1. Siswa membentuk kelompok asal.2. Siswa mendapat tugas/materi yang
berbeda dari anggota lain di kelompok asal dengan dibekali secarik kertas oleh guru.
3. Siswa membentuk kelompok ahli dan berdiskusi untuk membuat satu pertanyaan di secarik kertas kemudian dikumpulkan.
4. Guru membagi kertas pertanyaan yang dikumpulkan siswa kemudian salah seorang siswa tunjuk jari dan menjawab pertanyaan yang diperolehnya dilanjutkan siswa berikutnya dan seterusnya.
Langkah-langkah Pembelajaran Sesuai Tempat Penelitian:1. Guru memberi
salam2. Mengabsen siswa3. Menyampaikan
materi pembelajaran
4. Pemberian tugas
Ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang signifikan antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe Reverse Jigsaw dengan Strategi Every One Is A Teacher dan siswa yang diberi pembelajaran sesuai tempat penelitian siswa kelas X SMK PGRI 2 Tuban semester genap tahun pelajaran 2014/2015 pada pokok bahasan dimensi
Solusi Alternatif
76
dan tujuan penelitian maka yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
“Ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa
pada pokok bahasan dimensi dua semester genap SMK PGRI
2 Tuban tahun pelajaran 2014/2015 yang signifikan antara
siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe
Reverse Jigsaw dengan Strategi Every One Is A Teacher dan
siswa yang tidak diberi model pembelajaran kooperatif tipe
Reverse Jigsaw dengan Strategi Every One Is A Teacher”.
77
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis Penelitian yang dilakukan merupakan jenis
penelitian eksperimen, yang akan mencari pengaruh antara
dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Yang dimaksud
eksperimen disini adalah suatu cara untuk mencari hubungan
sebab-akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang
sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang bisa
mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud
untuk melihat akibat dari suatu perlakuan yaitu dengan
sengaja menimbulkan variabel-variabel dan selanjutnya
dikontrol untuk melihat pengaruhnya.
B. Rancangan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan
desain Quasi Eksperimen jenis kelompok kontrol tidak
ekuivalen.
Tabel 3.1 Rancangan penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
78
Kel.
Eksperimen
O1 X O2
Kel. Kontrol O1 - O2
Arifin (2009: 13)
Keterangan:
O1 : Pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum
diberi perlakuan
O2 : Postes kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi
perlakuan
X : Perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe reverse jigsaw dengan strategi everyone is a
teacher here
Dalam hal ini pada kelompok eksperimen dikenai
perlakuan (X) dengan model pembelajaran kooperatif tipe
reverse jigsaw dengan strategi everyone is a teacher here,
sedangkan pada kelompok kontrol tidak dikenai perlakuan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw
dengan strategi everyone is a teacher here.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMK PGRI 2 Tuban. Karena
di tempat tersebut mudah dijangkau, kepala sekolah
66
79
memberikan izin untuk melakukan penelitian dan saat
proses belajar mengajar guru masih menggunakan cara
konvensional yang berakibat siswa cenderung merasa
bosan saat pembelajaran, sehingga diperlukan cara lain
dalam menyampaikan materi yang bisa menarik minat
belajar siswa.
2. Waktu Penelitian
Waktu kegiatan penelitian ini yaitu pada semester genap
bulan april tahun pelajaran 2014/2015.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X SMK PGRI 2 Tuban tahun pelajaran 2014/2015
sebanyak 100 siswa terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas X
AK 1 sebanyak 30 siswa, kelas X AK 2 sebanyak 30 siswa,
dan kelas X APK 1 sebanyak 40 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan
sebagai sumber data atau informasi bagi peneliti (Arifin,
2010: 76). Agar sampel mewakili populasi, diperlukan
teknik sampling yang tepat. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Cluster
80
Random Sampling, yaitu pengambilan sampel yang
pemilihan acaknya didasarkan pada kelompok-kelompok
dalam suatu populasi dan bukan didasarkan pada
individu-individu (Arifin, 2010:70)
Teknik Cluster Random Sampling digunakan karena
memperhatikan ciri-cirinya, antara lain:
a. Siswa mendapatkan materi berdasarkan kurikulum
yang sama.
b. Siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada
tingkat yang sama.
c. Pembagian kelas tidak ada kelas unggulan.
Pada penelitian ini, peneliti akan memilih satu kelas
sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas
kontrol.
a. Kelas X AK 1 terpilih sebagai kelas eksperimen. Pada
kelas ini, siswa diberikan model pembelajaran
kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi
everyone is a teacher here.
b. Kelas X AK 2 terpilih sebagai kelas kontrol. Pada kelas
ini, siswa tidak diberikan model pembelajaran
kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi
everyone is a teacher here.
E. Jenis dan Sumber Data
81
1. Jenis Data
Jenis data adalah keterangan mengenai suatu hasil
yang diperoleh baik berupa angka (bilangan) dan mungkin
juga tidak berupa angka. Data berdasarkan jenisnya
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Data kuantitatif yaitu data yang dapat diukur secara
langsung dan dapat dinilai dengan angka, misalnya
nilai hasil tes, umur, jumlah, tinggi dan sebagainya.
b. Data kualitatif yaitu data yang tidak dapat diukur
melainkan mengukurnya melalui manifestasi saja dan
disajikan dalam bentuk kategori. Hasil pengukuran ini
berbentuk verbal, misalnya baik, cukup, kurang dan
sebagainya.
Dalam penelitian ini menggunakan jenis data
kuantitatif yaitu data yang berupa angka. Dalam
penelitian ini data kuantitatifnya adalah nilai pretes untuk
mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol, dan nilai postes untuk mengetahui hasil
belajar matematika siswa setelah pembelajaran. Dalam
hal ini skor nilai tes hasil belajar matematika siswa
(postes) langsung diperoleh dari sumber atau subjek yaitu
siswa kelas X AK 1 dan kelas X AK 2 SMK PGRI 2 Tuban
tahun pelajaran 2014/2015.
2. Sumber Data
82
Sumber data penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari
sumber asli, sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh sudah dalam bentuk jadi atau data yang sudah
diolah dari sekolah. Dalam penelitian ini yang menjadi
data primer adalah:
a. Data nilai tes hasil belajar siswa kelas X AK 1 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
reverse jigsaw dengan strategi everyone is a teacher
here.
b. Data tes hasil belajar siswa kelas X AK 2 yang tidak
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
reverse jigsaw dengan strategi everyone is a teacher
here.
Adapun yang menjadi data sekunder adalah daftar
nama siswa kelas X AK 1 sebagai kelas eksperimen dan
kelas X AK 2 sebagai kelas kontrol.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu kejadian
untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan dapat
diolah menjadi suatu data yang disajikan sesuai dengan
masalah yang dihadapi dalam penelitian. Dalam penelitian ini
83
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes.
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil
belajar siswa. Dalam menentukan nilai awal peneliti
menggunakan pretes. Tes akhir (postes) digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol sesudah peneliti memberikan perlakuan berupa
pembelajaran menggunakan kooperatif tipe reverse jigsaw
dengan strategi everyone is a teacher here untuk kelas
eksperimen dan tanpa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi everyone is a
teacher here untuk kelas kontrol.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti
lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah” (Arikunto, 2010: 203). Sedangkan Sugiyono (2010:
102) mendefinisikan instrumen penelitian sebagai suatu alat
yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati.
Instrumen yang digunakan peneliti adalah tes hasil
belajar siswa. Tes tersebut terdiri dari pretes dan postes.
84
Pretes diberikan sebelum pembelajaran sedangkan postes
diberikan setelah pembelajaran baik di kelas X AK 1 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe reverse
jigsaw dengan strategi everyone is a teacher here sebagai
kelas eksperimen maupun kelas X AK 2 yang tidak
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe reverse
jigsaw dengan strategi everyone is a teacher here sebagai
kelas kontrol. Jenis soal yang digunakan adalah tes tertulis
dalam bentuk uraian (essay).
H. Pengembangan Instrumen
Metode Penyusunan Perangkat Tes
Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
1. Melakukan pembatasan materi yang diujikan
2. Menentukan jumlah butir soal
3. Menentukan waktu mengerjakan soal
4. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, kunci jawaban,
dan penentuan skor
5. Menulis butir soal
6. Melakukan validasi soal kepada validator
Dalam penelitian ini aspek yang divalidasi
diantaranya dari segi materi, konstruk, dan bahasa oleh
85
validator yaitu Bapak Yusuf, S.Pd selaku guru matematika
kelas X SMK PGRI 2 Tuban. Adapun penjabaran dari
validitas tersebut sebagai berikut:
a. Validasi materi
1) Soal sesuai dengan indikator
2) Batasan jawaban atau ruang lingkup yang diukur
sudah jelas
3) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan
pengukuran
4) Isi materi tes sesuai jenis sekolah dan tingkat kelas
b. Validasi konstruk
1) Rumusan butir soal menggunakan kata tanya atau
perintah yang menuntut jawaban uraian
2) Rumusan butir soal tidak menimbulkan penafsiran
ganda
c. Validasi bahasa
1) Butir soal menggunakan bahasa sederhana,
komunikatif, dan mudah dipahami
2) Rumusan butir soal menggunakan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar
3) Rumusan butir soal tidak menggunakan bahasa
yang berlaku setempat (budaya setempat)
Dengan keterangan sebagai berikut:
86
a. LD = layak digunakan
b. LDP = layak digunakan dengan perbaikam
c. TDL = tidak layak digunakan
Hasil validasi soal tes hasil belajar dari Bapak Yusuf,
S.Pd dan Ibu Susiani, S.Pd menyimpulkan bahwa soal tes
hasil belajar Layak Digunakan (LD).
Selanjutnya soal tes itu akan dilakukan uji coba di kelas
X APK 1 terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran terpenuhi atau
tidaknya validitas dan reliabilitas. Data hasil uji coba dianalisis berdasarkan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Validitas
Nilai validitas tes butir soal ini didapat dengan mengkorelasikan
skor hasil uji coba tiap butir soal dengan skor totalnya. Nilai validitas
dihitung dengan menggunakan rumus korelasi produk-moment memakai
angka kasar (row score).
Rumusnya adalah:
rxy = N ∑ XY−(∑ X )(∑Y )
√(N ∑ X2−(∑ X )2)(N ∑Y 2−(∑Y )2)
Keterangan :
r xy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N : Banyaknya siswa uji coba
X : Jumlah skor uji coba
Y : Jumlah skor ulangan harian
87
Menurut Guilford (dalam Suherman, 1990: 147), interpretasi nilai
r xy dapat dikategorikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kriteria validitas Butir Soal
Koefisien validitas (rxy) Interpretasi
0,90 < r XY ≤ 1,00 Korelasi sangat tinggi
0,70 < r XY ≤ 0,90 Korelasi tinggi
0,40 < r XY≤ 0,70 Korelasi sedang
0,20 < r XY ≤ 0,40 Korelasi rendah
r XY ≤ 0,20 Korelasi sangat rendah
2. Reliabilitas
Untuk menghitung koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal
dengan rumus Alpha, seperti dibawah ini:
r11=( nn−1 ) (1 −
∑ S i2
St2 )
Keterangan :
r11 : Koefisien reliabilitas
n : Banyak butir soal
si2 : Jumlah varians skor setiap item
st2 : Varians skor total
(Suherman, 1990: 194)
88
Untuk mencari varians digunakan rumus:
si2=
Σ X2−(ΣX i)
n
2
n
Untuk koefisien reliabilitas yang menyatakan derajat keterandalan
alat evaluasi dinyatakan dengan r11. Tolak ukur untuk
menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan
tolak ukur yang dibuat oleh Guilford (dalam Suherman, 1990: 177)
sebagai berikut:
89
Tabel 3.3
Kriteria Reliabilitas Butir Soal
Koefisien Reliabilitas
( r11 )Interpretasi
r11 ≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,20 < r11 ≤ 0,40 Derajat reliabilitas rendah
0,40 < r11≤ 0,60 Derajat reliabilitas sedang
0,60<r11≤ 0,80 Derajat reliabilitas tinggi
0,80<r11≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dimaksud adalah cara untuk
menganalisa data yang diperoleh dari hasil pengumpulan
data. Data yang dianalisis dari penelitian ini adalah data
sebelum dan sesudah penelitian. Data sebelum penelitian
digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu data nilai pretes
dari kelas X AK 1 dan kelas X AK 2. Setelah kedua sampel
diketahui kemampuan awalnya sama, kedua kelas tersebut
diberi perlakuan yang berbeda kemudian diberi tes akhir
(postes). Teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Analisis Awal
90
Analisis awal bertujuan untuk mengetahui bahwa
kedua kelas yang menjadi sampel penelitian memiliki
kemampuan awal yang sama dalam pelajaran
matematika, artinya kelas yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dengan
strategi everyone is a teacher here dan kelas yang tidak
diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe reverse
jigsaw dengan strategi everyone is a teacher here
memiliki kemampuan yang relatif sama. Untuk
mengetahui hal tersebut dilakukan uji-t untuk dua sampel
bebas dengan menggunakan data pretes. Sebelum uji-t
untuk dua sampel bebas dilakukan, terlebih dahulu uji
prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas. Berikut penjelasan mengenai teknik analisis
data awal:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui
apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi
normal atau tidak. Data yang digunakan adalah data
kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari nilai postes.
Dalam uji normalitas ini, peneliti menggunakan
bantuan program komputer SPSS 17.0 for Windows
yaitu uji Kolmogorov Smirnov dan uji Shapiro-Wilk
91
dengan tahapan menganalisis sebagai berikut.
1) Merumuskan Hipotesis
H0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi
normal
H1: Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi
normal
2) Menentukan taraf signifikansi (α)
Dalam penelitian ini taraf signifikansi (α) yang
digunakan adalah 0,05.
3) Menghitung statistik uji
4) Menentukan kriteria pengujian
a) Jika probabilitas atau Sig. > 0,05 maka H0
diterima
b) Jika probabilitas atau Sig. ≤ 0,05 maka H0
ditolak
5) Menarik kesimpulan
Langkah-langkah uji normalitas dengan
menggunakan program komputer SPSS 17.0 for
Windows adalah sebagai berikut:
1) Membuat desain variabel
Untuk membuat desain variabel, masukkan ke
menu Variabel View.
2) Memasukkan data
92
Untuk memasukkan data, pilihlah perintah Data
View. Setelah itu masukkan data.
3) Analisis
Cara menganalisis sebagai berikut.
Klik Analyze
Pilih Deskriptive Statistics
Klik Explore
Pindahkan variabel nilai pretes ke kolom
Dependent List, kelas ke kolom Faktor List
Klik Plot. Cek Normality plot with test
Klik Continue
Klik OK untuk diproses
4) Hasil Output analisis akan muncul.
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas variansi dilakukan untuk
mengetahui apakah variansi data populasi penelitian
bersifat homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas
variansi peneliti menggunakan bantuan program
komputer SPSS 17.0 for Windows. Cara pengujiannya
sebagai berikut.
1) Merumuskan hipotesis
H0: Tidak ada perbedaan variansi antara nilai
93
pretes kelas kontrol dan eksperimen.
H1: Ada perbedaan variansi antara nilai pretes
kelas kontrol dan eksperimen.
2) Menentukan taraf signifikansi (α)
Dalam penelitian ini taraf signifikansi (α) yang
digunakan adalah 0,05.
3) Menghitung statistik uji
Statistik uji menggunakan rumus:
F = S12
S22
dengan,
S12 = Varian besar
S22 = Varian kecil
Varian dapat dihitung dengan rumus S2 =
∑ X2
n−(∑ X
n )2
4) Menentukan kriteria pengujian
a) Jika F(1-α)(n1-1) < Fhitung < F1/2a(n1-1)(n2-1) maka H0
diterima
b) Jika Fhitung ≥ F1/2a(n1-1)(n2-1) maka H0 ditolak
dengan dk pembilang = n1 dan dk
penyebut = n2
5) Menarik kesimpulan
94
Langkah-langkah uji homogenitas variansi
dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0
for Windows adalah sebagai berikut.
1) Membuat desain variabel
Untuk membuat desain variabel, masukkan ke
menu Variabel View.
2) Memasukkan data
Untuk memasukkan data, pilihlah perintah Data
View. Setelah itu masukkan data.
3) Analisis
Cara menganalisis sebagai berikut:
Klik Analyze.
Pilih Deskriptive Statistics.
Klik Explore.
Pindahkan variabel hasil ke kolom Variabels.
Pilih Statistics dan lakukan cek untuk pilihan:
Deskriptive, isikan pada confidence interval
for mean.
Klik Continue.
Klik Plot untuk menampilkan diagram batang
daun, histogram dan melakukan uji homogen,
pilih levene test untuk Untransformed.
Klik Continue.
95
Klik OK untuk diproses.
4) Hasil Output analisis akan muncul
c. Uji-t untuk Dua Sampel Bebas
Langkah-langkah uji-t untuk dua sampel bebas
adalah sebagai berikut.
a. Merumuskan hipotesis
H0: Tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan
antara nilai pretes kelas kontrol dan
eksperimen.
H1: Ada perbedaan rata-rata yang signifikan
antara nilai pretes kelas kontrol dan
eksperimen.
b. Menentukan taraf signifikansi (α)
Dalam penelitian ini taraf signifikansi (α) yang
digunakan adalah 0,05.
c. Menghitung statistik uji
Statistik uji yang digunakan jika variansi kedua
populasi sama (homogen) adalah sebagai berikut:
t =
x1−x2
s √ 1n1
+ 1n2
dengan s2 = (n¿¿1−1) s12+¿
(n¿¿ 2−1) s22
n1+n2−2¿¿¿
96
Jika variansi kedua populasi tidak sama (tidak
homogen) maka statistik uji yang digunakan
adalah:
t =
x1−x2
√ s12
n1
+s22
n2
dengan derajat bebasnya adalah dk = ¿¿¿
d. Menentukan kriteria pengujian
1) Jika thitung ≤ −t(1− α
2 ), dk atau thitung ≥ t(1− α2 ), dk maka
tolak H0
2) Jika −t(1−α
2 ), dk < thitung < t(1−α2 ), dk maka terima H0
Derajat kebebasan (dk) diartikan sebagai
jumlah total pengamatan dalam sampel (n)
dikurangi banyaknya kendali (linier) bebas atau
pembatasan (restriksi) yang diletakan atas
pengamatan tersebut. Dengan kata lain, angka
derajat kebebasan adalah banyaknya pengamatan
bebas dari total pengamatan n. Sehingga rumus
umum untuk menentukan derajat kebebasan (dk)
adalah total pengamatan (n) dikurangi banyaknya
parameter yang ditaksir atau dk = n - banyaknya
parameter yang ditaksir (k) (Gujarati, 1978).
Karena dalam penelitian ini menggunakan dua
97
sampel bebas maka derajat kebebasannya
dirumuskan dk = n1 + n2 - 2.
e. Menarik kesimpulan
Langkah-langkah uji-t untuk dua sampel
bebas dengan menggunakan program komputer
SPSS 17.0 for Windows adalah sebagai berikut.
1) Klik Analyze
2) Pilih Compare Means
3) Klik Independent-Sample t Test
4) Pindahkan variabel nilai pretes dalam kotak
Test Variabel dan variabel kelas ke dalam kotak
Grouping Variabel, kemudian didefinisikan
grupnya sebagai berikut, isikan angka 1 pada
Group 1, 2 pada Group 2
5) Kemudian klik Continue
6) Klik OK untuk diproses
2. Analisis Akhir
Analisis akhir ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar
matematika siswa antara siswa yang diberi model
pembelajaran kooperatif tipe reverse jigsaw dengan
strategi everyone is a teacher here dan hasil belajar
98
matematika siswa tanpa diberi model pembelajaran
kooperatif tipe reverse jigsaw dengan strategi everyone is
a teacher here. Data yang digunakan adalah data nilai
postes. Seperti pada analisis awal, analisis akhir ini juga
menggunakan uji-t untuk dua sampel bebas, namun
sebelum melakukan uji-t untuk dua sampel bebas maka
harus dilakukan uji prasyarat analisis dengan melakukan
uji normalitas dan uji homogenitas. Namun pada uji-t dua
sampel bebas, hipotesis yang digunakan disesuaikan
dengan perumusan hipotesis yang terdapat pada bab 2.
3. Uji Non Parametrik Mann-Whitney Test
Uji Mann-Whitney Test ini dilakukan apabila syarat-
syarat untuk melakukan uji-t tidak terpenuhi, yaitu uji
normalitas. Tujuan dari uji Mann-Whitney Test adalah
untuk menguji hipotesis dari dua sampel bebas. Karena
kedua sampel lebih besar dari 20 maka statistik uji yang
digunakan adalah statistik uji z. Langkah-langkah uji
Mann-Whitney adalah sebagai berikut.
a. Merumuskan hipotesis
H0: Tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan
antara nilai pretes/postes kelas kontrol dan
eksperimen.
99
H1: Ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara
nilai pretes/postes kelas kontrol dan eksperimen.
b. Menentukan taraf signifikansi (α)
Dalam penelitian ini taraf signifikansi (α) yang
digunakan adalah 0,05.
c. Menghitung statistik uji
Statistik uji menggunakan rumus:
z = U−
n1n2
2
√(n1n2)(n1+n2+1)12
dengan U = n1 n2 + n1(n1+1)
2 - R1 atau U = n1 n2 +
n2(n2+1)2
- R2
R1 = jumlah ranking dengan ukuran sampel n1
R2 = jumlah ranking dengan ukuran sampel n2
d. Menentukan kriteria pengujian
1) Jika zhitung ≤ −z(1−α
2 ) atau zhitung ≥ z(1−α2 ) maka tolak H0
2) Jika −z(1−α
2 ) < thitung < z(1−α2 ) maka terima H0
e. Menarik kesimpulan
Langkah-langkah uji Mann-Whitney Test
menggunakan program komputer SPSS 17.0 for Windows
adalah sebagai berikut:
100
a. Membuat desain variable
Untuk membuat desain variabel, masuklah ke menu
Variabel view
b. Masukkan data
Untuk memasukkan data, pilihlah perintah Data View.
Setelah itu masukkan data.
c. Analisis
Cara menganalisis sebagai berikut.
1) Klik Analyze
2) Klik Non-Parametriz Test
3) Klik Two Independent Samples
4) Pilih data Test variable dan Grouping variable
5) Klik Define Group dan definisikan groupnya
sebagai berikut. 1 pada group 1, dan angka 2 pada
group 2. Kemudian klik Continue
6) Pada test Type, pilih Mann-Whitney U
7) Klik Option, pilih Statistic. Kemudian pilih
Descriptive
8) Klik Continue
9) Klik OK untuk diproses.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Filosofi,
Teori, & Aplikasinya. Surabaya : Lentera Cendekia
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Saiful Bahri dan Azwar Zain. 2010. Strategi belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum & Pembeljaran. Jakarta: PT
Sinar Grafika
Hamdani. 2011. Strategi belajar Mengajar. Bandung: CV Pusaka
Setia
Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya
Isjoni, 2009. Pembelajaran Kooperatif : Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi Antar Siswa. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Nasution, S. Berbagai Pendekatan dan Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
2
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning : Teori, Riset, dan
Praktek. Bandung: Nusa Media
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru
Suprijoni, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:
Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana
Widyantini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam
Pembelajaran Matematika SMK. Yogyakarta: P4TK
Matematika
2013. Panduan Praktikum Statistika Dasar. Prodi Pendidikan
Matematika UNIROW Tuban.