Bab I-III

download Bab I-III

of 48

Transcript of Bab I-III

46BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahPendidikan merupakan upaya untuk mencapai dan mengarahkan seseorang menuju kedewasaan. Tujuan pendidikan menurut UU RI No 2 tahun 1989, pasal 4 adalah sebagai berikut : pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.Pendidikan mempunyai peranan penting bagi setiap bangsa untuk membangun negaranya. Pembangunan hanya bisa dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan melalui pendidikan. Proses pendidikan berarti didalamnya menyangkut kegiatan belajar mengajar dengan segala aspek dan faktor yang mempengaruhi. Pada hakekatnya untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, maka dalam proses tersebut menuntut terjadinya proses belajar mengajar yang optimal. Dengan optimalisasi proses belajar mengajar tersebut diharapkan para peserta didik dapat meraih prestasi belajar yang memuaskan.Matematika yang merupakan salah satu ilmu dasar yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan memegang peranan penting, dan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang lain. Hal ini disebabkan oleh fungsi matematika sebagai sarana berfikir logis, analitis dan sistematis.Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak. Sifat abstrak itu menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran matematika, dalam pelaksanaannya terlihat belum menggembirakan. Kualitas pembelajaran matematika dapat dilihat dalam dua segi yaitu kualitas proses dan kualitas hasil. Dari segi kualitas proses siswa masih cenderung pasif dalam proses belajar mengajar, sementara diharapkan siswa dapat secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Dari segi kualitas hasil dapat dilihat dari prestasi belajar atau ketuntasan belajar yang dicapai siswa.Sebagai tenaga pengajar/pendidik yang secara langsung terlibat dalam proses belajar mengajar, maka guru memegang peranan penting dalam menentukan peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar yang akan dicapai siswanya. Salah satu kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh pendidik dalam hal ini adalah bagaimana mengajarkan matematika dengan baik agar tujuan pengajaran dapat dicapai semaksimal mungkin. Dalam hal ini penguasaan materi dan cara pemilihan pendekatan atau teknik pembelajaran yang sesuai dengan menentukan tercapainya tujuan pengajaran. Demikian juga halnya dengan proses pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai dengan optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu, tidak mungkin tujuan dapat tercapai. (Sanjaya, 2005: 99).Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika di SMP Negeri 1 Sinjai Selatan, hasil belajar matematika siswa kelas VIIA masih dikategorikan rendah. Rendahnya hasil belajar siswa ditunjukkan dengan masih banyaknya siswa yang remedial atau ujian pengulangan karena rata-rata hasil ulangan harian siswa pada pokok bahasan sebelumnya masih rendah yaitu hanya mencapai 52,67. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sebagian siswa di kelas tersebut kurang bersemangat dalam menerima pelajaran matematika. Meskipun demikian, masih ada sebagian kecil siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi terbukti dengan keaktifannya dalam menjawab serta bertanya kepada guru. Setelah dihubungkan dengan hasil belajarnya, ternyata siswa-siswa yang tidak aktif tersebut adalah siswa-siswa yang memiliki hasil belajar rendah dan begitu pun sebaliknya, siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi adalah siswa yang memiliki hasil belajar tinggi. Oleh karena itu, terjadi kesenjangan yang sangat mencolok di dalam kelas. Selain itu, siswa yang memiliki kemampuan lebih, cenderung mencari teman duduk yang juga memiliki kemampuan lebih sehingga hal ini semakin membuat kesenjangan di dalam kelas. Proses pembelajaran hanya dimonopoli oleh sekelompok kecil siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran individu akan membuat kesenjangan di dalam kelas akan semakin besar.Salah satu alternatif pemecahan masalah dari permasalahan di atas adalah dengan menggunakan metode pemberian tugas secara berkelompok. Metode tugas kelompok adalah salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan sosial siswa dan hasil belajarnya karena dalam pembelajarannya dengan kelompok-kelompok kecil yang disusun secara heterogen baik tingkat akademik, jenis kelamin dan lain sebagainya, sehingga siswa memungkinkan akan memberikan kontribusi bagi kelompoknya dan komunikasi antar siswa dalam kelompok akan lebih baik.Komunikasi antar siswa dalam kelompok kecil akan lebih bermakna, sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Siswa yang mengalami kesulitan harus aktif berpikir dan minta bantuan kepada teman dalam kelompoknya yang lebih mampu secara terarah. Demikian juga siswa yang lebih mampu harus berpikir untuk membantu teman kelompoknya yang kurang mampu.Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok belajar ini dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang yang berbeda. Para siswa menginginkan teman-teman dalam kelompoknya siap dan produktif di dalam kelas. Selain itu diharapkan juga para siswa termotivasi belajar secara baik, siap dengan pekerjaannya dan menjadi penuh perhatian selama jam pelajaran. Metode ini dipilih karena penulis melihat bahwa ada kalanya siswa lebih mudah belajar dari temannya sendiri, adapula siswa yang lebih mudah belajar karena harus mengajari atau melatih temannya sendiri. Dengan adanya metode tugas kelompok ini, memungkinkan siswa belajar lebih aktif, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, berkembangnya daya kreatif, serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan suatu metode yang disebut metode tugas kelompok, dimana metode ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar matematika siswa.B. Permasalahan PenelitianIdentifikasi Masalah.Berdasarkan observasi awal dan informasi yang diberikan oleh guru bidang studi Matematika di SMP Negeri 1 Sinjai Selatan, bahwa masalah dalam pembelajaran matematika yaitu:Rata-rata nilai ujian mid semester ganjil 2010 pelajaran matematika siswa hanya mencapai 52,67. Nilai rata-rata pelajaran matematika tersebut masih di bawah KKM tanpa Remedial yang ditetapkan SMP Negeri 1 Sinjai Selatan, yaitu 80% siswa yang memperoleh nilai minimal 63,00. Rendahnya hasil belajar siswa yang disebabkan sebagian siswa di kelas tersebut kurang bersemangat dalam menerima pelajaran matematika.Proses pembelajaran hanya dimonopoli oleh sekelompok kecil siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran individu akan membuat kesenjangan di dalam kelas akan semakin besar.Masih banyak siswa yang melakukan kegiatan lain atau mengganggu temannya pada saat proses belajar-mengajar.Sehingga diduga hal tersebut merupakan penyebab rendahnya kualitas pembelajaran matematika yang dicapai oleh siswa.Rumusan Masalah.Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah Apakah kualitas pembelajaran matematika siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Sinjai Selatan mengalami peningkatan dengan penerapan metode tugas kelompok?.Pemecahan MasalahPermasalahan-permasalahan dalam pembelajaran di kelas VIIA SMP Negeri 1 Sinjai Selatan sebagaimana diuraikan di atas diselesaikan dengan mengimplementasikan metode tugas kelompok. Penyelesaian permasalahan ini bertujuan meningkatkan kualitas belajar matematika siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Sinjai Selatan.C. Tujuan PenelitianPada dasarnya tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan. Secara operasional tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas belajar matematika siswa melalui penerapan metode tugas kelompok.D. Manfaat PenelitianHasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:Manfaat bagi siswa:Siswa Kelas VIIA lebih termotivasi terhadap mata pelajaran matematika.Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Sinjai Selatan lebih meningkat kualitas belajarnya.Manfaat bagi guru:Umpan balik dan dasar memperbaiki proses pembelajaran.Guru dapat menerapkan metode tugas kelompok dalam pembelajaran matematika di Kelas VII SMP Negeri 1 Sinjai.Manfaat bagi sekolah:Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari metode pembelajaran yang sebelumnya digunakan untuk perbaikan pembelajaran khususnya pada pelajaran matematika.BAB IIKAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKANKajian TeoriMatematika SekolahPerkembangan matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini cukup pesat dalam berbagai hal termasuk materi dan kegunannya sehingga dalam pembelajarannya di sekolah, seorang guru harus memperhatikan perkembangan-perkembangannya, naik dimasa lalu, masa sekarang, maupun kemungkinan-kemungkinannya untuk masa depan.Suherman dkk. (2003: 55), mengemukakan bahwa, matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang diajrkan di jenjang Pendidikan dasar dan Pendidikan Menengah. Matematika sekolah tersusun atas beberapa beberapa bagian matematika yang dipilih untuk menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta mengikuti perkembangan IPTEK. Sehingga matematika sekolah tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika, yaitu objek kejadian abstrak dan pola piker yang deduktif konsisten.Dengan belajar matematika, maka terbentuklah pola pikir siswa dalam mamahami suatu pengertian maupun dalam panalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian yang ada. Di dalam pembelajaran matematika, siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dari sekumpulan abstraksi. Melalui pengamatan terhadap contoh-contoh dan noncontoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (generalisasi).Dari fungsi-fungsi matematika yang telah dikemukakan di atas, seorang guru hendaknya menyadari peranannya sebagai motivator dan pembimbing siswa dalam pembelajaran matematika sekolah. Jadi jelas bahwa matematika sekolah mempunyai peranan sangat penting bagi siswa sebagai bekal pengetahuan dan untuk pembentukan sikap serta pola pikirnya.Pengertian BelajarDefinisi tentang belajar sangatlah kompleks, namun beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang belajar antara lain:Hudoyo (1990: 1) mengemukakan bahwa seseorang dikatakan belajar, bila diasumsikan dalam diri seseorang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Selain itu, Wingkel (Haling, 2004: 1) mengemukakan bahwa:Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikologis yang berlangsung dalam interaktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan keterampilan yang bersifat konstan/menetap. Hal ini senada dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh Mohammad (1987: 14) bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Hilgard (Nasution, 1986: 39) juga mengatakan bahwa:Learning process by which an actovity originates or changed through training procedures (wheather in the laboratory on in the natural environment) as distinguised from changes by facture not attributable to training. Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai akibat dari latihan dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik yang menghasilkan perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, keterampilan, dan keterampilan yang bersifat konstan/menetap.Pembelajaran MatematikaProses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah dengan melibatkan guru sebagai fasilitator atau pengajar dan siswa sebagai subjek belajar sehingga aktivitas dalam suatu proses pembelajaran meliputi belajar dan mengajar. Pembelajaran matematika bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar dapat mempelajari matematika sebagai pola pikir dalam kehidupan sehari-hari dan matematika sebagai ilmu.Proses pembelajaran memerlukan adanya metode penyampaian bahan ajar yang harus dikuasai guru agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Selain itu, metode yang digunakan harus dapat melibatkan siswa agar terjadi interaksi semua unsur pembelajaran. Untuk itu, pembelajaran meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi dalam situasi edukatif. Pembelajaran dirancang dengan tahapan-tahapan tertentu. Salah satu model pembelajaran dalam pembelajaran matematika adalah model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang dirancang agar siswa dapat mengembangkan belajarnya, memperoleh informasi dan pengetahuan yang diajarkan secara terstruktur. Model pembelajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut:Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa.Tujuan pembelajaran dikemukakan secaras spesifik termasuk mengemukakan tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan dari siswa. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan.Merencanakan dan mengelola waktu dan lingkungan belajar merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran. Untuk itu guru harus memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa serta mengupayakan pengelolaan kelas yang baik agar siswa tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. Melalui perencanaan belajar dan sistem pengelolaan yang baik, akan lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.Diungkapkan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, menurut Suherman dkk. (2003: 58), meliputi dua hal, yaitu:Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisiensi.Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.Secara rinci tujuan khusus pembelajaran matematika pada masing-masing satuan pendidikan diungkapkan dalam masing-masing GBPP matematika, Tujuan pembelajaran matematika di SMP adalah agar:Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika.Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan kependidikan menengah.Siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika. Dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika adalah pembentukan sifat yaitu pola berpikir kritis dan kreatif. Siswa harus dibiasakan untuk diberi kesempatan bertanya dan berpendapat, sehingga diharapkan proses pembelajaran matematika lebih bermakna. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Maka guru sebagai tenaga pengajar harus memperhatikan perkembangan siswa khususnya siswa SMP sebagai individu yang sedang berkembang. Dimana kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.Lisnawati (2001: 73) memberikan solusi kepada guru Matematika dalam pembelajaran Matematika kepada siswa yaitu dengan cara sebagai berikut:Mengenalkan dengan konsep Matematika melalui benda-benda konkrit.Menambah dan memperkaya pengalaman anak.Menanamkan konsep melalui jenis permainan.Menelaah sifat bersama atau membeda-bedakan jenis dan macam konsep matematika.Menerapkan dengan bentuk simbol-simbol.Menerapkan konsep-konsep (struktur) Matematika secara formal sehingga sampai pada aksioma dan dalil berdasarkan pengalaman siswa.Guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika diharapkan mampu mendasari dengan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang tepat, antara lain:Peserta didik harus menggunakan benda-benda konrit dan membuat abstraksinya dari konsep-konsep.Materi yang akan diajarkan harus ada hubungannya atau berkaitan dengan yang sudah dipelajari.Mengubah suasana abstrak ke dalam suasana konkrit menggunakan simbol.Matematika adalah ilmu kreatif oleh karena itu harus diajarkan dengan ilmu seni.Pengelolaan KelasDalam proses mengajar belajar matematika, faktor-faktor peserta didik, pengajar dan sarana/prasarana sangat berperan. Khususnya pengajar, dalam kegiatannya di kelas perlu mempunyai keterampilan bagaimana sebaiknya mengelola kelas sehingga proses mengajar belajar matematika menjadi efektif dan efisien. Ini berarti pengajar harus memahami masalah-masalah mengelola kelas, yang kemudian bagaimana menghadapi masalah-masalah tersebut.Pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengajar dalam menjalankan tugasnya di depan kelas sehingga kelas suasananya tertib. Namun ketertiban kelas ini tidak berarti peserta didik menjadi patuh, disiplin mati, juga bukan karena diberikan kebebasan secara maksimal. Ketertiban kelas terjadi karena terdapatnya hubungan interpersonal yang baik antara pengajar dan peserta didik. Dengan hubungan interpersonal yang baik tersebut, tingkah laku peserta didik berkembang menjadi seperti yang didinginkan pengajar.Secara ringkas, pengelolaan kelas adalah aktivitas pengajar untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik seperti yang diinginkan pengajar, meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal yang baik sehingga kelas menjadi tertib dan karena itu pelajar menjadi efaktif dan efisien. (Hudoyo, 1990: 173).Selanjutnya Hudoyo (1990: 175) mengemukakan langkah-langkah pengajar dalam menyelesaikan masalah pengelolaan kelas diatur sebagai berikut:Mengidentifikasi secara tepat jenis masalah pengelolaan kelas, apakah bersifat perorangan atau kah kelompok. Menyelesaikan masalah perorangan tentu saja harus berbeda dengan menyelesaikan masalah kelompok.Mencari pendekatan mana saja yang sesuai untuk jenis masalah tertentu. Jadi disini diidentifikasikan alternatif-alterntif penyelesaian.Menetapkan pendekatan yang diduga paling tepat untuk menyelesaikan maslah yang dimaksud.Dalam menghadapi masalah pengelolaan kelas, Hudoyo (1990: 176) menyatakan ada tiga pendekatan yang dapat ditempuh, yaitu:Pendekatan paket tertentu. Yang dimaksud dengan pekat tertentu adalah semacam resep untuk menghadapi suatu masalah pengelolaan kelas. Misalnya, jika ada suatu masalah A, maka penyelesaiannya adalah B; kalau terjadi suatu kesalahan peserta didik, jangan menegurnya di hadapan teman-temannya; menghadapi peserta didik, jangan pilih kasih. Terasa, pendekatan ini memang mudah dilaksanakan, tetapi sulit digeneralisasikan sebab pengajar sekedar mereaksi terhadap tingkah laku peserta didik yang incidental dianggap menyimpang. Apalagi bila reaksi pengajar tersebut ternyata gagal, pengajar akan kehilangan akal.Pendekatan pengubahan tingkah laku. Dasar pendekatan pengubahan tingkah laku untuk menyelesaikan pengelolaan kelas adalah teori asosiasi stimulus respon dari Thorndike. Semua tingkah laku peserta didik baik tingkah laku yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan adalah hasil belajar. Pengajaran yang menganut pendekatan ini berpendapat bahwa memperlihatkan persetujuan atas tingkah laku yang diinginkan dan tidak memperdulikan tingkah laku yang tidak diinginkan akan sangat efektif dalam mengelola kelas. Pengajar yang mengikuti pendekayan ini akan menghindari hukuman.Pendekatan hubungan interpersonal. Pendekatan hubungan interpersonal dalam mengelola kelas berarti menjalin hubungan yang baik antara pengajar dan peserta didik dan antara peserta didik dan peserta didik. Iklim sosio-emosional ini terbentuk karena keterbukaan sikap pengajar. Pengajar bersedia menerima peserta didik apa adanya, pengajar percaya lahir batin kepada peserta didiknya, pengajar mempunyai rasa simpati terhadap para peserta didiknya.Kualitas PembelajaranKualitas diartikan sebagai mutu, tingkat atau nilai sedangkan pembelajaran menurut konsep komunikasi adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola piker yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikan, dan materi dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengetahuan. Dalam komunikasi banyak arah dalam pembelajaran, peran-peran tersebut bias berubah, yaitu antara guru dengan siswa dan sebaliknya, serta antara siswa dengan siswa (Suherman, 2003: 8).Menurut Mulyasa (2002: 101) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses embelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.Hal ini sekali lagi menekankan pentingnya peranan aktif siswa dalam proses pemahaman dalam belajar matematika. Dalam pembelajaran matematika yang menekankan pemahaman ini, kemampuan-kemampuan melakukan eksplorasi, bertanya, merumuskan masalah, membuat dugaan-dugaan, dan memecahkan masalah memegang peranan yang sangat penting.Menurut Lovitt dan Clarke (Suherman, 2007: 79) menambahkan bahwa kualitas pembelajaran ditandai dengan berapa luas dalam lingkungan belajar; mulai dari mana siswa ini berada, mengenali bahwa siswa belajar dengan kecepatan yang berbeda, melibatkan siswa secara fisik dalam proses belajar, meminta siswa untuk memvisualkan yang imajiner.Menurut Mulyasa (2002: 105) dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK), terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut antara lain peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik, peningkatan disiplin belajar, dan peningkatan motivasi belajar. Upaya yang pertama adalah mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, yang dilakukan melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanannya seringkali kita tidak sadar, bahwa masih banyak kegiatan pembalajaran yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik. Upaya yang kedua peningkatan disiplin sekolah yang bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya dan mengatasi, serta mencegah timbulnya problem-problem disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Upaya yang ketiga peningkatan motivasi belajar yang merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan pembelajaran, merupakan tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kea rah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dengan kata lain seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya (motivasi). Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki kemampuan membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan belajar.Kemampuan siswa dalam memahami matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Upu (2003: 5) bahwa:Salah satu hal yang turut mempengaruhi kemampuan siswa dalam memahami matematika adalah pendekatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ada kemungkinan seorang siswa mempunyai kemampuan yang sedang atau rendah, namun keadaan pendekatan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru menarik atau sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan maka pemahaman matematikanya menjadi cepat dan prestasi belajarnya pun lebih tinggi.Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kualitas pembelajaran matematika meliputi kualitas proses dan kualitas hasil. Kualitas proses ditandai oleh keterlibatan siswa secara aktif mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan kualitas hasil ditandai dengan ketercapaian hasil belajar yang optimal.Adapun yang menjadi indikator kualitas pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) oleh Solthan (2006: 149) adalah sebagai berikut:Penguasaan guru pada mata pelajaranKualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh penguasaan guru terhadap materi yang akan diajrakan. Penguasaan guru terhadap materi yang akan diajarkan akan membuat pengajaran lebih terfokus, selain itu guru bukan hanya sebatas menguasai materi namun juga harus mampu merancang strategi penyajiannya secara sistematis.Ketuntasan dalam belajar terlaksanaDengan modal penguasaan materi pelajaran serta tersedianya waktu yang cukup bagi seorang guru, akan membuat proses pembelajaran menjadi nyaman. Siswa akan lebih mudah memahami dengan penyampaian materi yang jelas dan terfokus, dengan demikian ketuntasan belajar akan tercapai.Daya serap siswa meningkatGuru dapat melangkah ke materi selanjutnya apabila materi sebelumnya dianggap tuntas dan juga persentase daya serap siswa hamper merata. Kualitas pembelajaran tidak hanya dinilai dari tingginya nilai sebagian kecil siswa, karena hal ini menunjukkan bahwa daya serap siswa tidak merata. Guru harus berusaha menata proses pembelajaran dengan baik untuk meminimalkan ketidak merataan daya serap siswa di dalam kelas.Sedangkan Agung (2006: 5), memberikan tiga standar kualitas pengajaran yang saling mempengaruhi, dalam urutan prioritasnya adalah sebagai berikut:Interaksi yang kontinu antara siswa dan guruGuru perlu mangukur apakah cara mereka mengajar sudah benar-benar efektif sesuai dengan siswa yang dihadapinya pada saat tertentu, sehingga guru memiliki hak untuk memodifikasi cara mengajar, bereksperimen dengan alat bantu mengajar yang baru atau juga dalam memperluas kurikulum yang ada.Cara pembelajaran (learning) dan cara penilaian (assesment) yang digunakan dalam kelasGuru harus memahami dengan benar mengenai hal-hal mendasar yang dihadapi siswa dalam pembalajaran. Pemahaman ini bukan hanya berdasar pada pengajaran satu arah ke siswa, tetapi lebih merupakan pemahaman yang muncul dari keaktifan siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri dengan merangkai pengalaman pembelajaran di kelas dan pengetahuan yang telah dimiliki sebalumnya. Dan cara penilaiannya selaras dengan konsep dengan pembelajaran individual misalnya dengan memvariasikan jenis soal.Sumber Ilmu Pengetahuan (academic resource)Sumber keilmuan berupa prasarana dalam kegiatan pengajaran, yaitu buku, alat peraga dan teknologi. Semua hal ini harus dapat dieksplorasi dengan baik untuk mendukung setiap proses pengajaran agar wawasan seorang guru menjadi lebih luas.Metode Tugas Kelompok.Pengertian Metode Tugas Kelompok.Metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Istilah kerja kelompok atau tugas kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok, baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Metode tugas kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah satu strategi belajar mengajar dimana dalam proses belajar mengajar dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Penggunaan metode tugas kelompok mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan siswa lain dalam upaya mencapai tujuan bersama dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai pendapat orang lain serta kemampuan berinteraksi dalam kelompoknya maupun antar kelompok. Adapun pertimbangan-pertimbangan yang dikembangkan dalam metode pembelajaran ini adalah:Siswa sebagai individu memiliki kemampuan yang berbeda satu sama lain.Siswa sebagai makhluk sosial memiliki dorongan yang kuat untuk menampilkan kekuatannya di depan orang lain dan memiliki kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain.Hal ini akan senantiasa serasi antara komponen yang satu dengan yang lain. Komponen yang dimaksudkan adalah guru, siswa, metode, alat, sarana, tujuan, dan lain-lain. Untuk mencapai tujuan instruksional, dari masing-masing komponen tersebut, maka komponen tersebut saling merespon dan mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Sehingga tugas guru adalah bagaimana mendesain masing-masing komponen agar tercipta proses belajar mengajar yang lebih optimal. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Tugas Kelompok.Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode kerja kelompok, yaitu: Menentukan kelompok.Aspek-aspek kelompok yang perlu dilakukan dalam kerja kelompok yaitu:Tujuan, sebelum siswa mengerjakan tugas, seorang guru hendaknya menerangkan tujuan pembelajaran terlebih dahulu dan harus mengetahui persis bagaimana cara mengerjakannya.Tidak mengabaikan asas individual, dimana siswa dalam kelompoknya dapat dipandang sebagai pribadi yang berbeda dari segi kemampuan dan minatnya masing-masing.Mempertimbangkan fasilitas yang tersedia atau yang dimiliki. Dimaksudkan untuk memperoleh dan memperbesar peran atau partisipasi siswa dalam kelompoknya.Memberi tugas-tugas kepada kelompok.Dalam hal ini seorang guru memberikan tugas-tugas pada kelompok masing-masing dan guru juga memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas tersebut.Metode kerja kelompok (gotong royong) ini sesungguhnya amat erat hubungannya dengan metode diskusi. Sebab digunakannya metode ini di dasarkan atas praduga, bahwa suatu problema akan lebih baik dipecahkan dalam suatu kelompok, dari pada hanya dipikirkan oleh seorang saja. Juga, luas dan dalamnya peninjauan terhadap suatu problema akan lebih luas dan mendalam, sehingga lebih dapat dipertanggungjawabkan, oleh karena benar-benar telah dibahas dengan teliti dan ditinjau dari berbagai segi-segi, sesuai dengan pandangan dan pengalaman dari masing-masing kelompok.Metode kerja kelompok (gotong-royong), tepat digunakan untuk pendidikan matematika, karena memiliki keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut :Murid-murid lebih mudah diawasi dan dibimbing, karena di kumpulkan dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil dari pada kelas.Membina semangat bekerja sama yang sehat.Ditinjau dari segi psikologis, bahwa kerja kelompok dapat membangkitkan semangat bersaing yang sehat diantara kelompok-kelompok.Pokok-pokok pikiran yang telah diperbincangkan dan dibahas dalam kelompok kecil, akan merupakan pendapat yang lebih matang dan dapat dipertanggungjawabkan, jika dibandingkan buah pikiran sendiri.Mempercepat penyelesaian pemecahan suatu problema, karena dipikirkan oleh beberapa orang secara bersama-sama.Penggunaan metode tugas kelompok agar dapat mencapai sasarannya, guru matematika harus memperhatikan langkah-langkah pelaksanannya sebagai berikut:Guru membagi murid-murid ke dalam kelompok-kelompok dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan murid-murid.Hendaknya diusahakan, agar jumlah masing-masing anggota kelompok tidak terlalu besar (cukup terdiri dari 4 atau 5 orang).Jumlah anggota setiap kelompok hendaknya seimbang dan merata dalam hal perbandingan murid yang pandai, dan yang kurang pandai, pertimbangan anggota pria dan wanita yang lain sebagainnya.Ulih Bukit Karo-Karo (Hidayat, 2009: 18) menyebutkan bahwa jalannya pengajaran metode tugas kelompok adalah sebagai berikut:Guru mengelompokkan siswa. Jumlah kelompok dan jumlah anggota kelompok harus sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai.Guru memberikan tugas kepada siswa dalam kelompok untuk dipelajari/dikerjakan.Siswa (dalam kelompoknya) mempelajari/mengerjakan tugas. Pada waktu siswa sibuk, guru mendatangi kelompok-kelompok baik untuk merangsang maupun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menjaga agar pelajar tetap tertib.Guru bersama siswa menilai. Penilaian tidak hanya terhadap hasil yang diperoleh tetapi juga terhadap cara bekerjasama (proses). Penilaian ini perlu pula ditujukan kepada tugas/bahan pelajaran, terhadap kelompok dan terhadap kelas serta terhadap masing-masing pelajar.Dasar-dasar yang digunakan guru untuk membentuk kelompok antara lain sebagai berikut:Kemampuan.Siswa yang diperkirakan berkemampuan sama/agak sama dimaksudkan dalam kelompok (kelompok tersendiri). Apabila dalam suatu kelas ada 14 siswa yang berkemampuan sama, maka mereka dikelompokkan menjadi 3 atau 4 kelompok. Apabila perlu, siswa yang berkemampuan berbeda dikelompokkan dalam suatu kelompok.Jenis kelamin.Anggota-anggota dari suatu kelompok sebaiknya terdiri dari dua jenis kelamin (pria dan wanita). Ini perlu dan baik sebab dalam masyarakat pria dan wanita perlu bekerja sama.Fasilitas.Buku pelajaran dan alat praktikum tidak mencukupi, maka pelajaran di kelompok-kelompokkan; kelompok tertentu menerima pelajaran dengan membaca atau mengadakan eksperimen sedangkan kelompok yang lain menerima informasi-informasi dari guru. Kelompok-kelompok ini akan saling berganti menerima informasi atau mengadakan percobaan.Meningkatkan partisipasi/menggiatkan pelajaran. Apabila partisipasi dari pelajaran hendak diwujudkan maka para pelajar itu dimasukkan ke dalam kelompok-kelompok, dengan demikian siswa akan berpartisiapasi untuk menyelesaikan sebagian dari tugas pokok.Pembagian pekerjaan.Kelompok yang di dasarkan pada pembagian pekerjaan ini perlu di adakan untuk menyelesaikan bagian-bagian dari bahan pelajaran/tugas yang harus selesai pada waktu yang sama.Kelemahan dan Kelebihan Metode Tugas Kelompok.Menurut Salahudin (Hidayat, 2009: 23) kelebihan metode ini adalah murid-murid lebih mudah diawasi dan dibimbing karena dikumpulkan dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil daripada kelas, membina semangat berkerjasama secara sehat, secara psikologis tugas kelompok dapat membangkitkan semangat bersaing secara sehat diantara kelompok-kelompok, dalam penyelesaian tugas anggota kelompok lebih memungkinkan aktif karena anggotanya sedikit, mempercepat penyelesaian tugas bila dibandingkan secara mandiri dan anak yang pandai dapat menuntun temannya yang kurang pandai sehingga terjadi interaksi sehat dan aktif.Sebaliknya jika anggota kelompok terlalu banyak maka akan menghambat penyelesaian tugas karena justru kurang efektif, adanya sikap mengandalkan dan adanya kegaduhan. Anggota kelompok sebaiknya seimbang dan merata dalam perbandingan murid yang pandai, sedang dan kurang pandai serta perlu memperhatikan perimbangan pria dan wanita.Substansi Materi Yang DiajarkanAdapun materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:Pengertian Himpunan dan Notasi HimpunanHimpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan jelas, sehingga dengan tepat dapat diketahui objek yang termasuk himpunan dan yang tidak termasuk dalam himpunan tersebut. Suatu himpunan biasanya diberi nama atau dilambangkan dengan huruf besar (kapital) A, B, C, ..., Z. Adapun benda atau objek yang termasuk dalam himpunan tersebut ditulis dengan menggunakan pasangan kurung kurawal {...}.Perhatikan kumpulan berikut ini:a. Kumpulan lukisan indah.b. Kumpulan wanita cantik di Indonesia.Kumpulan lukisan indah tidak dapat disebut himpunan, karena lukisan indah menurut seseorang belum tentu indah menurut orang lain. Dengan kata lain, kumpulan lukisan indah tidak dapat didefinisikan dengan jelas. Demikian halnya dengan kumpulan wanita cantik di Indonesia. Wanita cantik menurut seseorang belum tentu cantik menurut orang lain. Jadi, kumpulan wanita cantik bukan termasuk himpunan.Menyatakan Anggota Suatu HimpunanSetiap benda (objek) yang terdapat di dalam himpunan di sebut anggota atau elemen dari himpunan itu. Untuk menuliskan anggota himpunan dipakai notasi dan untuk menuliskan bukan anggota, dipakai .Contoh:Bila A = , maka:2 termasuk di A, berarti 2 termasuk anggota A dan ditulis 2 3 termasuk di A, berarti 3 termasuk anggota A dan ditulis 3 4 tidak termuat di A, berarti 4 termasuk anggota A dan ditulis 4 9 tidak termuat di A, berarti 9 termasuk anggota A dan ditulis 9 Cara Menyatakan HimpunanSuatu himpunan dapat dinyatakan dengan tiga cara sebagai berikut:a. Dengan kata-kata.Dengan cara menyebutkan semua syarat/sifat keanggotaannya.Contoh: P adalah himpunan bilangan prima antara 10 dan 40,ditulis P = {bilangan prima antara 10 dan 40}.b. Dengan notasi pembentuk himpunan.Sama seperti menyatakan himpunan dengan kata-kata, pada cara ini disebutkan semua syarat/sifat keanggotannya. Namun, anggota himpunan dinyatakan dengan suatu peubah. Peubah yang biasa digunakan adalah x atau y.Contoh: P : {bilangan prima antara 10 dan 40}.Dengan notasi pembentuk himpunan, ditulis P = {10 < x < 40, x bilangan prima}.c. Dengan mendaftar anggota-anggotanya.Dengan cara menyebutkan anggota-anggotanya, menuliskannya dengan menggunakan kurung kurawal, dan anggota-anggotanya dipisahkan dengan tanda koma.Contoh: P = {11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37}A = {1, 2, 3, 4, 5}Himpunan BagianHimpunan A merupakan himpunan bagian B, jika setiap anggota A juga menjadi anggota B dan dinotasikan A B atau B A. Banyaknya semua himpunan bagian dari suatu himpunan adalah 2n, dengan n banyaknya anggota himpunan tersebutHimpunan SemestaHimpunan semesta atau semesta pembicaraan adalah himpunan yang memuat semua anggota atau objek himpunan yang dibicarakan. Himpunan semesta (semesta pembicaraan) biasanya dilambangkan dengan S.Contoh:Tentukan tiga himpunan semesta yang mungkin dari himpunan berikut:a. {2, 3, 5, 7}b. {kerbau, sapi, kambingPenyelesaian:a. Misalkan A = {2, 3, 5, 7}, maka himpunan semesta yang mungkin dari himpunan A adalah:S = {bilangan prima} atauS = {bilangan asli} atauS = {bilangan cacah}.b. Himpunan semesta yang mungkin dari {kerbau, sapi, kambing} adalah {binatang}, {binatang berkaki empat}, atau {binatang memamah biak}.Operasi HimpunanIrisan Dua HimpunanIrisan (interseksi) dua himpunan adalah suatu himpunan yang anggotanya merupakan anggota persekutuan dari dua himpunan tersebut.Irisan himpunan A dan B dinotasikan sebagai berikut:A B = {x | x A dan x B}Contoh:DiketahuiA = {1, 2, 3, 4} danB = {3, 4, 5}.Tentukan A B.Penyelesaian:A = {1, 2, 3, 4}B = {3, 4, 5}A B = {3, 4} .Dalam diagram Venn di bawah, A B adalah himpunan yang anggotanya ditunjukkan oleh daerah yang diarsir.31BAS542A B Gambar 2.1. Irisan Dua HimpunanGabungan Dua HimpunanJika A dan B adalah dua buah himpunan, gabungan himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya terdiri atas anggota-anggota A atau anggota-anggota B.Dengan notasi pembentuk himpunan, gabungan A dan B dituliskan sebagai berikut:A B = {x | x A atau x B}.Perhatikan diagram Venn di bawah. A={2, 4}, B={1, 2, 3, 4, 5} BSA B = {1, 2, 3, 4, 5 } = B ditunjukkan oleh daerah yang diarsir. Dengan demikian, jika A B maka A B = B.3125A4Gambar 2.2 Gabungan Dua HimpunanSelisih (Difference) Dua HimpunanSelisih (difference) himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya semua anggota dari A tetapi bukan anggota dari B.Dengan notasi pembentuk himpunan dituliskan sebagai berikut.A B = {x | x A, x B}B A = {x | x B, x A}Contoh:Diketahui S = {1, 2, 3, ...,10} adalah himpunan semesta. Jika P = {2, 3, 5, 7} dan Q = {1, 3, 5, 7, 9}. Tentukan:a. anggota S Pb. anggota P QPenyelesaian:a. S P = {1, 2, 3, ..., 10} {2, 3, 5, 7} = {1, 4, 6, 8, 9, 10}b. P Q = {2, 3, 5, 7} {1, 3, 5, 7, 9} = {2}Komplemen Suatu HimpunanKomplemen himpunan A adalah suatu himpunan yang anggotaanggotanyamerupakan anggota S tetapi bukan anggota A.Dengan notasi pembentuk himpunan dituliskan sebagai berikut. = {x | x S dan x A}Contoh:Diketahui S = {1, 2, 3, ...,10} adalah himpunan semesta. Jika A = {1, 2, 3, 4} dan B = {2, 3, 5, 7}. Tentukan:a. anggota b. anggota c. anggota (Penyelesaian:DiketahuiS = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 10}A = {1, 2, 3, 4}B = {2, 3, 5, 7}a. = {5, 6, 7, 8, 9, 10}b. = {1, 4, 6, 8, 9, 10}c. Untuk menentukan anggota (A B, tentukan terlebih dahulu anggota dari A B.A B = {2, 3}(A B = {1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}Diagram VennJohn Venn, seorang ahli matematika dari Inggris yang hidup pada tahun 1834 1923 menemukan cara yang memudahkan kita untuk menyatakan dan melihat hubungan antara beberapa himpunan adalah dengan menggunakan diagram atau gambar himpunan yang disebut dengan diagram Venn.Dalam membuat suatu diagram Venn, perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain:1. Himpunan semesta biasanya digambarkan dengan bentuk persegi panjang.2. Setiap himpunan lain yang sedang dibicarakan digambarkan dengan lingkaran atau kurva tertutup sederhana.3. Setiap anggota masing-masing himpunan digambarkan dengan noktah atau titik.4. Jika banyak anggota himpunannya tak berhingga, maka masing-masing anggota himpunan tidak perlu digambarkan dengan suatu titik.Misalkan diketahui S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, ..., 15 } adalah himpunan semesta (semesta pembicaraan). Jika A = 11, 3, 5, 7, 9, 11, 131 dan B = { x x adalah bilangan prima yang kurang dari 10 }, maka gambar diagram Vennnya:S1689357210AB41215141113Gambar 2.3 Diagram VennMenyelesaikan Soal Cerita dengan Diagram VennPada bagian ini, akan ditunjukkan bagaimana menyelesaikan soal cerita dengan manggunakan Diagram Venn. Dari 40 orang siswa kelas I B, terdapat 29 orang gemar bulutangkis, 22 orang gemar bola basket, dan 14 orang gemar keduanya.Gambarkan diagram Venn dari keterangan tersebut!Berapa orang yang hanya gemar bulutangkis?Berapa orang yang tidak gemar keduanya?Penyelesaian:SBVx = 1514y = 83Misalkan himpunan siswa yang gemar bulutangkis adalah B, siswa yang gemar bola basket adalah V maka n(B) = 29, n(V) = 22, dan yang gemar kedua-duanya, yaitu n(B V) = 14. Diagram Venn keadaan tersebut tampak seperti berikut: Gambar 2.4. Soal Cerita dengan Diagram Vennn(s) = 40x = n(B) 14 = 29 14 = 15y = n(V) 14 = 22 14 = 8Dari gambar Diagram Venn pada gambar tersebut tampak bahwa banyaknya siswa yang hanya gemar bulutangkis adalah x = 15 orang. Dari Diagram Venn tampak bahwa banyaknya siswa yang tidak gemar kedua-duanya adalah 40 (15 + 14 + 8) = 3 orang.Kaitan Pembelajaran Matematika dengan Tugas KelompokProses belajar mengajar menggunakan berbagai strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Mencapai tujuan hendaknya melibatkan aktivitas dan kreatifitas siswa yang dikembangkan oleh guru. Jadi, siswa berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Penerapan strategi belajar mengajar heuristik dalam pembelajaran sangat sesuai dengan pembelajaran aktif ( CBSA ).Strategi belajar mengajar heuristik menekankan pada bagaimana siswa belajar dan bagaimana siswa mengelola perolehannya, sehinga dapat dipahami oleh siswa. Alasan mengapa metode tugas kelompok harus diwujudkan dalam proses belajar dan pembelajaran, karena dengan alasan sebagai berikut:Siswa dilatih untuk menemukan dan mengembangkan sendiri pengetahuan karena guru tidak mungkin mengajarkan semua fakta dan konsep yang ada.Dalam fase perkembangan anak, siswa secara psikologis lebih mudah memahami konsep.Metode tugas kelompok membentuk sikap ilmiah pada siswa.Metode tugas kelompok mengembangkan keterampilan dan pengetahuan saat siswa mengikuti proses pembelajaran melalui kerjasama dan persaingan baik antar kelompok maupun dalam intern kelompok.Hasil yang diharapkan dari penerapan strategi belajar mengajar dengan metode tugas kelompok adalah sebagai berikut:Memupuk keberanian siswa mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran secara menyeluruh.Terjalin sikap kerjasama, persaingan yang sehat, timbulnya tutor sebaya dan mudah bagi guru dalam mengadakan penanganan yang bersifat khusus.Meningkatkan prestasi belajar.Hipotesis Tindakan.Berdasarkan tinjauan pustaka yang dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Bila pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode tugas kelompok, maka kualitas pembelajaran matematika siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Sinjai Selatan dapat meningkat.BAB IIIMETODE PENELITIANJenis PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan alur kerja meliputi 4 tahap pada masing-masing siklus yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi dan evaluasi, dan tahap refleksi.Lokasi dan Subjek PenelitianLokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Sinjai Selatan. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Sinjai Selatan pada tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 33 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 18 orang perempuan dan peneliti sebagai guru matematika di kelas tersebut.Faktor yang DiselidikiAdapun faktor-faktor yang diselidiki pada penelitian ini:Faktor proses, yaitu dengan melihat dinamika kelompok maupun individu pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Seperti, kesungguhan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran, kerjasama yang diperlihatkan siswa dalam kelompoknya, dan rasa percaya diri yang diperlihatkan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Faktor out-put, yaitu dengan melihat hasil belajar matematika yang diperoleh siswa setelah diberikan tes akhir setiap siklus setelah proses belajar mengajar dengan metode tugas kelompok.Prosedur PenelitianPenelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011 dengan menerapkan metode tugas kelompok dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 Januari s/d 24 Januari 2011 yang terbagi menjadi lima kali pertemuan dengan satu kali pertemuan untuk pemberian tes siklus I, dan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 Januari s/d 14 Februari 2011 yang didesain selama lima kali pertemuan dengan satu kali pertemuan untuk pemberian tes siklus II. Setiap pertemuan menggunakan alokasi waktu 3 x 40 menit. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Untuk dapat mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Sinjai Selatan maka digunakan nilai ujian blok siswa pada pokok bahasan terakhir sebagai tes awal dan hasilnya dianggap sebagai skor dasar. Selanjutnya dilakukan proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode Tugas Kelompok. Rencana tindakan berupa intervensi kegiatan belajar mengajar di kelas dengan desain materi dan tugas tersendiri dalam bentuk LKS yang mengacu pada metode tugas kelompok. Sasaran perbaikan adalah peningkatan kualitas belajar siswa.Berdasarkan rencana pembelajaran di atas, maka penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus meliputi 4 tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan evaluasi, dan tahap refleksi. Strategi belajar mengajar yang diterapkan dan direncanakan sebagai upaya pemecahan masalah meliputi sejumlah rencansa tindakan, yang direncanakan sebanyak 2 siklus yaitu sebagai berikut:Rencana Siklus I.Target pelaksanaan Siklus I adalah 4 kali tatap muka pembelajaran dengan alokasi waktu setiap pertemuan 3 x 40 menit.Perencanaan.Dokumentasi kondisional meliputi observasi kondisi pembelajaran di kelas pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung. Identifikasi MasalahIdentifikasi dan klarifikasi semua masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar.Menyusun RP, LKS, Alat evaluasi akhir siklus, lembar pengamatan.Tindakan.Sesuai dengan apa yang diinginkan guru, maka rencana penelitian ini berupa prosedur kerja penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas. Pelaksanaan/tindakan siklus I sesuai dengan perencanaan yang diprogramkan, yaitu:Menjelaskan materi pelajaran dan dilanjutkan dengan memberikan soal-soal latihan kepada siswa secara berkelompok.Memberikan kesempatan siswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran seperti bertanya, mengungkapkan pendapat dan diskusi.Setiap kelompok diminta memaparkan hasil pekerjaannya ke depan kelas secara bergiliran.Pada akhir siklus, guru memberikan soal tes siklus I.Guru memberikan soal berupa pekerjaan rumah.Observasi dan Evaluasi.Pada tahap ini, dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi siswa yang telah dibuat serta melaksanakan evaluasi dengan memberikan tes di akhir siklus I.Refleksi.Data dikumpulkan kemudian dianalisis oleh peneliti. Analisis dilakukan dengan cara mengukur baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian disimpulkan bagaimana hasil belajar siswa dan bagaimana hasil pembelajaran guru. Kemudian direfleksikan hasil analisis yang telah dikerjakan.Apakah terjadi peningkatan hasil belajar setelah diterapkan metode tugas kelompok?Apakah metode tugas kelompok yang diterapkan berjalan efektif ?Berapakah jumlah siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar? Sudahkah mencapai target yang diinginkan sesuai dengan yang diharapkan guru?Sudahkah guru menerapkan struktur pengajaran matematika dengan baik?Sudahkah guru mengadakan pendekatan pada siswa dengan baik dan menggunakan metode tugas kelompok yang sesuai dengan yang diharapkan?Selanjutnya dibuat rencana perbaikan dan penyempurnaan Siklus I pada siklus berikutnya.Rencana Siklus IIPada dasarnya hal-hal yang dilakukan pada Siklus II adalah mengulang kembali tahap-tahap yang dilakukan pada Siklus sebelumnya. Disamping itu, dilakukan juga sejumlah rencana baru untuk memperbaiki atau merancang tindakan baru sesuai pengalaman yang diperoleh di Siklus I.Perencanaan.Siklus II dilaksanakan selama 4 kali pertemuan. Setiap pertemuan waktunya 3 x 40 menit. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka diadakan perencanaan ulang yang meliputi:Identifikasi masalahMasalah siklus I yang belum berhasil diverifikasi kemudian dianalisis.Rencana tindakanMenyusun strategi belajar mengajar dengan metode pembelajaran berbasis tugas kelompok dengan penekanan yang lebih baik lagi terutama keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.Menyusun RP, LKS, Alat evaluasi akhir siklus, lembar pengamatan.Tindakan.Pelaksanaan/tindakan pada Siklus II sesuai dengan perencanaan yang diprogramkan, yaitu:Melaksanakan tindakan sebagaimana pada siklus I.Mengontrol siswa yang kurang aktif dengan pendekatan dan bimbingan khusus.Guru membagi LKS per kelompok.Guru mengadakan bimbingan dengan mengamati kesalahan-kesalahan dan kesulitan yang dihadapi siswa, pada saat siswa mengerjakan soal latihan.Membahas soal yang paling dianggap sulit oleh siswa.Guru memberikan soal tes pada akhir siklus II.Guru mengadakan perubahan anggota kelompok yang dibentuk.Observasi dan Evaluasi.Peneliti melakukan tindakan ulang pada siklus I. Untuk mendapatkan informasi dari siswa tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan maka pada siklus II ini siswa akan diminta tanggapannya. Selanjutnya hasil dari pelaksanaan tindakan akan dievaluasi dengan memberikan tes di akhir Siklus II.Refleksi.Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus I dan siklus II, kemudian melakukan refleksi terhadap strategi yang dilakukan dalam tindakan kelas. Apakah siswa mengalami peningkatan kualitas belajar melalui strategi yang diterapkan, dan apakah tindakan kelas berhasil meningkatkan kualitas belajar matematika di kelas VIIA SMP Negeri 1 Sinjai Selatan.Dengan menganalisis refleksi serta seluruh data yang diperoleh selama 2 siklus, maka dibuatlah kesimpulan mengenai hasil penelitian tersebut. E. Sumber Data Penelitian.Sumber Data.Sumber Data penelitian ini adalah siswa Kelas VIIA, guru peneliti dan guru pengamat SMP Negeri 1 Sinjai Selatan.Teknik Pengumpulan Data.Data mengenai tingkat penguasaan materi yang diambil dari tes awal dan tes tiap akhir siklus. Tes ini dibuat oleh penulis bekerjasama dengan guru bidang studi dan selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.Data mengenai proses pembelajaran diperoleh melalui lembar observasi pada saat pemberian tindakan.Data mengenai tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran diperoleh melalui lembar tanggapan siswa.Teknik Analisis Data.Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Data tentang hasil pengamatan dan tanggapan siswa dianalisis secara kualitatif, sedangkan data tentang hasil belajar di analisis secara kuantitatif dengan mengunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata dan presentase, standar devisi, median, frekuensi, dan persentase nilai terendah dan nilai tertinggi yang dicapai siswa setiap siklus.Adapun untuk analisis data kuantitatif digunakan adalah kategori skor skala lima. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 1994), Skala lima adalah suatu pembagian atas lima kategori yaitu:Skor hasil belajar: 0 34 dikategorikan sangat rendahSkor hasil belajar: 35 54 dikategorikan rendahSkor hasil belajar: 55 64 dikategorikan sedangSkor hasil belajar: 65 84 dikategorikan tinggiSkor hasil belajar: 85 100 dikategorikan sangat tinggiIndikator Kinerja.Indikator kinerja yang menunjukkan keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah:Terjadinya peningkatan rata-rata skor hasil belajar siswa dari Siklus I ke Siklus II dengan ketentuan ketuntasan belajar tercapai, yaitu dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebagaimana yang digunakan oleh SMP Negeri 1 Sinjai Selatan adalah 80% dari jumlah 33 orang siswa mencapai skor minimal 63,00 tanpa remedial.Aktifitas siswa saat pembelajaran berlangsung meningkat, meliputi:Keaktifan siswa, yang difokuskan pada aspek:Siswa yang memperhatikan guru dan mencatat pada saat pembelajaran.Siswa yang aktif pada saat kerja individu maupun kelompok.Siswa yang memiliki percaya diri yang tinggi.Siswa yang mengangkat tangan untuk menjawab pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran.Siswa yang bertanya tentang materi yang belum dimengerti.Siswa yang memberi tanggapan terhadap persentase individu maupun kelompok lain.Apabila kedua indikator keberhasilan penelitian ini terpenuhi maka pembelajaran Himpunan dengan metode tugas kelompok pada siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Sinjai Selatan dikatakan mengalami peningkatan kualitas.