BAB I II III

78
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebiasaan didefinisikan sebagai tindakan yang terjadi berulang-ulang secara otomatis sebagai akibat dari proses alamiah yang kompleks yang melibatkan kontraksi otot. Orang tua menemukan banyak kebiasaan dan perilaku anak-anak mereka yang mengganggu. Bila ingin mengubah perilaku yang tidak diinginkan ini hal pertama yang dapat membantu adalah memahami mengapa anak melakukannya. Seringkali kebiasaan buruk hanyalah keadaan meniru. Anak mungkin akan melakukan perilaku ini kembali ketika mereka sedang stress, bosan, lelah, frustasi, tidak senang, tidak aman, atau ketika tertidur lelap. Bagi anak, banyak dari kebiasaan buruk yang menenangkan dan menyenangkan. Sebagian besar, perilaku ini hanya sebuah “fase” dan akan hilang pada proses tumbuh kembang mereka. (1,2) 1

description

b

Transcript of BAB I II III

Page 1: BAB I II III

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kebiasaan didefinisikan sebagai tindakan yang terjadi berulang-ulang

secara otomatis sebagai akibat dari proses alamiah yang kompleks yang

melibatkan kontraksi otot. Orang tua menemukan banyak kebiasaan dan perilaku

anak-anak mereka yang mengganggu. Bila ingin mengubah perilaku yang tidak

diinginkan ini hal pertama yang dapat membantu adalah memahami mengapa

anak melakukannya. Seringkali kebiasaan buruk hanyalah keadaan meniru. Anak

mungkin akan melakukan perilaku ini kembali ketika mereka sedang stress,

bosan, lelah, frustasi, tidak senang, tidak aman, atau ketika tertidur lelap. Bagi

anak, banyak dari kebiasaan buruk yang menenangkan dan menyenangkan.

Sebagian besar, perilaku ini hanya sebuah “fase” dan akan hilang pada proses

tumbuh kembang mereka.(1,2)

Kebiasaan anak muncul dalam berbagai kondisi. Dalam kondisi ringan,

beberapa perilaku tidak mengganggu aktivitas normal sehari-hari dan karenanya

bukan merupakan gangguan kejiwaan. Namun, kondisi ringan dari perilaku

tersebut dapat berkembang untuk menyebabkan melemahnya fungsi fisik/

psikologis.(3)

Dalam perkembangan dan pertumbuhannya, banyak anak memiliki

kebiasaan tertentu dalam berperilaku. Ada kebiasaan yang bersifat sementara,

tetapi ada juga kebiasaan yang tidak mudah dihilangkan. Beberapa kebiasaan anak

tetap diperhatikan dan dapat bertahan bila tidak diobati, bahkan akan mengganggu

1

Page 2: BAB I II III

fungsi optimal anak. Kebiasaan anak dapat mengakibatkan interaksi sosial negatif

dan penghindaran oleh teman-teman dan anggota keluarga. Beberapa perilaku

yang berulang-ulang dapat menyebabkan kerusakan.(4,3)

Jika kebiasaan buruk tersebut berhenti pada usia kurang dari 3 tahun, maka

kemungkinan tidak akan mempengaruhi keadaan gigi-gigi. Apabila terjadi

kelainan sifatnya sementara, oklusi akan normal kembali dengan sendirinya.

Namun apabila ditemukan, diperlukan perhatian khusus karena akan terjadi

gangguan pada oklusi. Kerjasama yang baik antara penderita, dokter gigi, dan

orang tua penderita sangat diperlukan. Hal terpenting pada penganganan kasus

maloklusi karena kebiasaan buruk pada usia anak-anak adalah penderita harus

mempunyai motivasi yang kuat untuk menghentikan kebiasaan buruknya guna

keberhasilan perawatan.(5)

Kebiasaan abnormal dapat mempengaruhi pertumbuhan yang normal dari

rahang, mengganggu pertumbuhan cranial, dan fisiologi oklusi. Pola kebiasaan

dapat mengganggu otot yang terkait dengan pertumbuhan tulang yang salah, gigi

malposisi, cara bernafas yang salah, gangguan berbicara, gangguan otot-otot

wajah dan psikologis. Kebiasaan seperti mengisap ibu jari, menggigit bibir,

menaruh lidah di antara gigi-gigi, bernafas melalui mulut, dan bruxism merupakan

kebiasaan yang dapat menimbulkan terjadinya anomali letak gigi dan hubungan

rahang. Kebiasaan membuka mulut juga dapat menimbulkan anomali rahang atas

yang sempit dan maju ke depan. Kebiasaan ini harus segera dihentikan apabila

gigi permanen pertama sudah nampak erupsi di mulut. Aktivitas orofasial yang

abnormal merupakan penyebab maloklusi yang paling sering ditemui.(6,7)

2

Page 3: BAB I II III

Pengawasan terhadap terjadinya penyimpangan pertumbuhan yang

dilakukan dengan perawatan ortodontik sedini mungkin akan menghilangkan

kebiasaan buruk sehingga perawatan ortodontik yang lebih berat pada umur

selanjutnya dapat dicegah. Dalam bidang kedokteran gigi, semakin banyak ahli

orthodontik yang memperhatikan cara untuk mengatasi gangguan pertumbuhan

rahang dan gigi geligi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan aktivitas bibir

dan lidah pada periode gigi bercampur.(7,8)

Latar belakang penulis memilih kebiasaan buruk untuk diteliti karena

mengingat cukup tingginya insiden yang terjadi dan banyaknya akibat yang

ditimbulkan oleh kebiasaan buruk tersebut sehingga memerlukan pemahaman

orang tua akan kesehatan gigi dan mulut anaknya.

Latar belakang penulis memilih usia 3-5 tahun agar kebiasaan buruk anak

dapat dikontrol dan dihentikan sebelum gigi-gigi permanennya erupsi, yaitu pada

usia sebelum 6 tahun dimana menurut Mc Donald dan Avery, maloklusi yang

disebabkan oleh kebiasaan buruk meningkat dari 21,5% pada usia 3-4 tahun

hingga 41,9% pada usia 12 tahun.(5,1)

Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah di usia 3-5 tahun

sudah terlihat gangguan pertumbuhan rahang dan gigi yang disebabkan oleh

kebiasaan buruk. Selain itu, di usia ini kesehatan gigi anak juga masih sangat

bergantung pada orang tuanya, sehingga sangat dibutuhkan peran orang tua untuk

memotivasi anak agar menghentikan kebiasaan buruknya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan membahas secara

terperinci beberapa kebiasaan buruk pada anak-anak yang dapat mempengaruhi

3

Page 4: BAB I II III

pertumbuhan yang normal dari rahang, mengganggu pertumbuhan cranial,

fisiologi oklusi hingga interaksi sosial serta etiologi dan cara menghentikan atau

mengoreksi kebiasaan buruk tersebut yang telah menjadi suatu pola perilaku si

anak.

I.2. Rumusan Masalah

Permasalahan akan muncul ketika kebiasaan buruk tersebut terus berlanjut

hingga anak mulai memasuki usia sekolah dimana kebiasaan ini terus dilakukan

karena orang tua yang kurang memperhatikan anaknya. Penelitian ini bermaksud

untuk melihat tingkat prevalensi kebiasaan buruk pada anak usia prasekolah,

sehingga masalah yang timbul adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat prevalensi kebiasaan buruk pada anak usia prasekolah di

Kota Makassar?

2. Di antara usia 3-6 tahun, usia berapakah yang paling banyak melakukan

kebiasaan buruk?

3. Bagaimana perbandingan kebiasaan buruk antara anak laki-laki dan

perempuan?

4. Apa kebiasaan yang paling sering dilakukan oleh anak usia 3-6 tahun?

5. Bagaimana manifestasi oral pada anak yang mempunyai kebiasaan buruk?

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran tentang prevalensi kebiasaan buruk pada anak usia 3-

6 tahun di Kota Makassar.

4

Page 5: BAB I II III

2. Mengetahui jumlah anak yang mempunyai kebisaan buruk pada usia 3-6

tahun di Kota Makassar berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin.

3. Mengetahui berbagai macam faktor-faktor penyebab dari kebiasaan buruk.

4. Mengetahui berbagai macam masalah yang timbul akibat kebiasaan buruk.

5. Mengetahui manifestasi oral pada anak yang mempunyai kebiasaan buruk dan

penatalaksanaannya.

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Memperluas wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang pengaruh

kebiasaan buruk pada pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Masyarakat dapat mengantisipasi berbagai faktor-faktor penyebab kebiasaan

buruk pada anak.

3. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya meningkatkan

kesehatan gigi dan mulut anak di Kota Makassar pada umumnya.

5

Page 6: BAB I II III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Gambaran Umum Kebiasaan Buruk

Kebiasaan buruk pada anak-anak (oral habits) merupakan suatu kebiasaan

yang tidak normal yang biasanya terjadi pada masa pertumbuhan dan

perkembangan wajah. Kebiasaan ini pada umumnya tidak disadari oleh yang

bersangkutan, dapat terjadi berulang-ulang atau hanya pada waktu-waktu tertentu.

Menurut seorang ahli psikologi, Sigmund Freud pada usia 0-18 bulan

secara psikoseksual (biologis) seorang anak akan mengalami fase oral. Dimana

pada fase ini, anak merasakan tempat paling nikmat adalah mulutnya. Jadi secara

naluri seorang anak akan cenderung memasukkan segala sesuatu ke dalam

mulutnya. Diharapkan, seiring pertambahan usia, kebiasaan tersebut akan hilang

dengan sendirinya. Akan tetapi karena sesuatu hal, maka kebiasaan buruk tersebut

berlanjut hingga tahap usia selanjutnya. Menurut sifatnya, kebiasaan buruk pada

anak-anak dibagi menjadi dua, yaitu non compulsive : dapat dihentikan seiring

pertambahan usia dan compulsive : kebiasaan berulang, berhubungan dengan

keadaan emosi.(5)

Anak-anak pada beberapa kelompok usia berada pada fase belajar untuk

mengontrol emosi mereka. Gangguan emosional seperti kurangnya perawatan dan

cinta dengan banyak ketakutan serta kecemasan adalah faktor penyebab anak

melakukan oral habit. Menurut Sigmund Freud, oral habit dapat memberikan

kenikmatan yang cukup untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari kelaparan.

6

Page 7: BAB I II III

Menurut Gunarsa, ketidakharmonisan antara anak dan orang tua juga merupakan

faktor adopsi dari oral habit.(1)

Penelitian yang dilakukan oleh Kharbanda dkk sebanyak 25,5% dari anak

sekolah di Delhi (India) memiliki beberapa bentuk oral habit. Suatu penelitian

yang dilakukan di Kroasia terhadap 1025 anak yang berusia 6-12 tahun

menunjukkan bahwa 33,37% dari anak-anak itu mempunyai kebiasaan buruk,

tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan wanita. Insiden adanya kebiasaan buruk

pada anak-anak setelah usia 3 tahun menunjukkan angka yang cukup tinggi. Pada

sebuah studi di Nigeria prevalensi oral habit yang melibatkan anak-anak pada

kelompok usia (3-5 tahun) dalam perkembangan oklusi dilaporkan 13-14%

membutuhkan pendidikan/konseling kesehatan gigi dan mulut untuk anak-anak

dan orang tua mereka.(9,5,10)

Maloklusi telah dilaporkan berkaitan dengan kelas sosial. Oral habit

merupakan faktor utama dalam etiologi maloklusi dan terkait hubungan juga

dengan kelas sosial. Tomita et al mengevaluasi etiologi maloklusi dalam sampel

yang dipilih secara acak dari 2139 anak-anak Brazil yang berusia 3-5 tahun.

Prevalensi maloklusi yang ditemukan 51,3% pada laki-laki dan 56,9% pada

perempuan. Di antara faktor-faktor lingkungan yang terkait dengan maloklusi,

penyebab yang paling signifikan adalah mengisap jari dan dot. Menurut Mc

Donald dan Avery, maloklusi yang disebabkan oleh kebiasaan buruk meningkat

dari 21,5% pada usia 3-4 tahun sampai 41,9% pada usia 12 tahun. Maloklusi

meningkat ketika durasi kebiasaan juga meningkat.(10,9,1)

7

Page 8: BAB I II III

Maloklusi yang terjadi tergantung pada kebiasaan buruk tersebut. Kelainan

yang timbul akibat kebiasaan buruk tergantung pada pola rangka wajah, dan

keterlibatan otot orofasial. Ada tiga syarat yang harus ada pada suatu kebiasaan

buruk agar dapat menghasilkan suatu maloklusi, yaitu intensitas (seberapa sering

tindakan dilakukan), frekuensi (seberapa sering aksi berulang per hari), dan durasi

(berapa lama tindakan yang telah dilakukan). Pada anak-anak, sangatlah sulit

untuk menghentikan suatu kebiasaan buruk, apalagi bila hal tersebut dirasakan si

anak membawa kenikmatan tersendiri. Bila demikian keadaannya, maka

maloklusi gigi-gigi tidak bisa dihindari lagi.(11,5,1)

II.2. Macam-Macam Kebiasaan Buruk

Kebiasaan buruk perlu diperiksa karena kebiasaan buruk dapat menjadi

penyebab suatu maloklusi. Suatu kebiasaan yang berdurasi sedikitnya 6 jam

sehari, berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat

menyebabkan maloklusi. Maloklusi yang terjadi tergantung pada kebiasaan buruk

tersebut, misalnya kebiasaan buruk mengisap ibu jari akan menghasilkan

maloklusi yang berbeda dengan kebiasaan mengisap bibir bawah. Ada beberapa

macam kebiasaan buruk pada anak-anak, di antaranya adalah mengisap ibu jari

atau jari tangan (thumb or finger sucking), mengisap bibir atau menggigit bibir

(lip sucking or lip biting), menjulurkan lidah (tongue thrust), bernafas melalui

mulut (mouth breathing), dan bruxism.(11,12)

8

Page 9: BAB I II III

II.2.1. Mengisap Ibu Jari/Jari Tangan (Thumb/Finger Sucking)

A. Definisi Thumb/Finger Sucking

Thumb/finger sucking adalah sebuah kebiasaan dimana anak

menempatkan jari atau ibu jarinya di belakang gigi, kontak dengan bagian atas

mulut, mengisap dengan bibir, dan gigi tertutup rapat. Aktivitas mengisap jari dan

ibu jari sangat berkaitan dengan otot-otot sekitar rongga mulut.(13,14)

Gambar 1. Kebiasaan thumb and finger sucking

Sumber : Palmer, B. The importance of breastfeeding as it relates to the total health section B

Missouri J. 2002

Mengisap ibu jari merupakan sebuah perilaku, bukan sebuah gangguan.

Seiring pertambahan usia, diharapkan kebiasaan buruk tersebut akan hilang

dengan sendirinya. Kebiasaan ini sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan

bisa dianggap normal pada masa bayi dan akan menjadi tidak normal jika

berlanjut sampai masa akhir anak-anak. Hal ini sering terjadi dalam masa

pertumbuhan, sebanyak 25-50% pada anak-anak yang berusia 2 tahun dan hanya

15-20% pada anak-anak yang berusia 5-6 tahun.(3,5,14)

Sebagian anak mempunyai kebiasaan mengisap sesuatu (misalnya jari)

yang tidak memberi nilai nutrisi (non-nutritive), sebagai suatu kebiasaan yang

dapat dianggap wajar. Akan tetapi, kebiasaan mengisap yang berkepanjangan

9

Page 10: BAB I II III

akan menghasilkan maloklusi. Keadaan ini dapat terjadi karena adanya tekanan

langsung dari jari dan perubahan pola bibir dan pipi pada saat istirahat. Bila

seorang anak menempatkan ibu jari di antara incisivus bawah dan atas, biasanya

dengan sudut tertentu, maka akan terdapat dorongan incisivus bawah ke lingual

sedangkan incisivus atas ke labial. Tekanan langsung ini dianggap menyebabkan

perubahan letak incisivus.

Ada beberapa variasi maloklusi tertentu tergantung jari yang diisap dan

juga penempatan jari yang diisap. Sejauh mana gigi berpindah tempat berkorelasi

dengan lamanya pengisapan per hari daripada oleh besarnya kekuatan pengisapan.

Seorang anak yang mengisap kuat-kuat tetapi hanya sebentar tidak terlalu banyak

berpengaruh pada letak giginya, sebaliknya seorang anak yang mengisap jari

meskipun dilakukan tidak terlalu kuat tetapi dalam waktu yang lama (misalnya

selama tidur malam masih menempatkan jari di dalam mulut) dapat menyebabkan

maloklusi yang nyata.(11)

Anak-anak usia prasekolah memiliki kebiasaan mengisap jari tangan dan

mainan yang dominan. Warren dkk melaporkan bahwa 20% anak memiliki

kebiasaan mengisap non-nutritive di luar usia 3 tahun. Dalam tindak lanjut jangka

panjang, Warren et al mengamati bahwa kebiasaan mengisap non-nutritive yang

berkepanjangan melampaui 4 tahun menyebabkan lebar lengkung rahang sempit,

overjet lebih besar dan prevalensi yang lebih besar dari gigitan terbuka dan gigitan

silang. Holm dalam studi pada anak-anak Denmark yang berusia antara 3-5 tahun

dengan kebiasaan mengisap, menemukan hubungan transversal dan sagital antara

rahang tetap tidak berubah pada kebanyakan anak-anak, sedangkan hubungan

10

Page 11: BAB I II III

vertikal bervariasi dengan perubahan kebiasaan mengisap. Anak-anak dengan

kebiasaan mengisap jari cenderung untuk mempertahankan kebiasaan ini. Anak-

anak dengan kebiasaan mengisap jari tangan memiliki prevalensi jauh lebih tinggi

hubungan molar distal dan kaninus, overjet lebih besar, dan gigitan terbuka

dibandingkan dengan anak tanpa kebiasaan mengisap.(9)

Fayyat pada penelitian terhadap 106 anak yang berusia antara 4 dan 6

tahun menyimpulkan bahwa di antara kebiasaan oral yang buruk, mengisap jari

kelihatannya merupakan yang pertama menyebabkan openbite. Namun, bagi

kebanyakan anak yang dinyatakan berkembang secara normal, beberapa kebiasaan

mengakibatkan kerusakan fisik permanen pada anak.(15)

B. Etiologi Thumb/Finger Sucking

Bila jari ditempatkan di antara gigi atas dan bawah, lidah terpaksa

diturunkan yang menyebabkan turunnya tekanan lidah pada sisi palatal geligi

posterior atas. Pada saat yang sama tekanan dari pipi meningkat dan muskulus

buccinator berkontraksi pada saat mengisap. Tekanan pipi paling besar pada sudut

mulut dan mungkin keadaan ini dapat menjelaskan mengapa lengkung maksila

cenderung berbentuk huruf V dengan kontraksi pada regio kaninus daripada

molar. Kebiasaan mengisap yang melebihi batas ambang keseimbangan tekanan

dapat menimbulkan perubahan bentuk lengkung geligi, akan tetapi sedikit

pengaruhnya terhadap bentuk rahang.(11)

Hampir 80% bayi mempunyai kebiasaan mengisap ibu jari atau jari

lainnya. Biasanya keadaan ini terjadi sampai bayi berusia sekitar 18 bulan. Akan

tetapi, kadang-kadang masih dijumpai pada anak usia prasekolah bahkan sampai

11

Page 12: BAB I II III

berumur 4 tahun ke atas. Secara alami ia mulai menggunakan otot bibir dan

mulut. Ketidakpuasan mengisap ASI dapat membuat anak suka mengisap jari

tangannya sendiri. Jika kebiasaan ini berlanjut dapat berakibat pertumbuhan gigi

berubah posisi. Adanya kebiasaan oral mempengaruhi kegagalan dalam menyusui

dan konsekuensinya mungkin menyebabkan penyapihan dini (proses penghentian

penyusuan ASI pada bayi) atau sebaliknya penyapihan dini menyebabkan tidak

terpenuhinya kebutuhan anak untuk mengisap dan akhirnya bayi mengisap yang

tidak bergizi seperti mengisap ibu jari dan penggunaan botol yang dapat

menghasilkan maloklusi.(16,4,15)

Selain untuk memuaskan insting mengisap, faktor lain yang dapat

menyebabkan kebiasaan buruk adalah keinginan untuk menarik perhatian, rasa

tidak aman, dan sehabis dimarahi atau dihukum. Beberapa psikiater percaya

bahwa mengisap ibu jari untuk menarik perhatian ibu, ini disebabkan oleh

kebutuhan anak untuk dekat pada ibunya. Mengisap jari merupakan perilaku

naluriah yang menjadi kebiasaan. Selain itu, mengisap jari merupakan manifestasi

dari rasa tidak aman, kebanyakan anak-anak terlihat mengisap dengan tekanan

yang besar dan kecepatan saat tegang. Kurangnya cinta dan perhatian pada bayi

dan anak-anak dapat meningkatkan resiko untuk mengisap jari. Mengisap

memiliki efek menyenangkan, menenangkan, dan sering membantu anak untuk

bisa tertidur. Namun, akan mengkhawatirkan bila gigi permanen mulai erupsi

(sekitar usia 5 tahun) karena akan mengubah bentuk gigi, palatum, atau gigitan

pada anak.(14,13,2)

12

Page 13: BAB I II III

C. Akibat Thumb/Finger Sucking

Beberapa masalah yang dapat timbul akibat kebiasaan mengisap ibu jari,

seperti(16) :

a) Masalah gigi, bila kebiasaan ini bertahan sampai umur 4 tahun maka akan

menyebabkan maloklusi gigi susu dan permanen, juga dapat menyebabkan

masalah pada tulang-tulang di sekitar mulut. Resiko tinggi ditemukan pada

anak yang mengisap ibu jari pada waktu siang dan malam.

Gambar 2. Kebiasaan mengisap ibu jari menyebabkan openbite anterior

Sumber : Palmer, B. The importance of breastfeeding as it relates to the total health section B

Missouri J. 2002

b) Jari abnormal, dengan pengisapan yang terus menerus terjadi hiperekstensi

jari, terbentuk callus, iritasi, eksema, dan paronikia (jamur kuku).

c) Efek psikologis pada anak akan menimbulkan menurunnya kepercayaan diri

anak karena anak sering diejek oleh saudara atau orangtuanya.

d) Keracunan tidak disengaja, anak yang mengisap ibu jari terpapar tinggi

terhadap keracunan yang tidak disengaja, misalnya keracunan Pb.

e) Resiko infeksi saluran cerna meningkat.

13

Page 14: BAB I II III

D. Penanganan Thumb/Finger Sucking

Perawatan psikologis

Bila kebiasaan ini menetap setelah anak berumur 4 tahun, maka orang tua

disarankan untuk mulai melakukan pendekatan kepada anak agar dapat

menghilangkan kebiasaan buruknya tersebut, antara lain(16) :

a) Mengetahui penyebab. Ketahui kebiasaan anak sehari-hari termasuk cara

anak beradaptasi terhadap lingkungan sekitar. Faktor emosional dan

psikologis dapat menjadi faktor pencetus kebiasaan mengisap ibu jari.

b) Menguatkan anak. Menumbuhkan rasa ketertarikan pada anak untuk

menghentikan kebiasaan tersebut. Orang tua diingatkan untuk tidak

memberikan hukuman pada anak karena anak akan makin menolak untuk

menghentikan kebiasaan ini.

c) Mengingatkan anak. Buat semacam agenda atau kalender yang mencatat

keberhasilan anak untuk tidak mengisap ibu jari.

d) Berikan penghargaan. Orang tua dapat memberikan pujian dan hadiah yang

disenangi si anak, bila anak sudah berhasil menghilangkan kebiasaannya.

Perawatan eksta oral

Perawatan ekstra oral yang dapat dilakukan pada anak yang memiliki

kebiasaan mengisap ibu jari atau jari tangan lainnya, antara lain(14,5) :

a) Ibu jari atau jari diolesi bahan yang tidak enak (pahit) dan tidak berbahaya,

misalnya betadine. Ini diberikan pada waktu-waktu anak sering memulai

kebiasaannya mengisap ibu jari.

b) Ibu jari diberi satu atau dua plester anti air.

14

Page 15: BAB I II III

c) Penggunaan thumb guard atau finger guard.

Gambar 3. Thumb guard dan finger guard

Sumber : http://www.plioz.com/braeak-the-habit-thumbguard-and-fingerguard/#more-376.

Accessed on 1th Feb 2011

d) Sarung tangan.

II.2.2. Mengisap Bibir/Menggigit Bibir (Lip Sucking/Lip Biting)

A. Definisi Lip Sucking/Lip Biting

Kebiasaan buruk pada anak-anak sering dihubungkan dengan keadaan

psikologis penderitanya. Kebiasaan yang sering dilakukan pada anak usia 4-6

tahun ini, dapat merubah kedudukan gigi depan atas ke arah depan, sedang gigi

depan bawah ke arah dalam. Gigi yang protrusi akibat dari kebiasaan mengisap

bibir bawah sejak kecil menyebabkan anak sering menjadi bahan pembicaraan

teman-temannya, sehingga secara psikologis anak merasa kurang percaya diri.

Oleh sebab itu, intensitas mengisap bibir bawah juga semakin meningkat. Selain

menyebabkan protrusi, kebiasaan ini juga dapat membuat pertumbuhan gigi

menjadi tertahan. Salah satu penelitian menunjukkan 50% anak-anak tuna wisma

yang mempunyai oral habit, prevalensi mengisap atau menggigit bibir sebanyak

17,37%.(5,4,1)

15

Page 16: BAB I II III

Kestabilan dan posisi gigi banyak mempengaruhi keseimbangan otot-otot

sekitarnya. Kekuatan dari otot-otot orbicularis oris dan otot-otot buccinator yang

diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Keseimbangan otot-

otot daerah sekitar mulut dapat mengganggu apabila pasien memiliki kebiasaan

buruk seperti mengisap ibu jari, menjulurkan lidah, mengisap bibir, dan bernafas

melalui mulut.(17)

Gambar 4. Kebiasaan lip sucking/lip biting

Sumber : Palmer, B. The importance of breastfeeding as it relates to the total health section B

Missouri J. 2002

Gigi berada dalam keadaan keseimbangan dinamis yang konstan.

Keseimbangan kekuatan antar otot yang dipercaya dapat mempengaruhi posisi

dan kestabilan dent alveolar complex. Graber mendeskripsikan mekanisme otot-

otot buccinator. Dalam mekanisme ini, kekuatan yang mendorong gigi dihasilkan

oleh otot orbicularis oris, otot buccinators, otot penarik superior pharyngeal yang

diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Kerja yang berlebihan

otot-otot orbicularis mempengaruhi pertumbuhan kraniofasial, memicu terjadinya

penyempitan lengkung gigi, mengurangi ruang untuk gigi dan lidah serta

terhalangnya pertumbuhan mandibula.(17,15)

B. Etiologi Lip Sucking/Lip Biting

16

Page 17: BAB I II III

Beberapa faktor penyebab yang menjadi etiologi dari kebiasaan mengisap

bibir atau menggigit bibir adalah(14,2,5) :

a) Stress. Cobalah untuk mencari tahu apa yang mungkin membuat anak stress

dan bantu mereka untuk menghadapinya. Dalam hal ini orang tua harus

berperan aktif mencari tahu tentang sebab-sebab kebiasaan mengisap bibir

pada anaknya. Berikan kesempatan anak untuk berbicara mengenai hal-hal

yang mungkin mengkhawatirkan mereka, melakukan kontak mata, dan aktif

mendengarkan.

b) Variasi atau sebagai pengganti dari kebiasaan mengisap ibu jari atau jari. Hal

ini dilakukan untuk memuaskan insting mengisap si anak karena mengisap

memiliki efek menyenangkan, menenangkan, dan sering membantu anak

untuk bisa tertidur.

C. Akibat Lip Sucking/Lip Biting

Kebiasaan mengisap atau menggigit bibir bawah akan mengakibatkan

hipertonicity otot-otot mentalis. Kebiasaan buruk dapat menjadi faktor utama atau

merupakan faktor yang kedua. Kebiasaan mengisap bibir yang menjadi faktor

utama akan terdapat overjet yang besar dengan gigi anterior rahang atas condong

ke labial dan gigi anterior rahang bawah condong ke lingual diikuti perbedaan

skeletal yang ringan. Kebiasaan mengisap bibir mengakibatkan overjet normal.

Kebiasaan mengisap bibir sebagai faktor kedua biasanya terjadi disebabkan oleh

perbedaan sagital, seperti retrognatik mandibula. Inklinasi gigi incisivus rahang

atas bisa normal dan jarak antara gigi rahang atas dan rahang bawah terjadi setelah

proses adaptasi.(17)

17

Page 18: BAB I II III

D. Penanganan Lip Sucking/ Lip Biting

Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan

mengisap bibir atau menggigit bibir pada anak-anak antara lain(14,5) :

a) Myotherapi (latihan bibir)

Memanjangkan bibir atas menutupi incisivus rahang atas dan

menumpangkan bibir bawah dengan tekanan di atas bibir atas

Memainkan alat tiup

b) Orang tua harus berperan aktif mencari tahu tentang sebab-sebab yang

membuat anak stress. Konsultasi dengan seorang psikiater merupakan salah

satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini.

II.2.3. Menyodorkan Lidah (Tongue Thrust)

A. Definisi Tongue Thrust

Sejak tahun 1958, istilah tongue thrust atau menyodorkan lidah telah

dijelaskan dan dibahas dalam pembicaraan dan diskusi dalam bidang kedokteran

gigi serta dipublikasikan oleh banyak penulis. Telah dicatat bahwa sejumlah besar

anak-anak pada usia sekolah memiliki kebiasaan menyodorkan lidah. Menurut

literatur baru-baru ini, sebanyak 67-95% dari anak-anak yang berusia 5-8 tahun

melakukan kebiasaan tongue thrust dalam jangka waktu yang lama akan

berhubungan dengan masalah orthodontik atau gangguan pengucapan. Pada satu

negara, kira-kira 20-80% pasien orthodontik memiliki beberapa bentuk kasus

tongue thrust.(18)

18

Page 19: BAB I II III

Gambar 5. Kebiasaan tongue thrust

Sumber : Palmer, B. The importance of breastfeeding as it relates to the total health section B

Missouri J. 2002

Posisi lidah yang tidak normal dan penyimpangan yang dinamakan

gerakan lidah yang normal saat menelan telah lama terkait dengan openbite

anterior dan protrusi incisivus rahang atas. Prevalensi posisi lidah secara anterior

relatif tinggi pada anak-anak, Proffit menyatakan bahwa kondisi ini sering disebut

tongue thrust, deviate swallow, visceral swallow, atau infantile swallow. Dia juga

percaya bahwa dua alasan utamanya berhubungan dengan psikologi (maturasi)

dan anatomi (pertumbuhan) anak itu sendiri. Bayi normal memposisikan lidahnya

secara anterior di dalam mulut saat posisi istirahat dan menelan.(19)

Kebiasaan mendorong lidah sebetulnya bukan merupakan kebiasaan tetapi

lebih berupa adaptasi terhadap adanya gigitan terbuka misalnya karena mengisap

jari. Kebiasaan menjulurkan lidah biasanya dilakukan pada saat menelan. Pola

menelan yang normal adalah gigi pada posisi oklusi, bibir tertutup, dan lidah

berkontak dengan palatum. Ada 2 bentuk penelanan dengan menjulurkan lidah,

yaitu(12,6) :

a) Penelanan dengan menjulurkan lidah sederhana, biasanya berhubungan

dengan kebiasaan mengisap jari.

b) Menjulurkan lidah kompleks, berhubungan dengan gangguan pernafasan

kronis, bernafas melalui mulut, tonsillitis atau faringitis.

19

Page 20: BAB I II III

Dari teori keseimbangan, tekanan lidah yang ringan tetapi berlangsung

lama pada gigi dapat menyebabkan adanya perubahan letak gigi dan

menghasilkan efek yang nyata. Dorongan lidah yang hanya sebentar tidak akan

menghasilkan perubahan pada letak gigi. Tekanan lidah pada penelanan yang

tidak benar hanya berlangsung kira-kira 1 detik. Penelanan secara ini hanya terjadi

kurang lebih 800 kali pada saat seseorang terjaga dan hanya sedikit pada waktu

tidur sehingga sehari hanya kurang dari 1000 kali. Tekanan selama seribu detik

(kurang lebih 17 menit) tidak cukup untuk mempengaruhi keseimbangan.

Sebaliknya, pasien yang meletakkan lidahnya ke depan sehingga memberikan

tekanan yang terus-menerus pada gigi, meskipun tekanan yang terjadi kecil tetapi

berlangsung lama, dapat menyebabkan perubahan letak gigi baik jurusan vertikal

maupun horizontal. Pada pasien yang posisi lidahnya normal pada saat menelan

tidak banyak pengaruhnya terhadap letak gigi.(11)

B. Etiologi Tongue Thrust

Sebenarnya, tidak ada penyebab spesifik dari masalah tongue thrust ini.

Namun diduga hal-hal yang dapat menyebabkan tongue thrust tersebut antara lain

yaitu(18,6,12) :

1. Jenis puting susu buatan yang diberikan pada bayi.

2. Kebiasaan mengisap ibu jari. Walaupun mengisap jari tidak dilakukan lagi,

akan tetapi telah terbentuk openbite maka lidah sering terjulur ke depan untuk

mempertahankan penutupan bagian depan selama proses penelanan.

3. Alergi, hidung tersumbat, atau obstruksi pernapasan sehingga bernafas

melalui mulut yang menyebabkan posisi lidah turun di dasar mulut.

20

Page 21: BAB I II III

4. Tonsil yang besar, adenoid, atau infeksi tenggorokan yang menyebabkan

kesulitan pada saat menelan. Pangkal lidah membesar ketika tonsil

mengalami inflamasi, sehingga untuk mengatasinya mandibula secara refleks

turun ke bawah, memisahkan gigi, dan menyediakan ruangan yang lebih

untuk lidah dapat terjulur ke depan selama menelan, agar didapat posisi yang

lebih nyaman.

5. Ukuran lidah yang abnormal atau macroglossia, dapat mengubah

keseimbangan tekanan lidah dengan bibir dan pipi sehingga incisivus

bergerak ke labial.

6. Faktor keturunan, misalnya sudut garis rahang.

7. Kelainan neurologis dan muskular serta kelainan fisiologis lainnya.

8. Frenulum lingual yang pendek (tongue tied).

C. Akibat Tongue Thrust

Beberapa masalah yang ditimbulkan akibat tongue thrust, antara lain(18,6) :

a) Anterior openbite merupakan kasus yang paling umum terjadi akibat tongue

thrust. Dalam kasus ini, bibir depan tidak menutup dan anak sering

membiarkan mulutnya terbuka dengan posisi lidah lebih maju daripada bibir.

Secara umum, lidah yang berukuran besar biasanya disertai menjulurkan

lidah. Openbite anterior pada umumnya mengakibatkan gangguan estetik,

pengunyahan maupun gangguan dalam pengucapan kata-kata yang

mengandung huruf “s”, “z”, dan “sh”.

21

Page 22: BAB I II III

b) Anterior thrust. Gigi incisivus atas sangat menonjol dan gigi incisivus bawah

tertarik ke dalam oleh bibir bawah. Jenis ini paling sering terjadi disertai

dengan dorongan M.mentalis yang kuat.

c) Unilateral thrust. Secara karakteristik, ada gigitan terbuka pada satu sisi.

d) Bilateral thrust. Gigitan anterior tertutup namun gigi posterior dari premolar

pertama ke molar dapat terbuka pada kedua sisinya. Kasus seperti ini pada

umumnya sangat sulit untuk dikoreksi.

e) Bilateral anterior openbite, dimana hanya gigi molar yang berkontak. Pada

kasus ini ukuran lidah yang besar juga mempengaruhi.

f) Closed bite thrust menunjukkan protrusi ganda yang berarti gigi-gigi rahang

atas maupun rahang bawah mengalami gigitan yang terbuka lebar.

D. Penanganan Tongue Thrust

Penanganan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan

menyodorkan lidah pada anak-anak adalah(20,21) :

a) Terapi bicara

b) Latihan myofunctional

Menarik bibir bawah pasien. Sementara bibir menjauh dari gigi, pasien

diminta untuk menelan. Jika pasien biasa menyodorkan lidahnya, bibir akan

menjadi sedemikian kencang seolah berusaha untuk menarik jari-jari yang

menarik bibir pada saat pasien berusaha menelan. Pasien yang menyodorkan lidah

tidak dapat melakukan prosedur penelanan mekanis sampai bibir-bibir membuka

rongga mulut.

c) Latihan lidah

22

Page 23: BAB I II III

Berlatih meletakkan posisi lidah yang benar saat menelan. Pasien harus

belajar melakukan “klik”. Prosedur ini mengharuskan pasien meletakkan ujung

lidah pada atap mulut dan menghentakkannya lepas dari palatum untuk membuat

suara klik. Posisi lidah pada palatum selama aktivitas ini kira-kira seperti posisi

jika menelan dengan tepat. Pasien juga diminta membuat suara gumaman dimana

pasien akan mengisap udara ke dalam atap mulutnya di sekeliling lidah. Selama

latihan ini, lidah secara alamiah meletakkan dirinya ke atap anterior palatum.

Selanjutnya pasien akan meletakkan ujung lidah di posisi ini dan menelan.

Latihan ini dilakukan terus-menerus sampai gerakan otot-otot menjadi lebih

mudah dan lebih alamiah.

II.2.4. Bernafas Melalui Mulut (Mouth Breathing)

A. Definisi Mouth Breathing

Pernafasan mulut terjadi karena seseorang tidak mampu untuk bernafas

melalui hidung akibat adanya obstruksi pada saluran pernafasan atas. Kebiasaan

ini disebabkan oleh penyumbatan rongga hidung, yang dapat mengganggu

pertumbuhan tulang di sekitar mulut dan rahang, wajah menjadi sempit dan

panjang, dan gigi bisa jadi “tonggos”. Pernafasan mulut menghasilkan suatu

model aktivitas otot wajah dan otot lidah yang abnormal. Bernafas melalui mulut

menyebabkan mulut sering terbuka sehingga terdapat ruang untuk lidah berada di

antara rahang dan terbentuklah openbite anterior.(22,4,6)

Bernafas melalui hidung berkaitan dengan fungsi-fungsi normal

pengunyahan dan menelan serta postur lidah dan bibir yang melibatkan aksi

muskulus yang normal dimana akan menstimulasi pertumbuhan fasial dan

23

Page 24: BAB I II III

perkembangan tulang yang adekuat. Adaptasi dari pernafasan hidung ke

pernafasan mulut menyebabkan terjadinya beberapa hal yang tidak sehat, seperti

infeksi telinga tengah yang kronis, sinusitis, infeksi saluran nafas atas, gangguan

tidur, dan gangguan pertumbuhan wajah. Pernafasan mulut seringkali

berhubungan dengan penurunan asupan oksigen ke dalam paru-paru, yang dapat

menyebabkan berkurangnya energi. Anak-anak yang bernafas melalui mulut

seringkali mudah lemah dalam latihan olahraga.(22)

Cara bernafas melalui mulut sering merupakan reaksi terhadap berbagai

jenis obstruksi nasal dan/atau nasofaring. Obstruksi nasal tersebut dapat

disebabkan oleh alergi, hipertrofi dan inflamasi tonsil atau adenoid, diviasi septum

nasal, pembesaran konka dan hipertrofi membran mukosa nasal. Jika obstruksi

tersebut bersifat sementara, seperti pada waktu flu dan alergi, maka perubahan

struktur ini tidak permanen, tetapi dapat juga menjadi permanen setelah obstruksi

tadi hilang yang mengakibatkan timbulnya kebiasaan bernafas melalui mulut.

Pembesaran jaringan adenoid nasofaring pada anak-anak merupakan faktor

yang sering berperan dalam obstruksi nasal. Jaringan adenoid telah ada setelah

umur 6-12 bulan yang kemudian akan membesar dan kemudian pada umur 2-3

tahun, hampir separuh nasofaring ditempati oleh jaringan adenoid. Sebelum

pubertas, jaringan adenoid akan mulai mengecil secara perlahan-lahan. Biasanya,

pertumbuhan fasial (dengan meningkatnya jarak antara basis krani dan palatum)

cukup untuk memenuhi jalannya udara pernafasan. Jika ekspansi terjadi, apakah

dengan adanya pembesaran abnormal jaringan adenoid, reduksi laju pertumbuhan

tinggi wajah posterior, atau dengan adanya kombinasi kedua hal tersebut, maka

24

Page 25: BAB I II III

jalan nafas akan menjadi inadekuat. Anak dengan keadaan seperti ini akan

bernafas melalui mulut.

Bernafas melalui mulut diperkirakan dapat mempengaruhi aktivitas otot-

otot orofasial seperti otot bibir, lidah, dan lain-lain. Perubahan aktivitas otot-otot

tersebut akan menuntun terjadinya modifikasi pola pertumbuhan wajah dan postur

kepala yang dapat mengakibatkan timbulnya deformitas dentofasial. Menurut

Proffit, bernafas merupakan penentu utama postur rahang dan lidah (dan sedikit

mempengaruhi kepala), oleh sebab itu mungkin saja perubahan cara bernafas,

seperti bernafas melalui mulut dapat merubah postur kepala, rahang, dan lidah.

Hal ini akan merubah ekuilibrium tekanan pada rahang dan gigi dan

mempengaruhi pertumbuhan rahang dan posisi gigi.(23)

Anak-anak yang secara alami disusui pada bulan pertama kelahiran

kemungkinan besar bernafas dari hidung, begitupun berkurangnya menyusui ASI

merupakan salah satu faktor yang memberi kontribusi terjadinya pernafasan oral

atau oronasal. Penelitian yang dilakukan oleh Leite et al yang menganalisis 100

anak-anak berusia antara 2 dan 11 tahun membuktikan bahwa botol susu

merupakan salah satu penyebab pernafasan oral sebesar 40%.(15)

B. Etiologi Mouth Breathing

Kegagalan hidung untuk berfungsi sebagai saluran pernafasan utama, akan

menyebabkan tubuh secara otomatis beradaptasi dengan menggunakan mulut

sebagai saluran untuk bernafas. Kegagalan ini biasanya disebabkan oleh karena

adanya hambatan atau obstruksi pada saluran pernafasan atas. Obstruksi pada

saluran pernafasan atas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu(22,11) :

25

Page 26: BAB I II III

1. Faktor psikologis, meliputi anak-anak yang mengalami kecemasan, rasa sakit

dan frustasi, anak-anak dengan retardasi mental, anak-anak yang mengalami

trauma kecelakaan.

2. Faktor lokal, merupakan penyebab terjadinya pernafasan mulut yang

disebabkan oleh keadaan dari gigi dan mulut, meliputi : pencabutan gigi

sulung yang terlalu cepat, kehilangan gigi permanen, adanya gangguan

oklusal, seperti kontak prematur antara gigi atas dan bawah, adanya mahkota

atau tumpatan yang tinggi.

3. Faktor sistemik, meliputi :

a. Gangguan endokrin (merupakan penyebab secara tidak langsung).

Kelainan endokrin pascalahir dapat menyebabkan percepatan atau

hambatan pertumbuhan muka, mempengaruhi derajat pematangan tulang,

penutupan sutura, resorpsi akar gigi sulung, dan erupsi gigi permanen.

b. Defisiensi nutrisi, akibat konsumsi nutrisi yang tidak adekuat atau

konsumsi nutrisi yang tidak efisien. Nutrisi yang baik ikut menentukan

kesehatan seorang anak, nutrisi yang kurang baik mempunyai dampak

yang menyerupai penyakit kronis. Penyakit kronis pada anak-anak dapat

mengubah keseimbangan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan.

Pada anak yang menderita penyakit kronis hampir semua energi yang

didapatkan kadang-kadang kurang mencukupi untuk beraktivitas dan

bertumbuh.

c. Gangguan temporomandibular.

26

Page 27: BAB I II III

d. Infeksi, meliputi : hiperplasia adenoid dan tonsil. Hiperplasia adenoid dan

tonsil biasanya disebabkan oleh karena paparan yang rekuren terhadap

infeksi tonsil (tonsillitis). Tipe infeksi bisa virus seperti influenza,

parainfluenza, dan rhinovirus, maupun bakteri seperti betahemolitik,

streptococcus, staphylococcus, pneumococcus, dan hemophilococcus.

4. Rhinitis alergi merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat.

Salah satu penyebab obstruksi jalan nafas hidung pada anak adalah alergi

rhinitis, yaitu mukosa hidung akan mengalami pembengkakan dan

selanjutnya menutup aliran udara. Kebanyakan rhinitis alergi dapat

disebabkan oleh adanya partikel-partikel di udara, rokok, makanan, dan

binatang.

5. Malformasi kongenital dan tumor seringkali muncul pada masa kanak-kanak.

Malformasi kongenital seperti stenosis koanal dan atresia bisa hilang cepat.

Tumor meliputi enchephalocle, chordoma, teratoma, cranipharyngioma,

serta kista nasoalveolar dan nasopharingeal.

C. Akibat Mouth Breathing

Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan oleh kebiasaan bernafas melalui

mulut pada anak-anak antara lain(22) :

a) Bibir rahang atas dan rahang bawah tidak menutup sempurna

Pada bibir penderita pernafasan mulut nampak agak terbuka untuk

memungkinkannya bernafas. Adaptasi mulut untuk pernafasan mulut yang kronis

dapat terjadi perubahan dimana bibir atas dan bibir bawah berada dalam posisi

27

Page 28: BAB I II III

terbuka, akibatnya penderita akan mengalami kesulitan dalam menelan makanan

yang masuk ke dalam mulut.

b) Adenoid facies

Hal ini ditandai dengan penyempitan lengkung rahang atas, hipertrofi dan

keringnya bibir bawah, hipotonus bibir atas dan tampak memendek, tampak

adanya overbite yang nyata. Dikarenakan adanya fungsi yang abnormal, penderita

pernafasan mulut memiliki karakteristik seperti postur mulut terbuka, lubang

hidung mengecil dan kurang berkembang, arkus faring tinggi dan pasien tampak

seperti orang bodoh.

Gambar 6. Anak dengan wajah adenoid. Ciri khas anak yang bernafas melalui mulut

Sumber : http://www.entkent.com/tonsils-adenoids.html. Accessed on 19th Jan 2011

Akibat dari fungsi yang abnormal ini, anak-anak yang bernafas dengan

mulut beresiko mengembangkan suatu tipe perkembangan wajah yang disebut

“wajah adenoid” atau sindrom muka panjang. Individu ini dapat ditandai dengan

posisi mulut yang terbuka, nostril yang kecil dan kurang berkembang, bibir atas

yang pendek, “gummy smile”, ketinggian muka vertikal yang meningkat pada 1/3

wajah bagian bawah, ketinggian dentoalveolar yang berlebihan, dan palatum yang

dalam. Selain itu terjadi gingivitis marginal anterior di sekitar gigi anterior.

28

Page 29: BAB I II III

c) Maloklusi

d) Gigitan terbuka (openbite)

Pada pernafasan mulut, posisi mandibula lebih ke distal mengakibatkan

gigi incisivus bawah beroklusi dengan rugae palatum. Ketidakteraturan gigi geligi

juga dapat ditemui pada maksila yang kurang berkembang, utamanya pada

segmen anteromaksiler serta lengkung basal yang sempit.

D. Penanganan Mouth Breathing

Perawatan untuk menghentikan pernafasan mulut pada anak dilakukan

sesuai dengan penyebab terjadinya obstruksi pernafasan atas. Penyebab obstruksi

nasal pada anak dapat ditentukan melalui pemeriksaan riwayat menyeluruh dan

fisik, yang meliputi Rhinoscopy anterior dan Nasopharingoscopy. Sebagian pasien

mendapat pemeriksaan PA dan Sepalometri lateral untuk melihat obstruksi

pernafasan atas. Prosedur seperti tonsilektomi, adenoidektomi, dan perawatan

alergi dapat membantu mengembalikan pola pertumbuhan yang normal dan postur

lidah lebih ke belakang sehingga erupsi gigi geligi anterior tidak terganggu.

Pilihan perawatan yang dapat dilakukan untuk penanganan kebiasaan bernafas

melalui antara lain(22,20) :

a) Adenoidektomi merupakan perawatan yang paling umum untuk obstruksi

nasal akibat pembesaran adenoid. Adenoidektomi merupakan suatu operasi

pengambilan adenoid yang mengalami pembesaran untuk mendapatkan

ukuran yang normal.

b) Medikasi antibiotik dan steroid topikal diindikasi bila obstruksi tersebut

disebabkan oleh karena infeksi, misalnya pada rinosinusitis kronis. Antibiotik

29

Page 30: BAB I II III

juga bisa digunakan pada pembesararan adenoid untuk menurunkan inflamasi

lokal. Kortikosteroid yang digunakan biasanya deksametasone 0,6 mg/kg

untuk menurunkan gejala pada infeksi bakteri. Antibiotik parenteral yakni

ceftriakxone 100 mg/kg perhari untuk jangka 8-10 hari.

c) Rhinitis alergi dapat dirawat dengan antihistamin, antihistamin non-sedatif,

semprotan nasal anti-inflamasi, semprotan nasal steroid, dekongestan nasal

topical dan dekongestan. Antihistamin yang sering digunakan adalah

etanolamin, etilendiamin, alkilamin, fenotiazin, dan agen lain seperti

siproheptadin, hidroksizin, dan piperazin. Efek samping antihistamin yang

sering terlihat adalah rasa ngantuk, kehilangan nafsu makan, konstipasi, efek

antikolinergik seperti kekeringan membran mukosa dan kesulitan berkemih.

d) Malformasi kongenital dan tumor yang dapat menyebabkan obstruksi nasal,

dapat dirawat dengan pendekatan pembedahan.

e) Keterlibatan ahli ortodontik diperlukan bila terjadi perkembangan wajah yang

abnormal atau pernafasan mulut telah mengakibatkan wajah adenoid, dimana

terjadi crossbite, dan malposisi gigi yang haru dikoreksi dengan tindakan

orthodontik.

II.2.5. Bruxism

A. Definisi Bruxism

Bruxism adalah kebiasaan buruk berupa menggesek-gesek gigi-gigi

rahang atas dan rahang bawah, bisa timbul pada masa anak-anak maupun dewasa.

30

Page 31: BAB I II III

Reding, Rubright, and Zimmerman melaporkan 15% anak dan remaja dalam studi

mereka menunjukkan adanya beberapa tingkatan bruxism. Biasanya terjadi pada

malam hari dan jika dilanjutkan dalam jangka waktu yang lama bisa berakibat

abrasi gigi permanen. Ketika kebiasaan tersebut berlangsung hingga masa dewasa

maka mengakibatkan penyakit periodontal dan atau gangguan temporomandibular

joint. Sebagai tambahan, kasus disfungsi temporomandibular joint lebih banyak

terjadi di kalangan perempuan dewasa daripada laki-laki dewasa.(24,19,3)

Bruxism didefinisikan sebagai gerakan mengerat dan gerakan grinding

dari gigi yang bersifat non-fungsional. Istilah ini dalam literatur sering disebut

dengan beberapa istilah yang lain, yaitu neuralgia traumatic, occlusal habit

neurosis, dan parafungsional. Pasien yang mengalami bruxism (bruxer), biasanya

tidak menyadari kebiasaan buruk yang dimilikinya tersebut, walaupun bruxism

kadang-kadang diikuti dengan suara yang mengganggu, namun pasien yang

bersangkutan seringkali baru mengetahui kebiasaan yang dimilikinya itu dari

orang tua atau teman tidurnya. Bruxism dapat juga terjadi pada siang hari,

misalnya pada saat individu yang bersangkutan mengalami stress, namun bruxism

yang paling parah adalah bruxism yang terjadi pada malam hari.(25)

Bruxism pada malam hari terjadi selama tidur dan anak biasanya tidak

menyadari masalah ini. Kejadian ini biasanya singkat, berlangsung 8-9 detik,

dengan terdengar suara grinding. Bruxism pada siang hari terutama terkait dengan

mengepalkan dari gigi dan umumnya tidak menghasilkan suara terdengar.

Bruxism yang diamati pada 5-20% anak-anak. Peningkatan frekuensi selama masa

kanak-kanak, memuncak pada usia 7-10 tahun dan menurun setelah itu.(3)

31

Page 32: BAB I II III

Gambar 7. Akibat bruxism

Sumber:http:// www.nidcr.nih.gov/

OralHealth/ OralHealthInformation/

ChildrensOralHealth/OralConditionsChildrenSpecialNeeds.htm. Accessed on 30th Jan 2011

Pada saat tidur di malam hari, biasanya penderita akan mengeluarkan suara

gigi-gigi yang beradu. Bila dilihat secara klinis, tampak adanya abrasi pada

permukaan atas gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah. Bila lapisan email yang

hilang cukup banyak dapat timbul rasa ngilu pada gigi-gigi yang mengalami

abrasi. Kadang terlihat adanya jejas atau tanda yang tidak rata pada tepi lidah.(24)

Berdasarkan tipe gerakannya, ada bruxism yang memperlihatkan gerakan

grinding dan ada juga yang memperlihatkan gerakan static clenching, lebih

banyak pada perempuan daripada laki-laki yang menggrinding giginya, tetapi

laki-laki dan perempuan yang melakukan clenching jumlahnya sama. Clark

menegaskan bahwa bruxism tipe clenching yang berhubungan dengan kontraksi

muskulus yang kuat dan berkelanjutan adalah lebih berbahaya. Bruxism lebih

sering dimiliki oleh kaum wanita dibandingkan pria.(25,3,24)

B. Etiologi Bruxism

Pada anak-anak, kadang kebiasaan ini timbul pada masa gigi-geligi sedang

tumbuh. Berikut adalah empat penyebab terjadinya bruxism, antara lain(24,26,27,25) :

1. Faktor psikologis

32

Page 33: BAB I II III

Etiologi dari bruxism termasuk kebiasaan, stress emosional (misalnya

respon terhadap kecemasan, ketegangan, kemarahan, atau rasa sakit), parasomnia

(gangguan tidur yang muncul pada ambang batas antara saat terjaga dan tidur,

misalnya gangguan mimpi buruk dan gangguan tidur sambil berjalan). Menurut

beberapa penelitian yang dianggap berkaitan dengan manifestasi dari bruxism,

antara lain gangguan kepribadian, meningkatnya stress, adanya depresi, dan

kepekaaan terhadap stress.

Anak-anak yang memiliki kebiasaan bruxism ternyata memiliki tingkat

kecemasan yang lebih daripada anak-anak yang tidak memiliki kebiasaan

bruxism. Tanda-tanda bruxism seperti tingkat kecemasan yang tinggi,

temporomandibular disorders, dan kerusakan gigi sebaiknya dirawat pada masa

kanak-kanak sebelum menjadi masalah ketika anak telah tumbuh dewasa.

2. Faktor morfologi

Oklusi gigi geligi dan anatomi skeletal orofasial dianggap terkait dalam

penyebab dari bruxism. Perbedaan oklusal, gangguan oklusal yang bentuknya

dapat berupa trauma oklusal ataupun tonjol yang tajam, gigi yang maloklusi

secara historis dianggap sebagai penyebab paling umum dari bruxism. Disharmoni

lokal antara bagian-bagian sistem alat kunyah yang berdampak pada peningkatan

tonus otot di region tersebut juga dipandang sebagai salah satu etiologi yang

hingga saat ini masih dapat diterima banyak kalangan.

3. Faktor patofisiologis

Bruxism kemungkinan terjadi akibat kelainan neurologis yaitu

ketidakmatangan sistem neuromuskular mastikasi, perubahan kimia otak, alkohol,

33

Page 34: BAB I II III

trauma, penyakit, dan obat-obatan. Hal ini berpotensi sistemik menyebabkan

aktivitas parafunctional melalui alergi makanan, kekurangan gizi, dan disfungsi

endokrin. Penyelidikan efek gangguan gizi dan endokrin bersama dengan parasit

pencernaan pada fungsi otot mastikasi, serat kepekaan terhadap trigeminal sampai

potensi alergi kemungkinan berguna untuk penelitian di masa depan baik

temporomandibular disorders dan hiperaktivitas otot mastikasi.

Faktor neurokimia tertentu, yaitu obat-obatan. Efek samping dari obat

yang akan menimbulkan bruxism adalah Amfetamin yang digunakan dalam

mengatasi gangguan attention-deficit/hyperactivity (ADHD) seperti

methylphenidate dan pemakaian jangka panjang Serotonin. Selain itu, bruxism

ditemukan lebih sering pada pecandu narkoba berat serta perokok.

4. Temporomandibular Disorders (TMD)

Penderita TMD cenderung memiliki insiden bruxism yang lebih tinggi dari

gangguan psikologis seperti stress, kecemasan, dan depresi. Faktor-faktor ini

dapat menyebabkan kebiasaan parafunctional. Gabungan dari dua atau lebih

faktor etiologi yang diperlukan untuk menyebabkan terjadinya bruxism, tetapi

besarnya faktor-faktor tidak penting dalam kaitannya dengan besarnya bruxism.

C. Akibat Bruxism

Bruxism dapat menyebabkan aus permukaan gigi-gigi pada rahang atas

dan rahang bawah, baik itu gigi susu maupun gigi permanen. Lapisan email yang

melindungi permukaan atas gigi hilang, sehingga dapat timbul rasa ngilu pada

gigi-gigi tersebut. Bila kebiasaan ini berlanjut terus dan berlangsung dalam waktu

34

Page 35: BAB I II III

lama, dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal, terjadi pada

pasien dengan bentuk tonjol yang curam, luka pada periodonsium, pulpitis,

kadang-kadang disertai peningkatan derajat mobilitas gigi yang terlibat,

maloklusi, patahnya gigi akibat tekanan yang berlebihan, dan kelainan pada sendi

temporomandibular joint.(24,25)

D. Penanganan Bruxism

Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan

bruxism pada anak-anak adalah(24,2) :

a) Penggunaan Night-guard

Perawatan untuk kasus ini dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang

didesain dan dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini

disebut night-guard dan digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan

membentuk batas antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah sehingga tidak

akan saling beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah kerusakan yang lebih jauh

pada gigi-geligi dan membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan buruknya.

35

Page 36: BAB I II III

Gambar 8. Night-guard

Sumber : http://www.majdalani-dental-lab.com/4-3.html. Accessed on 30th Jan 2011

b) Bila penyebab utama dari bruxism adalah stress. Cobalah untuk mencari tahu

apa yang mungkin membuat anak stress dan membantu mereka menghadapinya.

Konsultasi dengan psikolog merupakan salah satu hal yang dapat membantu

dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini.

II.3. Manifestasi Oral pada Anak yang Mempunyai Kebiasaan Buruk

A. Akibat Thumb/Finger Sucking

Kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang

berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Kebiasaan mengisap jari pada fase

geligi sulung tidak mempunyai dampak pada gigi permanen bila kebiasaan

tersebut telah berhenti sebelum gigi permanen erupsi. Bila kebiasaan ini terus

berlanjut sampai gigi permanen erupsi akan terdapat maloklusi dengan tanda-

tanda berupa incisivus atas proklinasi dan terdapat diastema, lengkung atas

sempit, protrusi gigi anterior rahang atas, incisivus rahang bawah retrusi atau

sedikit berdesakan, prognatik segmen premaksila, retrognatik mandibula, overjet

besar, gigitan terbuka anterior, palatum tinggi, dan gigitan silang posterior

bilateral. Maloklusi yang terjadi ditentukan oleh jari mana yang diisap dan

bagaimana pasien meletakkan jarinya pada waktu mengisap.(12,14)

B. Akibat Lip Sucking/Lip Biting

Kebiasaan mengisap bibir bawah dapat menyebabkan proklinasi incisivus

atas disertai jarak gigit yang bertambah, retroklinasi incisivus bawah, gigitan

36

Page 37: BAB I II III

terbuka (openbite), protrusi gigi anterior rahang atas, retrusi gigi anterior rahang

bawah, inflamasi jaringan lunak, dan bekas gigi pada bibir bawah merah

meradang.(12,14)

C. Akibat Tongue Thrust

a) Multiple diastema.

b) Protrusi gigi anterior rahang atas.

c) Protrusi gigi anterior rahang bawah.

d) Gigitan terbuka anterior.

e) Overjet besar.(14)

D. Akibat Mouth Breathing

Bernafas melalui mulut yang kronis secara jelas akan merubah keadaan

gigi geligi dan lengkung gigi. Individu yang bernafas melalui mulut menunjukkan

anterior crossbite, tendensi openbite, lengkung dental atas sempit, meningkatnya

overjet dan timbul notching pada bibir atas. Kelainan klinis yang paling sering

terlihat pada individu yang bernafas melalui mulut adalah retrognati mandibula,

dataran mandibula yang curam dan sudut gonial bertambah besar, protrusi gigi

anterior maksila, palatal vault yang tinggi, anterior openbite, posterior crossbite,

konstriksi lengkung maksila berbentuk V, bibir atas flasid atau hipotonus, bibir

bawah hipertrofi, dan penampilan wajah yang bodoh dengan postur mulut terbuka.

Walaupun sering dijumpai tanda-tanda klinis pada individu yang bernafas

melalui mulut, tetapi hubungan sebab akibat antara perubahan cara bernafas

dengan kelainan perkembangan dentofasial yang terjadi masih belum jelas karena

37

Page 38: BAB I II III

perkembangan dentofasial dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetik dan

lingkungan.(23,14)

E. Akibat Bruxism

Bruxism dapat menyebabkan hipersensitivitas termal gigi, hipermobilitas

gigi, mengauskan email gigi, fraktur gigi, cedera pada ligamen periodontal dan

periodonsium, hypercementosis, katup retak dan pulpitis, nekrosis pulpa. Gigi

yang bersangkutan biasanya juga memberikan suara perkusi yang tidak nyaring

dan terasa sakit untuk menggigit terutama pada waktu pagi hari, disfungsi dari

sendi rahang dan juga bisa terjadi sakit kepala berulang. Komplikasi lainnya

adalah kerusakan pada struktur sekitar gigi, yang meliputi resesi dan radang gusi,

resorpsi tulang alveolar, hipertrofi otot-otot pengunyahan dapat terjadi, dan

bruxism sering dikaitkan dengan nyeri wajah.(3,26,25)

II.4. Penatalaksanaan Kebiasaan Buruk

Memodifikasi pola perilaku untuk jangka panjang dikenal program

pembelajaran perilaku yang meliputi : menjaga kesehatan/keberhasilan mulut,

mengoreksi kebiasaan mulut, dan pemakaian alat. Kemungkinan suksesnya

perawatan akan meningkat bila dokter, penderita, dan orang tua secara antusias

ikut terlibat. Menurut Kreit, bila hubungan ibu dan anak (penderita) erat maka

kemungkinan keberhasilan perawatan semakin besar. Pada tahun-tahun terakhir,

terdapat perhatian yang lebih besar mengenai pendekatan psikologis bagi

penderita ortodonsi. Di samping seleksi pasien dan memperbaiki motivasi,

beberapa peneliti telah mencoba dengan suatu bentuk program modifikasi perilaku

38

Page 39: BAB I II III

ataupun lainnya yang membuktikan kerjasama dari pasien akan menjadi

perawatan lebih efisien.(28)

Kebiasaan buruk harus diatasi terlebih dahulu sebelum melakukan koreksi

gigitan terbuka. Terapi bicara, latihan lidah, dan berbagai piranti ortodontik bisa

digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Betapa sulitnya mengoreksi

kebiasaan mulut sehingga menimbulkan frustasi bukan hanya untuk penderitanya

tetapi juga operator telah dikemukakan oleh para ahli sehingga senantiasa menjadi

bahan penelitian yang menarik. Berbagai metode alat telah diciptakan untuk

mengantisipasi/mengoreksi kebiasaan yang telah menjadi suatu pola perilaku si

anak.(20,28)

Kebiasaan mulut sebagai penyebab maloklusi perlu dikoreksi karena

berbagai problem yang ditimbulkannya antara lain gangguan estetik, bicara, dan

fungsi pengunyahan serta relapsenya maloklusi pada pasca perawatan ortho.

Berbagai faktor yang perlu diperhatikan untuk mengoreksi kebiasaan mulut ini

antara lain usia, genetik, ras, kepribadian, motivasi, kerjasama anak, orang tua,

dan ortodontis, filosofi alat, adanya kebiasaan mulut lain yang terkait, besarnya

problem yang ditimbulkan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan sebelum

melakukan perawatan adalah(28,29) :

a) Usia pasien

Pasien sebaiknya berusia 7 tahun ke atas, karena pada usia ini, anak sudah

dapat lebih menerima berbagai alasan dan mengerti akan pentingnya perawatan.

b) Kematangan pasien

39

Page 40: BAB I II III

Hal ini penting bahwa pasien mengerti masalah yang terjadi dan memiliki

keinginan untuk memperbaikinya. Beberapa bukti menunjukkan bahwa

ketidakmatangan dari pasien menjadi kontradiksi bagi dokter gigi untuk

melakukan perawatan.

c) Orang tua yang kooperatif

Seorang anak yang telah memutuskan untuk menerima perawatan harus

mendapatkan dukungan dan dorongan penuh dari orang tua. Hal ini akan

membantu dalam periode perawatan.

d) Pertimbangan waktu

Seorang dokter gigi harus melihat dengan cermat secara menyeluruh

berkenalan dengan pasiennya selama beberapa bulan atau lebih dan mencatat

kebiasaan umum dari pasien tersebut serta kebiasaan spesifiknya untuk mengatasi

dan menghentikan kebiasaan mereka.

e) Penafsiran dari kerusakan yang terjadi

Seorang dokter gigi harus dapat menafsirkan seberapa luas kerusakan yang

terjadi. Hal tersebut berkaitan dengan kompleksitas yang berhubungan dengan

kerusakan akibat kebiasaan buruk. Penafsiran yang benar akan terdengar sebagai

suatu prosedur yang menjadi petunjuk pasien bagi dokter gigi sebagai penunjuk

dan keperluan evaluasi. Jika kerusakan yang terjadi tidak berarti, dokter gigi harus

memberikan penalaran yang serius untuk membatalkan terapi. Namun, jika

kerusakan terlihat jelas tetapi ditemukan ketiadaan faktor kontribusi lainnya,

dokter gigi harus dengan serius mempertimbangkan pemberian terapi.

40

Page 41: BAB I II III

Berikut beberapa piranti orthodontik yang dapat digunakan untuk

menghentikan kebiasaan buruk pada anak-anak, antara lain:

1. Thumb/Finger Habit Appliance

Salah satu solusi untuk menghilangkan kebiasaan mengisap ibu jari adalah

alat yang disebut "fixed palatal crib". Alat ini diletakkan oleh seorang dokter gigi

pada gigi atas anak dan ditempatkan di belakang gigi atas dan palatum. Alat ini

terdiri dari setengah lingkaran kawat stainless steel yang tersambung dengan steel

band dan disemen pada gigi molar. Alat ini membantu untuk menghentikan

kebiasaan mengisap ibu jari pada bulan pertama penggunaan.(30)

Gambar 9. Thumb/Finger Habit Appliance

Sumber :

http://www.stratfordorthodontics.ca/Treatment/OrthodonticAppliances.aspx. Accessed on 30th Jan

2011

2. Lip Bumper

Lip bumper adalah busur lepasan yang disisipkan ke dalam tube tambahan

yang dikombinasi dengan kawat orthodonsia berupa klamer adams untuk retensi

pada gigi-gigi molar pertama bawah. Bagian labial anterior dari busur tersebut

mempunyai bumper akrilik yang bertumpu tepat di depan gigi-gigi incisivus

rahang bawah. Pengurangan jarak gigit dapat dilakukan dengan pemasangan

piranti orthodonsi lain berupa busur labial di rahang atas. Lip bumper tidak

41

Page 42: BAB I II III

disolder ke band molar dan dapat dilepas. Lip bumper merupakan suatu pilihan

yang tepat. Pemakaian lip bumper dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada

pemakainya dan bukan hal mudah bagi anak-anak untuk menghilangkan

kebiasaan buruk tersebut. Maka dari itu, sekali lagi dikatakan, diperlukan motivasi

yang kuat pada penderita dan orang tuanya.(31,5)

Fungsi dari lip bumper(17,32) :

a) Menghilangkan kebiasaan buruk, seperti:

Mengisap atau menggigit bibir bawah

Mengisap ibu jari

b) Untuk melebarkan lengkung gigi baik pada rahang atas ataupun pada rahang

bawah, menambah panjang dan lebar lengkung rahang untuk mendapatkan

ruang bagi gigi-gigi permanen yang erupsi dan mengatasi gigi-gigi yang

berjejal.

c) Menghindarkan tekanan otot bibir dan mengurangi hipertonicity otot

mentalis.

d) Mengurangi overjet.

e) Mempertahankan molar agar tidak bergeser ke mesial.

42

Page 43: BAB I II III

Gambar 10. Lip bumper

Sumber : http://www.drbarrowes.com/parts.asp. Accessed on 29th Jan 2011

3. Oral screen

Oral screen merupakan salah satu alat efektif yang paling mudah

digunakan untuk mengoreksi protrusi gigi anterior rahang atas. Alat ini

diistilahkan sebagai physiologic appliance karena alat ini tidak menyebabkan

pergerakan gigi dengan bantuan kawat, tetapi menghasilkan gaya yang menahan

gigi anterior rahang atas dengan cara menekan perioral musculature.

Oral screen digunakan pada kasus maloklusi untuk mengoreksi protrusif

rahang atas dan openbite. Ada beberapa metode dan bahan yang digunakan untuk

membuat oral screen (karet, akrilik, flexiglass, dan plastik tidak tahan panas).

Penggunaan oral screen sebagaimana mestinya setiap malam dan pada waktu

tidur. Fungsi dari oral screen adalah :

a) Menghilangkan kebiasaan buruk, seperti :

Menggigit bibir. Membuat kompetensi bibir yang lebih baik dan

mengurangi kecenderungan menggigit bibir (slack-lipped) yang sering

terlihat pada kasus openbite anterior.

Menjulurkan lidah. Mengendalikan kecenderungan lidah untuk mengisap

ke daerah openbite dan kemudian meningkatkan keseluruhan pola

mengunyah. Oral screen juga mendorong lidah untuk mengisap ke arah

lateral yang lebih efektif dalam menyeimbangkan gerakan otot-otot pipi.

Menghalangi bernafas melalui mulut. Pola pergerakan udara yang lebih

normal melewati hidung akan terbentuk, dan kekeringan rongga mulut

43

Page 44: BAB I II III

serta odem pada gingival yang terlihat pada pasien mouth breathing akan

berkurang.

b) Membatasi seminimal mungkin pergerakan otot mentalis pada bibir bawah.

Ini juga membantu untuk menormalkan pola mengunyah.

c) Sebagai alat pengingat bagi anak untuk latihan mengurangi kebiasaan

buruknya yang diinstruksikan oleh dokter gigi.(33)

4. Tongue Thrusting Appliance

Salah satu piranti orthodontik untuk menghilangkan kebiasaan mengisap

jempol dan menjulurkan lidah adalah menggunakan tongue crib yang dinilai

efektif untuk kasus gigitan terbuka anterior tipe dental pada gigi bercampur. Cara

yang dilakukan untuk memperbaiki kebiasaan menyodorkan lidah dengan

memberikan pasien tongue thrusting appliance. Fungsi dari tongue thrusting

appliance menghilangkan kebiasaan buruk, seperti : mengisap ibu jari dan

menjulurkan lidah.(20,30)

44

Page 45: BAB I II III

Gambar 11. Tongue Thrusting Appliance

Sumber : http://www.stratfordorthodontics.ca/Treatment/OrthodonticAppliances.aspx. Accessed

on 30th Jan 2011

5. Pre-Orthodontic Trainer

Pre-orthodontic Trainer merupakan alat miofungsional yang dirancang

oleh Dr.Chris Farrell. Alat tersebut merupakan alat yang siap pakai, tidak perlu

dicetak maupun dibentuk sehingga tidak perlu dikerjakan di laboratorium. Alat ini

berbentuk seperti parabolik menyerupai lengkung rahang atas dan rahang bawah

yang alami, yaitu sempit di bagian anterior dan lebar di bagian posterior. Tersedia

dalam satu ukuran yang universal sehingga sesuai untuk semua rahang anak-anak

yang besar maupun yang kecil.

Fungsi dari Pre-orthodontic Trainer :

a) Memperbaiki keadaan profil wajah yang konveks dan gigi geligi dengan cara

memberikan latihan otot-otot sekitar mulut.

b) Mengurangi kebiasaan buruk, seperti:

Bernafas melalui mulut (mouth breathing)

Menyodorkan lidah (tongue thrust)

Mengisap ibu jari (thumb sucking)

Bruxism

c) Membantu penentuan posisi rahang agar gigi tetap berada pada lengkung

rahangnya sehingga mempermudah perawatan orthodontik di masa yang akan

datang dan mengurangi kemungkinan pencabutan gigi yang tidak diperlukan.

(8)

45

Page 46: BAB I II III

Gambar 12. Pre-Orthodontic Trainer

Sumber : http://www.orthodonticproductsonline.com/issues/articles/2007-07_09.asp.

Accessed on 14th Feb 2011

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian prevalensi kebiasaan buruk pada

anak-anak TK usia 3-6 tahun di Kota Makassar tahun ajaran 2011-2012 adalah

sebagai berikut :

46

Page 47: BAB I II III

III.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan : Observasional Deskriptif, yaitu suatu

penelitian yang dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung pada

objek tanpa memberikan perlakuan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

III.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 23 TK yang berada di Kota Makassar. Adapun

nama-nama TK tersebut adalah sebagai berikut :

1. TK Aisyiah Bustanul Athfal Cab. Tabaringan

2. TK Aisyiah Bustanul Athfal Cab. Malimongan Tua

3. TK Aisyiah Bustanul Athfal Cab. Pattunuang

4. TK Nikmatullah

5. TK Aisiyah Bustanul Athfal Cab. Layang Utara

6. TK Al Markas

7. TK Aisyiah Bustanul Athfal Cab. Bunga Ejaya

8. TK Al Khoiriyah

9. TK Sulawesi

10. TK Andiya

11. TK Tajdidul Iman

12. TK Islam Maricaya

13. TK Nahdiyat

14. TK Islam Al Afiah

15. TK Matahari 2

47

Page 48: BAB I II III

16. TK Nurul Taqwa

17. TK Matahari 1

18. TK Aisyiah Bustanul Athfal II Cab. Tamamaung

19. TK Qalbin Salim

20. TK Nusa

21. TK Islam Biringkanaya

22. TK Al Muhajirin

23. TK Ilham

III.3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 September – 25 Oktober 2011.

III.4. Populasi Penelitian

Populasi penelitian yang digunakan adalah murid TK usia 3-6 tahun di

Kota Makassar tahun ajaran 2011-2012.

III.5. Metode Sampling

Metode sampling yang digunakan : Purposive Sampling, yaitu

pengambilan sampel berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang telah diketahui

sebelumnya.

III.6. Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang digunakan adalah semua anak yang mempunyai

dan tidak mempunyai kebiasaan buruk.

III.7. Jumlah Sampel

Jumlah sampel yang diteliti yaitu sebanyak 396 orang.

48

Page 49: BAB I II III

III.8. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

Alat tulis menulis

Lembar formulir survey

Alat oral diagnostic

Masker dan handskun

Larutan Betadine

Alkohol

III.9. Data

1. Jenis data : Data Primer

2. Pengumpulan data : Data diperoleh dengan memeriksa langsung rongga

mulut anak dan melakukan wawancara pada orang tua

atau guru.

3. Pengolahan data : Data manual dan komputerisasi.

4. Penyajian data : Data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

III.10. Definisi Operasional

1. Prevalensi kebiasaan buruk yaitu jumlah persentase anak TK usia 3-6 tahun di

Kota Makassar yang memiliki kebiasaan buruk.

2. Prevalensi kebiasaan buruk berdasarkan kelompok usia, adalah

pengelompokan kebiasaan buruk berdasarkan 3-6 tahun.

3. Prevalensi kebiasaan buruk berdasarkan jenis kelamin, adalah

pengelompokan kebiasaan buruk berdasarkan jenis kelamin pria dan wanita.

49

Page 50: BAB I II III

4. Prevalensi kebiasaan buruk berdasarkan jenis kebiasaan buruk, adalah

pengelompokan kebiasaan buruk berdasarkan jenis kebiasaan buruk anak.

III.11. Jalannya Penelitian

1. Penyampaian kepada pihak sekolah yang bersangkutan, yaitu kepada kepala

sekolah, dan juga guru-guru, tentang maksud dan tujuan mengadakan

penelitian tersebut.

2. Mengambil data umum murid-murid yang akan diperiksa pada bagian

akademik sekolah, seperti nama, usia, dan jenis kelamin.

3. Melakukan pemeriksaan pada anak-anak dengan melihat langsung ke dalam

rongga mulut anak.

4. Melakukan wawancara pada orang tua anak yang bersangkutan atau guru.

5. Mencatat data murid yang mempunyai kebiasaan buruk dan

mengelompokkannya berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis kebiasaan buruk,

dan manifestasi oral akibat kebiasaan buruk tersebut.

6. Mengolah data tersebut dengan cara menghitung jumlah keseluruhan dari

masing-masing jenis data.

50