Bab i , II, III, IV, V Shampo

download Bab i , II, III, IV, V Shampo

of 26

description

kimor

Transcript of Bab i , II, III, IV, V Shampo

Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/201519

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPada saat ini perkembangan mobil dan motor berkembang dengan sangat pesat dan bahkan hampir semua masyarakat memilikinya. Dengan meningkatnya perkembangan mobil dan motor ini menyebabkan munculnya kebutuhan baru yaitu sebuah produk yang dapat di gunakan untuk merawat/membersihkan mobil dan motor secara efektif dan efisien. Karena bagaimanapun juga mobil/motor tersebut perlu di bersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat agar tampilan mobil/motor tetap terlihat bagus. Dan tentunya bahan yang digunakan untuk mencucipun tidak boleh sembarangan karena harus dapat melindungi cat motor/mobil agar tidak cepat rusak. Dan kebanyakan digunakan shampo mobil untuk pencucian (Amin, 2011).Shampo motor atau mobil merupakan suatu detergen yang sekarang sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan utama dalam pembuatan shampo ini adalah surfaktan, yaitu LABS (Linier Alkyl Benzene Sulfonat) atau kadang disebut juga Linier Alkyl Benzene (LAS) dan surfaktan penunjang yaitu SLS (Sodium Lauryl Sulfonat). Surfaktan merupakan suatu molekol yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktivitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang menyukai air (gugus hidrofilik) dan bagian nonpolar yang menyukai minyak atau lemak (gugus lipofilik).Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif, atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorpsi padat antar muka udara-air, minyak-air, dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian nonpolar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) yang mengandung gugus hidroksil (Irdoni&Nirwana, 2013).1.2 Tujuan

1. Mempelajari cara pembuat sampo motor atau mobil

2. Menentukan karakteristik sampo motor atau mobil

BAB IILANDASAN TEORI2.1 Shampo Motor atau Mobil

Shampo motor atau mobil adalah suatu detergen yang sekarang sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan yang penting dalam pembuatan shampo ini adalah surfaktan, yaitu LABS ( Linier Alkyl Benzene Sulfonat ) dan surfaktan penunjang yaitu SLS ( Sodium Lauryl Sulfonat ). Surfaktan, zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan. Molekul surfaktan mempunyai dua ujung yang terpisah, yaitu ujung polar (hidrofilik) dan ujung non polar (hidrofobik). Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air teknologi pembuatan shampo motor atau mobil ini termasuk salah satu teknologi tepat guna dalam pembuatannya. Karena dalam proses pembuatannya tidak memerlukan alat canggih dan proses yang rumit (Irdoni & Nirwana, 2014).2.2 Detergen

Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Deterjen adalah surfaktan anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 C15) atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+ dan ROSO3-Na+) yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin). Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:1. Surfaktan (surface active agen)Zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Non ionik (Nonyl phenol polyethoxyle), Amfoterik (Acyl Ethylenediamines)2. Builder (Pembentuk)Zat yangberfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa Phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit) dan Sitrat (asam sitrat).3. Filler (Pengisi)Bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate4. Additives (Zat Tambahan)Bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh deterjent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti redeposisi). Wangi wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas dalam bentuk produk-produk seperti:1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan, dan lain-lain.2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer di masyarakat.3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas.a. Klasifikasi Deterjen1) Menurut kandungan gugus aktifMenurut kandungan gugus aktifnya maka deterjen diklasifikasikan sebagai berikut:1. Deterjen jenis kerasDeterjen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air.Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil benzena dengan Belerang trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil benzena maka persamaan reaksinya adalahC6H5C12H25 + SO3C6H4 C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)(1)Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat. 2. Deterjen jenis lunakDeterjen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:C12H25OH+ H2SO4 C12H25OSO3H + H2O(2)Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat. 2) Berdasarkan muatannya dibedakan menjadi :1. Deterjen Anion

Deterjen bermuatan negatif yang berasal dari gugus alkil sulfat seperti alkil benzen sulfonat.2. Deterjen Kation

Deterjen bermuatan positif yang berasal dari gugus amonia. Umumnya digunakan untuk germisida pada rumah sakit, sampo, dan pembilas baju.3. Deterjen Nonionik

Deterjen bermuatan netral, umumnya dipakai untuk pencuci piring dan berbusa sedikit dibanding dengan deterjen ionik lainnya. Mempunyai gugus polar yaitu gugus alkohol dan ester serta non polar yaitu rantai hidrokarbon yang panjang.2.3 Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) atau zat aktif permukaan, adalah senyawa kimia yang terdapat pada konsentrasi rendah dalam suatu system, mempunyai sifat teradsorpsi pada permukaan antarmuka pada system tersebut. Energi bebas permukaan-antarmuka adalah kerja minimum yang diperlukan untuk merubah luas permukaan-antarmuka (Nurdiyanto, 2013).

Surfaktan (surfactant = surfactive active agent)adalah zat seperti detergent yang ditambahkan pada cairan utuk meningkatkan sifat penyebaran atau pembasahan dengan menurunkan tegangan permukaan caira khususnya air. Sufaktan mempunyai struktur molekul yang terdiri dari gugus hydrophobic dan hydrophilic. Gugus hydrophobic merupakan gugus yang sedikit tertarik/menolak air sedangkan gugus hydrophilic tertarik kuat pada molekul air. Sturktur ini disebut juga dengan struktur amphipatic. Adanya dua gugus ini menyebabkan penurunan tegangan muka dipermukaan cairan. Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air, sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan minyak (Nurdiyanto, 2013).

Di dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekul molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu (Nurdiyanto, 2013).

Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebutCritical Micelle Concentration(CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya (Nurdiyanto, 2013).

Gambar 2.1 Struktur Surfaktan (Hidrofil dan Lipofil)

Gambar 2.2 Gaya Tarik Menarik Surfaktan menurunkan tegangan permukaan2.3 Macam-macam Surfaktan

1. Linear Alkyl Benzene Sulfonate (LABS)

Alkylbenzene merupakan bahan baku dasar untuk membuat Linear Alkyl benzene sulfonate. Linear alkylbenzene sulfonate disebut juga dengan nama acid slurry. Acid slurry merupakan bahan baku kunci dalam pembuatan serbuk deterjen sintetik dan deterjen cair. Alkylbenzene disulponasi menggunakan asam sulfat, oleum atau SO3(g). Linear Alkylbenzene sulfonate diperoleh dengan variasi proses yang berbeda pada bahan yang aktif, bebas asam, warna maupun viskositas. Bahan baku utama untuk membuat acid slurry adalah dodecyl benzene, linear alkyl benzene. Nama Kimia Acid Slurry D.D.B.S. adalah Dodecyl Benzene Sulphonate dan L.A.B.S dan Linear Alkyl Benzene Sulphonate (NIIR Board, 2004).Alkyl Benzene Sulfonates (ABS) merupakan bahan baku kunci pada industrideterjen selama lebih dari 40 tahun dan berjumlah kira-kira 50 persen volum total surfaktan anionik sintetik. Linear Alkyl Benzene Sulfonates (LAS) digunakan secara luas menggantikan Branch Alkyl Benzene Sulfonates (BABS) dalam jumlah besar yang ada didunia karena LAS merupakan bahan deterjen yang lebih biodegradabilitas dibandingkan BABS. Produk umumnya dipasarkan berupa asam bebas (free acid) atau yang dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium hidroksida yang ditambahkan kedalam slurry, yang umumnya dalam bentuk pasta. Sebagian besar pasta di produksi pada sprayed-dried menghasilkan serbuk deterjen. Pasta bisa juga di proses dengan drum-dried menjadi serbuk atau flake atau spray dried menjadi butir-butir halus yang memiliki densitas rendah. Bentuk kering LAS digunakan terutama pada industri dan produk kebersihan (Kent and Riegels, 2007).Tabel 2.1 Sifat fisika LABS

Rumus molekulC12H25C6H5

Titik didih327,61 OC

Titik leleh2,78 OC

Densitas855,065 Kg/m3

Wujud Cair

Energi panas pembentukan1787,0 KJ/mol

Kapasitas panas750,6 Kkal/kmol OC

Viskositas 750,6 Kkal/kmol OC

Sumber : tkk_handout_deterjen2. Sodium Lauril Sulfat (SLS) Natrium lauril sulfat (SLS), atau sodium deodecil sulfat (NaDS atau C12H25SO4Na) adalah surfaktan anionoik yang digunakan dalam membersihkan lemak, dan pada produk-produk untuk kebersihan.Molekul ini memiliki 12 atom karbon, yang melekat pada gugus sulfat, dan memberikan sifat amphiphilic yangdibutuhkan deterjen. SLS adalah surfaktan yang sangat efektif dan digunakanuntuk menghilangkan noda berminyak dan residu. Sebagai contoh, SLSditemukan dalam konsentrasi yang tinggi pada produk industri, termasuk degreasers mesin, pembersih lantai, sampo mobil. Penggunaan SLS dengan konsentrasi yang lebih rendah yaitu pada pembuatan pasta gigi, shampoo rambut, dan busa cukur. Sodium lauril sulfat merupakan komponen penting dalam formulasi untuk efek penebalan busa dan kemampuannya untuk menciptakan busa (Marrakchi S, Maibach HI, 2006).

Penelitian menunjukkan bahwa SLS tidak karsinogenik jikaterkontaminasi langsung pada kulit ataupun dikonsumsi. Natrium lauril sulfat mengurangi rasa manis pada gigi, efek biasa terlihat setelah penggunaan pasta gigi yang mengandung bahan ini. Penelitian menunjukkan bahwa SLS dapatmerupakan mikrobisida topikal yang berpotensi efektif, yang juga dapat menghambat dan mencegah infeksi oleh virus seperti virus Herpes simpleks.Selain itu SLS dapat meningkatkan kecepatan pembentukan hidrat metana sebesar700 kali kecepatan awal.Dalam pengobatan, natrium lauril sulfat digunakansebagai pencahar dubur di enema, dan sebagai eksipien pada aspirin terlarut dankaplet terapi serat lainnya (Marrakchi S, Maibach HI, 2006).3. Alkil Benzena Sulfonat (ABS). Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil benzena dengan Belerang trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil benzena maka persamaan reaksinya adalah: C6H5C12H25 + SO3C6H4C12H25SO3H(2.3)Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat.Linear alkylbenzene (kadang-kadang disebut alkil benzena linear atau hanya LAB) adalah perantara dalam produksi deterjen.Dorongan ke arah yang lebih ramah lingkungan akhir-akhir ini menggunakan bahan kimia ramah sejak 1960-an mengakibatkan LAB muncul sebagai cikal bakal dominan biodegradable deterjen (Desai, 1997).4. Glikolipid Biosurfaktan yang paling dikenal adalah glikolipid. Glikolipid merupakan karbohidrat yang dikombinasikan dengan rantai panjang asam alifatik atau hydroxyaliphatic acid. Contoh bakteri penghasil biosurfaktan glikolipid adalah Pseudomonas sp., Rhodococcus erythropolis, Torulopsis sp. dan lain-lain. Ada 3 glikolipid yang paling dikenal, yaitu rhamnolipid, trehalolipid dan sophorolipid (Desai,1997).5. Trehalolipid

Trehalolipid yang dihasilkan oleh organisme yang berbeda memiliki ukuran dan struktur asam myolic, jumlah atom karbon, dan derajat kejenuhan yang berbeda. Asam myolic merupakan asam lemak -hydroxy dengan cabang . Trehalolipid yang dihasilkan oleh spesies Mycobacterium, Nocardia dan Corynebacterium merupakan trehalose disakarida yang terikat pada C-6 dan C-6 dengan asam myolic.Spesies Rhodococcus erythropolis dapat menghasilkan senyawa trehalose dimycolate (Desai, 1997).2.1 Densitas (Massa Jenis)

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda, semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Rumus untuk menentukan massa jenis adalah = m/v, satuan SI : kg/m3.Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa maupun volume zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya, oleh karenanya zat yang sejenis selalu mempunyai masssa jenis yang sama.Massa jenis zat dapat dihitung dengan membandingkan massa zat (benda) dengan volumenya. Massa jenis merupakan salah satu ciri untuk mengetahui kerapatan zat. Pada volume yang sama, semakin rapat zatnya, semakin besar massanya. Sebaliknya makin renggang, makin kecil massa suatu benda. Contoh : kubus yang terbuat dari besi akan lebih besar massanya dibandingkan dengan kubus yang terbuat dari kayu, jika volumenya sama. Pada massa yang sama, semakin rapat zatnya, semakin kecil volumenya. Sebaliknya, semakin renggang kerapatannya semakin besar volumenya. Contoh : volume air lebih besar dibanding volume besi, jika massa kedua benda tersebut sama.

2.2 Viskositas

Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan cairan itu kental antara satu bagian dan bagian yang lain dalam fluida. Dalam fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida terhadap yang lain. Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas hal itu kita perlu mengetahui bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang kental dengan cara kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair adalah viskometer. Viskositas adalah gesekan internal fluida. Gaya viskos melawan gerakan sebagian fluida relatif terhadap yang lain. Efek visko merupakan hal yang penting di dalam aliran fluida dalam pipa, aliran darah, pelumasan bagian dalam mesin, dan contoh keadaan lainnya. Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan untuk mengalir dari suatu sistem yang mendapatkan suatu tekanan. Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas dispersi koloidal dipengaruhi oleh bentuk partikel dari fase disperse.

2.3 Cara Kerja Surfaktan Cara kerja dari surfaktan sangatlah unik karena bagian yang hidrofilik akan masuk kedalam larutan yang polar dan bagian yang hidrofilik akan masuk kedalam bagian yang non polar sehingga surfaktan dapat menggabungkan (walaupun sebenarnya tidak bergabung) kedua senyawa yang seharusnya tidak dapat bergabung tersebut. Namun semua tergantung pada komposisi dari komposisi dari surfaktan tersebut. Jika bagian hidrofilik lebih dominan dari hidrofobik maka ia akan melarut kedalam air, sedangkan jika ia lebih banyak bagian hidrofobiknya maka ia akan melarutdalam lemak dan keduanya tidak dapat berfungsi sebagai surfaktan.Bagian liofilik molekul surfaktan adalah bagian nonpolar, biasanya terdiri dari persenyawaan hidrokarbon aromatik atau kombinasinya, baik jenuh maupun tidak jenuh.Bagian hidrofilik merupakan bagian polar dari molekul, seperti gugusan sulfonat, karboksilat, ammonium kuartener,hidroksil, amina bebas, eter, ester, amida. Biasanya perbandingan bagian hidrofilik dan liofilik dapat diberi angka yang disebut keseimbangan Hidrofilik dan Liofilik yang disingkat KHL dari surfaktan. (Nurdiyanto, 2013).2.4 Sifat Larutan yang Mengandung SurfaktanLarutan surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik yang mendadak pada daerah konsentrasi yang tertentu. Perubahan yang mendadak ini disebabkan oleh pembentukan agregat atau penggumpalan dari beberapa molekul surfaktan menjadi satu, yaitu pada konsentrasi kritik misel (CMC) .Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari molekul-molekul surfaktan membentuk misel. Misel biasanya terdiri dari 50 sampai 100 molekul asam lemak dari sabun (Nurdiyanto, 2013).Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai cmc, untuk deret homolog surfaktan rantai hidrokarbon, nilai cmc bertambah 2x dengan berkurangnya satu atom C dalam rantai. Gugus aromatik dalam rantai hidrokarbon akan memperbesar nilai cmc dan juga memperbesar kelarutan. Adanya garam menurunkan nilai cmc surfaktan ion. Penurunan cmc hanya bergantung pada konsentrasi ion lawan, yaitu makin besar konsentrasinya makin turun cmc-nya.Secara umum misel dibedakan menjadi dua, yaitu: struktur lamelar dan sterik (Nurdiyanto, 2013).Pada dasarnya surfaktan mengandung zat pembentuk (builder), zat pengisi (filler), dan zat aditif guna meningkatkan kinerja surfaktan sebagai pembersih noda. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya adalah sodium sulfat. Aditif adalah bahan suplemen/tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Zat aditif ditambahkan dengan tujuan untuk komersialisasi produk. Contoh zat aditif adalah sodium klorida dan Carboxy Methyl Cellulose (CMC) (Nurdiyanto, 2013).

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Alat yang Digunakan

a. Wadah plastik

b. Pengaduk plastik

c. Gelas ukur

d. Timbangan

e. Botol air mineral

f. Sendok3.2 Bahan bahan yang digunakan

a. LABS

b. SLS

c. NaOH

d. Aquadest

e. Pewangi

f. Pewarna3.3 Prosedur Kerja3.1.1 Pembuatan LABSNa

1. LABS 36 gram ditimbang ke dalam gelas piala.2. NaOH ditimbang dari larutan NaOH 1 N sebanyak 7 gram.3. 50 ml aquades dimasukkan kedalam gelas ukur. 4. Aquades dimasukkan didalam wadah yang berisi LABS.5. NaOH dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam wadah yang berisi larutan LABS dan aquades sambil diaduk hingga homogen.6. Larutan yang telah diaduk tersebut merupakan larutan LABSNa.3.1.2 Pembuatan Larutan SLS

1. SLS sebanyak 10 gram ditimbang ke dalam cawan petri.2. Lalu dimasukkan 60 ml aquades ke dalam gelas piala.3. SLS dan aquades dicampur dan diaduk hingga homogen.4. Parfum dan pewarna dicampurkan ke dalam larutan SLS.3.1.3 Pembuatan Shampo

1. Larutan SLS dan larutan LABSNa dicampurkan, larutan diaduk hingga homogen.

2. Kemudian dimasukkan ke dalam botol.3.1.4 Uji Viskositas

1. Siapkan viskometer Ostwald.2. Sampo dimasukkan ke dalam viskometer Ostwald.3. Sedot sampai batas viscometer Ostwald.4. Hitung waktu yang dibutuhkan sampo untuk turun ke bawah dan catat hasilnya.5. Lakukan juga pada Kit dan bandingkan hasilnya.3.1.5 Uji Densitas

1. Piknometer yang kosong ditimbang.2. Catat massa piknometer.3. Lalu shampo dimasukkan ke dalam piknometer sampai penuh.4. Berat piknometer dan shampo ditimbang.5. Berat jenis shampo dihitung dengan cara: berat gelas ukur dan shampo yang telah ditimbang lalu dikurangi dengan berat gelas ukur kosong lalu dibagi dengan volume shampo.6. Lakukan pada kit sesuai prosedur diatas.3.1.6 Tes Aplikasi

1. Lumuri tangan pakai minyak.2. Kemudian tetes shampo ke tangan, dibilas dan cuci tangan tangan dengan air bersih.3. Amati kebersihan tangan setelah dicuci dengan shampo.BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil dan PerhitunganTabel 4.1 Hasil Pengamatan

No.PercobaanPengamatan

1.NaOH 3 N 7 grWujud cair dan berwarna bening

2.LABS 36 grAquadest 50 ml LABSNa

NaOH 3 N 7 grNaOH 3 N 7gr, larutan menjadi berwarna bening, dituangkan ke LABS menjadi coklat bening. Disini terjadi reaksi eksoterm.

3.SLS 10 gr

Aquadest 60 mlPewarna Dicampurkan

ParfumWujud cairan, warna ungu.

4LABSNa

Dicampurkan

Larutan SLSShampo, bewarna ungu. Lebih kental dari SLS

4.2 Pembahasan

4.2.1 NaOHNatrium hidroksida(Na

HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Hidroksida" \o "Hidroksida" OH), juga dikenal sebagaisoda kaustik,soda api, atausodium hidroksida, adalah sejenisbasalogam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk darioksida basaNatrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalinyang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksibubur kayu dan kertas, tekstil, air minum,sabundandeterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan Sorensen. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerapkarbon dioksidadari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis.4.2.2 LABS

Alkylbenzene merupakan bahan baku dasar untuk membuat Linear Alkyl benzene sulfonate. Linear alkylbenzene sulfonate disebut juga dengan nama acid slurry. Acid slurry merupakan bahan baku kunci dalam pembuatan serbuk deterjen sintetik dan deterjen cair. Alkylbenzene disulponasi menggunakan asam sulfat, oleum atau SO3(g). Linear Alkylbenzene sulfonate diperoleh dengan variasi proses yang berbeda pada bahan yang aktif, bebas asam, warna maupun viskositas. Bahan baku utama untuk membuat acid slurry adalah dodecyl benzene, linear alkyl benzene. Nama Kimia Acid Slurry D.D.B.S. adalah Dodecyl Benzene Sulphonate dan L.A.B.S dan Linear Alkyl Benzene Sulphonate (NIIR Board, 2004).

4.2.3 LABSNaPada reaksi pembuatan larutan LABSNa terjadi reaksi eksoterm. SLS dapat menyatu dengar air dan pada saat pengadukan dapat menghasilkan busa. Reaksi eksoterem adalah reaksi yang menyebabkan adanya transfer kalor dari sistem ke lingkungan. Hasil shampo didapat kental dari sampel yaitu KIT karena perbandingan komposisi antara NaOH, LABS, dan SLS tidak seimbang. Dalam percobaan pembuatan shampo ini tidak boleh terjadi pembusaan karena busa dapat mengurangi volume shampo.

4.2.4 SLS

Natrium lauril sulfat (SLS), atau sodium deodecil sulfat (NaDS atau C12H25SO4Na) adalah surfaktan anionoik yang digunakan dalam membersihkan lemak, dan pada produk-produk untuk kebersihan. Molekul ini memiliki 12 atom karbon, yang melekat pada gugus sulfat, dan memberikan sifat amphiphilic yang dibutuhkan deterjen. SLS adalah surfaktan yang sangat efektif dan digunakan untuk menghilangkan noda berminyak dan residu. Sebagai contoh, SLS ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi pada produk industry, termasuk degreasers mesin, pembersih lantai, sampo mobil. Penggunaan SLS dengan konsentrasi yang lebih rendah yaitu pada pembuatan pasta gigi, shampoo rambut, dan busa cukur. Sodium lauril sulfat merupakan komponen penting dalam formulasi untuk efek penebalan busa dan kemampuannya untuk menciptakan busa. 4.2.5 ShampoShampo yang dihasilkan memiliki tingkat viskositas dan berat jenis yang lebih berbeda itu dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu : perbandingan komposisi masing-masing bahan yang dimasukkan pada pembuatan shampo, kondisi operasi, perbedaan bahan baku. Karena sesuai dengan pengertiannya viskositas bergantung pada konsentrasi bahan-bahan pembuatan shampo. Sedangkan densitas (berat jenis) bergantung pada perbandingan massa dengan volume. Jadi apabila komposisi bahan yang dimasukkan berbeda perbandingannya maka akan mempengaruhi kualitas dari shampo yang dihasilkan (Prayetno, 2008).4.2.6 ViskositasViskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas akan semakin besar tahanannya. Uji viskositas dilakukan dengan menempatkan 10 ml shampo ke dalam viskometer, kemudian hitung waktu yang diperlukan shampo tersebut untuk turun seluruhnya. Setelah dilakukan percobaan tersebut, didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data pengujian viskositasSampelShampo PercobaanShampo Komersil (KIT)

Viskositas19,56 s/ml7,44 s/ml

Dari data yang ditampilkan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa viskositas shampoo hasil percobaan lebih besar daripada KIT. Nilai viskositas yang besar ini terjadi karena gaya tarik menarik antar molekul penyusun shampoo lebih besar dibanding dengan KIT, gaya tarik menarik (kohesi) ini menyebabkan terjadinya gesekan yang lebih besar antar lapisan larutan saat larutan dituangkan. Sedangkan pada KIT gaya kohesi antar molekul larutannya lebih kecil, sehingga gesekan yang ditimbulkan lebih sedikit sehingga membutuhkan waktu yang lebih singkat saat dituang.

Setelah dilakukan uji viskositas, kemudian dilakukan uji densitas shampoo dengan menghitung berat 100 ml shampoo dan membandingkannya dengan KIT. Pada pengujian ini diperoleh data sebagai berikut,Tabel 4.3 Data pengujian densitasSampelShampo percobaanKIT

Berat sampel10 ml10 ml

Berat Jenis1,1252 g/ml1,1222 g/ml

Dari data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa densitas shampo percobaan lebih besar daripada KIT. Hal itu dikarenakan konsentrasi zat terlarut pada KIT jauh lebih rendah dibandingkan dengan shampo hasil percobaan. Sehingga nilai densitasnya lebih rendah. Viskositas suatu zat dipengaruhi oleh berat molekul bahan tersebut. Semakin berat molekul suatu zat, maka ikatan antar molekulnya juga semakin rapat dan kuat. Sehingga viskositas pada umumnya nilainya berbanding terbalik dengan densitas.

Apabila digabungkan data hasil uji viskositas dengan data hasil uji densitas dapat disimpulkan bahwa shampo hasil percobaan memiliki viskositas yang besar sedangkan nilai densitasnya kecil. Untuk suatu larutan viskositasnya bergantung pada konsentrasi atau kepekatan larutan. Umumnya larutan yang konsentrasinya tinggi, viskositasnya juga tinggi, sebaliknya larutan yang viskositasnya rendah, konsentrasinya juga rendah (Fessenden, 1997).

Faktor yang mempengaruhi viskositas:a. Besar dan Bentuk Molekul

Molekul-molekul yang mudah berasosiasi mempunyai viskositas yang besar, seperti air dan etanol. Zat ini membentuk asosiasi molekul dengan ikatan hidrogen. Makin besar berat molekul, makin besar pula viskositas. b. Suhu Pada kebanyakan cairan viskositasnya turun dengan naiknya suhu. Menurut teori lubang terdapat kekosongan dalam cairan dan molekul bergerak secara kontinyu ke dalam kekosongan ini, sehingga kekosongan akan bergerak keliling. Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi karena ada energi pengaktifan yang harus mempunyai suatu molekul agar dapat bergerak ke dalam kekosongan. Energi pengaktifan lebih mungkin terdapat pada suhu yang lebih tinggi dan dengan demikian cairan lebih mudah mengalir. c. Tekanan

Viskositas cairan naik dengan bertambahnya tekanan. Hal ini disebabkan jumlah lubang berkurang, sehingga bagi molekul lebih sukar untuk bergerak keliling satu terhadap yang lain. d. Konsentrasi

Untuk suatu larutan viskositasnya bergantung pada konsentrasi atau kepekatan larutan.Umumnya larutan yang konsentrasinya tinggi, viskositasnya juga tinggi, sebaliknya larutan yang viskositasnya rendah, konsentrasinya juga rendah (Fessenden, 1997).

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1Kesimpulan1. Shampo diperoleh dari campuran antara LABSNa dan SLS, dimana LABSNa merupakan surfaktan utama dan SLS merupakan agent foaming (pembentuk busa).2. Shampo hasil praktikum memiliki viskositas 19,56 s/ml dan viskositas kit adalah 7.33 s/ml.

3. Densitas shamponya 1,1252 gram/ml dan densitas dari kit adalah 1,1222 gram/ml.

4. Waktu yang dibutuhkan shampo untuk melewati batas minyak-air adalah 37,1 detik sedangkan waktu yang dibutuhkan kit melewati batas minyak-air adalah 35,82 detik.1.2 Saran1. Pengadukan merupakan hal yang sangat penting dalam praktikum ini. Ketika membuat larutan LABSNa, pengadukan harus dilakukan secara perlahan dan konstan, ketika pembuatan larutan SLS pengadukannya harus lebih perlahan dan jangan sampai timbul busa.2. Mohon peralatan LAB yang sudah pecah diganti dengan yang baru.

DAFTAR PUSTAKADesai. 1997. Teori Tentang Sampo. http: //medicafarma. blogspot. com/2008/05/ teori- tentang- sampo_11. html, 04 April 2015.Fessenden, 1997. Kimia Organik, Edisi ke 3, Erlangga: Jakarta.Irdoni HS & Nirwana. 2015. Modul Pratikum Kimia Organik. Pekanbaru: Universitas Riau.Kent dan Riegels, 2007. Paper Recycling, Vol. 14, No. 1. November 2007, USA.Mac Arthur, B.W. dan Sheats W. B. 2002. Methyl Ester Sulfonate.

Products. The Chemithon Corporation. http://www.chemithon.com. Diakses 7 April 2015.

Marrakchi S, Maibach HI. 2006. Sodium Lauryl Sulfate-Induced Irritation in the Human Face: regional and age-related differences.Niir Board. 2004. Soaps, Detergents and Acid Slurry. New Delhi: Asia Pasific Business Press Inc.Nurdiyanto. 2013. Surfaktan. http://hanyakimia.blogspot.com/2013/02/surfaktan-surface-active-agent.html, 04 April 2015.Pore, J. 1993. Oil and Fat Manual. New York: Intercept. Ltd. J. Surfactants

and Detergents, Vol. 9, No. 2 (quarterly 2). 161-167. Prayetno, 2008, Emulsi, Lotion, Shampo, Clensing Cream, http://dprayetno.wordpress.com/emulsi-shampo-lotion-clensing-cream/, 17 Maret 2015.

LAMPIRAN B

PERHITUNGAN

Piknometer (Nilai massa jenis)

Berat kosong= 9,078 g

Volume= 10 ml

* Shampo Praktikum

Berat shampo= 11,252 g

Massa jenis =

=

= * KIT

Berat KIT

= 11,222 g

Massa jenis

Viskositas

Volume= 10 ml

* Shampo Praktikum

Waktu

= 195,6 s

* KIT

Waktu

= 73,3 s

LAMPIRAN C

DOKUMENTASI PRAKTIKUM

Gambar 1. NaOH 3NGambar 2. LABSGambar 3. Shampo PercobaanGambar 4. SLS Pembuatan Shampo Motor atau Mobil