2. LANDASAN TEORI 2.1. NALAR DARI MASING-MASING KONSEP · sabun , koran dan shampo (shampo...
Transcript of 2. LANDASAN TEORI 2.1. NALAR DARI MASING-MASING KONSEP · sabun , koran dan shampo (shampo...
2. LANDASAN TEORI
2.1. NALAR DARI MASING-MASING KONSEP
2.1.1. PENGERTIAN BAURAN PEMASA RAN
Pengertian Bauran Pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (1997:48),
adalah sebagai berikut: "Bauran Pemasaran adalah Perangkat alat pemasaran
taktis yang dapat dikendalikan-produk, harga, distribusi, dan promosi yang
dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respons yang dinginkan dalam
pasar sasaran."
Bauran Pemasaran dibagi menjadi empat, yaitu:
2.1.1.1. Product
Menurut Kotler (2003: 407) dalam bukunya Marketing Management, a
product is anyting that can be offered to a market to satisfy a want or need.
Dalam mengembangkan suatu produk mencakup penetapan manfaat yang
akan disampaikan produk. Manfaat ini dikomunikasikan dan disampaikan oleh
atribut produk seperti kualitas, sifat, dan rancangan produk.
A. Klasifikasi Produk (Product Classifications)
Pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan karakteristiknya yang
meliputi ketahanannya (durability), keberwujudannya (tangibility) dan
penggunaannya (barang konsumen atau barang industri). Tiap-tiap tipe produk
memiliki strategi marketing mix yang berbeda-beda.
1. Ketahanan dan Keberwujudan ( Durability and Tangibility)
Berdasarkan ketahanan (durability) dan keberwujudannya (tangibility)
produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
- Barang tidak tahan lama (Nondurable goods)
Barang berwujud yang biasanya habis dipakai sekali atau lebih seperti bir,
sabun, shampo (termasuk shampo Sunsilk yang dibahas pada skripsi ini).
Barang tidak tahan lama ini biasanya dikonsumsi secara cepat dan sering
dibeli, karena itu srategi yang tepat adalah membuatnya tersedia di banyak
7
tempat, dikenakan biaya mark-up yang rendah serta iklan yang gencar untuk
menimbulkan rasa ingin mencoba dan membangun preferensi.
Barang tahan lama (Durable goods)
Barang berwujud yang dapat bertahan untuk berkali-kali pemakaian seperti
refrigerator, alat-alat mesin dan pakaian. Barang tahan lama ini biasanya
membutuhkan lebih banyak personal selling dan service, memiliki margin
yang tinggi dan membutuhkan banyak jaminan-jaminan penjualan.
- Jasa (Service)
Tidak berwujud, tidak dapat dibagi-bagi, berubah-ubah dan tidak dapat
disimpan. Karena itu, biasanya membutuhkan lebih banyak pengendalian
kualitas, kredibilitas pemasok dan kemudahan adaptasi. Contohnya potong
rambut dan perbaikan
2. Klasifikasi Barang-barang Konsumen (Consumer Goods Classification)
Barang-barang konsumen dapat diklasifiksikan berdasarkan kebiasaan
berbelanja. Maka dari itu dapat dibedakan menjadi:
- Convenience goods.
Dibeli secara rutin, cepat dan dengan usaha minimum. Contohnya termasuk
sabun , koran dan shampo (shampo Sunsilk).
Convenience goods ini dapat dibagi menjadi empat lagi, menjadi:
a. Staples
Barang konsumsi yang dibeli secara teratur. Contohnya pembeli yang rutin
membeli Heinz ketchup, Crest toothpaste dan Ritz crackers.
b. Impuls goods
Dibeli tanpa rencana tertentu atau usaha mencarinya. Contohnya majalah
dan penmen.
c. Emergency goods
Dibeli ketika kebutuhan itu mendesak. Contohnya payung selama hujan,
sepatu boots, dan sekop disaat musim salju. Manufaktur emergency goods
8
ini akan menempatkan barangnya pada banyak outlet-outlet untuk
meningkatkan penjualan.
Shopping goods
Barang-barang konsumen dimana proses pemilihan dan pembelian biasanya
dibandingkan atas dasar kecocokannya, kualitas, harga, dan gaya (style).
Contohnya furniture, pakaian, mobil yang dipakai dan alat-alat utama.
Shopping goods ini dapat dibagi lagi, menjadi:
a. Homogenous shopping goods
Sama dalam hal kualitas namun cukup berbeda dalam harga sehingga
dapat dibandingkan dengan yang lain.
b. Heterogenous shopping goods
Berbeda dalam feature product dan pelayanan dapat menjadi lebih penting
daripada harga. Penjualan heterogenous shopping goods menyediakan
bermacam-macam pilihan untuk memuaskan selera individu dan harus
memiliki tenaga penjual yang terlatih dengan baik untuk memberi
informasi dan saran pada konsumen.
Specialty goods
Memiliki karakteristik unik atau identifikasi merek di mana jumlah pembeli
bersedia membeli dengan usaha-usaha tertentu. Contohnya mobil, komponen
stereo, peralatan fotografi dan pakaian pria. Mercedez adalah specialty goods
karena pembeli yang tertarik akan melakukan perjalanan untuk membeli satu
buah. Specialty goods tidak membuat perbandingan, pembeli
menginvestasikan waktu hanya untuk mencapai dealer yang menyediakan
produk yang diinginkan. Dealer tidak butuh lokasi yang nyaman namun
mereka harus membiarkan pembeli potensial mengetahui lokasi mereka.
- Unsought goods
Konsumen tidak tahu atau tidak pernah terpikirkan untuk membelinya.
Contohnya asuransi jiwa, ensiklopedia, dan peti mati. Unsought goods
membutuhkan iklan dan dukungan/?<?r.y0/2a/ selling.
9
3. Klasifikasi Barang-Barang Industri (Industrial Goods Classification)
Industrial goods dapat diklasifikasikan berdasarkan pada bagaimana
mereka memasuki proses produksi dan biaya-biaya yang berhubungan. Tiga
kelompok industrial goods dapat dibedakan menjadi material and parts, capital
items dan supplier and business service.
B. Product Mix
Product mix (disebut juga product assortment) merupakan sekumpulan
produk-produk dan item-item yang ditawarkan penjual tertentu untuk dijual.
Product mix suatu perusahaan memiliki lebar, panjang, dalam, dan
konsistensi tertentu.
Lebar product mix menunjukkan pada berapa banyak macam lini produk
yang disediakan perusahaan.
- Panjang product mix menunjukan jumlah total items yang tersedia.
- Kedalaman product mix menunjukkan berapa banyak variasi yang ditawarkan
tiap produk pada line masing-masing.
Konsistensi product mix menunjukan pada bagaimana dekatnya hubungan
pada berbagai macam lini produk dengan pemakai akhir permintaan produksi,
saluran distribusi atau lainnya.
Empat dimensi product mix menyebabkan perusahaan dapat memperluas
bisnisnya dalam empat cara. Dapat dengan menambah produk line yang baru,
sampai dengan memperluas product mix-nya. Dapat pula dengan memperpanjang
tiap-tiap lini produk. Atau dapat juga menambah lebih banyak variasi produk pada
tiap-tiap produk dan memperdalam product mix-nya. Akhirnya perusahaan dapat
pula mengejar konsistensi lini produknya masing-masing.
1(1
C. Kualitas
Kualitas menurut Kotler dan Armstrong (1997:10) adalah sifat dan
karakteristik total dari sebuah produk atau jasa yang berhubungan dengan
kemampuannya memuaskan pelanggan.
Kualitas produk, menurut Kotler dan Armstrong (1997:279) adalah
kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya; termasuk keawetan,
ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki, serta atribut bernilai yang
lain.
Ukuran kualitas produk menurut A. Dale Timpe (1990,40), yaitu:
1. Penampilan (karakteristik produk utama)
Penampilan menunjukan sifat operasi dasar pembuatan suatu produk.
Sebagai contoh, bagi sebuah televisi, operasi dasar meliputi suara dan jelasnya
gambar,warna, dan kemampuan menerima dari pemancar - pemancar yang
jauh. Sehubungan ukuran utama penampilan suatu produk khusus biasanya
telah jelas, seperti peringkat daya saing jenis-jenis dalam beberapa hal dapat
mengukur penampilan, menentukan jenis yang terbaik (kualitas tertinggi)
dianggap lebih sukar. Disini, unsur subyektivitas berpengaruh, bagi kelompok
pemakai yang berbeda akan tertarik pada sifat-sifat penampilan yang berbeda
pula.
2. Keistimewaan ("secara terang-terangan dan diam-diam")
Keistimewaan produk sering merupakan bumbu dari suatu barang untuk
meningkatkan posisi produk. Sebagai contoh, minuman gratis dalam
penerbangan yang makan waktu lama, penyetel gelombang otomatis pada
sebuah televisi berwarna semuanya merupakan pelengkap terhadap besar
II
pembuatan produk ataupun jasa-jasa yang ditawarkan. Bagi beberapa pemakai,
keistimewaan ini membawa manfaat didalam usaha meningkatkan penampilan
dan kualitas yang lebih tinggi.
3. Kepercayaan (frekuensi kegagalan)
4. Kesesuaian ( sesuai dengan spesifikasi)
Kepercayaan dan kesesuaian adalah ukuran-ukuran daripada kualitasnya. Suatu
produk yang dapat diandalkan adalah sesuatu yang dapat kita perhitungkan
nilainya, dan kerugian dari suatu kegagalan dalam periode tertentu adalah kecil.
Dua ukuran yang umum mengenai kepercayaan adalah rata-rata untuk
kegagalan pertama (mean time to first failure, MTFF) dan waktu rata-rata
diantara kegagalan (mean time between failure, MTBF). Kesesuaian disisi lain,
adalah ukuran dari kekonsistenan: suatu refleksi yang menunjukkan bagaimana
suatu produk sesuai dengan spesfikasi yang ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (umur produk)
nilai ekonomis atau umur produk secara fisik, umumnya diukur dengan
menjumlah jam Daya tahan adalah karakteristik dari produk itu sendiri, yang
mencerminkan, tahun, atau mil dimana suatu produk dapat digunakan sebelum
perlu dilakukan penggantian.
6. Kemudahan perbaikkan (kecepatan dalam perbaikan)
Frekuensi perbaikan dan umur produk keduanya berhubungan dengan adanya
perhatian pemakai utama. Kemampuan perbaikan suatu produk atau kecepatan
suatu perbaikan dengan demikian merupakan unsur penting yang berdiri sendiri
di dalam mempertahankan kesan suatu kualitas.
7. Keindahan ("kecocokan" dan kesempurnaan)
8. Kualitas yang bermanfaat
Nilai Keindahan dan kualitas yang bermanfaat adalah lebih bersifat subjektif.
Bagaimana suatu produk dilihat, disentuh, didengar, dirasakan, atau dicium
baunya adalah jelas suau hal yang merupakan pertimbangan pribadi.
Tanggapan terhadap kualitas, yang didasarkan pada iklan atau keunggulan
dibandingkan produk-produk lain yang dihasilkan oleh perusahaan, mempunyai
pengaruh yang sama. Membentuk kesan pertama, yang dianggap kritis dalam
menilai suatu produk yang tidak dikenal.
12
D. Rancangan Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (1997:282)
Rancangan produk adalah Proses merancang gaya dan fungsi produk :
menciptakan produk yang menarik; mudah, aman, dan tidak mahal untuk
dipergunakan dan diservis; serta sederhana dan ekononiis untuk dibuat dan
didistribusikan.
Gambar 2.1. Proses Keputusan Pengembangan Produk Baru
Sumber: Philip Kotler (2003:355)
Proses Keputusan Pengembangan Produk Baru meliputi langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Penciptaaan Ide (Idea generation)
Metode menggali gagasan tentang produk baru.
2. Penyaringan Ide (Idea screening)
Menyaring gagasan-gagasan tentang produk baru untuk mendapatkan gagasan
terbaik.
13
3. Konsep Pengembangan dan Pencobaan ( Concept development and testing),
ada tiga macam pemikiran:
a. Product idea : Gagasan tentang kemungkinan perusahaan untuk
menawarkan produk tertentu di pasar.
b. Product concept : Upaya menerjemahkan product idea lebih rinci
sehubungan dengan manfaatnya bagi konsumen.
c. Product image : Cara konsumen mempersepsikan produk baru tertentu.
4. Pengembangan Strategi Pemasaran (Marketing strategy development)
Aktivitas merancang strategi pemasaran bagi produk baru berdasarkan konsep
produk.
5. Analisis Bisnis ( Bussiness analysis)
Tinjauan ulang terhadap proyeksi penjualan, biaya dan laba bagi produk baru
untuk mengetahui apakah faktor-faktor tersebut mendukung tujuan perusahaan.
6. Pengembangan Produk (Product development)
Pengembangan konsep produk ke arah produk konkrit untuk menguji apakah
teknik dan keuangan gagasan produk bisa diwujudkan.
7. Uji Pemasaran ( Test marketing)
Pengujian terhadap produk baru dan program-program pemasarannya didalam
pasar yang lebih realistis.
8. Komersialisasi ( Commercialization)
Menjual atau memasarkan produk baru dalam jumlah yang makin besar.
E. Merek (Branding)
Brand atau merek adalah nama, istilah, logo, simbol, atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut yang sengaja dirancang untuk menunjukkan jati diri produk
tersebut.
14
Gambar 2.2.Tinjauan Keputusan Merek
Sumber: Philip Kotler (2003:42)
F. Strategi Keputusan Merek (Brand Strategy Decision)
Ada lima macam strategi merek. Perhatikan gambar dibawah ini:
1. Line extent ions
Dengan merek yang sudah dikenal, perusahaan memperbanyak atau
menambah item (jenis produk) pada kategori produk tertentu dibawah merek
yang sama. Penambahan item dapat diwujudkan melalui kemasan, ukuran,
warna, aksesori, rasa, dan sebagainya. Misalnya Sunsilk urang-aring (kemasan
hitam) untuk menghitamkan rambut, Sunsilk anti ketombe (kemasan putih),
Sunsilk apel (kemasan hijau) untuk rambut berminyak ujung kering, Sunsilk
ginseng (kemasan coklat) untuk menguatkan rambut, serta Sunsilk telur dan
madu (kemasan kuning) untuk rambut kering.
2. Brand ex tent ions
Dengan merek yang sudah dikenal, perusahaan meluncurkan produk baru
dengan kategori yang berbeda dari produk lama. Misalnya kondisioner
penghitam rambut Sunsilk.
3. Multibrands
Perusahaan memasarkan beberapa merek produk yang berbeda dengan
kategori yang sama untuk melayani pasar sasaran yang berlainan. Misalnya
Unilever membuat produk pasta gigi Pepsodent, dimana pasar sasarannya
15
yaitu dewasa dan anak-anak (untuk keluarga), serta pasta gigi Close Up yang
ditujukan bagi remaja.
4. New brands
Perusahaan menciptakan berbagai merek untuk kategori produk yang
berlainan. Misalnya Unilever menghasilkan pasta gigi Pepsodent dan Close
Up, detergen Rinso dan Surf, sabun Lux dan Lifebuoy, shampo Sunsilk dan
Clear, pewangi pakaian Molto, dan sebagainya.
5. Cobrands
Suatu fenomena yang meningkat adalah penggunaan co-branding (disebut juga
dual branding), dimana dua atau lebih merek yang sudah dikenal
dikombinasikan dalam suatu penawaran. Tiap sponsor merek mengharapkan
agar nama merek yang lain dapat memperkuat preferensi atau pembelian. Co-
branding memiliki beberapa macam bentuk seperti ingredient co-branding,
same-company co-branding, joint venture co-branding, dan multiple sponsor
co-branding.
G. Perentangan Lini (Line Stretching)
Lini produk tiap perusahaan mencakup suatu bagian tertentu dari total
cakupan yang mungkin. Perusahaan dapat merentang lininya kebawah, keatas atau
kedua arah.
1. Perentangan kebawah (Downmarket Stretch)
Banyak perusahaan awalnya berlokasi di ujung atas pasar dan kemudian
merentangkan lininya kebawah. Ada beberapa alasan perusahaan meiakukan
perentangan kebawah:
- Perusahaan menemukan kesempatan pertumbuhan yang kuat seperti retailer
massal ( Wal-Mart, Best Buy ) dan menarik pembeli yang menginginkan
barang bernilai tinggi.
- Perusahaan tersebut diserang oleh kompetitor di posisi atas sehingga
memutuskan untuk membalas dengan menyerang posisi bawah pesaing itu.
- Perusahaan menemukan bahwa pertumbuhan yang lambat atau menurun pada
pasar atas atau menengah.
16
2. Perentangan ke atas (Upmarket Stretch)
Perusahaan-perusahaan di posisi awah pasar mungkin berusaha untuk masuk ke
posisi atas. Mereka mungkin tertarik dengan tingkat perumbuhan yang tinggi,
marjin laba yang besar, atau sekedar kesempatan untuk memposisikan diri
sebagai produsen yang memproduksi lini lengkap.
3. Perentangan dua arah (Two Way Stretch)
Perusahaan yang melayani pasar menengah mungkin memutuskan untuk
merentangkan lininya kedua arah. Texas Instrument (TI) memperkenalkan
kalkulator pertamanya pada harga menengah atau kualitas menengah. Lalu ia
menambah kalkulator untuk posisi bawah, merebut pangsa pasar dari Bowmar
dan lalu memperkenalkan kalkulator kualitas tinggi yang dijual dengan harga
lebih rendah daripada kalkulator Newlett Packard yang sebelumnya
mendominasi posisi atas. Perentangan dua arah ini menyebabkan TI berhasil
meraih kepemimpinannya (Market Leadership) dalam pasar kalkulator.
2.1.1.2. Price
Harga memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi
keputusan konsumen dalam membeli produk, sehingga sangat menentukan
keberhasilan pemasaran suatu produk. Berikut akan disajikan pengertian tentang
harga:
A. Pengertian Harga menurut Kotler dan Armstrong (1997:340)
Harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa,
jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau
menggunakan produk atau jasa.
Beberapa pendekatan harga menurut Kotler dan Armstrong
(1997:352) adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan berdasarkan pada biaya
- Penetapan Harga Cost Plus
Yaitu dengan menambahkan angka standard pada biaya produk.
- Penetapan Harga dengan Analisis Titik Impas dan Laba Sasaran
17
Yaitu penetapan harga yang impas dengan biaya membuat dan memasarkan
produk atau penetapan harga untuk menghasilkan laba sasaran.
2 . Pendekatan berdasarkan pada pembeli
- Penetapan Harga berdasarkan pada persepsi nilai
Yaitu menetapkan harga berdasarkan pada persepsi pembeli mengenai nilai
dan bukannya pada biaya penjual.
3 . Pendekatan berdasarkan pada persaingan
- Penetapan Harga Menurut Keadaan
Yaitu penetapan harga terutama dengan mengikuti harga pesaing bukan
berdasarkan pada biaya perusahaan atau permintaan.
- Penetapan Harga Penawaran Tertutup
Yaitu penetapan harga berdasarkan pada pendapat mereka mengenai
bagaimana pesaing menetapkan harga ketimbang pada biaya atau
permintaannya sendiri.
Pengertian Harga menurut Stern, Ansary, Brown (1990:198)
Harga adalah cerminan tingkat kerjasama antara para anggota saluran
marketing, sehingga esensi dari harga dikatakan merupakan gambaran dari
berbagai fungsi pemasaran yang dilakukan oleh anggota saluran marketing.
Pengertian Harga menurut Kent B, Monroe (1990:5)
Harga adalah suatu rasio formal yang menunjukkan jumlah uang, barang
atau jasa yang diperlukan untuk memperoleh sejumlah tertentu barang atau jasa.
B. Penetapan Harga
Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kali ketika
perusahaan mengembangkan atau memperoleh suatu produk baru, ketika
perusahaan memperkenalkan produk regulernya ke saluran distribusi atau daerah
baru, dan ketika perusahaan akan mengikuti lelang atas suatu kontrak kerja baru.
18
Prosedur enam langkah untuk menetapkan harga :
1. Memilih tujuan penetapan harga
2. Menentukan permintaan
3. Memperkirakan biaya
4. Menganalisis biaya, harga dan penawaran pesaing
5. Memilih metode penetapan harga
6. Memilih harga akhir
C. Memilih Tujuan Penetapan Harga
Perusahaan dapat mengejar salah satu dari enam tujuan utama melalui
penetapan harganya :
1. Kelangsungan Hidup
2. Laba Sekarang Maksimum
3. Pendapatan Sekarang Maksimum
4. Pertumbuhan Penjualan Maksimum
5. Skimming Pasar Maksimum
6. Kepemimpinan Kualitas Produk
7. Tujuan Penetapan Harga Lainnya
D. Menentukan Permintaan
Tiap harga yang dikenakan perusahaan akan menghasilkan tingkat
permintaan yang berbeda - beda dan karena itu akan memberikan pengaruh yang
berbeda pula pada tujuan pemasarannya. Hubungan antara berbagai alternatif
harga mungkin dikenakan dalam periode waktu sekarang dan akibat permintaanya
ditunjukkan dalam kurva permintaaa Dalam keadaan normal, permintaan dan
harga berhubungan terbalik, yaitu semakin tinggi harga semakin rendah
permintaan, dan semakin rendah harga, semakin tinggi permintaan.
E. Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Kepekaan Harga (Customer Price
Sensitivity)
Kurva permintaan menunjukkan tingkat pembelian pasar pada berbagai.
Kurva tersebut menjumlahkan reaksi banyak individu yang memiliki kepekaan
19
pasar yang beragam. Langkah pertarna dalam memperkirakan permintaan karena
itu adalah memahami faktor - faktor yang mempengaruhi kepekaan harga
pembeli. Nagle telah mengidentifikasi sembilan faktor :
1. Pengaruh nilai - unik : Pembeli kurang peka terhadap harga jika
produk tersebut lebih langka.
2. Pengaruh kesadaran atas produk pengganti : Pembeli semakin kurang peka
terhadap harga jika mereka tidak menyadari adanya produk pengganti.
3. Pengaruh perbandingan yang sulit : Pembeli semakin kurang peka terhadap
harga jika mereka tidak dapat dengan mudah membandingkan kualitas barang
pengganti.
4. Pengaruh pengeluaran total : Pembeli semakin kurang peka terhadap harga
jika pengeluaran tersebut semakin rendah dibandingkan total pendapatannya.
5. Pengaruh manfaat akhir : Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika
pengeluaran tersebut semakin kecil dibandingkan biaya total produk
akhirnya.
6. Pengaruh biaya yang dibagi : Pembeli semakin kurang peka terhadap harga
jika sebagian biaya ditanggung pihak lain.
7. Pengaruh investasi tertanam : Pembeli semakin kurang peka terhadap harga
jika produk tersebut semakin digunakan bersama dengan aktiva yang telah
dibelinya sebelumnya.
8. Pengaruh kualitas harga : Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika
produk tersebut dianggap memiliki kualitas, gengsi atau eksklusivitas lebih.
9. Pengaruh persediaan : Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika
mereka tidak dapat menyimpan produk tersebut.
F. Elastisitas Harga Dari Permintaan
Pemasar perlu mengetahui seberapa responsif, atau elastis, permintaan
terhadap perubahan harga. Apa yang menentukan elastisitas harga dari
permintaan? Permintaan akan kurang elastis dalam kondisi - kondisi berikut:
1. Terdapat hanya sedikit atau bahkan tidak ada barang pengganti atau pesaing.
2. Pembeli tidak segera menyadari harga yang lebih tinggi tersebut.
20
3. Pembeli lambat dalam mengubah kebiasaan membelinya dan mencari harga
yang lebih rendah.
4. Pembeli berpikir bahwa harga yang lebih tinggi itu pantas karena perbaikan
kualitas, inflasi normal, dan lainnya.
Tabel 2.2. Sembilan Kualitas Harga
Sumber: Philip Kotler (2003: 472)
- Strategy no 1,5,9 bisa berada bersama-sama sejauh pasar konsumen
terdiri dari tiga segmen yaitu yang mengutamakan kualitas produk, yang
bersedia dan mampu membayar harga mahal, segmen yang
mengutamakan harga murah tanpa menuntut mutu produk yang tinggi
dan segmen pasar yang berada diantara kedua segmen tersebut.
- Strategy no 2,3,6 merupakan strategy untuk menyerang strategy diagonal
(1,5,9). Strategy no 2 (High-value strategy) menyatakan bahwa produk-
produknya memiliki kualitas tinggi namun dibebani harga yang lebih
murah, seperti yang dilakukan shampo Sunsilk yang mempunyai
kualitas yang hampir sama tetapi dengan harga yang lebih murah
dibandingkan shampo lainnya. Super value strategy menyatakan bahwa
produk-poduknya sangat berkualitas dan konsumen bisa
mendapatkannya dengan harga lebih hemat.
- Strategy no 4,7,8 dipandang sebagai strategy yang membahayakan posisi
produk atau merek pemasaran, jadi harus dihindari karena kualitas
21
produk tidak mendukung harga yang ditetapkan sehingga untuk jangka
panjang dijauhi konsumen.
2.1.1.3. Promotion
Pegertian promosi menurut Soehadi Sigit (1992:53)
Promosi adalah Setiap bentuk komunikasi yang digunakan oleh perusahaan
(pemasar) untuk memberitahu (informasi), membujuk, atau mengingatkan orang
mengenai produk, jasa, bayangan (image), gagasan (idea), atau keterlibatan
perusahaan dan masyarakat dengan maksud agar orang dapat menerimanya dan
melakukan perbuatan sebagaimana dikehendaki oleh Perusahaan (Pemasaran).
A. Marketing Communications Mix terdiri dari lima model komunikasi:
1. Advertising/ iklan
Merupakan salah satu bentuk presentasi non personal dan promosi dari ide-ide,
barang-barang atau jasa dengan sponsor tertentu.
Contoh: symbol dan logo, billboard, video tapes, iklan dan sebagainya.
2. Sales Promotion
Merupakan salah satu insentif jangka pendek untuk mendorong percobaan
membeli suatu barang atau jasa.
• Contoh: sampling, kontes, permainan, hadiah, kupon,demonstrasi dan
sebagainya.
3. Public Relation and Publicity
Merupakan salah satu program yang didesain untuk mempromosikan atau
melindungi image perusahaan atau produk individunya.
Contoh: seminar, sponsorship, lobbying, dan sebagainya.
4. Personal Selling
Merupakan interaksi tatap muka dengan salah satu atau lebih pembeli potensial
untuk mempresentasikan, menjawab pertanyaan, dan mendorong pesanan.
Contoh: presentasi penjualan, pertunjukan dagang, program insentif dan
sebagainya.
22
5. Direct and Interactive Marketing
Merupakan penggunaan telephone, pos, e-mail, fax, surat, atau internet untuk
mengkomunikasikan langsung dengan atau dari pelanggan khusus dan prospek.
Contoh: katalog, telemarketing, TV shopping dan sebagainya.
Dalam rangka memilih alat-alat promosi, pemasar perlu mempertimbangkan
keunggulan dan kelemahannya.
1. Advertising/ iklan
Keunggulannya:
- Menjangkau banyak orang di banyak tempat yang tersebar di wilayah yang
berbeda-beda.
- Pesan diulang-ulang sehingga mudah diingat dibenak konsumen.
- Iklan dengan skala besar ikut menciptakan citra positif atas produk yang
dipromosikan.
- Iklan memungkinkan perusahaan mendramatisir produknya lewat seni
visualisasi, suara, wama, dsb.
- Iklan berpotensi memicu cepatnya penjualan.
Kekurangannya:
- Iklan tidak mampu mengundang reaksi pasar secara langsung karena
merupakan komunikasi satu arah.
2. Personnal Selling
Keunggulannya:
- Memungkinkan terciptanya relationship pemasar dengan pelanggan.
- Mampu mempertahankan hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
- Pelanggan merasa kebutuhan dan keinginannya didengar pemasar.
Kekurangannya:
- Bagi pemasar/ perusahaan yang menggunakan sistem personnal selling dan
tidak membutuhkannya lagi sulit memecat tenaga penjualnya.
23
3. Sales Promotion
Keunggulannya:
- Kemampuannya mendorong pembelian oleh konsumen dalam jangka
pendek.
Kekurangannya:
- Setelah sales promotion dihentikan, kesetiaan konsumen berkurang.
4. Public Relation and Publicity
Keunggulannya:
- Lebih dipercaya masyarakat daripada iklan.
- Publikasi public relation dipandang sebagai berita.
Publikasi bisa dipakai sebagai sarana mendramatisir produk/
perusahaan tertentu.
Kekurangannya:
- Tidak selalu cocok untuk menawarkan bermacam-macam produk.
- Hanya sebagai pelengkap alat promosi yang lain.
5. Direct and Interactive Marketing
Memiliki berbagai karakter khusus:
a. Tidak dipublikasikan : Pembuatan pesan diarahkan pada seseorang/
sebuah organisasi.
b. Bersifat segera dan customized : Pesan yang dibuat dipersiapkan dengan
cepat dan sesuai keinginan pelanggan.
c. Bersifat interaktif: Memungkinkan dialog diantara pemasar dan pelanggan.
Keunggulannya:
- Biaya total lebih ekonomis karena tidak memerlukan biaya toko, bangunan,
gedung dan karyawan.
- Wilayah yang dijangkau relatif lebih luas.
- Lebih mudah berbelanja bagi konsumen karena terbebas dari hiruk pikuk
konsumen lain, kemacetan lalu lintas serta resiko kriminalitas.
24
Kekurangannya:
- Produk yang dibeli tidak bisa diuji dahulu sebelumnya.
- Kadang-kadang salah dalam memprediksikan biaya-biaya dan promosi.
- Kadang-kadang terlambat dalam pengiriman barang.
B. Iklan
Dalam membuat program periklanan, manajer pemasaran harus selalu
mulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian
membuat lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan, yang
disebut 5 M, yaitu:
- Mission (misi): Apakah tujuan periklanan ?
- Money (uang): Berapa banyak yang dapat dibelanjakan ?
- Message (pesan): Pesan apa yang harus disampaikan ?
- Media (media): Media apa yang akan dipakai ?
- Measurement (pengukuran): Bagaimana mengevaluasi hasilnya ?
Gambar 2.3. Lima Model Keputusan Pembuatan Iklan
Sumber: Philip Kotler (2003: 591)
2>
Tujuan Periklanan:
1. Periklanan informatif (informative advertising)
Dilakukan besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk, tujuannya untuk
membentuk permintaan pertama/ menciptakan kesadaran dan pengetahuan
produk baru atau manfaat baru pada produk yang telah ada. Ketika Subaru
pertama kali memperkenalkan mobilnya di Amerika Serikat, periklannanya
mengulang nama "Subaru".
2. Periklanan persuasif (persuasive advertising)
Dilakukan pada tahap kompetitif, tujuannya membentuk permintaan selektif,
preferensi dan keyakinan atas suatu produk atau jasa tertentu. Misalnya Chivas
Regal membujuk konsumen dengan menyatakan bahwa ia memberikan status
lebih tinggi daripada merek wiski Statch lain. Beberapa periklanan persuasive
telah beralih ke jenis periklanan perbandingan (comperative advertising) yang
bersaha membentuk keunggulan suatu merk melalui perbandingan atribut
spesifik dengan satu atau beberapa merek lain di kelas produk yang sama.
Dalam periklanan perbandingan perusahaan harus yakin membuktikan
pernyataan keunggulannya dan ia tidak dapat dibalas dibidang yang merupakan
keunggulan merek. Contohnya iklan Sunsilk yang menyatakan slogannya
" Tiada kemilau seindah Sunsilk".
3. Iklan pengingat (reminder advertising)
Menstimulasikan pembelian ulang dari produk atau jasa. Contohnya iklan
shampo Sunsilk (Sunsilk merupakan produk yang termasuk sudah mapan atau
terkenal) yang selalu berusaha mengingatkan orang akan produk Sunsilk dan
agar mau terus membelinya.
4. Iklan penguat (reinforcement advertising)
Berusaha meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan
yang benar. Iklan mobil sering menggambarkan pelanggan yang puas yang
menikmati berbagai keistimewaan khusus mobil baru mereka.
26
C. Promotion Mix Strategy:
1. Push Strategy
Strategi promosi yang diarahkan pada para penyalur untuk meningkatkan
persediaanya atau inventory-nya agar mereka mengintensifkan kepada para
konsumen. Contoh : pemberiau hadiah maupun diskon khusus jika membeli
dalam jumlah tertentu.
2. Pull Strategy
Strategi promosi yang diarahkan langsung kepada konsumen untuk
menciptakan permintaan yang pada akhirnya mendorong penyalur atau
perantara atau pengecer untuk menambah pesanannya kepada produsen.
Contoh : promosi dan iklan Sunsilk di televisi, radio, majalah, tabloid,
reklame shampo Sunsilk di jalan-jalan sehingga mudah dilihat dan menarik
perhatian konsumen.
D. Menentukan tujuan komunikasi
Pemasaran dapat mencari tanggapan kognitif, afektif ataupun tingkah
lakunya. Oleh karena itu, pemasar ingin menanamkan sesuatu di benak konsumen,
mengubah sikap atau membuat konsumen bertindak. Ada beberapa model yang
digunakan diantaranya adalah:
The hierachy of effects model
- Awareness : Jika kebanyakan target audience belum menyadari suatu obyek,
tugas komunikator adalah membangun kesadaran, mungkin hanya pengakuan
nama, dengan pesan sederhana mengulang - ulang nama produk.
- Knowledge. Target audience dapat mempunyai kesadaran produk tapi tidak
mengetahui banyak. Pottsville mungkin ingin target audience tahu bahwa ada
Perguruan Tinggi empat tahun dengan program bahasa Inggris yang menarik,
bahasa - bahasa asing dan sejarah. Dibutuhkan untuk belajar bagaimana orang
banyak pada target audience mempunyai sedikit atau beberapa pengetahuan
tentang Postville.
27
- Liking. Jika target audience menemukan ketidaknyamanan di Perguruan Tinggi
Postville, komunikator menemukan penyebabnya. Jika pandangan
ketidaknyamanan itu didasarkan kualitas perbaikannya. Public relations yang
baik dinamakan " Good deeds followed by good words " (perbuatan yang baik
diikuti oleh perkataan yang baik ).
- Prefrence. Target audience mungkin dapat menyukai produk tapi tidak memilih
lainnya. Dalam kasus ini, komunikator bisa mencoba membangun prefrence
konsumen dengan promosi kualitas, nilai, kinerja maupun bentuk lainnya.
Komunikator dapat mengecek kesuksesan kampanye melalui pengukuran
preference setelah kampanye.
- Conviction. Target audience dapat memilih produk sejenis namun tidak yakin
untuk membelinya. Tugas komunikator untuk membangun keyakinan diantara
pelajar bahwa Perguruan Tinggi Postville merupakan pilihan terbaiknya.
- Purchase. Pada akhirnya, beberapa dari target audience memiliki keyakinan
tetapi bisa jadi sedikit di sekitarnya yang melakukan tindakan pembelian.
Mereka dapat menunggu untuk informasi lebih lanjut atau berencana untuk
bertindak selajutnya. Komunikator harus memimpin konsumen untuk
mengambil langkah akhir, mungkin dengan menawarkan produk pada harga
murah, menawarkan premium atau membiarkan konsumen mencobanya.
Postville mungkin dapat mengundang pelajar SMA untuk mengunjungi kampus
dan menghadiri beberapa kelas, atau mungkin menawarkan beasiswa tertentu
untuk pelajar yang berhak menerimanya.
E. Pembentukan Pesan
Setelah menentukan tanggapan yang diharapkan, komunikator bergerak
untuk mengembangkan pesan efektif. Idealnya, pesan harus menarik perhatian
{attention), mengandung ketertarikan {intrest), menimbulkan keinginan (desire)
dan mendatangkan tindakan {action). Lihat gambar di bawah pada prakteknya,
28
sedikit pesan yang dapat membawa konsumen dari kesadaran ke pembelian, tetapi
kerangka AIDA menyarankan kualitas yang diinginkan dari komunikasi.
Gambar 2.4. AIDA Model
Sumber: Philip Kotler (2003:568)
Menformulasikan pesan akan membutuhkan empat pemecahan masalah:
apa yang dikatakannya (isi pesan), bagaimana mengatakan secara logis (struktur
pesan), bagaimana mengatakan secara simbolis (format pesan) dan siapa
mengatakannya (sumber pesan).
Isi Pesan (message content)
Ada tiga tipe dalam message content, yaitu:
1 .Daya tarik rasional (rational appeals)
Mengunakan daya tarik produk yang menyatakan kalau suatu produk akan
menghasilkan keuntungan-keuntungan tertentu. Contohnya pesan-pesan yang
mendemonstrasikan kualitas, ekonomis, nilai, atau penampilan. Ketika
konsumen membeli barang-barang yang bernilai tinggi cenderung
mengumpulkan informasi dan perkiraan keuntungan.
29
2. Daya tarik emosional (emotional appeals)
Daya tarik emosional mencoba menimbulkan perasaan-perasaan positif atau
negatif yang akan memotivasi pembelian. Pemasar mencari emotional selling
propositon (ESP) yang tepat.
3. Daya tarik moral (moral appeals)
Ditujukan kepada konsumen mengenai apa yang baik dan sesuai. Daya tarik
moral sering digunakan orang untuk mendukung perkara-perkara sosial.
Kepercayaan terhadap merek (brand beliefs), evaluasi terhadap merek (brand
evaluations), dan niat untuk membeli (intention to buy) dapat menjelaskan tiga
komponen sikap seperti gambar berikut ini:
Gambar 2.5. Tiga Komponen Sikap
Sumber: Henry Assael (1992:196)
30
Pada Cognitive component yang meliputi kepercayaan terhadap merek
(brand beliefs) merupakan komponen kesadaran/ pikiran dalam menentukan
sikap, disini timbul persepsi konsumen akan suatu merek dan produk tertentu.
Evaluasi terhadap merek (brand evaluation) merupakan komponen afektif
(perasaan) yang aidalamnya termasuk pembelajaran dan kepercayaan akan suatu
merek dan produk tertentu. Niat untuk membeli (intention to buy) adalah
komponen konatif (tindakan) yang menyebabkan motivasi membeli produk
tersebut. Hubungan antara tiga komponen tersebut: kepercayaan terhadap merek
mempengaruhi evaluasi merek, yang mempengaruhi niat untuk membeli.
Sebagaimana komponen-komponen tersebut memainkan peran penting dalam
strategi pemasaran, akan sangat bermanfaat untuk pengertian yang lebih dalam
pada masing-masing komponen.
Kepercayaan (beliefs)
Kepercayaan konsumen terhadap suatu merek adalah anggapan konsumen
terhadap karakteristik suatu produk. Melalui penelitian pemasar mengembangkan
daftar atribut produk dan keuntungannya.
Keseluruhan Evaluasi Merek (overall brand evaluation)
Dimensi afektif mewakili keseluruhan evaluasi konsumen terhadap merek.
Kepercayaan terhadap suatu merek bermacam- macam dimensi, karena atribut
merek yang dirasakan konsumen.
Kecenderungan untuk bertindak (tendency to act)
Kecenderungan konsumen untuk bertindak terhadap suatu obyek dan
biasanya diukur sebagai niat untuk membeli.
F. The Influence of Other Marketing Mix Elements
Farris dan Reibstein menunjukkan hubungan antara harga , kualitas produk dan
promosi khususnya iklan. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa :
1. Merk dengan kualitas produk rata-rata yang ditopang oleh iklan yang gencar
maupun dijual dengan harga tinggi.
31
2. Merk dengan kualitas produk yang baik (berkualitas) dan ditopang dengan iklan
yang gencar mampu dijual dengan harga yang sangat tinggi.
3. Hubungan positif diantara harga yang tinggi dan iklan yang gencar mampu
memperpanjang siklus hidup produk.
2.1.1.4. Placement
adalah kegiatan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikan dari
produsen ke konsumen melalui para perantara.
2.1.2. FAKTOR PSIKOLOGIS
Menurut Kotler (2003:195), pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh
empat faktor psikologi utama, yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran,serta
kepercayaan.
2.1.2.1. Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa
kebutuhan bersifat biogenis, muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus,
tidak nyaman. Kebutuhan lain bersifat psikogenis, mereka muncul dari tekanan
psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki.
Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia di dorong hingga mencapai tingkat
intensitas yang memadai. "A motive is a need that is sufficiently pressing to drive
the person to act", dimana artinya motif adalah kebutuhan yang cukup
mendorong seseorang untuk bertindak. Dengan memuaskan kebutuhan tersebut
ketegangan akan berkurang.
A. Rational Versus Emosional Motives
Beberapa ahli tingkah laku konsumen membedakan antara yang dinamakan
motif rasional dan motif emosional. Mereka memakai istilah rationality pada
pandangan ekonomi tradisional, yang mempunyai asumsi bahwa konsumen
bertindak rasional ketika mereka mempertimbangkan secara hati - hati semua
alternatif - alternatif dan pilihan - pilihan yang memberikan kegunaan terbesar.
Pada konteks pemasaran, rasionality menerapkan bahwa konsumen memilih
tujuan - tujuan berdasarkan kriteria objektif total, seperti ukuran, berat, harga atau
32
miles per gallon. Motif emosional mengimplementasi pilihan dari berbagai tujuan
sesuai dengan kriteria subjektif atau individu (Sebagai contoh status, kebanggaan,
kasih sayang, dsb). Bagaimanapun juga, sangat masuk akal jika konsumen selalu
berusaha memilih altematif - altematif yang menurut pandangan mereka,
memberikan kepuasan maksimal. Sementara itu, penelitian kepuasaan merupakan
proses yang sangat pribadi, berdasarkan struktur kebutuhan masing - masing
individu, seperti pola tingkah laku sebelumnya dan pengalaman sosial.
Psikolog telah mengembangkan teori-teori motivasi manusia. Tiga yang
paling terkenal-teori Sigmund Freud, Abraham Maslow, dan Frederick Herzberg-
membawa implikasi yang berbeda atas analisa konsumen dan strategi pemasaran.
1 .Teori Motivasi Freud.
Freud mengasumsikan bahwa kekuatan psikologis riil yang membentuk perilaku
manusia sebagian besar tidak disadari. Karena itu seseorang tidak dapat
memahami motivasi dirinya secara menyeluruh.
2.Teori Motivasi Maslow
Menurut Maslow kebutuhan manusia tersusun dalam hierarkhi dari yang paling
mendesak sampai yang paling kurang mendesak.Urutan berdasarkan tingkat
kepentingannya sebagai berikut:
Gambar 2.6. Teori Motivasi Maslow
Sumber: Philip Kotler (2003: 196)
33
1. Kebutuhan fisik (rasa lapar atau haus)
2. Kebutuhan keamanan (keamanan,perlindungan)
3. Kebutuhan sosial (rasa memiliki, kasih sayang)
4. Kebutuhan akan penghargaan (penghargaan diri, pengakuan status)
5. Kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan diri, realisasi).
Teori Maslow membantu pemasar memahami bagaimana bermacam-macam
produk dapat sesuai dengan rencana, sasaran, dan kehidupan calon konsumen.
3. Teori Motivasi Herzberg
Frederick Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor yang
membedakan dissatisfier (faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan) dan
satisfier (faktor yang menyebabkan kepuasan).Teori Motivasi Herzberg
memiliki dua implikasi. Pertama, penjual harus berusaha sebaik-baiknya
menghindari dissatisfier. Kedua, pabrikan harus mengidentifikasi satisfier
utama atau motivator pembelian dalam pasar dan kemudian menyediakannya.
2.1.2.2. Persepsi
Definisi persepsi menurut Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk
(1997:14):
Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memilih atau menyeleksi,
mengorganisasi dan menginterprestasikan rangsangan-rangsangan yang diterima
menjadi suatu gambaran keadaan dunianya yang utuh dan penuh arti atau dengan
kata lain cara orang memandang dan mengartikan sesuatu.
Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap rangsangan yang sama,
karena melalui tiga proses persepsi, yaitu:
1. Selective attention dimana para pemasar harus bekerja tekun untuk menarik
konsumen karena semua tidaklah bisa menyaring semua rangsangan setiap
hari karena begitu banyaknya iklan. Rangsangan yang diterima akan
melewati suatu proses penyaringan, dimana setiap orang tentu akan lebih
memperhatikan rangsangan yang berhubungan dengan kebutuhannya.
34
2 . Selective distortion yang menggambarkan kecenderungan orang untuk merakit
informasi ke dalam pengertian pribadi. Ini menunjukan bahwa rangsangan
menarik tidak selalu datang dari arah yang diinginkan.
3. Selective retention dimana orang akan melupakan apa yang rnereka pelajari
tetapi akan mengingat apa yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka.
2.1.2.3. Pembelajaran
Menurut Kotler ( 2003:197), pembelajaran meliputi perubahan dalam
perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia
adalah hasil belajar. Ahli teori pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja
dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan, dan penguatan. Dorongan (drives)
adalah rangsangan internal yang kuat yang memotivasi tindakan. Dorongannya
akan menjadi motif jika diarahkan menuju rangsangan ( stimulus) pengurang
dorongan tertentu. Petunjuk ( cues ) adalah rangsangan minor yang menentukan
kapan, di mana, dan bagaimana tanggapan seseorang.Jika seseorang memiliki
pengalaman yang menyenangkan, tanggapannya terhadap suatu produk akan
diperkuat secara positif.
Teori pembelajaran mengajarkan pemasar bahwa mereka dapat membangun
permintaan atas sebuah produk dengan mengaitkannya dengan dorongan yang
kuat, menggunakan petunjuk yang memberikan motivasi, dan memberikan
penguatan positif.
Ditinjau dari perpektif pemasaran, pembelajaran konsumen (consumer learning)
merupakan suatu proses di mana individu - individu mendapatkan pengetahuan
dan penjualan serta pengalaman yang dipakai untuk tindakan selanjutnya di masa
mendatang. Jadi pembelajaran merupakan suatu proses, yang terus menerus
berpengaruh dan berubah sebagai akibat dari pengetahuan baru yang diperoleh
(yang mungkin dapat berasal dari membaca, diskusi, observasi ataupun
pemikiran) ataupun dari pengalaman aktualnya. Belajar dihasilkan dari
pengetahuan yang diperoleh atau pengalaman aktualnya.
35
Kebanyakan belajar merupakan suatu maksud (intentional) di mana diperoleh dari
informasi yang dicari secara hati - hati. Sebagian besar belajar juga merupakan
suatu kebetulan (incedental), diperoleh melalui suatu kejadian yang tidak atau
tanpa usaha yang banyak.
Elemen - elemen pada teori pembelajaran meliputi:
1. Motivasi (motivation) :
Motivasi merupakan dasar kebutuhan dan keinginan. Motivasi memicu
tindakan untuk belajar, dimana seseorang mulai mencari informasi tentang
harga, kualitas dan karakteristik produk atau jasa. Jadi tugas pemasar
mempelajari motivasi segmen pasar sasaran, tentang bagaimana dan mengapa
produk - produknya dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan.
2. Petunjuk (cues) :
Petunjuk (cues) merupakan dorongan yang memberi arah motif. Petunjuk
langsung memberi dorongan pada konsumen ketika konsisten dengan harapan
mereka. Pemasar hams hati -hati memberikan petunjuk yang berbeda dengan
harapan. Contohnya, konsumen mengharapkan desainer menjual busana yang
mahal dan dijual di toko yang besar. Dengan demikian, desainer harus menjual
busananya hanya di toko - toko yang ekslusif dan mengiklankan hanya di
majalah fashion yang berkualitas.
3. Tanggapan (Response)
Bagaimana individu bertindak terhadap suatu dorongan atau petunjuk,
bagaimana mereka bertingkah laku membentuk response I tanggapannya.
Pembelajaran dapat terjadi bahkan ketika tanggapannya tidak secara jelas
terlihat.
4. Penguatan (Reinforment)
Penguatan meningkatkan kemungkinan tanggapan tertentu yang akan terjadi
dimasa depan dengan sebagai akibat petunjuk atau dorongan tertentu.
36
A. Teori Pembelajaran
Dua teori pembelajaran yang berkaitan dengan pemasaran meliputi:
1. Pengkondisian Klasik ( Classical Conditioning)
Teori conditioning classical pada mulanya memandang semua organisme
(baik hewan maupun manusia) sebagai suatu keadaan yang relatif pasif yang
dapat membentuk suatu tingkah laku melalui pengulangan (receptition) atau
pengkondisian (conditioning). Dalam perbincangan sehari - hari, kata
pembelajaran berati suatu jenis tanggapan otomatis terhadap situasi tertentu
yang dibangun melalui pengetahuan yang berulang - ulang. Misalnya , jika
anda menderita sakit kepala setiap kali berpikir tentang mengunjungi bibi
Gentrude, reaksinya dapat berasal dari bertahun - tahun membosankan
sewaktu mengujunginya.
Ivan Pavlov, psikologi Rusia, pertama kali menjabarkan pengkondisian
(conditioning) dan merumuskan model umum bagaimana terjadinya
pembelajaran. Berdasarkan teori Pavlov, kondisi pembelajaran dihasilkan
ketika sebuah stimulus bersamaan dengan stimulus lainnya yang
mengeluarkan tanggapan yang diketahui untuk menghasilkan tanggapan yang
sama ketika digunakan sendiri. Dalam bentuk eksprimen, jika unconditioned
stimulus (US) akan menghasilkan unconditioned response (UR) kemudian
conditioned stimulus (CS), setelah diulang bersamaan dengan uncondiotioned
stimulus, akan menghasilkan tanggapan yang sama yang disebut conditioned
response (CR). Contohnya lihat gambar di bawah ini suatu percobaan terhadap
anjing.
37
Gambar 2.7. Pengkondisian Klasik
Sumber: Leon G.Schiffman & Leslie Lazar Kanuk (1997:197)
Dalam teori Neo Pavlov, konsumen dipandang sebagai pencari informasi
(information seeker) yang memakai logika dan persepsi diantara kejadian -
kejadian, dengan persepsi awalnya, menjadi bentuk yang mewakili dunianya.
Pengkondisian merupakan pembelajaran yang dihasilkan dari hubungan
kejadian - kejadian dengan lingkungan - lingkungan, seperti pengungkapan
yang membentuk harapan sebagai suatu struktur lingkungan. Studi
menemukan bahwa pengkondisian merangsang perhatian terhadap mereka
yang diiklankan pada promosi selajutnya. Tiga konsep dasar yang berasal dari
Classical Conditioning adalah:
- Repetition I pengulangan
- Stimulus generalization
- Stimulus discrimination
38
2. Pengkondisian Instrumental (Intrumental Conditioning)
Nama yang paling dekat diasosiakan dengan instrumental (operant)
conditioning adalah seorang psikologi Amerika B. F. Skinner. Menurut
Skinner, kebanyakan pembelajaran individu terjadi dalam lingkungan
terkendali dimana individu "dihargai" untuk memilih perilaku yang sesuai.
Dalam bentuk perilaku konsumen, intrumental conditioning menyarankan
bahwa konsumen belajar dari proses percobaan dan kesalahan (trial and error)
dimana perilaku pembelian dihasilkan dari outcome (rewards I penghargaan)
yang lebih menguntungkan, daripada perilaku pembelian yang lain. Model
instrumental conditioning:
Pengulangan Tingkah Laku
Gambar 2.8. Pengkondisian Instrumental
Sumber: Leon G.Schiffman & Leslie Lazar Kanuk (1997:205)
39
- Positive and Negative Reinforcement.
Skinner membedakan dua tipe penguatan (atau penghargaan) yang
mempengaruhi tanggapan yang berulang - ulang. Penguatan positif, terdiri dari
kejadian - kejadian yang kemungkinan menguatkan tanggapan tertentu.
Pemakaian shampo yang membuat rambut menjadi lebih halus dan bersih
menghasilkan pembelian ulang shampo tersebut. Penguatan negatif merupakan
ketidaksukaan atau dampak negatif yang juga mempngaruhi tingkah laku
tertentu. Penguatan negatif jangan dipusingkan dengan hukuman, dimana
dirancang untuk menghalangi tingkah laku tertentu. Contohnya tiket parkir
bukan penguatan negatif, melainkan suatu bentuk hukuman yang dirancang
untuk menghalangi pengemudi parkir di sembarang tempat.
- Massed or Distributed Learning.
Salah satu pengaruh penting dalam pembelajaran konsumen adalah waktu.
Apakah jadwal pembelajaran tersebar di sepanjang periode waktu (Distributed
learning) atau haruskah digabung semuanya sekali waktu (massed learning).
Pertanyaan ini penting untuk rencana iklan seperti jadwal media karena massed
advertising menghasilkan pembelajaran yang lebih awal, sedangkan distributed
schedule biasanya menghasilkan pembelajaran yang lebih lanjut.
3. Cognitive Learning Theory
Pembelajaran berdasarkan aktivitas mental disebut Cognitive Learning.
Teori cognitive learning beranggapan bahwa kebanyakan karakteristik
pembelajaran mahluk hidup adalah pemecahan masalah yang mempermudah
individu mengendalikan lingkungannya. Teori Cognitive mempertimbangkan
bagaimana suatu informasi diproses dalam pikiran manusia, bagaimana hal itu
disimpan, diingat dan diperbaiki.
40
Gambar 2.9. Proses Informasi dan Penyimpanan Memori
Sumber. Leon G.Schiffman & Leslie Lazar Kanuk (1997:209)
Model struktur dan operasi memori terdiri dari keberadaan 3 unit penyimpanan
yang terpisah ; sensory store, short term store {working memory I memori yang
bekerja) dan long term store. Proses memori itu sendiri meliputi ulangan,
encoding, penyimpanan dan perbaikan.
4. Involment Theory
Involment theory merumuskan orang - orang terlibat proses informasi
terbatas di situasi dengan kepentingan rendah yang berhubungan dengan mereka,
dan proses informasi extensif di situasi yang berhubungan berkepentingan tinggi.
Hemispheral lateralization theory memberi masukan bahwa TV merupakan
medium keterlibatan rendah yang menghasilkan pembelajaran pasif, dan print,
sebagai medium keterlibatan tinggi, merancang lebih banyak proses informasi
cognitive.
B. Kepuasan Pelanggan
Pembeli akan puas setelah pembelian bergantung pada kinerja penawaran
sehubungan dengan harapan pembeli. Secara umum, kepuasan adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya
terhadap kinerja (hasil) suatu produk dengan harapan-harapannya. Jika kinerja
berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan,
pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.
41
Banyak perusahaan berfokus pada kepuasan tinggi karena para
pelanggan yang hanya merasa puas mudah berubah pikiran bila mendapat
tawaran yang lebih baik. Mereka yang amat puas lebih sukar untuk
mengubah pilihannya. Kepuasan tinggi atau kesenangan mnciptakan
kelekatan emosional terhadap merek, bukan hanya preferensi rasional.
Hasilnya adalah kesetaan pelanggan yang tinggi.
C. Harapan Konsumen
Bagaimana pembeli membentuk harapan mereka ? Harapan mereka
dipengaruhi oleh pengalaman pembelian mereka sebelumnya, nasihat teman dan
kolega, janji dan informasi pemasar dan para pesaingnya. Jika pemasar
meningkatkan harapan terlalu tinggi para pembeli akan kecewa.
2.1.2.4. Kepercayaan
Menurut Kotler (2003:197), "A belief is a descriptive thought that a person
holds about something", artinya kepercayaan adalah pemikiran deskriptif yang
dianut seseorang tentang suatu hal.
Kepercayaan ini mungkin berdasarkan pengetahuan, pendapat, atau
kepercayaan. Hal-hal itu mungkin atau tidak mungkin mengandung faktor
emosional.
Tentu saja, pabrikan sangat tertarik pada kepercayaan yang ada dalam
pikiran orang-orang tentang produk dan jasa mereka. Keyakinan ini membentuk
citra produk dan merek, dan orang akan bertindak berdasarkan citra tersebut. Jika
beberapa kepercayaan salah dan menghambat pembelian, perusahaan manufaktur
akan meluncurkan kampanye untuk mengoreksi kepercayaan-kepercayaan
tersebut.
2.1.3. KEPUTUSAN PEMBELIAN
Perilaku konsumen erat kaitannya dengan proses pengambilan keputusan,
karena perilaku konsumen ini akan menentukan proses pengambilan keputusan
tersebut. Menurut Kotler dan Armstrong (2003:202), ada lima langkah dalam
42
proses pengambilan keputusan pembelian yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1 O.Lima Langkah Dalam Proses Pengambilan Keputusan
(Sumber: Kotler dan Armstrong, 2003:204)
Pada tahap pertama yaitu Pengenalan Kebutuhan, konsumen mulai mengenal
adanya masalah atau kebutuhan konsumen merasa adanya perbedaan antara
keadaan faktor yang mereka miliki dan beberapa keadaan yang mereka inginkan.
Pada tahapan kedua yaitu Pencarian Informasi, pada tahap ini konsumen sudah
terangsang akan mencari informasi lebih banyak. Jika dorongan dari konsumen itu
cukup kuat dan produk yang dapat memuaskan mudah untuk didapatkan maka
konsumen akan berkecenderungan untuk membelinya.
Pada tahap ketiga yaitu Evaluasi alternatif, konsumen pada tahap ini
menggunakan informasi yang telah mereka peroleh untuk menilai merek-merek
alternatif untuk menentukan mana yang akan mereka pilih. Konsumen melihat
atribut dengan kemampuan yang berlainan sehinga dapat memberikan keuntungan
yang dapat memuaskan kebutuhan.
Pada tahap keempat, yaitu Keputusan pembelian, yang mana merupakan tahapan
setelah mengevaluasi segala alternatif yang ada dan mempertimbangkan attitude
faktor dan unexpected faktor yang turut berperan mempengaruhi, kemudian
melakukan pembelian. Konsumen akan memberi peringkat terhadap produk-
produk dan membentuk maksud pembelian. Secara umum, keputusan pembelian
oleh konsumen adalah membeli produk yang paling disukai, namun ada dua faktor
43
yang dapat mempengaruhi pada saat maksud pembelian hendak berubah menjadi
keputusan pembelian, yaitu:
- Pengaruh sikap dari orang lain.
- Pengaruh dari faktor-faktor situasional yang tidak diharapkan.
Jadi keputusan pembelian adalah suatu tahapan dari proses pengambilan
keputusan oleh pembeli yang mana konsumen secara faktor-faktor tertentu
membeli produk.
Pada tahap kelima, yang merupakan tahap akhir dari proses keputusan pembelian,
yaitu tingkah laku pasca pembelian dimana konsumen mengambil tindakan
lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Bila
produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi
harapan, konsumen merasa puas; bila melebihi harapan, konsumen akan merasa
amat puas.
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam
kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli
produk yang paling disukai. Namun dua faktor dapat berada di antara niat
pembelian dan keputusan pembelian.
Faktor pertama adalah pendirian orang lain. Sejauh mana pendirian orang
lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal:
- Intensitas pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai
konsumen
- Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.
Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain
tersebut dengan konsumen, semakin besar konsumen akan menyesuaikan niat
pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku: Preferensi seorang pembeli
untuk suatu merek akan meningkat jika seseorang yang ia sukai juga menyukai
merek yang sama. Pengaruh orang lain menjadi rumit saat beberapa orang yang
dekat dengan pembeli memiliki pendapat yang berlawanan dan pembeli ingin
menyenangkan mereka semua.
44
Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi. Faktor ini dapat
muncul dan mengubah niat pembelian. Jadi, preferensi dan bahkan niat pembelian
bukanlah peramal perilaku pembelian yang benar-benar handal.
2.2.HUBUNGAN ANTAR MASING-MASING KONSEP
Pertimbangan konsumen dalam membeli sebuah produk biasanya berdasarkan
atas kualitas, promosi dan harganya. Dengan demikian , perusahaan selalu
berusaha menampilkan dan menawarkan yang terbaik sehubungan dengan ketiga
hal diatas. Begitu pula dapat dilihat dari sisi konsumen sendiri juga selalu
mengharapkan suatu produk dengan kualitas, promosi, dan harga yang terbaik.
Kualitas, promosi, dan harga dapat menimbulkan motivasi, pesepsi, pembelajaran,
dan kepercayaan yang merupakan empat faktor psikologis konsumen yang ikut
menentukan keputusan pembelian konsumen.
Perusahaan harus mampu menawarkan strategi kualitas, promosi, dan harga yang
benar-benar dibutuhkan dan diinginkan konsumennya sehingga dapat
menimbulkan motivasi dalam diri konsumen yang dapat mendorong keputusan
pembelian. Pada dasarnya seorang konsumen memiliki banyak kebutuhan dan
keinginan pada waktu tertentu dan perusahaan harus dapat melayani dan
memuaskan konsumennya serta memicu motivasi yang dapat merangsang
keputusan pembelian dan mengurangi motivasi yang dapat menghambat
keputusan pembelian.
Perusahaan melaiui kualitas, promosi, dan harga dapat pula menciptakan persepsi
sesuai harapan perusahaan yang tentunya menguntungkan dan menjamin
kesuksesan perusahaan itu sendiri. Posisi suatu produk dipengaruhi oleh persepsi
seorang konsumen akan kualitas, promosi dan harganya. Jadi seorang konsumen
dapat mengambil keputusan pembelian berdasarkan persepsinya tersebut.
Pembelajaran konsumen melaiui kualitas, promosi dan harga harus terus menerus
diupayakan agar menghasilkan keputusan pembelian. Perusahaan cenderung
45
tertarik mempengaruhi kepercayaan konsumen terhadap kualitas, promosi dan
harga produk perusahaan mereka.
Jadi motivasi yang tinggi, persepsi yang bagus, pembelajaran yang baik dan
kepercayaan yang kuat mengenai kualitas promosi dan harga akan menghasilkan
keputusan pembelian.
47
2.4. HIPOTESA
- Terdapat pengaruh yang signifikan pada motivasi, persepsi, pembelajaran,
dan kepercayaaan konsumen di Siwalankerto mengenai kualitas, promosi,
dan harga terhadap keputusan pembelian shampo Sunsilk.