BAB I, II III
-
Upload
julia-salwati-nababan -
Category
Documents
-
view
70 -
download
4
Transcript of BAB I, II III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ulkus diabetikum adalah ulkus yang terjadi pada kaki penderita diabetes dan merupakan
komplikasi kronik yang diakibatkan oleh penyakit diabetes itu sendiri. Diabetes Melitus (DM)
memiliki berbagai macam komplikasi kronik dan yang paling sering dijumpai adalah kaki
diabetik (diabetic foot). Di Amerika Serikat, penderita kaki diabetik mendekati angka 2 juta
pasien dengan diabetes setiap tahunnya. Sekitar 15 % penderita akan mengalami ulkus.
Insiden ulkus diabetikum setiap tahunnya adalah 2% di antara semua pasien dengan
diabetes dan 5 – 7,5% di antara pasien diabetes dengan neuropati perifer. Meningkatnya
prevalensi diabetes di dunia menyebabkan peningkatan kasus amputasi kaki karena komplikasi
diabetes. Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada
penyandang diabetes setiap tahunnya. Ini berarti, setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena
diabetes di seluruh dunia. Perlu penanganan lebih baik untuk pasien penderita ulkus diabetic.
Sebanyak 85% amputasi pada ekstremitas bawah pada pasien diabetes didahului oleh
ulkus pada kaki. Oleh sebab itu, pencegahan dan manajemen yang tepat dari lesi-lesi kaki
merupakan hal yang terpenting. Ulserasi disebabkan oleh interaksi beberapa faktor, tetapi
terutama adalah neuropati.
1
1.2 TUJUAN
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mahasiswa mengetahui konsep umum dari Ulkus Diabetikum
2. Mahasiswa mengetahui patofisiologi dari Ulkus Diabetikum
3. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien Ulkus Diabetikum
1.3 Rumusan Masalah
Sesuai dengan kasus, kami memperoleh penekanan masalah pada cara pembuatan asuhan
keperawatan, sehingga rumusan masalah yang sesuai dengan kasus tersebut yaitu:
1. Bagaimana penjelasan konsep umum dari penyakit Ulkus Diabetikum ?
2. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari kasus tersebut?
3. Apa saja asuhan keperawatan yang dapat dibuat oleh perawat sehubungan dengan kasus
tersebut?
4. Apa saja rencana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat sehubungan
5. dengan kasus tresebut?
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Sistematika Penulisan
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kasus
2.2 Pembahasan Kasus
2.2.1 Step 1
2.2.2 Step 2
2.2.3 Step 3
2.2.4 Step 4
2.2.5 Step 5
2.2.6 Step 6
2.2.7 Step 7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Daftar Pustaka
3
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Kasus
Seorang perempuan 68 tahun dirawat di penyakit dalam dengan keluhan utama luka pada kaki
kanan akibat luka melepuh sajak 1 bulan yang lalu. Pasien merasakan kaki bengkak terba panas,
berdarah (+), nanan (+). Pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit sedang, composmentis,
TD : 120/70 , nadi 90 x/menit , napas 20 x/menit, suhu 37,5 ͦ C , Tinggi badan 153 cm, BB s1
tahun yang llau72 kg dan sekarang 51 kg, mata konjungtiva pucat, pad aekstremitas edema +/-,
baal (+). Pasien baru mengetahui menerima Diabetes Melitu. GDS 423 mg/dl, Hb : 7,8 mg/dl ,
leukosit 12.900, albumin 1,4. Hasil rontgen pedis osteomielitis pada DGT 1 pedis dextra. Pasien
disarankan amputasi DGT 1 pedis dextra, namun keluarga menolak.
2.2 Pembahasan kasus
2.2.1 Step 1
1. Osteomielitis pada DGT 1 pedis dextra (annisa)
2. Rontgen pedis osteomielitis pada DGT 1 pedis dextra (taufik )
Jawaban
1. Peradangan akibat infeksi pada kaki kanan ( yunita )
2. Pemeriksaan diagnostic pada ibu jari dikaki kanan
2.2.2 Step 2
1. Kenapa keluarganya menolak di amputasi? (khotimah)
2. Apa saja Perawatan lain selain amputasi ? ( fauzia)
3. Bagaimana Mekanisme penyakit dalam tubuh ? (oky)
4. Apakah penyakit ini juga diikuti oleh penyakit persarafan? ( inten)
5. Kenapa luka terjadi dikaki? (annisa)
4
6. Bagaimana prinsip perawatan luka pada kasus ini? ( annisa)
7. Apakah berat badan menjadi factor resiko penyakit ini? (seviya)
8. Apakah osteomyelitis itu termasuk komplikasi? (yunita)
9. Kenapa pasien baru dibawa sekarang padahal penyakit sudah 1 bulan yang lalu? (rully)
10. Bagaimana hubungan protein darah menurun dengan penyakit? (taufik)
11. Kenapa leukosit meningkat? (fauzia)
2.2.3 Step 3
1. Karena kurang pengetahuan tentang ada nya kaki palsu dan mungkin karna factor biaya
dan kurang nya informasi (khotimah)
Memikirkan factor resiko yang berhubungan denga usia (yunita)
Lebih baik dilakukan amputasi karena jika tidak dilakukakan jaringan disekitar akan
membusuk dan perawat harus memberikan informasi tentang amputasi (fauzia)
2. LO
3. Berdarah dan bernanah akibat dari nekrosis jaringan oleh bakteri (yunita)
Karena adanya kerusakan jaringan sehingga sel darah putih memfagosit bakteri. Efek
inflamasi menyebabkan bengkak. (inten)
4. DM sudah parah bias mengenai saraf dan bias tidak terasa lagi (annisa)
Hiperglikemia akan merusak persaafan (aini)
Suplai darah perifer yang menurun menyebabkan nekrosis jaringan (yunita)
Karena DM kasus ini sudah merupakan tingkat yang yang parah sehingga sudah sampai
ke subkutis (khotimah)
5. Karena kaki penopang tubuh (yunita)
Karena kurangnya perfusi ke kaki (fauzia)
6. LO
7. LO
8. Karena pada luka terdapat bakteri yang menimbulkan peradangan (seviya)
9. Karena luka nya sudah semakin membesar (aini)
5
10. Vaskularisasi menurunkan albumin sehingga terjadi gangguan osmotic yang membuat
luka semakin besar. Albumin ditubuh untuk mempertahankan tekanan osmotic ditubuh
(inten )
Penggunaan albumin yang kurang (yunita)
Albumin mengatur cairan disel. Glukosa meningkat sehingga penggunaan albumin
berkurang. Albumin mengatur cairan disel, cairan ditarik sehingga sel kurang nutrisi dan
protein dijadikan makanan sehingga protein tubuh menurun (aini)
11. Karena proses infeksi
2.2.4 Step 4
Mind map
6
Resistensi insulin
Protein menurun
Albumin turun
Adanya infeksi dilukaulkus
Kurangnya perfusi
kejaringan
Merusak persarafan
hiperglikemi
Glukosa banyak didarah
Tingginya penggunaan glukosa ditubuh
baal
osteomielitis
Nanah (+)
Proses penyembuhan luka terganngu
amputasi DGT 1 pedis dextra
Gangguan
perfusi kejaring
an
Kurangnya pengetahuan
Resiko infeksio
Keluarga menolak
2.2.5 Step 5
LO
1. Konsep umum
2. Patofisiologi
3. Askep
2.2.6 Step 6
Self study
7
2.2.7 Step 7
1. Definisi
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik (kebanyakan herediter) sebagai akibat dari
kurangnya efektif insulin (ada Diabetes Mellitus Tipe 2) atau insulin absolute (pada Diabetes
Mellitus Tipe 1) di dalam tubuh, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan gejala klinik acut (poliuria, polidipsia, penurunan berat badan) dan gejala kronik atau
kadang-kadang tanpa gejala, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat dan
sekunder pada metabolisme lemak dan protein (Tjokroprawiro A, 1999).
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar
glukosa darah (Hiperglikemia), mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk
berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terhadapnya pembentukan insulin oleh
pankreas (Braughman, 2000).
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau Hiperglikemia (Brunner Dan Suddarth, 2002) sedangkan
Waspadji (2005) mengatakanDiabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai oleh
adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) yang disebabkan oleh kekurangan
hormon pengaturan kadar glukosa darah (insulin), baik secara mutlak yaitu memang kadarnya
berkurang atau dapat juga jumlah insulinnya sendiri mencukupi tetapi kerja insulin yang kurang
baik dalam mengatur kadar glukosa darah agar terjadi selalu normal seperti pada orang normal
yang tidak menyandang Diabetes Mellitus.
Gangren atau pemakan luka didefinisikan sebagai jaringan nekrosis atau jaringan mati
yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga
suplai darah terhenti. Dapat terjadi sebagai akibat proses inflamasi yang memanjang; perlukaan
(digigit serangga, kecelakaan kerja atau terbakar); proses degeneratif (arteriosklerosis) atau
gangguan metabolik diabetes mellitus (Tabber, dikutip Gitarja, 1999).
8
Ganggren diabetik adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer akibat penyakit
diabetes mellitus. Biasanya gangren tersebut terjadi pada daerah tungkai. Keadaan ini ditandai
dengan pertukaran sekulitis dan timbulnya vesikula atau bula yang hemoragik kuman yang biasa
menginfeksi pada gangren diabetik adalah streptococcus (Soeatmaji, 1999).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau
busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. ( Askandar,
2001
(yunita, khotimah, seviya)
2. Etiologi dan Faktor Resiko
Ada beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetik, yaitu :
a. Neuropati diabetik.
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang bisa
merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada
kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak terasa.Gejala-
gejala Neuropati : Kesemitan, rasa panas (wedangan : bahasa jawa), rasa tebal ditelapak
kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari.
b. Angiopati Diabetik (Penyempitan pembuluh darah)
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan
tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/
besar pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik yaitu luka
pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan
asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit
sembuh.
c. Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik (neoropati).
9
(Roger Watson, 2002)
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Diabetes Mellitus tipe II
a. Faktor usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun
dengan cepat setelah usia 40 tahun.
b. Gaya hidup stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan
berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak.
c. Obesitas
Cadangan gula darah yang disimpan dalam tubuh sangat berlebihan sehingga
mengakibatkan gangguan kerja insulin.
d. Mal nutrisi
Dapat merusak pankreas
e. Faktor genetik
(nuraini, fauzia, seviya, oky, rahma)
3. Manifestasi Klinis dan Klasifikasi
Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena walaupun
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba
pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki. Proses
makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli akan
memberikan gejala klinis 5 P, yaitu :
10
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
d. Pulselessness (denyut nadi hilang).
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari Fontaine,
yaitu 4 :
a. Stadium I ; asimptomatis atau gejala tidak khas( kesemutan )
b. Stadium II ; terjadi klaudikasio intermiten.
c. Stadium III ; timbul nyeri saat istirahat.
d. Stadium IV ; berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Klasifikasi Ulkus
1. Derajat 0 : tidak ada lesi, kulit masih utuh engan kemungkinan disertai kelainan bentuk
kaki
2. Derajat 1 : ulkus superficial terbatas pada kulit
3. Derajat 2 : ulkus dalam menembus tendon dan tulang
4. Derajat 3 : abses dalam dengan atau tanpa osteomielitis
5. Derajat 4 : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis
6. Derajat 5 : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
11
(yunita, khotimah, taufik, fauzia, yunita)
4. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Arora (2007: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
1. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130 mg/dl
mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula
darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan akan diuji
selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam setelah meminum cairan
tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample
darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer,
pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan
dirumah.
5. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ )
6. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kuman.
12
7. Pemeriksaan HbA1C -> sangat bermanfaat dan akurat, terutama selama pemantauan
terapi mencerminkan rataan kadar glukosa selama 120 hari (sesuai usia eritrosit)
(seviya, oky, inten, fauzia, rahma)
5. Penatalaksanaan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan
antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan
klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500
mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang dapat
merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin diperlukan untuk
kasus DM. Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi
pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan
tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa
komponen dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua unsur makanan
esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan
menurunkan kadar lemak.
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan kadar glukosa
darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar
insulin.
c. Pemantauan
13
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan pada penderita
diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan kadar
glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan dalam
melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu menghindari komplikasi
dari diabetes itu sendiri.
f. Kontrol nutrisi dan metabolic
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka. Adanya
anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor
Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada
penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi
protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan
fluktuasi kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau
infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan hiperglikemia yang
tinggi, kemampuan melawan infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik harus
diupayakan sebagai perawatan pasien secara total.
g. Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi weight bearing
meliputi bedrest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua
pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai
harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap
rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri
masuk pada tempat luka.
14
h. Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan pengobatan atau
pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
Derajat I - V : pengelolaan medik dan bedah minor.
(siti, annisa, yunita, oky, fauzia, inten, rahma, seviya)
6. Komplikasi
a. Komplikasi Akut.
1). Ketoasidosis Diabetikum.
Ketika kadar insulin rendah, tubuh tidak biasa menggunakan glukosa sebagai energi dan
karenanya lemak tubuh immobilisasi tempat penyimpanannya. Penghancuran lemak untuk
melepas energi menghasilkan formasi asam lemak. Asam lemak ini melewati hepar dan
membentuk satu kelompok senyawa kimia yang bernama benda keton yang meningkat dalam
tubuh disebut Ketosis. Ketosis bisa meningkatkan keasaman cairan tubuh dan jaringan
sehingga kadar yang sangat tinggi dan menyebabkan satu kondisi yang disebut Asidosis.
Asidosis terbuat dari benda keton yang meningkat disebut Ketoasidosis.
Gejala-gejalanya: Dehidrasi, kekeringan dimulut dan hilangnya elastisitas kulit, Nafas berbau
kecut atau asam, Mual-mual, muntah, dan rasa sakit diperut, Nafas berat, Tarikan nafas
meningkat, Merasa sangat lemah dan mengantuk.
2). Hipoglikemia
15
Merupakan salah satu komplikasi yang tidak Jarang terjadi dan seringkali membahayakan
hidup penderitanya, serta ditandai kadar gula darah yang melonjak turun dibawah 50 sampai
60 mg/dl. Komplikasi ini dapat disebabkan faktor eksogen dan endogen. Faktor eksogen
diantaranya akibat pemakaian insulin atau obat hipoglikemia oral yang tidak terkontrol dan
tidak diikuti asupan kalori yang memadai.
Di negara maju, hipoglikemia sering ditemukan pada penderita Diabetes yang menggunakan
insulin atau obat, hipoglikemia oral beratnaan dengan alcohol yang berlebihan tanpa asupan
kalori yang baik. Gejala hipoglikemia mula-mula berupa gejala adrenergic seperti pucat,
berkeringat, tachikaidi, palpitasi, lapar, lemah, dan gugup. Kemudian se1anjutnya gejala
disusul pada fase neuroglikopepia yang meliputi cepat lelah, cepat marah, sakit, kepala,
gangguan kesadaran, kehilangan konsentrasi, gangguan sensorik dan motorik, bingung:
kejang dan bahkan koma.
3).I n f e k s i
Pengidap diabetes cenderung terkena infeksi karena 3 alasan:
a). Bakteri tumbuh baik jika kadar glukosa lebih dari normal
b). Mekanisme pertahanan tubuh rendah pada orang yang
terkena Diabetes.
c). Komplikasi terkait Diabetes yang meningkatkan resiko infeksi. Infeksi yang pada
umumnya menyerang pengidap. Diabetes termasuk infeksi kulit, infeksi saluran kencing,
penyakit pada gusi, tuberculosis, beberapa dan jenis-jenis Jamur.
b. Komplikasi Kronis.
1). Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Aterosklorosis adalah sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena
penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri dikaki bisa
mempengaruhi otot-otot kaki . karena yang berkurangnya suplai darah, mengakibatkan
16
kram, rasa tidak nyaman atau lemas saat berjalan, Jika suplai darah pada kaki sangat
kurang atau terputus dalam waktu lama bisa terjadi kematian pada jaringan.
2). Kerusakan Pada Ginjal.
Diabetes mempengaruhi pembuluh darah karena ginjal akibat defisiensi ginjal untuk
menyaring darah terganggu. Pasien dengan nefropati menunjukkan gambaran gagal ginjal
menahun seperti lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak nafas akibat penimbunan cairan.
Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar kreatinin atau ureum. serum yang
berkisar antara 2-7,1% pasien Diabetes Melitus. Adanya proteinuria yang persisten tanpa
adanya.
3). Kerusakan Saraf.
Gula darah tinggi menghancurkan serat saraf dan satu lapisan lemak di sekitar saraf. Saraf
yang rusak tidak bisa mengirim sinyal ke otak dan dari otak dengan baik sehingga
akibatnya bias kehilangan indera perasa, meningkatnya indera perasa atau nyeri
dibagian yang terganggu. Kerusakan saraf tepi tubuh lebih sering terjadi. kerusakan
dimulai dari jempol kaki serta berlanjut hingga telapak kaki dan seluruh kaki yang
menimbulkan mati rasa, kesemutan, seperti terbakar, rasa sakit, rasa tertusuk serta kram
pada otot kaki.
4). Kerusakan Mata.
Retina mata terganggu sehingga terjadi kehilangan sebagian atau seluruh penglihatan
Pasien dengan retinopati Diabetic mengalami gejala penglihatan kabur sampai kebutaan.
(siti)
17
Patofisiologi
18
Factor genetic dan factor resiko (obes+riwayat DM)
Respon jaringan perifer thd insulin
Resistensi insulin
Sekresi insulin meningkat
Tinggi intake glukosa
Mngkat glukosa didarah
Penumpukan sorbitol retina
ginjalSaraf (neuropati perifer)
Pemakaian glukosa oleh sel
ekstremitas
Pemecahan protein
Protein serum dideposit pada
dinding pembuluh
Protein ditahan oleh glukosa
Penyempitan vaskuler
Vaskularisasi terganggu
Iskemia dikaki
Gangguan perfusi jaringan
retinopati
Penglihatan kabur
Kerusakan saraf
otonom
Kerusakan saraf
motorik
Kerusakan saraf
sensori
poliuri
Kadar protein meningkat di urin
Rusaknya serabut mielin
Keotot dan tulang
Resti penyebaran
infeksi
gangren
Luka membesar
Penyembuhan luka terganggu
Ukus kaki
Penurunan sensasi nyeri
Glukosa uruin meningkat
Menarik cairan
Kerusakan glomerulus
dehidrasi
polidipsi
Hipoalbuminemia
Menarik cairan intrasel ke intersisial
Kerusakan sel2 diginjal
edema
Meningkatnya tekanan osmotik
Deficit volume cairan
Kemampuan ginjal sekresi eritropoein menurun
Konjungtiva pucat
Hb menurun
Ketidakseimbangan nutrisi < keb tubuh
hiperinsulinReseptor insulin berupayamelakukan
pengaturan sendiri
osteomielitis
Gg
Integritas kulit
Gangguan rasa
nyaman
Askep
1. Pengkajian
Menurut Doenges (2000: 726), data pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus
bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh fungsi pada
organ, data yang perlu dikaji meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot
Tanda : Penurunan kekuatan otot, latergi, disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM akut
Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen
Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.
d. Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus
Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomen
e. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi
g. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batu dengan / tanpa sputum
Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasn
h. Seksualitas
Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
i. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok, hipertensi
19
Pengkajian sesuai kasus
1. Nama : -
2. Jenis kelamin : perempuan
3. Umur : 68 tahun
4. Keluhan utama : dirawat di penyakit dalam dengan keluhan utama luka pada kaki kanan
akibat luka melepuh sajak 1 bulan yang lalu. Pasien merasakan kaki bengkak terba panas,
berdarah (+), nanan (+).
5. Pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak sakit sedang, composmentis, TD : 120/70 ,
nadi 90 x/menit , napas 20 x/menit, suhu 37,5 ͦ C , Tinggi badan 153 cm, BB s1 tahun
yang llau72 kg dan sekarang 51 kg, mata konjungtiva pucat, pad aekstremitas edema +/-,
baal (+).
6. Pemeriksaan diagnostic : GDS 423 mg/dl, Hb : 7,8 mg/dl , leukosit 12.900, albumin 1,4.
Hasil rontgen pedis osteomielitis pada DGT 1 pedis dextra.
7. Lain lain : Pasien disarankan amputasi DGT 1 pedis dextra, namun keluarga menolak.
2. Analisa data
no Data yang menyimpang etiologi masalah
1 DS : luka dikaki kanan
akibat kulit yang melepuh
sejak sebulan yang lalu
DO : mata konjungtiva,
Hb : 7,8 mg/dl, GDS : 423
mg/dl
Resistensi insulin
Penurunan pemakaian glukosa oleh sel
Ekstremitas
Pemecahan protein
Proyein serum dideposit pada dinding
pembuluh darah
Protein ditahan dipembuluh darah
Gangguan perfusi
jaringan berhubungan
dengan melemahnya /
menurunnya aliran darah
ke daerah gangren akibat
adanya obstruksi
pembuluh darah
20
Penyempitan vaskuler
Vaskularisasi terganggu
Iskemia kaki
2 DS : luka pada kaki kanan
akibat luka melepuh sajak
1 bulan yang lalu. Pasien
merasakan kaki bengkak
terba panas, berdarah (+),
nanan (+).
DO : GDS : 423 mg/dl
Resistensi jaringan
Kerusakan saraf sensori
Rusak serabut myelin
Ulkus kaki
Penyembuhan luka terganggu
Luka membesar
Gangren
Gangguan integritas
jaringan berhubungan
dengan adanya gangren
pada daerah luka
3 DS : luka pada kaki kanan
akibat luka melepuh sajak
1 bulan yang lalu. Pasien
merasakan kaki bengkak
terba panas, berdarah (+),
nanan (+).
Resistensi jaringan
Kerusakan saraf sensori
Rusak serabut myelin
Ulkus kaki
Resiko penyebaran
infeksi berhubungan
dengan pngobatan yang
tidak adekuat
21
Penyembuhan luka terganggu
Luka membesar
3. Rencana asuhan keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan perfusi
jaringan berhubungan
dengan melemahnya /
menurunnya aliran
darah ke daerah
gangren akibat adanya
obstruksi pembuluh
darah
setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam tidak
terjadi gangguan perfusi
jaringan.
Kriteria Hasil :
Denyut nadi perifer
teraba kuat dan
regular
Warna kulit sekitar
luka tidak
pucat/sianosis.
Kulit sekitar luka
teraba hangat.
Oedema tidak terjadi
dan luka tidak
bertambah parah.
Sensorik dan motorik
membaik
jjaAjarkan pasien untuk
melakukan mobilisasi
2. Ajarkan tentang faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan aliran
darah : Atur kaki
sedikit lebih rendah
dari jantung ( posisi
elevasi pada waktu
istirahat), hindari
penyilangkan kaki,
hindari balutan ketat,
hindari penggunaan
bantal di belakang lutut
dan sebagainya.
.
3. Ajarkan tentang
modifikasi faktor-faktor
resiko berupa : Hindari
dengan mobilisasi
meningkatkan
sirkulasi darah.
meningkatkan
melancarkan aliran
darah balik sehingga
tidak terjadi oedema
kolestrol tinggi dapat
mempercepat
terjadinya
22
diet tinggi kolestrol,
teknik relaksasi,
menghentikan
kebiasaan merokok,
dan penggunaan obat
vasokontriksi.
4.
K kerja sama dengan tim
kesehatan lain dalam
pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah
secara rutin dan terapi
oksigen ( HBO ).
arterosklerosis,
merokok dapat
menyebabkan
terjadinya
vasokontriksi
pembuluh darah,
relaksasi untuk
mengurangi efek dari
stres.
pemberian vasodilator
akan meningkatkan
dilatasi pembuluh
darah sehingga perfusi
jaringan dapat
diperbaiki, sedangkan
pemeriksaan gula
darah secara rutin
dapat mengetahui
perkembangan dan
keadaan pasien, HBO
untuk memperbaiki
oksigenasi daerah
ulkus/gangren.
2 Gangguan integritas
jaringan berhubungan
dengan adanya gangren
pada daerah luka
setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 6 x 24 jam
tercapainya proses
penyembuhan luka.
kaji luas dan keadaan
luka
Pengkajian yang tepat
terhadap luka dan
proses penyembuhan
akan membantu dalam
menentukan tindakan
selanjutnya.
23
Kriteria hasil :
Berkurangnya
oedema sekitar luka.
Pus dan jaringan
berkurang
Adanya jaringan
granulasi.
Bau busuk luka
berkurang.
2.
Ra rawat luka dengan baik
dan benar :
Membersihkan luka
secara abseptik
menggunakan larutan
yang tidak iritatif,
angkat sisa balutan
yang menempel pada
luka dan nekrotomi
jaringan yang mati.
3.
Ajarkan klien atau
keluarga tentang
perawatan luka yang
baik dan benar
4. Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
insulin, pemeriksaan
Merawat luka dengan
teknik aseptik, dapat
menjaga kontaminasi
luka dan larutan yang
iritatif akan merusak
jaringan granulasi
tyang timbul, sisa
balutan jaringan
nekrosis dapat
menghambat proses
granulasi.
mengajarkan klien
tentang perawatan
luka dengan baik dan
benar diharapkan klien
dapat merawat
lukanya dengan
mandiri jika berada
dirumah
insulin akan
menurunkan kadar
gula darah,
pemeriksaan kultur
pus untuk mengetahui
jenis kuman dan anti
biotik yang tepat
untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar
24
kultur pus pemeriksaan
gula darah pemberian
anti biotik.
gula darah untuk
mengetahui
perkembangan
penyakit.
3 Resiko penyebaran
infeksi berhubungan
dengan pngobatan yang
tidak adekuat
setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam tidak
terjadi penyebaran
infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda infeksi
tidak ada.
Tanda-tanda vital
dalam batas normal (
S: 36 -37,50C )
Keadaan luka baik
dan kadar gula darah
normal.
Kaji adanya tanda-
tanda penyebaran
infeksi pada luka.
2. Anjurkan kepada
pasien dan keluarga
untuk selalu menjaga
kebersihan diri selama
perawatan.
3. Lakukan perawatan luka
secara aseptik.
4.
Anjurkan pada pasien
agar menaati diet,
latihan fisik,
pengobatan yang
ditetapkan.
Pengkajian yang tepat
tentang tanda-tanda
penyebaran infeksi
dapat membantu
menentukan tindakan
selanjutnya.
Kebersihan diri yang
baik merupakan salah
satu cara untuk
mencegah infeksi
kuman.
Untuk mencegah
kontaminasi luka dan
penyebaran infeksi.
Diet yang tepat,
latihan fisik yang
cukup dapat
meningkatkan daya
tahan tubuh,
pengobatan yang
tepat, mempercepat
25
5.
Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
antibiotika
penyembuhan
sehingga memperkecil
kemungkinan terjadi
penyebaran infeksi.
Antibiotika dapat
menbunuh kuman.
26
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Ulkus Diabetikum adalah Ulkus diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes melitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL yang
tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetik melalui pembentukan plak
atherosklerosis pada dinding pembuluh darah.(Zaidah, 2005).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan ulkus diabetikum adalah faktor endogen (genetik
metabolik, angiopati diabetik, neuropati diabetik) dan faktor estrogren (trauma, infeksi, obat).
Ada dua teori tentang patofisiologi ulkus diabetikum, yaitu teori sorbitol (penumpukan kadar
glukosa pada sel dan jaringan tertentu, dapat mentransport glukosa tanpa insulin) dan teori
glikosilasi (glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin).
Manifestasi klinik untuk ulkus diabetikum adalah secara akut : pain (nyeri), paleness
(kepucatan), paresthesia (kesemutan), pulselessness (denyut nadi hilang), paralysis (lumpuh)
Pemeriksaan dignostik yang dapat dilakukan pada ulkus diabetikum yaitu pemeriksaan
fisik (inspeksi dan palpasi), pemeriksaan sensorik, pemeriksaan vaskuler, pemeriksaan radiologis
(subkutan, benda asing, osteomielisis), pemerisaan lab (darah,urin,kultur pus).
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada ulkus diabetikum yaitu 1. pengendalian DM
(langkah awal penanganan pasien ulkus diabetikum adalah dengan melakukan manajemen medis
terhadap penyakit diabetes secara sistemik karena kebanyakan pasien dengan ulkus diabetikum
juga menderita malnutrisi, penyakit ginjal kronis dan infeksi kronis) 2. strategi pencegahan
(edukasi kepada pasien, perawatan kulit, kuku dan kaki serta pengunaan alas kaki yang dapat
melindungi. Pada penderita dengan resiko rendah boleh menggunakan sepatu hanya saja sepatu
yang digunakan jangan sampai sempit atau sesak. Perawatan kuku yang dianjurkan pada
penderita resiko tinggi adalah kuku harus dipotong secara tranversal untuk mencegah kuku yang
tumbuh kedalam dan merusak jaringan sekitar), 3. penanganan ulkus diabetikum : tingkat 0
( penanganan pada tingkat ini meliputi edukasi kepada pasien tentang bahaya dari ulkus dan cara
pencegahan), tingkat I (memerlukan debrimen jaringan nekrotik atau jaringan yang infeksi usus,
27
perawatan lokal luka dan pengurangan beban), tingkat II (memerlukan debrimen antibiotik yang
sesuai dengan hasil kultur, perawatan luka dan pengurangan beban yang lebih berarti), tingkat III
(memerlukan debrimen yang sudah menjadi gangren, amputasi sebagian, imobilisasi yang lebih
ketat dan pemberian antibiotik parenteral yang sesuai dengan kultur), tingkat IV (pada tahap ini
biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagaian atau seluruh kaki).
3.2 Saran
1. Untuk klien diharapkan mengontrol gula darah dan control ke dokter atau rumah sakit setiap
bulan dengan teratur, melakukan perawatan luka, memperhatikan pola makan, olahraga dan
minum obat dengan teratur.
2. Untuk perawat ruangan agar masalah yang teratasi sebagian dapat melanjutkan intervensi
keperawatan selanjut nya, sehingga klien sembuh guna mencapai keberhasilan perawatan dan
pengobatan.
3. Untuk institusi pendidikan diharapkan dapat melengkapi atau menambah buku-buku yang
berkaitan dengan penentuan kriteria hasil, waktu dan tujuan sehingga mahasiswa memperoleh
kemudahan dalam penyusunan makalah ilmiah.
28
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC
Behrman, Richard E. 2010. Esensi Pediatri Nelson. Jakarta: EGC.
Betz, Cecily L. 2002. Buku Saju Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Halim Mubin, A. 2001. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis dan Terapi. Jakarta:
EGC. Hlm: 399.
Muttaqin, H., dkk. 2010. Esensi Pediatri Nelson Edisi 4. Jakarta : EGC
Soegondo S., Soewondo, S.I. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Suddarth, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Yudha, E.K., dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6 Volume 2. Jakarta :
EGC
29