BAB I, II, III
-
Upload
dieny-prasilo -
Category
Documents
-
view
60 -
download
0
Transcript of BAB I, II, III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang mempunyai suatu
paradigma atau model keperawatan yang meliputi empat komponen yaitu : manusia,
kesehatan, lingkungan dan perawat itu sendiri. Perawat adalah suatu profesi yang mulia,
karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang
menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati) Sebagai
seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu seorang
perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan
untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang
tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang.( Dwidiyanti )
Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk
praktek keperawatan. ( Blais ). Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang,
memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia ( Blais ). Caring
mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan
dilakukan dengan ikhlas ( Sitorus ). Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan
menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan
seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan (Caring)
secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana,
karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku
caring bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur
setiap orang yg berbeda pada satu tempat( Dwidiyanti ), maka kinerja perawat khususnya
pada perilaku caring menjadi sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan
kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra
institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu
pelayanan ( Potter – Perry )
Berdasarkan hasil survey kepuasan pasien yang dilakukan oleh Depkes RI pada beberapa
Rumah Sakit di Jakarta menunjukkan bahwa 14 % pasien tidak puas terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan, sedangkan pelayanan yang diberikan pada umumnya sudah baik.
1
Wawancara sederhana yang dilakukan oleh peneliti pasien mengungkapkan bahwa perawat
jarang ke pasien, ke pasien hanya untuk rutinitas saja saat ada tindakan keperawatan, kurang
lama berinteraksi dengan pasien.
Berdasarkan hasil survey tingkat kepuasan terhadap pelayanan keperawatan yang
dilakukan Rumah Sakit pada bulan Juni 2009 menunjukkan 92,17% dari 312 responden
menyatakan pelayanan di rumah sakit khususnya keperawatan cukup baik, tetapi pada bulan
juni juga terdapat masukan dan kritikan yang ditujukan kepada perawat melalui kotak saran
yang menyatakan ketidakpuasan terhadap pelayanan keperawatan Di Ruang Maranatha I.
Pasien tersebut mengatakan perawatnya judes, kurang ramah, kurang memuaskan dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pasien, kurang peduli sama pasien dan lain-lain,
dimana hal tersebut akan menurunkan mutu pelayanan keperawatan RS Mardi Rahayu yang
dianggap dulu lebih baik daripada sekarang dan menurunkan citra perawat khususnya di
Ruang Maranatha I.
1.2. Perumusan Masalah
Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk
praktek keperawatan ( Blais ). Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang,
memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia ( Blais ). Caring juga
merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi
perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang
berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan (Caring) secara sederhana tidak hanya sebuah
perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk
mencapai perawatan yang lebih baik ( Dwidayanti ), maka kinerja perawat khususnya pada
perilaku caring menjadi sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan
keperawatan terutama di rumah sakit( Potter – perry ). Berdasarkan hasil survey tingkat
kepuasan terhadap pelayanan keperawatan yang dilakukan Rumah Sakit pada bulan Juni
2009 menunjukkan 92,17% dari 312 responden menyatakan pelayanan di rumah sakit
khususnya keperawatan cukup baik, pada kenyataannya bulan juni juga terdapat masukan
dan kritikan yang ditujukan kepada perawat melalui kotak saran yang menyatakan
ketidakpuasan terhadap pelayanan keperawatan. Pasien tersebut mengatakan perawatnya
judes, kurang ramah, kurang memuaskan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
2
pasien, kurang peduli sama pasien, dimana hal tersebut akan menurunkan mutu pelayanan
keperawatan yang dianggap dulu lebih baik daripada sekarang dan menurunkan citra
perawat.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti Persepsi pasien tentang perilaku caring perawat dalam pelayanan keperawatan.
1.3. Tujuan
Dalam makalah ini tujuan adalah untuk mengeksplorasi bagaimana persepsi pasien
tentang perilaku caring perawat dalam pelayanan keperawatan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia. Betapa tidak, merawat pasien yang
sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tak semua orang bisa memiliki kesabaran
dalam melayani orang yang tengah menderita penyakit. Pengalaman ilmu untuk menolong
sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989).
Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup
ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring
atau kasih sayang/cinta (Johnson, 1989) .
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,
berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam keperawatan
dipelajari dari berbagai macam filosofi dan perspektif etik .
Human care merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut Pasquali dan
Arnold (1989) serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi,
meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang
lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain
untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri .
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care, mempertegas bahwa caring
sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan
untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian
mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh .
Lebih lanjut Mayehoff memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada
tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Mayehoff juga
memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati. Sedangkan Sobel
mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya
memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang
berpikir, bertindak dan berperasaan. Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral)
sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki
kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai
4
pasien sebagai seorang manusia, bukan malah melakukan tindakan amoral pada saat
melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai suatu affect yang
digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang
mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian
perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien .
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan
kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan
semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan.
Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all,
1999) Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring
menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan
sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai
lingkungan merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat
menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu
berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele,
Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat dapat diminta untuk
merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan
spirit caring .
Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati
perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan
perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya,
setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan asuhan kepada
klien .
Beberapa ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa teori. Menurut Watson, ada
tujuh asumsi yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi tersebut adalah :
1. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara interpersonal,
2. Caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi
kebutuhan manusia atau klien,
3. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga,
5
4. Ccaring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat itu saja namun
juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut nantinya,
5. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan
seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk
dirinya sendiri,
6. Caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara pengetahuan
biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam
peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit,
7. Caring merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995).
Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh faktor karatif
yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar. Faktor
karatif membantu perawat untuk menghargai manusia dari dimensi pekerjaan perawat,
kehidupan, dan dari pengalaman nyata berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai
kepuasan dalam melayani dan membantu klien. Sepuluh faktor karatif tersebut adalah
sebagai berikut.
2.2 Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistic.
Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien.
Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada klien.
1. Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan
keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam
mencari pertolongan kesehatan
2. Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain.
Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat
menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.
2.3 Mengembangkan hubungan saling percaya.
Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut
merasakan apa yang dialami klien. Sehingga karakter yang diperlukan dalam faktor ini
antara lain adalah kongruen, empati, dan kehangatan.
6
1. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat
memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.
2. Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan.
Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan
asuhan kepada klien.
3. Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan mandiri,
menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan
personal klien.
4. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung.
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap
kesehatan dan kondisi penyakit klien.
5. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan
paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar pertumbuhan diri dan
kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seorang klien perlu dihadapkan pada
pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan
pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri (Julia, 1995).
Watson merumuskan tiga faktor karatif yang menjadi filosofi dasar dari konsep caring.
Tiga faktor karatif tersebut adalah: pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik,
memberikan harapan dan kepercayaan, serta menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri
dan orang lain (Julia, 1995).
Kesepuluh faktor karatif di atas perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua aspek
dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat
diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk
lebih memahami diri sebelum memahami orang lain (Nurahmah, 2006).
Leininger (1991) mengemukakan teori “culture care diversity and universality”, beberapa
konsep yang didefinisikan antara lain
1. kultural berkenaan dengan pembelajaran dan berbagi sistem nilai, kepercayaan, norma,
dan gaya hidup antar kelompok yang dapat mempengaruhi cara berpikir, mengambil
keputusan, dan bertindak dalam pola-pola tertentu;
7
2. keanekaragaman kultural dalam caring menunjukkan adanya variasi dan perbedaan dalam
arti, pola, nilai, cara hidup, atau simbol care antara sekelompok orang yang berhubungan,
mendukung, atau perbedaan dalam mengekspresikan human care;
3. cultural care didefinisikan sebagai subjektivitas dan objektivitas dalam pembelajaran dan
pertukaran nilai, kepercayaan, dan pola hidup yang mendukung dan memfasilitasi
individu atau kelompok dalam upaya mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi
sejahtera, mencegah penyakit dan meminimalkan kesakitan;
4. dimensi struktur sosial dan budaya terdiri dari keyakinan/agama, aspek sosial, politik,
ekonomi, pendidikan, teknologi, budaya, sejarah dan bagaimana faktor-faktor tersebut
mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda;
5. care sebagai kata benda diartikan sebagai fenomena abstrak dan konkrit yang
berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan atau perilaku lain yang berkaitan
untuk orang lain dalam meningkatkan kondisi kehidupannya;
6. care sebagai kata kerja diartikan sebagai suatu tindakan dan kegiatan untuk membimbing,
mendukung, dan ada untuk orang lain guna meningkatkan kondisi kehidupan atau dalam
menghadapi kematian;
7. caring dalam profesionalisme perawat diartikan sebagai pendidikan kognitif dan formal
mengenai pengetahuan care serta keterampilan dan keahlian untuk mendampingi,
mendukung, membimbing, dan memfasilitasi individu secara langsung dalam rangka
meningkatkan kondisi kehidupannya, mengatasi ketidakmampuan/kecacatan atau dalam
bekerja dengan klien (Julia, 1995, Madeline,1991).
Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara
seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Lydia Hall
mengemukakan perpaduan tiga aspek tersebut dalam teorinya. Care merupakan komponen
penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang
terdiri dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan
asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia,
1995).
Menurut Boykin dan Schoenhofer, pandangan seseorang terhadap caring dipengaruhi oleh
dua hal yaitu persepsi tentang caring dan konsep perawat sebagai disiplin ilmu dan profesi.
8
Kemampuan caring tumbuh di sepanjang hidup individu, namun tidak semua perilaku
manusia mencerminkan caring (Julia, 1995).
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-klien yang
bersifat profesional dengan penekanan pada bentuk interaksi aktif antara perawat dan klien.
Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan
klien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Dari makalah” Caring Perawat Dalam Pelayanan Keperawatan ” didapatkan kesimpulan
sebagai berikut : Persepsi pasien tentang perilaku caring perawat adalah perawat memberi
perhatian lebih pada pasien dan pasien dianggap keluarga. Perilaku caring perawat yang
dirasakan oleh pasien adalah perawat aktif bertanya, berbicara lembut, memberi dukungan,
responsif, terampil, menghargai, dan menjelaskan tindakan pada pasien.Hendaknya perawat
lebih memperdalam konsep perilaku caring dengan banyak membaca artikel tentang caring
dan mengikuti pelatihan – pelatihan tentang konsep caring.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat mengubah cara pandang dan prilaku perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Dimana diharapkan prilaku perawat yang caring dapat memperpendek hari perawatan klien.
10