BAB I, II, III

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang mempunyai suatu paradigma atau model keperawatan yang meliputi empat komponen yaitu : manusia, kesehatan, lingkungan dan perawat itu sendiri. Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati ) Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang.( Dwidiyanti ) Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk praktek keperawatan. ( Blais ). Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia ( Blais ). Caring mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan dengan ikhlas ( Sitorus ). Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan seseorang dan bagaimana 1

Transcript of BAB I, II, III

Page 1: BAB I, II, III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang mempunyai suatu

paradigma atau model keperawatan yang meliputi empat komponen yaitu : manusia,

kesehatan, lingkungan dan perawat itu sendiri. Perawat adalah suatu profesi yang mulia,

karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang

menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati) Sebagai

seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu seorang

perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan

untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang

tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang.( Dwidiyanti )

Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk

praktek keperawatan. ( Blais ). Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang,

memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia ( Blais ). Caring

mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan

dilakukan dengan ikhlas ( Sitorus ). Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan

menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan

seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan (Caring)

secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana,

karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku

caring bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur

setiap orang yg berbeda pada satu tempat( Dwidiyanti ), maka kinerja perawat khususnya

pada perilaku caring menjadi sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan

kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra

institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu

pelayanan ( Potter – Perry )

Berdasarkan hasil survey kepuasan pasien yang dilakukan oleh Depkes RI pada beberapa

Rumah Sakit di Jakarta menunjukkan bahwa 14 % pasien tidak puas terhadap pelayanan

kesehatan yang diberikan, sedangkan pelayanan yang diberikan pada umumnya sudah baik.

1

Page 2: BAB I, II, III

Wawancara sederhana yang dilakukan oleh peneliti pasien mengungkapkan bahwa perawat

jarang ke pasien, ke pasien hanya untuk rutinitas saja saat ada tindakan keperawatan, kurang

lama berinteraksi dengan pasien.

Berdasarkan hasil survey tingkat kepuasan terhadap pelayanan keperawatan yang

dilakukan Rumah Sakit pada bulan Juni 2009 menunjukkan 92,17% dari 312 responden

menyatakan pelayanan di rumah sakit khususnya keperawatan cukup baik, tetapi pada bulan

juni juga terdapat masukan dan kritikan yang ditujukan kepada perawat melalui kotak saran

yang menyatakan ketidakpuasan terhadap pelayanan keperawatan Di Ruang Maranatha I.

Pasien tersebut mengatakan perawatnya judes, kurang ramah, kurang memuaskan dalam

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pasien, kurang peduli sama pasien dan lain-lain,

dimana hal tersebut akan menurunkan mutu pelayanan keperawatan RS Mardi Rahayu yang

dianggap dulu lebih baik daripada sekarang dan menurunkan citra perawat khususnya di

Ruang Maranatha I.

1.2. Perumusan Masalah

Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk

praktek keperawatan ( Blais ). Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang,

memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia ( Blais ). Caring juga

merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi

perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang

berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan (Caring) secara sederhana tidak hanya sebuah

perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk

mencapai perawatan yang lebih baik ( Dwidayanti ), maka kinerja perawat khususnya pada

perilaku caring menjadi sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan

keperawatan terutama di rumah sakit( Potter – perry ). Berdasarkan hasil survey tingkat

kepuasan terhadap pelayanan keperawatan yang dilakukan Rumah Sakit pada bulan Juni

2009 menunjukkan 92,17% dari 312 responden menyatakan pelayanan di rumah sakit

khususnya keperawatan cukup baik, pada kenyataannya bulan juni juga terdapat masukan

dan kritikan yang ditujukan kepada perawat melalui kotak saran yang menyatakan

ketidakpuasan terhadap pelayanan keperawatan. Pasien tersebut mengatakan perawatnya

judes, kurang ramah, kurang memuaskan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

2

Page 3: BAB I, II, III

pasien, kurang peduli sama pasien, dimana hal tersebut akan menurunkan mutu pelayanan

keperawatan yang dianggap dulu lebih baik daripada sekarang dan menurunkan citra

perawat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti Persepsi pasien tentang perilaku caring perawat dalam pelayanan keperawatan.

1.3. Tujuan

Dalam makalah ini tujuan adalah untuk mengeksplorasi bagaimana persepsi pasien

tentang perilaku caring perawat dalam pelayanan keperawatan.

3

Page 4: BAB I, II, III

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian

Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia. Betapa tidak, merawat pasien yang

sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tak semua orang bisa memiliki kesabaran

dalam melayani orang yang tengah menderita penyakit. Pengalaman ilmu untuk menolong

sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989).

Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup

ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring

atau kasih sayang/cinta (Johnson, 1989) .

Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,

berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam keperawatan

dipelajari dari berbagai macam filosofi dan perspektif etik .

Human care merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut Pasquali dan

Arnold (1989) serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi,

meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang

lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain

untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri .

Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care, mempertegas bahwa caring

sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan

untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian

mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh .

Lebih lanjut Mayehoff memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada

tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Mayehoff juga

memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati. Sedangkan Sobel

mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya

memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang

berpikir, bertindak dan berperasaan. Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral)

sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki

kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai

4

Page 5: BAB I, II, III

pasien sebagai seorang manusia, bukan malah melakukan tindakan amoral pada saat

melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai suatu affect yang

digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang

mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian

perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien .

Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan

kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan

semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan.

Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan

memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all,

1999) Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring

menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan

sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai

lingkungan merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat

menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu

berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele,

Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat dapat diminta untuk

merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan

spirit caring .

Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati

perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan

perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya,

setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan asuhan kepada

klien .

Beberapa ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa teori. Menurut Watson, ada

tujuh asumsi yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi tersebut adalah :

1. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara interpersonal,

2. Caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi

kebutuhan manusia atau klien,

3. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga,

5

Page 6: BAB I, II, III

4. Ccaring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat itu saja namun

juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut nantinya,

5. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan

seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk

dirinya sendiri,

6. Caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara pengetahuan

biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam

peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit,

7. Caring merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995).

Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh faktor karatif

yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar. Faktor

karatif membantu perawat untuk menghargai manusia dari dimensi pekerjaan perawat,

kehidupan, dan dari pengalaman nyata berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai

kepuasan dalam melayani dan membantu klien. Sepuluh faktor karatif tersebut adalah

sebagai berikut.

2.2 Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistic.

Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien.

Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan pendidikan

kesehatan pada klien.

1. Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan

keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam

mencari pertolongan kesehatan

2. Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain.

Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat

menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.

2.3 Mengembangkan hubungan saling percaya.

Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut

merasakan apa yang dialami klien. Sehingga karakter yang diperlukan dalam faktor ini

antara lain adalah kongruen, empati, dan kehangatan.

6

Page 7: BAB I, II, III

1. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat

memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.

2. Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan.

Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan

asuhan kepada klien.

3. Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan mandiri,

menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan

personal klien.

4. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung.

Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap

kesehatan dan kondisi penyakit klien.

5. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi.

Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan

paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.

Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar pertumbuhan diri dan

kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seorang klien perlu dihadapkan pada

pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan

pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri (Julia, 1995).

Watson merumuskan tiga faktor karatif yang menjadi filosofi dasar dari konsep caring.

Tiga faktor karatif tersebut adalah: pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik,

memberikan harapan dan kepercayaan, serta menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri

dan orang lain (Julia, 1995).

Kesepuluh faktor karatif di atas perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua aspek

dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat

diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk

lebih memahami diri sebelum memahami orang lain (Nurahmah, 2006).

Leininger (1991) mengemukakan teori “culture care diversity and universality”, beberapa

konsep yang didefinisikan antara lain

1. kultural berkenaan dengan pembelajaran dan berbagi sistem nilai, kepercayaan, norma,

dan gaya hidup antar kelompok yang dapat mempengaruhi cara berpikir, mengambil

keputusan, dan bertindak dalam pola-pola tertentu;

7

Page 8: BAB I, II, III

2. keanekaragaman kultural dalam caring menunjukkan adanya variasi dan perbedaan dalam

arti, pola, nilai, cara hidup, atau simbol care antara sekelompok orang yang berhubungan,

mendukung, atau perbedaan dalam mengekspresikan human care;

3. cultural care didefinisikan sebagai subjektivitas dan objektivitas dalam pembelajaran dan

pertukaran nilai, kepercayaan, dan pola hidup yang mendukung dan memfasilitasi

individu atau kelompok dalam upaya mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi

sejahtera, mencegah penyakit dan meminimalkan kesakitan;

4. dimensi struktur sosial dan budaya terdiri dari keyakinan/agama, aspek sosial, politik,

ekonomi, pendidikan, teknologi, budaya, sejarah dan bagaimana faktor-faktor tersebut

mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda;

5. care sebagai kata benda diartikan sebagai fenomena abstrak dan konkrit yang

berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan atau perilaku lain yang berkaitan

untuk orang lain dalam meningkatkan kondisi kehidupannya;

6. care sebagai kata kerja diartikan sebagai suatu tindakan dan kegiatan untuk membimbing,

mendukung, dan ada untuk orang lain guna meningkatkan kondisi kehidupan atau dalam

menghadapi kematian;

7. caring dalam profesionalisme perawat diartikan sebagai pendidikan kognitif dan formal

mengenai pengetahuan care serta keterampilan dan keahlian untuk mendampingi,

mendukung, membimbing, dan memfasilitasi individu secara langsung dalam rangka

meningkatkan kondisi kehidupannya, mengatasi ketidakmampuan/kecacatan atau dalam

bekerja dengan klien (Julia, 1995, Madeline,1991).

Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara

seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Lydia Hall

mengemukakan perpaduan tiga aspek tersebut dalam teorinya. Care merupakan komponen

penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang

terdiri dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan

lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan

asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia,

1995).

Menurut Boykin dan Schoenhofer, pandangan seseorang terhadap caring dipengaruhi oleh

dua hal yaitu persepsi tentang caring dan konsep perawat sebagai disiplin ilmu dan profesi.

8

Page 9: BAB I, II, III

Kemampuan caring tumbuh di sepanjang hidup individu, namun tidak semua perilaku

manusia mencerminkan caring (Julia, 1995).

Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari

asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-klien yang

bersifat profesional dengan penekanan pada bentuk interaksi aktif antara perawat dan klien.

Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan

klien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.

9

Page 10: BAB I, II, III

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Dari makalah” Caring Perawat Dalam Pelayanan Keperawatan ” didapatkan kesimpulan

sebagai berikut : Persepsi pasien tentang perilaku caring perawat adalah perawat memberi

perhatian lebih pada pasien dan pasien dianggap keluarga. Perilaku caring perawat yang

dirasakan oleh pasien adalah perawat aktif bertanya, berbicara lembut, memberi dukungan,

responsif, terampil, menghargai, dan menjelaskan tindakan pada pasien.Hendaknya perawat

lebih memperdalam konsep perilaku caring dengan banyak membaca artikel tentang caring

dan mengikuti pelatihan – pelatihan tentang konsep caring.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat mengubah cara pandang dan prilaku perawat

dalam pemberian asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Dimana diharapkan prilaku perawat yang caring dapat memperpendek hari perawatan klien.

10