BAB I, II, dan III

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam. Hal ini merupakan potensi bagi perkembangan Negara yang dapat menunjang pembangunan berbagai sektor. Dalam pemenuhan kebutuhan energi, Indonesia memiliki banyak sumber daya yang dapat dikembangkan seperti minyak dan gas bumi. Dalam beberapa dekade ini, pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia di suplai dari sektor minyak bumi dan gas yang berasal dari bahan baker fosil. Sayangnya persediaan energi dari minyak dan gas bumi amatlah terbatas dan semakin berkurang ketersediaannya dikarenakan terbentur pada terbatasnya ketersediaan bahan baker fosil tersebut. Hal ini tentunya menimbulkan polemic yang cukup meresahkan bagi ketersediaan energi untuk masa yang akan datang, karena minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam penyedia energi dari sumber daya yang tidak dapat terbarukan. Persediaan energi dari minyak bumi semakin berkurang jumlahnya dan tentunya dibutuhkan sumber energi alternatif yang dapat mem-back up kebutuhan tersebut. Liquid Petroleum Gas (LPG) akhir-akhir ini semakin meningkat pemakaiannya, karena LPG dihasilkan dari pemrosesan minyak bumi maka harus ada sumber lain yang mampu menggantikan bahan baku pembuatan LPG dari minyak bumi. Pemerintah telah menggalakkan program konversi dari minyak tanah ke LPG, Hal ini dikarenakan ketersediaan minyak bumi yang semakin menipis tadi. LPG digunakan karena lebih efisien dan memiliki energi yang lebih tinggi dibanding dengan minyak tanah, disamping itu penggunaan LPG akan menghasilkan emisi yang lebih sedikit sehingga lebih

description

Peningkatan mutu dan nilai guna minyak goreng bekas

Transcript of BAB I, II, dan III

Page 1: BAB I, II, dan III

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAHIndonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam. Hal ini

merupakan potensi bagi perkembangan Negara yang dapat menunjang pembangunan berbagai sektor.

Dalam pemenuhan kebutuhan energi, Indonesia memiliki banyak sumber daya yang dapat dikembangkan seperti minyak dan gas bumi. Dalam beberapa dekade ini, pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia di suplai dari sektor minyak bumi dan gas yang berasal dari bahan baker fosil. Sayangnya persediaan energi dari minyak dan gas bumi amatlah terbatas dan semakin berkurang ketersediaannya dikarenakan terbentur pada terbatasnya ketersediaan bahan baker fosil tersebut. Hal ini tentunya menimbulkan polemic yang cukup meresahkan bagi ketersediaan energi untuk masa yang akan datang, karena minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam penyedia energi dari sumber daya yang tidak dapat terbarukan.

Persediaan energi dari minyak bumi semakin berkurang jumlahnya dan tentunya dibutuhkan sumber energi alternatif yang dapat mem-back up kebutuhan tersebut. Liquid Petroleum Gas (LPG) akhir-akhir ini semakin meningkat pemakaiannya, karena LPG dihasilkan dari pemrosesan minyak bumi maka harus ada sumber lain yang mampu menggantikan bahan baku pembuatan LPG dari minyak bumi.

Pemerintah telah menggalakkan program konversi dari minyak tanah ke LPG, Hal ini dikarenakan ketersediaan minyak bumi yang semakin menipis tadi. LPG digunakan karena lebih efisien dan memiliki energi yang lebih tinggi dibanding dengan minyak tanah, disamping itu penggunaan LPG akan menghasilkan emisi yang lebih sedikit sehingga lebih ramah lingkungan. Adapun jika program konversi ini sukses secara nasional maka akan mampu mengurangi subsidi Negara hingga 15-20 trilliun rupiah per tahunnya (Pertamina, 2008).

Dampak dari program konversi minyak tanah ke LPG ini adalah meningkatnya kebutuhan masyarakat akan LPG hingga mencapai 1553 ribu M ton pada tahun 2008 bahkan diproyeksikan sampai tahun 2025 permintaan akan LPG bisa mencapai dua kali lipat permintaan saat ini (Purwanto et al. 2006). Akan tetapi meningkatnya permintaan LPG ini tidak diikuti dengan ketersediaan LPG sehingga menimbulkan kelangkaan LPG yang terjadi di beberapa wilayah seperti Bandung, Yogyakarta, Semarang dan banyak lagi. Karenanya ketersediaan LPG di masa depan adalah suatu masalah yang harus menjadi perhatian yang cukup serius.

Salah satu cara untuk memenuhi permintaan kebutuhan LPG adalah dengan meningkatkan produksi LPG di kilang – kilang Pertamina. Namun, peningkatan produksi LPG memiliki beberapa kendala karena membutuhkan 2

Page 2: BAB I, II, dan III

tambahan investasi yang cukup besar serta persediaan bahan baku LPG yaitu minyak bumi yang semakin menipis.

Cadangan minyak terbukti Indonesia saat ini adalah sebesar 8 miliar barrel yang hanya cukup untuk 10 tahun lagi. Menipisnya cadangan minyak disertai kurangnya investasi di bidang eksplorasi menyebabkan semakin menurunnya produksi minyak nasional. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini.

Dari gambar 1.1. di atas terlihat bahwa setiap tahun produksi minyak nasional mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2000 produksi minyak nasional sebesar 500 juta barrel dan terus mengalami penurunan hingga pada tahun 2008 produksi minyak nasional hanya mencapai dibawah 100 juta barrel per tahun. Hal ini dapat berdampak negatif bagi ketersediaan LPG di Indonesia mengingat ketergantungan masyarakat terhadap LPG sebagai bahan bakar dalam memasak akan semakin besar seiring berjalannya program konversi. Oleh karena itu, ketersediaan bahan baku LPG harus mulai menjadi perhatian salah satu caranya adalah dengan mengembangkan sumber bahan bakar alternatif untuk menghasilkan LPG (Chapter 1 skripsi Dianita Wangsamulia: PENGOLAHAN MINYAK JARAK PAGAR UNTUK SINTESA FRAKSI C3 DAN C4 DENGAN REAKSI PERENGKAHAN KATALITIK MENGGUNAKAN KATALIS ALUMINA (Al2O3), 2009).

Minyak jelantah merupakan sisa hasil penggunaan dari produk minyak bumi, akan tetapi masih banyak yang meragukan apakah minyak jelantah yang hanya dianggap sebagai sisa penggunaan tersebut masih memiliki nilai guna atau tidak.Minyak jelantah mempunyai karakteristik yang hamper sama dengan karakteristik yang dimiliki oleh minyak bumi. Hal ini tentunya jika diteliti lebih lanjut bisa saja ditingkatkan nilai gunanya sehingga minyak jelantah tersebut mampu diproses sehingga menghasilkan bahan baku alternatif untuk pembuatan gas LPG.

2

Page 3: BAB I, II, dan III

Oleh karena itu, maka harus dilakukan penelitian untuk meningkatkan nilai guna minyak jelantah sehingga bisa diproses untuk menghasilkan sumber bahan baku alternatif pembuatan LPG.

Minyak jelantah yang tadinya di buang begitu saja akan lebih baik ketika dapat ditingkatkan nilai mutunya. Limbah industri seperti minyak jelantah ini terutama bisa didapat dari perusahaan pengolah makanan fast food atau yang kita kenal sebagai makanan cepat saji.

Rincian penggunaan energi di Indonesia yang mengacu pada basis bahan bakarnyadi tahun 2001 adalah sebagai berikut, bahan bakar minyak (72.3%), gas alam (8.4%), batubara (5.1%), LPG (2%) dan listrik (11.3%). Hal ini berarti penggunaan energi di Indonesia masih berbasis pada bahanbakar minyak.

Perubahan pola komsumsi bahan baker masyarakat Indonesia dari minyak bumi menjadi gas atau LPG yang lebih murah mutlak dilakukan. Hal ini mengingat dengan tingginya harga minyak mentah, maka pemerintah harus menanggung beban subsidi bahan bakar minyak yang tinggi. Pemakaian bahan bakar gas dapat mengurangi besarnya subsidi tersebut yang kemudian dapat dipakai untuk investasi infrastruktur ataupun penyediaan kebutuhan pokok bagi rakyat sepert kesehatan dan pendidikan.

Menurut perkiraan geologis jumlah sumber daya migas yang terdapat di Indonesia berada di 60 cekungan di darat dan lepas pantai, berjumlah sekitar 70 miliar barel (bbls) minyak bumi dan sekitar 330 triliun kaki kubik (tcf) gas alam. Dari jumlah tersebut cadangan yang bisa diproduksi dengan kondisi teknologi dan ekonom saat ini (proven reserves) hanya sekitar 5 miliar barel minyak dan 92 triliun kaki kubik gas. Bila tidak ada investasi beserta cadangan baru maka dengan tingkat produksi selama tahun 2002 proven reserves Indonesia akan habis setelah 11 tahun produksi untuk minyak bumi dan 37 tahun untuk gas alam [1].Pabrik pengolahan gas sampai saat ini hanya terdapat di Sumatera dan Jawa, hal ini tentu saja dapat menyebabkan kesulitan dan kelangkaan distribusi bahan bakar gas menuju wilayah Indonesia Timur. Oleh karena itu diperlukan pendirian pabrik pengolahan gas di Kawasan Indonesia Timur yang dapat mengolah gas alam menjadi produk utama yaitu gas kota, dan LPG, serta kondensat sebagai produk samping. LPG dan gas kota akan digunakan sebagai bahan bakar industri dan rumah tangga, serta bahan baku industri petrokimia.

Perkembangan teknologi sumber daya energi terbaharukan (renewable energi) terus mengalami kemajuan. Salah satu di antaranya adalah pengembangan biodiesel, yaitu bahan bakar untuk mesin diesel yang dihasilkan dari sumber daya hayati yang justru banyak terdapat di daerah tropis seperti Indonesia. Bahan baku (feed stock) biodiesel terus mengalami pengembangan melalui berbagai eksperimen di seluruh dunia. Dari awalnya berbasis tumbuhan kanola (rapeseed) kemudian dikembangkan pembuatan dari kelapa sawit, pohon jarak, sampai minyak jelantah (used vegetable oil).

3

Page 4: BAB I, II, dan III

1.2 TUJUAN PENELITIANAdapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah “meningkatkan nilai guna minyak jelantah sehingga mampu menghasilkan sumber bahan baku alternatif untuk pembuatan LPG”.

4

Page 5: BAB I, II, dan III

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Yang mana diproduksi melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol; atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air.Biodiesel mentah (kasar) yang dihasilkan proses transesterifikasi minyak(atau esterifikasi asam-asam lemak) biasanya masih mengandung sisa-sisa katalis, metanol, dan gliserol (atau air). Untuk memurnikannya, biodiesel mentah(kasar) tersebut bisa dicuci dengan air, sehingga pengotor-pengotor tersebut larut ke dalam dan terbawa oleh fase air pencuci yang selanjutnya dipisahkan. Porsi pertama dari air yang dipakai mencuci disarankan mengandung sedikit asam/basa untuk menetralkan sisa-sisa katalis. Biodiesel yang sudah dicuci kemudian dikeringkan pada kondisi vakum untuk menghasilkan produk yang jernih (pertanda bebas air) dan bertitik nyala 100 oC (pertanda bebas metanol). Melalui kombinasi-kombinasi yang jitu dari kondisi-kondisi reaksi dan metode penyingkiran air, dan barangkali juga dengan pelaksanaan reaksi secara bertahap, konversi sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya dapat dituntaskan dalam waktu 1 sampai beberapa jam.

Proses transesterifikasi dan esterifikasi dapat digabungkan untuk mengolah bahan baku dengan kandungan asam lemak bebas sedang sampai tinggi seperti CPO low grade, maupun PFAD.

Sebagai bahan baku biodiesel dapat digunakan antara lain minyak jarak, minyak sawit, minyak kelapa dll.

Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari hidro karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda. Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan petroleum diesel adalah hidrokarbon. Namun, biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang serupa dengan petroleum diesel (solar) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Pencampuran 20 % biodiesel ke dalam petroleum diesel menghasilkan produk bahan bakar tanpa mengubah sifat fisik secara nyata. Produk ini di Amerika dikenal sebagai Diesel B-20 yang banyak digunakan untuk bahan bakar bus.

Energi yang dihasilkan oleh biodiesel relatif tidak berbeda dengan petroleum diesel (128.000 BTU vs 130.000 BTU), sehingga engine torque dan tenaga kuda yang dihasilkan juga sama. Walaupun kandungan kalori biodiesel serupa dengan petroleum diesel, tetapi karena biodiesel

5

Page 6: BAB I, II, dan III

mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang membahayakan pada suhu kamar, maka biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel dalam penyimpanan dan penggunaannya. Di samping itu, biodiesel tidak mengandung sulfur dan senyawa bensen yang karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan petroleum diesel.

Penggunaan biodiesel juga dapat mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon total, partikel, dan sulfur dioksida. Emisi nitrous oxide juga dapat dikurangi dengan penambahan konverter katalitik. Kelebihan lain dari segi lingkungan adalah tingkat toksisitasnya yang 10 kali lebih rendah dibandingkan dengan garam dapur dan tingkat biodegradabilitinya sama dengan glukosa, sehingga sangat cocok digunakan pada kegiatan di perairan untuk bahan bakar kapal/motor. Biodiesel tidak menambah efek rumah kaca seperti halnya petroleum diesel karena karbon yang dihasilkan masuk dalam siklus karbon.

Untuk penggunaan biodiesel pada dasarnya tidak perlu modifikasi pada mesin diesel, bahkan biodiesel mempunyai efek pembersihan terhadap tangki bahan bakar, injektor dan selang.

Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.

Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.

Kelapa sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.

Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak

6

Page 7: BAB I, II, dan III

mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.

Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri dari tiga lapisan:

Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin. Mesoskarp, serabut buah Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

Syarat hidup

Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

7

Page 8: BAB I, II, dan III

Tipe kelapa sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan orang. Elaeis guineensis  termasuk ke dalam famili Palmae dan sub-kelas Monocotyledoneae. Spesies lain dari genus Elaeis adalah (E. melanococca) yang dikenal sebagai kelapa sawit Amerika Latin. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.

Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari

Dura, Pisifera, dan Tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.

Karakteristik minyak kelapa sawit:

Karakteristik                                                         Satuan                                               Nilai

Warna                                       -                                   Kuning jingga sampai kemerah-merahan.

Asam lemak bebas                    % bobot                       maksimum 5,00

Kadar kotoran                           % bobot                       maksimum 0,05

Kadar air                                   % bobot                       maksimum 0,45

Free Fatty Acids                        %                                 2,5 - 4,2

Iodine value                              mg/gr                           52 - 54

Moisture                                   %                                 0,1

Carotene                                   ppm                             297 - 313

8

Page 9: BAB I, II, dan III

Tocopherol                               ppm                             386 - 794

Cu                                            -                                   Trace

Fe                                            -                                   Trace

Dobi (Deterioration of Bleachibility Index)                       2,3 – 2,4

Hasil tanaman

Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keuunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.[1]

Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.

Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90°C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur. Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi serta populasi dengan segala aktivitasnya akan meningkatkan kebutuhan energi di semua sektor pengguna energi. Konsumsi energi final meningkat dari 221,33 juta Setara Barel Minyak (SBM) pada tahun 1990 menjadi 489,01 juta SBM pada tahun 2003 atau meningkat sebesar 6,3% per tahun. Berdasarkan jenis energinya, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan konsumsi energi final terbesar. Pada tahun 2003

9

Page 10: BAB I, II, dan III

konsumsi BBM sebesar 329 juta SBM (67,7%), Bahan Bakar Gas (BBG) sebesar 63 juta SBM (13,0%), listrik sebesar 55 juta SBM (11,3%), batubara sebesar 31 juta SBM (6,4%), dan LPG sebesar 8 juta SBM (1,6%). Sebagian besar konsumsi BBM digunakan untuk sektor transportasi.

Peningkatan kebutuhan energi tersebut harus didukung adanya pasokan energi jangka panjang secara berkesinambungan, terintegrasi, dan ramah lingkungan. Pasokan energi diusahakan berasal dari sumber energi dalam negeri dan dari impor dari negara lain apabila pasokan energi dalam negeri tidak mencukupi. Mengingat potensi sumberdaya minyak bumi dan kemampuan kapasitas kilang di dalam negeri yang terbatas maka perlu dicarikan bahan bakar alternatif untuk substitusi BBM.

Sejalan dengan permasalahan tersebut, pemerintah melalui Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006 telah mengeluarkan kebijakan energi nasional. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri. Kebijakan utama meliputi penyediaan energi yang optimal, pemanfaatan energi yang efisien, penetapan harga energi ke arah harga keekonomian dan pelestarian lingkungan. Kebijakan utama tersebut didukung dengan pengembangan infrastruktur, kemitraan dunia usaha, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan penelitian. Kebijakan energi nasional ini juga memuat upaya untuk melakukan diversifikasi dalam pemanfaatan energi. Usaha diversifikasi ini ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No.1 Tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain. Dalam mendukung kebijakan ini pemerintah juga mengeluarkan Blueprint Pengelolaan Energi Nasional. Pengembangan dalam pemanfaatan biofuel menjadi lebih menarik dengan semakin meningkatnya harga minyak mentah dunia yang mencapai US$70 per barel pada akhir tahun 2005. Berdasarkan road map biofuel pada Blueprint Pengelolaan Energi Nasional ditargetkan Indonesia mampu mensubstitusi minyak solar dengan biodiesel sebanyak 2% pada tahun 2010, 3% tahun 2015 dan 5% tahun 2025 serta mensubstitusi bensin dengan bioethanol (gasohol) sebanyak 2% pada tahun 2010, 3% tahun 2015 dan 5% tahun 2025.Gas alam merupakan campuran gas yang mudah terbakar yang mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon dalam jumlah besar. Seperti minyak bumi dan batubara, gas alam juga merupakan bahan bakar fosil. Gas alam biasanya mengandung sebanyak 85% metana (CH4) dan sekitar 10% etana (C2H6), serta mengandung sejumlah kecil propana (C3H8), butane (C4H10), pentana (C5H12), dan alkana lainnya. Secara umum kandungan hidrokarbon di dalam gas alam bervariasi tergantung terutama pada lokasi reservoir gas alam. Gas alam mengandung sejumlah kecil senyawa-senyawa pengotor, termasuk didalamnya adalah karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan nitrogen (N2).

Gas Alam

10

Page 11: BAB I, II, dan III

Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana C H 4). Ia dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.

Komposisi kimia

Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.

Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-turut).

Komponen %

Metana (CH4) 80-95

Etana (C2H6) 5-15

Propana (C3H8) and Butane (C4H10) < 5

Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.

Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan

11

Page 12: BAB I, II, dan III

tercekiknya pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.

Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15%.

Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan, dan konsentrasi yang di luar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan ledakan.

Peyimpanan dan transportasi gas alam

Polyethylene gas main being laid in a trench.

Metode penyimpanan gas alam dilakukan dengan "Natural Gas Underground Storage", yakni suatu ruangan raksasa di bawah tanah yang lazim disebut sebagai "salt dome" yakni kubah-kubah di bawah tanah yang terjadi dari reservoir sumber-sumber gas alam yang telah depleted. Hal ini sangat tepat untuk negeri 4 musim. Pada musim panas saat pemakaian gas untuk pemanas jauh berkurang (low demand), gas alam diinjeksikan melalui kompresor-kompresor gas kedalam kubah di dalam tanah tersebut. Pada musim dingin, dimana terjadi kebutuhan yang sangat signifikan, gas alam yang disimpan di dalam kubah bawah tanah dikeluarkan untuk disalurkan kepada konsumen yang membutuhkan. Bagi perusahaan (operator) penyedia gas alam, cara ini sangat membantu untuk menjaga stabilitas operasional pasokan gas alam melalui jaringan pipa gas alam.

12

Page 13: BAB I, II, dan III

Pada dasarnya sistem transportasi gas alam meliputi :

Transportasi melalui pipa salur. Transportasi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) dengan kapal

tanker LNG untuk pengangkutan jarak jauh. Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di

daratan dengan road tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut, untuk jarak dekat dan menengah (antar pulau).

Di Indonesia, Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Hilir Migas) telah menyusun Master Plan "Sistem Jaringan Induk Transmisi Gas Nasional Terpadu". Dalam waktu yang tidak lama lagi sistem jaringan pipa gas alam akan membentang sambung menyambung dari Nang roe Aceh Darussalam-Sumatera Utara-Sumatera Tengah-Sumatera Selatan-Jawa-Sulawesi dan Kalimantan. Saat ini jaringan pipa gas di Indonesia dimiliki oleh PERTAMINA dan PGN dan masih terlokalisir terpisah-pisah pada daerah-daerah tertentu, misalnya di Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur.

Carrier LNG dapat digunakan untuk mentransportasi gas alam cair (liquefied natural gas, LNG) menyebrangi samudra, sedangkan truk tangki dapat membawa gasa alam cair atau gas alam terkompresi (compressed natural gas, CNG) dalam jarak dekat. Mereka dapat mentransportasi gas alam secara langsung ke pengguna-akhir atau ke titik distribusi, seperti jalur pipa untuk transportasi lebih lanjut. Hal ini masih membutuhkan biaya yang besar untuk fasilitas tambahan untuk pencairan gas atau kompresi di titik produksi, dan penggasan atau dekompresi di titik pengguna-akhir atau ke jalur pipa.

Pemanfaatan Gas Alam

Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :

Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga hotel, restoran dan sebagainya.

Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik (LDPE = low density polyethylene, LLDPE = linear low density polyethylene, HDPE = high density polyethylen, PE= poly ethylene, PVC=poly vinyl chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan.

13

Page 14: BAB I, II, dan III

Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural Gas (LNG.

Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air conditioner (AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan beberapa bangunan gedung perguruan tinggi di Australia.

Gas alam di Indonesia

Pemanfaatan gas alam di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an dimana produksi gas alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di Pendopo, Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri IA, PT Pupuk Sriwidjaja di Palembang. Perkembangan pemanfaatan gas alam di Indonesia meningkat pesat sejak tahun 1974, dimana PERTAMINA mulai memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di Prabumulih, Sumatera Selatan ke pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di Palembang. Karena sudah terlalu tua dan tidak efisien, pada tahun 1993 Pusri IA ditutup,dan digantikan oleh Pusri IB yang dibangun oleh putera-puteri bangsa Indonesia sendiri. Pada masa itu Pusri IB merupakan pabrik pupuk paling modern di kawasan Asia, karena menggunakan teknologi tinggi. Di Jawa Barat, pada waktu yang bersamaan, 1974, PERTAMINA juga memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di lepas pantai (off shore) laut Jawa dan kawasan Cirebon untuk pabrik pupuk dan industri menengah dan berat di kawasan Jawa Barat dan Cilegon Banten. Pipa gas alam yang membentang dari kawasan Cirebon menuju Cilegon, Banten memasok gas alam antara lain ke pabrik semen, pabrik pupuk, pabrik keramik, pabrik baja dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap.

Selain untuk kebutuhan dalam negeri, gas alam di Indonesia juga di ekspor dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas)

Salah satu daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia adalah Nanggröe Aceh Darussalam. Sumber gas alam yang terdapat di daerah Kota Lhokseumawe dikelola oleh PT Arun NGL Company. Gas alam telah diproduksikan sejak tahun 1979 dan diekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Selain itu di Krueng Geukuh, Nanggröe Aceh Barôh (kabupaten Aceh Utara) juga terdapat PT Pupuk Iskandar Muda pabrik pupuk urea, dengan bahan baku dari gas alam.

Minyak BumiMinyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang dan oleum – minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.

14

Page 15: BAB I, II, dan III

Komposisi

Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dll.

Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon.

Empat alkana teringan- CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana), dan C4H10

(butana) - semuanya adalah gas yang mendidih pada -161.6 °C, -88.6 °C, -42 °C, dan -0.5 °C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1° F).

Rantai dalam wilayah C5-7 semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta jernih. Senyawaan tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry clean), dan produk cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26 dicampur bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari rantai di wilayah C10

Minyak pelumas dan gemuk setengah-padat (termasuk Vaseline®) berada di antara C16 sampai ke C20.

Rantai di atas C20 berwujud padat, dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan bitumen aspal.

Titik pendidihan dalam tekanan atmosfer fraksi distilasi dalam derajat Celcius:

minyak eter: 40 - 70 °C (digunakan sebagai pelarut) minyak ringan: 60 - 100 °C (bahan bakar mobil) minyak berat: 100 - 150 °C (bahan bakar mobil) minyak tanah ringan: 120 - 150 °C (pelarut dan bahan bakar untuk rumah

tangga) kerosene: 150 - 300 °C (bahan bakar mesin jet) minyak gas: 250 - 350 °C (minyak diesel/pemanas) minyak pelumas: > 300 °C (minyak mesin) sisanya: tar, aspal, bahan bakar residu

Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak adalah zat abiotik, yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi berasal dari zat anorganik yang dihasilkan secara alami dalam perut bumi. Namun, pandangan ini diragukan dalam lingkungan ilmiah.

Petrokimia adalah bahan kimia apapun yang diperoleh dari bahan bakar fosil. Ini termasuk bahan bakar fosil yang telah dipurifikasi seperti metana, propana, butana, bensin, minyak tanah, bahan bakar diesel, bahan bakar pesawat, dan juga termasuk berbagai bahan kimia untuk pertanian seperti pestisida, herbisida, dan pupuk, serta bahan-bahan seperti plastik, aspal, dan serat buatan

15

Page 16: BAB I, II, dan III

Elpiji

Elpiji, dari pelafalan singkatan bahasa Inggris; LPG (liquified petroleum gas, harafiah: "gas minyak bumi yang dicairkan"), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12).

Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi biasaya sekitar 250:1.

Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya, juga bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh, dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20 °C (68 °F) agar mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada 55 °C (131 °F).

Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji campuran, elpiji propana dan elpiji butana. Spesifikasi masing-masing elpiji tercantum dalam keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor: 25K/36/DDJM/1990. Elpiji yang dipasarkan Pertamina adalah elpiji campuran.

Sifat elpiji

Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:

Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau

silinder. Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat. Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati

daerah yang rendah.

Penggunaan elpiji

Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, Elpiji juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor (walaupun mesin kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu).

16

Page 17: BAB I, II, dan III

Bahaya elpiji

Salah satu risiko penggunaan elpiji adalah terjadinya kebocoran pada tabung atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan kebakaran. Pada awalnya, gas elpiji tidak berbau, tapi bila demikian akan sulit dideteksi apabila terjadi kebocoran pada tabung gas. Menyadari itu Pertamina menambahkan gas mercaptan, yang baunya khas dan menusuk hidung. Langkah itu sangat berguna untuk mendeteksi bila terjadi kebocoran tabung gas. Tekanan elpiji cukup besar (tekanan uap sekitar 120 psig), sehingga kebocoran elpiji akan membentuk gas secara cepat dan merubah volumenya menjadi lebih besar.

Minyak jelantah (bahasa Inggris: waste cooking oil) adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat di gunakan kembali untuk keperluaran kuliner [1] akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan, kegunaan lain dari minyak jelantah adalah bahan bakar biodisel. [2]

Minyak bekas mengandung asam lemak bebas

Ketika minyak digunakan untuk menggoreng terjadi peristiwa oksidasi, hidrolisis yang memecah molekul minyak menjadi asam. Proses ini bertambah besar dengan pemanasan yang tinggi dan waktu yang lama selama penggorengan makanan. Adanya asam lemak bebas dalam minyak goreng tidak bagus pada kesehatan. FFA dapat pula menjadi ester jika bereaksi dengan methanol, sedang jika bereaksi dengan soda akan mebentuk sabun. Produk biodiesel harus dimurnikan dari produk samping, gliserin, sabun sisa methanol dan soda. Sisa soda yang ada pada biodiesel dapat henghidrolisa dan memecah biodiesel menjadi FFA yang kemudian terlarut dalam biodiesel itu sendiri. Kandungan FFA dalam biodiesel tidak bagus karena dapat menyumbat filter atau saringan dengan endapan dan menjadi korosi pada logam mesin diesel.

17

Page 18: BAB I, II, dan III

Propana

Rumus kimia propana

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas dalam keadaan normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal. Senyawa ini diturunkan dari produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam. Propana umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin, barbeque (pemanggang), dan di rumah-rumah.

Dijual sebagai bahan bakar, propana dikenal juga sebagai LPG (liquified petroleum gas - gas petroleum cair) yang dapat berupa campuran dengan sejumlah kecil propena, butana, dan butena. Kadang ditambahkan juga etanetiol sebagai bahan pemberi bau agar dapat digunakan sebagai deteksi jika terjadi kebocoran. Di Amerika Utara, komposisi utama LPG adalah propana (paling tidak 90%), dengan tambahan butana dan propena. Ini adalah standar HD5, yang awalnya dibuat terutama untuk bahan bakar kendaraan.

Butana

Butana, juga disebut n-butana, adalah alkana rantai lurus dengan empat atom karbon CH3CH2CH2CH3. Butana juga digunakan sebagai istilah kolektif untuk n-butana dan satu-satunya isomernya, isobutana (disebut juga metilpropana), CH(CH3)3. Butana sangat mudah terbakar, tidak berwarna, dan merupakan gas yang mudah dicairkan. Nama butana diturunkan dari nama asam butirat.

18

Page 19: BAB I, II, dan III

Proses Operasi di dalam Kilang Minyak

Minyak mentah yang baru dipompakan ke luar dari tanah dan belum diproses umumnya tidak begitu bermanfaat. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, minyak mentah tersebut harus diproses terlebih dahulu di dalam kilang minyak.

Minyak mentah merupakan campuran yang amat kompleks yang tersusun dari berbagai senyawa hidrokarbon. Di dalam kilang minyak tersebut, minyak mentah akan mengalami sejumlah proses yang akan memurnikan dan mengubah struktur dan komposisinya sehingga diperoleh produk yang bermanfaat.

Secara garis besar, proses yang berlangsung di dalam kilang minyak dapat digolongkan menjadi 5 bagian, yaitu:

19

Page 20: BAB I, II, dan III

Proses Distilasi, yaitu proses penyulingan berdasarkan perbedaan titik didih; Proses ini berlangsung di Kolom Distilasi Atmosferik dan Kolom Destilasi Vakum.

Proses Konversi, yaitu proses untuk mengubah ukuran dan struktur senyawa hidrokarbon. Termasuk dalam proses ini adalah:

Dekomposisi dengan cara perengkahan termal dan katalis (thermal and catalytic cracking)

Unifikasi melalui proses alkilasi dan polimerisasi Alterasi melalui proses isomerisasi dan catalytic reforming

Proses Pengolahan (treatment). Proses ini dimaksudkan untuk menyiapkan fraksi-fraksi hidrokarbon untuk diolah lebih lanjut, juga untuk diolah menjadi produk akhir.

Formulasi dan Pencampuran (Blending), yaitu proses pencampuran fraksi-fraksi hidrokarbon dan penambahan bahan aditif untuk mendapatkan produk akhir dengan spesikasi tertentu.

Proses-proses lainnya, antara lain meliputi: pengolahan limbah, proses penghilangan air asin (sour-water stripping), proses pemerolehan kembali sulfur (sulphur recovery), proses pemanasan, proses pendinginan, proses pembuatan hidrogen, dan proses-proses pendukung lainnya.

Proses Distilasi

Gambar ini memperlihatkan proses distilasi (penyulingan) minyak mentah yang berlangsung di Kolom Distilasi.

20

Page 21: BAB I, II, dan III

Tahap awal proses pengilangan berupa proses distilasi (penyulingan) yang berlangsung di dalam Kolom Distilasi Atmosferik dan Kolom Distilasi Vacuum. Di kedua unit proses ini minyak mentah disuling menjadi fraksi-fraksinya, yaitu gas, distilat ringan (seperti minyak bensin), distilat menengah (seperti minyak tanah, minyak solar), minyak bakar (gas oil), dan residu. Pemisahan fraksi tersebut didasarkan pada titik didihnya.

Kolom distilasi berupa bejana tekan silindris yang tinggi (sekitar 40 m) dan di dalamnya terdapat tray-tray yang berfungsi memisahkan dan mengumpulkan fluida panas yang menguap ke atas. Fraksi hidrokarbon berat mengumpul di bagian bawah kolom, sementara fraksi-fraksi yang lebih ringan akan mengumpul di bagian-bagian kolom yang lebih atas.

Fraksi-fraksi hidrokarbon yang diperoleh dari kolom distilasi ini akan diproses lebih lanjut di unit-unit proses yang lain, seperti: Fluid Catalytic Cracker, dll.

Produk-produk Kilang Minyak

Produk-produk utama kilang minyak adalah:

Minyak bensin (gasoline). Minyak bensin merupakan produk terpenting dan terbesar dari kilang minyak.

Minyak tanah (kerosene) LPG (Liquified Petroleum Gas) Minyak distilat (distillate fuel) Minyak residu (residual fuel) Kokas (coke) dan aspal Bahan-bahan kimia pelarut (solvent) Bahan baku petrokimia Minyak pelumas

21

Page 22: BAB I, II, dan III

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Tahap Penelitian

• Menentukan suhu perengkahan• Menentukan densitas Sminyak jelantah murni• Melakukan reaksi tanpa menggunakan katalis

Blank Test

• Preparasi Katalis• Variasi suhu reaksi: 320°C; 330°C; dan 340°C• Variasi Rasio Massa katalis/minyak jelantah 1:75 dan 1:100

Reaksi PerengkahanKatalitik

• Mendistilasi minyak jelantah hasil perengkahanDistilasi

• Analisis Produk Gas GC• Analisis Produk Cair densitas dan FTIRAnalisis Produk

• Konversi• YieldPengolahan Data

3.2 Alat dan Bahan3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Reaktor kaca 100 ml - Kondenser- Stirrer - Hot plate- Gelas beaker - Insulator- Gelas ukur - Stopwatch

22

Page 23: BAB I, II, dan III

- Pipet - Pompa dan selang plastik- Piknometer - Termokopel- Viskometer - Gas Trap- Cawan - Syringe- Sendok - Gas Chromatography (GC)- Statip - FTIR

Tabel. 3.2.1 Alat yang digunakan dalam penelitian

3.2.2 BahanAdapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :1. Minyak jelantah2. Katalis Zeolit

3.3 Prosedur Percobaan3.3.1 Blank Test

1. Dilakukan uji distilasi terhadap SJO murni mengetahui titik didih awal (IBP) Suhu reaksi divariasikan tidak lebih dari IBP agar hanya teruapkan

fraksi ringan dan yang merupakan hasil perengkahan2. Dilakukan uji densitas dari SJO murni yang akan digunakan sebagai

parameter pembanding terhadap densitas produk cair.3.3.2 Reaksi Perengkahan Katalitik

Reaksi perengkahan dilakukan secara tumpak pada fasa cair dan tekanan atmosferik

Pada saat dilangsungkan reaksi perengkahan katalitik diambil sampel gas setiap interval tertentu dianalisis dengan Gas Chromatography (GC) sehingga diketahui kandungan dan komposisi senyawa dalam sampel gas. .

Tabung kondensor diarahkan secara vertikal agar terjadi full-reflux terhadap produk yang dihasilkan sehingga yang keluar dari atas tabung kondensor saat pengambilan sampel adalah murni produk gas. Disamping itu diharapkan produk yang sudah terengkah dapat direngkah lagi saat di reflux

3.3.3 Pengambilan Sampel Sampel gas diambil sejak suhu 180°C hingga mencapai suhu reaksi

dengan interval kenaikan suhu 200C. Setelah mencapai suhu reaksi, suhu ditahan selama 1 jam dan sampel

diambil setiap 5 menit

3.4 Analisa3.4.1 Gas Chromatography (GC)

Metode pemisahan komponen campuran di mana sampel berkesetimbangan di antara 2 fasa Fasa gerakàgas (argon)

23

Page 24: BAB I, II, dan III

Fasa diamàlapisan liquid atau polimer pada support padat (porapak)

Analisa kualitatif berdasarkan retention time Analisa kuantitatif berdasarkan area puncak

3.5 Rangkaian Alat3.5.1 Rangkaian Alat Pada Tahap Reaksi Perengkahan

Gambar 3.5.1.1 Rangkaian alat pada proses perengkahan

3.5.2 Rangkaian Alat Pada Tahap Distilasi

24

Page 25: BAB I, II, dan III

Gambar 3.5.2.1 Rangkaian alat pada tahap distilasi

25

Page 26: BAB I, II, dan III

26