BAB I Hidrologi.doc

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredarannya, sifat-sifat kimia dan fisiknya, reaksi dengan lingkungan, termasuk dengan makhluk-makhluk hidup. Karena perkembangan yang begitu cepat, hidrologi telah menjadi ilmu dasar dari Pengelolaan Sumber Daya Air yang merupakan pengembangan dan penggunaan sumber daya air secara terencana. Banyak proyek di dunia dilakukan dengan terlebih dahulu melaksanakan survei kondisi-kondisi hidrologi yang cukup. Survei-survei tersebut meliputi prosedur-prosedur pengumpulan data lapangan sampai pemrosesan data dan karena itu menghasilkan data sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Pada dasarnya, hidrologi adalah suatu ilmu yang bersifat menafsirkan. Melalkukan percobaan dibatasi oleh 1

Transcript of BAB I Hidrologi.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya,

peredarannya, sifat-sifat kimia dan fisiknya, reaksi dengan lingkungan, termasuk

dengan makhluk-makhluk hidup. Karena perkembangan yang begitu cepat, hidrologi

telah menjadi ilmu dasar dari Pengelolaan Sumber Daya Air yang merupakan

pengembangan dan penggunaan sumber daya air secara terencana. Banyak proyek di

dunia dilakukan dengan terlebih dahulu melaksanakan survei kondisi-kondisi

hidrologi yang cukup. Survei-survei tersebut meliputi prosedur-prosedur

pengumpulan data lapangan sampai pemrosesan data dan karena itu menghasilkan

data sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.

Pada dasarnya, hidrologi adalah suatu ilmu yang bersifat menafsirkan.

Melalkukan percobaan dibatasi oleh ukuran kejadian alam, yang diteliti sesederhana

mungkin dengan akibat yang bersifat khusus. Persyaratan mendasarnya berupa data

yang diamati dan diukur menegenai sei pencurahan, pelimpasan, penelusan,

pengaliran sungai, penguapan dan seterusnya.

Dengan demikian mahasiswa Universitas Andi Djemma Palopo

melaksanakan praktek perkerasan jalan raya agar mengerti dan jelas bagaimana

membangun jalan raya yang baik dan benar.

1

B. Tujuan Makalah

Untuk mengetahui definisi dan pengertian hidrologi dan semua bidang ilmu dan

hal-hal yang berkaitan dengan hidrologi.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dirumuskan masalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan hidrologi?

2. Apa sajakah ruang lingkup hidrologi?

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian hidrologi

Hidrologi termasuk salah satu cabang ilmu geografi (ilmu bumi). Secara

harafiah “hidrologi” berasal dari bahasa Yunani, yakni “hydro” dan “loge”. Hydro

berarti sesuatu yang berhubungan dengan air dan loge berarti pengetahuan. Jadi

hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang secara khusus mempelajari tentang kejadian,

perputaran dan penyebaran air di atmosfir dan permukaan bumi serta di bawah

permukaan bumi. Secara luas hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air, termasuk

transformasi antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, di atas dan di bawah

permukaan tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan

penyimpan air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini.

Hidrologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada hubungan dengan

ilmu lain, seperti meteorologi, klimatologi, geologi, agronomi kehutanan, ilmu tanah,

dan hidrolika.

Menurut The International Association of Scientific Hydrology, hidrologi

dapat dibagi menjadi:

1. Potamologi (Potamology), khusus mempelajari aliran permukaan (surface

streams).

2. Limnologi (Limnology), khusus mempelajari air danau.

3

3. Geohidrologi (Geohydrology), khusus mempelajari air yang ada di bawah

permukaan tanah (mempelajari air tanah groundwater).

4. Kriologi (Cryology), khusus mempelajari es dan salju.

5. Hidrometeorologi (Hydrometeorology), khusus mempelajari problema-problema

yang ada diantara hidrologi dan meteorologi.

B. Daur Hidrologi

Menurut E.M. Wilson (1993), yang dimaksud dengan daur hidrologi adalah

gerakan air yang berdaur dari lautan ke atmosfir kemudian jatuh sebagai curahan ke

bumi tempat air itu berkumpul.

Proses-proses dalam Siklus Air, adalah sebagai berikut:

1. Penguapan, yaitu proses perubahan air menjadi uap air dengan bantuan energi

panas dari sinar matahari.

2. Transpirasi, yaitu proses penguapan air yang terjadi melalui tumbuhan.

3. Kondensasi, yaitu proses perubahan uap air menjadi tetes-tetes air yang sangat

kecil (pengembunan).

4. Transportasi, yaitu proses pengangkutan awan/uap air oleh angin menuju

ke daerah tertentu yang akan kejatuhan hujan.

5. Hujan, yaitu proses jatuhnya tetes-tetes air “besar” (tumpukan tetes-tetes air

kecil hasil kondensasi) sampai ke permukaan bumi.

6. Infiltrasi, yaitu gerakan air hujan menembus permukaan tanah kemudian

masuk ke dalam tanah (Peresapan).

4

7. Perkolasi, yaitu proses penyaringan air melalui pori-pori halus tanah sehingga

air dapat meresap dalam tanah (Peresapan)

8. Aliran Air Dalam Tanah, yaitu air hujan yang meresap ke dalam tanah dan

mengalir di atas lapisan kedap air sampai muncul kembali di permukaan

tanah sebagai mata air, atau mengalir hingga ke laut.

9. Aliran Air Permukaan, yaitu air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah

melainkan menggenang atau mengalir di permukaan tanah.

C. Istilah dalam hidrologi

1. Presipitasi

Presipitasi adalah istilah umum dari semua bentuk air yang jatuh ke permukaan,

bentuk ini bisa berupa butiran-butiran es, salju dan cairan air. Untuk daerah tropik seperti

Indonesia, bentuk presipitasi adalah pada umumnya berbentuk cairan dan biasa disebut

hujan. Hujan berasal dari perpadatan dan kondensasi uap, yang selalu ada dalam atmosfir.

Gerakan udara atau angin mempunyai saham besar dalam pembentukan hujan, berdasarkan

atas gerakan udara ini hujan dapat dibagi dalam :

a. Hujan (presipitasi) convective ialah presipitation yang disebabkan oleh naiknya udara

panas, lapisan udara naik ini kemudian bergerak ke daerah yang lebih dingin (terjadi

perpadatan dan kondensasi) dan terjadi hujan.

b. Hujan (presipitasi) cyclonic, berasal dari naiknya udara terpusatkan dalam daerah

dengan tekanan rendah.

c. Hujan (presipitasi) orografic, ini disebabkan oleh udara naik terkena rintangan -

rintangan antara lain gunung-gunung.

5

Presipitasi termasuk faktor pengontrol yang mudah diamati dalam sirkulasi

hidrologi pada suatu DAS (Daerah Pengaliran Sungai/Catchment Area). Seorang

perencana/hidrologist harus dapat menentukan variasi karakteristik hujan di suatu

DAS, dari hasil pengumpulan, perhitungan / analisa data, serta dapat menentukan

bagaimana pengukurannya maupun cara menganalisa data hasil pengukuran. Karena

selain tergantung pada data yang tersedia, maka kebutuhan akan data hujan

tergantung pula pada kebutuhan lebih lanjut, apakah akan seteliti data harian, bulanan

atau harus data tahunan.

Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya presipitasi :

Adanya uap air di Atmosphere

Faktor-faktor meteorologis

Lokasi daerah, sehubungan dengan sistim sirkulasi secara umum

Rintangan yang disebabkan oleh gunung-gunung dan lain - lain.

a. Alat Pengukur Hujan

Data-data tinggi hujan atau besarnya curah hujan hanya bisa

ditentukan dengan pengukuran langsung dengan alat pengukur hujan atau juga

disebut takaran hujan rain gauge.

1) Alat pengukur/penakar hujan biasa.

2) Alat pengukur/penakar hujan automatis (automatic rain-gauge/recorder)

6

Istilah presipitasi selanjutnya, hanya diartikan sebagai jumlah air hujan

yang terukur/ tertampung dalam alat pencatat hujan. Satuan hujan dalam : mm

atau inch.

Tujuan pengukuran yaitu untuk mengukur banyaknya dan intensitas

hujan yang turun pada permukaan datar tanpa memperhatikan adanya

infiltrasi, pengaliran atau penguapan.

1) Alat penakar hujan biasa

Pada dasarnya alat ini terdiri dari : corong dengan diameter tertentu

(umumnya 8") diperlengkapi dengan cincin bibir tajam agar ada batas yang

tajam antara air yang masuk dalam corong dan yang tidak diukur, cincin

bibir terbuat dari lembaga atau kuningan agar tidak mudah berkarat,

dengan adanya pipa pada corong, diharapkan kemungkinan penguapan

dapat di perkecil dan dapat diabaikan dalam menentukan tinggi hujan.

Botol penampung air hujan, penopang corong dan sebuah gelas ukur. Tiap

hari / pagi hari, corong penangkap hujan diangkat, botol diambill dan

diganti yang kosong. Air di dalam botol penampung diukur dengan

memakai gelas ukur, untuk mengukur jumlah hujan yang dinyatakan dalam

mm atau (inch) tiap 1 hari atau 24 jam, misalnya h = 15 mm/24 jam.

Sebelum pengukuran dilakukan harus sudah mempunyai data

komulatif sebelumnya (hujan kumulatif untuk periode 24 jam).

7

Sedangkan untuk berbagai keperluan dan analisa dibutuhkan intensitas

hujan yang terjadi dalam satuan waktu tertentu (mm/jam).

2) Alat Penakar Hujan Automatik

Ada 3 (tiga) tipe alat perekam hujan automatis adalah :

• Weighing bucket rain-gauge

• Float type rain gauge

• Tipping bucket rain gauge

Alat perekam hujan ini, dapat dipakai juga untuk menentukan

kecepatan atau kederasan hujan untuk suatu jangka waktu pendek.

Prinsip kerja :

a) Bucket atau cawan atau tempat penampungan air diletakkan di atas

pegas yang dapat bergerak turun apabila dibebani (air hujan).

b) Pinsil atau alat tulis dikaitkan pada bucket dan dihubungkan dengan

gulungan kertas grafik.

c) Gulungan kertas grafis dapat selalu berputar dari tenaga baterai/accu.

d) Bila terjadi hujan, bucket akan bergerak turun karena beban air dan

pinsil akan menggores kertas grafis sehingga membentuk garis gratis

turun sesuai dengan tingkat kederasan hujan.

e) Intensitas hujan adalah perbandingan antara tinggi hujan dengan waktu

hujan.

8

2. Infiltrasi dan Perkolasi

Infiltrasi adalah perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah.

Kebalikan dari infiltrasi adalah rembesan (seepage).

Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh, yang terletak

di antara permukaan tanah sampai ke permukaan air tanah (zona jenuh). Daya

infiltrasi f adalah laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, yang ditentukan

oleh kondisi permukaan, termasuk lapisan atas tanah. Besarnya daya infiltrasi f

dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Daya perkolasi p adalah laju perkolasi

maksimum yang dimungkinkan, yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tanah

dalam zona tidak jenuh, yang terletak di antara permukaan tanah dengan

permukaan air tanah.

Tanah akan menghasilkan daya infiltrasi yang besar, dengan daya

perkolasinya kecil, jika lapisan atasnya terdiri dari lapisan kerikil yang mempunyai

permeabilitas tinggi dan lapisan bawahnya terdiri dari lapisan tanah liat yang

relatif kedap air. Sedangkan tanah akan menghasilkan daya infiltrasi yang kecil

dengan daya perkolasinya tinggi, jika lapisan atasnya terdiri dari lapisan kedap air

dan lapisan bawahnya tiris.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah :

1. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh

2. Kelembaban tanah

9

3. Pemampatan oleh curah hujan

4. Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus

5. Pemampatan oleh orang dan hewan

6. Struktur tanah

7. Tumbuh-tumbuhan

8. Udara yang terdapat dalam tanah

b. Penentuan Kapasitas Infiltrasi

Untuk penentuan kapasitas infiltrasi dapat digunakan cara dengan

menggunakan alat ukur infiltrasi dan cara dengan menggunakan analisa dari

hidrograf. Cara yang pertama adalah cara mengukur laju infiltrasi. Air

dituangkan pada suatu bidang pengujian yang kecil dengan menggunakan alat

ukur infiltrasi. Cara ini hanya cocok untuk pengujian perbandingan yang

dilaksanakan dengan membatasi beberapa buah factor yang mempengaruhi

kapasitas infiltrasi.Untuk cara kedua, jika terdapat data yang teliti mengenai

variasi intensitas curah hujan dan data yang kontinu dari limpasan yang terjadi,

maka kapasitas infiltrasi dapat diperoleh dengan ketelitian yang cukup tinggi.

Dengan kapasitas infiltrasi yang diperoleh ini, maka hidrograf dari dari

limpasan yang disebabkan oleh suatu curah hujan yang terjadi pada kondisi

yang sama dalam daerah pengaliran itu dapat ditentukan dengan ketelitian yang

baik.

10

3. Curah Hujan

Faktor-faktor yang menentukan besarnya curah hujan rata-rata tahunan di suatu

tempat :

a. garis lintang

b. posisi dan luas daerah

c. jarak dari pantai

d. suhu laut

e. efek geografis

f. altitude/ketinggian

Latitude berhubungan dengan sirkulasi atmosfer. Di equator terdapat

tekanan rendah sedangkan radiasi matahari memanasi udara secara intensif yang

menyebabkan udara mengembang dan naik ke atas. Angin yang mengandung

lembab panas bertemu di suatu daerah dan mengakibatkan terjadinya hujan.

1) ± 30° arah utara dan selatan, terdapat tekanan tinggi yang menyebabkan

udara kering dan panas menurun sehingga curah hujannya rendah,

2) ± 35° - 65° arah utara dan selatan, udara dingin kering dari kutub

menimbulkan hujan tipe frontal dan menyebabkan hujan lebat,

3) ± 65° ke kutub, angin kutub kering bertambah banyak sehingga

menyebabkan berkurangnya hujan.

11

a. Distribusi Curah Hujan menurut Waktu

Jatuhnya hujan terjadi menurut suatu pola dan suatu siklus tertentu.

Terkadang mengalami penyimpangan pada pola itu tetapi kembali lagi pada pola

yang teratur. Data curah hujan yang tersedia umumnya tidak cukup panjang untuk

menyatakan fluktuasi- fluktuasi jangka panjang sedang variasi-variasi jangka

pendek adalah demikian tak teratur sehingga terdapat banyak siklus. Dengan

adanya variasi-variasi ini dikenal adanya variasi musiman. Distribusi hujan

menurut variasi musiman ini bisa terjadi “hujan konfektif, hujan orografik dan

hujan cyclonic”.

a) Hujan konfektif adalah hujan yang disebabkan oleh naiknya udara panas ke

tempat yang lebih dingin.

b) Hujan orografik adalah hujan yang disebabkan oleh naiknya udara karena

ada rintangan berupa pegunungan.

c) Hujan cyclonic adalah hujan yang disebabkan oleh naiknya udara yang

terpusatkan di suatu daerah dengan tekanan rendah.

b. Distribusi Curah Hujan Wilayah/Daerah (regional distribution)

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan

pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di

seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu.

Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm.

12

c. Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan adalah rata-rata dari hujan yang lamanya sama dengan

lama waktu konsentrasi (tc) dengan masa ulang tertentu. Atau dapat dikatakan intensitas

curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu tertentu

dimana air tersebut berkonsentrasi. Waktu konsentrasi adalah waktu yang dibutuhkan

aliran dari titik terjauh ke suatu tempat tertentu.

4. Limpasan Permukaan

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Limpasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan dibagi dalam dua kelompok,

yakni elemen-elemen meteorologi dan elemen-elemen daerah pengaliran.

1. Elemen-elemen meteorologi

a) Jenis presipitasi, tergantung pada jenis presipitasi yakni hujan atau

salju.

b) Intensitas curah hujan, pengaruh intensitas curah hujan pada

limpasan permukaan tergantung dari kapasitas infiltrasi.

c) Lamanya curah hujan.

d) Distribusi curah hujan dalam daerah pengaliran.

e) Arah pergerakan curah hujan.

f) Curah hujan dan kelembaban udara.

g) Kondisi meteorologi lainnya.

13

2. Elemen daerah pengaliran

a) Kondisi penggunaan lahan/tanah.

b) Daerah pengaliran, semakin besar daerah pengaliran, makin lama

limpasan itu mencapai tempat titik pengamatan/pengukuran.

c) Kondisi topografi dalam daerah pengaliran.

d) Jenis tanah.

b. Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin, watershed)

merupakan daerah dimana semua airnya mengalir ke dalam suatu sungai

yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi, yang

berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan

berdasar air air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai

dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian.

Nama sebuah DAS ditandai dengan nama sungai yang bersangkutan

dan dibatasi oleh titik kontrol, yang umumnya merupakan stasiun hidrometri.

Memperhatikan hal tersebut berarti sebuah DAS dapat merupakan bagian dari

DAS lain.

5. Air Tanah

1. Pengertian air tanah

Air tanah adalah air yang terkandung dalam pori-pori atau retak-retak

tanah/batuan di bawah permukaan tanah.

14

Aliran air tanah pada lapisan pembawa air tersebut mengalir dari

tempat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi ke arah yang lebih

rendah. Muka air tanah bebas umumnya mengikuti kenampakan dari

permukaan tanah (topografi).

Beberapa istilah tentang Air Tanah :

Aquifer adalah suatu lapisan tanah/formasi batuan pembawa air

tanah. Lapisan tanah/batuan tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga dapat

menyimpan air dalam jumlah yang signifikan. Misalkan : lapisan pasir,

kerikil, batu pasir, batu gamping yang mempunyai rekah-rekah.

Lapisan kedap air adalah formasi batuan yang bisa menyimpan air

tanah tetapi tidak dapat mengalirkan air tanah dalam jumlah yang berarti.

Misalkan : lempung, lumpur, fur halus.

Aquifuge adalah formasi batuan kebal air yang tidak

mengandung dan mengalirkan air tanah. Misalkan : batu granit dan batu beku.

Hidrogeologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air tanah dan

menekankan pada geologi.

Geohidrologi adalah ilmu yang mempelajari air tanah yang

menekankan pada hidrologi.

2. Zona-Zona Dalam Air Tanah

Pada prinsip air di bawah permukaan tanah terdapat 2 zona yakni :

a. Zona Aerasi (Zone of Aeration)

15

Zone ini tidak jenuh air, dimana rekah-rekah tanah tidak seluruhnya terisi

air tapi terisi udara. Dalam zone ini terdapat sirkulasi antara air dan

udara. Zone ini terbagi dalam 3 zone yakni :

1) Soil water zone : zone ini tidak jenuh

kecuali mendapat air hujan/ irigasi dan

merupakan zone perakaran.

2) Intermediate Zone : terletak di bawah

soil water zone dan di atas zone kapiler.

3) Capilary Zone : terletak di atas water

table. Kenaikan air terjadi secara kapiler (gaya

kohesi).

b. Zone Jenuh Air (Zone of Saturation)

Terletak di bawah zone of aeration yang dilalui oleh water table dan lapisan

ini menunjukkan adanya tekanan udara. Air dalam zone inilah yang

dinamakan air tanah.

3. Mata Air

Mata air adalah aliran air tanah yang terkonsentrasi dan keluar /

muncul di permukaan tanah. Bentuk lain keluarnya air tanah ke permukaan

sebagai aliran tetapi tidak terkonsentrasi disebut rembesan. Air tanah juga

muncul disebabkan adanya permukaan tanah yang terpotong secara tiba-tiba

yang mungkin disebabkan gempa tektonik.

16

a. Mata Air dibedakan Menurut Konstansinya :

1) Parrenial Spring : apabila debit mengalir sepanjang tahun.

2) Intermitten Spring : apabila aliran debit tidak sepanjang tahun. Pada

musim hujan air muncul karena adanya imbuhan (recharge) sehingga

water table naik.

3) Periodic Spring : mata air jenis ini sangat terpengaruh hujan. Apabila

hujan turun sesaat kemudian air mengalir dan selanjutnya debit mata air

mengecil bahkan tidak mengalir lagi.

Di dalam pengembangan pengelolaan mata air maka perlu diteliti

apakah jenis kontansi debit airnya termasuk diantaranya.

b. Klasifikasi Mata Air menurut Terbentuknya/Kejadiannya

1) Mata air yang mengalir dari formasi permeable tipis

2) Mata air yang terbentuk oleh karena muka air tanah (water table)

berpotongan dengan permukaan tanah (depression spring). Mata air

ini mengalir pada lapisan permeable tebal.

3) Mata air yang terbentuk karena patahan/retakan formasi pada

bidang pelapisan dari permeable dan impermeable. Muncul keluar

sebagai mata air artesis.

4) Mata air yang terbentuk dan mengalir dari saluran/pipa yang terbentuk

dan mengalir dari saluran yang terbentuk dari rekahan pada batuan

impermeable.

17

5) Mata air yang muncul dan mengalir melalui saluran / pipa alam yang

terbentuk oleh lava.

c. Pengukuran Potensi Mata Air

Pemanfaatan air tanah yang muncul sebagai mata air ini dapat

dimanfaatkan untuk air minum, pertanian, perikanan maupun industri. Perlu

diperhatikan dalam hal kualitas karena mineral air tanah lebih pekat daripada

air permukaan.

1) Volumetri yaitu pengukuran debit berdasarkan jumlah volume per

satuan waktu. Biasanya debit yang diukur kecil, aliran mengucur dari

tebing dan ditampung di ember dan diukur waktunya.

2) Pelampung : pengukuran ini pada aliran dan yang diukur adalah

kecepatan permukaan. Sehingga kalau mencari debit aliran dicari dahulu

kecepatan rata- rata.

3) Currentmeter : alat ini untuk mengukur arus/kecepatan pada kedalaman

yang bisa diatur.

6. Throughfall, Crown drip dan Steamflow

Hujan yang jatuh di atas hutan ada sebagian yang dapat jatuh langsung di

lantai hutan melalui sela-sela tajuk, bagian hujan ini disebut throughfall. Simpanan

intersepsi ada batasnya, kelebihannya akan segera tetes sebagai crown drip.

Steamflow adalah aliran air hujan yang lewat batang, besar kecilnya stemflow

dipengaruhi oleh struktur batang dan kekasaran kulit batang pohon.

18

7. Intersepsi

Hujan yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan melekat pada tajuk

daun maupun batang, bagian ini disebut tampungan/simpanan intersepsi yang

akhirnya segera menguap. Besar kecilnya intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan

(terutama intensitas hujan dan lama hujan), kecepatan angin, jenis pohon

(kerapatan tajuk dan bentuk tajuk). Simpanan intersepsi pada hutan pinus di Italia

utara sekitar 30% dari hujan (Allewijn, 1990). Intersepsi tidak hanya terjadi pada

tajuk daun bagian atas saja, intersepsi juga terjadi pada seresah di bawah pohon.

Intersepsi akan mengurangi hujan yang menjadi run off.

8. Runoff

Runoffadalah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi

evapotranspirasi dan kehilangan air lainnya) yang mengalir dalam air sungai

karena gaya gravitasi; airnya berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan

(sub surface). Runoff dapat dinyatakan sebagai tebal runoff, debit aliran (river

discharge) dan volume runoff.

9. Erosi

1. Erosivitas daerah aliran sungai

Suatu model parametrik untuk memprediksi erosi dari suatu bidang tanah

telah dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1965, 1978) yang

19

dikenal dengan the Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah suatu

model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi jangka panjang

dari erosi lembar (sheet erosion) termasuk di dalamnya erosi alur (gully

erosion) pada suatu keadaan tertentu.

Dengan menggunakan persamaan USLE dapat diprediksi laju rata-

rata erosi dari suatu bidang tanah tertentu, pada suatu kecuraman lereng dan

dengan pola hujan tertentu, untuk setiap macam pertanaman dan

tindakan pengelolaan (tindakan konservasi tanah) yang sedang atau yang

mungkin dapat dilakukan. Persamaan yang dipergunakan mengelompokkan

berbagai parameter fisik (dan pengelolaan) yang mempengaruhi laju erosi ke

dalam enam parameter utama. Persamaan USLE yang diusulkan adalah sebagai

berikut :

A = R.K.L.S.C.P

Dengan:

A = adalah banyaknya tanah yang tererosi dalam [ton per hektar per tahun]

R = adalah faktor curah hujan dan aliran permukaan (erosivitas hujan), yaitu

jumlah satuan indeks erosi hujan, yang merupakan perkalian antara energi

hujan total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30) tahunan

K = adalah faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan

(R) untuk suatu tanah yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu

20

petak percobaan yang panjangnya 72,6 ft (22,1m) dan terletak pada

lereng 9 % tanpa tanaman.

L = adalah faktor Panjang lereng, yaitu perbandingan antara besarnya

erosi dari tanah dengan suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari

tanah dengan panjang lereng 72,6 ft (22,1 m) di bawah keadaan yang

identik.

S = adalah faktor kecuraman lereng yaitu perbandingan antara besarnya

erosi yang terjadi dari suatu bidang tanah dengan kecuraman lereng

tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9 % di bawah

keadaan yang identik

C = adalah faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman,

yaitu perbandingan antara besarnya erosi dari suatu bidang tanah

dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap

besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa tanaman.

P = adalah tindakan-tindakan khusus konservasi tanah, yaitu

perbandingan antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakukan

tindakan konservasi khusus (seperti pengolahan tanah menurut kontur,

penanaman dalam stripping atau terras), terhadap besarnya erosi dari

tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang identik.

2. Nilai Indeks Erosivitas Hujan

Pada persamaan USLE, nilai R yang merupakan daya perusak

21

hujan atau erosivitas hujan tahunan dapat dihitung dari data curah hujan

yang didapat dari penakar hujan otomatis, atau dari data hujan biasa R adalah

faktor fisik hujan yang menyebabkan timbulnya prosses erosi baik erosi

permukaan, erosi alur atau erosi tebing. Faktor fisik hujan yang dapat

menimbulkan erosi disebut erosivitas hujan.

Erosivitas hujan besarnya merupakan fungsi dari energi kinetik total

hujan dengan intensitas hujan maksimal selama 30 menit dengan satuan

[ton/ha/cm hujan]. Dalam satu kejadian hujan, energi kinetiknya dapat

dihitung sebagai berikut :

E = 14,374 R1,075

Dimana :

E = energi kinetik dalam [ton/ha/cm hujan]

R = intensitas hujan dalam [cm/jam]

22

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hidrologi merupakan ilmu yang sangat luas ruang lingkupnya dan sangat

berpengaruh terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup

2. Istilah yang berkaitan dengan hidrologi antara lain presipitasi, infiltrasi dan

perkolasi, intensitas curah hujan, limpasan permukaan, air tanah, Throughfall,

Crown drip, Steamflow, intersepsi, runoff, serta erosi.

B. Saran

Dengan demikian pentingnya ilmu hidtologi ini, sebaiknya banyak

dilakukan kajian mendalam mengenai hidrologi untuk mendapatkan manfaat yang

lebih besar.

23