Bab i Halaman Wes

50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkat tekanan darah yang memberi gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah), dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung). ( Bustan. N. M. 2007). Makin tinggi tekanan darah, maka makin keras jantung harus bekerja untuk tetap memompa melawan hambatan. Jika dengan berjalannya waktu, otot jantung lelah, bisa terjadi kelemahan jantung dan akhirnya gagal jantung. Karena beban berlebihan yang di letakkanya pada arteri, tekanan darah tinggi dapat mempercepat pelapukan dan kerusakannya, terutama pada organ-organ yang dituju, yakni otak, koroner, dan ginjal. Oleh karena itu, hipertensi yang tidak di obati sering mengakibatkan stroke dan serangan jantung yang berbahaya. Stroke dan serangan jantung yang fatal 1

description

test 123

Transcript of Bab i Halaman Wes

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkat tekanan darah yang memberi gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah), dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung). ( Bustan. N. M. 2007). Makin tinggi tekanan darah, maka makin keras jantung harus bekerja untuk tetap memompa melawan hambatan. Jika dengan berjalannya waktu, otot jantung lelah, bisa terjadi kelemahan jantung dan akhirnya gagal jantung. Karena beban berlebihan yang di letakkanya pada arteri, tekanan darah tinggi dapat mempercepat pelapukan dan kerusakannya, terutama pada organ-organ yang dituju, yakni otak, koroner, dan ginjal. Oleh karena itu, hipertensi yang tidak di obati sering mengakibatkan stroke dan serangan jantung yang berbahaya. Stroke dan serangan jantung yang fatal mempunyai peluang lebih besar pada orang yang hipertensi yang tidak di obati dibendingkan pada mereka yang memiliki tekanan darah normal di usia yang sama. (WOLFF PETER HANNS. 2006). Sekitar 20 % dari semua orang dewasa menderita hipertensi, dan menurut statistik, angka ini terus meningkat. Sekitar 40 % dari semua kematian di bawah 65 tahun adalah akibat hipertensi.(WOLFF PETER HANNS. 2006).

B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan pengetahuan lansia dengan tingkat hipertensi pada lansia di Lingkungan Puskesmas Kedungsolo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah menganalisis adakah hubungan pengetahuan lansia dengan tingkat hipertensi pada lansia di Lingkungan Puskesmas Kedungsolo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.

2. Tujuan Khususa. Mempelajari pengaruh pendidikan terhadap tingkat pengetahuan pada penyakit Hipertensi.b. Mempelajari pengaruh pekerjaan terhadap tingkat pengetahuan pada penyakit Hipertensi.c. Mempelajari pengaruh diet terhadap tingkat Hipertensi.d. Mempelajari pengaruh informasi yang didapat lansia terhadap tingkat Hipertensi.

D. Manfaat Penelitian1. Bagi MasyarakatMemberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor hubungan pengetahuan lansia tentang hipertensi dengan hipertensi pada lansia di Lingkungan Puskesmas Kedungsolo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.2. Bagi Puskesmas Kedungsolo Memberikan informasi kepada Puskesmas Kedungsolo tentang tingkat yang mempengaruhi tingkat pengetahuan hipertensi sehingga dapat dijadikan dasar dalam pembuatan program, evaluasi, pengambilan kebijakan dan penanggulangannya.

3. Bagi Peneliti lainSebagai panduan dalam melakukan penelitian lain yang sejenis untuk mendapatkan hasil yang diharapkan lebih akurat. Dan sebagai bahan tambahan referensi untuk mengetahui hubungan hubungan pengetahuan lansia tentang hipertensi dengan hipertensi pada lansia.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi1.1 DefinisiThe Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of Hypertension membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.Pada orang lansia, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang terpisah. The sixth Report of The joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan tekanan darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1 dibawah.

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.Klasifikasi Tekanan DarahTDS (mmHg)TDD (mmHg)

Normal< 120< 80

Pre hipertensi120 13980 89

Stage 1 Hipertensi140 15990 99

Stage 2 Hipertensi> 160> 100

1.2 EpidemiologiHipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya asimptomatik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

1.3 EtiologiBerdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.1) Hipertensi esensialHipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30 50 tahun.

2) Hipertensi sekunderHipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain lain.

1.4 Faktor Risiko HipertensiSampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain :a. KeturunanDari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun dan laki laki dibawah 55 tahun.b. UsiaBeberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya.. Hal ini disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar hipertensi terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin bertambahnya usia. c. Jenis kelaminJenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem rennin angiotensin. Secara umum tekanan darah pada laki laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh hormon.d. MerokokMerokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah. Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.e. ObesitasKelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.

f. StressHubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan bahwa pajanan terhadap stress menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi.g. Aktifitas FisikOrang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 45 menit berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.

h. Asupan1) Asupan NatriumNatrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum normal adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi saraf dan kontraksi otot. Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler ditentukan oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya lebih tinggi. Natrium klorida pada cairan ekstraseluler dan kalium dengan zat zat organik pada cairan intraseluler, adalah zat zat terlarut yang tidak dapat menembus dan sangat berperan dalam menentukan konsentrasi air pada kedua sisi membran. Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama di usus halus. Mekanisme pengaturan keseimbangan volume pertama tama tergantung pada perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah ubah sesuai dengan sirkulasi efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total. Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal, disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah. Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari.23 Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta kejadian hipertensi lebih sering ditemukan.Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas. Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika asupan garam ditambah.

2) Asupan KaliumKalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akanmeningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehinggacenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium. Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan volume sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi dengan asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.

3) Asupan MagnesiumMagnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan darah. Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium tidak efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi magnesium direkomendasikan untuk mencegah kejadian hipertensi.

4) KalsiumSejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi tampak pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah pada laki-laki. Dengan demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi tidak terbukti. Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium, magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium yang direkomendasikan sebesar 1000 sampai 2000 mg per hari.

1.5 PatogenesisTekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (control jangka pendek) dan ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahan perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Saraf simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol sehingga resistensi perifer meningkat. Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan reflex autoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap.

1.6 Gejala KlinisPeninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapatmenurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.

1.7 Penatalaksanaan hipertensia. Penatalaksanaan farmakologis1) Diuretic. Obat golongan ini bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh melalui urin. Dengan begitu kerja jantung menjadi lebih ringan. Contoh diuretic adalah hidroklortiazid (HCT) dan furosemide.2) Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE). Obat golongan ini akan melebarkan pembuluh darah sehingga kerja jantung lebih mudah dan effisien. Contohnya adalah captopril, dan lisinopril.3) Antagonis reseptor angiotensin II. Bekerja dengan cara yang sama dengan penghambat ACE. Contohnya, losartan dan irbesartan.4) Beta bloker. Bekerja dengan cara mengurangi detak jantung sehingga tekanan darah menjadi turun. Contohnya propanolol.5) Antagonis kalsium. Bekerja dengan cara mengurangi daya pompa jantung dengan menghambat kontraksi jantung. Contohnya nifedipin.

b. Penatalaksanaan non farmakologis Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet: Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak, kolesterol dalam darah. Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.

Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi : Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet Konsumsi garam dapur tidak lebih dari - sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.

1.8 PreventifResiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara : Memeriksa tekanan darah secara teratur Menjaga berat badan dalam rentang normal Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat,rendah lemak dan mengurangi garam. Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol Berolahraga secara teratur Mengurangi stress dan emosi Mengurangi makanan berlemak

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III.1. KERANGKA KONSEP

Faktor InterinsikUsiaKeturunanPendidikanPekerjaanJenis kelaminFaktor EksterinsikInformasiLingkunganPetugasRadio/tvKoranOlahraga 4. Gaya hidupStresor / pikiran

Melakukan

Diet rendah garamHIPERTENSI

Tidak Melakukan

Gambar III.1 Kerangka Konsep Penelitian: Yang tidak diteliti

: Yang diteliti

III.2. HIPOTESA PENELITIAN

Hubungan antara melakukan diet dengan pengetahuan lansia terhadap Hipertensi H0: Tidak ada hubungan antara upaya melakukan diet rendah garam terhadap tingkat Hipertensi di Desa Kedungboto, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. H1: Ada hubungan antara upaya melakukan diet rendah garam terhadap tingkat Hipertensi di Desa Kedungboto, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.

Faktor yang mempengaruhi terbagi atas faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik terbagi menjadi lima poin yaitu informasi, diet, olahraga, gaya hidup, stresor / pikiran . Sedangkan faktor interinsik terbagi menjadi lima poin yaitu keturunan, pendidikan, pekerjaan, usia, jenis kelamin. Kurangnya pengetahuan lansia tentang Hipertensi akan menyebabkan lansia tidak melakukan diet rendah garam sehingga tingkat Hipertensi masih tinggi.

BAB IVMETODE PENELITIAN

IV.1. Jenis PenelitianPenelitian deskriptif analitik karena bertujuan memberikan gambaran keadaan daerah penelitian yang disertai dengan analisis X2. Pengukuran hanya dilakukan sesaat, sehingga penelitian ini juga dilakukan dengan cross sectional study.

IV.2. Lokasi dan waktu penelitianPenelitian dilakukan di Desa Kedungboto Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo. Dengan rentan waktu minggu pertama sampai minggu kedua bulan April tahun 2015.

IV.3. Populasi dan SampelIV.3.1. PopulasiPopulasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal yang menjadi objek penelitian (Sekaran dan Bougie,2011). Populasi dalam penelitian ini adalah Lansia Aktif di Desa Kedungboto Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo. Sampel adalah sebagian dari populasi atau gambaran yang mewakili populasi (Sekaran dan Bougie, 2011). Penelitian ini akan mengambil sampel Lansia Aktif di Desa Kedungboto, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.Pembagian kuesioner akan dilakukan dengan mengunakan metode systematic random sampling. Metode systematic random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi yang sangat besar dimana setiap unit populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Kuesioner dibagikan kepada Lansia Aktif Desa Kedungboto, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.IV.3.2. Sampel Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus:n = Z 2 P Q d2 Keterangan:n =Besar sampel.P =Proporsi Lansia Aktif di Desa Kedungboto Kecamatan PorongKarena proporsi sebelumnya tidak diketahui, maka pada subyek yang dipilih secara Systematic random sampling dipergunakan P = 0,5Q =(1-P), P = 0,5 maka Q = 1-0,5 = 0,5d =Tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki (ditetapkan)d = 0,10Z =Tingkat kemaknaan (ditetapkan)Z = 1,96Maka Besar sampel adalahn = Z 2 P Q d21,962 x 0,5 x 0,5= 96,04 97 (Besar Sampel) 0,102

IV.4. Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah:1. Variabel terikat : Paparan Hipertensi pada Lansia2. Variabel bebas : Faktor instrinsik : Usia keturunan Pekerjaan pendidikan

IV.5. Definisi OperasionalIV.5.1. DietTujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan darah menuju normal, Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral, Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak, kolesterol dalam darah, Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.

IV.5.2 HipertensiThe Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of Hypertension membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.

IV.5.3 UsiaUsia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang. Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009):1. Masa balita= 0 - 5 tahun,2. Masa kanak-kanak= 5 - 11 tahun.3. Masa remaja Awal= 12 - 1 6 tahun.4. Masa remaja Akhir= 17 - 25 tahun.5. Masa dewasa Awal= 26- 35 tahun.6. Masa dewasa Akhir= 36- 45 tahun.7. Masa Lansia Awal= 46- 55 tahun.8. Masa Lansia Akhir= 56 - 65 tahun.9. Masa Manula= 65 - sampai atas

IV.5.4 KeturunanDari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk terkena hipertensi dari pada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun dan laki laki dibawah 55 tahun.

IV.5.5 PekerjaanPekerjaan ialah sekumpulan kedudukan (posisi) yang memiliki persamaan kewajiban atau tugas-tugas pokoknya. Dalam kegiatan analisis jabatan, satu pekerjaan dapat diduduki oleh satu orang, atau beberapa orang yang tersebar di berbagai tempat.

IV.5.6 PendidikanProses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Bahasa Indonesia, 2008).

IV.6. Teknik Pengumpulan DataIV.6.1. Pengumpulan dataa. Data PrimerDikumpulkan melalui teknik wawancara mengunakan acuan kuesioner dan pengamatan langsung terhadap orang dewasa dalam sebuah keluarga di Desa Kedungboto Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo.b. Data SekunderMeliputi data umum dan data lain yang menunjang penelitian dari daerah penelitian, data ini didapat dari Puskesmas Kedeungsolo.

IV.7. Pengolahan dan Analisis dataIV.7.1. Editing DataMeneliti lengkap tidaknya kuesioner yang sudah diisi. Kejelasan jawabannya, kesesuaian antara jawaban yang satu dengan yang lainnya, serta relevansi jawaban dan keseragaman satuan data.IV.7.2. CodingMengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya.

IV.7.3. Tabulasi DataMemasukkan data-data yang terkumpul ke dalam tabel sehingga menghasilkan tabel-tabel distribusi frekuensi dan tabel silang manual.

IV.7.4. Analisis dataAnalisis data dengan menggunakan analisi X2test (Chi-Square) dengan langkah-langkah sebagai berikut:1 .Perumusan hipotesis2. Penentuan df Df = (c-1)(r-1), dengan c adalah jumlah kolom dan r adalah jumlah baris.3. Penentuan Dengan batas kemaknaan 4.Penentuan batas penolakan H0 (X2-Tabel)5. Perhitungan X2

Rumusan X2

O = Observe frequencyE = Expected frequencyE = total baris x total kolom nX2 = (o e) 2

Tabel IV.1 Kategori data nominal untuk lansia penderita HipertensiNoVariabelResponden Keadaan yang didapatKategori

1.OlahragaLansia pria atau wanita berusia 46 tahun ke atasa. Melakukan olahragaMemenuhi syarat

Lansia pria atau wanita berusia 46 tahun ke atasb. Tidak Melakukan olahragaTidak memenuhi syarat

2.DietLansia pria atau wanita berusia 46 tahun ke atasa. Terdapat Lansia pria atau wanita yang melakukan diet Memenuhi syarat

Lansia pria atau wanita berusia 46 tahun ke atasb. Tidak terdapat Lansia pria atau wanita yang melakukan diet

Tidak memenuhi syarat

3.UsiaLansia pria atau wanita berusia 46 tahun ke atas Masa balita 0 - 5 tahun, Masa kanak-kanak 5 - 11 tahun. Masa remaja Awal 12 - 16 tahun. Masa remaja Akhir 17 - 25 tahun. Masa dewasa Awal 26- 35 tahun. Masa dewasa Akhir 36-45 tahun. Masa Lansia Awal 46- 55 tahun. Masa Lansia Akhir 56 - 65 tahun. Masa Manula 65 - sampai atas

4.KeturunanLansia pria atau wanita berusia 46 tahun ke atas laki-laki perempuan

5. Pekerjaan Lansia pria atau wanita berusia 46 tahun ke atas Petani Belum bekerja Ibu rumah tangga Lain-lain

6. PendidikanLansia pria atau wanita berusia 46 tahun ke atas SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Perguruan Tinggi

7.Gaya hidupLansia pria atau wanita berusia 46 tahun ke atas Merokok Alkohol Makanan berlemak

8. Stresor Lansia pria atau wanita berusia 46 tahun ke atas

9. InformasiLansia pria atau wanita berusia 46 tahun ke atas Lingkungan Petugas kesehatan Radio/TV Koran

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Deskripsi PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi dengan upaya mengendalikan hipertensi di Desa Kedungboto Kecamtan Porong Kabupaten Sidoarjo. Data penelitian ini berupa data primer yang diperoleh melalui teknik wawancara mengunakan acuan 30 kuesioner dan pengamatan langsung terhadap Kepala Keluarga desa Kedungboto Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo.Metode yang digunakan adalah systematic random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi yang sangat besar dimana setiap unit populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Hasil dari pembagian kuesioner didapatkan bahwa 30 eksemplar kuesioner kembali dengan lengkap. Dan Berdasarkan kuesioner yang kembali dan dapat diolah maka diketahui tanggapan responden

V.2 Profil RespondenPembahasan tentang karakteristik responden ditujukan untuk mengetahui profil dari responden yang adalah orang lansia ( pria atau wanita berusia lebih dari 45 tahun). Dari hasil analisis responden adalah sebagai berikut :

V.2.1. Profil Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan olah data SPSS 20 didapatkan hasil sebagi berikut :Tabel 5.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis KelaminJenis KelaminJumlahPresentase

Laki-laki26,7%

Perempuan2893,3%

Total30100%

Sumber : Hasil Olahan Data PrimerDari hasil survey didapatkan 6,7 % responden berjenis kelamin laki-laki dan 93,3% responden berjenis kelamin perempuan.

V.2.2. Profil berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan olah data SPSS 20 didapatkan hasil sebagi berikut :Tabel 5.3 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat PendidikanJumlahPresentase

SD/Sederajat1653,4%

SMP/sederajat1033,3%

SMA/sederajat413,3%

Perguruan Tinggi00

Total30100%

Sumber : Hasil Olahan Data PrimerDari hasil survey didapatkan 53,4% responden berpendidikan SD/sederajat, 33,3% responden berpendidikan SMP/sederajat, 13,3% responden berpendidikan SMA/sederajat, dan 0% responden lulusan perguruan tinggi.

V.2.3. Profil berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan olah data SPSS 20 didapatkan hasil sebagi berikut :Tabel 5.4 Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan Tingkat PendidikanJumlahPresentase

Karyawan Swasta413,3%

Pensiun Karyawan Negeri413,3%

Petani723,3%

Tidak Bekerja1550%

Total30100%

Sumber : Hasil Olahan Data PrimerDari hasil survey didapatkan 13,3 % responden bekerja sebagai karyawan swasta, 13,3 % responden bekerja sebagai pensiun pegawai negeri, 23,3 % responden bekerja sebagai petani, 50 % responden tidak bekerja

V.2.4. Profil berdasarkan diet rendah garamBerdasarkan olah data SPSS 20 didapatkan hasil sebagi berikut :Tabel 5.5 Profil Responden Berdasarkan diet rendah garamJumlahPresentase

Melakukan diet1343,3%

Tidak diet1756,7%

Total30100%

Sumber : Hasil Olahan Data PrimerDari hasil survey didapatkan 43,3% responden melakukan diet 56,7 % responden tidak melakukan diet.

V.2.5. Profil berdasarkan jumlah penderita hipertensiBerdasarkan olah data SPSS 20 didapatkan hasil sebagi berikut :Tabel 5.6 Profil Responden Berdasarkan hipertensiJumlah Presentase

Hipetensi1756,6%

Non hipertensi1343,3%

Total 30100%

Sumber : Hasil Olahan Data PrimerDari hasil survey di dapatkan 56,6% responden menderita hipertensi dan 43,3% responden tidak menderita hipertensi

V.3. Analisis Data1. Hubungan melakukan diet rendah garam dengan hipertensiTabel 5.5 hubungan melakukan diet rendah garam dengan hipertensi

tekanan darahTotal

normaltidak normalNormal

hipertensidiet garam10212

non diet31518

Total131730

Tabel 5.6 Chi-Square test untuk hubungan diet rendah garamChi-Square Tests

ValueDfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square13,032(b)1,000x

Continuity Correction(a)10,4581,001

Likelihood Ratio14,0201,000

Fisher's Exact Test ,001,000

Linear-by-Linear Association12,5971,000

N of Valid Cases30

a Computed only for a 2x2 tableb 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,20.

Berdasarkan nilai uji Chi-Square di dapatkan nilai P= 0,000 dengan =0,05 jadi P >0,05 yang artinya Ho ditolak atau ada hubungan melakukan diet rendah garam terhadap hipertensi.

V.4. PembahasanBerdasarkan hasil pengolahan data variabel Hipertensi, didapatkan hasil bahwa responden yang melakukan diet rendah garam berjumlah 13 responden 43,3% dan yang tidak melakukan diet berjumlah 17 responden 56,7%. Nilai P yang dihasilkan dari uji statistik Chi Square untuk uji hubungan antara diet rendah garam dengan hipertensi adalah 0,000. Oleh karena nilai P (0,0000) lebih kecil daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa diet rendah garam memiliki hubungan yang bermakna dengan penyakit hipertensi.Kejadian uji statistic Chi Square di atas sesuai dengan teori yang diutarakan oleh Green, dimana Green menyatakan bahwa perilaku manusia terbentuk dari faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing factor). Di dalam teori yang diutarakan Green sendiri, pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi (predisposing factor), sehingga pengetahuan akan ikut berperan dalam pembentukan perilaku manusia. Selain itu, hasil uji statistic Chi Square di atas juga sesuai dengan teori yang diutarakan oleh Benjamin Blum (1908), dimana Benjamin Blum menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sehingga dalam konteks melakukan diet rendah garam merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dalam melakukan diet rendah garam yang pada akhirnya akan mengurangi terjadinya penyakit hipertensi. Tekanan darah adalah tekanan yang digunakan untuk mengedarkan darah dalam pembuluh darah dalam tubuh. Jantung yang berperan sebagai pompa otot mensuplai tekanan tersebut untuk menggerakan darah dan juga mengedarkan darah diseluruh tubuh. Pembuluh darah (dalam hal ini arteri) memiliki dinding-dinding yang elastis dan menyediakan resistensi yang sama terhadap aliran darah. Oleh karena itu, ada tekanan dalam sistem peredaran darah, bahkan detak jantung (Gardner, 2007). Menurut Shankie (2001) tekanan darah (blood presure, TD) adalah tekanan yang dilakukan darah atas dinding pembuluh darah. Besaran yang dipakai dalam pengukuran dengan mercury sphygnomanometer yaitu tekanan darah sistolik (SBP) dan diastolik (DBP). Etiologi hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi (Corwin,2002).Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik ( Amir,2002)

BAB VIPENUTUPA. KesimpulanDari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Kedungboto Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo dapat ditarik beberapa kesimpulan dari hasil olah SPSS dengan chi square test yaitu:Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai uji Chi-Square didapatkan nilai P= 0,000 dengan =0,05 jadi P >0,05 yang artinya Ho diterima atau tidak ada hubungan melakukan PSN terhadap usia.

B. Saran1. Bagi puskesmasPenelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk program yang telah ada supaya lebih digalakkan dan melengkapi program yang belum terlaksana sehingga dapat terealisasi dengan tepat manfaat. 2. Bagi peneliti lainPeneliti lain diharapkan melakukan penelitian lanjutan dengan variabel yang lebih berkembang sehingga hasil yang didapatkan dapat memberikan analisis yang lebih lengkap.3. Bagi pemerintahDiharapkan pemerintah dapat menciptakan metode baru dalam upaya pemutusan mata rantai penyakit demam berdarah.

DAFTAR PUSTAKA

Mukhtar, D. September Desember 2007. Faktor Risiko Penyakit Degeneratif Pada Usia Lanjut Sedenter : Studi Kasus Pada Perempuan Usia Lanjut di Panti Wreda Khusnul Khotimah, Tangerang.jurnal kedokteran YARSI. 15 (3): 161 170.Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.Asep Pajario, 2002. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lansia. Jakarta : EGCBustan, 2000 Diet Pencegah HipertensiMartono, 2004. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta GramediaNotoatmodjo, Metedologi Penelitian. Jakarta, PT Rineka CiptaNugroho, 2008. Panduan Kesehatan untuk Lansia. Jakarta GramediaSusanto, 2010. Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok per Hari. Jakarta GramediaSustrani, 2004. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Jakarta. Raja Grasindo PersTambayong, 2002. Penyakit di Usia Lanjut. Renata. Jakarta: EGCWaluyo, 2004. Antisipasi Hipertensi pada Lansia. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UniversitasWardoyo, 2006. Kesehatan Lans

32