BAB I Disolusi

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan, tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena disamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya, bentuknya kompak dan mudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsur-unsur aktifnya. Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata dan atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan. Tablet hanya memberikan efek yang diinginkan jika memiliki mutu yang baik.Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi persyaratan, terutama pada uji disolusi, pemilihan dan kombinasi

description

disolusi 2

Transcript of BAB I Disolusi

Page 1: BAB I Disolusi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan, tablet merupakan

sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien, dibandingkan dengan bentuk

sediaan lain. Hal ini disebabkan karena disamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya,

dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh

udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai. Secara

ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat dari segi

kimianya, bentuknya kompak dan mudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsur-

unsur aktifnya.

Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata

dan atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis bahan obat atau lebih

dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.

Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang tepat dan

menimbulkan efek yang diinginkan. Tablet hanya memberikan efek yang diinginkan jika

memiliki mutu yang baik.Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi

persyaratan, terutama pada uji disolusi, pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang

perananyang sangat penting dalam proses pembuatannya.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Praktikum

Page 2: BAB I Disolusi

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tablet

Menurut farmakope Indonesia edisi III Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara

kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,

mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Dimana zat tambahan

yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, zat pengikat, zat pelincir, zat

pengembang, zat pembasah atau zat lain yang cocok.

Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau

tablet kompresi. (USP 26, Hal 2406)

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.

Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI IV,

Hal 4)

1.2.1 Kriteria Tablet

Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan

2) Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil

3) Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik

4) Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan

5) Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan

6) Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan

7) Bebas dari kerusakan fisik

8) Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan

9) Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.

10) Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

Page 3: BAB I Disolusi

1.2.2 Keuntungan Sediaan Tablet

Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1) Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih

2) Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis

3) Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga

memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan

4) Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah atau diperkecil.

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan,

antara lain :

1) Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral

yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan,

dan pengangkutan.

2) Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat

atau teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral

untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.

3) Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil.

4) Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil.

5) Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air.

6) Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet.

7) Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak

memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak

yang bermonogram atau berhiasan timbul.

8) Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet

tidak segera terjadi.

9) Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya

lebih rendah.

10) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,

mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

Page 4: BAB I Disolusi

1.2.3 Kerugian Sediaan Tablet

Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa kerugian,

antara lain :

1) Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak sadar

atau pingsan)

2) Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :

Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat

amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.

Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup

besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau

kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus

diformulasi sedemikian rupa).

Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi,

atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban

udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan

kapsul menjadi lebih baik dari pada tablet.

Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet jauh

lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak dijumpai

di perdagangan.

1.2.4 Berdasarkan sifat fisika kimia dari bahan obat, maka tablet dapat dibuat dengan

berbagai cara :

1) Cara kering

a) Cetak langsung

Yang dimaksud dengan cetak langsung disini adalah proses pembuatan tablet

yang dilakukan dengan mencetak langsung bahan obat dengan atau tanpa

penambahan bahan pembantu. Dimana cara ini dapat digunakan untuk zat aktif

yang mempunyai sifat seperti :

Mudah mengalir

Dapat dimampatkan

Page 5: BAB I Disolusi

Mudah dibasahi

Dan untuk tablet yang mempunyai bahan aktif 10% dari bobot tablet, maka

sifat tablet tergantung dari sifat bahan pembantu, dan jika bahan aktifnya

<10% maka yang menentukan sifat tablet adalah sifat dari bahan aktifnya.

Cara pembuatan tablet cetak langsung :

Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien

Mencampur semua komponen untuk tablet

Pencetakan tablet

b) Granulasi kering / prekompresi

Cara ini merupakan proses pembuatan granul tanpa melibatkan air sama

sekali. Di manna campuran serbuk dicetak menjadi tablet besar dan keras

(slug), kemudian slug di ayak menjadi granul yang diinginkan. Cara slugging

ini sangat cocok untuk bahan aktif yang sifat alirnya kurang baik, peka

terhadap panas dan kelembaban.

Pada penyusunan formula untuk tablet  yang dibuat dengan cara

prekompresi ini perlu dipertimbangkan bahn-bahan pembantu yang dipilih

haruslah dapat menghasilkan slug yang keras. Kegagalan akan terjadi pada

waktu membuat granul dari slug akan terbentuk serbuk bukan granul.

Cara pembuatan tablet granulasi kering :

Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien

Mencampur semua komponen untuk tablet

Mencetak menjadi tablet besar dan keras untuk membuat slug

Pengayakan slug menjadi granul

Mencampur granul dengan bahan penghancur dan pelincir

Pencetakan tablet

2) Cara basah

a) Granulasi basah

Merupakan cara yang paling umum dan banyak dilakukan, karena

hamper semua jenis bahan aktif dapat diproses secara granulasi basah. Disebut

granulasi basah karena di dalam proses pembuatan granulnya mempergunakan

Page 6: BAB I Disolusi

larutan bahan pengikat, dimana campuran serbuk ditambah dengan larutan

bahan pengikat atau dalam bentuk mucilage sampai terbentuk masa yang

konsistensinya dapat dikepal.

Cara pembuatan tablet granulasi basah :

Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien

Mencampur semua komponen untuk tablet

Membuat larutan pengikat

Mencampur larutan pengikat dengan campuran bahan komponen

obat, untuk membentuk masa yang basah.

Mengayak secara kasar masa basah, dengan ayakan ukuran mesh

14.

Mengeringkan granul basah

Mengayak granul kering melalui ayakan ukuran mesh 16

Mencampur granul kering yang sudah diayak dengan bahan

pelincir dan penghancur luar.

Pencetakat tablet.

b) Granulasi dasar

Tablet yang dibuat dengan granulasi dasar yaitu bahan obat yang tidak

stabil dengan adanya air atau terurai dengan adanya panas. Sifat aliran dan

daya kompresibilitasnya jelek, dimana tahap-tahap pengerjaannya sama

dengan cara granulasi basah. Hanya pada granulasi dasar bahan obat tidak di

granulasi bersama-sama dengan bahan pembantu, seperti bahan pengisi,

penghancur dalam tetapi ditambahkan pada tahap lubrikasi dalam bentuk

serbuk halus atau fine kedalam granul bersama-sama dengan penghancur luar

dan bahan lubrikan.

Pada cara granulasi dasar ini perlu diperhitungkan terlebih dahulu jumlah

fine dalam masa cetak ini karena dapat menimbulkan kesulitan selama proses

pencetakan. Fine dalam cara ini berasal dari bahan obat, bahan penghancur

luar, bahan lubrikan juga berasal dari hasil pengayakan granul yang

dikeringkan.

Page 7: BAB I Disolusi

c) Cara-cara khusus

Cara-cara khusus ini juga bertujuan untuk menghasilkan granul baik yang

mengandung bahan obat sendiri maupun granul-granul dari bahan pembantu

tablet. Granul-granul yang dihasilkan dengan cara ini digunakan untuk

kondisi-kondisi tertentu karena harganya mahal.

Cara-cara khusus ini ada tiga cara pengerjaannya :

Soray congealing

Cara ini juga dikenal sebagai cara spray chilling yang mirip

dengan cara spray drying tetapi tanpa menggunakan panas. Bahan

obat yang dapat diproses dengan cara ini terlebih dahulu

dilarutkan atau disuspensikan dalam lelehan malam. Lelehan ini

disemprotkan kedalam udara yang mengalir, udara yang mengalir

ini sejuk / dingin tergantung pada titik beku dari produk, sebagai

contoh monogliserida memerlukan udara dingin sekitar 10oC.

granul yang dihasilkan dengan cara ini memiliki  sifat mudah

mengalir dan sifat kemudahan dalam pencetakan.

Spray drying

Serbuk bahan obat / bahan-bahan pembantu tablet dalam keadaan

halus ditiup dengan angin turbulensi kemudian disemprotkan

bahan penyalut dalam bentuk larutan disperse secara berkala.

Serbuk-serbuk yang baru dibasahi ini dikeringkan dengan udara

hangat yang telah disaring terlebih dahulu kemudian hasil kering

ini dibawa bersama udara tersebut ketempat penampungan. Bahan

obat dalam bentuk padat ataupun cairan dapat dip roses secara

spray drying ini seperti Vitamin A dan Vitamin D yang larut di

dalam minyak dapat disalut dengan larutan bahan pengikat

sehingga tidak mudah terurai. Bahan pembantu yang sering dip

roses dengan cara ini adalah laktosa dan pati, hasilnya berupa

granul-granul yang dapat digunakan sebagai bahan pengisi, bahan

pengikat kering ataupun bahan penghancur.

Page 8: BAB I Disolusi

Speronisasi

Proses pembuatan masa granul basah sama dengan cara granulasi

basah dimana bahan obat, bahan pengisi (bila perlu) digranulasi

dengan larutan bahan pengikat, masa basah ini dilewatkan

terlebih dahulu kedalam alat Extrude machine untuk membentuk

batang silinder dengan diameter 0,5-12 mm, melalui ayakan

ukuran mesh tertentu baru dilewatkan kedalam Marumerizer

dimana batang-batang tersebut akan dirubah bentuknya menjadi

bentuk spheris, akibat gya sentrifugal dan gaya gesek dari ayakan

yang berputar. Granul-granul spheris ini kemudian dikeringkan.

Keuntungan cara spheronisasi ini adalah menghasilkan granul

dengan keseragaman bentuk dan ukuran disamping jumlah fine

nya minimal.

2.2 Uji disolusi

Pada parameter uji mutu fisik pada tablet yang sangat di perlukan dan sangat diperhatikan

adalah uji disolusi. Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi

yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada

etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk

uji disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm

selama 30 menit. Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1

tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan

disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang

diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang bersangkutan. Untuk

media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan

jumlah parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku

pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang maksimum 243

nm. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang

tertera pada etiket (Lachman dkk., 2008).

Page 9: BAB I Disolusi

Macam-macam alat disolusi :

1. Alat 1

Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain

yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang

berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai berukuran

sedemikian sehinnga dapatmempertahankan suhu dalam wadah pada 37o ± 0,5o selama pengujian

berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat

termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan, goncangan atau

getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Penggunaan alat yang

memungkinkan pengamatan contoh dan pengadukan selama pengujian berlangsung. Lebih

dianjurkan wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 169 mm hingga

175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Pada bagian

atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang

sesuai. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2mm

pada tiap titik pada sumbu vertikal wadah, berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang

berarti. Suatu alat pengatur kecepatan digunakan sehingga memungkinkan untuk memilih

kecepatan putaran yang dikehendaki dan mempertahankan kecepatan seperti yang tertera dalam

masing-masing monografi dalam batas ± 4%.

Page 10: BAB I Disolusi

2. Alat 2

Sama seperti Alat 1, bedanya pada alt ini digunakan dayung yang terdiri dari daun

(propellor) dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga

sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan

halus tanpa goyangan yang berarti. Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan

batang rata. Jarak 25mm ± 2mm antara daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan

selama pengujian berlangsung. Untuk mencegah mengapungnya sediaan digunakan sepotong

kecil bahan inert seperti gulungan kawat berbentuk spiral.

3. Alat 3

Alat terdiri dari satu rangkaian labu kaca beralas rata berbentuk silinder; rangkaian

silinder kaca yang bergerak bolak-balik; penahan dari baja tahan karat; (tipe 316 atau yang

setara) dan kasa polipropilen yang dirancang untuk menyambungkan bagian atas dan alas

silinder yang bergerak bolak-balik; dan sebuah motor serta sebuah kemudi untuk menggerakkan

silinder bolak-balik secara vertikal dalam labu dan jika diinginkan, silinder dapat diarahkan

secara horizontal pada deretan labu kaca yang lain. Labu – labu tercelup sebagian dalam tangas

air dengan ukuran sesuai yang da[at mempertahankan suhu 37o ± 0,5o selama pengujian. Tidak

ada bagian alat, termasuk tempat di mana alat diletakkan, memberikan gerakan, goyangan atau

getaran yang berarti.

Page 11: BAB I Disolusi

4. Alat 4

Alat terdiri dari sebuah wadah dan sebuah pompa untuk media disolusi; sebuah sel yang

dapat dialiri, sebuah tangas air yang dapat mempertahankan suhu media disolusi pada 37o ± 0,5o.

Pompa mendorong media disolusi ke atas melalui sel. Pompa memiliki kapasitas aliran antara

240 ml per jam dan 960 ml per jam, dengan laju aliran baku 4 ml, 8 ml, dan 16 ml per menit.

Pompa harus secara volumetrik memberikan aliran

konstan tanpa dipengaruhi tekanan aliran dalam alat penyaring. Sel terbuat dari bahan

yang inert dan transparant, dipasang vertikal dengan suatu sistem penyaring yang mencegah

lepasnya partikel tidak larut dari bagian atas sel; diameter sel baku adalah 12 mm dan 22,6 mm;

bagian bawah yang runcing umumnya diisi dengan butiran kaca kecil dengan diameter lebih

kurang 1 mm dan sebuah butiran dengan ukuran lebih kurang 5 mm diletakkan pada bagian

ujung untuk mencegah cairan masuk ke dalam tabung.

5. Alat 5 (Dayung Di Atas Cakram)

Gunakan labu dan dayung dari Alat 2, dengan penambahan suatu cakram baja tahan karat

dirancang untuk menahan sediaan transdermal pada dasar labu. Suhu dipertahankan pada 32o ±

0,5o. Jarak 25 mm ± 2 mm antara bilah dayung dan permukaan cakram dipertahankan selama

penetapan berlangsung. Labu dapat ditutup selama penetapan untuk mengurangi penguapan.

Cakram untuk menahan sediaan transdermal dirancang agar volume tak terukur antara dasar labu

dan cakram minimal. Cakram diletakkan sedemikian rupa sehingga permukaan pelepasan sejajar

dengan bilah dayung.

Page 12: BAB I Disolusi

6. Alat 6

Gunakan labu dari Alat 1, kecuali keranjang dan tangkai pemutar diganti dengan elemen

pemutar silinder yang terbuat dari baja tahan karat, dan suhu dipertahankan pada 32o ± 0,5o

selama penetapan berlangsung. Sediaan uji ditempatkan pada silinder pada permulaan tiap

penetapan. Jarak antara bagian dasar labu dan silinder dipertahankan 25 mm ± 2 mm selama

penetapan.

7. Alat 7 ( Cakram Turun Naik )

Terdiri dari suatu rangkaian wadah volumetrik untuk larutan yang sudah dikalibrasi atau

ditara, terbuat dari kaca atau bahan inert yang sesuai, sebuah rangkaian motor dan pendorong

untuk menggerakkan sistem turun naik secara vertikal dan mengarahkan sistem secara horizontal

secara otomatis ke deret labu yang berbeda jika diinginkan, dan satu rangkaian penyangga

cuplikan berbentuk cakram. Wadah larutan sebagian terendam dalam sebuah tangas air yang

Page 13: BAB I Disolusi

sesuai dengan ukuran yang memungkinkan untuk mempertahankan suhu bagian dalam wadah

larutan 32o ± 0,5o selama pengujian berlangsung. Tidak ada bagian alat termasuk tempat

diletakkannya alat, yang memberikan gerakan, goncangan, atau getaran yang berarti.